You are on page 1of 15

KONSEP DASAR

IGD (INSTALASI GAWAT DARURAT)

I. INSTALASI GAWAT DARURAT


A. Pengertian Instalasi Gawat Darurat
Menurut Azrul (1997) yang dimaksud gawat darurat (emergency care)
adalah bagian dari pelayanan kedokteran yang dibutuhkan oleh penderita
dalam waktu segera untuk menyelamatkan kehidupannya (life saving).
Instalasi gawat darurat adalah salah satu sumber utama pelayanan
kesehatan di rumah sakit. Ada beberapa hal yang membuat situasi di IGD
menjadi khas, diantaranya adalah pasien yang perlu penanganan cepat
walaupun riwayat kesehatannya belum jelas.
Maksud dari pelayanan rawat darurat adalah bagian dari pelayanan
kedokteran yang dibutuhkan oleh penderita dalam waktu segera untuk
menyelamatkan kehidupannya. Unit kesehatan yang menyelenggarakan
pelayanan rawat darurat disebut dengan nama Instalasi Gawat Darurat
(IGD). Tergantung dari kemampuan yang dimiliki, keberadaan IGD dapat
beraneka macam. Namun yang lazim ditemukan adalah yang tergabung
dalam rumah sakit.
Meskipun telah majunya sistem rumah sakit yang dianut oleh suatu
negara bukan berarti tiap rumah sakit memiliki kemampuan mengelola IGD
sendiri. Penyebab utama kesulitan untuk mengelola IGD adalah karena
IGD merupakan salah satu dari unit kesehatan yang paling padat modal,
padat karya, serta padat teknologi.
IGD yaitu suatu tempat / unit pelayanan dirumah sakit yang memiliki
tim kerja dengan kemampuan khusus dan peralatan yang memebrikan
pelayanan pasien gawat darurat yang terorganisir.
Instalasi pelayanan pertama bagi pasien yang datang ke rumah sakit
terutama dalam hal kedaruratan berdasrkan kriteria standart baku.

B. Kegiatan IGD
Instalasi Gawat Darurat yang merupakan suatu bentuk penanganan
kegawatdaruratan memiliki berbagai macam kegiatan. Menurut Flynn
(1962) dalam Azrul (1997) kegiatan IGD secara umum dapat dibedakan
sebagai berikut:
a. Menyelenggarakan pelayanan gawat darurat.
Kegiatan utama yang menjadi tanggung jawab IGD adalah
menyelenggarakan pelayanan gawat darurat. Sayangnya jenis pelayanan
kedokteran yang bersifat khas seing disalah gunakan. Pelayanan gawat
darurat yang sebenarnya bertujuan untuk menyelamatkan kehidupan
penderita (live saving), sering dimanfaatkan hanya untuk memperoleh
pelayanan pertolongan pertama (first aid) dan bahkan pelayanan rawat
jalan (ambulatory care)
b. Menyelenggarakan pelayanan penyaringan untuk kasus-kasus yang
membutuhkan pelayanan rawat inap intensif.
Kegiatan kedua yang menjadi tanggung jawab UGD adalah
menyelenggarakan pelayanan penyaringan untuk kasus-kasus yang
membutuhkan pelayanan intensif. Pada dasarnya pelayanan ini
merupakan lanjutan dari pelayanan gawat darurat, yakni dengan
merujuk kasus-kasus gawat darurat yang dinilai berat untuk
memperoleh pelayanan rawat inap intensif.
c. Menyelenggarakan pelayanan informasi medis darurat.
Kegiatan ketiga yang menjadi tanggung jawab UGD adalah
menyelenggarakan informasi medis darurat dalam bentuk menampung
serta menjawab semua pertanyaan anggota masyarakat yang ada
hubungannya dengan keadaan medis darurat (emergency medical
questions).

C. Disiplin Pelayanan
Disiplin pelayanan adalah suatu aturan yang berkaitan dengan cara memilih
anggota antrian yang akan dilayani lebih dahulu. Disiplin yang biasa
digunakan adalah (Subagyo, 1993) :
1. FCFS : First Come-First Served (pertama masuk, pertama
dilayani)
2. LCFS : Last Come-First Served (terakhir masuk, pertama
dilayani)
3. SIRO : Service In Random Order (pelayanan dengan urutan acak)
4. Emergency First : Kondisi berbahaya yang didahulukan.

