Professional Documents
Culture Documents
1 Pengertian
Tromboemboli berasal dari kata trombus dan emboli. Trombus adalah kumpulan
faktor darah terutama trombosit dan fibrin dengan terperangkapnya jalur selular yang sering
menyebabkan obstruksi pada akhir pembentukannya.
Tormboemboli adalah obstruksi pembuluh darah dengan bahan trombus yang dibawa
oleh darah dari tempat asal untuk menyumbat statis vena pada ekstrimitas bawah yang
disebabkan oleh melemahnya dinding pembuluh darah dan penekanan vena-vena
utama akibat pembesaran uterus. Meskipun sistem pembekuan darah kembali ketingkat
normal sebelum kehamilan 3 minggu setelah persalinan resiko terjadi trombosis tetap
berlanjut 4-5 minggu setelah persalinan.
1.2 Etiologi
Sejak tahun 1848, Virchow telah menyebutkan bahwa terjadinya trombosis selalu
melibatkan 3 faktor yang saling berhubungan seiring dengan perubahan-perubahan
fisiologik pada kehamilan yaitu :
1. Perubahan Koagulasi selama kehamilan
Pada kehamilan terjadi hiperkoagulabilitas darah yang disebabkan karena
perubahan kadar faktor-faktor pembekuan. Faktor I, II, VII, VIII, IX dan X kadarnya
meningkat setelah trimester pertama yang diikuti peningkatan kadar faktor V, VII dan
X pada saat persalinan. Faktor VIII kadarnya justru menurun. Kadar fibrinopeptida A
dan monomer-monomer fibrin meningkat. Hal ini menunjukkan bahwa sebenarnya
terjadi aktivasi sistem pembekuan selama kehamilan. Plasenta dan cairan amnion
merupakan sumber dari tromboplastin jaringan (faktor III). Pengeluaran semua material
ini dalam persalinan, akan merangsang jalur ekstrinsik pembekuan darah.
2. Statis Vena
Selama kehamilan sangat mungkin terjadi statis aliran darah vena. Hal ini
disebabkan oleh karena : terjadi penurunan secara bertahap aliran darah vena dari kaki
ke paha, obstruksi yang bermakna dari vena cava akibat penekanan oleh uterus yang
membesar terutama mulai pertengahan kehamilan, turunnya tonus vena pada anggota
gerak bawah yang dimulai sejak awal kehamilan, dilatasi vena panggul dan
kemungkinan terjadinya disfungsi daun katup vena. Kesemuanya mempunyai potensial
untuk meningkatkan resiko terjadinya penggumpalan trombosit (platelet clumping) dan
pembekuan fibrin. Jika trombus telah terbentuk maka akan terjadi statis aliran darah
yang progresif dengan akibat trombus yang makin luas. Keadaan ini dapat
diperberat dengan tirah baring yang lama ( prolonged bed rest ) dan proses persalinan
dengan tindakan.
3. Trauma endotellium vaskuler
Endotellium vaskuler merupakan barier fisiologis terhadap trombosis diantaranya
menghasilkan prostasiklin yang berfungsi mencegah terjadinya agregasi dan aktivasi
trombosit. Pada kehamilan, dapat terjadi perubahan serat elastik tunika media dan
kerusakan tunika intima akibat tingginya kadar estrogen. Demikian juga tindakan
pembedahan dapat menyebabkan trauma/kerusakan secara langsung pada sel endotel
sehingga merangsang produksi fibrin fibrin dan agregasi trombosit. Akibat
pembedahan, lebih lanjut dapat terjadi inokulasi bakteri sehingga trauma endotel
menjadi lebih berat dengan segala konsekuensinya.
Secara khusus faktor resiko dalam kehamilan dan masa kehamilan yang meningkatkan
kecenderungan Tromboemboli adalah :
1. Bedah Caesar
2. Persalinan pervaginam dengan tindakan
3. Usia ibu yang risiko tinggi saat hamil dan bersalin
4. Supresi laktasi dengan menggunakan preparat estrogen
5. Sickle Cell Disease
6. Riwayat tromboflebitis sebelumnya
7. Penyakit jantung
8. Immobilisasi yang lama
9. Obesitas
10. Infeksi maternal dan insufisiensi vena kronik
Faktor resiko terjadinya Tromboemboli dalam kehamilan dan masa nifas menurut
Biswas & Perloff (1994), yaitu :
1. Merokok
2. Preeklamsia
3. Persalinan lama (prolonge labor)
4. Anemia
5. Perdarahan
2. Non Invasif
1) Compresion Ultrasound (CUS)
American College of Obstetrician and Gynecologists (2000) menetapkan
CUS sebagai salah satu cara pemeriksaan terpilih (procedure of choice) untuk
diagnosa TVD paroksimal.
CUS dilakukan dengan menekankan transedur USG secara kuat (firm
compression) untuk melihat adanya defect.
2) Impedance Phletysmography (IPG)
Dengan cara mengembangkan manset udara yang ditempatkan disekeliling
paha unutk mengukur impedance flow. IPG mempunyai sensitifitas sebesar 83% dan
spesifitas 92%.
3) Magnetic Resmance Venography (MRV)
Pemeriksaan ini dapat menggambarkan batas-batas anatomis secara detail
dan dapat menentukan ada tidaknya aliran darah pelvis. MRV mempunyai
sensitifitas 100% dan spesifitas 90% terhadap TVD yang telah lebih khusus lagi
MRV dapat menentukan faktor non trombosis sebagai penyebab gejala dan tanda
yang mirip dengan tromboemboli. MRV sangat potensial untuk digunakan sebagai
sarana diagnostik tromboemboli dalam kehamilan karena disamping sensitif juga
tidak berhubungan dengan paparan radiasi. Kelemahan pemeriksaan ini adalah
fasilitasnya yang masih terbatas dan mahalnya biaya pemeriksaan.
