You are on page 1of 40

ASUHAN KEPERAWATAN PADA ANAK U

DENGAN DIAGNOSA MEDIS TUMOR WILMS


DI RUANG MELATI RSUD dr. MOEWARDI
SURAKARTA

Disusun Oleh:

Pradhitya Anugrah P J 230170055


Irfan Fauzi J 230170121
Rosalina Kusuma W J 230170062

PROGRAM STUDI PROFESI NERS


FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA
2017
KATA PENGANTAR

Bismillahirrahmanirrahiim
Puji syukur kami ucapkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan
rahmat serta karunia-Nya kepada kami sehingga kami berhasil menyelesaikan
laporan yang berjudul Asuhan Keperawatan pada Anak U dengan Tumor Wilms
Di Ruang Melati RSUD dr. Moewardi Surakarta.
Laporan ini berisikan tentang tinjauan teori tentang Tumor Wilms serta
asuhan keperawatan pada anak dengan Tumor Wilms. Diharapkan makalah ini
dapat memberikan informasi kepada kita semua serta sebagai bahan dalam proses
pembelajaran terutama dalam lingkup keperawatan.
Kami menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna, oleh karena
itu kritik dan saran dari semua pihak yang bersifat membangun selalu kami
harapkan demi kesempurnaan makalah ini.
Akhir kata, kami sampaikan terima kasih kepada semua pihak yang telah
berperan serta dalam penyusunan makalah ini dari awal sampai akhir. Semoga
Allah SWT senantiasa meridhai segala usaha kita. Amiin.
Alhamdulillahirabbilalamiin

Surakarta, 10 dESEMBER
2017

Tim Penyusun

ii
DAFTAR ISI

Halaman Depan .................................................................................................. i


Kata Pengantar .................................................................................................. ii
Daftar Isi ............................................................................................................. iii
BAB I TINJAUAN PUSTAKA
A. Pengertian ............................................................................................... 1
B. Etiologi .................................................................................................... 1
C. Klasifikasi ............................................................................................... 2
D. Manifestasi klinis .................................................................................... 3
E. Patofisiologi ............................................................................................ 3
F. Pemeriksaan penunjang .......................................................................... 4
G. Penatalaksanaan ...................................................................................... 5
H. Pathway ...................................................................................................
I. Diagnosa keperawatan ............................................................................ 8
J. Intervensi Keperawatan .......................................................................... 9
BAB II ASUHAN KEPERAWATAN
A. Pengkajian ............................................................................................... 12
B. Analisa Data ............................................................................................ 23
C. Diagnosa Keperawatan ........................................................................... 25
D. Intervensi Keperawatan .......................................................................... 25
E. Implementasi ........................................................................................... 27
F. Evaluasi ................................................................................................... 39
DAFTAR PUSTAKA

iii
BAB I
TINJAUAN PUSTAKA

A. Pengertian
Tumor Wilms (Nefroblastoma) adalah tumor ganas ginjal yang
tumbuh dari sel embrional primitive di ginjal. Tumor Wilms biasanya
ditemukan pada anak-anak yang berumur kurang dari 5 tahun, tetapi kadang
ditemukan pada anak yang lebih besar atau orang dewasa. Tumor Wilms
merupakan tumor ganas intraabdomen yang tersering pada anak-anak dan
tumbuh dengan cepat (progesif).
Tumor wilms adalah tumor ginjal campuran ganas yang tumbuh
dengan cepat, terbentuk dari unsur embrional, biasanya mengenai anak-anak
sebelum usia lima tahun (Kamus Kedokteran Dorland).
Tumor wilms adalah tumor padat intraabdomen yang paling sering
dijumpai pada anak. Tumor ini merupakan neoplasma embrional dari ginjal,
biasanya muncul sebagai massa asimtomatik di abdomen atas atau pinggang.
Tumor sering ditemukan saat orang tua memandikan atau mengenakan baju
anaknya atau saat dokter melakukan pemeriksaan fisik terhadap anak yang
tampak sehat. (Basuki,2011).

B. Etiologi
Penyebabnya tidak diketahui, tetapi diduga melibatkan faktor genetik.
Tumor wilms berhubungan dengan kelainan bawaan tertentu, seperti :
1. WAGR syndrome :
Kelainan yang mempengaruhi banyak sistem tubuh diantaranya
a. Aniridia bayi lahir tanpa iris mata
b. Genitourinary malformation
c. Retardasi mental
Orang dengan sindrom WAGR memiliki kemungkinan 45 sampai 60
persen untuk bisa terjadi tumor Wilms, bentuk kanker ginjal yang
langka. Jenis kanker ini paling sering didiagnosis pada anak-anak
namun terkadang terlihat pada orang dewasa.
2. Deny-Drash Syndrome
Sindrom ini menyebabkan kerusakan ginjal sebelum umur 3 tahun dan
sangat langka. Didapati perkembangan genital yang abnormal. Anak
dengan sindrom ini berada dalam resiko tinggi terkena tipe kanker
lain, selain Tumor Wilms.
3. Beckwith- Wiedemann Syndrome

1
Bayi lahir dengan berat badan yang lebih tinggi dari bayi normal,
lidah yang besar, pembesaran organ organ.
Tumor wilms berasal dari proliferasi patologik blastema metanefron
akibat tidak adanya stimulasi yang normal dari duktus metanefron untuk
menghasilkan tubuli dan glomeruli yang berdiferensiasi baik. Perkembangan
blastema renalis untuk membentuk struktur ginjal terjadi pada umur
kehamilan 8-34 minggu. Beberapa kasus disebabkan karena defek genetik
yang diwariskan dari orang tua. Ada dua gen yang ditemukan mengalami
defek yaitu Wilms Tumor 1 atau Wilms Tumor 2. Dan juga ditemukan
kelainan mutasi di kromosom lain
Sekitar 1,5% penderita mempunyai saudara atau anggota keluarga lain
yang juga menderita Tumor wilms. Hampir semua kasus unilateral tidak
bersifat keturunan yang berbeda dengan kasus Tumor bilateral. Sekitar 7-10%
kasus Tumor wilms diturunkan secara autosomal dominan.

C. Klasifikasi
1. Penyebaran tumor wilms menurut TMN sebagai berikut :
a. T : Tumor primer
1) T1 : Unilateral permukaan ( termasuk ginjal ) < 80 cm
2) T2 : Unilateral permukaan > 80 cm
3) T3 : Unilateral ruptur sebelum penanganan
4) T4 : Bilateral
b. N : Metastasis limfa
1) N0 : Tidak ditemukan metastasis
2) N1 : Ada metastasis limfa
c. M : Metastasis jauh
1) M0 : Tidak ditemukan
2) M+ : Ada metastasis jauh
2. The National Wilms Tumor Study (NWTS) membagi lima stadium tumor
Wilms, yaitu :
a. Stadium I
Tumor terbatas di dalam jaringan ginjal tanpa menembus kapsul.
Tumor ini dapat direseksi dengan lengkap.
b. Stadium II
Tumor menembus kapsul dan meluas masuk ke dalam jaringan ginjal
dan sekitar ginjal yaitu jaringan perirenal, hilus renalis, vena renalis
dan kelenjar limfe para-aortal. Tumor masih dapat di reseksi dengan
lengkap.

2
c. Stadium III
Tumor menyebar ke rongga abdomen (perkontinuitatum), misalnya ke
hepar, peritoneum, dll.
d. Stadium IV
Tumor menyebar secara hematogen ke rongga abdomen, paru-paru,
otak, tulang.