Dalam hal kegawatdaruratan pasien yang datang ke IGD akan dilayani


sesuai urutan prioritas yang ditunjukan dengan labelisasi warna ,yaitu :
1. Merah : Gawat darurat, resusitasi segera untuk penderita sangat gawat/
ancaman nyawa.
2. Kuning : Gawat darurat ,bisa MRS /Rawat jalan yaitu Untuk penderita
darurat, tetapi tidak gawat
3. Hijau : Gawat tidak darurat,dengan penanganan bisa rawat jalan yaitu
Untuk bukan penderita gawat.
4. Hitam : Meninggal dunia

Prioritas dari warna


1. Hitam
a) Henti jantung yang kritis
b) Henti nafas yang kritis
c) Trauma kepala yang kritis
d) Perdarahan yang kritis
2. Merah
a) Sumbatan jalan nafas atau distress nafas
b) Luka tusuk
c) Penurunan tekanan darah
d) Perdarahan pembuluh nadi
e) Problem kejiwaan
f) Luka bakar derajat II >25 % tidak mengenai dada dan muka
g) Diare dengan dehidrasi
h) Patah tulang
3. Kuning
a) Lecet luas
b) Diare non dehidrasi
c) Luka bakar derajat I dan derajat II > 20 %

4. Hijau
a) Gegar otak ringan
b) Luka bakar derajat I

Gawat : Suatu keadaan yang mengancam nyawa pasien


Darurat : Suatu keadaan yang segera memerlukan pertolongan
Saat tiba di IGD pasien biasanya menjalani pemilahan terlebih dahulu
anamnesis untuk membantu menentukan sifat dan keparahan penyakitnya.
Penderita yang kena penyakit serius biasanya lebih sering mendapat visite
lebih sering oleh dokter daripada mereka yang penyakitnya tidak begitu
parah . Setelah penaksiran dan penanganan awal pasien bisa dirujuk ke
Rumah sakit distabilkan dan dipindahkan ke rumah sakit lain karena
berbagai alasan atau dikeluarkan
Kebanyakan IGD buka 24 jam ,meski pada malam hari jumlah staf yang
ada akan lebih sedikt.

D. Tujuan IGD
1. Mencegah kematian dan kecacatan pada penderita gawat darurat
2. Menerima rujukan pasien atau mengirim pasien
3. Melakukan penanggulangan korban musibah masal dan bencana yang
terjadi dalam maupun diluar rumah sakit
4. Suatu IGD harus mampu memberikan pelayanan dengan kualitas tinggi
pada masyarakat dengan problem medis akut

E. Kriteria IGD
1. IGD harus buka 24 jam
2. IGD juga harus memiliki penderita penderita false emergency
(korban yang memerlukan tindakan medis tetapi tidak segera),tetapi
tidak boleh memggangu / mengurangi mutu pelayanan penderita-
penderita gawat darurat.
3. IGD sebaiknya hanya melakukan primary care sedangkan definitive
care dilakukan ditempat lain dengan cara kerjasama yang baik
4. IGD harus meningkatkan mutu personalia maupun masyarakat
sekitarnya dalam penanggulangan penderita gawat darurat (PPGD)
5. IGD harus melakukan riset guna meningkatkan mutu / kualitas
pelayanan kesehatan masyarakat sekitarnya.

F. Kemampuan minimal petugas IGD


Menurut Depkes 1990
1. Membuka dan membebaskan jalan nafas (Airway)
2. Memberikan ventilasi pulmoner dan oksigenasi (Breathing)
3. Memberikan sirkulasi artificial dengan jalan massage jantung luar
(Circulation)
4. Menghentikan perdarahan,balut bidai,transportasi,pengenalan dan
penanggulangan obat resusitas,membuat dan membaca rekaman EKG

G. Kemampuan tenaga perawat IGD


Sesuai dengan pedoman kerja perawat,Depkes 1999
1. Mampu mengenal klasifikasi dan labelisasi pasien
2. Mampu mengatasi pasien : syok, gawat nafas, gagal jantung, kejang,
koma, perdarahan, kolik, status asthmatikus, nyeri hebat daerah
panggul dan kasus ortopedi.
3. Mampu melaksanakan pencatatan dan pelaporan Askep
4. Mampu berkomunikasi :intern dan ekstern

H. Sarana dan prasarana fisik ruangan yang diperlukan di IGD


Ketentuan umum fisik bangunan :
1. Harus mudah dijangkau oleh masyarakat
2. Harus mempunyai pintu masuk dan keluar yang berbeda (Alur masuk
kendaraan /pasien tidak sama dengan alur keluar)
3. Harus memiliki ruang dekontaminasi (dengan fasilitas shawer) yang
terletak antara ruang triage (ruang penerimaan pasien) dengan ruang
tindakan
4. Ambulans / kendaraan yang membawa pasien harus dapat sampai di
depan pintu
5. Ruang triage harus dapat memuat minimal 2 brankar

I. Prinsip penanggulangan penderita gawat darurat


Kematian dapat terjadi bila seseorang mengalami kerusakan atau kegagalan
dan salah satu sistem / organ seperti :
1. Susunan saraf pusat
2. Pernafasan
3. Kardiovaskuler
4. Hati
5. Ginjal
6. Pancreas
Kegagalan (kerusakan) sistem/ organ tersebut dapat disebabkan oleh :
1. Trauma / cedera
2. Infeksi
3. Keracunan (polsoning)
4. Degenerasi (kailure)
5. Asfiksi
6. Kehilangan cairan dan elektrolit dalam jumlah besar (excessive loss of
water and electrolie)
Kegagalan sistem saraf pusat, kardiovaskuler, pernafasan dan
kehilangan hipoglikemia dapat menyebabkan kematian dalam waktu
singkat (4-6 menit). Sedangkan kegagaln sistem / organ yang lain dapat
menyebabkan kematian dalam waktu yang lebih lama. Drngan demikian
keberhasilan Penanggulangan Penderita Gawat Darurat (PPGD) dalam
mencegah kematian dan cacat ditentukan oleh :
1. Kecacatan menemukan penderita gawat darurat
2. Kecepatan meminta pertolongan
3. Kecepatan dan kualitas pertolongan yang diberikan :
a) Ditempat kejadian
b) Dalam perjalanan kerumah sakit
c) Pertolongan selanjutnya secara mantap di Puskesmas/Rumah Sakit

II. TRIAGE
Mempunyai arti menyortir atau memilih. Dirancang untuk menempatkan
pasien yang tepat diwaktu yang tepat dengan pemberi pelayanan yang tepat.
Triage merupakan suatu proses khusus memilah pasien berdasar beratnya
cedera atau penyakit dan menentukan jenis perawatan gawat darurat serta
transportasi. Dan merupakan proses yang berkesinambungan sepanjang
pengelolaan.
Dalam Triage tidak ada standard nasional baku, namun ada 2 sistem yang
dikenal, yaitu:
1. METTAG (Triage tagging system).
Sistim METTAG merupakan suatu pendekatan untuk memprioritisasikan
tindakan.
Prioritas Nol (Hitam) :
a. Mati atau jelas cedera fatal.
b. Tidak mungkin diresusitasi.
Prioritas Pertama (Merah) :
Cedera berat yang perlukan tindakan dan transport segera.
a. gagal nafas,
b. cedera torako-abdominal,
c. cedera kepala / maksilo-fasial berat,
d. shok atau perdarahan berat,
e. luka bakar berat.
Prioritas Kedua (Kuning) :
Cedera yang dipastikan tidak akan mengalami ancaman jiwa dalam waktu
dekat :
a. cedera abdomen tanpa shok,
b. cedera dada tanpa gangguan respirasi,
c. fraktura mayor tanpa shok,
d. cedera kepala / tulang belakang leher,
e. luka bakar ringan.
Prioritas Ketiga (Hijau) :
Cedera minor yang tidak membutuhkan stabilisasi segera :
a. cedera jaringan lunak,
b. fraktura dan dislokasi ekstremitas,
c. cedera maksilo-fasial tanpa gangguan jalan nafas,
d. gawat darurat psikologis.
Sistim METTAG atau pengkodean dengan warna system tagging
yang sejenis, bisa digunakan sebagai bagian dari Penuntun Lapangan
START.
2. Sistim triase Penuntun Lapangan START (Simple Triage And Rapid
Transportation).
Penuntun Lapangan START memungkinkan penolong secara cepat
mengidentifikasikan korban yang dengan risiko besar akan kematian
segera atau apakah tidak memerlukan transport segera.
Penuntun Lapangan START dimulai dengan penilaian pasien 60 detik,
meliputi pengamatan terhadap ventilasi, perfusi, dan status mental. Hal ini
untuk memastikan kelompok korban :
a. Perlu transport segera / tidak,
b. Tidak mungkin diselamatkan,
c. Mati.

