Professional Documents
Culture Documents
Pengkajian
Status nutrisi seseorang, dalam hal ini klien dengan gangguan status nutrisi, dapat
dikaji dengan menggunakan pedoman A-B-C-D.
1. A : pengukuran antropometrik (antropometric measurements).
2. B : data biomedis (biomedical data).
3. C : tanda-tanda klinis status nutrisi (clinical signs).
4. D : diet (dietary).
Tujuan mengkaji kebutuhan nutrisi adalah sebagai berikut.
1. Mengidentifikasi adanya defisiensi nutrisi dan pengaruhnya terhadap
status kesehatan.
2. Mengumpulkan informasi khusus guna menetapkan rencana asuhan
keperawatan terkait nutrisi.
3. Menilai keefektifan asuhan keperawatan terkait nutrisi dan kemungkinan
untuk memodifikasi asuhan tersebut (Potter dan Perry, 1992).
4. Mengidentifikasi kondisi kelebihan nutrisi yang berisiko menyebabkan
obesitas, diabetes melitus, penyakit jantung, hipertensi.
5. Mengidentifikasi kebutuhan nutrisi pasien.
Dengan menggunakan pedoman tersebut kita dapat menilai status gizi
seseorang, perawat perlu memahami tentang tanda-tanda normal dari status
gizi seseorang.
Tabel 19.19 Pengkajian Status Gizi Seseorang Secara Umum
Area Tanda-Tanda Normal Tanda-Tanda Abnormal
Pemeriksaan (Malnutrisi)
Penampilan Gesit, energik, mampu istirahat, Apatis, lelah, kurang
umum dan dan tidur dengan baik. tidur, dan tampak lelah.
vitalitas
Berat badan Dalam rentang normal sesuai Berat badan berlebih
dengan usia dan tinggi badan (overweight), berat
normal. badan kurang
(underweight).
Rambut Rambut bercahaya, berminyak, Rambut kering, kusam,
tidak kering lambat tumbuh, dan
pecah-pecah.
Kulit Lembut, sedikit lembap, turgor Kering, sangat
kulit baik. berminyak, pecah-
pecah, pucat atau
berpigmen, ada petekia
atau memar, kusam,
lemak subkutan sedikit.
Kuku Merah muda, keras Rapuh, pucat, bentuk
seperti sendok.
Mata Berbinar-binar, lembap, jernih, Kering, konjungtiva
konjungtiva merah muda. pucat atau merah,
kornea lembut.
Lidah Merah muda dan lembap. Berwarna merah bercak-
bercak tampilan halus,
bengkak, ukuran lidah
bertambah atau
bekurang.
Bibir Lembap dan merah muda. Bengkak, kemerah-
merahan, bercak-bercak
kering, pecah-pecah
pada sudut bibir.
Gusi Merah muda, lembap. Bengkak, meradang,
mudah berdarah,
berbentuk seperti spons.
Otot Kenyal, firm kurang lembut atau Tonus buruk, lembek
lunak, berkembang baik. dan tidak berkembang.
Sistem Nadi dan tekanan darah normal, Frekuensi nadi naik,
kardiovaskular irama jantung normal. tekanan darah naik,
irama jantung abnormal
(tidak teratur)
Sistem Nafsu makan baik, eliminasi Anoreksia, indigesti,
pencernaan normal, dan teratur. diare, konstipasi.
Sistem Refleks normal, waspada, Refleks menurun, emosi
persarafan perhatian baik, dan emosi stabil. tidak stabil, atau kurang
perhatian, bingung, dan
emosi labil.
Pengukuran Antropometrik
Metode pengukuran ini meliputi pengkajian ukuran dan proporsi rubuh manusia.
Pengukuran antropometrik terdiri atas tinggi badan, berat badan, tebal lipatan
kulit, dan lingkar tubuh di beberapa area seperti kepala, dada, dan lengan. Tujuan
pengukuran ini adalah mengevaluasi pertumbuhan dan mengkaji status nutrisi
serta ketersediaan enrgi tubuh.
1. Tinggi badan. Pengukuran tinggi badan pada individu dewasa dan balita
dilakukan dalam posisi berdiri tanpa alas kaki, sedangkan pada bayi
dilakukan dalam posisi berbaring. Pada kasus-kasus tertentu, seperti pasien
yang mengalami cedera dan fraktur tulang belakang, pengukuran
dilakukan dalam posisi berbaring. Satuan tinggi badan adalah cm atau inci.
2. Berat badan. Alat ukur yang lazim digunakan untuk mengukur berat badan
adalah timbangan manual, meskipun ada pula alat ukur yang
menggunakan sistem digital elektrik. Hal-hal yang harus diperhatikan saat
mengukur berat badan adalah sebagai berikut.
a. Alat serta skala alat ukur yang digunakan harus sama setiap kali
menimbang.
b. Pasien ditimbang tanpa alas kaki.
c. Pakaian diusahakan tidak tebal dan relatif sama beratnya setiap kali
menimbang.
d. Waktu (jam) penimbangan relatif sama, misalnya sebelum dan sesudah
makan.
Dalam menilai berat badan pasien, kita perlu mempertibangkan tinggi
badan, bentuk rangka, proposal lemak, otot, dan tulang, serta bentuk dada
pasien. Di samping itu, kita juga perlu mengkaji kondisi patologis yang
berpengaruh terhadap berat badan, seperti edema, splenomegali, asites,
gagal jantung, atau kardiomegali.
3. Tebal lipatan kulit. Pengukuran tebal lipatan kulit bertujuan untuk
menentukan persentasi lemak pada tubuh. Pengukuran ini mencerminkan
massa otot, jumlah lemak di jaringan subkutan, dan status kalori. Selain
itu, pengukuran ini juga digunakan untuk mengkaji kemungkinan
malnutrisi, berat badan normal, atau obesitas (Kamath, 1986). Area yang
sering digunakan untuk pengukuran ini adalah lipatan kulit trisep (tricep
skinfold [TSF]), skapula, dan suprailiaka. Hal-hal yang perlu diperhatikan saat
pengukuran antara lain sebagai berikut.
a. Anjurkan klien untuk membuka baju guna mencegah kesalahan pada hasil
pengukuran.
b. Perhatikan selalu privasi dan rasa nyaman pasien.
c. Dalam pengukuran TSF, utamakan lengan pasien yang tidak dominan.
d. Pengukuran TSF dilakukan pada titik tengah lengan atas, antara akromion
dan olekranon.
e. Ketika pengukuran dilakukan, anjurkan pasien untuk relaks.
f. Alat yang digunakan adalah Kaliper.
4. Lingkar tubuh. Umumnya, area tubuh yang digunakan untuk pengukuran ini
adalah kepala, dada, dan otot bagian tengah lengan atas. Lingkar dada dan kepala
digunakan dalam pengkajian pertumbuhan dan perkembangan otak bayi.
Sementara lingkar lengan atas (LILA) dan lingkar otot lengan atas (LOLA)
digunakan untuk menilai status nutrisi. Satuan ukuran untuk LILA adalah
sentimeter. LILA diukur dengan menggunakan alat ukur yang umum
digunakan tukang jahit (tape around). Pengukuran dilakukan pada titik
tengah lengan yang tidak dominan.