You are on page 1of 14

PRAKTIKUM PERANCANGAN TEKNIK INDUSTRI II

PERENCANAAN KEBUTUHAN MATERIAL DAN PENJADWALAN


JOB DAN MESIN
(Material Requirement Planning)

DISUSUN OLEH

KELOMPOK II

SALMIN YADI TUBAKA (2013-72-067)

DENNY PRAWIRA (2013-72-109)

RESA SIAHAINENIA (2013-72-055)

EKA WULANDARI (2013-72-011)

PROGRAM STUDI TEKNIK INDUSTRI

JURUSAN TEKNIK INDUSTRI

UNIVERSITAS PATTIMURA

OKTOBER, 2016

1
BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Suatu perusahaan mempunyai peranan yang penting dalam perekonomian suatu


negara. Sedangkan perusahaan mempunyai kegiatan yang beragam, mulai perencanaan,
proses produksi, personalia, pembelanjaan dan pendistribusian. Kegiatan-kegiatan
tersebut berguna dalam pencapaian tujuan dari suatu perusahaan.
Pada dasarnya tujuan dari suatu perusahaan adalah keuntungan berupa uang,
apapun bentuk jenis usaha yang dilakukan. Untuk dapat mencapai tujuan tersebut, maka
perusahaan harus melaksanakan aktivitasnya dengan lancar cepat dan hemat biaya,
sehingga dapat memenuhi selera konsumen dan mendapat kepercayaan yang tinggi
sebagai salah satu modal yang sangat vital. Dengan adanya kepercayaan dari konsumen
maka dapat dipastikan bahwa produk yang dibuat akan dimanfaatkan oleh mereka.
Untuk menjamin kebutuhan-kebuthan konsumen akan produk yang diproduksi oleh
perusahaan maka perushaan perlu mengontrol persediaan yang ada agar siap menjawab
kebutuhan konsumen setiap saat tepat pada waktunya, oleh karena itu perusahaan
hendaklah menerapkan suatu sistem atau metode yang efektif guna merespon masalah-
masalah yang ada.
Salah satu cara untuk mengendalikan persediaan adalah dengan metode
Material Requierment Planning (MRP). MRP merupakan teknik pendekatan yang
bertujuan meningkatkan produktivitas perusahaan dengan cara menjadwalkan
kebutuhan akan material dan komponen untuk membantu perusahaan dalam mengatasi
kebutuhan minimum dari komponen-komponen yang kebutuhannya dependen dan
menjamin tercapainya produksi akhir. Material Requirement Planning muncul pada
tahun 60an oleh Oliver Weight yang berasosiasi dengan Joseph Oirlicky, yang pertama
kali diterapkan di Toyota Company Jepang.
Banyaknya metode dalam manajemen material yang dapat digunakan untuk
menentukan waktu dan volume pengadaan material, mengharuskan para pengambil
keputusan harus menguasai setiap metode pengadaan material dalam manajemen
material, mengetahui kelebihan dan kekurangan setiap metode serta dapat
menggunakan metode yang tepat sesuai dengan keadaan yang dihadapi. Salah satu