D. Manifestasi Klinis
Keluhan utama biasanya hanya benjolan perut, jarang dilaporkan
adanya nyeri perut dan hematuria, nyeri perut dapat timbul bila terjadi invasi
tumor yang menembus ginjal sedangkan hematuria terjadi karena invasi
tumor yang menembus sistim pelveokalises. Demam dapat terjadi sebagai
reaksi anafilaksis tubuh terdapat protein tumor dan gejala lain yang bisa
muncul adalah :
1. Hipertensi diduga karena penekanan tumor atau hematom pada
pembuluh-pembuluh darah yang mensuplai darah ke ginjal, sehingga
terjadi iskemi jaringan yang akan merangsang pelepasan renin atau
tumor sendiri mengeluarkan renin.
2. Anemia
3. Penurunan berat badan
4. Infeksi saluran kencing
5. Malaise
6. Anoreksia
Tumor Wilms tidak jarang dijumpai bersama kelainan kongenital lainnya,
seperti aniridia, hemihiperttofi, anomali saluran kemih atau genitalia dan
retardasi mental

E. Patofisiologi
Tumor Wilms ini terjadi pada parenkim ginjal. Tumor tersebut
tumbuh dengan cepat di lokasi yang dapat unilateral atau bilateral.
Pertumbuhan tumor tersebut akan meluas atau menyimpang ke luar renal.
Mempunyai gambaran khas berupa glomerulus dan tubulus yang primitif atau
abortif dengan ruangan bowman yang tidak nyata, dan tubulus abortif di
kelilingi stroma sel kumparan.
Pertama-tama jaringan ginjal hanya mengalami distorsi, tetapi
kemudian di invasi oleh sel tumor. Tumor ini pada sayatan memperlihatkan
warna yang putih atau keabu-abuan homogen,lunak dan encepaloid
(menyerupai jaringan ikat). Tumor tersebut akan menyebar atau meluas
hingga ke abdomen dan di katakan sebagai suatu massa abdomen. Akan
teraba pada abdominal dengan di lakukan palpasi.

3
Wilms Tumor seperti pada retinoblastoma disebabkan oleh 2 trauma
mutasi pada gen supresor tumor. Mutasi pertama adalah inaktivasi alel
pertama dari gen suppressor tumor yang menyangkut aspek prozigot dan
postzigot. Mutasi kedua adalah inaktivasi alel kedua dari gen tumor supresor
spesifik.
Gen WT1 pada kromosom 11p13 adalah gen jaringan spesifik untuk
sel blastema ginjal dan epitel glomerolus dengan dugaan bahwa sel precursor
kedua ginjal merupakan lokasi asal terjadinya Wilms Tumor. Ekspresi WT1
meningkat pada saat lahir dan menurun ketika ginjal telah makin matur. WT1
merupakan onkogen yang dominan sehingga bila ada mutasi yang terjadi
hanya pada 1 atau 2 alel telah dapat menimbulkan Wilms Tumor. Gen WT2
pada kromosom 11p15 tetap terisolasi tidak terganggu.
Gambaran klasik tumor Wilms bersifat trifasik, termasuk sel epitel,
blastema dan stroma. Berdasarkan korelasi histologis dan klinis, gambaran
histopatologik tumor Wilms dapat dikelompokkan dalam dua kelompok,
yaitu tumor risiko rendah (favourable), dan tumor risiko tinggi (unfavourable)
Munculnya tumor Wilms sejak dalam perkembangan embrio dan
akan tumbuh dengan cepat setelah lahir. Pertumbuhan tumor akan mengenai
ginjal atau pembuluh vena renal dan menyebar ke organ lain.

F. Pemeriksaan Penunjang
Tumor Wilms harus dicurigai pada setiap anak kecil dengan massa di
abdomen. Pada 10-25% kasus, hematuria mikroskopik atau makroskopik
memberi kesan tumor ginjal.
1. IVP Dengan pemeriksaan IVP tampak distorsi sistem pielokalises
(perubahan bentuk sistem pielokalises) dan sekaligus pemeriksaan ini
berguna untuk mengetahui fungsi ginjal.
2. Foto thoraks merupakan pemeriksaan untuk mengevaluasi ada
tidaknya metastasis ke paru-paru. Arteriografi khusus hanya
diindikasikan untuk pasien dengan tumor Wilms bilateral
3. Ultrasonografi USG merupakan pemeriksaan non invasif yang
dapat membedakan tumor solid dengan tumor yang mengandung
cairan. Dengan pemeriksaan USG, tumor Wilms nampak sebagai
tumor padat di daerah ginjal. USG juga dapat digunakan sebagai
pemandu pada biopsi. Pada potongan sagital USG bagian ginjal yang
terdapat tumor akan tampak mengalami pembesaran, lebih
predominan digambarkan sebagai massa hiperechoic dan
menampakkan area yang echotekstur heterogenus.
4. CT-Scan memberi beberapa keuntungan dalam mengevaluasi
tumor wilms. Ini meliputi konfirmasi mengenai asal tumor intrarenal

4
yang biasanya menyingkirkan neuroblastoma; deteksi massa multipel;
penentuan perluasan tumor, termasuk keterlibatan pembuluh darah
besar dan evaluasi dari ginjal yang lain. Pada gambar CT-Scan Tumor
Wilms pada anak laki-laki usia 4 tahun dengan massa di abdomen.
CT scan memperlihatkan massa heterogenus di ginjal kiri dan
metastasis hepar multiple. CT scan dengan level yang lebih tinggi lagi
menunjukkan metastasis hepar multipel dengan thrombus tumor di
dalam vena porta.
5. Magnetic Resonance Imaging (MRI) MRI dapat menunjukkan
informasi penting untuk menentukan perluasan tumor di dalam vena
cava inferior termasuk perluasan ke daerah intarkardial. Pada MRI
tumor Wilms akan memperlihatkan hipointensitas (low density
intensity) dan hiperintensitas (high density intensity)
6. Laboratorium Hasil pemeriksaan laboratorium yang penting yang
menunjang untuk tumor Wilms adalah kadar lactic dehydrogenase
(LDH) meninggi dan Vinyl mandelic acid (VMA) dalam batas
normal. Urinalisis juga dapat menunjukkan bukti hematuria, LED
meningkat, dan anemia dapat juga terjadi, terlebih pada pasien dengan
perdarahan subkapsuler. Pasien dengan metastasis di hepar dapat
menunjukkan abnormalitas pada analisa serum.

G. Penatalaksanaan
Tujuan pengobatan tumor wilms adalah mengusahakan penyembuhan
dengan komplikasi dan morbiditas serendah mungkin. Biasanya dianjurkan
kombinasi pembedahan, radioterapi dan kemoterapi. Dengan terapi
kombinasi ini dapat diharapkan hasil yang memuaskan. Jika secara klinis
tumor masih berada dalam stadium dini dan ginjal di sebelah kontra lateral
normal, dilakukan nefrektomi radikal.
Ukuran tumor pada saat datang menentukan cara pengobatan. masing-
masing jenis ditangani secara berbeda, tetapi tujuannya adalah menyingkirkan
tumor dan memberikan kemoterapi atau terapi radiasi yang sesuai. Apabila
tumor besar maka pembedahan definitive mungkin harus di tunda sampai
kemoterapi atau radiasi selesai. Kemoterapi dapat memperkecil tumor dan
memungkinkan reaksi yang lebih akurat dan aman.
1. Penatalaksanaan Medis :
a. Farmakologi
1) Kemoterapi
Tumor Wilms termasuk tumor yang paling peka terhadap
obat kemoterapi. Prinsip dasar kemoterpai adalah suatu cara
penggunaan obat sitostatika yang berkhasiat sitotoksik tinggi

5
terhadap sel ganas dan mempunyai efek samping yang rendah
terhadap sel yang normal.
Terapi sitostatika dapat diberikan pra maupun pasca bedah
didasarkan penelitian sekitar 16-32% dari tumor yang mudah
ruptur. Biasanya, jika diberikan prabedah selama 4 8 minggu.
Jadi tujuan pemberian terapi adalah untuk menurunkan resiko
ruptur intraoperatif dan mengecilkan massa tumor sehingga
lebih midah direseksi total.
Ada lima macam obat sitostatika yang terbukti efektif
dalam pengobatan tumor Wilms, yaitu Aktinomisin D,
Vinkristin, Adriamisin, Cisplatin dan siklofosfamid.
Mekanisme kerja obat tersebut adalah menghambat sintesa
DNA sehingga pembentukan protein tidak terjadi akibat tidak
terbentuknya sintesa RNA di sitoplasma kanker, sehingga
pembelahan sel-sel kanker tidak terjadi.
a) Aktinomisin D
Golongan antibiotika yang berasal dari spesies
Streptomyces, diberikan lima hari berturut-turut dengan
dosis 15 mg/KgBB/hari secara intravena. Dosis total tidak
melebihi 500 mikrogram. Aktinomisin D bersama dengan
vinkristin selalu digunakan sebagai terapi prabedah.
b) Vincristine
Golongan alkaloid murni dari tanaman Vina rossa,
biasanya diberikan dalam satu dosis 1,5 mg/m2 setiap
minggu secara intravena (tidak lebih dari 2 mg/m2). Bila
melebihi dosis dapat menimbulkan neurotoksis, bersifat
iritatif, hindarkan agar tidak terjadi ekstravasasi pada
waktu pemberian secara intravena. Vinkristin dapat
dikombinasi dengan obat lain karena jarang menyebabkan
depresi hematologi, sedangkan bila digunakan sebagai
obat tunggal dapat menyebab relaps.
c) Adriamisin
Golongan antibiotika antrasiklin diisolasi dari
streptomyces pencetius, diberikan secara intravena dengan
dosis 20 mg/m2/hari selama tiga hari berturut-turut. Dosis
maksimal 250 mg/m2. obat ini tidak dapat melewati sawar
otak dapat menimbulkan toksisitas pada miokard bila
melebihi dosis. Dapat dikombinasi dengan Aktinomisin D.

