Professional Documents
Culture Documents
MAKALAH
oleh
Kelompok 5
MAKALAH
oleh
Kelompok 5
Winda Mufidayani 152310101101
Ifka Wardaniyah 151010101114
Anggi Sulistiyani 151010101248
Joko Anang Susanto 151010101311
ii
HALAMAN PENGESAHAN
Makalah ini disusun dengan pemikiran sendiri, bukan hasil jiplakan atau
reproduksi ulang makalah yang telah ada.
Ketua Kelompok,
Anggi Sulistiyani
NIM 152310101248
iii
Puji syukur kejadirat Allah SWT, atas segala rahmat dan karunia-Nya
sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah yang berjudul Asuhan
Keperawatan Pada Pasien Dengan Osteomilitis. Makalah ini disusun untuk
memenuhi tugas mata kuliah Keperawatan Medikal pada Program Studi Ilmu
Keperawatan Universitas Jember.
Penyusunan makalah ini tidak lepas dari bantuan berbagai pihak. Oleh
karena itu, penulis menyampaikan terima kasih kepada:
1. Ns. Jon Hafan S, M.Kep., Sp.Kep.MB selaku dosen penanggung jawab
mata kuliah Keperawatan Medikal
2. Ns. Mulia Hakam, M.Kep.,Sp.Kep.MB selaku dosen pembimbing mata
kuliah Keperawatan Medikal yang telah membimbing dalam penulisan
makalah ini
3. Rekan rekan anggota kelompok yang telah bekerja sama menyelesaikan
makalah
Penulis juga menerima segala kritik dan saran dari semua pihak demi
kesempurnaan makalah ini. Akhirnya penulis berharap, semoga makalah ini dapat
bermanfaat.
Penulis
iv
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN SAMPUL ................................................................................ i
HALAMAN JUDUL ................................................................................... ii
HALAMAN PENGESAHAN ..................................................................... iii
PRAKATA ................................................................................................... iv
DAFTAR ISI ................................................................................................ v
BAB 1. PENDAHULUAN .......................................................................... 1
1.1 Latar Belakang ........................................................................ 1
1.2 Tujuan ...................................................................................... 2
1.2.1 Tujuan Umum.................................................................. 2
1.2.2 Tujuan Khusus ................................................................. 2
BAB 2. KONSEP DASAR PENYAKITOSTEOMILITIS ....................... 3
2.1 Anatomi dan Fisiologi ............................................................ 3
2.1.1 Anatomi .......................................................................... 3
2.1.2 Fisiologi ........................................................................... 4
2.2 Pengertian/Definisi.................................................................. 5
2.3 Epidemiologi ............................................................................ 5
2.4 Etiologi ..................................................................................... 6
2.5 Faktor Risiko ........................................................................... 8
2.6 Klasifikasi ................................................................................ 9
2.7 Patofisiologi ............................................................................. 9
2.8 Manifestasi Klinis ................................................................... 11
2.9 Pemeriksaan Diagnostik ......................................................... 12
2.10 Pemeriksaan Penunjang ...................................................... 12
2.11 Penatalaksanaan .................................................................. 13
2.12 Pathway .................................................................................. 15
BAB 3. KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN OSTEOMILITIS
3.1 Pengkajian ............................................................................... 17
3.1.1 Anamnesa ....................................................................... 17
v
3.1.2 Pemeriksaan Fisik (Sistem Tubuh) ................................. 18
3.1.3 Pengkajian Pola Gordon ................................................. 19
3.1.4 Pemeriksaan Penunjang .................................................. 20
3.2 Diagnosa Keperawatan (NANDA) ........................................ 20
3.3 Perencanaan Keperawatan/Intervensi (NOC/NIC) ............. 23
3.4 Implementasi Keperawatan ................................................... 32
3.5 Evaluasi Keperawatan (SOAP).................................................. 36
BAB 4. PENUTUP ....................................................................................... 39
3.1 Kesimpulan .............................................................................. 39
3.2 Saran ........................................................................................ 39
DAFTAR PUSTAKA .................................................................................. 4
vi
BAB 1. PENDAHULUAN
1
tahun, yang paling sering ditemukan itu Staphylococcus aureus, Streptococcus
pyogenes, dan Haemophilus influenzae (Calhoun, 2009., Kremers, 2015).
Berdasarkan penyebaran kasus dan penyebab osteomilitis diatas, kelompok
akan membantu dalam penjabaran lebih lanjut mengenai konsep dasar secara
menyeluruh tentang osteomilitis. Perencanaan keperawatan diperlukan dalam
melakukan tindakan kesehatan untuk menangani apabila terdapat kasus dengan
tanda gejala osteomilitis, sehingga kelompok menyusun makalah yang berjudul
Asuhan Keperawatan pada Pasien dengan Osteomielitis. Harapannya semoga
makalah ini dapat menambah wawasan dan ilmu pengetahuan baik dari penulis
maupun pembaca.
1.2 Tujuan
1.2.1 Tujuan Umum
Untuk mengetahui asuhan keperawatan pada pasien dengan osteomilitis
1.2.2 Tujuan Khusus
1. Mahasiswa diharapkan dapat mengetahui definisi dari osteomilitis
2. Mahasiswa diharapkan dapat mengetahui etiologi dari osteomilitis
3. Mahasiswa diharapkan dapat mengetahui tanda & gejala osteomilitis
4. Mahasiswa diharapkan dapat mengetahui patofisiologi dari osteomilitis
5. Mahasiswa diharapkan dapat mengetahui penatalaksanaan medis dari
osteomilitis
1.3 Manfaat
1.3.2 Mahasiswa dapat mengetahui definisi dari osteomilitis
1.3.3 Mahasiswa dapat mengetahui etiologi dari osteomilitis
1.3.4 Mahasiswa dapat mengetahui tanda & gejala dari osteomilitis
1.3.5 Mahasiswa dapat mengetahui patofisiologi dari osteomilitis
1.3.6 Mahasiswa dapat mengetahui penatalaksanaan medis dari osteomilitis
2
BAB 2. TINJAUAN TEORI
sumber : http://slideplayer.com/slide/4228655/
sumber : http://orthotips.com/10-bone-structure-function
3
2.1.1 Struktur Tulang (Katrin, 2014)
1. Jaringan tulang padat (Compact bone) : bersifat padat dan keras, berfungsi
melindungi bagian dalam tulang.
Tulang kompak terdiri dari sistem-sistem Havers. Setiap sistem Havers terdiri
dari saluran Havers (Canalis= saluran) yaitu suatu saluran yang sejajar dengan
sumbu tulang, di dalam saluran terdapat pembuluh-pembuluh darah dan saraf.
Disekeliling sistem havers terdapat lamela-lamela yang konsentris dan berlapis-
lapis. Lamela adalah suatu zat interseluler yang berkapur. Pada lamela terdapat
rongga-rongga yang disebut lacuna. Di dalam lacuna terdapat osteosit. Dari
lacuna keluar menuju ke segala arah saluran-saluran kecil yang disebut canaliculi
yang berhubungan dengan lacuna lain atau canalis Havers. Canaliculi penting
dalam nutrisi osteosit. Di antara sistem Havers terdapat lamela interstitial yang
lamella- lamelanya tidak berkaitan dengan sistem Havers.
4
trabeculae, rongga terisi dengan sumsung tulang dan pembuluh darah. pembuluh
darah terhubung dengan Volkmans dan Haversian Canals.
5
2.1.4 Membran Tulang
1. Permukaan eksternal dan internal tulang dilindungi oleh membran:
periosteum dan endosteum.
2. Kedua membran tersebut mengandung osteoblasts and osteoclasts yang
berperan dalam pertumbuhan, perbaikan dan mempertahankan fungsi tulang.
3. Periosteum (peri = melapisi, osteo = tulang) terletak pada bagian luar tulang
yang tidak memiliki cartilage dan dilalui oleh pembuluh darah, limfa dan
syaraf yang berpentrasi ke dalam tulang.
