Professional Documents
Culture Documents
Biaya Diferensial
Seperti telah dibahas di dalam bab sebelumnya bahwa berdasarkan reaksi suatu jenis biaya
terhadap perubahan aktivitas perusahaan maka biaya di dalam suatu perusahaan manufaktur dapat
dikelompokan menjadi biaya variabel dan biaya tetap.
Biaya variabel adalah biaya yang jumlahnya akan berfluktuasi sejalan dengan perubahan tingkat
aktivitas perusahaan, sedangkan biaya tetap adalah biaya yang relatif tidak berubah walaupun menjadi
perubahan volume aktivitas perusahaan.
Perbedaan perilaku kedua kelompok biaya tersebut dapat digunakan dan bermanfaat untuk
berbagai macam persoalan yang dihadapi perusahaan. Beberapa persoalan yang dihadapi perusahaan
dapat diselesaikan dengan mempergunakan dan memanfaatkan perbedaan perilaku di antara biaya-biaya
yang dimiliki perusahaan. Salah satu metode yang digunakan adalah dengan mengguanakan analisis biaya
diferensial.
Biaya diferensial adalah berbagai perbedaan biaya di antara sejumlah alternative pilihan yang
dapat digunakan perusahaan.
Biaya diferensial atau biaya releven sering pula disebut sebagai biaya marjinal atau biaya
inkremental. Biaya diferensial merupakan berbagai macam kemungkinan yang dapat terjadi dan dapat
digunakan perusahaan dalam menghitung biaya yang akan dikeluarkan perusahaan.
Berbagai macam kemungkinan biaya ini akan dapat digunakan oleh manajemen suatu
perusahaan untuk menyelesaikan beberapa persoalan yang dihadapi oleh perusahaan. Pada dasarnya biaya
diferensial merupakan biaya tunai atau out-of-pocket cost, yaitu biaya yang memerlukan pengeluaran
tunai saat ini atau pada masa mendatang yang harus menjadi apabila suatu proyek dilaksanakan atau
diperluas sampai melebihi ukuran yang ditentukan semula.
Analisi biaya diferensial digunakan untuk menentukan kenaikan pendapatan, biaya, dan marjin
laba sehubungan dengan beberapa kemungkinan cara untuk mengguakan fasilitas tetap atau kapasitas
yang tersedia.
Dalam analisis biaya difernsial, biaya variabel sangat relevan karena lazimnya biaya variabel
dapat dielakkan ketika proyek masih dalam tahap evaluasi dan tidak jadi dielakkan.
Sebaliknya, biaya tetap biasanya tidak dapat dielakkan dalam kondisi apa pun, karena itu tidak
relevan bagi setiap keputusan sehubungan dengan biaya atau profitabilitas relatif dari berbagai alternative.
Akan tetapi, jika biaya tetap terpaksa dinaikkan, misalnya karena keputuskan untuk menyewa ruang
tambahan, membeli fasilitas tambahan atau penyebab pengeluaran ekstra lainnya maka biaya tetap
semacam itu dapat dikelompokan sebagai biaya diferensial. Dalam penentuan biaya yang akan terjadi
dalam pelaksanaan atau perluasan suatu proyek setiap pengeluaran tunai yang diperlukan untuk
pengadakan kapasitas yang memadai relevan bagi pengambilan keputusan.
Terdapat dua kriteria penting agar suatu jenis biaya dapat dikelompokan sebagai biaya diferensial atau
biaya relevan.
