You are on page 1of 3

PENGERTIAN

Mola hidatidosa adalah penyimpangan pertumbuhan dan perkembangan kehamilan


yang tidak disertai janin dan seluruh villi korealis mengalami perubahan hidrofik (Prof.Ida
Bagus Gede Manuaba,2007)
Mola hidatidosa adalah suatu kehamilan dimana hasil konsepsi tidak berkembang
menjadi embrio,tetapi terjadi proliferasi dari villi korialis disertai dengan degenerasi hidrofik.
(Fadlun,20011)

Mola hidatidosa adalah chorionic villi (jonjotan/gantungan) yang tumbuh berganda berupa
gelembung-gelembung kecil yang mengandung banyak cairan sehingga menyerupai buah
anggur atau mata ikan. Karena itu disebut juga hamil anggur atau mata ikan. (Mochtar,
Rustam, dkk, 1998 : 23)

Mola hidatidosa adalah kehamilan abnormal, dengan ciri-ciri stoma villus korialis langka,
vaskularisasi dan edematus. Janin biasanya meninggal akan tetapi villus-villus yang
membesar dan edematus itu hidup dan tumbuh terus, gambaran yang diberikan adalah
sebagai segugus buah anggur. (Wiknjosastro, Hanifa, dkk, 2002 : 339).

Mola hidatidosa adalah perubahan abnormal dari villi korionik menjadi sejumlah kista yang
menyerupai anggur yang dipenuhi dengan cairan. Embrio mati dan mola tumbuh dengan
cepat, membesarnya uterus dan menghasilkan sejumlah besar human chorionic gonadotropin
(hCG) (Hamilton, C. Mary, 1995 : 104).

.TERAPI MOLA HIDATIDOSA


Terapi mola hidatidosa dapat dijabarkan dalam dua bentuk untuk dua keadaan:
1) Terjadi perdarahan dan ekspulsi jaringan mola hidatidosa.
Persiapan pemasangan infuse dan rencana transfuse darah
Lakukan curettage suction
o Lindungi dengan oksitosin drip,sehingga uterus segera mengecil mengikuti dikeluarkannya
jaringan mola.
o Ikuti dengan kuretase tajam sehingga sehingga sebagian jaringan mola dapat dikeluarkan.

Observasi tingginya fundus uteri,kontraksi dan perdarahan


Evaluasi perdarahan(darah,urin lengkap,jumlah trombosit dll)
2) Diagnosis mola hidatidosa dapat ditegakan,tetapi tidak terjadi perdarahan dan ekspulsi
jaringan mola.Persiapan yang dilakukan adalah pemeriksaan labor seperti pemeriksaan darah
dan urin lengkap.

2. Therapi

- Evakuasi, dengan persiapan khusus

Cairan /darah

Upaya dilatasi tujuan utama bila osteum uteri belum terbuka ( amnion 10 12 jam)
Drip oxcitosin untuk menambah kontraksi, ekspulsi, menurunkan perdarahan, mencegah perforasi
kebelakang

- Terapi supportif (antibiotika, transfusi, dll)

- Monitor kadar HCG sampai 1 bulan :

- Apakah ada mola

- Apakah ada tanda-tanda keganasan /Chorio Ca.

Curret bisa menyebabka robeknya mukosa endometrium sehingga bila diberikan oksitoxin maka
endometrium akan menebal.

Predisposisi terjadinya Molahidatinosa :