4. Endosteum: (endo = bagian dalam, osteo = tulang): membran osteogenik
seperti halnya periosteum yang mengandung osteocytes and osteoclasts.
5. Endosteum melapisi bagian dalam tulang yang mengandung sum sum atau
pembuluh darah (marrow and/or blood vessels).
6
darah, penyebaran lokal dari sumber infeksi dan osteomielitis sekunder yang
terkait dengan insufisiensi vaskular. (Mehra dkk., 2013)
Osteomielitis adalah infeksi tulang yang di sebabkan oleh bakteri piogenik
(Overdoff, 2002:571). Menurut Bruce, osteomielitis merupakan infeksi pada
tulang yang disebabkan oleh mikroorganisme. Osteomyelitis adalah infeksi dari
jaringan tulang yang mencakup sumsum dan atau kortek tulang dapat berupa
infeksi masuk dari luar tubuh (eksogen) atau infeksi yang berasal dari dalam
tubuh (hemotogen) (Reeves, 2001:257).
Menurut Wirganowicz, 1999, Lazzarini dkk, 2004 terapi osteomielitis kronis
mencakup drainase yang adekuat, debridement yang cermat, penanganan terhadap
ruang kosong (dead space), penanganan luka (soft tissue coverage), dan terapi
antibiotik yang spesifik. Semua sequestrum harus dibuang, dan semua jaringan mati
harus di kuret dari medula. Bila sequestrum terdapat di dalam involucrum atau kanal
medulla, buat jendela pada korteks tulang dengan bor dan osteotome (Spiegel &
Penny, 2005). Jaringan yang hidup harus terdapat pada batas reseksi. Tulang yang
hidup ditandai dengan titik-titik perdarahan (paprika sign) (Wirganowicz, 1999,
Patzakis dkk, 2005).
.
2.3 Epidemiologi
Osteomilitis sering ditemukan pada usia 10 20 tahun . Tetapi dapat pula
ditemukan pada bayi dan infant. Anak laki laki lebih sering terserang osteomilitis
dibanding anak perempuan (4:1) karena aktivitasnya yang lebih sering terpapar
dengan dunia luar. Lokasi yang tersering adalah tulang panjang seperti femur,
tibia, radius, humerus, ulna,dan fibula. (Anonim, 2013)
Organisme utama penyebab infeksi ini adalah Staphylococcus aureus ,
organisme tersebut ditemukan baik sendiri maupun kombinasi dengan patogen
yang lain pada 65% hingga 70% pasien. Pseudomonas aeruginosa merupakan
penyebab tersering kedua, ditemukan pada 20% hingga 37% pasien .
Osteomielitis biasanya terdapat lebih dari satu organisme pada 32% hingga
70% pasien . Atypical mycobacteria atau jamur dapat menjadi patogen pada
pasien dengan immunocompromised. Adanya implant dapat mendukung
terjadinya perlengketan mikroba dan pembentukan biofilm , dan dapat
mengganggu proses fagositosis sehingga mempermudah terjadinya infeksi.
7
Menghilangkan biofilm dengan cara mengeluarkan implant dan debridemen
jaringan mati diperluka n dalam pengobatan infeksi yang sukses.
Insidensi:
1. Kejadian tahunan osteomielitis pediatrik adalah sekitar 13 per 100.000
individu.
2. Kejadian tahunan pada osteomielitis dewasa adalah sekitar 90 per 100.000
individu.
Usia:
1. Osteomielitis terjadi pada semua kelompok usia pasien.
2. Hematomi osteomielitis terjadi terutama pada anak-anak dan pasien lanjut
usia.
3. Bentuk paling umum dari penyakit pada orang dewasa adalah osteomielitis
karena infeksi yang berdekatan, akibat trauma atau pembedahan.
4. Osteomielitis vertebra biasanya terjadi pada pasien berusia di atas 50 tahun.
2.4 Etiologi
Patogen yang paling umum terjadi pada osteomielitis bergantung pada usia
pasien. Staphylococcus aureusis penyebab paling umum osteomielitis hematogen
akut dan kronis pada orang dewasa dan anak-anak. Streptococcus grup A,
Streptococcus pneumoniae, dan Kingella kingae adalah patogen paling umum
berikutnya pada anak-anak. Infeksi streptokokus grup B terjadi terutama pada
bayi yang baru lahir. Pada orang dewasa, S. aureus adalah patogen yang paling
umum pada infeksi sendi tulang dan prostetik. (Gutierrez, 2012)
Semakin banyak, S. aureus resisten methicillin (MRSA) diisolasi dari
pasien osteomielitis. Dalam beberapa penelitian, MRSA menyumbang lebih dari
sepertiga isolat stafilokokus. Pada kasus yang lebih kronis yang mungkin
disebabkan oleh infeksi bersebelahan, Staphylococcus epidermidis, Pseudomonas
aeruginosa Serratia marcescens, dan Escherichia coli dapat diisolasi. Infeksi jamur
dan mikobakteri telah dilaporkan pada pasien dengan osteomielitis, namun ini
jarang terjadi dan umumnya ditemukan pada pasien dengan gangguan fungsi
kekebalan tubuh. (Gutierrez, 2012)
8
2.5 Klasifikasi
Menurut (Henderson, 1997) diklasifikasikan ada dua macam osteomielitis, yaitu:
1. Osteomielitis Primer ,yaitu Osteomyelitis primer disebabkan penyebaran
secara hematogen dari fokus lain. Osteomyelitis primer disebabkan oleh
implantasi mikroorganisme secara langsung ke dalam tulang dan
biasanya terbatas pada tempat tersebut. Fraktur terbuka (compound
fracture), luka tembus (terutama disebabkan oleh senjata api), dan
operasi bedah pada tulang merupakan kausa-kausa tersering. Terapi
operatif biasanya perlu dilakukan, terapi dengan obat antimikroba hanya
sebagai pembantu saja.
2. Osteomielitis Sekunder yaitu Osteomyelitis sekunder (perkontinuitatum /
hematogen akut) yang disebabkan penyebaran kuman dari sekitarnya,
seperti bisul dan luka; melalui aliran darah. Osteomielitis sekunder dapat
disebabkan oleh perluasan infeksi secara langsung dari jaringan lunak di
dekatnya atau dari arthritis septic pada sendi yang berdekatan. Infeksi di
jaringan lunak kaki atau tangan, terutama di jari kaki atau jari tangan
dapat menjalar ke dalam tulang dan menyebabkan osteomielitis.
Panarisium subkutan menyebabkan osteomielitis falang terminal. Yang
sering ditemukan adalah osteomielitis tulang tangan atau kaki karena
neuropati perifer, misalnya pada lepra atau diabetes mellitus
9
tumbuh dengan cepat dan metafisis menyebabkan thrombosis dan
nekrosis local serta pertumbuhan bakteri pada tulang itu sendiri.
Osteomielitis hematogen akut mempunyai perkembangan klinis dan
onset yang lambat.
b. Osteomielitis direk
Disebabkan oleh kontak langsung dengan jaringan atau bakteri akibat
trauma atau pembedahan. Osteomielitis direk adalah infeksi tulang
sekunder akibat inokulasi bakteri yang menyebabkan oleh trauma, yang
menyebar dari focus infeksi atau sepsis setelah prosedur pembedahan.
Manifestasi klinis dari osteomielitis direk lebih terlokasasi dan
melibatkan banyak jenis organisme.
2. Osteomielitis sub-akut
Yaitu osteomielitis yang terjadi dalam 1-2 bulan sejak infeksi pertama atau
sejak penyakit pendahulu timbul. Osteomielitis kronis Osteomyelitis akut
yang tidak diterapi secara adekuat, akan berkembang menjadi osteomyelitis
kronik. Organisme yang biasa berperan adalah Staphylococcus aureus
(75%), Escherichia coli, Streptococcus pyogenes, Proteus, dan
Pseudomonas. Kebanyakan penyebab dari osteomielitis polimikroba.
