You are on page 1of 40

616.

979 2
Ind
p

Kementerian Kesehatan
Republik Indonesia

Pedoman Manajemen
Program Pencegahan
Penularan HIV dan Sifilis dari
Ibu ke Anak
Pedoman Manajemen Program Pencegahan Penularan HIV dan Sifilis dari Ibu ke Anak 2015

Daftar Isi

Kata Pengantar ii
Sambutan Direktur Jenderal Bina Gizi dan Kesehatan Ibu dan Anak iii
Daftar Isi iv
Daftar Singkatan v
Definisi vii

BAB I Pendahuluan 1
1.1 Latar Belakang 1
1.2 Kebijakan dan Strategi 1
1.2.1 Kebijakan 2
1.2.2 Strategi 2
1.3 Tujuan 3
1.4 Sasaran 3

BAB II Upaya Pencegahan Penularan HIV dari Ibu ke Anak 4


2.1 Epidemiologi HIV dan Sifilis 4
2.1.1 Epidemiologi HIV dan AIDS 4
2.1.2 Epidemiologi Sifilis 5
2.2 Perkembangan Program PPIA 7
2.3 Pencegahan Penularan HIV dari Ibu ke Anak 9
2.3.1 Prong 1 : Pencegahan Penularan HIV pada Perempuan Usia Reproduksi 9
2.3.2 Prong 2 : Pencegahan Kehamilan Tidak Terencana pada Perempuan
dengan HIV 9
2.3.3 Prong 3 : Pencegahan Penularan HIV dan Sifilis dari Ibu ke Anak 10
2.3.4 Prong 4 : Pemberian Dukungan Psikologis, Sosial, Medis dan Perawatan 10

BAB III Pengelolaan Program PPIA 12


3.1 Perencanaan 12
3.2 Pelaksanaan 13
3.3 Pemantauan dan Evaluasi 17
3.3.1 Kegiatan 17
3.3.2 Indikator 19
3.4 Pencatatan dan Pelaporan 20
3.4.1 Pencatatan 20
3.4.2 Pelaporan 20
3.5 Pengorganisasian 21
3.5.1 Pihak yang Terkait 22
3.5.2 Peran Pemangku Kepentingan Utama 23
3.6 Jejaring PPIA/LKB 24

BAB IV Penutup 26

Daftar Pustaka 27

Lampiran

iv

ii
Pedoman Manajemen Program Pencegahan Penularan HIV dan Sifilis dari Ibu ke Anak 2015
Pedoman Manajemen Program Pencegahan Penularan HIV dan Sifilis dari Ibu ke Anak 2015
Daftar Singkatan
Kata Pengantar
AIDS : Acquired immune-deficiency syndrome
Sesuai
ARV amanat Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan dan Undang-Undang
: Anti retroviral drugs
Nomor
BOK 40 Tahun 2004 tentang Sistem Jaminan Sosial Nasional (SJSN) serta Undang Undang Nomor
: Bantuan Operasional Puskesmas
23BPM Tahun 2014 : tentang Pemerintahan
Bidan Praktek Mandiri
Daerah ditetapkan bahwa kesejahteraan merupakan
urusan pemerintahan yang didaerahkan. Sementara itu, Penyakit menular masih menjadi masalah
FKRTL : Fasilitas Kesehatan Rujukan Tingkat Lanjutan
kesehatan masyarakat yang menimbulkan kesakitan, kematian dan kecacatan yang tinggi sehingga
FKTP : Fasilitas Kesehatan Tingkat Pertama
perlu dilakukan upaya pencegahan, pengendalian dan pemberantasan yang efektif dan efisien,
: Human
HIV komperehensif
secara immunodeficiency virussejak tingkat fasilitas pelayanan kesehatan primer
berkesinambungan
IBBS
(puskesmas) : Integrated
ke atas. HIV danBio-Behavioural Surveillance
Sifilis merupakan penyakit menular langsung yang dapat menginfeksi
ibuIBIdan ditularkan
: ke
Ikatan
bayiBidan
sejakIndonesia
dalam kandungan, persalinan maupun menyusui.
IDAI : Ikatan Dokter Anak Indonesia
Setiap
IDI Puskesmas, : baik di Dokter
Ikatan kawasan perkotaan, kawasan perdesaan maupun kawasan terpencil/sangat
Indonesia
terpencil,
IDU sebagai: penanggung jawab kesehatan wilayah setempat berkewajiban melaksanakan
Injecting drug use
upaya
IMS-ISRkesehatan: masyarakat
Infeksi Menular(UKM) essensial
Seksual-Infeksi Saluranberupa promosi kesehatan atau penyuluhan
Reproduksi
peningkatan
KDS pengetahuan
: Kelompokkomprehensif
Dukungan Sebaya masyarakat tentang pencegahan penularan HIV-AIDS dan
IMSKIE serta pencegahan dan pengendalian
: Komunikasi Informasi Edukasipenyakit menular melalui deteksi atau penemuan dini
HIV/AIDS
KPAD
dan IMS. Dengan demikian pemerintah daerah kabupaten/kota dan provinsi memiliki
: Komisi Penanggulangan AIDS Daerah
peran dan tanggung jawab penting untuk pelaksanaan operasionalnya sebagai standar pelayanan
KTS : Konseling dan Tes Sukarela
minimal kesehatan dasar masyarakat. Buku Pedoman Manajemen Program Pencegahan Penularan
LBT : Laki-laki Berisiko Tinggi
HIV dan Sifilis dari Ibu ke Anak ini merupakan panduan standar dan kriteria penilaian akreditasi
fasyankes primer:maupun
LKB Layanan Komprehensif Berkesinambungan
lanjutan disamping untuk menentukan situasi epidemi dan intervensinya
di LSL
masing-masing: wilayah
Lelaki yang Berhubungan Seks
kabupaten/kota dengan
atau Lelaki
provinsi.
ODHA : Orang Dengan HIV-AIDS
PAPELKI dari penyusunan
Tujuannya : Persatuan Ahli
buku Teknologi
Pedoman Laboratorium
ManajemenKesehatan Indonesia
Program Pencegahan Penularan HIV dan
Sifilis
PDP dari Ibu ke: Anak adalah
Perawatan, untukdan
Dukungan memenuhi
PengobatanhakLebihrakyat
Lanjut di seluruh Indonesia dalam bidang
kesehatan
PDS Patklindan kebutuhan kesehatan
: Perhimpunan Dokter masyarakat yang
Spesialis Patologi merata serta menjamin generasi masa depan
Klinik
yang berkualitas serta
PERDOSKI bebas Dokter
: Persatuan dari penyakit
Spesialis menular langsung,
Kulit dan Kelamin khususnya HIV dan Sifilis dan membuka
Indonesia
akses kesehatan : yang
PERSAGI layakAhli
Persatuan dalam pembangunan kesehatan secara menyeluruh yang mantap,
Gizi Indonesia
memiliki
PKPR keunggulan kompetitif
: Pelayanan sesuai
Kesehatan struktur
Peduli Remajabudaya dan sosial serta dilayani oleh sumber daya
manusia
PKRT (SDM) kesehatan yang berkualitas. Oleh
: Pelayanan Kesehatan Reproduksi Terpadukarena itu buku ini dilaksanakan terintegrasi dalam
kegiatan
PMTCT
Anternal Care terpadu yang lengkap dan berkualitas.
: Prevention of mother-to-child transmission
POGI : Perkumpulan Obstetri dan Ginekologi Indonesia
Buku Pedoman Manajemen Program Pencegahan Penularan HIV dan Sifilis dari Ibu ke Anak ini
Polindes : Pondok Bersalin Desa
diharapkan dapat mewujudkan pemerataan akses layanan kesehatan seluruh masyakarat, khususnya
Poskesdes : Pos Kesehatan Desa
ibu hamil dan pemerataan pemahaman bagi penyelenggara dan pelaksana dalam memenuhi hak
Posyandu : PosdiPelayanan
dan kewajiban rakyat Kesehatan Terpadu
bidang kesehatan dengan baik dan benar maupun pihak pihak yang terkait
PPIA
lainnya. : Pencegahan Penularan HIV dari Ibu ke Anak
PPNI : Persatuan Perawat Nasional Indonesia
penghargaan
PPPKMI dan: terima kasih Promosi
Perkumpulan kami sampaikan pada
dan Pendidikan semua Masyarakat
Kesehatan pihak yangIndonesia
terlibat dalam penyusunan
buku
PUS ini dan bila :mana perluUsia
Pasangan dapat
Suburdi sempurnakan atau di revisi di kemudian hari, sesuai dinamika
managemen
Pusling program dan pelayanan
: Puskesmas Keliling menurut situasi dan kondisi di layanan serta perubahan
kebijakan dan regulasi kesehatan yang berlaku.
v

iii
Pedoman Manajemen Program Pencegahan Penularan HIV dan Sifilis dari Ibu ke Anak 2015
Pedoman Manajemen Program Pencegahan Penularan HIV dan Sifilis dari Ibu ke Anak 2015

Daftar Isi Sambutan


Direktur Jenderal Bina Gizi dan Kesehatan Ibu dan Anak
Kata Pengantar ii
Sambutan Direktur Jenderal Bina Gizi dan Kesehatan Ibu dan Anak iii
Daftar Isi iv
Daftar Singkatan v
Pelayanan antenatal yang baik dan berkualitas merupakan pelayanan yang dapat memberikan
Definisi vii
perlindungan kesehatan selama ibu menjalankan kehamilannya. Saat ini cakupan pelayanan
antenatal kunjungan
BAB I pertama (akses K1) sudah cukup tinggi, yaitu 81,6% (Riskesdas 2013).
Pendahuluan 1
Namun cakupan pelayanan1.1 antenatal K4 (kualitas) baru mencapai 70,4%.
Latar Belakang 1
1.2 Kebijakan dan Strategi 1
1.2.1 Kebijakan 2
Tujuan pelayanan antenatal berkualitas diantaranya adalah mencegah dan mendeteksi dini masalah
1.2.2 Strategi 2
atau penyakit yang diderita
1.3ibu hamil dan janinnya. Keadaan yang dapat berdampak 3negatif tersebut
Tujuan
antara lain dapat disebabkan oleh infeksi HIV dan sifilis pada ibu hamil. Lebih dari 90% kasus anak
1.4 Sasaran 3
yang terinfeksi HIV tertular penyakit melalui proses penularan dari ibu ke anak.
BAB II Upaya Pencegahan Penularan HIV dari Ibu ke Anak 4
2.1 Epidemiologi HIV dan Sifilis 4
Virus HIV dapat ditularkan dari ibu yang terinfeksi HIV kepada anaknya selama kehamilan, saat
2.1.1 Epidemiologi HIV dan AIDS 4
2.1.2Sifilis,
persalianan dan saat menyusui. seperti Sifilis
Epidemiologi infeksi menular seksual lainnya, meningkatkan risiko 5
penularan HIV sebesar 3-5 kali. Bila ibu Program
2.2 Perkembangan hamil yang
PPIA terinfeksi sifilis tidak diobati dengan adekuat, 7
maka 67% kehamilan akan berakhir dengan
2.3 Pencegahan abortus,
Penularan HIV darilahir
Ibu kemati
Anak atau sifilis kongenital. Kajian WHO 9
2.3.1 Prong 1 : Pencegahan Penularan HIV pada Perempuan
di beberapa negara Asia Pasifik menunjukkan bahwa skrining HIV dan sifilis pada ibu hamil yang Usia Reproduksi 9
2.3.2 Prong 2 : Pencegahan Kehamilan Tidak Terencana pada Perempuan
dilaksanakan bersamaan dalamdengan pelayanan
HIV
antenatal sangat cost-effective untuk mencegah
9
penularan HIV dari ibu ke anak
2.3.3dan upaya
Prong eliminasi Penularan
3 : Pencegahan sifilis kongenital.
HIV dan Sifilis dari Ibu ke Anak 10
2.3.4 Prong 4 : Pemberian Dukungan Psikologis, Sosial, Medis dan Perawatan 10
Dalam upaya meningkatkan cakupan dan kualitas pelayanan pencegahan penularan HIV dari ibu ke
anak, Kementerian BAB III Pengelolaan
Kesehatan telahProgram PPIA Pedoman Pencegahan Penularan HIV dari Ibu12ke
menyusun
3.1 Perencanaan 12
Anak. Dengan diintegrasikannya pemeriksaan tes sifilis pada ibu hamil dalam upaya tersebut,
3.2 Pelaksanaan 13
maka pedoman itu disesuaikan menjadi
3.3 Pemantauan dan Pedoman
Evaluasi Manajemen Program Pencegahan Penularan 17
HIV dan Sifilis dari Ibu ke Anak.
3.3.1 Pedoman
Kegiatan yang telah direvisi ini ditujukan untuk meningkatkan17
kemampuan manajemen bagi 3.3.2 pengelola
Indikator program di tingkat Pusat, Provinsi, Kabupaten/Kota 19
sampai ke Puskesmas. 3.4 Pencatatan
Untuk dan Pelaporan
peningkatan kemampuan klinis petugas kesehatan telah disusun20
3.4.1 Pencatatan 20
pula Pedoman Pelaksanaan3.4.2 Pencegahan
PelaporanPenularan HIV dan Sifilis dari Ibu ke Anak Bagi Petugas
20
Kesehatan. 3.5 Pengorganisasian 21
3.5.1 Pihak yang Terkait 22
Pedoman Manajemen Program 3.5.2 Peran Pemangku Penularan
Pencegahan Kepentingan Utama
HIV dan Sifilis dari Ibu ke Anak23ini
diharapkan dapat menjadi acuan penyelenggaraan pelayanan Pencegahan Penularan HIV dari24
3.6 Jejaring PPIA/LKB
Ibu
ke Anak (PPIA) dan
BAB sifilis untuk ibu hamil. Pedoman ini selain ditujukan untuk para pengelola
IV Penutup 26
program juga dapat digunakan sebagai acuan bagi pemberi pelayanan kesehatan di tingkat
provinsi, kabupaten/kota dan fasilitas kesehatan tingkat pertama serta rujukan tingkat lanjutan.
Daftar Pustaka 27
Kesamaan persepsi antara pengelola program dan pelaksana pelayanan diperlukan dalam
Lampiran
mendukung upaya Pencegahan Penularan HIV dari Ibu ke Anak serta upaya eliminasi sifilis
kongenital.

Jakarta, Januari 2015


RIAN KESE
DirekturTE
Jenderal Bina Gizi dan KIAiv
EN

HA
KEM

TAN

Direktorat Jenderal
Bina Gizi dan Kesehatan
Ibu dan Anak
Dr Anung Sugihantono, MKes
A
RE

SI

UB
LIK IN D O N
E
P

iv
iii
Pedoman Manajemen Program Pencegahan Penularan HIV dan Sifilis dari Ibu ke Anak
Pedoman Manajemen Program Pencegahan Penularan HIV dan Sifilis dari Ibu ke Anak 2015
2015

Daftar Isi
Daftar Singkatan

AIDSPengantar : Acquired immune-deficiency syndrome


Kata iii
Sambutan
ARV Direktur Jenderal
: Anti Bina
retroviral Gizi dan Kesehatan Ibu dan Anak
drugs iv
Daftar
BOK Isi : Bantuan Operasional Puskesmas v
Daftar
BPM Singkatan : Bidan Praktek Mandiri vi
Definisi
FKRTL : Fasilitas Kesehatan Rujukan Tingkat Lanjutan viii
FKTP : Fasilitas Kesehatan Tingkat Pertama
BAB
HIVI Pendahuluan
: Human immunodeficiency virus 1
IBBS
1.1 Latar: Belakang
Integrated Bio-Behavioural Surveillance
1
1.2 Kebijakan dan Strategi 1
IBI : Ikatan Bidan Indonesia
1.2.1 Kebijakan 2
IDAI : Ikatan Dokter Anak Indonesia
1.2.2 Strategi 2
IDI : Ikatan Dokter Indonesia
1.3 Tujuan 3
IDU : Injecting drug use
1.4 Sasaran 3
IMS-ISR : Infeksi Menular Seksual-Infeksi Saluran Reproduksi
KDSII
BAB : Kelompok Penularan
Upaya Pencegahan Dukungan Sebaya
HIV dari Ibu ke Anak 4
KIE 2.1 Epidemiologi HIV Informasi
: Komunikasi dan SifilisEdukasi 4
KPAD 2.1.1: Epidemiologi HIV danAIDS
Komisi Penanggulangan AIDSDaerah 4
KTS 2.1.2: Epidemiologi
Konseling dan Tes Sifilis
Sukarela 5
LBT 2.2 Perkembangan Program
: Laki-laki Berisiko PPIA
Tinggi 7
LKB 2.3 Pencegahan
: LayananPenularan
KomprehensifHIVBerkesinambungan
dari Ibu ke Anak 9
LSL 2.3.1 Prong 1 : Pencegahan
: Lelaki yang Berhubungan SeksPenularan HIV pada Perempuan Usia Reproduksi
dengan Lelaki 9
ODHA 2.3.2 Prong 2 : Pencegahan
: Orang Dengan HIV-AIDS Kehamilan Tidak Terencana pada Perempuan
PAPELKI dengan HIV
: Persatuan Ahli Teknologi Laboratorium Kesehatan Indonesia 9
PDP
2.3.3: Prong 3 : Pencegahan Penularan HIV dan Sifilis dari Ibu ke Anak
Perawatan, Dukungan dan Pengobatan Lebih Lanjut
10
PDS Patklin
2.3.4 Prong 4 : Pemberian Dukungan Psikologis, Sosial, Medis dan Perawatan
: Perhimpunan Dokter Spesialis Patologi Klinik
10
PERDOSKI : Persatuan Dokter Spesialis Kulit dan Kelamin Indonesia
BAB III Pengelolaan Program PPIA 12
PERSAGI : Persatuan Ahli Gizi Indonesia
3.1 Perencanaan 12
PKPR : Pelayanan Kesehatan Peduli Remaja
3.2 Pelaksanaan 13
PKRT 3.3 Pemantauan
: Pelayanan
danKesehatan
EvaluasiReproduksi Terpadu 17
PMTCT 3.3.1 Kegiatan mother-to-child transmission
: Prevention of 17
POGI 3.3.2: Perkumpulan
Indikator Obstetri dan Ginekologi Indonesia 19
Polindes3.4 Pencatatan
: Pondokdan Pelaporan
Bersalin Desa 20
Poskesdes 3.4.1 Pencatatan
: Pos Kesehatan Desa 20
Posyandu 3.4.2: Pos
Pelaporan
Pelayanan Kesehatan Terpadu 20
PPIA 3.5 Pengorganisasian
: Pencegahan Penularan HIV dari Ibu ke Anak 21
PPNI 3.5.1: Persatuan
Pihak yang Terkait
Perawat Nasional Indonesia 22
PPPKMI 3.5.2: Perkumpulan PromosiKepentingan
Peran Pemangku dan PendidikanUtama
Kesehatan Masyarakat Indonesia 23
PUS 3.6 Jejaring PPIA/LKB
: Pasangan Usia Subur 24
Pusling : Puskesmas Keliling
BAB IV Penutup 26
v
Daftar Pustaka 27

Lampiran

v
v
Pedoman Manajemen Program Pencegahan Penularan HIV dan Sifilis dari Ibu ke Anak 2015
Pedoman Manajemen Program Pencegahan Penularan HIV dan Sifilis dari Ibu ke Anak 2015

Daftar Singkatan
Daftar Isi

Kata Pengantar ii
AIDS : Acquired
Sambutan immune-deficiency
Direktur Jenderal Bina Gizi dansyndrome
Kesehatan Ibu dan Anak iii
ARV Daftar Isi
: Anti retroviral drugs iv
Daftar Singkatan v
BOK : Bantuan Operasional Puskesmas
Definisi vii
BPM : Bidan Praktek Mandiri
BAB I Pendahuluan 1
FKRTL : Fasilitas Kesehatan
1.1 Latar Belakang Rujukan Tingkat Lanjutan 1
1.2 Kebijakan dan Strategi 1
FKTP : Fasilitas Kesehatan Tingkat Pertama
1.2.1 Kebijakan 2
HIV : Human1.2.2
immunodeficiency
Strategi virus 2
1.3 Tujuan 3
IBBS : Integrated Bio-Behavioural Surveillance
1.4 Sasaran 3
IBI : Ikatan Bidan Indonesia
BAB II Upaya Pencegahan Penularan HIV dari Ibu ke Anak 4
IDAI : Ikatan Dokter Anak
2.1 Epidemiologi HIVIndonesia
dan Sifilis 4
IDI 2.1.1 Epidemiologi
: Ikatan Dokter Indonesia HIV dan AIDS 4
2.1.2 Epidemiologi Sifilis 5
IDU : Injecting drug use Program PPIA
2.2 Perkembangan 7
2.3 Pencegahan Penularan HIV dari Ibu ke Anak 9
IMS-ISR : Infeksi2.3.1
Menular Seksual-Infeksi Saluran Reproduksi
Prong 1 : Pencegahan Penularan HIV pada Perempuan Usia Reproduksi 9
KDS : Kelompok2.3.2 Dukungan Sebaya Kehamilan Tidak Terencana pada Perempuan
Prong 2 : Pencegahan
dengan HIV 9
KIE : Komunikasi Informasi
2.3.3 Prong EdukasiPenularan HIV dan Sifilis dari Ibu ke Anak
3 : Pencegahan 10
KPAD : Komisi Penanggulangan AIDSDukungan
2.3.4 Prong 4 : Pemberian Daerah Psikologis, Sosial, Medis dan Perawatan 10

KTS : IIIKonseling
BAB danProgram
Pengelolaan Tes Sukarela
PPIA 12
LBT 3.1 Perencanaan
: Laki-laki Berisiko Tinggi 12
3.2 Pelaksanaan 13
LKB : Layanan Komprehensif
3.3 Pemantauan Berkesinambungan
dan Evaluasi 17
LSL : Lelaki 3.3.1 Kegiatan
yang Berhubungan Seks dengan Lelaki 17
3.3.2 Indikator 19
ODHA : Orang Dengan HIV-AIDS
3.4 Pencatatan dan Pelaporan 20
3.4.1 Pencatatan 20
PAPELKI : Persatuan Ahli Teknologi Laboratorium Kesehatan Indonesia
3.4.2 Pelaporan 20
PDP : Perawatan, Dukungan dan Pengobatan Lebih Lanjut
3.5 Pengorganisasian 21
3.5.1 Pihak yang Terkait 22
PDS Patklin : Perhimpunan Dokter Spesialis Patologi Klinik
3.5.2 Peran Pemangku Kepentingan Utama 23
PERDOSKI : Persatuan Dokter
3.6 Jejaring Spesialis Kulit dan Kelamin Indonesia
PPIA/LKB 24

PERSAGI : IVPersatuan
BAB Penutup Ahli Gizi Indonesia 26
PKPR : Pelayanan Kesehatan Peduli Remaja
Daftar Pustaka 27
PKRT : Pelayanan Kesehatan Reproduksi Terpadu
PMTCT Lampiran
: Prevention of mother-to-child transmission
POGI : Perkumpulan Obstetri dan Ginekologi Indonesia
Polindes : Pondok Bersalin Desa
Poskesdes : Pos Kesehatan Desa
Posyandu : Pos Pelayanan Kesehatan Terpadu iv

PPIA : Pencegahan Penularan HIV dari Ibu ke Anak


PPNI : Persatuan Perawat Nasional Indonesia
PPPKMI : Perkumpulan Promosi dan Pendidikan Kesehatan Masyarakat Indonesia
PUS : Pasangan Usia Subur
Pusling : Puskesmas Keliling

vi v
Pedoman Manajemen Program Pencegahan Penularan HIV dan Sifilis dari Ibu ke Anak
Pedoman Manajemen Program Pencegahan Penularan HIV dan Sifilis dari Ibu ke Anak 2015
2015

