You are on page 1of 2

MOTIVASI AGRESI DAN KEKERASAN

Agresif pada manusia biasanya didefinisikan sebagai perilaku yang


mengarahkan individu dengan tujuan untuk menyebabkan kerusakan atau
kerugian terhadap orang lain maupun lingkungan. Geen (2001) menjelaskan
bahwa kekerasan merupakan agresi fisik yang secara berkelanjutan dapat
menduduki tingkat yang paling tinggi, seperti timbulnya penyerangan yang
sangat ekstrim hingga menyebabkan kematian. Ada beberapa factor yang
dapat mempengaruhi agresifitas, diantaranya adalah :

1. Kebudayaan
Pada budaya masyarakat Madura, carok merupakan simbol
dalam pembelaan harga diri atau kehormatan terkait masa-lah
kedudukan, kekuasaan, harta, dan istri. Budaya carok telah menjadi ikon
masyarakat Madura sejak dahulu kala. Perkelahian yang terjadi pada
masyarakat Madura tidak lepas dengan celurit yang juga merupakan
simbol senjata masyarakat tersebut. Celurit tersebut juga sering
digunakan tindak demonstrasi dan kerusuhan. Watak yang keras pada
masyarakat madura telah terbentuk karena budaya yang sudah ada
sejak dulu dan telah mendarah daging dalam alam bawah sadar pada
kedua masyarakat tersebut.

2. Letak Geografis
Beberapa ahli dari berbagai ilmu pengetahuan seperti antropologi
dan psikologi, seperti segall, dasen, berry dan porting, (1999); Kottak
(2006); Gross (1992) mengungkap factor kebudayaan terhadap agresi.
Lingkungan geografis, seperti pantai atau pesisir menunjukkan karakter
yang lebih keras daripada masyarakat yang hidup di pedalaman. Nilai
dan norma yang mendasari sikap dan tingkah laku masyarakat juga
berpengaruh terhadap agresivitas satu kelompok.

3. Situasional
Penelitian terkait cuaca yang berhubungan dengan tingkah laku
menyebutkan bahwasannya ketidaknyamanan akibat panas yang
menyebabkan kerusuhan dan bentuk bentuk agresi lainnya. Penelitian
di Amerika Serikat, yang memiliki empat musim, menunjukkan bahwa
pada suhu 28,33 29,44 derajat celcius memunculkan peningkatan
tingkah laku penyerangan, kekerasan, dan pemerkosaan.

4. Media Masa
Berdasarkan studi ditemukan bahwa anak-anak semakin banyak
menonton TV kekerasan, maka tingkat agresifitas anak juga akan
meningkat. Kemungkinan seorang anak yang agresif atau yang
berintelegensi rendah lebih suka menonton program - program TV yang
ada kekerasannya sehinggga memicu anak untuk bertindak secara
agresif. Dampak TV pada perilaku juga dapat diamati pada maraknya
aneka ragam kekerasan, bahkan jumlah pembunuh semakin meningkat
setelah kehadiran TV.

You might also like