2
metode didalam manajemen material adalah Material Requirement Planning (MRP)
yang pada mulanya adalah suatu metode pemesanan material, maka pada saat ini
metode tersebut telah digunakan sebagai alat perencanaan dan pengawasan terhadap
fungsi manajemen. Material requirement planning juga merupakan konsep dari suatu
mekanisme untuk menghitung material yang dibutuhkan, kapan diperlukan dan berapa
banyak.
Pada perusahaan yang bergerak dibidang perdagangan yang menghasilkan
barang jadi, proses produksi merupakan kegiatan inti dari perusahaan tersebut. Produksi
bisa berjalan dengan lancar apabila bahan baku yang merupakan input dari proses
produksi tersedia sesuai dengan kebutuhan. Tersedianya bahan baku tidak lepas dari
perencanaan (planning) dan pengendalian (controlling). Perencanaan bahan baku
bermanfaat untuk menjaga kelangsungan proses produksi yang berdampak pada
kelangsungan hidup perusahaan dan untuk mengantisipasi pada setiap permintaan
konsumen yang datang secara tidak terduga. Dengan adanya persediaan bahan baku
maka perusahaan dapat memenuhi permintaan konsumen. Sistem yang dapat digunakan
untuk pengadaan bahan baku adalah MRP (Material Requirement Planning) atau sistem
kebutuhan bahan baku. Sistem MRP dapat digunakan untuk mengetahui jumlah bahan
baku yang akan dipesan sesuai dengan kebutuhan untuk produksi dengan
memperhitungkan juga biaya-biaya yang akan timbul akibat dari persediaan, seperti
biaya pemesanan dan biaya penyimpanan.
Untuk dapat melakukan pengendalian terhadap inventori dalam konteks
permintaan yang dependen, salah satu dari beberapa sistim yang dapat digunakan
adalah Material Requirement Planning (MRP) System atau sering juga disebut "Little"
MRP. MRP merupakan sistim yang dirancang untuk kepentingan perusahaan
manufaktur termasuk perusahaan kecil. Alasannya adalah bahwa MRP merupakan
pendekatan yang logis dan mudah dipahami untuk memecahkan masalah-masalah yang
terkait dengan penentuan jumlah bagian, komponen, dan material yang diperlukan
untuk menghasilkan produk akhir. MRP juga memberikan skedul waktu yang terinci
kapan setiap komponen, material dan bagian harus dipesan atau diproduksi.
MRP didasarkan pada permintaan dependen. Permintaan dependen adalah
permintaan yang disebabkan oleh permintaan terhadap item level yang lebih tinggi.
Misalnya permintaan akan mesin otomotif, roda merupakan permintaan dependen yang
tergantung pada permintaan otomobil. MRP digunakan pada berbagai industri terutama
yang berkarakteristik job-shop, yakni industri yang memproduksi sejumlah produk

3
dengan menggunakan peralatan produksi yang relatif sama.. MRP tidak akan cocok bila
diterapkan pada perusahaan yang menghasilkan produk dalam jumlah yang relatif
sedikit.

1.2. Tujuan Penelitian


Adapun tujuan dari praktikum adalah sebagai berikut:
1. Memahami fungsi dan prinsip MRP
2. Memahami keterkaitan MRP dengan MPS, rencana produksi agregat

1.3. Manfaat Penelitian


Adapun manfaat dari praktikum ini yaitu

a) Bagi Perusahaan
Diharapkan hasil penelitian ini dapat bermanfaat bagi perusahaan sebagai
bahan masukkan agar dapat meningkatan pelayanan dan kepuasan konsumen.
meningkatan pemanfaatan fasilitas dan tenaga kerja. Dan merencanakan dan
menjadwalkan persediaan yang lebih baik dalam memproduksi jendela agar lebih
optimal
b) Bagi Penulis
Penelitian ini merupakan penerapan ilmu yang telah didapat dibangku
perkuliahan untuk melakukan penelitian dengan menerapkan ilmu yang telah
didapat seperti Planning Production Control dan Sistem Logistik dalam membuat
suatu MRP pada produk jendela.

4
BAB II

LANDASAN TEORI

2.1. Material Requirement Planning

Material Requirement Planning adalah perencanaan apa, kapan dan bagaimana


komponen dan material harus disediakan untuk memenuhi tuntutan MPS. Pada dasarnya
MRP merupakan metode perencanaan dan pengendalian order (ke lantai produksi
maupun kepihak luar) dan persediaan. Prinsipnya adalah memperoleh material yang tepat
dari sumber yang tepat dalam jumlah yang tepat dan pada saat yang tepat dalam jumlah
yang tepat dan pada saat yang tepat.

Input utama bagi MRP adalah MPS, BOM dan status persediaan. Informasi lain
yang juga diperlukan diperoleh dari item masfer file, antara lain lead time, safety stock,
open order dan ukuran lot.

