You are on page 1of 20

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Persalinan adalah proses membuka dan menipisnya serviks, dan janin turun ke dalam
jalan lahir. Kelahiran adalah proses dimana janin dan ketuban didorong keluar melalui
jalan lahir .Persalinan dan kelahiran normal adalah proses pengeluaran janin yang terjadi
pada kehamilan cukup bulan (37-42 minggu), lahir spontan dengan presentasi belakang
kepala yang berlangsung dalam 18 jam, tanpa komplikasi baik ibu maupun janin
Dari survei demografi dan kesehatan indonesia (sdki) dan data biro pusat statistik
(bps), angka kematian ibu dalam kehamilan dan persalinan di seluruh dunia mencapai 515
ribu jiwa pertahun. Ini berarti seorang ibu meninggal hampir setiap menit karena
komplikasi kehamilan dan persalinannya (dr. Nugraha, 2007).
Kematian dan kesakitan ibu sebenarnya dapat dikurangi atau dicegah dengan berbagai
usaha perbaikan dalam bidang pelayanan kesehatan obstetri. Pelayanan kesehatan tersebut
dinyatakan sebagai bagian integeral dari pelayanan dasar yang akan terjangkau seluruh
masyarakat. Kegagalan dalam penangan kasus kedaruratan obstetri pada umumnya
disebabkan oleh kegagalan dalam mengenal resiko kehamilan, keterlambatan rujukan,
kurangnya sarana yang memadai untuk perawatan ibu hamil dengan resiko tinggi maupun
pengetahuan tenaga medis, paramedis, dan penderita dalam mengenal kehamilan resiko
tinggi (krt) secara dini, masalah dalam pelayanan obstetri, maupun kondisi ekonomi
(Syamsul, 2003).
Post matur merupakan kasus yang sering kali terjadi pada saat kehamilan yaitu yang
melewati 294 hari atau 42 minggu lengkap. Diagnosa usia kehamilan didapatkan dengan
perhitungn usia kehamilan dengan rumus Naegele atau dengan penghitungan tinggi
fundus uteri ( Kapita Selekta Kedokteran jilid 1). Menurut (Achadiat 2004:32) Kehamilan
postmatur lebih mengacu pada janinnya, dimana dijumpai tanda-tanda seperti kuku
panjang, kulit keriput,plantara creases yang sangat jelas, tali pusat layu dan terwarnai oleh
mekonium.(Varney Helen, 2007).
Beberapa ahli dapat menyatakan kehamilan lewat bulan bila lebih dari 41 minggu karena
angka mordibitas dan mortalitas neonatus meningkat setelah usia 40 minggu Namun
kurang lebih 18% kehamilan akan berlanjut melebihi 41 minggu hingga 7% akan menjadi
42 minggu bergantung pada populasi dan kriteria yang digunakan. Seringnya kesalahan
dalam mendefinisikan postmatur diperlukan deteksi sedini mungkin untuk menghindari

1|Page
kesalahan dalam menentukan usia kehamilan. Jika tapi telah ditentukan pada trimester
terakhir atau berdasarkan data yang tidak dapat diandalkan. D ata yang terkumpul sering
menunjukkan peningkatan resiko lahir mati seiring peningkatan usia kehamilan lebih dari
40 minggu.
1.2 Adapun rumusan masalah di makalah ini meliputi :
1. Bagaimana kehamilan Post Matur?
2. Bagaimana asuhan keperawatan kehamilan Post Matur?
1.3 Adapun penyusunan makalah ini bertujuan untuk memberikan informasi yang meliputi :
1. Kehamilan Post Matur.
2. Asuhan keperawatan kehamilan Post Matur.

