You are on page 1of 20

Asuhan Keperawatan Klien dengan Gangguan Pemenuhan Nutrisi

Pengkajian
Status nutrisi seseorang, dalam hal ini klien dengan gangguan status nutrisi, dapat
dikaji dengan menggunakan pedoman A-B-C-D.
1. A : pengukuran antropometrik (antropometric measurements).
2. B : data biomedis (biomedical data).
3. C : tanda-tanda klinis status nutrisi (clinical signs).
4. D : diet (dietary).
Tujuan mengkaji kebutuhan nutrisi adalah sebagai berikut.
1. Mengidentifikasi adanya defisiensi nutrisi dan pengaruhnya terhadap
status kesehatan.
2. Mengumpulkan informasi khusus guna menetapkan rencana asuhan
keperawatan terkait nutrisi.
3. Menilai keefektifan asuhan keperawatan terkait nutrisi dan kemungkinan
untuk memodifikasi asuhan tersebut (Potter dan Perry, 1992).
4. Mengidentifikasi kondisi kelebihan nutrisi yang berisiko menyebabkan
obesitas, diabetes melitus, penyakit jantung, hipertensi.
5. Mengidentifikasi kebutuhan nutrisi pasien.
Dengan menggunakan pedoman tersebut kita dapat menilai status gizi
seseorang, perawat perlu memahami tentang tanda-tanda normal dari status
gizi seseorang.
Tabel 19.19 Pengkajian Status Gizi Seseorang Secara Umum
Area Tanda-Tanda Normal Tanda-Tanda Abnormal
Pemeriksaan (Malnutrisi)
Penampilan Gesit, energik, mampu istirahat, Apatis, lelah, kurang
umum dan dan tidur dengan baik. tidur, dan tampak lelah.
vitalitas
Berat badan Dalam rentang normal sesuai Berat badan berlebih
dengan usia dan tinggi badan (overweight), berat
normal. badan kurang
(underweight).
Rambut Rambut bercahaya, berminyak, Rambut kering, kusam,
tidak kering lambat tumbuh, dan
pecah-pecah.
Kulit Lembut, sedikit lembap, turgor Kering, sangat
kulit baik. berminyak, pecah-
pecah, pucat atau
berpigmen, ada petekia
atau memar, kusam,
lemak subkutan sedikit.
Kuku Merah muda, keras Rapuh, pucat, bentuk
seperti sendok.
Mata Berbinar-binar, lembap, jernih, Kering, konjungtiva
konjungtiva merah muda. pucat atau merah,
kornea lembut.
Lidah Merah muda dan lembap. Berwarna merah bercak-
bercak tampilan halus,
bengkak, ukuran lidah
bertambah atau
bekurang.
Bibir Lembap dan merah muda. Bengkak, kemerah-
merahan, bercak-bercak
kering, pecah-pecah
pada sudut bibir.
Gusi Merah muda, lembap. Bengkak, meradang,
mudah berdarah,
berbentuk seperti spons.
Otot Kenyal, firm kurang lembut atau Tonus buruk, lembek
lunak, berkembang baik. dan tidak berkembang.
Sistem Nadi dan tekanan darah normal, Frekuensi nadi naik,
kardiovaskular irama jantung normal. tekanan darah naik,
irama jantung abnormal
(tidak teratur)
Sistem Nafsu makan baik, eliminasi Anoreksia, indigesti,
pencernaan normal, dan teratur. diare, konstipasi.
Sistem Refleks normal, waspada, Refleks menurun, emosi
persarafan perhatian baik, dan emosi stabil. tidak stabil, atau kurang
perhatian, bingung, dan
emosi labil.

Peran peawat dalam pengkajian nutrisi ialah untuk mengidentifikasi masalah


nutrisi, membuat rencana asuhan keperawatan, serta merencanakan pendidikan
kesehatan bagi klien, khususnya tentang nutrisi.
Dengan menggunakan pedoman tersebut, kita dapat menilai status gizi seseorang.
Untuk itu, perawat perlu memahami tentang tanda-tanda status gizi yang normal.
Komponen-komponen pengkajian nutrisi meliputi pengukuran antropometrik,
pemeriksaan fisik, pemeriksaan biokimia, dan data riwayat diet.

