You are on page 1of 15

BAB 4

ANALISIS BIAYA DIFERENSIAL

Biaya Diferensial
Seperti telah dibahas di dalam bab sebelumnya bahwa berdasarkan reaksi suatu jenis biaya
terhadap perubahan aktivitas perusahaan maka biaya di dalam suatu perusahaan manufaktur dapat
dikelompokan menjadi biaya variabel dan biaya tetap.
Biaya variabel adalah biaya yang jumlahnya akan berfluktuasi sejalan dengan perubahan tingkat
aktivitas perusahaan, sedangkan biaya tetap adalah biaya yang relatif tidak berubah walaupun menjadi
perubahan volume aktivitas perusahaan.
Perbedaan perilaku kedua kelompok biaya tersebut dapat digunakan dan bermanfaat untuk
berbagai macam persoalan yang dihadapi perusahaan. Beberapa persoalan yang dihadapi perusahaan
dapat diselesaikan dengan mempergunakan dan memanfaatkan perbedaan perilaku di antara biaya-biaya
yang dimiliki perusahaan. Salah satu metode yang digunakan adalah dengan mengguanakan analisis biaya
diferensial.
Biaya diferensial adalah berbagai perbedaan biaya di antara sejumlah alternative pilihan yang
dapat digunakan perusahaan.
Biaya diferensial atau biaya releven sering pula disebut sebagai biaya marjinal atau biaya
inkremental. Biaya diferensial merupakan berbagai macam kemungkinan yang dapat terjadi dan dapat
digunakan perusahaan dalam menghitung biaya yang akan dikeluarkan perusahaan.
Berbagai macam kemungkinan biaya ini akan dapat digunakan oleh manajemen suatu
perusahaan untuk menyelesaikan beberapa persoalan yang dihadapi oleh perusahaan. Pada dasarnya biaya
diferensial merupakan biaya tunai atau out-of-pocket cost, yaitu biaya yang memerlukan pengeluaran
tunai saat ini atau pada masa mendatang yang harus menjadi apabila suatu proyek dilaksanakan atau
diperluas sampai melebihi ukuran yang ditentukan semula.
Analisi biaya diferensial digunakan untuk menentukan kenaikan pendapatan, biaya, dan marjin
laba sehubungan dengan beberapa kemungkinan cara untuk mengguakan fasilitas tetap atau kapasitas
yang tersedia.
Dalam analisis biaya difernsial, biaya variabel sangat relevan karena lazimnya biaya variabel
dapat dielakkan ketika proyek masih dalam tahap evaluasi dan tidak jadi dielakkan.
Sebaliknya, biaya tetap biasanya tidak dapat dielakkan dalam kondisi apa pun, karena itu tidak
relevan bagi setiap keputusan sehubungan dengan biaya atau profitabilitas relatif dari berbagai alternative.
Akan tetapi, jika biaya tetap terpaksa dinaikkan, misalnya karena keputuskan untuk menyewa ruang
tambahan, membeli fasilitas tambahan atau penyebab pengeluaran ekstra lainnya maka biaya tetap
semacam itu dapat dikelompokan sebagai biaya diferensial. Dalam penentuan biaya yang akan terjadi
dalam pelaksanaan atau perluasan suatu proyek setiap pengeluaran tunai yang diperlukan untuk
pengadakan kapasitas yang memadai relevan bagi pengambilan keputusan.

Terdapat dua kriteria penting agar suatu jenis biaya dapat dikelompokan sebagai biaya diferensial atau
biaya relevan.
1. Biaya tersebut merupakan biaya yang akan datang.
Biaya relevan bukanlah biaya yang telah dikeluarkan perusahaan di masa lalu atau biaya historis,
tetapi merupakan biaya yang akan dikeluarkan perusahaan di masa medatang. Memang, dalam
memperkirakan biaya yang akan dikeluarkan perusahaan yang akan mendatang perusahaan dapat
mempergunakan data historis. Tetapi,data historis tersebut hanya digunakan sebagai dasar untuk
membuat prediksi tentang besarnya biaya yang akan dikeluarkan perusahaan di masa mendatang
untuk suatu proyek tertentu dan biaya historis itu sendiri tidak relevan dengan keputusan yang akan
diambil. Karena itu sunk cost, yaitu biaya yang telah terjadi dan tidak dapat di ubah dengan

[Type text] Page 1


keputusan apa pun, baik saat ini maupun ysng akan datang tidak dapat dikelompokan sebagai boya
relevan.

2. Biaya tersebut berbeda di antara sejumlah alternative.


Biaya yang akan dikeluarkan di masa mendatang harus merupakan biaya yang berada di antara
berbagai alternatif. Jika biaya yang akan dikeluarkan perusahaan di masa mendatang tidak
memberikan perbedaan diantara berbagai alternatif yang ada maka biaya tersebut tidak dapat
dikelompokkan sebagai biaya releven, misalnya biaya desprensiasi aktiva tetap untuk bulan depan
dimana proyek akan dilaksanakan.

Manfaat Analisis Biaya Diferensial


1. Menerima pesanan tambahan
Terkadang perusahaan yang masih berproduksi di bawah kapasitas terpasang, menerima pesanan
tambahan dari pelanggan. Volume produksi semula sebelum pesanan tambahan itu datang, dijual dengan
harga tertentu. Tetapi kemudian pada saat datang pesanan tambahan tertentu, pelangggan menawar
dengan harga di bawah harga jual semula. Tentu saja pihak manajemen perusahaan memiliki pilihan
untuk menerima atau menolak pesanan tersebut, kaerena harga yang diminta pelanggan di bawah harga
jual normal. Tetapi pihak perusahaan memiliki plihan untuk menerima pesanan tersebut karena
perusahaan belum bekerja sesuai dengan kapasitas terpasang. Perusahaan memiliki peluang untuk
memanfaatkan mesinnya sesuai dengan kapasitas optimal. Persoalannya adalah pada harga jual. Jika
perusahaan menghadapi kasus seperti itu maka perusahaan dapat mempergunakan analisis biaya
diferensial untuk meyelesaikan persoalan seperti itu.

Contoh:
Kapasitas produksi PT. Panen Raya per bulan adalah sebesar 18.000 unit. Pada bulan Januari
2002, peusahaan telah memproduksi dan menjual 10.000 unit dari produksinya di bulan dengan harga
Rp14.000,000 per unit. Biaya yang dikeluarkan untuk memproduksi 10.000 unit tersebut adalah sebagai
berikut:
biaya bahan baku langsung Rp 20.000.000,00
biaya tenaga kerja langsung Rp 35.000.000,00
biaya overhead variabel Rp 15.000.000,00
biaya overhead tetap Rp 24.000.000,00
biaya pemasaran variabel Rp 10.000.000,00
biaya pemasaran tetap Rp 4.000.000,00
biaya adminitrasi Rp 9.000.000,00
total Rp 117.000.000,00

Setelah menjual 10.000 unit produknya, salah satu langganan PT. Panen Raya, yaitu PT Pelangi
pada akhir bulan Januari 2002 mengajukan penawaran pembelian sebanyak 6.000 unit produk PT. Panen
Raya dengan harga Rp 10.000.000,00 per unit.
Bisakah penawaran tersebut diterima? Mengapa?