d) Cisplatin

6
Dosis yang umum digunakan adalah 2-3 mg/KgBB/hari
atau 20 mg/m2/hari selama lima hari berturut-turut.
e) Cyclophospamide
Dari nitrogen mustard golongan alkilator. Dosis 250
1800 mg/m2/hari secara intravena dengan interval 3-4 mg.
Dosis peroral 100-300 mg/m2/hari.
b. Non Farmakologi
1) Pembedahan
a) Keperawatan perioperatif
Karena banyak anak dengan tumor wilms mungkin
mendapat obat kemoterapi kardiotoksik, maka mereka
harus diperiksa oleh ahli onkologi dan di izinkan untuk
menjalani operasi. Mereka perlu menjalani pemeriksaan
jantung yang menyeluruh untuk menentukan status fungsi
jantung. Tumor wilms jangan di palpasi untuk
menghindari rupture dan pecahnya sel-sel tumor. Pasien
di letakkan dalam posisi telentang dengan sebuah
gulungan di bawah sisi yang terkena. Seluruh abdomen
dan dada di bersihkan.
b) Hasil akhir pada pasien pascaoperatif
Pasien tumor wilms menerima kemoterapi dan terapi
radiasi yang sesuai dengan lesi. Gambaran histologik lesi
merupakan suatu indicator penting untuk prognosis,
karena gambaran tersebut menentukan derajat anaplasia.
Anak yan histologiknya relative baik. Maka memiliki
prognosis baik. Sedangkan anak yang gambaran
histologiknya buruk, maka memilii prognosis buruk.
Terapi dibuat sespesifik mungkin untuk masing-masing
anak, karena terapi yang lebih sedikit menghasilkan
kualitas hidup yang lebih baik dengan lebih sedikit efek
sampingnya.
Nefrektomi radikal dilakukan bila tumor belum
melewati garis tengah dan belum menginfiltrasi jaringan
lain. Pengeluaran kelenjar limfe retroperitoneal total tidak
perlu dilakukan tetapi biopsi kelenjar di daerah hilus dan
paraaorta sebaiknya dilakukan. Pada pembedahan perlu
diperhatikan ginjal kontralateral karena kemungkinan lesi
bilateral cukup tinggi. Apabila ditemukan penjalaran
tumor ke vena kava, tumor tersebut harus diangkat.
2) Radioterapi

7
Tumor Wilms dikenal sebagai tumor yang radiosensitif,
tapi radioterapi dapat mengganggu pertumbuhan anak dan
menimbulkan penyulit jantung, hati dan paru. Karena itu
radioterapi hanya diberikan pada penderita dengan tumor
yang termasuk golongan patologi prognosis buruk atau
stadium III dan IV. Jika ada sisa tumor pasca bedah juga
diberikan radioterapi. Radioterapi dapat juga digunakan
untuk metastase ke paru, otak, hepar serta tulang.
2. Penatalaksanaan Keperawatan
a. Meredakan kecemasan yang dihadapi pasien dan keluarga
b. Memberikan informasi tentang proses/ kondisi penyakit,
prognosis, dan kebutuhan pengobatan.
c. Mengalihkan rasa nyeri yang dihadapi pasien
d. Melakukan kompres untuk menurunkan suhu pasien
e. Membantu aktivitas pasien karena sebagian besar terganggu
dengan adanya tumor diperut
f. Melakukan pemasangan infus untuk menjaga keseimbangan cairan
pasien

8
I. Diagnosa Keperawatan
1. Nyeri akut berhubungan dengan agen injury biologis
2. Intoleransi aktifitas berhubungan dengan ketidakseimbangan kebutuhan
dan suplai oksigen
3. Perubahan Nutrisi : Kurang dari Kebutuhan berhubungan dengan
peningkatan kebutuhan metabolisme, kehilangan protein dan penurunan
intake
4. Kecemasan (orang tua) berhubungan dengan kurang pengetahuan

J. Intervensi Keperawatan

DIAGNOSA TUJUAN DAN CRITERIA


NO INTERVENSI (NIC)
KEPERAWATAN HASIL (NOC)

1 Nyeri akut Kriteria Hasil: a. Monitor Tanda Vital


a. Klien menunjukkan b. Monitor kelembaban
berhubungan dengan
perfusi jaringan yang kulit
agen injury biologis adekuat yang c. Monitor sianosis
ditunjukkan dengan Monitor ukuran,
terabanya nadi bentuk, simetrifitas,
perifer, dan reaktifitas pupil
b. kulit kering dan d. Monitor tingkat
hangat, kesadaran klien
c. tidak ada distres e. Kaji adanya tanda-
pernafasan. tanda dehidrasi (turgor
d. Tanda vital dalam kulit jelek, mata
batas normal cekung, dll)
f. Kolaborasikan
pemberian tranfusi
darah
g. Persiapkan pemberian
transfusi (seperti
mengecek darah
dengan identitas
pasien, menyiapkan
terpasangnya alat
transfusi darah
h. Awasi pemberian
komponen
darah/transfusi
i. Awasi respon klien

9
selama pemberian
komponen darah
j. Monitor hasil
laboratorium (kadar
Hb, Besi serum, angka
trombosit)
2 Intoleransi aktifitas Kriteria Hasil: a. Tentukan keterbatasan
a. Klien dapat aktifitas fisik pasien
berhubungan dengan
melakukan aktifitas b. Monitor intake nutrisi
ketidakseimbangan yang dianjurkan untuk meyakinkan
b. Tanda vital dalam sumber energi yang
kebutuhan dan suplai
batas normal cukup
oksigen c. Monitor pola dan
kuantitas tidur
d. Bantu pasien
menjadwalkan istirahat
dan aktifitas
e. Ajari pasien untuk
mengenali tanda dan
gejala kelelahan
sehingga dapat
mengurangi
aktifitasnya.
f. Kolaborasikan dengan
ahli gizi tentang cara
peningkatan energi
melalui makanan
g. Kolaborasikan
pemberian terapi
oksigen
3 Ketidakseimbangan Kriteria Hasil: a. Monitor adanya
nutrisi: kurang dari a. Pencapaian berat penurunan BB
kebutuhan tubuh badan normal yang b. Ciptakan lingkungan
diharapkan nyaman selama klien
berhubungan dengan
b. Berat badan sesuai makan.
Ketidakmampuan dengan umur dan c. Monitor kulit (kering)
mengabsorpsi tinggi badan dan perubahan
nutrien c. Bebas dari tanda pigmentasi
malnutrisi d. Monitor turgor kulit
d. Nafsu makan baik e. Monitor mual dan
muntah
f. Monitor kadar
albumin, total protein,
Hb, kadar hematokrit
g. Monitor kadar limfosit
dan elektrolit

