You are on page 1of 27

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Trombositopenia merupakan kondisi dimana jumlah trombosit (bagian dari pembekuan
darah) berkurang dari jumlah normalnya. Pada keadaan fisiologis normal, jumlah trombosit
di dalam sirkulasi berkisar antara 150.000-450000/mm3, rata-rata berumur 7-10 hari kira-
kira sepertiga dari jumlah trombosit di dalam sirkulasi darah mengalami penghancuran di
dalam limpa oleh karena itu untuk mempertahankan jumlah trombosit supaya tetap
normal, diproduksi 150.000-450000 sel trombosit per hari. Jika jumlah trombosit kurang
dari 30.000/mL, bisa terjadi perdarahan abnormal meskipun biasanya gangguan baru
timbul jika jumlah trombosit mencapai kurangdari 10.000/mL.
Pada trombositopenia berat dapat mengakibatkan kematian akibat kehilangan
darah atau perdarahan dalam organ-organ vital. Insiden untuk ITP adalah 50-100 juta
kasus baru setiap tahun. Dengan anak melingkupi separuh daripada bilangan tersebut.
Kejadian atau insiden Immune Trombositopenia Purpura diperkirakan lima kasus per
100.000 anak-anak dan kasus per 100.000 orang dewasa (Emedicine, 2008).
Perawat diwajibkan untuk memahami dengan benar mengenai ITP agar dapat
melakukan asuhan keperawatan yang akurat dan dapat dipertanggungjawabkan. Selain itu
melakukan usaha pencegahan untuk terjadinya cedera. Sehingga dengan dibuatnya
makalah ini sebagai mahasiswa diharapkan dapat memahami tinjauan teori dan konsep
asuhan dasar keperawatan dari ITP.

1
B. Rumusan Masalah
1. Definisi ITP?
2. Bagaimana etiologi ITP?
3. Manifestasi klinik pada klien dengan ITP?
4. Patofisiologis Idiopatic Trombositopenia Purpura?
5. Bagaimana Penatalaksanaan Pada Klien dengan ITP?
6. Komplikasi pada klien dengan ITP?
7. Konsep Dasar Asuhan Keperawatan pada klien dengan ITP?

C. Tujuan Penulisan
1. Menjelaskan dan Memahami Definisi ITP
2. Menjelaskan dan Memahami etiologi ITP
3. Menjelaskan dan Memahami Manifestasi klinik pada klien dengan ITP
4. Menjelaskan dan Memahami Patofisiologis ITP
5. Menjelaskan dan Memahami Penatalaksanaan ITP
6. Menjelaskan dan Memahami Komplikasi pada klien dengan ITP
7. Menjelaskan dan Memahami Konsep Dasar Asuhan Keperawatan pada klien dengan
ITP

2
BAB II
TINJAUAN TEORI

A. Definisi.
ITP merupakan singkatan dari Idiopatik Trombositopenia Purpura. Idiopatik
artinya penyebabnya tidak diketahui. Trombositopenia artinya berkurangnya jumlah
trombosit dalam darah atau darah tidak mempunyai platelet yang cukup. Purpura artinya
perdarahan kecil yang ada di dalam kulit, membrane mukosa atau permukaan serosa
(Dorland, 1998).
ITP adalah suatu penyakit perdarahan yang didapat sebagai akibat dari
penghancuran trombosit yang berlebihan (Suraatmaja, 2000). ITP adalah suatu keadaan
perdarahan yang disifatkan oleh timbulnya petekia atau ekimosis di kulit ataupun pada
selaput lendir dan adakalanya terjadi pada berbagai jaringan dengan penurunan jumlah
trombosit karena sebab yang tidak diketahui (FK UI, 1985)
Idiopatik trombositopenia purpura (ITP) merupakan suatu kelainan yang berupa
gangguan autoimun yang mengakibatkan trombositopenia oleh karena adanya
penghancuran trombosit secara dini dalam sistem retikuloendotel akibat adanya
autoantibody terhadap trombosit yang biasanya berasal dari Immunoglobulin G. Adanya
trombositopenia pada ITP ini akan megakibatkan gangguan pada sistem hemostasis
karena trombosit bersama dengan sistem vaskular faktor koagulasi darah terlibat secara
bersamaan dalam mempertahankan hemostasis normal.

B. Anatomi Fisiologi
1. Sel darah merah (eritrosit).
Merupakan sel yang paling banyak dibandingkan dengan 2 sel lainnya, dalam
keadaan normal mencapai hampir separuh dari volume darah. Sel darah merah
mengandung hemoglobin, yang memungkinkan sel darah merah membawa oksigen
dari paru-paru dan mengantarkannya ke seluruh jaringan tubuh. Oksigen dipakai
untuk membentuk energi bagi sel-sel, dengan bahan limbah berupa karbon dioksida,
yang akan diangkut oleh sel darah merah dari jaringan dan kembali ke paru-paru.