2|Page
BAB II

TINJAUAN TEORI

2.1 Definisi Post Matur


Kehamilan post mature disebut juga kehamilan serotinus, kehamilan lewat waktu,
kehamilan lewat bulan, prolonged pregnancy, postdate/posr datisme atau pasca mature
adalah kehamilan yang berlangsung sampai 42 minggu (294 hari) atau lebih, dihitung dari
hari pertama haid terakhir menurut rumus naegele dengan siklus haid raa-rata 28 hari.
(Sarwono prawihardjo, 2010)

2.2 Etiologi Post Matur


Seperti halnya teori bagaimana terjadinya persalinan, sampai saat ini sebab teradinya
kehamilan post maturebelum jelas. Beberapa teori yang diajukan pada umumnya
menyatakan bahwa terjadinya kehamilan post mature sebagai akibat gangguan terhadap
timbulnya persalinan. Beberapa teori lain sebagai berikut :
a. Pengaruh progesterone
Penurunan hormone progsteron daalm kehamilan dipercaya merupakan kejadian
perubahan endokrin yang penting dalam memacu proses biomolekular pada
persalinan dan meningkatkan sensitivitas uterus terhadap oksitosin, sehingga bebrapa
penulis menduga bahwa terjadinya kehamilan psot mature adalah karena masih
berlangsungnya pengaruh progesterone.
b. Teori oksitosin
Pemakaian oksitosin untuk induksi persalinan pada kehamilan pst mature member
kesna atau dipercaya bahwa oksitosin secara fisiologis memegang peranan penting
dalam menimbulkan persalinan dan pelepasan oksitosin dari neurohipofisis ibu hamil
yang kurang pada usia kehamilan lanjut di duga sebagai salah satu faktor penyebab
kehamilan post mature.
c. Teori kortisol/ACTH janin
Dalam teori ini diajukan bahwa sebagai pemberi tanda untuk dimulainya
persalinan adalah janin, di duga akibat peningkatan tiba-tiba kadar kortisol plasma
janin. Kortisol janin akan mempengaruhi plasenta sehingga produksi progesterone
berkurang dan memperbesar sekresi esterogen, selanjutnya berpengaruh terhadap
meningkatnya produksi prostaladin. Pada cacat bawaan janin seperti anensefalus,
hipoplasia adrenal janin, dan tidak adanya kelenjar hipofisis pada janin akan

3|Page
menyebabkan kortisol janin tidak diproduksi dengan baik sehingga kehamilan dapat
berlangsung lewat bulan.
d. Saraf uterus
Tekan pada ganglion servikalis dari pleksus frankenhauser akan membangkitkan
kontraksi uterus. Pada keadaan dimana tidak ada tekanan pada pleksus ini, seperti
pada kelainan letak, tali pusat pendek dan bagian bawah masih tinggi kesemuanya di
duga sebagai penyebab terjadinya kehamilan post mature.
e. Heriditer
Beberapa penulis menyatakan bahwa seseorang ibu yang mengalami kehamilan
post mature mempunyai kecendrungan untuk melahirkan lewat bulan pada kehamilan
berkutnya. Bila mana seorang ibu mengalami kehamilan post mature kemungkin
besar anak perempuannya akan mengalami kehamilan post mature.
f. Terjadinya kesalahan saat menentukan HPHT

2.3 Tanda dan gejala


a. Gerakan janin jarang ( secara subjektif kurang dari 7x / 20 menit atau secara objektif
kurang dari 10x / menit.
b. Pada bayi ditemukan tanda lewat waktu yang terdiri dari:
1. Stadium I : kulit kehilangan vernix caseosa dan terjadi maserasi sehingga
2. kulit menjadi kering, rapuh dan mudah terkelupas.
3. Stadium II : seperti stadium I, ditambah dengan pewarnaan mekoneum kehijuan di
kulit.
4. Stadium III : seperti stadium I, ditambah dengan warna kuning pada kuku, kulit
dan tali pusat.
5. Berat badan bayi lebih berat dari bayi matur.
6. Tulang dan sutura lebih keras dari bayi matur
7. Rambut kepala lebih tebal. (Sarwono prawirohardjo, 2008)