Menurut Gasperz (2004), Material Requirement Planning (MRP) adalah metode


penjadwalan untuk purchased planned orders dan manufactured planned orders,
kemudian diajukan untuk analisis lanjutan berkenaan dengan persediaan kapasitas dan
keseimbangan menggunakan perencanaan kebutuhan kapasitas. Sistem MRP
mengkoordinasikan pemasaran, manufacturing, pembelian, rekayasa melalui
pengadopsian rencana produksi serta melalui penggunaan satu data base terintegrasi
guna merencanakan, dan memperbaharui aktivitas dalam sistem industri modern secara
keseluruhan.
Salah satu alasan mengapa MRP digunakan secara cepat dan meluas sebagai
teknik manajemen produksi, yaitu karena MRP menggunakan kemampuan komputer
untuk menyimpan dan mengelola data yang berguna dalam menjalankan kegiatan
perusahaan. MRP dapat mengkoordinasikan kegiatan dari berbagai fungsi dalam
perusahaan manufaktur, seperti teknik, produksi, dan pengadaan. Oleh karena itu, hal
yang menarik dari MRP tidak hanya fungsinya sebagai penunjang dalam pengambilan
keputusan, melainkan keseluruhan peranannya dalam kegiatan perusahaan.
MRP sangat bermanfaat bagi perencanaan kebutuhan material untuk komponen
yang jumlah kebutuhannya dipengaruhi oleh komponen lain (dependent demand). MRP
memberikan peningkatan efisiensi karena jumlah persediaan, waktu produksi, dan waktu

5
pengiriman barang dapat direncanakan dengan lebih baik, karena ada keterpaduan dalam
kegiatan yang didasarkan pada jadwal induk. Moto dari MRP adalah memperoleh
material yang tepat, dari sumber yang tepat, untuk penempatan yang tepat, dan pada
waktu yang tepat (Gasperz, 2004).

2.2. Empat Langkah Utama Sistem Material Requirements Planning (MRP)


Sistem MRP memiliki empat langkah utama yang selanjutnya keempat langkah
ini harus ditetapkan satu per satu pada periode perencanaan dan pada setiap item.
Prosedur ini dapat dilakukan secara manual bila jumlah item yang terlibat dalam
produksi relatif sedikit. Suatu program diperlukan bila jumlah item sangat banyak.
Langkah-langkah tersebut adalah sebagai berikut (Baroto, 2002).
1.Netting
Merupakan suatu proses perhitungan kebutuhan bersih yang biasanya
merupakan selisih antara kebutuhan kotor dengan persediaan di tangan dan yang sedang
diproses (dipesan).
2.Lotting
Merupakan suatu proses untuk menentukan besarnya jumlah pesanan optimal
untuk setiap item secara individual berdasarkan pada hasil perhitungan kebutuhan
bersih yang telah dilakukan. Beberapa teknik diarahkan untuk menyeimbangkan
ongkos set up dan ongkos simpan. Ada juga teknik yang sederhana yang memakai
jumlah pemesanan tetap atau periode pemesanan tetap.
3.Off Setting
Merupakan salah satu langkah pada MRP untuk menentukan saat yang tepat
untuk rencana pemesanan dalam memenuhi kebutuhan bersih. Rencana pemesanan
didapat dengan cara menggabungkan saat awal tersedianya lot size yang diinginkan
dengan besarnya waktu ancang. Waktu ancang ini sama dengan besarnya waktu saat
barang mulai dipesan atau diproduksi sampai barang tersebut siap untuk dipakai.
4.Explosion
Yaitu proses perhitungan kebutuhan kotor untuk tingkat yang lebih bawah
didasarkan atas rencana pesanan. Dalam proses explosion ini, data mengenai struktur
produk sangat memegang peranan, karena atas dasar struktur produk inilah proses
explosion akan berjalan dan dapat menentukan ke arah komponen mana yang harus
diexplosion.