Pengukuran Antropometrik
Metode pengukuran ini meliputi pengkajian ukuran dan proporsi rubuh manusia.
Pengukuran antropometrik terdiri atas tinggi badan, berat badan, tebal lipatan
kulit, dan lingkar tubuh di beberapa area seperti kepala, dada, dan lengan. Tujuan
pengukuran ini adalah mengevaluasi pertumbuhan dan mengkaji status nutrisi
serta ketersediaan enrgi tubuh.
1. Tinggi badan. Pengukuran tinggi badan pada individu dewasa dan balita
dilakukan dalam posisi berdiri tanpa alas kaki, sedangkan pada bayi
dilakukan dalam posisi berbaring. Pada kasus-kasus tertentu, seperti pasien
yang mengalami cedera dan fraktur tulang belakang, pengukuran
dilakukan dalam posisi berbaring. Satuan tinggi badan adalah cm atau inci.
2. Berat badan. Alat ukur yang lazim digunakan untuk mengukur berat badan
adalah timbangan manual, meskipun ada pula alat ukur yang
menggunakan sistem digital elektrik. Hal-hal yang harus diperhatikan saat
mengukur berat badan adalah sebagai berikut.
a. Alat serta skala alat ukur yang digunakan harus sama setiap kali
menimbang.
b. Pasien ditimbang tanpa alas kaki.
c. Pakaian diusahakan tidak tebal dan relatif sama beratnya setiap kali
menimbang.
d. Waktu (jam) penimbangan relatif sama, misalnya sebelum dan sesudah
makan.
Dalam menilai berat badan pasien, kita perlu mempertibangkan tinggi
badan, bentuk rangka, proposal lemak, otot, dan tulang, serta bentuk dada
pasien. Di samping itu, kita juga perlu mengkaji kondisi patologis yang
berpengaruh terhadap berat badan, seperti edema, splenomegali, asites,
gagal jantung, atau kardiomegali.
3. Tebal lipatan kulit. Pengukuran tebal lipatan kulit bertujuan untuk
menentukan persentasi lemak pada tubuh. Pengukuran ini mencerminkan
massa otot, jumlah lemak di jaringan subkutan, dan status kalori. Selain
itu, pengukuran ini juga digunakan untuk mengkaji kemungkinan
malnutrisi, berat badan normal, atau obesitas (Kamath, 1986). Area yang
sering digunakan untuk pengukuran ini adalah lipatan kulit trisep (tricep
skinfold [TSF]), skapula, dan suprailiaka. Hal-hal yang perlu diperhatikan saat
pengukuran antara lain sebagai berikut.
a. Anjurkan klien untuk membuka baju guna mencegah kesalahan pada hasil
pengukuran.
b. Perhatikan selalu privasi dan rasa nyaman pasien.
c. Dalam pengukuran TSF, utamakan lengan pasien yang tidak dominan.
d. Pengukuran TSF dilakukan pada titik tengah lengan atas, antara akromion
dan olekranon.
e. Ketika pengukuran dilakukan, anjurkan pasien untuk relaks.
f. Alat yang digunakan adalah Kaliper.
4. Lingkar tubuh. Umumnya, area tubuh yang digunakan untuk pengukuran ini
adalah kepala, dada, dan otot bagian tengah lengan atas. Lingkar dada dan kepala
digunakan dalam pengkajian pertumbuhan dan perkembangan otak bayi.
Sementara lingkar lengan atas (LILA) dan lingkar otot lengan atas (LOLA)
digunakan untuk menilai status nutrisi. Satuan ukuran untuk LILA adalah
sentimeter. LILA diukur dengan menggunakan alat ukur yang umum
digunakan tukang jahit (tape around). Pengukuran dilakukan pada titik
tengah lengan yang tidak dominan.

Lingkar lengan atas untuk Remaja dan Orang Dewasa


Usia Lingkar Lengan Atas
100% 85% 80%
Laki-laki Wanita Laki-laki Wanita Laki-laki Wanita
15-16 25,0 24,5 21,0 20,5 20,0 19,5
16 26,0 24,5 22,0 21,0 20,5 19,5
17 27,0 25,0 23,0 21,5 21,5 20,0
Dewasa 19,5 28,5 25,0 23,5 23,5 23,0

