You are on page 1of 8

BAB II

KONSEP DASAR TEORI

A. Pengertian
Collic abdomen adalah gangguan pada aliran isi usus sepanjang traktus intestinal
(Meltina, 2009). Obstruksi teradi ketika ada gangguan yang menyebabkan
terrhambatnya aliran isi usus ke depan tetapi peristaltiknya normal (Reeves, 2001).

B. Anatomi Dasar
a. Anatomi Saluran Pencernaan
Saluran pencernaan merupakan jalur (panjang totalnya 23-26 kaki) yang berjalan
dari mulut melalui esophagus, lambung, usus dan anus (Brunner dan Suddarth,
2002).
Fungsi utama dari sistem pencernaan adalah memecahkan partikel makanan ke
dalam bentuk molekuler untuk dicerna, mengabsorbsi hasil pencernaan dalam
bentuk molekul kecil ke dalam aliran darah, dan mengeleminasi makanan yang tidak
tercerna dari terabsorbsi dan produk sisa lain dari tubuh (Brunner dan Suddarth,
2002).
Saluran pencernaan terdiri dari : oris (mulut), faring (tekak), esophagus
(kerongkongan), ventrikulus (lambung), intestinum minor (usus halus) terdiri dari
duedenum, jejunum, ileum, intestinum mayor (usus besar) terdiri dari seikum, kolon
asenden, kolon transversum, kolon desenden, dan kolon sigmoid, rektum, dan anus
(Brunner dan Suddarth, 2002).
1. Mulut
Mulut adalah rongga lonjong pada permukaan saluran pencernaan, terdiri
atas dua bagian luar yang sempit atau vestibula yaitu ruang diantara gusi serta
gigi dengan bibir dan pipi. Bagian dalam yaitu rongga mulut yang dibatasi sisi-
sisinya oleh tulang maksilaris dan semua gigi dan disebelah belakang
bersambung dengan awal faring.
a) Bibir
Bibir tersusun dari otot rangka (orbikularis mulut) dan jaringan ikat. Organ ini
berfungsi untuk menerima makanan dan produksi wicara.
b) Lidah
Lidah adalah otot serat lintang dan dilapisi oleh selaput yang liar, kerja otot
lidah ini dapat digerakkan ke segala arah. Lidah berfungsi untuk
menggerakkan makanan saat dikunyah atau ditelan, untuk pengecapan dan
dalam produksi wicara.

3
c) Gigi.
Gigi tersusun dalam kantong-kantong (alveoli) pada mandibula dan maksila.
Bagian terbesar gigi berasal dari mesoderm dan bagian lainnya dari
ektoderm. Pada manusia dibedakan dua macam gigi. Gigi primer terdapat
pada anak berjumlah lima buah pada setiap setengah rahang (jumlah
seluruhnya 20). Gigi sekunder mulai keluar pada usia 5-6 tahun total
keseluruhan 32 buah. Gigi berfungsi dalam proses mastikasi. Makanan yang
masuk dalam mulut dipotong menjadi bagian-bagian kecil dan bercampur
dengan sarifah membentuk bolus makanan yang dapat ditelan).
d) Kelenjar saliva.
Terdiri dari cairan encer yang mengandung enzim dan cairan kental yang
mengandung mukus.Fungsi saliva : Melarutkan makanan secara kimia untuk
pengecapan rasa, melembabkan dan melumasi makanan sehingga dapat
ditelan, juga memberikan kelembaban pada bibir dan lidah sehingga terhindar
dari kekeringan dan amilase pada saliva mengurai zat tepung menjadi
polisakarid, maltosa, zat buangan seperti asam urat dan urea, serta berbagai
zat lain seperti obat, virus, dan logam diekskresi ke dalam saliva, dan zat anti
bakteri dan antibodi dalam saliva berfungsi untuk membersihkan rongga oral
dan membantu memelihara kesehatan oral serta mencegah kerusakan gigi.
2. Faring
Faring merupakan organ yang menghubungkan rongga mulut dengan
kerongkongan (esofagus). Di dalam lengkung faring terdapat tonsil (amandel)
yaitu kumpulan kelenjar limfe yang banyak mengandung limfosit dan merupakan
pertahanan terhadap infeksi.
Proses menelan (deglutisi) menggerakkan makanan dari faring menuju
esofagus. Aksi penelanan meliputi tiga fase : Fase volunter : lidah menekan
palatum keras saat rahang menutup dan mengarahkan bolus ke arah orofaring,
fase faring : bolus makanan dalam faring merangsang reseptor orofaring yang
mengirim impuls ke pusat menelan dalam medulla dan batang otak bagian bawah.
Reflek yang terjadi adalah penutupan semua lubang kecuali esofagus sehingga
makanan bisa masuk, fase esofagus : suatu area sempit otot polos pada ujung
bawah esofagus dalam kontraksi tonus yang konstan, berelaksasi setelah
melakukan gelombang peristaltik dan memungkinkan makanan terdorong ke
lambung
3. Esofagus
Esofagus adalah sebuah tabung berotot yang panjangnya 20-25 cm, diatas
mulai dari faring sampai pintu masuk kardiak lambung bawah. Fungsi esofagus

