You are on page 1of 24

Sudaryatno Sudirham

Analisis
Rangkaian Listrik
Jilid 1

ii Sudaryatno Sudirham, Analsis Rangkaian Listrik (1)


BAB 12
Fasor, Impedansi, dan Kaidah
Rangkaian
Dalam teknik energi listrik, tenaga listrik dibangkitkan,
ditransmisikan, serta dimanfaatkan dalam bentuk sinyal sinus
dengan frekuensi 50 atau 60 Hz. Dalam teknik telekomunikasi,
sinyal sinus dimanfaatkan dalam selang frekuensi yang lebih lebar,
mulai dari beberapa Hz sampai jutaan Hz. Sejalan dengan itu, kita
memerlukan suatu cara analisis khusus untuk menanganni persoalan
rangkaian listrik yang melibatkan sinyal sinus dalam keadaan
mantap, yang kita sebut analisis arus bolak-balik keadaan mantap.
Analisis rangkaian dengan sinyal sinus telah pernah kita lakukan
dengan menyatakan sinyal sinus sebagai fungsi waktu atau dengan
kata lain kita melakukan analisis di kawasan waktu. Mulai bab ini
kita akan melakukan analisis di kawasan fasor. Dalam analisis ini,
sinyal sinus kita nyatakan dalam bentuk fasor. Dengan sinyal sinus
dinyatakan dalam fasor, pernyataan-pernyataan elemen rangkaian
pun menjadi khusus pula. Kita katakan bahwa rangkaian yang biasa
kita nyatakan dalam waktu, kita transformasikan menjadi rangkaian
dalam fasor. Setelah ditransformasikan, kita melakukan analisis di
mana semua besaran dan karakteristik elemen dinyatakan dalam
fasor. Dengan bekerja dalam fasor, kita terhindar dari persamaan
rangkaian yang dikawasan waktu berbentuk persamaan integro-
diferensial.
Pernyataan sinyal sinus ke dalam bentuk fasor dilakukan melalui
forrmulasi bilangan kompleks. Untuk mengingat kembali mengenai
bilangan kompleks ini, ulasan singkat mengenai bilangan kompleks
diberikan pada Lampiran III.
Bab ini akan kita awali dengan pembahasan pengertian fasor dan
operasi fasor, impedansi, dan dilanjutkan dengan pembahasan
tentang kaidah-kaidah rangkaian di kawasan fasor.
Setelah mempelajari bab ini, kita akan
mampu menyatakan sinyal sinus ke dalam bentuk fasor.
memahami konsep impedansi di kawasan fasor.
memahami bagaimana aplikasi hukum-hukum dan
kaidah-kaidah rangkaian di kawasan fasor.

1
12.1. Fasor Dan Impedansi
12.1.1. Pernyataan Fasor dari Sinyal Sinus dan Operasi Fasor
Kita mengenal pernyataan suatu bilangan kompleks yang berbentuk

e jx = cos x + j sin x (12.1)


Dengan menggunakan hubungan ini maka sinyal sinus dapat
dinyatakan sebagai fungsi eksponensial kompleks, yaitu
cos x = Re e jx dan sin x = Im e jx (12.2)
dengan Re dan Im masing-masing menunjukkan bahwa yang
dimaksudkan adalah bagian riil dan bagian imajiner dari bilangan
kompleks e jx. Jika kita tetapkan bahwa hanya bagian riil dari
bilangan kompleks ejx saja yang kita ambil untuk menyatakan sinyal
sinus maka sinyal y = Acos(t+) dapat kita tulis sebagai
y = A cos(t + ) = Re Ae j ( t + ) = Re Ae j e jt = Ae j e jt
(12.3)
tanpa harus menuliskan keterangan Re lagi.
Jika kita bekerja pada suatu frekuensi tertentu untuk seluruh
sistem, maka faktor ejt pada pernyataan fungsi sinus (12.3) tidak
perlu dituliskan lagi. Kita dapat menyatakan fungsi sinus cukup
dengan mengambil besar dan sudut fasa-nya saja. Jadi

sinyal sinus v = Acos(t + ) dinyatakan dengan V = Ae j (12.4)

Pernyataan sinyal sinus dengan bilangan kompleks ini kita sebut


fasor (dalam buku ini ditulis dengan huruf besar dan tebal) . Jadi
dengan notasi fasor, kita hanya memperhatikan amplitudo dan sudut
fasanya saja dengan pengertian bahwa frekuensinya sudah tertentu.
Karena kita hanya memperhatikan amplitudo dan sudut fasa saja,
maka fasor dapat kita tuliskan dengan menyebutkan besarnya dan
sudut fasanya. Jadi penulisan fasor dalam bentuk yang kita sebut
bentuk polar adalah
Im V
V = Ae j ditulis sebagai V = A |A|
(12.5)
Fasor V = A dapat kita Re
gambarkan dalam bidang kompleks,
seperti terlihat pada Gb.12.1. Gb.12.1. Fasor.

2 Sudaryatno Sudirham, Analisis Rangkaian Listrik (1)


Panjang fasor adalah nilai mutlak dari amplitudo A. Penulisan fasor
dalam bentuk polar, dapat diubah ke bentuk sudut-siku, yaitu :
V = A = A (cos + j sin ) (12.6)

Sebaliknya, dari pernyataan dalam bentuk sudut-siku dapat diubah


ke bentuk polar

b
V = a + jb = a 2 + b 2 tan 1 (12.7)
a
Transformasi timbal balik antara pernyataan dalam bentuk sudut-
siku dan bentuk polar, memudahkan kita dalam melakukan operasi-
operasi fasor yang akan kita lihat berikut ini.

12.1.2. Operasi Fasor


Perkalian Fasor. Perkalian fasor mudah dilakukan bila fasor
dituliskan dalam bentuk polar.

Jika A = A 1 dan B = B 2 maka


C = A B = AB(1 + 2 )
(12.8)
Hal ini mudah difahami, karena jika kita menuliskan
A = Ae j1 dan B = Be j2
maka C = Ae j1 Be j2 = ABe j (1 + 2 ) = AB(1 + 2 )

Pembagian Fasor. Pembagian fasor mudah dilakukan bila fasor


dituliskan dalam bentuk polar.
Jika A = A1 dan B = B 2 maka
A A1 A (12.9)
D= = = (1 2 )
B B 2 B

Hal ini juga mudah difahami. Jika kita menuliskan


A = Ae j1 dan B = Be j2
Ae j1 A j1 j2 A j (1 2 ) A
maka D= = e e = e = (1 2 )
j 2 B B B
Be

3
Penjumlahan dan Pengurangan Fasor. Operasi penjumlahan
ataupun pengurangan lebih mudah dilakukan jika kita menuliskan
fasor dalam bentuk sudut-siku.
Jika A = a1 + jb1 dan B = a2 + jb2
maka C = A + B = (a1 + a2 ) + j (b1 + b2 )

= (a1 + a2 )2 + (b1 + b2 )2 tan 1 b1 + b2 (12.10)
a1 + a2
D = A B = (a1 + jb1 ) (a2 + jb2 )

= (a1 a2 )2 + (b1 b2 )2 tan 1 b1 b2
a1 a2
Jika A = A1 dan B = B 2 maka
C = A + B = ( A cos 1 + B cos 2 ) + j ( A sin 1 + B sin 2 ) (12.11)
D = A B = ( A cos 1 B cos 2 ) + j ( A sin 1 B sin 2 )

Fasor egatif dan Fasor Konjugat. Jika dituliskan dalam bentuk


sudut-siku, nilai negatif fasor adalah negatif dari masing-masing
komponen riil dan imajiner.

Jika A = a1 + jb1 maka


Im
A = a1 jb1 A
A

Fasor konjugat dari A ditulis
Re
A .
A A
Jika A = a1 + jb1 maka
A * = a1 jb1 Gb.12.2. Fasor dan negatifnya
serta konjugatnya
Dalam bentuk polar,
Jika A = A
maka (
A = A + 180 o ) (12.12)
= A( 180 ) dan A
o *
= A

4 Sudaryatno Sudirham, Analisis Rangkaian Listrik (1)


Fasor Dengan Sudut Fasa 90o dan 0o. Bentuk sudut-siku dari
fasor dengan sudut 90o dan 0o adalah
A = A90 o = jA ;
B = B 90 o = jB ; (12.13)
o
C = C0 = C

CO&TOH-12.1: Ubahlah pernyataan sinyal sinus berikut ini ke


dalam fasor dengan bentuk polar maupun bentuk sudut-siku dan
lakukanlah operasi-operasi fasor yang diminta.