2.4 Patofisiologi
Pada kehamilan lewat waktu terjadi penurunan oksitosin sehingga tidak
menyebabkan adanya his, dan terjadi penundaan persalinan. Permasalahan kehamilan
lewat waktu adalah plasenta tidak sanggup memberikan nutrisi dan pertukaran CO2/O2
sehingga janin mempunyai resiko asfiksia sampai kematian dalam rahim (Manuaba,
1998).
4|Page
Sindroma postmaturitas yaitu kulit keriput dan telapak tangan terkelupas, tubuh
panjang dan kurus, vernic caseosa menghilang, wajah seperti orang tua, kuku panjang,
tali pusat selaput ketuban berwarna kehijauan. Fungsi plasenta mencapai puncaknya
pada kehamilan 34-36 minggu dan setelah itu terus mengalami penurunan. Pada
kehamilan postterm dapat terjadi penurunan fungsi plasenta sehingga bisa menyebabkan
gawat janin.15Bila keadaan plasenta tidak mengalami insufisiensi maka janin postterm
dapat tumbuh terus namun tubuh anak akan menjadi besar (makrosomia) dan dapat
menyebabkan distosia bahu. Pada kehamilan lewat waktu terjadi penurunan oksitosin
sehingga tidak menyebabkan adanya his, dan terjadi penundaan persalinan.
Permasalahan kehamilan lewat waktu adalah plasenta tidak sanggup memberikan nutrisi
dan pertukaran CO2/O2 sehingga janin mempunyai resiko asfiksia sampai kematian
dalam rahim (Manuaba, 1998).
Sindroma postmaturitas yaitu kulit keriput dan telapak tangan terkelupas, tubuh
panjang dan kurus, vernic caseosa menghilang, wajah seperti orang tua, kuku panjang,
tali pusat selaput ketuban berwarna kehijauan. Fungsi plasenta mencapai puncaknya
pada kehamilan 34-36 minggu dan setelah itu terus mengalami penurunan. Pada
kehamilan postterm dapat terjadi penurunan fungsi plasenta sehingga bisa menyebabkan
gawat janin. Bila keadaan plasenta tidak mengalami insufisiensi maka janin postterm
dapat tumbuh terus namun tubuh anak akan menjadi besar (makrosomia) dan dapat
menyebabkan distosia bahu.

2.5 Pemeriksaan penunjang


a. Tes kehamilan
Bila pasien melakukan pemeriksaan tes imunlogik sesudah terlamat 2 minggu, maka
dapat diperkirakan kehamilan memang telah berlangsung 6 minggu.
b. Gerak janin
Gerak janin atau quickening pada umumnya dirasakan ibu pada umur kehamilan 18-
20 minggu. Pada primigravida dirasakan sekitar umur kehamilan 18 minggu,
sedangkan pada multigravida pada 16 minggu . petunjuk umum untuk menentukan
persalinan adalah quickening ditambah 22 minggu pada primigvida atau ditambah
24 minggu pada multiparitas.
c. Denyut jantung janin (DJJ)

5|Page
Dengan stetoskop laennec DJJ dapat didengar mulai umur kehamilan 18-20 minggu,
sedangkan dengan Doppler dapat terdengar pada usia kehamilan 10-12 minggu.
Kehamilan dinyatakan sebagai kehamilan post mature bila di dapat 3 atau lebih dari
4 kriteria hasil pemriksaan sebagai berikut.
1. Telah lewat 36 minggu sejak tes kehamilan positif
2. Telah lewat 32 minggu sejak DJJ pertama terdengar dengan Doppler
3. Telah lewat 24 minggu sejak dirasakan gerak janin pertama kali
4. Telah lewat 22 minggu sejak terdengarnya DJJ pertama kali dengan stetoskop
Laennec.
d. Tinggi fundus uteri
Dalam trimester pertama pemriksaan tinggi fundus uteri serial dalam sentimeter
dapat bermanfaat bila dilakukan pemeriksaan berulang tiap bulan. Lebih dari 20
minggu tinggi fundus uteri dapat menentukan umur kehamilan kasar.
e. Pemeriksaan ultrasonografi
Ketetapan usia gestasi sebaiknya mengacu pada hasil pemeriksaan ultrasonografi
pada trimester pertama. Kesalahan perhitunan dengan naegele cepat menca[ai 20%
bila telah dilakukan pemeriksaan ultrasonografi serial terutama sejak trimester
pertama, hampir dapat dipastikan usia kehamilan. Pada trimester pertama
pemeriksaan panjang kepala-tungging (crown-rump lengh/CRL) memberikan
kepatenan kurang lebih 4 hari dari taksiran persalinan.
Pada umur kehamilan sekitar 16-26 minggu, ukuran diameter biparietal dan panjang
femur memberiakn ketetapan sekitar 7 hari dari taksiran persalinan. Selain CRL,
diameter biparietal dan panjang femur, beberapa parameter dalam pemeriksaan USG
juga dapat dipakai seperti lingkar perut, lingkar kepala, dan beberapa rumus yang
merupakan perhitungan dari beberapa hasil pemeriksaan parameter tersebut diatas.
Sebaiknya, pemriksaan sesaat setelah ketuban, ataupun keadaan plasentas yang
sering berkaitan dengan kehamilan post mature, tetapi sukar untuk memastikan usia
keamilan.
f. Pemeriksaan radiologi
Umur kehamilan ditentukan dengan melihat pusat penolongan. Gambaran epifisis
femur bagian distal paling dini dapat dilihat pada kehamilan 32 minggu, epifisis tibia
proksimal terlihat setelah umur kehamilan 36 minggu dan epifisis kuboid pada
kehamilan 40 minggu. Cara ini sekarang jaang dipakai selain karena dalam