Lingkar pergelangan tangan merupakan area pengkajian yang digunakan


untuk menilai bentuk atau kerangka tubuh manusia. Untuk mengukurnya
meteran (tape around) diletakkan sekeliling bagian distal pergelangan
tangan dekat prosesus stiloideus. Bila hasil pengukuran lebih dari 10,4 cm,
kerangka atau bentuk tubuh dianggap besar. Jika hasilnya 9,6-10,4 cm
kerangka atau bentuk tubuh dianggap sedang, dan jika kurang dari 9,6 cm
dianggap kecil (Potter dan Perry, 1992).
Pemeriksaan Biokimia (Biochemical Data)
Pengakjian status nutrisi pasien ditunjang dengan pemeriksaan laboratorium.
Pasien diperiksa darah dan urin nya yang meliputi pemeriksaan haemoglobin,
hematokrit, dan albumin. Albumin berfungsi untuk memelihara keseimbangan
cairan dan elektrolit serta untuk transfortasi nutrisi dan hormon. Nilai yang umum
digunakan dalam pemeriksaan ini adalah kadar total limfosit, albumin serum, zat
besi, transperin serum, kreatinin, haemoglobin, hematokrit, keseimbangan
nitrogen, dan tes antigen kulit. Haemoglobin normal pada wanita 12-14 grma/ dl,
hematokrit normal pada wanita 37-43% dan albumin normal pada wanita 4-5,2
g/dl. Hasil pemeriksaan laboratorium yang menunjukan risiko status nutrisi buruk
meliputi penurunan haemoglobi dan hemotokrit penurunan nilai limfosit, albumin
serum kurang dari 3,5 g/dl, dan peningkatan atau penurunan kadar koleterol.
Pemeriksaan fisik
Pemeriksaan yang dilakukan pada pasien merupakan penilaian kondisi fisik yang
berhubungan dengan masalah malnutrisi prinsip pemeriksana ini adalah head too
toe yaitu dari kepala sampai ke kaki. Selanjutnya dilakukan pengamatan terhadap
tanda-tanda atau gejala klinis defisiensi nutrisi. Pasien dengan masalah nutrisi
akan memperhatikan tanda-tanda abnormal tersebut bukan saja pada organ-organ
fisiknya tetapi juga fisiologinya.
Tanda dan gejala klinis defisiensi nutrisi
Bagian tubuh Tanda klinis Kemungkinan
kekurangan
Tanda umum Penurunan berat badan, Kalori, cairan, dan
lemah, lesu, rasa haus, vitamin A.
adanya dehidrasi,
pertumbuhan terhambat.
Rambut Kusut, kekuningan, Protein
kekurangan pigmen.
Kulit Adanya radang pada kulit Miasin, riboflavin, dan
atau dermatitis, pada bayi biotin, lemak, asam
terjadi dermatosis, asetat, pirodoksin.
adanya ptkia hemoragic,
eksema
Mata Adanya fotopobia atau Riboflavin, vitamin A
pandnagan ganda, rabun
senja
Mulut Stomatitis, glositis Riboflavin, niasin, asam
volik, sianokobalamin
(vitamin B 12 dan zat
besi)
Gigi Karies gigi Fluorida
Sistem neuromuskular Gejala, lemah otot Vitamin D, postasium
Tulang Adanya riketsia Vitamin D
Sistem gastrointestinal Anoreksia, mual, dan Tiamin, garam dapur
muntah
Sistem endokrin Terjadi gondok Iodium
Sistem kardiovaskuler Adanya pendarahan, Vitamin K, tiamin,
penyakit jantung, anemia piridoksina, dan zat besi
Sistem saraf Kelainan mental, sianokobalamin
kelainan saraf perifer

Riwayat Diet (Dietary History)


Masyarakat pada umumnya prnah melakukan diet. Akan tetapi, cara ini hanya
merangsang pengeluaran cairan, bukan perubahan kebiasan makanan. Untuk
mengetahui riwayat diet seseorang, kita bisa melakukan wawancara mengenai
status gizi, kesehatan, sosial ekonomi, dan budaya orang tersebut, yang
berpengaruh terhadap status nutrisinya. Pengkajian riwayat diet dilakukan dengan
mengkaji jumlah dan jenis makanan yang di konsumsi pasien selama 24 jam yang
meliputi karbohidrat, protein, lemak, sayur, buah-buahan, air, dan mineral. Agar
informasi yang diperoleh tepat dan akurat perawat harus menggunakan bahasa
yang mudah di pahami serta pertanyaan yang mudah dimengerti. Pengkajian
asupan dan pola makan meliputi pengkajian dan informasi mengenai makanan
yang di konsumsi, persiapan makanan, dan kebiasan makan. Faktor yang perlu di
kaji dalam riwayat konsumsi nutrisi pasien adalah sebagai berikut.
Faktor yang perlu di kaji dalam riwayat konsumsi nutrisi
Pola diet atau makan Vegetarian, tidak makan ikan laut, dan
lain-lain
Pengetahuan tentang nutrisi Penentuan tingkat pengetahuan klien
mengenai kebutuhan nutrisi
Kebiasaan makan Makan minum bersama-sama, makan
sambil mendengarkan musik, makan
sambil lihat televisi
Makanan kesukaan Suka makan lalap, sambal, coklat, roti
Pemasukan cairan Jumlah cairan tiap menit yang
diminum, jenis minuman, jarang
minum
Problem diet Sukar menelan, kesulitan mengunyah
Tingkat aktivitas Jenis pekerjaan, waktu bekerja siang
atau malam, perlu makanan tambahan
atau tidak.
Riwayat kesehatan atau pengonsumsian Adanay riwayat penyakit diabetes
obat melitus, adanay alergi