3
2. Sel darah putih (leukosit).
Jumlahnya lebih sedikit, dengan perbandingan sekitar 1 sel darah putih untuk
setiap 660 sel darah merah. Terdapat 5 jenis utama dari sel darah putih yang bekerja
sama untuk membangun mekanisme utama tubuh dalam melawan infeksi, termasuk
menghasilkan antibody.
Neutrofil, juga disebut granulosit karena berisi enzim yang mengandung granul-
granul, jumlahnya paling banyak. Neutrofil membantu melindungi tubuh melawan
infeksi bakteri dan jamur dan mencerna benda asing sisa-sisa peradangan. Ada 2 jenis
neutrofil, yaitu neutrofil berbentuk pita (imatur, belum matang) dan neutrofil
bersegmen (matur, matang).
Limfosit memiliki 2 jenis utama, yaitu limfosit T (memberikan perlindungan
terhadap infeksi virus dan bisa menemukan dan merusak beberapa sel kanker) dan
limfosit B (membentuk sel-sel yang menghasilkan antibodi atau sel plasma).
Monosit mencerna sel-sel yang mati atau yang rusak dan memberikan perlawanan
imunologis terhadap berbagai organisme penyebab infeksi. Eosinofil membunuh
parasit, merusak sel-sel kanker dan berperan dalam respon alergi. Basofil juga
berperan dalam respon alergi.

3. Platelet (trombosit).
Merupakan paritikel yang menyerupai sel, dengan ukuran lebih kecil daripada sel
darah merah atau sel darah putih. Sebagai bagian dari mekanisme perlindungan darah
untuk menghentikan perdarahan, trombosit berkumpul dapa daerah yang mengalami
perdarahan dan mengalami pengaktivan. Setelah mengalami pengaktivan, trombosit
akan melekat satu sama lain dan menggumpal untuk membentuk sumbatan yang
membantu menutup pembuluh darah dan menghentikan perdarahan.
Pada saat yang sama, trombosit melepaskan bahan yang membantu
mempermudah pembekuan. Sel darah merah cenderung untuk mengalir dengan lancar
dalam pembuluh darah, tetapi tidak demikian halnya dengan sel darah putih. Banyak
sel darah putih yang menempel pada dinding pembuluh darah atau bahkan menembus
dinding untuk masuk ke jaringan yang lain.

4
Jika sel darah putih sampai ke daerah yang mengalami infeksi atau masalah
lainnya, mereka melepaskan bahan-bahan yang akan lebih banyak menarik sel darah
putih. Fungsi sel darah putih adalah seperti tentara, menyebar di seluruh tubuh, tetapi
siap untuk dikumpulkan dan melawan berbagai organisme yang masuk ke dalam
tubuh. Di dalam sumsum tulang, semua sel darah berasal dari satu jenis sel yang
disebut sel stem. Jika sebuah sel stem membelah, yang pertama kali terbentuk adalah
sel darah merah yang belum matang (imatur), sel darah putih atau sel yang
membentuk trombosit (megakariosit). Kemudian jika sel imatur membelah, akan
menjadi matang dan pada akhirnya menjadi sel darah merah, sel darah putih atau
trombosit. Fungsinya adalah mencegah ke bocoran darah spontan pada pembuluh
darah kecil,membant proses pembekuan darah.

C. Etiologi
Penyebab dari ITP tidak diketahui secara pasti, mekanisme yang terjadi melalui
pembentukan antibodi yang menyerang sel trombosit, sehingga sel trombosit mati.(Imran,
2008).
Penyakit ini diduga melibatkan reaksi autoimun, dimana tubuh menghasilkan
antibodi yang menyerang trombositnya sendiri. Dalam kondisi normal, antibodi adalah
respons tubuh yang sehat terhadap bakteri atau virus yang masuk kedalam tubuh. Tetapi
untuk penderita ITP, antibodinya bahkan menyerang sel-sel keping darah tubuhnya
sendiri. (Family Doctor, 2006).
Meskipun pembentukan trombosit sumsum tulang meningkat, persediaan
trombosit yang ada tetap tidak dapat memenuhi kebutuhan tubuh. Pada sebagian
besar kasus, diduga bahwa ITP disebabkan oleh sistem imun tubuh.
Secara normal sistem imun membuat antibodi untuk melawan benda asing yang
masuk ke dalam tubuh. Pada ITP, sistem imun melawan platelet dalam tubuh sendiri.
Alasan sistem imun menyerang platelet dalam tubuh masih belum diketahui. (ana
information center,2008).
ITP kemungkinan juga disebabkan oleh hipersplenisme, infeksi virus, intoksikasi
makanan atau obat atau bahan kimia, pengaruh fisis (radiasi, panas), kekurangan factor
pematangan (misalnya malnutrisi), koagulasi intravascular diseminata (KID), autoimun.

5
Berdasarkan etiologi, ITP dibagi menjadi yaitu primer (idiopatik) dan sekunder.
Berdasarkan penyakit dibedakan tipe akut bila kejadiannya kurang atau sama dengan 6
bulan (umumnya terjadi pada anak-anak) dan kronik bila lebih dari 6 bulan (umunnya
terjadi pada orang dewasa). (ana information center, 2008)
Selain itu, ITP juga terjadi pada pengidap HIV. Sedangkan obat-obatan seperti
heparin, minuman keras, quinidine, sulfonamides juga boleh menyebabkan
Rombositopenia. Biasanya tanda-tanda penyakit dan faktor-faktor yang berkatan dengan
penyakit ini adalah seperti yang berikut: purpura, pendarahan haid darah yang banyak
dan tempo lama, pendarahan dalam lubang hidung, pendarahan rahang gigi, immunisasi
virus yang terkini, penyakit virus yang terkini dan calar atau lebam.

