You are on page 1of 13

Asuransi Syariah

1. A. Pengertian Asuransi
Dalam Kitab Undang-Undang Hukum Dagang (KUHD) pasal 246 dijelaskan bahwa yang
dimaksud asuransi atau pertanggungan adalah suatu perjanjian (timbal balik), dengan mana
seorang penanggung mengikatkan diri kepada seorang tertanggung, dengan menerima suatu
premi, untuk memberikan penggantian kepadanya, karena suatu kerugian, kerusakan, atau
kehilangan keuntungan yang diharapkan, yang mungkin akan dideritanya, karena suatu peristiwa
tak tentu (onzeker vooral).. Secara baku, definisi asuransi di Indonesia telah ditetapkan dalam
Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 2 Tahun 1992 Tentang Usaha
Persuransian,Asuransi atau pertanggunan adalah perjanjian antara dua pihak atau lebih, dimana
pihak penanggunan mengikatkan diri kepada tertanggung, dengan menerima premi asuransi,
untuk memberikan penggantian kepada tertangung karena kerugian, kerusakan, atau kehilangan
keuntungan diharapkan. Atau, tanggung jawab hukum kepada pihak ketiga yang mungkin akan
diderita tertanggung, yang timbul dari suatu peristiwa yang tidak pasti atau untuk memberikan
suatu pembayaran yang didasarkan atas meninggal atau hidupnya seseorang yang
dipertanggungkan. Sedangkan, ruang lingkup masyarakat melalui pengumpulan premi asuransi,
memberi perlindungan kepada anggota masyarakat pemakai jasa asuransi terhadap kemungkinan
timbul kerugian karena suatu peristiwa yang tidak pasti atau terhadap hidup atau meninggalnya
seseorang

Asuransi Syariah
Dalam bahasa Arab Asuransi disebut at-taimin, penanggung disebut muammin, sedangkan
tertanggung disebut muamman lahu atau ustamin. at-tamin ( ) diambil dari kata ( )
memiliki arti memberi perlindungan, ketenangan, rasa aman, dan bebas dari rasa takut,
sebagaimana firman Allah, Dialah Allah yang mengamankan mereka dari ketakutan. (Quraisy:
4).
Asuransi di sebut pula sebagai takaful, tadhamun .
Dewan syariah Nasional Majelis Ulama Indonesia (DSN-MUI) dalam fatwanya tentang pedoman
umum asuransi syariah, memberi definisi tentang asuransi. Menurutnya, asuransi syariah (Tamin
, takaful, tadhamun) adalah usaha saling melindungi dan tolong-menolong di antara sejumlah
orang/pihak melalui investasi dalam bentuk aset dan atau tabarru yang memberikan pola
pengembalian untuk menghadapi risiko tertentu melalui akad (perikatan) yang sesuai dengan
syariah.[4]
Dalam Ensiklopedia hukum Islam bahwa asuransi (at-tamin) adalah transaksi perjanjian antara
dua pihak ; pihak pertama berkewajiban membayar iuran dan pihak lain erkewajiban memberikan
jaminan sepenuhnya kepada pembayar iuran jika terjadi sesuatu yang menimpa pihak pertama
sesuai dengan perjanjian yang dibuat.
Men-Tamin-kan sesuatu artinya adalah seseorang membayar atau menyerahkan uang cicilan
untuk agar ia atau ahli warisnya memdapat uang sebagaimana yang telah disepakati, atau
mendapatkan ganti terhadap hartanya yang hilang, deikatakan seseorang empertanggungkan atau
mengasuransikan hidupnya, rumahnya atau mobilnya.