Analisis diet pasien dapat dilakukan dengan menggunakan kelompok makanan


harian (daily food grups) dan tabel komposisi makanan (food composition table).
Pengkajian asupan makanan dan pola makan meliputi pengkajian dan informasi
mengenai makanan yang biasa di konsumsi, persiapan makanan, dan kebiasaan
makan. Pola makan dan kebiasaan makan dipengaruhi oleh budaya latar belakang
etnis, status sosial ekonomi, dan aspek psikolog.
1. Riwayat diet
a. Gangguan pada fungsi mengunyah dan menelan.
b. Asupan makanan tidak adekuat
c. Diet yang salah atau ketat.
d. Kurangnya persediaan bahan makanan selama sepuluh hari atau lebih.
e. Pemberian nutrisi melalui intravena (total parenteral nutrisi) selama
sepuluh hari atau lebih.
f. Tidak adekuatnya dana untuk penyediaan bahan makanan.
g. Tidak adekuatnya fasilitas penyiapan bahan makanan.
h. Tidak adekuatnya fasilitas penyimpanan bahan makanan.
i. Ketidakmampuan fisik.
j. Lansia yang tinggal dan makan sendiri.
2. Riwayat penyakit (medis)
a. Adanya riwayat berat badan berlebih atau kurang .
b. Penurunan berat badan dan tinggi badan.
c. Mengalami penyakit tertentu
d. Riwayat pembedahan pada sistem gastrointestinal.
e. Anoreksia.
f. Mual dan muntah.
g. Diare.
h. Alkoholisme.
i. Gangguan yang mengenai organ tertentu (kanker hati, ginjal, tiroid dan
paratinoid, serta penyakit adrenal).
j. Disabilitas mental.
k. Kehamilan remaja.
l. Tetapi radiasi.
3. Riwayat pemakaian obat-obatan seperti aspirin, antibiotik, antasida,
antidepresan, agens antihipersensitivitas, agens antiinflamasi, agens
antineoplastik, digitalis, laksatif, diuretik, natrium klorida, dan vitamin
atau preparat nutrien lain.
Penetapan Diagnosis
Menurut North American Nursing Diagnosis Association (NANDA), diagnosis
keperawatan terkait masalah nutrisi dibagi menjadi tiga (Kozier, 2004) yaitu:
1. Ketidakseimbangan nutrisi : kurang dari kebutuhan tubuh,
2. Ketidakseimbangan nutrisi : lebih dari kebutuhan tubuh,
3. Ketidakseimbangan nutrisi : potensi lebih dari kebutuhan tubuh, atau
4. Perubahan nutrisi : kurang dari kebutuhan tubuh,
5. Perubahan nutrisi : lebih dari kebutuhan tubuh.
Jika Menggunakan NOC/NIC
Diagnosis keperawatan terkait masalah nutrisi, jika menggunakan NOC/NIC
(2007) sebagai berikut.
1. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh (imbalanced
nutrition : less than body requirements).
2. Ketidakseimbanga nutrisi lebih dari kebutuhan tubuh (imbalanced
nutrition : more than body requirements).
3. Risiko ketidakseimbangan nutrisi lebih dari kebutuhan tubuh (risk for
imbalanced nutrition : more than body requirements)
Perencanaan dan Implementasi
Penerapan intervensi keperawatan terkait masalah nutrisi bisa merujuk pada
intervensi yang diterapkan secara umum pada klien dengan gangguan pemenuhan
nutrisi. Akan tetapi, pada kasus-kasus tertentu, penerapan diagnosis tersebut
tentulah harus disesuaikan dengan kasus yang dihadapi. Secara umum,
perencanaan dan implementasi untuk diagnosis di atas adalah sebagai berikut.
1. Ketidakseimbangan nutrisi : kurang dari kebutuhan tubuh yang
berhubungan dengan :
a. Penurunan asupan oral, ketidaknyamanan pada mulut, mual, muntah;
b. Penurunan absorpsi nutrisi;
c. Muntah, anoreksia, gangguan digesti;
d. Depresi, stres, isolasi sosial.
Kriteria hasil
Klien akan mengonsumsi kebutuhan nutrisi harian sesuai dengan
tingkat aktivitas dan kebutuhan metabolik.
Indikator
a. Menjelaskan pentingnya nutrisi yang adekuat.
b. Mengidentifikasi kekurangan/defisiensi dalam asupan sehari-hari.
c. Menyebutkan metode-metode untuk meningkatkan nafsu makan.
Intervensi Umum
Mandiri
a. Jelaskan perlunya konsumsi karbohidrat, lemak, protein, vitamin,
mineral, dan cairan adekuat.
b. Konsultasikan dengan ahli gizi untuk menetapkan kebutuhan kalori
harian dan jenis makanan yang sesuai bagi pasien.
c. Diskusikan bersama pasien kemungkinan penyebab hilangnya
nafsu makan.
d. Anjurkan pasien untuk istirahat sebelum makan.
e. Tawarkan makanan dalam jumlah sedikit tetapi sering.
f. Pada kondisi menurunnya nafsu makan, batasi asupan cairan saat