Daftar
Pustu Singkatan
: Puskesmas Pembantu
SIHA : Sistem Informasi HIV dan AIDS
AIDS : Acquired immune-deficiency syndrome
SKPDKB : Satuan Kerja Perangkat Daerah Keluarga Berencana
ARV : Anti retroviral drugs
STBP
BOK : Survei
: Bantuan TerpaduPuskesmas
Operasional Biologi dan Perilaku
TB
BPM : Tuberkulosis
: Bidan Praktek Mandiri
FKRTL
TIPK : Fasilitas
: Tes Kesehatan Rujukan Tingkat
HIV atas Inisiatif Lanjutan
Pemberi Layanan Kesehatan dan Konseling
FKTP : Fasilitas Kesehatan Tingkat Pertama
UNAIDS : United Nations Programme on HIV and AIDS
HIV : Human immunodeficiency virus
UPF : Unit Pelayanan Fungsional
IBBS : Integrated Bio-Behavioural Surveillance
WPS
IBI : Wanita
: Ikatan Pekerja Seks
Bidan Indonesia
IDAI : Ikatan Dokter Anak Indonesia
IDI : Ikatan Dokter Indonesia
IDU : Injecting drug use
IMS-ISR : Infeksi Menular Seksual-Infeksi Saluran Reproduksi
KDS : Kelompok Dukungan Sebaya
KIE : Komunikasi Informasi Edukasi
KPAD : Komisi Penanggulangan AIDS Daerah
KTS : Konseling dan Tes Sukarela
LBT : Laki-laki Berisiko Tinggi
LKB : Layanan Komprehensif Berkesinambungan
LSL : Lelaki yang Berhubungan Seks dengan Lelaki
ODHA : Orang Dengan HIV-AIDS
PAPELKI : Persatuan Ahli Teknologi Laboratorium Kesehatan Indonesia
PDP : Perawatan, Dukungan dan Pengobatan Lebih Lanjut
PDS Patklin : Perhimpunan Dokter Spesialis Patologi Klinik
PERDOSKI : Persatuan Dokter Spesialis Kulit dan Kelamin Indonesia
PERSAGI : Persatuan Ahli Gizi Indonesia
PKPR : Pelayanan Kesehatan Peduli Remaja
PKRT : Pelayanan Kesehatan Reproduksi Terpadu
PMTCT : Prevention of mother-to-child transmission
POGI : Perkumpulan Obstetri dan Ginekologi Indonesia
Polindes : Pondok Bersalin Desa
Poskesdes : Pos Kesehatan Desa
Posyandu : Pos Pelayanan Kesehatan Terpadu
PPIA : Pencegahan Penularan HIV dari Ibu ke Anak
PPNI : Persatuan Perawat Nasional Indonesia
PPPKMI : Perkumpulan Promosi dan Pendidikan Kesehatan Masyarakat Indonesia
PUS : Pasangan Usia Subur
Pusling : Puskesmas Keliling

vii
vi
Pedoman Manajemen Program
Pedoman Pencegahan
Manajemen Penularan
Program HIV
Pencegahan dan Sifilis
Penularan dariSifilis
HIV dan Ibu dari
ke Anak 20152015
Ibu ke Anak

Definisi Daftar Isi

Kata Pengantar ii
Pusat Informasi danSambutan
Konseling : Jenderal
Direktur Suatu wadah
Bina Gizikegiatan program
dan Kesehatan Ibu danPKBR
Anak yang dikelola dari, oleh iii dan
Remaja (PIK Remaja)Daftar Isi untuk remaja guna memberikan pelayanan iv
Ekspansi Daftar Singkatan: Perluasan v
Definisi vii
Epidemi : Mewabahnya penyakit dalam komunitas/daerah tertentu dalam
BAB I Pendahuluan jumlah yang melebihi batas jumlah normal atau yang biasa 1
1.1 Latar Belakang 1
Epidemiologi : Ilmu yang mempelajari distribusi dan determinan dari peristiwa
1.2 Kebijakan dan Strategi 1
kesehatan dan peristiwa lainnya yang berhubungan dengan
1.2.1 Kebijakan 2
1.2.2 Strategi
kesehatan yang menimpa sekelompok masyarakat 2 dan
1.3 Tujuan 3
1.4 Sasaranmenerapkan ilmu tersebut untuk memecahkan masalah-masalah 3
tersebut
BAB II Upaya Pencegahan Penularan HIV dari Ibu ke Anak 4
Infeksi oportunistik : Penyakit yang jarang terjadi pada orang sehat, tetapi menyebab-
2.1 Epidemiologi HIV dan Sifilis 4
kan infeksiHIVpada
2.1.1 Epidemiologi individu yang sistem kekebalannya terganggu,
dan AIDS 4
2.1.2 Epidemiologi Sifilis HIV
termasuk infeksi 5
2.2 Perkembangan Program PPIA 7
Inflamasi : Proses
2.3 Pencegahan peradangan
Penularan karena
HIV dari Ibu ke Anakcedera fisik, kimiawi, infeksi, 9atau
reaksi
2.3.1 Prong 1 : alergi yangPenularan
Pencegahan ditandaiHIVoleh
padabengkak
Perempuan kemerahan, panas,9 dan
Usia Reproduksi
2.3.2 Prong 2 : Pencegahan Kehamilan Tidak Terencana pada Perempuan
nyeri pada jaringan
dengan HIV 9
Morbiditas 2.3.3: Prong
Derajat sakit, cedera
3 : Pencegahan atau gangguan
Penularan pada
HIV dan Sifilis dari suatu populasi
Ibu ke Anak 10
2.3.4 Prong 4 : Pemberian Dukungan Psikologis, Sosial, Medis dan Perawatan
Mortalitas : Angka rata-rata kematian penduduk di suatu daerah10atau
BAB III Pengelolaanwilayah; proporsi kematian akibat penyakit tertentu
Program PPIA 12
Prevalensi 3.1 Perencanaan
: Jumlah keseluruhan kasus penyakit yang terjadi pada suatu 12
waktu
3.2 Pelaksanaan 13
tertentu di suatu
3.3 Pemantauan dan Evaluasi
wilayah 17
Ulserasi : Kegiatan
3.3.1 Luka pada lapisan mukosa 17
3.3.2 Indikator 19
3.4 Pencatatan dan Pelaporan 20
3.4.1 Pencatatan 20
3.4.2 Pelaporan 20
3.5 Pengorganisasian 21
3.5.1 Pihak yang Terkait 22
3.5.2 Peran Pemangku Kepentingan Utama 23
3.6 Jejaring PPIA/LKB 24

BAB IV Penutup 26

Daftar Pustaka 27

Lampiran

iv

viii
vii
Pedoman Manajemen Program Pencegahan Penularan HIV dan Sifilis dari Ibu ke Anak 2015

Daftar Singkatan BAB I. PENDAHULUAN

AIDS : Acquired immune-deficiency syndrome


1.1 Latar belakang
ARV : Anti retroviral drugs
Laporan
BOK Epidemi :HIVBantuan
GlobalOperasional
UNAIDS 2012 menunjukkan bahwa jumlah penderita HIVdi dunia mencapai
Puskesmas
34BPM
juta orang. Sekitar 50%Praktek
: Bidan di antaranya
Mandiri adalah perempuan dan 2,1 juta anak berusia kurang dari 15 tahun.
DiFKRTL
wilayah Asia Selatan dan Kesehatan
: Fasilitas Tenggara Rujukan
terdapat sekitar
Tingkat 4 juta orang dengan HIV dan AIDS. Menurut Laporan
Lanjutan
Kemajuan
FKTP Program: HIV danKesehatan
Fasilitas AIDS WHO/SEARO 2011, di wilayah Asia Tenggara terdapat sekitar 1,3 juta
Tingkat Pertama
orang
HIV (37%) perempuan
: Human terinfeksi HIV. Jumlah
immunodeficiency virusperempuan yang terinfeksi HIV dari tahun ke tahun semakin
meningkat,
IBBS
seiring dengan meningkatnya jumlah laki-laki yang melakukan hubungan seksual tidak aman,
: Integrated Bio-Behavioural Surveillance
yang selanjutnya mereka menularkan pada pasangan seksualnya yang lain. Data estimasi UNAIDS/WHO
IBI : Ikatan Bidan Indonesia
(2009) juga memperkirakan 22.000 anak di wilayah Asia-Pasifik terinfeksi HIV dan tanpa pengobatan,
IDAI : Ikatan Dokter Anak Indonesia
setengah dari anak yang terinfeksi tersebut meninggal sebelum ulang tahun kedua.
IDI : Ikatan Dokter Indonesia
Sampai
IDU dengan tahun 2013,drug
: Injecting kasus
use HIV dan AIDS di Indonesia telah tersebar di 368 dari 497 kabupa-
ten/kota
IMS-ISR (72 %) di
: seluruh propinsi.
Infeksi Menular Jumlah kasus
Seksual-Infeksi HIV
Saluran baru setiap tahunnya mencapai sekitar 20.000
Reproduksi
kasus.
KDS Pada tahun 2013 tercatat
: Kelompok Dukungan29.037
Sebaya kasus baru, dengan 26.527 (90,9%) berada pada usia
reproduksi
KIE (15-49: tahun) danInformasi
Komunikasi 12.279 Edukasi
orang di antaranya adalah perempuan. Kasus AIDS baru pada
kelompok
KPAD ibu rumah tangga
: Komisi sebesar 429AIDS
Penanggulangan (15%),
Daerahyang bila hamil berpotensi menularkan infeksi HIV ke
bayinya.
KTS : Konseling dan Tes Sukarela
LBT : Laki-laki Berisiko Tinggi
Lebih dari 90% bayi terinfeksi HIV tertular dari ibu HIV positif. Penularan tersebut dapat terjadi pada
LKB
masa kehamilan,: saat
Layanan Komprehensif Berkesinambungan
persalinan dan selama menyusui. Pencegahan penularan HIV dari ibu ke anak
LSL atau Prevention
(PPIA) : Lelaki of
yangMother-to-Child
Berhubungan Seks HIV
dengan Lelaki
Transmission (PMTCT) merupakan intervensi yang
ODHA efektif untuk
sangat : Orang Dengan HIV-AIDS
mencegah penularan tersebut. Upaya ini diintegrasikan dengan upaya eliminasi
PAPELKI
sifilis kongenital,: karena
Persatuansifilis
Ahli Teknologi Laboratorium
meningkatkan Kesehatan
risiko Indonesia
penularan HIV di samping mengakibatkan
berbagai
PDP gangguan kesehatanDukungan
: Perawatan, pada ibudan
dan juga ditularkan
Pengobatan kepada bayi seperti pada infeksi HIV.
Lebih Lanjut
PDS Patklin : Perhimpunan Dokter Spesialis Patologi Klinik
Dalam upaya pencegahan
PERDOSKI : Persatuanpenularan HIV Kulit
Dokter Spesialis dan dan
sifilis dari Indonesia
Kelamin ibu ke anak, layanan PPIA dan pencegahan
sifilis kongenital
PERSAGI diintegrasikan dengan
: Persatuan Ahli Gizi Indonesialayanan kesehatan ibu dan anak (KIA). Hal ini dilakukan
melalui
PKPR
pelayanan antenatal terpadu baik di
: Pelayanan Kesehatan Peduli Remaja
fasilitas kesehatan tingkat pertama maupun rujukan.
Untuk meningkatkan cakupan dan pelayanan PPIA, Kementerian Kesehatan telah melakukan beberapa
PKRT : Pelayanan Kesehatan Reproduksi Terpadu
kegiatan, antara lain: i) pengembangan fasilitas pelayanan kesehatan yang dapat memberikan pelayanan
PMTCT : Prevention of mother-to-child transmission
PPIA; ii) penigkatan kemampuan klinis melalui TOT fasilitator dan pelatihan bagi petugas kesehatan; dan iii)
penyusunan buku: pedoman
POGI Perkumpulan Obstetri dan Ginekologi Indonesia
petunjuk pelaksanaan pencegahan penularan HIV dan Sifilis dari Ibu ke Anak
Polindes :
bagi petugas kesehatan Pondok Bersalinkesehatan
di fasilitas Desa pemerintah dan non-pemerintah.
Poskesdes : Pos Kesehatan Desa
Untuk meningkatkan
Posyandu : Poskemampuan Terpadubagi pengelola program PPA telah disusun Pedoman
manajemen
Pelayanan Kesehatan
Nasional
PPIA PPIA. Dengan adanya berbagai
: Pencegahan Penularan HIV dari perubahan
Ibu ke Anak kebijakan dan perlunya pemutakhiran data
program
PPNI PPIA, maka
: Persatuan Perawat Nasional Indonesia Pedoman tersebut. Dengan diintegrasikannya
dilakukan revisi terhadap
pemeriksaan
PPPKMI tes : sifilis pada ibu
Perkumpulan hamildan
Promosi dalam upaya
Pendidikan PPIA, maka
Kesehatan pedoman
Masyarakat itu disesuaikan menjadi
Indonesia
Pedoman
PUS Pencegahan Penularan
: Pasangan Usia Subur HIV dan Sifilis dari Ibu ke Anak. Pedoman yang telah direvisi ini
ditujukan
Pusling
untuk meningkatkan
: Puskesmas Keliling
kemampuan manajemen bagi pengelola program di tingkat Pusat,
Provinsi, Kabupaten/Kota sampai ke Puskesmas.
v

1.2 Kebijakan dan Strategi


Kebijakan dan strategi Program PPIA pada dasarnya mengacu kepada Sistem Kesehatan Nasional,
kebijakan Program Nasional Pengendalian HIV-AIDS dan Infeksi Menular Seksual, kebijakan Program
Kesehatan Ibu serta kebijakan nasional yang terkait lainnya.

1
1
Pedoman Manajemen Program Pencegahan Penularan HIV dan Sifilis dari Ibu ke Anak 2015
Pedoman Manajemen Program Pencegahan Penularan HIV dan Sifilis dari Ibu ke Anak 2015

1.2.1 Kebijakan Daftar Isi


Kebijakan Program PPIA sebagai berikut.
Kata Pengantar ii
1. PPIA merupakan bagian dari Program Nasional Pengendalian HIV-AIDS dan IMS dan upaya
Sambutan Direktur Jenderal Bina Gizi dan Kesehatan Ibu dan Anak iii
kesehatan ibu dan anak.
Daftar Isi iv
2. Pelaksanaan kegiatan PPIA diintegrasikan pada layanan KIA, Keluarga Berencana (KB) dan
Daftar Singkatan v
Konseling Remaja Definisi
di setiap jenjang pelayanan kesehatan dengan ekspansi secara bertahap dan vii
melibatkan peran non-pemerintah, LSM dan komunitas.
BAB I Pendahuluan 1
3. Setiap perempuan yang1.1datang ke layanan KIA-KB dan remaja yang mendapat layanan kesehatan
Latar Belakang 1
diberi informasi tentang 1.2PPIA.
Kebijakan dan Strategi 1
4. Di daerah epidemi HIV meluas dan terkonsentrasi, tenaga kesehatan di fasilitas pelayanan
1.2.1 Kebijakan 2
kesehatan wajib melakukan 1.2.2tesStrategi
HIV dan sifilis kepada semua ibu hamil sebagai bagian dari 2
1.3 Tujuan 3
pemeriksaan laboratorium rutin pada waktu pemeriksaan antenatal sampai menjelang
1.4 Sasaran 3
persalinan.
5. Di daerah epidemi BAB IIHIV rendah,
Upaya tes HIV
Pencegahan dan sifilis
Penularan diprioritaskan
HIV dari Ibu ke Anak pada ibu hamil dengan IMS, 4
berisiko tertulari HIV, 2.1 IMS dan TB. HIV
Epidemiologi Pemeriksaan
dan Sifilis dilakukan sebagai bagian dari pemeriksaan 4
laboratorium rutin pada waktu 2.1.1 pemeriksaan
Epidemiologi HIV dan AIDS sampai menjelang persalinan.
antenatal 4
2.1.2 Epidemiologi Sifilis 5
6. Daerah yang belum mempunyai tenaga kesehatan yang mampu/berwenang memberikan
2.2 Perkembangan Program PPIA 7
pelayanan PPIA, pelayanan tersebut tetap
2.3 Pencegahan dilakukan
Penularan HIV dari dengan cara:
Ibu ke Anak 9
a. merujuk ibu hamil ke fasilitas 2.3.1 Prongpelayanan HIV yang
1 : Pencegahan memadai;
Penularan HIV pada Perempuan Usia Reproduksi 9
b. pelimpahan wewenang kepada
2.3.2 Prongtenaga kesehatan
2 : Pencegahan lain yang
Kehamilan terlatih dengan
Tidak Terencana Surat Keputusan
pada Perempuan
Kepala Dinas Kesehatan setempat dengan HIV berdasarkan rekomendasi dari Kepala Laboratorium 9
2.3.3 Prong 3 : Pencegahan Penularan HIV dan Sifilis dari Ibu ke Anak 10
Rujukan Provinsi. Penetapan daerah yang memerlukan pelimpahan wewenang petugas
2.3.4 Prong 4 : Pemberian Dukungan Psikologis, Sosial, Medis dan Perawatan 10
ditetapkan oleh Kepala Dinkes setempat.
7. Setiap ibu hamilBAB yangIII positif HIV: Program PPIA
Pengelolaan 12
a. wajib diberi obat ARV dan mendapatkan pelayanan perawatan, dukungan dan pengobatan
3.1 Perencanaan 12
3.2 Pelaksanaan
lebih lanjut (PDP). Demikian pula halnya dengan ibu hamil yang positif sifilis wajib diberi 13
3.3 Pemantauan dan Evaluasi 17
terapi sifilis yang memadai; 3.3.1 Kegiatan 17
b. pertologan persalinannya, 3.3.2baik pervaginam atau melalui bedah sesar, dilakukan berdasarkan
Indikator 19
indikasi medis ibu/bayinya dan dengan
3.4 Pencatatan menerapkan kewaspadaan standar untuk pencegahan
dan Pelaporan 20
infeksi; 3.4.1 Pencatatan 20
c. diberi konseling menyusui 3.4.2 Pelaporan
secara khusus sejak perawatan antenatal pertama dengan 20
3.5 Pengorganisasian 21
menyam-paikan pilihan3.5.1 yangPihak
ada yang
sesuai dengan pedoman pelayanan, yaitu ASI eksklusif atau
Terkait 22
susu formula eksklusif.3.5.2 Bila ibu memilih
Peran Pemangku susu formula,Utama
Kepentingan maka ibu, pasangannya serta keluarga 23
perlu mendapat konseling 3.6 Jejaringcara penyiapan dan pemberian susu formula yang memenuhi
PPIA/LKB 24
persyaratan;
d. diberi konselingBAB IVKBPenutup
secara khusus dan penjelasan tentang risiko penularan infeksi HIV 26 dan
sifilis dari ibuDaftar
kepada bayi,
Pustaka sejak perawatan antenatal, dengan menyampaikan pilihan metoda
27
kontrasepsi yang sesuai dengan pedoman pelayanan.
8. Dinas KesehatanLampiranProvinsi/Kabupaten merencanakan ketersediaan logistik (obat dan reagen/tes
HIV) melalui koordinasi dengan Ditjen Pengendalian Penyakit dan Penyehatan Lingkungan
Kemenkes.

1.2.2 Strategi
Strategi Program PPIA sebagai berikut. iv
1. PPIA dilaksanakan di seluruh Indonesia dengan ekspansi bertahap.
2. Semua fasilitas pelayanan kesehatan dapat memberikan pelayanan PPIA sesuai dengan
pendekatan ekspansi bertahap.
3. Perlu adanya jejaring pelayanan PPIA sebagai bagian dari Layanan Komprehensif
Berkesinambungan (LKB) yang melibatkan peran swasta, lembaga swadaya masyarakat (LSM)
maupun komunitas secara keseluruhan.
4. Daerah menetapkan wilayah yang memerlukan pelimpahan wewenang petugas.
2
2
Pedoman Manajemen Program Pencegahan Penularan HIV dan Sifilis dari Ibu ke Anak
Pedoman Manajemen Program Pencegahan Penularan HIV dan Sifilis dari Ibu ke Anak 2015
2015

5.Daftar Singkatan
Ketersediaan logistik (obat dan reagen) dan menentukan petugas yang diberi wewenang
melakukan tes HIV.
AIDS : Acquired immune-deficiency syndrome
1.3
ARV Tujuan : Anti retroviral drugs
BOK : Bantuan Operasional Puskesmas
Tujuan umum Program PPIA adalah mencegah penularan HIV dan sifilis dari ibu ke anak dan
BPM : Bidan
meningkatkan kualitas Praktek
hidup Mandiri
ibu dan anak yang terinfeksi HIV dan sifilis dalam rangka menurunkan
FKRTL : Fasilitas Kesehatan
kejadian kasus baru HIV pada bayi dan Rujukan Tingkat
kejadian Lanjutan
sifilis kongenital.
FKTP : Fasilitas Kesehatan Tingkat Pertama
Tujuan
HIV khususnya: sebagai berikut.
Human immunodeficiency virus
a. IBBS
Mencegah terjadinya
: Integratedkasus baru HIV
Bio-Behavioural pada bayi dan terjadinya sifilis kongenital melalui
Surveillance
pencegahan
IBI penularan HIV dan sifilis
: Ikatan Bidan Indonesia dari ibu ke anak.
b. IDAI
Meningkatkan: kelangsungan hidup ibu
Ikatan Dokter Anak Indonesia
dan anak akibat HIV/AIDS dan/atau sifilis serendah
mungkin, khususnya di daerah dengan epidemi HIV meluas dan terkonsentrasi.
IDI : Ikatan Dokter Indonesia
c. Meningkatkan kualitas hidup ibu hamil dan anak dengan HIV dan sifilis.
IDU : Injecting drug use
IMS-ISR : Infeksi Menular Seksual-Infeksi Saluran Reproduksi
1.4 Sasaran
KDS : Kelompok Dukungan Sebaya
KIE
Sasaran : Komunikasi
dari pedoman Informasi
ini adalah Edukasi
sebagai berikut.
a. KPAD
Pengelola program
: KomisiKesehatan di tingkat
Penanggulangan Pusat, Propinsi, Kabupaten/Kota dan Puskesmas.
AIDS Daerah
b. KTSPemangku kepentingan,
: Konseling baik Pemerintah
dan Tes Sukarela maupun non-pemerintah, yang terkait dengan penyediaan
layanan HIV-AIDS
LBT dan IMS.
: Laki-laki Berisiko Tinggi
c. LKB
Tenaga kesehatan, yaitu Komprehensif
: Layanan dokter spesialis, dokter umum, bidan, perawat dan tenaga terkait lainnya yang
Berkesinambungan
bertugas
LSL di fasilitas kesehatan tingkat pertama
: Lelaki yang Berhubungan Seks dengan dan rujukan tingkat lanjutan, termasuk fasilitas
Lelaki
pelayanan
ODHA kesehatan pemerintah
: Orang Dengan HIV-AIDSdan non-pemerintah.
PAPELKI : Persatuan Ahli Teknologi Laboratorium Kesehatan Indonesia
PDP : Perawatan, Dukungan dan Pengobatan Lebih Lanjut
PDS Patklin : Perhimpunan Dokter Spesialis Patologi Klinik
PERDOSKI : Persatuan Dokter Spesialis Kulit dan Kelamin Indonesia
PERSAGI : Persatuan Ahli Gizi Indonesia
PKPR : Pelayanan Kesehatan Peduli Remaja
PKRT : Pelayanan Kesehatan Reproduksi Terpadu
PMTCT : Prevention of mother-to-child transmission
POGI : Perkumpulan Obstetri dan Ginekologi Indonesia
Polindes : Pondok Bersalin Desa
Poskesdes : Pos Kesehatan Desa
Posyandu : Pos Pelayanan Kesehatan Terpadu
PPIA : Pencegahan Penularan HIV dari Ibu ke Anak
PPNI : Persatuan Perawat Nasional Indonesia
PPPKMI : Perkumpulan Promosi dan Pendidikan Kesehatan Masyarakat Indonesia
PUS : Pasangan Usia Subur
Pusling : Puskesmas Keliling

3
3
Pedoman Manajemen Program Pencegahan Penularan HIV dan Sifilis dari Ibu ke Anak 2015
Pedoman Manajemen Program Pencegahan Penularan HIV dan Sifilis dari Ibu ke Anak 2015

BAB II. UPAYA


Daftar Isi PENCEGAHAN PENULARAN HIV DAN SIFILIS
DARI IBU KE ANAK
Kata Pengantar ii
Sambutan Direktur Jenderal Bina Gizi dan Kesehatan Ibu dan Anak iii
Seperti telah dikemukakan
Daftar Isi dalam Bab I, upaya pencegahan penularan HIV dari ibu ke anak
iv
diintegrasi-kan dengan upaya eliminasi sifilis kongenital. Namun demikian,
Daftar Singkatan istilah PPIA tetap
v
Definisi
digunakan untuk menyebut upaya integratif tersebut. vii

BAB I Pendahuluan 1
2.1 Epidemiologi HIV
1.1dan
LatarSifilis
Belakang 1
1.2 Kebijakan dan Strategi 1
Infeksi menular seksual (IMS)1.2.1
merupakan
Kebijakanmasalah kesehatan masyarakat dan menimbulkan beban
2
morbiditas bahkan mortalitas 1.2.2di Strategi
negara berkembang. Mencegah dan mengobati IMS dapat
2
1.3 Tujuan
mengurangi risiko penularan HIV melalui hubungan seksual. Keberadaan IMS dalam3 bentuk inflamasi
1.4 Sasaran 3
atau ulserasi akan meningkatkan risiko masuknya infeksi HIV saat melakukan hubungan seksual
tanpa pelindung antara
BAB II seseorang yang telah
Upaya Pencegahan terinfeksi
Penularan IMS
HIV dari Ibudengan
ke Anakpasangannya yang sehat. 4
2.1 Epidemiologi HIV dan Sifilis 4
Pada orang dengan HIV-AIDS2.1.1 (ODHA), sifilis meningkatkan
Epidemiologi HIV dan AIDS daya penularan HIV. Berbagai penelitian
4
di banyak negara melaporkan bahwa
2.1.2 infeksi sifilis
Epidemiologi Sifilis dapat meningkatkan risiko penularan HIV sebesar5
3-5 kali. Saat ini prevalensi2.2HIV
Perkembangan
dan sifilis diProgram
antaraPPIAibu hamil di Indonesia belum diketahui secara 7luas.
2.3 Pencegahan Penularan HIV dari Ibu ke Anak
Namun telah diketahui bahwa semakin banyak ditemukan bayi yang tertular HIV atau sifilis9dari
2.3.1 Prong 1 : Pencegahan Penularan HIV pada Perempuan Usia Reproduksi 9
ibunya. Keberadaan kedua 2.3.2 infeksi tersebut
Prong secaraKehamilan
2 : Pencegahan bersamaan menurunkan
Tidak Terencana kualitas dan umur
pada Perempuan
harapan hidup. dengan HIV 9
2.3.3 Prong 3 : Pencegahan Penularan HIV dan Sifilis dari Ibu ke Anak 10
2.3.4AIDS
2.1.1 Epidemiologi HIV dan Prong 4 : Pemberian Dukungan Psikologis, Sosial, Medis dan Perawatan 10

Sejak pertama kaliBAB III Pengelolaan


ditemukan kasusProgram
HIV diPPIA
Indonesia pada tahun 1987 di Bali sampai dengan12Juni
3.1 Perencanaan 12
2014, kasus HIV/AIDS telah tersebar di 381 (76%) dari 498 kabupaten/kota di seluruh propinsi
3.2 Pelaksanaan 13
Indonesia. Estimasi prevalensi HIV secara
3.3 Pemantauan dannasional
Evaluasi diperkirakan mencapai 0.41% (2013) dan variasi
17
antar-propinsi berkisar antara3.3.1
0.1%-3%.
KegiatanPropinsi Papua dan Papua Barat mempunyai situasi khusus,
17
3.3.2 Indikator
karena epidemi HIV sudah menyebar di populasi umum sejak tahun 2006 dan pada tahun 192013
mencapai prevalensi 2.3%. 3.4 Dengan
Pencatatan dan Pelaporan
demikian 20 HIV
Tanah Papua telah berada dalam tingkat epidemi
3.4.1 Pencatatan 20
meluas, sedangkan sejumlah 3.4.2
propinsi lainnya berada dalam tingkat epidemi HIV terkonsentrasi.20
Pelaporan
3.5 Pengorganisasian 21
Dalam 10 tahun terakhir, penularan
3.5.1 PihakHIV
yangtelah
Terkaitbergeser dari penularan melalui penggunaan 22 alat
suntik tidak steril di kalangan3.5.2
pengguna napza suntik
Peran Pemangku (penasun)
Kepentingan menjadi transmisi melalui hubungan
Utama 23
seksual. Berdasarkan estimasi yang dilakukan
3.6 Jejaring PPIA/LKB Kementerian Kesehatan pada tahun 2012, di Indonesia24
terdapat sekitar 9 juta penduduk yang berisiko tinggi tertular atau menularkan HIV. Dari jumlah
BAB IV Penutup 26
tersebut, terdapat kurang lebih 75.000 penasun, 250.000 wanita pekerja seks langsung dan tidak
langsung (WPSL dan WPSTL),
Daftar Pustaka1,15 juta laki-laki yang berhubungan seks dengan laki-laki (LSL) 27 dan
waria; serta 7 juta laki-laki pembeli seks (laki-laki berisiko tinggi/LBT). Selain itu terdapat sekitar 5
juta pasangan risikoLampiran
tinggi, termasuk ibu rumah tangga yang sangat rentan tertular HIV.