6
2.3. Istilah-istilah yang digunakan Material Requirement Planning (MRP)
Sebelum memasuki lebih lanjut mengenai perencanaan kebutuhan material,
terlebih dahulu menjelaskan tentang pengertian dari tabel untuk perhitungan MRP.
Berikut ini dijelaskan tentang istilah-istilah yang biasa digunakan, yaitu: (Gasperz,
2004)
1. Gross Requirement (GR, kebutuhan kasar) Adalah total dari semua kebutuhan,
termasuk kebutuhan yang diantisipasi untuk setiap periode waktu. Berdasarkan
pengertian tersebut gross requirement merupakan bagian dari keseluruhan jumlah
item (komponen) yang diperlukan pada suatu periode.
2. Schedule Receipts (SR, penerimaan yang dijadwalkan) Merupakan jumlah item
yang akan diterima pada suatu periode tertentu berdasarkan pesanan yang dibuat.
3. Begin Inventory (BI, inventori awal) Merupakan jumlah inventori di awal periode.
4. Net Requirement (NR, kebutuhan bersih) Merupakan jumlah aktual yang diinginkan
untuk diterima atau diproduksi dalam periode bersangkutan.
5. Planned Order Receipt (PORt, penerimaan pemesanan yang direncanakan) Adalah
jumlah item yamg diterima atau diproduksi oleh perusahaan manufaktur pada
periode waktu terakhir.
6. Planned Ending Inventory (PEI, rencana persediaan akhir periode) Merupakan
suatu perencanaan terhadap persediaan pada akhir periode.
7. Planned Order Releases (PORel, pelepasan pemesanan yang direncanakan) Adalah
jumlah item yang direncanakan untuk dipesan agar memenuhi perencanaan pada
masa yang akan datang atau order produksi yang dapat dilepas untuk dimanufaktur.
8. Lead Time adalah waktu tenggang yang diperlukan untuk memesan (membuat)
suatu barang sejak saat pesanan (pembuatan) dilakukan sampai barang itu diterima
(selesai dibuat).
9. Lot Size (ukuran lot) Merupakan kuantitas pesanan dari item yang memberitahukan
MRP berapa banyak kuantitas yang dipesan, serta lot sizing apa yang dipakai.
10. Safety Stock (stok pengaman) Merupakan stok pengaman yang ditetapkan oleh
perencana MRP untuk mengatasi fluktuasi dalam permintaan (demand) dan
penawaran MRP untuk mempertahankan tingkat stok pada semua periode waktu.

7
2.4. Metode Peramalan
Metode peramalan adalah suatu cara memperkirakan secara kuantitatif apa yang akan
terjadi di masa depan berdasarkan data-data relevan di masa yang lalu, maka peramalan ini
digunakan dalam peramalan yang objektif.
Metoda Simple Regresi

Pada dasarnya metoda ini berusaha mencari fungsi hubungan antara sebab (dalam hal ini
waktu) dengan akibat. Metoda ini dapat dipakai untuk jangka panjang.

Regresi linear digunakan untuk peramalan apabila set data yang ada linear. Artinya hubungan
antara variable waktu dan demand berbentuk garis lurus (linear), metoda regresi linear
didasarkan atas perhitungan least square error yaitu dengan memperhitungkan jarak terkecil
ke suatu titik pada data untuk ditarik garis. Dengan metoda ini dapat diperoleh suatu ramalan
dengan didasarkan atas persamaan yang dihasilkan. Faktor intersep dan slope pada peramalan
dihitung dari data masa lalu dan digunakan untuk melakukan peramalan dengan variabel
waktu yang berubah.

Double Moving Average

Metoda Averaging dipakai untuk kondisi dimana setiap data pada waktu yang berbeda
mampunyai bobot yang sama sehingga fluktuasi random data dapat diredam dengan rata-
ratanya, biasanya dipakai untuk peramalan jangka pendek. Pada data yang memiliki
kecenderungan suatu deret yang meningkat (trend) tanpa kesalahan random yang
menghasilkan trend linear meningkat. Dengan menggnakan single moving average akan
terjadi kesalahan sistematis (error) akibat trend. Untuk mengurangi kesalahan akibat trend
yang terjadi bila rata-rata bergerak dipakai (moving average), maka dikembangkan metoda
linear moving average. Dengan metoda ini adalah menghitung rata-rata bergerak kedua.
Rata-rata bergerak kedua (double moving average) merupakan rata-rata bergerak dari rata-
rata bergerak dan menurut simbol dituliskan sebagai MA (M x N) artinya adalah MA (M
periode) dari MA (N periode).

Model Pemulusan Eksponensial (Eksponential Smoothing Model)

Model peramalan pemulusan eksponensial bekerja hampir serupa dengan alat tremostart,
dimana apabila galat ramalan (forecast error) adalah positif, yang berarti nilai actual
permintaan lebih tinggi dari pada nilai ramalan. Sebaliknya apabila galat ramalan (forecast
error), adalah negatif, yang berarti nilai aktual permintaan lebih rendah dari pada nilai
8
ramalan (A-F<0), maka model pemulusan eksponensial akan secara otomatis menurunkan
nilai ramalan. Proses penyusunan ini berlangsung terus menerus, kecuali galat ramalan telah
mencapai nol. Kenyataan inilah yang mendorong peramal (forecaster) lebih suka
menggunakan model peramalan pemulusan eksponensial, apabila pola historis dari data
aktual permintaan bergejolak atau tidak stabil dari waktu ke waktu.
Penghalusan eksponensial merupakan metode peramalan rata-rata bergerak dengan
pembobotan dimana titik data dibobotkan oleh fungsi eksponensial.
Rumus penghalusan eksponensial:
Peramalan = peramalan periode terakhir + (permintaan n sebenarnya periode terakhir)
Peramalan periode terakhir
Ft =Ft-1+(At-1-Ft-1)
Dimana: Ft = peramalan baru
Ft-1 = permintaan sebelumnya
= konstanta penghalusan (0 < <1)
At-1 = permintaan aktual periode lalu

