You are on page 1of 47

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Telah diketahui bahwa aktivitas irama jantung terletak pada permukaan
jantung dekat muara vena cava superior, yaitu pada punyak atrium kanan.
Kumpulan sel-sel ini disebut NA node yang bertindak sebagai pace maker.
Melalui pace maker ini aktivitas otot jantung secara sinkron memompa darah ke
sirkulasi paru-paru dan ke sirkulasi darah sistemik (ke seluruh tubuh). Suatu
keadaan di mana terjadi kehilangan sinkronisasi yang disebut sebagai fibrilasi.
Fibrilasi dapat terjadi pada atrium maupun ventrikel. Pada atrium dikenal sebagai
fibrilasi atrium sedangkan pada ventrikel dikenal sebagai fibrilasi ventrikel.
Disritmia atau aritmia dapat diartikan sebagai abnormalitas irama
jantung. Disritmia bisa diakibatkan oleh gangguan otomatisasi, gangguan
hantaran, atau kombinasi keduanya. Adabeberapa macam jenis aritmia, salah
satunya adalah fibrilasi ventrikel. Fibrilasi ventrikel (Ventricular Fibrillation)
adalah kontraksi sangat cepat yang tidak beraturan pada ruang bawah jantung
(ventrikel).
Fibrilasi ventrikel merupakan jenis terburuk dari gangguan irama
jantung dan merupakan bentuk serangan jantung. Pada kondisi fibrilasi ventrikel
jantung memompa darah ke seluruh tubuh pada jantung berkontraksi pada saat
yang bersamaan yang menyebabkan kontraksi jantung menjadi disorganisasi.
Kekacauan denyut jantung yang parah ini biasanya berakhir dengan kematian
dalam hitungan menit, kecuali segera dirawat misalnya implantable cardiac
defiblator (ICD) dan Resusitasi Kardiopulmoner (CPR).
Fibrilasi ventrikel ini merupakan penyebab kematian tersering
mengikuti infark miokard akut. Umumnya merupakan keadaan yang reversibel
dengan pengobatan yang memadai, dan pengenalannya menjadi dasar
pemantauan kardiak dalam CCU. Faktor resiko termasuk hipokalemia,
ketidakseimbangan asam - basa dan katekolamin seperti adrenalin IV.
Harus dikenali dari kolaps kardiovaskuler dan suatu EKG yang menunjukkan
bentuk kompleks QRS yang kacau. Pengobatan adalah dengan kardioversi arus
searah segera, diikuti lignokain (100 mg dalam 2 menit) dan natrium bikarbonat
untuk memperbaiki asidosis metabolik yang timbul setelah suatu periode henti
jantung. Pengobatan oral untuk mencegah resiko kekambuhan adalah sama
seperti pada takikardia ventrikel.
Bentuk dan ukuran gelombang pada fibrilasi ventrikel sangat bervariasi,
dan tidak terlihat gelombang P, QRS maupun T. Tidak ada depolarisasi ventrikel
yang terorganisasi sehingga ventrikel tidak mampu berkontraksi sebagai suatu
kesatuan. Kenyataannya, ventrikel kelihatan seperti bergetar dengan sangat cepat
dan tidak teratur tanpa menghasilkan curah jantung. Sehingga tidak ada atau
hanya sedikit darah yang dipompa oleh jantung ke seluruh tubuh. Bentuk fibrilasi
ventrikel ada yang kasar ( coarse ) dan halus ( fine ) tergantung pada besarnya
amplitudo gelombang fibrilasi.

B. Tujuan
Tujuan Umum
Mahasiswa/I mampu memahami konsep dan asuhan keperawatan ventrikel
fibrilasi
Tujuan Khusus
1. Untuk mengetahui pengertian tentang Ventrikel Fibrilasi;
2. Untuk mengetahui Etiologi tentang Ventrikel Fibrilasi;
3. Untuk mengetahui manifestasi klinis tentang Ventrikel Fibrilasi.
4. Untuk mengetahui patofisiologi tentang Ventrikel Fibrilasi.
5. Untuk mengetahui penatalaksanaan tentang Ventrikel Fibrilasi.
6. Untuk mengetahui pemeriksaan penunjang tentang Ventrikel Fibrilasi.
7. Untuk mengetahui Asuhan Keperawatan tentang Ventrikel Fibrilasi.
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. DEFENISI
Fibrilasi ventrikel adalah denyutan ventrikel yang cepat dan tidak efektif.
Pada aritmia ini, denyut jantung tidak terdengat dan tidak teraba serta tidak
ada respirasi. Fibrilasi ventrikel adalah keadaan irama jantung yang sangat
kacau, yang biasanya berakhir dengan kematian dalam waktu beberapa menit,
kecuali jika tindakan penanganan tepat segera dilakukan.( Price SA, Wilson
LM, 2006). fibrilasi ventrikel merupakan keadaan pretermina (Rilantono LI
Dkk, 2004)
Fibrilasi ventrikel jantung merupakan penyebab utama dari berhenti
berdetaknya otot jantung. Fibrilasi jantung terjadi jika terdapat potensial aksi
yang menjalar pada otot jantung tanpa terkendali atau menjadi liar
(Douglas,2007)

B. ETIOLOGI
Fibrilasi ventrikel dapat terjadi pada kondisi iskemia dan infark miokard,
manipulasi kateter pada ventrikel, gangguan karena kontak dengan listrik,
pemanjangan interval QT, atau sebagai irama akhir pada pasien dengan
kegagalan sirkulasi, atau pada kejadian takikardi ventrikel yang memburuk.
(Rilantono LI Dkk, 2004).
Fibrilasi ventrikel dapat disebabkan antara lain :
a. Gangguan jantung struktural
1. Iskemik atau infark miokard akibat penyakit jantung koroner.
2. Kardiomiopati.
b. Gangguan jantung nonstruktural
1. Mekanik (commotio cordis)
2. Luka atau sengatan listrik
3. Pre-eksitasi (termasuk Wolf-Parkinson-White syndrome)
4. Heart block
5. Channelopathies
6. Long QT syndrome
7. Short QT syndrome
8. Brugada syndrome
c. Noncardiac respiratory
1. Bronchospasm
2. Aspirasi
3. Hipertensi pulmonal primer
4. Emboli pulmonal
5. Tension pneumotoraks
6. Metabolik atau toksik
d. Gangguan elektrolit dan asidosis
1. Obat-obatan
2. Keracunan
3. Sepsis
e. Neurologik
1. Kejang
2. Perdarahan intrakranial atau strok iskemik
3. Tenggelam
Sebagian besar yang menghadapi masalah ketidakseragaman hentak
jantung ini memiliki prognosis yangnormal. Pasien tidak memerlukan rawat
yang khas. Walau bagaimanapun,bagi pasien yang mengalamigejala yang
serius atau yang dikaitkan dengan masalah penyakit-penyakit lain (seperti
penyakit jantung) akan menghadapi risiko yang lebih tinggi dan memerlukan
rawatan atau perhatian pengobatan yangkhusus. Faktor-faktor tersebut
adalah :
1. Tekanan perasaan atau stress
2. Darah tinggi
3. Merokok
4. Kelesuan, kurang tidur, kerja berlebihan

