You are on page 1of 11

KONSEP DAN PENERAPAN PRODUKSI BERSIH

ABSTRAK
Produksi Bersih (Cleaner Production) merupakan suatu strategi untuk menghindari timbulnya pencemaran
industri melalui pengurangan timbulan limbah (waste generation) pada setiap tahap dari proses produksi
untuk meminimalkan atau mengeliminasi limbah sebelum segala jenis potensi pencemaran terbentuk.
Istilah-istilah seperti Pencegaha Pencemaran (Pollution Prevention), Pengurangan pada sumber (Source
Reduction), dan Minimasi Limbah (Waste Minimization) sering disertakan dengan istilah Produksi Bersih
(Cleaner Production)
Cleaner Production berfokus pada usaha pencegahan terbentuknya limbah. Dimana limbah merupakan
salah satu indikator inefisiensi, karena itu usaha pencegahan tersebut harus dilakukan mulai dari awal
(Waste avoidance), pengurangan terbentuknya limbah (waste reduction) dan pemanfaatan limbah yang
terbentuk melalui daur ulang (recycle). Keberhasilan upaya ini akan menghasilkan pebghematan (saving)
yang luar biasa karena penurunan biaya produksi yang signifikan sehingga pendekatan ini menjadi sumber
pendapatan (revenue generator).

PENDAHULUAN

Produksi bersih adalah strategi pengelolaan lingkungan yang sifatnya mengarah pada
pencegahan (preventif) dan terpadu agar dapat diterapkan pada seluruh siklus produksi. Hal tersebut
memiliki tujuan untuk meningkatkan produktivitas dengan memberikan tingkat efisiensi yang lebih baik
dalam penggunaan bahan mentah, energi dan air, mendorong performansi lingkungan yang lebih baik
melalui sumber-sumber pembangkit limbah dan emisi serta mereduksi dampak produk terhadap
lingkungan melalui rancangan yang ramah lingkungan, namun efektif dari segi biaya. Penerapan produksi
bersih umumnya dilakukan dalam suatu kegiatan industri untuk tujuan efesiensi dan peningkatan
keuntungan, namun tetap memperhatikan kelestarian lingkungan.
A. Definisi Produksi Bersih
Di era globalisasi seperti sekarang ini pertumbuhan indusri pada berbagai sekala menjadi
suatu tren di berbagai negara mulai dari industri makanan, hingga indstri kimia. Keberadaan industry
dalam berbagai sekala dan jenis ditujukan sebagai solusi dalam mengatasi persoaalan ekonomi pada
masing-masing Negara.
Perkembangan pembangunan disamping meningkatkan kesejahteraan manusia juga
menimbulkan dampak negatif terhadap lingkungan hidup. Industrialisasi dan urbanisasi yang cepat di
banyak negara juga telah mengakibatkan pencemaran yang serius. Untuk mengatasi pencemaran
yang dihasilkan, saat ini industri telah menitik beratkan pada pengolahan limbah sebagai pengelolaan
lingkungan pada proses tahap akhir (end-of-pipe). Namun metoda pengolahan tahap akhir ini
sangatlah mahal. Oleh karena itu timbul pemikiran perlunya konsep pencegahan pencemaran, yang
akhirnya menuju kepada Produksi Bersih. Produksi bersih adalah alternatif untuk strategi manajemen
lingkungan. (Suhartini, 2008)
Produksi Bersih merupakan istilah yang digunakan untuk menjelaskan pendekatan secara
konseptual dan operasional terhadap proses produksi dan jasa, dimana dampaknya dari keseluruhan
daur hidup produk terhadap lingkungan dan manusia diupayakan sekecil mungkin. Strategi Produksi
Bersih mempunyai arti yang sangat luas karena didalamnya termasuk upaya pencegahan pencemaran
dan perusakan lingkungan melalui pilihan jenis proses, yang akrab lingkungan, minimisasi limbah,
analisis daur hidup dan teknologi bersih.
Produksi bersih adalah suatu program strategis yang bersifat proaktif yang diterapkan untuk
menselaraskan kegiatan pembangunan ekonomi dengan upaya perlindungan lingkungan. Strategi
konvensional dalam pengelolaan limbah didasarkan pada pendekatan pengelolaan limbah yang
terbentuk (end-of pipe treatment). Pendekatan ini terkonsentrasi pada upaya pengolahan dan
pembuangan limbah dan untuk mencegah pencemaran dan kerusakan lingkungan. Strategi ini dinilai
kurang efektif karena bobot pencemaran dan kerusakan lingkungan terus meningkat. Kelemahan yang
terdapat pada pendekatan pengolahan limbah secara konvensional adalah :
Tidak efektif memecahkan masalah lingkungan karena hanya mengubah bentuk limbah dan
memindahkannya dari suatu media ke media lain.
Bersifat reaktif yaitu bereaksi setelah terbentuknya limbah.
Karakteristik limbah semakin kompleks dan semakin sulit diolah.
Tidak dapat mengatasi masalah pencemaran yang sifatnya non-point sources pollution.
Inovestasi dan biaya operasi pengolahan limbah relatif mahal dan hal ini sering dijadikan alasan oleh
pengusaha untuk tidak membangun instalasi pengolahan limbah.
Peraturan perundang-undangan yang ada masih terpusat pada pembuangan limbah, belum mencakup
upaya pencegahan. (Konsep Umum Produksi Bersih )
Dasar Hukum Pelaksanaan Produksi Bersih adalah UU RI No. 23 Tabun 1997 Tentang
Pengelolaan Lingkungan Hidup Pasal 14 dan Pasal 17. Pelaksanaan Produksi Bersih juga tercantum di
dalam Dokumen ISO 14001 Butir 3.13