Untuk memproduksi 10.000 unit produksinya, PT. Panen Raya mengeluarkan biaya total sebesar Rp
117.000.000,00. Jika perusahaan menghitung total pengeluaran sebagai dasar untuk menghitung biaya per
unitnya makan akan diperoleh nilai sebesar Rp 11.700,00 per unit ( Rp 117.000.000,00 : 10.000 unit ).
Jika menggunakan dasar perhitungan seperti itu maka penawaran harga sebesar Rp 10.000,00 per unit
dari PT. Pelangi jelas tidak dapat diterima.
Tetapi, pihak manajemen PT. Panen Raya dapat mengunakan analisis biaya diferensial untuk dasar
pertimbangan menerima atau menolak pesanan tambahan dari PT. Pelangi tersebut. Dari total biaya

[Type text] Page 2


sebesar Rp117.000.000,00 yang dikeluarkan perusahaan untuk memproduksi 10.000 unit produk,
perusahaan mengeluarkan biaya variabel sebesar Rp80.000.000,00 dan biaya tetap sebesar
Rp37.000.000,00.
Biaya tetap sebesar Rp37.000.000,00 itu adalah biaya yang harus di kelurkan perusahaan untuk
kapasitas produksi sebesar 18.000 unit per bulan, sedangkan pada bulan januari 2002, PT. Panen Raya
baru memproduksi sebesar 10.000 unit.
Jika kemudian volume produksi perusahaan itu dinaikan menjadi 18.000 unit per bulan, sedangkan
pada bulan Januari maka perusahaan tidak perlu mengeluarkan biaya tetap tambahan lagi. Oleh karena
itu, untuk tambahan produksi di bulan Januari sebesar 6.000 unit, perusahaan tidak perlu membayar biaya
tetap yang dikeluarkannya, karena hanya menggunakan kapasitas produksi yang menganggur. Perusahaan
cukup mengeluarkan biaya variabel saja untuk memproduksinya 6000 unit tambahan tersebut. Untuk
memproduksi 10.000 unit pertama, perusahaan mengeluarkan biaya variabel total sebesar
Rp80.000.000,00 dan untuk pesanan tambahan sebanyak 6.000 unit tersebut, PT. Panen Raya cukup
mengelurkan biaya tambahan sebesar Rp48.000.000,00 (6.000 unit x Rp80.000,00).
Jadi, pada dasarnya suatu pesanan tambahan yang dengan harga lebih rencah yang diterima
perusahaan, selama dapat menghasilkan marjin kontribusi (selisih antara harga jual dengan biaya
variabelnya) positif maka pesana tambahan tersebut dapat diterima. Dalam kasus di atas makan marjin
kontribusi yang diterima perusahaan adalah sebesar Rp2.000,00 per unit (Rp10.000,00 - Rp8.000,00).
Perhitungan laba rugi berikut ini mungkin dapat memperjelas bahwa keputusan untuk menerima
pembelian 6.000 unit tambahan tersebut adalah tepat.

Penjualan Penjualan Penjualan


keterangan
Semula(10.000 unit) Tambahan(6.000 unit) Total(16.000 unit)
penjualan 140.000.000,00 60.000.000,00 200.000.000,00
biaya bahan langsung 20.000.000,00 12.000.000,00 32.000.000,00
biaya tenaga kerja langsung 35.000.000,00 21.000.000,00 56.000.000,00
biaya overhead variabel 15.000.000,00 9.000.000,00 24.000.000,00
biaya overhead tetap 24.000.000,00 24.000.000,00
biaya pemasaran variabel 10.000.000,00 6.000.000,00 16.000.000,00
biaya pemasaran tetap 4.000.000,00 4.000.000,00
biaya adminitrasi tetap 9.000.000,00 9.000.000,00
laba usaha 23.000.000,00 12.000.000,00 35.000.000,00

Jadi, bahwa keputusan untuk menjual 6.000 unit produk tambahan dengan harga jual yang lebih
rendah tersebut adalah tepat, karena baik nilai marjin kontribusinya itu positif maupun perolehan laba
totalnya tetap bertambah besar.

2. Menurunkan Harga Pesanan Khusus


Adakalanya pelanggan meminta perlakuan khusus dalam membeli produk yang mereka inginkan.
Perlakuan khusus tersebut dapat berupa tambahan asesoris, pemberian warna khusus, pemberian kemasan
khusus tersebut akan mengakibatkan penambahan biaya bagi perusahaan. Jika penambahan biaya ini tidak
dibarengi dengan peningkatan harga jual produk pesana khusus tersebut itu artinya terjadi penurunan
harga jual dibandingkan harga jual sebelumnya. Penambahan biaya akibat pesanan khusus ini dapat
diperlakukan sebagai biaya relevan bagi perusahaan, karena biaya-biaya dikelurkan berkaitan dengan
proses produksi tambahan tersebut. Ilustrasi berikut mungkin memperjelas keterangan tersebut di atas.
Kapasitas produksi PT. Cemerlang Sejati adalah sebesar 140.000 unit per tahun. Sampai akhir bulan
Oktober 2002, perusahaan tersebut baru memproduksi dan menjual 100.000 unit produknya dengan harga
Rp.15.000.000,00 per unit. Biaya yang dikeluarkan untuk memproduksi 100.000 unit tersebut adalah
sebagai berikut:

[Type text] Page 3


biaya bahan baku langsung Rp 200.000.000,00
biaya tenaga kerja langsung Rp 350.000.000,00
biaya overhead variabel Rp 150.000.000,00
biaya overhead tetap Rp 240.000.000,00
biaya pemasaran variabel Rp 100.000.000,00
biaya pemasaran tetap Rp 40.000.000,00
biaya adminitrasi Rp 90.000.000,00
total Rp 1.170.000.000,00

Pada akhir bulan Oktober 2002, PT Mitra Karya salah satu langganan PT. Cemerlang Sejati
memesan sebanyak 40.000 unit produk spesifikasi khusus. PT. Mitra Karya minta agar pesanannya diberi
asesoris tambahan dan dengan kemasan khusus yang berbeda dengan kemasan yang biasa digunakan oleh
PT. Cemerlang Sejati. PT. Mitra Karya menawarkan harga beli maksimal sebesar Rp12.000,00 per unit
untuk pesanannya tersebut, sedangkan biaya tambahan yang harus dikeluarkan oleh PT. Cemerlang Sejati
untuk menambahkan asesoris dan kemasan khusus tersebut adalah sebesar Rp1.200,00 per unit ditambah
biaya sewa mesin kemasan sebesar Rp 32.000.000,00. Bisakah tawaran tersebut diterima? Mengapa?
Jika pengeluaran total sebelumnya yang digunakan dasar perhitungan biaya maka akan diperoleh
biaya per unit sebesar Rp11.700,00 per unit. Jika biaya ini ditambah biaya kemasan khusus sebesar
Rp1.200,00 per unit maka biaya yang harus dikeluarkan perusahaan sebesar Rp12.900,00 per unit,
ditambah biaya sewa mesin kemasan sebesar Rp32.000.000,00. Dengan metode perhitungan seperti ini,
jelas harga jual sebesar Rp12.000,00 tidak dapat diterima.
Tetapi, dengan mempergunakan analisis biaya diferensial PT. Cemerlang Sejati akan memperoleh
perhitungan yang berbeda sehingga keputusan yang diambilpun berbeda pula. Untuk memproduksi
100.000 unit produk yang dikelurkan PT. Cemerlang Sejati adalah sebesar Rp370.000.000,00. Kalaupun
volume produksinya dinaikan menjadi 140.000 unit, biaya tetap total yang dikeluarkan tidak akan
berubah. Jadi, untuk memproduksi 40.000 unit tambahan tersebut, perusahaan tinggal menambah biaya
relevan saja, dalam hal ini adalah seluruh biaya variabel ditambah dengan pengeluaran tambahan untuk
memproduksi 40.000 unit tambahan tersebut.
Penjualan Penjualan Penjualan
keterangan Semula Tambahan Total
(100.000 unit) (40.000 unit) (140.000 unit)
penjualan 1.500.000.000,00 480.000.000,00 1.980.000.000,00
biaya bahan langsung 200.000.000,00 80.000.000,00 280.000.000,00
biaya tenaga kerja langsung 350.000.000,00 140.000.000,00 490.000.000,00
biaya overhead variabel 150.000.000,00 60.000.000,00 210.000.000,00
biaya overhead tetap 240.000.000,00 240.000.000,00
biaya pemasaran variabel 100.000.000,00 40.000.000,00 140.000.000,00
biaya pemasaran tetap 40.000.000,00 40.000.000,00
biaya adminitrasi tetap 90.000.000,00 90.000.000,00
biaya tambahan:kemasan asesoris 48.000.000,00 48.000.000,00
biaya tambahan:sewa mesin 32.000.000,00 32.000.000,00
laba usaha 330.000.000,00 80.000.000,00 410.000.000,00

