You are on page 1of 11

BEBERAPA FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEJADIAN

ASMA BRONKIALE PADA WANITA DEWASA DI WILAYAH KERJA

PUSKESMAS SUMOWONO KABUPATEN SEMARANG

ARTIKEL SKRIPSI

OLEH:

ROFIATUN NASIKHAH

020112a028

PROGRAM STUDI KESEHATAN MASYARAKAT

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN NGUDI WALUYO

UNGARAN

2016

Beberapa Faktor Yang Berhubungan dengan Kejadian Asma Bronkiale pada Wanita Dewasa di Wilayah Kerja
Puskesmas Sumowono Kabupaten Semarang
Beberapa Faktor Yang Berhubungan dengan Kejadian Asma Bronkiale pada Wanita Dewasa di Wilayah Kerja
Puskesmas Sumowono Kabupaten Semarang
BEBERAPA FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEJADIAN
ASMA BRONKIALE PADA WANITA DEWASA DI WILAYAH KERJA
PUSKESMAS SUMOWONO KABUPATEN SEMARANG

Rofiatun Nasikhah*) Sri Wahyuni S.KM, M.Kes**) Auly Tarmali SKM, M.Kes., **)
*Mahasiswa Program Studi Kesehatan Masyarakat STIKES Ngudi Waluyo
** Dosen Program Studi Kesehatan Masyarakat STIKES Ngudi Waluyo

ABSTRAK
Asma merupakan penyakit pernapasan kronik menyebabkan gangguan inflamasi
saluran pernapasan yang melibatkan banyak sel dan elemennya. Inflamasi kronik
menyebabkan hiperresponsivitas saluran napas yang menimbulkan gejala episodik berulang
berupa mengi, sesak napas, dada terasa berat dan batuk. Resiko terjadinya asma bronkial
merupakan interaksi antara faktor pejamu dan faktor lingkungan. Tujuan penelitian ini adalah
untuk mengetahui beberapa faktor yang berhubungan dengan kejadian Asma Bronkiale pada
wanita dewasa di wilayah kerja Puskesmas Sumowono Kabupaten Semarang.
Desain penelitian ini adalah analitik dengan pendekatan cross sectional. Populasi dalam
penelitian ini adalah seluruh wanita dewasa yang datang berobat dan tercatat dalam laporan
bulanan data kesakitan dan pemeriksaan penunjang di poli umum Puskesmas Sumowono
Kabupaten Semarang yang berjumlah 362 orang. Sampel yang diambil sebanyak 86 orang
dengan menggunakan teknik Quota Sampling. Analisis dalam penelitian ini menggunakan uji
Chi-Square( =0,05).
Hasil uji Chi-Square didapatkan ada hubungan dengan kejadian Asma Bronkiale yaitu
variabel paparan asap rokok (p=0,0001), riwayat penyakit keluarga (p=0,040). Sedangkan
variabel yang tidak ada hubungan dengan kejadian asma bronkiale yaitu kepemilikan
binatang peliharaan (p=0,307). Diharapkan penderita dapat memproteksi diri dari paparan
asap rokok misalnya menggunakan masker yang berguna untuk mengurangi keparahan
penyakit asma bronkiale yang dideritanya.
Kata Kunci : Paparan asap rokok, Riwayat penyakit keluarga, Kepemilikan binatang
peliharaan, Kejadian Asma Bronkiale
Kepustakaan : 38 (2000 2015)

Beberapa Faktor Yang Berhubungan dengan Kejadian Asma Bronkiale pada Wanita Dewasa di Wilayah Kerja
Puskesmas Sumowono Kabupaten Semarang
ABSTRACT
Asthma is a chronic inflammatory disorder of the airways in which many cells and
cellular elements play a role. The Chronic inflammation is associated with airway
hiperresponsiveness that leads to recurrent episodes of wheezing, breathlessness, chest
tightness, and coughing. The risk of asthma bronchiale includes the interaction between host
factor and environmental factor. The purpose of this study is to determine some factors
releated to the incidence of asthma bronchiale on women at Puskesmas Sumowono working
area Semarang regency.
Design of this study was analytic with crossectional approach. Population in this
research were all adult women who came for treatment and was recorded in the monthly
report of morbiditi data and investigations at Puskesmas Sumowono Semarang regency as
many as 362 people. Samples were chosen by using Quota Sampling as many as 86 people.
The data analysis used chi square test (=0,05).
Chi square test results found a correlationin the incidence of asthma bronchiale are
exposure of smoke (p=0,0001) and family history of disease (p=0,040) variables. While
variable that is not related to the incidence of asthma bronchiale is the ownership of pets
(p=0,307). It is expected that patients can protect them selves from exposure to cigarette for
example using a mask that is useful for reducing the severity of asthma bronchiale.
Keywords : Smoke exposure, family history of disease, pet ownership, incidence of
asthma bronchiale.
Bibliographies : 38(2000-2015)

PENDAHULUAN
Asma bronkiale merupakan penyakit kronik yang sering dijumpai pada anak maupun
dewasa di negara berkembang maupun negara maju. Sejak dua dekade terakhir, dilaporkan
bahwa prevalensi asma bronkiale meningkat pada anak maupun dewasa. Prevalensi total
asma bronkial di dunia diperkirakan 7,2 % (6% pada dewasa dan 10% pada anak). Prevalensi
tersebut sangat bervariasi pada tiap negara dan bahkan perbedaan juga didapat antar daerah di
dalam suatu negara. Prevalensi asma bronkiale di berbagai negara sulit dibandingkan, tidak
jelas apakah perbedaan angka tersebut timbul karena adanya perbedaan kritertia diagnosis
atau karena benar-benar terdapat perbedaan (IDAI, 2010).
Di Indonesia, prevalensi asma belum diketahui secara pasti, berdasarkan laporan Hem
Sundaru tahun 2008 (Departemen llmu Penyakit Dalam, FKUI/RSCM) prevalensi asma di
Bandung (5,2%), Semarang (5,5%), Denpasar (4,3%), dan Jakarta (7,5%). Berdasarkan
RISKESDAS 2013, prevalensi penyakit Asma di Jawa tengah mencapai 4,3 %, dimana
Kabupaten Semarang mencapai 3,9 %. Prevalensi penyakit Asma ini banyak diderita pada
rentan umur 15 44 tahun. Dimana pada umur 15 24 tahun sebesar 5,9%, 25-34 tahun
sebanyak 5,8 % dan umur 35-44 tahun mencapai 5,7 %. Penyakit ini bisa diderita oleh semua
kalangan baik berjenis kelamin laki-laki maupun (Kemen Kes RI, 2013). Prevalensi Asma
mencapai 4,76 % yang merupakan menyebabkan Rawat Jalan di Rumah Sakit Indonesia
tahun 2009-2010 (SIRS, 2010-2011). Menurut Buku Saku Kesehatan Provinsi Jawa Tengah
penyakit asma merupakan Penyakit Tidak Menular nomor tiga. Pada tahun 2013 penyakit
Asma mencapai 94.95 kasus (11,7%), pada tahun 2014 mengalami penurunan dengan jumlah
sebanyak 66,06 (10,36%), dan pada triwulan 2 tahun 2015 kasus asma sebesar 14,474 (9,60
Beberapa Faktor Yang Berhubungan dengan Kejadian Asma Bronkiale pada Wanita Dewasa di Wilayah Kerja
Puskesmas Sumowono Kabupaten Semarang
%) (Buku Saku Kesehatan Jateng Triwulan 2, 2015). Proporsi kasus Asma di Kabupaten
Semarang pada tahun 2013 sebesar 2903 kasus (295,16 / 100.000 penduduk). Dimana jumlah
kasus diseluruh Puskesmas Kabupaten Semarang sebesar 2.734 kasus dengan penyumbang
terbesar yaitu Puskesmas sumowono sebesar 477 kasus (Dinkes Kab Semarang, 2013).
Pada tahun 2014 di Kecamatan Sumowono yang telah didiagnosa menderita Asma
Bronkiale sebanyak 372 kasus. Beberapa faktor resiko timbulnya asma bronkial, antara lain:
riwayat keluarga, tingkat sosial ekonomi rendah, etnis, daerah perkotaan, letak geografi
tempat tinggal, memelihara binatang dalam rumah, terpapar asap rokok. Secara umum faktor
risiko asma dibagi kedalam dua kelompok besar, faktor resiko yang berhubungan dengan
terjadinya atau berkembangnya asma dan faktor resiko yang berhubungan dengan terjadinya
eksaserbasi atau serangan asma yang disebut trigger faktor atau faktor pencetus
(GINA,2015).
Kecamatan Sumowono terletak di lereng selatan Gunung Ungaran dengan ketinggian 850
m di atas permukaan laut. Kecamatan Sumowono mempunyai kelembapan udara yang tinggi
dan suhu yang dingin. Kasus asma bronkiale tertinggi di Kabupaten Semarang yaitu
Puskesmas Sumowono. Dari laporan tahunan Puskesmas Sumowono , jumlah kasus asma
bronkiale pada tahun 2013 mencapai 477 kasus dimana 96 kasus (20%) diderita oleh wanita,
tahun 2014 yang telah di diagnosa menderita penyakit asma, yaitu sebanyak 372 kasus
dimana 82 kasus (22%) diderita oleh wanita dan pada tahun 2015 sebanyak 347 kasus
dengan 69 (20%) diderita oleh wanita. Oleh karena itu peneliti tertarik untuk melakukan
penelitian tentang Beberapa Faktor Yang Berhubungan Dengan Penyakit Asma Bronkiale
Pada Wanita Dewasa di Wilayah kerja Puskesmas Sumowono Kecamatan Sumowono
Kabupaten Semarang.
A. Tujuan Penelitian
Mengetahui beberapa faktor yang berhubungan dengan Penyakit Asma Bronkiale
Pada Wanita Dewasa di Wilayah Kerja Puskesmas Sumowono Kecamatan Sumowono
Kabupaten Semarang.
B. Manfaat Penelitian
Diharapkan hasil penelitian ini dapat memberikan pengetahuan mengenai beberapa
faktor terjadinya serangan asma bronkiale dan gejala yang timbul sehingga dapat
mengetahui cara mencegah terjadinya asma bronkiale. Memberikan informasi kepada
anggota keluarganya tentang asma bronkiale sehingga keluarga diharapkan dapat
mengetahui dan melakukan tindakan preventif terhadap penyakit asma bronkiale
tersebut.

BAHAN DAN CARA PENELITIAN


Desain dalam penelitian ini adalah analitik dengan pendekatan cross sectional.Teknik
pengambilan sampel menggunakan quota sampling. Populasi pada penelitian ini adalah
seluruh wanita dewasa yang datang berobat dan tercatat dalam laporan bulanan data
kesakitan, pemeriksaan penunjang di poli umum dalam kurun waktu 1 tahun yaitu tahun
2015 sebesar 362 orang. Sedangkan sampel dalam penelitian ini berjumlah 86 orang.
Penelitian ini menggunakan data primer yaitu tentang paparan asap rokok, riwayat penyakit
keluarga dan kepemilikan binatang peliharaan. Analisis data yang dilakukan adalah analisis
univariat dan bivariat. Uji statistik dilakukan dengan uji chi-square.

Beberapa Faktor Yang Berhubungan dengan Kejadian Asma Bronkiale pada Wanita Dewasa di Wilayah Kerja
Puskesmas Sumowono Kabupaten Semarang
HASIL PENELITIAN
A. Analisis Univariat
Berdasarkan penelitian yang dilakukan terhadap 86 wanita dewasa di wilayah kerja
Puskesmas Sumowono mengenai distribusi frekuensi paparan asap rokok, riwayat
penyakit keluarga, kepemilikan binatang peliharaan dan kejadian asma bronkiale, yang
diperoleh dari hasil kuesioner, dapat dilihat pada tabel di bawah ini :
Tabel 1.
Distribusi Frekuensi Paparan Asap Rokok, Riwayat Penyakit Keluarga,
Kepemilikan Binatang Peliharaan dan Kejadian Asma Bronkiale pada Wanita
Dewasa di Wilayah Kerja Puskesmas Sumowono Tahun 2016
Variabel Kategori Jumlah %
Paparan Asap Ada Paparan 39 45,3
Rokok Tidak Ada Paparan 47 54,7
Riwayat Penyakit Ada Riwayat 35 40,7
Keluarga Tidak Ada Riwayat 51 59,3
Kepemilikan Memiliki 18 20,9
Binatang Peliharaan Tidak Memiliki 68 79,1
Kejadian ISPA Asma 54 62,8
Tidak Asma 32 37,2

Berdasarkan tabel 1, dapat diketahui bahwa frekuensi paparan asap rokok pada
wanita dewasa di wilayah kerja Puskesmas Sumowono yaitu, responden yang terpapar
asap rokok sebanyak 39 responden (45,3%) lebih rendah dibandingkan dengan
responden yang tidak terpapar asap rokok yaitu sebanyak 47 responden (54,7%).
Distribusi frekuensi pada variabel riwayat penyakit keluarga, responden yang tidak
memiliki riwayat penyakit asma pada keluarga sebanyak 51 responden (59,3%) lebih
besar dibandingkan responden yang memiliki riwayat penyakit asma pada keluarga
sebanyak 35 responden (40,7%). Pada variabel kepemilikan binatang peliharaan
responden yang tidak memiliki binatang peliharaan lebih banyak dibanding responden
yang memiliki binatang peliharaan. Dimana responden yang tidak memiliki binatang
peliharaan sebanyak 68 responden (79,1%) dan yang memiliki binatang peliharaan
sebanyak 18 responden (20,9%). Sedangkan untuk variabel kejadian Asma Bronkiale
sebagian besar responden mengalami Asma, yaitu sebanyak 54 responden (62,8%),
sedangkan responden yang tidak mengalami Asma sebanyak 32 responden (37,2%).

B. Analisis Bivariat

Tabel 2.
Distribusi Responden Berdasarkan Paparan Asap Rokok Dan Kejadian Asma
Bronkiale Pada Wanita Dewasa di Wilayah Kerja Puskesmas Sumowono
Kabupaten Semarang Tahun 2016
Kejadian Asma
Paparan Asap Rokok Asma Tidak Asma P-value
f % f %
Ada Paparan 33 84,6 6 15,4 0,0001
Tidak Ada Paparan 21 44,7 26 55,3
Total 54 62,8 32 37,2

Beberapa Faktor Yang Berhubungan dengan Kejadian Asma Bronkiale pada Wanita Dewasa di Wilayah Kerja
Puskesmas Sumowono Kabupaten Semarang
Berdasarkan tabel 2, dapat diketahui bahwa persentase responden yang mengalami
Asma Bronkiale lebih tinggi pada responden yang terpapar asap rokok yaitu 84,6 %
dibandingkan dengan responden yang tidak terpapar asap rokok yaitu 44,7%. Dari hasil
uji chi square didapatkan nilai p<0,0001. Karena p < 0,05, maka Ho ditolak. Ini
menunjukan bahwa ada hubungan antara paparan asap rokok dengan kejadian Asma
Bronkiale pada wanita dewasa di wilayah kerja Puskesmas Sumowono, Kabupaten
Semarang.
Tabel 3.
Distribusi Responden Berdasarkan Riwayat Penyakit Keluarga Dan Kejadian
Asma Bronkiale Pada Wanita Dewasa di Wilayah Kerja Puskesmas Sumowono
Kabupaten Semarang Tahun 2016
Kejadian Asma
Riwayat Penyakit
Asma Tidak Asma p-value
Keluarga
f % f %
Ada Riwayat 27 77,1 8 22,9 0,040
Tidak Ada Riwayat 27 52,9 24 47,1
Total 54 62,8 32 37,2
Berdasarkan tabel 3, dapat diketahui bahwa presentase responden yang mengalami
Asma Bronkiale lebih tinggi pada responden yang memiliki Riwayat Penyakit asma pada
keluarga yaitu sebesar 77,1% dibandingkan dengan responden tidak memiliki riwayat
penyakit asma pada keluarga yaitu 52,9%. Dari hasil uji chi square didapatkan p-value
sebesar 0,040. Karena p < 0,05, maka Ho ditolak. Sehingga disimpulkan bahwa ada
hubungan antara riwayat penyakit keluarga dengan kejadian Asma Bronkiale pada
wanita dewasa di wilayah kerja Puskesmas Sumowono, Kabupaten Semarang.
Tabel 4.
Distribusi Responden Berdasarkan Kepemilikan Binatang Dengan Kejadian Asma
Bronkiale Pada Wanita Dewasa di Wilayah Kerja Puskesmas Sumowono
Kabupaten Semarang Tahun 2016
Kejadian Asma
Kepemilikan Binatang
Asma Tidak Asma P-value
Peliharaan
f % F %
Memiliki 12 66,7 6 33.3 0,0001
Tidak memiliki 42 61,8 26 38.2
Total 54 62,8 32 37,2
Berdasarkan tabel 4, dapat diketahui bahwa persentase responden yang mengalami
Asma Bronkiale lebih tinggi pada responden yang memiliki binatang peliharaan yaitu
sebesar 66,7%, dibanding dengan responden yang tidak memiliki binatang peliharaan
yaitu 61,8%. Dari hasil uji chi square didapatkan nilai p = 0,914. Oleh karena nilai p >
0,05, maka Ho gagal ditolak. Ini menunjukan bahwa tidak ada hubungan antara
kepemilikan binatang dengan kejadian asma bronkial pada wanita dewasa di wilayah
kerja Puskesmas Sumowono Kabupaten Semarang.

Beberapa Faktor Yang Berhubungan dengan Kejadian Asma Bronkiale pada Wanita Dewasa di Wilayah Kerja
Puskesmas Sumowono Kabupaten Semarang
PEMBAHASAN
A. Analisis Univariat
1. Gambaran Paparan Asap Rokok
Hasil penelitian menunjukan bahwa responden yang terpapar asap rokok
sebesar 45,3% dan responden yang tidak terpapar asap rokok didalam rumah yaitu
sebesar 54,7%. Masyarakat akan merokok di dalam rumah pada waktu malam hari,
dikarenakan mereka istirahat dan berkumpul dengan keluarganya. Waktu merokok di
dalam rumah lebih pendek dibanding merokok di luar rumah, tetapi asap rokok dari
perokok aktif akan tetap menimbulkan pencemaran udara dalam ruangan serta akan
mengganggu fungsi paru pada orang yang terpapar. Perokok aktif yaitu orang yang
sedang merokok sedangkan perokok pasif adalah seseorang yang menghirup asap
rokok dari perokok aktif atau orang yang terpapar asap rokok yang dikeluarkan oleh
perokok aktif. Perokok pasif lebih berbahaya bila dibandingkan dengan perokok
aktif. Bahaya yang harus ditanggung pleh perokok pasif tiga sampai lima kali lipat
dari bahaya perokok aktif. Sebanyak 25 persen zat berbahaya yang terkandung dalam
rokok masuk ke tubuh perokok, sedangkan 75 persennya beredar di udara bebas yang
berisiko masuk ke tubuh orang di sekelilingnya (Suryo, 2010).

2. Gambaran Riwayat Penyakit Keluarga


Hasil penelitian menunjukan bahwa hasil penelitian yang dilakukan pada 86
responden terdapat 35 responden (40,7%) yang memiliki riwayat penyakit asma pada
keluarga. Atopi dan hiperrespons bronkus mempunyai pola pewaris yang berbeda
yaitu kemampuan untuk menghasilkan IgE terutama dipengaruhi oleh lingkungan.
Faktor lingkungan juga berpengaruh terhadap terjadinya asma, hal ini diketahui
dengan ditemukannya kejadian asma hanya pada salah satu anggota keluarga yang
kembar monozigot (Yunus,2009). Atopi diturunkan sebagai karakteristik dominan
otosomal 85% dari mereka yang membawa gen mempunyai gejala penyakit alergi
dan 60% mengalami mengi. Dari hasil penelitian riwayat penyakit asma lebih banyak
pada ibu sebanyak 23,3%, dibandingkan riwayat penyakit asma pada ayah sebanyak
17,4%. Jika seorang ibu atau ayah menderita penyakit asma, maka kemungkinan
besar adanya penderita asma dalam anggota keluarga tersebut. Asma tidak selalu ada
pada kembar monozigot, labilitas bronkokontriksi pada olahraga ada pada kembar
identik, tetapi tidak pada kembar dizigot (Kusumo,2004).

3. