Professional Documents
Culture Documents
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Telah diketahui bahwa aktivitas irama jantung terletak pada permukaan
jantung dekat muara vena cava superior, yaitu pada punyak atrium kanan.
Kumpulan sel-sel ini disebut NA node yang bertindak sebagai pace maker.
Melalui pace maker ini aktivitas otot jantung secara sinkron memompa darah ke
sirkulasi paru-paru dan ke sirkulasi darah sistemik (ke seluruh tubuh). Suatu
keadaan di mana terjadi kehilangan sinkronisasi yang disebut sebagai fibrilasi.
Fibrilasi dapat terjadi pada atrium maupun ventrikel. Pada atrium dikenal sebagai
fibrilasi atrium sedangkan pada ventrikel dikenal sebagai fibrilasi ventrikel.
Disritmia atau aritmia dapat diartikan sebagai abnormalitas irama
jantung. Disritmia bisa diakibatkan oleh gangguan otomatisasi, gangguan
hantaran, atau kombinasi keduanya. Adabeberapa macam jenis aritmia, salah
satunya adalah fibrilasi ventrikel. Fibrilasi ventrikel (Ventricular Fibrillation)
adalah kontraksi sangat cepat yang tidak beraturan pada ruang bawah jantung
(ventrikel).
Fibrilasi ventrikel merupakan jenis terburuk dari gangguan irama
jantung dan merupakan bentuk serangan jantung. Pada kondisi fibrilasi ventrikel
jantung memompa darah ke seluruh tubuh pada jantung berkontraksi pada saat
yang bersamaan yang menyebabkan kontraksi jantung menjadi disorganisasi.
Kekacauan denyut jantung yang parah ini biasanya berakhir dengan kematian
dalam hitungan menit, kecuali segera dirawat misalnya implantable cardiac
defiblator (ICD) dan Resusitasi Kardiopulmoner (CPR).
Fibrilasi ventrikel ini merupakan penyebab kematian tersering
mengikuti infark miokard akut. Umumnya merupakan keadaan yang reversibel
dengan pengobatan yang memadai, dan pengenalannya menjadi dasar
pemantauan kardiak dalam CCU. Faktor resiko termasuk hipokalemia,
ketidakseimbangan asam - basa dan katekolamin seperti adrenalin IV.
Harus dikenali dari kolaps kardiovaskuler dan suatu EKG yang menunjukkan
bentuk kompleks QRS yang kacau. Pengobatan adalah dengan kardioversi arus
searah segera, diikuti lignokain (100 mg dalam 2 menit) dan natrium bikarbonat
untuk memperbaiki asidosis metabolik yang timbul setelah suatu periode henti
jantung. Pengobatan oral untuk mencegah resiko kekambuhan adalah sama
seperti pada takikardia ventrikel.
Bentuk dan ukuran gelombang pada fibrilasi ventrikel sangat bervariasi,
dan tidak terlihat gelombang P, QRS maupun T. Tidak ada depolarisasi ventrikel
yang terorganisasi sehingga ventrikel tidak mampu berkontraksi sebagai suatu
kesatuan. Kenyataannya, ventrikel kelihatan seperti bergetar dengan sangat cepat
dan tidak teratur tanpa menghasilkan curah jantung. Sehingga tidak ada atau
hanya sedikit darah yang dipompa oleh jantung ke seluruh tubuh. Bentuk fibrilasi
ventrikel ada yang kasar ( coarse ) dan halus ( fine ) tergantung pada besarnya
amplitudo gelombang fibrilasi.
B. Tujuan
Tujuan Umum
Mahasiswa/I mampu memahami konsep dan asuhan keperawatan ventrikel
fibrilasi
Tujuan Khusus
1. Untuk mengetahui pengertian tentang Ventrikel Fibrilasi;
2. Untuk mengetahui Etiologi tentang Ventrikel Fibrilasi;
3. Untuk mengetahui manifestasi klinis tentang Ventrikel Fibrilasi.
4. Untuk mengetahui patofisiologi tentang Ventrikel Fibrilasi.
5. Untuk mengetahui penatalaksanaan tentang Ventrikel Fibrilasi.
6. Untuk mengetahui pemeriksaan penunjang tentang Ventrikel Fibrilasi.
7. Untuk mengetahui Asuhan Keperawatan tentang Ventrikel Fibrilasi.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. DEFENISI
Fibrilasi ventrikel adalah denyutan ventrikel yang cepat dan tidak efektif.