Pada tahun 2007, 2009, 2011 dan 2013, Kementerian Kesehatan melakukan Survei Terpadu Biologi
dan Perilaku (STBP). Lokasi STBP 2007 sama dengan STBP 2011m sedangkan STBP 2009 sama dengan
STBP 2013, yang dijadikan acuan dalam melakukan perbandingan. Dari hasil STBP, dapat disimpulkan
bahwa prevalensi HIV menurun atau stabil pada penasun dan WPS namun meningkat di kalangan iv
waria dan LSL.
Dengan adanya peningkatan prevalensi HIV pada kelompok populasi kunci (Lihat Tabel 1) dan
besarnya jumlah populasi LBT (pelanggan), diproyeksikan akan terjadi peningkatan infeksi baru HIV
pada perempuan risiko rendah dan LSL, seperti ditunjukkan pada Gambar 1.

4
4
Pedoman Manajemen Program Pencegahan Penularan HIV dan Sifilis dari Ibu ke Anak
Pedoman Manajemen Program Pencegahan Penularan HIV dan Sifilis dari Ibu ke Anak 2015
2015

Daftar Singkatan Tabel 1. Kecenderungan Prevalensi HIV

POPULASI
AIDS KUNCI : Acquired
IBBS 2007 IBBS 2011
immune-deficiency syndromeTREND IBBS 2009 IBBS 2013 TREND
ARV
Penasun : Anti retroviral
29.8 drugs 19.5 8.8 14.4
BOK : Bantuan Operasional Puskesmas
WPS Tak Langsung : Bidan Praktek
BPM 5.3 Mandiri 3.1 3.5 1.5
FKRTL
WPS Langsung : Fasilitas8.4
Kesehatan Rujukan
9.0Tingkat Lanjutan
5.7 6.1
FKTP : Fasilitas Kesehatan Tingkat Pertama
Waria 9.8 11.9 5.8 8.2
HIV : Human immunodeficiency virus
LSL IBBS 1.9 Bio-Behavioural
: Integrated 6.5Surveillance 2.5 7.4
IBI STBP 2007, 2009,
Sumber: : Ikatan Bidan
2011 dan Indonesia
2013, Kementerian Kesehatan
IDAI : Ikatan Dokter Anak Indonesia
IDI : Ikatan Dokter Indonesia
Gambar 1. Estimasi infeksi baru berdasarkan populasi kunci 2000-2030
IDU : Injecting drug use
IMS-ISR : Infeksi Menular Seksual-Infeksi Saluran Reproduksi
KDS : Kelompok Dukungan Sebaya
KIE : Komunikasi Informasi Edukasi
KPAD : Komisi Penanggulangan AIDS Daerah
KTS : Konseling dan Tes Sukarela
LBT : Laki-laki Berisiko Tinggi
LKB : Layanan Komprehensif Berkesinambungan
LSL : Lelaki yang Berhubungan Seks dengan Lelaki
ODHA : Orang Dengan HIV-AIDS
PAPELKI : Persatuan Ahli Teknologi Laboratorium Kesehatan Indonesia
PDP : Perawatan, Dukungan dan Pengobatan Lebih Lanjut
PDS Patklin : Perhimpunan Dokter Spesialis Patologi Klinik
Sumber: ICA Report :2014
PERDOSKI Persatuan Dokter Spesialis Kulit dan Kelamin Indonesia
PERSAGI : Persatuan Ahli Gizi Indonesia
Sejak beberapa tahun terakhir, penularan HIV pada pasangan pelanggan WPS meningkat. Ini terlihat
PKPR : Pelayanan Kesehatan Peduli Remaja
pada jumlah ibu rumah tangga yang dilaporkan tertular AIDS, menempati posisi pertama. Dari tahun
PKRT : Pelayanan Kesehatan Reproduksi Terpadu
1987 sampai bulan Juni 2014, secara kumulatif, jumlah ibu rumah tangga yang menderita AIDS
PMTCT : Prevention of mother-to-child transmission
sebanyak 6.516 orang. Persentase penderita AIDS yang dilaporkan pada kurun waktu tersebut
POGI : Perkumpulan
menurut faktor risiko terbanyak Obstetri dan Ginekologi
ditemukan pada Indonesia
kalangan heteroseksual (61,5%), diikuti dengan
Polindes : Pondok Bersalin Desa
kelompok IDU (17,1%) dan perinatal (2,7%).
Poskesdes : Pos Kesehatan Desa
Jumlah ibu hamil : yang
Posyandu terinfeksiKesehatan
Pos Pelayanan HIV juga mengalami peningkatan. Pada tahun 2011, jumlah ibu
Terpadu
hamil
PPIAdengan HIV: Pencegahan Penularan HIV darikemudian
sebanyak 534 orang yang Ibu ke Anakmeningkat menjadi 1.182 orang pada bulan
Januari-Juni
PPNI 2014. Sementara itu jumlah bayi dengan HIV juga meningkat, yaitu sebanyak 71 bayi
: Persatuan Perawat Nasional Indonesia
pada tahun
PPPKMI 2011 menjadi 86 bayi pada bulan Januari-Juni
: Perkumpulan Promosi dan Pendidikan Kesehatan2014.
Masyarakat Indonesia
PUS : Pasangan Usia Subur
2.1.2 Epidemiologi Sifilis
Pusling : Puskesmas Keliling
IMS merupakan faktor yang mempermudah penularan HIV atau berperan sebagai kofaktor terhadap
v
infeksi HIV 1. Penanggulangan HIV tanpa penanggulangan IMS akan menyebabkan upaya yang
dilakukan menjadi tidak efektif. IMS tidak hanya mengancam populasi dengan perilaku berganti-ganti
pasangan, tetapi juga dapat ditularkan pada populasi umum, yaitu pasangan penderita IMS dan
janin/bayi dari ibu hamil dengan IMS.

1
Regional strategy for the prevention and control of STIs 2007-2015, WHO SEARO.

5
5
Pedoman Manajemen Program Pencegahan Penularan HIV dan Sifilis dari Ibu ke Anak 2015
Pedoman Manajemen Program Pencegahan Penularan HIV dan Sifilis dari Ibu ke Anak 2015

Bila ibu hamil yang terinfeksi sifilis tidak diobati dengan adekuat, maka 67% kehamilan akan berakhir
dengan abortus, lahir Daftar
mati atauIsi sifilis kongenital pada neonatus. Pencegahan penularan sifilis dari ibu
ke bayi dapat dilakukan dengan deteksi dini melalui skrining pada ibu hamil dan mengobati ibu yang
terinfeksi sifilis danKata Pengantar
pasangannya. Pada tahun 2007 dilakukan skrining sifilis dengan menggunakan ii
Sambutan Direktur Jenderal Bina Gizi dan Kesehatan Ibu dan Anak iii
rapid test di tiga propinsi
Daftar Isi yang mencakup empat kabupaten/kota di DKI Jakarta, Kalimantan Barat iv
dan Jawa Barat. Skrining tersebut dilakukan terhadap 2.332 ibu hamil yang datang pada kunjungan
Daftar Singkatan v
pertama antenatal.Definisi
Hasilnya menunjukkan bahwa 24 orang (1,45%) di antara ibu hamil tersebut vii
terinfeksi sifilis.
BAB I Pendahuluan 1
Prevalensi dan kejadian 1.1 komplikasi IMS pada saat ini masih cukup tinggi. Meskipun upaya
Latar Belakang 1
1.2 Kebijakan
pengendalian IMS telah dilakukan, dan Strategi
prevalensi IMS di Indonesia belum menunjukkan penurunan yang 1
1.2.1 Kebijakan 2
berarti. Hasil STBP 2011 menunjukkan prevalensi sifilis yang cukup tinggi di kalangan populasi kunci,
1.2.2 Strategi 2
yaitu 10% pada WPSL, 9% 1.3 pada LSL,
Tujuan 25% pada waria dan 2% pada penasun. Prevalensi
3 gonorea juga
cukup tinggi, yaitu 38% pada WPSL, 21% pada LSL, dan 29% pada waria. Prevalensi tersebut masih
1.4 Sasaran 3
jauh lebih tinggi dari target pengendalian IMS, yaitu sifilis kurang dari 1% dan gonorea kurang dari
BAB II 2.Upaya Pencegahan Penularan HIV dari Ibu ke Anak
10% pada populasi kunci 4
2.1 Epidemiologi HIV dan Sifilis 4
Data pelaporan rutin layanan2.1.1
kesehatan pada HIV
Epidemiologi Subdirektorat
dan AIDS AIDS dan PMS melalui Sistem Informasi
4
2.1.2 Epidemiologi
HIV dan AIDS (SIHA) tahun 2012-2014 Sifilis
juga memperlihatkan 5
tingginya angka positif pemeriksaan sifilis
di kalangan populasi kunci.2.2 Perkembangan
Untuk Program PPIA
semua populasi 7
kunci, angka tersebut masih terlalu tinggi (Gambar
2.3 Pencegahan Penularan HIV dari Ibu ke Anak 9
2). 2.3.1 Prong 1 : Pencegahan Penularan HIV pada Perempuan Usia Reproduksi 9
2.3.2 Prong 2 : Pencegahan Kehamilan Tidak Terencana pada Perempuan
Gambar 2. Persentase tes sifilisdengan
positif HIV
pada populasi kunci yang mendapat layanan kesehatan 9
2.3.3 Prong 3 : Pencegahan Penularan HIV dan Sifilis dari Ibu ke Anak 10
2.3.4 Prong 4 : Pemberian Dukungan Psikologis, Sosial, Medis dan Perawatan 10

BAB III Pengelolaan Program PPIA 12


3.1 Perencanaan 12
3.2 Pelaksanaan 13
3.3 Pemantauan dan Evaluasi 17
3.3.1 Kegiatan 17
3.3.2 Indikator 19
3.4 Pencatatan dan Pelaporan 20
3.4.1 Pencatatan 20
3.4.2 Pelaporan 20
3.5 Pengorganisasian 3 21
Sumber: SIHA 2012-2014 (Laporan tahun 2014 hanya mencakup pelaporan Januari-Juni 2014)
3.5.1 Pihak yang Terkait 22
3.5.2 Peran Pemangku Kepentingan Utama 23
Demikian pula pada populasi antara,PPIA/LKB
3.6 Jejaring angka kejadian IMS masih cukup tinggi. Data SIHA 2012-2014
24
menunjukkan tingginya kejadian duh tubuh uretra dan ulkus genital pada kelompok pelanggan
pekerja seks (Gambar BAB IV
3). Penutup 26
Angka kejadian duh uretra yang tinggi pada populasi antara ini dapat
menggambarkan besarnya peluang penularan IMS dari populasi antara ke populasi umum. Pada
Daftar Pustaka 27
populasi umum, tahun 2013 tercatat sebanyak 52.032 kunjungan ibu hamil ke layanan IMS. Hampir
setengahnya (25.506) mendapat tes sifilis dan ditemukan hasil positif pada 572 ibu hamil. Angka
Lampiran
kejadian sifilis pada ibu hamil dengan demikian adalah 2% di antara mereka yang mendapat tes sifilis
atau 1.1% di antara mereka yang mengunjungi layanan IMS. Ibu hamil yang menerima pengobatan
sifilis tercatat sebanyak 676 orang 4.
Angka ini masih terlalu tinggi bila dibandingkan dengan target yang ditetapkan untuk populasi umum
yakni 0,1% 5. iv

2Kemenkes RI. Rencana aksi pengendalian IMS-ISR sebagai strategi nasional 2008-2012.
3Angka positif pemeriksaan tes sifilis adalah jumlah hasil tes positif di antara mereka yang dites sifilis. Data SIHA berasal
dari laporan lebih dari 800 fasyankes, sementara terdapat lebih dari 9000 fasyankes di Indonesia.
4
Data GF/SubDit PMS dan AIDS
5
Rencana aksi pengendalian IMS-ISR sebagai strategi nasional 2008-2012.
6 6
Pedoman Manajemen Program Pencegahan Penularan HIV dan Sifilis dari Ibu ke Anak
Pedoman Manajemen Program Pencegahan Penularan HIV dan Sifilis dari Ibu ke Anak 2015
2015

Gambar
Daftar3.Singkatan
Persentase Duh Tubuh Uretra dan Ulkus Genital pada pelanggan WPS yang mengunjungi
fasyankes
AIDS : Acquired immune-deficiency syndrome
Pada tahun 2013 diperkirakan ter-
ARV : Anti retroviral drugs
dapat 5,3 juta ibu hamil di Indone-
BOK : Bantuan Operasional Puskesmas
sia 6. Dengan perkiraan rentang
BPM : Bidan Praktek Mandiri prevalensi sifilis pada ibu hamil
FKRTL : Fasilitas Kesehatan Rujukan Tingkat Lanjutan antara 0,5-3,0% diperkirakan ter-
FKTP : Fasilitas Kesehatan Tingkat Pertama dapat 26.500-159.000 kehamilan
HIV : Human immunodeficiency virus dengan sifilis di Indonesia setiap
IBBS : Integrated Bio-Behavioural Surveillance tahunnya. Janin dari ibu hamil de-
IBI : Ikatan Bidan Indonesia ngan sifilis yang tidak diobati
IDAI : Ikatan Dokter Anak Indonesia dapat mengakibatkan kematian
IDI : Ikatan Dokter Indonesia perinatal hingga 40%, yaitu lahir
IDU : Injecting drug use mati 25% dan kematian neonatal
IMS-ISR : Infeksi Menular Seksual-Infeksi Saluran Reproduksi 15% 7.
KDS : Kelompok Dukungan Sebaya
Sumber: SIHA 2012-2014
KIE : Komunikasi Informasi Edukasi
KPAD bulan Juni: tahun
Sampai Komisi 2014
Penanggulangan
penapisan AIDS Daerahtes sifilis pada kunjungan antenatal baru dilakukan
dengan
KTS : Konseling dan Tes Sukarela
pada 24.022 ibu hamil. Beban tersebut belum memperhitungkan kom-plikasi IMS lainnya, seperti
LBT
gonorhea : Laki-lakiyang
dan klamidia Berisiko Tinggi menyebabkan abortus, kelahiran prematur dan kematian
dapat
neonatal. Agar penapisan IMS pada ibu
LKB : Layanan Komprehensif hamil efektif dalam mencegah kesakitan dan kematian
Berkesinambungan
janin/neonatus
LSL tersebut, maka
: Lelaki yang diperlukan
Berhubungan Sekspeningkatan
dengan Lelaki cakupan penapisan, baik melalui tes sifilis
maupun
ODHA tes untuk: IMS lainnya.
Orang Dengan HIV-AIDS
PAPELKI : Persatuan Ahli Teknologi Laboratorium Kesehatan Indonesia
Semua
PDP
data IMS : pada populasi kunci, antara dan umum di atas menunjukkan bahwa IMS belum
Perawatan, Dukungan dan Pengobatan Lebih Lanjut
terkendali dengan baik di Indonesia. Dengan pengendalian yang baik, prevalensi IMS pada ketiga
PDS Patklin : Perhimpunan Dokter Spesialis Patologi Klinik
populasi tersebut akan menurun. Penurunan prevalensi IMS akan berkontribusi terhadap penurunan
PERDOSKI : Persatuan Dokter Spesialis Kulit dan Kelamin Indonesia
penularan HIV, penurunan tingkat komplikasi, kesakitan dan kematian yang terkait dengan IMS.
PERSAGI : Persatuan Ahli Gizi Indonesia
PKPR : Pelayanan Kesehatan Peduli Remaja
2.2 Perkembangan Program PPIA
PKRT : Pelayanan Kesehatan Reproduksi Terpadu
Upaya
PMTCT pencegahan : penularan
Prevention ofHIV dari ibu ketransmission
mother-to-child anak telah dilaksanakan di Indonesia sejak tahun 2004,
khususnya
POGI di daerah dengan tingkat
: Perkumpulan epidemi
Obstetri HIV tinggi.
dan Ginekologi PPIA merupakan bagian dari upaya pengendalian
Indonesia
HIV-AIDS
Polindes dan IMS: lainnya melaluiDesa
Pondok Bersalin pelayanan KIA. Pada saat itu, upaya yang dilakukan terfokus pada
penyusunan
Poskesdes pedoman: Pos nasional, penyusunan modul pelatihan, pelatihan PPIA, pembentukan jejaring
Kesehatan Desa
pelayanan
Posyandu dan memulai pembenahan
: Pos Pelayanan sistem
Kesehatan pencatatan dan pelaporan. Pada waktu itu pemeriksaan
Terpadu
HIVPPIA
pada ibu hamil: hanya
Pencegahan Penularan HIV dari Ibu keperilaku
dilakukan pada ibu dengan Anak berisiko.
PPNI : Persatuan Perawat Nasional Indonesia
Sebagai akibat dari adanya stigma dan perilaku diskriminatif di lingkungan kesehatan pada awal upaya
PPPKMI : Perkumpulan Promosi dan Pendidikan Kesehatan Masyarakat Indonesia
PPIA, serta kurangnya perhatian dan dukungan dari pengelola program, maka pengembangan program
PUS : Pasangan
berjalan lambat. Hingga akhirUsia Subur2011 baru terdapat 94 layanan PPIA (Kemenkes, 2011), yang baru
tahun
Pusling
menjangkau : 7%
sekitar Puskesmas Keliling jumlah ibu hamil yang memerlukan layanan PPIA. Untuk perluasan
dari perkiraan
jangkauan dan akses layanan bagi masyarakat, Program PPIA juga dilaksanakan oleh beberapa
v
lembaga masyarakat.

Peningkatan akses program dan pelayanan PPIA selanjutnya ditingkatkan untuk mengendalikan penularan
HIV dari ibu ke anak, seiring dengan semakin banyak ditemukan ibu hamil dengan HIV. pada tahun 2013
Kementerian Kesehatan mengeluarkan Surat Edaran Menteri Kesehatan No 001/GK/2013 tentang Layanan
PPIA yang disertai dengan Rencana Aksi Nasional (RAN) PPIA 2013-2017. Dengan terbitnya surat edaran

6 Kemenkes RI. Subdirektorat Bina Kesehatan Ibu Hamil


7
Regional strategy for the prevention and control of STIs 2007-2015, WHO SEARO.
7
7
Pedoman Manajemen Program Pencegahan Penularan HIV dan Sifilis dari Ibu ke Anak 2015
Pedoman Manajemen Program Pencegahan Penularan HIV dan Sifilis dari Ibu ke Anak 2015

Daftar
tersebut,kegiatan PPIA Isi
diintegrasikan ke dalam pelayanan KIA, KB dan konseling remaja.
Surat edaran tersebut selanjutnya diperkuat oleh Peraturan Menteri Kesehatan No 51/2013 tentang
Kata Pengantar ii
Pedoman PPIA dan Sambutan
PeraturanDirektur
Menteri Kesehatan
Jenderal Bina GiziNo
dan21/2013
Kesehatantentang Penanggulangan HIV dan AIDS.
Ibu dan Anak iii
Berdasarkan surat edaran
Daftartersebut,
Isi semua ibu hamil di daerah epidemi meluas dan terkonsentrasi dalam iv
wajibSingkatan
pelayanan antenatal Daftar mendapatkan tes HIV yang inklusif dalam pemeriksaan laboratorium rutin, v
bersama tes lainnya,Definisi
sejak kunjungan pertama sampai menjelang persalinan. Untuk daerah epidemi vii
rendah, tes HIV diprioritaskan untuk ibu hamil dengan IMS dan tuberkulosis (TB).
BAB I
Pendahuluan 1
1.1 Latar Belakang 1
1.2 Kebijakan dan1.Strategi
Boks Tes HIV pada ibu hamil 1
1.2.1 Kebijakan 2
Di daerah epidemi meluas dan
1.2.2terkonsentrasi:
Strategi semua ibu hamil wajib mendapatkan tes HIV 2
1.3 Tujuan
Di daerah epidemi rendah: 3
tes HIV diprioritaskan untuk ibu hamil dengan IMS dan tuberkulosis
1.4 Sasaran 3

Selain perubahan kebijakan


BAB II tersebut, terdapatPenularan
Upaya Pencegahan juga perubahan
HIV dari di
Ibutingkat
ke Anakglobal dalam cara pengobatan ARV
4
pada ibu hamil yang menetapkan bahwa semua
2.1 Epidemiologi ibu hamil dengan HIV diberi pengobatan ARV segera
HIV dan Sifilis 4
tanpa memperhitungkan jumlah 2.1.1
CD4Epidemiologi
dan umurHIV dan AIDS serta pengobatan ARV diberikan seumur
kehamilan, 4
2.1.2 Epidemiologi Sifilis 5
hidup. Persalinan pada ibu dengan HIV dapat dilakukan secara pervaginam dan pemberian ASI eksklusif
2.2 Perkembangan Program PPIA 7
dengan mengikuti syarat-syarat tertentu. Penularan
2.3 Pencegahan Semua ibu HIVhamil dengan
dari Ibu ke Anak HIV diberi konseling dan pelayanan9 KB
postpartum. Semua metoda kontrasepsi
2.3.1 dapat digunakan
Prong 1 : Pencegahan Penularan HIV oleh perempuan
pada dengan
Perempuan Usia HIV, kecuali
Reproduksi 9
kontrasepsi hormonal tertentu 2.3.2
yang mengurangi efektivitas
Prong 2 : Pencegahan ARV. Untuk
Kehamilan pencegahan
Tidak Terencana padapenularan
Perempuaninfeksi HIV
tetap dianjurkan penggunaan kondomdengan HIV hubungan seksual.
pada setiap 9
2.3.3 Prong 3 : Pencegahan Penularan HIV dan Sifilis dari Ibu ke Anak 10
2.3.4 Prong 4 : Pemberian Dukungan Psikologis, Sosial, Medis dan Perawatan 10
Boks 2. Ibu hamil dengan HIV: pengobatan, cara persalinan, KB dan pemberian ASI
BAB III Pengelolaan Program PPIA 12
Pengobatan ARV diberikan 3.1 kepada ibu hamil segera setelah diketahui bahwa hasil tes HIV-nya positif tanpa
Perencanaan 12
memperhitungkan jumlah 3.2CD4 dan umur kehamilan
Pelaksanaan 13
3.3 HIV
Persalinan pada ibu dengan Pemantauan dan Evaluasi
dapat dilakukan secara pervaginam, kecuali bila ada indikasi medis 17
3.3.1 Kegiatan 17
Semua ibu hamil dengan HIV diberi konseling dan pelayanan KB postpartum. Semua metoda kontrasepsi
3.3.2 Indikator 19
dapat digunakan oleh perempuan dengan HIV, kecuali
3.4 Pencatatan dan Pelaporan
kontrasepsi hormonal tertentu yang mengurangi
20
efektivitas ARV 3.4.1 Pencatatan 20
ASI ekslusif dapat diberikan dengan mengikuti syarat-syarat tertentu
3.4.2 Pelaporan 20
3.5 Pengorganisasian
Untuk pencegahan penularan infeksi HIV tetap dianjurkan penggunaan kondom pada setiap hubungan 21
seksual 3.5.1 Pihak yang Terkait 22
3.5.2 Peran Pemangku Kepentingan Utama 23
Untuk meningkatkan kemampuan3.6 Jejaring PPIA/LKB
pengelola 24
program dan petugas kesehatan, pada tahun 2013 diadakan
pelatihan PPIA di 12 propinsi dengan kasus HIV-AIDS tinggi (Sumatera Utara, Kepulauan Riau, Riau, Jawa
BAB IV Penutup 26
Barat, Jawa Timur, Jawa Tengah, DKI Jakarta, Kalimantan Barat, Sulawesi Selatan, Bali, Papua dan Papua
Barat), yang mencakup 65 kabupaten/kota dan 166 puskesmas. Pada tahun 2013 fasilitas 27
Daftar Pustaka yang
memberikan pelayanan PPIA meningkat sebanyak 108 rumah sakit dan 370 puskesmas. Jumlah ibu hamil
Lampiran dari sebanyak 21.103 ibu hamil (2011) menjadi 137.000 ibu hamil (Januari-
yang dites HIV juga meningkat
Juni 2014).