Biaya tambahan yang harus dikeluarkan perusahaan untuk memproduksi 40.000 unit tambahan
tersebut adalah Rp80.000.000,00 (asesoris & kemasan + ongkos sewa mesin = 40.000 unit x Rp1.200,00
+ Rp32.000.000,00). Teryata, dengan metode perhitungan dengan mengunakan biaya relevan tersebut
perusahaan tetap memperoleh marjin kontribusi sebesar Rp80.000.000,00 sedangkan secara keseluruhan,
perusahaan tetap memperoleh laba usaha yang lebih besar, yaitu sebesar Rp410.000.000,00, jika
menerima pesanan tambahan tersebut dibanding sebesar Rp330.000.000,00, jika menolak pesanan
tambahan tersebut.

[Type text] Page 4


3. Keputusan untuk memproduksi sendiri atau pembeli
Umumnya sebuah perusahaan manufaktur adalah membeli bahan baku dan kemudian memprosesnya
menjadi produk jadi. Artinya, sebuah perusahaan manufaktur memang memiliki kegiatan utama
memproduksi suatu jenis produk tertentu. Tetapi, adakalanya sebuah perusahaan manufaktur dihadapkan
pada suatu pilihan untuk memproduksi sendiri produknya seperti semula atau membeli pihak lain. Pilihan
membeli kepada pihak lain tersebut muncul karena beberapa penyebab. Misalnya, karena harga beli dari
perusahaan lain lebih murah, kapasitas produksi perusahaan sulit untuk ditambah dan sebagainya. Jika
kondisi seperti itu yang dihadapi perusahaanmsks perusahaan dapat mempergunakan analisis biaya
diferensial sebagai metode untuk penyelesaian masalah tersebut. Ilustrasi berikut mungkin dapat
memperjelas keterangan tersebut di atas.

Kapasitas produksi PT. Mitra Usaha adalah sebesar 100.000 unit per tahun. Pada akhir bulan Oktober
2002, perusahaan ini memikat kontrak penjualan dengan Departemen Pertanian RI untuk menjual
produknya sebanyak 100.000 unit dengan harga Rp15.000,00 per unit selama tahun 2003 mendatang.
Taksiran biaya yang dikeurkan untuik memproduksi 100.000 unit tersebut adalah sebagai berikut:

biaya bahan baku langsung Rp 20.000.000,00


biaya tenaga kerja langsung Rp 35.000.000,00
biaya overhead variabel Rp 15.000.000,00
biaya overhead tetap Rp 24.000.000,00
biaya pemasaran variabel Rp 10.000.000,00
biaya pemasaran tetap Rp 4.000.000,00
biaya adminitrasi Rp 9.000.000,00
total Rp 1.170.000.000,00

PT. Panah Merah, sebuah perusahaan yang memproduksi produk yang sama dengan PT. Mitara
Usaha, menawarkan menjual produknya kepada PT. Mitra Usaha dengan harga Rp9.500,00 per unitnya.
Jika tawaran diterima, PT. Mitra Usaha tinggal membelinya dari PT. Panah Merah dan mejualnya kepada
Departemen Pertanian.
Keputusan apakah sebaiknya yang harus diambil oleh manajemen PT. Mitra Usaha, membeli dari
PT. Panah Merah atau memproduksinya sendiri produk tersebut? Mengapa?

Jika manajemen PT. Mitra Usaha menghitung biaya yang akan dikelurkan memiliki perilaku yang
sama semuanya maka manajemen perusahaan tersebut akan menghitung bahwa biaya yang akan
dikelurkan untuk menghasilkan 100.000 unit produk tersebut adalah sebesar Rp11.700,00 per unit
(Rp1.170.000.000,00 : 100.000 unit), sehingga Pt Panah Merah barang yang sama dengan kualitas yang
sama dengan harga Rp9.500,00 per unit terlihat lebih jauh menguntungkan. Bahkan, jika PT. Mitra Usaha
memilih untuk membeli dari PT. Panah Merah, manajemen Perusahaan tersebut tidak perlu membuang
energy untuk meproduksi barang tersebut. Perusahaan tinggal membeli dari PT. Panah Merah dan
menjual kepada Departemen Pertanian.

Tetapi persoalanya, tidak semua biaya memiliki perilaku yang sama. Biaya-biaya variabel yang
seharusnya menjadi tanggungan PT. Mitra Usaha memang dapat dihindarkan wlaupun perusahaan
memutuskan menghentikan produksinya dan membeli dari PT. Panah Merah. Biaya-biaya tetap tersebut
tetap menjadi tanggungan perusahaan, baik perusahaan memproduksi sendiri produknya ataupun membeli
produkya dari pihak lain.

[Type text] Page 5


keterangan Memproduksi Membeli dari
Sendiri Pihak lain
penjualan 1.500.000.000,00 1.500.000.000,00
biaya bahan langsung 200.000.000,00 0,00
biaya tenaga kerja langsung 350.000.000,00 0,00
biaya overhead variabel 150.000.000,00 0,00
biaya overhead tetap 240.000.000,00 240.000.000,00
biaya pemasaran variabel 100.000.000,00 0,00
biaya pemasaran tetap 40.000.000,00 40.000.000,00
biaya adminitrasi tetap 90.000.000,00 90.000.000,00
pembelian produk 950.000.000,00
laba usaha 330.000.000,00 180.000.000,00

Dari table perhitungan diatas terlihat bahwa jika PT. Mitra Usaha Rp15.000,00 per unit, akan
menghasilkan laba usaha sebesar Rp330.000.000,00 sedangkan PT. Mitra Usaha membelinya dari PT.
Panah Merah dengan harga Rp180.000.000,00. Hal itu terjadi, karena PT. Mitra Usaha masih harus
menanggung seluruh biaya tetapyang ada ditambah harus membeli produk jadinya dari PT. Panah Merah
dengan nilai total sebesar Rp950.000.000,00 (Rp9.500,00 x 100.000 unit). Laba usaha sebesar
Rp180.000.000,00 akan diperoleh jika PT. Mtra Usaha memutuskan untuk membeli dari PT. Panah
Merah dan tidak mempergunakan sama sekali mesin dan fasilitas produksi yang dimilikinya. Dengan
asusi seperti itu berati pilihan untuk memproduksi sendiri produknya tetap lebih menguntungkan
perusahaan.
Perhitungan komparatif di atas didasarkan pada asumsi bahwa mesin yang dimiliki perusahaan tidak
dimanfaatkan sama sekali kalau perusahaan memutuskan untuk membeli dari pihak lain. Tetapi,
perusahaan memiliki berbagai alternatif yang dapat diambil untuk memanfaat fasilitas produksinya
tersebut.
Seandainya, PT. Mitra Usaha membeli dari PT. Panah Merah dan Mesin yang menganggur dapat
disewakan kepada pihak lain dengan pendapatan sewa sebesar Rp200.000.000,00 per tahun atau
digunakan untuk memproduksi sendiri produk tambahan sebanyak 40.000 unit (sesuai kemampuan bagian
pemasaran perusahaan) dengan harga jual sebesar Rp15.000,00 per unit.