Pada aritmia ini, denyut jantung tidak terdengat dan tidak teraba serta tidak
ada respirasi. Fibrilasi ventrikel adalah keadaan irama jantung yang sangat
kacau, yang biasanya berakhir dengan kematian dalam waktu beberapa menit,
kecuali jika tindakan penanganan tepat segera dilakukan.( Price SA, Wilson
LM, 2006). fibrilasi ventrikel merupakan keadaan pretermina (Rilantono LI
Dkk, 2004)
Fibrilasi ventrikel jantung merupakan penyebab utama dari berhenti
berdetaknya otot jantung. Fibrilasi jantung terjadi jika terdapat potensial aksi
yang menjalar pada otot jantung tanpa terkendali atau menjadi liar
(Douglas,2007)
B. ETIOLOGI
Fibrilasi ventrikel dapat terjadi pada kondisi iskemia dan infark miokard,
manipulasi kateter pada ventrikel, gangguan karena kontak dengan listrik,
pemanjangan interval QT, atau sebagai irama akhir pada pasien dengan
kegagalan sirkulasi, atau pada kejadian takikardi ventrikel yang memburuk.
(Rilantono LI Dkk, 2004).
Fibrilasi ventrikel dapat disebabkan antara lain :
a. Gangguan jantung struktural
1. Iskemik atau infark miokard akibat penyakit jantung koroner.
2. Kardiomiopati.
b. Gangguan jantung nonstruktural
1. Mekanik (commotio cordis)
2. Luka atau sengatan listrik
3. Pre-eksitasi (termasuk Wolf-Parkinson-White syndrome)
4. Heart block
5. Channelopathies
6. Long QT syndrome
7. Short QT syndrome
8. Brugada syndrome
c. Noncardiac respiratory
1. Bronchospasm
2. Aspirasi
3. Hipertensi pulmonal primer
4. Emboli pulmonal
5. Tension pneumotoraks
6. Metabolik atau toksik
d. Gangguan elektrolit dan asidosis
1. Obat-obatan
2. Keracunan
3. Sepsis
e. Neurologik
1. Kejang
2. Perdarahan intrakranial atau strok iskemik
3. Tenggelam
Sebagian besar yang menghadapi masalah ketidakseragaman hentak
jantung ini memiliki prognosis yangnormal. Pasien tidak memerlukan rawat
yang khas. Walau bagaimanapun,bagi pasien yang mengalamigejala yang
serius atau yang dikaitkan dengan masalah penyakit-penyakit lain (seperti
penyakit jantung) akan menghadapi risiko yang lebih tinggi dan memerlukan
rawatan atau perhatian pengobatan yangkhusus. Faktor-faktor tersebut
adalah :
1. Tekanan perasaan atau stress
2. Darah tinggi
3. Merokok
4. Kelesuan, kurang tidur, kerja berlebihan
C. MENIFESTASI KLINIS
Pada fibrilasi ventrikel, manifestasi klinis yang ditemukan pada pasien
adalah penurunan kesadaran. Pemeriksaan respons pada pasien akan
mendapatkan pasien tidak berespons. (Rilantono LI Dkk, 2004).
Gejala lain yang dapat muncul adalah:
1. Kongesti vaskular dan pulmonal
2. Dispnea
3. Ortopnea
4. Paroksismal nocturnal dispnea
5. Batuk iritasi
6. Edema pulmonal akut
7. Penurunan curah jantung
8. Gallop atrial-S4
9. Gallop ventrikel-S3
10. Crackles paru
11. Disritmia
12. Mengi
13. Pulsus alternans
14. Peningkatan berat badan
15. Pernapasan Cheyne-Stokes (Rilantono LI Dkk, 2004).
Dari anamnesis lebih lanjut, harus dicari apakah pasien baru saja
menderita infark miokard, penyakit jantung, atau menggunakan obat-obat
jantung
Dari pemeriksaan fisik, pasien dengan penurunan kesadaran.