D. Patofisiologi
Pada penderita ITP, memiliki autoantibody abnormal, biasanya imunoglobulin G (IgG)
dengan spesifisitas untuk 1 atau lebih glikoprotein membran trombosit mengikat
membran trombositopenia.
Autoantibody trombosit menginduksi fagositosis dimediasi reseptor-Fc oleh makrofag
mononuklir, tetapi tidak secara eksklusif dalam limpa. Limpa adalah organ kunci dalam
patofisiologi idiopathic thrombocytopenic purpura (ITP), bukan hanya karena
autoantibodies trombosit terbentuk dalam putih pulp, tetapi juga karena makrofag
mononuklear di pulp merah berlapis menghancurkan trombosit imunoglobulin.
Jika megakaryocytes sumsum tulang tidak dapat meningkatkan produksi dan
mempertahankan angka jumlah trombosit, maka trombositopenia purpura akan
berkembang.
E. Tanda Gejala ITP
Gejala Yang Muncul Akibat Idiopatic Thrombocytopenic Purpura Atau Itp:
1. Memar Mudah Muncul Atau Terjadi Pada Banyak Bagian Tubuh.
2. Perdarahan Akibat Lukayang Berlangsung Lebih Lama.
3. Perdarahan Yang Terjadi Di Bawah Kulit Dan Terlihat Seperti Bintik-Bintik Merah-
Keunguan Yang Terjadi Pada Kaki.
4. Pendarahan Dari Hidung Atau Mimisan
5. Darah Pada Urine Atau Tinja

6
6. Perdarahan Pada Gusi, Terutama Setelah Perawatan Gigi.
7. Pendarahan Berlebih Saat Menstruasi.
8. Sangat Kelelahan.
Terkadang ITP tidak menimbulkan gejala sama sekali, khususnya pada anak-anak. Ketika
anak-anak menderita ITP, system kekebalan tubuh secara keliru menghasilkan antibody
terhadap trombosit setelah infeksi virus atau kuman lain. Kondisi ini adalah reaksi system
kekbalan tubuh yang bias terjadi selama beberapa minggu dan akhirnya menghilang.
Namun dalam beberapa kasus, ITP bias menjadi kronis atau berkelanjutan.

F. Manifestasi Klinik
Pada purpura trombositopenik idiopatik yang akut, gejalanya dapat timbul secara
mendadak. Sementara pada stadium kronis gejala akan timbul secara perlahan.
Pendarahan biasanya terjadi bila jumlah trombosit < 50. 000/ mm3, dan perdarahan
spontan terjadi jika jumlah trombosit <10.000/mm3. Gejala klinis pada klien dengan ITP
yaitu (Wiwik dan Sulistyo, 2008 : 131) :

1. Ptekie, ekimosis, dan purpura


Peningkatan permeabilitas mengakibatkan keluarnya darah berupa petekie, purpura,
dan ekimosis yang besar. Titik perdarahan yang dapat dilihat pada permukaan
kulit atau pada potongan permukaan organ disebut petekie. Bercak perdarahan yang
lebih besar disebut ekimosis dan keadaan yang ditandai dengan bercak-bercak
perdarahan yang tersebar luas disebut purpura.
2. Keletihan, kelemahan, demam dan anoreksia
3. Vesikel atau bulae yang bersifat hemoragik
Lepuhan kecil berisi cairan yang berdiameter kurang dari 0,5 cm. Sedangkan bulae
merupakan lesi menonjol melingkar (> 0,5 cm) yang berisi cairan serosa di atas
dermis.
4. Epitaksis dan pendarahan gusi
Epitaksis terjadi sebagai gejala awal pada sepertiga dari penderita anak-anak.
5. Menometroraghia

7
Bentuk campuran dari menoragia dan metroragia, menoragia merupakan perdarahan
haid dalam jumlah yang melebihi 80 ml.
Sedangkan metroragia yaitu terjadinya perdarahan berupa bercak bercak diluar
siklus haid.
6. Hematuri
kondisi di mana urin mengandung darah atau sel-sel darah merah. Keberadaan darah
dalam urin biasanya akibat perdarahan di suatu tempat di sepanjang saluran
kemih. Pendarahan traktus urinarius cukup jarang terjadi pada penderita ITP.
7. Melena
Pengeluaran feses atau tinja yang berwarna hitam seperti akibat pendarahan pada
saluran pencernaan.
8. Pendarahan intrakranial (merupakan penyulit berat, terjadi 1% pada kasus)
9. Tidak ada limfadenopati
Limfadenopati merupakan proses penyakit yang menyerang satu atau beberapa
kelenjar getah bening.
10. Splenomegali ringan, pembesaran limfa dua kali ukuran normal
Merupakan bentuk patologi, pembesaran pada limpa terjadi karena adanya
peningkatan jumlah sel fagosit dan jumlah sel darah. Limpa memiliki peranan
penting dalam patogenesis pada ITP. Limpa merupakan tempat utama produksi
antibodi antitrombosit dan destruksi trombosit yang dilapisi oleh Ig

G. Komplikasi
Komplikasi yang mungkin muncul antara lain :
1. Reaksi transfuse
Merupakan keadaan kegawatdaruratan hematologik, pada ITP dapat terjadi
pendarahan mayor jika trombosit < 10.000/mm3. Dalam pemberian tranfusi memang
harus dalam pengawasan ketat. Reaksi transfusi dapat mengakibatkan reaksi
anafilaksis. Terjadi karena pemberian dara mengandung Ig A pada penderita
tergolong defisiensi Ig A konginetal, yang telah mendapat sensitisasi terhadapa Ig A
sebelumnya melalui tranfusi kehamilan. Reaksi dapat terjadi dalam bentuk urtikaria
dan bronkospasme.