10
h. Monitor pertumbuhan
dan perkembangan.
i. Anjurkan masukan
kalori yang tepat yang
sesuai dengan
kebutuhan energi
j. Anjurkan makan
sedikit tapi sering
k. Sajikan diit dalam
keadaan hangat
l. Kolaborasi dengan ahli
gizi tentang jumlah
kalori dan tipe nutrisi
yang dibutuhkan
(TKTP)
m. Kolaborasikan
pemberian nutrisi
parenteral bila
diperlukan
4 Kecemasan (orang Kriteria Hasil: a. Gunakan pendekatan
a. Klien dan keluarga dengan konsep
tua) berhubungan
mampu atraumatik care
dengan kurang mengidentifikasi dan b. Jelaskan semua
mengungkapkan prosedur dan
pengetahuan
gejala cemas dengarkan keluhan
b. Mengidentifikasi, klien
mengungkapkan, dan c. Pahami harapan pasien
menunjukkan teknik dalam situasi stres
untuk mengontrol d. Temani pasien untuk
cemas memberikan keamanan
c. Tanda vital dalam dan mengurangi takut
batas normal e. Bersama tim
d. Postur tubuh, ekspresi kesehatan, berikan
wajah, bahasa tubuh, informasi mengenai
dan tingkat aktivitas diagnosis, tindakan
menunjukkan prognosis
berkurangnya f. Anjurkan keluarga
kecemasan. untuk menemani anak
e. Menunjukkan dalam pelaksanaan
peningkatan tindakan keperawatan
konsentrasi dan g. Lakukan massage pada
akurasi dalam leher dan punggung,
berpikir bila perlu
h. Lakukan terapi
bermain atas indikasi
i. Bantu pasien mengenal

11
penyebab kecemasan
j. Dorong
pasien/keluarga untuk
mengungkapkan
perasaan, ketakutan,
persepsi tentang
penyakit
k. Instruksikan pasien
menggunakan teknik
relaksasi (sepert tarik
napas dalam, distraksi,
dll)
l. Kolaborasi pemberian
obat untuk mengurangi
kecemasan

12
BAB II
PENGKAJIAN KESEHATAN ANAK

Identitas Individu
Nama : An. UFC Usia : 4 Tahun
Nama panggilan : An. U Alamat : Madiun
Tanggal lahir : 09 Agustus 2013 Agama : Islam
Tanggal interview : 23 Oktober 2017/09.00 WIB
Tanggal dirawat : 15 September 2017/13.00 WIB
Diagnosa Medis : Tumor Wilms dan Efusi Pleura
Informan :Orang Tua & Rekam Medis
Orang tua / ibu : Ny. N Pendidikan : SMA
Usia : 27 tahun Pekerjaan : RT
Ayah : Tn. A Pendidikan : SMK
Usia : 35 tahun Pekerjaan : Swasta

KELUHAN UTAMA :
Ibu Pasien mengatakan sesak nafas

RIWAYAT KESEHATAN SAAT INI :


1. Onset terjadinya
Pada bulan Juni 2017 anak permah terjatuh kesandung kaki sendiri dirumahnya
dengan posisi tengkurap, anak U menangis dan pucat, anak mengeluh sakit
kemudian orang tua membawa anak U ke bidan terdekat dan dikasih obat
paracetamol. Kesokan harinya anak mengeluh sakit perutnya, anak U mengeluh
tidak bisa BAK dan BAB, ibu membawanya kedukun pijat setelah itu anak U
bisa BAK 1x, sore harinya perut anak U semakin membesar dan orang tua
langsung membawanya ke Rumah Sakit Panti Waluyo Madiun dan dilakukan
USG diperoleh hasil limfa bocor dan di RS tersebut dilakukan operasi kemudian
rawat inap selama 4 hari hingga akhirnya sembuh dan pulang kerumah. 2 bulan
kemudian ibu mengatakan anak U mengeluh sesak dan perutnya membesar,
kemudian orang tua membawanya ke Rumah Sakit Caruban Madiun untuk
diperiksa hasil rontgen thoraks diperoleh efusi pleura masif kiri, anak dilakukan

13
operasi karena adanya efusi pleura pada tanggal 4 september. Setelah 2 minggu
operasi anak mengalami sakit dibagian pinggangnya, dan disertai perut anak
membesar akhirnya dokter RS Caruban meminta keluarga untuk merujuk anak U
ke RSUD dr. Moewardi.
2. Karakteristik
Pasien terlihat lemas, badan anak kurus dan tulang terlihat, mata anak sayup dan
dan perut membengkak. Anak terpasang infus D5 NS, canul O2 3liter per
menit, terpasang NGT dan terpasang WSD produktif cairan 300ml berwarna
merah keruh pada dada sinistra indikasi efusi pleura.

3. Perkembangan Penyakit :
Pada tanggal 15 sepetember pasien dibawa ke IGD Rumah Sakit dr. Moewardi,
kemudian mendapat perawatan di bangsal Melati. Pada saat pengkajian ibu
pasien mengatakan anaknya sakit pada perutnya, dan dada sesak jika telentang,
sakit seperti tertusuk-tusuk, terdengar suara meringis kesakitan, anak U tidak
nafsu makan, mual setelah makan. Anak U sudah menjalani program terapi
kemoterapi Doxorubicin 20mg yang pertama pada tanggal 28 September 2017.
Program kemoterapi dilakukan 2 minggu sekali.

RIWAYAT KESEHATAN LALU:


1. Kehamilan
Pada saat hamil, ibu mengatakan tidak ada gejala apapun, hanya mual seperti
kehamilan normal. Ibu rutin memeriksakan kandungan ke bidan dan tidak ada
masalah dengan janinnya. Pasien merupakan anak pertama.
2. Kelahiran
Pada saat melahirkan ibu dapat melahirkan secara normal dengan usia kandungan
39 minggu. Proses melahirkan dibantu oleh bidan di rumah sakit dan tidak ada
penyulit pada saat melahirkan.
3. Post natal
Ibu mengatakan An.U tidak ada masalah kesehatan. An.U lahir tidak langsung
menangis karena didalam mulutnya terdapat air ketuban setelah 1 jam dan
dilakukan suction anak baru bisa menangis. Anak lahir dengan BB 3,4 kg dan TB
48 dan tidak ada kelainan pada anggota tubuhnya.
4. Penyakit sebelumnya, Operasi, atau Cedera
Ibu mengatakan pernah melakukan OP di rumah sakit panti waluyo karena limfa
anak U bocor.

STATUS KESEHATAN SAAT INI :


1. Perawatan Kesehatan
Perawatan kesehatan yang dilakukan keluarga pada An. U ketika anak sakit
keluarga membawanya kebidan agar mendapat pemeriksaan lebih lanjut.

14
2. Obat-Obatan
Ibu mengatakan tidak pernah membeli obat-obatan di warung. Keluarga tidak
pernah membeli obat jika tidak menggunakan resep dokter.
3. Alergi
Ibu mengatakan An.U tidak memiliki alergi obat maupun makanan
4. Imunisasi
No Jenis Imunisasi Diberikan Tidak diberikan
1. BCG
2. DPT (I,II,III)
3. Polio (I,II,III,IV)
4. Campak
5. Hepatitis
5. Nutrisi
Pemberian ASI : Ya/tidak Lama : 1 tahun
Susu Formula : Ya Jumlah intake : 200cc
Makanan padat : Ya Dimulai dari : 1,5
Kebiasaan makan : 3x sehari tidak habis Snack : biskuit
Jenis makanan : Nasi, Sayu, Lauk Diit susu : habis gelas

6. Tidur
Ibu pasien mengatakan anak U tudak bisa tidur, sering bangun karena mengeluh
sesak nafas dan sakit pada perutnya.

RIWAYAT KESEHATAN KELUARGA :

1. Riwayat Penyakit Keluarga


Ibu mengatakan tidak ada yang memiliki penyakit seperti anak U
2. Genogram

An. U
Usia 4th
15
Keterangan :
: Laki laki : Tinggal serumah

: Perempuan : Garis pernikahan

: Klien : Garis Keturunan

REVIEW SYSTEM
No Sistem Hasil
1. Umum Keadaan umum sakit sedang, CM
2. Kulit Warna coklat kehitaman (hiperpigmentasi), kulit tampak
kering, akral hangat dan kulit tipis, turgor kulit kering,
tidak terdapat tanda lahir.
3. Rambut dan Kuku Rambut hitam, menipis, kuku nampak panjang dan kotor
4. Kepala Leher Bentuk kepala mesochepal, teraba massa kulit 4x4 cm.
Wajah old man face (+)
5. Mata Penglihatan Konjungtiva pucat -/-, Sklera ikterik -/-, hematom
palpebra +/-
6. Telinga & Simetris kanan kiri, fungsi pendengaran baik, tidak
Pendengaran terdapat serumen pada telinga.
7. Hidung Terdapat sekret, tidak mengalami epitaksis, tidak ada
tanda-tanda sinusitis.
8. Mulut & Gigi Menggunakan pernafasan mulut dan hidung, tidak terjadi
perdarahan pada gigi, bibir tidak sumbing, pertumbuhan
gigi tidak merata, Mukosa kering dan pucat, tidak
terdapat stomatitis.
9. Tenggorokan Tidak terdapat pembesaran kelenjar getah bening
10. Pernafasan & dada Suara paru dasar vesikuler +/menurun