C. MENIFESTASI KLINIS
Pada fibrilasi ventrikel, manifestasi klinis yang ditemukan pada pasien
adalah penurunan kesadaran. Pemeriksaan respons pada pasien akan
mendapatkan pasien tidak berespons. (Rilantono LI Dkk, 2004).
Gejala lain yang dapat muncul adalah:
1. Kongesti vaskular dan pulmonal
2. Dispnea
3. Ortopnea
4. Paroksismal nocturnal dispnea
5. Batuk iritasi
6. Edema pulmonal akut
7. Penurunan curah jantung
8. Gallop atrial-S4
9. Gallop ventrikel-S3
10. Crackles paru
11. Disritmia
12. Mengi
13. Pulsus alternans
14. Peningkatan berat badan
15. Pernapasan Cheyne-Stokes (Rilantono LI Dkk, 2004).
Dari anamnesis lebih lanjut, harus dicari apakah pasien baru saja
menderita infark miokard, penyakit jantung, atau menggunakan obat-obat
jantung
Dari pemeriksaan fisik, pasien dengan penurunan kesadaran.
Pemeriksaan arteri perifer tidak teraba, dan tekanan darah tidak terukur.
Auskultasi pada jantung, bunyi jantung tidak terdengar. Pasien juga tidak
bernapas. (Rilantono LI Dkk, 2004).

D. PATOFISIOLOGI
Pada ventrikel, banyak aritrima disebabkan oleh gangguan sirkuit
reentri. Fibrilasi ventrikel disebabkan oleh banyak turbulensi dari sirkuit.
Secara normal, fibrilasi ventrikel timbul akibat dari deteriorasi ventrikel
takikardi. Terdapat dua hipotesis yang menjelaskan transisi ventrikel takikardi
menjadi fibrilasi ventrikel.( Keldermann, 2009).
Hipotesis pertama menjelaskan onset fibrilasi ventrikel selama
gelombang turbuensi memicu heterogenitas dalam jaringan jantung. Proses
penting pada fibrilasi ventrikel berkaitan erat dengan penyakit yang
meningkatkan heterogenitas, seperti penyakit jantung koroner, kardiomiopati,
dan penyakit jantung kongenital. Penyakit ini berhubungan dengan perubahan
struktural dan elektrofisiologi pada lapisan jantung yang meningkatkan derajat
heterogenitas jantung. Perubahan ini termasuk dalam formasi ineksitabilitas
jaringan (fibrosis), remodeling gap junction, dan perubahan ion. Dengan kata
lain, fibrilasi ventrikel berkaitan dengan penyakit seperti Long QT, Short QT,
dan sindrom Brugada, dimana mutasi dari kanal ion menyebabkan dispersi
durasi potensial aksi( Keldermann, 2009).

`Hipotesis kedua menjelaskan onset fibrilasi ventrikel dengan


munculnya instabilital dinamik. Memicu restitusi durasi potensial aksi.
Pernyataan ini disebut juga dengan hipotesis restitusi. Pada hipotesis restitusi,
instabilitas alternans muncul saat lekukan kurva restitusi durasi potensial aksi,
yang berkaitan dengan durasi potensial aksi terhadap interval diastolic
sebelumnya. Faktor lain seperti coupling elektronik, memori jantung, dan
restitusi velositas konduksi juga harus diperhitungkan (Runge MS, 2010).
E. PENATALAKSAAN

Seperti yang telah dijelaskan sebelumnya, bahwa fibrilasi ventrikel


merupakan aritmia yang mendahului asistol. Tatalaksana fibrilasi ventrikel
harus secara cepat. Pada fibrilasi ventrikel, kondisi klinis pasien akan berupa
sinkop dan henti jantung (Rilantono LI Dkk, 2004).

Tahapan tatalaksana pasien dengan henti jantung adalah:


1. Panggil bantuan untuk juga mempersiapkan automated external
defibrillator (AED). Mulai resusitasi jantung paru (RJP) sesegera
mungkin.
2. Saat melakukan RJP, tekan pada dada dengan kedalaman 2 inch
dengan kecepatan 100 kali/menit. Di antara setiap kompresi, dada
harus kembali pada posisi normal (recoil sempurna).
3. Gunakan AED sesegera mungkin setelah bantuan datang
4. Lanjutkan RJP sampai penolong lain datang
5. Lakukan kompresi 30 kali diikuti dengan pemberian bantuan napas
2 kali ( Keldermann, 2009).

F. PEMERIKSAAN PENUNJANG
1. EKG

Hasil rekaman elektrokardiografik yang kontinyu umumnya


memperlihatkan perubahan padaaktivitas elektrik jantung dalam waktu
beberapa menit atau jam sebelum kejadian. Pada kejadian initerdapat
kecenderungan peningkatan frekuensi denyut jantung dari kontraksi
premature ventrikel denganderajat lanjut (Isselbacher, 1999).

Gambaran EKG menunjukkan


1. Komplek QRS yang tidak dapat ditentukan. Tidak ada gelombang P,
QRS, atau T yang dapat dikenali. Gelombang pada garis dasar terjadi
antara 150-500 kali/menit

2. Irama : tidak dapat ditentukan

3. Amplitudo : diukur dari puncak ke palung. Amplitudo biasanya


digunakan secara subjektif untuk menggambarkan VF sebagai halus
(puncak ke palung 2-5 mm), medium atau sedang (5 sampai < 10
mm), kasar (10 sampai < 15 mm), atau sangat kasar (> 15 mm).