1. Biaya tersebut merupakan biaya yang akan datang.
Biaya relevan bukanlah biaya yang telah dikeluarkan perusahaan di masa lalu atau biaya historis,
tetapi merupakan biaya yang akan dikeluarkan perusahaan di masa medatang. Memang, dalam
memperkirakan biaya yang akan dikeluarkan perusahaan yang akan mendatang perusahaan dapat
mempergunakan data historis. Tetapi,data historis tersebut hanya digunakan sebagai dasar untuk
membuat prediksi tentang besarnya biaya yang akan dikeluarkan perusahaan di masa mendatang
untuk suatu proyek tertentu dan biaya historis itu sendiri tidak relevan dengan keputusan yang akan
diambil. Karena itu sunk cost, yaitu biaya yang telah terjadi dan tidak dapat di ubah dengan
Contoh:
Kapasitas produksi PT. Panen Raya per bulan adalah sebesar 18.000 unit. Pada bulan Januari
2002, peusahaan telah memproduksi dan menjual 10.000 unit dari produksinya di bulan dengan harga
Rp14.000,000 per unit. Biaya yang dikeluarkan untuk memproduksi 10.000 unit tersebut adalah sebagai
berikut:
biaya bahan baku langsung Rp 20.000.000,00
biaya tenaga kerja langsung Rp 35.000.000,00
biaya overhead variabel Rp 15.000.000,00
biaya overhead tetap Rp 24.000.000,00
biaya pemasaran variabel Rp 10.000.000,00
biaya pemasaran tetap Rp 4.000.000,00
biaya adminitrasi Rp 9.000.000,00
total Rp 117.000.000,00
Setelah menjual 10.000 unit produknya, salah satu langganan PT. Panen Raya, yaitu PT Pelangi
pada akhir bulan Januari 2002 mengajukan penawaran pembelian sebanyak 6.000 unit produk PT. Panen
Raya dengan harga Rp 10.000.000,00 per unit.
Bisakah penawaran tersebut diterima? Mengapa?
Untuk memproduksi 10.000 unit produksinya, PT. Panen Raya mengeluarkan biaya total sebesar Rp
117.000.000,00. Jika perusahaan menghitung total pengeluaran sebagai dasar untuk menghitung biaya per
unitnya makan akan diperoleh nilai sebesar Rp 11.700,00 per unit ( Rp 117.000.000,00 : 10.000 unit ).
Jika menggunakan dasar perhitungan seperti itu maka penawaran harga sebesar Rp 10.000,00 per unit
dari PT. Pelangi jelas tidak dapat diterima.
Tetapi, pihak manajemen PT. Panen Raya dapat mengunakan analisis biaya diferensial untuk dasar
pertimbangan menerima atau menolak pesanan tambahan dari PT. Pelangi tersebut. Dari total biaya
Jadi, bahwa keputusan untuk menjual 6.000 unit produk tambahan dengan harga jual yang lebih
rendah tersebut adalah tepat, karena baik nilai marjin kontribusinya itu positif maupun perolehan laba
totalnya tetap bertambah besar.
Pada akhir bulan Oktober 2002, PT Mitra Karya salah satu langganan PT. Cemerlang Sejati
memesan sebanyak 40.000 unit produk spesifikasi khusus. PT. Mitra Karya minta agar pesanannya diberi
asesoris tambahan dan dengan kemasan khusus yang berbeda dengan kemasan yang biasa digunakan oleh
PT. Cemerlang Sejati. PT. Mitra Karya menawarkan harga beli maksimal sebesar Rp12.000,00 per unit
untuk pesanannya tersebut, sedangkan biaya tambahan yang harus dikeluarkan oleh PT. Cemerlang Sejati
untuk menambahkan asesoris dan kemasan khusus tersebut adalah sebesar Rp1.200,00 per unit ditambah
biaya sewa mesin kemasan sebesar Rp 32.000.000,00. Bisakah tawaran tersebut diterima? Mengapa?
Jika pengeluaran total sebelumnya yang digunakan dasar perhitungan biaya maka akan diperoleh
biaya per unit sebesar Rp11.700,00 per unit. Jika biaya ini ditambah biaya kemasan khusus sebesar
Rp1.200,00 per unit maka biaya yang harus dikeluarkan perusahaan sebesar Rp12.900,00 per unit,
ditambah biaya sewa mesin kemasan sebesar Rp32.000.000,00. Dengan metode perhitungan seperti ini,
jelas harga jual sebesar Rp12.000,00 tidak dapat diterima.
Tetapi, dengan mempergunakan analisis biaya diferensial PT. Cemerlang Sejati akan memperoleh
perhitungan yang berbeda sehingga keputusan yang diambilpun berbeda pula. Untuk memproduksi
100.000 unit produk yang dikelurkan PT. Cemerlang Sejati adalah sebesar Rp370.000.000,00. Kalaupun
volume produksinya dinaikan menjadi 140.000 unit, biaya tetap total yang dikeluarkan tidak akan
berubah. Jadi, untuk memproduksi 40.000 unit tambahan tersebut, perusahaan tinggal menambah biaya
relevan saja, dalam hal ini adalah seluruh biaya variabel ditambah dengan pengeluaran tambahan untuk
memproduksi 40.000 unit tambahan tersebut.
