You are on page 1of 19
1.1, Latar Belakang Penyakit pulorum merupakan suatu penyakit infeksius pada unggas terutama anak ayam dan anak kalkun, yang ditularkan melalui telur. Penyakit ini kerap tinggi pada ayam muda dan gejala asimptomatik pada ayam dewasa yang bersifat carrier. Penyakit pulorum biasanya ditemukan dalam bentuk sistemik akut pada anak ayam, tetapi lebih sering bersifat lokal dan kronis pada ayam dewasa, Penyakit pulorum dapat ditemukan di berbagai negara di dunia, pada daerah penghasil unggas. Kejadian penyakit ini secara geografis erat hubungannya dengan usaha pengendalian yang dilakukan oleh negara tertentu. Usaha tersebut telah memberikan hasil yang memuaskan pada sejumlah negara dengan sangat minimnya kejadian penyakit pulorum pada unggas ataupun produk asal unggas. Penyakit ini dikenal juga dengan nama bicillary white diarrhea, white diarrhea atau berak kapur. Pada berbagai negara di Eropa, Salmonella pullorum dan Salmonella gallinarun digolongkan dalam satu spesies. Meskipun demikian, para ahli di negara-negara amerika aupun Asia untuk membedaan Salmonella pullorum sebagai penyebab penyakit pulorum dan Salmonella gallinarum sebagai fowl typhoid 1.2. Tujuan Penulisan 1. Untuk mengetahui tentang Pengertian Pullorum Untuk mengetahui tentang Cara Penularan Pullorum 3. Untuk mengetahui tentang Gejala Pullorum 4. Untuk mengetahui tentang Diagnosis Pullorum 5. Untuk mengetahui tentang Pengobatan Pullorum 6. Untuk mengetahui tentang Pengendalian dan Pencegahan Pullorum BABII PEMBAHASAN 2.4. Penyakit Pulorum Pullorum disebabkan oleh bakteri Salmonella pullorum yang dapat ditularkan dari induk melalui telur, Penyakit pullorum identik dengan berak kapur dan sering menyerang pada anak ayam, Kematian meneapai 80% dan puncak kematian pada umur 2-3 minggu setelah menetas. Ayam akan terlihat mengantuk, lemah, nafsu makan hilang dan ayam terlihat bergerombol di suatu tempat. Ayam mengeluarkan kotoran berwarna putih menyerupai kapur (pasta) dan terkadang menempel pada dubur ayam, Pada perubahan bedah bangkai akan terlihat hati berwarna kuning dan keras karena pembengkakan, Pada saluran pencernaan tampak bintik-bintik putih terutama pada mesenterium (penggantung usus,red) dan otot ventrikulus serta sekum atau usus buntu penuh dengan massa berbentuk keju. Penyakit pulorum merupakan suatu penyakit infeksius pada unggas terutama anak ayam dan anak kalkun, yang ditularkan melalui telur. Penyakit ini kerap tinggi pada ayam muda dan gej asimptomatik pada ayam dewasa yang bersifat carrier. Penyakit pulorum biasanya ditemukan dalam bentuk sistemik akut pada anak ayam, tetapi lebih sering bersifat lokal dan kronis pada ayam dewasa. Penyakit ini dikenal juga dengan nama bacillary white diarrhea, white diarrhea atau berak kapur. Pada berbagai negara di Eropa, Salmonella pullorum dan Salmonella gallinarun digolongkan dalam satu spesies. Meskipun demikian, para ahli di negara-negara amerika ataupun Asia untuk membedaan Salmonella pullorum sebagai penyebab penyakit pulorum dan Salmonella gallinarum sebagai fowl typhoid. Penyakit ini juga ada di Indonesi, penyakit ini dapat ditularkan secara kongenital (melalui telur). Nama lain penyakit ini ialah diare putih anak ayam, Pulorum Seuche atau tifus ayam Kerugi jan ekonomik akibat penyakit pulorum terutama bersifat tidak langsung sehubunggan dengan biaya yang dikeluarkan untuk melakukan pemeriksaan laboratorium pada breeder untuk memastikan bahwa breeder bebas tethadap infeksi Salmonella. Kadang-kadang terjadi infeksi saluran pencernaan pada manusia akibat mengkonsumsi makanan yang tercemar oleh Salmonella pullorum dalam jumlah yang besar. 