a). v1 (t ) = 10 cos(500t 45 o ) b). v 2 (t ) = 15 cos(500t + 30 o )


c). i1 (t ) = 4 cos 1000t d). i 2 (t ) = 3 cos(1000t 90 o )
e). I 3 = I1 + I 2 f). S1 = V1I 1* ; S 2 = V2 I *2
V1 V2
g). Z1 = ; Z2 =
I1 I2
Penyelesaian :
a). Pernyataan fasor sinyal sinus ini dalam bentuk polar dan
bentuk sudut siku adalah

V1 = 10 45 o atau
V1 = 10 cos(45 ) + j10 sin(45 o ) = 7,07 j 7,07
o

b). Pernyataan fasor dalam bentuk polar dan bentuk sudut siku
adalah
V2 = 1530 o atau
V2 = 15 cos(30 o ) + j15 sin(30 o ) = 12,99 + j 7,5
c). Pernyataan fasor dalam bentuk polar dan bentuk sudut siku
adalah
I1 = 40 o atau I1 = 4 cos(0 o ) j 4 sin(0 o ) = 4
d). Pernyataan fasor dalam bentuk polar dan bentuk sudut siku
adalah
I 2 = 3 90 o atau I 2 = 3 cos(90 o ) + j 3 sin(90 o ) = j 3

5
e). Fasor hanya dapat dijumlahkan jika frekuensinya sama.
Karena kedua arus dalam soal e) ini berfrekuensi sama maka
fasornya dapat kita jumlahkan I 3 = I1 + I 2 = 4 j 3 . Hasil
penjumlahan ini dapat kita ubah kembali dalam bentuk polar
menjadi

3
I 3 = (4) 2 + (3) 2 tan 1 = 5 216,9
o
4

f). S1 = V1I1* = (10 45 o ) (40 o ) = 40 45 o

S 2 = V2 I *2 = (1530 o ) (390 o ) = 45120 o

V1 10 45 o
g). Z1 = = = 2.5 45 o ;
o
I1 40
V2 1530 o
Z2 = = = 5 60 o
o
I2 390

CO&TOH-12.2: Ubahlah pernyataan fasor dari sinyal sinus berikut


ini ke pernyataan sinus di kawasan waktu.

a). V1 = 150 45 o V, pada frekuensi siklus 50 Hz


b). V2 = 30 + j 40 V, pada frekuensi sudut = 1000 rad/detik.
c). I = 15 + j 5 + 10180 o mA , pada = 1000 rad/detik.

Penyelesaian :
a). Sinyal ini mempunyai amplitudo 150 V, dan sudut fasa 45o.
Frekuensi siklusnya 50 Hz yang berarti frekuensi sudutnya
= 2 50 = 314 rad/detik. Jadi di kawasan waktu sinyal
o
ini adalah v1 (t ) = 150 cos(314 t 45 ) V

b). Amplitudo sinyal ini adalah V m = 30 2 + 40 2 = 50 V dan


1 40
sudut fasanya = tan = 53,1o . Karena = 1000
30
rad/detik, maka pernyataan sinyal ini di kawasan waktu
o
adalah v 2 (t ) = 50 cos(1000 t + 53,1 )

6 Sudaryatno Sudirham, Analisis Rangkaian Listrik (1)


c). Sinyal ini dinyatakan dalam fasor dan merupakan jumlah
dari dua sinyal, satu dalam bentuk sudut siku dan yang lain
dalam bentuk polar. Jika dinyatakan dalam bentuk sudut
siku, sinyal ini menjadi

I = 15 + j 5 + 10 cos 180 o + j10 sin 180 o


= 15 + j 5 10 + j 0 = 5 + j 5 mA
Amplitudo dan sudut fasanya adalah
5
I m = 5 2 + 5 2 = 7,07 mA ; = tan 1 = 45 o
5
Karena diketahui = 1000 rad/detik, maka

i (t ) = 7,07 cos(1000 t + 45 o )

12.2. Resistansi, Reaktansi, Impedansi


Dengan fungsi sinus dinyatakan dalam fasor, maka kita akan
mendapatkan hubungan-hubungan tegangan dan arus pada elemen-
elemen pasif sebagai berikut.
Resistor. Jika arus pada resistor adalah

i R (t ) = I Rm cos(t + ) = I Rm e j ( t + )

maka tegangannya adalah

v R (t ) = Ri R (t ) = RI Rm e j ( t + )

Jika dinyatakan dalam fasor maka


V R = RI R (12.14)

Hubungan arus dan tegangan resistor tetap seperti yang tel;ah kita
kenal selama ini, dengan faktor proporsionalitas R yang kita sebut
resistansi.