Kadang-kadang infeksi ini tidak terdeteksi selama bertahun-tahun dan tidak
menimbulkan gejala selama beberapa bulan atau beberapa tahun. Destruksi
tulang tidak hanya pada fokus infeksi tetapi meluas. Kavitas berisi potongan
tulang mati (sekuestra) yang dikelilingi jaringan vaskular, dan di luar
jaringan vaskular tersebut ada daerah sklerosis, hasil dari reaksi kronis
pembentukan tulang baru. Sekuester berperan sebagai substrat bagi adesi
bakteri, lama-kelamaan terbentuk sinus. Destruksi tulang dan dengan
meningkatnya sklerosis berakibat terjadinya fraktur patologis. Gambaran
histologis berupa sebukan sel radang kronis di sekitar daerah aselular tulang
atau sekuestra
2.6 Patofisiologi
Osteomielitis adalah infeksi tulang yang dapat terjadi pada sembarang
tulang dalam tubuh. Lokasi paling umum adalah femur dan tibia. Humerus dan
10
pinggul jarang terkena. Tengkorak adalah lokasi umum terjadinya osteomieitis
pada bayi. Umumnya terdapat sebuah keadaan predisposisi seperti gizi atau
higiene yang buruk.
Emboli bakteri sampai pada arteri kecil di metafisis, dimana sirkulasinya
lambat. Kemudian, terbentuklah sebuah abses yang menggantikan tulang,
menyebabkan peningkatan tekanan dan nekrosis sekunder. Abses ini akhirnya
ruptur di dalam ruang subperiosteal. Infeksi ini menyebar dibawah poriosteum,
mengakibatkan trombosis pembuluh darah dan menambah nekrosis. Kemudian
terjadi gangguan siklus sirkulasi. Dapat terbentuk sebuah sinus dan
menyebabkan artritis septik. Kondisi ini dapat menjadi kronik dan cukup resisten
terhadap terapi, serta seringkali memerlukan intervensi bedah. Epifisis umumnya
tidak terkena karena memiliki sirkulasi yang terpisah.
Berbagai organisme dapat menyebabkan osteomielitis, baik secara langsung
( eksogen ) atau melalui darah dari infeksi di tempat lain ( hematogen ) ;yang
termasuk sumber eksogen adalah luka tembus, fraktur terbuka, kontaminasi
selama pembedahan, atau perluasan sekunder melalu abses, luka bakr, atau luka
biasa. Rute hematogen biasanya lebih umum terjadi ; yang termasuk sumber
hematogen adalah furunkel, abrasi kulit, infeksi saluran perrnapasan atas, otitis
media, abses gigi, dn pielonefritis. Bentuk hematogen seringkali bersifat subakut
karena infeksi yang mendahuluinya sering sudah diobati dengan antibiotik.
a) Insiden osteomielitis tertinggi ditemukan pada usia 5 sampai 14 tahun
b) Terdapat 2 kali lebih banyak pada laki-laki dari pada perempuan
11
diatas tulang bisa mengalami luka dan membengkak, dan pergerakan akan
menimbulkan nyeri.Infeksi tulang belakang biasanya timbul secara bertahap,
menyebabkan nyeri punggung dan nyeri tumpul jika disentuh. Nyeri akan
memburuk bila penderita bergerak dan tidak berkurang dengan istirahat.
Infeksi tulang yang disebabkan oleh infeksi jaringan lunak di dekatnya
atau yang berasal dari penyebaran langsung, menyebabkan nyeri dan
pembengkakan di daerah diatas tulang, dan abses bisa terbentuk di jaringan
sekitarnya. Infeksi ini tidak menyebabkan demam, dan pemeriksaan darah
menunjukkan hasil yang normal.Penderita yang mengalami infeksi pada sendi
buatan atau anggota gerak, biasanya memiliki nyeri yang menetap di daerah
tersebut.Jika suatu infeksi tulang tidak berhasil diobati, bisa terjadi osteomielitis
menahun (osteomielitis kronis).Kadang-kadang infeksi ini tidak terdeteksi selama
bertahun-tahun dan tidak menimbulkan gejala selama beberapa bulan atau
beberapa tahun.
Osteomielitis menahun sering menyebabkan nyeri tulang, infeksi jaringan
lunak diatas tulang yang berulang dan pengeluaran nanah yang menetap atau
hilang timbul dari kulit. Pengeluaran nanah terjadi jika nanah dari tulang yang
terinfeksi menembus permukaan kulit dan suatu saluran (saluran sinus) terbentuk
dari tulang menuju kulit.
b. Manifstasi terlokalisisr
1. Osteomyelitis hematogenus tulang panjang
Demam yang memiliki onset tiba-tiba tinggi (demam hanya terdapat
dalam 50% dari osteomielitis pada neonates)
Kelelahan
Rasa tidak nyaman
Irritabilitas
Keterbatasan gerak (pseudoparalisis anggota badan pada neonates)
Edema lokal, eritema dan nyeri.
12
Diduga berhubungan dengan insufisiensi pembuluh darah
disampingnya
Edema lokal, eritema dan nyeri
Kegagalan pada anak-anak untuk berdiri secara normal.
3. Osteomyelitis kronik
Ulkus yang tidak sembuh
Drainase saluran sinus
Kelelahan kronik
Rasa tidak nyaman
Drainase saluran sinus (biasanya ditamukan pada stadium lanjut atau
jika terjadi infeksi kronis).
13
Pemeriksaan photo polos dalam 10 hari pertama tidak ditemukan
kelainan radiologik. Setelah 2 minggu akan terlihat berupa refraksi
tulang yang bersifat difus dan kerusakan tulang dan pembentukan
tulang yang baru.
B. Pemeriksaan Laboratorium
a. Pemeriksaan darah lengkap
b. Kultur
Kultur dari luka superficial atau saluran sinus sering tidak berkorelasi
dengan bakteri yang menyebabkan osteomielitis dan memiliki penggunaan
yang terbatas. Darah hasil kultur, positif pada sekitar 50% pasien dengan
osteomielitis hematogen. Bagaimanapun, kultur darah positif mungkin
menghalangi kebutuhan untuk prosedur invasif lebih lanjut untuk
mengisolasi organisme. Kultur tulang dari biopsi atau aspirasi memiliki
hasil diagnostik sekitar 77% pada semua studi.
C. Pemeriksaan Radiologi
a. Foto polos
Pada osteomielitis awal, tidak ditemukan kelainan pada pemerikSosaan
radiograf. Setelah 7-10 hari, dapat ditemukan adanya area osteopeni, yang
mengawali destruksi cancellous bone. Seiring berkembangnya infeksi,
14
reaksi periosteal akan tampak, dan area destruksi pada korteks tulang
tampak lebih jelas. Osteomielitis kronik diidentifikasi dengan adanya
detruksi tulang yang masif dan adanya involukrum, yang membungkus
fokus sklerotik dari tulang yang nekrotik yaitu sequestrum.