2.2, Kejadian Penyakit Penyakit pulorum terutama ditemukan pada ayam dan kalkun muda, Berbagai spesies unggas dapat terinfeksi tetapi jenis unggas tersebut tidak mempunyai peranan yang penting dalam penularan penyakit pulorum, Penyakit ini dapat ditemukan pada ayam semua kelompok umur, tetapi kerugian yang terbesar hanya ditemukan pada anak ayam yang berumur <4 minggu. Penyakit puloram dapat ditemukan di berbagai negara di dunia, pada daerah penghasil unggas. Kejadian penyakit ini secara geografis erat hubungannya dengan usaha pengendalian yang dilakukan oleh negara tertentu, Usaha tersebut telah memberikan hasil yang memuaskan pada sejumlah negara dengan sangat minimnya kejadian penyakit pulorum pada unggas ataupun produk asal unggas. Di indonesia, pengendalian penyakit pulorum juga diatur oleh pemerintah dengan melakukan uji serogik pada semua parent stock yang dipelihara di breeding farm, Sejauh ini kejadian penyakit tersebut ditingkan breeder tergolong sangaat jarang. Pada peternakan komersial dan produk asal unggas (daging dan telur) belum banyak dilakukan evaluasi laboratorium untuk mengetahui kemungkinan adanya infeksi penyakit pulorum. Pada kondisi lapangan, diagnosis penyakit tersebut sulit dilakukan dengan pemeriksaan pasea mati sehingga laporan tentang kejadian dan penyebaran penyakit pulorum di Indonesia tidak dapat diperoleh secara pasti. Meskipun demikian, dari sejumlah penelitian yang dilakukan, penyakit ini telah tersebar diberbagai peternakan ayam di Indonesia walaupun frekuensi kejadiannya masih tergolongan rendah, 2.3. Etiologi Penyakit pulorum disebabkan oleh Salmonela pullorum, yang tergolong famili Enterobacteriaceae, yang sangat beradaptasi la hospes. Bakteri tersebut bersifat gram-negatif, berbentuk basilfus dengan ujung yang sedikit membulat dan mempunyai ukuran 0,3 -0,5 x 1 — 2,5 pm. Salmonela pullorum bersifat non-motil, nontiquefving, non-kromogenik, non-sporagenik dan fakultatif anaerobe. Bakteri cukup tahan terhadap iklim normal, tetapi rentan techadap disinfektan biasa. Bakteri ini dapat tumbuh dengan baik pada agar-agar atau kaldu daging sapi dan media lain yang mempunyai nilai nutrisi yang mirip. Pertumbuhan bakteri ini pada media selektif bervariasi, pertumbuhan terbaik dapat ditemukan pada kaldu tetrationat. Bakteri ini juga dapat tumbuh pada pembenihan agar Mac Conkey. Bakteri Salmonela pullorum dapat hidup di luar tubuh hospes pada lingkungan yang s ai selama berbulan-bulan. Kuman ini kurang tahan terhadap as dan mungkin juga terha lap bahan kimia ataupun faktor lingkungan yang merugikan dibandingkan dengan Salmonela paratyphoid. Kuman ini dapat dibunuh dengan cara sanitasifdesinfeksi yang ketat, misalnya menggunakan uap formalin. Bakteri Saimonela pullorum tidak mempunyai antigen flagellar atau antigen H. Struktur antigen somatik bakteri ini adalah 1,9 dan 12 dan dapat digolongkan ke dalam grup D pada sistem klasifikasi Kauffman White. Antigen somatik 12 dapat dibedakan lagi menjadi 12),12s12s, galur Salmonela pullorum yang berbeda mengandung perbandingan yang berbeda dari faktor antigen 122,125. Saimonela pullorum sangat mirip dengan Salmonela gallinarum penyebab fowl typhoid. Kedua bakteri tersebut mempunyai beberapa kesamaan struktur antigenik da at mengalami aglutinasi silang, Salmonela pullorum dan Salmonela gallinarum memberikan reaksi yang sama pada uji serologik terhadap panyakit pulorum. Salmonela pullorum menghasilkan toksin yang tahan panas dan dapat membunuh beberapa jenin rodentia. Oleh karena anak ayam tahan terhadap toksin tersebut, maka mungkin toksin tersebut tidak mempunyai peranan dalam menimbulkan penyakit pada anak ayam, Ada beberapa faktor predisposis penyakit pulorum yaitu defisiensi nutrisi, andang penuh sesak, sanitasi jelek dan kandang lembab/pengap. 