1. Kekurangan vitamin B 12

2. Imunologi

3. Gizi terganggu

2.7.PENATALAKSANAAN
o Perbaiki keadaan umum
o Keluarkan jaringan mola dengan vakum kuretas dilanjutkan dengan kuret tajam. Lakukan
kuretas bila tinggi fundus uterus lebih dari 20 minggu sesudah hari ketujuh
o Untuk memperbaiki kontraksi, sebumnya berikan uterotonik (20-40 unit oksitosin dalam 250
cc/50 unit oksitosin dalam 500 ml NaCl 0,9%) bila tidak dilakukan vakum kuretase, dapat
diambil tindakan histeroktomi.
o Histeroktomi perlu dipertimbangkan pada wanita yang telah cukup umur dan cukup anak.
Batasan yang dipakai ialah umur 35 tahun dengan anak hidup tiga
o Terapi proflaksis dengan sitostatik metroteksat atau aktinomisin D pada kasus dengan resiko
keganasan tinggi seperti umur tua dan paritas tinggi
o Pemeriksaan ginekologi, radiologi dan kadar Beta HCG lanjutan untuk deteksi dini keganasan.
Terjadinya proses keganasan bisa berlangsung antara 7 hari sampai 3 tahun pasca mola. Yang
paling banyak dalam 6 bulan pertama, pemeriksaan kadar Beta HCG tiap minggu sampai
kadar menjadi negatif selama 3 minggu lalu tiap bulan selama 6 bulan pemeriksaan foto
toraks tiap bulan sampai kadar Beta HCG negatif.
o Periksa ulang
Ibu di anjurkan untuk tidak hamil dulu dan di anjurkan memakai kontrasepsi dan lain
lain.Kehamilan dimana reaksi kehamilan menjadi positif akan menyulitkan observasi juga
dinasehatkan untuk memenuhi jadwal periksa selama 2-3 tahun.

Penatalaksanaan
Kuretase isap (suction curettage)

Apabila pasien menginginkan keturunan di kemudian hari, penanganan yang dipilih adalah
evakuasi jaringan mola dengan kuretase isap. Dua sampai empat unit darah harus tersedia
karena evakuasi dapat disertai dengan kehilangan darah yang banyak.setelah evakuasi awal,
kontraksi uterus dirangsang dengan oksitosin intravena untuk mengurangi kehilangan
darah.jaringan-jaringan sisa dibersikan dengan kuretase tajam.spesimennya dikirim secara
terpisah ke laboratorium patologi.

Histerektomi abdominal

Pada mola ini merupakan suatu alternatif lain bagi pasien yang tidak lagi menginginkan
kehamilan di kemudian hari.Histerektomi menyingkirkan kemungkinan berfungsinya sel-sel
trofoblastik yang tertinggal di dalam uterus setelah kuretase isap dan mengurai resiko
penyakit trofoblastik residual sampai 3-5%.keputusan mengenai salpingo-ooforektomi adalah
tersendiri.setelah pengeluaran mola dan pengurangan stimulas chorionic gonadotropin,kista
teka-lutein ovarium mengalami regresi secara spontan. Pengangkatan dengan pembedahan
hanya diperlukan bila ada kaitan dengan

torsi atau perdarahan.

Program lanjut

Setelah evakuasi suatu kehamilan mola pasien diamati dengan seksama terhadap serangkaian
titer chorionic gonadotropin (HCG), menggunakan radioimmunoassay untuk submit beta,
setiap satu atau dua minggu sampai negative. Hilangnya HCG secara sempurna diperkirakan
terjadi dalam 9-15 minggu setelah pengosongan uterus. Pasien disarankan untuk menghindari
kehamilan sampai titer chorionic gonadotropin negative selama satu tahun. Biasanya
diberikan kontrasepsi oral estrogen-progestin. Pelvis diperiksa secara berkala untuk menilai
ukuran uterus, adneksa untuk kista teka-lutein, dan traktus genitalis bagian bawah untuk
metastase.

Apabila 2 titer chorionic gonadotropin yang berurutan stabil (plateu) atau meningkat atau
apabila tampak adanya metastase, pasien harus dievaluasi terhadap keganasan neoplasia
tropoblastik gestasional dan kemoterapi. Hamper 15-20% pasien dengan Mola Hidatidosa
berkembang gejala keganasan ssetetal kuretase isap. Dari kelompok ini hamper 80%
menderita penyakit trofoblastik non metastatic sedangkan yang 20% menderita metastase
keluar batas uterus, paling sering ke paru-paru atau vagina. Selain titer chorionic
gonadotropin yang persisten atau meningkat, gejala keganasan neoplsia trofoblastik
gestasional meliputi perdarahan pervaginam yang persisten, pendarahan intra abdominal dan
lesi perdarahan di paru-paru, hepar, otak, atau ogan-organ lainnya.

You might also like