11. Kardiovaskuler & Bunyi jantu I/II reguler, tidak mengalami sianosis,
Hematologi
12. Gastrointestinal Distended, bising usus (+) normal, hepar dan lien sulit
dikaji

16
13. Urinary Tidak ada kesulitan BAK, urin berwarna kuning, tidak
ada gangguan perkemihan.
14. Reproduksi Berjenis kelamin perempuan, tidak tumbuh rambut
dipubis, ketiak, dan kumis.
15. Muskuloskeletal Ada kelemahan tetapi tidak ada kekakuan pada klien,
kekuatan otot
5 5
5 5
16. Neurologi Tidak ada kejang, tidak ada tremor
17. Endokrin Pasien tidak mengalami gangguan endokrin

INFORMASI PSIKOSOSIAL
a) Komposisi keluarga :
Didalam keluarga terdiri dari Ayah, Ibu dan seorang anak
b) Sumber Keuangan :
Ibu mengatakan sumber keuangan dari ayah dan ibu yang bekerja.
c) Lingkungan Rumah :
Ibu mengatakan lingkungan rumah bersih, terdapat ventilasi, serta
pembuangan limbah.
d) Lingkungan Masyarakat
Ibu mengatakan lingkungan masyarakat sekitar bersih.
e) Perubahan Keluarga/Gaya hidup
Ibu mengatakan gaya hidup keluarga kurang baik, ayah perokok akif
f) Pendidikan Anak dan Penggunaan obat-obatan
Ibu anak mengatakan anak U belum masuk sekolah, anak U tidak
mengkonsumsi obat-obatan.

STATUS PERTUMBUHAN DAN PERKEMBANGAN


Usia Usia
Tengkurap : 4 bulan Mengoceh : 7 bulan
Duduk tanpa suport : - 1-2 kata : 1 tahun
Berdiri : 10 bulan Kombinasi 2 kata :-
Merangkak : 9 bulan Kalimat 3 kata :-
Berjalan sendiri : 12 bulan Kalimat 4 kata :-
Berjalan Mundur : 13 bulan Bercerita :-
Naik Kursi : 14 bulan Tumbuh gigi :-
Naik Tangga :- Gigi Tanggal :-
Bersepeda roda tiga : - Tinggi badan 2 tahun : -
Berat Badan Lahir : 3300 gram Berat Badan 6 bulan : -
Berat Badan 1 tahun Berat Badan 2 tahun : -

17
PEMERIKSAAN FISIK, 24 Oktober 2017
A Penampilan Umum Keadaan umum sedang, sakit
Kesadaran : Composmentis.
B Tanda Vital S : 36,2 C,
HR : 89 x/menit,
RR : 28x/ menit
Nyeri skala 4 (wong baker)
C Antropometri
Berat badan 10 Kg
Panjang/Tinggi Badan 94 cm
IMT 11,31
Percentile 10/11,31x 100% = 88,41%
Interpretasi Gizi Sedang
D Kulit Sawo matang , kering
Turgor kulit : < 2 detik
Suhu : 36,2C Tekstur : kering
Lesi/Benjolan : tidak ada benjolan dan lesi
Capilary refill : kembali dalam 3 detik
E Rambut dan kuku
a. Rambut Warna : hitam, Distribusi : merata
Kebersihan : tidak kotor, Kualitas : tidak rontok
b. Kulit Kepala Tidak berminyak, plak tidak bersisik
c. Kuku Warna merah muda, CRT kembali dalam 3 detik
F Kepala
Inspeksi Bentuk kepala ; mesochepal
Kesimetrisan wajah (Simetris), mata tampak sayu
Palpasi Terasa massa solid ukuran 4x4cm, nyeri tekan (-)
G Hidung dan Sinus Simetris kanan dan kiri, tidak terdapat secret, tidak
ada tanda-tanda sinusitis, tidak ada nyeri tekan.
H Mulut
Bibir Warna kehitaman, simetris
Bibir kering
Gigi Tidak ada caries gigi, tidak ada perdarahan gusi,
pertumbuhan gigi tidak merata.
Membran Mukosa Membran mukosa kering
Lidah Warna merah muda, lidah bersih.
I Leher
Bentuk Simetris,

18
Trakea/tiroid Pembesaran KGB (-) terasa masa diregio colli
sinistra 5cm, konsistensi keras, immobile
ROM Rom aktif, tidak ada hambatan gerak
J Dada
Inspeksi Tampak regio hemithorak sinistra, terpasang selang
WSD pada dada sinistra
Palpasi Fermitus sulit dinilai
Perkusi Sonor pada lapang paru kanan
Auskultasi Vesikuler
K Jantung
Inspeksi Dada depan dan samping simetris, letak apeks pada
ICS 5
Palpasi Apikel impuls teraba
Perkusi Batas jantung kesan tidak melebar, Redup
Auskultasi S1/S2 sama, reguler, lup/dup tidak ada bunyi
jantung tambahan

Denyut nadi Radialis simetris ( ), Brakhialis simetris ( ),

Femoralis simetris (x)

L Abdomen
Inspeksi Umbilikus Distended
Auskultasi Bising usus 13 x/menit
Perkusi Hepar dan lien sulit dikaji
Palpasi Tidak terkaji
M Genitalia
Perempuan
Pubis Distribusi rambut -
Vagina Tidak ada lesi
Meatus -
Skrotum -
Testis -
N Anus & Rektum
Tidak ada kemerahan , tidak ada hemoroid , tidak
ada lesi, terdapat lubang anus, tidak ada
pembengkakan
O Ekstremitas
Ekstremitas Atas Kedua lengan lurus dan simetris
Jumlah jari 10

19
ROM : aktif
Kekuatan Otot 5/5
Ekstremitas Bawah Lutut simetris ( Ya ), Tungkai Lurus ( Ya )
ROM : aktif
Kekuatan Otot 5/5

PROGRAM TERAPI
Nama Obat/Therapy Dosis Rute
- Infus D5 NS 4ml/jam IV
- Cefoperazone 700mg/12jam IV
Sulbactam 100 P.O
- Vit C mg/24jam P.O
- Asam Folat 1mg/24jam P.O
- Zinc 20mg/24jam P.O
- Vit B Complex 1tab/24jam P.O
- Vit E 100g/24jam P.O
- Paracetamol 150mg/ klp

PEMERIKSAAN PENUNJANG
1. Pemeriksaan Thoraks PA ( 13 Oktober 2017)
Klinis : Efusi Pleura
Foto thoraks AP (Asimetris, Kurang Inspirasi)
- Cor : besar dan bentuk normal
- Paru : tampak opasitas di hemitoraks kiri mendorong mediastimun
Kekanan
- Sinus costopherinicus kanan tajam kiri tertutup opasitas
- Hemidiaphragma kanan normal kiri tertutup opasitas
- Trakhea terdorong kekanan
- Sistema tulang baik
Kesimpulan : efusi pleura masif kiri

2. Pemeriksaan Aspirasi Jarum Halus (FNAB) (20 Oktober 2017)


- Makroskopis : -
- Mikroskopis : Sel-sel bulat berukuran kecil yang tersusun berkelompok
sebagian tersebar. Sel-sel dengan sitoplasma sedikit. Inti dengan kroma
granulasi sebagian dengan nukleoli prominen, didapatkan bagian
kelompokan sel-sel yang membentuk struktur tubular. Latar belakang :
eritrosit merat, limfosit, leukosit PMN.
Kesimpulan : FNAB massa renal : didapatkan sel ganas.

20
Pendapat : wilms tumor, kami sarankan pengecatan ICC Cytokeratin untuk
konfirmasi diagnosis.

3. Pemeriksaan Marker Biopsi USG (20 Oktober)


Klinis : Wilms Tumor
USG Guilding :
Flank area sinistra :
Tampak massa tumor, solid, lobulated, dengan komponen jaringan nekrotik,
jarak dari subkutan +/-2 cm. Dilakukan guiding, jarum masuk di masa tumor
padat.
Kesimpulan : Tumor di flank area sinistra.