Penjualan Penjualan Penjualan
keterangan Semula Tambahan Total
(100.000 unit) (40.000 unit) (140.000 unit)
penjualan 1.500.000.000,00 480.000.000,00 1.980.000.000,00
biaya bahan langsung 200.000.000,00 80.000.000,00 280.000.000,00
biaya tenaga kerja langsung 350.000.000,00 140.000.000,00 490.000.000,00
biaya overhead variabel 150.000.000,00 60.000.000,00 210.000.000,00
biaya overhead tetap 240.000.000,00 240.000.000,00
biaya pemasaran variabel 100.000.000,00 40.000.000,00 140.000.000,00
biaya pemasaran tetap 40.000.000,00 40.000.000,00
biaya adminitrasi tetap 90.000.000,00 90.000.000,00
biaya tambahan:kemasan asesoris 48.000.000,00 48.000.000,00
biaya tambahan:sewa mesin 32.000.000,00 32.000.000,00
laba usaha 330.000.000,00 80.000.000,00 410.000.000,00
Biaya tambahan yang harus dikeluarkan perusahaan untuk memproduksi 40.000 unit tambahan
tersebut adalah Rp80.000.000,00 (asesoris & kemasan + ongkos sewa mesin = 40.000 unit x Rp1.200,00
+ Rp32.000.000,00). Teryata, dengan metode perhitungan dengan mengunakan biaya relevan tersebut
perusahaan tetap memperoleh marjin kontribusi sebesar Rp80.000.000,00 sedangkan secara keseluruhan,
perusahaan tetap memperoleh laba usaha yang lebih besar, yaitu sebesar Rp410.000.000,00, jika
menerima pesanan tambahan tersebut dibanding sebesar Rp330.000.000,00, jika menolak pesanan
tambahan tersebut.
Kapasitas produksi PT. Mitra Usaha adalah sebesar 100.000 unit per tahun. Pada akhir bulan Oktober
2002, perusahaan ini memikat kontrak penjualan dengan Departemen Pertanian RI untuk menjual
produknya sebanyak 100.000 unit dengan harga Rp15.000,00 per unit selama tahun 2003 mendatang.
Taksiran biaya yang dikeurkan untuik memproduksi 100.000 unit tersebut adalah sebagai berikut:
PT. Panah Merah, sebuah perusahaan yang memproduksi produk yang sama dengan PT. Mitara
Usaha, menawarkan menjual produknya kepada PT. Mitra Usaha dengan harga Rp9.500,00 per unitnya.
Jika tawaran diterima, PT. Mitra Usaha tinggal membelinya dari PT. Panah Merah dan mejualnya kepada
Departemen Pertanian.
Keputusan apakah sebaiknya yang harus diambil oleh manajemen PT. Mitra Usaha, membeli dari
PT. Panah Merah atau memproduksinya sendiri produk tersebut? Mengapa?
Jika manajemen PT. Mitra Usaha menghitung biaya yang akan dikelurkan memiliki perilaku yang
sama semuanya maka manajemen perusahaan tersebut akan menghitung bahwa biaya yang akan
dikelurkan untuk menghasilkan 100.000 unit produk tersebut adalah sebesar Rp11.700,00 per unit
(Rp1.170.000.000,00 : 100.000 unit), sehingga Pt Panah Merah barang yang sama dengan kualitas yang
sama dengan harga Rp9.500,00 per unit terlihat lebih jauh menguntungkan. Bahkan, jika PT. Mitra Usaha
memilih untuk membeli dari PT. Panah Merah, manajemen Perusahaan tersebut tidak perlu membuang
energy untuk meproduksi barang tersebut. Perusahaan tinggal membeli dari PT. Panah Merah dan
menjual kepada Departemen Pertanian.
Tetapi persoalanya, tidak semua biaya memiliki perilaku yang sama. Biaya-biaya variabel yang
seharusnya menjadi tanggungan PT. Mitra Usaha memang dapat dihindarkan wlaupun perusahaan
memutuskan menghentikan produksinya dan membeli dari PT. Panah Merah. Biaya-biaya tetap tersebut
tetap menjadi tanggungan perusahaan, baik perusahaan memproduksi sendiri produknya ataupun membeli
produkya dari pihak lain.