2. Tes Darah

Pengambilan sampel darah bertujuan untuk menguji keberadaan enzim


hati tertentu yang bocor kedalam aliran darah pasien jika hati pasien
mengalami kerusakan akibat serangan jantung.

3. X-Ray Dada

Gambaran X-Ray dada pasien bertujuan untuk memeriksa ukuran dan


bentuk jantung serta pembuluh darah

4. Ekokardiogram

Pemeriksaan ini menggunakan gelombang suara untuk menghasilkan


gambar jantung pasien. Selama ekokardiogram, gelombang suara
diarahkan pada jantung pada pasien dari traduser dan perangkat lainnya.
Nantinya akan diproses secara elektronik, gelombang suara memberikan
gambar video dari jantung anda.
5. Kateterisasi Koroner (Angiogram)

Pemeriksaan ini dilakukan untuk menentukan apakah arteri koroner pasien


menyempit atau tersumbat. Pewarna cair disuntikkan melalui tabung
panjang tipis (kateter) yang dimasukkan melalui arteri pasien, biasanya
arteri yang terdapat di kaki pasien. Pewarna cair akan membuat arteri
pasien menjadi terlihat pada X-Ray yang akan memperlihatkan daerah
penyumbatan arteri.

6. Tomografi jantung terkomputerisasi (CT) atau Magnetic Resonance


Imaging (MRI)

Meskipun pemeriksaan ini lebih digunakan untuk pemeriksaan gagal


jantung. Pemeriksaan ini dapat mendiagnosa masalah jantung lainnya.
Pasien berbaring di meja dalam sebuah mesin bebentuk donat. Tabung X-
Ray di dalam mesin akan berputar untuk mengambil gambar organ di dada
dan jantung.Pemeriksaan MRI jantung pasien berbaring di atas meja
didalam sebuah tabung panjang yang menghasilkan medan magnet yang
berjqalan dalam partikel atom dan beberapa sel pasien. Gelombang radio
bertujuan untuk menghasilkan sinyal yang menggambarkan jantung
pasien.

G. ASUHAN KEPERAWATAN

1. Pengkajian

a) Riwayat Kesehatan

a. Riwayat penyakit sekarang

b. Riwayat penyakit dahulu


Riwayat penyakit terdahulu yang pernah diderita klien, seperti
penyakit jantung rematik, penyakit jantung koroner, hipertensi, dan
trauma.

c. Riwayat kesehatan keluarga

Riwayat kesehatan keluarga yang berhubungan dengan penyakit


jantung atau jenis penyakit kardiovaskuler lainnya.

b) Pengkajian: Pola Gordon, NANDA

a. Pola Persepsi Kesehatan

Pasien datang ke rumah sakit dengan kegawat daruratan mengenai


penyakit jantung.Tingkat kesadaran pasien menurun.

b. Pola Nutrisi dan Cairan

Gejala : Hilang nafsu makan, tidak toleran terhadap makanan,


mual, muntah, penurunan berat badan

Tanda : edema, penurunan berat badan,perubahan turgor

c. Pola Eleminasi
d. Pola Aktivitas atau Latihan

Gejala : lemah, lelah, penurunan kesadaran

Tanda : perubahan frekuensi jantung saat beraktivitas

e. Pola Tidur atau Istirahat

Gejala : lemah, lelah, penurunan kesadaran, cemas


Tanda : perubahan frekuensi jantung/TD

f. Pola Kognitif atau Perseptual

Gejala : nyeri dada, cemas

Tanda : kejang, penurunan tingkat kesadaran, sesak, disorientasi,


bingung, kehilangan memori, perubahan pola bicara/kesadaran,
pingsan, koma.gelisah,

g. Pola Persepsi Diri

Gejala : cemas, bingung, merasa tidak berdaya

Tanda : penurunan tingkat kesadaran

h. Pola Peran dan Hubungan

Keluarga menemani pasien atau tidak dapat mempengaruhi status


kesehatan pasien

i. Pola Seksualitas atau Reproduksi


j. Pola Koping atau Toleransi Stres

Gejala : bingung, lelah, lemah, gugup, takut akan kematian

Tanda : Cemas, takut, menolak, gelisah

k. Pola Nilai dan Kepercayaan

Nilai spiritual dan kepercayaan pasien terhadap Tuhan yang tinggi


dapat meningkatkan status kesehatan pasien
c) Pemeriksaan Fisik

Mata : konjungtiva, sclera

Leher : JVP, bising arteri karotis

Paru :- bentuk dada

a. pergerakan dada
b. asimetris dada

Pernapasan :- frekuensi, irama, jenis

a. suara napas
b. Suara tambahan (ronchi, wheezing, krepitasi)

Jantung :- tekanan darah

a. nadi : frekuensi, irama


b. suara jantung

c. apeks jantung

d. suara tambahan : S3, S4, Gallop

e. bising jantung: thrill

Abdomen : acites, bising usus

Ekstremitas : temperature, kelembaban, edema, sianosis


d) Analisa Data dan Masalah

Vibrilasi ventrikel dapat terjadi pada kondisi iskemia dan


infark miokard, manipulasi kateter pada ventrikel, gangguan karena
kontak dengan listrik, pemanjangan interval QT, atau sebagai irama
akhir pada pasien dengan kegagalan sirkulasi, atau pada kejadian
takikardi ventrikel yang memburuk. Penyebab yang paling umum dari
fibrilasi ventrikel adalah heart attack, akan tetapi fibrilasi ventrikel
dapat terjadi ketika jantung tidak memperoleh oksigen yang cukup,
atau orang tersebut memiliki penyakit jantung yang lain. Fibrilasi
ventrikel dapat disebabkan antara lain: Gangguan jantung struktural,
Gangguan jantung nonstructural, Noncardiac respiratory, Gangguan
elektrolit dan asidosis, Neurologik.

2. Diagnosa Keperawatan (NANDA)

1. Penurunan curah jantung berhubungan dengan gangguan konduksi


elektrikal dan penurunan kontraktilitas m

2. Gangguan perfusi jaringan berhubungan dengan tidak efektifnyadaya


pompa jantung.

3. Nyeri berhubungan dengan iskemia jaringan.

4. Anxietas berhubungan dengan takut terhadap ancaman kematian,


lingkungan perawatan dan pengobatan kritis.

