You are on page 1of 19

ASUHAN KEPERAWATAN JIWA DENGAN

GANGGUAN PROSES FIKIR (WAHAM)

Oleh :

KELOMPOK 9

Dewi nafidah
Farid al aris
Maftuhah
Maysaroh
Alif doni

FAKULTAS ILMU KESEHATAN


PRODI S1 KEPERAWATAN
UNIVERSITAS PESANTREN TINGGI DARUL ULUM
JOMBANG
2016/2017
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas segala limpahan rahmat dan
hidayah-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan penyusunan makalah ini dalam bentuk
maupun isinya yang sederhana. Semoga makalah " asuhan keperawatan jiwa dengan
gangguan proses fikir (waham) " ini dapat dipergunakan sebagai acuan dan pedoman
maupun petunjuk bagi pembaca dalam proses belajar mengajar.

Terimakasih kami ucapkan kepadaibu wiwik S. Kep.,Ners. selaku dosen pembimbing


mata kuliah keperawatan jiwa dan kepada segenap pihak yang telah membantu penulisan
makalah ini.

Harapan kami semoga makalah ini membantu menambah pengetahuan serta


pengalaman bagi kami dan pembaca, sehingga makalah ini dapat diperbaiki dan
dikembangkan bentuk maupun isinya agar kedepannya menjadi lebih baik.

Makalah yang sederhana ini masih sangat jauh dari kesempurnaan karena pengalaman
kami yang masih sangat minim. Oleh karena itu kami harapkan kepada para pembaca untuk
memberikan masukan-masukan yang bersifat membangun untuk kesempurnaan makalah ini.

Jombang, 27 september 2016

Kelompok 9
DAFTAR ISI
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Kesehatan jiwa merupakan salah satu dari empat masalah kesehatan utama di negara-
negara maju. Meskipun masalah kesehatan jiwa tidak dianggap sebagai gangguan yang
menyebabakan kematian secara langsung, namun gangguan tersebut dapat menimbulkan
ketidakmampuan individu dalam berkarya serta ketidak tepatan individu dalam berprilaku
yang dapat mengganggu kelompok dan masyarakat serta dapat menghambat pembangunan
karena mereka tidak produktif (Hawari, 2000).
Waham adalah suatu keyakinan yang salah yang dipertahankan secara kuat/ terus terus
menerus, tetapi tidak sesuai dengan kenyataan, Waham dibangun atas unsur-unsur yang tidak
berdasarkan logika, individu tidak mau melepaskan wahamnya, walaupun telah tersedia
cukup bukti-bukti yang objektif tentang kebenaran itu. Biasanya waham digunakan untuk
mengisi keperluan atau keinginan-keinginan dari penderita itu sendiri. Waham merupakan
suatu cara untuk memberikan gambaran dari berbagai problem sendiri atau tekanan-tekanan
yang ada dalam kepribadian penderita biasanya:
a. Keinginan yang tertekan.
b. Kekecewaan dalam berbagai harapan.
c. Perasaan rendah diri.
d. Perasaan bersalah.
e. Keadaan yang memerlukan perlindungan terhadap ketakutan

Sejalan dengan itu fungsi serta tanggung jawab perawat psikiatri dalam memberikan
asuhan keperawatan dituntut untuk dapat menciptakan suasana yang dapat membantu proses
penyembuhan dengan menggunakan hubungan terapeutik melalui usaha pendidikan
kesehatan dan tindakan keperawatan yang dapat membantu proses penyembuhan dengan
menggunakan hubungan terapeutik melalui usaha kesehatan dan tindakan keperawatan secara
komprehensif yang diajukan secara berkesinambungan karena penderita waham dapat
menjadi berat dan lebih sukar dalam penyembuhan bila tidak mendapatkan perawatan secara
intensif.
Berdasarkan hasil pencatatan jumlah penderita yang mengalami gangguan jiwa di BPRS.
Dadi Makassar pada bulan Januari sampai Maret 2008 sebanyak 2294 orang, halusinasi 1162
orang (50.65 %), menarik diri 462 orang (20.13 %), waham 130 orang (5.66 %), harga diri
rendah 374 orang (16.30 %), perilaku kekerasan 128 orang (5.58 %), kerusakan komunikasi
verbal 16 orang ( 0.70 %), defisit perawatan diri 21 orang (0.91 %),percobaan bunuh diri 1
orang (0.04 %)

1.2 Rumusan masalah


1. Apa Pengertian Waham
2. Apa saja komponen proses fikir
3. Apa saja tanda dan gejala
4. Apa penyebab waham
5. Bagaimana Proses Terjadinya Waham
6. Bagaimana Pohon Masalah
7. Bagaimana Penatalaksanaan

1.3 Tujuan
1. Memahami Pengertian Waham
2. Memahami Apa saja komponen proses fikir
3. Memahami apa saja tanda dan gejala
4. Memahami Apa penyebab
5. Memahami Bagaimana Proses Terjadinya Waham
6. Memahami Bagaimana Pohon Masalah
7. Memahami Bagaimana Penatalaksanaan
BAB II

KONSEP TEORI

2.1 Pengertian Waham

Waham adalah suatu keyakinan yang salah yang dipertahankan secara kuat/ terus terus
menerus, tetapi tidak sesuai dengan kenyataan (keliat, 2014).

Waham adalah keyakinan terhadap sesuatu yang salah dan secara kukuh dipertahankan
walaupun tidak diyakini oleh orang lain dan bertentangan dengan realita dan normal (stuart
dan sundeen, 1998).

Waham adalah keyakinan klien yang tidak sesuai dengan kenyataan tetapi dipertahankan dan
tidak dapat berubah secara logis oleh orang lain. Keyakinan ini berasal dari pemikiran klien
yang sudah kehilangan kontrol (depkes RI, 2000)

2.2 komponen proses fikir

1) Bentuk Pikir

Dereistik : Titik berat pada tidak adanya sangkut paut terjadi antara proses mental
individu dan pengalaman yang sedang terjadi.

Otistik : Hidup dalam alam pikiran sendiri.

Non Realistik : Sama sekali tidak berdasar pada kenyataan.

2) Isi Pikir

Obsesi : Pikiran yang selalu muncul walaupun klien berusaha menghilangkannya.

Phobia : Ketakutan yang patologis/tidak logis terhadap objek/situasi tertentu.

Hipokondria : Keyakinan terhadap adanya gangguan organ dalam tubuh yang sebenarnya
tidak ada.

Depersonalisasi : Perasaan klien yang asing terhadap diri sendiri, orang atau lingkungan.

Ide yang terkait : Keyakinan klien terhadap kejadian yang terjadi, lingkungan yang
bermakna dan terkait pada irinya.

Pikiran Magis : Keyakinan klien tentang kemampuannya melakukan hal-hal yang


mustahil/diluar kemampuannya.

Logoria : Banyak bicara, kata-kata yang dikeluarkan bertubi-tubi, mungkin koheren dan
inkoheren.

Kecepatan Bicara : Mengutarakan pikiran mungkin cepat/lambat sekali.


Preokupasi : Pikiran terpaku pada sebuah ide saja, yang berhubungan dengan keadaan
yang bernada emosional yang kuat

Pikiran tidak : Pikiran eksentrik, tidak cocok dengan banyak hal terutama dalam memadai
pergaulan dan pekerjaan.

Fikiran bunuh diri: mulai dari kadang memikirkan sampai terus menerus memikirkan
bagaimana cara bunuh diri.

Kegembiraan luar: timbul mengambang pada orang normal selama fase permulaan
narkose

Fantasi: isi fikir tentang kejadian atau keadaan yang di harapkan atau diinginkan, tetapi
dikenal sebagai tidak nyata.

Fikiran hubungan: pembicaraan orang lain dihubungkan dengan dirinya, misalnya teman
memakai baju merah di anggap marah pada dirinya.

Fikiran isolasi: rasa terisolasi, tersekat, terpencil, rasa di tolak sisial.

Fikiran rendah diri: merendahkan, menyalahkan diri.

2.3 tanda dan gejala

1. Meyakini memiliki kebesaran atau kekuasaan khusus, diucapkan berulangkali tetapi


tidak sesuai kenyataan

2. Meyakini ada seseorang atau kelompok yang berusaha merugikan/mencederai dirinya,


diucapkan berulangkali tetapi tidak sesuai kenyataan

3. Memiliki keyakinan terhadap suatu agama secara berlebihan, diucapkan berulangkali


tetapi tidak sesuai kenyataan

4. Meyakini bahwa tubuh atau bagian tubuhnya terganggu/terserang penyakit, diucapkan


berulangkali tetapi tidak sesuai kenyataan

5. Meyakini bahwa dirinya sudah tidak ada didunia/meninggal, diucapkan berulangkali


tetapi tidak sesuai kenyataan (Keliat, 1999)

Tanda dan gejala waham berdasarkan jenis waham meliputi:


a. Waham kebesaran: individu meyakini bahwa dia memiliki kebesaran atau kekuasaan
khusus dan di ucapkan berulang kali, tetapi tidak sesuai kenyataan. Misalnya, saya
ini pejabat di departemen kesehatan lho! atau saya punay tambang emas.waham
b. Waham curiga: individu meyakini bahwa ada seseorang atau kelompok yang
berusaha merugikan/ mencederai dirinya dan di ucapkan berulang kali, tetapi tidak
sesuai kenyataan. Contoh,saya tau seluruh saudara saya ingin menghancurkan hidup
saya karena mereka iri dengan kesuksesan saya.
c. Waham agama : individu memiliki keyakinan terhadap suatu agama secara berlebihan
dan di ucapkan berulang kali, tetapi tidak sesuai kenyataan. Contoh,kalau saya mau
masuk surga, saya harus menggunakan pakaian putih setiap hari.
d. Waham somatik: individu meyakini bahwa tubuh atau bagian tubuhnya terganggu
atau terserang penyakit dan di ucapkan berulang kali, tetapi tidak sesuai kenyataan.
Contoh,saya sakit kanker. ( kenyataannya pada pemeriksaan laboratorium tidak
ditemukan tanda- tanda kanker, tetapi pasien terus mengatakan bahwa dia sakit
kanker.)
e. Waham nihilistik: individu meyakini bahwa dirinya sudah tidak ada di dunia/
meninggal dan di ucapkan berulang kali, tetapi tidak sesuai kenyataan. Misalnya.ini
kan alam kubur ya, semua yang ada di sini adalah roh- roh. (keliat, 2014)

a. penyebab
1. faktor predisposisi
a. bilologis: gangguan perkembagan dan fungsi otak / sistem saraf pusat yang
menimbulkan
- hambatan perkembangan otak khususnya lobus frontal, temporal dan limbic.
- pertumbuhan dan perkembangan individu pada prenatal, perinatal, nenoatus, dan
kanak- kanak.
b. Psokososial
- Keluarga, pengasuh dan lingkungan klien sangat mempengaruhi respon
psikologis dari klien. Sikap atau keadaan yang dapat mempengaruhi seperti
penolakan dan kekerasan.
c. Sosial budaya
- Kehidupan sosial budaya dapat juga mempengaruhi timbulnya waham seperti
kemiskinan, konflik sosial budaya (peperangan, kerusakan, kerawanan) serta
kehidupan yang terisolasi dan stress menumpuk.
2. Faktor prepesitasi
Riwayat prepesitasi yang biasanya menimbulkan waham merupakan karakteristik
umum, latar belkang, termasuk penganiaan fisik/ emosional, tekanan, isolasi,
permusuhan, perasaan tidak berguna ataupun tidak berdaya. (keliat, 2014)

b. Proses Terjadinya Waham


1. Perasaan diancamoleh lingkungan, cemas dan merasa sesuatu yang tidak
menyenangkan terjadi
2. Individu mencoba mengingkari ancaman dari persepsi diri atau obyek realitas dengan
menyalah artikan kesan terhadap kejadian
3. Individu memproyeksikan pikiran perasaan internal pada lingkungan sehingga
perasaan, pikiran dan keinginan negatif/tidak dapat diterima menjadi bagian eksternal
4. Individu mencoba memberi pembenaran/rasional alasan intepretasi personal tentang
realita pada diri sendiri atau orang lain.
5.
c. Pohon Masalah

effect
Resiko perilaku kekerasan
waham
core problem

causa Harga diri rendah

2.7 Penatalaksanaan

Perawatan dan pengobatan harus secepat mungkin dilaksanakan karena, kemungkinan


dapat menimbulkan kemunduran mental. Tetapi jangan memandang klien dengan waham ini
sebagai pasien yang tidak dapat disembuhkan lagi atau orang yang aneh dan inferior bila
sudah dapat kontak maka dilakukan bimbingan tentang hal-hal yang praktis. Biar pun klien
tidak sembuh sempurna, dengan pengobatan dan bimbingan yang baik dapat ditolong untuk
bekerja sederhana di rumah ataupun di luar rumah. Keluarga atau orang lain di lingkungan
klien diberi penjelasan (manipulasi lingkungan) agar mereka lebih sabar menghadapinya.
Penatalaksanaan klien dengan waham meliputi farmako terapi, ECT dan terapi lainnya
seperti: terapi psikomotor, terapi rekreasi, terapi somatik, terapi seni, terapi tingkah laku,
terapi keluarga, terapi spritual dan terapi okupsi yang semuanya bertujuan untuk
memperbaiki prilaku klien dengan waham pada gangguan skizoprenia. Penatalaksanaan yang
terakhir adalah rehablitasi sebagai suatu proses refungsionalisasi dan pengembangan bagi
klien agar mampu melaksanakan fungsi sosialnya secara wajar dalam kehidupan masyarakat.
BAB III

ASUHAN KEPERAWATAN

3.1 pengkajian

Selama pengkajian, perawat harus mendngarkan, memperhatikan dan


mendokumentasikan semua informasi, baik melalui wawancara maupun observasi yang di
berikan oleh pasien tentang wahamnya. Berikut ini beberapa contoh pertanyaan yang dapat
perawat gunakan sebagai panduan untuk mengkaji pasien waham.

1) Apakah pasien memiliki fikiran/ isi fikir yang berulang- ulang diungkapkan dan
menetap?
Format pengkajian pasien waham.

Berikan tanda silang pada kolom yang sesuai dengan data pada pasien

Proses fikir
[ ] sirkumtansial [ ] tangensial
[ ] flight of ideas [ ] bloking
[ ] kehilangan asosiasi [ ] pengulangan bicara
Isi fikir
[ ] obsesi [ ] fobia
[ ] depersonalisasi [ ] ide terkait
[ ] hipokondria [ ] pikiran magis
Isi fikir
[ ] agama [ ] somatik [ ] kebesaran [ ] curiga
[ ] nihilistik [ ] sisip pikir [ ] siar pikir [ ] kontrol pikir

2) Apakah pasien takut terhadap objek atau situasi tertentu, atau apakah pasien cemas
secara berlebihan tentang tubuh atau kesehatannya?
3) Apakah pasien pernah merasasakan bahwa benda- benda di sekutarnya aneh dan tidak
nyata?
4) Apakah pasien pernah merasakan bahwa benda- benda disekitarnya aneh dan tidak
nyata?
5) Apakah pasien permah merasa diawasi atau dibicarakan oleh orang lain?
6) Apakah pasienmerasanbahwa pikiran ataun tindakannya dikontrol oleh orang lain atau
kekuasaan dari luar?
7) Apakah pasien menyatakan bahwa ia memiliki kekuatanan fisik atau kekuatan lainnya
atau yakin bahwa orang lain bisa membaca pikirannya?

3.2 diagnosis keperawatan

Setelah pengkajian dilakukan dan data subjetif da objektif ditemukan pada pasien, diagnosis
keperawatan yang dapat di tegakkan adalah gangguan proses fikir: waham
3.3 Intervensi

Setelah diagnosis ditegakkan, petrawat melakukan tindakan keperawatan bukan hanya pada
pasien, tetapi juga keluarga. Tindakan keperawatan pasien waham dan keluarganya meliputi:

A. Tindakan keperawatan pada pasien


1. Tujuan keperawatan
a) Pasien dapat berorientasi pada realitas secara bertahap
b) Pasien dapat memenuhi kebutuhan dasar
c) Pasien mampu berinteraksi dengan orang lain dan lingkungan
d) Pasien menggunakan obat dengan prinsip 5 benar
2. Tindakan keperawatan
a) Membina hubungan saling percaya
Sebelum memulai mengkaji pasien waham, perawat harus membina
hubungan saling percaya terlebih dahulu agar pasien merasa aman dan
nyaman saat berinteraksi dengan perawat. Tindakan yang harus perawat
lakukan dalam rangka membina hubungan saling percaya yaitu:
1. Mengucapkan salam terapeutik
2. Berjabat tangan
3. Menjelaskan tujuan interaksi
4. Membuat kontrak topik, waktu dan tempat setiap kali bertemu pasien
b) Membantu orientasi realitas
1. Tidak mendukung atau mebantah waham pasien
2. Meyakinkan pasien berada dalam keadaan aman
3. Mengobservasi pengaruh waham pada aktivitas sehari- hari
4. Jika pasien terus menerus membicarakan wahamnya, dengarkan tanpa
memberikan dukungan atau menyangkal sampai pasien berhenti
membicarakannya.
5. Memberikan pujian jika penampilan dan orientasi pasien sesuai dengan
realitas
c) Mendiskusikan kebutuhan psikologis atau emosional yang tidak terpenuhi
sehingga menimbulkan kecemasan, rasa takut dan marah.
d) Meningkatkan aktivitas yang dapat memenuhi kebutuhan fisik dan emosional
pasien.
e) Mendiskusikan tentang kemampuan positif yang dimiliki
f) Membantu melakukan kemampuan yang dimiliki
g) Mendiskusikan tentang obat yang diminum
h) Melatih mkinum obat yang benar

B. Tindakan keperawatan pada keluarga


1. Tujuan keperawatan
a) Keluarga mampu mengidentifikasi waham pasien
b) Keluarga mampu memfasilitasi pasien untuk memenuhi kebutuhan yang dipenuhi
oleh wahamnya
c) Keluarga mampu mempertahankan program penghobatan pasien secara optimal
2. Tindakan keperawatan
a) Diskusikan masalah yanh dihadapi keluarga saat merawat pasien di rumah
b) Diskusikan dengan keluarga tentang waham yang dialami pasien
c) Diskusikan dengan keluarga tentang
1. Cara merawat pasien waham di rumah
2. Tindakan tindak lanjut dan pengobatan yang teratur
3. Lingkungan yang tepat untuk pasien
4. Obat pasien ( nama obat, dosis, frekuensi, efek samping, akibat penghentian
obat)
5. Kondisi pasien yang memerlukan konsultasi segera
d. Berikan latihan kepada keluarga tentang cara merawat pasien waham
e. Menyusun rencana pulang pasien bersama keluarga

3.4 implementasi

Pada pasien

SP 1 pasien: membina hubungan saling percaya, mengidentifikasi kebutuhan yang tidak


terpenuhi dan cara memenuhi kebutuhan, mempraaktkan pemenuhan kebutuhan yang tidak
terpenuhi.

SP 2 pasien: mengidentifikasi kemampuan positif pasien dan membantu mempraktikannya

SP 3 pasien: mengajarkan dan melatih cara minum obat yang benar

I. SP 1 PASIEN
a) Orientasi

selamat pagi, perkenalkan nama saya A, saya perawat yang dinas pagi ini di ruang
melati. Saya dinas dari jam 7 pagi sampai jam 2 siang nanti, saya yang akan merawat
anda hari ini. Nama anda siapa? Senang di panggil apa?

boleh kita berbincang- bincang tentang apa yang B rasakan sekarang?. berapa
lama B mau berbincang- bincang? Bagaimana kalau 30 menit?. dimana enaknya kita
berbincang- bincang B?.

b) Kerja

saya mengerti bahwa B adalah seorang nabi, tetapi sulit bagi saya untuk
mempercayainya karena setahu saya semua nabi sudah tidak ada lagi. Bisa kita bicarakan
pembicaraan yang tadi terputus B?.
Tampaknya B gelisah sekali, bisa B ceritakan apa yang B rasakan?. O.... jadi B
merasa takut nanti di atur- atur oleh orang lain dan tidak punya hak untuk mengatur diri B
sendiri?. siapa menurut B yang sering mengatur diri B?. Jadi ibu yang sering
mengatur ya B, Juga kakak dan adik B yang lain?. kalau B sendiri ingin yang seperti
apa?. bagus B sudah punya rencana dan jadwal untuk diri sendiri. coba kita tuliskan
rencana dan jadwal tersebut B. Wah bagus sekali! Jadi setiap harinya B ingin ada
kegiatan diluar rumah karena bosan kalau di rumah terus ya?.

c) terminasi

bagaimana perasaan B setelah berbincang- bincang dengan saya?. apa saja tadi yang
telah kita bicarakan? Bagus!. Bagaimana kalau jadwal ini coba B lakukan, setuju?.

bagaimana kalau saya datang 2 jam lagi?. kita bercakap- cakap tentang kemampuan
yang pernah B miliki?. mau dimana kita bercakap- cakap?. bagaimana kalau di sini
lagi?

II. SP 2 PASIEN
a) Orientasi

selamat pagi B, bagaimana perasaannya saat ini? Bagus!. apakah B sudah mengingat-
ingat apa saja hobi B?. Bagaimana kalau kita bicarakan hobi tersebut sekarang?.
dimana enaknya kita berbincang- bincang tentang hobi B Tersebut?. berapa lama kita
mau berbincang- bincang?. bagaimana kalau 20 menit?

b) Kerja
apa saja hobi B? Saya catat ya B? Terus apa lagi?. wah, rupanya B pandai main
bola voli ya, tidak semua orang bisa bermain voli seperti itu loh B. Dapatkah B
ceritakan kepada saya kapan pertama kali belajar main voli, siapa yang dulu
mengajarkan kepada B, di mana?. dapatkah B peragakan kepada saya,bagaimana
bermain volly yang baik itu?. wah, baik sekali permainannya. coba kita buat
jadwal kemampuan B ini ya, berapa kali sehari/seminggu B mau bermain volly?.
apa yang B harapkan dari kemampuan bola volly ini?. ada yang tidak hobi B yang
lain selain bermain volly?
c) Terminasi
bagaimana perasaan B setelah kita bercakap- cakap tentang hobi dan kemampuan
B?. setelah ini,coba B lakukan latihan volly sesuai dengan jadwal yang telah kita
buat ya?. besok kita ketemu lagi ya B? Bagaimana nanti sebelum makan siang?
Dikamar makan saja ya?. nanti kita akan membicarakan tentang obat yang harus B
minum,setuju?.

III SP 3 PASIEN

a) Orientasi

selamat pagi B! Bagaimana B sudah dicoba latihan vollinya? Bagus sekali


sesuai dengan janji kita dua hari yang lalu, bagaimana kalau sekarang kita
membicarakan tentang obat yang B minum ?

Dimana kita mau berbicara ?

Berapa lama B mau kita berbicara ? Bagaimana kalau 30 menit ?

b) Kerja

B, berapa macam obat yang diminum? Jam berapa saja obat diminum?

B perlu minum obat ini agar pikirannya jadi tenang, tidurnya juga tenang. Obatnya
ada tiga macam, yang berwarna oranye namanya CPZ gunanya utuk menenangkan , yang
berwarna putih ini namanya THP gunanya agar rileks, dan yang warnanya merah jambu
ini namanya HLP gunanya agar pikiran B tenang . semua ini diminum 3 kali sehari jam 7
pagi, jam 1 siang, dan jam 7 malam. Jika nanti setelah minum obat mulut B terasa kering,
untuk membantu mengatasinya B bisa banyak minum dan mengisap-ngisap es batu.
Sebelum minum obat ini, B mengecek dulu label di kotak obat apakah benar nama B
tertulis di situ, berapa dosis atau butir yang harus diminum, jam berapa saja harus
diminum. Baca juga apakah nama obatnya sudah benar ?

obat-obat ini harus diminum secara teratur dan kemungkinan besar harus diminum
dalam waktu yang lama. Agar tidak kambuh lagi, sebaiknya B tidak menghentikan sendiri
obat yang harus diminum sebelum membicarakannya dengan dokter.

c) Terminasi

bagaimana perasaan B setelah kita bercakap-cakap tentang obat yang B minum ?

apa saja nama obatnya ? jam berapa mium obat ?

mari kita masukkan pada jadwal kegiatan abang, jangan lupa minum obatnya dan
nanti saat makan minta sendiri obatnya pada suster.

jadwal yang telah kita buat kemarin dilanjutkan ya B!

B, besok kita ketemu lagi untuk melihat jadwal kegiatan yang telah dilaksanakan.
Bagaimana kalau seperti biasa, jam 10 pagi dan ditempat sama ? sampai besok !

Pada keluarga

SP 1 keluarga: membina hubungan saling percaya dengan keluarga, mengidentifikasi


masalah, menjelaskan proses terjadinya masalah, dan membantu pasien untuk patuh
minum obat.
SP 2 keluarga: melatih keluarga cara merawat pasien

SP 3 keluarga: membuat perencanaan pulang beserta keluarga.

I. Sp I Kelurga
1) Orientasi

Selamat pagi Pak, Bu, perkenallkan nama saya A, saya perawat yang dinas di ruang
melati ini. Saya yang merawat B selama ini. Nama Bapak dan Ibu siapa, senangnya
dipanggil apa ?

Bagaimana kalau kita sekarang membicarakan tentang masalah B dan cara merawat
B dirumah ?

Dimana kita mau berbincang-bincang? Bagaimana kalau diruang wawancara?

Berapa lama waktu Bapak dan Ibu ?

Bagaiman kalau 30 menit.

2) Kerja

Pak, Bu, apa masalah yang Bapak/Ibu rasakan dalam merawat B ? Apa yang sudah
dilakukan dirumah ?

Dalam menghadapi sikap anak Ibu dan Bapak yang selalu mengaku-ngaku sebagai
nabi , tetapi nyatanya bukan nabi merupakan salah satu gangguan proses berpikir. Untuk
itu, akan saya jelaskan sikap dan cara menghadapinya. Setiap kali anak Bapak dan Ibu
berkata bahwa ia seorang nabi, Bapak/Ibu dengan mengatakan pertama, Bapak/ibu
mengerti B merasa seorang nabi, tetapi suit bagi Bapak/Ibu untuk mempercayainya
karena setahu Bapak/Ibu semua nabi sudah meninggal. Kedua bapak dan Ibu harus lebih
sering memuji B jika ia meakukan hal-hal yang baik, dan ketiga sebaiknya hal-hal ini
dilakukan oleh seluruh keluarga yang berinteraksi dengan B. Bpak / Ibu dapat bercakap-
cakap dengan B tentang kebutuhan yang diinginkan B, misalnya dengan mengatakan,
Bapak / Ibu percaya B punya kemampuan dan keinginan. Coba ceritakan pada Bapak /
Ibu ! b kan punya kemampuan....(kemampuan yang pernah dimiliki oleh anak).

keempat, katakan, bagaimana kalo dicoba lagi sekarang? jika B mau mencoba,
berikan pujian.

Pak, Bu, B perlu minum obat ini agar pikirannya jadi tenang, tidurnya juga tenang.
Obatnya ada tiga macam, yang berwarna oranye namanya CPZ gunanya agar tenang,
yang putih ini namanya THP gunanya supaya rileks, dan yang merah jambu ini namanya
HLP gunanya agar pikiran tenang semuanya ini harus diminum secara teratur 3 kali sehari
jam 7 pagi, jam 1 siang, dan jam 7 malam, jangan dihentikan sebelum berkonsultasi
dengan dokter karena dapat menyebabkan B kambuh kembali. (Libatkan keluarga saat
memberikan penjelasan tentang obat kepada pasien).
B sudah mempunyai jadwal minum obat. Jika B minta obat sesuai jamnya , segera
berikan pujian!

3) Terminasi

Bagaimana perasaan Bapak dan Ibu setelah kitabercakap-cakap tentang cara


merawat B dirumah?
Setelah ini coba Bapak dan Ibu lakukan apa yang sudah saya jelaskan tadi setap kali
berkunjung ke rumah sakit
Baiklah bagaimana kalau Bapak dan Ibu dua hari lagi kesini dan kita akan mencoba
melakukan langsung cara merawat B sesuai dengan pembicaraan kita tadi.
Jam berapa Bapak dan Ibu bisa kemari? Baik saya tunggu, kita ketemu lagi ditempat
ini ya Pak Bu.

II. SP 2 KELUARGA
1) Orientasi

Selamat pagi Pak, Bu, sesuai jani kita dua hari yang lalu kita sekarang
bertemu lagi.
Bagaimana Pak,Bu, ada pertanyaan tentang cara merawat B yang kita
bicarakan dua hari yang lalu?
Sekarang kita akan latihan cara-cara merawat tersebutya Pak,Bu,? Kita akan
coba disini dulu, setelah itu baru kita coba langsung ke B ya?
Bearapa lama Bapak dan Ibu punya waktu?

2) Kerja
sekarang anggap saya B yang sedang mengaku-aku sebagai nabi, coba bapak
dan ibu praktikkan cara bicara yang benar jika B sedang dalam keadaan yang
seperti ini.

bagus, betul begitu caranya.


sekarang coba praktikkan cara mmemberikan pujian pada
kemampuan yang dimiliki B. Bagus!.
Sekarang coba cara memotivasi B minum obat dan melakukan
kegiatan positif sesuai jadawal?.
bagus sekali, ternyata bapak dan ibu sudah mengerti cara merawat B.
Bagaimana kalau sekarang kita mencobanya langsung kepada B.
(ulangi lagi semua cara diatas langsung pada pasien)

3) Terminasi

bagaimana perasaan bapak/ibu setelah kita berlatih cara merawat B?


Setelah ini, coba bapal/ibu lakukan yang sudah saya latih tdi setiap kali bapak
dan ibu membesuk B.
Baiklah bagaimana kalau Bapak dan Ibu dua hari lagi kesini dan kita akan
mencoba melakukan langsung cara merawat B sesuai dengan pembicaraan kita
tadi.
Jam berapa Bapak dan Ibu bisa kemari? Baik saya tunggu, kita ketemu lagi
ditempat ini ya Pak Bu.

III. SP 3 PASIEN
1) Orientasi
Selamat pagi pak, bu, karena B sudah boleh pulang maka kita bicarakan
jadwal B selama dirumah.
bagaiman pak,bu selama bapak/ibu besuk apakah sudah terus dilatih cara
merawat B.
nah sekarang bagaimana jika kita bicarakan jadwal dirumah? Mari bapak/ibu
duduk disini!
berapa lama bapak/ibu punya waktu? Baik, 30 menit saja, sebelum bapak/ibu
menyelesaikan administrasi.

2) Kerja
Pak,Bu, ini jadwal B selam dirumah sakit, coba diperhatikan! Apakah kira-
kira dapat dilaksanakan semua dirumah? Jangan lupa memperhatikan B, agar
ia tetap menjalankan dirumah, dan jangan lupa memberi tanda M (mandiri), B
(bantuan, atau T (tidak melaksanakan).
Hal-hal yang perlu diperhatikan lebih lanjut adalah perilaku yang ditampilkan
oleh anak dan bapak/ibu selama dirumah. Jika, misalnya B mengaku sebagai
seorang nabi terus menerus dan tidak memperlihatkan perbaikan, menolak
minum obat, atau memperlihatkan perilaku membahayakan orang lain, jika hal
ini terjadi segera hubungi suster E di puskesmas indra puri, puskesmas
terdekat dari rumah ibu dan bapak, ini nomor telepon puskesmasnya
(0651)32xxx.
selanjutnya, suster E yang akan membantu memantau perkembangan B selama
dirumah.

3) Terminasi
Apa yang ingin bapak/ibu tanyakan?bagaimana perasaan ibu dan bapak?
Sudah siap melanjutkan dirumah?
ini jadwal kegiatan harian nya. In i rujukan untuk suster E di PKM indrapuri.
Jika ada apa apa bapak/ibu juga menghubungi bungi kami. Silakan
menyelesaikan administrasi dikantor depan.
3.5 evaluasi

1. klien percaya dengan perawat, terbuka untuk ekspresi waham.


2. klien menyadari kaitan kebutuhan yang tidak terpenuhi dengan keyakinannya
(waham) saat ini.
3. klien dapat melakukan upaya untuk mengontrol waham.
4. keluarga mendukung dan bersikap terapeutik terhadap klien.
5. klien menggunakan obat sesuai program.
DAFTAR PUSTAKA

Keliat budi anna, 2014, model praktik keperawatan profesional jiwa, jakarta: buku
kedokteran EGC

Stuart and sundeen, 1998, Buku Saku Keperawatan Jiwa, jakarta: buku kedokteran EGC

http://ejurnal.akpermus.ac.id/index.php/2013/09/18/konsep-teori-pola-pikir-waham/

You might also like