You are on page 1of 3

Asuhan Keperawatan HIPOTERMIA

05.40 Joko Prastyo, Amd Kep No comments


HIPOTERMIA

1. Pengertian
Hipotermia adalah penurunan suhu tubuh di bawah 36 0C (Dep.Kes. RI, 1994).

2. Prinsip Dasar
Suhu normal bayi, baru lahir berkisar 36,5 0C 37,50C (suhu ketiak). Gejala awal hipotermia apabila suhu < 36 0C
atau kedua kaki, dan tangan teraba dingin. Bila seluruh tubuh bayi teraba dingin, maka bayi sudah mengalami
hipotermi sedang (Suhu 320C 360C). Disebut hipotermia berat bila suhu tubuh < 32 0C. Hipotermia menyebabkan
terjadinya penyempitan pembuluh darah yang mengakibatkan terjadinya metoblis anerobik, meningkatkan
kebutuhan oksigen, mengakibatkan hipoksemia dan berlanjut dengan kematian (Saifudin, 2002)

Mekanisme kehilangan panas pada bayi baru lahir :


a. Radiasi : dari objek ke panas bayi
Contoh : timbangan bayi dingin tanpa alas
b. Evaporasi : karena penguapan cairan yang melekat pada kulit
Contoh : air ketuban pada tubuh bayi, baru lahir, tidak cepat dikeringkan.
c. Konduksi : panas tubuh diambil oleh suatu permukaan yang melekat ditubuh
Contoh : pakaian bayi yang basah tidak cepat diganti.
d. Konveski : penguapan dari tubuh ke udara
Contoh : angin dari tubuh bayi baru lahir
(Wiknjosastro, 1994)

3. Penilaian hipotermia bayi baru lahir


Gejala hipotermia bayi baru lahir
a. Bayi tidak mau minum / menetek
b. Bayi tampak lesu atau mengantuk
c. Tubuh bayi teraba dingin
d. Dalam keadaan berat, denyut jantung bayi, menurun dan kulit tubuh bayi mengeras (sklerema).

Tanda tanda hipotermia sedang :


a. Aktifitas berkurang, letargis
b. Tangisan lemah
c. Kulit berwarna tidak rata (cutis malviorata)
d. Kemampuan menghisap lemah
e. Kaki teraba dingin
f. Jika hipotermia berlanjut akan timbul cidera dingin

Tanda tanda hipotermia berat


a. Aktifitas berkurang, letargis
b. Bibir dan kuku kebiruan
c. Pernafasan lambat
d. Pernafasan tidak teratur
e. Bunyi jantung lambat
f. Selanjutnya mungkin timbul hipoglikemia dan asidosis metabolik
g. Resiko untuk kematian bayi

Tanda tanda stadium lanjut hipotermia


a. Muka, ujung kaki dan tangan berwarna merah terang
b. Bagian tubuh lainnya pucat
c. Kulit mengeras merah dan timbul edema terutama pada punggung, kaki dan tangan (sklerema)
(Saifudin, 2002)
4. Penyebab dan Resiko
a. Penyebab utama
Kurang pengetahuan cara kehilangan panas dari tubuh bayi dan pentingnya mengeringkan bayi secepat mungkin
b. Resiko untuk terjadinya hipoermia
1) Perawatan yang kurang tepat setelah bayi lahir
2) Bayi dipisahkan dari ibunya segera setelah lahir
3) Berat lahir bayi yang kurang dan kehamilan prematur
4) Tempat melahirkan yang dingin (putus rantai hangat).
5) Bayi asfiksia, hipoksia, resusitasi yang lama, sepsis, sindrom dengan pernafasan, hipoglikemia perdarahan
intra kranial.
(DepKes RI, 1992)

5. Faktor Pencetus
Faktor pencetus terjadinya hipotermia :
a. Faktor lingkungan
b. Syok
c. Infeksi
d. Gangguan endokrin metabolik
e. Kurang gizi, energi protein (KKP)
f. Obat obatan
g. Aneka cuaca
(DepKes RI, 1992)

6. Prinsip dasar mempertahankan suhu tubuh bayi baru lahir dan mencegah hipotermia.
a. Mengeringkan bayi baru lahir segera setelah lahir
Bayi lahir dengan tubuh basah oleh air ketuban. Aliran udara melalui jendela / pintu yang terbuka akan
mempercepat terjadinya penguapan dan bayi lebih cepat kehilangan panas tubuh. Akibatnya dapat timbul serangan
dingin (cols stres) yang merupakan gejala awal hipotermia. Untuk mencegah terjadinya serangan dingin, setiap
bayi lahir harus segera dikeringkan dengan handuuk yang kering dan bersih (sebaiknya handuk tersebut
dihangatkan terlebih dahulu). Setelah tubuh bayi kering segera dibungkus dengan selimut, diberi topi / tutup
kepala, kaus tangan dan kaki. Selanjutnya bayi diletakkan dengan telungkup diatas dada untuk mendapat
kehangatan dari dekapan bayi.
b. Menunda memandikan bayi baru lahir sampai suhu tubuh bayi stabil
Untuk mencegah terjadinya serangan dingin, ibu / keluarga dan penolong persalinan harus menunda memandikan
bayi.
1) Pada bayi baru lahir sehat yaitu lahir cukup bulan, berat > 2.500 gram, langsung menangis kuat, maka
memandikan bayi, ditunda selama + 24 jam setelah kelahiran.
2) Pada bayi lahir dengan resiko (tidak termasuk kriteria diatas), keadaan bayi lemah atau bayi dengan berat
lahir < 2.000 gram, sebaiknya bayi, jangan dimandikan, ditunda beberapa hari sampai keadaan umum membaik
yaitu bila suhu tubuh bayi, stabil, bayi sudah lebih kuat dan dapat menghisap ASI dengan baik.
(DepKes RI, 1992)