makan dan hindari mengonsumsi cairan satu jam sebelum dan
sesudah makan.
g. Dorong dan bantu klien untuk menjaga kebersihan mulut yang
baik.
h. Atau agar porsi makan tinggi kalori dan tinggi protein disajikan
saat pasien biasanya merasa paling lapar.
i. Lakukan langkah-langkah untuk meningkatkan nafsu makan.
1) Tentukan makanan kesukaan pasien dan atur agar makanan
tersebut tersaji apabila memungkinkan.
2) Hilangkan bau dan pemandangan yang tidak sedap dari area
makan.
3) Kontrol rasa nyeri dan mual sebelum makan.
4) Anjurkan orang terdekat pasien untuk membawa makanan yang
diperbolehkan dari rumah apabila memungkinkan.
5) Ciptakan lingkungan yang santai saat makan.
j. Beri pasien daftar materi nutrisi diet yang terdiri atas sebagai
berikut.
1) Asupan tinggi karbohidrat kompleks dan serat.
2) Pengurangan asupan gula, garam, kolesterol, lemak total, dan
lemak jenuh.
3) Penggunaan alkohol hanya dalam jumlah sedang.
4) Asupan kalori yang sesuai untuk mempertahankan berat badan
ideal.
Kolaborasi
Kolaborasikan dengan dokter untuk pemberian nutrisi secara
enteral dan parenteral.
a. Enteral. Ketika pemberian makanan melalui oral tidak
memungkinkan (misal pada penderita kanker kepala dan leher,
masalah usus, luka bakar berat, dan sebagainya), maka
pemberian nutrisi enteral merupakan suatu pilihan. Pada
kondisi ini, makanan dapat diberikan secara langsung ke dalam
sistem pencernaan melalui slang (misal slang nasogastrik).
Masalah-masalah yang mungkin ditemui pada terapi nutrisi
enteral antara lain masalah osmolaritas, ketidakseimbangan
elektrolit, komplikasi gastrointestinal, dan sikap
ketergantungan karena pemberiaan makanan melalui slang
(Farley, 1988).
b. Nutrisi parenteral total (TPN), TPN adalah suatu terapi
kompleks yang dilakukan untuk memenuhi keperluaan nutrisi
pasien melalui rute intravena. Larutan yang digunakan dalam
terapi ini adalah larutan hiperosmolar (konsentrasi tinggi).
Pemberian terapi nutrisi parenteral total bertujuan untuk
memberikan kalori dalam jumlah besar yang terdiri atas
protein, lemak, karbohidrat, vitamin, dan mineral. Keberhasilan
terapi ini bergantung pada jenis makanan yang diresepkan,
penanganan kateter intravena, perawatan luka insisi, dan
penanganan komplikasi akibat terapi (Grant, 1988). Bahan
makanan tersebut diberikan melalui pembuluh vena sentral
yang memiliki aliran darah yang cepat, seperti vena subklavis,
vena jugularis, atau pembuluh vena besar lainnya. Terapi ini
hanya digunakan apabila asupan makanan secara enteral tidak
memadai atau merupakan kontraindikasi. TPN tidak diberikan
pada pasien yang pencernaannya dapat berfungsi selama 7-10
hari, pasien yang masih dapat mencerna makanan dengan baik,
dan pada pasien yang mengalami stres atau trauma. Tetapi ini
juga tidak dianjurkan untuk pasien dengan tumor yang telah
bermetastasis (Grant, 1988).
Rasional
a. Nutrisi berperan menyediakan sumber energi, membangun
jaringan, dan mengatur proses metabolisme tubuh.
b. Dengan berkonsultasi, kita dapat menemukan metode diet yang
memenuhi asupan kalori dan nutrisi optimal.
c. Faktor-faktor seperti nyeri, kelemahan, penggunaan analgesik, dan
imobilita dapat menyebabkan anoreksia. Dengan mengidentifikasi
penyebab dari anoreksia, kita bisa melakukan intervensi untuk
menghilangkan atau meminimalkannya.
d. Kondisi yang lemah lebih lanjut dapat menurunkan keinginan dan
kemampuan klien anoreksia untuk makan.
e. Distribusi total asupan kalori yang merata sepanjang hari membant
mencegah distensi lambung sehingga selera makan mungkin akan
meningkat.
f. Pembatasan asupan cairan saat makan membantu mencegah
distensi lambung.
g. Kebersihan mulut yang kurang menyebabkan bau dan rasa yang
tidak sedap yang dapat mengurangi nafsu makan.
h. Menyediakan makanan tinggi-kalori dan tinggi-protein pada saat
pasien merasa paling lapar, meningkatkan kemungkinan klien
untuk mengonsumsi kalori dan protein yang adekuat.
i. Perencanaan diet berfokus pada upaya mencegah kelebihan nutrisi.
Mengurangi konsumsi lemak, garam, dan gula dapat menurunkan
risiko penyakit jantung, diabetes, penyakit kanker tertentu, dan
hipertensi.
2. Ketidakseimbangan nutrisi : lebih dari kebutuhan tubuh yang berhubungan
dengan :
a. Perubahan pada indra pengecapan dan penciuman,
b. Medikasi (kortikosteroid, antihistamin, estrogen),
c. Risiko peningkatan berat badan sebesar 12,5-15 kg selama kehamilan,
d. Penurunan pola aktivitas, penurunan kebutuhan metabolik.
Kriteria Hasil
Pasien akan menjelaskan mengapa dia berisiko mengalami peningkatan
berat badan.
Indikator
a. Menjelaskan alasan peningkatan asupan pada kondisi defisit
pengecapan atau penciuman.
b. Mendiskusikan kebutuhan nutrisi selama kehamilan.
c. Mendiskusikan pengaruh olahraga terhadap pengontrolan berat badan
Intervensi Umum
a. Kaji adanya faktor penyebab peningkatan berat badan, seperti
penurunan indra pengecapan atau penciuman, pengaruh medikasi, atau
riwayat penambahan berat badan lebih dari 15 kg selama kehamilan.
b. Jelaskan pengaruh penurunan indra perasa dan pembau pada persepsi
kenyang setelah makan. Anjurkan pasien untuk mengevaluasi asupan
berdasarkan penghitungan jumlah kalori, bukan perasaan kenyang.
c. Jelaskan rasional peningkatan selera makan akibat penggunaan obat-
obat tertentu (misal steroid, androgen)
d. Diskusikan tentang asupan nutrisi dan peningkatan berat badan selama
kehamilan.
e. Tingkatkan kesadaran pasien mengenai berbagai tindakan yang bisa
menyebabkan peningkatan asupan makanana.
1) Minta pasien menuliskan seluruh makanan yang dikonsumsinya
dalam 24 jam terakhir.
2) Instruksikan klien untuk membuat buku harian diet selama satu
minggu yang menjelaskan hal-hal seperti jenis makanan, kapan, di
mana, dan mengapa pasien makan; hal yang pasien lakukan saat
makan ; emosi pasien sebelum makan; serta kehadiran orang lain
saat makan.
3) Tinjau kembali buku harian diet untuk mengetahui pola makan
pasien yang memengaruhi asupan makannya.
f. Ajarkan teknik-teknik modifikasi perilaku untuk mengurangi asupan
kalori, seperti sebagai berikut.
1) Jangan makan pada saat melakukan kegiatan lain.
2) Minum satu gelas air sesaat sebelum makan.
3) Kurangi porsi mkanaan tambahan, makanan berlemak, makanan
manis, dan alkohol.
4) Siapkan makanan dalam porsi kecil yang hanya cukup untuk satu
kali makan dan buang sisanya.
5) Makan dengan perlahan dan kunyah makanan hingga sempurna.
g. Instruksikan pasien untuk memperbanyak aktivitas guna membakar
kalori.
Rasional
a. Kemampuan menurunkan berat badan sata menjalani terapi
kortikosteroid tampaknya bergantung pada pembatasan asupan natrium
dan upaya mempertahankan asupan kalori yang sesuai.
b. Peningkatan aktivitas mendukung upaya penurunan berat badan.
c. Individu denga gangguan penciuman atau pengecapan bisa
mengonsumsi lebih banyak makanan guna memuaskan pengecapan
mereka (Dudek, 2000).
3. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh yang berhubungan dengan
anoreksia nervosa, AIDS, tindakan pembedahan, kehamilan, kanker,
anemia, dan marasmus.
Kemungkinan ditemukan dat asebagai berikut.
a. Meningkatkan kebutuhan kalori dan kesulitan mencerna secara
berkelanjutan akibat penyakit infeksi, luka bakar, ataupun kanker.
b. Disfagia akibat kelumpuhan serebral.
c. Penurunan absorpsi nutrisi akibat toleransi laktosa.
d. Penurunan nafusu makan.
e. Sekresi berlebihan, baik melalui latihan fisik, muntah, diare, ataupun
pengeluaran lainnya.
f. Ketidakcukupan absorpsi akibat efek samping obat atau lainnya.
g. Kesulitan mengunyah.
Tujuan
a. Meningkatkan nafsu makan apabila nutrisi kurang.
b. Membantu memenuhi kebutuhan nutrisi.
c. Mempertahankan nutrisi melalui oral atau perenteral.
Rencana Tindakan
a. Monitor perubahan faktor yang menyebabkan terjadinya kekurangan
kebutuhan nutrisi dan status kebutuhan nutrisi.
b. Kurangi faktor yang memengaruhi perubahan nutrisi.
c. Ajarkan untuk merencanakan makanan.
d. Kaji tanda vital dan bising usus.
e. Monitor glukosa, elektrolit, albumin, dan hemoglobin.
f. Berikan promosi kesehatan tentang cara diet, kebutuhan kalori, atau
tindakan lainnya.