Ada tujuan dalam Islam yang menjadi kebutuhan mendasar yaitu al kifayah (kecukupan) dan al
amnu (keamanan). Sebagaimana firman Allah swt: Dialah Allah yang mengamankan mereka
dari ketakutan, sehingga sebagian masyarakat menilai bahwa bebas dari lapar merupakan bentuk
keamanan, mereka menyebutnya dengan al amnu al qidza`I (aman komsumsi). Dari prinsip
tersebut Islam mengarahkan kepada ummatnya untuk mencari rasa aman baik untuk dirinya
sendiri dimasa mendatang atau untuk keluarganya sebagaimana nasehat Rasul kepada Sa`ad bin
Abi Waqash agar mensedekahkan sepertiga hartanya saja selebihnya ditinggalkan untuk
keluarganya agar mereka tidak menjadi beban masyarakat.
Al-Fanjari mengartikan tadhamun, takaful, at-ta`min atau asuransi syariah dengan pengertian
saling menanggung atau tanggung jawab sosial. Ia juga membagi ta`min ke dalam tiga bagian,
yaitu ta`min at-taawuniy, ta`min al tijari, dan ta`min al hukumiy.
Menurut Mushtafa Ahmad Zaraq, makna asuransi secara istilah adalah kejadian. Adapun
metodelogi dan gambarannya dapat berbeda-beda, namun pada intinya, asuransi adalah cara atau
metode untuk memelihara manusia dalam menghindari resiko (ancaman) bahaya yang beragam
yang akan terjadi dalam hidupnya dalam perjalanan kegiatan hidupnya atau dalam aktivitas
ekonominya.
Husain Hamid Hisan mengatakan bahwa asuransi adalah sikap taawun yang telah diatur
dengan sistem yang sangat rapi, antara sejumlah besar manusia. Semuanya telah siap
mengantisipasi suatu peristiwa. Jika sebagian mereka mengalami peristiwa tersebut, maka
semuanya saling menolong dalam menghadapi peristiwa tersebut dengan sedikit pemberian
(derma) yang diberikan oleh masing-masing peserta. Dengan demikina, asuransi adalah taawun
yang terpuji, yang saling menolong dalam berbuat kebijakan dan takwa. Dengan taawun mareka
saling membantu antara sesama, dan mereka takut dengan bahaya (malapetaka) yang mengancam
mereka.
Dalam buku Aqdu at-tamin wa Mauqifu asy-Syariah al-Islamiyah Minhu, az-Zarqa juga
mengatakan bahwa sistem asuransi yang dipahami para ulama hukum (syariah) adalah sebuah
sistem taawun dan tadhamun yang bertujuan untuk menutupi kerugian peristiwa-peristiwa atau
musibah-musibah. tugas ini dibagikan kepada sekelompok tertanggung, dengan cara memberikan
pengganti kepada orang yang tertimpa musibah. pengganti tersebut diambil dari kumpulan-
kumpulan premi-premi mereka. Mereka (para ulama syariah) mengatakan bahwa dalam
penetapan semua hukum yang berkaitan dengan kehidupan sosial dan ekonomi, Islam bertujuan
agar suatu masyarakat hidup berdasarkan atas asas saling menolong dan menjamin dalam
peleksnaan hak dan kewajiban.
Dari devinisi diatas tampak bahwa asuransi syariah bersifat saling melindungi dan saling
menolong atas dasar ukhuwah Islamiyah antara anggota peserta asuransi syariah dalam
menghadapi malapetaka (resiko).

Oleh sebab itu, premi pada asurasni syariah adalah sejumlah dana yang dibayarkan oleh
pesertanya yang terdiri atas Dana Tabungan dan Tabarru dana Tabungan adalah dana titipan dari
peserta Asuransi Syariah (life insurance) dan akan mendapatkan alokasi bagi hasil (al-
mudharabah) dari pendapatan investasi bersih yang diperoleh setiap tahun. Dana tabungan
beserta alokasi bagi hasil akan dikembalikan kepada peserta apabila peserta yang bersangkutan
mengajukan klaim, baik berupa nilai tunai atau pun klaim manfaat asuransi. Sedangkan tabarru
adalah derma atau dana kebijakan yang diberikan dan diikhlaskan oleh peserta asuransi jika
sewaktu-waktu akan dipergunakan untuk membayar klaim atau manfaat asuransi (life or general
insurance).