Pemeriksaan arteri perifer tidak teraba, dan tekanan darah tidak terukur.
Auskultasi pada jantung, bunyi jantung tidak terdengar. Pasien juga tidak
bernapas. (Rilantono LI Dkk, 2004).
D. PATOFISIOLOGI
Pada ventrikel, banyak aritrima disebabkan oleh gangguan sirkuit
reentri. Fibrilasi ventrikel disebabkan oleh banyak turbulensi dari sirkuit.
Secara normal, fibrilasi ventrikel timbul akibat dari deteriorasi ventrikel
takikardi. Terdapat dua hipotesis yang menjelaskan transisi ventrikel takikardi
menjadi fibrilasi ventrikel.( Keldermann, 2009).
Hipotesis pertama menjelaskan onset fibrilasi ventrikel selama
gelombang turbuensi memicu heterogenitas dalam jaringan jantung. Proses
penting pada fibrilasi ventrikel berkaitan erat dengan penyakit yang
meningkatkan heterogenitas, seperti penyakit jantung koroner, kardiomiopati,
dan penyakit jantung kongenital. Penyakit ini berhubungan dengan perubahan
struktural dan elektrofisiologi pada lapisan jantung yang meningkatkan derajat
heterogenitas jantung. Perubahan ini termasuk dalam formasi ineksitabilitas
jaringan (fibrosis), remodeling gap junction, dan perubahan ion. Dengan kata
lain, fibrilasi ventrikel berkaitan dengan penyakit seperti Long QT, Short QT,
dan sindrom Brugada, dimana mutasi dari kanal ion menyebabkan dispersi
durasi potensial aksi( Keldermann, 2009).
F. PEMERIKSAAN PENUNJANG
1. EKG
2. Tes Darah
3. X-Ray Dada
4. Ekokardiogram
G. ASUHAN KEPERAWATAN
1. Pengkajian
a) Riwayat Kesehatan
c. Pola Eleminasi
d. Pola Aktivitas atau Latihan
a. pergerakan dada
b. asimetris dada
a. suara napas
b. Suara tambahan (ronchi, wheezing, krepitasi)
c. apeks jantung
NOC:
Kriteria hasil:
NIC :
Cardiac care:
14. Monitor adanya cushing triad (tekanan nadi yang melebar, bradikardi dan
peningkatan sistolik)
a. NOC:
1. Circulation status
- Memproses informasi
NIC:
NOC:
1. Pain level
2. Pain control
3. Comfort level
Kriteria hasil:
NIC :
Pain management:
10. Pilih dan lakukan penanganan nyri (farmakologi, non farmakologi dan
interpersonal)
16. Kolaborasikan dengan dokter jika ada keluhan dan tindakan nyeri tidak
berhasil
Analgesic Administration:
7. Pilih rute pemberian secara IV, IM untuk pengobatan nyeri secara teratur
NOC:
1. Anxiety self-control
2. Anxiety level
3. Coping
Kriteria hasil:
NIC :
NOC:
1. Energy conservation
2. Activity tolerance
Kriteria hasil:
5. Level kelemahan
NIC:
Activity therapy:
5. Bantu untuk mendapatkan alat bantuan aktivitas seperti kursi roda, krek
NOC:
Kriteria hasil:
NIC :
3. Gambarkan tanda dan gejala yang biasa muncul pada penyakit, dengan
cara yang tepat
6. Sediakan informasi pada pasien tentang kondisi, dengan cara yang tepat
12. Rujuk pasien pada grup atau agensi di komunitas local, dengan cara yang
tepat
13. Instruksikan pasien mengenai tanda dan gejala untuk melaporkan pada
pemberi perawatan kesehatan, dengan cara yang tepat.