Tindakan pada gangguan kesulitan makan secara umum dapat dilakukan


dengan cara sebagai berikut.
a. Atur posisi seperti duduk tegak 60-90 derajat pada kursi atau tempat
tidur.
b. Pertahankan posisi selama 10-15 menit.
c. Fleksikan kepala ke depan pada garis tengah tubuh 45 derajat untuk
mempertahankan kepatenan esofagus.
d. Mulai dari jumlah yang kecil.
e. Anjurkan untuk membersihkan mulut, hindari makanan yang pedas
atau asam, makanan berserat (sayuran mentah), dan rendam makanan
kering agar lunak.
4. Perubahan nutrisi lebih dari kebutuhan tubuh yang berhubungan dengan
obesitas hipotiroidisme, pasien dengan pemakaian kortikosteroid,
imobilisasi.
Kemungkinan data yang ditemukan adalah sebagai berikut.
a. Perubahan pola kenyang akibat efek obat atau radiasi.
b. Penurunan fungsi pengecap atau penciuman.
c. Kurangnya pengetahuan tentang nutrisi.
d. Penurunan kebutuhan metabolisme.
e. Kelebihan asupan.
f. Perubahan gaya hidup.
Tujuan
a. Meningkatkan nafsu makan apabila nutrisi kurang
b. Membantu memenuhi kebutuhan nutrisi
c. Mempertahankan nutrisi melalui oral atau parenteral.
Rencana Tindakan
a. Monitor perubahan faktor yang menyebabkan terjadinya kelebihan
kebutuhan nutrisi dan status kebutuhan nutrisi.
b. Kurangi faktor yang memengaruhi perubahan nutrisi.
c. Ajarkan untuk merencanakan makanan.
d. Kaji tanda vital dan bising usus.
e. Monitor glukosa, elektrolit, albumin, dan hemoglobin.
f. Berikan promosi kesehatan tentang cara diet, kebutuhan kalori, atau
tindakan lainnya.

Tindakan pada gangguan kelebihan nutrisi secara umum dapat dilakukan


dengan cara sebagai berikut.
a. Hindari makanan yang mengandung lemak.
b. Berikan motivasi untuk menurunkan berat badan.
c. Lakukan program olahraga.