Infeksi jaringan lunak biasanya tidak dapat dilihat pada radiograf kecuali
apabila terdapat oedem. Pengecualian lainnya adalah apabila terdapat
infeksi yang menghasilkan udara yang menyebabkan terjadinya gas
gangrene. Udara pada jaringan lumak ini dapat dilihat sebagai area
radiolusen, analog dengan udara usus pada foto abdomen.
b. Ultrasound
c. Radionuklir
Untuk pencitraan nuclir, Technetium Tc-99m metilen difosfonat
adalah agen pilihan utama. Sensitivitas pemeriksaan ini terbatas pada
minggu pertama dan sama sekali tidak spesifik. Jarang dipakai untuk
mendeteksi osteomielitis akut. Pencitraan ini sangat sensitif namun tidak
spesifik untuk mendeteksi infeksi tulang. Umumnya, infeksi tidak bisa
15
dibedakan dari neoplasma, infark, trauma, gout, stress fracture, infeksi
jaringan lunak, dan artritis. Namun, radionuklir dapat membantu untuk
mendeteksi adanya proses infeksi sebelum dilakukan prosedur invasif
dilakukan.
d. CT Scan
CT scan dapat menggambarkan kalsifikasi abnormal, osifikasi dan
ketidaknormalan intrakortikal. CT scan mungkin dapat membantu dalam
mengevaluasi lesi pada tulang vetebra. CT scan juga lebih unggul dalam
area dengan anatomi yang kompleks, contohnya pelvis, sternum, dan
calcaneus. 6 CT scan dengan potongan koronal dan sagital berguna untuk
menidentifikasi sequestra pada osteomielitis kronik. Sequestra akan
tampak lebih radiodense dibanding involukrum disekelilingnya.
e. MRI
Magnetic resonance imaging (MRI) sangat membantu dalam mendeteksi
osteomielitis. MRI lebih unggul jika dibandingkan dengan radiografi, CT
scan dan scintigrafi tulang MRI memiliki sensitifitas 90-100% dalam
mendeteksi osteomielitis. MRI juga memberikan gambaran resolusi ruang
anatomi dari perluasan infeksi. MRI efektif dalam deteksi dini dan
lokalisasi operasi osteomyelitis. Penelitian telah menunjukkan
keunggulannya dibandingkan dengan radiografi polos, CT, dan scanning
radionuklida dan dianggap sebagai pencitraan pilihan. Sensitivitas berkisar
antara 90-100%. Tomografi emisi positron (PET) scanning memiliki
akurasi yang mirip dengan MRI.
Tiga fase scan tulang, scan gallium dan scan sel darah putih menjadi
pertimbangan pada pasien yang tidak mampu melakukan pencitraan MRI.
Sebuah fase tiga scan tulang memiliki sensitivitas yang tinggi dan
spesifisitas pada orang dewasa dengan temuan normal pada radiograf.
Spesifisitas secara dramatis menurun dalam pengaturan operasi
16
sebelumnya atau trauma tulang. Dalam keadaan khusus, informasi
tambahan dapat diperoleh dari pemindaian lebih lanjut dengan leukosit
berlabel dengan 67 gallium dan / atau indium 111.
1. Penatalaksanaan Medis
Penatalaksanaan medis osteomielitis menurut Rasjad (1998) dan Tucker
(1998) adalah sebagai berikut :
a) Pemberian antibiotik yang bertujuan untuk : mencegah terjadinya
penyebaran infeksi pada tulang yang sehat dan mengontrol ekserbasi
akut.
b) Tindakan operatif dilakukan bila fase ekserbasi akut telah reda setelah
pemberian antibiotik yang adekuat. Operasi yang dilakukan bertujuan
untuk : mengeluarkan seluruh jaringan nekrotik, baik jaringan lunak
maupun jaringan tulang (sekuestrum) sampai ke jaringan sehat
lainnya, yang selanjutnya dilakukan drainase dan irigasi secara
kontinue selama beberapa hari, (adakalanya diperlukan penanaman
rantai antibiotik di dalam bagian tulang yang terinfeksi) dan sebagai
dekompresi pada tulang dan memudahkan antibiotik mencapai sasaran
serta mencegah penyebaran osteomielitis lebih lanjut.
c) Pemberian cairan parenteral / intravena dan kalau perlu tranfusi darah.
2. Penatalaksanaan Keperawatan
17
a) Dapat dilakukan rendaman salin selama beberapa kali selama 20
menit perhari untuk meningkatkan aliran darah.
b) Kompres : hangat, atau selang seling hangat dan dingin.
c) Perawat mendorong anak untuk melakukan ROM, latihan isotonic dan
isometric untuk menjaga kekuatan otot dan fleksibilitas sendi.
d) teknik relaksasi, untuk mengurangi nyeri dan meningkatkan
kenyamanan anak.
3. Penatalaksanaan fisioterapi
Terapi ditunjukan untuk mengurangi gejala, mempertahankan
(mengembalikan) fungsi, dan menekan proses penyakit yang mendasari.
Biasanya dilakukan terapi okupasi berfungsi untuk meningkatkan ruang
gerak sendi, kekuatan otot dan koordinasi gerak
18
2.10 Pathway
19
2.11 Proses Asuhan Keperawatan Secara Teoritis
2.11.1 Pengkajian
A. Identifikasi
Identifikasi klien Terdiri dari nama, jenis kelamin, usia, status perkawinan,
agama, suku bangsa, pendidikan,bahasa yang digunakan, pekerjaan dan
alamat.
Umur : pada umumnya osteomilitis terjadi pada segala
usia
Jenis Kelamin : dapat terjadi disegala jenis kelamin
B. Data Medik
1. Dikirim oleh :
UGD*
Dokter praktik*
2. Diagnosa Medis :
Saat masuk :
Saat pengkajian :
C. Riwayat Kesehatan Sekarang
1. Riwayat keperawatan
a. Keluhan Utama
Pada umumnya keluhan yang dirasakan adalah adanya nyeri dengan
skala tinggi sehingga pasien sudah tidak dapat mentolerir.
b. Riwayat kesehatan masa lalu
Identifikasi adanya trauma tulang: fraktur terbuka atau infeksi
lainnya (bakteri pneumonia,sinusitis,kulit atau infeksi gigi dan
infeksi saluran kemih) pada masa lalu. Tanyakan mengenai riwayat
pembedahan tulang.
c. Riwayat kesehatan sekarang:
Biasanya klien dating ke RS dengan keluhan awitan gejala akut(
misalnya nyeri local, pembengkakan, eritema, demam) atau
kambuhan keluarnya pus dari sinus disertai nyeri, pembengkakan
dan hambatan mobilitas fisik.
20
d. Riwayat kesehatan keluarga
Adakah dalam keluarga yang menderita penyakit keturunan, namun
biasanya tidak ada penyakit osteomilitis yang diturunkan.
e. Riwayat psikososial
Kaji adanya depresi, marah ataupun stress.
D. Pemeriksaan Fisik
a. Rambut
Biasanya kulit kepala bersih, tidak berbau
b. Wajah
Biasanya tidak terdapat odema
c. Mata
Biasanya simetris kiri dan kanan
d. Hidung
Biasanya tidak ada lendir, tdak menggunakan alat bantu nafas
e. Telinga
Biasanya simetris kiri dan kanan
f. Mulut
Biasanya tidak berbau, tidak ada caries
g. Lidah
Biasanya bersih
h. Leher
Biasanya tidak ada terjadi peradangan pada tonsil , dan tidak terjadi kaku
kuduk
i. Thorak
Biasanya dada simetris kiri dan kanan, fremitus simetris kiri dan kanan,
biasanya terdapat bunyi sonor
i. Jantung
21
Biasanya ictus cordis terlihat, biasanya ictus teraba, biasanya terdapat
bunyi pekak, bisanya BJ1 dan BJ2 teratur, tidak ada murmur/tidak ada
bunyi tambahan
j. Abdomen
Biasanya abdomen klien simetris kiri dan kanan, tidak ada ancietas,
biasanya bising usus normal, biasanya tidak terdapat nyeri tekan dan nyeri
lepas, biasanya bunyi tympani
l. Genita urinaria
Biasanya tidak terdapat gangguan eliminasi dan tidak terpasang khateter
m. Ekstremitas
n. Neorologis
Biasanya kesadaran klien baik dan peka terhadap ransangan
a. Nutrisi
1. Makanan
2. Minuman
22
Sehat: biasanya 8-9 jam sehari
2.11.2 Diagnosa
2.11.3 Intervensi
Tujuan & Kriteria
No. Diagnosa Keperawatan Intervensi
Hasil
1. Nyeri berhubungan Setelah dilakukan 1. Pertahankan
dengan peradangan dan perawatan: imobilisasi bagian
pembengkakan 1. klien dapat yang sakit dengan
mengontrol nyeri. tirah baring.