Selanjutnya upaya PPIA berkembang dengan mengintegrasikan pencegahan sifilis kongenital ke


dalamnya. Hal ini mengacu kepada hasil kajian WHO di beberapa negara Asia-Pasifik yang
menunjukkan bahwa skrining sifilis pada ibu hamil yang dilaksanakan bersamaan dengan PPIA sangat iv
cost-effective untuk mencapai tujuan target eliminasi ganda (eliminasi HIV pada neonatus dan sifilis
kongenital). Untuk melihat kelayakan dan efektivitas pendekatan ini dalam konteks Indonesia serta
mencari model layanan yang bisa diterapkan, maka pada tahun 2013 Kementerian Kesehatan
melakukan ujicoba dengan membuat wilayah percontohan untuk penerapan tes HIV dan sifilis pada
ibu hamil dalam pelayanan antenatal di 4 kota (Bandung, Jakarta Barat, Surabaya dan Sorong) di
fasilitas kesehatan dasar dan rujukan. Hasil ujicoba ini nantinya akan menjadi model layanan yang
akan diterapkan di Indonesia.

8
8
Pedoman Manajemen Program Pencegahan Penularan HIV dan Sifilis dari Ibu ke Anak
Pedoman Manajemen Program Pencegahan Penularan HIV dan Sifilis dari Ibu ke Anak 2015
2015

Daftar Singkatan
2.3 Pencegahan Penularan HIV dan Sifilis dari Ibu ke Anak
AIDS : Acquired immune-deficiency syndrome
Upaya PPIA dilaksanakan melalui kegiatan pencegahan dan penanganan HIV secara komprehensif
ARV : Anti retroviral drugs
dan berkesinambungan dalam empat komponen (prong) sebagai berikut.
BOK : Bantuan Operasional Puskesmas
1. Prong 1: pencegahan penularan HIV pada perempuan usia reproduksi.
BPM : Bidan Praktek
2. Prong 2: pencegahan Mandiri
kehamilan yang tidak direncanakan pada perempuan dengan HIV.
3. Prong 3: pencegahan penularanRujukan
FKRTL : Fasilitas Kesehatan Tingkat
HIV dan Lanjutan
sifilis dari ibu hamil (dengan HIV dan sifilis) kepada
FKTP : Fasilitas Kesehatan
janin/bayi yang dikandungnya. Tingkat Pertama
4. HIVProng 4: dukungan
: Human psikologis, sosial virus
immunodeficiency dan perawatan kepada ibu dengan HIV beserta anak dan
keluarganya. : Integrated Bio-Behavioural Surveillance
IBBS
IBI : Ikatan Bidan Indonesia
2.3.1
IDAI Prong 1: :Pencegahan
Ikatan DokterPenularan HIV pada Perempuan Usia Reproduksi
Anak Indonesia
IDI : Ikatan Dokter Indonesia
Langkah dini yang paling efektif untuk mencegah terjadinya penularan HIV pada bayi adalah dengan
IDU : Injecting drug use
mencegah perempuan usia reproduksi tertular HIV. Komponen ini dapat juga dinamakan pencegahan
IMS-ISR : Infeksi
primer. Pendekatan Menular Seksual-Infeksi
pencegahan Saluran untuk
primer bertujuan Reproduksi
mencegah penularan HIV dari ibu ke bayi
KDS : Kelompok Dukungan Sebaya
secara dini, bahkan sebelum terjadinya hubungan seksual. Hal ini berarti mencegah perempuan
KIE pada usia reproduksi,
muda : Komunikasi Informasi
ibu hamil Edukasi
dan pasangannya untuk tidak terinfeksi HIV. Dengan demikian,
penularan HIV dari ibu ke bayi dijamin bisa
KPAD : Komisi Penanggulangan AIDSdicegah.
Daerah
KTS : Konseling dan Tes Sukarela
Untuk
LBT menghindari penularan
: Laki-laki HIV,Tinggi
Berisiko dikenal konsep ABCDE sebagai berikut.
A (Abstinence):
1. LKB Absen seks Berkesinambungan
artinyaKomprehensif
: Layanan atau tidak melakukan hubungan seks bagi yang belum
menikah.
LSL : Lelaki yang Berhubungan Seks dengan Lelaki
2. B (Be faithful): artinya Bersikap saling setia kepada satu pasangan seks (tidak berganti-ganti
ODHA : Orang Dengan HIV-AIDS
pasangan).
PAPELKI : Persatuan Ahli Teknologi Laboratorium Kesehatan Indonesia
3. C (Condom): artinya Cegah penularan HIV melalui hubungan seksual dengan menggunakan
PDP : Perawatan, Dukungan dan Pengobatan Lebih Lanjut
kondom.
4. D (Drug No): :artinya
PDS Patklin Perhimpunan Dokter Spesialis Patologi Klinik
Dilarang menggunakan narkoba.
5. E (Education): Persatuan
PERDOSKI : artinya Dokter SpesialisEdukasi
pemberian Kulit dan Kelamin Indonesia yang benar mengenai HIV, cara
dan informasi
PERSAGI : Persatuan Ahli Gizi Indonesia
penularan, pencegahan dan pengobatannya.
PKPR : Pelayanan Kesehatan Peduli Remaja
Kegiatan
PKRT yang dapat dilakukan
: Pelayanan untuk pencegahan
Kesehatan primer antara lain sebagai berikut.
Reproduksi Terpadu
1. PMTCT
KIE tentang HIV-AIDS dan
: Prevention kesehatan reproduksi,
of mother-to-child transmission baik secara individu atau kelompok dengan
sasaran khusus
POGI : perempuan usia reproduksi
Perkumpulan Obstetri danIndonesia
dan Ginekologi pasangannya.
2. Polindes
Dukungan psikologis kepadaDesa
: Pondok Bersalin perempuan usia reproduksi yang mempunyai perilaku atau
pekerjaan berisiko
Poskesdes dan rentan
: Pos Kesehatan Desauntuk tertular HIV (misalnya penerima donor darah, pasangan
dengan
Posyandu
perilaku/pekerjaan berisiko) agar bersedia melakukan tes HIV.
: Pos Pelayanan Kesehatan Terpadu
3. Dukungan sosial dan perawatan bila hasil tes positif.
PPIA : Pencegahan Penularan HIV dari Ibu ke Anak
PPNI : Persatuan Perawat Nasional Indonesia
2.3.2 Prong 2: Mencegah Kehamilan Tidak Direncanakan pada Perempuan dengan HIV
PPPKMI : Perkumpulan Promosi dan Pendidikan Kesehatan Masyarakat Indonesia
Perempuan
PUS dengan HIV Usia
: Pasangan danSuburpasangannya perlu merencanakan dengan seksama sebelum
memutuskan
Pusling untuk ingin punya
: Puskesmas anak. Perempuan dengan HIV memerlukan kondisi khusus yang
Keliling
aman untuk hamil, bersalin, nifas dan menyusui, yaitu aman untuk ibu terhadap komplikasi
kehamilan akibat keadaan daya tahan tubuh yang rendah; dan aman untuk bayi terhadap
v penularan
HIV selama kehamilan, proses persalinan dan masa laktasi. Perempuan dengan HIV masih dapat
melanjutkan kehidupannya, bersosialisasi dan bekerja seperti biasa bila mendapatkan pengobatan
dan perawatan yang teratur. Mereka juga bisa memiliki anak yang bebas dari HIV bila kehamilannya
direncanakan dengan baik. Untuk itu, perempuan dengan HIV dan pasangannya perlu
memanfaatkan layanan yang menyediakan informasi dan sarana kontrasepsi guna mencegah
kehamilan yang tidak direncanakan.

9
9
Pedoman Manajemen Program Pencegahan Penularan HIV dan Sifilis dari Ibu ke Anak 2015
Pedoman Manajemen Program Pencegahan Penularan HIV dan Sifilis dari Ibu ke Anak 2015

Kegiatan yang dapatDaftar


dilakukan Isiantara lain sebagai berikut.
1. Meningkatkan akses ODHA ke layanan KB yang menyediakan informasi dan sarana pelayanan
kontrasepsi yangKata
aman dan efektif.
Pengantar ii
Sambutan Direktur
2. Memberikan konseling Jenderal Bina
dan pelayanan KBGiziberkualitas
dan Kesehatan Ibu dan Anak
tentang iii
perencanaan kehamilan dan
Daftar Isi iv
pemilihan metoda kontrasepsi yang sesuai, kehidupan seksual yang aman dan penanganan efek
Daftar Singkatan v
samping KB. Definisi vii
3. Menyediakan alat dan obat kontrasepsi yang sesuai untuk perempuan dengan HIV.
4. Memberikan dukungan psikologis, sosial, medis dan keperawatan.
BAB I Pendahuluan 1
1.1 Latar Belakang 1
1.2 Kebijakan dan Strategi 1
2.3.3 Prong 3: Mencegah Penularan HIV dan Sifilis dari Ibu ke Bayi
1.2.1 Kebijakan 2
Pada ibu hamil dengan HIV yang tidak
1.2.2 mendapatkan upaya
Strategi pencegahan penularan kepada janin atau
2
bayinya, maka 1.3 Tujuan
risiko penularan berkisar antara 20-50%. 3
Bila dilakukan upaya pencegahan, maka
1.4 Sasaran 3
risiko penularan dapat diturunkan menjadi kurang dari 2%. Dengan pengobatan ARV yang teratur
dan perawatan yang BABbaik, ibu hamil
II Upaya dengan
Pencegahan HIV dapat
Penularan HIV darimelahirkan
Ibu ke Anak anak yang terbebas dari HIV
4
melalui persalinan pervaginam dan menyusui
2.1 Epidemiologi HIV dan bayinya.
Sifilis Pada ibu hamil dengan sifilis, pemberian
4
terapi yang adekuat untuk sifilis pada
2.1.1 ibu dapatHIV
Epidemiologi mencegah
dan AIDS terjadinya sifilis kongenital pada bayinya.
4
2.1.2 Epidemiologi Sifilis 5
Pencegahan penularan HIV2.2 dan sifilis pada Program
Perkembangan ibu hamil yang terinfeksi HIV dan sifilis ke janin/bayi yang
PPIA 7
dikandungnya mencakup langkah-langkah sebagaiHIV
2.3 Pencegahan Penularan berikut.
dari Ibu ke Anak 9
1. Layanan antenatal terpadu2.3.1 Prong 1tes
termasuk : Pencegahan Penularan HIV pada Perempuan Usia Reproduksi
HIV dan sifilis. 9
2.3.2 Prong 2 : Pencegahan Kehamilan Tidak Terencana pada Perempuan
2. Menegakkan diagnosis HIV dan/atau sifilis.
dengan HIV 9
3. Pemberian terapi antiretroviral
2.3.3(untuk
ProngHIV) dan Benzatin
3 : Pencegahan Penisilin
Penularan HIV (untuk sifilis)
dan Sifilis bagi
dari Ibu keibu.
Anak 10
4. Konseling persalianan dan KB pasca
2.3.4 persalianan.
Prong 4 : Pemberian Dukungan Psikologis, Sosial, Medis dan Perawatan 10
5. Konseling menyusui dan pemberian makanan bagi bayi dan anak, serta KB.
BAB III
6. Konseling pemberian Pengelolaan
profilaksis ARVProgram PPIA
dan kotrimoksazol pada anak. 12
3.1 Perencanaan 12
7. Persalinan yang aman dan pelayanan KB pasca persalinan.
3.2 Pelaksanaan 13
8. Pemberian profilaksis ARV3.3pada bayi. dan Evaluasi
Pemantauan 17
9. Memberikan dukungan psikologis,
3.3.1 sosial dan keperawatan bagi ibu selama hamil, bersalin dan bayinya.
Kegiatan 17
3.3.2 Indikator 19
Semua kegiatan di atas akan3.4 efektif jikadan
Pencatatan dijalankan
Pelaporan secara berkesinambungan. Kombinasi kegiatan
20
tersebut merupakan strategi yang
3.4.1 paling efektif untuk mengidentifikasi perempuan yang terinfeksi
Pencatatan 20
HIV dan sifilis serta mengurangi risiko
3.4.2 penularan dari ibu ke anak pada masa kehamilan, persalinan20
Pelaporan dan
pasca kelahiran. 3.5 Pengorganisasian 21
3.5.1 Pihak yang Terkait 22
3.5.2 Peran Pemangku Kepentingan Utama 23
2.3.4 Prong 4: Dukungan
3.6Psikologis, Sosial, Medis dan Perawatan
Jejaring PPIA/LKB 24
Ibu dengan HIV memerlukan dukungan psikososial agar dapat bergaul dan bekerja mencari nafkah
BAB IV Penutup 26
seperti biasa. Dukungan medis dan perawatan diperlukan untuk mencegah terjadinya komplikasi
akibat penurunan daya
Daftartahan
Pustakatubuh. Dukungan tersebut juga perlu diberikan kepada anak 27
dan
keluarganya.
Lampiran
Dukungan Psikososial
Pemberian dukungan psikologis dan sosial kepada ibu dengan HIV dan keluarganya cukup penting,
mengingat ibu dengan HIV maupun ODHA lainnya menghadapi masalah psikososial, seperti stigma
dan diskriminasi, depresi, pengucilan dari lingkungan sosial dan keluarga, masalah dalam pekerjaan,
ekonomi dan pengasuhan anak. Dukungan psikososial dapat diberikan oleh pasangan dan keluarga, iv
kelompok dukungan sebaya, kader kesehatan, tokoh agama dan masyarakat, tenaga kesehatan dan
Pemerintah. Bentuk dukungan psikososial dapat berupa empat macam, yaitu:
dukungan emosional, berupa empati dan kasih sayang;
dukungan penghargaan, berupa sikap dan dukungan positif;
dukungan instrumental, berupa dukungan untuk ekonomi keluarga;
dukungan informasi, berupa semua informasi terkait HIV-AIDS dan seluruh layanan pendukung,
termasuk informasi tentang kontak petugas kesehatan/LSM/kelompok dukungan sebaya.
10
10
Pedoman Manajemen Program Pencegahan Penularan HIV dan Sifilis dari Ibu ke Anak
Pedoman Manajemen Program Pencegahan Penularan HIV dan Sifilis dari Ibu ke Anak 2015
2015

Dukungan Medis dan Perawatan


Daftar Singkatan
Tujuan dari dukungan ini untuk menjaga ibu dan bayi tetap sehat dengan peningkatkan pola hidup
AIDS : Acquired immune-deficiency syndrome
sehat, kepatuhan pengobatan, pencegahan penyakit oportunis dan pengamatan status kesehatan.
Anti retroviral drugs
Dukungan bagi ibu: meliputi:
ARV

pemeriksaan danBantuan
BOK : Operasional
pemantauan Puskesmas
kondisi kesehatan;
BPM : Bidan Praktek Mandiri
pengobatan dan pemantauan terapi ARV;
FKRTL
pencegahan dan : Fasilitas Kesehatan
pengobatan Rujukan
infeksi Tingkat Lanjutan
oportunistik;
FKTP : Fasilitas Kesehatan Tingkat Pertama
konseling dan dukungan kontrasepsi dan pengaturan kehamilan;
HIV Human immunodeficiency
konseling dan:dukungan asupan gizi; virus
IBBS : Integrated
layanan klinik dan rumah sakitBio-Behavioural Surveillance
yang bersahabat;
IBIkunjungan rumah.
: Ikatan Bidan Indonesia
IDAI : Ikatan Dokter Anak Indonesia
Dukungan
IDI bagi bayi/anak
: Ikatan meliputi:
Dokter Indonesia
IDU
diagnosis HIV :pada bayi drug
Injecting dan use
anak;
IMS-ISR
pemberian kotrimoksazol profilaksis;
: Infeksi Menular Seksual-Infeksi Saluran Reproduksi
KDS
pemberian ARV : pada bayiDukungan
Kelompok dengan Sebaya
HIV;
KIE
informasi dan:edukasi pemberian makanan
Komunikasi Informasi Edukasi
bayi/anak;
KPAD
pemeliharaan:kesehatan dan pemantauan tumbuh
Komisi Penanggulangan AIDS Daerah
kembang anak;
KTS
pemberian imunisasi.
: Konseling dan Tes Sukarela
Penyuluhan
LBT yang diberikan kepadaTinggi
: Laki-laki Berisiko anggota keluarga meliputi:
LKB
cara penularan: HIV dan Komprehensif
Layanan pencegahannya;
Berkesinambungan
LSL
penggerakan dukungan
: Lelaki yang Berhubunganbagi
masyarakat Sekskeluarga.
dengan Lelaki
ODHA : Orang Dengan HIV-AIDS
Penjelasan Kegiatan PPIA komprehensif dan berkesinambungan dapat digambarkan dalam alur
PAPELKI : Persatuan Ahli Teknologi Laboratorium Kesehatan Indonesia
seperti pada Bagan 1.
PDP : Perawatan, Dukungan dan Pengobatan Lebih Lanjut
PDS Patklin : Perhimpunan Dokter Spesialis Patologi Klinik
Bagan 1. Alur Kegiatan PPIA Komprehensif dan Berkesinambungan dengan Pendekatan Prong 1-4
PERDOSKI : Persatuan Dokter Spesialis Kulit dan Kelamin Indonesia
PERSAGI : Persatuan Ahli Gizi Indonesia
PKPR : Pelayanan
Perempuan Kesehatan Peduli Remaja
usia reproduksi Cegah tertular HIV
PKRT : Pelayanan Kesehatan Reproduksi Terpadu
PMTCT : Prevention of mother-to-child transmission
Terinfeksi HIV Tidak terinfeksi HIV
POGI : Perkumpulan Obstetri dan Ginekologi Indonesia
Polindes : Pondok Bersalin Desa
Poskesdes
Perempuan dengan HIV
: Pos Kesehatan Desa
Cegah kehamilan tak direncanakan
Posyandu : Pos Pelayanan Kesehatan Terpadu
PPIA Hamil
: Pencegahan Penularan HIV dari Ibu ke Anak Tidak hamil
PPNI : Persatuan Perawat Nasional Indonesia
PPPKMI : Perkumpulan Promosi dan Pendidikan Kesehatan Masyarakat Indonesia
Perempuan dengan HIV hamil Cegah penularan ke anak
PUS : Pasangan Usia Subur
Pusling : Puskesmas Keliling
Anak terinfeksi HIV Anak tidak terinfeksi
v

Dukungan psikologis, sosial, medis dan perawatan

11
11
Pedoman Manajemen Program Pencegahan Penularan HIV dan Sifilis dari Ibu ke Anak 2015
Pedoman Manajemen Program Pencegahan Penularan HIV dan Sifilis dari Ibu ke Anak 2015

BAB
Daftar Isi III. PENGELOLAAN PROGRAM PPIA

Kata Pengantar ii
Pengelolaan Program PPIADirektur
Sambutan meliputi
Jenderalproses pengorganisasian,
Bina Gizi dan perencanaan, pelaksanaan,
Kesehatan Ibu dan Anak iii
pemantauan dan evaluasi,
Daftar Isi serta pencatatan dan pelaporan program. Semua proses tersebut iv
dilakukan pada semua tingkatan
Daftar Singkatansesuai dengan kewenangan di tiap tingkatan. v
Definisi vii
3.1 Perencanaan
BAB I Pendahuluan 1
1.1 Latar Belakang 1
Perencanaan program dilakukan di tingkat Pusat, Propinsi, Kabupaten/Kota dan fasilitas pelayanan
1.2 Kebijakan dan Strategi 1
kesehatan sesuai dengan ruang lingkup kerja masing-masing. Di bawah ini diuraikan aspek pokok
1.2.1 Kebijakan 2
perencanaan program di setiap1.2.2
tingkat yang perlu dijabarkan lebih lanjut.
Strategi 2
1.3 Tujuan 3
Tingkat Pusat 1.4 Sasaran 3
1. Merencanakan pengembangan program PPIA.
BAB II Upaya Pencegahan Penularan HIV dari Ibu ke Anak 4
2. Merencanakan kebutuhan pengelola program PPIA di tingkat Pusat dan pengadaan logistik
2.1 Epidemiologi HIV dan Sifilis 4
program di tingkat nasional, 2.1.1yang meliputiHIV
Epidemiologi antara lain buku pedoman, bahan KIE, obat ARV dan
dan AIDS 4
obat sifilis, reagen HIV dan2.1.2
reagen sifilis serta
Epidemiologi alat dan obat kontrasepsi.
Sifilis 5
3. Merencanakan sistem 2.2 Perkembangan
pelatihan PPIA Program PPIA
secara nasional serta merencanakan pelatihan, orientasi 7
2.3 Pencegahan Penularan HIV dari Ibu ke Anak 9
dan sosialisasi pengelola program dan pelaksana pelayanan PPIA di tingkat nasional.
2.3.1 Prong 1 : Pencegahan Penularan HIV pada Perempuan Usia Reproduksi 9
4. Merencanakan kebutuhan2.3.2 dan sumber
Prong 2 : pembiayaan untuk kegiatan
Pencegahan Kehamilan PPIA secara
Tidak Terencana nasional.
pada Perempuan
5. Merencanakan sistem pemantauan danHIV
dengan evaluasi program PPIA secara nasional. 9
6. Merencanakan koordinasi 2.3.3dengan lintas
Prong program, lintas
3 : Pencegahan sektor
Penularan danSifilis
HIV dan pihak dariterkait.
Ibu ke Anak 10
2.3.4 Prong 4 : Pemberian Dukungan Psikologis, Sosial, Medis dan Perawatan 10
Tingkat Propinsi
BAB III Pengelolaan Program PPIA 12
1. Merencanakan perluasan 3.1 program
PerencanaanPPIA secara bertahap bagi kabupaten/kota. 12
2. Merencanakan kebutuhan logistik program tingkat propinsi antara lain buku pedoman, bahan
3.2 Pelaksanaan 13
KIE, obat ARV dan obat3.3 sifilis, reagen HIV
Pemantauan dan reagen sifilis serta alat dan obat kontrasepsi. 17
dan Evaluasi
3. Merencanakan kebutuhan3.3.1 Kegiatan
tenaga pengelola di tingkat propinsi dan pelatihannya di tingkat17
3.3.2 Indikator 19
propinsi dan kabupaten/kota.
3.4 Pencatatan dan Pelaporan 20
4. Merencanakan anggaran APBD 3.4.1 Propinsi
Pencatatandan sumber lain untuk kegiatan PPIA. 20
5. Merencanakan pelatihan, orientasi dan sosialisasi pengelola program PPIA dan tenaga kesehatan
3.4.2 Pelaporan 20
PPIA di tingkat propinsi.3.5 Pengorganisasian 21
6. Merencanakan implementasi, 3.5.1pemantauan
Pihak yang Terkait
dan evaluasi program PPIA tingkat propinsi. 22
3.5.2 Peran Pemangku Kepentingan Utama 23
7. Merencanakan koordinasi dengan lintas program, lintas sektor dan pihak terkait.
3.6 Jejaring PPIA/LKB 24
8. Merencanakan pembentukan jejaring rujukan antar-layanan, serta jejaring dengan Dinas
Kesehatan, KPAP, LSM
BAB IV dan Komunitas terkait PPIA
Penutup 26

Daftar Pustaka
Tingkat Kabupaten/Kota 27
1. Merencanakan perluasan
Lampiran
layanan PPIA secara bertahap bagi puskesmas, fasilitas kesehatan
tingkat pertama (FKTP) terkait lainnya dan fasilitas kesehatan rujukan tingkat lanjutan (FKRTL).
2. Merencanakan alokasi kebutuhan anggaran melalui dana APBD dan sumber dana lain untuk
kebutuhan logistik, penyiapan sumberdaya manusia, operasional dan sistim rujukan.
3. Merencanakan kebutuhan logistik program antara lain buku pedoman, bahan KIE dan obat sifilis,
reagen HIV, reagen sifilis, alat dan obat kontrasepsi serta bahan logistik lainnya.
iv
4. Merencanakan pelatihan, orientasi dan sosialisasi pengelola program PPIA dan tenaga kesehatan
PPIA serta pelatihannya di tingkat kabupaten/kota.
5. Merencanakan implementasi, pemantauan dan evaluasi program terkait PPIA tingkat layanan.
6. Merencanakan koordinasi dengan lintas program, lintas sektor dan pihak terkait.
7. Merencanakan pembentukan jejaring rujukan antar-layanan serta jejaring dengan KPAK, LSM dan
komunitas terkait PPIA.

12
12
Pedoman Manajemen Program Pencegahan Penularan HIV dan Sifilis dari Ibu ke Anak
Pedoman Manajemen Program Pencegahan Penularan HIV dan Sifilis dari Ibu ke Anak 2015
2015

Rumah
DaftarSakit dan Fasilitas Kesehatan Rujukan Tingkat Lanjut terkait lainnya
Singkatan
1. Merencanakan pengembangan program PPIA dalam sistem pelayanan RS.
2. AIDS
Merencanakan: kebutuhan logistik, antara
Acquired immune-deficiency lain obat ARV dan sifilis, reagen HIV dan sifilis.
syndrome
3. ARV
Menyiapkan tenaga kesehatan
: Anti retroviral sebagai penanggung-jawab dan pelaksana pelayanan PPIA.
drugs
4. BOK
Merencanakan: pelatihan, orientasi
Bantuan Operasional dan sosialisasi PPIA internal RS.
Puskesmas
5. BPM
Merencanakan kegiatan dan pembinaan
: Bidan Praktek Mandiri jejaring rujukan dengan puskesmas, LSM/KDS/kader
PPIA.
FKRTL : Fasilitas Kesehatan Rujukan Tingkat Lanjutan
6. Merencanakan sistem jejaring rujukan kasus antar RS dan fasilitas pelayanan kesehatan lainnya
FKTP : Fasilitas Kesehatan Tingkat Pertama
dalam Layanan Komprehensif Berkesinambungan (LKB).
HIV : Human immunodeficiency virus
7. Merencanakan anggaran RS untuk kegiatan PPIA.
IBBS : Integrated Bio-Behavioural Surveillance
8. Merencanakan pemantauan dan evaluasi program PPIA di dalam RS.
IBI : Ikatan Bidan Indonesia
Puskesmas
IDAI : Ikatan Dokter Anak Indonesia
1. IDIMerencanakan: pengembangan layanan PPIA di Puskesmas dan jaringannya (Pustu, bidan di desa
Ikatan Dokter Indonesia
IDUdan Puskesmas keliling)drug
: Injecting untukuse menjangkau ibu hamil yang belum terjangkau.
2. IMS-ISR
Merencanakan pembahasan
: Infeksi PPIA dalamSaluran
Menular Seksual-Infeksi mini Reproduksi
lokakarya Puskesmas serta anggaran BOK dan
KDSsumber lainnya untuk kegiatan PPIA.
: Kelompok Dukungan Sebaya
3. KIEMerencanakan kebutuhan logistik, antara lain: alat, reagen HIV, reagen sifilis, ARV, obat sifilis
: Komunikasi Informasi Edukasi
dan bahan habis pakai.
KPAD : Komisi Penanggulangan AIDS Daerah
4. Merencanakan jejaring dengan LSM/KDS/kaderterkait PPIA.
KTS : Konseling dan Tes Sukarela
5. Merencanakan jejaring rujukan antara puskesmas dengan fasilitas pelayanan kesehatan lainnya
LBT : Laki-laki Berisiko Tinggi
dalam LKB.
LKB : Layanan Komprehensif Berkesinambungan
6. Merencanakan kegiatan pemantauan dan evaluasi upaya PPIA di Puskesmas dan jaringannya.
LSL : Lelaki yang Berhubungan Seks dengan Lelaki
ODHA Pelayanan
Fasilitas : Orang DenganTingkat
Kesehatan HIV-AIDSPertama (FKTP) terkait
1. PAPELKI
Merencanakan : pengembangan
Persatuan Ahli Teknologi Laboratorium
layanan PPIA. Kesehatan Indonesia
2. PDP
Merencanakan : anggaran
Perawatan, untuk
Dukungan kegiatan PPIA. Lebih Lanjut
dan Pengobatan
3. PDS
Menyiapkan
Patklin tenaga kesehatan
: Perhimpunan sebagai
Dokter penanggung-jawab
Spesialis Patologi Klinik dan pelaksana pelayanan PPIA.
4. PERDOSKI
Merencanakan : kebutuhan logistik
Persatuan Dokter antara
Spesialis Kulit lain obat ARV
dan Kelamin dan sifilis, reagen HIV dan sifilis dengan
Indonesia
berkoordinasi: dengan
PERSAGI Puskesmas.
Persatuan Ahli Gizi Indonesia
5. PKPR
Merencanakan kegiatanKesehatan
: Pelayanan layananPedulibergerak
Remaja menjangkau ibu hamil, berkoordinasi dengan
Puskesmas. : Pelayanan Kesehatan Reproduksi Terpadu
PKRT
6. PMTCT
Merencanakan : jejaring dengan
Prevention LSM/KDS/kader
of mother-to-child terkait PPIA.
transmission
POGI : Perkumpulan Obstetri dan Ginekologi Indonesia
3.2 Pelaksanaan
Polindes : Pondok Bersalin Desa
Poskesdes kegiatan
Pelaksanaan : Posmemerlukan
Kesehatan Desakoordinasi dan kerjasama horisontal dan vertikal di antara para
Posyandu : Pos Pelayanan
pemangku program terkait, Kesehatan
mitra Terpadu
kerja, pelaksana di lapangan dan masyarakat. Di bawah ini aspek
PPIA dari pelaksanaan
pokok : Pencegahan
programPenularan
menurutHIV dari Ibu ke Anak
tingkatan dan kewenangan masing-masing.
PPNI : Persatuan Perawat Nasional Indonesia
Tingkat
PPPKMIPusat : Perkumpulan Promosi dan Pendidikan Kesehatan Masyarakat Indonesia
1. PUS
Melakukan pemetaan
: Pasangansituasi epidemi HIV Propinsi: epidemi rendah, terkonsentrasi atau meluas
Usia Subur
(generalized) :berdasarkan
Pusling data laporan, estimasi dan proyeksi.
Puskesmas Keliling
2. Membuat dan menyebar-luaskan norma, standar, prosedur dan kriteria (NSPK) terkait dengan
PPIA. v
3. Menjamin ketersediaan dan distribusi obat ARV dan obat sifilis, reagen HIV dan sifilis, serta alat
dan obat kontrasepsi logistik lainnya.
4. Melakukan training of trainer (TOT) PPIA tingkat Pusat dan Propinsi.
5. Melakukan pertemuan berkala PPIA lintas program/sektor terkait di tingkat Pusat, termasuk
pertemuan koordinasi.
6. Mengembangan metoda, teknologi dan media promosi kesehatan terkait PPIA, termasuk metoda
dan strategi KIE untuk remaja, PUS dan ODHA.
13
13
Pedoman Manajemen Program Pencegahan Penularan HIV dan Sifilis dari Ibu ke Anak 2015
Pedoman Manajemen Program Pencegahan Penularan HIV dan Sifilis dari Ibu ke Anak 2015

7. Melakukan pemantauan, evaluasi dan bimbingan teknis kegiatan PPIA.


8. Mengembangkan Daftar
dan Isimemberikan acuan kegiatan pencatatan dan pelaporan, termasuk
rekapitulasi pencatatan dan pelaporan dari propinsi serta memberikan umpan balik kepada
Kata Pengantar ii
semua propinsi untuk
Sambutan melakukan upayaBina
Direktur Jenderal perbaikan.
Gizi dan Kesehatan Ibu dan Anak iii
9. Melakukan penelitian yang terkait dengan PPIA.
Daftar Isi iv
10. Mengupayakan pembiayaan
Daftar Singkatankegiatan PPIA. v
Definisi
11. Membuat dan melaksanakan sistem pemantapan mutu laboratorium. vii
12. Melakukan akreditasi rumah sakit dan puskesmas.
BAB I
Pendahuluan 1
1.1 Latar Belakang 1
Tingkat Propinsi 1.2 Kebijakan dan Strategi 1
1. Melakukan pemetaan situasi epidemi
1.2.1 HIV kabupaten/kota.
Kebijakan 2
1.2.2 Strategike tingkat pusat kebutuhan
2. Mengadakan dan/atau mengusulkan dan distribusi obat ARV 2
dan
1.3 Tujuan 3
sifilis, reagen HIV dan sifilis dan logistik lainnya, termasuk alat dan obat kontrasepsi untuk
1.4 Sasaran 3
penderita HIV positif, serta mendistribusikannya ke kabupaten/kota.
3. Melakukan dan fasilitasi pelatihan
BAB II Upaya PPIA Penularan
Pencegahan di tingkatHIVpropinsi
dari Ibudan kabupaten/kota.
ke Anak 4
4. Mengembangkan metoda dan teknologi
2.1 Epidemiologi HIV promosi
dan Sifilis kesehatan terkait PPIA, termasuk metoda dan 4
strategi KIE untuk remaja, 2.1.1
PUS danEpidemiologi
ODHA. HIV dan AIDS 4
2.1.2 Epidemiologi Sifilis 5
5. Melakukan pertemuan2.2 koordinasi lintas program dan lintas sektor berkala PPIA, termasuk untuk
Perkembangan Program PPIA 7
ketersediaan dan distribusi alat kontrasepsi,
2.3 Pencegahan PenularandiHIV
tingkat
dari Ibupropinsi.
ke Anak 9
6. Melakukan pemantauan, evaluasi dan1 bimbingan
2.3.1 Prong : Pencegahanteknis kegiatan
Penularan HIV padaPPIA ke kabupaten/kota.
Perempuan Usia Reproduksi 9
7. Melakukan rekapitulasi pencatatan
2.3.2 Prong 2 :dan pelaporan
Pencegahan dariTidak
Kehamilan kabupaten/kota di wilayah serta
Terencana pada Perempuan
memberikan umpan balik kepada dengan
semua HIVkabupaten/kota untuk melakukan upaya perbaikan. 9
2.3.3 Prong 3 : Pencegahan Penularan HIV dan Sifilis dari Ibu ke Anak 10
8. Melakukan penelitian yang2.3.4 terkait dengan PPIA.
Prong 4 : Pemberian Dukungan Psikologis, Sosial, Medis dan Perawatan 10
9. Mengupayakan pembiayaan kegiatan PPIA.
10. Melaksanakan sistem
BAB III pemantapan mutuPPIA
Pengelolaan Program laboratorium. 12
3.1 Perencanaan 12
3.2 Pelaksanaan 13
Tingkat Kabupaten/Kota
3.3 Pemantauan dan Evaluasi 17
1. Inventarisasi fasilitas kesehatan dan tenaga yang terkait dengan pengelolaan upaya PPIA,
3.3.1 Kegiatan 17
misalnya: 3.3.2 Indikator 19
RS dalam wilayah kabupaten/kota
3.4 Pencatatan danyang sudah dilatih dan melaksanakan pelayanan PPIA; 20
Pelaporan
3.4.1 Pencatatan
Puskesmas dan FKTP terkait lainnya yang sudah dilatih dan melaksanakan PPIA; 20
3.4.2 Pelaporan 20
jumlah tenaga kesehatan, kader peduli HIV-AIDS, KDS ODHA dan LSM HIV yang ada, terlatih
3.5 Pengorganisasian 21
dan belum terlatih dalam PPIA
3.5.1 serta
Pihak yangmasyarakat
Terkait peduli HIV dan AIDS; 22
sumber pembiayaan untuk 3.5.2 kegiatan PPIA. Kepentingan Utama
Peran Pemangku 23
3.6 Jejaring
2. Pemetaan sasaran program, yaitu:PPIA/LKB 24
perempuan BAB usiaIVreproduksi
Penutup
(15-49 tahun), termasuk remaja, PUS dan populasi kunci; 26
ibu hamil.
3. Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota menetapkan bidan atau perawat terlatih yang dapat
Daftar Pustaka 27
melakukan tes HIV bila di daerah tersebut tidak ada tenaga medis dan atau teknisi laboratorium
Lampiran
terlatih.
4. Melaksanakan dan fasilitasi pelatihan PPIA bagi tenaga kesehatan di puskesmas, RS dan fasilitas
pelayanan kesehatan lainnya serta orientasi PPIA bagi pengelola upaya PPIA di kabupaten/kota.
5. Mengembangan metoda dan teknologi promosi kesehatan terkait PPIA, termasuk metoda dan
strategi KIE untuk remaja, PUS dan ODHA.
6. Mengadakan reagen HIV dan ARV serta mengusulkan permintaan reagen dan obat sifilis serta iv
bahan logistik lainnya ke tingkat Propinsi, termasuk alat dan obat kontrasepsi, dan
mendistribusikannya ke faskes di wilayah kabupaten/kota.
7. Melakukan pertemuan koordinasi berkala PPIA di tingkat kabupaten/kota dan RS, termasuk
untuk ketersediaan dan distribusi alat kontrasepsi.
8. Membentuk dan membina jejaring kerjasama dengan LSM dan KDS terkait PPIA serta jejaring
rujukan kasus antara RS, Puskesmas, KDS/LSM dan kader kesehatan.
9. Melaksanakan pemantapan mutu laboratorium.
14 14
Pedoman Manajemen Program Pencegahan Penularan HIV dan Sifilis dari Ibu ke Anak
Pedoman Manajemen Program Pencegahan Penularan HIV dan Sifilis dari Ibu ke Anak 2015
2015

Daftar
10. Singkatan
Melakukan rekapitulasi pencatatan dan pelaporan dari faskes di wilayah kabupaten/kota dan
umpan baliknya.
AIDS : Acquired immune-deficiency syndrome
Rumah
ARV
Sakit : Anti retroviral drugs
1. Melakukan peningkatan kapasitas staf di RS melalui orientasi, sosialisasi dan pelatihan PPIA .
BOK : Bantuan Operasional Puskesmas
2. Mengajukan permintaan obat ARV kepada Dinas Kesehatan Provinsi atau Dinas Kesehatan
BPM : Bidan Praktek Mandiri
Kabupaten/Kota, serta mengadakan obat sifilis, reagen HIV dan sifilis, bahan logistik terkait
FKRTL : Fasilitas Kesehatan Rujukan Tingkat Lanjutan
lainnya dengan berkoordinasi dengan Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota.
FKTP : Fasilitas Kesehatan Tingkat Pertama
3. Menyusun alur pelayanan dan SPO, termasuk sistem rujukan PPIA internal dan antar RS.
4. HIVMenyusun alur : Human immunodeficiency
pencatatan virus
dan pelaporan pelayanan PPIA internal RS serta melakukan
IBBS
pencatatan dan: Integrated
pelaporan Bio-Behavioural
kegiatan PPIA. Surveillance
5. IBIMelaksanakan: kerjasama
Ikatan Bidandengan
IndonesiaLSM dan komunitas terkait PPIA dalam jejaring LKB.
6. IDAI
Melaksanakan: rujukan kasusAnak
Ikatan Dokter antar RS dan memberikan jawaban rujukan ke Puskesmas dan FKTP
Indonesia
IDIterkait lainnya.
: Ikatan Dokter Indonesia
7. IDUMemberikan :pelayanan/konseling
Injecting drug use sesuai dengan standar:
KB dalam: upaya
IMS-ISR InfeksiPPIA
Menular Seksual-Infeksi Saluran Reproduksi
KDS tes HIV dan sifilis pada
: Kelompok ibu hamil
Dukungan di layanan antenatal
Sebaya
KIE konseling: menyusui
Komunikasidan persalinan
Informasi Edukasiaman pada ibu hamil HIV
pengobatan
KPAD bagi ibu
: Komisi hamil dengan
Penanggulangan AIDSHIV dan sifilis
Daerah
KTS persalinan: pada ibu dengan
Konseling HIV
dan Tes Sukarela
LBT pengobatan dan perawatan
: Laki-laki bagi bayi lahir dari ibu dengan HIV
Berisiko Tinggi
LKB pemeriksaan HIV pada
: Layanan bayi lahirBerkesinambungan
Komprehensif dari ibu dengan HIV
LSL pemantauan: Lelaki yang Berhubungan Seksdan
tumbuh kembang bayi balita
dengan lahir dari ibu HIV
Lelaki

ODHA KIE dan konseling terkait
: Orang Dengan HIV-AIDSkesehatan reproduksi termasuk kontrasepsi, HIV dan IMS kepada
PAPELKImasyarakat yang berkunjung ke RS
: Persatuan Ahli Teknologi Laboratorium Kesehatan Indonesia
8. PDPMelakukan bimbingan teknis terkait PPIA ke Puskesmas.
: Perawatan, Dukungan dan Pengobatan Lebih Lanjut
9. Melaksanakan pemantapan mutu laboratorium untuk tes HIV dan sifilis.
PDS Patklin : Perhimpunan Dokter Spesialis Patologi Klinik
PERDOSKI : Persatuan Dokter Spesialis Kulit dan Kelamin Indonesia
Puskesmas
PERSAGI : Persatuan Ahli Gizi Indonesia
1. Menghitung/memperkirakan jumlah:
PKPR : Pelayanan Kesehatan Peduli Remaja
sasaran ibu hamil yang akan di-tes HIV dan sifilis;
PKRT : Pelayanan Kesehatan Reproduksi Terpadu
perempuan usia reproduksi (15-49 tahun), termasuk remaja, PUS dan populasi kunci.
2. PMTCT : Prevention of mother-to-child transmission
Menginventarisasi:
POGI : Perkumpulan
kader kesehatan Obstetri HIV;
yang terlatih dan Ginekologi Indonesia
Polindes
KDS ODHA; : Pondok Bersalin Desa
Poskesdes
LSM; : Pos Kesehatan Desa
Posyandu
kelompok: masyarakat
Pos Pelayanan Kesehatan
peduli HIV Terpadu
dan AIDS lainnya.
3. PPIA
Menghitung :kebutuhan
Pencegahanreagen
Penularan HIV
HIVdan sifilis
dari Ibu untuk ibu hamil serta mengajukan permintaan
ke Anak
reagen tersebut
PPNI kepada Dinas
: Persatuan PerawatKesehatan Kabupaten/Kota.
Nasional Indonesia
4. PPPKMI
Melaksanakan: kerjasama
Perkumpulandengan
Promosi kader peduli Kesehatan
dan Pendidikan HIV, KDS Masyarakat
ODHA, LSM terkait PPIA dalam jejaring
Indonesia
LKB.
PUS : Pasangan Usia Subur
5. Pusling
Melaksanakan: rujukan
Puskesmaskasus
Kelilingke RS dan antar Puskesmas, serta melakukan kerjasama dengan
fasilitas pelayanan kesehatan lainnya di wilayah kerja.
6. Memasukkan pembahasan tentang PPIA dalam kegiatan mini lokakarya Puskesmas. v
7. Melakukan peningkatan kapasitas staf (orientasi, sosialisasi, pelatihan di Puskesmas) tentang
PPIA:
petugas terkait di Puskesmas (petugas KIA, KB, BP, konselor, konseling remaja dan Promkes);
petugas kesehatan di Pustu/Polindes/Poskesdes/BPM;
kader kesehatan, PLKB dan pihak terkait lainnya.
8. Memberikan pelayanan/konseling:
KB dalam konteks PPIA, di samping pelayanan KB rutin
15
15
Pedoman Manajemen Program Pencegahan Penularan HIV dan Sifilis dari Ibu ke Anak 2015
Pedoman Manajemen Program Pencegahan Penularan HIV dan Sifilis dari Ibu ke Anak 2015

tes HIV dan sifilis pada ibu hamil pada layanan antenatal
menyusui danDaftar
persalinan Isi aman pada ibu hamil dengan HIV
pengobatan bagi ibu hamil dengan HIV bagi puskesmas yang memiliki layanan ARV dan
Kata Pengantar ii
rujukan ke RS Sambutan
bila layanan pengobatan
Direktur ARV
Jenderal Bina Gizitidak tersedia Ibu dan Anak
dan Kesehatan iii
pengobatan bagi DaftaribuIsihamil dengan sifilis iv
Daftar Singkatan
persalinan pervaginam pada ibu hamil dengan HIV yang telah mendapatkan pengobatan ARV v
sesuai denganDefinisi
standar vii

pemeriksaan HIV BAB Idan pemberian ARV profilaksis pada bayi dari ibu HIV atau merujuk jika
Pendahuluan 1
layanan tidak tersedia 1.1 Latar Belakang 1
pemantauan pengobatan bagi bayi,
1.2 Kebijakan danserta tumbuh kembang bayi dan balita yang lahir dari ibu
Strategi 1
dengan HIV 1.2.1 Kebijakan 2
1.2.2 Strategi 2
rujukan balik ke puskesmas atau
1.3 Tujuan Pustu/Polindes/Poskesdes/BPM 3
9. Melakukan KIE terkait 1.4 kesehatan
Sasaran reproduksi, termasuk HIV dan AIDS, di layanan KIA, KB, 3
konseling remaja dan di masyarakat.
10. BAB II pencatatan
Melakukan sinkronisasi Upaya Pencegahan Penularan HIV
dan pelaporan dari Ibu kePPIA
pelayanan Anak di tingkat Puskesmas dengan 4
2.1 Epidemiologi HIV dan Sifilis 4
fasilitas pelayanan kesehatan di wilayah kerja.
2.1.1 Epidemiologi HIV dan AIDS 4
11. Bekerjasama dengan LSM/kader/KDS untukSifilis
2.1.2 Epidemiologi mendapatkan dukungan psikologis kepada pasien 5
dan keluarganya. 2.2 Perkembangan Program PPIA 7
12. Melaksanakan pemantapan mutu laboratorium
2.3 Pencegahan dandari
Penularan HIV membuat jejaring dengan perawat dan bidan
Ibu ke Anak 9
di Pustu, Polindes/Poskesdes 2.3.1danProng 1 : Pencegahan
petugas di FKTP Penularan
terkaitHIV pada Perempuan
lainnya Usia Reproduksimutu
untuk pemantauan 9
2.3.2 Prong 2 : Pencegahan Kehamilan Tidak Terencana pada Perempuan
pemeriksaan laboratorium HIV.
dengan HIV 9
2.3.3 Prong 3 : Pencegahan Penularan HIV dan Sifilis dari Ibu ke Anak 10
Boks 3.2.3.4
Rujukan
Pronguntuk tes HIVDukungan
4 : Pemberian dan sifilisPsikologis,
bagi puskesmas
Sosial, Medis dan Perawatan 10
Bagi Puskesmas dan FKTP terkait lainnya yang petugas kesehatannya belum mampu melakukan tes HIV
BAB III Pengelolaan Program PPIA 12
dan sifilis perlu merujuk ibu3.1
hamil untuk menjalani tes HIV dan sifilis ke layanan yang telah mampu. 12
Perencanaan
3.2 Pelaksanaan 13
3.3 Pemantauan dan Evaluasi 17
Perawat dan bidan di Pustu, Polindes/Poskesdes
3.3.1 Kegiatan dan petugas di FKTP terkait lainnya 17
1. Menganjurkan tes skrining HIV
3.3.2dan sifilis pada saat pelayanan antenatal dan merujuk ibu hamil
Indikator 19
ke Puskesmas yang telah3.4 Pencatatan
mampu dan Pelaporan
melakukannya. 20
3.4.1 Pencatatan 20
2. Melaksanakan kerjasama dengan kader peduli HIV-AIDS, KDS ODHA dan LSM HIV yang ada, serta
3.4.2 Pelaporan 20
kelompok masyarakat peduli HIV-AIDS lainnya dalam jejaring LKB.
3.5 Pengorganisasian 21
3. Melaksanakan rujukan kasus 3.5.1kePihak
Puskesmas
yang Terkaitpengampu atau rumah sakit, berjejaring dan
22
memantau mutu pemeriksaan 3.5.2 Peran Pemangku
laboratorium HIV.Kepentingan Utama 23
3.6 Jejaring PPIA/LKB
4. Memberikan konseling menyusui dan persalinan aman pada ibu hamil dengan HIV. 24
5. Memantau kepatuhan
BAB IVminum
Penutupobat ARV pada ibu hamil dengan HIV dan mencegah atau memberi 26
perawatan dasar infeksi oportunistik bila terjangkit.
6. Melakukan pemantauan pengobatan dan tumbuh kembang bagi bayi lahir dari ibu dengan HIV 27
Daftar Pustaka .
7. Melakukan pencatatan dan pelaporan sesuai dengan alur yang disetujui.
Lampiran
8. Melaksanakan pemantapan mutu internal untuk pemeriksaan laboratorium HIV dan berjejaring
dengan Puskesmas pengampu untuk rujukan dan/atau pemantauan mutu pemeriksaan
laboratorium HIV
Boks 4. Rujukan untuk tes HIV dan sifilis bagi bidan di daerah epidemi terkonsentrasi
( Permenkes No. 25 Tahun 2015 tentang Penyelenggaraan Pemeriksaan Laboratorium untuk Ibu Hamil,
iv
Bersalin dan Nifas di Fasilitas Pelayanan Kesehatan dan Jaringan Pelayanannya )

Di daerah epidemi terkonsentrasi, perawat dan bidan di Pustu, Polindes/Poskesdes dan petugas di FKTP terkait
lainnya yang mampu melakukan tes HIV dan sifilis dapat melakukan tes skrining HIV strategi I dan rapid tes
sifilis pada ibu hamil di layanan antenatal. Jika hasil tes skrining HIV dan/atau rapid tes sifilis adalah reaktif
(positif), maka ibu hamil dirujuk ke Puskesmas yang mampu memberikan layanan lanjutan.
Pelatihan tes HIV dan sifilis untuk bidan dan perawat di daerah epidemi terkonsentrasi dilaksanakan oleh
petugas laboratorium yang sudah memiliki sertifikat sebagai pelatih pemeriksaan laboratorium HIV.

16 16
Pedoman Manajemen Program Pencegahan Penularan HIV dan Sifilis dari Ibu ke Anak
Pedoman Manajemen Program Pencegahan Penularan HIV dan Sifilis dari Ibu ke Anak 2015
2015

Daftar Singkatan
Boks 5. Rujukan untuk tes HIV dan sifilis bagi bidan di daerah epidemi meluas
( Permenkes No. 25 Tahun 2015 tentang Penyelenggaraan Pemeriksaan Laboratorium untuk Ibu Hamil,
AIDS : Acquired
Bersalin immune-deficiency
dan Nifas syndrome Kesehatan dan Jaringan Pelayanannya )
di Fasilitas Pelayanan
ARV : Anti retroviral drugs
Di daerah epidemi meluas, bidan dan perawat terlatih dapat melakukan tes diagnosis HIV (mengunakan
BOK : Bantuan Operasional Puskesmas
strategi III) pada ibu hamil. Diagnosis ditegakkan oleh dokter.
BPM
Pelatihan tes HIV : Bidan
dan Praktek Mandiri bidan dan perawat di daerah epidemi meluas dilaksanakan oleh
sifilis untuk
FKRTL : Fasilitas
laboratorium rujukan Provinsi. Kesehatan Rujukan Tingkat Lanjutan
Bidan/ Perawat terlatih dimaksud harus mendapat
FKTP : Fasilitas Kesehatan Tingkat Pertama SK Penunjukan dari Kepala Dinas Kesehatan dengan
rekomendasi
HIV dari
: Human immunodeficiency virus Provinsi
Kepala Laboratorium Rujukan
IBBS : Integrated Bio-Behavioural Surveillance
IBI : Ikatan Bidan Indonesia
3.3 Pemantauan dan Evaluasi
IDAI : Ikatan Dokter Anak Indonesia
IDI
Pemantauan adalah: pengawasan
Ikatan Dokter Indonesia
kegiatan secara rutin untuk menilai pencapaian program terhadap
target
IDUmelalui pengumpulan data
: Injecting drug usemengenai input, proses dan output secara regular dan terus-
menerus.
IMS-ISR Untuk :ituInfeksi
digunakan sejumlah indikator
Menular Seksual-Infeksi yang dapat mengukur perkembangan dan
Saluran Reproduksi
pencapaian
KDS suatu kegiatan/upaya terhadap
: Kelompok Dukungan Sebayatujuan yang ditetapkan.
KIE : Komunikasi Informasi Edukasi
Evaluasi adalah suatu proses untuk membuat penilaian secara sistematik, untuk keperluan pemangku
KPAD : Komisi Penanggulangan AIDS Daerah
kepentingan, mengenai suatu kebijakan, program, proyek, upaya atau kegiatan berdasarkan
KTS : Konseling dan Tes Sukarela
informasi dan hasil analisis yang dibandingkan dengan relevansi, efektifitas biaya dan keberhasilan.
LBT : Laki-laki Berisiko Tinggi
Data pemantauan yang baik sering menjadi titik awal bagi suatu evaluasi. Secara ringkas, evaluasi
LKB : Layanan Komprehensif Berkesinambungan
adalah piranti untuk menjawab Apakah tujuan tercapai atau tidak dan mengapa?. Evaluasi
LSL
pencapaian kegiatan: dilakukan
Lelaki yang Berhubungan Seks (tahunan,
secara berkala dengan Lelaki
tiga- atau lima-tahunan) yang dibandingkan
ODHA
dengan : identifikasi
target, serta Orang Denganmasalah
HIV-AIDS yang dihadapi dalam pelaksanaan untuk perbaikan untuk
PAPELKI
perioda berikutnya.: Persatuan Ahli Teknologi Laboratorium Kesehatan Indonesia
PDP : Perawatan, Dukungan dan Pengobatan Lebih Lanjut
3.3.1
PDSKegiatan
Patklin : Perhimpunan Dokter Spesialis Patologi Klinik
Pemantauan
PERDOSKI dan : evaluasi
Persatuandilakukan secara
Dokter Spesialis berjenjang
Kulit dan mulai dari tingkat Pusat, Propinsi,
Kelamin Indonesia
Kabupaten/Kota,
PERSAGI Puskesmas
: Persatuanhingga keIndonesia
Ahli Gizi tingkat unit pelayanan kesehatan yang meliputi:
a. ketersediaan
PKPR logistik (misalnya:
: Pelayanan reagen
Kesehatan dan
Peduli obat);
Remaja
b. ketenagaan;
PKRT : Pelayanan Kesehatan Reproduksi Terpadu
c. pembiayaan;
PMTCT : Prevention of mother-to-child transmission
d. pencapaian
POGI upaya PPIA;
: Perkumpulan Obstetri dan Ginekologi Indonesia
e. kendala
Polindes yang dihadapi
: Pondok terkait dengan
Bersalin Desa upaya PPIA;
f. pertemuan
Poskesdes
secara berkala untuk
: Pos Kesehatan Desa
membahas dan menindak-lanjuti hasil pemantauan dan
evaluasi.
Posyandu : Pos Pelayanan Kesehatan Terpadu
Di bawah
PPIA ini diuraikan aspek pokok
: Pencegahan pemantauan
Penularan dan
HIV dari Ibu ke evaluasi upaya PPIA di setiap tingkat, yang
Anak
masih perlu
PPNI dijabarkan lebih lanjut.
: Persatuan Perawat Nasional Indonesia
PPPKMI : Perkumpulan Promosi dan Pendidikan Kesehatan Masyarakat Indonesia
Tingkat Pusat
PUS : Pasangan Usia Subur
1. Melakukan pemantauan dan evaluasi serta bimbingan teknis PPIA dalam pelayanan antenatal
Pusling : Puskesmas Keliling
terpadu.
2. Melakukan pembahasan PPIA dalam rapat koordinasi pengendalian operasional v
program dan
rapat konsolidasi teknis program kesehatan ibu.
3. Menggunakan hasil pemantauan dan evaluasi untuk memberikan advokasi, asistensi dan fasilitasi
kepada Pemerintah Daerah.
4. Mengadakan pertemuan berkala:
evaluasi tahunan dalam pelayanan antenatal terpadu;
kelompok kerja HIV (Pokja HIV) untuk membahas capaian hasil kegiatan dibandingkan
dengan target yang direncanakan dan menyusun rencana tindak lanjut;
Panel Ahli HIV (Panli HIV) untuk membahas hasil pemantauan dan isu terkini HIV.
17
17
Pedoman Manajemen Program Pencegahan Penularan HIV dan Sifilis dari Ibu ke Anak 2015
Pedoman Manajemen Program Pencegahan Penularan HIV dan Sifilis dari Ibu ke Anak 2015

Tingkat Propinsi Daftar Isi


1. Melakukan pemantauan dan evaluasi serta bimbingan teknis PPIA dalam pelayanan antenatal
terpadu. Kata Pengantar ii
Sambutan Direktur
2. Melakukan pembahasan Jenderalraker
PPIA dalam Bina Gizi dan Kesehatan
kesehatan Ibu dan
daerah Anak
(Rakerkesda) iii
Program Kesehatan
Daftar Isi iv
Ibu.
Daftar Singkatan v
3. Menggunakan hasil pemantauan dan evaluasi untuk:
Definisi vii
advokasi kepada penentu kebijakan;
BAB I Pendahuluan
melakukan asistensi dan fasilitasi kepada kabupaten/kota dan layanan kesehatan terkait. 1
1.1
4. Mengadakan pertemuan secara Latar Belakang
berkala: 1
1.2 Kebijakan dan Strategi 1
evaluasi tahunan PPIA dalam pelayanan antenatal terpadu
1.2.1 Kebijakan 2
tentang layanan dan 1.2.2 jejaringnya
Strategi untuk membahas capaian hasil kegiatan dibandingkan 2
dengan target yang1.3 direncanakan
Tujuan dan menyusun rencana tindak lanjut. 3
1.4 Sasaran 3
Tingkat Kabupaten/Kota
BAB II Upaya Pencegahan Penularan HIV dari Ibu ke Anak 4
1. Melakukan pemantauan 2.1 dan evaluasi,
Epidemiologi HIVserta bimbingan teknis PPIA dalam pelayanan antenatal
dan Sifilis 4
terpadu. 2.1.1 Epidemiologi HIV dan AIDS 4
2. Melakukan pembahasan PPIA 2.1.2dalam
Epidemiologi Sifilis Program Kesehatan Ibu.
Rakerkesda 5
2.2 Perkembangan
3. Menggunakan hasil pemantauan Programuntuk:
dan evaluasi PPIA 7
2.3 Pencegahan Penularan HIV dari Ibu ke Anak 9
advokasi kepada penentu 2.3.1kebijakan
Prong 1 : Pencegahan Penularan HIV pada Perempuan Usia Reproduksi 9
asistensi dan fasilitasi 2.3.2
kepada layanan
Prong dan jejaringnya
2 : Pencegahan Kehamilan Tidak Terencana pada Perempuan
4. Melakukan penyeliaan fasilitatifdengan kepadaHIVpuskesmas dengan menggunakan pedoman Penyeliaan 9
Fasilitatif Kesehatan Ibu dan2.3.3 Prong
Anak 3 : Pencegahan Penularan HIV dan Sifilis dari Ibu ke Anak
(PFKIA). 10
2.3.4 Prong 4 : Pemberian Dukungan Psikologis, Sosial, Medis dan Perawatan 10
5. Mengadakan pertemuan secara berkala:
evaluasi tahunan
BAB IIIPPIA dalam pelayanan
Pengelolaan Program PPIAantenatal terpadu 12
tentang layanan dan jejaringnya untuk membahas capaian hasil kegiatan dibandingkan
3.1 Perencanaan 12
dengan target yang3.2 Pelaksanaan dan menyusun rencana tindak lanjut.
direncanakan 13
3.3 Pemantauan dan Evaluasi 17
3.3.1 Kegiatan 17
Rumah Sakit 3.3.2 Indikator 19
1. Melakukan pemantauan 3.4dan evaluasidan
Pencatatan pelaksanaan
Pelaporan kegiatan PPIA di Rumah Sakit. 20
2. Menggunakan hasil pemantauan dan evaluasi untuk melakukan asistensi dan fasilitasi
3.4.1 Pencatatan kepada
20
3.4.2PPIA
semua layanan terkait dengan Pelaporan
dan untuk advokasi kepada penentu kebijakan. 20
3.5 Pengorganisasian 21
3. Pertemuan secara berkala layanan dan jejaringnya untuk membahas hasil layanan dalam jejaring
3.5.1 Pihak yang Terkait 22
PPIA dan hasil mentoring klinis.
3.5.2 Peran Pemangku Kepentingan Utama 23
3.6 Jejaring PPIA/LKB 24
Puskesmas
BAB IV Penutup
1. Melakukan pemantauan melalui PWS KIA. 26
2. Melakukan penyeliaan fasilitatif kepada jaringan dan jejaringnya dengan menggunakan pedoman
Daftar Pustaka 27
Penyeliaan Fasilitatif Kesehatan Ibu dan Anak (PFKIA).
3. Menggunakan hasil pemantauan dan evaluasi untuk melakukan asistensi dan fasilitasi kepada
Lampiran
jaringan PPIA dan FKTP lain di wilayah dan untuk advokasi kepada penentu kebijakan.
4. Pertemuan secara berkala:
Puskesmas dan jaringannya tiap bulan;
Puskesmas dengan lintas sektor tiap triwulan
untuk membahas capaian hasil kegiatan dibandingkan dengan target yang direncanakan dan iv
menyusun rencana tindak lanjut dalam mini lokakarya.

FKTP terkait lainnya


1. Melakukan pemantauan dan evaluasi pelaksanaan PPIA di layanan.
2. Pertemuan secara berkala untuk membahas dan menindak-lanjuti hasil pemantauan dan
evaluasi.

18
18
Pedoman Manajemen Program Pencegahan Penularan HIV dan Sifilis dari Ibu ke Anak
Pedoman Manajemen Program Pencegahan Penularan HIV dan Sifilis dari Ibu ke Anak 2015
2015

3.3.2 Indikator
Daftar Singkatan
Untuk mengevaluasi pencapaian program PPIA dapat digunakan indikator sebagai berikut.
AIDS : Acquired immune-deficiency syndrome
1. Indikator upaya pencegahan penularan HIV dari ibu ke anak.
ARV Anti retroviral drugs
a. Proporsi :perempuan usia subur (15-49 tahun) dengan HIV: adalah jumlah perempuan usia
BOK subur dengan : Bantuan Operasional
HIV dibagi denganPuskesmas
jumlah perempuan usia subur, dikalikan 100%.
BPM : Bidan Praktek Mandiri
b. Proporsi ODHA usia subur yang mendapatkan konseling KB dan perencanaan kehamilan:
FKRTL adalah jumlah
: Fasilitas
ODHA Kesehatan Rujukan
usia subur yang Tingkat Lanjutan
mendapatkan konseling KB dan perencanaan kehamilan
FKTP dibagi dengan jumlah ODHA usia subur, dikalikan 100%.
: Fasilitas Kesehatan Tingkat Pertama
c. Cakupan :tesHuman
HIV HIV pada ibu hamil:virus
immunodeficiency adalah jumlah ibu hamil yang mendapat tes HIV dibagi
IBBS dengan jumlah seluruh
: Integrated ibu hamil, dikalikan
Bio-Behavioural Surveillance100%.
d.
IBI Proporsi ibu hamil yang datang
: Ikatan Bidan Indonesia ke pelayanan dan mendapat tes HIV: adalah jumlah ibu hamil
IDAI yang mendapat tes HIV dibagi
: Ikatan Dokter Anak Indonesiadengan jumlah ibu hamil yang datang ke pelayanan antenatal,
IDI dikalikan 100%.
: Ikatan Dokter Indonesia
e. Angka positif
IDU
HIV pada ibu hamil: adalah jumlah ibu hamil dengan HIV dibagi dengan jumlah
: Injecting drug use
ibu hamil yang mendapat tes HIV, dikalikan 100%.
IMS-ISR : Infeksi Menular Seksual-Infeksi Saluran Reproduksi
f. Cakupan ibu hamil HIV yang mendapatkan ARV: adalah jumlah ibu hamil dengan HIV yang
KDS : Kelompok Dukungan Sebaya
mendapatkan ARV dibagi dengan jumlah ibu hamil dengan HIV, dikalikan 100%.
KIE : Komunikasi Informasi Edukasi
g. Cakupan ibu hamil dengan HIV yang bersalin di faskes: adalah jumlah ibu hamil dengan HIV
KPAD : Komisi Penanggulangan AIDS Daerah
yang bersalin di faskes dibagi dengan jumlah ibu hamil dengan HIV, dikalikan 100%.
KTS
h. Cakupan :pengobatan
Konseling dan Tes Sukarela
profilaksis ARV pada bayi: adalah jumlah bayi lahir dari ibu dengan HIV
LBT mendapatkan : Laki-laki Berisiko
ARV profilaksisTinggidibagi dengan jumlah bayi lahir hidup dari ibu HIV, dikalikan
LKB 100%. : Layanan Komprehensif Berkesinambungan
LSLi. Cakupan :pengobatan profilaksis Seks
Lelaki yang Berhubungan kotrimoksasol
dengan Lelakipada bayi: adalah jumlah bayi lahir dari ibu
ODHA dengan HIV : Orang Dengan HIV-AIDS
mendapatkan kotrimoksasol profilaksis dibagi dengan jumlah bayi lahir hidup
PAPELKIdari ibu dengan
: Persatuan
HIV, Ahli Teknologi
dikalikan Laboratorium Kesehatan Indonesia
100%.
PDP : Perawatan, Dukungan dan Pengobatan Lebih Lanjut
j. Proporsi bayi yang didiagnosis HIV: adalah jumlah bayi lahir dari ibu dengan HIV dengan hasil
PDS Patklin : Perhimpunan Dokter Spesialis Patologi Klinik
tes HIV positif dibagi dengan jumlah bayi lahir hidup dari ibu dengan HIV, dikalikan 100%.
PERDOSKI : Persatuan Dokter Spesialis Kulit dan Kelamin Indonesia
2. Indikator upaya pencegahan penularan sifilis dari ibu ke anak.
PERSAGI : Persatuan Ahli Gizi Indonesia
a. Cakupan tes sifilis pada ibu hamil: adalah jumlah ibu hamil yang mendapat tes sifilis dibagi
PKPR : Pelayanan Kesehatan Peduli Remaja
dengan jumlah seluruh ibu hamil, dikalikan 100%.
PKRT
b. Proporsi :ibuPelayanan
hamil yangKesehatan Reproduksi Terpadu
datang ke pelayanan dan mendapat tes sifilis: adalah jumlah ibu
PMTCThamil yang : Prevention
mendapatof tes mother-to-child
sifilis dibagitransmission
dengan jumlah ibu hamil yang datang ke pelayanan
POGI antenatal,: dikalikan
Perkumpulan Obstetri
100%. dan Ginekologi Indonesia
c. Angka positif sifilis pada ibu hamil: adalah jumlah ibu hamil dengan sifilis dibagi dengan
Polindes : Pondok Bersalin Desa
jumlah ibu
Poskesdes : hamil yang mendapat
Pos Kesehatan Desa tes sifilis, dikalikan 100%.
d. Cakupan :ibuPoshamil
Posyandu dengan
Pelayanan sifilisTerpadu
Kesehatan yang mendapatkan pengobatan: adalah jumlah ibu hamil
PPIA dengan sifilis yang mendapatkan pengobatan
: Pencegahan Penularan HIV dari Ibu ke Anak dibagi dengan jumlah ibu hamil dengan sifilis,
PPNI dikalikan 100%.
: Persatuan Perawat Nasional Indonesia
3. PPPKMI
Indikator layanan PPIA.
: Perkumpulan Promosi dan Pendidikan Kesehatan Masyarakat Indonesia
a.
PUS Proporsi FKTP yang Usia
: Pasangan melaksanakan
Subur layanan PPIA: adalah jumlah FKTP di sutu wilayah yang
Pusling
melaksanakan pelayanan
: Puskesmas Keliling
PPIA dibagi jumlah FKTP yang ada di wilayah tersebut, dikalikan
100%.
b. Proporsi FKRTL yang melaksanakan layanan PPIA: adalah jumlah FKRTL div sutu wilayah yang
melaksanakan pelayanan PPIA dibagi jumlah FKRTL yang ada di wilayah tersebut, dikalikan
100%.

19
19
Pedoman Manajemen Program Pencegahan Penularan HIV dan Sifilis dari Ibu ke Anak 2015
Pedoman Manajemen Program Pencegahan Penularan HIV dan Sifilis dari Ibu ke Anak 2015

3.4 Pencatatan Daftar


dan Pelaporan
Isi
3.4.1 Pencatatan Kata Pengantar ii
Sambutan Direktur Jenderal Bina Gizi dan Kesehatan Ibu dan Anak iii
Hasil layanan PPIA dan sifilis
Daftar Isi pada ibu hamil di unit pelayanan kesehatan dicatat pada Rekam Medis, iv
Kartu Ibu dan KohortDaftar
Ibu, Singkatan
Kohort Bayi dan Balita, Formulir Registrasi Layanan IMS, Formulir Registrasi
v
Definisi
Layanan TIPK dan Formulir Registrasi Layanan PPIA. Pencatatan di fasilitas pelayanan kesehatanvii
mandiri disesuaikan dengan strata fasyankes tersebut (setara RS atau Puskesmas).
BAB I
Pendahuluan 1
1.1 Latar Belakang 1
Puskesmas 1.2 Kebijakan dan Strategi 1
1. Hasil pelayanan antenatal 1.2.1
terpadu, termasuk layanan terkait dengan HIV dan sifilis, dicatat2 di
Kebijakan
Kartu Ibu, Kohort dan Buku 1.2.2
KIA. Strategi 2
1.3 Tujuan 3
2. Formulir Registrasi Layanan TIPK dan Formulir Registrasi Layanan IMS diisi oleh pemberi layanan.
1.4 Sasaran 3
3. Formulir Registrasi Layanan PPIA hanya diisi bila ibu hamil positif HIV. Pengelola IMS/petugas yang
ditunjuk mengisi BAB
formulir dengan
II Upaya memindahkan
Pencegahan Penularan data hasil
HIV dari Ibupelayanan
ke Anak dari Kartu Ibu. Data layanan
4
2.1 Epidemiologi
bayi yang lahir dari ibu dengan HIV diisiHIV danpetugas
oleh Sifilis pemberi layanan di Puskesmas. 4
4. Pemantauan tumbuh kembang 2.1.1 bayi/balita
Epidemiologilahir
HIV dan
dariAIDS 4
ibu dengan HIV dicatat di Kohort Bayi/Balita.
2.1.2 Epidemiologi Sifilis 5
2.2 Perkembangan Program PPIA 7
Rumah Sakit 2.3 Pencegahan Penularan HIV dari Ibu ke Anak 9
1. Hasil pelayanan antenatal dicatat di kartu
2.3.1 Prong Rekam Medis
1 : Pencegahan danHIV
Penularan BukupadaKIA.
Perempuan Usia Reproduksi 9
2. Formulir Registrasi Layanan2.3.2
TIPK Prong 2 : Pencegahan
dan Formulir Kehamilan
Registrasi IMSTidak
diisi Terencana pada Perempuan
oleh pemberi layanan.
3. Formulir Registrasi PPIA hanya dengan HIV
diisi bila ibu hamil positif HIV. Pengelola PPIA/petugas yang 9
2.3.3 Prong 3 : Pencegahan Penularan HIV dan Sifilis dari Ibu ke Anak 10
ditunjuk akan mengisi formulir
2.3.4 ini dengan
Prong memindahkan
4 : Pemberian data hasilSosial,
Dukungan Psikologis, pelayanan
Medis dan dari kartu Rekam
Perawatan 10
Medis Ibu. Data layanan bayi yang lahir dari ibu dengan HIV di formulir ini diisi oleh petugas
pemberi layanan.BAB III Pengelolaan Program PPIA 12
3.1 Perencanaan 12
3.2 Pelaksanaan 13
3.4.2 Pelaporan
3.3 Pemantauan dan Evaluasi 17
3.3.1 Kegiatan 17
Puskesmas
3.3.2 Indikator 19
1. Bidan/petugas KIA di 3.4polindes/poskesdes, pustu/kelurahan dan bidan praktek mandiri/klinik
Pencatatan dan Pelaporan 20
3.4.1 pelayanan
swasta akan melaporkan hasil Pencatatan antenatal terpadu ke bidan koordinator Puskesmas. 20
3.4.2 Pelaporan 20
Selanjutnya, bidan koordinator Puskesmas merekapitulasi data dan melaporkan hasil pelayanan
3.5 Pengorganisasian 21
antenatal terpadu melalui3.5.1
format yang
Pihak yang tersedia
Terkait (F1-F6). Bidan koordinator akan berbagi data
22
dengan pengelola program3.5.2
IMS/P2/petugas
Peran Pemangkuyang ditunjuk.Utama
Kepentingan 23
2. Pengelola program IMS/P2/petugas yang ditunjuk merekapitulasi data layanan HIV dan sifilis
3.6 Jejaring PPIA/LKB 24
pada ibu hamil yang berasal dari Formulir Registrasi Layanan IMS, Formulir Registrasi Layanan
BAB IV Penutup 26
TIPK, formulir registrasi layanan PPIA dan melaporkan dengan menggunakan format pelaporan
yang sudah tersedia/aplikasi
Daftar Pustaka SIHA (Sistem Informasi HIV dan AIDS). 27

Rumah Sakit Lampiran

Petugas pencatatan dan pelaporan rumah sakit yang ditunjuk merekapitulasi data layanan HIV
dan sifilis pada ibu hamil yang berasal dari Formulir Registrasi Layanan IMS, Formulir Registrasi
Layanan TIPK, Formulir Registrasi Layanan PPIA dan melakukan input data ke dalam format
pelaporan yang sudah tersedia/aplikasi SIHA (Sistem Informasi HIV dan AIDS).
iv
Kabupaten/Kota
1. Pengelola program IMS/P2/Petugas yang ditunjuk melaporkan data layanan HIV dan sifilis pada
ibu hamil dari fasyankes di seluruh wilayah kabupaten/kota melalui format pelaporan yang sudah
tersedia/aplikasi SIHA dan berbagi data dengan pengelola KIA.
2. Pengelola KIA merekapitulasi hasil pelayanan antenatal terpadu di seluruh wilayah
kabupaten/kota dan melaporkan melalui format yang telah tersedia (F1-F6).

20
20
Pedoman Manajemen Program Pencegahan Penularan HIV dan Sifilis dari Ibu ke Anak
Pedoman Manajemen Program Pencegahan Penularan HIV dan Sifilis dari Ibu ke Anak 2015
2015

Daftar Singkatan Bagan 2. Alur Pelaporan

AIDS : Acquired immune-deficiency syndrome


Ditjen P2 PL cq
: Anti retroviral Ditjen Bina Gizi
ARV Direkturdrugs
P2M dan
dan KIA cq. Dit
BOK : BantuanDitjen
Operasional
BUK cq Puskesmas
Dit
Bina Kes Ibu
BPM BUK Mandiri
: Bidan Praktek Rujukan
FKRTL : Fasilitas Kesehatan Rujukan Tingkat Lanjutan
FKTP : Fasilitas Kesehatan Tingkat Pertama
Rumah Pengelola Program
HIV Sakit Prov : HumanPengelola Program virus
immunodeficiency
KIA Provinsi
IBBS IMS/P2 Provinsi
: Integrated Bio-Behavioural Surveillance
SIHA Alur pelaporan F1-F6
IBI : Ikatan Bidan Indonesia
IDAI : Ikatan Dokter Anak Indonesia
IDI Rumah Pengelola
: Ikatan Dokter Program
Indonesia Pengelola Program
IDU Sakit : InjectingIMS/P2
SIHA
Kab/Kota
drug use Koordinasi KIA Kab/Kota
Kab/Kota F1-F6
IMS-ISR : Infeksi Menular Seksual-Infeksi Saluran Reproduksi
KDS : Kelompok Dukungan Sebaya
Pengelola Program Bidan
KIE : Komunikasi Informasi
IMS/P2 Edukasi
Puskesmas Koordinator
KPAD Berbagi data:
: Komisi Penanggulangan AIDS Daerah
KTS Data bumil, bumil HIV dan sifilis,
: Konseling dan Tes Sukarela
LBT : Laki-laki Berisiko Tinggi
bayi HIV dan sifilis
LKB : Layanan Komprehensif Berkesinambungan
LSL : Lelaki yang Berhubungan Seks dengan Lelaki
ODHA : Orang BPS/Klinik
Dengan HIV-AIDS Bidan di Bidan di Pustu Poli KIA
Swasta desa Puskesmas
PAPELKI : Persatuan Ahli Teknologi Laboratorium Kesehatan Indonesia
PDP : Perawatan, Dukungan dan Pengobatan Lebih Lanjut
PDS Patklin
Tingkat Propinsi : Perhimpunan Dokter Spesialis Patologi Klinik
PERDOSKI : Persatuan Dokter Spesialis Kulit dan Kelamin Indonesia
1. PERSAGI
Pengelola program IMS/P2/petugas yang ditunjuk melaporkan data layanan HIV dan sifilis pada
: Persatuan Ahli Gizi Indonesia
ibu hamil dari seluruh wilayah kabupaten/kota ke Pusat dan berbagi data dengan pengelola KIA.
PKPR : Pelayanan Kesehatan Peduli Remaja
2. Pengelola KIA merekapitulasi hasil pelayanan antenatal terpadu dari seluruh wilayah
PKRT : Pelayanan Kesehatan Reproduksi Terpadu
kabupaten/kota dan melaporkan melalui format yang telah tersedia (F1-F6).
PMTCT : Prevention of mother-to-child transmission
Pelaporan
POGI hasil :pelayanan
PerkumpulanPPIA dandan
Obstetri sifilis dilakukan
Ginekologi setiap bulan, mengikuti jadwal pelaporan
Indonesia
Program
Polindes HIV. Sebagai
: Pondokpenanggung-jawab
Bersalin Desa pencacatan dan pelaporan adalah pengelola Program
Pengendalian
Poskesdes Penyakit (P2). Jadwal
: Pos Kesehatan Desapelaporan sebagai berikut.
1. Posyandu
Puskesmas memasukkan
: Pos Pelayanandata sampai
Kesehatan tanggal 25 dan melaporkan ke kabupaten/kota paling
Terpadu
lambat
PPIA tanggal 30 setiap bulan.
: Pencegahan Penularan HIV dari Ibu ke Anak
2. PPNI
Laporan dari kabupaten/kota
: Persatuan Perawat keNasional
propinsi paling lambat tanggal 5 setiap bulan.
Indonesia
3. PPPKMI
Laporan dari propinsi ke Pusat paling lambat
: Perkumpulan Promosi dan Pendidikan tanggal 10 setiap
Kesehatan bulan.
Masyarakat Indonesia
PUS : Pasangan Usia Subur
3.5 Pengorganisasian
Pusling : Puskesmas Keliling

Program PPIA banyak melibatkan kerjasama lintas program dan sektor, sehingga dalam
v
pelaksanaannya diperlukan koordinasi dengan semua pihak terkait, termasuk LSM dan organisasi
profesi. Di bawah ini sejumlah pihak yang terlibat dalam berbagai upaya yang dilakukan dan peran
masing-masing.

21
21
Pedoman Manajemen Program Pencegahan Penularan HIV dan Sifilis dari Ibu ke Anak 2015
Pedoman Manajemen Program Pencegahan Penularan HIV dan Sifilis dari Ibu ke Anak 2015

3.5.1 Pihak yang Daftar


Terlibat
Isi
Tingkat Pusat Kata Pengantar ii
Sambutan Direktur Jenderal Bina Gizi dan Kesehatan Ibu dan Anak iii
Dalam upaya PPIA, ditingkat Pusat sebagai penanggung-jawab Direktorat Pengendalian Penyakit
Daftar Isi iv
Menu-lar LangsungDaftar
(P2ML) dengan
Singkatan melibatkan lintas program (Direktorat Bina Kesehatan Ibu,
v
Direktorat Bina Kesehatan
Definisi Anak, Direktorat Bina Upaya Kesehatan Dasar (BUKD), Bina Upaya vii
Kesehatan Rujukan (BUKR), Pusat Promosi Kesehatan, Direktorat Bina Gizi, Direktorat Keperawatan
dan Penunjang Medik, BABPusat
I Pendahuluan 1
Diklat Aparatur PPSDM), Lintas Sektor (BKKBN, KPAN, PERSI), organisasi
1.1 Latar Belakang 1
profesi (IDI, POGI, IDAI, PDS Pat-klin, PERDOSKI, IBI, PPNI, PAPELKI, PERSAGI, PPPKMI) dan LSM yang
1.2 Kebijakan dan Strategi 1
bergerak dalam bidang HIV dan1.2.1IMS.Kebijakan 2
1.2.2 Strategi 2
Tingkat Propinsi 1.3 Tujuan 3
1.4 Sasaran 3
Dalam upaya PPIA di tingkat propinsi, penanggung-jawab program adalah pengelola Program
Pengendalian Penyakit
BAB II(P2) dengan
Upaya melibatkan
Pencegahan Penularanlintas
HIV dariprogram (pengelola KIA, KB, pelayanan
Ibu ke Anak 4
kesehatan dasar dan rujukan, Promkes, Gizi,
2.1 Epidemiologi SDK),
HIV dan Sifilislintas sektor (perwakilan BKKBN Propinsi, KPAP),
4
2.1.1 POGI,
organisasi pro-fesi propinsi (IDI, Epidemiologi HIV dan
IDAI, PDS AIDS PERDOSKI, IBI, PPNI, PAPELKI, PERSAGI,
Patklin, 4
2.1.2 Epidemiologi Sifilis 5
PPPKMI), rumah sakit, Balai Besar Laboratorium Kesehatan (BBLK/BLK) dan LSM yang bergerak
2.2 Perkembangan Program PPIA 7
dalam bidang HIV dan IMS.2.3 Pencegahan Penularan HIV dari Ibu ke Anak 9
2.3.1 Prong 1 : Pencegahan Penularan HIV pada Perempuan Usia Reproduksi 9
Tingkat Kabupaten/Kota 2.3.2 Prong 2 : Pencegahan Kehamilan Tidak Terencana pada Perempuan
dengan HIV 9
Dalam upaya PPIA di tingkat kabupaten/kota, penanggung-jawab
2.3.3 Prong 3 : Pencegahan Penularan HIV program adalah
dan Sifilis dari Ibu kepengelola
Anak Program
10
Pengendalian Penyakit (P2) 2.3.4
dengan melibatkan
Prong 4 : Pemberianlintas program
Dukungan (pengelola
Psikologis, Sosial, MedisKIA, KB, Pelayanan
dan Perawatan 10
Kesehatan dasar dan rujukan, Promkes, Gizi), lintas sektor (SKPDKB, KPAK), organisasi profesi
BAB III Pengelolaan Program PPIA 12
kabupaten/kota (IDI, POGI, IDAI, PDS Patklin, PERDOSKI, IBI, PPNI, PAPELKI, PERSAGI), Balai
3.1 Perencanaan 12
Laboratorium Kesehatan/Lab-kesda, rumah sakit dan LSM yang bergerak dalam bidang HIV dan IMS.
3.2 Pelaksanaan 13
3.3 Pemantauan dan Evaluasi 17
Rumah Sakit 3.3.1 Kegiatan 17
3.3.2 Indikator 19
Upaya PPIA di rumah sakit3.4
dikoordinasikan
Pencatatan dan oleh direktur utama/Kepala Rumah Sakit yang melibatkan
Pelaporan 20
penanggung-jawab program PDP, 3.4.1 KTS, PPIA, instalasi rawat jalan, rawat inap, kamar operasi, 20
Pencatatan gizi,
laboratorium dan lain-lain, serta
3.4.2melibatkan
Pelaporan KDS dan LSM yang bergerak dalam bidang HIV20 dan
IMS. 3.5 Pengorganisasian 21
3.5.1 Pihak yang Terkait 22
3.5.2 Peran Pemangku Kepentingan Utama 23
Puskesmas 3.6 Jejaring PPIA/LKB 24
Upaya PPIA di tingkat puskesmas merupakan bagian dari LKB yang menjadi tanggung-jawab Kepala
BAB IV Penutup 26
Puskesmas dengan pelaksananya petugas IMS/P2 dan melibatkan program/sektor terkait, seperti
petugas KIA, KB, konseling remaja, poli umum, KTS, gizi, laboratorium, Promkes, serta PKK, KDS 27dan
Daftar Pustaka
LSM yang bergerak dalam bidang HIV dan IMS.
Lampiran
FKTP terkait Lainnya
Upaya PPIA di FKTP terkait lainnya disesuaikan dengan strata fasilitas pelayanan kesehatan tersebut.

iv

22
22
Pedoman Manajemen Program Pencegahan Penularan HIV dan Sifilis dari Ibu ke Anak
Pedoman Manajemen Program Pencegahan Penularan HIV dan Sifilis dari Ibu ke Anak 2015
2015

3.5.2 Peran
Daftar Pemangku Kepentingan Utama
Singkatan
Pemangku kepentingan utama mempunyai tugas dan peran seperti dijelaskan pada Tabel 2.
AIDS : Acquired immune-deficiency syndrome
ARV : Anti retroviral
Tabeldrugs
2. Peran Pemangku Kepentingan Utama
BOK
Lintas : Bantuan Operasional Puskesmas Peran
No
Program
BPM : Bidan Pusat
Praktek Mandiri Propinsi Kabupaten/kota
1 Pengelola
FKRTL Melakukan pemetaan
: Fasilitas Kesehatan RujukanTingkat
situasi Melakukan pemetaan situasi
Lanjutan
Inventarisasi fasilitas kesehatan dan
Program epidemi HIV Propinsi epidemi HIV kabupaten/kota tenaga yang terkait dengan
FKTP
P2M : Fasilitas Kesehatan
Menyusun dan sosialisasi Tingkat Pertama
Mengadakan dan mengusulkan pengelolaan Program HIV
HIV : Human
NSPK terkait immunodeficiency
dengan HIV virus
ketersediaan obat sifilis, reagen
Pemetaan sasaran program HIV
IBBS Menjamin ketersediaan
: Integrated obat
Bio-Behavioural HIV dan sifilis, logistik lainnya
Surveillance
Melaksanakan pelatihan PDP/CST
ARV dan mengupayakan reagen dan mendistribusikannya bagi nakes di puskesmas dan RS
IBI : Ikatan Bidan Indonesia
HIV dan sifilis dan logistik lain- Melakukan pelatihan tes HIV ba-
Mengadakan reagen HIV dan sifilis
IDAI nya: serta
Ikatan Dokter Anak Indonesia gi petugas laboratorium di ting-
mendistribusikannya dan mengusulkan permintaan obat
IDI Membantu
: Ikatanmenyediakan
Dokter Indonesia kat propinsi dan kabupaten/kota
sifilis, dan logistik lainnya ke tingkat
sarana dan prasarana (viral Melakukan pelatihan konselor HIV
Propinsi
IDU : Injecting drug use
load dan CD4) program PPIA Melakukan pertemuan berkala
Melakukan pertemuan berkala HIV
IMS-ISR : propinsi
bagi Infeksi Menular
yang tidakSeksual-Infeksi
mampu SaluranHIV,
program Reproduksi
termasuk PPIA di
Membentuk dan membina jejaring
KDS : Kelompok
Melakukan training of trainer
Dukungan Sebaya tingkat propinsi kerjasama dengan LSM dan KDS-HIV
KIE (TOT) tentang HIVInformasi
: Komunikasi dan sifilisEdukasi
Melakukan pemantauan, evalua-
Membentuk dan membina jejaring
Mengadakan pertemuan si dan bimbingan teknis kegiatan
kerjasama dengan LSM dan KDS
KPAD : Komisi Penanggulangan AIDS Daerah
berkala tentang HIV dan sifilis program HIV ke kabupaten/kota
terkait PPIA
KTS : Konseling
Melakukan dan Tes Sukarela
pemantauan, eva- Melakukan rekapitulasi
Membentuk dan membina jejaring
LBT luasi
: dan bimbingan
Laki-laki teknis
Berisiko Tinggike- pencatat-an dan pelaporan SIHA
rujukan kasus antara RS, Puskesmas,
LKB giatan terkait HIV
: Layanan Komprehensif dari kabupaten/kota di
dan sifilis Berkesinambungan KDS/LSM dan kader kesehatan
Memberikan acuan kegiatan wilayahnya
Melakukan pemantauan, evaluasi
LSL : Lelaki yang
pencatatan Berhubungan Seks
dan pelaporan dengan Lelaki pembiayaan
Mengupayakan dan bimbingan teknis
ODHA : Orang Dengan
Mengupayakan HIV-AIDS
pembiayaan kegiatan HIV
Melakukan rekapitulasi pencatatan
PAPELKI kegiatan HIV Ahli Teknologi Laboratorium Kesehatan Indonesia
: Persatuan dan pelaporan
2 Pengelola
PDP Menyusun dan sosialisasi
: Perawatan, Pelatihan Lebih
Dukungan dan Pengobatan PPIA diLanjut
tingkat
Pemetaan sasaran program PPIA
Program KIA NSPK terkait dengan PPIA propinsi dan kabupaten/kota,
Melakukan orientasi PPIA bagi penge-
PDS Patklin : Perhimpunan Dokter Spesialisbagi Patologi Klinik
kepala puskesmas dan
Melakukan training of trainer lola Program PPIA di kabupaten/kota
PERDOSKI : Persatuan
(TOT) Dokter
PPIA tingkat PusatSpesialis
dan Kulit dan Kelamin Indonesia
bidan
Melaksanakan orientasi dan
PERSAGI Propinsi
: Persatuan Ahli Gizi Indonesia Melakukan pertemuan berkala pelatihan PPIA bagi tenaga
Melakukan pertemuan berka- PPIA di tingkat propinsi kesehatan (kepala puskesmas, bidan
PKPR : Pelayanan Kesehatan Peduli Remaja
la PPIA di tingkat Pusat Melakukan pemantauan, dan perawat) di puskesmas dan RS
PKRT : Pelayanan
Melakukan Kesehatan Reproduksi
pemantauan, Terpadu
evaluasi dan bimbingan teknis
Melakukan pertemuan berkala PPIA
PMTCT : Prevention
evaluasi of mother-to-child
dan bimbingan teknis kegiatan PPIA ke
transmission di tingkat kabupaten/kota termasuk
POGI kegiatan PPIA
: Perkumpulan kabupaten/kota
Obstetri dan Ginekologi Indonesia di RS
Mengupayakan pembiayaan Mengupayakan pembiayaan
Melakukan pemantauan, evaluasi
Polindes : Pondok
kegiatan PPIA Bersalin Desa kegiatan PPIA dan bimbingan teknis kegiatan PPIA
Poskesdes : Pos Kesehatan
Menyusun Desa
acuan pencatatan Melakukan rekapitulasi pencatatan
ke puskesmas
Posyandu PPIA
: di
Poslayanan KIA, KB
Pelayanan dan
Kesehatan dari kabupaten/kota di wilayahnya
Terpadu Melakukan rekapitulasi pencatatan
konseling remaja dari fasilitas kesehatan di wilayah
PPIA : Pencegahan Penularan HIV dari Ibu ke Anak
kabupaten/kota
3 PPNI
Pengelola : Persatuan Perawat
Mengembangkan metodaNasional
dan Indonesia
Mengembangkan metoda dan Mengembangkan metoda dan
Program
PPPKMI : Perkumpulan
teknologi Promosi dan Pendidikan
promosi kesehatan teknologiKesehatan Masyarakat Indonesia
promosi kesehatan teknologi promosi kesehatan terkait
Promkes
PUS terkait PPIA Usia Subur
: Pasangan terkait PPIA sesuai dengan PPIA sesuai dengan spesifisitas lokal
Membina advokasi dan kemi- spesifisitas lokal Membina advokasi dan kemitraan
Pusling : Puskesmas Keliling
traan kesehatan terkait PPIA Membina advokasi dan kemitra- kesehatan terkait PPIA
Membina pemberdayaan dan an kesehatan terkait PPIA Membina pemberdayaan dan peran
peran serta masyarakat Membina pemberdayaan dan pe- v
serta masyarakat terkait PPIA
terkait PPIA ran serta masyarakat terkait PPIA Mengupayakan pembiayaan
Mengembangkan strategi Mengupayakan pembiayaan promkes terkait PPIA
komunikasi PPIA promkes terkait dengan PPIA

23
23
Pedoman Manajemen Program Pencegahan Penularan HIV dan Sifilis dari Ibu ke Anak 2015
Pedoman Manajemen Program Pencegahan Penularan HIV dan Sifilis dari Ibu ke Anak 2015

Lintas Peran
No
Program DaftarPusat
Isi Propinsi Kabupaten/kota
4 Pengelola Menyiapkan centre of Memetakan RS yang mampu Memetakan RS yang mampu
Program excellent layanan HIV
Kata Pengantar memberikan layanan ODHA memberikan layanan ODHA ii
Yankes Melakukan
Sambutan akreditasi Membantu
Direktur Jenderal Bina menyediakan
Gizi dan Kesehatan Anak Memetakan pelayanan primer
sarana
Ibu dan iii yang
terhadap
Daftarfasilitas
Isi kesehatan dan prasarana upaya PPIA di ka- mampu memberikan layanan iv PPIA
dasar dan rujukan
Daftar Singkatan bupaten/kota yang tidak mampu Menyediakan sarana danvprasarana
Melakukan
Definisi pemantauan, Menyiapkan RS yang mampu upaya PPIA vii
evaluasi dan bimbingan teknis memberikan layanan ODHA Menyiapkan fasilitas pelayanan
kegiatan
BAB I PPIA di fasyankes
Pendahuluan Menyiapkan fasilitas pelayanan kesehatan mampu memberikan 1
Membuat dan 1.1melaksanakan
Latar Belakang kesehatan rujukan regional layanan ODHA 1
sistem pemantapan dan dan Strategi
1.2 Kebijakan Melakukan pembinaan dalam Melakukan pembinaan dalam 1 men-
pemantauan mutu 1.2.1 Kebijakan mencapai akreditasi terhadap capai akreditasi terhadap2 fasilitas
laboratorium 1.2.2 Strategi fasilitas kesehatan dasar/rujukan kesehatan dasar dan rujukan 2
1.3 Tujuan Melakukan pemantauan, Melakukan3 pemantauan, evaluasi
1.4 Sasaran evaluasi dan bimbingan teknis dan bimbingan teknis kegiatan
3 PPIA
kegiatan PPIA ke fasyankes ke fasyankes
BAB II Upaya Pencegahan Penularan Melaksanakan
HIV darisistem
Ibu ke Anak Melaksanakan sistem pemantapan
4
2.1 Epidemiologi HIV dan pemantapan
Sifilis dan pemantauan dan pemantauan mutu 4
2.1.1 Epidemiologimutu HIV danlaboratorium
AIDS laboratorium 4
5 BKKBN Menyediakan dan 2.1.2 Menyediakan
Epidemiologi
mendistri- Sifilis dan mendistribu- Menyediakan dan mendistribusikan
5
busikan alokon2.2 ke
Perkembangan
propinsi Program
sikan PPIA
alokon ke kabupaten/kota alokon ke fasyankes 7
Mengembangkan 2.3 Pencegahan
metoda dan Penularan HIV dari Ibu kemetoda
Mengembangkan Anak dan Mengembangkan metoda9 dan stra-
strategi KIE untuk2.3.1 Prong 1 : Pencegahan
remaja, strategi KIEPenularan HIV pada
untuk Remaja, PUSPerempuan Usiauntuk
tegi KIE Reproduksi 9 ODHA
remaja, PUS,
PUS dan ODHA 2.3.2 Prong 2 : Pencegahan dan ODHAKehamilan Tidak Terencana pada Perempuan
Sosialisasi strategi KIE ke fasilitas
dengan HIV
Sosialisasi strategi KIE ke Sosialisasi strategi KIE ke kesehatan 9
propinsi 2.3.3 Prong 3 : Pencegahan Penularan HIV dan Sifilis dari
kabupaten/kota Ibu ke Anak dan evaluasi
Pemantauan 10
Pemantauan dan 2.3.4 Prong 4 : Pemberian
evaluasi Pemantauan Dukungan Psikologis, Sosial, Medis dan Perawatan 10
dan evaluasi
6 Pengelola Melakukan sertifikasi Melakukan sertifikasi pelatihan Melakukan pelatihan PPIA
Sumber Daya BAB IIIPPIA
pelatihan Pengelolaan Program PPIA PPIA 12
Kesehatan Melakukan 3.1 Perencanaan
pelatihan PPIA Melakukan pelatihan PPIA 12
3.2 Pelaksanaan 13
3.3 Pemantauan dan Evaluasi 17
3.3.1 Kegiatan 17
3.6 Jejaring PPIA/LKB 3.3.2 Indikator 19
3.4 Pencatatan dan Pelaporan 20
Upaya pengendalian HIV-AIDS 3.4.1 dan IMS sangat memerlukan penguatan sistem kesehatan. Beberapa
Pencatatan 20
aspek penting yang perlu dilakukan, antara lain penguatan layanan HIV-AIDS dan IMS serta
3.4.2 Pelaporan 20
integrasinya ke layanan 3.5 kesehatan yang sudah tersedia, termasuk layanan KIA/KB, kesehatan
Pengorganisasian 21
reproduksi (PKRT) dan kesehatan 3.5.1 Pihak (PKPR).
remaja yang Terkait 22
3.5.2 Peran Pemangku Kepentingan Utama 23
3.6 Jejaring PPIA/LKB 24
Kementerian Kesehatan menerapkan strategi pengendalian penyakit melalui layanan pencegahan
dan pengobatan HIV-AIDS yang komprehensif dan berkesinambungan (LKB) dengan menerapkan
BAB IV Penutup 26
enam pilar yang dikembangkan di tingkat kabupaten/kota. Keenam pilar tersebut sebagai berikut.
Daftar Pustaka
1. Koordinasi dan kemitraan dengan semua pemangku kepentingan di setiap lini. 27
2. Peran aktif komunitas termasuk ODHA dan keluarga.
Lampiran
3. Layanan terintegrasi dan terdesentralisasi sesuai dengan kondisi setempat.
4. Akses layanan terjamin.
5. Sistem rujukan dan jejaring kerja.
6. Paket layanan HIV komprehensif yang berkesinambungan.