7
Induktor. Untuk induktor, jika arus induktor adalah

i L (t ) = I Lm cos(t + ) = I Lm e j ( t + )

maka tegangan induktor adalah

v L (t ) = L
di L (t )
=L
(
d I Lm e j ( t + ))= jL( I m e j ( t + ) )
dt dt
Dalam bentuk fasor,
VL = jL I L = jX L I L = Z L I L
(12.15)
dengan : X L = L dan Z L = jL
Jadi dengan pernyataan sinyal dalam fasor, hubungan tegangan dan
arus induktor tidak lagi berbentuk hubungan diferensial, melainkan
berbentuk linier dengan faktor proporsionalitas sebesar ZL = jXL ;
XL kita sebut reaktansi induktif , ZL kita sebut impedansi induktor

Kapasitor. Untuk kapasitor, jika tegangan kapasitor adalah

v C (t ) = VCm cos(t + ) = VCm e j ( t + )

maka arus kapasitor adalah

i C (t ) = C
dv C
=C
(
d (VCm e j ( t + ) )
= jC (VCm e j ( t + ) )
dt dt
yang dalam bentuk fasor dapat kita tuliskan sebagai
I C = jC VC atau
1 j
VC = IC = I C = jX C I C = Z C I C (12.16)
jC C
1 j
dengan : X C = dan Z C =
C C
Seperti yang kita peroleh pada induktor, hubungan tegangan dan
arus kapasitor tidak lagi berupa hubungan integral, melainkan
berupa hubungan linier dengan faktor proporsionalitas sebesar ZC =
jXC ; XC kita sebut reaktansi kapasitif, ZC kita sebut impedansi
kapasitor.

8 Sudaryatno Sudirham, Analisis Rangkaian Listrik (1)


12.3. Kaidah-Kaidah Rangkaian Impedansi
12.3.1. Hubungan Seri dan Kaidah Pembagi Tegangan
Tegangan total pada R dan L yang terhubung seri dengan
i(t)=Imej(t+) adalah

v RL (t ) = v R (t ) + v L (t ) = RI m e j ( t + ) + jLI m e j ( t + )
= (R + jL ) I m e j ( t + )

Dalam bentuk fasor,


V RL seri = (R + jL ) I (12.17)

Perbandingan antara tegangan dan arus pada resistor dan induktor


yang terhubung seri disebut impedansi dari hubungan seri ini, yaitu
Z RL seri = R + jL (12.18)
Dengan cara yang sama kita dapat memperoleh impedansi hubungan
seri RC dan LC sebagai
1
VRC seri = R + I ;
j C
(12.19)
1 j
Z RC seri = R + = R
jC C
1
V LC seri = jL + I ;
jC
(12.20)
1 1
Z LC seri = jL + = j L
jC C
Hubungan seri tidak terbatas hanya dua elemen tetapi bisa lebih,
sehingga terbentuklah hubungan seri beberapa impedansi. Secara
umum impedansi total dari beberapa impedansi yang terhubung seri
adalah
Vtotal seri = Z total seri I
(12.21)
Z total seri = Z 1 + Z 2 + Z 3 + + Z n
Dalam hubungan seri dari beberapa impedansi, tegangan pada
impedansi ke k adalah Vk = IZ k ; sedangkan IZ total seri = Vtotal seri
Dengan demikian maka berlaku kaidah pembagi tegangan

9
Zk
Vk = Vtotal (12.22)
Z total seri

12.3.2. Hubungan Paralel dan Kaidah Pembagi Arus


Dua atau lebih impedansi yang terhubung paralel akan bertegangan
sama. Jika tegangan ini adalah V maka arus pada impedansi ke k
adalah

V
Ik = = Yk V (12.23)
Zk

dengan Yk = 1/Zk disebut admitansi.