Menurut Dr. H. Hamzah Yaqub, dengan memperhatikan maksud dan tujuan asuransi, maka
dapatlah dikatan pembagian lebih lanjut sebagai berikut:
a. Asuransi ganti kerugian

Asuransi ganti kerugian dititik beratkan pada barang atau usaha yang menjadi pokok gantu
kerugian. Maksud pertanggungan adalah untuk memberi ganti kerugian kepada nasabah yang
menderita kerugian barang atau benda miliknya kerugian terjadi karena bencana atau bahaya
terhadap pertanggungan ini diadakan, baik kerugian itu berupa kemunduran dalam bentuk
miliknya atau kehilangan keuntungan yang diharapkan oleh pihak yang bersangkutan.
Pembayaran ganti kerugian itu bersifat tidak pasti, bukan saja mengenai besar kecilnya jumlah
penggantian itu, tetapi juga mengenai waktunya. Sebab hal ini tergantung dari timbul tidaknya
suatu kerugian.

Jenis asuransi ganti kerugian meliputi pertanggungan kebakaran, pengangkutan, pencurian, mobil
dan segalanya.

b. Asuransi Sejumlah uang

Asuransi sejumlah uang dititik beratkan pada jumlah uang yang akan diberikan sebagai ganti
kerugian. Tujuan kad ini adalah untuk membayar sejumlah uang kepada nasabah, pembayaran
tidak tergantung kepada kejadian kerugian, melainkan pembayaran itu bersifat pasti. Asuransi ini
dimaksudkan sebagai asuransi jiwa, asuransi bunga hidup dan sebagainya.

1. B. Dasar hukum asuransi syariah.


Landasan dasar asuransi syariah adalah sumber dari pengambilan hukum praktik asuransi
syariah. Asuransi syariah dimaknai sebagai wujud dari bisnis pertanggungan yang didasarkan
pada nila-nilai yang dalam ajaran Islam, yaitu al Quran dan sunnah Rosul, maka landasan yang
dipakai dalam hal ini tidak jauh berbeda dengan metodelogi yang dipakai oleh sebagian ahli
hukum islam.

Al Quran tidak menyebutkan secara tegas ayat yang menjelaskan tentang praktik asuransi
seperti yang ada saat ini. Hal ini terindikasi dengan tidak munculnya istilah asuransi ( al-tamin)
secara nyata dalam al quran. Walaupun begitu al quran masih mengakomodir ayat-ayat yang
mempunyai muatan nilai-nilai dasar yang ada dalam praktik asuransi, seperti nilai dasar tolong-
menolong, kerjasama, atau semangat untuk melakukan proteksi terhadap peristiwa kerugian di
masa mendatang[1].
Ayat-ayat dalam Al Quran yang mengandung nilai dari asuransi syariah diantaranya:

Perintah Allah untuk saling berkerja sama


QS. Al Maidah :2

2. Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu melanggar syiar-syiar Allah, dan jangan
melanggar kehormatan bulan-bulan haram, jangan (mengganggu) binatang-binatang had-ya,
dan binatang-binatang qalaa-id, dan jangan (pula) mengganggu orang-orang yang mengunjungi
Baitullah sedang mereka mencari kurnia dan keredhaan dari Tuhannya dan apabila kamu telah
menyelesaikan ibadah haji, Maka bolehlah berburu. dan janganlah sekali-kali kebencian(mu)
kepada sesuatu kaum karena mereka menghalang-halangi kamu dari Masjidilharam,
mendorongmu berbuat aniaya (kepada mereka). dan tolong-menolonglah kamu dalam
(mengerjakan) kebajikan dan takwa, dan jangan tolong-menolong dalam berbuat dosa dan
pelanggaran. dan bertakwalah kamu kepada Allah, Sesungguhnya Allah Amat berat siksa-Nya.
Allah menghendaki kemudahan bagimu, dan tidak menghendaki kesukaran bagimu. dan
hendaklah kamu mencukupkan bilangannya dan hendaklah kamu mengagungkan Allah atas
petunjuk-Nya yang diberikan kepadamu, supaya kamu bersyukur.( QS. Al Baqarah:185)
Dalam konteks bisnis asuransi, ayat tersebut dapat dipahami bahwa dengan adanya lembaga
asuransi, seseorang dapat dengan mudah untuk menyiapkan dan merencanakan kehidupannya
dimasa yang akan datang dan dapat melindungi kepentingan ekonominya dari sebuah kerugian
yang tidak disengaja.