Layanan HIV-AIDS dan IMS komprehensif dan berkesinambungan (LKB) merupakan penguatan iv
layanan pada jejaring internal, yaitu hubungan antar-layanan/program di dalam satu fasyankes; dan
eksternal, yaitu hubungan antar-fasyankes, rujukan antar-layanan serta penguatan komponen
masyarakat. Kunci pengendalian dan manajemen LKB secara komprehensif terletak pada tingkat
kabupaten/kota.

Komponen LKB mencakup semua bentuk layanan HIV dan IMS, misalnya:
kegiatan KIE untuk pengetahuan komprehensif, promosi penggunaan kondom, pengendalian
24 24
Pedoman Manajemen Program Pencegahan Penularan HIV dan Sifilis dari Ibu ke Anak
Pedoman Manajemen Program Pencegahan Penularan HIV dan Sifilis dari Ibu ke Anak 2015
2015

Daftar
faktorSingkatan
risiko;
tes HIV dan konseling;
perawatan, dukungan
AIDS dan
: Acquired pengobatan (PDP);
immune-deficiency syndrome
pencegahan penularan
ARV dari ibu
: Anti retroviral ke anak (PPIA);
drugs
pengurangan dampak
BOK : Bantuanburuk napza;Puskesmas
Operasional
layanan diagnosis
BPM danPraktek
: Bidan pengobatan
Mandiri IMS;
pencegahan penularan
FKRTL melalui darah
: Fasilitas Kesehatan donor
Rujukan dan
Tingkat produk darah lainnya;
Lanjutan
kegiatan perencanaan;
FKTP : Fasilitas Kesehatan Tingkat Pertama
pemantauan dan
HIV
evaluasi;
: Human immunodeficiency virus
surveilans
IBBS
epidemiologi di puskesmas rujukan dan non-rujukan termasuk fasilitas kesehatan
: Integrated Bio-Behavioural Surveillance
lainnya, dan rumah sakit rujukan ODHA di kabupaten/kota; dan
IBI : Ikatan Bidan Indonesia
keterlibatan aktif dari sektor masyarakat, termasuk keluarga.
IDAI : Ikatan Dokter Anak Indonesia
IDI : Ikatan Dokter Indonesia
Penerapan LKB dalam pelaksanaan PPIA meliputi kerja sama antara sarana kesehatan dan organisasi
IDU : Injecting drug use
masyarakat penting dalam melaksanakan kegiatan PPIA komprehensif. Kerja sama tersebut berupaya
IMS-ISR
mengatasi kendala: Infeksi
medisMenular Seksual-Infeksi
(misalnya tes HIV,Saluran
ARV, Reproduksi
CD4, viral load, persalinan aman) dan kendala
KDS : Kelompok Dukungan Sebaya
psikososial (misalnya kebutuhan pendampingan, kunjungan rumah, bimbingan perubahan perilaku
KIE kesulitan ekonomi
dan : Komunikasi InformasiODHA).
keluarga Edukasi Bentuk kerjasama yang dikembangkan antara lain
memperkuat sistem rujukan klien, memperlancar
KPAD : Komisi Penanggulangan AIDS Daerah hubungan komunikasi untuk saling berbagi
informasi
KTS tentang: situasi dandan
Konseling jenis layanan yang diberikan dan membentuk sistem penanganan kasus
Tes Sukarela
secara
LBT bersama. :Dengan
Laki-lakiadanya jejaring PPIA yang baik, diharapkan akan terbentuk layanan PPIA
Berisiko Tinggi
berkualitas.
LKB : Layanan Komprehensif Berkesinambungan
LSL : Lelaki yang Berhubungan Seks dengan Lelaki
Dalam jejaring PPIA, setiap institusi memiliki peran masing-masing, yang terintegrasi dan saling
ODHA : Orang Dengan HIV-AIDS
berhubungan dengan institusi lainnya. Di sarana kesehatan, pelayanan PPIA dijalankan oleh
PAPELKI : Persatuan Ahli Teknologi Laboratorium Kesehatan Indonesia
Puskesmas dan jajarannya, Rumah Sakit, serta bidan praktek swasta. Di tingkat masyarakat,
PDP : Perawatan, Dukungan dan Pengobatan Lebih Lanjut
pelayanan PPIA dijalankan oleh lembaga swadaya masyarakat (LSM) ataupun kelompok dukungan
PDS Patklin : peran
sebaya (KDS). Agar Perhimpunan Dokter Spesialis
tiap institusi berjalan Patologi
secaraKlinik
optimal, diperlukan sumberdaya manusia yang
PERDOSKI : Persatuan Dokter Spesialis Kulit dan
memiliki pengetahuan dan keterampilan layanan PPIA yang Kelamin Indonesia
memadai. Pengalihan tugas yang sesuai
PERSAGI
dengan : Persatuan
kondisi setempat Ahli Giziperlu
mungkin Indonesia
dilakukan dalam menjalankan kegiatan PPIA.
PKPR : Pelayanan Kesehatan Peduli Remaja
Pelatihan
PKRT PPIA yang berorientasi
: Pelayanan Kesehatanterhadap
Reproduksikebutuhan
Terpadu pelayanan di lapangan diperlukan untuk
meningkatkan
PMTCT pengetahuan
: Prevention ofdan keterampilan.
mother-to-child Kegiatan ini perlu didukung oleh organisas profesi
transmission
seperti
POGI
IDI, IDAI,: POGI, IBI, PAPDI, PPNI serta ikatan profesi lainnya. Ikatan profesi juga berperan
Perkumpulan Obstetri dan Ginekologi Indonesia
dalam meningkatkan kinerja tenaga kesehatan untuk menjamin pemberi layanan yang berkualitas,
Polindes : Pondok Bersalin Desa
serta menjalin koordinasi antar-ikatan profesi dan bermitra dengan pihak lainnya.
Poskesdes : Pos Kesehatan Desa
Posyandu : Pos Pelayanan Kesehatan Terpadu
PPIA : Pencegahan Penularan HIV dari Ibu ke Anak
PPNI : Persatuan Perawat Nasional Indonesia
PPPKMI : Perkumpulan Promosi dan Pendidikan Kesehatan Masyarakat Indonesia
PUS : Pasangan Usia Subur
Pusling : Puskesmas Keliling

25
25
Pedoman Manajemen Program Pencegahan Penularan HIV dan Sifilis dari Ibu ke Anak 2015
Pedoman Manajemen Program Pencegahan Penularan HIV dan Sifilis dari Ibu ke Anak 2015

Daftar Isi BAB IV. PENUTUP


Kata Pengantar
Dengan terbitnya Pedoman ii
Pencegahan Penularan HIV dan Sifilis dari Ibu ke Anak ini diharapkan
Sambutan Direktur Jenderal Bina Gizi dan Kesehatan Ibu dan Anak iii
acuan manajerial untuk meningkatkan akses layanan dan cakupan pelayanan PPIA dapat disebar-luaskan
Daftar Isi iv
dengan cepat ke semua tingkat pengelolaan dan pelayanan. Dengan demikian diharapkan upaya
Daftar Singkatan v
pengendalian HIV-AIDS dan IMS di Indonesia melalui upaya PPIA menjadi lebih komprehensif dan
Definisi vii
mencapai wilayah yang lebih luas. Di samping itu, pedoman ini memberikan kejelasan substantif
BAB I Pendahuluan 1
dalam mencapai tujuan upaya eliminasi penularan HIV dan sifilis dari ibu ke anak.
1.1 Latar Belakang 1
1.2 Kebijakan dan Strategi 1
Pedoman
Pedoman ini dilengkapi dengan1.2.1 Pelaksanaan Pencegahan Penularan HIV dan Sifilis dari 2Ibu
Kebijakan
ke Anak bagi Tenaga Kesehatan,1.2.2
yangStrategi
secara rinci menjelaskan aspek teknis pelaksanaan PPIA di lapangan.
2
1.3 Tujuan
Kedua pedoman ini saling mengisi 3
dan dapat digunakan oleh penentu kebijakan, pengelola program dan
1.4 Sasaran 3
pelaksana pelayanan. Pemutakhiran kedua pedoman ini dilakukan secara berkala, mengikuti
perkembangan yang terjadi
BAB II di tingkat
Upaya global. Penularan HIV dari Ibu ke Anak
Pencegahan 4
2.1 Epidemiologi HIV dan Sifilis 4
2.1.1 Epidemiologi HIV dan AIDS 4
2.1.2 Epidemiologi Sifilis 5
2.2 Perkembangan Program PPIA 7
2.3 Pencegahan Penularan HIV dari Ibu ke Anak 9
2.3.1 Prong 1 : Pencegahan Penularan HIV pada Perempuan Usia Reproduksi 9
2.3.2 Prong 2 : Pencegahan Kehamilan Tidak Terencana pada Perempuan
dengan HIV 9
2.3.3 Prong 3 : Pencegahan Penularan HIV dan Sifilis dari Ibu ke Anak 10
2.3.4 Prong 4 : Pemberian Dukungan Psikologis, Sosial, Medis dan Perawatan 10

BAB III Pengelolaan Program PPIA 12


3.1 Perencanaan 12
3.2 Pelaksanaan 13
3.3 Pemantauan dan Evaluasi 17
3.3.1 Kegiatan 17
3.3.2 Indikator 19
3.4 Pencatatan dan Pelaporan 20
3.4.1 Pencatatan 20
3.4.2 Pelaporan 20
3.5 Pengorganisasian 21
3.5.1 Pihak yang Terkait 22
3.5.2 Peran Pemangku Kepentingan Utama 23
3.6 Jejaring PPIA/LKB 24

BAB IV Penutup 26

Daftar Pustaka 27

Lampiran

iv

26
26
Pedoman Manajemen Program Pencegahan Penularan HIV dan Sifilis dari Ibu ke Anak
Pedoman Manajemen Program Pencegahan Penularan HIV dan Sifilis dari Ibu ke Anak 2015
2015

Daftar Pustaka
Daftar Singkatan

AIDS
1. Departemen : Acquired
Kesehatan,immune-deficiency
Peraturan MenterisyndromeKesehatan tentang Laboratorium Klinik, PMK No. 411
ARV tahun 2010.: Anti retroviral drugs
BOK2. Departemen Kesehatan,
: Bantuan Peraturan
Operasional Menteri Kesehatan tentang Rekam Medis, PMK No. 269 tahun
Puskesmas
2008.
BPM : Bidan Praktek Mandiri
3. Departemen Kesehatan. (2006). Standar Pelayanan Laboratorium Kesehatan Pemeriksa HIV dan
FKRTL : Fasilitas Kesehatan Rujukan Tingkat Lanjutan
Infeksi Oportunis. Jakarta. Departemen Kesehatan.
FKTP
4. Departemen : Fasilitas
KesehatanKesehatan Tingkat
Republik Pertama
Indonesia-WHO. (2009). Pedoman Eliminasi Sifilis Kongenital Melalui
HIV Skrining Pada Ibu Hamil.
: Human Jakarta. Departemen
immunodeficiency virus Kesehatan.
5. Kementerian
IBBS Kesehatan
: Integrated RI. (2010). Pedoman
Bio-Behavioural Nasional Manajemen Program HIV dan AIDS. Jakarta.
Surveillance
IBI Kementerian Kesehatan RI.
: Ikatan Bidan Indonesia
6. Kementerian Kesehatan RI. (2010). Pedoman Pelayanan Antenatal Terpadu. Jakarta. Kementerian
IDAI : Ikatan Dokter Anak Indonesia
Kesehatan RI.
IDI7. Kementerian : Ikatan Dokter Indonesia
Kesehatan RI. (2012). Pedoman Penerapan Layanan Komprehensif HIV-IMS
: InjectingJakarta.
IDU Berkesinambungan. drug useKementerian Kesehatan.
8. Kementerian
IMS-ISR Kesehatan
: Infeksi (2012). Petunjuk
MenularRI.Seksual-Infeksi SaluranTeknis Pengisian Form Manual Pencatatan Program
Reproduksi
KDS Pengendalian HIV/AIDSDukungan
: Kelompok dan IMS.Sebaya
Jakarta. Kementerian Kesehatan.
9. Kementerian Kesehatan RI. (2013). Pedoman Tata Laksana Sifilis untuk Pengendalian Sifilis di
KIE : Komunikasi Informasi Edukasi
Puskesmas. Jakarta. Kementerian Kesehatan RI.
KPAD : Komisi Penanggulangan AIDS Daerah
10. Kementerian Kesehatan RI. (2013). Peraturan Menteri Kesehatan tentang Penanggulanagan HIV dan
KTS AIDS, PMK: No.Konseling
21 tahun dan2013.
Tes Sukarela
LBT11. Kementerian: Laki-laki Berisiko Tinggi . Peraturan Menteri Kesehatan tentang Pelayanan Kesehatan Masa
Kesehatan RI (2014)
LKB Sebelum Hamil, MasaKomprehensif
: Layanan Hamil, Persalinan dan Masa Sesudah Melahirkan, Penyelenggaraan Pelayanan
Berkesinambungan
LSL Kontrasepsi,
: Lelaki yang Berhubungan Seks Seksual,
serta Pelayanan Kesehatan PMK No. 97 Tahun 2014
dengan Lelaki
12. Kementerian Kesehatan RI (2015) Peraturan Menteri Kesehatan tentang Penyelenggaraan
ODHA : Orang Dengan HIV-AIDS
Pemeriksaan Laboratorium untuk Ibu Hamil, Bersalin dan Nifas di Fasilitas Pelayanan Kesehatan dan
PAPELKI : Persatuan Ahli Teknologi Laboratorium Kesehatan Indonesia
Jaringan Pelayanannya, PMK No. 25 Tahun 2015.
PDP13. Kementerian: Perawatan,
Kesehatan. Dukungan
(2013).danRencana
Pengobatan AksiLebih Lanjut PPIA 2013-2017. Jakarta: Kementerian
Nasional
Kesehatan: Perhimpunan Dokter Spesialis Patologi Klinik
PDS Patklin
14. Kementerian
PERDOSKI Kesehatan.
: Persatuan (2013).
Dokter Surat
Spesialis Kulit Edaran Menteri
dan Kelamin Kesehatan tentang Layanan Pencegahan
Indonesia
PERSAGIPenularan: HIV dari IbuAhli
Persatuan ke Anak, SE No. GK/Menkes/001/I/2013 tahun 2013.
Gizi Indonesia
15. Kementerian Kesehatan. (2014). Pedoman Pelaksanaan Pencegahan Penularan HIV dan Sifilis dari Ibu
PKPR : Pelayanan Kesehatan Peduli Remaja
ke Anak. Jakarta. Kementerian Kesehatan
PKRT : Pelayanan Kesehatan Reproduksi Terpadu
16. Kementerian Kesehatan (2014). Rencana Aksi Nasional HIV dan IMS Bidang Kesehatan 2015-2019.
: PreventionKesehatan.
PMTCT Jakarta. Kementerian of mother-to-child transmission
17. Kementerian
POGI Kesehatan Obstetri
: Perkumpulan (2014). danRencana AksiIndonesia
Ginekologi Nasional Pengendalian Infeksi Menular Seksual Di
PolindesIndonesia :2015-2019. Jakarta.
Pondok Bersalin Kementerian Kesehatan.
Desa
18. WHO. (2007).
Poskesdes : PosThe Global Elimination
Kesehatan Desa of Congenital Syphilis Rationale and Strategy For Action. Geneva.
WHO.
Posyandu : Pos Pelayanan Kesehatan Terpadu
PPIA : Pencegahan Penularan HIV dari Ibu ke Anak
PPNI : Persatuan Perawat Nasional Indonesia
PPPKMI : Perkumpulan Promosi dan Pendidikan Kesehatan Masyarakat Indonesia
PUS : Pasangan Usia Subur
Pusling : Puskesmas Keliling

27
27
Pedoman Manajemen Program Pencegahan Penularan HIV dan Sifilis dari Ibu ke Anak 2015

Daftar Isi

Kata Pengantar ii
Sambutan Direktur Jenderal Bina Gizi dan Kesehatan Ibu dan Anak iii
Daftar Isi iv
Daftar Singkatan v
Definisi vii

BAB I Pendahuluan 1
1.1 Latar Belakang 1
1.2 Kebijakan dan Strategi 1
1.2.1 Kebijakan 2
1.2.2 Strategi 2
1.3 Tujuan 3
1.4 Sasaran 3

BAB II Upaya Pencegahan Penularan HIV dari Ibu ke Anak 4


2.1 Epidemiologi HIV dan Sifilis 4
2.1.1 Epidemiologi HIV dan AIDS 4
2.1.2 Epidemiologi Sifilis 5
2.2 Perkembangan Program PPIA 7
2.3 Pencegahan Penularan HIV dari Ibu ke Anak 9
2.3.1 Prong 1 : Pencegahan Penularan HIV pada Perempuan Usia Reproduksi 9
2.3.2 Prong 2 : Pencegahan Kehamilan Tidak Terencana pada Perempuan
dengan HIV 9
2.3.3 Prong 3 : Pencegahan Penularan HIV dan Sifilis dari Ibu ke Anak 10
2.3.4 Prong 4 : Pemberian Dukungan Psikologis, Sosial, Medis dan Perawatan 10

BAB III Pengelolaan Program PPIA 12


3.1 Perencanaan 12
3.2 Pelaksanaan 13
3.3 Pemantauan dan Evaluasi 17
3.3.1 Kegiatan 17
3.3.2 Indikator 19
3.4 Pencatatan dan Pelaporan 20
3.4.1 Pencatatan 20
3.4.2 Pelaporan 20
3.5 Pengorganisasian 21
3.5.1 Pihak yang Terkait 22
3.5.2 Peran Pemangku Kepentingan Utama 23
3.6 Jejaring PPIA/LKB 24

BAB IV Penutup 26

Daftar Pustaka 27

Lampiran

iv

28
Pedoman Manajemen Program Pencegahan Penularan HIV dan Sifilis dari Ibu ke Anak 2015

Daftar Singkatan
TIM PENYUSUN
AIDS PEDOMAN: MANAJEMEN PROGRAM
Acquired immune-deficiency PENCEGAHAN PENULARAN HIV DAN SIFILIS
syndrome
ARV : Anti retroviral drugs DARI IBU KE ANAK
BOK : Bantuan Operasional Puskesmas
BPM : Bidan Praktek Mandiri Pelindung
FKRTL
dr.:Anung
Fasilitas Kesehatan Rujukan Tingkat Lanjutan
Sugihantono, M.Kes (Direktur Jenderal Bina Gizi dan KIA)
FKTP : Fasilitas Kesehatan Tingkat Pertama
HIV : Human immunodeficiency virus
Pengarah
IBBS : Integrated Bio-Behavioural Surveillance
IBI
dr.: Gita Maya Koemara Sakti S, MHA (Direktur Bina Kesehatan Ibu)
Ikatan Bidan Indonesia
IDAI : Ikatan Dokter Anak Indonesia
IDI : Ikatan Dokter IndonesiaPenanggung Jawab
IDU dr.:Lukas C. Hermawan,
Injecting drug use M.Kes (Kasubdit Bina Kesehatan Ibu Hamil)
IMS-ISR : Infeksi Menular Seksual-Infeksi Saluran Reproduksi
KDS : Kelompok Dukungan Sebaya Editor
KIE : Komunikasi Informasi Edukasi
dr. Milwiyandia, MARS
KPAD : Komisi Penanggulangan AIDS Daerah
KTS : Konseling dan Tes Sukarela
Tim Penyusun
LBT : Laki-laki Berisiko Tinggi
dr. Siti Nadia Tarmidzi, M.Epid (Direktorat P2ML )
LKB : Layanan Komprehensif Berkesinambungan
LSL :
dr. Endang Budi Hastuti
Lelaki yang Berhubungan Seks dengan Lelaki
(Direktorat P2ML )
ODHA : dr. Rima
Orang Damayanti
Dengan HIV-AIDS (Direktorat Bina Kesehatan Ibu)
PAPELKI : dr. Ardi Kaptiningsih, MPH (Konsultan)
Persatuan Ahli Teknologi Laboratorium Kesehatan Indonesia
PDP : dr. LukmanDukungan
Perawatan, HL, MBA dan Pengobatan Lebih(Konsultan)
Lanjut
PDS Patklin : dr. CarmeliaDokter
Perhimpunan Basri Spesialis Patologi Klinik
(Konsultan)
PERDOSKI : Persatuan Dokter Spesialis Kulit dan
dr. Ekarini Aryasatiani, SpOG (K) (POGIKelamin Indonesia
Pusat)
PERSAGI : Persatuan Ahli Gizi Indonesia
dr. Muh Ilhamy, SpOG (K) (POGI Pusat)
PKPR : Pelayanan Kesehatan Peduli Remaja
dr. Dyani Kusumowardhani, SpA (IDAI Pusat)
PKRT : Pelayanan Kesehatan Reproduksi Terpadu
PMTCT :
dr. Beatricia Iswari
Prevention of mother-to-child transmission
( WHO )
POGI : dr. Karina Widowati ( UNICEF )
Perkumpulan Obstetri dan Ginekologi Indonesia
Polindes : Pondok Bersalin Desa
Poskesdes : Pos Kesehatan Desa Kontributor
Posyandu 1.: dr.
Pos Wira Hartiti,
Pelayanan M.Epid
Kesehatan Terpadu ( Direktorat Bina Kesehatan Ibu )
PPIA 2.: Pencegahan
dr. Penularan
Nanda Agus HIV dari Ibu ke Anak
Prasetya ( Direktorat Bina Kesehatan Ibu )
PPNI
3.: Persatuan Perawat Nasional Indonesia
dr. Savaart Hutagalung ( Direktorat Bina Kesehatan Ibu )
PPPKMI : Perkumpulan Promosi dan Pendidikan Kesehatan Masyarakat Indonesia
4. Dhefi Ratnawati, SGz ( Direktorat Bina Kesehatan Ibu )
PUS : Pasangan Usia Subur
Pusling
5.: Evasari Ginting, SKM
Puskesmas Keliling
( Direktorat Bina Kesehatan Ibu )
6. dr. Trijoko Yudopuspito, MSc. PH ( Direktorat PPML )
7. dr. Helen Dewi Prameswari ( Direktorat PPML) v
8. dr. Inti Mujiati, M.Kes ( Direktorat Bina Kesehatan Ibu )
9. dr. Chandralina Pakpahan ( Direktorat Bina Kesehatan Ibu )
10. dr. Eva Dian Kurniawati (Direktorat BPPM dan Sarkes)
11. dr. Ferdinandus (Direktorat BPPM dan Sarkes)
12. dr. Marina Wangsadinata ( Direktorat Bina Gizi)
13. dr. Ernawati Atmaningtyas ( Direktorat BUK Dasar)
14. drg. Rima Kuraisina ( Direktorat BUK Rujukan )
15. drg. Melly Juwitasari ( Direktorat Bina Kesehatan Anak)
16. drg. Marlina Ginting ( Pusat Promosi Kesehatan)
17. dr. Popy Irawati, MPH (BKKBN)
18. Farida Ekasari, S.IP, MKM (BKKBN)
19. dr. Raymond Nadeak ( BKKBN)
20. dr. Parlyn RD Situmorang ( Dinkes Provinsi DKI Jakarta)
21. Ida Jamilah ( Dinkes Provinsi Jawa Barat)
22. dr. Suheni Dwinastiti ( Dinkes Provinsi Jawa Timur)
23. Avie SHR ( Dinkes Provinsi Jawa Timur)
24. Luh Putu Musnitarini, SKM, MPH ( Dinkes Provinsi Bali )
25. Ni Wayan Putri M S.SiT, M.Kes ( Dinkes Provinsi Bali )
26. Agung ( Dinkes Kota Bandung )
27. Nani Susilawati, Am.Keb ( Dinkes Kota Bandung)
28. Dr. Kartika Sri Redjeki ( Dinkes Kota Surabaya)
29. Faisol Anwar, Amd.Kep ( Dinkes Kota Surabaya)
30. Ni Komang Alit C ( Dinkes Kota Jakarta Barat)
31. dr. Netty Siahaan ( Puskesmas Kecamatan Kalideres, Jakarta)
32. dr. Nikensari Koesrindartia ( Puskesmas Kecamatan Tambora)
33. dr. Lolita Riamawati (Puskesmas Sememi, Surabaya)
34. Ferinawati, SKM, MPHM ( GF AIDS SR Kesehatan Ibu)
35. Yati ( GF AIDS SR Provinsi Jawa Timur )
36. dr. Ina Yuniati, MSc ( PPSDM)
37. Bayu Aji
38. dr. Ratna Sari, MKM

You might also like