2.4. Cara Penularan Secara umum cara penularan penyakit ini melalui beberapa yaitu: 1, Feco-oral route Horizontal : sakit menular ke ayam yang peka Ve al: melalui telur yg infektif Perinhalasi melalui debu infektif pada mesin dan tetas Karier (3-4 bln) dan infeksi menjadi ancaman awe Predileksi pada ovarium Secara kongenital/vertikal melalui induk ke anak saat telur di ovarium, oviduk atau kloaka, Secara horisontal melalui oral, melalui pakan, air minum dan litter yg terkontaminasi dengan udara dengan melalui debu, bulu-bulu, anak ayam dan pecahan cangkang. Patogenesis dari penyakit ini adalah sebagai berikut: 1, Bakteri masuk secara oral berinteraksi dengan sel epitel dan sel mikro pada saluran pencernaan dan berkolonisasi kemudian menetrasi mukosa epitel usus halus schingga terjadi kemotaksis heterofil dan magrofag dan terjadi peradaangan N Invasi bakteri di luar saluran pencernaan selanjutnya berkembang biak dalam sistem retikuloendotil (hati limpa) 3. Bakterimia Meskipun ayam merupakan hospes alami Salmonela pullorum, kalkun juga merupakan hospes yang penting. Schubungan dengan tingkat adaptasi yang tinggi dari bakteri tersebut pada ayam dan dengan derajat adaptasi yang lebih rendah pada kalkun, maka patogenisitas Salmonela pullorum pada hospes yang Jain akan sangat terbatas. Pada ayam dan kalkun, infeksi bakteri tersebut biasanya berlangsung lama, Infeksi pulorum pada spesies unggas lainnya bersifat rendah dan tidak penting untuk jangka waktu yang panjang, Ayam yang tergolong tipe ringan relatif lebih resisten terhadap pulorum dibandingkan dengan ayam tipe berat. Jenis ayam yang mempunyai temperatur tubub tinggi, terutama pada umur sekitar satu minggu relatif lebih tahan terhadap tangtangan Salmonela pullorum dibandingkan dengan jenis ayam yang mempunyai temperatur tubuh rendah, Beberapa peneliti melaporkan bahwa persentase ayam betina yang memberikan reaksi positif terhadap uji pulorum lebih tinggi dibandingkan dengan ayam jantan, Hal ini mungkin disebabkan oleh karena adanya infeksi lokal pada folikel ovarium. Mortalitas akibat pulorum biasanya ditemukan pada ayam umur 2-3 minggu. beberapa ahli melaporkan bahwa resistensi terhdap pulorum meningkat dengan cepat selama 5-10 hari pertama sejalan dengan peningkatan jumlah limfosit dan temperatur tubuh. Kadang-kadang ditemukan adanya infeksi akut pada ayam dewasa, terutama petelur cokelat. Sejumlah ayam dan kalkun yang dapat bertahan terhadap infeksi pulorum dengan/tanpa adanya lesi tertentu, Infeksi alami pada hewan lain merupakan akibat dari kontak langsung atau tidak lang veara alami ing dengan ayam sakit. Jenis burung yang dapat terinfeksi s adalah itik, ayam mutiara, burung merak, burung puyuh, burung gereja, burung kenari, kutilang dan sejenis burung kaka tua, Jenis mamalia yang dapat terinfeksi secara alami ataupun buatan adalah simpanse, kelinci, marmot, chinchilla, babi, anak kucing, sering, anjing, mink, anak sapi dan tikus liar. Walaupun hospes dari Saimonela pullorum sangat luas, namun Karena pulorum hampir dapat ditanggulangi secara baik, maka diperkirakan unggas lain dan mamalia hanya memainkan peranan yang kecil dalam epidemiologi penyakit tersebut. Kadang- kadang dapat ditemukan adanya Salmonelosis akibat Salmonela pullorum pada manusia yang bethubungan dengan makanan. Telur tetas yang terinfeksi oleh bakteri Salmonela pullorum mempunyai peranan yang penting dalam penularan penyakit ini. Sekitar dari telur yang berasal dari ayam yang terinfeksi penyakit tersebut mengandung Salmonela pullorum, terutama oleh karena adanya pencemaran ovum selama proses ovulasi. Meskipun bakteri tersebut dapat menembus kerabang telur setelah telur keluar dari ayam, rute infeksi tersebut tidak mempunyai peranan yang penting dalam penularan penyakit pulorum. Penularan penyakit yang terjadi selama periode penetasan dari anak ayam yang terinfeksi kepada anak ayam yang tidak terinfeksi dapat mengakibatkan penyebaran penyakit yang ekstensif yang hanya dapat ditanggulangi dengan cara fumigasi pada inkubator. Penularan penyakit dapat juga terjadi dalam suatu flok akibat adanya Kanibalisme dari ayam yang terinfeksi, memakan telur yang terinfeksi dan masuknya Salmonela pullorum melalui luka. Penularan Salmonela pullorum mungkin terjadi melalui pakan yang tercemar oleh bakteri, walaupun peranannya sangat kecil, Kuman tersebut dapat bertahan lebih lama di dalam fitter yang ering dan berdebu dibandingkan dengan litter yang basah akan meningkatkan pH dari air yang terkandung