Arus total dalam hubungan paralel adalah
n n
I total = Ik = Yk V = Ytotal V (12.24)
k =1 k =1

dengan
n
1 1 1
Ytotal = Yk = Z 1 + Z 2 + + Z n (12.25)
k =1

Dari (12.23) dan (12.24) diturunkan kaidah pembagi arus


Yk
I k = Yk V = I total (12.26)
Ytotal

12.3.3. Impedansi Secara Umum


Secara umum impedansi dapat kita tuliskan

Z = R() + jX () (12.27)
Bagian riil adalah resistansi dan bagian imajiner adalah reaktansi.
Kedua bagian ini mungkin merupakan fungsi dari frekuensi .
Reaktansi yang bernilai positif merupakan reaktansi induktif ,
sedang yang bernilai negatif merupakan reaktansi kapasitif. Sebagai
contoh, impedansi dari induktor yang terhubung seri dengan
kapasitor yang terparalel dengan resistor adalah

10 Sudaryatno Sudirham, Analisis Rangkaian Listrik (1)


R (1 / jC )
Z L + R // C = jL +
R + (1 / jC )
R R 2 C
= + j L
(RC )2 + 1 (RC )2 + 1
Perhatikan bahwa bagian riil maupun bagian imajiner merupakan
fungsi dari frekuensi . Jadi baik resistansi maupun reaktansi dari
impedansi secara umum merupakan fungsi frekuensi.
Perhatian : Walaupun impedansi merupakan pernyataan yang
berbentuk kompleks, akan tetapi impedansi
bukanlah fasor. Impedansi dan fasor merupakan
dua pengertian dari dua konsep yang berbeda.
 Fasor adalah pernyataan dari sinyal sinus
 Impedansi adalah pernyataan elemen.
Walaupun impedansi bukan fasor, namun karena keduanya berupa
pernyataan kompleks, maka operasi-operasi fasor dapat diterapkan
pada keduanya. Sebagai contoh kita ambil hubungan seri RL :
L
Z RL seri = R + jL = R 2 + (L) 2 tan 1 = Z 1 1
R
Jika fasor tegangan Vs = V11 diterapkan pada hubungan seri RL
ini, maka arus yang mengalir adalah
Vs V11 V1
I RL = = = (1 1 ) (12.28)
Z RL seri Z11 Z1

Secara singkat, impedansi elemen dan hubungan arus-tegangan


elemen adalah sebagai berikut.
1
Z R = R; Z L = jL; ZC =
jC
(12.29)
1
VR = RI R ; VL = jLI L ; VC = IC
jC

Secara singkat dapat kita katakan bahwa : dengan menyatakan


sinyal sinus ke dalam bentuk fasor, maka perbandingan antara
tegangan elemen dan arus elemen merupakan suatu besaran
kompleks yang kita sebut impedansi di kawasan fasor. Dengan
menyatakan elemen dalam impedansinya maka hubungan antara

11
tegangan dan arus elemen menjadi mirip dengan relasi hukum Ohm
di kawasan waktu. Kaidah-kaidah rangkaian di kawasan waktu
berlaku juga di kawasan fasor.

CO&TOH-12.3: Arus yang melalui induktor 0,5 H adalah


iL(t)=0,4cos(1000t) A. Tentukanlah: a) impedansi induktor; b)
Fasor tegangan pada induktor; c) bentuk gelombang tegangan
pada induktor.
Penyelesaian :
a). Impedansi induktor adalah ZL = jL. Dalam contoh ini =
1000, jadi
Z L = j 1000 0,5 = j500

b). Fasor tegangan induktor adalah fasor arus kali


impedansinya. Karena arus dinyatakan di kawasan waktu,
kita ubah dulu pernyataan arus ini ke kawasan fasor menjadi
I L = 0,40 o A . Tegangan induktor adalah

VL = Z L I L = ( j 500) 0,40 o
= 50090 o 0,40 o = 20090 o V
c). Bentuk gelombang tegangan pada induktor yang
dimaksudkan di sini adalah pernyataan di kawasan waktu
dari tegangan induktor. Dari hasil b) dengan mudah kita
nyatakan

v L (t ) = 200 cos(1000 t + 90 o ) V
Pemahaman:
Fasor tegangan dan fasor arus Im tegangan
VL
A
pada induktor berbeda fasa mendahului
sebesar 90o. Tegangan arus 90o
mendahului arus dengan sudut
90o. IILL Re

CO&TOH-12.4: Arus yang melalui kapasitor sebesar 50 pF adalah


iC(t)=0,5cos(106 t) mA. Tentukanlah: a) impedansi kapasitor; b)
fasor tegangan pada kapasitor; c) bentuk gelombang tegangan
pada kapasitor.