2. Klien tampak 2. Monitor tanda
rileks tanda vital
3. Klien 3. Tinggikan
mengatakan nyeri ekstermitas yang
berkurang. mengalami nyeri.
23
4. Hindari penggunaan
sprei atau bantal
plastic dibawah
ekstermitas yang
mengalami nyeri.
5. Evaluasi keluhan
nyeri atau ketidak
nyamanan.
Perhatikan lokasi dan
karakteristik,
termasuk intensitas
(skala nyeri 1-10).
Perhatikan petunjuk
nyeri perubahan pada
tanda vital dan emosi
atau perilaku.
6. Dorong pasien untuk
mendiskusikan
masalah sehubungan
dengan infeksi pada
tulang.
7. Lakukan dan awasi
latihan rentang gerak
pasif atau akfif.
8. Beri alternative
tindakan
kenyamanan seperti
pijatan, punggung
atau perubahan
posisi.
9. Dorong
menggunakan tehnik
24
managemen stress,
seperti relaksasi
progresif, latihan
napas dalam,
imajinasi visualisasi,
dan sentuhan
terapeutik.
10. Selidiki adanya
keluhan nyeri yang
tak biasa atau tiba-
tiba, lokasi progresif
atau buruk tidak
hilang dengan
analgesik.
11. Jelaskan prosedur
sebelum melakukan
tindakan
keperawatan.
12. Lakukan kompres
dingin 24-48 jam
pertama dan sesuai
kebutuhan.
Kolaborasi :
13. Berikan obat
analgesik seperti
hidroksin,siklobenza
prin sesuai indikasi.
14. Awasi analgesic
yang diberikan.
25
fisik berhubungan perawatan: mobilitas yang
dengan nyeri, alat 1. Klien mampu dihasilkan adalah
imobilisasi dan Meningkatkan cedera atau
keterbatasan menahan atau pengobatan dan
beban berat badan. mempertahankan perhatikan persepsi
mobilitas. pasien terhadap
2. Klien mampu mobilisasi.
mempertahankan 2. Bantu atau dorong
posisi perawatan diri atau
fungsional. keberihan diri.
3. Klien mampu 3. Awasi tanda tanda
meningkatkan vital kliean darah
kekuatan atau klien dengan
fungsi yang sakit melakukan aktivitas
dan fisik, perhatikan
mengkompensasi keluhan pusing.
kan bagian 4. Tempatkan dalam
tubuh. posisi terlentang
atau posisi nyaman
dan ubah posisi
secara periodic.
5. Awasi kebiasaan
eliminasi dan
berikan ketentuan
defekasi rutin.
6. Berikan atau bantu
mobilisasi dengan
kursi roda, kruk,
tongkat sesegera
mungkin.
7. Konsul dengan ahli
terapi fisik atau
26
rehabilitasi
spesialis.
8. Rujuk ke perawat
spesialis psikiatrik
klinik atau ahli
terapi sesuai
indikasi.
9. Pertahankan tirah
baring dalam posisi
yang di
programkan.
10. Tinggikan
ekstremitas yang
sakit.
11. instruksikan klien /
bantu dalam latihan
rentang gerak pada
ekstremitas yang
sakit dan tak sakit.
12. Beri penyanggah
pada ekstremitas
yang sakit pada saat
bergerak.
13. Jelaskan pandangan
dan keterbatasan
dalam aktivitas.
27
2. tidak terjadinya peningkatan nyeri
infeksi yang atau rasa terbakar
berkepanjangan. atau adanya edema
atau eritema atau
drainase atau bau
tidak sedap.
3. Berikan perawatan
luka.
4. Observasi luka
untuk pembentukan
bula, perubahan
warna kulit
kecoklatan bau
drainase yang tidak
enak atau asam.
5. Kaji tonus otot,
reflek tendon.
6. Selidiki nyeri tiba-
tiba atau
keterbatasan
gerakan dengan
edema lokal atau
enterna ekstermitas
cedera.
7. Berikan obat atau
antibiotik sesuai
indikasi
8. Awasi pemberian
antibiotik
28
dengan efek pembedahan 1. Pertumbuhan asing kemudian
; imobilisasi. jaringan perdarahan dan
meningkat. perubahan warna
2. Keadaan luka kulit.
membaik. 2. Pertahankan tempat
3. Pengeluaran pus tidur kering dan
pada luka tidak bebas kerutan.
ada lagi. 3. Tempatkan
4. Luka menutup bantalan air atau
bantalan lain
dibawah siku atau
tumit sesuai
indikasi.
4. Perawatan,
bersihkan kulit
dengan sabun air,
gosok perlahan
dengan alcohol atau
bedak dengan
jumlah sedikit berat.
5. Gunakan telapak
tangan untuk
memasang,
mempertahankan
atau lepaskan gips,
dan dukung bantal
setelah pemasangan.
6. Observasi untuk
potensial area yang
tertekan, khususnya
pada akhir dan
bawah beban atau
29
gips.
7. Kolaborasi
pemberian
antibiotik/antimikro
ba
8. Awasi pemberian
antibiotik/antimikro
ba
2.11.4 Implementasi
No. Diagnosa Implementasi
1. Nyeri berhubungan dengan 1. mempertahankan imobilisasi bagian
peradangan dan yang sakit dengan tirah baring.
pembengkakan. 2. memonitor tanda tanda vital
3. meninggikan ekstermitas yang
mengalami nyeri.
4. mengganti penggunaan sprei atau bantal
plastic dibawah ekstermitas yang
mengalami nyeri.
5. Melakukan evaluasi keluhan nyeri atau
ketidak nyamanan. Perhatikan lokasi
dan karakteristik, termasuk intensitas
(skala nyeri 1-10). Perhatikan petunjuk
nyeri perubahan pada tanda vital dan
emosi atau perilaku.
6. Membantu pasien untuk mendiskusikan
masalah sehubungan dengan infeksi
pada tulang.
7. Melakukan a dan mengawasi latihan
rentang gerak pasif atau akfif.
8. memberi alternative tindakan
30
kenyamanan seperti pijatan, punggung
atau perubahan posisi.
9. membantu menggunakan tehnik
managemen stress, seperti relaksasi
progresif, latihan napas dalam,
imajinasi visualisasi, dan sentuhan
terapeutik.
10. Melakukan evaluasi adanya keluhan
nyeri yang tak biasa atau tiba-tiba,
lokasi progresif atau buruk tidak hilang
dengan analgesik.
11. Menjelelaskan prosedur sebelum
melakukan tindakan keperawatan.
12. melakukan kompres dingin 24-48 jam
pertama dan sesuai kebutuhan.
Kolaborasi :
1. memberikan obat analgesik seperti
hidroksin,siklobenzaprin sesuai
indikasi.
2. mengawasi analgesic yang diberikan.
31
terlentang atau posisi nyaman dan
ubah posisi secara periodic.
5. mengawasi kebiasaan eliminasi dan
berikan ketentuan defekasi rutin.
6. memberikan atau bantu mobilisasi
dengan kursi roda, kruk, tongkat
sesegera mungkin.
7. konsultasi dengan ahli terapi fisik atau
rehabilitasi spesialis.
8. kolaborasi ke perawat spesialis
psikiatrik klinik atau ahli terapi sesuai
indikasi.
9. membantu tirah baring dalam posisi
yang di programkan.
10. Membantu tinggikan ekstremitas yang
sakit.
11. membantu dalam latihan rentang gerak
pada ekstremitas yang sakit dan tak
sakit.
12. memberi penyanggah pada ekstremitas
yang sakit pada saat bergerak.
13. mejelaskan pandangan dan
keterbatasan dalam aktivitas.