dalam litter yang dapat membunuh Salmonela pullorum. Sehubungan dengan penularan Salmonela pullorum melalui telur dari ayam carrier, maka penularan dapat juga terjadi melalui setter, hatcher dan kotak DOC Di ka samping itu, penularan kuman tersebut juga dapat terjadi melalui \dang/peralatan pakan dan minuman, karung pakan dan produk asal unggas yang digunakan sebagai bahan pakan yang tercemar oleh kuman Salmonela pullorum, Siklus infeksi Salmonela pullorum dapat terjadi melalui induk aya > telur * DOC induk ayam. 2.8. Gejala dan Tanda Pulorum Pulorum dianggap sebagai penyakit pada anak ayam dan kalkun, Kadang-kadang penyakit ini bersifat subklinik meskipun ditularkan melalui telur. Masa inkubasi biasanya sekitar 4-5 hari dan penyakit ini umumnya berlangsung antara 5-12 hari ‘Tanda dan gejala biasanya terlihat pada anak ayam muda dari 3 minggu. Tanda umum pada unggas yang terinfeksi adalah: Terlihat lesu acak bulu - Mengacal Mata tertutup/sleepy a9 Sering berkicau dengan keras Kepincangan Peradangan pada usus dan paru-paru Diare berwara putih Pal Anoreksia Demam Bergerombol pada lampu k. Hati berwarna kusam 2.5.1. Pada Anak Ayam DOC berasal dari telur yang terinfeksi oleh kuman Salmonela pullorum, maka DOC yang sangat lemah atau mati dapat ditemukan di dalam inkubator atau segera setelah dikeluarkan dari mesin tetas. Anak ayam akan terlihat mengantuk, Jemah, kehilangan nafsu makan dan dapat iikuti oleh kematian yang mendadak. Pada sejumlah kasus, gejala pulorum tidak teramati selama 5-10 hari setelah menetas, tetapi gejala Klinik akan mencapai puncaknya sekitar 70-10 hari berikutnya. Mortalitas biasanya mencapai puncak pada minggu ke-2 sampai ke-3 setelah menetas. Pada keadaan tertentu, anak ayam terlihat lesu, cenderung berkumpul di bawah pemanas, kehilan; makan, sayap menggantung, mengantuk dan penampakan luar menyimpang. Anak ayam yang terinfeksi kerap kali “menciap” kesakitan ketika sedang defekasi dan pada umumnya akan membentuk suatu timbunan Kotoran berwarna putih menyerupai kapur (pasta), yang kadang-kadang bercampur ekskreta berwarna cokelat-kehijauan di sekitar Kloaka. Mungkin akan terlihaat kesulitan bernapas atau pernapasan melalui mulut akibat keradangan yang ekstensif pada paru. Anak ayam yang sembuh akan mengalami gangguan pertumbuhan yang drastis, peningkatan berat abdan yang terhambat dan gangguan pertumbuhan bulu. ‘Anak ayam calon petelur yang mengalami gangguan produksi telur. Meskipun demikian, sejumlah ayam yang daapat bertahan tidak mengalami gangguan pertumbuhan dan mempunyai perkembangan. Kadang-kadang terjadi kebutaan dan kelumpuhan dari ayam yang terinfeksi kuman tersebut akibat pembengkakan persendian dan membrana sinovial 2.8.2, Pada Ayam Dewasa Infeksi dapat terjadi tanpa gejala yang spesifik yang mirip infeksi akut. Infeksi dapat menyebar dalam suatu flok tanpa disertai oleh gejala tertentu. Ayam yang terinfeksi dapat menunjukkan adanya balun Gengger) yang pucat, berkeriput, meng il dan berwarma kelabu. Ayam yang menderita infeksi Salmonela pullorum dapat mengalami penurunan produksi telur, fertilitas dan daya tetas telur. Kadang terjadi infeksi akut pada ayam dara ataupun ayam dewasa, pada kelompok ayam tersebut akan terlihat adanya kelesuan, kehilangan nafsu makan, diare dan dehidrasi. Mungkin juga terlihat adanya kepala dan leher yang menjadi kaku. Morbiditas dan mortalitas sangat bervariasi dan tergantung pada umur, kualitas pakan, kepakaan ayam dan manajemen peternakan, Mortalitas bervariasi dari 0% - 100% pada kasus berat. Mortalitas tertinggi biasanya terjadi: pada minggu ke ke-2 setelah menetas, kemudian menurun secara cepat pada minggu ke-3 dan ke-4, Mortalitas kerapkali tinggi dari mortalitas bahkan sejumlah ayam yang terinfeksi dapat sembuh secara spontan. Anak ayam yang menetas dari suatu flok terinfeksi, yang dipelihara pada lokasi yang sama biasanya akan mengalami tingkat mortalitas yang lebih rendah dibandingkan dengan anak atam yang dipelihara pada lokasi