B. Teknik Penerapan Teknologi Bersih


Secara garis besar pilihan penerapan produksi bersih dapat dikelompokkan sebagai berikut :
1. Perubahan bahan Baku
a. Mengurangi atau menghilangkan bahan baku yang mengandung bahan berbahaya dan beracun
seperti logam berat dari zat warna pelarut (B3).
b. Menggunakan bahan baku yang kualitasnya baik dan murni untuk menghindari komtaminan dalam
proses.

2. Tata Cara Operasi dan Housekeeping


a. Mencegah kehilangan bahan baku, produk maupun energi dari pemborosan, kebocoran dan tercecer.
b. Penanganan material untuk mengurangi kehilangan material akibat kesalahan penanganan, habisnya
waktu tinggal bagi bahan yang sensetif terhadap waktu.
c. Penjadwalan produksi membentu mencegah pembororsan (energi, material dan air) dan koordinasi
pengelolaan limbah.
d. Segregasi/ memisahkan limbah menurut jenisnya untuk mengurangi volume limbah B3.
e. Mengembangkan manajemen perawatan sehingga mengurangi kehilangan akibat kerusakan.

3. Penggunaan Kembali
a. Menggunakan kembali sisa air proses, air pendingin dan material lain didalam pabrik.
b. Mengambil kembali bahan buangan sebagai energi. enciptakan kegunaan limbah sebagai produk lain
yang dapat dimanfaatkan oleh pihak luar.

4. Perubahan Teknologi
a. Merubah peralatan, tata letak dan perpipaan untuk memperbaiki aliran proses dan meningkatkan
efesiensi.
b. Memeperbaiki kondisi proses sehingga meningkatkan kualitas produksi dan mengurangi jumlah
limbah.
5. Perubahan Produk
a. Merubah formulasi produk untuk mengurangi dampak lingkungan pada waktu digunakan oleh
konsumen.
b. Merancang produksi sedemikian rupa sehingga mudah untuk di daur ulang.
c. Mengurangi kemasan yang tidak perlu. (Artiningsih)

C. Prinsip-prinsip Produksi Bersih


Dirancang secara komprehensif dan pada tahap sedini mungkin. Produksi Bersih dipertimbangkan
pada tahap sedini mungkin dalam pengembangan proyek-proyek baru atau pada saat mengkaji proses
atau aktivitas yang sedang berlangsung.
Bersifat proaktif, harus diprakarsai oleh industri dan kepentingan-kepentingan yang terkait.
Bersifat fleksibel, dapat mengakomodasi berbagai perubahan, perkembangan di bidang politik,
ekonomi, sosial-budaya, ilmu pengetahuan dan teknologi dan kepentingan berbagai kelompok
masyarakat.
Perbaikan berlanjut.