6|Page
pengenalan pusat penulanan seringkali sulit, juga pengaruh radiologic yang kurang
baik terhadap janin.
g. Pemeriksaan laborat
h. USG : untuk mengetahui usia kehamilan, derajat maturitas plasenta.
i. Kardiotokografi : untuk menilai ada atau tidaknya gawat janin.
j. Amniocentesis : pemeriksaan sitologi air ketuban.
k. Amnioskopi : melihat kekeruhan air ketuban.
l. Uji Oksitisin : untuk menilai reaksi janin terhadap kontraksi uterus.
m. Pemeriksaan kadar estriol dalam urine.
n. Pemeriksaan sitologi vagina.

2.6 Komplikasi
1. Anak besar, dapat menyebabkan disproporsi sefalopelvik
2. Oligohidramnion, dapat menyebabkan kompresi tali pusat, gawat janin sampai bayi
meninggal
3. Keluarnya mekoneum yang dapat menyebabkan aspirasi mekoneum
4. Kemungkinan komplikasi pada bayi postmatur
1. Hipoksia
2. Hipovolemia
3. Asidosis
4. Sindrom gawat nafas
5. Hipoglikemia
6. Hipofungsi adrenal. .(Sarwono prawirohardjo, 2008).\

2.7 Pencegahan
Pencegahan dapat dilakukan dengan melakukan pemeriksaan kehamilan yang
teratur, minimal 4 kali selama kehamilan, 1 kali pada trimester pertama (sebelum 12
minggu), 1kali pada trimester ke dua (antara 13 minggu sampai 28 minggu) dan 2
kali trimester ketiga (di atas 28 minggu). Bila keadaan memungkinkan, pemeriksaan
kehamilan dilakukan 1 bulan sekali sampai usia 7 bulan, 2 minggu sekali pada
kehamilan 7 8 bulan dan seminggu sekali pada bulan terakhir. Hal ini akan
menjamin ibu dan dokter mengetahui dengan benar usia kehamilan, dan mencegah
terjadinya kehamilan serotinus yang berbahaya.

7|Page
Perhitungan dengan satuan minggu seperti yang digunakan para dokter
kandungan merupakan perhitungan yang lebih tepat.. Untuk itu perlu diketahui
dengan tepat tanggal hari pertama haid terakhir seorang (calon) ibu itu.
Perhitungannya, jumlah hari sejak hari pertama haid terakhir hingga saat itu dibagi 7
(jumlah hari dalam seminggu). Misalnya, hari pertama haid terakhir Bu A jatuh pada
2 Januari 2011. Saat ini tanggal 4 Maret 2011. Jumlah hari sejak hari pertama haid
terakhir adalah 61. Setelah angka itu dibagi 7 diperoleh angka 8,7. Jadi, usia
kehamilannya saat ini 9 minggu. .(Sarwono prawirohardjo, 2008).