4. Pemeriksaan darah
Hasil pemeriksaan hematologi pada tanggal 23 Oktober 2017
Pemeriksaan Hasil Satuan Harga Normal Interpretasi

HEMATOLOGI

RUTIN

Hemoglobin 6.3 g/dL 10.8-12.8 Low

Hematokrit 18 % 35 43 Low

Leukosit 5.7 ribu/ul 5.5 17.0 Normal

Trombosit 80 ribu/ul 150 450 Low

Eritrosit 1.85 juta/ul 3.90-5.30 Low

INDEX ERITROSIT

MCV 97.2 /um 80.0 96.0 High

MCH 33.9 pg 28.0 33.0 High

MCHC 34.9 g/dl 33.0 36.0 Normal

RDW 19.9 % 11.6 14.6 High

HDW 4.0 g/dl 2.2 3.2 High

MPV 10.1 fl 7.2 11.1 Normal

PDW 62 % 25 65 Normal

21
Gol darah A - - -

HITUNG JENIS

Eosinofil 1.70 % 0.00 4.00 Normal

Basofil 0.00 % 0.00 1.00 Normal

Netrofil 79.20 % 29.00 72.00 High

Limfosit 10.30 % 36.00 52.00 Low

Monosit 7.30 % 0.00 5.00 High

LUC/AMC 1.50 % - -

KIMIA KLINIK

Creatinine 0.2 mg/dl 0,3 0,7 Low

Ureum 28 mg/dl <48 Normal

Keterangan :
Hemoglobin adalah komponen yang berfungsi sebagai alat transportasi
oksigen (O2) dan karbon dioksida (CO2). Hb tersusun dari globin (empat rantai
protein yang terdiri dari dua unit alfa dan dua unit beta) dan heme (mengandung
atom besi dan porphyrin: suatu pigmen merah). Pigmen besi hemoglobin bergabung
dengan oksigen. Hemoglobin yang mengangkut oksigen darah (dalam arteri)
berwarna merah terang sedangkan hemoglobin yang kehilangan oksigen (dalam
vena) berwarna merah tua. Satu gram hemoglobin mengangkut 1,34 mL oksigen.
Kapasitas angkut ini berhubungan dengan kadar Hb bukan jumlah sel darah merah.
Penurunan protein Hb normal tipe A1, A2, F (fetal) dan S berhubungan
dengan anemia sel sabit. Hb juga berfungsi sebagai dapar melalui perpindahan
klorida kedalam dan keluar sel darah merah berdasarkan kadar O2 dalam plasma
(untuk tiap klorida yang masuk kedalam sel darah merah, dikeluarkan satu anion
HCO3).
Penurunan nilai Hb dapat terjadi pada anemia (terutama anemia karena
kekurangan zat besi), sirosis, hipertiroidisme, perdarahan, peningkatan asupan
cairan dan kehamilan.
Peningkatan nilai Hb dapat terjadi pada hemokonsentrasi (polisitemia, luka
bakar), penyakit paru-paru kronik, gagal jantung kongestif dan pada orang yang
hidup di daerah dataran tinggi.

22
Hematokrit : Menunjukan persentase sel darah merah tehadap volume darah
total. Penurunan nilai Hct merupakan indikator anemia (karena berbagai sebab),
reaksi hemolitik, leukemia, sirosis, kehilangan banyak darah dan hipertiroid.
Penurunan Hct sebesar 30% menunjukkan pasien mengalami anemia sedang hingga
parah. Peningkatan nilai Hct dapat terjadi pada eritrositosis, dehidrasi, kerusakan
paru-paru kronik, polisitemia dan syok. Nilai normal Hct adalah sekitar 3 kali nilai
hemoglobin
Leukosit adalah melawan infeksi, melindungi tubuh dengan memfagosit
organisme asing dan memproduksi atau mengangkut/ mendistribusikan antibodi.
Ada dua tipe utama sel darah putih:
1. Granulosit : neutrofil, eosinofil dan basofil
2. Agranulosit : limfosit dan monosit
Leukosit terbentuk di sumsum tulang (myelogenous), disimpan dalam
jaringan limfatikus (limfa, timus, dan tonsil) dan diangkut oleh darah ke organ dan
jaringan. Perkembangan granulosit dimulai dengan myeloblast (sel yang belum
dewasa di sumsum tulang), kemudian berkembang menjadi promyelosit, myelosit
(ditemukan di sumsum tulang), metamyelosit dan bands (neutrofil pada tahap awal
kedewasaan), dan akhirnya, neutrofil. Perkembangan limfosit dimulai dengan
limfoblast (belum dewasa) kemudian berkembang menjadi prolimfoblast dan
akhirnya menjadi limfosit (sel dewasa). Perkembangan monosit dimulai dengan
monoblast (belum dewasa) kemudian tumbuh menjadi promonosit dan selanjutnya
menjadi monosit (sel dewasa).
Nilai krisis leukositosis: 30.000/mm3. Lekositosis hingga 50.000/mm3
mengindikasikan gangguan di luar sumsum tulang (bone marrow). Nilai leukosit
yang sangat tinggi (di atas 20.000/mm3) dapat disebabkan oleh leukemia. Penderita
kanker post-operasi (setelah menjalani operasi) menunjukkan pula peningkatan
leukosit walaupun tidak dapat dikatakan infeksi. Biasanya terjadi akibat
peningkatan 1 tipe saja (neutrofil). Bila tidak ditemukan anemia dapat digunakan
untuk membedakan antara infeksi dengan leukemia.
1. Waspada terhadap kemungkinan leukositosis akibat pemberian obat.
2. Perdarahan, trauma, obat (mis: merkuri, epinefrin, kortikosteroid),
nekrosis, toksin, leukemia dan keganasan adalah penyebab lain
leukositosis.
3. Makanan, olahraga, emosi, menstruasi, stres, mandi air dingin dapat
meningkatkan jumlah sel darah putih
4. Leukopenia, adalah penurunan jumlah leukosit <4000/mm3.
Penyebab leukopenia antara lain:
a) Infeksi virus, hiperplenism, leukemia
b) Obat (antimetabolit, antibiotik, antikonvulsan, kemoterapi)
c) Anemia aplastik/pernisiosa

23
d) Multipel mieloma
Eritrosit adalah untuk mengangkut oksigen dari paru-paru ke jaringan tubuh
dan mengangkut CO2 dari jaringan tubuh ke paru-paru oleh Hb. Eritrosit, dengan
umur 120 hari, adalah sel utama yang dilepaskan dalam sirkulasi. Bila kebutuhan
eritrosit tinggi, sel yang belum dewasa akan dilepaskan kedalam sirkulasi. Pada
akhir masa hidupnya, eritrosit yang lebih tua keluar dari sirkulasi melalui
fagositosis di limfa, hati dan sumsum tulang (sistemretikuloendotelial). Proses
eritropoiesis pada sumsum tulang melalui beberapa tahap, yaitu:
1. Hemocytoblast (prekursor dari seluruh sel darah)
2. Prorubrisit (sintesis Hb)
3. Rubrisit (inti menyusut, sintesa Hb meningkat)
4. Metarubrisit (disintegrasi inti, sintesa Hb meningkat)
5. Retikulosit (inti diabsorbsi)
6. Eritrosit (sel dewasa tanpa inti).
Secara umum nilai HB dan HT digunakan untuk memantau derajat anemia, serta
respon terhadap terapi anemia. Jumlah sel darah merah menurun pada pasien anemia
leukemia, penurunan fungsi ginjal, talasemin, hemolisis dan lupus eritematosus
sistemik. Dapat juga terjadi karena obat (drug induced anemia). Misalnya: sitostatika,
antiretroviral. Sel darah merah meningkat pada polisitemia vera, polisitemia
sekunder, diare/dehidrasi, olahraga berat, luka bakar, orang yang tinggal di dataran
tinggi.