D. Konsep Penerapan Produksi Bersih


Konsep Produksi Bersih memiliki 4 (empat) prinsip dasar, yaitu:
1. Prinsip kehati-hatian (precautionary), tanggung jawab yang utuh dari produsen agar tidak
menimbulkan dampak yang merugikan sekecil apapun.
2. Prinsip pencegahan (preventive), penting untuk memahami siklus hidup produk (product life cycle) dari
pemilihan bagan baku hingga terbentuknya limbah.
3. Prinsip demokrasi, komitmen dan keterlibatan semua pihak dalam rantai produksi dan konsumsi.
4. Prinsip holistic, pentingnya keterpaduan dalam pemanfaatan sumber daya lingkungan dan konsumsi
sebagai satu daur yang tidak dapat dipisahpisahkan.

Strategi yang digunakan dalam penerapan Produksi Bersih adalah:


1. Pencegahan terhadap pencemaran dan perusakan lingkungan
2. Program daur ulang,
3. Pengolahan dan pembuangan limbah tetap diperlukan sehingga dapat saling melengkapi satu dengan
lainnya.

Strategi untuk menghilangkan limbah atau mengurangi limbah sebelum terjadi (preventive
strategy), lebih disukai daripada strategi yang berurusan dengan pengolahan limbah atau pembuangan
limbah yang telah ditimbulkan (treatment strategy). Hal ini dapat dilakukan dengan menggunakan
strategi berikut ini:
1. Eliminasi
Strategi ini dimasukkan sebagai metode pengurangan limbah secara total. Bila perlu tidak
mengeluarkan limbah sama sekali (zero discharge). Didalam konsep penerapan Produksi Bersih hal ini
dimasukkan sebagai metode pencegahan pencemaran.

2. Minimisasi Limbah (mengurangi sumber limbah)


Strategi pengurangan limbah yang terbaik adalah strategi yang menjaga agar limbah tidak terbentuk
pada tahap awal. Pencegahan limbah mungkin memerlukan beberapa perubahan penting terhadap
proses.

3. Daur Ulang
Jika timbulnya limbah tidak dapat dihindarkan dalam suatu proses, maka strategi-strategi untuk
meminimkan limbah tersebut sampai batas tertinggi yang mungkin dilakukan harus dicari, seperti
misalnya daur ulang (recycle) dan/atau penggunaan kembali (re-use). Jika limbah tidak dapat dicegah,
pengolahan limbah dapat dilakukan.

4. Pengendalian Pencemaran
Strategi yang terpaksa dilakukan mengingat pada proses perancangan produksi perusahaan belum
mengantisipasi adanya teknologi baru yang sudah bebas terjadinya limbah.
5. Pengolahan dan Pembuangan
Strategi terakhir yang perlu dipertimbangkan adalah metoda-metoda pembuangan altematif.
Pembuangan limbah yang tepat merupakan suatu komponen penting dari keseluruhan program
manajemen lingkungan; tetapi, ini adalah teknik yang paling tidak efektif.