Dari table perhitungan diatas terlihat bahwa jika PT. Mitra Usaha Rp15.000,00 per unit, akan
menghasilkan laba usaha sebesar Rp330.000.000,00 sedangkan PT. Mitra Usaha membelinya dari PT.
Panah Merah dengan harga Rp180.000.000,00. Hal itu terjadi, karena PT. Mitra Usaha masih harus
menanggung seluruh biaya tetapyang ada ditambah harus membeli produk jadinya dari PT. Panah Merah
dengan nilai total sebesar Rp950.000.000,00 (Rp9.500,00 x 100.000 unit). Laba usaha sebesar
Rp180.000.000,00 akan diperoleh jika PT. Mtra Usaha memutuskan untuk membeli dari PT. Panah
Merah dan tidak mempergunakan sama sekali mesin dan fasilitas produksi yang dimilikinya. Dengan
asusi seperti itu berati pilihan untuk memproduksi sendiri produknya tetap lebih menguntungkan
perusahaan.
Perhitungan komparatif di atas didasarkan pada asumsi bahwa mesin yang dimiliki perusahaan tidak
dimanfaatkan sama sekali kalau perusahaan memutuskan untuk membeli dari pihak lain. Tetapi,
perusahaan memiliki berbagai alternatif yang dapat diambil untuk memanfaat fasilitas produksinya
tersebut.
Seandainya, PT. Mitra Usaha membeli dari PT. Panah Merah dan Mesin yang menganggur dapat
disewakan kepada pihak lain dengan pendapatan sewa sebesar Rp200.000.000,00 per tahun atau
digunakan untuk memproduksi sendiri produk tambahan sebanyak 40.000 unit (sesuai kemampuan bagian
pemasaran perusahaan) dengan harga jual sebesar Rp15.000,00 per unit.
Keputusan apakah sebaiknya yang harus diambil oleh manajemen PT. Mitra Usaha, membeli dari
PT. Panah Merah atau memproduksi sendiri produk tersebut? Mengapa?
Dengan data diatas, jelas terlihat bahwa jika perusahaan memilih untuk membeli 100.000 unit
produk PT. Panah Merah dan kemudian menggunakan fasilitas produknya untuk memproduksi produk
tambahan sebesar 40.000 unit makan akan mengahsilkan laba paling besar, sehingga alternatif ini
merupakan pilihan yang paling menguntungkan perusahaan.
Perhitunagn berbagai alternatif biaya tersebut diatas didasarkan pada asumsi bahwa seluruh biaya
tetap yang dikeluarkan perusahaan akan tetap besarnya apa pun keputusan dan aktivitas yang dipilih
perusahaan. Biaya tetap yang ditanggung perusahaan, walaupun jumlahnya relatif tidak berubah ketika
terjadi perubahan volume produksi, tetapi terkadang terdapat sejumlah biaya tetap yang dapat dihindarkan
jika aktivitas produksi berhenti sama sekali. Biaya tetap yang dapat dihindarkan adalah sejumlah biaya
yang bersifat tetap, tetapi dapat dihilangkan atau dihindari kalau perusahaan memutuskan untuk
menghentikan aktivitas produksi. Misalnya, pengurangan tenaga satpam, pengurangan tenaga mandor,
pengurangan tenaga administrasi dan sebagainya. Jika perusahaan memiliki biaya tetap yang dapat
dihindarkan akan menghasilkan perhitungan yang berbeda dan pilihan yang berbeda.
Jika, misalnya keputusan PT. Mitra Usaha untuk membeli dari pihak PT. Panah Merah dan
membiarkan fasilitas produksinya tidak berfungsi sama sekali menyebabkan sebanyak 40% dari total
biaya tetapnya dapat dihindarkan. Keputusan untuk menyewakan fasilitas produksinya kepada pihak lain
juga dapat mengurangi sebanyak 20% dari total biaya tetapnya. Munculnya biaya tetap yang dapat
dihindarkan ini akan menghasilkan perhitungan biaya alternatif yang berbeda seperti terlihat berikut ini.