8|Page
BAB III

ASUHAN KEPERAWATAN KEHAMILAN POST MATUR

3.1 Pengakajian
Data Subjektif
1. Identitas Meliputi nama, jenis kelamin,pekerjaan, status kewarganegaraan, suku
bangsa, pendidikan, alamat.
2. Keluhan utama
1) Kehamilan belum lahir setelah melewati 42 minggu
2) Gerak janin makin berkurang dan kadang-kadang berhenti sama sekali.
3) Berat badan ibu mendatar atau menurun.
4) Air ketuban terasa berkurang.
5) Gerak janin menurun.
3. Riwayat Menstruasi Diagnosis kehamilan postterm tidak sulit
4. Riwayat Obstetri
Mengkaji riwayat obstetri dahulu meliputikehamilan, persalinan, nifas, anak
serta KB yang pernah digaunakan. Termasuk didalanya riwayat TT, serta
penyulit yang dialami.
5. Riwayat kehamilan sekarang
Mengkaji keluhan yang yang dirsakan pasien selama kehamilan ini. Digunakan
sebagai identifikasi masalah pasien. Banyaknya pemeriksaan antenatal yang
dilakukan.
6. Riwayat kesehatan
Penyakit kronis yang dapat mempengaruhi terjadinya Postterm.
7. Riwayat kesehatan keluarga
Mendeteksi masalah yang berkaitan dengan factor genetic, sebagai indikasi
penyakit yang diturunkan oleh orang tua.
8. Pola kehidupan sehari-hari Meliputi kebiasaan sehari-hari yang dilakukan
pasien.
Data Objektif:
1. Pemeriksaan umum
Secara umum ditemukan gambaran kesadaran umum, dimana kesadaran pasien
sangat penting dinilai dengan melakukan anamnesa. Selain itu pasien sadar akan

9|Page
menunjukkan tidak adanya kelainan psikologis dan kesadaran umum juga
mencakup pemeriksaan tanda-tanda vital, berat badan, tinggi badan , lingkar
2. Pemeriksaan Fisik
a. Inspeksi
1. Mata : Periksa konjungtiva dan sklera untuk menentukan apakah ibu
anemia atau tidak,
2. Muka : edema atau tidak
3. Leher : apakah terdapat pembesaran kelenjar baik kelenjar tiroid maupun
limfe
4. Dada : bagaimana keadaan putting susu, ada tidaknya teraba massa atau
tumor,
5. tanda-tanda kehamilan (cloasma gravidarum, aerola mamae, calostrum),
6. Abdomen : dilihat pembesaran perut yang sesuai dengan usia kehamilan,
luka bekas operasi
7. Genitalia : Dilihat genetalia bagian luar oedem atau tidak serta
pengeluaran pervaginam
8. Ekstremitas :Atas maupun bawah tidak oedem
b. Palpasi
1. Abdomen : Gerak janin makin berkurang dan kadang-kadang berhenti
sama sekali Dengan menggunakan cara Leopold:
a. Leopold I :
Untuk menentukan TFU dan apa yang terdapat dibagian fundus (TFU
dalam cm) dan kemungkinan teraba kepala atau bokong lainnya,
normal pada fundus teraba bulat,tidak melenting, lunak yang
kemungkinan adalah bokong janin
b. Leopold II:
Untuk menentukan dimana letaknya punggung janin dan bagian-
bagian kecilnya. Pada dinding perut klien sebelah kiri maupun kanan
kemungkinan teraba, punggung, anggota gerak, bokong atau kepala.
c. Leopold III:
Untuk menentukan apa yang yang terdapat dibagian bawah perut ibu
dan apakah BTJ sudah terpegang oleh PAP, dan normalnya pada
bagian bawah perut ibu adalah kepala.
d. Leopold IV:
10 | P a g e
e. Untuk menentukan seberapa jauh masuknya BTJ ke dalam rongga
panggul dan dilakukan perlimaan untuk menentukan seberapa
masuknya ke PAP.
c. Auskultasi
Untuk mendengar DJJ dengan frekuensi normal 120-160 kali/menit, irama
teratur atau tidak, intensitas kuat, sedang atau lemah. Apabila persalinan
disertai gawat janin, maka DJJ bisa kurang dari 110 kali/menit atau lebih dari
160 kali/menit dengan irama tidak teratur.
3.2 Diagnosa Ibu
1. Kecemasan berhubungan dengan partus yang lama
2. Nyeri akut berhubungan dengan bayi lahir besar
3. Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan asfiksia Keseimbangan p
elektrolit
4. Gangguan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan
kekurangan pasokan nutisi dan terhentinya pertumbuhan janin
5. Kurang Pengetahuan Berhubungan dengan keterbatasan kognitif, interpretas
,tidak mengetahui sumber-sumber informasi.