Permasalahan umum yang sering dihadapi apabila menggunakan model pemulusan


eksponensial adalah memilih konstanta pemulusan, , yang diperkirakan tepat. Nilai
konstanta pemulusan, , dapat dipilih antara nilai 0 dan 1, karena berlaku: 0< <1.
Bagaimanapun juga untuk penetapan nilai yang diperkirakan tepat, kita dapat
menggunakan panduan berikut:
Apabila pola historis dari data aktual permintaan sangat bergejolak atau tidak stabil
dari waktu ke waktu, kita memilih nilai yang mendekati satu. Biasanya dipilih nilai
= 0,9 namun dapat mencoba nilai yang lain yang mendekati satu, seperti:
0,8;0,95;0,99, dan lain-lain, tergantung pada sejauh mana gejolak dari data itu.
Semakin bergejolak, nilai yang dipilih harus semakin tinggi menuju kenilai satu.
Apabila pola historis dari data aktual permintaan tidak berfluktuasi atau relatif stabil
dari waktu ke waktu, kita memilih nilai yang mendekati nol. Biasanya dipilih nilai
= 0,1 namun dapat mencoba nilai yang lain mendekati nol, seperti: 0,2;0,15;
0,05; 0,01, dan lain-lain. Tergantung pada sejauh mana kestabilan dari data itu.
Semakin stabil, nilai yang dipilih harus semakin kecil menuju kenilai nol.

9
BAB III

PEMBAHASAN

3.1. Waktu dan Tempat Penelitan

Praktikum ini dilakukan pada 12 September 2016. Lokasi penelitian dilakukan pada
UD. JEPARA PUTRA MEUBEL yang beralamat di Aster Hative Kecil Kecamatan
Sirimau Kota Ambon

3.2. Alat dan Bahan

1. Set data
2. Netbook dengan Softwere WinQSB 2.0
3. Kamera Smartphone

3.3. Pengolahan Data

A. Profil Perusahaan

UD. JEPARA PUTRA MEUBEL merupakan industri rumahan dengan produk


yang dihasilkan berupa mebel. Perusahaan ini didirikan oleh Bapak M.Karim pada
tahun 2003 yang beralamat di Aster Hative Kecil Kecamatan Sirimau Kota Ambon.
Bapak Karim memulai usaha dengan bermodalkan pengalaman dan keterampilan
dibidang mebel dan tabungan yang disisihkan dari penghasilannya selama menjadi
pekerja pada perusahaan mebel. Modal awal sepenuhnya dari pemilik usaha, sedangkan
untuk modal pengembangan usaha disisihkan dari keuntungan usaha.
UD. JEPARA PUTRA MEUBEL melakukan produksi dengan sistem pesan
terlebih dahulu dan membuat sampel untuk promosi. Dalam proses produksi ada
beberapa tahapan mulai dari pemilihan bahan, pengukuran, perakitan, penyelesaian.
Bahan baku mebel adalah kayu jati dan kayu non jati, kayu non jati seperti
misalnya kayu kayu linggua, kayu pinus, kayu nangka dan lain-lain. Memperoleh bahan
baku dari supplier yang tidak tentu (tergantung kebutuhan dan harga). Jumlah tenaga
kerja yang ada 10 orang, Mereka termasuk tenaga terampil dan berpengalaman
dibidang ini.

Pemasaran mebel UD. JEPARA PUTRA MEUBEL dilakukan dengan cara


dipasarkan sendiri ke masyarakat atau dengan menjalin kemitraan dengan para

10
tengkulak melalui toko-toko atau show room - show room yang menginformasikan
mebel-mebel yang sedang digemari konsumen disamping memberikan pinjaman modal
usaha.