Gangguan pola nafas berhubungan dengan edema paru
NOC:
Kriteria hasil:
NIC :
Airway Management:
Oxigen Therapy:
NOC:
1. Ansiety
2. Fear level
3. Sleep deprivation
Kriteria hasil:
3. Mengontrol nyeri
7. Kontrol gejala
NIC:
NOC:
1. Nutrition status
2. Nutrition status: food and fluid intake
4. Weight control
Kriteria hasil:
NIC:
Nutrition management:
Nutrition Monitoring:
15. Catat adanya edma, hiperemik, hipertonik papilla lidah dan cavitas oral
ASUHAN KEPERAWATAN
A. Kasus
B. Asuhan Keperawatan
1. Pengkajian
Identitas pasien
Nama : Tn Y
Usia : 47 tahun
Jenis kelamin : laki-laki
Keluhan utama : pasien mengatakan sesak nafas dan bahkan tidak
bisa bernafas
Riwayat kesehatan
Riwayat kesehatan dulu : pasien pernah dirawat dengan masalah yang
sama dan elektrolyt imbalance.
Riwayat kesehatan sekarang : sesak nafas bahkan tidak bisa bernafas.
Beberapa menit selanjutnya pasien kehilangan kesadaran
Riwayat kesehatan keluarga : tidak adanya riwayat kesehatan
keluarga yang terkaji
Pemeriksaan primer
6. Folli cateter : -
7. Gastrict tube : -
8. Heart monitor : terjadi perubahan pada monitor EKG,
kompleks QRS tidak terlihat jelas dan pemanjangan interval
QT.
Pemeriksaan sekunder
GCS : E1V1M1
TB= 164 cm
BB= 73kg
TD : 100/60 mmHg
Na : 134 mmol/l
Clorida : 100mmol/l.
2. Analisa data
DO :
- pasien kehilangan kesadaran
dan terjadi perubahan pada
monitor EKG, kompleks
QRS tidak terlihat jelas dan
pemanjangan interval QT
- TD : 100/60 mmHg,
- RR : 26x/menit,
- HR:75x/menit,
- GCS : E1M1V1,
DO :
- RR : 26x/menit,
- HR:75x/menit,
- Pernapasan Cheyne-Stokes
3. Diagnosa Keperawatan
a. Penurunan curah jantung b.d perubahan irama jantung
4. Intervensi Keperawatan
- Rekam EKG 12
lead,
sebagaimana
mestinya
- Auskultasi suara
jantung
- Auskultasi paru-
paru adakah
rochi atau suara
tambahan lain
- Lakukan
penilaian secara
komprehensif,
terhadap status
jantung
termasuk
didalamnya
sirkulasi perifer
- Sediakan
makanan diet
jantung yang
tepat (batasi
masukan kafein,
natrium,
kolestrol, dan
makanan
berlemak)
- Instruksikan
pasien akan
pentingnya
melaporkan
segera jika
merasakan
ketidaknyamana
n dibagian dada
- Instruksikan
pasien untuk
menghindari
aktivutas yang
menyebabkan
valsava
maneuver
( misalnya,
mengejan saat
buang air besar)
- Intruksikan
pasien dan
keluarga tentang
tujuan perawatan
dan bagaimana
perkembangan
yang bisa diukur
- Kelola obat-
obatan untuk
membebaskan
atau mencegah
nyeri dan
iskemia sesuai
dengan
kebutuhan
- Monitor
keefektifan
pengobatan
Ketidakefektifan Status pernafasan : Monitor Pernafasan
pola nafas ventilasi
Aktivitas :
- Frekuensi - Monitor
pernafasan : 2-5 kecepatan,
- Irama pernafasan : irama,
2-5 kedalaman, dan
kesulitan
- Penggunaan otot
bernafas
bantu pernafasan :
- Monitor suara
3-5
nafas tambahan
- Monitor pola
nafas ( misalnya,
bradipne,
takipnea,
dyspnea,
hiperventilasi)
- Monitor keluhan
sesak nafas
pasien, termasuk
kegiatan yang
meningkatkan
atau
memperburuk
sesak nafas
tersebut
- Auskultasi suara
nafas, catat area
dimana terjadi
penurunan atau
tidak adanya
ventilasi dan
keberadaan
suara nafas
tambahan
- Kaji perlunya
penyedotan pada
jalan nafas
dengan aukultasi
suara nafas
ronchi di paru
- Auskultasi suara
nafas setelah
tindakan untuk
dicatat
- Beriksn bantuan
resusitasi bila
diperlukan
- Posisikan pasien
miring
kesamping
sesuai indikasi
untuk mencegah
aspirasi, lakukan
teknik log roll
jika pasien
diduga
mengalami
cedera leher
- Berikan terapi
nafas jika
diperlukan
BAB IV
PEMBAHASAN ASKEP
Pada bab II kami membahas asuhan keperawatan secara umum, dan pada bab
III kami membuat kasus dan kami membuat asuhan keperawatan yang sesuai dengan
kasus. Dari dua hal ini kami menemukan perbedaan. Di mulai dari riwayat penyakit
keluarga, pada askep secara umum terdapat riwayat penyakit keluarga, riwayat
kesehatan keluarga yang berhubungan dengan penyakit jantung atau jenis penyakit
kardiovaskuler lainnya.Dimana sudah dijelaskan pada bab III mengenai askep dari
kasus, tidak memiliki riwayat penyakit keluarga.