6. Remediasi
Strategi penggunaan kembali bahan-bahan yang terbuang bersama limbah. Hal ini dilakukan untuk
mengurangi kadar peracunan dan kuantitas limbah yang ada.
Esensi dasar dari produksi bersih adalah:
Pencegahan, pengurangan dan penghilangan limbah dari sumbernya.
Perubahan mendasar pada sikap manajemen dan diperlukan komitmen.
Pencegahan polusi harus dilaksanakan sedini mungkin, pada setiap tahapan kegiatan yaitu pada
pembuatan peraturan., kebijakan, implementasi proyek, proses produksi dan desain produk.
Program harus dilaksanakan secara kontinyu dan selaras dengan perkembangan sains dan teknologi
Penerapan strategi yang komprehensif dan terpadu, agar produk dapat bersaing di pasar lokal
maupun internasional.
Produksi bersih hendaknya melibatkan pertimbangan daur hidup suatu produk.
Program multi media dan multi desain. Diterapkan di seluruh sektor: industri, pemerintah, pertanian,
energi, transportasi, para konsumen.
Pada dasarnya, fokus dari teknik Produksi Bersih adalah tentang bagaimana mengurangi
limbah dari sumbernya. Adapun hal-hal yang dapat dilakukan teknik pengurangan limbah ini adalah:
a. Manajemen inventaris
Pengendalian inventaris
Pengendalian bahan
b. Modifikasi proses produksi
Prosedur operasi dan pemeliharaan
Perubahan bahan
Modifikasi peralatan proses
c. Pengurangan volume
Pemilahan sumber
Pengentalan
d. Recovery
Recovery on site (di lokasi)
Recovery off site (diluar lokasi)

E. Aspek-Aspek Dalam Pelaksanaan Produksi Bersih


Aspek-aspek yang perlu diperhatikan dalam upaya pelaksanaan Produksi Bersih adalah:
1. Proses
Mencakup upaya konservasi bahan baku dan energi, menghindari pemakaian bahan berbahaya dan
beracun, mengurangi jumlah dan toksisitas semua limbah dan emisi yang dikeluarkan sebelum
meninggalkan proses.
2. Produk
Menitik beratkan pada upaya pengurangan dampak pada keseluruhan daur hidup produk, mulai dari
ekstraksi bahan baku sampai pembuangan akhir setelah produk tidak digunakan.
3. Jasa
Menitik beratkan pada upaya penggunaan proses 3R (Reduce, Re-use dan Recycle) diseluruh
kegiatannya, mulai dari penggunaan bahan baku sampai ke pembuangan akhir.
Penerapan produksi bersih dalam proses produksi dapat dilakukan dengan mengintegrasikan
aspek-aspek tersebut di atas. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada gambar berikut.

F. Peluang Penerapan Produksi Bersih


Peluang penerapan Produksi Bersih adalah:
1. Memberi keuntungan ekonomi, sebab didalam Produksi Bersih terdapat strategi pencegahan
pencemaran pada sumbernya (source reduction dan inprocess recycling) yaitu pencegahan
terbentuknya limbah secara dini dengan demikian dapat mengurangi biaya investasi yang harus
dikeluarkan untuk pengolahan dan pembuangan limbah atau upaya perbaikan lingkungan.
2. Mencegah terjadinya pencemaran dan perusakan lingkungan.
3. Memelihara dan memperkuat pertumbuhan ekonomi dalam jangka panjang melalui konservasi sumber
daya, bahan baku dan energi.
4. Mendorong pengembangan teknologi baru yang lebih efisien dan akrab lingkungan
5. Mendukung prinsip `environmental equity' dalam rangka pembangunan berkelanjutan.
6. Mencegah atau memperlambat terjadinya proses degradasi lingkungan dan pemanfaatan sumberdaya
alam.
7. Memelihara ekosistem lingkungan.
8. Memperkuat daya saing produk dipasar intemasional.

G. Penerapan Produksi Bersih di Industri


1. Industri Kelapa Sawit

Table 1. jenis, dan pemanfaatan limbah kelapa sawit :


Jenis Pemanfaatan
Tandan kosong Pupuk kompos, pulp kertas, papan patikel,
energy
Wet decanter solid Pupuk kompos, makanan ternak,
Cangkang Arang, karbon aktif, papan partikel
Serabut Energi, papan partikel, pulp kertas
Limbah cair Pupuk, Air irigasi
Slude Sabun, pakan ternak
Tempurung Arang, briket, karbon aktif
Air kondensat Air umpan boiler
(Pertanian, 2006)