Keputusan apakah sebaiknya yang harus diambil oleh manajemen PT. Mitra Usaha, membeli dari
PT. Panah Merah atau memproduksi sendiri produk tersebut? Mengapa?

Membeli dari pihak lain


Keterangan Memproduksi Mesin tidak Mesin Produksi
sendiri digunakan Disewakan Ekstra
Penjualan 1.500.000.000,00 1.500.000.000,00 1.500.000.000,00 2.100.000.000,00
Pendapatan sewa 0,00 0,00 200.000.000,00 0,00
Biaya bahan langsung 200.000.000,00 0,00 0,00 80.000.000,00
Biaya tenaga kerja 350.000.000,00 0,00 0,00 140.000.000,00
langsung
Biaya overhead variabel 150.000.000,00 0,00 0,00 60.000.000,00
Biaya overhead tetap 240.000.000,00 240.000.000,00 240.000.000,00 240.000.000,00
Biaya pemasaran variabel 100.000.000,00 0,00 0,00 40.000.000,00
Biaya pemasaran tetap 40.000.000,00 40.000.000,00 40.000.000,00 40.000.000,00
Biaya adminitrasi tetap 90.000.000,00 90.000.000,00 90.000.000,00 90.000.000,00
Pembelian produk jadi 0,00 950.000.000,00 950.000.000,00 950.000.000,00
Laba usaha 330.000.000,00 180.000.000,00 380.000.000,00 460.000.000,00

[Type text] Page 6


- Jika perusahaan memutuskan untuk memproduksi sendiri produknya maka laba usaha yang akan
diperoleh sebesar Rp330.000.000,00.
- Jika perusahaan membeli produknya dari PT. Panah Merah dan fasilitas produksinya tidak
digunakan sama sekali, perusahaan tidak perlu mengeluarkan baiaya variable dan hanya
mengeluarkan biaya tetapnya saja ditambah dengan pembelian produk jadi perusahaan. Alternatif ini
hanya menghasilkan laba usaha sebesar Rp 180.000.000,00.
- Jika perusahaan membeli dari PT.Panah Merah sebanyak 100.000 unit produk untuk dijual kepada
Departemen Pertanian dan kemudian fasilitas produksi yang tidak terpakai disewakan kepada pihak
lain dengan pendapatan sewa sebesar Rp 200.000.000,00 per tahun akan mengakibatkan PT. Mitra
Usaha memperoleh laba tambahan (dibanding jika tidak disewakan) usaha sebesar Rp
200.000.000,00 sehingga total laba usaha yang akan diperoleh jika pilihan ini diambil adalah sebesar
Rp 380.000.000,00.
- Jika perusahaan memilih untuk menggunakan fasilitas produksinya yang tidak terpakai untuk
memproduksi produk tambahan sebesar 40.000 unit maka perusahaan harus mengeluarkan biaya
tambahan berupa biaya variable per unit dikalikan dengan 400.000 unit tersebut, sedangkan
pendapatan yang akan diperoleh perusahaan juga akan bertambah sebesar Rp 600.000.000,00 (Rp
15.000,00 x 40.000 unit), sehingga pendapatan total yang akan diperoleh perusahaan menjadi Rp
2.100.000.000,00 (Rp 1.500.000.000,00 + Rp 600.000.000,00). Alternatif itu mengakibatkan
perusahaan memiliki peluang untuk memperoleh total laba sebesar Rp 460.000.000,00. Tetapi,
pilihan ini akan sangat ditentukan keberhasilannya oleh kemampuan pihak bagian pemasaran
menjual produk tambahan tersebut. Jika bagian pemasaran gagal menjual seluruh produk tambahan
tersebut maka perusahaan tidak akan dapat memperoleh laba sebesar itu.

Dengan data diatas, jelas terlihat bahwa jika perusahaan memilih untuk membeli 100.000 unit
produk PT. Panah Merah dan kemudian menggunakan fasilitas produknya untuk memproduksi produk
tambahan sebesar 40.000 unit makan akan mengahsilkan laba paling besar, sehingga alternatif ini
merupakan pilihan yang paling menguntungkan perusahaan.
Perhitunagn berbagai alternatif biaya tersebut diatas didasarkan pada asumsi bahwa seluruh biaya
tetap yang dikeluarkan perusahaan akan tetap besarnya apa pun keputusan dan aktivitas yang dipilih
perusahaan. Biaya tetap yang ditanggung perusahaan, walaupun jumlahnya relatif tidak berubah ketika
terjadi perubahan volume produksi, tetapi terkadang terdapat sejumlah biaya tetap yang dapat dihindarkan
jika aktivitas produksi berhenti sama sekali. Biaya tetap yang dapat dihindarkan adalah sejumlah biaya
yang bersifat tetap, tetapi dapat dihilangkan atau dihindari kalau perusahaan memutuskan untuk
menghentikan aktivitas produksi. Misalnya, pengurangan tenaga satpam, pengurangan tenaga mandor,
pengurangan tenaga administrasi dan sebagainya. Jika perusahaan memiliki biaya tetap yang dapat
dihindarkan akan menghasilkan perhitungan yang berbeda dan pilihan yang berbeda.
Jika, misalnya keputusan PT. Mitra Usaha untuk membeli dari pihak PT. Panah Merah dan
membiarkan fasilitas produksinya tidak berfungsi sama sekali menyebabkan sebanyak 40% dari total
biaya tetapnya dapat dihindarkan. Keputusan untuk menyewakan fasilitas produksinya kepada pihak lain
juga dapat mengurangi sebanyak 20% dari total biaya tetapnya. Munculnya biaya tetap yang dapat
dihindarkan ini akan menghasilkan perhitungan biaya alternatif yang berbeda seperti terlihat berikut ini.
Adanya biaya tetap yang dapat dihindarkan sebesar 40% ini membuat perusahaan hanya
menanggung biaya tetap sebesar 60% dari total biaya tetap dan akan dapat menghasilkan laba sebesar Rp
328.000.000,00 jika memutuskan untuk membeli dari perusahaan lain dan membiarkan fasilitas
produksinya menganggur sama sekali.

[Type text] Page 7


Memberi dari Pihak Lain
Keterangan Memproduksi
Mesin tidak
Sendiri Mesin disewakan Produksi ekstra
digunakan
Penjualan 1.500.000.000,00 1.500.000.000,00 1.500.000.000,00 2.100.000.000,00
Pendapatan sewa 0,00 0,00 200.000.000,00 0,00
By. bahan langsung 200.000.000,00 0,00 0,00 80.000.000,00
Biaya TKL 350.000.000,00 0,00 0,00 140.000.000,00
Biaya overhead var. 150.000.000,00 0,00 0,00 60.000.000,00
Biaya overhead tetap 240.000.000,00 144.000.000,00 192.000.000,00 240.000.000,00
Biaya pem. variabel 100.000.000,00 0,00 0,00 40.000.000,00
Biaya pem. tetap 40.000.000,00 24.000.000,00 32.000.000,00 40.000.000,00
Biaya adm. tetap 90.000.000,00 54.000.000,00 72.000.000,00 90.000.000,00
Pembelian prod. jadi 0,00 950.000.000,00 950.000.000,00 950.000.000,00
Laba usaha 330.000.000,00 328.000.000,00 454.000.000,00 460.000.000,00

Jika perusahaan menyewakan fasilitas produksinya dan dapat menghindarkan sebesar 20% dari total
biaya tetapnya, ini akan menyebabkan perusahaan memperoleh laba usaha besar Rp 454.000.000,00.
Perolehan laba usaha ini mendekati perolehan laba usaha jika perusahaan memilih untuk membuat produk
tambahan, yaitu sebesar Rp 460.000.000,00. Tetapi, pilihan untuk membuat produk tambahan tersebut
masih sangat tergantung kepada kemampuan bagian pemasaran untuk menjual produk tambahan
tersebut,sedangkan pilihan menyewakan fasilitas produksinya kepada pihak lain akan memberikan hasil
yang pasti dan tidak tergantung kepada aktivitas dan kemampuan perusahaan menjual produknya.