A. Sistem triase
Non Bencana : Memberikan pelayanan terbaik pada pasien secara
individu.
Bencana / Korban Berganda : Memberikan pelayanan paling efektif untuk
sebanyak mungkin pasien
B. Objektif primer di IGD
1. Pengenalan tepat yang butuh pelayanan segera
2. Menentukan area yang layak untuk tindakan
3. Menjamin kelancaran pelayanan dan mencegah hambatan yang tidak
perlu
4. Menilai dan menilai ulang pasien baru / pasien yang menunggu
5. Beri informasi /rujukan pada pasien / keluarga
6. Redam kecemasan pasien / keluarga ; humas.
C. Aturan primer petugas
1. Skrining pasien secara cepat.
2. Penilaian terfokus.

D. Sasaran primer dan sekunder triase


1. Primer : Mengenal kondisi yang mengancam jiwa.
2. Sekunder : Memberi prioritas pasien sesuai kegawatannya.

E. Prinsip umum triase


1. Perkenalkan diri anda dan jelaskan apa yang akan anda lakukan.
2. Pertahankan rasa percaya diri pasien.
3. Coba untuk mengamati semua pasien yang datang, bahkan saat
mewawancara pasien.
4. Pertahankan arus informasi petugas triase dengan area tunggu & area
tindakan. Komunikasi lancar sangat perlu. Bila ada waktu adakan
penyuluhan.
5. Pahami sistem IGD dan keterbatasan anda. Ingat objektif primer aturan
triase. Gunakan sumber daya untuk mempertahankan standar
pelayanan memadai.
F. Pahami juga :
1. Struktur pembagian ruangan dengan perangkat yang sesuai.
2. Pemeriksaan fisik singkat dan terfokus.
3. WASPADA atas pasien dengan ancaman jiwa atau serius potensial
terancam hidup atau anggota badannya harus didahulukan dalam
penilaian hingga dapat segera ditindak.

Prinsip dari triage :


1. Triase harus cepat dan tepat
Kemampuan untuk merespon secara cepat, terhadap keadaan yang
menganca nyawa merupakan suatu yang sangan penting pada bagian
kegawatdaruratan
2. Pemeriksaan harus adekuat dan akurat
Akurasi keyakinan dan ketangkasan merupakan suatu element penting
pada proses pengkajian
3. Keputusan yang diambil berdasarkan pemeriksaan
Keamanan dan keefektifan perawatan pasien hanya dapat
direncanakan jika ada informasi yang adekuat dan data yang akurat
4. Memberikan intervensi berdasarkan keakutan kondisi
Tanggungjawab utama dari perawat triase adalah untuk mengkaji dan
memeriksa secara akurat pasien, dan memberikan perawatan yang
sesuai pada pasien, termasuk intervensi terapiutik, prosedur
diagnostic, dan pemeriksaan pada tempat yang tepat untuk perawatan
5. Kepuasan pasien tercapai
Perawat triase harus melaksanakan prinsip diatas untuk mencapai
kepuasan pasien
Perawat triase menghindari penundaan perawatan yang mungkin
akan membahayakan kesehatan pasien atau pasien yang sedang
kritis
Perawat triase menyampaikan support kepada pasien, keluarga
pasien, atau teman (Department Emergency Hospital Singapore,
2009)
Prinsip umum lain dalam asuhan keperawatan yang di berikan oleh
perawat di ruang gawat darurat antara lain :
a) Penjaminan keamanan diri perawatan dan klien terjaga, perawat harus
menerapkan prinsip universal precaution, mencegah penyebaran
infeksi dan memberikan asuhan yang nyaman untuk klien
b) Cepat dan tepat dalam melakukan triage, menetapkan diagnose
keperawatan, tindakan keperawatan dan evaluasi yang berkelanjutan
c) Tindakan keperawatan meliputi resusitasi dan stabilisasi diberikan
untuk mengatasi masalah biologi dan psikologi klien
d) Penjelasan dan pendidikan kesehatan untuk klin dan keluarga
diberikan untuk menurunkan kecemasan dan meningkatkan kerjasama
perawat dan klien
e) System monitoring kondisi klien harus dapat dijalankan
f) Sisten dokumentasi yang dipai dapat digunakan secara mudah, cepat
dan tepat
g) Penjaminan tindakan keperawatan secara etik dan legal keperawatan
perlu dijaga.