2. Pengolahan Limbah PT. Indo Acidatama


Stillage dari area 300 dialirkan kedalam 3 buah bak yang masing-masing mempunyai ukuran
145m x 45m x 7m yang prosesnya terjadi secara anaerob. Didalam bak ini limbah diberi nutrisi berupa
urea, TSP dan NaOH untuk pengaturan PH, serta pengadukan dengan menggunakan pompa (setiap
bak dilengkapi dengan 6 pompa). Waktu tinggal didalam bak selama 99 hari. Hasil yang diperoleh dari
ketiga bak anaerobic tersebut adalah gas (bio gas) dengankadar methane 55%, CO2 43%, H2S 1%
dan bahan organic yang lain sebesar 1% yang kemudian di lewatkan di unit scrubber untuk mengikat
gas H2S dan kemudian digunakan sebagai bahan bakar boiler, dan sisanya digunakan untuk
pembuatan pupuk kompos.
Setelah keluar dari anaerobic lagoon cairan mencapai kadar COD 25.000 ppm dan BOD 5000
ppm setelah itu dialirkan ke aerobic lagoon yang dilengkapi dengan aerator-aerator, untuk
meningkatkan pertumbuhan bakteri maka diberi nutrisi berupa urea dan TSP dengan waktu tinggal di
bak selama 20 jam, setelah dari aerobic lagoon cairan di pompa ke biological clarifier untuk
memisahkan sludge dengan cairanya. Sebagian sludge digunakana untuk campuran pembuatan
kompos sedang cairannya dimasukan dalam clarifier koagulan dan flokulan. Di dalam clarifier, maka
sludge dan cairan di isah, sludge untuk dibuat pupuk sedangkan cairannya di lewatkan sand filter dan
carbon filter kemudian dibuang kesungai karena telah memenuhi baku mutu yang ditetapkan yaitu
dengan kandungan BOD 80 ppm. Untuk pengukuran kandungan BOD, COD, dan pH dilakukan setiap
2 jam sekali.
Stilage yang dihasilkan stiap harinya sekitar 25% dimanfaatkan untuk pembuatan pupuk. Di Pt.
Indo AcidatamaTbk, pupuk yang dihasilkan adalah pupuk kompos, super alfinase, granulair alfinase.
Pupuk super alfinase dibuat dari pupuk kompos yang ditambah denga phospat, dolomite, abu sekam,
bekatul, tembakau yang rusak, kotoran ayam dan efektif mikro organisme (EM4). Sedang pupuk
kompos sendiri dibuat dari dedaunan dan grajen yang prosesnya dilakukan selama 26 hari dan diaduk
setiap hari, setelah menjadi kompos (C-N ratio < 20) diperkaya dengan bahan tertentu sampai
kandungan N, P, K nya sesuai standar. Pupuk granulair alfinase dibuat darisuper alfinase ditambah
sludge yang dipadatkan. (Novianingsih)

3. Pengolahan Industri Otomotif Pt-X Jakarta


Pada awalnya, proses yang digunakan oleh proses produksi yang digunakan adalah wet
sanding. Pada pelaksanaannya proses wet sanding menghasilkan limbah cair sebesar 68,9 l/unit.
Dengan diterapkannya produksi bersih yang diimplementasikan dengan perubahan proses produksi,
yaitu slight sanding, maka limbah cair yang dihasilkan menjadi 12,2 l/unit. Berdasarkan uraian singkat
di atas dapat diketahui bahwa dengan perubahan proses produksi, limbah cair yang dihasilkan menjadi
menurun. Hal ini sesuai dengan konsep produksi bersih, yaitu mengurangi limbah langsung dari
sumbernya. (Implementasi Produksi Bersih di Bidang Industri, 2009)

