You are on page 1of 7

mooi indie: sebuah jejak kemolekan seni

lukis modern Indonesia


27 March 201330 November 2013 Mardiyyan

1. 1. MOOI INDIE (PENDAHULUAN)

Pada mulanya istilah Mooi Indie pernah dipakai untuk memberi judul reproduksi sebelas lukisan
pemandangan cat air Du Chattel yang diterbitkan dalam bentuk portfolio di Amsterdam tahun
1930. Namun demikian istilah itu menjadi popular di Hindia Belanda semenjak S. Sudjojono
memakainya untuk mengejek pelukis-pelukis pemandangan dalam tulisannya pada tahun 1939.
Dia mengatakan bahwa lukisan-lukisan pemandangan yang serba bagus, serba enak, romantis
bagai di surga, tenang dan damai, tidak lain hanya mengandung satu arti: Mooi Indie (Hindia
Belanda yang Indah).

Berawal dari para pelukis yang karena kelahiran dan tempat tinggalnya di Indonesia (Hindia
Belanda) menjadi para pelukis Indo Belanda atau biasa disebut Indische Schilderer, serta
ditambah para pelukis asing yang datang dari berbagai negara Eropa. Sehingga ada proses
asimilasi dan alkulturasi yang kental yang mempengaruhi corak mooi indie.

Lukisan-Iukisan Mooi Indie dapat dikenali dari penampilan fisiknya. Bentuk atau subyek
maternya adalah pemandangan alam yang dihiasi gunung, sawah, pohon penuh bunga, pantai
atau telaga. Selain itu kecantikan dan eksotisme wanita-wanita pribumi, baik dalam pose
keseharian, sebagai penari, atau pun dalam keadaan setengah busana. Laki-Iaki pribumi juga
sering muncul sebagai obyek lukisan, biasanya sebagai orang desa, penari atau bangsawan yang
direkam dalam setting suasana Hindia Belanda.

Menurut M. Agoes Burhan, wama yang dipakai untuk mengungkapkan obyek-obyek itu
kebanyakan cerah dan mengejar cahaya yang menyala. Karakter garisnya lembut sebagaimana
lukisan Du Chattel, sampai lincah dan spontan seperti Isaac Israel, tetapi tidak ada yang sampai
liar sebagaimana goresan orang-orang ekspresionis. Mereka menempatkan obyek-obyek dalam
komposisi yang formal, seimbang, sehingga menghasilkan suasana tenang. Konsekuensinya,
komposisi yang mengarah pada struktur diagonal atau bloking objek-objek dari sudut kanvas
untuk menimbulkan suasana tegang dan dramatis jarang dipakai. Ciri-ciri fisik yang demikian itu
merupakan manifestasi dari ide pelukisnya yang ingin merealisasikan impian untuk melihat
negeri Timur, yang bagi pelukis-pelukis Belanda merupakan dunia dongeng sejak masa kanak-
kanak mereka. Terdapat empat kelompok pelukis dari aliran Indie Mooi ini yang mulai
berkembang pada awal abad ke-20 ini, yaitu:

Orang asing yang datang dari luar negeri yang jatuh cinta pada keindahan negeri ini dan
menemukan obyekobyek yang cocok di tanah Hindia. Misalnya F.J. du Chattel, Manus
Bauer, Nieuwkamp, Isaac Israel, PAJ Moojen, Carel Dake, Romualdo Locatelli (Itali),
dll.
Orang-orang Belanda kelahiran Hindia Belanda, misalnya Henry van Velthuijzen,
Charles Sayers, Ernest Dezen~e, Leonard Eland, Jan Frank, dll
Orang pribumi yang berbakat melukis dan mendapat ketrampilan dari dua kelompok di
atas, misalnya Raden Saleh, Mas Pirngadi, Abdullah Surisubroto, Wakidi, Basuki
Abdullah, Mas Soeryo Soebanto, Henk Ngantunk
Orang-orang Cina yang mulai muncul pada dasawarsa ketiga abad 20, khususnya Lee
Man Fong, Oei Tiang Oen dan Biau Tik Kwie. Pada umurnnya, dalam melakukan
publikasi karya-karyanya mereka mengadakan pameran selama di Jakarta bertempat di
Bataviasche Kuntkringgebouw, Theosofie Vereeniging, Kunstzaal Kolff & Co, Hotel Des
Indes, dll.