Tipe Triage :
Ada beberapa Tipe triage, yaitu :
a. Daily triage
Daily triage adalah triage yang selalu dilakukan sebagai dasar pada
system kegawat daruratan. Triage yang terdapat pada setiap rumah
bsakit berbeda-beda, tapi secara umum ditujukan untuk mengenal,
mengelompokan pasien menurut yang memiliki tingkat keakutan
dengan tujuan untuk memberikan evaluasi dini dan perawatan yang
tepat. Perawatan yang paling intensif dberikan pada pasien dengan
sakit yang serius meskipun bila pasien itu berprognosis buruk.
b. Mass Casualty incident
Merupakan triage yang terdapat ketika sestem kegawatdaruratan di
suatu tempat bencana menangani banyak pasien tapi belum mencapai
tingat ke kelebihan kapasitas. Perawatan yang lebih intensif diberikan
pada korban bencana yang kritis. Kasus minimal bisa di tunda terlebih
dahulu.
c. Disaster Triage
Ada ketika system emergensi local tidak dapat memberikan perawatan
intensif sesegera mungkin ketika korban bencana sangat
membutuhkan. Filosofi perawatan berubah dari memberikan
perawatan intensif pada korban yang sakit menjadi memberikan
perawatan terbaik untuk jumlah yang terbesar. Fokusnya pada
identifikasi korban yang terluka yang memiliki kesempatan untuk
bertahan hidup lebih besar dengan intervensi medis yang cepat. Pada
disaster triage dilakukan identifikasi korban yang mengalami luka
ringan dan ditunda terlebih dahulun tanpa muncul resko dan yang
mengalami luka berat dan tidak dapat bertahan. Prioritasnya
ditekankan pada transportasi korban dan perawatan berdasarkan level
luka.
d. Military Triage
Sama dengan tiage lainnya tapi berorientasi pada tujuan misi
disbanding dengan aturan medis biasanya. Prinsip triage ini tetap
mengutamakan pendekatan yang paling baik karena jika gagal untuk
mencapai tujuan misi akan mengakibatkan efek buruk pada kesehatan
dan kesejahteraan populasi yang lebih besar.
e. Special Condition triage
Digunakan ketika terdapat faktor lain pada populasi atau korban.
Contohnya kejadian yang berhubungan dengan senjara pemusnah
masal dengan radiasi, kontaminasi biologis dan kimia. Dekontaminasi
dan perlengkapan pelindung sangat dibutuhkan oleh tenaga medis.
(Oman, Kathleen S., 2008;2)

Klasifikasi dan penentuan prioritas pasien!


PEMBAHASAN :
Ada banyak klasifikasi triage yang digunakan, adapun beberapa klasifikasi
umum yang dipakai :
a) Three Categories Triage System
Ini merupakan bentuk asli dari system triase, pasien dikelompokkan
menjadi :
Prioritas utama
Prioritas kedua
Prioritas rendah
Tipe klasifikasi ini sangat umum dan biasanya terjadi kurangnya
spesifitas dan subjektifitas dalam pengelompokan dalam setiap grup
b) Four Categories Triage System
Terdiri dari :
Prioritas paling utama (sesegera mungkin, kelas 1, parah dan harus
sesegera mungkin)
Prioritas tinggi (yang kedua, kelas 2, sedang dan segera)
Prioritas rendah (dapat ditunda, kelas 3, ringan dan tidak harus
segera dilakukan)
Prioritas menurun (kemungkinan mati dan kelas 4 atau kelas 0)
c) Start Method (Simple Triage And Rapid Treatment)
Pada triase ini tidak dibutuhkan dokter dan perawat, tapi hanya
dibutuhkan seseorang dengan pelatihan medis yang minimal.
Pengkajian dilakukan kdengan sangat cepat selama 60 detik pada
bagian berikut :
1) Ventilasi / pernapasan
2) Perfusi dan nadi (untuk memeriksa adanya denyut nadi)
3) Status neurology