4
menggerakkan makanan dari faring ke lambung melalui gerak peristaltis. Mukosa
esofagus memproduksi sejumlah besar mukus. Untuk melumasi dan melindungi
esofagus. Esofagus tidak memproduksi enzim pencernaan.
4. Lambung
Suatu kantung yang dapat berdistensi dengan kapasitas kira-kira 1500 ml.
lambung dapat dibagi ke dalam empat bagian anatomis. Kardia fundus, korpus,
dan pylorus.
5. Usus halus
Segmen paling panjang dari saluran gastrointestinal, yang jumlah panjangnya
kira-kira 2/3 dari panjang total saluran. Untuk sekresi dan absorbsi, usus halus
dibagi dalam tiga bagian yaitu bagian atas disebut duedenum, bagian tengah
disebut jejunum, bagian bawah disebut ileum. Pertemuan antara usus halus dan
usus besar terletak di bagian bawah kanan duedenum ini disebut sekum pada
pertemuan ini yaitu katup ileosekal yang berfungsi untuk mengontrol isi usus ke
dalam usus besar, dan mencegah refluks bakteri ke dalam usus halus. Pada
tempat ini terdapat apendiks veriformis. Usus besar terdiri dari segmen asenden
pada sisi kanan abdomen, segmen transversum yang memanjang dari abdomen
atas kanan dan kiri, dan segmen desenden pada sisi kiri abdomen, yang mana
fungsinya mengabsorbsi air dan elektrolit yang sudah hampir lengkap pada kolon
sigmoid berfungsi menampung massa feses yang sudah dehidrasi sampai
defekasi berlangsung. Kolon mengabsorbsi sekitar 8000 ml kapasitas absorbsi
usus besar adalah 2000 ml perhari. Bila jumlah ini dilampaui, misalnya adalah
karena kiriman yang berlebihan dari ileum maka akan terjadi diare. Rectum
berlanjut pada anus, jala keluar akan diatur oleh jaringan otot lurik yang
membentuk baik sfingter internal dan eksternal (Brunner dan Suddarth, 2002).

C. Penyebab
Mekanis :
- Adhesi atau pelengketan pasca bedah (90% dar obstruksi mekanis)
- Karsinoma
- Volvulus
- Intusepsi
- Obstipasi
Fungsional :
- Ileus paralitik
- Lesi medulla spinalis
- Enteritis regional

5
- Ketidakseimbangan elektrolit
- Uremia
D. Patofisiologi

E. Manifestasi Klinis
1. Mekanika sederhana usus halus atas
Kolik pada abdomen pertengahan sampai ke atas, distensi, muntah, peningkatan
bising usus, nyeri tekan difus minimal
2. Mekanika sederhana usus halus bawah
3. Kolik midabdomen, distensi berat, muntah, bising usus bunyi hush meningkat,
nyeri tekan difus minimal
4. Mekanika sederhana kolon
5. Kram (abdomen tengah sampai bawah), distensi yang muncul terakhir, mntah,
peningkatan bising usus, nyeri tekan difus minimal
6. Obstruksi mekanik parsial
7. Dapat terjadi bersama granulomatosa usus pada penyakit crohn, gejalanya nyeri
abdomen, distensi ringan, dan diare.
8. Strangulasi
9. Gejala berkembang dengan cepat: nyeri parah, terus meners, dan terlokalisir
distensi seeding: muntah persisten, biasanya bising usus menurun, dan nyeri