yang berbeda. Ayam dewasa yang terinfeksi biasanya menghasilkan antibodi yang mampu beraglutinasi pada tingkat yang berbeda selama periode infeksi. Meskipun produksi antibodi tersebut memberi petunjuk tentang adanya suatu respon imun, kemungkinan adanya peranan dari antibodi tersebut untuk memodifikasi infeksi pada ayam tidak diketahui secara past Antibodi yang mampu beraglutinasi mungkin berfungsi untuk melokalisasi infeksi Saimonela pullorum pada ayam. 2.6. Perubahan Patologik Perubahan patologik penyakit pulorum terdiri dari perubahan makroskopik dan perubahan mikroskopik 2 Perubahan Makroskopik Perubahan makroskopik dapat digambarkan pada anak ayam dan pada ayam dewasa. a. Anak ayam Jika kematian terjadi secara cepat pada awal pemeliharan DOC, maka lesi yang ditemukan akan terbatas. Hati akan membesar, kongesif dan warna hati anak yang secara normal kekuningan, a an disertai oleh jalur hemoragik. Pada bentuk septisemik, akan terlihat hiperemia aktif pada berbagai organ. Yolk sac dan isinya dapat memperlihatkan perubahan yang bersifat ringan ataupun tidak ada lesi tertentu. Pada kasus yang lebih berat, dapat ditemukan adanya yolk sac yang belum terserap dengan kandungan yang berwarna kekuningan menyerupai krem ataupun bersifat kaseus. Pada otot jantung, hati, paru, sekum, usus besar dan otot ventrikulus dapat ditemukan adanya oki nekrotik atau noduli Kadang-kadang dapat ditemukan adanya perkarditis, Pada hati dapat ditemukan adanya perdarahan ukuran kecil dan nekrosis fokal. Limpa dapat membesar dan ginjal akan mengalami kongesti atau anemik dengan ureter yang mengalami dilatasi akibat adanya timbunan asam urat, Sekum dapat mengandung suatu pasta Kaseus, yang kadang-kdang bernoda darah, dinding usus mungkin menebal dan kerapkali ditemukan adanya pertonitis Beberapa ahli melaporkan bahwa organ yang paling sering mengalami perubahan patologik adalah hati diikuti oleh paru, jantung, ventrikulus dan sekum, Pada anak ayam umum beberapa hari, perubahan pada paru hanya berbentuk pneumonia hemoragika, sedangkan pada ayam yang lebih tua, dapat ditemukan adanya bronkupneumonia. Pada miokardium dapat ditemukan adanya noduli yang mungkin berkembang lebih lanjut sehingga bentuk jantung mengalami perubahan Ayam dewasa Lesi yang paling banyak ditemukan pada ayam carrier yang terinfeksi secara kro adalah ova yang berbentuk tidak teratur, menyimpang dari normal, pucat disertai perubahan menjadi cyst. Di samping itu, terlihat juga adanya pertonitis dan perikarditis akut atau kronis. Ova yang terkena biasanya mengandung material yang menyerupai minyak atau kaseus yang terbungkus dalam suatu Kapsul yang menebal, Folikel berisi ova yang mengalami degenerasi dapat melekat erat pada ovarium, tetapi kerap kali membentuk tangkai dengan dinding pangkal yang menebal dan dapt terlepas dari massa ovarium, Pada Keadaan tersebut, kumpulan folikel yang berisi ova dapat melekap di dalam jaringan lemak rongga perut. Pada sejumlah kasus, ovarium terlihat inaktif dengan ova yang kecil, pucat dan tidak berkembang. Ganggua funsi pada ovarium dan oviduk dapat menyebabkan timbunya ovulasi abdominalis atau stasis oviduk, yang dapat mengakibatkan peritonitis yang ekstensif dan perlekatan alat-alat viseral di daerah abdominalis. Pada sejumlah kasus, dapat 10 ditemukan adanya sites, Usaha isolasi Salmonela pullorum pada lesi yang telah melanjut kerapkali mengalami kegagalan. Lesi yang kurang ekstensif dapat ditemukan pada jantung. Kerapkali ditemukan adanya perikarditis. Perubahan pada perikardium, epikardium dan cairan perikardian tergantung pada lamanya proses penyakit. Pada jumlah asus perikardium terlihat lebih berkilat dan jumlah cairannya akan meningkat serta lebih keruh. Pada kasus yang lebih melanjut, maka kantong perikardium akan menebal dan keruh dan mengandung sejumlah cairan, Keadaan ini dapat diikuti oleh penebalan perikardium dan epikardium yang bersifat permanen dan perlekatan kantong perkardium, Kadang-kadang ditemukan adanya