4. Pengolahan Limbah Industri Susu Pt. Ultra Jaya Milk


Limbah cair, limbah ini berasal dari hasil pencucian alat, limbah tersebut di tamping dilakukan
peroses penguraian bakteri aerobic. Setelah itu dilakukan aerasi dan di diamkan selama 48 jam supaya
bakteri mengurai zat-zat organic. Kemudian dipisahkan air dan lumpur aktif untuk dilakukan foltasi,
ciran dimasukan kedalam bak sedimentasi sehingga cairan yang dihasilkan menjadi tidak berwarna.
Limbah padat, limbah ini berasal dari kemasan produk yang sudah terpakai, kemasan tersebut
dikirimkan pada badan pengolah kertas kemudian di campur dengan air selama kurang lebih 1 jam,
hasilnya dapat digunakan untuk kertas tulis.
Limbah gas, limbah ini berasal dari hasil pembakaran, dari hasil pembakaran tersebut dibekukan
untuk kebutuhan ice cream campina di Surabaya. (Siregar, Kurniawan, & Primasri)

5. Pengolahan Limbah Radio Aktif


Sebelum limbah radioaktif dikirimkan, penghasil limbah berkewajiban melakukan pengelolaan
limbah yang dihasilkannya dengan tujuan meminimalisasi volume, kompleksitas, biaya dan resiko.
Pengelolaan yang dilakukan meliputi mengumpulkan, mengelompokkan, atau mengolah dan
menyimpan sementara. Pengumpulan dan pengelompokkan limbah berdasarkan aktivitas, waktu paro,
jenis radiasi, bentuk fisik-dan kimia, sifat racun dan asal limbah radioaktif atau mengolah limbahnya
apabila memiliki fasilitas pengolahan.
Limbah padat dipisahkan menjadi dapat terbakar - tidak dapat terbakar, terkompaksi tidak
terkompaksi, aktivitas rendah dan tinggi, umur paro panjang dan pendek, serta jenis radiasi. Limbah
tersebut ditempatkan pada lokasi khusus yang diberi tanda bahaya radiasi sehingga hanya petugas
tertentu yang dapat masuk ke ruangan.
Limbah cair yang berupa sisa zat radioaktif dan limbah cair hasil samping kegiatan
dekontaminasi yang memiliki aktivitas tinggi atau umur paro panjang ditempatkan secara terpisah
dengan limbah aktivitas rendah atau umur paro pendek. Untuk limbah cair hasil ekskresi atau hasil
kegiatan mandi dan cuci disalurkan secara terpisah dengan saluran grey water dan disalurkan ke
tempat penampungan sementara untuk mengetahui dosis paparan radiasi yang ditimbulkan, limbah
radioaktif tersebut dapat di lepaskan ke badan air apabila memenuhi persyaratan pelepasan.
Limbah berbentuk gas sangat jarang terjadi. Seperti yang telah disampaikan di muka untuk
mengendalikan limbah radioaktif berbentuk gas, maka sumber penghasil limbah ditempatkan pada
tempat khusus sehingga gas tidak mudah keluar ke lingkungan. Gas dapat di lepaskan ke lingkungan
setelah memenuhi persyaratan pelepasan. Penghasil limbah wajib memberikan informasi dengan
lengkap dan benar secara tertulis (dalam manifes dokumen) kepada pengangkut tentang identitas
limbah, bahaya radiasi, dan sifat bahaya lain yang mungkin terjadi dan cara penanggulangannya.
Penghasil limbah juga berkewajiban memberikan tanda, label, atau plakat pada kendaraan angkutan.
Pengolahan dan penyimpanan limbah radioaktif saat ini dilakukan secara terpadu di
PTLRBATAN meskipun dalam menjalankan tugasnya, Badan Pelaksana sebetulnya dapat menunjuk
dan/atau bekerja sama dengan BUMN, swasta dan Koperasi. Sehingga sampai saat ini pihak pengolah
atau penyimpan limbah radioaktif hanya PTLR-BATAN. Pihak pengolah/penyimpan /negara asal
sumber radioaktif berkewajiban memeriksa kesesuaian limbah yang diserahkan oleh pengangkut
dengan kualifikasi limbah sebagaimana tercantum dalam dokumen pengiriman limbah. Apabila
terdapat ketidaksesuaian maka pihak pengolah/penyimpan/negara asal sumber radioaktif wajib
memberitahukan ke Badan Pengawas dan penghasil limbah guna investigasi lebih lanjut. Namun
apabila limbah radioaktif yang diterima oleh pengolah sudah sesuai dengan dokumen pengiriman
limbah maka pihak pengolah/penyimpan dapat melakukan pengolahan/penyimpanan limbah radioaktif
dengan teknologi yang sesuai. Sedangkan negara asal sumber radioaktif dapat melakukan
penanganan sumber radioaktif bekas yang diterimanya sesuai dengan kebijakan pengelolaan limbah
radioaktif Negara tersebut.
Pengolahan limbah radioaktif yang dilakukan oleh pihak pengolah dimaksudkan untuk mereduksi
volume limbah dan mengurangi paparan radiasi dari limbah radioaktif agar tidak membahayakan
manusia dan lingkungan sehingga dosis radiasi yang diterima oleh pekerja akibat adanya limbah
tersebut tidak akan melebihi ketentuan dossis tahunan yang telah ditetapkan.
Jenis pengolahan limbah radioaktif berbentuk padat yang telah dipraktekkan, antara lain:
kompaksi, insenerasi dan imobilisasi tetapi tidak berlaku untuk sumber radioaktif bekas. (Alfian &
Akhmad, 2010)