5. Intolerans aktivitas berhubungan dengan kelemahan/kelelahan.


6. Kurang pengetahuan tentang penyebab/kondisi
pengobatanberhubungan dengan kurang informasi/salah pengertian
kondisi medis/kebutuhan terapi, tidak mengenal sumber informasi.

7. Gangguan pola napas berhubungan dengan edema paru

8. Gangguan rasa nyaman berhubungan dengan kram otot

9. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan


anoreksia

3. Perencanaan Keperawatan (NOC)

Penurunan curah jantung berhubungan dengan gangguan konduksi


elektrikal dan penurunan kontraktilitas m

Tujuan: Setelah dilakukan perawatan selama 3 x 24 jam pasien dapat


mempertahankan curah jantung yang adekuat.

NOC:

1. Cardiac pump effectiveness


2. Circulation status

3. Vital sign status

Kriteria hasil:

1. Tanda vital dalam rentang normal (Tekanan darah.nadi, respirasi)


2. Dapat mentoleransi aktivitas, tidak ada kelelahan

3. Tidak ada edema paru, perifer, dan tidak ada asites


4. Tidak ada penurunan kesadaran

NIC :

Cardiac care:

1. Evaluasi adanya nyeri dada (intensitas, lokasi, durasi)


2. Catat adanya disritmia jantung

3. Catat tanda dan gejala penurunan cardiac output

4. Monitor status kardiovaskuler

5. Monitor status pernafasan yang menandakan gagal jantung

6. Monitor abdomen sebagai indicator penurunan perfusi

7. Monitor balance cairan

8. Monitor adanya perubahan tekanan darah

9. Monitor respon pasien terhadap efek pengobatan antiaritmia

10. Atur periode latihan dan istirahat untuk menghindari kelelahan

11. Monitor toleransi aktivitas pasien

12. Monitor adanya dispneu, fatigue, takipnu dan ortopneu

13. Anjurkan untuk menurunkan stress

Vital sign monitoring:

1. Monitor TD, nadi, suhu, dan RR


2. Catat adanya fluktuasi tekanan darah

3. Monitor VS saat pasien berbaring, duduk, atau berdiri


4. Auskultasi TD pada kedua lengan dan bandingkan

5. Monitor TD, nadi, RR, sebelum, selama dan setelah aktivitas

6. Monitor kualitas nadi

7. Monitor jumlah dan irama jantung

8. Monitor bunyi jantung

9. Monitor frekuensi dan irama pernapasan

10. Monitor suara paru

11. Monitor pola pernapasan abnormal

12. Monitor suhu, warna dan kelembaban kulit

13. Monitor sianosis perifer

14. Monitor adanya cushing triad (tekanan nadi yang melebar, bradikardi dan
peningkatan sistolik)

15. Identifikasi penyebab dari perubahan vital sign

Gangguan perfusi jaringan berhubungan dengan tidak efektifnyadaya


pompa jantung.

Tujuan: Setelah dilakukan perawatan selama 3 x 24 jam pasien perfusi


jaringan adekuat

a. NOC:

1. Circulation status

2. Tissue perfusion: cerebral


Kriteria hasil:

1. Mendemonstrasikan status sirkulasi yang ditandai dengan:

- Tekanan sistol dan diastole dalam rentang normal

- Tidak ada ortostatik hipertensi

- Tidak ada tanda-tanda peningkatan tekanan intracranial (tidak lebih


dari 15 mmHg)

2. Mendemonstrasikan kemampuan kognitif yang ditandai dengan:

- Berkomunikasi dengan jelas dan sesuai dengan kemampuan

- Menunjukkan perhatian, konsentrasi dan orientasi

- Memproses informasi

- Membuat keputusan dengan benar

3. Menunjukkan fungsi sensori motori cranial yang utuh: tingkat


kesadaran membaik,tidak ada gerakan-gerakan involunter.

NIC:

Peripheral sensation management (manajemen sensasi perifer):

1. Monitor adanya daerah tertentu yang hanya peka terhadap


panas/dingin/tajam/tumpul
2. Monitor adanya paretese

3. Instruksikan keluarga untuk mengobservasi kulit jika ada isi atau


laserasi
4. Gunakan sarung tangan untuk proteksi

5. Batasi gerakan pada kepala, leher dan punggung

6. Monitor kemampuan BAB

7. Kolaborasi pemberian analgetik

8. Monitor adanya tromboplebitis

9. Diskusikan mengenai penyebab perubahan sensasi

Nyeri berhubungan dengan iskemia jaringan.

Tujuan: Setelah dilakukan perawatan selama 3 x 24 jam nyeri pada pasien


berkurang

NOC:

1. Pain level
2. Pain control

3. Comfort level

Kriteria hasil:

1. Pasien mampu mengontrol nyeri (mengetahui penyebab nyeri, mampu


menggunakan tehnik nonfarmakologi untuk mengurangi nyeri, mencari
bantuan)
2. Melaporkan bahwa nyeri berkurang dengan menggunakan manajemen
nyeri

3. Mampu mengenali nyeri (skala,intensitas, frekuensi dan tanda nyeri)


4. Menyatakan rasa nyaman setelah nyeri berkurang

NIC :

Pain management:

1. Lakukan pengkajian nyeri secara komprehensif termasuk lokasi,


karakteristik, durasi, frekuensi, kualitas dan faktor presipitasi
2. Observasi reaksi nonverbal dari ketidaknyamanan

3. Gunakan teknik komunikasi terapeutik untuk mengetahui pengalaman


nyeri pasien

4. Kaji kultur yang mempengaruhi respon nyeri

5. Evaluasi pengalaman nyeri masa lampau

6. Evaluasi bersama pasien dan tim kesehatan lain tentang ketidakefektifan


kontrol nyeri masa lampau

7. Bantu pasien dan keluarga untuk mencari dan menemukan dukungan

8. Kontrol lingkungan yang dapat mempengaruhi nyeri seperti suhu ruangan,


pencahayaan dan kebisingan

9. Kurangi faktor presipitasi nyeri

10. Pilih dan lakukan penanganan nyri (farmakologi, non farmakologi dan
interpersonal)

11. Kaji tipe dan sumber nyeri untuk menentukan intervensi

12. Ajarkan tentang teknik non farmakologi

13. Berikan analgetik untuk mengurangi nyeri


14. Evaluasi keefektifan kontrol nyeri

15. Tingkatkan istirahat

16. Kolaborasikan dengan dokter jika ada keluhan dan tindakan nyeri tidak
berhasil

17. Monitor penerimaan pasien tentang manajemen nyeri

Analgesic Administration:

1. Tentukan lokasi, karakteristik, kualitas, dan derajat nyeri sebelum


pemberian obat
2. Cek instruksi dokter tentang jenis obat, dosis, dan frekuensi

3. Cek riwayat alergi

4. Pilih analgesic yang diperlukan atau kombinasi dari analgesic ketika


pemberian lebih dari satu

5. Tentukan pilihan analgesic tergantung tipe dan beratnya nyeri

6. Tentukan analgesic pilihan, rute pemberian dan dosis optimal

7. Pilih rute pemberian secara IV, IM untuk pengobatan nyeri secara teratur

8. Monitor vital sign sebelumdan sesudah pemberian analgesic pertama kali

9. Berikan analgesic tepat waktu terutama saat nyeri hebat

10. Evaluasi efektivitas analgesic, tanda dan gejala

Ansietas berhubungan dengan takut terhadap ancaman kematian,


lingkungan perawatan dan pengobatan kritis.
Tujuan: Setelah dilakukan perawatan selama 2 x 24 jam pasien tidak
menunjukkan tanda-tanda ansietas

NOC:

1. Anxiety self-control
2. Anxiety level

3. Coping

Kriteria hasil:

1. Klien mampu mengidentifikasi dan mengungkapkan gejala cemas


2. Mengidentifikasi, mengungkapkan dan menunjukkan tehnik untuk
mengontrol cemas

3. Vital sign dalam batas normal

4. Postur tubuh, ekspresi wajah, bahasa tubuh dan tingkat aktivitas


menunjukkan berkurangnya kecemasan

NIC :

Anxiety reduction (penurunan kecemasan)

1. Gunakan pendekatan yang menenangkan


2. Nyatakan dengan jelas harapan terhadap pelaku pasien

3. Jelaskan semua prosedur dan apa yang dirasakan selama prosedur

4. Pahami prespektif pasien terhadap situasi stress

5. Temani pasien untuk memberikan kemanan dan mengurangi takut

6. Dorong keluarga untuk menemani pasien


7. Lakukan back/neck rub

8. Dengarkan dengan penuh perhatian

9. Identifikasi tingkat kecemasan

10. Bantu pasien mengenal situasi yang menimbulkan kecemasan

11. Dorong pasien untuk mengungkapkan perasaan, ketakutan, persepsi

12. Instruksikan pasien menggunakan teknik relaksasi

13. Berikan obat untuk mengurangi kecemasan

Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemahan/kelelahan.

Tujuan: Setelah dilakukan perawatan selama 3 x 24 jam pasien tidak


menunjukkan intoleransi aktivitas

NOC:

1. Energy conservation
2. Activity tolerance

3. Self care: ADLs

Kriteria hasil:

1. Berpartisipasi dalam aktivitas fisik tanpa disertai peningkatan tekanan


darah, nadi dan RR
2. Mampu melakukan aktivitas sehari-hari (ADLs) secara mandiri

3. Tanda-tanda vital normal


4. Energy psikomotor

5. Level kelemahan

6. Mampu berpindah: dengan atau tanpa bantuan alat

7. Status kardiopulmonari adekuat

8. Sirkulasi status baik

9. Status respirasi: pertukaran gas dan ventilasi adekuat

NIC:

Activity therapy:

1. Kolaborasikan dengan tenaga rehabilitasi medic dalam merencanakan


program terapi yang tepat
2. Bantu klien untuk mengidentifikasi aktivitas yang mampu dilakukan

3. Bantu untuk memilih aktivitas konsisten yang sesuai dengan kemampuan


fisik, psikologi dan social

4. Bantu untuk mengidentifikasi dan mendapatkan sumber yang diperlukan


untuk aktivitas yang diinginkan

5. Bantu untuk mendapatkan alat bantuan aktivitas seperti kursi roda, krek

6. Bantu untuk mengidentifikasi aktivitas yang disukai

7. Bantu klien untuk membuat jadwal latihan diwaktu luang

8. Bantu pasien/keluarga untuk mengidentifikasi kekurangan dalam


beraktivitas

9. Sediakan penguatan positif bagi yang aktif beraktivitas


10. Bantu pasien untuk mengembangkan motivasi diri dan penguatan

11. Monitor respon fisik, emosi, sosial, dan spiritual

Kurang pengetahuan tentang penyebab/kondisi pengobatanberhubungan


dengan kurang informasi/salah pengertian kondisi medis/kebutuhan
terapi, tidak mengenal sumber informasi.

Tujuan: Setelah dilakukan perawatan selama 2 x 24 jam pasien tidak


menunjukkan kurangnya pengetahuan

NOC:

1. Knowledge: disease process


2. Knowledge: health behavior

Kriteria hasil:

1. Pasien dan keluarga menyatakan pemahaman tentang penyakit, kondisi,


prognosis dan program pengobatan
2. Pasien dan keluarga mampu melaksanakan prosedur yang dijelaskan
secara benar

3. Pasien dan keluarga mampu menjelaskan kembali apa yang dijelaskan


perawat/tim kesehatan lainnya

NIC :

Teaching: disease process:


1. Berikan pnilaian tentang tingkat pengetahuan pasien tentang proses
penyakit yang spesifik
2. Jelaskan patofisiologi dari penyakit dan bagaimana hal ini berhubungan
dengan anatomi dan fisiologi, dengan cara yang tepat

3. Gambarkan tanda dan gejala yang biasa muncul pada penyakit, dengan
cara yang tepat

4. Gambarkan proses penyakit, dengan cara yang tepat

5. Identifikasi kemungkinan penyebab, dengan cara yang tepat

6. Sediakan informasi pada pasien tentang kondisi, dengan cara yang tepat

7. Hindari jaminan yang kosong

8. Sediakan bagi keluarga atau SO informasi tentang kemajuan pasien


dengan cara yang tepat

9. Diskusikan perubahan gaya hidup yang mungkin diperlukan untuk


mencegah komplikasi di masa yang akan datang dan atau proses
pengontrolan penyakit