ANALISA DATA
No. Data Fokus Etiologi Problem
1. DS : Klien mengatakan sakit Agen injury Nyeri akut (00132)
P: sakit bertambah saat biologis
posisi terlentang
Q: Seperti ditusuk-tusuk
R: Pada perut
S: Skala 4
T: hilang timbul
DO :
- Klien terlihat meringis
menahan sakit
- Klien terlihat memengang
perut menahan sakitnya
- Klien terlihat tidur miring
kiri
- N : 100 x/menit,
- RR : 28x/ menit

24
- Hasil FNAB massa renal :
didapatkan sel ganas
2. DS : Ketidakmampuan Ketidakseimbangan
- Klien mengatakan perutnya mengabsorpsi Nutrisi kurang dari
sakit nutrien kebutuhan tubuh
DO : (00002)
- Klien tampak lemas
- Klien makan habis porsi
A: BB : 10 kg
TB : 94cm
IMT: 11,31
Percentile : 10/11,31x 100%
= 88,41%, Gizi Sedang
B: Hb : 6,3 mg/dl
C: Klien tampak Pucat,
Klien terlihat sangat kurus
(marasmus), Klien terpasang
NGT
D: Diit susu
3. DS : Klien mengatakan sesak ketidakseimbangan Intoleran aktivitas
DO : suplai dan
- Klien tampak lemah kebutuhan oksigen
- Klien terlihat bedrest
- Aktivitas klien dibantu oleh
keluarga
- Terpasang Oksigen Nasal
canul 3 lpm
- RR : 28x/ menit
- Hb: 6,3 g/dl

DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Nyeri akut berhubungan dengan Agen injuri biologis
2. Ketidakseimbangan Nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan
ketidakmampuan mengabsorbsi nutrien
3. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan ketidakseimbangan suplai dan
kebutuhan oksigen

INTERVENSI KEPERAWATAN
Diagnosa Tujuan dan Kriteria
Intervensi
Keperawatan Hasil

25
Nyeri akut Setelah dilakukan 1. Kaji keadaan umum dan
berhubungan dengan tindakan keperawatan TTV
agen injuri biologis diharapkan nyeri pada 2. Kaji skala nyeri pada klien
pasien dapat berkurang 3. Kaji lokasi pada nyeri
dengan KH: 4. Ajarkan tehnik relaksasi
nafas dalam
- Nyeri dalam batas 5. Kolaborasi dengan dokter
normal (0-3) dalam pemberian analgetik
menggunakan wong
baker

- Tanda-tanda vital
dalam batas normal

- Klien tampak rileks

Ketidakseimbangan Setelah dilakukan 1. Kaji tingkat IMT pada


Nutrisi kurang dari tindakan keperawatan klien
kebutuhan 3x24 jam status nutrisi 2. Lakukan pengukuran
berhubungan dengan pasien dapat teratasi antropometri secara
ketidakmampuan dengan KH: berkala
mengabsorpsi nutrien 3. Kaji adanya mual
1. Klien menunjukan 4. Observasi intake makanan
intake makan klien
meningkat 5. Anjurkan pada keluarga
2. IMT dalam batas makan dalam pemberian
normal dengan nilai asupan makanan sedikit
persentil 90=110% tapi sering
Gizi Baik (Normal) 6. Kolaborasi dengan ahli
gizi dalam pemberian diet
3. Energi tidak
menyimpang dari
rentang normal (kuat)

Intoleran aktivitas Setelah dilakukan 1. Kaji keadan umum


berhubungan dengan tindakan keperawatan 2. Bantu klien dalam
ketidakseimbangan 3x24 jam, klien mampu melakukan aktifitas
antara suplai dan aktivistas secara mandiri 3. Bantu klien untuk memilih
kebutuhan oksigen dengan kriteria hasil: aktifitas konsisten yang
1. Mampu sesuai dengan kemampuan
menyeimbangkan fisik
aktivitas dan 4. Bantu klien untuk

26
istirahat mengidentifikasi aktivitas
2. Tanda tanda vital yang disukai
normal 5. Anjurkan keluarga agar
3. Mampu berpindah klien istirahat dengan cukup
dengan atau tanpa
bantuan alat

IMPLEMENTASI
Hari/tgl/ No. Tanda
Implementasi Respon
jam Dx Tangan
Rabu 1,2,3 Mengobservasi keadaan S: Klien sesak dan Irfan
25/10/17 umum dan TTV sakit perutnya
14.00 O: Klien terlihat lemas
S = 36.8 C
RR = 28x/menit
N = 100x/menit

14.05 2 Mengukur berat badan dan S: - Irfan


antropometri O: :
BB : 10 kg
TB : 94cm
IMT: 11,31
Percentile :
10/11,31x 100% =
88,41%, Gizi
Sedang

14.15 1 Kaji skala nyeri pada klien S: klien mengatakan Irfan


perut sakit
P: Perut sakit kalau
terlentang
Q: Seperti ditusuk-
tusuk
R: Pada perut
S: Skala 4
T: hilang timbul
O:
- Klien tampak

27
meringis kesakitan
- Klien tampak
memegangi
perutnya

14.45 1 Ajarkan tehnik relaksasi S: - Irfan


tarik nafas dalam O:
- Klien mampu
mengikuti teknik
relaksasi nafas
dalam
15.30 2 Anjurkan pada keluarga S: Irfan
klien untuk pemberian - Ibu klien
asupan makanan sedikit mengatakan akan
tapi sering mengikuti anjuran
perawat
O:
- Klien terlihat makan
biskuit, dan minum
susu
15.40 3 Memasukkan transfusi 2 S:- Irfan
kolf (kolf pertama) O : Terapi transfusi
darah masuk
melalui IV line
20.00 1 Memonitor status S: Irfan
oksigenasi dan menambah O:
air oksigen - Klien terpasang
oksigen nasal canul
3lpm

21.00 1 Mengobservasi keadaan S : Ibu Klien Rosa


umum dan TTV mengatakan anak
U masih lemas dan
nyeri perut
O: Klien terlihat lemas
S = 36.4 C
RR = 26x/menit
N = 92x/menit
Terlihat anak
menonton video

28
kesukaanya
22.00 2 Kaji adanya mual muntah S: - Klien mengatakan Rosa
tidak mual muntah
O:
- Klien masih
terlihat lemas

00.00 1&2 Memberikan injeksi S: Klien memyebutkan Rosa


Cefoperazone Sulbactam nama
700mg O: Terpasang D5
NS 20 tpm, terapi
injeksi furosemide
700mg masuk
melalu IV line

00.45 3 Memasukkan transfusi 2 S : Klien menyebutkan Rosa


kolf (kolf kedua) nama
O : Terapi transfusi
darah masuk
melalui IV line

04.30 3 Mengganti transfusi darah S:- Rosa


dengan Nacl O : Terapi infus Nacl
masuk via IV line

05.00 1,2,3 Mengobservasi keadaan S: - Klien mengatakan Rosa


umum dan TTV masih sakit
perutnya
O: Klien masih terlihat
lemas
S = 36.4 C
RR = 24x/menit
N = 100x/menit
Skala : 4

Hari/tgl/ No. Tanda


Implementasi Respon
jam Dx Tangan

29
Kamis 1 Mengkaji skala nyeri S: Klien mengatakan Dita
26/5/17 sakit perutnya
08.30 sedikit berkurang
P: nyeri
bertambaha
apabila
telentang
Q: Seperti
ditusuk-tusuk
R: Pada perut
S: Skala 3
T: hilang timbul
O: Klien tampak asik
menonton video
kesukaannya
08.35 1 Mengajarkan teknik S: Klien mengatakan Dita
relaksasi tidak mau
O:
- Klien tidak
kooperatif

08.40 1,2,3 Memberikan terapi S: Klien menyebutkan Dita


injeksi Cefoperazone nama dengan benar
Sulbactam 700mg dan O: - Terapi injeksi
obat oral Cefoperazone
- Vit C 100mg Sulbactam 700 mg
- Asam Folat 1mg - Memberikan obat
- Zinc 20mg oral kepada ibu
- Vit B Complex 1tab klien untuk
- Vit E 100g diminumkan
10.00 3 Menganjurkan klien untuk S : Klien mengatakan Dita
istirahat dengan cukup mau mengikuti
anjuran perawat
O: Klien tampak
mengerti
11.30 2 Membantu klien dalam S:- Dita
menyiapkan makanan O: Klien makan habis
siang porsi

30
12.00 2 Memantau intake nutrisi S: - Dita
pada klien O: Klien makan habis
porsi

16.00 3 Membantu klien S: Ibu klien meminta Rosa


menyiapkan air sibin tolong untuk
melepaskan infus
karena klien mau ganti
baju
O: Klien sibin dibantu
oleh keluarga
17.00 1,2 Mengukur tanda-tanda S: - Rosa
vital O:
N: 89x/m
RR: 21x/m
S: 37,9 C
17.10 1,2,3,4 Memberikan injeksi S: ibu klien Rosa
Paracetamol 150mg mengatakan minta
selimut
O: klien terlihat
menggigil