3.3 Intervensi Ibu


No. Diagnosa NOC NIC
1. Kecemasan Tingkat kecemasan Penurunan Kecemasan
berhubungan dengan Setelah dilakukan tindakan Aktivitas :
partus yang lama keperawatan pasien mampu 1. Ciptakan ketenangan
menunjukkan tidak ada 2. Ciptakan kenyamanan
kecemasan dengan untuk menfasilitasi
KH: kepercayaan
1. Klien diharapkan dapat 3. Identifikasi kapan
bertahan dan mengatasi level cemas berubah
2. Kurang istirahat 4. Tentukan kemampuan
3. Distres pasien untuk
4. Gelisah dan khawatir membuat keputusan
5. Muka tegang 5. instruksikan pasien
6. Berkeringat untuk menggunakan

11 | P a g e
Koping teknik relaksasi.
1. Klien diharapkan
mampu Kontrol kecemasan diri
Mengidentifikasi pola 1. Monitor intensitas
koping efektif dan tidak 2. Kecemasan
efektif 3. Cari informasi untuk
2. Menyatakan perasaaan mengurangi cemas.
terkontrol Melaporkan 4. Rencanakan strategi
penurunan stres koping untuk situasi
3. Menghindari keadaan stress
yang terlalu stres 5. Gunakan teknik
4. Melaporkan relaksasi untuk
peningkatan mengurangi cemas
kenyamanan psikologis.

2. Nyeri akut berhubungan Kontrol Nyeri Manajemen nyeri


dengan bayi lahir besar Setelah dilakukan tindakan 1. Nilai nyeri dimulai
keperawatan pasien mampu dari lokasi,
menunjukkan tingkat rasa nyeri karakteristik,
KH: durasi, frekuensi,
1. Factor resiko dapat kualitas, intensitas,
diketahu dan penyebab
2. Tindakan pencagahan 2. Kaji
dapat dilakukan ketidaknyamanan
3. Tingkat Kenyamanan secara nonverbal3.
4. Keadaan fisikmembaik 3. Kontrol faktor
5. Pasien dapat lingkungan yang
melakukan control dapat menimbulkan
nyeri ketidaknyamanan
pada pasien (suhu
Tingkatan nyeri ruangan,
1. Frekuensi nyeri pencahayaan,
berkurang keributan)

12 | P a g e
2. Lama waktu nyeri 4. Mengurangi faktor
berkurang faktor yang
3. Pasien tidak resah meningkatkan nyeri
5. Menyediakan
analgesik untuk
mengatasi nyeri /
istirahat yang
adekuat untuk
mengurangi nyer
6. Anjurkan untuk
tidur / istirahat
untuk mengurangi
nyeri
3. Gangguan pertukaran Setelah diakukan tindakan Manajemen jalan napas
gas keperawatan pasien mampu Aktivitas:
menunjukkan mampu 1. Auskultasi bunyi
mengontrol pernafsan dan nafas, catat adanya
oksigen ventilasi yang turun
KH: atau yang hilang dan
1. Status respiratori catat adanya bunyi
:pertukaran gas tambahan
2. Status respiratori 2. Monitor pernafasan
:ventilasi dan status oksigen.
3. Perfusi jaringan : 3. Atur intake cairan
pulmonal untuk mengoptimalkan
4. Status tanda tanda keseimbangan cairan
vital
Monitor tanda tanda vital
Aktivitas:
1.Mengukur tekanan
darah, denyut nadi,
temperature, dan
status pernafasan, jika