6. Pengolahan Limbah Industri Baja


Untuk pengelolaan limbah industri baja ini, para pakar menilai, bahwa model penanganan limbah
baja terdapat 2 (dua) opsi skenario. Skenario pertama, perusahaan dapat mengolah limbah baja
menjadi produk yang mempunyai nilai tambah (value added). Opsi ini, perusahaan harus
mengeluarkan dana untuk investasi awal yang cukup besar dalam arti perusahaan mendirikan pabrik
baru dengan bahan substitusi (campuran) limbah. Berapa negara seperti Jepang sudah memanfaatkan
limbah baja untuk bahan substitusi (campuran) membuat produk tersebut, seperti batako, genteng,
paving block, lantai keramik, dan sebagainya. Skenario kedua, perusahaan dapat menjual langsung
limbah yang dihasilkan oleh pabrik saat beroperasi proses produksi. Opsi ini telah dilakukan oleh
perusahan dengan cara menjual limbah baja ke perusahaan lain di dalam dan luar negeri. Setiap
bulannya perusahaan dapat menjual + 3.000 ton untuk pabrik semen di Indonesia dan pabrik baja di
negara Cina. Skenario opsi kedua dianggap mendukung program lingkungan bersih, karena secara
berangsur-angsur limbah yang berada di area penampungan semakin berkurang, maka sejak tahun
2007 perusahaan memulai melaksanakan penanganan limbah baja dengan cara menjual. (Salim,
2009)

DAFTAR PUSTAKA

(2009). Implementasi Produksi Bersih di Bidang Industri.


Alfian, M., & Akhmad, Y. R. (2010). Strategi Pengolahan Limbah Radio Aktif di Indonesia di
Tinjau dari Konsep Cradle To Grave. Jurnal Teknologi Pengelolaan Limbah .
Artiningsih, N. K. (n.d.). Penerapan Produksi Bersih Berdamapak Positif . Semarang: Universitas 17
Agustus 1945.
(n.d.). Konsep Umum Produksi Bersih .
Novianingsih, C. R. (n.d.). Laporan PKL di PT. Indo Acidatama. Surakarta: Universitas Setia Budi.
Pertanian, D. (2006). Pedoman Pengelolaan Limbah Industri Kelapa Sawit. Subdid Pengelolaan
lingkungan Ditjen PPHP.
Salim, J. (2009). Model Pengelolaan Limbah Industri Baja. Bogor: Institut Pertanian Bogor.
Siregar, S. D., Kurniawan, S., & Primasri, Y. P. (n.d.). Laporan PKL di PT. Ultra Jaya Milk.
Surakarta: Universitas Setia Budi.
Suhartini. (2008). Pengolahan Lingkungan. Yogyakarta: Universitas Negri Yogyakarta.

You might also like