12 Sudaryatno Sudirham, Analisis Rangkaian Listrik (1)


Penyelesaian :
1 j
a). Z C = = = j 20 k
jC 10 (50 10 12 )
6

b). VC = Z C I C = (20 10 3 90 o ) (0,5 10 3 0 o )


= 10 90 o V
c). v C (t ) = 10 cos(10 6 t 90 o ) V.
Pemahaman: Im
Fasor tegangan dan fasor arus Re
IIC
pada induktor berbeda fasa C
sebesar 90o. Tegangan arus
mendahului arus dengan sudut VCC mendahuluio
V
tegangan 90
90o.

CO&TOH-12.5: Suatu beban diberi tegangan


v(t) = 120cos(314t+10o) V.
Arus yang mengalir adalah i(t)= 5cos(314t+40o) A. Carilah
impedansi beban tersebut.
Penyelesaian :
Tegangan dan arus dalam fasor adalah

V = 12010 o V dan I = 540 o A


Impedansi beban adalah:

V 12010 o
ZB = = = 24 30 o
o
I 540
= 24 cos(30) + j 24 sin(30) = 20,8 j12
Pemahaman :
Kita mengetahui bahwa impedansi induktor adalah ZL=jL dan
impedansi kapasitor adalah ZC = j/C. Dari sini kita lihat
bahwa sesuatu impedansi yang komponen imajinernya positif
akan bersifat induktif sedangkan jika komponen imajinernya
negatif akan bersifat kapasitif.

13
Dalam contoh-12.5. ini impedansi beban mempunyai komponen
imajiner negatif. Jadi beban bersifat kapasitif. Pada beban
kapasitif ini sudut fasa arus lebih besar dari sudut fasa tegangan.
Kita katakan bahwa
arus mendahului Im arus
tegangan atau arus mendahului
I tegangan V
leading terhadap
tegangannya. Gambar
fasor arus dan Re
tegangan pada beban
adalah seperti di samping ini.

CO&TOH-12.6: Suatu beban diberi tegangan


v(t) = 120cos(314t+20o) V
Arus yang mengalir adalah i(t)= 5cos(314t40o) A. Carilah
impedansi beban tersebut.
Penyelesaian :

V 12020 o
ZB = = = 2460 o
I 5 40 o
= 24 cos(60 o ) + j 24 sin(60 o ) = 12 + j 20,8
Pemahaman :
Dalam contoh ini Im
komponen imajiner V
impedansi beban
bernilai positif. Beban
bersifat induktif. Pada Re
beban yang bersifat arus
I tertinggal dari
induktif sudut fasa arus tegangan
lebih kecil dari sudut
fasa tegangan. Fasor arus ketinggalan dari tegangan atau arus
lagging terhadap tegangan. Fasor tegangan dan fasor arus
dalam contoh ini digambarkan seperti di bawah ini.

14 Sudaryatno Sudirham, Analisis Rangkaian Listrik (1)


CO&TOH-12.7: Tegangan
sumber pada rangkaian di 100 20F
samping ini adalah +
vs 50mH
vs(t)=250cos500t V.
a). Tentukan fasor arus pada
rangkaian.
b). Tentukan fasor tegangan di tiap elemen.
c). Gambarkan fasor tegangan sumber dan elemen.
d). Nyatakan bentuk gelombang arus dan tegangan elemen.
Penyelesaian :
Untuk bekerja di kawasan fasor, rangkaian ini kita
transformasikan menjadi rangkaian impedansi dan sumbernya
dinyatakan dalam fasor. Impedansi elemen dan tegangan
sumber menjadi
j
Z R = 100 ; ZC = = j100 ;
500 20 106
Z L = j500 50 103 = j 25
Vs = 2500o.