Yang saya simpulkan ada 5 penggerak aliran lukis dimasa ini, yakni: A. A. J Payen (1792-1853),
Raden Saleh (1807-1880), Abdullah Suryobroto (1878-1941), Wakidi (1888-1979), dan Mas
Pirngadi (1875-1936)

1. 2. TOKOH PENTING MOOI INDIE

A. A. J. PAYEN (Belgia 1792-1853)

Antoine A.J PAYEN ialah penggerak utama atau penghubung antara koonial Belanda pada masa
itu dengan Indonesia. Payen sebutannya ialah pribumi yang dipercayai colonial Belanda saat itu
untuk bekerja pada Badan Penyelidik Pengetahuan dan Kesenian yang dikepalai oleh C.G.C.
Reinwardt. Saat itu payen bekerja bersama Bik bersaudara (Theodorus Bik dan Adrianus Bik)
dengan tugas resmi melukis alam, kota, pemandangan, tumbuh-tumbuhan dan fauna untuk
kepentingan Natural Sciences Commission pada badan yang dipimpin Reinwardt tersebut.

Pertemuan pertamanya dengan muridnya Raden Saleh di tempat tersebut mengembangkan minat
gambar pribumi, secara khusus Raden Saleh. Bersama Bik bersaudara dia mengajari Raden Saleh
menggambar.

Setelah Inggris menyerahkan kembali Indonesia kepada Belanda ditahun 1816, pemerintahan
jajahan yang baru dari Nederland tidak saja membawa penguasa-penguasa kolonial, tetapi juga
beberapa guru besar atau professor yang diantaranya adalah Reinwardt yang dikuasakan untuk
melakukan penyelidikan-penyelidikan tentang Pengetahuan dan Kesenian, selain itu juga para
pelukis yang diantaranya adalah Payen sendiri yang menjadi pelukis pada Badan Penyelidik
Pengetahuan dan Kesenian tersebut. Para pelukis ini ditugaskan melukis alam dan
pemandangan di Indonesia.

Payen memang tidak menonjol di kalangan ahli seni lukis di Belanda, namun mantan mahaguru
Akademi Senirupa di Doornik, Belanda, ini cukup membantu Raden Saleh mendalami seni lukis
Barat dan belajar teknik pembuatannya, misalnya melukis dengan cat minyak. Payen juga
mengajak pemuda Saleh dalam perjalanan dinas keliling Jawa mencari model pemandangan
untuk lukisan. Ia pun menugaskan Raden Saleh menggambar tipe-tipe orang Indonesia di daerah
yang disinggahi.
Ketertarikannya pada keindahan alam Indonesia Muncul seketika saat menjalani tugas tersebut,
jadi beliau merasa bahwa tugas yang dia bebani ini juga sebagai pengetahuan yang pada akhirnya
akan menjadi identitas estetika Indonesia (hindia-belanda pada masa itu) pada beberapa masa.
Beberapa sumber mempercayai bahwa Payen ialah pengaruh besar pada perkembangan keseni
rupaan Raden Saleh yang juga menurunkan paham mooi indie pada kapasitas yang tidak lama.

RADEN SALEH (Semarang 1807-1880)

Info yang saya dapatkan memang tidak merujuk bahwa Raden Saleh ialah seniman mooi indie
secara utuh. Namun tak dapat dipungkiri Beliau adalah salah satu pengauh Mooi Indie/seni rupa
modern Indonesia. Berawal dari ketertarikannya menggambar yang dibimbing oleh Payen
membuat citra mooi indie harus dia terima walaupun studinya keluar negri mengubah
penggayaan dan estetika-nya.

Raden Saleh Sjarif Boestaman (Semarang, 1807 Buitenzorg (sekarang Bogor), 23 April 1880)
tercatat sebagai salah seorang pelukis paling terkenal dari Indonesia. Kiprahnya di dunia Seni
Rupa berawal Sejak usia 10 tahun, ia diserahkan pamannya, Bupati Semarang, kepada orang-
orang Belanda atasannya di Batavia. Kegemaran menggambar mulai menonjol sewaktu
bersekolah di sekolah rakyat (Volks-School).

Keramahannya bergaul memudahkannya masuk ke lingkungan orang Belanda dan lembaga-


lembaga elite Hindia-Belanda. Seorang kenalannya, Prof. Caspar Reinwardt, pendiri Kebun Raya
Bogor sekaligus Direktur Pertanian, Kesenian, dan Ilmu Pengetahuan untuk Jawa dan pulau
sekitarnya, menilainya pantas mendapat ikatan dinas di departemennya. Kebetulan di instansi itu
ada pelukis keturunan Belgia, A.A.J. Payen yang didatangkan dari Belanda untuk membuat
lukisan pemandangan di Pulau Jawa untuk hiasan kantor Departemen van Kolonieen di Belanda.
Payen tertarik pada bakat Raden Saleh dan berinisiatif memberikan bimbingan.