6
tekan terlokalisir hebat, feses atau vomitus menjadi warna gelap atau berdarah
atau mengandung darah samar
F. Pemeriksaan Diagnostik
1. Sinar X abdomen menunjukan gas atau cairan pada abdomen
2. Barisan enema menunjukan kolon yang terdistensi, berisi udara, atau lipatan
sigmoid yang tertutup
3. Penurunan kadar serum, natrium, kalium, dan klorida akibat muntah
4. Arteri gas darah dapat mengindikasikan asidosis atau alkalosis metabolik

G. Penatalaksanaan
1. Koreksi ketidakseimbangan cairan dan elektrolit :
2. Terapi Na+, K+, komponen darah
3. Ringer laktat untuk mengoreksi kekurangan cairan interstisial
4. Dekstrosa dan air untuk memperbaiki kekurangan cairan intraseluler
5. Dekompresi selang nasoenteral yang panjang dari proksimal usus ke area
penyumbatan; selang dapat dimasukkan dengan lebih efektif dengan pasien
berbaring miring ke kanan.
6. Implementasikan pengobatan unutk syok dan peritonitis.
7. Hiperalimentasi untuk mengoreksi defisiensi protein karena obstruksi kronik, ileus
paralitik atau infeksi.
8. Reseksi usus dengan anastomosis dari ujung ke ujung.
9. Ostomi barrel-ganda jika anastomosis dari ujung ke ujung terlalu beresiko.
10. Kolostomi lingkaran untuk mengalihkan aliran feses dan mendekompresi usus
dengan reseksi usus yang dilakukan sebagai prosedur kedua.

11. Proses Keperawatan


1. Pengkajian
a. Identitas klien
b. Keluhan utama
Keluhan yang dirasakan klien sebelum MRS dan saat MRS. Biasanya
klien mengeluh nyeri perut, defans muskular, muntah dan lain-lain.
c. Riwayat kesehatan
- Riwayat kesehatan sekarang
Bagaimana serangan itu timbul, lokasi, kualitas, dan faktor yang
mempengaruhi dan memperberat keluhan sehingga dibawa ke
Rumah Sakit.

7
- Riwayat kesehatan dahulu
Megkaji apakah klien pernah sakit seperti yang dirasakan sekarang
dan apakah pernah menderita HT atau penyakit keturunan lainnya
yang dapat mempengaruhi proses penyembuhan klien.
- Riwayat kesehatan keluarga
Gambaran mengenai kesehatan keluarga dan adakah penyakit
keturunan atau menular.
d. Pola- pola fungsi kesehatan
- Pola pesepsi dan tata laksana hidup sehat
Perubahan penatalaksanaan dan pemeliharaan kesehatan
sehingga dapat menimbulkan perawatan diri.
- Pola nutrisi dan metabolisme
Terjadi gangguan nutris karena klien merasakan nyeri sehingga
tidak toleran terhadap makanan dan klien selalu ingin muntah.
- Pola eliminasi
Terjadi gangguan karena klien tidak toleran terhadap makanan
sehingga terjadi konstipasi.
- Pola aktivitas dan latihan
Akan terjadi kelemahan dan kelelahan.
- Pola persepsi dan konsep diri
Tidak terjadi gangguan / perubahan dalam diri klien.
- Pola sensori dan kognitif
Kurangnya pengetahuan akan menyebabkan collic abdomen yang
berulang.
- Pola reproduksi dan seksual
Tidak terjadi dalam gangguan dalam pola reproduksi dan seksual.
- Pola hubungan peran
Kemungkinan akan terjadi perubahan peran selama klien sakit
sehubungan dengan proses penyakitnya.
- Pola penanggulangan stress
Bagaimana cara klien mengatasi masalahnya.
- Pola tata nilai dan kepercayaan
Tidak terjadi gangguan pada pola tata nilai dan kepercayaan.
e. Pemeriksaan fisik
- Status kesehatan umum
Akan terjadi nyeri perut yang hebat, akibat proses penyakitnya.
- Sistem respirasi