Hari/tgl/ No. Tanda


Implementasi Respon
jam Dx Tangan
Jumat 1,2,3 Mengobservasi Keadaan S: Klien mengatakan Irfan
7/4/17 umum dan TTV masih sakit perut
08.00 dan sesak
O:
- Klien tampak
meringis sakit
- Klien terlihat
dibantu oleh
ibunya alih baring
S = 36,4 C
RR = 24x/menit
N = 96x/menit

31
08.10 2 Mengkaji skala nyeri S: Klien mengatakan Irfan
sakit diperut
berkurang
P: sakit bertambah
saat terlentang
Q: Seperti ditusuk-
tusuk
R: Pada kepala
S: Skala 3
T: hilang timbul
O: Klien tampak
gelisah

08.15 3 Mengukur berat badan dan S: Ibu klien Irfan


antropometri mengatakan klien
makannya masih
tidak habis

O: Klien makan habis


porsi

BB : 10 kg
TB : 94cm
IMT: 11,31
Percentile :
10/11,31x 100% =
88,41%, Gizi
Sedang

08.20 1,2,3 Memberikan terapi injeksi S: Klien menyebutkan Irfan


Cefoperazone Sulbactam nama dengan benar
700mg dan obat oral O: - Terapi injeksi
- Vit C 100mg Cefoperazone
- Asam Folat 1mg Sulbactam 700 mg
- Zinc 20mg - Memberikan obat
- Vit B Complex 1tab oral kepada ibu
- Vit E 100g klien untuk
diminumkan

EVALUASI
Tgl/Jam No.dx Evaluasi Ttd

32
25/10/17 1 S : Klien mengatakan masih sakit perutnya Irfan
14.00 O: Klien tampak memegangi perut menahan nyeri
P: Sakit bertambah saat terlentang
Q: Seperti ditusuk-tusuk
R: Pada perut
S: Skala 4
T: hilang timbul
A: Masalah belum teratasi
P: Lanjutkan intervensi
1. Kaji skala nyeri
2. Ajarkan teknik tarik nafas dalam pada klien
14.00 2 S:- Irfan
O : Klien tampak lemas dan kurus
Klien makan habis porsi
A: BB : 10 kg
TB : 96 cm
IMT: 13,46
B: Hb : 6,4 mg/dl
C: Klien masih terlihat Pucat, terpasang selang
NGT
D: Diet susu
A : Masalah belum taratasi
P : Lanjutkan intervensi
1. Kaji tingkat IMT pada klien
2. Lakukan pengukuran antropometri secara
berkala
3. Kaji adanya mual muntah
4. Anjurkan pada keluarga makan dalam
pemberian asupan makanan sedikit tapi sering
14.00 3 S: : Klien mengatakan lemes Irfan
O:
- Klien masih tampak lemas
- Klien terlihat bedrest
- Aktivitas klien dibantu oleh keluarga
- Terpasang Oksigen Nasal canul 3 lpm
- RR : 28x/ menit
- Hb: 6,4 g/dl
A : Masalah belum teratasi
P : Lanjutkan intervensi
1. Kaji keadan umum

33
2. Bantu klien dalam melakukan aktifitas
3. Anjurkan keluarga agar klien istirahat dengan
cukup

Tgl/Jam No.dx Evaluasi Ttd


26/10/17 1 S : Klien mengatakan sakit perutnya berkurang Rosa
21.00 O : Klien terlihat menonton video kesukaanya
P: sakit bertambah saat terlentang dan terasa
sesak
Q: Seperti ditusuk-tusuk
R: Pada perut
S: Skala 3
T: hilang timbul
A: Masalah teratasi sebagian
P: Lanjutkan intervensi
1. Kaji skala nyeri
2. Ajarkan teknik tarik nafas dalam pada klien
21.00 2 S:- Rosa
O : Klien makan habis porsi
A: BB : 10 kg
TB : 96 cm
IMT: 13,46
B: Hb : 7,9 mg/dl
C: Klien masih tampak lemas
D: Diet susu
A : Masalah belum taratasi
P : Lanjutkan intervensi
1. Kaji tingkat IMT pada klien
2. Lakukan pengukuran antropometri secara
berkala
3. Kaji adanya mual muntah
4. Anjurkan pada keluarga makan dalam
pemberian asupan makanan sedikit tapi sering

21.00 3 S: Klien mengatakan lemes Rosa


O:
- Klien masih tampak lemas dan pucak
- Aktivitas klien masih dibantu oleh keluarga
- RR : 28x/ menit

34
- Hb: 7,9 g/dl
A : Masalah belum teratasi
P : Lanjutkan intervensi
1. Kaji keadan umum
2. Bantu klien dalam melakukan aktifitas
3. Anjurkan keluarga agar klien istirahat dengan
cukup

Tgl/Jam No.dx Evaluasi Ttd


27/10/17 1 S : Klien mengatakan sakit berkurang Irfan
14.00 O: Klien tampak lemas
P: Sakit bertambah saat terlentang
Q: Seperti ditusuk-tusuk
R: Pada perut
S: Skala 3
T: hilang timbul
A: Masalah belum teratasi
P: Lanjutkan intervensi
1. Kaji skala nyeri
2. Ajarkan teknik tarik nafas dalam pada klien
14.00 2 S:- Irfan
O : Klien tampak lemas dan kurus
Klien makan habis porsi
A: BB : 14 kg
TB : 102 cm
Lila: 13 cm
Lk 46 cm
IMT: 13,46
B: Hb : 7.9 mg/dl
C: Klien masih terlihat Pucat, terpasang selang
NGT
D: Diet nasi susu
A : Masalah belum taratasi
P : Lanjutkan intervensi
5. Kaji tingkat IMT pada klien
6. Lakukan pengukuran antropometri secara
berkala
7. Kaji adanya mual muntah
8. Anjurkan pada keluarga makan dalam

35
pemberian asupan makanan sedikit tapi sering
06.00 3 S: : Klien mengatakan lemes Irfan
O:
- Klien terlihat menonton video kesukaanya
- Klien terlihat bedrest
- Aktivitas klien dibantu oleh keluarga
- Terpasang Oksigen Nasal canul 3 lpm
- RR : 28x/ menit
A : Masalah belum teratasi
P : Lanjutkan intervensi
1. Kaji keadan umum
2. Bantu klien dalam melakukan aktifitas
3. Anjurkan keluarga agar klien istirahat dengan
cukup

36
DAFTAR PUSTAKA

Bambang Permono, Mia Ratwita. Tumor Wilms. Edisi 2010. Diunduh dari
http://www.pediatrik.com/isi03.php?page=html&hkategori=pdt&direkt
ori=pdt&filepdf=0&pdf=&html=07110-ybwd242.htm. Pada tanggal 29
Oktober 2010

Christian Nordgvist. What is a Wilms Tumor. Edisi 2013. Diunduh dari URL
http://www.medicalnewstoday.com/articles/188130.php.

Hardjowijoto S, Djuwantoro D, Rahardjo EO, Djatisoesanto W. Management


of Wilms Tumor in Department of Urology Soetomo Hospital : report
of 70 cases. Jurnal Ilmu Bedah Indonesia vol. 33 no. 1 Januari-Maret
2010.1-5

J.Crowin, elizabeth . 2013 . Buku Saku patofisiologi . Jakarta : Penerbit Buku


kedokteran EGC

Nelson, Behrman, Kliegman. 2010. Ilmu Kesehatan Anak (Textbook of


Pediatrics). Edisi 15. Jakarta : EGC

Nurarif, A. H. dan Hardhi, K. (2015) Aplikasi NANDA NIC NOC,Edisi Revisi


Jilid I. Yogyakarta: Media Action Publishing

Pudjiadi, A. H. Dan Hegar, B. (2010) Pedoman Pelayanan Medis Ikatan


Dokter Anak Indonesia. Jakarta: IDAI.

Smeltzer, S. C. (2010). Handbook for Brunner & Suddarths textbook of


medical-surgical nursing. 12th ed. Philadelphia: Lippincott Williams
& Wilkins

Tongaonkar HB, Qureshi SS, Kurkure PA, Muckaden MA, Arora B, Yuvaraja
TB. Wilms tumor: An update. Indian Journal of Urology. October
2011.

37

You might also like