32
pembentukan bula, perubahan warna
kulit kecoklatan bau drainase yang
tidak enak atau asam.
5. mengkaji tonus otot, reflek tendon.
6. memantau nyeri tiba-tiba atau
keterbatasan gerakan dengan edema
lokal atau enterna ekstermitas cedera.
7. memberikan obat atau antibiotik sesuai
indikasi
8. mengawasi pemberian antibiotik
33
antibiotik/antimikroba
8. Mengawasi pemberian
antibiotik/antimikroba
2.11.5 Evaluasi
Proses evaluasi merupakan tindakan intelektual untuk melengkapi proses
keperawatan yang menandakan seberapa jauh diagnose keperawatan, rencana
tindakan dan perencanaan berhasil di capai.
Ada dua komponen untuk mengevaluasi kualitas tindakan :
1. Proses ( sumatif )
Fokusnya adalah aktifitas dari proses keperawatan dan kualitas tindakan evaluasi
dilaksanakan sesudah perencanaan keperawatan.
2. Hasil ( formatif )
Fokusnya adalah perubahan perilaku atau status kesehatan klien pada akhir
tindakan keperawatan.
Evaluasi yang dilakukan pada klien dengan osteomielitis meliputi :
a. Mengalami peredaan nyeri
1. Melaporkan berkurangnya nyeri.
2. Tidak mengalami nyeri tekan di tempat terjadinya infeksi.
3. Tidak mengalami ketidak nyamanan bila bergerak
b. Peningkatan mobilitas fisik
1. Berpartisipasi dalam aktifitas perawatan diri.
2. Mempertahankan fungsi penuh ekstermitas yang sehat.
3. Memperlihatkan penggunaan alat imobilisasi dan alat bantu dengan
aman
c. Tidak terjadi perluasan infeksi
1. Memakai antibiotic sesuai resep.
2. Suhu badan normal.
3. Tidak ada pembengkakan.
34
4. Tidak ada pus.
5. Angka leukosit dan laju endap darah (LED) kembali normal
d. Integritas kulit membaik
1. Menyatakan kenyamanan.
2. Mempertahankan intergritas kulit.
3. Mempertahankan proses penyembuhan dalam batas normal
35
BAB 3 ASUHAN KEPERAWATAN
3.1 Kasus
Tn.D (20 tahun, mahasiswa) datang ke IGD rumah sakit Cahaya Medika.
klien tampak meringis mengeluhkan nyeri pada bagian tungkai bawah kurang
lebih 5 hari . Keluarga mengatakan bahwa 1 tahun yang lalu Tn.D pernah
dioperasi karena mengalami kecelakaan dengan fraktur terbuka pada tungkai
bawah. sebelah kiri semenjak saat itu Tn.D tidak pernah melakukan atau
mengikuti kegiatan yang berat dan membutuhkan tenaga extra pada bagian kaki,
karena apabila mendapat sedikit beban saja, kakinya terasa cenat cenut. selama
kurang lebih 5 hari tersebut Tn.D jarang makan, hanya 2x sehari itupun hanya 5
sendok makan karena mengaku Tn.D tidak nafsu makan karena merasa nyeri.
dalam sehari klien hanya BAK 2-3x sehari sedangkan untuk BAB juga jarang.
Setelah dilakukan pemeriksaan, didapati skala nyeri yang dirasakan 7 dari rentang
0-10. Kulit tampak merah dan terdapat benjolan di area sekitar fraktur. Klien
mengeluhkan terasa cenut-cenut dan enggan banyak bergerak. Perawat mengkaji
akral pasien hangat dan bibir pasien tampak kering. Pada pemeriksaan TTV
didapatkan TD 130/90 mmhg, S 39o celcius, N 102x/menit, RR 26x/menit,
Leukosit = 10.000 g/dL, HB = 12 g/dL BB 55 kg TB 160 cm. Pada hasil foto scan
didapatkan penebalan periosteum, bone resorption (proses penyerapan tulang),
sklerosis sekitar tulang, dan involucrum (pembentukan tulang baru disekitar
osteomielitis akibat stimulasi periostenum).
3.2 Pengkajian
3.2.1 Identitas
Nama : Tn. D
Umur : 20 tahun
Jenis Kelamin : Laki-laki
Agama : Islam
Pendidikan : SMA
Pekerjaan : Mahasiswa
Suku/ bangsa : Jawa/ Indonesia
36
Alamat : Karangasem, Jember
Diagnosa Medis : Osteomilitis
Tanggal Masuk IGD : 2 Oktober 2017 pukul 09.00 WIB
Tanggal pengkajian : 2 Oktober 2017 pukul 12.00 WIB
Ruang Perawatan : Bangsal cempaka
Sumber Informasi : Keluarga dan pasien
3.2.2 Genogram
= Laki-laki = Perempuan
= garis pernikahan
1. Diagnosa Medik
Osteomielitis
2. Keluhan Utama
Tn D mengeluhan nyeri dengan skala 7 pada tungkai bawah
37
Pasien bernama Tn.D datang ke IGD RS Cahaya Medika dengan diagnosa
osteomilitis. Keluhan utama klien yaitu nyeri dengan skala 7 pada bagian
tungkai bawah sebelah kiri, terdapat benjolan di sekitar kaki, kaki terasa
cenut-cenut, akral hangat, dan bibir tampak kering. TD 130/90mmhg, suhu
39o celcius, dan N 102 x/m.
38
Interpretasi : Status nutrisi pasien / index massa tubuh pasien dalam
keadaan kategori normal
Keterangan :
Kurus : < 18,5
Normal : 23-27,4
Obesitas : >27,5
b. Biomedical sign :
HB : 11,5 (12,0 16,0 gr/dl)
SGOT : 28 (10-31 U / L)
SGPT : 16 (9-36 U / L)
GDS : 136 mg / dl
Interpretasi :
Tidak terdapat masalah karena nilai dalam rentang normal.
c. Clinical Sign :
Pasien tampak lemah
Interpretasi :
Penampakan tanda tanda fisik kurang.
e. Diet Pattern (intake makanan dan cairan)
Sebelum MRS : Makan 2x dalam sehari, 1 porsi, jenis : nasi, sayur, ikan,
tempe, minum, 1400 ml/hari
Setelah MRS : Makan 2x dalam sehari, porsi, minum 600 ml
Interprestasi :
Pasien beresiko mengalami kekurangan gizi
d. Pola Eliminasi
BAK : Pasien dapat BAK secara rutin tiap hari baik sebelum MRS maupun
setelah MRS.
No Pola Eliminasi Sebelum MRS Setelah MRS
1. Frekuensi 3-5 kali / hari 8 kali/hari
2. Jumlah 1500 1500 cc
39
3. Warna Jernih Kekuningan Jernih Kekuningan
4. Bau Bau khas urin : Amoniak Bau khas urin :
Amoniak
5. Karakter - -
6. Bj - -
7. Alat Bantu - -
8. Kemandirian Mandiri Dibantu Perawat
9. Lain-lain - -
40
Balance Cairan / 24 jam
Input / Masukan Jumlah Output/ Keluaran Jumlah
Minuman 600 cc Urin 1500 cc
Cairan Infus 500 cc IWL 264 cc
Water Metabolism 132 cc Total 1764 cc
Cairan dalam 100 cc
makanan
Injeksi Obat 12 cc
Total 1344 cc
Interpretasi :
Balance Cairan :
Input- Output
1344 - 1764= -420 cc
Pasien tidak kekurangan volume cairan sebanyak 420 cc
Makan / minum V
Toileting V
Berpakaian V
Mobilitas di tempat tidur V
Berpindah V
Ambulansi/ ROM V
Ket : 0: tergantung total, 1: dibantu petugas dan alat, 2: dibantu petugas, 3:
dibantu alat, 4 : mandiri
Sesudah sakit
Klien mengalami kelemahan dalam beraktivitas
41
c.1. Aktivitas Harian (Activity Daily Living)
Kemampuan 0 1 2 3 4
perawatan diri
Makan / minum V
Toileting V
Berpakaian V
Mobilitas di tempat V
tidur
Berpindah V
Ambulansi/ ROM V
Ket : 0: tergantung total, 1: dibantu petugas dan alat, 2: dibantu petugas, 3:
dibantu alat, 4 : mandiri
Interpretasi: klien tidak dapat melakukan aktivitas hariannya dengan baik
karena kondisi kaki yang masih nyeri dengan skala 7
Status Oksigenasi : Klien tidak mengalami sesak, tidak ada suara nafas
tambahan, frekuensi pernafasan : 22x/ menit. Pengembangan dada (+), otot
bantu pernafasan (-) , cuping hidung (-), auskultasi paru vesikuler.
interpretasi : klien tidak mengalami gangguan pernafasan
42
Lain- lain
43
Pola seksualitas
Hubungan dengan keluarga klien harmonis tampak orang tua menemani
pasien selama di RS
Fungsi reproduksi
Klien belum menikah
Interpretasi:
Tidak ada gangguan
j. Pola peran & hubungan
Keluarga mengatakan bahwa klien bekerja . klien memiliki hubungan baik
dengan keluarganya dan sebagai bapak klien dapat berperan dengan baik.
Interpretasi: tidak terdapat masalah
k. Pola manajemen koping stress
Pada saat seusai kecelakaan pasien mengatakan terbiasa sabar dan
merasakan nyeri. Yang pasien lakukan segera meminum obat dan cek up
ke dokter.
Interpretasi: koping stress yang dimiliki klien adalah koping adaptif.
l. System nilai dan keyakinan
Keyakinan klien ketika sakit adalah bahwa sakit merupakan ujian dari
Tuhan. Selama sakit klien tidak mampu menjalankan ibadah karena
kelemahan tubuh.
Interpretasi: Pemenuhan spiritual keluarga
44
1. Kepala
I: Kepala berbentuk mecochepa, tidak terdapat deformitas, kulit kepala dan
rambut bersih, warna rambut hitam.
P: Tidak ada nyeri tekan, tidak terapa adanya benjolan dan penambahan
massa di kepala klien.
2. Mata
I: sklera pada mata kanan dan kiri terlihat ikterik, konjungtiva pada mata
kanan dan kiri terlihat pucat, pupil isokor kanan-kiri dengan diameter 3 mm
dan reflek cahaya (+/ +), palpebra tidak edema.
7. Dada
I: bentuk dada simetris, pembengkakan -.
P: gerakan dada pada waktu bernafas simetris, massa di dinding toraks -,
nyeri tekan -. Pengembangan dada sama dan kurang maksimal
Perkusi: bunyi redup +
Auskultasi: pernafasan vesikuler +
8. Abdomen
I: abdomen tidak simetris, benjolan +
45
P:nyeri tekan +
Perkusi: bunyi timpany +
Auskultasi: suara usus hiperaktif 3
9. Ekstremitas
I: luka -, kaki - simetris, tangan simetris, lesi
Kekuatan otot
5555 4444
5555 4444
10. Kulit dan Kuku
I: warna kulit kemerahan, terjadi pembengkakan pada daerah kaki, jumlah rambut
tipis & warna kuku putih kemerahan dengan bentuk normal, kuku tampak panjang
dan kotor .
P: Suhu badan hipertermi, kelembapan kulit pasien kering turgor kulit kering
11. Keadaan Lokal
Pengkajian nyeri abdomen
P: Nyeri pada saat ditekan
Q:Nyeri seperti ditusuk
R: nyeri di tungkai kaki tempat osteomilitis
S: 7 (1-10)
T: nyeri bertambah apabila ditekan lebih dalam
3.2.5 Terapi
regimen antibiotic parenteral (nafcillin[unipen] + cefotaxime lain
[claforan] atau ceftriaxone [rocephin])
antibiotic fluoroquinolone via oral
3.2.6 Pemeriksaan penunjang
Hematologi
46
Hematokrit 36-46 % 31,2
FAAL HATI
ELEKTROLIT
Natrium 135-155 mmol/L 126
FAAL GINJAL
Kreatinin serum 0,5-1,1 mg/dL 0,7
47
- perubahan pola tidur
-TD 130/90 mmhg
-Fraktur
48
- kulit kering
4 Ds: Fraktur terbuka Kerusakan
integritas kulit
-Pasien mengatakan
mengalami fraktur terbuka
pada tungkai bawah kaki
Penonjolan/deformitas
- Keluarga pasien
mengatakan tidak nafsu
makan
Do:
Kerusakan integritas
-T= 39derajat celcius kulit
- adanya penonjolan tulang
-penebalan periosteum
-Kulit tampak merah
49
3. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan berhubungan
dengan kehilangan selera makan yang ditandai dengan pasien
mengatakan tidak nafsu makan karena merasa nyeri dikakinya, cepat
kenyang setelah makan,anoreksia, membran mukosa pucat, dan bibir
kering
4. Hambatan mobilitas fisik berhubungan dengan nyeri yang ditandai
dengan Pasien mengatakan enggan untuk banyak bergerak, Nyeri,
Gangguan musculoskeletal , Gerakan lambat, Kerusakan integritas
struktur tulang, Sklerosis sekitar tulang, dan Involucrum, kulit kering,
dan TTV yang abnormal
5. Gangguan pola tidur berhubungan dengan ketidaknyamanan yang
ditandai Pasien mengatakan sulit tidur karena nyeri, Perubahan pola
tidur 3jam/hari, kesulitan jatuh tertidur, nadi dan suhu yang abnormal
3.4 Intervensi
No Dx NOC NIC
Nyeri akut b.d
1 Setelah dilakukan 1. Tentukan lokasi,
proses inflamasi . perawatan selama 1x24 karakteristik, dan keparahan
1 jam diharapkan nyeri nyeri menggunakan skala
. berkurang dengan kriteria nyeri pada pasien
1 hasil : 2. Observasi petunjuk nonverbal
1. Pasien melaporkan ketidaknyamanan pasien
nyeri berkurang 3. Kaji faktor yang menurunkan
hingga pada skala 4 atau memperberat nyeri
2. Pasien tidak tampak 4. Kendalikan faktor lingkungan
meringis yang dapat mempengaruhi
3. Pasien tidak tampak ketidaknyamanan pasien (ex:
cemas suhu, posisi)
4. Pasien dapat 5. Berikan analgesik untuk
mengontrol nyeri mengontrol nyeri
5. TTV dalam rentang 6. Ajarkan pasien rute
normal pemberian analgesik
50
7. Ajarkan teknik relaksasi
terhadap pasien
8. Anjurkan pasien untuk
istirahat dengan tetap
meluruskan bagian kaki yang
nyeri
9. Anjurkan pasien untuk
istirahat/tidur untuk
membantu penurunan nyeri
10. Libatkan keluarga untuk
membantu dalam penurunan
nyeri
11. Kolaborasi dengan dokter,
berikan mediksi analgesik
sesuai kebutuhan, observasi
efek terapeutik dan efek
samping
12. Monitor TTV pasien
13. evaluasi respon pasien
51
mobilisasi ringan dan lingkungan yang bersih
dan nyaman
6. Anjurkan pasien untuk tidak
memakai pakaian ketat
7. Berikan latihan peregangan
terhadap pasien
8. Instruksikan pasien untuk
menghindari gerakan yang
terlalu berat dan cepat
9. Sediakan fasilitas seperti kursi
roda untuk pasien
10. Ajarkan keluarga untuk
membantu memberikan terapi
latihan kepada pasien
11. Monitor TTV pasien
12. evaluasi respon pasien
52
4 Kerusakan Setelah dilakukan 1. Catat tanda dan gejala infeksi
integritas kulit b.d perawatan 2 x 24 jam, 2. Lakukan perawatan pada
deformitas kaki klien merasa nyaman daerah penonjolan tulang
dengan kriteria hasil : 3. monitor warna kulit,
1. tidak ada tanda infeksi penebalan periostenum, dan
2. kulit lembab turgor kulit
3. TTV dalam rentang 4. monitor asupan dan
normal pengeluaran cairan pasien
5. monitor dehidrasi
6. Berikan cairan IV
7. periksa turgor kulit pasien
8. longgarkan pakaian pasien
untuk menurunkan suhu
9. lakukan kompres hangat pada
leher, abdomen, kulit kepala,
ketiak, dan selangkangan
pasien
10. monitor TTV pasien
11. Evaluasi respon pasien
53
menarik dan mengeluarkan
nafas secara perlahan
6. Kaji posisi yang diinginkan
pasien
7. Tempatkan pasien dalam posisi
terapeutik yang sudah
dirancang.