cyst ukurang kecil yang mengandung material kaseus berwarna kekuningan yang melekat pada jaringan Jemak abdominalis atau melekat pada ventrikulus ataupun usus. Apda ayam jantan kerapkali ditemukan adanya infeksi lokal pada testes dan vas deferens, testes biasanya mengerut ‘Ayam dewsa yang mengalami infeksi akut dapat menunjukkan lesi yang mirip dengan perubahan yang ditimbulkan oleh infeksi akut Salmonela gallinarum 2.6.2. Perubahan Mikroskopik Pada anak ayam akan terlihat hiperemia, hemoragik, degenerasi, nekrosis fokal da timbunan limfosit. Lesi kerapkali bersifat ekstensif tetapi tidak spesifik. Beberapa ahli_melaporkan bahwa perubahan histopatologik terpenting yang ditemukan pada pulorum adalah proliferasi endotel yang berbentuk foki pada hati, nekrosis fokal_miokardium, bronkopneumonia, enteritis kataralis, infiltrasi limfosit, sel plasma dan heterofil pada hati, paru dan ginjal. Lesi_ yang karakteristik pada pulorum adalah poluserositis, terutama pada perikardium, pleura, peritoneum, serosa usus, dan mesenterium. Reaksi radang yang ditemukan meliputi infiltrasi limfosit, sel plasma, heterofil, proliferasi fibroblas dan histiosit tanpa adanya perubahan eksudatif iW 2.7. Diagnosis Gejala Klinis dan perubahan pasca mati pulorum sangat bervariasi dan tidak bersifat untuk menetapkan suatu diagnosis pasti oleh karena penyakit tersebut mirip dengan penyakit-penyakit lainnya. Perubahan patologik pada ayam yang terinfeksi berat mungkin dapat dijadikan sebagai dasar diagnosis past. \enosis definitif pulorum membutuhkan isolasi dan identifikasi kuman, Uji serologik yang positif terhadap Salmonela pullorum merupakan petunjuk yang penting untuk mendeteksi adanya infeksi bakteri tersebut pada suatu program yang terkendali, tetapi tidak dapat dipakai sebagai cara untuk mendiagnosis definiti. Ayam dewasa yang terinfeksi dapat dideteksi dengan pemeriksaan in yang digunakan meliputi whole blood plate test, serum plate test dan tube serologik menggunakan uji aglutinasi. Sejumlah metode pemeri agliglutination test, meskipun demikian, uji yang terbanyak dilakukan adalah whole blood plate test (rapid plate test,RPT) dan tube agglutination test, Pada infeksi akut isolasi Salmonela pullorum dapat dilakukan dari berbagai jaringan, terutama hati. Organ-organ lain, misalnya limpa, miokardium atau perikardium, paru, ventrikulus, pankreas dan yolk sac juga dapat digunakan sebagai bahan untuk isolasi kuman tersebut. Pada infeksi kronis, bahan untuk isolasi kuman dapat diambil dari organ lain yang merupakan sasaran pulorum walaupun tidak ‘menunjukkan perubahan tertentu Penyakit yang paling mirip dengan pulorum adalah fowl syphoid yang disebabkan oleh Salmonela gallinarum. Infeksi yang ditimbulkan oleh spesies Saimonela yang lain dapat menghasilkan lesi pada hati, timpa dan usus yang sulit dibedakan dengan lesi yang ditimbulkan oleh pulorum. Lesi pada paru_ yang ditimbulkan oleh pulorum mirip dengan perubahan patologik yang disebabkan oleh aspergilosis. Kadang-kadang pulorum menyebabkan lesi pada persendian yang mirip dengan lesi yang ditimbulkan oleh Mycoplasma synoviae, Staphylococcus sp. Infeksi lokal yang disebabkan oleh Salmonela pullorum pada ayam dewasa carrier, terutama pada perikardium dan ovarium mirip dengan lesi yang ditimbulkan oleh E.coli, Staphylococcus, Micrococci dan spesies Salmonella Jainnya. Ressang, Abdul.1984 dalam buku Patologi Khusus Veteriner menuliskan baln berikut: diagnosa penyakit pullorum dapat dilakukan terhadap hal-hal sebagai 1. Sebagai tindaklanjut pemeriksaan apabila dalam uji pulorum di lapangan didapatkan hasil reaksi positif dan reaksi yang meragukan (dubious). Dalam hal ini ayam-ayam yang bereaksi demikian diserahkan kepada laboratorium dalam keadaan hidup (min, 6 ekor) untuk pemeriksaan yang lebih mendalam. Pemeriksaan lanjutan di laboratorium ini dimaksudkan untuk menetapkan status pulorum pada petemakan yang bersangkutan Bila dijumpai kasus akut penyakit pulorum pada ayam muda atau