8
2. Relaps
Merupakan kambuh berulang atau gagal dalam pengobatan, dan pada dewasa perlu
dilakukan splenenektomi.Relaps dapat terjadi karena tidak berespon terhadap
kortikostroiddan imunoglobulin IV.
3. Perdarahan susunan saraf pusat
Misalnya pendarahan pada subdural, kurang dari 1% penderita yang mengalami ini
dari kasus yang terkena.
4. Kematian
Trombositopenia berat yang mengancam kehidupan ditemukan bila
jumlah trombosit <10.000/mm3

H. Penatalaksanaan
Jumlah trombosit di bawah 20.000 umumnya merupakan indikasi untuk mendapatkan
suatu pengobatan. Pasien dengan jumlah trombosit antara 20.000 dan 50.000 biasanya
dievaluasi per kasus dan biasanya dilakukan pengobatan pada pasien hingga jumlah
trombosit mencapai di atas 50.000. Rawat inap mungkin dianjurkan dalam kasus-kasus
dengan jumlah trombosit yang sangat rendah, dan sangat dianjurkan bila pasien
pendarahan internal. Hitungan di bawah 10.000 secara potensial merupakan kondisi yang
darurat, pasien rentan terhadap intraserebral subarachnoid hemorrhage sebagai akibat dari
trauma kepala. Kebanyakan kasus, pengobatan akan dilaksanakan di bawah pengawasan
dan instruksi hematologi. Macam-macam pengobatan, antara lain :
1. Steroid
Pengobatan biasanya diawali dengan infus kortikosteroid, seperti metilprednisolon
atau prednisone. Infus trombosit dapat diberikan dalam situasi darurat seperti
pendarahan dalam upaya untuk segera menaikkan jumlah trombosit. Setelah jumlah
trombosit meningkat ke tingkat yang aman, suatu steroid oral seperti prednisone (1-2
mg / kg per hari), biasanya baru diberikan. Kebanyakan kasus akan merespon selama
minggu pertama pengobatan. Setelah beberapa minggu terapi steroid oral, dosis
secara bertahap akan berkurang. Namun, 60 sampai 90 persen pasien akan kambuh
setelah dosis telah menurun di bawah 0,25 mg / kg per hari dan kemudian berhenti.
Penggunaan steroid yang berkelanjutan dapat menyebabkan ketergantungan berat.

9
2. Anti-D
Strategi lain yang cocok untuk pasien dengan Rh-positif adalah dengan terapi Rho
(D) globulin imun (Anti-D), melalui intravena. Anti-D biasanya diberikan kepada
perempuan Rh-negatif selama kehamilan dan pada bayi dengan Rh-positif untuk
mencegah sensitisasi terhadap faktor Rh pada bayi baru lahir. Anti-D telah dibuktikan
efektif pada beberapa pasien ITP, tetapi mahal.
3. Agen steroid-sparing
Immunosuppresants seperti mycophenolate mofetil dan azathioprine menjadi lebih
populer untuk efektivitas penderita ITP. Dalam kasus refraktori kronis dimana
kekebalan tubuh telah terdeteksi, dapat menggunakan vincristine, sebuah agen
kemoterapi. Namun, vincristine, sebuah alkaloid tapak dara , dimana penggunaannya
dalam mengobati ITP harus hati-hati, terutama pada anak-anak. Immunoglobulin
intravena (IVIG) juga termasuk salah satu terapi untuk penderita ITP, tetapi lebih
mahal karena obat ini akan berespon kurang lebih dalam kurun waktu satu bulan dan
dapat mencegah terjadinya perdarahan. Namun, dalam kasus ITP dijadwalkan untuk
operasi bagi pasien yang memiliki jumlah trombosit yang sangat rendah dan
berbahaya.
4. Thrombopoietin Reseptor Agonis
Thrombopoietin reseptor agonis adalah agen farmasi yang memperlakukan ITP
dengan merangsang untuk mengurangi kerusakan trombosit. Pada tahun 2011, produk
di bawah ini sudah tidak tersedia:
a. Romiplostim adalah thrombopoiesis merangsang peptida protein fusi-Fc
(peptibody) yang dikelola oleh injeksi subkutan . Pada tahun 2003 di bawah
hokum USA, uji klinis menunjukkan romiplostim efektif dalam mengobati ITP
kronis, terutama pada pasien pasca splenektomi. Romiplostim telah disetujui oleh
Amerika Serikat Food and Drug Administration (FDA) untuk pengobatan jangka
panjang ITP kronis.
b. Eltrombopag adalah agen yang dikelola secara oral dengan efek yang mirip
dengan romiplostim. Ini juga telah ditunjukkan untuk meningkatkan jumlah
trombosit dan penurunan pendarahan dalam yang tergantung dengan dosis.

10
5. Operasi
Splenektomi dapat dianggap sebagai sasaran perusakan platelet biasanya akan
ditemui dalam limpa. Prosedur ini berisiko dalam kasus-kasus ITP karena
kemungkinan meningkatnya perdarahan yang signifikan selama operasi. Sebagaimana
dicatat sebelumnya, penggunaan splenektomi untuk mengobati ITP telah berkurang
sejak pengembangan terapi steroid dan obat farmasi lainnya.
6. Treatment lain
a. Transfusi Platelet
Paisen ITP yang mengalami perdarahan berat membutuhkan transfuse platelet
untuk meningkatkan jumlah platelet dalam darah dan perlu dirawat di rumah sakit.
Beberapa pasien memerlukan transfuse platelet sebelum dilakukan pembedahan.