Payen memang tidak menonjol di kalangan ahli seni lukis di Belanda, namun mantan mahaguru
Akademi Senirupa di Doornik, Belanda, ini cukup membantu Raden Saleh mendalami seni lukis
Barat dan belajar teknik pembuatannya, misalnya melukis dengan cat minyak. Payen juga
mengajak pemuda Saleh dalam perjalanan dinas keliling Jawa mencari model pemandangan
untuk lukisan. Ia pun menugaskan Raden Saleh menggambar tipe-tipe orang Indonesia di daerah
yang disinggahi.

Terkesan dengan bakat luar biasa anak didiknya, Payen mengusulkan agar Raden Saleh bisa
belajar ke Belanda. Usul ini didukung oleh Gubernur Jenderal G.A.G.Ph. van der Capellen yang
memerintah waktu itu (18191826), setelah ia melihat karya Raden Saleh.

Tahun 1829, nyaris bersamaan dengan patahnya perlawanan Pangeran Diponegoro oleh Jenderal
Hendrik Merkus de Kock, Capellen membiayai Saleh belajar ke Belanda. Namun,
keberangkatannya itu menyandang misi lain. Dalam surat seorang pejabat tinggi Belanda untuk
Departemen van Kolonieen tertulis, selama perjalanan ke Belanda Raden Saleh bertugas
mengajari Inspektur Keuangan Belanda de Linge tentang adat-istiadat dan kebiasaan orang Jawa,
Bahasa Jawa, dan Bahasa Melayu. Ini menunjukkan kecakapan lain Raden Saleh.
Seperti yang dibahas sebelumnya payen diberi kesempatan untuk bersekolah diluar negri dan
oleh karena itu seleah berpulangnya dari studinya tersebut Raden Saleh membawa paham-paham
estetika barat yang berkembang pada masa itu. Yakni Romantisme

Sepulangnya dari studi panjangnya Tak banyak catatan seni yang dia gores. Ia dipercaya menjadi
konservator pada Lembaga Kumpulan Koleksi Benda-benda Seni. Beberapa lukisan potret
keluarga keraton dan pemandangan menunjukkan ia tetap berkarya.

Karya yang paling menunjukan kemolekannya salah satunya ialah Javanese Landscape, with
Tigers Listening to the Sound of a Traveling Group

ABDULLAH SURYOBROTO (1878-1941)

Tidak terlalu banyak info yang menerangjan Abdullah Suryobroto selain beliau ialah ayah
kandung dari seniman flamboyant Raden Basoeki Abdullah, bersama rekannya wakidi dan
pringadie beliau mencetus mooi indie secara utuh.

Pelukis R Abdullah Suriosubroto adalah putera Dr Wahidin Sudirohusodo, perintis pergerakan


nasional Budi Utomo. Tetapi berlainan dengan ayahnya, Abdullah sama sekali tidak tertarik
dengan dunia pergerakan, dia mengambil jalan hidup berbeda. Dia berkesempatan belajar di
negeri Belanda mengikuti tujuan ayahnya supaya Abdullah menempuh studi kedokteran, tetapi
sesuai kenyataannya Abdullah malah belajar seni lukis di Den Haag.

Sebenarnya yang saya tangkap dari penggayaan luis Abdullah hamper sama dengan ajaran payen
kepada Raden Saleh. Yakni menggambarkan nuansa romantisme gaya Eropa yang dituangkan
versi keindahan Indonesia, dimana alam mendominasi. Berbeda kembangannya dengan putranya
Basuki Abdullah yang mengembangkan mooi indie lebih ditekankan kepada keindahan wanita.

Wakidi (Palembang, 1889/18901979)

Wakidi (1889-1979) adalah pelukis berusia panjang. Wakidi yang orang tuanya asal Semarang,
namun dia sendiri lahir di Plaju, Sumatera Selatan ini memilih untuk menetap di Sumatera Barat.
Dia memperoleh pendidikan di Kweekschool (Sekolah Pendidikan Guru) yang berdiri sejak 1837
di Bukittinggi. Di sekolah inilah Wakidi mendalami pelajaran menggambar dan melukis (1903).

Mengingat kemampuan luar biasa yang dimiliki Wakidi di usia mudanya, setamat disana, dia
memperoleh tawaran menjadi guru lukis dan menggambar untuk membina dan mengasuh anak-
anak pribumi yang menempuh pendidikan di Kweekschool. Diantara murid Wakidi tercatat
tokoh proklamator Bung Hatta dan mantan Ketua MPRS Jenderal Besar Abdul Haris Nasution.