13 | P a g e
diperlukan
2. Mencatat gejala dan
turun naiknya tekanan
darah
3. Memantau suara
jantung
4. Memantau tingkat dan
irama pernafasan (e.g.
kedalaman dan
kesimetrisan
5. Memantau suara paru
6. Memantau pola
pernafasan yang
abnormal (e.g.
Cheyne-Stokes,
Kussmaul, Biot,
apnea, ataxic, dan
bernafas panjang)
7. Mengukur warna
kulit, temperature,
dan kelembaban
4. Gangguan nutrisi Setelah diakukan tindakan Status nutrisi
kurang dari kebutuhan keperawatan pasien mampu 1. asupan makanan dan
tubuh menunjukkan kebutuhan nutrisi cairan
baik 2. intake nutrien
KH: Pengontrolan berat badan
Status nutrisi Manajemen nutrisi
1. Status nutrisi : asupan Aktivitas:
makanan dan cairan 1. Kontrol penyerapan
2. Status nutrisi : intake makanan/cairan dan
nutrien menghitung intake
3. Pengontrolan berat kalori harian, jika
badan diperlukan.

14 | P a g e
2. Pantau ketepatan
urutan makanan untuk
memenuhi kebutuhan
nutrisi harian.
3. Tentukan jumlah
kalori dan jenis zat
makanan yang
diperlukan untuk
memenuhi kebutuhan
nutrisi, ketika
berkolaborasi dengan
ahli makanan, jika
diperlukan
4. Pastikan bahwa
makanan berupa
makanan yang tinggi
serat untuk mencegah
konstipasi
5. Atur pemasukan
makanan, jika
diperlukan.
Monitoring nutrisi
Aktivitas:
1. Timbang berat badan
klien.
2. Monitor kehilangan
dan pertambahan berat
badan
3. Monitor respon emosi
klien terhadap situasi
dan tempat makan
4. Monitor intake kalori
dan nutrisi

15 | P a g e
5. Monitor tingkat energi,
lelah, lesu, dan lemah
6. mual dan muntah
5. Kurang Pengetahuan Manajemen Pengetahuan Perilaku Kesehatan
Berhubungan dengan Setelah diakukan tindakan 1. Kaji tingkat
keterbatasan kognitif, keperawatan pasien mampu pengetahuan pasien
interpretasi ,tidak menunjukkan manajememen dan Keluarga
mengetahui sumber- pengetahuan Post Matur 2. Jelaskan patofisiologi
sumber informasi. KH: dari penyakit dan
1. Pasien dan keluarga bagaimana hal ini
menyatakan memahami berhubungan dengan
tentang penyakit,kondisi, anatomi dan fisiologi,
prognosis dan program dengancara yang tepat.
Pengobatan 3. Identifikasi
2. Pasien dan keluarga kemungkinan
mampu melaksanakan penyebab,dengan cara
prosedur yang sudah yang tepat
dijelaskan secara benar 4. Sediakan bagi
3. Pasien dan keluarga keluarga informasi
mampu menjelaskan tentang kemajuan
kembali apa yang pasien dengan cara
dijelaskan perawat/tim yang tepat
kesehatan 5. Diskusikan pilihan
terapi ataupenanganan

3.4 Implementasi

No. Tindakan Keperawatan Nama dan


Paraf
1. 1. Ciptakan ketenangan
2. Ciptakan kenyamanan untuk menfasilitasi kepercayaan
3. Identifikasi kapan level cemas berubah
4. Tentukan kemampuan pasien untuk membuat keputusan
5. instruksikan pasien untuk menggunakan teknik relaksasi.

16 | P a g e
1. Monitor intensitas
2. Kecemasan
3. Cari informasi untuk mengurangi cemas.
4. Rencanakan strategi koping untuk situasi stress
5. Gunakan teknik relaksasi untuk mengurangi cemas

2. 1. Nilai nyeri dimulai dari lokasi, karakteristik, durasi, frekuensi,


kualitas, intensitas, dan penyebab
2. Kaji ketidaknyamanan secara nonverbal3.
3. Kontrol faktor lingkungan yang dapat menimbulkan
ketidaknyamanan pada pasien (suhu ruangan, pencahayaan,
keributan)
4. Mengurangi faktor faktor yang meningkatkan nyeri
5. Menyediakan analgesik untuk mengatasi nyeri / istirahat yang
adekuat untuk mengurangi nyeri
6. Anjurkan untuk tidur / istirahat untuk mengurangi nyeri

