You are on page 1of 85

SKRIPSI

HUBUNGAN ANTARA TINGKAT PENGETAHUAN DAN SIKAP IBU


POST PARTUM DENGAN PELAKSANAAN MOBILISASI DINI
DI RSUD SYEKH YUSUF GOWA
TAHUN 2016

Disusun Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar Sarjana


Sains Terapan (S.ST) Program Studi D-IV Bidan Pendidik
Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Mega Rezky Makassar

INDAYANI
15 3145 301 503

PROGRAM STUDI DIPLOMA IV BIDAN PENDIDIK


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN
MEGA REZKY MAKASSAR
2016
SKRIPSI

HUBUNGAN ANTARA TINGKAT PENGETAHUAN DAN SIKAP IBU


POST PARTUM DENGAN PELAKSANAAN MOBILISASI DINI
DI RSUD SYEKH YUSUF GOWA
TAHUN 2016

Disusun Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar Sarjana


Sains Terapan (S.ST) Program Studi D-IV Bidan Pendidik
Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Mega Rezky Makassar

INDAYANI
15 3145 301 503

PROGRAM STUDI DIPLOMA IV BIDAN PENDIDIK


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN
MEGA REZKY MAKASSAR
2016

i
ii
iii
BIODATA PENULIS

A. IDENTITAS PENULIS

1. Nama :INDAYANI
2. Nim : 12 3145 106 240
3. Jenis Kelamin : Perempuan
4. Agama : Islam
5. Tempat/Tgl Lahir : Bulukumba, 19 Desember 1994
6. Suku/Bangsa : Bugis/Indonesia
7. Alamat : Jln. Paleo I
8. Nama Orang tua
Bapak : Naping
Ibu : Murni
B. RIWAYAT PENDIDIKAN
1. Tamat SDN 227 Parapoe Tahun 2006
2. Tamat MTsN GANGKING Tahun 2009
3. Tamat SMK Kep. Gafur Yahya Tahun 2012
4. Tamat D-III Kebidanan Stikes Mega Rezky Makassar Tahun 2015
5. Mengikuti D-IV Bidan Pendidik STIKes Mega Rezky Makassar Tahun
2015-2016

iv
ABSTRAK

INDAYANIHubungan Tingkat Pengetahuan Dan Sikap Ibu Post Partum


Dengan Pelaksanaan Mobilisasi Dini di RSUD Syekh Yusuf Gowa Tahun
2015 (Dibimbing oleh Rosdianah dan Abd. Malik Iskandar).

V Bab, 61 Halaman, 8 Tabel, 11 Lamppiran

Mobilisasi dini post partum telah menjadi masalah kesehatan yang


meningkat dari tahun ketahun oleh karena itu upaya melakukan mobilisasi
dilakukan sedini mungkin guna menekan prevalensi komplikasi post
partum.Peneelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan pengetahuan dan
sikap ibu post partum dengan pelaksanaan mobilisasi dini di RSUD Syekh Yusuf
Gowa Tahun 2016. Jenis penelitian ini adalah observasional analitik dengan
rancangan cross sectional. Populasi dalam penelitian ini adalah semua ibu post
partum yang dirawat di ruang nifas RSUD Syekh Yusuf Gowa pada tanggal 18
april 18 juni 2016. Sampel dalam penelitian ini sebanyak 52 orang dengan
mnggunakan data primer. Analisis data dilakukan dengan uji chi-square. Hasil
penelitian menunjukkan bahwa semua variable penelitian berhubungan secara
signifikan dengan pelaksanaan mobilisasi dini di RSUD Syekh Yusuf Gowa
Tahun 2016 yaitu pengetahuan (p=0,00) dan sikap (p=0,00). Berdasarkan hasil
penelitian ini maka dapat disimpulkan bahwa ada hubungan antara pengetahuan
san sikap ibu post partum dengan pelaksanaan mobilisasi dini di RSUD Syekh
usuf Gowa tahun 2016. Sehingga diperlukan informasi melalui pnyuluhan bagi
ibu serta lebih memperhatikan keeadaan ibu post partum untuk melakukan
gerakan beertahap.

Kata kunci : Pengetahuan, sikap, mobilisasi dini


Referensi : 26 (2009-2015)

v
ABSTRACT

INDAYANI Knowledge and Attitudes Relationship Mother Post Partum with


Early Implementation Mobilization Hospital Syekh Yusuf Gowa In 2016
(Supervised by Rosdianah and Abd .Malik Iskandar)

V Chapter, 61 Pages, 8 Tables, 11


Appendix

Early mobilization post partum has become a health problem that that
increases from year to year therefore attempt to mobilize the post partum done as
arly as possible in order to reduce the increasing prevelance of complications of
post partum. This research aims to determine the knowledge and attitudes
relationship mother post partum with early implementation mobilization hospital
Syekh Yusuf Gowa in 2015. This type of research is observational analytic with
cross sectional design. Population in this research is all mother post partum
treated in hospital Syekh yusuf gowa in 18 April 18 juny. The sampel in this
study is 52 mother by using primary data. Data analysis was performed with chi
square test. The results showed that all study variabels significantly releated to
the implementationbof early mobilization in Gowa Syekh Yusuf Hospital in 2016,
namely knowledge (p=0,00) and attitude (p=0,00). Based on this results it can be
concluded that there is a relationship between knowledge and attitude of mother
post partum with the implementation of early mobilization in Gowa Syekh Yusuf
hospital in 2016. So that the necessary information through counseling for
mothers as well as more attention to the state of the mother post partum to
perform a gradual movement.

Keyword : Knowledge, attitude, early mobilization


Reference : 26 (2009-2015)

vi
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjakan kehadirat Allah SWT, karena atas

Rahmat dan Hidayah-Nyalah sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini

tepat pada waktunya.

Skripsi ini disusun sebagai salah satu persyaratan dalam menyelesaikan

pendidikan Program DIV Bidan Pendidik ada STIKes Mega Rezky Makassar

dengan judul Hubungan Antara Tingkat Pengetahuan dan Sikap Ibu Post

Partum untuk Melakukan Mobilisasi Dini Di RSUD Syekh Yusuf Gowa

Tahun 2016

Dalam penyusunan skripsi ini penulis mendapatkan dorongan, semangat,

bimbingan, bantuan serta doa dari berbagai pihak. Oleh karena itu, ucappan terima

kasih yang tidak terhingga penulis persembahkan kepada :

1. Bapak H. alimuddin, SH., M.H., M.Kn. Selaku Pembina Yayasan Pendidikan

Islam Mega Rezky Makassar

2. Ibu Hj. Suryani, SH., MH. Selaku Ketua Yayasan Pendidikan Islam Mega

Rezky Makassar

3. Bapak Prof. Dr. dr. H. Muh. Rusli Ngatimin, MPH. Selaku Ketua Stikes Mega

Rezky Makassar.

4. Ibu Hj. Sumarni, S.ST., SKM., M.Kes. Selaku Ketua Prodi DIV Bidan

Pendidik STIKes Mega Rezky Makassar.

5. Ibu Rosdianah, S.ST., SKM., M.Keb. Selaku Pembimbing I yang banyak

memberikan bimbingan dan arahan dalam menyelesaikan skripsi ini.

vii
6. Bapak Dr. Abd. Malik Iskandar, S.Ag., M.Si. Selaku Pembimbing IIyang

banyak memberikan bimbingan dan arahan dalam menyelesaikan skripsi ini.

7. Ibu Hj. Kasmah Mursalim, SKM., M.Kes. Selaku Penguji yang telah banyak

memberikan saran kepada penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.

8. Seluruh Dosen beserta Staf Program DIV Bidan Pendidik STIKes Mega

Rezky Makassar yang telah memberikan bantuan selama penulis mengikuti

pendidikan.

9. Kedua Orang tua tercinta, saudara-saudara, sahabat, serta teman-teman yang

telah banyak memmberikan dorongan moril sehingga penulis dapat

menyelesaikan studi serta semua pihak yang tidak bisa penulis sebutkan satu

persatu.

Akhir kata semoga Allah SWT memberikan imbalan yang setimpal atas

segala bantuan dan kebaikan dari semua pihak yang telah memberikan bantuan

kepada penulis dan semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi yang membacanya,

terutama bagi penulis. Amin.

Makassar, Maret 2016

Penulis

viii
DAFTAR ISI

Judul Halaman

HALAMN JUDUL ................................................................................................ i

BIODATA PENULIS ............................................................................................ ii

ABSTRAK ............................................................................................................. iii

KATA PENGANTAR ........................................................................................... iv

DAFTAR ISI.......................................................................................................... vi

BAB I PENDAHULUAN................................................................................... 1

A. Latar Belakang .................................................................................. 1

B. Rumusan Masalah ............................................................................. 5

C. Tujuan Penelitian .............................................................................. 5

D. Manfaat Penelitian ............................................................................ 6

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ......................................................................... 7

A. Tinjauan Umum Tentanng Masa Nifas ............................................. 7

B. Tinjauan Umum Tentang Mobilisasi Dini ........................................ 18

C. Tinjauan Umum Tentang Variabel Yang Diteliti ............................. 24

D. Hasil Penelitian Yang Relevan ......................................................... 37

E. Kerangka Konsep .............................................................................. 40

F. Definisi Operasional dan Kriteria Objektif ....................................... 41

G. Hipotesis Penelitian .......................................................................... 42

BAB III METODE PENELITIAN ....................................................................... 44

A. Jenis dan Desain Penelitian............................................................... 44

B. Waktu dan Tempat Penelitian ........................................................... 44

ix
C. Populasi dan Sampel Penelitian ............................................................ 44

D. Jenis dan Cara Pengumpulan Data ........................................................ 45

E. Pengolahan Data dan Analisa Data ....................................................... 46

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PMBAHASAN ............................................ 51

A. Hasil Penelitian ..................................................................................... 51

B. Pembahasan ........................................................................................... 57

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN................................................................... 62

A. Kesimpulan ........................................................................................... 62

B. Saran ..................................................................................................... 62

DAFTAR PUSTAKA ................................................................................................ 63

LAMPIRAN

x
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Masa nifas dimulai setelah plasenta lahir dan berakhir ketika alat-alat

kandungan kembali kekeadaan sebelum hamil. Asuhan masa nifas sangat

diperlukan karena merupakan masa kritis baik ibu maupun bayinya.

Diperkirakan 60% kematian ibu akibat kehamilan dan 50% kematian masa

nifas terjadi dalam 24 jam pertama (Ambarwati & Wulandari, 2010). Dalam

masa nifas ini penderita memerlukan perawatan dan pengawasan yang

dilakukan selama ibu tinggal di Rumah Sakit atau setelah keluar dari Rumah

Sakit.

Ambulasi dini adalah suatu kebijaksanaan selekas mungkin

membimbing penderita keluar dari tempat tidurnya dan selekas mungkin

untuk berjalan (Ambarwati & Wulandari, 2010). Ambulasi dini sangat

diperlukan ibu nifas agar ibu merasa lebih sehat dan kuat, dapat segera

mungkin untuk merawat bayinya, dapat mencegah trombosis dan trombo

emboli, melancarkan sirkulasi darah, mencegah terjadinya infeksi masa nifas,

kontraksi uterus akan baik sehingga fundus uteri menjadi keras maka resiko

terjadinya perdarahan dapat dihindarkan.

Faktor penyebab meningkatnya Angka Kematian Ibu (AKI) karena

rendahnya pengetahuan perempuan dalam merawat dirinya dan mengasuh

anak. AKI dapat disebabkan oleh masalah pengetahuan tentang pra dan pasca

1
persalinan. Pengetahuan atau kognitif merupakan dominan yang sangat

penting untuk terbentuknya tindakan seseorang.

Pengetahuan dipengaruhi oleh beberapa faktor antara lain: Pendidikan

yaitu bimbingan yang diberikan oleh seseorang terhadap orang lain menuju

kearah suatu cita-cita tertentu, semakin tinggi pendidikan orang semakin

tinggi tingkat pengetahuanya. Pekerjaan adalah kegiatan yang harus dilakukan

terutama untuk menunjang kehidupanya dan kehidupan keluarganya. Keluarga

dengan status ekonomi baik lebih mudah tercukupi dibanding dengan keluarga

dengan status ekonomi rendah, hal ini akan mempengaruhi kebutuhan akan

informasi termasuk kebutuhan sekunder, jadi dapat disimpulkan bahwa

ekonomi dapat mempengaruhi pengetahuan seseorang tentang berbagai

hal.(Wawan & Dewi, 2010) Umur, usia individu yang dihitung mulai saat

dilahirkan sampai saat berulang tahun. Semakin cukup umur, tingkat

kematangan dan kekuatan seseorang akan lebih matang dalam berfikir dan

bekerja.

Sikap merupakan konsep yang paling penting dalam psikologi social

yang membahas unsur sikap baik sebagai individu maupun kelompok.

Banyak kajian dan penelitian yang dilakukan mengenai sikap beserta

kaitannya. Pengukuran tindakan dapat diiakukan secara tidak langsung yaitu

melalui wawancara terhadap kegiatan yang telah diiakukan beberapa waktu

sebelumnya atau secara langsung dengan mengamati tindakan atau kegiatan

responden. Pengukuran tindakan ini sering mengalami kesulitan jika

2
responden harus mengingat kegiatan yang sudah lama dikerjakan (Budiharto,

2010).

Setelah seseorang mengetahui stimulus atau objek kesehatan,

kemudian mengadakan penilaian atau pendapat terhadap apa yang diketahui,

proses selanjutnya diharapkan ia akan melaksanakan atau mempraktikan apa

yang diketahui atau disikapinya (dinilai baik). Inilah yang disebut praktik

(practice) kesehatan, atau dapat juga dikatakan perilaku kesehatan.

Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan oleh Maria Viane Milka

tahun 2013, Hubungan Pengetahuan ibu Post Partum tentang mobilisasi dini

dengan Tindakan Mobilisasi Dini diperoleh hanya sebagian kecil ibu (36,8%)

yang melakukan tindakan mobilisasi dini. Kesimpulan penelitian ini adalah

terdapat hubungan antara pengetahuan dan sikap ibu post partum tentang

mobilisasi dini di RSIA Pertiwi Makassar 2013, dalam hal ini pengetahuan

dan sikap mempunyai pengaruh yang domain terhadap mobilisasi.

Menurut Survei Demografi Kesehatan Indonesia (SDKI) pada tahun

2013, angka kematian ibu (AKI) di Indonesia yaitu 359/100000 kelahiran

hidup.angka kematian ibu di Indonesia bahkan lebih buruk dari Negara

fietnam. Angka untuk mencapai sasaran Millenium Development Goals

(MDGs) yaaitu angka kematian ibu (AKI) sebasar 102 per 100000 kelahiran

hidup dan angka kematian bayi (AKB) menjadi 23 per 1000 kelahiran hidup.

Pada tahun 2015, perlu upaya percepatan yang lebih besar dan kerja keras.

AKI 359 per 100000 KH dan AKB 34 per 1000 KH (SDKI, 2013).

3
Jumlah kematian maternal yang dilaporkan oleh Dinas Kesehatan

Kabupaten/Kota di Sulawesi Selatan mengalami penurunan. Jumlah kematian

maternal pada tahun 2009 sebanyak 122 per 100000 KH, pada tahun 2010

sebanyak 118 per 100000 KH, pada tahun 2011 sebanyak 115 orang per

100000 KH. Makassar sendiri angka kematian ibu tahun 2011 mencapai 51

per 100000 KH (Kadir, Ruslan, 2013).

Berdasarkan survey awal yang dilakukan pada tanggal 02 februari

2016 di RSUD Syekh Yusuf Gowa, diketahui jumlah ibu post partum yang

dirawat pada bulan Januari Desember tahun 2010 sebanyak 5313 orang,

pada tahun 2011 sebanyak 5556 orang, tahun 2012 sebanyak 4144 orang,

tahun 2013 sebanyak 3163 orang, tahun 2014 sebanyak 2609 orang dan pada

tahun 2015 sebanyak 4158 orang (RSUD Syekh Yusuf Gowa, 2016).

Terdapat 10 ibu nifas yang diwawancarai, didapatkan hanya 20% ibu

nifas yang melakukan mobilisasi dini dan 80% ibu nifas yang tidak

melakukan mobilisasi dini, karena menganggap mobilisasi dini dapat

menyebabkan peranakan turun dan terbukanya jahitan perineum. Hal ini

disebabkan karena pengetahuan ibu kurang dan sikap ibu yang tidak

mendukung terhadap pelaksanaan mobilisasi dini.

Berdasarkan survey di atas, penulis tertarik untuk melakukan

penelitian tentang "Hubungan Pengetahuan dan Sikap Ibu Nifas untuk

Melakukan Mobilisasi Dini di RSUD Syekh Yusuf Gowa Tahun 2016".

4
B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang diatas adapun yang menjadi rumusan

masalah dalam penelitian ini adalah Apakah ada hubungan antara tingkat

pengetahuan dan sikap ibu post partum untuk melakuka mobilisasi dini di

RSUD Syekh Yusuf Gowa tahun 2016?

C. Tujuan Penelitian

1. Tujuan Umum

Mengetahui Hubungan antara Tingkat Pengetahuan dan Sikap Ibu Post

Partum untuk melakukan Mobilisasi Dini di RSUD Syekh Yusuf Gowa

Tahun 2016.

2. Tujuan Khusus

a. Mengetahui tingkat pengetahuan ibu post partum tentang pelaksanaan

mobilisasi dini di RSUD Syekh Yusuf Gowa Tahun 2016.

b. Mengetahui sikap Ibu post partum tentang pelaksanaan mobilisasi

dini di RSUD Syekh Yusuf Gowa Tahun 2016.

c. Mengetahui hubungan antara tingkat pengetahuan ibu post partum

dengan pelaksanaan mobilisasi dini di RSUD Syekh Yusuf Gowa

Tahun 2016.

d. Mengetahui hubungan sikap ibu post partum dengan pelaksanaan

mobilisasi dini di RSUD Syekh Yusuf Gowa Tahun 2016.

5
D. Manfaat Penelitian

Hasil penelitian ini dapat memberikan manfaat kepada :

1. Bagi Penelitian

Untuk menambah wawasan dan pengalaman penulis dalam menerapkan

ilmu yang telah diperoleh selama mengikuti pendidikan di Stikes Mega

Rezky Makassar Program Study DIV Bidan Pendidik.

2. Bagi Institusi Pendidikan

Sebagai dokumentasi perpustakaan, memberi tambahan informasi untuk

melengkapi bahan pustaka, dan sebagai perbandingan bagi penelitian

selanjutnya.

3. Bagi Ibu Nifas

Sebagai bahan masukan untuk meningkatkan pengetahuan dan sikap ibu

post partum tentang pelaksanaan mobilisasi dini sehingga dapat

memperbaiki di masa yang akan datang

6
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Tinjauan Umum Tentang Masa Nifas

1. Definisi Nifas

Masa nifas (puerperium) dimulai setelah plasenta lahir dan

berakhir ketika alat-alat kandungan kembali seperti keaadaan sebelum

hamil. Masa nifas berlangsung selama kira-kira 6 minggu. Wanita yang

melalui periode puerperium disebut puerura. Puerperium (nifas)

berlangsung selama 6 minggu atau 42 hari, merupakan waktu yang

diperlukan untuk pulihnya alat kandungan pada keadaan yang normal.

Masa nifas (peurperium) adalah masa pulih kembali, mulai dari

persalinan selesai sampai alat-alat kandungan kembali seperti pra-hamil.

Lama masa nifas ini 6-8 minggu. Batasan waktu nifas yang paling

singkat (minimum) tidak ada batas waktunya, bahkan bisa jadi dalam

waktu yang relative pendek darah sudah keluar, sedangkan batasan

maksimumnya adalah 40 hari.

Jadi Masa Nifas (Puerperium) adalah masa setelah keluarnya

plasenta sampai alat-alat reproduksi pulih seperti sebelum hamil dan

secara normal masa nifas berlangsung selama 6 minggu atau 40 hari.

(Eny Retna. 2010)

7
2. Tujuan Asuhan Masa Nifas

Menurut Vivian & Sunarsih (2011), tujuan diberikannya asuhan

pada ibu selama masa nifas antara lain :

a. Mendeteksi adanya perdarahan masa nifas

Tujuan perawata masa nifas adalah untuk menghindarkan/mendeteksi

adanya kemungkinan perdarahan ppostpartum dan infeksi. Oleh

karena itu, penolong persalinan sebaikya tetap waspada, sekurang-

kurangnya satu jam postpartum untuk mengatasi kemungkinan

terjadinya komplikasi persalinan.umumnya wanita sangat lemah

setelah melahirkan, terlebih bila partus berlangsung lama.

b. Menjaga kesehatan ibu dan bayinya

Menjaga kesehatan ibu dan bayinya baik fisik maupun psikologis

harus diberikan oleh penolong persalinan. Ibu dianjurkan untuk

menjaga kebersihan seluruh tubuh. Bidan mengajarkan kepada ibu

bersalin bagaimana membersihkan daerah kelamin dengan sabun dan

air. Pastikan bahwa ia mengerti untuk membersihkan daerah sekitar

vulva terlebih dahulu, dari depan ke belakang dan baru

membersihkan daerah sekitar anus. Sarankan ibu untuk mencuci

tangan dengan sabun dan air sebelum dan sesudah membersihkan

daerah kelaminnya. Jika ibu mempunyai luka episiotomy atau

laserasi sarankan ibu untuk menghindari/tidak menyentuh daerah

luka.

8
c. Melaksanakan skrining secara komprehensif

Melaksanakan skrining yang komprehensif dengan mendeteksi

masalah, mengobati, dan merujuk bila terjadi komplikasi pada ibu

maupun bayinya. Pada hal ini seorang bidan bertugas untuk

melakukan pengawasan kala IV yang meliputi Pemeriksaan plasenta,

pengawasan TFU, pengawasan PPV, pengawasan konsistensi Rahim,

dan pengawasan keadaan umum ibu. Bila ditemukan permasalahan,

maka harus segera melakukan tindakan sesuai dengan standar

pelayanan pada penatalaksanaan masa nifas.

d. Memberikan pendidikan kesehatan diri

Memberikan pelayanan kesehatan tentang perawatan diri, nutrisi KB,

menyusui, pemberian imunisasi kepada bayinya, dan perawatan bayi

sehat. Ibu-ibu postpartum harus diberikan pendidikan mengenai

pentingnya gizi antara lain kebutuhan gizi ibu menyusui, yaitu

sebagai berikut :

1) Mengkonsumsi tambahan 500 kalori tiap hari

2) Makan dengan diet berimbang untuk mendapatkan protein,

mineral, dan vitamin yang cukup

3) Minum sedikitnya 3 liter air setiap hari (anjurkan ibu untuk

minum sebelum menyusui)

e. Memberikan pendidikan mengenai laktasi dan perawatan payudara

1) Menjaga payudara tetap kering dan bersih

2) Menggunakan bra yang menyokong payudara

9
3) Apabila puting susu lecet, oleskan kolostrum atau ASI yang

keluar pada sekitar puting susu setiap kali selesai menyusui.

Menyusui tetap dilakukan mulai dari puting susu yang tidak lecet

4) Lakukan pengompresan apabila bengkak dan terjadinya

bendungan ASI

f. Konseling mengenai KB

Bidan memberikan konseling mengenai KB, antara lain seperti

berikut ini :

1) Idealnya pasangan harus menunggu sekurang-kurangnya 2 tahun

sebelum ibu hamil kembali. Setiap pasangan harus menentukan

sendiri kapan dan bagaimana mereka ingin merencanakan

keluarganya dengan mengajarkan kepada mereka tentang cara

mencegah kehamilan yang tidak diinginkan.

2) Biasanya wanita akan menghasilkan ovulasi sebelum ia

mendapatkan lagi haidnya setelah persalinan. Oleh karena itu,

penggunaan KB dibutuhkan sebelum haid pertama untuk

mencegah kehamilan baru. Pada umumnya metode KB dapat

dimulai 2 minggu setelah persalinan.

3) Sebelum menggunakan KB sebaiknya dijelaskan efektivitasnya,

efek samping, untung ruginya, serta kapan metode tersebut dapat

digunakan.

10
3. Tahapan Masa Nifas

Menurut Ai Yeyeh, dkk (2011), tahapan masa nifas meliputi:

a. Puerperium dini

Masa kepulihan antara ibu diperbolehkan berdiri dan berjalan-jalan.

b. Puerperium intermedial

Masa kepulihan menyeluruh organ-organ genetalia, kira-kira

antara 6-8 minggu.

c. Remote puerperium

Waktu yang diperlukan untuk pulih dan sehat sempurna, terutama

apabila ibu selama hamil atau persalinan mempunyai komplikasi.

Sebagai catatan waktu untuk sehat sempurna bisa cepat bila kondisi

sehat prima atau juga bisa berminggu-minggu, bulan, bahkan tahunan, bila

ada gangguan-gangguan kesehatan lainnya (Suherni, 2008).

Menurut Haumah (2010), secara garis besar terdapat tiga proses

penting di masa nifas yaitu sebagai berikut:

a. Pengecilan rahim atau involusi

Rahim adalah organ tubuh yang spesifik dan unik, karena dapat

mengecil serta membesar dengan menambah dan mengurangi jumlah

selnya. Pada wanita yang tidak hamil, berat rahim sekitar 30 gram

dengan ukuran kurang lebih sebesar telur ayam. Selama kehamilan rahim

semakin lama akan makin membesar.

Bentuk otot rahim mirip jala berlapis tiga dengan serat-seratnya

yang melindungi kanan, kiri, dan transversal. Di antara otot-otot itu ada

11
pembuluh darah yang mengalirkan darah ke plasenta. Setelah plasenta

lepas, otot rahim akan berkontraksi atau mengerut hingga pembuluh

darah terjepit dan perdarahan berhenti. Setelah bayi lahir, umumnya

berat rahim menjadi sekitar 1000 gram dan dapat diraba kira-kira setinggi

2 jari di bawah umbilicus. Setelah 1 minggu kemudian beratnya sekitar

300 gram dan tidak dapat diraba lagi.

Secara alamiah rahim akan kembali mengecil perlahan-lahan

kebentuk semula. Setelah 6 minggu beratnya sudah sekitar 40-60 gram.

Pada saat ini dianggap bahwa masa nifas sudah selesai. Sebenarnya

rahim akan kembali keposisinya yang normal dengan berat 30 gram

dalam waktu 3 bulan ini, bukan rahim saja yang kembali normal, tetapi

juga kondisi ibu secara keseluruhan.

b. Kekentalan darah (hemokonsentrasi) kembali normal.

Selama hamil, darah ibu relatif encer karena cairan darah ibu

banyak. Sementara sel darahnya berkurang. Bila dilakukan pemeriksaan

kadar hemoglobinnya ( Hb ) akan tampak sedikit menurun dan angka

normalnya sebesar11-12 gr%. Jika hemoglobinnya terlalu rendah, maka

bisa anemia atau kekurangan darah. Oleh karena itu, selama itu perlu

diberi obat-obatan penambah darah, sehingga darahnya bertambah dan

konsentrasi darah hemoglobinnya normal atau tidak terlalu rendah.

Setelah melahirkan, sistem sirkulasi darah ibu akan kembali seperti

semula. Darah kembali mengental, dimana kadar perbandingan sel darah

12
dan cairan darah kembali normal. Umumnya hal ini terjadi pada hari ke-3

sampai ke-15 pasca persalinan.

c. Proses laktasi atau menyusui

Proses laktasi ini timbul setelah plasenta lepas. Plasenta

mengandung hormon penghambat prolaktin (hormon plasenta) yang

menghambat pembentukan ASI. Setelah plasenta lepas hormon plasenta

tidak dihasilkan lagi, sehingga terjadi produksi ASI. ASI keluar 2-3 hari

setelah melahirkan. Namun, hal yang luar biasa adalah sebelumnya di

payudara sudah terbentuk kolostrum yang sangat baik untuk bayi, karena

mengandung zat kaya gizi dan antibody pembunuh kuman.

4. Kebijakan Program Nasional Masa Nifas

Paling sedikit empat kali kunjungan masa nifas dilakukan untuk

mencegah, mendeteksi, dan menangani masalah yang terjadi. Kunjungan

masa nifas, yaitu:

a. Kunjungan 6-8 jam setelah persalinan, tujuannya :

1) Mencegah perdarahan masa nifas akibat atonia uteri.

2) Mendeteksi dan merawat penyebab lain perdarahan dan rujuk jika

perdarahan berlanjut.

3) Memberi konseling pada ibu atau salah satu anggota keluarga

mengenai cara mencegah perdarahan masa nifas akibat atonia

uteri.

4) Pemberian ASI awal.

5) Melakukan hubungan antara ibu dan bayi baru lahir.

13
6) Menjaga bayi tetap sehat dengan mencegah hipotermia.

7) Petugas kesehatan yang menolong persalinan harus mendampingi

ibu dan bayi lahir selama 2 jam pertama setelah kelahiran atau

sampai ibu dan bayi dalam keadaan stabil.

b. Kunjungan 6 hari setelah persalinan, tujuannya :

1) Memastikan involusi uterus berjalan normal, uterus berkontraksi,

fundus di bawah umbilicus, tidak ada perdarahan abnormal, tidak

ada bau.

2) Menilai adanya demam.

3) Memastikan agar ibu mendapatkan cukup makanan, cairan, dan

istirahat.

4) Memastikan ibu menyusui dengan baik dan tidak memperlihatkan

tanda penyulit.

5) Memberi konseling pada ibu tentang asuhan pada bayi, perawatan

tali pusat, menjaga bayi tetap hangat, dan perawatan bayi sehari-

hari.

c. Kunjungan 2 minggu setelah persalinan, tujuannya :

1) Memastikan involusi uterus berjalan normal, uterus berkontraksi,

fundus di bawah umbilicus, tidak ada perdarahan abnormal, tidak

ada bau.

2) Menilai adanya demam.

3) Memastikan agar ibu mendapatkan cukup makanan, cairan, dan

istirahat.

14
4) Memastikan ibu menyusui dengan baik dan tidak memperlihatkan

tanda penyulit.

5) Memberi konseling pada ibu tentang asuhan pada bayi, perawatan

tali pusat, menjaga bayi tetap hangat, dan perawatan bayi sehari-

hari.

d. Kunjungan 6 minggu setelah persalinan, tujuannya :

1) Mengkaji tentang kemungkinan penyulit pada ibu.

2) Memberi konseling keluarga berencana (KB) secara dini.

5. Kebutuhan Dasar dalam Masa Nifas

Menurut Dainty, dkk (2014) ada tujuh kebutuhan ibu nifas antara lain :

a. Nutrisi dan Cairan tubuh

Ibu nifas memerlukan diet untuk mempertahankan tubuh

terhadap infeksi, mencegah konstipasi, dan untuk memulai proses

pemberian ASI eksklusif. Asupan kalori perhari ditingkatkan sampai

2700 kalori. Asupan cairan perhari ditingkatkan sampai 3000 ml

(susu 1000 ml), suplemen zat besi dapat diberikan pada ibu nifas

selama 4 minggu pertama setelah kelahiran.

Gizi ibu menyusui dibutuhkan untuk produksi ASI dan

pemulihan kesehatan ibu. Kebutuhan gizi yang perlu diperhatikan

antara lain:

1) Makanan dianjurkan seimbang antara jumlah dan mutunya.

2) Banyak minum, setiap hari minum lebih dari 6 gelas

15
3) Makan-makan yang tidak merangsang, baik secara termis,

mekanis atau kimia untuk menjaga kelancaran pencernaan.

4) Batasi makanan yang berbau keras.

5) Gunakan makanan yang dapat merangsang produksi ASI,

misalnya sayuran hijau.

6) Diet dalam masa nifas harus bergizi, bervariasi dan seimbang.

Diet ini seharusnya tinggi kalori. Total makanan yang dikonsumsi

dianjurkan mengandung 50-60% karbohidrat, lemak sebesar 25-

35% dari total makanan, jumlah protein 10-15% zat besi, dan

vitamin.

b. Eliminasi

Bidan harus mengobservasi adanya distensi abdomen dengan

mempalpasi dan mengauskultasi abdomen, terutama pada post seksio

sesaria. Rangsangan untuk berkemih dapat diberikan dengan rendam

duduk ( sith bath ) untuk mengurangi oedema dan relaksasi sfingter,

lalu kompres hangat atau dingin. Jika perlu pasang kateter sewaktu.

c. Hygiene

Sering membersihkan perineum akan meningkatkan rasa

nyaman dan mencegah infeksi. Penggantian pembalut hendaknya

sering dilakukan, setidaknya setelah membersihkan perineum,

berkemih atau defekasi. Pada masa post partum ibu rentan terhadap

infeksi. Karena itu menjaga kebersihan sangat penting untuk

16
mencegah infeksi. Anjurkan ibu untuk menjaga kebersihan tubuh,

pakaian, tempat tidur, dan lingkungannya.

d. Istirahat

Ibu nifas membutuhkan tidur dan istirahat yang cukup.

Setelah selama sembilan bulan ibu mengalami kehamilan dengan

beban kandungan yang begitu berat, banyak keadaan yang

menganggu lainnya, dan proses persalinan yang melelahkan, ibu

membutuhkan istirahat yang cukup untuk memulihkan keadaannya.

Seorang wanita dalam masa nifas dan menyusui memerlukan waktu

lebih banyak untuk istirahat karena dalam proses penyembuhan,

terutama organ-organ reproduksi dan untuk kebutunan menyusui

bayinya. Jika ibu kurang beristirahat dapat menganggu produksi ASI,

memperlambat proses involusi, memperbanyak perdarahan,

menyebabkan depresi, dan menimbulkan rasa ketidakmampuan

merawat bayi.

e. Seksualitas

Seksualitas ibu nifas dipengaruhi oleh derajat rupture

perineum dan penurunan hormon steroid setelah persalinan.

Keinginan seksual ibu menurun karena kadar hormon rendah,

adaptasi peran baru, keletihan (kurang istirahat dan tidur).

17
f. Latihan dan senam nifas

Tujuan latihan pasca melahirkan adalah :

1) Menguatkan otot-otot perut sebingga menghasilkan bentuk tubuh

yang baik.

2) Mengencangkan dasar panggul sehingga mencegah atau

memperbaiki inkontinensia stress.

3) Membantu memperbaiki sirkulasi darah di seluruh tubuh.

B. Tinjauan Umum Tentang Mobilisasi Dini

1. Pengertian

a. Mobilisasi dini adalah kebijakan untuk selekas mungkin

membimbing penderita keluar dari tempat tidumya dan

membimbingnya selekas mungkin berjalan (Jannah, 2011).

b. Mobilisasi dini adalah kebijakan untuk secepat mungkin

membimbing penderita keluar dari tempat tidurnya dan

membimbingnya secepat mungkin untuk berjalan. Pada persalinan

normal baiknya mobilisasi dini dikerjakan setelah 2 jam, ibu boleh

miring kiri atau miring kanan untuk mencegah adanya thrombosis

(Dewi, 2011).

c. Mobilisasi dini adalah beberapa jam setelah melahirkan segera

bangun dari tempat tidur dan bergerak agar lebih kuat dan lebih baik.

Gangguan berkermih dan buang air besar juga dapat teratasi

(Anggraini, 2010).

18
Dari defenisi tersebut dapat disimpulkan bahwa mobilisasi dini

adalah suatu upaya mempertahankan kemandirian sedini mungkin

dengan arah membimbing penderita untuk mempertahankan fungsi

fisiologis. Mobilisasi dini tidak dibenarkan pada ibu post partum dengan

penyulit misalnya anemia, penyakit jantung, paru-paru, demam, dan

sebagainya.

2. Manfaat Mobilisasi Dini

a. Melancarkan pengeluaran lokia, mengurangi infeksi puerperium

b. Mempercepat involusi alat kandungan

c. Melancarkan fungsi alat gastrointestinal dan alat perkemihan

d. Meningkatkan kelancaran peredaran darah, sehingga mempercepat

fungsi ASI dan pengeluaran sisa metabolism. (Manuaba, 2010)

3. Resiko Bila Tidak Melakukan Mobilisasi Dini

Menurut Manuaba (2010), berbagai masalah dapat terjadi bila tidak

melakukan mobilisasi dini, yaitu :

a. Peningkatan suhu tubuh karena adanya involusi uterus yang tidak

baik sehingga sisa darah tidak dapat dikeluarkan dan menyebabkan

infeksi, salah satu tanda infeksi adalah peningkatan suhu tubuh.

b. Perdarahan yang abnormal, dengan mobilisasi dini kontraksi uterus

akan baik, sehingga fundus uteri keras, maka resiko perdarahan yang

abnormal dapat dihindarkan. Karena kontraksi membentuk

penyempitan pembuluh darah yang terbuka.

19
c. Involusi uteri yang tidak baik, apabila tidak dilakukan mobilisasi dini

akan menghambat pengeluaran darah dan sisa plasenta sehingga

menyebabkan terganggunya kontraksi uterus.

Selain resiko diatas, dampak yang dapat terjadi bila mobilisasi

dini tidak dilakukan adalah kurangnya suplai darah dan pengaruh

hipoksia pada luka. Luka dengan suplai darah yang buruk akan sembuh

dengan lambat. Jika factor-faktor esensial untuk penyembuhan, seperti

oksigen, asam amino, vitamin dan mineral, sangat lambat mencapai luka

karena lemahnya vaskularisasi, maka penyembuhan luka tersebut akan

terhambat, meskipun pada pasien-pasien yang nutrisinya baik. (Morison,

2011)

4. Rentang Gerak Mobilisasi Dini

Menurut Manuaba (2010), dalam mobilisasi dini terdapat tiga rentang

gerak yaitu:

a. Rentang gerak pasif

Rentang gerak pasif ini berguna untuk menjaga kelenturan otot-otot

dan persendian dengan menggerakkan otot orang lain secara pasif

misalnya perawat mengangkat dan menggerakkan kaki pasien.

b. Rentang gerak aktif

Hal ini untuk melatih kelenturan dan kekuatan otot serta sendi

dengan cara menggunakan otot-ototnya secara aktif misalnya

berbaring pasien menggerakkan kakinya.

20
c. Rentang gerak fungsional

Berguna untuk memperkuat otot-otot dan sendi dengan melakukan

aktifitas yang diperlukan.

Tahapan-tahapan mobilisasi dini:

Umumnya wanita sangat lelah setelah melahirkan, lebih-lebih bila

persalinan berlangsung lama, karena ibu harus cukup beristirahat, dimana

ibu harus tidur telentang selama 2 jam post partum untuk mencegah

perdarahan post partum. Kemudian ibu boleh miring ke kiri dan ke kanan

untuk mencegah terjadinya thrombosis dan tromboemboli. Lalu belajar

duduk setelah dapat duduk, lalu dapat jalan-jalan dan biasanya boleh

pulang. Mobilisasi dini ini tidak mutlak, bervariasi tergantung pada

adanya komplikasi persalinan, nifas, dan sembuhnya luka. Sebaiknya ibu

nifas dapat melakukan mobilisasi dini setelah kondisi fisiknya mulai

membaik.

Menurut Ifafan (2010), mobilisasi dini dilakukan secara bertahap

yaitu :

a. Miring kiri / miring kanan setelah 2 jam post partum.

b. Duduk sendiri setelah 6-8 jam post partum.

c. Berjalan setelah 12 jam post partum.

21
5. Macam-Macam Mobilisasi Dini (Saifuddin, 2010)

a. Mobilisasi penuh

Yaitu seluruh anggota dapat melakukan mobilisasi secara normal.

Mobilisasi penuh mempunyai peranaan penting dalam menjaga

kesehatan baik secara fisiologis maupun psikologis.

b. Mobilisasi sebagian

Yaitu sebagian dari anggota badan yang dapat melakukan mobilisasi

secara normal. Terjadi pada pasien dengan gangguan saraf motoric dan

sensorik, terdiri dari :

1) Mobilisasi sebagian dengan temporer, disebabkan oleh trauma

yang reversible

2) Pada system musculoskeletal

3) Mobilisasi sebagian permanen disebabkan karena rusaknya system

saraf yang reversible (hemiplagi karena kecelakaan)

6. Factor-Faktor Yang Mempengaruhi Pelaksanaan Mobilisasi

a. Factor fisiologis

Apabila ada perubahan mobilisasi, maka setiap system tubuh bereesiko

terjadi gangguan, tingkat kepparahan dari gangguan tersebut terganggu

pada kondisi kesehatan secara keseluruhan, serta tingkat mobilisasi

yang dialami.

b. System endokrin

Merupakan produksi hormone sekresi kelenjar, membantu

mempertahankan dan mengatur fungsi vital seperti respon terhadap

22
stress dan cedera, pertumbuhan dan erkembangan, reproduksi,

hemoestatis ion, dan metabolism energy. Ketika cedera atau stress

terjadi, system endokrin memicu serangkaian respon yang bertujuan

mempertahankan tekanan darah yang memelihara hidup. System

endokrin berperan dalam pengaturan lingkungan internal dengan

memmpertahankan keseimbangan natrium, kalium, air, dan

keseimbangan asam basa. Sehingga system endokrin bekerja sebagai

pengatur metabolism energy.

c. Factor emosional

Factor emosional yang mempengaruhi mobilisasi dini adalah cemas

(ansietas). Ansietas merupakan gejolak emosi seseorang yang

berhubungan dengan sesuatu diluar dirinya dan mekanisme diri yang

digunakan dalam mengatasi permasalahan.

d. Ketidakmampuan atau kelemahan fisik dan mental

Persalinan merupakan proses yang melelahkan, saat persalinan ibu

menggerakkan seluruh tenaganya untuk melewati proses persalinan

yang panjang, tidak jarang setelah melahirkan ibu lebih sering memilih

tidur daripada melakukan pergerakan secara bertahap.

e. Depresi

Besar kemungkinan setelah melahirkan ibu akan mengalami depresi.

Biasanya depresi berlangsung sekitar satu sampai dua hari, hal ini data

terjadi karena perubahan mendadak dari hormone. Gejalanya berupa

23
mudah tersinggung, menangis tanpa sebab, gelisah, takut pada hal

yang sepele.

C. Tinjauan Umum Tentang Variabel Yang Diteliti

1. Pengetahuan

Pengetahuan (knowledge) merupakan hasil keingintahuan

manusia terhadap sesuatu dan hasrat untuk meningkatkan harkat hidup

sehingga kehidupan menjadi lebih baik dan nyaman yang berkembang

sebagai upaya untuk memenuhi kebutuhan manusia baik dimasa

sekarang maupun dimasa depan. Pengetahuan hanya sekedar menjawab

pertanyaan what, misalnya apa alam, apa manusia, aa air dan lainnya.

Manurut Wawan (2010), pengetahuan adalah merupakan hasil

tahu yang terjadi setelah orang mengadakan penginderaan terhadap suatu

objek tertentu. Penginderaan terhadap objek terjadi melalui panca indera

seperti penglihatan, penciuman, pendengaran, perasa dan peraba dengan

sendiri.

Pengetahuan merupakan salah satu factor yang mempengaruhi

terbentuknya sikap seseorang. Berdasarkan pengalaman dan penelitian,

jika seseorang memiliki perilaku yang baik pula. Menurut Notoatmodjo

(2010), pengetahuan yang dicakup di dalam domain kognitif mempunyai

6 (enam) tingkatan, yakni:

24
a. Mengetahui (know)

Mengetahui diartikan sebagai mengingat suatu materi yang telah

dipelajari sebelumnya. Termasuk ke dalam pengetahuan tingkat ini

adalah mengingat kembali sesuatu yang spesifik dari seluruh bahan

yang dipelajari atau rangsangan yang diterima.

b. Memahami (comprehension)

Memahami diartikan sebagai suatu kemampuan untuk menjelaskan

secara benar tentang objek yang diketahui dan dapat

menginterprestasikan materi tersebut secara benar.

c. Aplikasi (application)

Aplikasi diartikan sebagai kemampuan untuk menggunakan materi

yang telah dipelajari pada situasi dan kondisi real (sebenarnya).

d. Analisis (analysis)

Analisis adalah suatu kemampuan untuk menjabarkan materi suatu

objek ke dalam struktur organisasi dan masih ada kaitannya satu

sama lain. Kemampuan ini dapat dilihat dari penggunaan kata kerja,

seperti dapat menggambarkan, membedakan, memisahkan,

mengelompokkan, membuat diagram (bahan) terhadap pengetahuan

atas objek tertentu.

e. Sintesis (synthesis)

Sintesis menunjukkan pada suatu kemampuan untuk meletakkan atau

menghubungkan bagian-bagian datam suatu bentuk keseluruhan yang

25
baru. Dengan kata lain syntesis adalah suatu kemampuan untuk

menyusun formulasi baru dari formulasi-formulasi yang ada.

f. Evaluasi (evaluation)

Evaluasi dapat diartikan sebagai kemampuan untuk melakukan

justifikasi atau penelitian terhadap suatu materi atau objek penelitian

tersebut didasarkan kriteria yang ditentukan sendiri atau

menggunakan kriteria-kriteria yang ada.

Menurut Notoatmodjo (2010), berbagai macam cara yang telah

digunakan untuk memperoleh kebenaran pengetahuan sepanjang sejarah

dikelompokkan menjadi dua, yaitu cara tradisional atau non ilmiah,

yakni tanpa melalui penelitian ilmiah dan cara modern atau cara ilmiah,

yakni melalui proses penelitian sebagai berikut :

a. Cara memperoleh kebenaraan non ilmiah

1) Cara coba salah (trial and error)

Cara ini dipakai orang sebelum adanya kebudayaan, bahkan

sebelum adanya peradaban. Jika seseorang menghadapi persoalan

atau masalah, upaya pemecahannya dilakukan dengan coba-coba

saja. Bila percobaan yang kedua dan seterusnya sampai masalah

tersebut terpecahkan.

2) Cara kekuasaan atau otoritas

Dalam kehidupan sehari-hari banyak sekali kebiasaan dan tradisi

yang dilakukan oleh orang tanpa melalui penalaran apakah yang

dilakukan baik atau tidak. Kebiasaan ini biasanya diwariskan

26
turun temurun. Sumber pengetahuan dapat berupa pemimpin

masyarakat baik formal maupun informal. Para pemegang otoritas

prinsipnya adalah orang lain menerima pendapat yang

dikemukakan oleh yang mempunyai otoritas tanpa terlebih dahulu

menguji atau membuktikan kebenarannya, baik berdasarkan

perasaannya sendiri.

3) Berdasarkan pengalaman pribadi

Hal ini dilakukan dengan cara mengulang kembali pengalaman

yang diperoleh dalam memecahkan permasalahan yang dihadapi

pada masa lalu.

4) Secara Kebetulan

Cara ini terjadi secara kebetulan karena tidak disengaja oleh

orang yang bersangkutan.

5) Melalui Jalan Pikiran

Yaitu manusia telah mampu menggunakan penalarannya dalam

memperoleh pengetahuan.

6) Kebenaran secara Intuitif

Hal ini diperoleh manusia secara cepat melalui proses di luar

kesadaran tanpa melalui proses penalaran atau berfikir.

7) Cara akal sehat (Common Sense)

Akal sehat atau common sense kadang-kadang dapat menemukan

teori atau kebenaran.

27
8) Kebenaran Melalui Wahyu

Yaitu suatu kebenaran yang diwahyukan dari Tuhan melalui para

Nabi. Kebenaran ini harus diterima dan diyakini oleh pengikut-

pengikut agama yang bersangkutan, terlepas dari apakah

kebenaran tersebut rasional atau tidak. Sebab kebenaran ini

diterima oleh para Nabi adalah sebagai wahyu dan bukan karena

hasil usaha penataran atau penyelidikan manusia.

b. Cara baru atau ilmiah

Cara baru atau modern dalam memperoleh pengetahuan pada dewasa

ini lebih sistematis, logis, dan ilmiah. Cara ini disebut metode

penelitian ilmiah. Dalam melakukan pengukuran pengetahuan, yakni

dapat dilakukan dengan cara mengajukan pertanyaan secara langsung

(wawancara) atau melalui pertanyaan-pertanyaan yang tertulis atau

angket sesuai dengan materi yang ingin diukur dari subjek atau

responden.

Pengetahuan baik yang dimiliki seseorang dipengaruhi oleh

beberapa fakor diantaranya factor internal dan factor eksternal, yaitu :

a. Factor internal

1) Umur

Umur merupakan rentang waktu seseorang yang dimulai sejak dia

dilahirkan hingga berulang tahun. Jika seseorang itu memiliki

umur yang cukup maka akan memiliki pola piker daan

pengalaman yang matang pula. Umur akan sangat berpengaruh

28
terhadap daya tangkap sehingga pengetahuan diperolehnya akan

semakin baik.

2) Jenis kelamin

Jenis kelamin merupakan factor yang memppengaruhi

pengetahuan salah satunya adalah adanya perbedaan tingkat

kesadaran antara laki-laki dan perempuan. Pada umumnya

perempuan memiliki kesadaran yang baik dalam mencari tahu

informasi daripada laki-laki baik itu secara formal maupun

informal.

3) Pendidikan

Pendidikan merupakan seluruh proses kehidupan yang dimiliki

oleh setiap individu berua interaksi individu dengan

lingkungannya, baik secara formal maupun informal yang

melibatkan perilaku individu maupun kelomppok. Pengetahuan

erat hubungannya dengan pendidikan, seseorang dengan

pendidikan yang tinggi maka semakin luas pula pengetahuan

yang dimiliki.

4) Pekerjaaan

Pekerjaan merupakan suatu aktivitas yang dilakukan seseorang

untuk memperoleh penghasilan guna memenuhi kebutuhan setiap

hari. Pekerjaan merupakan salah satu factor yang mempengaruhi

pengetahuan. Pengalaman bekerja akan memberikan pengetahuan

dan keterampilan serta pengalaman belajar dalam bekerja akan

29
dapat mengembangkan kemampuan dalam mengambil keputusan

yang merupakan keterpaduan menalar secara ilmiah.

b. Factor eksternal

1) Lingkungan

Lingkungan adalah segala sesuatu yang ada disekitar individu,

baik lingkungan fisik, biologis maupun social. Lingkungan

berpengaruh terhadap proses masuknya pengetahuan kedalam

individu yang berada dalam lingkungan tersebut. Hal ini terjadi

karena adanya interaksi timbal balik ataupun tidak yang akan

direspon sebagai pengetahuan oleh setiap individu.

2) Social budaya

Social budaya merupakan suatu kebiasaan atau tradisi yang

dilakukan seseorang tanpa melalui penalaran apakah yang

dilakukan baik atau buruk. Dengan demikian seseorang akan

bertambah pengetahuannya walaupun tidak melakukan.

3) Status ekonomi

Status ekonomi juga akan menentukan tersedianya suatu fasilitas

yang diperlukan untuk kegiatan tertentu, sehingga status social

ekonomi ini akan mempengaruhi pengetahuan seseorang.

4) Sumber informasi

Seseorang yang memiliki sumber informasi yang lebih banyak

akan memiliki pengetahuan yang lebih luas pula. Salah satu

30
sumber informasi yang berperan penting bagi pengetahuan yaitu

media massa.

2. Sikap

Sikap (attitude) adalah perasaan atau pandangan seseorang yang

disertai kecenderungan untuk bertindak terhadap suatu objek atau

stimulus. Sikap merupakan konsep yang paling penting dalam psikologi

social yang membahas unsur sikap baik sebagai individu maupun

kelompok. Banyak kajian dan penelitian yang dilakukan mengenai sikap

beserta kaitannya.

Sikap adalah suatu bentuk evaluasi atau reaksi perasaan. Sikap

seseorang terhadap suatu objek adalah perasaan mendukung atau

memihak (favorable) maupun perasaan tidak mendukung (unfavorable)

pada objek tersebut. Menurut Azwar (2011), struktur sikap terdiri atas 3

komponen yang saling menunjang yaitu :

a. Komponen kognitif

Komponen kognitif merupakan representasi yang dipercayai oleh

individu pemilik sikap, komponen kognitif berisi kepercayaan

sterotype yang dimiliki individu mengenai sesuatu dapat disamakan

penanganan (opini atau pendapat) terutama apabila menyangkut

masalah isu yang kontroversial.

b. Komponen afektif

Komponen afektif merupakan perasaan yang menyangkut aspek

emosional. Aspek emosional ini yang biasanya berakar paling dalam

31
sebagai komponen sikap dan merupakan aspek yang paling bertahan

terhadap pengaruh-pengaruh yang mungkin adalah mengubah sikap

seseorang. Komponen afektif disamakan dengan perasaan yang

dimiliki oleh seseorang.

c. Komponen konatif

Komponen konatif merupakan aspek kecenderungan berperilaku

tertentu sesuai dengan sikap yang dimiliki oleh seseorang dan berisi

kecenderungan untuk bertindak atau bereaksi terhadap sesuatu dengan

cara-cara tertentu yang berkaitan dengan objek yang dihadapinya

adalah logis untuk mengharapkan bahwa sikap seseorang adalah

dicerminkan dalam bentuk tendensi perilaku.

Menurut Notoatmodjo (2010), sikap dibagi menjadi 4 tingkatan yaitu:

a. Menerima (receiving)

Menerima diartikan bahwa orang (subjek) mau dan memperhatikan

stimulus yang diberikan (objek).

b. Merespon (responding)

Memberikan jawaban apabila ditanya, mengerjakan, dan

menyelesaikan tugas yang diberikan adalah suatu indikasi dari sikap.

c. Menghargai (valuing)

Mengajak orang lain untuk mengerjakan atau mendiskusikan suatu

masalah adalah suatu indikasi sikap tingkat tiga.

32
d. Bertanggung jawab (responsible)

Bertanggung jawab atas segala sesuatu yang telah dipilihnya

merupakan sikap yang paling tinggi.

Menurut Sunaryo (2012), ada 2 faktor yang mempengaruhi pembentukan

dan pegubahan sikap adalah faktor internal dan ekstemal.

a. Faktor internal adalah berasal dari dalam individu itu sendiri.

Dalam hal ini individu menerima, mengolah, dan memilih segala

sesuatu yang datang dari Iuar, serta menentukan mana yang diterima

atau tidak diterima. Sehingga individu merupakan suatu penentu

pembentukan sikap. Faktor internal terdiri dari faktor motif, faktor

psikologis, dan faktor fisiologis.

b. Faktor eksternal yaitu faktor yang berasal dari Iuar individu berupa

stimulus untuk mengubah dan membentuk sikap.

Stimulus tersebut dapat bersifat langsung dan tidak langsung. Faktor

eksternal terdiri dari faktor pengalaman, situasi, norma, hambatan,

dan pendorong.

Menurut Azwar (2011) faktor yang mempengaruhi sikap yaitu :

a. Pengalaman Pribadi

Apa yang telah dan sedang kita alami akan ikut membentuk dan

mempengaruhi penghayatan kita terhadap stimulus sosial. Tanggapan

akan menjadi salah satu dasar terbentuknya sikap. Untuk dapat

menjadi dasar pembentukan sikap, pengalaman pribadi haruslah

meninggalkan kesan yang kuat. Karena itu, sikap akan lebih mudah

33
terbentuk apabila pengalaman pribadi tersebut terjadi dalam situasi

yang melibatkan faktor emosional.

b. Pengaruh Orang Lain yang Dianggap Penting

Orang lain di sekitar kita merupakan salah satu di antara komponen

sosial yang ikut mempengaruhi sikap kita. Seseorang yang kita

anggap penting, seseorang yang kita harapkan persetujuannya bagi

setiap gerak tingkah dan pendapat kita, seseorang yang tidak ingin

kita kecewakan, atau seseorang yang berarti khusus bagi kita, akan

banyak mempengaruhi pembentukan sikap kita terhadap sesuatu. Di

antara orang yang biasanya dianggap penting bagi individu adalah

orangtua, teman dekat, guru, teman kerja, isteri atau suami, dan lain-

lain.

c. Pengaruh Kebudayaan

Kebudayaan dimana kita hidup dan dibesarkan mempunyai pengaruh

besar terhadap pembentukan sikap kita. Tanpa kita sadari,

kebudayaan telah menanamkan garis pengarah sikap kita terhadap

berbagai masalah. Kebudayaan telah mewarnai sikap anggota

masyarakatnya, karena kebudayaan pulalah yang memberi corak

pengalaman individu-individu yang menjadi anggota kelompok

masyarakat asuhannya. Hanya kepribadian individu yang telah mapan

dan kuatlah yang dapat memudahkan dominasi kebudayaan dalam

pembentukan sikap individual.

34
d. Media Massa

Sebagai sarana komunikasi, berbagai bentuk media massa seperti

televisi, radio, surat kabar, majalah, dan lain-lain mempunyai

pengaruh besar daiam pembentukan opini dan kepercayaan orang.

Dalam penyampaian informasi sebagai tugas pokoknya, media massa

membawa pula pesan-pesan yang berisi sugesti yang dapat

mengarahkan opini seseorang. Adanya informasi baru mengenai

sesuatu hal memberikan landasan kognitif baru bagi terbentuknya

sikap terhadap hal tersebut. Pesan-pesan sugestif yang dibawa oleh

informasi tersebut, apabila cukup kuat, akan memberi dasar afektif

dalam menilai sesuatu hal sehingga terbentuklah arah sikap tertentu.

e. Lembaga Pendidikan dan Lembaga Agama

Lembaga pendidikan serta lembaga agama sebagai suatu sistem

mempunyai pengaruh dalam pembentukan sikap dikarenakan

keduanya meletakkan dasar pengertian dan konsep moral dalam diri

individu. Pemahaman akan baik dan buruk, garis pemisah antara

sesuatu yang boleh dan yang tidak boleh dilakukan diperoleh dari

pendidikan dan dari pusat keagamaan serta ajarannya.

Agar sikap menjadi suatu tindakan yang nyata, diperlukan

faktor pendukung atau kondisi yang memungkinkan antara lain, adanya

sarana dan prasarana atau fasilitas. Menurut Budiharto (2010), praktek

atau tindakan memiliki beberapa tingkatan yaitu :

35
a. Presepsi, merupakan tindakan tingkat pertama yaitu memilih dan

mengenal objek sehubungan dengan tindakan yang akan diambil.

b. Respon Terpimpin, adalah jika seseorang mampu melakukan sesuatu

sesuai dengan urutan yang benar, sesuai dengan contoh yang

diberikan.

c. Mekanisme, adalah bila seseorang mampu melakukan sesuai dengan

benar dan otomatis atau sudah merupakan kebiasaan.

d. Adaptasi, adalah suatu praktik atau tindakan yang sudah berkembang

dengan baik, artinya tindakannya sudah dimodifikasi sendiri tanpa

mengurangi kebenaran tindakan yang dimaksudkan.

Pengukuran tindakan dapat diiakukan secara tidak langsung yaitu

melalui wawancara terhadap kegiatan yang telah diiakukan beberapa

waktu sebelumnya atau secara langsung dengan mengamati tindakan atau

kegiatan responden. Pengukuran tindakan ini sering mengalami kesulitan

jika responden harus mengingat kegiatan yang sudah lama dikerjakan

(Budiharto, 2010).

Setelah seseorang mengetahui stimulus atau objek kesehatan,

kemudian mengadakan penilaian atau pendapat terhadap apa yang

diketahui, proses selanjutnya diharapkan ia akan melaksanakan atau

mempraktikan apa yang diketahui atau disikapinya (dinilai baik). Inilah

yang disebut praktik (practice) kesehatan, atau dapat juga dikatakan

perilaku kesehatan.

36
D. Penelitian Yang Relevan

Penelitian yang dilakukan Ita Sasmita Buhari dengan judul hubungan

tingkat pengetahuan dengan mobilisasi dini pada ibu nifas di Puskesmas

Likupang Timur Kecamatan Likupang Timur. Desain penelitian yang

digunakan adalah jenis desain observasional analitik dengan rancangan cross

sectional. Penelitian ini dilakukan di Puskesmas Likupang Timur Kecamatan

Likupang Timur. Waktu penelitian dilakukan pada tanggal 6 Desember 2014

30 Desember 2014. Populasi dalam penelitian ini adalah semua ibu yang

melahirkan di Puskesmas Likupang timur, dari bulan November - Desember

2014 terdapat jumlah ibu yang melahirkan adalah 57 ibu Sampel dalam

penelitian ini menggunakan teknik total sampling. Jumlah sampel dalam

penelitian ini adalah 50 ibu nifas di Puskesmas Likupang Timur Kecamatan

Likupang Timur Yang akan diambil dalam penelitian ini yaitu ibu menyusui

bayi 6 bulan yang bersedia diteliti dan ibu yang melahirkan normal. Yang

tidak diambil dalam penelitian ini yaitu ibu yang menderita penyakit tertentu

dan ibu yang melahirkan dengan operasi section caesarea. Penelitian ini

menggunakan instrumen berupa kuesioner yang terdiri dari 2 penilaian yaitu

tingkat penegtahuan dan mobilisasi dini. Berdasarkan distribusi frekuensi

tingkat pengetahuan yang paling banyak berpengetahuan baik yaitu 31

responden (62%). Berdasarkan distribusi frekuensi mobilisasi dini

Berdasarkan yang paling banyak melakukan mobilisasi dini sesuai dengan

tahap-tahap mobilisasi dini terdapat 29 responden (58,0%). Hasil penelitian

pada 50 orang nifas di Puskesmas Likupang Timur Kecamatan Likupang

37
Timur dan setelah dilakukan pengolahan data dengan menggunakan uji Chi

Square dengan komputerisasi didapati bahwa p value = 0,000 > (=0,05).

Hal ini berarti terdapat hubungan yang bermakna antara tingkat pengetahuan

dengan mobilisasi dini di Puskesmas Likupang Timur Kecamatan Likupang

Timur.

Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Hamida Febriyanti dengan

judul hubungan pengetahuan dengan praktik mobilisasi dini pada ibu nifas

pasca kejadian robekan perineum. penelitian ini menggunakan metode cross

Sectional melalui pendekatan kuantitatif dengan Variabel Penelitiannya

meliputi Variabel bebas (Independent) adalah pengetahuan ibu nifas tentang

mobilisasi dini. Dan Variabel terikat (dependent) praktik mobilisasi dini ibu

nifas. Penelitian dilakukan pada bulan Juni 2011 di RSUD Dr H.Soewondo

Kendal diambil sampel 30 ibu nifas hari ke-4 yang mengalami robekan

perineum , menggunakan accidental sampling . Teknik pengumpulan data

diperoleh atas dua jenis data, yaitu : Data primer & Data sekunder dengan

menggunakan Instrument Penelitian kuesioner. Hasil dari penelitian ini

dimana pengetahuan ibu nifas tentang mobilisasi dini di RSUD Dr. H

Soewondo Kendal menunjukkan bahwa Ibu Nifas terbanyak mempunyai

pengetahuan baik yaitu 20 orang (66,7%) dan pengetahuan cukup sebanyak 10

orang (33,3%) sedangkan yang mempunyai pengetahuan kurang yaitu 0 orang

(0%). Praktik Mobilisasi Dini Pada Ibu Nifas Pasca Kejadian Robekan

Perineum didapatkan hasil bahwa sebagian besar responden mempunyai

praktik baik tentang mobilisasi dini yaitu sejumlah 21 orang (70,0%), yang

38
mempunyai praktik cukup tentang mobilisasi dini ada 8 orang (26,7%) dan

hanya sebagian kecil dari ibu nifas yang mempunyai pengetahuan kurang pada

mobilisasi dini itu yaitu 1 orang (3,3%). Hasil uji stastistik dengan

menggunakan Chi Square didapatkan nilai p 0,003, namun dikarenakan

terdapat 3 kolom yang nilainya kurang dari 5 maka hasil uji ditransformasikan

dengan uji Fisher Exact didapatkan nilai p 0,002 berarti kurang dari taraf

signifikan 5% (0,002<0,05). Ini berarti Ha diterima sehingga ada hubungan

yang signifikan antara pengetahuan dan praktik tentang mobilisasi dini pada

ibu nifas paska kejadian robekan perineum.

Penelitian yang dilakukan oleh Siti Aisyah dengan judul hubungan

pengetahuan tentang mobilisasi dini dengan tindakan mobilisasi dini pada ibu

nifas 1 hari post sectio caesarea, dimana penelitian ini menggunakan Jenis

penelitian Observasional, dengan pendekatan cross sectional (Nursalam,

2003:83). populasinya adalah seluruh ibu nifas Post Sc hari ke-1. Sampel ibu

nifas yang memenuhi kriteria inklusi dan eksklusi. pengambilan sampel

dengan cara non probability sampling jenis aksidental sampling, instrumen

pada penelitian kuesioner dan lembar Observasi (Ceklist). Hasil dari penelitian

ini yaitu Hasil tabulasi silang diketahui bahwa responden yang mempunyai

pengetahuan baik seluruhnya melakukan tindakan mobilisasi dini yaitu 15

(100%) responden. Responden yang mempunyai pengetahuan cukup lebih dari

sebagian melakukan tindakan mobilisasi dini yaitu 2 (66,7 %) responden.

Sedangkan yang mempunyai pengetahuan kurang sebagian melakukan

tindakan mobilisasi dini yaitu 1 (50 %) responden. Jadi kesimpulan dari

39
penelitian ini adalah Ada hubungan antara pengetahuan tentang mobilisasi

dini dengan tindakan mobilisasi dini pada ibu nifas 1 hari post sectio

caesarea.

E. Kerangka Konsep

1. Dasar Pemikiran Variabel Yang Diteliti

Dalam penelitian ini ada dua jenis variable yang digunakan yaitu

variable indeenden dan variable dependen. Variable dependen adalah

variable yang terpengaruh oleh adanya variable independen. Adapun

variable dependen adalaah pelaksanaan mobilisasi dini pada ibu post

partum. Variable independen adalah variable yang mempengaruhi variable

dependen. Adapun variable independen dalam penelitian ini adalah sikap

dan pengetahuan.

2. Bagan Kerangka Konsep

Berdasarkan pemikiran yang dirumuskan maka disusunlah konsep

variable yang diteliti yaitu sebagai berikut :

Variable Independen Variabel Dependen

Pengetahuan Pelaksanaan
Mobilisasi Dini
Sikap

Keterangan :

: Variable yang diteliti

: Independen

: Dependen

40
F. Definisi Operasional dan Kriteria Objektif

Definisi operasional adalah suatu definisi yang diberikan kepada suatu

variable dengan cara memberikan arti, mensfesifikasikan kegiatan atau

memberikan suatu oerasional untuk menjelaskan suatu variable (Sugiyono,

2012).

1. Pengetahuan

Pengetahuan adalah sesuatu yang diketahui oleh ibu tentang

mobilisasi dini ibu post partum. Pengetahuan ibu post partum dapat

diukur dengan menggunakan skala Guttman dan dinilai berdasarkan

angka yang didapatkan dari jumlah jawaban yang benar dari kuesioner

yang telah dibagikan. Pertanyaan yang digunakan berjumlah 15

pertanyaan, setiap jawaban yang benar diberi score 1 dan jawaban yang

salah diberi score 0.

Dengan kategori penilaian sebagai berikut:

a. Baik : Jika nilai responden > 50% dari total skor

b. Kurang : Jika nilai responden 50% dari total skor (Arikunto,

2006)

2. Sikap

Sikap merupakan respon ibu post ppartum dalam melakukan

pelaksanaan mobilisasi dini. Sikap ibu post partum dapat diukur

menggunakan kuesioner dengan skala Likert, pertanyaan yang digunakan

berjumlah 10 pertanyaan, terdiri dari 5 pertanyaan positif dan 5

pertanyaan negatif. Score penilaian untuk pertanyaan positif adalah SS :

41
4, S: 3, TS: 2, STS: 1 dan score penilaian untuk pertanyaan negatif

adalah SS :1, S : 2, TS : 3, STS : 4.

Dengan kategori penilaian sebagai berikut:

a. Positif : Jika nilai responden 25 dari total skor

b. Negatif : Jika nilai responden < 25 dari total skor

3. Pelaksanaan Mobilisasi Dini

Pelaksanaan mobilisasi dini merupakan tindakan atau praktek

mobilisasi dini ibu post partum segera setelah melahirkan. Pelaksanaan

mobilisasi dini dapat diukur menggunakan kuesioner dengan skala

Guttman, pertanyaan yang digunakan berjumlah 3 pertanyaan, setiap

jawaban ya diberi score 1 dan jawaban tidak diberi score 0.

Dengan kategori penilaian sebagai berikut:

a. Dilakukan : Jika mobilisasi dini dilakukan sesegera mungkin

(minimal 2 jam post partum atau maksimal 12 jam

post partum)

b. Tidak dilakukan : Jika mobilisasi dini tidak dilakukan sama sekali

G. Hipotesis Penelitian

Menurut Stang (2014 : 4) hipotesis merupakan suatu jawaban

sementara, terhadap permasalahan yang secara hipotesis paling mungkin

terjadi. Dengan melihat perumusan masalah pada bab sebelumnya maka

hipotesis yang dilakukan. Adapun hipotesis dalam ppenelitian ini adalah :

42
1. Hipotesis Alternatif (Ha)

a. Ada hubungan pengetahuan ibu post partum dengan pelaksanaan

mobilisasi dini di RSUD Syekh Yusuf Gowa Tahun 2016.

b. Ada hubungan sikap ibu post partum dengan pelaksanaan mobilisasi

dini di RSUD Syekh Yusuf Gowwa Tahun 2016.

2. Hipotesis Nol (Ho)

a. Tidak ada hubungan pengetahuan ibu post partum dengan

pelaksanaan mobilisasi dini di RSUD Syekh Yusuf Gowa Tahun

2016.

b. Tidak ada hubungan sikap ibu post partum dengan pelaksanaan

mobilisasi dini di RSUD Syekh Yusuf Gowwa Tahun 2016.

43
BAB III

METODE PENELITIAN

A. Jenis dan Desain Penelitian

Jenis penelitian yang digunakan adalah observasional analitik dengan

tujuan untuk menemukan ada atau tidak adanya hubungan pengetahuan dan

sikap ibu post partum dengan pelaksanaan mobilisasi dini dengan metode

pendekatan cross sectional yaitu pengukuran variabel independen dan

dependen diteliti secara bersamaan dalam satu waktu.

B. Waktu dan Tempat Penelitian

1. Waktu Penelitian

Penelitian ini telah dilaksanakan pada tanggal 18 April - 18 Juni 2016

2. Lokasi Penelitian

Penelitian ini telah dilaksanakan di Ruang Nifas RSUD Syekh Yusuf

Gowa.

C. Populasi dan Sampel Penelitian

1. Populasi

Populasi adalah keseluruhan subjek penelitian (Arikunto, 2013). Populasi

dalam penelitian ini adalah semua ibu post partum yang dirawat di ruang

nifas RSUD Syekh Yusuf Gowa periode 18 April 18 Juni 2016 sebanyak

187 0rang

44
2. Sampel

Sampel adalah bagian yang diambil dari keseluruhan objek yang diteliti

dan dianggap mewakili seluruh populasi. Sampel dalam penelitian ini

adalah ibu post partum yang dirawat di ruang nifas RSUD Syekh Yusuf

Gowa tanggal 18 April 18 Juni 2016. Jumlah sampel sebanyak 52 orang.

3. Teknik Pengambilan Sampling

Pengambilan sampel dalam penelitian ini adalah menggunakan Accidental

Sampling yaitu teknik penentuan sampel berdasarkan kebetulan, yaitu

siapa saja yang secara kebetulan bertemu dengan peneliti dapat digunakan

sebagai sampel, bila dipandang orang tersebut cocok sebagai sumber data

(Setiawan dan Saryono, 2010)

D. Jenis dan Cara Pengumpulan Data

1. Jenis Data

Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data

primer. Data primer yaitu data yang langsung diperoleh / diambil oleh

peneliti dengan menggunakan kuesioner dengan pertanyaan tertutup.

Data sekunder yaitu data yang diperoleh / diambil oleh peneliti dari data

yang sudah ada, sebelum mengambil data responden, terlebih dahulu

peneliti meminta persetujuan Pimpinan Rumah Sakit Umum Daerah

Syekh Yusuf Gowa untuk meneliti di Rumah Sakit tersebut.

45
2. Cara Pengumpulan Data

Pengumpulan data dilakukan dengan cara pengisian kuesioner

oleh responden dimana sebelumnya responden diberikan penjelasan

tentang cara menjawab wawancara dari peneliti, serta meminta

responden untuk menandatangani lembar persetujuan menjadi responden

(informed consent) dan menjawab bila ada hal-hal yang tidak dimengerti

oleh responden, kemudian peneliti melakukan wawancara dengan alat

instrument kuesioner dan setelah selesai melakukan wawancara,

kuesioner dikumpulkan dan dilakukan pengolahan data.

E. Pengolahan Data dan Analisa Data

1. Pengolahan data

Data yang telah ditentukan dioiah dengan langkah-langkah sebagai

berikut:

a. Editing yaitu dilakukan untuk memeriksa kuesioner dengan tujuan

agar data yang masuk dapat diolah secara benar sehingga pegolahan

data dapat memberikan hasil yang menggambarkan masalah yang

diteliti, kemudian data dikelompokkan dengan menggunakan aspek

pengukuran, jika terdapat kesalahan-kesalahan atau kekurangan pada

pengumpulan data maka diperbaiki, diperiksa kembali dan diiakukan

pendataan ulang.

46
b. Coding yaitu dengan membuat kode dalam rangka

mempermudah perhitungan. Data yang telah diperoleh nantinya akan

diubah ke dalam bentuk angka (kode).

Kode untuk skor pengetahuan :

Kode 0 : pengetahuan kurang

Kode 1 : pengetahuan baik

Untuk skor sikap:

Kode 0 : sikap baik

Kode 1 : sikap kurang

Untuk skor peiaksanaan mobilisasi dini

Kode 0 : tidak dilakukan

Kode 1 : dilakukan

c. Tabulating yaitu setelah diiakukan pengkodean pada semua data

selanjutnya data diolah dengan menggunakan program komputerisasi.

2. AnaIisis Data

a. Analisis Univariate

Menjelaskan atau menggambarkan distribusi responden serta

menggambarkan variabel bebas dan variabel terikat sehingga

diketahui variasi dari masing-masing variabei.

b. Analisis Bivariate

Melihat hubungan antara dua variabel independen dengan variabel

dependen. Pangujian data dilakukan dengan menggunakan uji

statistic Chi-Square (a = 0,05) jika nilai x2 hitung > x2 tabel, ini

47
menunjukan hipotesa alternatif (Ha) diterima artinya ada hubungan

yang signifikan. Sedangkan jika x2 hitung < x2 tabel ini menunjukan

hipotesa Nol (H0) diterima, artinya tidak ada hubungan yang

signifikan.

Adapun rumus Chi-Square yang digunakan adalah sebagai berikut:

Keterangan:

x2 : Korelasi Chi-kuadrat

n : Jumlah sampel penelitian

ad : Jumlah sampel yang mengalami Perubahan

bc : Jumlah sampel yang tidak mengalami perubahan tetap

Selanjutnya hasil tersebut akan diolah untuk menentukan adanya

hubungan antara kedua variable indeppenden dengan variable

dependen yang dihubungkan dengan menggunakan Chi-Square dengan

interprestasi:

1) Ho ditolak dan Ha diterima apabila x hitung > dari x table dan p <

(0,05) yang berarti ada hubungan

2) Ho diterima dan Ha ditolak apabila x hitung < dari x table p >

(0,05) yang berarti tidak ada hubungan.

48
3. Penyajian Data

Setelah semua kuisioner dari responden terkumul maka akan selanjutnya,

edit, coding,dan tabulasi untuk kemudian dianalisa secara analitik,hasil

presentasi kemudian diuraikan dalam bentuk table.

4. Etika Penelitian

Penelitian perlu mendapatkan adanya rekomendasi dari institusi atau pihak

lain yang terkait dengan mengajukan ijin kepada institusi atau lembaga

terkait tempat penelitian adapun mengenai etika penelitian yaitu:

a. Lembar persetujuan menjadi responden (inform concet)

Penelitian menjelaskan tentang maksut dan tujuan penelitian yang

akan dilaksanakan serta dampak yang mungkin terjadi selama dan

sesudah pengumpulan data sebelum lembar persetujuan diberikan

kepada responden,jika responden bersedia diteliti maka diberikan

lembar persetujuan menjadi responden yang harus ditandatangani,

tetapi jika menolak peneliti tidak akan memaksa dan tetap menghargai

keputusan.

b. Penulisan Nama

Kepada responden dalam hal nama responden diterangkan terlebih

dahulu bahwa penulisan nama boleh tidak ditulis, hal tersebut

bertujuan untuk identifikasi responden cukup menggunakan responden

pada masing-masing lembar pengumpulan data yang diberikan pada

responden.

49
c. Kerahasiaan

Informasi dari responden dijamin oleh peneliti karahasiaanya dengan

cara informasi tersebut hanya akan diketahui oleh peneliti dan

pembimbing atas persetujuan responden dan hanya kelompok data

tertentu yang akan disajikan sebagai hasil penelitian selanjutnya

lembar pengumpulan data akan dimusnahkan dengan cara dibakar.

50
BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Penlitian

Penelitian ini berlangsung sejak bulan April Juni 2016 di ruang Nifas

menggunakan dokumentasi yang berupa data primer diambil langsung dari

responden sebanyak 52 kemudian diperoleh hasil sebagai berikut :

1. Hasil Analisis Univariat

Analisis univariat dalam peenelitian ini akan meenggambarkan

distribusi frekuensi pengetahuan dan sikap ibu Post Partum dengan

pelaksanaan mobilisasi dini.

a. Distribusi Frekuensi Karakteristik Berdasarkan Umur Ibu

Table 4.1
Distribusi Frekuensi Karakteristik Berdasarkan Umur Ibu Di
RSUD Syekh Yusuf Gowa
Umur Jumlah Persentase (%)
< 20 12 23,1
20 35 32 61,5
> 35 8 15,4
Total 52 100
Sumber : Data Primer RSUD Syekh Yusuf Gowa 2016

Berdasarkan table 4.1 dapat diinterpretasikan bahwa dari

jumlah responden sebanyak 52 ibu, jumlah ibu post partum umur < 20

tahun sebanyak 12 orang (23,1%), umur ibu post partum 20 35 tahun

32 orang (61,5%) dan jumlah ibu post partum umur > 35 tahun

sebanyak 8 orang (15,4%)

51
b. Distribusi Frekuensi Karakteristik Berdasarkan Pendidikan Ibu

Table 4.2
Distribusi Frekuensi Karakteristik Berdasarkan Pendidikan Ibu
Di RSUD Syekh Yusuf Gowa
Pendidikan Jumlah Persentase (%)
SD 8 15,4
SMP 15 28,8
SMA 20 38,5
PT 9 17,3
Total 52 100
Sumber : Data Primer RSUD Syekh Yusuf Gowa 2016

Berdasarkan table 4.2 dapat diinterpretasikan bahwa dari

jumlah responden sebanyak 52 ibu, jumlah ibu post partum yang tamat

SD sebanyak 8 orang (15,4%), yang tamat SMP sebanyak 15 orang

(28,8%), yang tamat SMA sebanyak 20 orang (38,5%) dan perguruan

tinggi sebanyak 9 orang (17,3%).

c. Distribusi Frekuensi Karakteristik Berdasarkan Pekerjaan Ibu

Table 4.3
Distribusi Frekuensi Karakteristik Berdasarkan Pekerjaan Ibu Di
RSUD Syekh Yusuf Gowa
Pekerjaan Jumlah Presentase (%)

PNS 5 9,6

SWASTA 15 28,8

IRT 32 61,6

Total 52 100

Sumber : Data Primer RSUD Syekh Yusuf Gowa 2016

52
Berdasarkan tabel 4.3 dapat diinterpretasikan bahwa dari

jumlah responden sebanyak 52 ibu, jumlah ibu post partum yang

bekerja sebagai PNS sebanyak 5 orang (9,6%), yang bekerja di swasta

15 orang (28,8%) dan bekerja sebagai IRT sebanyak 32 orang (61,6%).

d. Distribusi Frekuensi Berdasarkan Pengetahuan Ibu

Tabel 4.4
Distribusi Frekuensi Berdasarkan Pengetahuan Ibu Di RSUD
Syekh Yusuf Gowa
Pengetahuan Jumlah Presentase (%)
Baik 37 71,2
Kurang 15 28,8
Total 52 100
Sumber : Data Primer RSUD Syekh Yusuf Gowa 2016

Berdasarkan tabel 4.4 dapat diinterpretasikan bahwa dari 52

responden, jumlah ibu post partum yang memiliki pengetahuan baik

sebanyak 37 orang (71,2%) dan jumlah ibu post partum yang memiliki

pengetahuan kurang sebanyak 15 orang (28,8%).

e. Distribusi Frekuensi Berdasarkan Sikap Ibu

Tabel 4.5
Distribusi Frekuensi Berdasarkan Sikap Ibu Di RSUD Syekh
Yusuf Gowa
Sikap Jumlah Presntase (%)
Positif 39 75
Negatif 13 25
Total 52 100
Sumber : Data Primer RSUD Syekh Yusuf Gowa 2016

53
Berdasarkan tabel 4.5 dapat diinterpretasikan bahwa dari 52

responden, jumlah ibu post partum yang memiliki sikap baik sebanyak

39 orang (75%) dan jumlah ibu post partum yang memiliki sikap

kurang sebanyak 13 orang (25%).

f. Distribusi Frekuensi berdasarkan Pelaksanaan Mobilisasi Dini

Tabel 4.6
Distribusi Frekuensi berdasarkan Pelaksanaan Mobilisasi Dini Di
RSUD Syekh Yusuf Gowa
Mobilisasi Dini Jumlah Presentase (%)

Dilakukan 38 73,1

Tidak Melakukan 14 26,9

Total 52 100

Sumber : Data Primer RSUD Syekh Yusuf Gowa 2016

Berdasarkan tabl 4.6 dapat diinterpretasikan bahwa dari 52

responden, jumlah ibu post partum yang melakukan mobilisasi dini

sebanyak 38 orang (73,1%) dan jumlah ibu post partum yang tidak

melakukan mobilisasi dini sebanyak 14 orang (26,9%)

2. Analisi Bivariat

Analisis bivariate ini dilakukan dengan maksud untuk meengetahui

hubungan pengetahuan dan sikap ibu post partum dengan pelaksanaan

mobiisasi dini yang dilakukan dengan menggunakan uji statistic Chi-

Square dengan tingkat kemungkinan = 0,05 atau derajat kepercayaan

95% seperti tertera dibawah ini :

54
a. Hubungan Pengetahuan Ibu Post Partum Dengan Pelaksanaan

Mobilisasi Dini di RSUD Syekh Yusuf Gowa Periode April Juni

2016

Tabel 4.7
Hubungan Pengetahuan Ibu Post Partum Dengan Pelaksanaan
Mobilisasi Dini di Ruang nifas RSUD Syekh Yusuf Gowa
Mobilisasi Dini
Tidak Total Nilai
Pengetahuan Dilakukan Dilakuka
n
N % n % n % P
Baik 34 65,4 3 5,8 37 71,2
Kurang 4 7,7 11 21,2 15 28,8 0,000 0,05
Total 38 73,1 14 26,9 52 100
Sumber : Data Primer RSUD Syekh Yusuf Gowa 2016

Berdasarkan tabel 4.7 dapat diinterpretasikan bahwa dari 37

orang (71,2%) ibu post partum yang memiliki pengetahuan baik

terdapat 34 orang (65,4%) ibu post partum yang melakukan mobilisasi

dini dan yang tidak melakukan mobilisasi dini sebanyak 3 orang

(5,8%). Sedangkan ibu yang memiliki pengetahuan kurang sbanyak 15

orang (28,8%) dimana terdapat 4 orang (7,7%) yang meelakukan

mobilisasi dini dan terdapat 11 orang (21,2%) yang tidak melakukan

mobilisasi dini.

Berdasarkan hasil uji Chi-Square dengan Fishers Exact Test

diperoleh nilai hitung p = 0,000 lebih kecil dari nilai = 0,05 maka

dapat diartikan Ho ditolak dan Ha diterima artinya ada hubungan

55
antara pengetahuan ibu post partum untuk melakukan mobilisasi dini

di RSUD Syekh Yusuf Gowa 2016.

b. Hubungan Sikap Ibu Post Partum untuk Melakukan Mobilisasi

Dini di RSUD Syekh Yusuf Gowa Periode April Juni 2016

Tabel 4.8
Hubungan Sikap Ibu Post Partum untuk Melakukan Mobilisasi
Dini di ruang Nifas RSUD Syekh Yusuf Gowa
Mobilisasi Dini
Tidak Total Nilai
Sikap Dilakukan
Dilakukan
N % n % N % p
Positif 35 67,3 4 7,7 39 75
Negatif 3 5,8 10 19,2 13 25 0,000 0,05
Total 38 73,1 14 26,9 52 100
Sumber : Data Primer RSUD Syekh Yusuf Gowa

Berdasarkan tabel 4.8 dapat diinterpretasikan bahwa dari 39

orang (75%) ibu post partum yang memiliki sikap positif terdapat 35

orang (67,3%) yang melakukan mobilisasi dini dan yang tidak

melakukan mobilisasi dini sebanyak 4 orang (7,7%). Sedangkan ibu

post partum yang memiliki sikap negatif sebanyak 13 orang (25%)

dimana terdapat 3 orang (5,8%) yang melakukan mobilisasi dini dan

terdapat 10 orang (26,9%) yang tidak melakukan mobilisasi dini.

Berdasarkan hasil Uji Chi-Square dengan Fishers Exact Test

diperoleh nilai hitung p = 0,000 lebih kecil dari nilai = 0,05 maka

dapat diartikan Ho ditolak dan Ha diterima ada hubungan antara sikap

56
ibu post partum untuk melakukan mobilisasi dini di RSUD Syekh

Yusuf Gowa 2016.

B. Pembahasan

1. Hubungan Pengetahuan Ibu Post Partum untuk Melakukan

Mobilisasi Dini Di RSUD Syekh Yusuf Gowa

Pengetahuan adalah hasil dari tahu, yang terjadi setelah seseorang

melakukan pengindraan terhadap suatu objek tertentu. (Notoatmodjo,

2007)

Pengetahuan ibu post partum akan mobilisasi dini sangat penting

dalam hubungannya dengan peaksanaan mobilisasi dini karena setiap ibu

post partum yang melakukan mobilisasi dini akan mengetahui manfaat

serta efek yang akan terjadi jika tidak melakukan mobilisasi dini. Tingkat

pengetahuan merupakan factor yang berperan penting dalam mewujudkan

pelaksanaan mobilisasi dini pasca persalinan. Jika tingkat pengetahuan

seseoranga rendah terhadap manfaat mobilisasi dini maka hal itu akan

sangat mempengaruhi pada tingkat pelaksanaannya. Pengetahuan yang

dimiliki ibu nifas tentang manfaat mobilisasi dini adalah dasar bagaimana

ibu post partum tersebut akan mengambil sikap dalam pelaksanaan

mobilisasi. (Eva Nurvianti, 2015)

Teori tersebut sejalan dengan penelitian yang telah dilakukan yaitu

ada hubungan yang signifikan antara pengetahuan ibu post partum dengan

pelaksanaan mobilisasi dini di RSUD Syekh Yusuf Gowa Tahun 2016.

57
Dimana berdasarkan hasil Uji Chi-Square dengan Fishers Exact Test

diperoleh nilai hitung p = 0,000 lebih kecil dari nilai = 0,05 maka dapat

diartikan Ho ditolak dan Ha diterima.

Walaupun masih terdapat sebagian responden yang memiliki

pengetahuan baik namun tidak meelakukan mobilisasi dini dan masih ada

responden yang memiliki pengetahuan kurang, hal ini disebabkan karena

pengetahuan tidaklah cukup untuk dapat merubah perilaku sesorang atau

dapat menerima involusi/perubahan yang ada pada diri individu. Hal ini

juga dapat disebabkan oleh factor lain seperti pengalaman dan pendidikan

seseorang, umur dan pekerjaan ibu.

Penelitian ini juga diperkuat dengan penelitian yang dilakukan oleh

Maria Viane Milka tentang Hubungan Pengetahuan dan Sikap Ibu Post

Partum terhadap mobilisassi dini di RSIA Pertiwi Makassar Tahun 2013,

dari 35 resonden terdapat 16 (45,7%) responden yang berpengetahuan baik

dan melakukan mobilisasi dini 10 responden (28,6%) berpengetahuan baik

tetapi tidak melakukan mobilisasi dini. Dan terdapat 9 respondeen (25,7%)

yang berpengetahuan kurang dan dapat melakukan mobilisasi dini dan

tidak ada responden yang berpengetahuan kurang yang melakukan

mobilisasi dini. Setelah dilakukan Uji Chi-Square nilai p (0,035) <

(0,05) sehingga ada hubungan antara pengetahuan ibu post partum dengan

mobilisasi dini di RSIA Pertiwi Makassar

Hasil penelitian ini juga diperkuat dengan penelitian Rahma

Annisa (2014) yang menyatakan bahwa pengetahuan merupakan domain

58
(kawasan) yang sangat penting untuk terbentuknya tindakan seseorang dan

penelitian terbukti bahwa perilaku yang didasari dengan pengetahuan akan

lebih baik daripada perilaku yang tidak didasari dengan pengetahuan.

Peneliti berasumsi bahwa respondeen telah memiliki pengetahuan yang

baik terhadap suatu objek atau stimulasi tentang mobilisasi dini post

partum belum mampu melakukan hal tersebut dalam tindakan yang nyata.

Dari uraian tersebut peneliti berasumsi bahwa pengetahuan baik

bukanlah satu-satunya factor yang mempengaruhi untuk melakukan

mobilisasi dini karena masih ada resonden yang memiliki pengetahuan

baik namun tidak melakukan mobilisasi dini. Hal ini dikarenakan belum

ada pengalaman persalinan sebelumnya, perasaan cemas dan takut untuk

bergerak, kemampuan yang tidak mendukung, serta adanya nyeri pada

bagian jalan lahir. Namun pengetahuan sangat erat hubungannya dengan

pendidikan. Semakin tinggi pendidikan sesorang maka orang tersebut akan

semakin luas pula pengetahuannya. Pengetahuan juga dipengaruhi oleh

beberapa factor antara lain : pendidikan, umur, pekrjaan dan pengalaman

ibu.

2. Hubungan Sikap Ibu Post Partum dengan Pelaksanaan Mobilisasi

Dini di RSUD Syekh Yusuf Gowa

Sikap merupakan reaksi atau respon yang masih tertutup dari

seseorang terhadap suatu stimulus atau objek. Sikap tidak dapat langsung

dilihat, tetapi hanya dapat ditafsirkan terlebih dahulu dari perilaku

tertutup. (Notoadmojo, 2007)

59
Sikap mutlak dibutuhkan oleh sesorang ibu post partum agar data

membrikan dorongan dalam dirinya dalam menyikapi berbagai hal.

Munculnya sikap positif didalam diri ibu post partum sangat besar

pengaruhnya terhadap tindakan ibu post partum itu sendiri dalam

melakukan mobilisasi dini. (Budiarto, 2010)

Teori tersebut sejalan dengan penelitian yang telah dilakukan yaitu

ada hubungan yang signifikan antara sikap ibu post partum dengan

pelaksanaan mobilisasi dini di RSUD Syekh Yusuf Gowa Tahun 2016.

Dimana berdasarkan hasil Uji Chi-Square dengan Fishers Exact Test

diperoleh nilai hitung p = 0,000 lebih kecil dari nilai = 0,05 maka dapat

diartikan Ho ditolak dan Ha diterima.

Walaupun masih ada responden yang memiliki sikap baik namun

tidak melakukan mobilisasi dini dan juga masih ada responden yang

memiliki sikap kurang namun tetap melakukan mobilisasi dini, hal ini

disebabkan karena sikap bukanlah satu-satunya factor yang dapat merubah

periaku sesorang kareena untuk meerubah sikap seseorang perlu

kesadaran. Sikap juga sering berhubungan dengan pengetahuan,

pengalaman, kebudayaan, dan media yang sering dilihat dan didengar.

Penelitian ini diperkuat dengan penelitian yang dilakukan oleh

Ferdianti di RS PKU Muhammadiyah Gembong tahun 2011 mengeenai

factor-faktor yang berhubungan dengan tingkat kepatuhan pasien post

partum dalam pelaksanaan mobilisasi dini, dalam penelitian ini sikap ibu

sangat berpengaruh dimana dari 37 responden terdapat 28 ibu post partum

60
yang memiliki sikap positif terhadap pelaksanaan mobilisasi dini dan 9 ibu

yang memiliki sikap negative terhadap pelaksanaan mobilisasi dini dengan

nilai p (0,003) < (0,05).

Penelitian ini juga diperkuat dengan penelitian yang dilakukan oleh

Maria Viane tentang hubungan pengetahuan dan sikap ibu post partum

terhadap mobilisasi dini di RSIA Pertiwi Makassar tahun 2013. Dari 35

responden terdapat 34 responden (68,6%) yang sikap baik dan 11

responden (31,4%) sikap kurang dengan nilai p (0,041) yang berarti lebih

kecil dari (0,05). Hal ini berarti Ha diterima dan Ho ditolak atau adanya

hubungan sikap ibu post partum dengan mobilisasi dini.

Namun hasil penelitian ini tidak sejalan dengan penelitian yang

dilakukan oleh Clara Grace (2012) yang menyatakan tidak ada hubungan

yang bermakna antara sikap dan mobilisasi dini. Sikap positif terhadap

nilai-nilai kesehatan tidak selalu terwujud dalam tindakan nyata. Hal ini

disebabkan oleh beberapa alasan antara lain sikap akan terwujud dalam

tindakan tergantung situasi saat itu.

Dalam uraian tersebut diatas peneliti berasumsi bahwa melalui

sikap dapat dipahami proses kesadaran yang menentukan tindakan nyata

dan tindakan yang mungkin dilakukan individu dalam kehidupan

sosialnya. Semakin baik sikap ibu terhadap mobilisasi post partum maka

semakin kecil kemungkinan ibu mendapatkan perdarahan yang abnormal

dan involusio uterus yang tidak baik.

61
BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan

1. Ada hubungan yang signifikan antara pengetahuan ibu post partum dengan

pelaksanaan mobilisasi dini di RSUD Syekh Yusuf Gowa tahun 2016

yaitu nilai p (0,000) < (0,05) maka Ha diterima dan Ho ditolak artinya

dengan tingkat pengetahuan yang baik maupun rendah dapat menjadi

factor paling penting dalam mewujudkan pelaksanaan mobilisasi dini

pasca persalinan.

2. Ada hubungan yang signifikan antara sikap ibu post partum dengan

pelaksanaan mobilisasi dini di RSUD Syekh Yusuf Gowa tahun 2016

yaitu nilai p (0,000) < (0,05) maka Ha diterima dan Ho ditolak artinya

sikap positif atau negatif yang dimiliki ibu post partum dapat memberikan

pengaruh terhadap tindakan ibu post partum itu sendiri dalam melakukan

mobilisasi dini.

B. Saran

1. Bagi petugas kesehatan dan instansi terkait diharapkan untuk mmberikan

informasi melalui penyuluhan bagi ibu serta lebih memperhatikan keadaan

ibu post partum agar ibu dapat dimotivasi untuk melakukan gerakan

bertahap

62
2. Bagi responden diharapkan untuk lebih aktif mencari informasi untuk

menambah pengetahuannya tentang mobilisasi dini post partum serta lebih

termotivasi untuk melakukan mobilisasi dini pasca persalinan.

63
DAFTAR PUSTAKA

Aiyeyeh, dkk. 2011. Asuhan Kebidanan III (Nifas). Jakarta : Trans Info Media

Ariani Ayu. 2014. Aplikasi Metodologi Penelitian Kebidanan dan Kesehatan

Reroduksi. Jogjakarta : Nuha Medika

Dainty, dkk. 2015. Asuhan Kebidanan Masa Nifas dan Menyusui. Tangerang :

Binarupa Aksara

Dian, 2010. Hubungan Sikap dengan Pelaksanaan Mobilisasi Dini Ibu Post

Partum di RSUD Ajibarang. Diakses melalui http://media-perawatan-post-

partum-pelaksanaan-mobilisasi-dini-html. Tanggal 12 Februari 2016

Eny, Wulandari. 2010. Asuhan Kebidanan Nifas. Jogjakarta : Nuha Medika

Farrer, Helen. 2010. Keperawatan Maternitas. Edisi 2. Jakarta : EGC

Fitriani, Ira. 2010. Hubungan Tingkat Pengetahuan dan Sikap Ibu dengan

Mobilisasi Dini Post Sectio Caesarea (SC) Di RS Aisyiyah Kudus. Diakses

melalui http://ira-Fitriasari-blogspot.com. Pada tanggal 12 Februari 2016

Hidayat, Alimul. 2011. Metode Penelitian Teknik Analisa Data. Edisi Pertama.

Jakarta : Salemba Medika

Mochtar, Rustam. 2010. Sinopsis Obstetri. Edisi 3. Jilid II. Jakarta : EGC

Mubarak, W, Cahyati. 2011. Buku Ajar Kebutuhan Dasar Manusia. Jakarta : EGC

Manuaba, IBG. 2010. Ilmu Kebidanan, Penyakit Kandungan dan Keluarga

Berencana. Jakarta : EGC

Maritalia, Dewi. 2012. Asuhan Kebidanan Nifas dan Menyusui. Edisi Pertama.

Yogyakarta : Pustaka Pelajar

64
Nursalam, 2010. Konsep dan Penerapan Metodologi Penelitian Ilmu

Keperawatan. Jakarta : Salemba Medika

Prawirohardjo, Sarwono. 2009. Ilmu Kandungan. Edisi 4. Cetakan ketiga. Jakarta

: YBPS SP

Rukiyah, Aiyeyeh, dkk. 2010. Asuhan Kebidanan III (Nifas). Jakarta : Trans Info

Media

Santjaka, Aris. 2011. Statistik Untuk Penelitian Kesehatan. Yogyakarta : Nuha

Medika

Sulistyaningsih. 2011. Metodologi Penlitian Kebidanan Kuantitatif-Kualitatif.

Cetakan Pertama. Yogyakarta : Graha Ilmu.

65
LEMBAR KUESIONER PENELITIAN

Hubungan Pengetahuan dengan Sikap Ibu Postpartum untuk Melakukan

Mobilisasi Dini Tahun 2016

No. Responden :

Nama Responden :

Umur :

Pendidikan Terakhir :

Pekerjaan :

Alamat :

A. Petunjuk Pengisian

1. Isilah data anda dengan benar

2. Baca dan pahami setiap pertanyaan dengan baik

3. Berilah tanda silang (X) untuk jawaban yang menurut anda benar

4. Bila ada pertanyaan yang kurang jelas dapat ditanyakan pada peneliti

atau petugas yang memberikan kuesioner pada anda

5. Setelah selesai kembalikan kuesioner ini pada peneliti atau petugas yang

memberikan keusioner ini pada anda.


B. Pertanyaan Pengetahuan Ibu Nifas tentang Mobilisasi Dini

1. Apa yang dimaksud dengan mobilisasi dini?

a. Gerakan agar secepat mungkin ibu bangun dari tempat tidurnya

setelah melahirkan.

b. Gerakan agar sedapat mungkin ibu tidur dengan nyaman.

c. Gerakan agar ibu dapat lebih lama turun dari tempat tidurnya setelah

melahirkan.

2. Sebaiknya ibu masa nifas yang melahirkan normal harus bergerak saat.

a. 5 jam setelah melahirkan.

b. 2 jam setelah melahirkan.

c. 6 jam setelah melahirkan.

3. Gerakan-gerakan secepat mungkin setelah melahirkan tidak boleh

dilakukan jika ibu dengan.

a. Penyakit jantung.

b. Jahitan di jalan lahir.

c. Kram di kaki.

4. Apa saja manfaat yang diperoleh jika ibu melakukan gerakan secepat

mungkin setelah melahirkan?

a. Terhindar dari pengeluaran darah yang banyak.

b. Terkena infeksi.

c. Menambah kram di kaki.


5. Ibu masa nifas diharuskan tidur terlentang selama

a. 5 jam

b. 6 jam

c. 2 jam

6. Kerugian jika ibu tidak melakukan gerakan-gerakan segera setelah

melahirkan adalah.

a. Menyebabkan mual muntah.

b. Menyebabkan tekanan darah tinggi.

c. Menyebabkan kram di kaki.

7. Pada saat kapan ibu nifas diperbolehkan miring kiri / miring kanan?

a. 2 jam setelah melahirkan.

b. 6-8 jam setelah melahirkan.

c. 12 jam setelah melahirkan.

8. Gerakan-gerakan yang dilakukan ibu masa nifas segera setelah

melahirkan dapat menyebabkan

a. Luka jahitan di jalan lahir lama kering.

b. Pengeluaran darah yang banyak.

c. Luka jahitan menjadi cepat sembuh.

9. Lamanya kesembuhan luka jahit di jalan lahir merupakan

a. Penyebab melakukan gerakan-gerakan segera setelah melahirkan.

b. Penyebab tidak melakukan gerakan-gerakan segera setelah

melahirkan.

c. Penyebab melakukan gerakan-gerakan 2 jam setelah melahirkan.


10. Pada saat kapan ibu nifas diperbolehkan duduk sendiri?

a. 2 jam setelah melahirkan.

b. 6-8 jam setelah melahirkan.

c. 12 jam setelah melahirkan.

11. Pada saat kapan ibu nifas diperbolehkan berdiri dan berjalan?

a. 2 jam setelah melahirkan.

b. 6-8 jam setelah melahirkan.

c. 12 jam setelah melahirkan.

12. Gerakan-gerakan yang dilakukan ibu masa nifas segera setelah

melahirkan diperbolehkan pada ibu nifas dengan.

a. Luka jahitan di jalan lahir.

b. Penyakit kekurangan darah.

c. Penyakit jantung.

13. Gerakan-gerakan yang dapat dilakukan ibu nifas segera setelah

melahirkan adalah

a. Jongkok dan berdiri.

b. Miring kiri/kanan.

c. Senam nifas.

14. Keluarnya darah yang banyak bisa dicegah apabila ibu

a. Tidur terlentang lebih lama setelah melahirkan.

b. Tidak banyak melakukan gerakan setelah melahirkan.

c. Melakukan gerakan segera setelah melahirkan.


15. Proses kembalinya rahim ke ukuran semula yang lebih lama dapat

dicegah apabila ibu....

a. Tidur terlentang lebih lama setelah melahirkan.

b. Tidak banyak melakukan gerakan setelah melahirkan.

c. Melakukan gerakan segera setelah melahirkan.

C. Pertanyaan Mengenai Sikap Ibu Nifas dengan Pelaksanaan

Mobilisasi Dini

Keterangan :

SS : Sangat Setuju

S : Setuju

TS : Tidak Setuju

STS : Sangat Tidak Setuju

Petunjuk :

Berilah tanda ( ) pada salah satu jawaban yang anda anggap benar

No Pertanyaan SS S TS STS

1 Membimbing ibu secepat mungkin untuk


berjalan dapat memberikan kesempatan bagi
ibu untuk merawat bayinya.
2 Ibu nifas yang melakukan gerakan-gerakan
segera setelah melahirkan dapat membuat ibu
merasa lebih sehat dan kuat.
3 Setiap ibu nifas tidak perlu melakukan gerakan-
gerakan segera setelah melahirkan.
4 Gerakan-gerakan yang dilakukan ibu nifas
segera setelah melahirkan dapat menyebabkan
peranakan turung
5 Gerakan-gerakan yang dilakukan ibu nifas segera
setelah melahirkan dapat mengajarkan ibu untuk
mandiri.
6 Gerakan-gerakan yang dilakukan ibu nifas segera
setelah melahirkan bisa menyebabkan luka
jahitan jalan lahir semakin lama sembuh.
7 Dengan melakukan gerakan-gerakan segera
setelah melahirkan, ibu dapat menghemat biaya
perawatan karena lebih cepat pulih dan dapat
segera pulang.
8 Gerakan-gerakan yang dilakukan ibu nifas segera
setelah melahirkan hanya membuat ibu lebih
capek.
9 Kebanyakan ibu nifas tidak mau bergerak
beberapa jam setelah melahirkan karena
takut sakit.
10 Tidak ada manfaat bagi ibu nifas jika ibu
bergerak beberapa jam setelah melahirkan.

D. Pertanyaan Mengenai Pelaksanaan Mobilisasi Dini

1. Apakah 2 jam setelah melahirkan ibu sudah melakukan gerakan miring

kiri/miring kanan?
a. Ya b. Tidak

Bila tidak alasannya .................................................................................

2. Apakah 6-8 jam setelah melahirkan ibu sudah mulai duduk sendiri?

a. Ya b. Tidak

Bila tidak alasannya .................................................................................

3. Apakah 12 jam setelah melahirkan ibu sudah mulai berdiri dan berjalan?

a. Ya b. Tidak

Bila tidak alasannya .................................................................................

Sekian dan TerimaKasih

You might also like