Rangkaian di atas menjadi seperti berikut

100 j100
+
Vs= j25
2500oV

a). Impedansi total rangkaian adalah


Z tot = 100 j100 + j 25 = 100 j 75
75
= (100) 2 + (75) 2 tan 1 = 125 36,87 o
100
Arus pada rangkaian adalah
V 2500 o
I= s = = 236,87 o A
Z tot 125 36,87 o

b). Dengan menggunakan kaidah pembagi tegangan, tegangan


di tiap elemen dapat dengan mudah dihitung.

15
ZR 100
VR = Vs = 2500 o = 20036,87 o V
o
Z tot 125 36,87
ZC 100 90 o
VC = Vs = 2500 o = 200 53,13 o V
Z tot 125 36,87 o
ZL 2590 o
VL = Vs = 2500 o = 50126,87 o V
o
Z tot 125 36,87
c). Gambar fasor
Im
VR
tegangan sumber dan

tegangan-tegangan VL

elemen adalah seperti Vs
di bawah ini. Re

Perhatikanlah bahwa
fasor-fasor tegangan

ini memenuhi HTK VC

Vs = VC + VR + VL

d). Bentuk gelombang arus dan tegangan elemen adalah


i (t ) = 2 cos(500t + 36,87 o ) A
v R (t ) = 200 cos(500t + 36,87 o ) V
v C (t ) = 200 cos(500t 53,13 o ) V
v L (t ) = 50 cos(500t + 126,87 o ) V
Pemahaman :
Tegangan di setiap elemen dapat pula dicari dengan mengalikan
arus dan impedansinya.
VR = Z R I = 100 236,87 o = 20036,87 o V
VC = Z C I = 100 90 o 236,87 o = 200 53,13 o V
VL = Z L I = 2590 o 236,87 o = 50126,87 o V

Sesuai dengan HTK, Vs = VC + VR + VL


Im
Diagram fasornya
I

adalah seperti di Vs = VC + VR + VL
samping ini. VL = jXL I Re

V = RI
16 Sudaryatno Sudirham, Analisis Rangkaian RListrik (1)

VC =jXC I
Perhatikanlah bahwa
 fasor VR = RI L sejajar I
 fasor VC = jX C I tegak lurus pada I , pergeseran sudut
fasa 90o.
 fasor VL = jX L I tegak lurus pada fasor I dengan
pergeseran sudut fasa + 90o.

CO&TOH-12.8: Arus sumber pada rangkaian di bawah ini adalah


is(t)=50cos1000t mA.
300
is 2 F
0,4 H

a). Tentukan fasor tegangan kapasitor.


b). Tentukan fasor arus di tiap cabang.
c). Gambarkan fasor arus sumber dan arus cabang dan tegangan
kapasitor.
d). Gambarkan fasor tegangan kapasitor, tegangan resistor dan
induktor.

Penyelesaian :
Dengan = 1000, maka impedansi elemen dan fasor arus
sumber adalah
Z R = 300 ;
j
ZC = = j 500 ;
1000 2 10 6
Z L = j1000 0,4 = j 400 ; I s = 500 o .
Transformasi rangkaian ke kawasan fasor adalah seperti di
bawah ini:

17
I1 I2 300
o
500 mA j500
j400

a). Admitansi dari kedua cabang yang diparalel masing-masing


adalah
1
YC = = j 2 10 3 S ;
j500
1 1
Y RL = =
300 + j 400 500 tan 1 (4 / 3)
= 12 10 4 j16 10 4 S
Admitansi total :
Y tot = YC + Y RL = j 2 10 3 + 12 10 4 j16 10 4 S
= 12 10 4 + j 4 10 4 = 12,65 10 4 18,4 o S
Tegangan pada kapasitor (yang sama dengan tegangan pada
R dan L seri) adalah

Is 50 10 3 0 o
VC = = = 39,5 18,4 o V
Ytot 12,65 10 4 18,4

b). Arus di tiap cabang adalah

VC 39,5 18,4 o 39,5 18,4 o


I1 = = = = 7961,6 o mA
ZC j 500 500 90 o

VRL V 39,5 18,4 o 39,5 18,4 o


I2 = = C = =
Z RL Z RL 300 + j 400 50053,1o
= 79 71,5 o mA

18 Sudaryatno Sudirham, Analisis Rangkaian Listrik (1)


c). Gambar fasor arus sumber
I1
dan arus cabang adalah
Im
seperti di samping ini :

Perhatikan bahwa: Is
Re
I s = I 2 + I1 ;