8. Ajarkan pasien bagaimana
menggunakan postur tubuh
yang baik ketika beraktivitas
9. Monitor TTV Pasien
10. Evaluasi respon pasien
3.5 Implementasi
N
Waktu Dx Implementasi TTD
o
1 2 Nyeri akut 1. Menentukan lokasi, karakteristik, dan IW
Oktober b.d proses keparahan nyeri menggunakan skala nyeri
2017 inflamasi pada pasien
pukul 2. Mengobservasi petunjuk nonverbal
10.30- ketidaknyamanan pasien
11.00 3. Mengkaji faktor yang menurunkan atau
WIB memperberat nyeri
4. Mengendalikan faktor lingkungan yang
dapat mempengaruhi ketidaknyamanan
pasien (ex: suhu, posisi)
5. Mengajarkan pasien rute pemberian
analgesik
6. Mengajarkan teknik relaksasi terhadap
pasien
7. Menganjurkan pasien untuk istirahat
54
dengan tetap meluruskan bagian kaki yang
nyeri
8. Menganjurkan pasien untuk istirahat/tidur
untuk membantu penurunan nyeri
9. Melibatkan keluarga untuk membantu
dalam terapi penurunan nyeri
10. Berkolaborasi dengan dokter, berikan
mediksi analgesik sesuai kebutuhan,
observasi efek terapeutik dan efek samping
11. Memonitor TTV pasien
12. Mengevaluasi respon pasien
55
memberikan terapi latihan kepada pasien
11. Memonitor TTV pasien
12. Mengevaluasi respon pasien
56
5. 2 Gangguan 1. Mengkaji ketidaknyamanan yang pasien IW
Oktober Pola Tidur rasakan
2017 b.d 2. Memberikan informasi aktual terkait
pukul ketidaknya diagnosis, perawatan, dan prognosis
11.30- manan 3. Melibatkan keluarga untuk berada di sisi
11.35 akibat klien untuk meningkatkan rasa aman dan
WIB nyeri mengurangi kecemasan pasien
4. Memberikan analgesik untuk mengurangi
nyeri
5. Mengajarkan teknik relaksasi terhadap
pasien dengan cara menarik dan
mengeluarkan nafas secara perlahan
6. Mengkaji posisi yang diinginkan pasien
7. Menempatkan pasien dalam posisi terapeutik
yang sudah dirancang.
8. Mengajarkan pasien bagaimana
menggunakan postur tubuh yang baik ketika
beraktivitas
9. Memonitor TTV Pasien
10. Mengevaluasi respon pasien
3.6 Evaluasi
57
O : Tanda-tanda vital
pasien normal (TD:
120/80 mmHg, RR: 22
x/menit)
A : Masalah teratasi
sebagian
P : Lanjutkan Intervensi
1,3, 5, 7, 11
2 3 Oktober Hambatan S : Pasien mengatakan IW
2017 pukul mobilitas fisik b.d dapat berjalan (ex: ke
07.40-07.50 nyeri bagian kamar mandi) dengan
WIB tungkai bawah perlahan
O : TTV Normal (TD:
120/80 mmHg, RR: 22
x/menit), pasien dapat
menggerakkan kakinya
secara perlahan
A : masalah teratasi
sebagian
P : lanjutkan intervensi 7,
8, 10, 11
58
P : Hentikan intervensi
4. 3 Oktober Kerusakan S : Keluarga mengatakan IW
2017 pukul integritas kulit b.d kulit pasien sudah tidak
07.55-08.00 deformitas kaki ada merah-merahnya,
WIB namun penonjolan
tulang masih tetap
O : Tanda-tanda vital
pasien normal, kulit
pasien lembab, tidak
ada tanda infeksi,
terlihat masih ada
tonjolan didaerah kaki
A : Masalah teratasi
sebagian
P : Lanjutkan intervensi 2,
10
5. 3 Oktober Gangguan Pola S : keluarga mengatakan IW
2017 pukul Tidur b.d pasien tidur dari jam
08.00-08.05 ketidaknyamanan 20.00-05.00
WIB akibat nyeri O: Tanda-tanda vital
pasien normal, pasien
tampak lebih tenang
dan nyaman
A : Masalah teratasi
sebagian
P : Hentikan Intervensi
59
BAB 4. PENUTUP
4.1 Kesimpulan
Osteomilitis adalah suatu penyakit infeksi yang terjadi pada tulang. Infeksi
tersebut lebih sulit disembuhkan dari pada infeksi yang terjadi pada jaringan lunak
karena terbatasnya asupan darah, respons jaringan terhadap inflamasi, tingginya
tekanan jaringan, dan pembentukan tulang baru di sekeliling jaringan tulang mati
atau Involukrum. Osteomilitis lebih banyak terjadi pada usia 10-20 tahunan dan
lebih sering pada anak laki-laki dengan perbandingan 4 : 1. Osteomilitis
disebabkan karena adalnya infeksi bakteri Staphylococcus aureus , Pseudomonas
aeruginosa, dan Atypical mycobacteria atau jamur yang mana dapat menjadi
patogen pada pasien dengan immunocompromised. Apabila seseorang terinfeksi
bakteri penyebab ostemilitis tersebut akan menimbulkan tanda berupa demam, ,
mudah marah, Lelah dan letih, Kemerahan, panas, dan nyeri pada daerah tulang
yang terinfeksi, dan pasien akan terasa sulit untuk bisa bergerak bebas.
Penatalaksanaan yang dapat dilakukan yaitu dapat dengan cara kultur darah,
imobilisasi daerah yang terinfeksi, pemberian antibiotik, sampai pembedahan
apabila pemberian antibiotik tidak menunjukkan respons.
4.2 Saran
Penulisan makalah ini dibuat guna untuk menambah ilmu pengetahuan dan
pemenuhi tugas dari penulis. Dalam kehidupan sehari-hari hendaknya kita semua
dapat berhati-hati untuk menjaga kesehatan. Apabila terdapat sebuah luka apalagi
luka yang dapat, hendaknya dapat dijaga kebersihannya dan rutin dilakukan
perawatan sehingga resiko munculnya infeksi akan semakin berkurang.
Harapannya dengan adanya makalah ini menambah pengetahuan pembaca mulai
dari pengertian hingga asuhan keperawatan osteomilitis. Dalam penulisan
makalah ini tidak luput dari kesalahan kata maupun makna sehingga kritik dan
saran sangat kami butuhkan demi kelancaran penulisan makalah berikutnya.
60
DAFTAR PUSTAKA
Mehra, H., S. Gupta, H. Gupta, V. Sinha, dan J. Singh. 2013. Chronic suppurative
osteomyelitis of mandible: a case report. Craniomaxillofacial Trauma &
Reconstruction. 6(3):197200.
61
sumber:/http://www.kroosita2.staff.ipb.ac.id/files/2014/02/TULANG_SKLETAL
_TPB2014.pdf diakses pada tanggal 11 oktober pukul 01.15 WIB
62