Tujuannya hanya untuk memperbaiki masalah-masalah yang


mengancam nyawa seperti obstruksi jalan napas, perdarahan yang
massif yang harus diselesaikan secepatnya. Pasien diklasifikasikan
sebagai berikut :
1) The Walking Wounded
Penolong ditempat kejadian memberikan instruksi verbal pada
korban, untuk berpindah. Kemudian penolong yang lain
melakukan pengkajian dan mengirim korban ke rumahsakit untuk
mendapat penanganan lebih lanjut
2) Critical / Immediate
Dideskripsikan sebagai pasien dengan luka yang serius, dengan
keadaan kritis yang membutuhkan transportasi ke rumah sakit
secepatnya, dengan criteria pengkajian :
respirasi >30x/menit
tidak ada denyut nadi
tidak sadar/kesadaran menurun
3) Delayed
Digunakan untuk mendeskripsikan pasien yang tidak bisa yang
tidak mempunyai keadaan yang mengancam jiwa dan yang bisa
menunggu untuk beberapa saat untuk mendapatkan perawatan
dan transportasi, dengan criteria
Respirasi <30x/menit
Ada denyut nadi
Sadar/ respon kesadaran normal
4) Dead
Digunakan ketika pasien benar-benar sudah mati atau mengalami
luka dan mematikan seperti luka tembak di kepala (Departement
Emergency Hospital Singapore, 2009).

Sistem klasifikasi pasien yang digunakan, diantaranya :


1) Traffic director
Dalam sistem ini, perawat hanya mengidentifikasi keluhan utama
dan memilih antara status mendesak atau tidak mendesak.
Berdasarkan klasifikasi ini pasien dikirim ke ruang tunggu atau
area perawatan akut. Tidak ada tes diagnostik permulaan yang
dilakukan sampai tiba waktu pemeriksaan.
2) Spot check
Pada model ini, perawat mendapatkan keluhan utama bersama
dengan data subjektif dan objektif yang terbatas, dan pasien
dikategorikan ke dalam salah satu dari tiga prioritas pengobatan
berikut ini : gawat darurat, mendesak, atau ditunda. Dapat
dilakukan beberapa tes diagnostic pendahuluan, dan pasien
ditempatkan di area perawatan tertentu atau di ruang tunggu. Tidak
ada evaluasi ulang yang direncanakan sampai dilakukan
pengobatan.
3) Comprehensive
Sistem comprehensive adalah sistem yang paling maju dengan
melibatkan dokter dan perawat dalam menjalankan peran triase.
Data dasar yang diperoleh meliputi pendidikan dan kebutuhan
pelayanan kesehatan primer, keluhan utama, serta informasi
subjektif dan ojektif. Tes diagnostic pendahuluan dilakukan dan
pasien ditempatkan di ruang perawatan akut atau ruang tunggu.
Jika pasien ditempatkan di ruang tunggu, pasien harus dikaji ulang
setiap 15 sampai 60 menit (Rea, 1987).

Ada beberapa istilah yang digunakan dalam unit gawat darurat


berdasarkan Prioritas Perawatannya, antara lain :
1) Gawat Darurat (P1)
2) Keadaaan yang mengancam nyawa/adanya gangguan ABC dan
perlu tindakan segera, misalnya cardiac arrest, penurunan
kesadaran , trauma mayor dengan perdarahan hebat
3) Gawat Tidak Darurat (P2)
Keadaan mengangancam nyawa tetepi tidak memerlukan tindakan
darurat. Setelah dilakukan resusitasi maka ditindak lanjuti oleh
dokter specialis. Misalnya : pasien kanker tahap lanjut, fraktur,
sickle cell dan lainya.
4) Darurat Tidak Gawat (P3)
Keadaan yang tidak mengancam nyawa tetapi memerlukan
tindakan darurat. Pasien sadar, tidak ada gangguan ABC dan dapat
langsung diberikan terapi definitif. Untuk tindak lanjut dapat ke
poliklinik, misalnya: laserasi, fraktur minor/tertutup,sistitis, otitis
media dan lainya.
5) Tidak Gawat Tidak Darurat
Keaadaan yang tidak mengancam nyawa tetapi tidak memerlukan
tindakan gawat. Gejala dan tanda klinis ringan/asimptomatis.
Misalnya penyakit kulit, batuk, flu, dan sebagainya (ENA,
2001;Iyer, 2004)
DAFTAR PUSTAKA

Iyer, P. 2004. Dokumentasi Keperawatan : Suatu Pendekatan Proses


Keperawatan, Jakarta : EGC

Oman, K 2008. Panduan Belajar Keperawatan Gawat Darurat : Jakarta : EGC

Aninomous,1999. Triage officers course. Singapore : departement of emergency


medicine singapore general hospital

Wikipedia, the free encyclopedia, 2009, triage, (Online), (http://en.wikipedia.


org/wiki/triage, Diakses pada tgl 21 Maret 2010).

You might also like