3. 1. Auskultasi bunyi nafas, catat adanya ventilasi yang turun atau yang
hilang dan catat adanya bunyi tambahan
2. Monitor pernafasan dan status oksigen.
3. Atur intake cairan untuk mengoptimalkan keseimbangan cairan

1. Mengukur tekanan darah, denyut nadi, temperature, dan status


pernafasan, jika diperlukan
2. Mencatat gejala dan turun naiknya tekanan darah
3. Memantau suara jantung
4. Memantau tingkat dan irama pernafasan (e.g. kedalaman dan
kesimetrisan
5. Memantau suara paru
6. Memantau pola pernafasan yang abnormal (e.g. Cheyne-Stokes,
Kussmaul, Biot, apnea, ataxic, dan bernafas panjang)
7. Mengukur warna kulit, temperature, dan kelembaban

17 | P a g e
1. Kontrol penyerapan makanan/cairan dan menghitung intake kalori
harian, jika diperlukan.
2. Pantau ketepatan urutan makanan untuk memenuhi kebutuhan
nutrisi harian.
3. Tentukan jumlah kalori dan jenis zat makanan yang diperlukan
untuk memenuhi kebutuhan nutrisi, ketika berkolaborasi dengan
ahli makanan, jika diperlukan
4. Pastikan bahwa makanan berupa makanan yang tinggi serat untuk
mencegah konstipasi
5. Atur pemasukan makanan, jika diperlukan.

1. Timbang berat badan klien.


2. Monitor kehilangan dan pertambahan berat badan
3. Monitor respon emosi klien terhadap situasi dan tempat makan
4. Monitor intake kalori dan nutrisi
5. Monitor tingkat energi, lelah, lesu, dan lemah
6. mual dan muntah

1.5 Evaluasi
1. Klien sudah dapat mengotrol kecemasanannya
2. Klien sudah dapat tersenyum
3. Klien sudah bisa mengontrol nyeri yang dirasakan
4. Klien mampu memenuhi kebutuhan nutrisi yang baik
5. Klien mampu memenuhi pola pernfasan dengan normal
6. Klien sudah dapat berbincang dengan keluarganya
7. Klien dan keluarga mampu melaksanakan prosedur yang sudah dijelaskan secara
benar

18 | P a g e
BAB IV

PENUTUP

4.1 Kesimpulan

. Persalinan adalah proses membuka dan menipisnya serviks, dan janin turun ke dalam jalan
lahir. Kelahiran adalah proses dimana janin dan ketuban didorong keluar melalui jalan lahir
.Persalinan dan kelahiran normal adalah proses pengeluaran janin yang terjadi pada
kehamilan cukup bulan (37-42 minggu), lahir spontan dengan presentasi belakang kepala
yang berlangsung dalam 18 jam, tanpa komplikasi baik ibu maupun janin Dari survei
demografi dan kesehatan indonesia (sdki) dan data biro pusat statistik (bps), angka kematian
ibu dalam kehamilan dan persalinan di seluruh dunia mencapai 515 ribu jiwa pertahun. Ini
berarti seorang ibu meninggal hampir setiap menit karena komplikasi kehamilan dan
persalinannya (dr. Nugraha, 2007).

1.2 Saran
Perawat ataupun mahasiswa keperawatan harus banyak membaca dan
memperbanyak referensi untuk meningkatkan pengetahuan dan pemahaman tentang
Post Matur pada kehamilan.

19 | P a g e
DAFTAR PUSTAKA

Saifudin, Abdul bari, Triatmo Rachimhadhi, dan Gulardi H.


Wiknjosastro.2011.Ilmu kebidanan. Jakarta: PT. Bina Pustaka Sarwono
Prawirohardjo.
Prawirohardjo, sarwono. 2008. Ilmu kebidanan. PT. Bina Pustaka Sarwono
Prawirohardjo.
Moorhead, sue. 2016. Nursing outcomes classification (NOC). Jakarta:
mocomedia. Elsevier
Gloria, M. Bulechek. 2016. Nursing interventions classificarion (NIC).
Jakarta: mocomedia. Elsevier
(http://olhachayo.files.wordpress.com/2014/05/askep-lengkap-pos-mature.pdf)

20 | P a g e

You might also like