Pada askep teori terdapat tanda gejala pasien vibrilasi ventrikel yaitu hilang
nafsu makan, tidak toleran terhadap makanan, mual, muntah, penurunan berat badan,
edema, penurunan berat badan,perubahan turgor lemah, lelah, penurunan kesadaran,
perubahan frekuensi jantung saat beraktivitas dan tidak ada sesak nafas dan
jantungberdebar-debar. Namun pada kasus kami, kami tanda dan gejalanya ada sesak
nafas, bahkan tidak bias bernafas, dan jantung berdebar-debar.
Dari diagnosa keperawatan secara umum dan pada kasus sedikit berbeda.
Pada diagnose keperawatan secara umum ada 3 yaitu : Penurunan curah jantung,
gangguan perfusi jaringan, nyeri. Sedangkan diagnosa keperawatan dari kasus yang
kami buat, kami mengangkat 2 diagnosa yaitu : penurunan curah jantung, dan
ketidakefektifan pola nafas.
Untuk intervensi keperawatan pada diagnosa penurunan curah jantung secara umum
maupun intervensi keperawatan pada kasus sedikit berbeda yaitu pada intervensi teori
hanya memonitor atau memantau saja sedangkan pada intervensi kasus membahas
tentang observasi, nursing, edukasi, dan keluarga. Kemudian, diagnose keperawatan
yang kedua berbeda dengan diagnose keperawatan secara umum, dimana kami
mengangkat diagnose keperawatan yang kedua yaitu ketidakefektifan pola nafas.
Berbeda pada asuhan keperawatan secara umum yang mengangkat diagnose
gangguan perfusi jaringan dan nyeri. Dimana asuhan keperawatan secara umum
memiliki 3 diagnosa keperawatan, sedangkan pada asuhan keperawatan kasus, kami
hanya mengangkat 2 diagnosa keperawatan.
BAB V
PENUTUP
1. Kesimpulan
Fibrilasi ventrikel adalah denyutan ventrikel yang cepat dan tidak
efektif. Pada aritmia ini, denyut jantung tidak terdengat dan tidak teraba serta
tidak ada respirasi. Fibrilasi ventrikel adalah keadaan irama jantung yang sangat
kacau, yang biasanya berakhir dengan kematian dalam waktu beberapa menit,
kecuali jika tindakan penanganan tepat segera dilakukan.
Fibrilasi ventrikel ini merupakan penyebab kematian tersering
mengikuti infark miokard akut. Umumnya merupakan keadaan yang reversibel
dengan pengobatan yang memadai, dan pengenalannya menjadi dasar
pemantauan kardiak dalam CCU. Faktor resiko termasuk hipokalemia,
ketidakseimbangan asam - basa dan katekolamin seperti adrenalin IV.
Harus dikenali dari kolaps kardiovaskuler dan suatu EKG yang menunjukkan
bentuk kompleks QRS yang kacau. Pengobatan adalah dengan kardioversi arus
searah segera, diikuti lignokain (100 mg dalam 2 menit) dan natrium bikarbonat
untuk memperbaiki asidosis metabolik yang timbul setelah suatu periode henti
jantung. Pengobatan oral untuk mencegah resiko kekambuhan adalah sama
seperti pada takikardia ventrikel.
DAFTAR PUSTAKA
4. Rilantono LI, Baraas F, Karo SK, Roebiono PS. Buku Ajar Kardiologi.
Jakarta: Balai Penerbitan Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia; 2004. p.
41-176.