10. Diskusikan pilihan terapi atau penanganan

11. Dukung pasien untuk mengeksplorasi atau mendapatkan second opinion


dengan cara yang tepat atau diindikasikan

12. Rujuk pasien pada grup atau agensi di komunitas local, dengan cara yang
tepat

13. Instruksikan pasien mengenai tanda dan gejala untuk melaporkan pada
pemberi perawatan kesehatan, dengan cara yang tepat.
Gangguan pola nafas berhubungan dengan edema paru

Tujuan: Setelah dilakukan perawatan selama 3 x 24 jam pola nafas normal

NOC:

1. Respiratory status: Ventilation


2. Respiratory status: Airway

3. Vital sign status

Kriteria hasil:

1. Pasien mampu mendemonstrasikan batuk efektif dan suara napas yang


bersih, tidak ada sianosis dan dyspnea (mampu bernapas dengan mudah,
tidak ada pursed lips)
2. Menunjukkan jalan napas yang paten (klien tidak merasa tercekik, irama
napas, frekuensi pernapasan dalamrentang normal, tidak ada suara napas
abnormal

3. Tanda-tanda vital dalam rentang normal (tekanan darah, nadi, pernapasan)

NIC :

Airway Management:

1. Buka jalan napas


2. Posisikan pasien untuk memaksimalkan ventilasi

3. Identifikasi pasien perlunya pemasangan alat jalan napas buatan

4. Lakukan fisioterapi suara napas, catat adanya suara tambahan

5. Berikan bronkodilator bila perlu


6. Berikan pelembab udara kassa basah NaCl lembab

7. Atur intake untuk cairan mengoptimalkan keseimbangan

8. Monitor respirasi dan status O2

Oxigen Therapy:

1. Bersihkan mulut, hidung dan secret bila ada


2. Pertahankan jalan napas yang paten

3. Atur peralatan oksigenasi

4. Monitor aliran oksigen

5. Pertahankan posisi pasien

6. Observasi adanya tanda-tanda hipoventilasi

7. Monitor adanya kecemasan pasien terhadap oksigenasi

Vital sign monitoring:

1. Monitor TD, nadi, suhu, dan RR


2. Catat adanya fluktuasi tekanan darah

3. Monitor VS saat pasien berbaring, duduk,atau berdiri

4. Auskultasi TD pada kedua lengan dan bandingkan

5. Monitor TD, nadi, RR, sebelum, selama dan setelah aktivitas

6. Monitor kualitas dari nadi

7. Monitor frekuensi dan irama pernapasan

8. Monitor suara paru


9. Monitor pola pernapasan abnormal

10. Monitor suhu, warna dan kelembaban kulit

11. Monitor sianosis perifer

12. Monitor adanya cushing triad (tekanan nadi yang melebar,


bradikardi,peningkatan sistolik)

13. Identifikasi penyebab dari perubahan vital sign

Gangguan rasa nyaman berhubungan dengan kram otot

Tujuan: Setelah dilakukan perawatan selama 2 x 24 jam pasien merasa


nyaman

NOC:

1. Ansiety
2. Fear level

3. Sleep deprivation

4. Comfort, readiness for enchanced

Kriteria hasil:

1. Mampu mengontrol kecemasan


2. Status lingkungan yang nyaman

3. Mengontrol nyeri

4. Kualitas tidur dan istirahat adekuat

5. Agresi pengendalian diri


6. Respon terhadap pengobatan

7. Kontrol gejala

8. Status kenyamanan meningkat

9. Dapat mengontrol ketakutan

10. Support sosial

11. Keinginan untuk hidup

NIC:

Anxiety reduction (penurunan kecemasan)

1. Gunakan pendekatan yang menenagkan


2. Nyetakan dengan jelas harapan terhadap pelaku pasien

3. Jelaskan semua prosedur dan apa yang dirasakan selama prosedur

4. Pahami perspektif pasien terhadap situasi stress

5. Temani pasien untuk memberikan keamanan dan mengurangi takut

6. Dorong keluarga untuk menemani pasien

7. Lakukan back/neck rub

8. Dengarkan dengan penuh perhatian

9. Identifikasi tingkat kecemasan

10. Bantu pasien mengenal situasi yang menimbulkan kecemasan

11. Dorong pasien untuk mengungkapkan perasaan, ketakutan, persepsi


12. Intruksikan pasien menggunakan teknik relaksasi

13. Berikan obat untuk mengurangi kecemasan

Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan


anoreksia

Tujuan: Setelah dilakukan perawatan selama 2 x 24 jam kebutuhan nutrisi


terpenuhi

NOC:

1. Nutrition status
2. Nutrition status: food and fluid intake

3. Nutritional status: nutrient intake

4. Weight control

Kriteria hasil:

1. Adanya peningkatan berat badan sesuai dengan tujuan


2. Berat badan ideal sesuai dengan tinggi badan

3. Mampu mengidentifikasi kbutuhan nutrisi

4. Tidak ada tanda-tanda melnutrisi

5. Menunjukkan peningkatan fungsi pengecapan dari menelan

6. Tidak terjadi penurunan berat badan yang berarti

NIC:
Nutrition management:

1. Kaji adanya alergi makanan


2. Kolaborasi dengan ahli gizi untuk menentukan jumlah kalori dan nutrisi
yang dibutuhkan pasien

3. Anjurkan pasien untuk meningkatkan intake Fe

4. Anjurkan pasien untuk meningkatkan protein dan vitamin C

5. Berikan substansi gula

6. Yakinkan diet yang dimakan mengandung tinggi serat utuk mencegah


konstipasi

7. Berikan makanan yang terpilih (sudah dikonsultasikan dengan ahli gizi)

8. Ajarkan pasien bagaimana membuat catatan makanan harian

9. Monitor jumlah nutrisi dan kandungan kalori

10. Berikan informasi tentang kebutuhan nutrisi

11. Kaji kemampuan pasien untuk mendapatkan nutrisi yang dibutuhkan

Nutrition Monitoring:

1. BB pasien dalam batas normal


2. Monitor adanya penurunan berat badan

3. Monitor tipe dan jumlah aktivitas yang biasa dilakukan

4. Monitor interaksi anak atau orangtua selama makan

5. Monitor lingkungan selama makan


6. Jadwalkan pengobatan dan tindakan tidak selama jam makan

7. Monitor kulit kering dan perubahan pigmentasi

8. Monitor turgor kulit

9. Monitor kekeringan,rambut kusam dan mudah patah

10. Monitor mual dan muntah

11. Monitor kadar albumin, total protein, Hb, dan kadar Ht

12. Monitor pertumbuhan dan perkembangan

13. Monitor pucat, kemerahan, dan kekeringan jaringan konjungtiva

14. Moitor kalori dan intake nutrisi

15. Catat adanya edma, hiperemik, hipertonik papilla lidah dan cavitas oral

16. Catat jika lidah berwarna magenta, scarlet


BAB III

ASUHAN KEPERAWATAN

A. Kasus

Tn Y berusia 47 tahun sedang dirawat diruang perawatan CCU (coronary


care unit) sebuah rumah sakit J dengan keluhan: gangguan irama jantung
(jantung berdebar-debar) dan tiba - tiba pasien tersebut mengatakan sesak
nafas bahkan tidak bisa bernafas. Beberapa menit selanjutnya pasien
kehilangan kesadaran dan terjadi perubahan pada monitor EKG, kompleks
QRS tidak terlihat jelas dan pemanjangan interval QT. Dari hasil pengkajian
fisik didapatkan TD : 100/60 mmHg, RR : 26x/menit, HR:75x/menit, TB 164
cm dan BB 73 kg, Pernapasan Cheyne-Stokes dan adanya suara tambahan
jantung (S3 Gallop-ventrikel). GCS : E1M1V1, kesadaran pasien semi-coma.
Pada riwayat penyakit, pasien pernah dirawat dengan masalah yang sama dan
elektrolyt imbalance. Hasil pemeriksaan kalium : 1,8 mmol/L, Na : 134
mmol/l, Clorida : 100mmol/l.

B. Asuhan Keperawatan
1. Pengkajian
Identitas pasien
Nama : Tn Y
Usia : 47 tahun
Jenis kelamin : laki-laki
Keluhan utama : pasien mengatakan sesak nafas dan bahkan tidak
bisa bernafas
Riwayat kesehatan
Riwayat kesehatan dulu : pasien pernah dirawat dengan masalah yang
sama dan elektrolyt imbalance.
Riwayat kesehatan sekarang : sesak nafas bahkan tidak bisa bernafas.
Beberapa menit selanjutnya pasien kehilangan kesadaran
Riwayat kesehatan keluarga : tidak adanya riwayat kesehatan
keluarga yang terkaji
Pemeriksaan primer

1. Airway : tidak terdapat hambatan jalan nafas

2. Breathing : tiba - tiba pasien tersebut mengatakan sesak nafas


bahkan tidak bisa bernafas, Pernapasan Cheyne-Stokes

3. Circulation : TD : 100/60 mmHg, kalium : 1,8 mmol/L, Na :


134 mmol/l, Clorida : 100mmol/l.

4. Disability : GCS : E1V1M1

5. Ekprosure : tidak terdapat jejas, maupun cedera lainnya pada


tubuh pasien.

6. Folli cateter : -

7. Gastrict tube : -
8. Heart monitor : terjadi perubahan pada monitor EKG,
kompleks QRS tidak terlihat jelas dan pemanjangan interval
QT.

Pemeriksaan sekunder

Keadaan umum : semi-coma

GCS : E1V1M1

TB= 164 cm

BB= 73kg

N:75x/menit, tidak teratur dan sulit teraba

TD : 100/60 mmHg

RR:26 x/menit, pernapasan cheyne stoke

kalium : 1,8 mmol/L

Na : 134 mmol/l

Clorida : 100mmol/l.

2. Analisa data

No. Data Masalah Keperawatan

1. DS : pasien mengatakan Penurunan Curah jantung


gangguan irama jantung (Jantung
berdebar-debar)

DO :
- pasien kehilangan kesadaran
dan terjadi perubahan pada
monitor EKG, kompleks
QRS tidak terlihat jelas dan
pemanjangan interval QT

- TD : 100/60 mmHg,

- RR : 26x/menit,

- HR:75x/menit,

- adanya suara tambahan


jantung (S3 Gallop-
ventrikel).

- GCS : E1M1V1,

- kesadaran pasien semi-coma.

DS : tiba - tiba pasien tersebut


2. Ketidakefektifan pola nafas
mengatakan sesak nafas bahkan
tidak bisa bernafas.

DO :

- RR : 26x/menit,

- HR:75x/menit,

- Pernapasan Cheyne-Stokes

3. Diagnosa Keperawatan
a. Penurunan curah jantung b.d perubahan irama jantung

b. Ketidakefektifan pola nafas b.d sindrom hipoventilasi

4. Intervensi Keperawatan

NANDA NOC NIC


Penurunan Curah Ketidakfektifan pompa Perawatan jantung :
Jantung jantung : akut

- Tekanan darah Aktivitas :


sistol : 4-5
- Monitor irama
- Tekanan darah
jantung dan
diastole : 3-5
kecepatan
- Denyut jantung denyut jantung
apical : 2-5 - Monitor nilai
laboratorium
- Denyut nadi
elektrolit yang
perifer : 4-5
dapat
- Keseimbangan meningkatkan
intake dan ouput resiko distrimia
dalam 24 jam : 2-5 sebagaimana

- Distritmia : 2-5 mestinya

- Suara jantung - Monitor EKG


abnormal : 2-5 sebagaimana
mestinya,
-
apakah terdapat
perubahan
segmen ST

- Pilih lead EKG


yang terbaik
dalam rangka
untuk
memonitor
secara terus
menerus,
sebagaimana
mestinya

- Rekam EKG 12
lead,
sebagaimana
mestinya

- Auskultasi suara
jantung

- Auskultasi paru-
paru adakah
rochi atau suara
tambahan lain

- Lakukan
penilaian secara
komprehensif,
terhadap status
jantung
termasuk
didalamnya
sirkulasi perifer

- Sediakan
makanan diet
jantung yang
tepat (batasi
masukan kafein,
natrium,
kolestrol, dan
makanan
berlemak)

- Instruksikan
pasien akan
pentingnya
melaporkan
segera jika
merasakan
ketidaknyamana
n dibagian dada

- Instruksikan
pasien untuk
menghindari
aktivutas yang
menyebabkan
valsava
maneuver
( misalnya,
mengejan saat
buang air besar)