Firman Allah tentang perintah mempersiapkan hari depan


Allah SWT dalam Al Quran memerintahkan hambanya untuk sentiasa melakukan persiapan
untuk menghadapi hari esok, karena itu sebagian dari kita dalam kaitan ini berusaha untuk
menabung atau berasuransi.
Hai orang yang beriman! Bertaqwalah kepada Allah dan hendaklah setiap diri memperhatikan
apa yang telah dibuat untuk hari esok (masa depan). Dan bertaqwalah kepada Allah.
Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan (QS. al-Hasyr [59]: 18).
QS. Yusuf ayat:46-49

46. (setelah pelayan itu berjumpa dengan Yusuf Dia berseru): Yusuf, Hai orang yang Amat
dipercaya, Terangkanlah kepada Kami tentang tujuh ekor sapi betina yang gemuk-gemuk yang
dimakan oleh tujuh ekor sapi betina yang kurus-kurus dan tujuh bulir (gandum) yang hijau dan
(tujuh) lainnya yang kering agar aku kembali kepada orang-orang itu, agar mereka
mengetahuinya. 47. Yusuf berkata: Supaya kamu bertanam tujuh tahun (lamanya)
sebagaimana biasa; Maka apa yang kamu tuai hendaklah kamu biarkan dibulirnya kecuali
sedikit untuk kamu makan. 48. kemudian sesudah itu akan datang tujuh tahun yang Amat sulit,
yang menghabiskan apa yang kamu simpan untuk menghadapinya (tahun sulit), kecuali sedikit
dari (bibit gandum) yang kamu simpan. 49. kemudian setelah itu akan datang tahun yang
padanya manusia diberi hujan (dengan cukup) dan dimasa itu mereka memeras anggur.
Ayat tersebut mengajarkan kepada kita suatu pelajaran yang luar biasa berharga, dalam peristiwa
mimpi raja Mesir yang kemudian ditafsirkan oleh Nabi Yusuf dengan sangat akurat sebagai suatu
perencanaan negara dalam menghadapi krisis pangan tujuh tahun mendatang. Kisah ini sebagai
pelajaran untuk menyiapakan proteksi dari suatu ancaman ekonomi di masa mendatang.[2]
Firman Allah tentang Prinsip-prinsip bermuamalah:

Hai orang-orang yang beriman, penuhilah aqad-aqad itu. Dihalalkan bagimu binatang ternak,
kecuali yang akan dibacakan kepadamu. (yang demikian itu) dengan tidak menghalalkan berburu
ketika kamu sedang mengerjakan haji. Sesungguhnya Allah menetapkan hukum-hukum menurut
yang dikehendaki-Nya. (QS. Al Maidah :1)

Hadits:
Hadis-hadis Nabi shallallahu alaihi wasallam tentang beberapa prinsip bermuamalah, antara lain:

Barang siapa melepaskan dari seorang muslim suatu kesulitan di dunia, Allah akan
melepaskan kesulitan darinya pada hari kiamat; dan Allah senantiasa menolong hamba-Nya
selama ia (suka) menolong saudaranya (HR. Muslim dari Abu Hurairah).
Kaum muslimin terikat dengan syarat-syarat yang mereka buat kecuali syarat yang
mengharamkan yang halal atau menghalalkan yang haram. (HR. Tirmidzi dari Amr bin
Auf).

Perintah untuk saling melindungi.


Diriwayatkan oleh Abu Hurairah ra, Nabi Muhammad SAW bersabda: barang siapa yang
menghilangkan kesulitan diniawinya seorang mukmin, maka Allah SWT akan menghilangkan
kesulitannya pada hari kiamat. Barang siapa yang mempermudah kesulitan seseorang, maka
Allah akan mempermudah urusannya di dunia dan akherat. HR Muslim.
sesungguhnya orang yang beriman ialah barang siapa yang memberikan keselamatan dan
perlindungan terhadap harta dan jiwa manusia. HR Ibnu Majah.
Hadist tentang menghindari resiko :

Diriwayatkan dari Anas bin Malik ra bertanya seseorang kepada Rasulullah SAW. Tentang
(untanya) : Apa (unta) ini saya ikat saja atau langsung bertawakal pada Allah SWT? Bersabda
Rasulullah SAW.: Pertama ikatlah unta itu kemudian bertawakalah kepada Allah SWT. (HR.
At-Turmudzi)