Adanya biaya tetap yang dapat dihindarkan sebesar 40% ini membuat perusahaan hanya
menanggung biaya tetap sebesar 60% dari total biaya tetap dan akan dapat menghasilkan laba sebesar Rp
328.000.000,00 jika memutuskan untuk membeli dari perusahaan lain dan membiarkan fasilitas
produksinya menganggur sama sekali.
Jika perusahaan menyewakan fasilitas produksinya dan dapat menghindarkan sebesar 20% dari total
biaya tetapnya, ini akan menyebabkan perusahaan memperoleh laba usaha besar Rp 454.000.000,00.
Perolehan laba usaha ini mendekati perolehan laba usaha jika perusahaan memilih untuk membuat produk
tambahan, yaitu sebesar Rp 460.000.000,00. Tetapi, pilihan untuk membuat produk tambahan tersebut
masih sangat tergantung kepada kemampuan bagian pemasaran untuk menjual produk tambahan
tersebut,sedangkan pilihan menyewakan fasilitas produksinya kepada pihak lain akan memberikan hasil
yang pasti dan tidak tergantung kepada aktivitas dan kemampuan perusahaan menjual produknya.
Jika perusahaan tetap beroperasi dengan tingkat efisiensi yang tidak berubah dan harga jual tetap
sebesar Rp 10.500,00 per unitnya maka jelas setiap tahun PT. Mitra Usaha cabang Batam akan
mengalami kerugian sebesar Rp 120.000.000,00. Tetapi, jika perusahaan ditutup dan menghentikan
seluruh aktivitas produksi maka perusahaan tidak akan memperoleh pendapatan sama sekali karena tidak
ada produk yang dijual, sedangkan biaya tetap sebesar Rp 370.000.00,00 tetap harus ditanggung
perusahaan, sehingga jika perusahaan menghentikan produksi maka kerugian yang ditanggung
perusahaan adalah sebesar Rp 370.000.000,00 per tahun. Hal ini terjadi, dengan asumsi fasilitas produksi
yang dimiliki perusahaan dibiarkan tidak terpakai sama sekali. Dengan kerugian sebesar itu, jelas
menghentikan produksi bukanlah keputusan yang bijaksana karena akan mengakibatkan perusahaan
menanggung kerugian yang jauh lebih besar. Oleh karena itu, jalan keluar yang lain harus
dipertimbangkan manajemen perusahaan agar persoalan kerugian tersebut dapat terselesaikan.
Biaya tetap yang ditanggung perusahaan walaupun jumlahnya relative tidak berubah ketika terjadi
perubahan volume produksi, tetapi terkadang terdapat sejumlah biaya tetap yang dapat dihindarkan jika
aktivitas produksi berhenti sama sekali. Misalnya, pengurangan tenaga satpam, pengurangan tenaga
mandor, pengurangan tenaga administrasi dan sebagainya. Jika perusahaan memiliki biaya tetap yang
dapat dihindarkan akan menghasilkan perhitungan yang berbeda dan pilihan yang berbeda.
Jika dalam contoh kasus di atas, alternatif menghentikan aktivitas produksi mengakibatkan
perusahaan dapat menghindarkan sebesar 60% biaya tetapnya jika fasilitas produksinya tidak digunakan
sama sekali atau menyewakan fasilitas produksinya kepada pihak lain yang akan dapat menghasilkan
sewa sebesar Rp 175.000.000,00 per tahun dapat menghindarkan biaya tetap sebesar 30% maka
perhitungan biaya diferensial menunjukan sebagai berikut.
Adanya biaya tetap yang dapat dihindarkan sebesar 30% jika perusahaan berhenti berproduksi dan
menyewakan fasilitas produksinya kepada pihak lain sebesar Rp 175.000.000,00 mengakibatkan PT.