Tindakan pada gangguan obstruksi mekanis secara umum, pada diagnosis


tiga dan empat dapat dilakukan dengan cara sebagai berikut.
a. Lakukan kebersihan mulut segera dengan kumur-kumur menggunakan
minuman bikarbonat rendah kalori atau atau larutan hidrogen
peroksida dan air sebagai pembersih mulut.
b. Ajarkan teknik mempertahankan nafsu makan dengan mengubah
variasi dan kepadatan seperti juas atau sup kental.
c. Gunakan suplemen tinggi kalori atau protein.
5. Ketidakseimbangan nutrisi : potensial lebih dari kebutuhan tubuh.
Pada dasarnya, diagnosis keperawatan ini mirip dengan diagnosis risiko
ketidakseimbangan nutrisi : lebih dari kebutuhan tubuh. Diagnosis ini
menggambarkan individu yang memiliki riwayat obesitas pada keluarga,
yang juga memperlihatkan pola berat badan yang lebih tinggi serta
individu yang pernah memiliki riwayat peningkatan berat bdan yang
berlebihan (misal kehamilan sebelumnya). Sampai penelitian klinis
membedakan diagnosis tersebut dari dari diagnosis lain yang diterima sata
ini, kita bisa menggunakan diagnosis ketidakefektifan pemeliharaan
kesehatan (aktual atau risiko) atau risiko ketidakseimbangan nutrisi lebih
dari kebutuhan tubuh untuk memberikan penyuluhan langsung guna
membantu pasien dan keluarga mengidentifikasi pola diet yang tidak
sehat.

Jika menggunakan NOC atau NIC diagnosis keperawatannya adalah


sebagai berikut.
1. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh (imbalanced
nutrition : less than body requirements).
NOC
Status nutrisi: asupan makanan dan minuman (nutritionl status : food and
fluid intake).
Kriteria Hasil
a. Asupan makanan per oral yang adekuat.
b. Asupan NGT adekuat.
c. Asupan cairan per oral adekuat.
d. Asupan caianan yang adekuat.
e. Asupan TPN adekuat.
NIC
Nutrition Therapy
a. Monitor asupan makanan dan minuman yang dikonsumsi pasien setiap
hari.
b. Tentukan berapa jumlah kalori dan tipe zat gizi yang di butuhkan
dengan berkolaborasi dengan ahli gizi
c. Dorong peningkatan asupan kalori, zat besi, protein, dan vitamin C.
d. Beri makanan lewat oral, bila memungkinkan.
e. Kaji kebutuhan pasien akan pemasangan NGT.
f. Lepas NGT bila pasien sudah bis amakan lewat oral.
2. Ketidakseimbangan nutrisi lebih dari kebutuhan tubuh berhubungan
dengan asupan yang berlebihan (imbalanced nutrition : more than body
requirements).
NOC
Status nutrisi : asupan nutrien (nutritional status: nutrient intake)
Kriteria Hasil
Pasien mendapatkan asupan yang normal dari kalori, protein, lemak,
karbohidrat, vitamin, mineral, zat besi, dan kalsium.
NIC
Nutritional Management
a. Diskusikan dengan pasien tentang kebiasan dan budaya serta faktor
hereditas yang memengaruhi berat badan.
b. Diskusikan risiko kelebihan berat badan.
c. Kaji berat badan ideal pasien.
d. Kaji presentase normal lemak tubuh pasien.
e. Beri motivasi kepada pasien untuk menurunkan berat badan.
f. Timbang berat badan setiap hari.
g. Buat rencana untuk menurunkan berat badan pasien.
h. Buat rencana olahraga untuk pasien.
i. Ajarkn pasien untuk diet sesuai dengan kebutuhan nutrisinya.
3. Risiko ketidakseimbangan nutrisi lebih dari kebutuhan tubuh (risk for
imbalanced nutrition: more than body requirements)
NOC
Kontrol berat badan, dengan kriteria hasil psien mampu:
a. Memonitor berat badan.
b. Mempertahankan asupan kalori harian secara optimal.
c. Menyeimbangkan antara olahraga dengan asupan kalori.
d. Mempertahankan berat badan yang optimal.
NIC
a. Kaji kebutuhan kalori dan tipe nutrisi yang sesuai dengan kebutuhan
pasien, bekerja sama dengan ahli gizi.
b. Pastikan asupan kalori pasien sesuai dengan tipe tubuh dan gaya hidup.
c. Sesuaikan diet dengan gaya hidup pasien.
d. Ajari pasien untuk membut catatan intake makanan setiap hari.
e. Berat badan pasien pada angka yang tepat.
Evaluasi
1. Meningkatkan nafsu makan ditunjukan dengan adanya kemampuan dalam
makan serta adanya perubahan nafsu makan apabila terjadi kurang dari
kebutuhan .
2. Terpenuhinya kebutuhan nutrisi ditunjukkan dengan tidak adanya tanda
kekurangan atau kelebihan berat badan.
3. Mempertahankan nutrisi melalui orang atau parenteral ditunjukkan dengan
adanya proses pencernaan makanan yang adekuat.

You might also like