B. Alat dan Bahan

Tabel 1.1 Alat dan Bahan


Bahan Alat
Kayu Linggua Mesin Skap
Kaca Mesin Profil
Lem Mesin Amplas
Plitur Prusut
Clear Meteran
Pahat
Palu
Siku Besi
Mesin Bor
Mesin Gun Brush
Mesin

C. Proses Pembuatan
Proses Pembuatan Jendela sebagai berikut :
1. Desain jendela sesuai dengan kebutuhan dan tentukan ukuran untuk jendela
tersebut.
2. Potong semua komponen dengan gergaji mesin sesuai dengan ukuran yang
didesain
3. Skap semua bahan yang akan di pakai dengan menggunakan mesin skap hingga
rata dan halus dan juga di siku pada sisi kayu tersebut agar lurus.
4. Tandai setiap komponen dengan garis sesuai dengan ukuran yang di inginkan.
5. Profil semua komponen jendela pada sisi yang sudah di garisi, dengan mesin
profil.
6. Tandai untuk membuat purusan / lidah dengan menggunakan prusut, mulai pada
lubang purusan dan juga purusan dengan prusut yang sama.
7. Membuat purusan yang sudah di tandai dan juga membuat lubang purusan yang
sudah di tandai dengan pahat atau mesin bobok kayu.
8. Rakit semua komponen sesuai dengan posisinya, setelah di rakit lalu di ratakan
dengan menggunakan mesin skap.

11
9. Membuat lubang slop yaitu tempat untuk kaca, dengan mengguanakan mesin
profil yang sudah di ganti mata profil dengan model pacul untuk ukuran lubang
slop sama dengan tebal kaca yang mau digunakan.
10. Rakit semua komponen beserta kaca lalu di lem pada tiap purus dan lubang
purus trus di pres dan di nagel untuk membuat lubang nagel menggunakan mesin
bor.
11. Ratakan kembali tapi dengan menggunakan mesin amplas, supaya rapi dan lebih
halus.
12. Selanjutnya di warnai menggunakan melamine, tunggu hingga kering dan
amplas kembali. Tehap selanjutnya yaitu melamine clear, dan tunggu hingga
kering

12
BAB IV

PENUTUP

5.1. Kesimpulan

Dari pembahasan diatas kami dapat mengambil kesimpulan

1. Fungsi dan prinsip dari MRP yaitu pemesanan suatu barang dengan tepat, jumlah
tepat dan waktu yang tepat, pemesanan kebutuhan barang tepat pada saat
dibutuhkan (right due date) dan menjaga agar due date tidak meleset dan membuat
rencana pembebenan kerja secara lengkap dan tepat
2. Master Production Schedule memberikan gambaran tentang jumlah item yang
diproduksi selama periode waktu tertentu. MPS dibuat berdasarkan input dari
rencana produksi agregat dan ramalan permintaan. Sehingga MPS akan menjadi
input utama dari MRP

5.2. Saran
Adapun saran dalam penelitian ini adalah, antara lain :
1. Dengan mengetahui manfaat bagi perusahaan, diharapkan perusahaan dapat
memperoleh material yang tepat dari sumber yang tepat dalam jumlah yang tepat
dalam memproduksi jendela agar lebih optimal
2. Saran bagi penulis disini harusnya penerapan ilmu yang telah di dapat di bangku
perkuliahan dapat di aplikasikan dengan baik dalam menyusun materi yang akan
dibuat dalam laporan ini.

13
DAFTAR PUSTAKA

http://digilib.ittelkom.ac.id/index.php?option=com. Diunduh: 14/12/2013 jam 16.52 WIB.

http://en.wikipedia.org/wiki/Material_requirements_planning. Diunduh: 14/1122013 jam


17.19 WIB

http://hierone1.blogspot.co.id/2012/12/contoh-makalah-mrp-material-requirement.html

http://go-phelz.blogspot.com/2011/01/perencanaan kebutuhan bahan mrp.html.


Diunduh: 14/12/2013 jam 16.31 WIB.

http://www.academia.edu/10171186/manajemen_operasio_MRP. Ir. Silvi Ariyanti, M.Sc,.


Manajemen Inventori dan Logistik.pdf

Modul MO Bab 10 MATERIAL REQUIREMENT PLANNING (MRP).pdf

14

You might also like