Mitra Usaha cabang Batam memperoleh pendapatan sewa sebessar Rp 175.000.000,00 dan cukup
menanggung biaya tetap sebesar 70% dari masing-masing biaya tetap yang ada. Alternatif ini
mengakibatkan perusahaan menanggung kerugian sebesar Rp 84.000.000,00. Jika perusahaan memilih
untuk memanfaatkan sama sekali fasilitas produksinya, alternatif ini mengakibatkan perusahaan dapat
menghindarkan biaya tetap sebesar 60%, sehingga perusahaan cukup menanggung biaya tetap sebesar
40% dari total biaya tetap yang ada. Pilihan ini mengakibatkan perusahaan menanggung kerugian sebesar
Rp 148.000.000,00 sedangkan jika perusahaan memilih untuk berproduksi maka kerugian yang harus
ditanggung perusahaan sebesar Rp 120.000.00,00 per tahun. Dengan hasil perhitungan seperti diatas
maka alternatif untuk menghentikan aktivitas produksi dan menyewakannya kepada pihak lain merupakan
pilihan yang paling menguntungkan perusahaan.
Pihak manajemen PT. Sandang Indonesia sedang mempertimbangkan untuk menjual produknya
(kain tenun) secara langsung atau memperosesnya lebih lanjut menjadi pakaian jadi. Jika diproses lebih
lanjut maka harga jualnya maka dapat ditingkatkan. Harga jual pakaian anak adalah sebesar Rp 95.000,00
per unit. Harga jual kemeja pria sebesar Rp 120.000,00 per unit dan harga jual pakaian wanita sebesar Rp
150.000,00 per unitnya. Jika seluruh kain hasil produksi perusahaan digunakan untuk memproduksi
pakaian anak saja akan dapat dihasilkan 60.000 unit pakaian. Jika diproduksi kemeja pria saja akan dapat
dihasilkan 50.000 unit pakaian, sedangkan jika digunkan untuk memproduksi pakaian wanita saja akan
dapat menghasilkan 40.000 unit pakaian. Perusahaan juga mempertimbangkan untuk memperoses lebih
lanjut menjadi gabungan produk pakaian anak, pakaian wanita sekaligus keneja pria.
Untuk memproduksi lebih lanjut menjadi pakaian jadi, dibutuhkan biaya tambahan per unit produk
sebagai berikut.
Pilihan yang harus diambil manajemen PT. Sandang Indah adalah sebagai berikut ini.
1. Apakah menjual produknya dalam bentuk kain tenun ?
2. Apakah memperoses kain tenun dan menjual produknya dalam bentuk pakaian anak ?
3. Apakah memperoses kain tenun dan menjual produknya dalam bentuk kemeja pria ?
4. Apakah memproses kain tenun dan menjual produknya dalam bentuk pakaian wanita ?
Dengan berbagai alternatif penjualan tersebut maka pihak manajemen PT. Sandang Indah
memiliki berbagai alternatif biaya dan laba yang dapat dipilih perusahaan. Jika perusahaan memilih untuk
menjual produknya dalam bentuk kain saja, tanpa memprosesnya lebih lanjutmaka perusahaan akan
memperoleh laba usaha sebesar Rp 700.000.000,00. Jika perusahaan memilih memproses kain menjadi
60.000 stel pakaian anak, perusahaan harus menambah beberapa biaya yang relevan dengan keputusan
tersebut. Biaya tenaga kerja langsung, misalnya bertambah menjadi Rp. 440.000.000,00 {(Rp
200.000.000,00 + (60.000 x Rp 4.000,00)}, sedangkan biaya overhead variabel berubah menjadi Rp
700.000.000,00 {(Rp 400.000.000,00 + (60.000 x Rp 5.000,00)}. Biaya pemasaran variabel berubah
menjadi Rp 240.000.000,00 {-{(Rp 150.000.000,00 + (60.00 x Rp 1.500,00)}. Pilihan ini mengahsilkan
laba usaha sebesar Rp 1.270.000.000,00.
Jika perusahaan memilih memproses kain menjadi 60.000 stel pakaian anak, perusahaan harus
menambah beberapa biaya yang relevan dengan leputusan tersebut. Biaya tenaga kerja langsung,
misalnya bertambah menjadi Rp 400.000.000,00 {(Rp 200.000.000,00 + (40.000 x Rp 5.000,00),
sedangkan biaya overhead variabel berubah menjadi Rp 640.000.000,00 {(Rp 400.000.000,00 + (40.000
x Rp 6.000)}. Biaya pemasaran variabel berubah menjadi Rp 210.000.000,00 {(Rp 150.000.000,00 +
(40.000 x Rp 1.500,00)}. Pilihan ini menghasilkan laba usaha sebesar Rp 1.700.000.000,00.