dewasa. Dalam hal ini bangkai ayam masih segar dikirimkan dalam tempat berisi es batu, lebih diinginkan sebagai bahan pemeriksaan daripada kiriman berupa alat-alat tubuh. Bila pengiriman bangkai segar serta utuh tidak mungkin dilaksanakan, maka sebagai gantinya dikirimkan alat-alat tubuh ayam yang berada di kantong plastik atau botol steril yang dimasukkan ke dalam termos berisi es batu: a. Jantung beserta kantung pericard dan isinya b. Hati (berikut kantung empedu sesudah dikeluarkan isinya ¢. Limpa 4. Pankreas e. Ovarium ayam betina atau testes ayam jantan f. Saluran telur atau oviduk Selain dari alat-alat tubuh berikut, isinya juga perlu dikirimkan sebagai bahan pemeriksaan : a, Dinding tembolok b, Duodenum dan bagian usus lain beserta isinya ¢. Tonsil caeca (muara dari kedua caecum yang bertemu dengan potongan usus). al dari hewan-hewan sekandang sejumlah 10% atau lebih (diambil secara Selain alat tubuh tersebut maka dikirimkan gula darah dan serum, ber: 13 acak/random samples). Tiap darab/serum ditampung dalam sebuah pipet pasteur/tabung steril yang dimasukkan ke dalam termos berisi es batu. Perlu diperhatikan agar darah tersebut jangan mengalami hemolisa sesampainya di laboratorium, Dalam hal ini kiriman berupa bangkai anak-anak ayam yang masih segar di dalam tempat berisi es batu lebih diinginkan daripada alat-alat tubuhnya. Bila pengiriman bangkai yang utuh tidak mungkin dilakukan, maka alat-alat tubuh sebagai berikut dikisimkan dalam kantong plastik/ botol steril ke dalam termos berisi es batu: a, Jantung dan darah jantung b. Hati c. Limpa d. Paru-paru e. Duodenum f. Caecum dengan isinya Dalam keadaan istimewa yakni bila laboratorium diagnostik tidak mampu mengerjakan spesimel maka material tersebut diatas dapat dikirim ke balai penelitian penyakit hewan terdekat. 2.8, Pengobatan Berbagai jenis sulfonamid: |, nitrofuran, antibiotik dan antibakteri lainnya telah digunakan untuk mengobati Salmonela pullorum dengan hasil yang. bervariasi dalam menekan mortalitas, tetapi tidak dapat membasmi secara tuntas penyakit tersebut dari suatu flok. Beberapa di antara obat-obatan yang banyak digunakan di lapangan adalah furazolidon, klortetrasiklin, fluoroquinolones, amoksisilin dan kelompok kuinolon. Penggunaan obat-obatan tertentu yang berlebihan, misalnya Klortetrasiklin dan nitrofurazon telah dilaporakan dapat menimbulkan resistensi pad: am, 2.9, Pengendalian dan Pencegahan Pencegahan penyakit ini dapat dilakukan dengan manajemen dan pengamanan biologis yang ketat pada parent stock di tingkat breeding farm untuk mendapatkan DOC (Day Old Chick = anak ayam berumur sehari) yang bebas 14 pulorum dan memelihara DOC tersebut pada lingkungan yang dapat mencegah Kontak secara langsung ataupun tidak langsung dengan ayam yang terinfeksi Pengamanan biologis yang ketat diharapkan dapat mencegah kontak antara kuman Salmonela pullorum dengan ayam dalam suatu flok. Sehubungan dengan kenyataan bahwa penularan melalui telur tetas mempunyai peranan yang penting dalam penularan kuman tersebut, maka hanya telur yang bebas pulorum yang ditetaskan dalam suatu inkubator. Fumigasi pada inkubator dan hatcher dengan uap formaldehida dapat menekan penyebaran Salmonela pullorum dan memusnahkan residu infeksi di antara periode penetasan telur. Ayam yang bebas pulorum hendaknya dipelihara secara terpisah dari unggas lain atau burung yang tidak diketahui secara pasti bebas pulorum. Ayam yang terinfeksi dalam suatu kandang atau flok akan mempengaruhi kesehatan ayam lainnya yang dipelihara dalam suatu peternakan yang sama. Pada berbagai negara di dunia, penanggulangan pulorum diatur oleh suatu program eradikasi yang tetapkan oleh pemerintah. Tindakan yang sama juga dilakukan oleh pemerintah Indonesia. Program eradikasi didasarkan atas uji serologik secara berulang dalam suatu breeding farm dan mengeluarkan ayam yang positif sebagai reaktor. Tindakan ini hendaklah digabung dengan praktek manajemen flok dan sanitasi/desinfeksi