8
Sesuai dengan derajat nyerinya, jika nyerinya ringan kemungkinan
tidak terjadi sesak tapi jika derajat nyerinya hebat / meninggi akan
terjadi sesak.
- Sistem kardiovaskuler
Bisa terjadi takikardi, brodikardi dan disritmia atau penyakit jantung
lainnya.
- Sistem persyarafan
Nyeri abdumen, pusing/sakit kepala karena sinar.
- Sistem gastrointestinal.
Pada sistem gastrointestinal didapatkan intoleran terhadap
makanan / nafsu makan berkurang, muntah.
- Sistem genitourinaria/eliminasi
Terjadi konstipasi akibat intoleransi terhadap makanan.
2. Diagnosa Keperawatan
1) Gangguan rasa nyaman (nyeri akut/kronis) berhubungan dengan proses
penyakitnya ditandai dengan nyeri perut, ekspresi wajah penderita,
postur tubuh, berhati-hati dengan abdomen, respon autonomik.
2) Ansietas (cemas) berhubungan dengan status kesehatan (ancaman
kematian) ditandai dengan klien terlihat gelisah, perubahan tanda vital,
prilaku menyerang, panik, kurang kontak mata, ekspresi wajah
penderita.
3) Resiko gangguan pemenuhan nutrisi berhubungan dengan anoreksia
(proses penyakitnya) ditandai dengan muntah, mual, nyeri perut,
intoleran terhadap makanan.
3. Intervensi Keperawatan
No Diagnosa Tujuan dan Kriteria Intervensi Keperawatan
Keperawatan Hasil
1 Gangguan rasa Setelah dilakukan a. Catat keluhan nyeri,
nyaman (nyeri tindakan keperawatan termasuk lokasi
akut/kronis) 1x24 jam klien dapat lamanya.
berhubungan dengan menyatakan nyeri b. Observasi TTV klien.
proses penyakitnya berkurang dengan c. Kaji ulang faktor yang
ditandai dengan nyeri kriteria hasil: meningkatkan atau
perut, ekspresi wajah - Klien menyatakan menurunkan nyeri.
penderita, postur nyeri mulai berkurang d. Berikan makan sedikit
tubuh, berhati-hati - Ekspresi wajah klien tapi sering sesuai
tidak menyeringai indikasi untuk pasien.

9
dengan abdomen, e. Identifikasi dan batasi
respon autonomik. makanan yang
menimbulkan
ketidaknyamanan.
f. Kolaborasi dengan tim
medis dalam
pemberian terapi.
2 Ansietas (cemas) Setelah dilakukan a. Awasi respon
berhubungan dengan tindakan keperawatan fisiologis seperti
status kesehatan 1x24 jam klien dapat takipnea, palpitasi.
(ancaman kematian) mengurangi cemas b. Catat petunjuk prilaku
ditandai dengan klien dengan kriteria hasil: seperti gelisah, mudah
terlihat gelisah, - Menunjukkan rileks terangsang, kurang
perubahan tanda - Klien tidak terlihat kontak mata.
vital, prilaku gelisah c. Dorong pernyataan
menyerang, panik, - Menunjukkan takut dan ansietas :
kurang kontak mata, pemecahan masalah berikan umpan balik.
ekspresi wajah d. Dorong orang terdekat
penderita. tinggal dengan pasien.
e. Kolaborasi dengan tim
medis dalam
pemberian terapi
3 Resiko gangguan Setelah dilakukan a. Kaji dan observasi
pemenuhan nutrisi tindakan keperawatan TTV klien.
berhubungan dengan 1x24 jam klien mau b. Dorong klien untuk
anoreksia (proses makan dan tidak makan makanannya
penyakitnya) ditandai mengeluh nyeri perut sedikit demi sedikit.
dengan muntah, dengan kriteria hasil: c. Berikan makan sedikit
mual, nyeri perut, - Klien tidak merasa tapi sering sesuai
intoleran terhadap mual dan muntah. indikasi pasien.
makanan. - Klien toleran terhadap d. Kolaborasi dengan tim
makanannya. gizi dalam pemberian
diit.

10

You might also like