Dari keempat alternatif penjualan tersebut, terlihat bahwa memproses kain tenun tersebut
menjadi kemeja pria memberikan laba yang paling besar untuk perusahaan.
#Total Rp 2.220.000.000,00
Berdasarkan pengalaman masa lalu, biasanya manajemen PT. Mutiara Niaga selalu memperoleh
pesanan khusus dengan harga tawaran yang lebih rendah. Misalnya saat ini, perusahaan memperoleh
pesanan dari PT. Koinmas, sebuah perusahaan distributor penting di wilayah Sulawesi. PT. Koinmas
menawar untuk membeli produk PT. Mutiara Niaga lebih banyak di pasarkan di Pulau Jawa dan Bali. Di
wilayah Jawa dan Bali, PT. Mutiara Niaga menguasai lebih dari 60% pangsa pasar di wilayah ini. Di
wilayah Sulawesi, PT. Mutiara Niaga belum dapat memasarkan produknya dengan baik karena
persaingan yang ketat dengan produsen lainnya. PT. Koinmas bersedia membeli produk PT. Mutiara
Niaga dalam jumlah berapapun asal harga Rp 12.000,00 per unit tersebut dapat dikabulkan. Jika tawaran
PT. Koinmas ini diterima maka dapat dipastikan pemasaran produk PT. Mutiara Niaga di wilayah
Sulawesi akan terjamin dan dapat menembus pasar Sulawesi yang selama ini sulit dilakukan oleh tim
pemasaran perusahaan, sedangkan manajemen perusahaan memiliki keinginan besar untuk menguasai
pasar Sulawesi.
Bisakah tawaran PT. Koinmas tersebut diterima? Jika bias diterima, mulai volume penjualan
berapakah dan berapa banyak produk yang harus dijual kepada PT. Koinmas?
Dari data di atas dapat diketahui bahwa biaya variabel perusahaan adalah sebesar Rp
1.620.000.000,00 (540.000.000,00 + 630.000.000,00 + 270.000.000,00 + 180.000.000,00). Itu berarti
biaya variabel per unit produk adalah sebesar Rp 9.000,00 (Rp 1.620.000.000,00 : 180.000 unit),
sedangkan biaya tetap total sebesar Rp 600.000.000,00 (350.000.000,00 + 150.000.000,00 +
100.000.000,00). Maka, titik impas perusahaan tersebut sebesar:
Titik impas =
Titik impas =
= Rp 1.500.000.000,00
Titik impas =
( dalam unit )
= 100.000 unit
Jika perusahaan merencanakan untuk menjual produknya sebanyak 80.000 unit kepada PT
Koinmas dengan harga Rp. 120.000,00 per unit untuk dipasarkan di wilayah Sulawesi dan menjual
sebanyak 10.000 unit untuk wilayah Jawa dan Bali dengan harga Rp. 15.000,00 per unit maka keputusan
ini akan menghasilkan nilai penjualan sebesar Rp. 2.460.000.000,00 sedangkan biaya total yang
dikeluarkan adalah sebesar Rp. 2.220.000.000,00.
Keputusan untuk menjual produk perusahaan dengan dua macam harga untuk wilayah
pemasaran yang berbeda ini, dapat meningkatkan volume penjualan perusahaan, walaupun sebanyak
80.000 unit dijual dengan harga jual yang lebih murah, tetapi karena sebelumnya perusahaan hanya
mampu menjual maksimal sebanyak 11.000 unit maka keputusan untuk menjual 80.000 unit dengan harga
Rp. Rp. 12.000,00 per unit ini dapat meningkatkan perolehan laba usaha perusahaan. Pada waktu
perusahaan hanya mampu menjual sebanyak 110.000 unit produknya di Jawa dan Bali, perusahaan hanya
menganggarkan laba usaha sebanyak Rp. 90.000.000,00. Tetapi, dengan penjualan sebanyak 180.000 unit
dengan dua macam harga menyebabkan perusahaan akan memperoleh laba usaha sebanyak Rp.
240.000.000,00. Jadi, keputusan ntuk menjual 80.000 unit produk perusahaan untuk wilayah Sulawesi
dengan harga yang lebih rendah malah mengakibatkan perolehan laba usaha yang lebih tinggi
dibandingkan dengan anggaran sebelumnya.