b. Mengobati infeksi
Beberapa tipe infeksi dapat dengan mudah menurunkan jumlah platelet pasien.
Jika pasien ITP terkena infeksi yang menyebabkan plateletnya menurun,
mengobati infeksi dapat membantu meningkatkan jumlah platelet dan mengurangi
resiko perarahan.
Jika pasien ITP mengkonsumsi obat yang dapat menurunkan jumlah platelet dan
menyebabkan perdarahan, menghentikan pengobatan kadang-kadang dapat
membantu meningkatkan jumlah platelet. Misalnya, aspirin dan ibuprofen contoh
obat yang menyebabkan penurunan fungsi platelet dan meningkatkan risiko
perdarahan. Pasien ITP sebaiknya tidak menggunakan obat tersebut.
I. Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan laboratorium yang dapat dilakukan adalah :
1. Pada pemeriksaan darah lengkap. Pada pemeriksaan ini ditemukan bahwa:
a. Hb sedikit berkurang, eritrosit normositer, bila anemi berat hypochrome
mycrosyter.
b. Lekosit meninggi pada fase perdarahan dengan dominasi PMN.
c. Pada fase perdarahan, jumlah trombosit rendah dan bentuknya abnormal.
d. Lymphositosis dan eosinofilia terutama pada anak

11
2. Pemeriksaan darah tepi.
Hematokrit normal atau sedikit berkurang
3. Aspirasi sumsum tulang
Jumlah megakaryosit normal atau bertambah, kadang mudah sekali morfologi
megakaryosit abnormal (ukuran sangat besar, inti nonboluted, sitoplasma berfakuola
dan sedikit atau tanpa granula).
Hitung (perkiraan jumlah) trombosit dan evaluasi hapusan darah tepi merupakan
pemeriksaan laboratorium pertama yang terpentong. Karena dengan cara ini dapat
ditentukan dengan cepat adanya trombositopenia dan kadang-kadang dapat ditentukan
penyebabnya.

12
BAB III
KONSEP DASAR ASUHAN KEPERAWATAN

A. PENGKAJIAN
1. Identitas Klien
Nama klien
Nomer RM
Umur
ITP kronik umumnya terdapat pada orang dewasa dengan usia rata-rata 40-45
tahun.
Jenis kelamin
Rasio antara perempuan dan laki-laki adalah 1:1 pada pasien ITP akut sedangkan
pada ITPkronik adalah 2-3:1.
Status perkawinan
Pekerjaan
Agama
Alamat
Diagnosa Medis
Diagnosa medis dapat ditegakkan dengan pemeriksaan penunjang, tidak bisa hanya
dengan manifestasi klinik yang ada.
Tanggal MRS
Jam MRS
Tanggal Pengkajian
Jam Pengkajian
2. Riwayat Kesehatan
a. Keluhan utama :
1. Ptekie
Bintik-bintik kemerahan yang muncul akibat pendarahan dibawah
kulit, keluarnya darah dari pembuluh darah ke dermis, dan ruam tidak
memucat bila ditekan. Nilai ptekie kurang dari
5mm apabila memucat ketika ditekan.

13
Sedangkan lebih dari 5 mm disebut purpura. Petekie ditemukan bila
jumlah trombosit < 30.000/mm3.
2. Ekimosis
Darah yang terperangkap di jaringan bawah kulit dan gejala ini terjadi
mendadak pada penderita ITP. Ekimosis yang bertambah dan perdarahan
yang lama akibat trauma ringan ditemukan pada jumlah < 50.000/mm3.
3. Vesikel atau bulae yang bersifat hemoragik
Lepuhan kecil berisi cairan yang berdiameter kurang dari 0,5 cm.
Sedangkan bulae merupakan lesi menonjol melingkar (> 0,5 cm) yang
berisi cairan serosa di atas dermis.
4. Perdarahan dibawah membran mukosa (saluran GI, kemih, genital,
respirasi).
b. Riwayat penyakit sekarang
1. Epitaksis
Sering disebut juga mimisan yaitu satu keadaan pendarahan dari hidung
yang keluar melalui lubang hidung akibat adanya kelainan lokal pada
rongga hidung ataupun karena kelainan yang terjadi di tempat lain dari
tubuh.
2. Menoragia
Periodik menstruasi yang terjadi pendarahan berat atau berkepanjangan
(abnormal), periode inilah yang menyebabkan kehilangan banyak darah dan
dapat juga disertai kram.
3. Malaise
Keluhan utama dapat disertai malaise yaitu anoreksia, nafsu makan menurun
dan kelelahan, dan kelemahan. Kelemahan dapat terjadi dengan atau tanpa
disertai saat pendarahan terjadi akibat kekurangan suplai darah tidak
seimbang dengan kebutuhan.
4. Menometroraghia
Bentuk campuran dari menoragia dan metroragia, menoragia
merupakan perdarahan haid dalam jumlah yang melebihi 80 ml.