I1 90o mendahului VC ;
VC

I 2 tertinggal dari VC . I2

d). Gambar fasor tegangan kapasitor, resistor dan induktor


adalah seperti di bawah ini :
Im

Re


I VC
2


VR = R I2 VL = jXL I2

19
Soal-Soal
1. Nyatakanlah sinyal-sinyal sinus berikut ini kedalam fasor dan
gambarkanlah diagram fasornya.
a). v1 = 100 cos t b). v 2 = 75 cos(t 90 o )
c). v3 = 50 cos(t + 45o ) d). v 4 = v1 + v 2
e). v5 = v1 v3 f). v6 = v1 + v3
2. Nyatakanlah fasor-fasor berikut ini kedalam sinyal di kawasan
waktu, jika frekuensi adalah 300 rad/s.

a). V1 = 6030 o b). V2 = 30 60 o


c). V3 = V1 + V2 d). V4 = V1 V2

3. Tuliskanlah fasor-fasor pada soal 2 ke dalam bentuk sudut siku V


= a + jb.
4. Tuliskanlah fasor-fasor berikut ke dalam bentuk polar V = A.
a). V1 = 3 + j 6 b). V2 = 4 j 4
c). V3 = V1 + V2 d). V4 = V1 V2

5. Jika V = 3 + j4 dan I = 2 + j2, berapakah


V
a). S = VI * ; b). Z =
I
Tuliskan S maupun Z dalam bentuk polar maupun bentuk sudut
siku.
6. Sebuah resistor 50 dihubungkan seri dengan induktor 20 mH.
a). Berapakah impedansinya jika frekuensi kerja adalah 1000
rad/s.
b). Berapakah impedansinya jika frekuensi kerja adalah 4000
rad/s.
c). Berapakah impedansinya jika frekuensi kerja adalah 1 kHz.
7. Sebuah resistor 50 dihubungkan seri dengan kapasitor 1 F. (a)
Berapakah impedansinya jika frekuensi kerja adalah 1000 rad/s;
(b) Berapakah impedansinya jika frekuensi kerja adalah 4000
rad/s; (c) Berapakah impedansinya jika frekuensi kerja adalah 1
kHz.

20 Sudaryatno Sudirham, Analisis Rangkaian Listrik (1)


8. Sebuah resistor 50 dihubungkan paralel dengan kapasitor 200
nF.
a). Berapakah impedansinya jika frekuensi kerja adalah 1000
rad/s.
b). Berapakah impedansinya jika frekuensi kerja adalah 4000
rad/s.
c). Berapakah impedansinya jika frekuensi kerja adalah 1 kHz.
9. Sebuah resistor 50 dihubungkan paralel dengan induktor 50
mH.
a). Berapakah impedansinya jika frekuensi kerja adalah 1000
rad/s.
b). Berapakah impedansinya jika frekuensi kerja adalah 4000
rad/s.
c). Berapakah impedansinya jika frekuensi kerja adalah 1 kHz.
10. Pada hubungan seri antara resistor 50 dengan induktor 50 mH
diterapkan tegangan 10cos1000t V. Berapakah arus yang
mengalir ? Gambarkan diagram fasornya.
11. Pada hubungan paralel antara resistor 1 k dengan kapasitor 0,2
F diterapkan tegangan 40cos1000t V. Berapakah arus yang
mengalir di masing-masing elemen ? Gambarkan diagram
fasornya.
12. Pada hubungan seri antara resistor 400 dengan induktor 2 H,
diterapkan tegangan 380cos300t V. Berapakah tegangan di
masing-masing elemen ? Gambarkan diagram fasornya.
13. Pada rangkaian berikut, hitunglah impedansi yang terlihat dari
terminal A-B, jika frekuensi adalah 1000 rad/s.

A
50 40F 0,1H
20F
20
B

21
14. Pada rangkaian berikut, hitunglah impedansi yang terlihat dari
terminal A-B, jika frekuensi adalah 1000 rad/s.

A
0,3H 1,6H
20F 1,2k
B
15. Pada rangkaian berikut, hitunglah impedansi yang terlihat dari
terminal A-B, jika frekuensi adalah 50Hz.

A
10F 10F
1H 200
B

22 Sudaryatno Sudirham, Analisis Rangkaian Listrik (1)


23

You might also like