inkubator yang ketat. Uji serologik pada ayam petelur biasanya dilakukan pada umur 16 minggu da pada saat awal produksi telur, disusul oleh 2 kali pemeriksaan dengan selang waktu satu bulan dan pemeriksaan tahunan secara rutin yang didasarkan atas kenyataan bahwa suatu flok bebas dari pulorum. Pullet hendaklah diperoleh daci peternakan yang bebas pulorum atau dipelihara secara terpisah sampai dinyatakan bebas pulorum berdasarkan uji serogik. Telur yang berasal dari flok yang bebas pulorum hendaklah ditetaskan pada inkubator yang juga bebas kuman Salmonela pullorum, Oleh Karena penyebaran pulorum terutama secara vertikal, maka jika grand parent bebas penyakit tersebut, maka parent stock dan ayam komersial seharusnya juga bebas pulorum jika dipelihara pada suatu lingkungan yang bersih Secara spesifik, pencegahan penyakit pullorum adalah dengan melakukan hal-hal berikut Ren Peningkatan sanitasi Kandang difumigasi Isolasi unggas yang sakit dan pilih telur yang tak infektif/sehat Terapi individu yang sakit dengan antibiotika Tes serologis dengan tes darah cepat pada individu yg dicuragai terserang penyakit pulorum 16 BAB III PENUTUP 3.1. Kesimpulan Dari pembahasan di atas dapat di simpulkan : 1, Penyakit pulorum merupakan suatu penyakit infeksius pada unggas terutama anak ayam dan anak kalkun, yang ditularkan melalui telur. Penyakit ini kerap tinggi pada ayam muda dan gejala asimptomatik pada ayam dewasa yang bersifat carrier. Penyakit pulorum biasanya ditemukan dalam bentuk sistemik akut pada anak ayam, tetapi lebih sering bersifat lokal dan kronis pada ayam dewasa. Pullorum disebabkan oleh bakteri Salmonella pullorum yang dapat ditularkan dari induk melalui telur. Penyakit pullorum identik dengan berak kapur dan sering menyerang pada anak ayam. Kematian mencapai 80% dan puncak kematian pada umur 2-3 minggu setelah menetas. 3. Penyakit pulorum terutama ditemukan pada ayam dan kalkun muda. Berbagai spesies unggas dapat terinfeksi tetapi jenis unggas tersebut tidak mempunyai peranan yang penting dalam penularan penyakit pulorum. 4, Penularan penyakit vat juga terjadi dalam suatu flok akibat adanya kanibalisme dari ayam yang terinfeksi, memakan telur yang terinfeksi dan masuknya Salmonela pullorum melalui luka, Penularan Salmoneta pullorum mungkin terjadi melalui pakan yang tercemar oleh bakteri, walaupun peranannya sangat kecil. 5. Gejala Klinis dan perubahan pasca mati pulorum sangat bervariasi dan tidak bersifat untuk menetapkan suatu diagnosis pasti oleh karena penyakit tersebut mirip dengan penyakit-penyakit lainnya. Perubahan patologik pada ayam yang terinfeksi berat_mungkin dapat dijadikan sebagai dasar diagnosis past Diagnosis definitif pulorum membutuhkan isolasi dan identifikasi kuman. 17 3.2, Saran Pencegahan yang sebaiknya dapat dilakukan adalah ayam yang bebas pulorum hendaknya dipelihara secara terpisah d: unggas lain atau burung yang tidak diketahui secara pasti bebas pulorum, Menjaga kebersihan atau hygene ditempat unggas yang dipelihara dan memberikan vaksin yang baik kepada unggas. 18 DAFTAR PUSTAKA Anonymous. 2012. Salmonella Pullorum, Pullorum Disease, ‘Bacillary White Diarrhoea’ (online) htip:/www.thepoultrysite.com/diseaseinfo/ 131 /salmo nella-pullorum-pullorum-disease-bacillary-white-diarrhoea , diakses pada 11 Maret 2013. Anonymous. 2012. Salmonellosis (online) http:/Avww.slideshare.nevmrzaen2/ salmonello! fiakses pada 13 Maret 2013. Anonymous. Pullorum Disease (online) hup://www.safe- poultry.com/PullorumDisease.asp, diakses pada 13 Maret 2013. Iwan Three . 2011. Konsultasi Gumboro dan Pullorum (online) htp://info.medion, co.id/index. php/konsultasi-teknis/layer/penyakil/gumboro-dan- pullorum ,diakses pada 8 maret pukul 17.49 WITA. Tabbu, Charles. 2000. Penyakit ayam dan penanggulangannya (online) books. google.com/ooks?ishn=9796727986. diakses pada tanggal 8 Maret 2013 pukul 16.43 Ressang, Abdul. 1984. Parologi Khusus Veteriner. Bali : Institut Pertanian Bogor. 19

You might also like