14
Sedangkan metroragia yaitu terjadinyaperdarahan berupa bercak bercak
diluar siklus haid.
c. Riwayat penyakit dahulu
Pada trombositopenia akuista, kemungkinan penggunaan satu atau beberapa
obat penyebab trombositopenia (heparin, kuinidin, kuinin, antibiotik yang
mengandung sulfa, beberapa obat diabetes per-oral, garam emas, rifampin).
d. Riwayat penyakit keluarga
ITP juga memiliki kecenderungan genetik pada kembar monozigot dan pada
beberapa keluarga, serta telah diketahui adanya kecenderungan menghasilkan
autoantibodi pada anggota keluarga yang sama.
3. Pola Fungsi Kesehatan
a. Pola persepsi terhadap kesehatan
Terjadi perubahan karena defisit perawatan diri akibat kelemahan,sehingga
menimbulkan masalah kesehatan lain yang juga memerlukan perawatan yang
serius akibat infeksi.
b. Pola nutrisi metabolism
Penderita pada umumnya kehilangan nafsu makan, dan sering terjadi
pendarahan pada saluran pencernaan.
c. Pola eliminasi.
Pola ini biasanya terjadi perubahan pada eliminasi akut karena
asupan nutrisi yang kurang sehingga penderita biasanya tidak bisa BAB secara
normal. Terjadi melena dan hematuria adalah hal yang sering dihadapi klien.
d. Pola istirahat-tidur.
Gangguan kualitas tidur akibat perdarahan yang sering terjadi.
e. Pola aktivitas latihan
Penderita terjadi kelelahan umum dan kelemahan otot, kelelahan,
nyeri akanmempengaruhi aktifitas pada penderita ITP.
f. Pola persepsi diri
Adanya kecemasan, menyangkal dari kondisi, ketakutan dan mudah terangsang,
perasaan tidak berdaya dan tidak punya harapan untuk sembuh.
g. Pola kognitif perceptual

15
Perubahan status kesehatan dapat mempengaruhi kemampuan panca indra
penglihatan dan pendengaran akibat dari efek samping obat pada saat dalam
tahap penyembuhan.
h. Pola toleransi koping stress
Adanya ketidakefektifan dalam mengatasi masalah individu dan keluarga pada
klien.
i. Pola reproduksi seksual
Pada umumnya terjadi penurunan fungsi seksualitas pada penderita ITP.
j. Pola hubungan peran
Terjadi keadaan yang sangat menggangu hubungan interpersonal karena klien
dengan ITP dikenal sebagai penyakit yang menakutkan.
k. Pola nilai dan kepercayaan
Timbulnya distress spiritual pada diri penderita, bila terjadi serangan yang hebat
atau penderita tampak kurang sehat.
4. Pemeriksaan
a. Keadaan Umum
Penderita dalam kelemahan, composmentis, apatis, stupor, somnolen, soporo
coma dan coma. Penilaian GCS sangat penting untuk diperhatikan.
Tanda vital : suhu meningkat, takikardi, takipnea, dyspnea, tekanan darah
sistolik meningkat dengan diastolik normal.

b. Pemeriksaan Fisik (B1-B6)


1. Breathing (B1)
Inspeksi :
Adanya dispnea, takipnea, sputum mengandung darah, terjadipendarahan
spontan pada hidung
Palpasi :
Kemungkinan vokal vremitus menurun akibat kualitas pernapasan buruk
karena pendarahan pada saluran respirasi
Perkusi :
Suara paru sonor atau pekak

16
Auskultasi :
Adanya suara napas tambahan whezing atau ronchi yang muncul akibat dari
komplikasi gejala lain.
2. Blood (B2)
Inspeksi :
Adanya hipertensi, hemoraghi subkutan, hematoma dan Sianosis
akral. Adanya ptekie atau ekimosis pada kulit, purpura.
Palpasi :
Penghitungan frekuensi denyut nadi meliputi irama dan kualitas denyut
nadi, denyut nadi perifer melemah, hampir tidak teraba. Takikardi, adanya
petekie pada permukaan kulit. Palpitasi (sebagai bentuk takikardia
kompensasi).
Perkusi :
Kemungkinan adanya pergeseran batas jantung
Auskultasi :
Bunyi jantung abnormal, tekanan darah terjadi peningkatan sistolik, namun
normal pada diastolik.

3. Brain (B3)
Inspeksi :
Kesadaran biasanya compos mentis, sakit kepala, perubahan tingkat
kesadaran,gelisah dan ketidakstabilan vasomotor.
4. Bladder (B4)
Inspeksi :
Adanya hematuria (kondisi di mana urin mengandung darah atau sel-sel
darah merah. Keberadaan darah dalam urin biasanya akibat perdarahan di
suatu tempat di sepanjang saluran kemih.
Palpasi :
kemungkinan ada nyeri tekan pada kandung kemih karena distensi sebagai
bentuk komplikasi
5. Bowel (B5)

17
Inspeksi :
klien biasanya mengalami mual muntah penurunan nafsu makan, dan
peningkatan lingkar abdomen akibat pembesaran limpa. Adanya
hematemesis dan melena.
Palpasi :
adakah nyeri tekan abdomen, splenomegali, pendarahan pada saluran cerna
Perkusi :
Bunyi pekak deteksi adanya pendarahan pada daerah dalam abdomen
Auskultasi :
Terdengar bising usus menurun (normal 5-12x/menit).
6. Bone (B6)
Inspeksi :
Kemungkinan adanya nyeri otot sendi dan punggung, aktivitas mandiri
terhambat, atau mobilitas dibantu sebagian akibat kelemahan. Toleransi
terhadap aktivitas sangat rendah.
c. Pemeriksaan Diagnostik (Wiwik dan Sulistyo, 2008 : 133)
1. Pemeriksaan DL :
2. jumlah trombosit rendah hingga mencapai 100.000/ mm3 (normal 150.000-
350.000 / mm3 )
3. Penurunan hemoglobin
4. Kadar trombopoietin tidak meningkat
5. Masa koagulasi untuk PT dan PTT memanjang
6. Foto toraks dan uji fungsi paru
7. Tes kerapuhan kapiler meningkat
8. Skrining antibodi
9. Aspirasi sumsum tulang, menunjukkan peningkatan jumlah megakariosit
10. Tes sensitif menunjukkan IgG antitrombosit pada permukaan trombosit
atau dalam serum

18
B. Diagonosa Keperawatan
1. Gangguan pemenuhan nutrisi dan cairan kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan
dengan anoreksia
2. Perubahan perfusi jaringan berhubungan dengan penurunan komponen seluler yang
diperlukan untuk pengiriman oksigen dan nutrisi ke sel.
3. Gangguan pemenuhan kebutuhan oksigen berhubungan dengan penurunan kapasitas
pembawa oksigen darah.
4. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemahan.
5. Kurang pengetahuan pada keluarga tentang kondisi dan kebutuhan pengobatan
berhubungandengan salah interpretasi informasi.
6. Resiko tinggi perdarahan berhubungan dengan penurunan jumlah trombosit.
7. Gangguan integritas kulit berhubungan dengan perdarahan dibawah kulit.