7. Tindakan Pada Hipotermia


Segera hangatkan bayi, apabila terdapat alat yang canggih seperti inkubaator gunakan sesuai ketentuan. Apabila
tidak tersedia inkubator cara ilmiah adalah menggunakan metode kanguru cara lainnya adalah dengan penyinaran
lampu.

a. Hipotermia Sedang

1) Keringkan tubuh bayi dengan handuk yang kering, bersih, dapat hangat
2) Segera hangatkan tubuh bayi dengan metode kanguru bila ibu dan bayi berada dalam satu selimut atau kain
hangaat yang diserterika terlebih dahulu. Bila selimut atau kain mulai mendingin, segera ganti dengan selimut /
kain yang hangat.
3) Ulangi sampai panas tubuh ibu mendingin, segera ganti dengan selimut / kain yang hangat.
Mencegah bayi kehilangan panas dengan cara :
a) Memberi tutup kepala / topi bayi
b) Mengganti kain / popok bayi yang basah dengan yang kering dan hangat

b. Hipotermi Berat
1) Keringkan tubuh bayi dengan handuk yang kering, bersih, dan hangat
2) Segera hangatkan tubuh bayi dengan metode kanguru, bila perlu ibu dan bayi berada dalam satu selimut atau
kain hangat
3) Bila selimut atau kain mulai mendingin. Segera ganti dengan selimut atau lainnya hangat ulangi sampai
panas tubuh ibu menghangatkan tubuh bayi
4) Mencegah bayi kehilangan panas dengan cara :
a) Memberi tutup kepala / topi kepala
b) Mengganti kain / pakaian / popok yang basah dengan yang kering atau hangat
5) Biasanya bayi hipotermi menderita hipoglikemia. Karena itu ASI sedini mungkin dapat lebih sering selama
bayi menginginkan. Bila terlalu lemah hingga tidak dapat atau tidak kuat menghisap ASI. Beri ASI dengan
menggunakan NGT. Bila tidak tersedia alat NGT. Beri infus dextrose 10% sebanyak 60 80 ml/kg/liter
6) Segera rujuk di RS terdekat
(Dep.Kes. RI, 1994).
8. Pencegahan Hipotermia
Pencegahan hipotermia merupakan asuhan neonatal dasar agar BBL tidak mengalami hipotermia. Disebut
hipotermia bila suhu tubuh turun dibawah 36,5 0C. Suhu normal pada neonatus adalah 36,5 37,50C pada
pengukuran suhu melalui ketiak BBL mudah sekali terkena hipotermia, hal ini disebabkan karena :
a. Pusat pengaturan panas pada bayi belum berfungsi dengan sempurna
b. Permukaan tubuh bayi relatif luas
c. Tubuh bayi terlalu kecil untuk memproduksi dan menyimpan panas
d. Bayi belum mampu mengatur posisi tubuh dari pakaiannya agar ia tidak kedinginan.

Hal-hal yang perlu dilakukan untuk pencegahan hipotermi adalah mengeringkan bayi segera mungkin, menutup
bayi dengan selimut atau topi dan menenmpatkan bayi di atas perut ibu (kontak dari kulit ke kulit). Jika kondisi
ibu tidak memungkinkan untuk menaruh bayi di atas dada (karena ibu lemah atau syok) maka hal-hal yang dapat
dilakukan :
1. Mengeringkan dan membungkus bayi dengan kain yang hangar
2. Meletakkan bayi didekat ibu
3. Memastikan ruang bayi yang terbaring cukup hangat
(Dep.Kes. RI, 1994).
DAFTAR PUSTAKA

Depkes RI, 1994, Pedoman Penanganan Kegawatdaruratan Obstektrik dan Neonatal, Departemen Kesehatan RI,
Jakarta.

________________, Asuhan Kesehatan Anak Dalam Konteks Keluarga, Departemen Kesehatan RI, Jakarta

Saifuddin, Abdul Bari, 2002, Pelayanan Kesehatan Maternal & Neonatal, INPKKR-POGI & YBS SP, Jakarta.

Wiknjosastro Gulardi H., dkk, 2007, Asuhan Persalinan Normal, JNPK-KR, Jakarta

You might also like