4. Keputusan untuk meneruskan atau mengehentikan operasi


Ada kalanya perusahaan dihadapkan pada situasi dimana aktivitas operasi mengalami kerugian terus
dan tidak bias dihindarkan. Kerugian yang terjadi diakibatkan oleh berbagai factor yang tidak dapat
dikendalikan langsung oleh perusahaan, seperti tingkat persaingan yang tinggi, kegagalan perusahaan
meningkat pangsa pasarnya, harga jual produk perusahaan yang terlalu tinggi, daya beli masyarakat yang
rendah dan berbagai faktor yang lainnya. Berbagai faktor tersebut dapat mengakibatkan perusahaan
mengalami kerugian usaha yang tidak dapat diatasi dalam waktu yang singkat, sehingga pihak
manajemen mulai mempertimbangkan untuk menutup operasinya untuk sementara diwilayah pemasran
tertentu akibat kerugian yang dialami tersebut. Tetapi, menutup operasinya disuatu wilayah pemasaran
tertentu, khususnya dalam jangka pendek tidak selalu merupakan pilihan yang paling menguntungkan
buat perusahaan. Karena, perusahaan harus menanggung biaya tetap dalam suatu periode tertentuk
walaupun aktivitas usaha dihentikan untuk jangka waktu tertentu. Lain halnya kalau perusahaan menutup
secara permanen dan menlikuidasi seluruhnya asetnya.
Ilustrasi berikut mungkin dapat memperjelas keterangan tersebut diatas.
Salah satu cabang perusahaan PT. Mitra Usaha yang terletak di Batam memiliki kapasitas produksi
sebesar 100.000 unit per tahun.Taksiran biaya yang dikeluarkan untuk memproduksi 100.000 unit
tersebut pada tahun 2003 mendatang adalah sebagai berikut.

biaya bahan baku langsung Rp 20.000.000,00


biaya tenaga kerja langsung Rp 35.000.000,00
biaya overhead variabel Rp 15.000.000,00
biaya overhead tetap Rp 24.000.000,00
biaya pemasaran variabel Rp 10.000.000,00
biaya pemasaran tetap Rp 4.000.000,00
biaya adminitrasi Rp 9.000.000,00
total Rp 1.170.000.000,00

[Type text] Page 8


Sejak tahun1999 perusahaan ini mengalami kerugian terus menerus. Kerugian tersebut disebabkan
karena ketidakmampuan perusahaan menjual dengan harga diatas Rp 12.000,00 per unit, tetapi hanya
mampu menjual dengan harga maksimal sebesar Rp 10.500,00 per unitnya, akibat persaingan yang ketat,
karena para pesaing menjual produknya kurang dari Rp 10.500,00 per unit. Pada akhir bulan November
2002, Manajemen PT Mitra Usaha mempertimbangkan untuk menutup cabang Batam tersebut pada awal
tahun 2003 mendatang. Benarkah keputusan menutup cabang Batam tersebut? Mengapa?
Jika cabang Batam tersebut tutup, biaya yang dapat dihapus oleh PT. Mitra Niaga hanyalah biaya
variabelnya saja. Sedangkan biaya tetapnya tidak dapat dihapus. Oleh karena itu, walaupun perusahaan
berhenti beroperasi dan berhenti berproduksi, biaya tetap yang ditanggung perusahaan tidak dapat dihapus
begitu saja. Perbandingan biaya berikut ini akan memperjelas keputusan yang harus diambil perusahaan.

Keterangan Terus Beroperasi Ditutup

Penjualan 1.050.000.000,00 0,00


Biaya bahan langsung 200.000.000,00 0,00
Biaya tenaga kerja langsung 350.000.000,00 0,00
Biaya overhead variabel 150.000.000,00 0,00
Biaya overhead tetap 240.000.000,00 240.000.000,00
Biaya pemasaran variabel 100.000.000,00 0,00
Biaya pemasaran tetap 40.000.000,00 40.000.000,00
Biaya administrasi tetap 90.000.000,00 90.000.000,00
Rugi usaha ( 120.000.000,00 ) ( 370.000.000,00 )

Jika perusahaan tetap beroperasi dengan tingkat efisiensi yang tidak berubah dan harga jual tetap
sebesar Rp 10.500,00 per unitnya maka jelas setiap tahun PT. Mitra Usaha cabang Batam akan
mengalami kerugian sebesar Rp 120.000.000,00. Tetapi, jika perusahaan ditutup dan menghentikan
seluruh aktivitas produksi maka perusahaan tidak akan memperoleh pendapatan sama sekali karena tidak
ada produk yang dijual, sedangkan biaya tetap sebesar Rp 370.000.00,00 tetap harus ditanggung
perusahaan, sehingga jika perusahaan menghentikan produksi maka kerugian yang ditanggung
perusahaan adalah sebesar Rp 370.000.000,00 per tahun. Hal ini terjadi, dengan asumsi fasilitas produksi
yang dimiliki perusahaan dibiarkan tidak terpakai sama sekali. Dengan kerugian sebesar itu, jelas
menghentikan produksi bukanlah keputusan yang bijaksana karena akan mengakibatkan perusahaan
menanggung kerugian yang jauh lebih besar. Oleh karena itu, jalan keluar yang lain harus
dipertimbangkan manajemen perusahaan agar persoalan kerugian tersebut dapat terselesaikan.
Biaya tetap yang ditanggung perusahaan walaupun jumlahnya relative tidak berubah ketika terjadi
perubahan volume produksi, tetapi terkadang terdapat sejumlah biaya tetap yang dapat dihindarkan jika
aktivitas produksi berhenti sama sekali. Misalnya, pengurangan tenaga satpam, pengurangan tenaga
mandor, pengurangan tenaga administrasi dan sebagainya. Jika perusahaan memiliki biaya tetap yang
dapat dihindarkan akan menghasilkan perhitungan yang berbeda dan pilihan yang berbeda.
Jika dalam contoh kasus di atas, alternatif menghentikan aktivitas produksi mengakibatkan
perusahaan dapat menghindarkan sebesar 60% biaya tetapnya jika fasilitas produksinya tidak digunakan
sama sekali atau menyewakan fasilitas produksinya kepada pihak lain yang akan dapat menghasilkan
sewa sebesar Rp 175.000.000,00 per tahun dapat menghindarkan biaya tetap sebesar 30% maka
perhitungan biaya diferensial menunjukan sebagai berikut.

[Type text] Page 9


Ditutup
Keterangan Terus Produksi
Disewakan Tanpa Kegiatan
Penjualan 1.050.000.000,00 0,00 0,00
Pendapatan sewa 0,00 175.000.000,00 0,00
Biaya bahan langsung 200.000.000,00 0,00 0,00
Biaya tenaga kerja langsung 350.000.000,00 0,00 0,00
Biaya overhead variabel 150.000.000,00 0,00 0,00
Biaya overhead tetap 240.000.000,00 168.000.000,00 96.000.000,00
Biaya pemasaran variabel 100.000.000,00 0,00 0,00
Biaya pemasaran tetap 40.000.000,00 28.000.000,00 16.000.000,00
Biaya administrasi tetap 90.000.000,00 63.000.000,00 36.000.000,00
Rugi usaha ( 120.000.000,00 ) ( 84.000.000,00 ) ( 148.000.000,00 )

Adanya biaya tetap yang dapat dihindarkan sebesar 30% jika perusahaan berhenti berproduksi dan
menyewakan fasilitas produksinya kepada pihak lain sebesar Rp 175.000.000,00 mengakibatkan PT.
Mitra Usaha cabang Batam memperoleh pendapatan sewa sebessar Rp 175.000.000,00 dan cukup
menanggung biaya tetap sebesar 70% dari masing-masing biaya tetap yang ada. Alternatif ini
mengakibatkan perusahaan menanggung kerugian sebesar Rp 84.000.000,00. Jika perusahaan memilih
untuk memanfaatkan sama sekali fasilitas produksinya, alternatif ini mengakibatkan perusahaan dapat
menghindarkan biaya tetap sebesar 60%, sehingga perusahaan cukup menanggung biaya tetap sebesar
40% dari total biaya tetap yang ada. Pilihan ini mengakibatkan perusahaan menanggung kerugian sebesar
Rp 148.000.000,00 sedangkan jika perusahaan memilih untuk berproduksi maka kerugian yang harus
ditanggung perusahaan sebesar Rp 120.000.00,00 per tahun. Dengan hasil perhitungan seperti diatas
maka alternatif untuk menghentikan aktivitas produksi dan menyewakannya kepada pihak lain merupakan
pilihan yang paling menguntungkan perusahaan.

5. Keputusan Menjual Langsung atau Memprosesnya Lebih Lanjut


Perusahaan yang menhasilkan suatu produk tertentu, terkadang memiliki peluang untuk menjual
produknya tersebut secara langsung atau memprosesnya lebih lanjut dengan harga jual yang lebih tinggi.
Jika fasilitas produksi yang dimiliki suatu perusahaan memungkinkan untuk memproses produk tersebut
menjadi produk lanjutan maka untuk melakukan itu, perusahaan tinggal mengeluarkan biaya variable
tambahan saja. Biaya tambahan tersebut adalah biaya yang relevan dengan kebutuhan untuk
memprosesnya menjadi produk lanjutan. Jika perusahaan memiliki pilihan semacam itu maka tinggal
dihitung alternatif laba yang akan diperoleh perusahaan dengan berbagai alternatif penjualan produk
tersebut.

Ilustrasi berikut mungkin dapat memperjelas keterangan tersebut di atas.


PT. Sandang Indah adalah sebuah perusahaan produsen kain tenun yang berlokasi di Surabaya.
Kapasitas produksi perusahaan ini dalam satu tahun sebesar 100.000 meter kain. Fasilitas produksi yang
memiliki perusahaan memungkinkan bagi perusahaan untuk memproses lebih lanjut kain tenunan produk
perusahaan menjadi pakaian jadi untuk anak-anak, pakaian jadi pria dewasa, dan pakaian wanita.
Jika dijual langsung dalam bentuk kain tenunan, stiap meter kain memiliki harga jual sebesar Rp
45.000.000,00 sedangkan untuk menghasilkan 100.000 meter kain tersebut dibutuhkan biaya sebesar
sebagai berikut:

[Type text] Page 10


Biaya bahan baku langsung Rp 1.500.000.000,00

Biaya tenaga kerja langsung Rp 200.000.000,00

Biaya overhead variabel Rp 400.000.000,00

Biaya overhead tetap Rp 1.000.000.000,00

Biaya pemasaran variabel Rp 150.000.000,00

Biaya pemasaran tetap Rp 300.000.000,00


Biaya administrasi Rp 250.000.000,00

Pihak manajemen PT. Sandang Indonesia sedang mempertimbangkan untuk menjual produknya
(kain tenun) secara langsung atau memperosesnya lebih lanjut menjadi pakaian jadi. Jika diproses lebih
lanjut maka harga jualnya maka dapat ditingkatkan. Harga jual pakaian anak adalah sebesar Rp 95.000,00
per unit. Harga jual kemeja pria sebesar Rp 120.000,00 per unit dan harga jual pakaian wanita sebesar Rp
150.000,00 per unitnya. Jika seluruh kain hasil produksi perusahaan digunakan untuk memproduksi
pakaian anak saja akan dapat dihasilkan 60.000 unit pakaian. Jika diproduksi kemeja pria saja akan dapat
dihasilkan 50.000 unit pakaian, sedangkan jika digunkan untuk memproduksi pakaian wanita saja akan
dapat menghasilkan 40.000 unit pakaian. Perusahaan juga mempertimbangkan untuk memperoses lebih
lanjut menjadi gabungan produk pakaian anak, pakaian wanita sekaligus keneja pria.
Untuk memproduksi lebih lanjut menjadi pakaian jadi, dibutuhkan biaya tambahan per unit produk
sebagai berikut.

Keterangan Pakaian Anak Kemeja Pria Pakaian Wanita

Biaya tenaga kerja langsung 4.000,00 3.000,00 5.000,00


Biaya overhead variabel 5.000,00 4.000,00 6.000,00
Biaya pemasaran variabel 1.500,00 1.500,00 1.500,00

Pilihan yang harus diambil manajemen PT. Sandang Indah adalah sebagai berikut ini.
1. Apakah menjual produknya dalam bentuk kain tenun ?
2. Apakah memperoses kain tenun dan menjual produknya dalam bentuk pakaian anak ?
3. Apakah memperoses kain tenun dan menjual produknya dalam bentuk kemeja pria ?
4. Apakah memproses kain tenun dan menjual produknya dalam bentuk pakaian wanita ?

Dengan berbagai alternatif penjualan tersebut maka pihak manajemen PT. Sandang Indah
memiliki berbagai alternatif biaya dan laba yang dapat dipilih perusahaan. Jika perusahaan memilih untuk
menjual produknya dalam bentuk kain saja, tanpa memprosesnya lebih lanjutmaka perusahaan akan
memperoleh laba usaha sebesar Rp 700.000.000,00. Jika perusahaan memilih memproses kain menjadi
60.000 stel pakaian anak, perusahaan harus menambah beberapa biaya yang relevan dengan keputusan
tersebut. Biaya tenaga kerja langsung, misalnya bertambah menjadi Rp. 440.000.000,00 {(Rp
200.000.000,00 + (60.000 x Rp 4.000,00)}, sedangkan biaya overhead variabel berubah menjadi Rp
700.000.000,00 {(Rp 400.000.000,00 + (60.000 x Rp 5.000,00)}. Biaya pemasaran variabel berubah
menjadi Rp 240.000.000,00 {-{(Rp 150.000.000,00 + (60.00 x Rp 1.500,00)}. Pilihan ini mengahsilkan
laba usaha sebesar Rp 1.270.000.000,00.

[Type text] Page 11


Jika perusahaan memilih memproses kain menjadi 50.000 stel kemeja pria, perusahaan harus
menambah beberapa biaya yang relevan dengan keputusan tersebut. Biaya tenaga kerja langsung,
misalnya bertambah menjadi Rp 35.000.000,00 {(Rp 200.000.000,00 + (50.000 x Rp 3.000,00),
sedangkan biaya overhead variabel berubah menjadi Rp 600.000.000,00 {(Rp 400.000.000,00 + (50.000
x Rp 4.000,00)}. Biaya pemasaran variabel berubah menjadi Rp 225.000.000,00 {(Rp 150.000.000,00 +
(50.000 x Rp 1.500)}. Pilihan ini mengahsilkan laba usaha sebesar Rp 1.775.000.000,00.

Menjual Memprosesnya Dalam Bentuk Pakaian


Keterangan
Langsung Anak Pria Wanita

Penjualan 4.500.000.000, 5.700.000.000, 6.000.000.000, 6.000.000.000,


BB langsung 1.500.000.000, 1.500.000.000, 1.500.000.000, .500.000.000,
TKL 200.000.000, 440.000.000, 350.000.000, 400.000.000,
Overh. var. 400.000.000, 700.000.000, 600.000.000, 640.000.000,
Overh. tetap 1.000.000.000, 1.000.000.000, 1.000.000.000, 1.000.000.000,
Pemasaran vari. 150.000.000, 240.000.000, 225.000.000, 210.000.000,
Pemasaran tetap 300.000.000, 300.000.000, 300.000.000, 300.000.000,
Administrasi 250.000.000, 250.000.000, 250.000.000, 250.000.000,

Laba usaha 700.000.000, 1.270.000.000, 1.775.000.000, 1.700.000.000,

Jika perusahaan memilih memproses kain menjadi 60.000 stel pakaian anak, perusahaan harus
menambah beberapa biaya yang relevan dengan leputusan tersebut. Biaya tenaga kerja langsung,
misalnya bertambah menjadi Rp 400.000.000,00 {(Rp 200.000.000,00 + (40.000 x Rp 5.000,00),
sedangkan biaya overhead variabel berubah menjadi Rp 640.000.000,00 {(Rp 400.000.000,00 + (40.000
x Rp 6.000)}. Biaya pemasaran variabel berubah menjadi Rp 210.000.000,00 {(Rp 150.000.000,00 +
(40.000 x Rp 1.500,00)}. Pilihan ini menghasilkan laba usaha sebesar Rp 1.700.000.000,00.
Dari keempat alternatif penjualan tersebut, terlihat bahwa memproses kain tenun tersebut
menjadi kemeja pria memberikan laba yang paling besar untuk perusahaan.

Hubungan Dengan Titik Impas


Dalam kasus dimana perusahaan dihadapkan pada pilihan untuk menjual produknya dengan
harga yang berbeda dimana satu atau sekelompok pelanggan tertentu menawar dengan harga yang lebih
rendah dan perusahaan dengan menggunakan analisi biaya diferensial dapat mengabulkan tawaran khusus
tersebut, seperti dalam ilustrasi 4.2.1 dan ilustrasi 4.2.2. Aakah pemberian harga khusus yang lebih
rendah tersebut dapat diberikan sejak unit pertama penjualan ataukah mulai volume penjualan tertentu?
Jika mulai volume penjualan tertentu, mulai volume beberapa tawaran khusus tersebut dapat dikabulkan?
Titik impas adalah volume penjualan yang dicapai perusahaan dimana perusahaan tidak
memperoleh laba sama sekali. Pada volume penjualan impas ini perusahaan tidak mengalami kerugian.
Pada volume penjualan impas ini seluruh biaya tetap yang dikeluarkan perusahaan dalam kapasitas
produksi yang direncanakan telah ditutup. Seluruh biaya tetap dalam kapasitas produksi yang
direncanakan telah dibebankan pada volume impas tersebut. Itu berarti mulai volume penjualan
selanjutnya (setelah volume penjualan impas), perusahaan dapat menghitung biaya produknya hanya
dengan menghitung biaya variabelnya saja. Itulah volume penjualan awal dimana harga jual alternatif
yang lebih murah untuk pesanan khusus dapat diberikan. Harga jual yang hanya menghitung biaya
variabelnya saja. Jadi, volume impas merupakan titik awal volume penjualan alternatif.
Ilustrasi 4.2.6 berikut ini mungkin dapat membantu memperjelas pemanfaatan analisis biaya diferensial
dalam menyelesaikan persoalan menerima atau menolak pesanan tambahan.

[Type text] Page 12


Kapasitas produksi PT. Mutiara Niaga per tahun adalah sebesar 180.000 unit. Untuk tahun
mendatang perusahaan merencanakan untuk menjual produknya dengan harga Rp 15.000,00 unit. Biaya
yang dikeluarkan untuk memproduksi 180.000 unit tersebut adalah sebagai berikut:

- Biaya bahan baku langsung Rp 540.000.000,00


- Biaya tenaga kerja langsung Rp 630.000.000,00
- Biaya overhead variabel Rp 270.000.000,00
- Biaya overhead tetap Rp 350.000.000,00
- Biaya pemasaran variabel Rp 180.000.000,00
- Biaya pemasaran tetap Rp 150.000.000,00
- Biaya administrasi Rp 100.000.000,00

#Total Rp 2.220.000.000,00

Berdasarkan pengalaman masa lalu, biasanya manajemen PT. Mutiara Niaga selalu memperoleh
pesanan khusus dengan harga tawaran yang lebih rendah. Misalnya saat ini, perusahaan memperoleh
pesanan dari PT. Koinmas, sebuah perusahaan distributor penting di wilayah Sulawesi. PT. Koinmas
menawar untuk membeli produk PT. Mutiara Niaga lebih banyak di pasarkan di Pulau Jawa dan Bali. Di
wilayah Jawa dan Bali, PT. Mutiara Niaga menguasai lebih dari 60% pangsa pasar di wilayah ini. Di
wilayah Sulawesi, PT. Mutiara Niaga belum dapat memasarkan produknya dengan baik karena
persaingan yang ketat dengan produsen lainnya. PT. Koinmas bersedia membeli produk PT. Mutiara
Niaga dalam jumlah berapapun asal harga Rp 12.000,00 per unit tersebut dapat dikabulkan. Jika tawaran
PT. Koinmas ini diterima maka dapat dipastikan pemasaran produk PT. Mutiara Niaga di wilayah
Sulawesi akan terjamin dan dapat menembus pasar Sulawesi yang selama ini sulit dilakukan oleh tim
pemasaran perusahaan, sedangkan manajemen perusahaan memiliki keinginan besar untuk menguasai
pasar Sulawesi.
Bisakah tawaran PT. Koinmas tersebut diterima? Jika bias diterima, mulai volume penjualan
berapakah dan berapa banyak produk yang harus dijual kepada PT. Koinmas?

Dari data di atas dapat diketahui bahwa biaya variabel perusahaan adalah sebesar Rp
1.620.000.000,00 (540.000.000,00 + 630.000.000,00 + 270.000.000,00 + 180.000.000,00). Itu berarti
biaya variabel per unit produk adalah sebesar Rp 9.000,00 (Rp 1.620.000.000,00 : 180.000 unit),
sedangkan biaya tetap total sebesar Rp 600.000.000,00 (350.000.000,00 + 150.000.000,00 +
100.000.000,00). Maka, titik impas perusahaan tersebut sebesar:

Titik impas =

Titik impas =
= Rp 1.500.000.000,00

Titik impas =
( dalam unit )
= 100.000 unit

[Type text] Page 13


Karena titik impas dicapai pada volume penjualan sebesar 100.000 unit maka berarti pada
volume penjualan inilah perusahaan tidak akan mengalami rugi. Pada volume penjualan sebesar 100.000
unit inilah seluruh biaya tetap sebesar Rp 600.000.000,00 telah di tutup. Biaya tetap sebesar Rp
600.000.000,00 tersebut telah dibebankan seluruhnya pada 100.000 unit penjualan produk perusahaan
tersebut. Itu berarti, untuk volume penjualan di atas 100.000 unit tersebut, perusahaan dapat menentukan
harga jual hanya dengan menghitung biaya variabelnya saja.
Jika PT. Mutiara Niaga menginginkan menguasai pasar Sulawesi melalui penjualan kepada PT.
Koinmas maka penjualan dengan harga Rp 12.000,00 per unit tersebut dapat diberikan jika PT. Mutiara
Niaga dapat memastikan bahwa 100.000 unit yang pertama dapat dijual di Pulau Jawa dan Bali dengan
harga sebesar Rp 15.000,00 per unit. Jika volume penjualan sebesar 100.000 unit tersebut dapat
dipastikan dapat di jual di Jawa dan Bali maka volume penjualan di atas 100.000 unit tersebut dapat dijual
dengan hanya mempertimbangkan biaya variabelnya saja. Jika keinginan untuk menguasai pasar Sulawesi
tersebut sangat kuat maka perusahaan dapat menjual kepaada PT. Koinmas sebanyak 80.000 unit,
yaitu sebanyak volume kapasitas produksi dikurangi dengan volume penjualan impas.

Pengaruh Terhadap Anggaran Laba


Keputusan untuk menjual sejumlah produk kepada konsumen tertentu, dengan harga yang lebih
murah dibanding yang lainnya dengan berbagai alasannya memiliki pengaruh secara langsung terhadap
pencapaian anggaran perusahaan. Anggaran disusun dengan beberapa asumsi dasar, salah satunya adalah
harga telah ditetapkan pada suatu tingkat tertentu. Jika dalam pelaksanannyakemudian perusahaan
merubah harga jual menjadi lebih rendah, tentunya hal tersebut akan berpengaruh secara langsung
terhadap perolehan laba usaha perusahaan.Laba usaha yang dianggarkan dapat dipastikan tidak akan
tercapai.Tetapi, jika perusahaan mempertimbangkan faktor lain, misalnya keinginan untuk menguasai
pasar di suatu wilayah tertentu maka ketidakmampuan perusahaan untuk mencapai laba yang dianggarkan
dapat ditolerir.Dengan harapan setelah pasar dikuasai, perusahaan dapat merubah kebijakan penjualannya
pada waktu mendatang.
Misalnya, dalam ilustrasi 4.2.6 di atas keputusan untuk menjual sebanyak 8.000 unit produknya
kepada PT.Koinmas dengan harga sebesar Rp.12.000,00 per unit pasti menyebabkan perusahaan tidak
akan dapat mencapai laba yang dianggarkan sebelumnya.
Nilai penjualan sebesar Rp.2.700.000.000,00 tersebut diperoleh dengan mengalikan antara harga
jual normal sebesar Rp.15.000,00 dengan 180.000 unit.Seluruh biaya yang dikelurkan untuk
memproduksi 180.000 unit tersebut adalah sebesar Rp.2.220.000.000,00 maka laba yang dianggarkan
dengan harga jual normal adalah sebesar Rp.480.000.000,00 sedangkan jika perusahaan memutuskan
untuk menjual sebanyak 100.000 unit produknya di Jawa dan Bali dengan harga Rp.15.000,00 per unit
dan menjual 80.000 unit produknya kepada PT.Koinmas untuk wilayah pemasaran Sulawesi dengan
harga Rp12.000,00maka nilai penjualan yang diperoleh adalah sebesar Rp2.460.000.000,00 ((100.000
unit x Rp15.000,00) + (80.000 unit x Rp12.000,00)).Keputusan untuk menjual sebanyak 80.000 unit
dengan harga Rp12.000,00 per unit tersebut dan sebanyak 100.000 unit dengan harga jual normal
mengakibatkan perusahaan memperoleh laba sebesar Rp240.000.000,00.Jelas ini mengakibatkan
perusahaan tidak dapat mencapai laba yang dianggrkan sebesar Rp480.000.000,00.Tetapi karena
keputusan tersebut dibuat dengan alasan untuk dapat menembus dan menguasai pasar Sulawesi maka
keputusan tersebut dapat dibenarkan. Jika keinginan dan rencana untuk menguasai pasar Sulawesi
tersebut telah terealisasi maka PT.Mutiara Niaga dapat mengubah kebijakan harga jualnya.
Keputusan untuk menjual produknya dengan harga jual lebih rendah dari harga jual yang
direncanakan juga tidak selalu menurunkan pencapaian laba usaha dari laba yang dianggarkan. Jika
seandaianya dalam ilustrasi 4.2.6 di atas PT.Mutiara Niaga sebelumnya hanya mampu menjual produknya
maksimal sebanyak 110.000 unit di wilayah Jawa dan Bali walaupun kapasitas produksinya 180.000 unit.
Sampai sejau ini perusahaan tidak mampu menembus wilayah pemasaran di luar Jawa dan Bali.
Maka,keputusan untuk menjual sebanyak 80.000 unit kepada PT.Koinmas yang merupakan distributor
penting di Sulawesi dengan harga jual lebih rendah tersebut tidak akan memberikan pengaruh yang terlalu

[Type text] Page 14


jauh terhadap pencapaian laba usaha perusahaan. Bahkan dapat meningkatkan perolehan laba usaha dari
yang dianggarkan.
Jika sebelumnya PT.Mutiara Niaga hanya mampu menjual produknya sebanyak 110.000 unit di
wilayah Jawa dan Bali dan tidak mampu menembus wilayah pemasaran lain maka anggaran yang realistis
bagi perusahaan ini adalah didasarkan pada penjualan sebanyak 110.000 unit. Ini akan menghasilkan nilai
penjualan sebanyak Rp 1.650.000.000,00 (110.000 unit x Rp 15.000,00). Biaya variabel per unit produk
(Rp 9.000) dikalikan dengan 110.000 nit akan menghasilkan biaya variabel sebesar Rp 990.000.000,00
ditambah dengan biaya tetap sebesar Rp600.000.000,00 akan menghasilkan biaya total sebesar
Rp1.590.000.000,00. Penjualan yang dianggarkan sebesar Rp1.650.000.000,00 dikurangi dengan biaya
total sebesar Rp1.590.000.000,00. Tersebut akan menghasilkan laba dianggarkan sebesar
Rp60.000.000,00.

Keterangan Anggaran (110.000 unit) Realisasi (180.000 unit)


Penjualan 1.650.000.000,00 2.460.000.000,00
Biaya-biaya :
- Bahan baku langsung 330.000.000,00 540.000.000,00
- Tenaga kerja langsung 385.000.000,00 630.000.000,00
- Overhead variabel 165.000.000,00 270.000.000,00
- Overhead tetap 350.000.000,00 350.000.000,00
- Pemasaran variabel 110.000.000,00 180.000.000,00
- Pemasaran tetap 150.000.000,00 150.000.000,00
- Administrasi &umum 100.000.000,00 100.000.000,00
Laba Usaha 90.000.000,00 240.000.000,00

Jika perusahaan merencanakan untuk menjual produknya sebanyak 80.000 unit kepada PT
Koinmas dengan harga Rp. 120.000,00 per unit untuk dipasarkan di wilayah Sulawesi dan menjual
sebanyak 10.000 unit untuk wilayah Jawa dan Bali dengan harga Rp. 15.000,00 per unit maka keputusan
ini akan menghasilkan nilai penjualan sebesar Rp. 2.460.000.000,00 sedangkan biaya total yang
dikeluarkan adalah sebesar Rp. 2.220.000.000,00.
Keputusan untuk menjual produk perusahaan dengan dua macam harga untuk wilayah
pemasaran yang berbeda ini, dapat meningkatkan volume penjualan perusahaan, walaupun sebanyak
80.000 unit dijual dengan harga jual yang lebih murah, tetapi karena sebelumnya perusahaan hanya
mampu menjual maksimal sebanyak 11.000 unit maka keputusan untuk menjual 80.000 unit dengan harga
Rp. Rp. 12.000,00 per unit ini dapat meningkatkan perolehan laba usaha perusahaan. Pada waktu
perusahaan hanya mampu menjual sebanyak 110.000 unit produknya di Jawa dan Bali, perusahaan hanya
menganggarkan laba usaha sebanyak Rp. 90.000.000,00. Tetapi, dengan penjualan sebanyak 180.000 unit
dengan dua macam harga menyebabkan perusahaan akan memperoleh laba usaha sebanyak Rp.
240.000.000,00. Jadi, keputusan ntuk menjual 80.000 unit produk perusahaan untuk wilayah Sulawesi
dengan harga yang lebih rendah malah mengakibatkan perolehan laba usaha yang lebih tinggi
dibandingkan dengan anggaran sebelumnya.

[Type text] Page 15

You might also like