C. Intervensi Keperawatan
NO Diagnosa Perencanaan keperawatan
keperawatan Tujuan dan kriteria Intervensi Rasional
hasil

1 Gangguan Setelah dilakukan 1.Berikan 1. mencukupi kebutuhan


pemenuhan asuhan nutrisi yang kalori setiap hari.
nutrisi dan keperawatan adekuat 2. porsi lebih kecil dapat
cairan selama 3x24 jam secara meningkatkan masukan
kurang dari diharapkan pasiaen kualitas yang sesuai dengan
kebutuhan dapat maupun kalori.
tubuh menghilangkan kuantitas 3. anoreksia dan
berhubungan mual dan muntah 2.Berikan kelemahan dapat
dengan dengan kriteria makanan mengakibatkan
anoreksia. hasil mual dan dalam porsi penurunan berat badan
muntah berkurang keciltapi dan malnutrisi yang
sering. serius.
3. Pantau 4. sangat bermanfaat

19
pemasukan dalam perhitungan dan
makanan dan penyesuaian diet untuk
timbang berat memenuhi kebutuhan
badan setiap
hari.
4. Lakukan
konsultasi
dengan ahli
diet.
2 Gangguan Setelah dilakukan 1. Awasi 1. memberikan
perfusi asuhan TTV, kaji informasi tentang
jaringan keperawatan pengisian derajat/
berhubungan selama 3 x 24 jam kapiler. keadekuatan
dengan diharapkan tekanan 2. Tinggikan perfusi jaringan
penurunan darah pada pasien kepala tempat dan membantu
komponen normal dan tidur sesuai menentukan
seluler yang pengisian kapiler toleransi. kebutuhan
diperlukan baik dengan 3. Kaji untuk intervensi.
untuk kriteria hasil respon verbal 2. meningkatkan
pengiriman menunjukkan melambat, ekspansi paru dan
oksigen dan perbaikan perfusi mudah memaksimalkan
nutrisi ke yang dibuktikan terangasang oksigenasi untuk
sel. dengan TTV stabil. 4. Awasi kebutuhan seluler.
upaya 3. dapat
parnafasan, mengindikasikan
auskultasi gangguan fungsi
bunyi nafas. serebral karena
hipoksia.
4. dispne karena
regangan jantung

20
lama /
peningkatan
kompensasi curah
jantung.
3 Gangguan Setelah dilakukan 1. Kaji / 1. perubahan (seperti
pemenuhan asuhan awasi takipnea, dispnea,
kebutuhan keperawatan frekuensi penggunaan otot
oksigen selama 3 x 24 jam pernafasan, aksesoris) dapat
berhubungan diharapkan pasien kedalaman menindikasikan
dengan dapat mengurangi dan irama. berlanjutnya keterlibatan /
penurunan disstres pernafasan 2. Tempatkan pengaruh pernafasan yang
kapasitas dengan kriteria pasien pada membutuhkan upaya
pembawa hasil posisi yang intervensi.
oksigen Mempertahankan nyaman. 2. memaksimalkan
darah. pola pernafasan 3. Beri posisi ekspansi paru,
normal / efektif dan Bantu menurunkan kerja
ubah posisi pernafasan dan
secara menurunkan resiko
periodic. aspirasi.
4. Bantu 3. memaksimalkan
dengan ekspansi paru,
teknik nafas menurunkan kerja
dalam. pernafasan dan
menurunkan resiko
aspirasi.
4. membantu
meningkatkan difusi gas
dan ekspansi jalan nafas
kecil
4 Intoleransi Setelah dilakukan 1. Kaji 1. mempengaruhi

21
aktivitas asuhan kemampuan pilihan intervensi
berhubungan keperawatanselama pasien untuk 2. meningkatkan
dengan 3x24 jam melakukan istirahat untuk
kelemahan. diharapkan pasien aktivitas menurunkan
dapat normal, catat kebutuhan
meningkatkan laporan oksigen tubuh.
partisipasi dalam kelemahan, 3. hipotensi postural
aktivitas dengan keletihan. / hipoksin serebral
kriteria hasil pasin menyebabkan
dapat 2. Berikan pusing, berdenyut
menunjukkan lingkungan dan peningkatan
peningkatan tenang. resiko cedera.
toleransi aktivitas. 3. Ubah
posisi pasien
dengan
perlahan dan
pantau
terhadap
pusing.
5 Kurang Setelah dilakukan 1.Berikan 1. Berikan informasi
pengetahuan asuhan informasi tntang ITP. Diskusikan
pada keperawatan tentangITP. kenyataan bahwa terapi
keluarga selama 1 x 24 jam Diskusikan tergantung pada tipe dan
tentang diharapkan pasien kenyataan beratnya ITP.
kondisi dan dapat memahami bahwa terapi 2.ketidak tahuan
kebutuhan dan menerima tergantung meningkatkan stress.
pengobatan terhadap program pada tipe dan 3. merupakan kekwatiran
berhubungan pengobatan yang beratnya ITP. yang tidak diungkapkan
dengan salah diresepkan dengan 2. Tinjau yang dapat memperkuat
interpretasi kriteria hasil tujuan dan ansietas pasien / keluarga.
informasi. pasien Faham akan persiapan