Tidak hanya di Kweekschool, beberapa tahun kemudian Wakidi ditawari menjadi guru di INS
Kayutanam, yang didirikan M. Syafei pada tahun 1926. Di INS Wakidi ternyata juga disukai dan
disenangi puluhan bahkan ratusan murid dan pengikut-pengikutnya.

Diantara murid-muridnya terdapat tokoh berkesinambungan yang berkiprah dalam peta seni lukis
nasional seperti Baharuddin MS, Syamsul Bahar, Mara Karma, Hasan Basri DT. Tumbijo,
Nasjah Jamin, Montingo Busye, Zaini, Nashar, Ipe Makruf, Alimin Tamin, Nuzurlis Koto, Arby
Samah, Muslim Saleh, Mukhtar Apin, AA Navis, Mukhtar Jaos, Osmania dan banyak lagi
hingga ke tokoh-tokoh muda saat ini.

MAS PRINGADI (1875-1936)

Mas Pirngadi lahir dalam keluarga ningrat pada tahun 1875. Beliau merupakan salah seorang
pelukis aliran naturalis Indonesia paling berbakat. Awalnya, beliau belajar melukis dengan bahan
caat air dari seorang pelukis Belanda, Du Chattel. Kemudian, beliau mengajar pelukis-pelukis
terkenal seperti Sudjono dan Suromo. Tokoh lain yang dianggap sbagai pelukis terkenal
Indonesia adalah Wahidi dan Abdullah Suryosubroto. Mereka terkenal sebagai pelukis Indonesia
pada zaman penjajahan Belanda awal abad ke-20. Mas Pirngadi sangat ahli melukis
pemandangan alam dan orang. Disamping itu, beliau juga menghasilkan waktu bertahun-tahun
membuat gambar terinci untuk Royal Batavia Society for Arts dan Sciences and the
Archeological Service. Beliau meninggal pada tahun 1936.

Dalam melukis pemandangan alam, Abdullah dan Wakidi nampak lebih produktif maupun
berkemampuan dibanding dengan Pirngadi yang tersita oleh pekerjaan rutinnya sebagai ilustrator
museum antropologi di Jakarta.

1. 3. ERA PERSAGI, RUNTUHNYA MOOI INDIE

Zaman pergerakan yang ditandai dengan terselenggaranya Sumpah Pemuda 1928, dan pecahnya
Perang Asia Timur dengan Jepang sebagai pemenangnya mempengaruhi geliat seni lukis di
tanah air. Mazhab Mooi Indie lantas dikecam dan dikritik habis, dianggap hanya mengabadikan
keindahan alam Indonesia saja dan kurang tanggap terhadap kenyataan di sekitarnya yang tidak
semuanya indah, serba enak, tenang dan damai.

Di sisi lain, pengembangan pada teknik melukis sangat diperhatikan pada masa itu, sehingga seni
lukis realisme Indonesia makin memiliki identitas pribadi. Paska Sumpah Pemuda, terjadilah
polemik kebudayaan yang riuh rendah dalam media massa. Terutama pada kurun waktu 1935-
1939. Para pelukis tidak mau ketinggalan dan ikut ambil bagian. Tokoh-tokoh semacam Lee
Man Fong, Ui Tiang Un, Henk Ngantung, Siauw Tik Kwie, Pirngadi, Subanto, Imandt, Jan
Frank, Rudolf Bonnet ikut pula berdebat.

Sindudarsono Sudjojono (1913-1986) dan Affandi Koesoema (1907-1990) adalah dua tokoh
yang paling menonjol pada masa itu. Berbeda dengan Affandi yang pendiam, Sudjojono adalah
tokoh yang keras dan pemberang. Selain sebagai pelukis, dia juga kritikus seni lukis berlidah
tajam. Pak Djon begitu panggilan akrabnya kerap mengecam Basoeki Abdullah yang
dianggap bibit penerus mooi indie sebagai tidak nasionalistis, karena hanya melukis perempuan
cantik dan pemandangan alam. Kritik Pak Djon itu tentu saja membuat berang Basoeki.

Pak Djon dan Basoeki kemudian dianggap sebagai musuh bebuyutan, bagai air dan api, sejak
1935. Namun di luar itu, Pak Djon yang memang memulai karirnya sebagai seorang guru
sekolah menengah dianggap pionir yang mengembangkan seni lukis modern khas Indonesia.
Pengikut dan muridnya banyak, sehingga komunitas seniman, menjulukinya sebagai Bapak Seni
Lukis Indonesia Baru.

Sebenarnya alasan Pak Djon mengancam geliat Basuki Abdullah tidak tanpa dasar, alasannya
untuk mengakhiri masa mooi indie yang hanya menangkap keindahan negaranya tanpa
menangkap kegelisahan dan rasa keprihatinan yang juga bagian dari keindahan bangsa kita
sendiri. Juga kuatnya pengaruh barat dalam penggayaan lukisan mooi indie manjadikan
semakin kuatnya panggilan nasionalis Pak Djon.

Sudjojono memang tidak sendiri, bersama PERSAGI Pak Djon mulai mengaktifkan seni sebagai
orasi, dan beberapa kekuatan propaganda lainnya. Berbeda hal dengan basuki Abdullah yang
hingga kematiannya mempertahankan kepercayaan yang dianut sesepuhnya.

Namun beberapa sumber dan informasi yang saya dapat, Basuki Abdullah akhirnya menyadari
bahwa seni modern adalah seni yang menutarakan kegelisahan dibandingkan hanya
keindahannya saja. Beberapa karya Basuki Abdullah mulai melenceng.

PERSAGI pimpinan sudjojono adalah babakan baru dalam kasanah seni rupa Indonesia, tapi
PERSAGI pun tak bisa mengelak keberadaannya pasti secaa tidak langsung dipengaruhi oleh
gerakan MOOI INDIE . karena dari adanya ketertekanan munculah suatu kesadaran dan paham
baru yang mempelopori perkembangan suatu zaman.

1. 4. KESIMPULAN (SUBJEKTIFITAS PRIBADI)

Sebenarnya gerakan revolusinoer seperti dalam kasus mooi indie hanyalah suatu kesadaran saja,
dimana berawal dari sebuah tanggung jawab yakni kolonial Belanda menyuruh Raden Saleh dan
Payen untuk mendatakan karakter daerah dengan cara dilukis, dari segi lokasi, karakter wajahnya
hingga bagian-bagian detail lokasinya.

Dari tugas tersebut yang juga dipengaruhi oleh Penggayaan lukis Belanda membuat peregerakan
paham naturalis pelukis pribumi berasimilasi dengan penggayaan romantisme yang dibawa
colonial Belanda.

Saya sendiri berpendapat bahwa pada perkembangannya, paham Mooi indie ini membuat fondasi
dasar kemunculan seni rupa di Indonesia. Berawal dari payen, kemudian Raden Saleh dan hingga
mas pringadi menjadi saksi atas perjuangan Indonesia menemukan jati dirinya.

Adapun bantahan sudjojono (pak djon) akan ketidak sesuaian mooi indie sebagai identitas seni
rupa Indonesia beralasan namun tidak benar seratus persen, menurut saya pribadi alasan kuat
kenapa ada sebuah pergerakan modern karena adanya suatu paham yang mendasar terlebih
dahulu akan suatu objek yang baku(tidak banyak dirubah) seperti pelukisan bergaya mooi indie
sendiri yang menangkap kesan dan pesan yang nyata, indah itu alam, karena alam itu indah.
Benar adanya dan kalaupun pengaruh besar Belanda sebagai pihak barat mendifusikan paham
ke bangsa kita sebagai paham timur ialah proses pendewasaan dan kita memang berhak untuk
mengetahui dan kemudian menyeleksi mana yang harus kita buang dan mana yang harus kita
asimilasikan.
Pada muaranya saya meyakini bahwa Indonesia dengan mooi indie nya pada masa itu membuat
babakan tersendiri dari paham barat ataupun timur. Saya meyakini kita adalah bagian dari dua
kebudayaan tersebut timur dan barat atau yang saya simpulkan sebagai religiusitas dan
filosofisme yang akan bermuara pada SENI RUPA INDONESIA yang murni.

Sekali lagi saya amat sangat menghargai seniman-seniman besar yang juga memondasi sejarah
seni rupa Indonesia, bagaikan karya mereka dalam lukisan-lukisan moleknya. Mungkin lebih
dalam lagi dari molek itu sendiri ada harapan dan pesan yang ingin dibicarakan para perupa
besar tersebut tentang kekayaan Indonesia yang paling molek dengan alam yang menarik para
perupa barat untuk singgah dibansa hindia-belanda ini. Karena seni bukan hanya estetika atau
pakem-pakem lainnya, lebih dari itu, seni dengan apapun ekspresinya atau penggayaannya
adalah diri kita sendiri yang ingin bercerita pada dunia.

You might also like