- Intruksikan
pasien dan
keluarga tentang
tujuan perawatan
dan bagaimana
perkembangan
yang bisa diukur

- Kelola obat-
obatan untuk
membebaskan
atau mencegah
nyeri dan
iskemia sesuai
dengan
kebutuhan

- Monitor
keefektifan
pengobatan
Ketidakefektifan Status pernafasan : Monitor Pernafasan
pola nafas ventilasi
Aktivitas :
- Frekuensi - Monitor
pernafasan : 2-5 kecepatan,
- Irama pernafasan : irama,
2-5 kedalaman, dan
kesulitan
- Penggunaan otot
bernafas
bantu pernafasan :
- Monitor suara
3-5
nafas tambahan

- Gangguan suara seperti ngorok

saat aukultasi : 2-5 atau mengi

- Monitor pola
nafas ( misalnya,
bradipne,
takipnea,
dyspnea,
hiperventilasi)

- Monitor keluhan
sesak nafas
pasien, termasuk
kegiatan yang
meningkatkan
atau
memperburuk
sesak nafas
tersebut

- Auskultasi suara
nafas, catat area
dimana terjadi
penurunan atau
tidak adanya
ventilasi dan
keberadaan
suara nafas
tambahan

- Kaji perlunya
penyedotan pada
jalan nafas
dengan aukultasi
suara nafas
ronchi di paru

- Auskultasi suara
nafas setelah
tindakan untuk
dicatat

- Beriksn bantuan
resusitasi bila
diperlukan

- Posisikan pasien
miring
kesamping
sesuai indikasi
untuk mencegah
aspirasi, lakukan
teknik log roll
jika pasien
diduga
mengalami
cedera leher

- Berikan terapi
nafas jika
diperlukan

BAB IV
PEMBAHASAN ASKEP

Pada bab II kami membahas asuhan keperawatan secara umum, dan pada bab
III kami membuat kasus dan kami membuat asuhan keperawatan yang sesuai dengan
kasus. Dari dua hal ini kami menemukan perbedaan. Di mulai dari riwayat penyakit
keluarga, pada askep secara umum terdapat riwayat penyakit keluarga, riwayat
kesehatan keluarga yang berhubungan dengan penyakit jantung atau jenis penyakit
kardiovaskuler lainnya.Dimana sudah dijelaskan pada bab III mengenai askep dari
kasus, tidak memiliki riwayat penyakit keluarga.

Pada askep teori terdapat tanda gejala pasien vibrilasi ventrikel yaitu hilang
nafsu makan, tidak toleran terhadap makanan, mual, muntah, penurunan berat badan,
edema, penurunan berat badan,perubahan turgor lemah, lelah, penurunan kesadaran,
perubahan frekuensi jantung saat beraktivitas dan tidak ada sesak nafas dan
jantungberdebar-debar. Namun pada kasus kami, kami tanda dan gejalanya ada sesak
nafas, bahkan tidak bias bernafas, dan jantung berdebar-debar.

Dari diagnosa keperawatan secara umum dan pada kasus sedikit berbeda.
Pada diagnose keperawatan secara umum ada 3 yaitu : Penurunan curah jantung,
gangguan perfusi jaringan, nyeri. Sedangkan diagnosa keperawatan dari kasus yang
kami buat, kami mengangkat 2 diagnosa yaitu : penurunan curah jantung, dan
ketidakefektifan pola nafas.

Untuk intervensi keperawatan pada diagnosa penurunan curah jantung secara umum
maupun intervensi keperawatan pada kasus sedikit berbeda yaitu pada intervensi teori
hanya memonitor atau memantau saja sedangkan pada intervensi kasus membahas
tentang observasi, nursing, edukasi, dan keluarga. Kemudian, diagnose keperawatan
yang kedua berbeda dengan diagnose keperawatan secara umum, dimana kami
mengangkat diagnose keperawatan yang kedua yaitu ketidakefektifan pola nafas.
Berbeda pada asuhan keperawatan secara umum yang mengangkat diagnose
gangguan perfusi jaringan dan nyeri. Dimana asuhan keperawatan secara umum
memiliki 3 diagnosa keperawatan, sedangkan pada asuhan keperawatan kasus, kami
hanya mengangkat 2 diagnosa keperawatan.
BAB V
PENUTUP

1. Kesimpulan
Fibrilasi ventrikel adalah denyutan ventrikel yang cepat dan tidak
efektif. Pada aritmia ini, denyut jantung tidak terdengat dan tidak teraba serta
tidak ada respirasi. Fibrilasi ventrikel adalah keadaan irama jantung yang sangat
kacau, yang biasanya berakhir dengan kematian dalam waktu beberapa menit,
kecuali jika tindakan penanganan tepat segera dilakukan.
Fibrilasi ventrikel ini merupakan penyebab kematian tersering
mengikuti infark miokard akut. Umumnya merupakan keadaan yang reversibel
dengan pengobatan yang memadai, dan pengenalannya menjadi dasar
pemantauan kardiak dalam CCU. Faktor resiko termasuk hipokalemia,
ketidakseimbangan asam - basa dan katekolamin seperti adrenalin IV.
Harus dikenali dari kolaps kardiovaskuler dan suatu EKG yang menunjukkan
bentuk kompleks QRS yang kacau. Pengobatan adalah dengan kardioversi arus
searah segera, diikuti lignokain (100 mg dalam 2 menit) dan natrium bikarbonat
untuk memperbaiki asidosis metabolik yang timbul setelah suatu periode henti
jantung. Pengobatan oral untuk mencegah resiko kekambuhan adalah sama
seperti pada takikardia ventrikel.
DAFTAR PUSTAKA

1. Keldermann R. Mechanisms of Ventricular Fibrillation, The role of mechano-


electrical feedback and tissue heterogeneity. Nederlands: Rik Hubert
Keldermann; 2009.

2. Price SA, Wilson LM. Patofisiologi Konsep Klinis Proses-Proses Penyakit. 6


ed. Jakarta: EGC; 2006. p. 1112-21.

3. Runge MS, Stouffer GA, Patterson C. Netters Cardiology. 2, editor.


Philladelphia: Elevier; 2010.

4. Rilantono LI, Baraas F, Karo SK, Roebiono PS. Buku Ajar Kardiologi.
Jakarta: Balai Penerbitan Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia; 2004. p.
41-176.

You might also like