1. C. SYARAT DAN RUKUN ASURANSI SYARIAH


Setiap terjadi transaksi harus melewati suatu akad yang mana merupakan ikatan secara hukum
yang dilakukan oleh dua atau beberapa pihak yang sama-sama berkeinginan untuk mengikat diri.
Demikian pula halnya dalam asuransi, akad antara perusahaan harus jelas. Apakah akadnya jual
beli ( aqd tabaduli ) atau akad tolong menolong ( aqd tafakuli ) atau akad lainnya. Syarat-syarat
dalam transaksi adalah adanya pihak-pihak yang berakad, barang yang diakad dan harga.
Terdapat perbedaan pendapat para ulama fiqh dalam menentukan rukun suatu akad. Jumhur
ulama fiqih menyatakan rukun akad terdiri atas tiga hal: pernyataan untuk mengikatkan diri
(shighat al-aqd), pihak-pihak yang berakad (al-mutaaqidain), dan obyek akad (al-maqud
alaih).
Ulama Hanafiyah berpendirian bahwa rukun akad itu hanya satu, yaitu shigat al-aqd (ijab
qabul). Sedangkan, pihak-pihak yang berakad dan objek akad, menurut mereka, tidak termasuk
rukun akad . Tetapi, termasuk syarat-syarat akad, karena menurut mereka, yang dikatakan rukun
itu adalah suatu esensi ang berada dalam akad itu sendiri. Sedangkan, pihak-pihak yang berakad
dan objek akad di luar esensi akad.
Karena asuransi syariah menggunakan akad tijarah dan akad tabarru maka dalam menngikuti
asuransi syariah ini harus memenuhi syarat dan rukun kedua akad tersebut terlebih dahulu.

D. Akad dalam Asuransi


1. Akad yang dilakukan antara peserta dengan perusahaan terdiri atas akad tijarah dan / atau
akad tabarru.
2. Akad tijarah yang dimaksud dalam ayat (1) adalah mudharabah. Sedangkan
akad tabarru adalah hibah.
3. Dalam akad, sekurang-kurangnya harus disebutkan :
a) hak & kewajiban peserta dan perusahaan;

b) cara dan waktu pembayaran premi;

c) jenis akad tijarah dan / atau akad tabarru serta syarat-syarat yang disepakati, sesuai dengan
jenis asuransi yang diakadkan.

Kedudukan Para Pihak dalam Akad Tijarah & Tabarru


1. Dalam akad tijarah (mudharabah), perusahaan bertindak sebagai mudharib (pengelola) dan
peserta bertindak sebagai shahibul mal (pemegang polis);
2. Dalam akad tabarru (hibah), peserta memberikan hibah yang akan digunakan untuk
menolong peserta lain yang terkena musibah. Sedangkan perusahaan bertindak sebagai
pengelola dana hibah.
Ketentuan dalam Akad Tijarah & Tabarru
1. Jenis akad tijarah dapat diubah menjadi jenis akad tabarru bila pihak yang tertahan haknya,
dengan rela melepaskan haknya sehingga menggugurkan kewajiban pihak yang belum
menunaikan kewajibannya.
2. Jenis akad tabarru tidak dapat diubah menjadi jenis akad tijarah.
Jenis Asuransi dan Akadnya
1. Dipandang dari segi jenis asuransi itu terdiri atas asuransi kerugian dan asuransi jiwa.

2. Sedangkan akad bagi kedua jenis asuransi tersebut adalah mudharabah dan hibah.

Premi
1. Pembayaran premi didasarkan atas jenis akad tijarah dan jenis akad tabarru.
2. Untuk menentukan besarnya premi perusahaan asuransi syariah dapat menggunakan rujukan,
misalnya tabel mortalita untuk asuransi jiwa dan tabel morbidita untuk asuransi kesehatan,
dengan syarat tidak memasukkan unsur riba dalam penghitungannya.

3. Premi yang berasal dari jenis akad mudharabah dapat diinvestasikan dan hasil investasinya
dibagi-hasilkan kepada peserta.
4. Premi yang berasal dari jenis akad tabarru dapat diinvestasikan.

Klaim
1. Klaim dibayarkan berdasarkan akad yang disepakati pada awal perjanjian.