22
prosedur dignostik untuk
dan rencana pemeriksaan
pengobatan. diagnostic.
3. Jelaskan
bahwa darah
yang diambil
untuk
pemeriksaan
laboratorium
tidak akan
memperburuk
ITP.
6 Resiko Setelah dilakukan 1. Pasien 1. Menigkatkan jumlah
tinggi asuhan diberikan sel sel darah pembawa
perdarahan keperawatan darah merah, oksigen dan memperbaiki
berhubungan selama 1 x 24 jam darah defisiensi trombosit untuk
dengan diharapkan pasien lengkap menurunkan resiko
penurunan dapat perpacked, pendarahan
jumlah mengembalikan produk darah
trombosit jumlah trombosit sesuai
sesuai dengan indikasi
kebutuhan
7 Gangguan Setelah dilakukan 1. Kaji 1. Kondisi kulit
integritas asuhan integritas dipengruhi oleh
kulit keperawatan 1 x 24 kulit, catat sirkulasi nutrisi
berhubungan jam diharapkan turgor, dan immobilisasi
dengan pasien dapat warna, jaringan dapat
pendarahan mempertahankan kehangatan menjadi rapuh dan
dibawah integritas kulit kulit, eritema cenderung untuk
kulit dan infeksi atau rusak

23
ekskoriasi 2. Meningkatkan
2. Ubah sirkulasi kesemua
posisi secara area kulit
periodik membatasi
iskemia jaringan
atau
mempengaruhi
hipoksia seluler

D. Implementasi Keperawatan
Tahap pelaksanaan yang merupakan tahap keempat dalam proses keperawatan,
merupakan tahap dimana peran perawat merealisasikan rencana keperawatan ke dalam
tindakan keperawatan yang nyata, langsung pada klien. Tindakan keperawatan itu sendiri
merupakan pelaksanaan dari rencana tindakan yang telah ditentukan dengan maksud agar
kebutuhan klien terpenuhi secara optimal. (Lukman, 2009)
Dalam tahap pelaksanaan ini, perawat tidak hanya melakukan tindakan keperawatan
saja, tetapi juga melaporkan tindakan yang telah dilakukan tersebut, sekaligus dengan
respon klien dan mendokumentasikannya ke dalam catatan perawatan klien. (Lukman,
2009).
Tindakan perawatan yang dilakukan pada tahap pelaksanaan pada dasarnya harus
disesuaikan dengan intervensi yang ada pada tahap perencanaan. Namun tidak selamanya
hal tersebut dapat dilakukan, tergantung pada beberapa faktor, antara lain: keadaan klien,
fasilitas atau alat yang ada, pengorganisasian pekerjaan perawat, ketersediaan waktu serta
lingkungan fisik dimana keperawatan tersebut dilakukan. (Lukman, 2009)

24
E. Evaluasi
Evaluasi adalah perbandingan yang sistemik atau terencana tentang kesehatan pasien
dengan tujuan yang telah ditetapkan, dilakukan dengan cara berkesinambungan, dengan
melibatkan pasien, keluarga dan tenaga kesehatan lainnya (Lynda J.C, 2002).
Evaluasi pada pasien pasien dengan ITP adalah :
1. Keseimbangan cairan kembali ke kondisi normal
2. Menunjukkan berat badan stabil
3. Menunjukkan perbaikan perfusi yang dibuktikan dengan TTV stabil.
4. Mempertahankan pola pernafasan normal / efektif
5. Menunjukkan peningkatan toleransi aktivitas.
6. Menyatakan pemahaman proses penyakit.

25
BAB IV
PENUTUP
A. Kesimpulan
ITP merupakan singkatan dari Idiopatik Trombositopenia Purpura. Idiopatik
artinya penyebabnya tidak diketahui. Trombositopenia artinya berkurangnya jumlah
trombosit dalam darah atau darah tidak mempunyai platelet yang cukup. Purpura artinya
perdarahan kecil yang ada di dalam kulit. ITP diklasifikasikan menjadi menjadi akut dan
kronik. ITP primer berrsifat idiopatik,sedangkan sekunder disebabkan oleh obat-obatan,
infeksi virus atau hipersplenisme. Manifestasi klinisnya adalah munculnya petekie,
ekimosis, vesikel, purpura,kelemahan, epistaksis atau pendarahan gusi.
B. Saran
Untuk kesempurnaan makalah ini maka kami sebagai penulis sangat
mengharapkan komentar dan saran dari pembaca. Adapun kesalahan kata maupun materi
yang berlawanan dengan sumber lain saya mohon maaf. Mahasiswa atau Pembaca
terlebih selaku calon perawat dapat lebih mengenal tentang pembahasan ini, dan dapat
mensosialisasikan kepada masyarakat luas disekitarnya.

26
DAFTAR PUSTAKA

Betz L. Cecily, dkk. 2002. Buku Saku Keperawatan Pediatri. Edisi 3. Jakarta: EGC.
Barbara C. Long. 1996. Perawatan Medikal Bedah. Jakarta: EGC
http://dranak.blogspot.com/2006/10/itp-idiopathic-thrombocytopenic.html

27

You might also like