1.7 Penatalaksanaan
1. Trombosis ringan khususnya dari vena -vena di bawah permukaan ditangani dengan :
a. Istirahat dengan kaki agak tinggi
b. Jika ada tanda peradangan, dapat diberi anti biotika
c. Segera setelah rasa nyeri hilang, penderita dianjurkan untuk mulai berjalan
2. Pelviotromboplebitis
a. Rawat inap : penderita tirah baring untuk pemantauan gejala penyakitnya dan
mencegah terjadinya embolipulmonum
b. Terapi medic : pemberian antibiotika, heparin jika terdapat tanda-tanda atau
dugaan adanya emboli pulmonum
c. Terapi operatif : pengikatan vena cava inferior dan vena ovarika jika emboliseptik
terus berlangsung sampai mencapai paru paru meskipun sedang dilakukan
heparinisasi
3. Tromboplebitis femoralis
a. Perawatan : kaki ditinggikan untuk mengurangi edema, melakukan kompresi pada
kaki. Setelah dimobilisasi, kaki hendaknya tetap dibalut elastic atau memakai kaos
kaki panjang yang elastic selama mungkin.
b. Mengingat kondisi ibu yang sangat jelek, sebaiknya jangan menyusui
c. Terapi medik : pemberian antibiotika dan analgetika
4. TVD membutuhkan rujukan dokter segera untuk mendapatkan penanganan lebih lanjut.
a. Stocking untuk menekan
b. Terapi antikoagulan dengan heparin melalui intravena lebih dari 40.000 U setiap
hari
c. Wafarin diberikan mula-mula 10 mg sehari, kemudian 3 mg sehari.
d. Pengobatan dilanjutkan selama 6 minggu untuk kemudian dikurangi dan
dihentikan dalam 2 minggu
e. Pemberian analgesic
f. Istirahat total
5. Emboli paru :
a. Usaha menanggulangi syock
b. Pemberian antikoagulan
c. Pada embolus kecil yang timbul berulang dapat dipertimbangkan mengikat vena di
atas tempat thrombus
c. Pengkajian yang komprehensif berfokus pada adanya data obyektif dan subyektif
yang mendukung adanya tromboemboli,
Data focus yang didapatkan :
a) Manifestasi klinik klasik yang disebut dengan phlegmasia alba dolens atau milk
yaitu berupa edema tungkai dan paha
b) Disertai rasa nyeri yang hebat
c) Sianosis local
d) Demam yang terjadi karena terlibatnya vena dalam dari kaki sampai region
illeofemoral
e) Nyeri pada otot betis baik spontan ataupun akibat peregangan tendon Achilles
(homans sign) tidak mempunyai arti klinis yang bermakna karena tanda yang
sama seringkali ditemukan pada awal masa nifas akibat tekanan oleh peyangga
betis meja obstetric saat persalinan. Derajat nyeri tidak berhubungan dengan
risiko terjadinya emboli banyak penderita emboli paru yang sebelumnya tidak
menunjukkan tanda tanda thrombosis vena.
2. Diagnose Keperawatan
1) Gangguan perfusi jaringan yang berhubungan dengan interupsi jaringan vena.
2) Nyeri akut yang berhubungan dengan proses imflamasi spasme paskular.
3) Ansietas yang berhubungan dengan perubahan status kesehatan.
4) Kurang pengetahuan yang berhubungan dengan kurang informasi atau kesalahan
interpretasi.
3. Rencana Keperawatan
4. Implementasi
Tindakan keperawatan disesuaikan dengan intervensi yang telah disusun pada
uraian rencana keperawatan.
5. Evaluasi
1. Evaluasi Formatif
Merefleksikan observasi perawat dan analisis terhadap klien terhadap respon
langsung pada intervensi keperawatan.
2. Evaluasi Sumatif
Merefleksikan rekapitulasi, observasi, dan analisis mengenai status klien terhadap
waktu. Menurut Muslihatun, (2009: 123-124) pendokumentasian atau catatan
manajemen keperawatan dapat deterapkan dengan metode SOAP, yang
merupakan singkatan dari:
1) S (Subjektif)
2) O (Objektif)
3) A (Assessment)
4) P (Planning)
Berisi tentang rencana asuhan yang disusun berdasarkan hasil analisis dan
interpretasi data. Rencana asuhan ini bertujuan untuk mengusahakan
tercapainya kondisi pasien seoptimal mungkin dan mempertahankan
kesejahteraannya.
DAFTAR PUSTAKA
Herdman, T. Heater. 2015. NANDA Internasional Inc. nusing diagnoses: definitions &
classification 2015-2017. Jakarta : EGC
Moorhead, S., Jhonson, M., Maas, M. L., Swanson, E. 2016. Nursing Outcomes Classification
(NOC). Singapore : Elsevier Global Rights
Doengoes, Marylin E., Mary Frances Moorhouse, Alice C. Geissler. 2000. Rencana
AsuhanKeperawatan: Pedoman Untuk Perencanaan dan Pendokumentasian Perawatan
Pasien Edisi 3. Jakarta: Peneribit Buku Kedokteran EGC
Fanista. 2009. Asuhan Keperawatan : Maternitas Periode Pasca Partum. Available from :
www.fanista.blogspot.com. Diunduh pada 13 Oktober 2014
Wikyasastro, Hani. 1997. Ilmu Kebidanan. Jakarta: Yayasan Bina Pustaka Sarwono
Prawiroharjo
Yunitasari, Esty. 2008. Asuhan Keperawatan Post Partum. Available from : pdf.
www.google.com. Diunduh pada: 13 Oktober 2014