2. Klaim dapat berbeda dalam jumlah, sesuai dengan premi yang dibayarkan.
3. Klaim atas akad tijarah sepenuhnya merupakan hak peserta, dan merupakan kewajiban
perusahaan untuk memenuhinya.
4. Klaim atas akad tabarru, merupakan hak peserta dan merupakan kewajiban perusahaan,
sebatas yang disepakati dalam akad.
Prinsip-prinsip Asuransi Syariah
Tauhid

Keadilan

Tolong-menolong

Kerja sama

Amanah

Kerelaan

Larangan riba, maisir, dan gharar.

1. E. Perbandingan asuransi syariah dan asuransi konvensional


Asuransi syariah berbeda dengan asuransi konvensional. Pada asuransi syariah setiap peserta
sejak awal bermaksud saling menolong dan melindungi satu dengan yang lain dengan
menyisihkan dananya sebagai iuran kebajikan yang disebut tabarru. Jadi sistem ini tidak
menggunakan pengalihan resiko (risk tranfer) di mana tertanggung harus membayar premi, tetapi
lebih merupakan pembagian resiko (risk sharing) di mana para peserta saling menanggung.
Kedua, akad yang digunakan dalam asuransi syariah harus selaras dengan hukum Islam
(syariah), artinya akad yang dilakukan harus terhindar dari riba, gharar (ketidak jelasan dana),
dan maisir (gambling), di samping itu investasi dana harus pada obyek yang halal-thoyyibah.

Konsep asuransi Islam berbeda dengan asuransi konvensional. Dengan perbedaan konsep ini
tentu akan mempengaruhi operasionalnya yang akan dilaksanakan akan berbeda satu dengan yang
lainnya. Berikut adalah perbedaan antara asuransi syariah dengan asuransi konvensional.

Keterangan
Asuransi Konvensional Asuransi Syariah

Perjanjian antara dua pihak Sekumpulan orang yang saling


atau lebih, dimana pihak membantu, saling menjamin
Konsep penanggung mengikat diri dan bekerja sama dengan cara
kepada pihak tertanggung, masing-masing mengeluarkan
dengan menerima premi dana tabarru.
asuransi, untuk memberikan
pergantian kepada
tertanggung.

Dari al-Aqilah (kebiasaan suku


Arab jauh sebelum Islam
Dari masyarakat Babilonia datang). Kemudian disahkan
4000-3000 SM yang dikenal oleh Rasulullah menjadi
dengan perjanjian Hammurabi. hukum Islam, bahkan telah
Dan tahun 1668 M di Coffe tertuang dalam konstitusi
House London berdirilah pertama di dunia (Konstitusi
Asal Usul Liyod of London sebagai cikal Madinah) yang dibuat
bakal asuransi konvensional. langsung oleh Rasulullah.

Bersumber dari wahyu Ilahi.


Bersumber dari pikiran Sumber hukum dalam syariah
manusia dan kebudayaan. Islam adalah al-Quran,
Sumber Berdasarkan hukum positif, Sunnah atau kebiasaan Rasul,
Hukum hukum alami dan contoh Ijma, Urf atu tradisi dan
peristiwa. Maslahah Mursalah.

Maghrib Tidak selaras dengan Syariah


(Maysir, Islam karena adanya unsur
Gharar dan Maisir, Gharar dan Riba. Dan
Riba) itu semua merupakan hal yang Bersih dari adanya praktik
diharamkan dalam muamalah. Maisir, Gharar dan Riba.

Selain diawasi oleh


Departemen Keuangan, juga
ada DPS yang berfungsi untuk
Hanya diawasi oleh mengawasi pelaksanaan
Departemen Keuangan. Tidak operasional perusahaan agar
ada DPS (Dewan Pengawas terbebas dari praktik-praktik
Syariah), sehingga dalam muamalah yang bertentangan
Pengawasan praktiknya bertentangan dengan prisnsip-prinsip
dengan kaidah-kaidah Syara. Syariah.

Akad jual beli atau tadabbuli Akad tabarru dan akad tijarah
Akad/ (akad muawadhah, akad (mudharabah, wakalah,
Perjanjian idzaan akad gharar dan akad wadiah, syirkah dan
mulzim). sebagainya).

Transfer of Risk, dimana Sharing of Risk, dimana terjadi


Jaminan/Risk terjadi transfer risiko dari proses saling menanggung
(Risiko) tertanggung kepada antara satu peserta dengan
penanggung. peserta yang lainnya (tawun).

Pengelola-an Tidak ada pemisahan dana Pada produk-produk saving


Dana yang berakibat pada terjadinya life terjadi pemisahan dana
dana hangus (untuk produk yaitu dana tabarru atau derma
saving-life). dan dana peserta sehingga
tidak mengenal istilah dana
hangus. Sedangkan untuk term
insurance semuanya bersifat
tabarru.

Dapat melakukan investasi


Bebas melakukan investasi sesuai dengan ketentuan
dalam batas-batas tertentu perundang-undangan
yang sesuai dengan sepanjang tidak bertentanggan
perundang-undangan dan tidak dengan prinsip-prinsip
terbatasi pada halal dan Syariah Islam. Bebas dari riba
haramnya objek atau sistem dan tempat-tempat investasi
investasi yang digunakan. terlarang. Dengan demikian
Investasi Dengan demikian, dana premi dana premi harus dinvestasikan
Dana Premi bisa diinvestasikan diluar skim dalam skim Syariah dengan
syariah. mendapatkan fee pengelola.

Dana yang terkumpul dari


Dana yang terkumpul dari peserta dalam bentuk iuran
premi peserta seluruhnya atau kontribusi, merupakan
menjadi milik perusahaan. milik peserta (shohibul mal),
Perusahaan bebas asuransi syariah hanya
Kepemilik-an menggunakan dan sebagai pemegang amanah
Dana menginvestasikan kemana (mudharib) dalam mengelola
saja. dana tersebut.

Iuran atau kontribusi terdiri


dari unsur tabarru dan
tabungan (yang tidak
Unsur premi terdiri dari tabel mengandung unsur riba).
mortalia (mortality tables), Tabarru juga dihitung dari
Unsur Premi bunga (interest), biaya-biaya tabel mortalia, tetapi tanpa
asuransi (cost of insurance). perhitungan bunga teknik.

Loading pada asuransi


konvensional cukup besar
terutama diperuntukan untuk Pada sebagian asuransi
komisi agen, bisa menyerap syariah, loading tidak
premi tahun pertama dan dibebankan pada peserta tetapi
kedua. Karena itu, nilai tunai dari dana pemegang saham,
Loading pada tahun pertama dan kedua tapi sebagian yang lainnya
(komisi agen) biasanya belum ada (masih mengambil dari sekitar 20-
hangus). 30% saja dari premi.

Sumber biaya klaim adalah Sumber pembayaran klaim


dari rekening atau kas diperoleh dari rekening
Sumber perusahaan, sebagai tabarru atau dana tabungan
Pembayaran konsekuensi penanggung bersama dimana peserta saling
Klaim terhadap tertanggung. Murni menanggung. Jika salah satu
bisnis dan tidak ada nuansa peserta mendapat musibah,
spiritual. maka peserta lainnya ikut
menanggung bersama risiko
tersebut.

Menganut konsep akuntansi


Menganut konsep akuntansi cash basis, mengakui apa yang
accrual basis, yaitu proses benar-benar telah ada, sedang
akuntansi yang mengakui accrual basis dianggap
terjadinya peristiwa, atau bertentangan dengan syariah
keadaan non-kas. Dan juga karena mengakui adanya
mengakui pendapataan, pendapatan harta, beban atau
peningkatan asset, expenses, utang yang akan terjadi di
liabilities dalam jumlah masa yang akan datang.
Sistem tertentu yang baru akan Sementara apakah itu benar-
Akuntansi diterima dalam waktu yang benar dapat terjadi hanya Allah
akan datang. yang tahu .

Profit yang diperoleh dari


surplus underwriting, komisi
Keuntungan yang diperoleh reasuransi dan hasil investasi
dari surplus underwriting, bukan seluruhnya milik
Keuntungan komisi reasuransi dan hasil perusahaan tetapi dilakukan
(Profit) investasi seluruhnya adalah bagi hasil (mudharabah)
keuntungan perusahaan. dengan peserta.

Perusahaan wajib
mengeluarkan zakat dari
Dana Zakat, keuntungannya. Juga
Infaq dan dianjurkan untuk
Shadaqah Tak ada zakat, infaq dan mengeluarkan infaq dan
shadaqah. shadaqah.

Misi yang diemban dalam


asuransi syariah adalah misi
Secara garis besar misi utama akidah, misi ibadah (tawun),
dari asuransi konvensinal misi ekonomi (iqtishod) dan
Misi dan Visi adalah misi ekonomi dan misi misi pemberdayaan umat
sosial. (sosial).

Di Indonesia asuransi syariah seolah memberikan titik terang bagi masyarakat muslim khususnya
untuk terjun dalam kegiatan-kegiatan perekonomian yang halal nan barokah. Solusi yang
ditawarkan sistem asuransi syariah sangat menggiurkan masyarakat untuk terlibat didalamnya
dikarenakan prinsip saling tolong-menolong didalamnya. Selebihnya , sekecil apapun upaya
pengembangan industri syariah di negeri ini patut kita berikan dukungan penuh kedepannya demi
terwujudnya karakter pribadi masyarakat yang menjalankan perekonomian berlandaskan prinsip
syariah.

Tata Cara Dan Operasional asuransi Syariah


Akad antara perusahaan dengan peserta menggunakan akad mudharabah dengan semangat saling
menanggung (takaful), dan bukan berdasarkan akad pertukaran (tadabbulli).

Unsur dalam konsep al mudharabah ini ialah:

perusahaan menginvestasikan dan mengusahakan dalam proyek berbentuk: musyawarah,


murabahah, dan wadiah.

Menanggung resiko usaha secara bersama-sama dengan prinsip bagi hasil yang telah disepakati.

Pembagian hasil atas keuntungan dari investasi dilakukan setelah penyelesaian klaim manfaat
takaful dari peserta yang mengalami musibah.

Pengelolaan dan investasinya tuidak bertentangan dengan syariah, bebas dari gharar (ketidak
jelasan transaksi), maysir (judi/ untung-untungan) dan riba.

Pengelolaan
1. Pengelolaan asuransi syariah hanya boleh dilakukan oleh suatu lembaga yang berfungsi
sebagai pemegang amanah.

2. Perusahaan Asuransi Syariah memperoleh bagi hasil dari pengelolaan dana yang terkumpul
atas dasar akad tijarah (mudharabah).

3. Perusahaan Asuransi Syariah memperoleh ujrah (fee) dari pengelolaan dana akad tabarru
(hibah).

Produk-Produk Asuransi Syariah


Asuransi Takaful Indonesia menyediakan berbagai jenis asuransi syariah yang sesuai dengan
kebutuhan konsumen dan keluarga.

1. Asuransi Jiwa Murni (Al Khairat), adalah suatu bentuk perlindungan yang manfaat
proteksinya diperuntukkan bagi ahli waris apabila pemegang polis ditakdirkan meninggal dalam
masa perjanjian.
2. Asuransi Jiwa + Kesehatan (Falah), adalah produk yang dirancang secara khusus bagi
peserta yang menginginkan manfaat asuransi secara menyeluruh, ketika peserta mengalami
musibah meninggal baik karena sakit ataupun kecelakaan; cacat tetap total karena sakit atau
kecelakaan; cacat tetap sebagian karena kecelakaan; dana santunan harian selama peserta dirawat
inap di rumah sakit dan juga manfaat bila peserta mengalami atau menderita penyakit-penyakit
kritis.
3. Asuransi Dana Pendidikan (Fulnadi),adalah program asuransi untuk perseorangan yang
bertujuan untuk menyediakan dana pendidikan untuk putra-putri peserta sampai pendidikan
tingkat sarjana dengan manfaat proteksi atas resiko meninggal.

[1] Ali, AM Hasan. 2004. Asuransi dalam perspektif hukum islam. Jakarta : Kencana. Hlmn 105.
[2] Syakir,Sula, Muhammad, Ir. 2004. Asuransi Syariah (life and general); konsep dan sistem
operasional. Jakarta: Gema Insani Press. Hlmn 156

You might also like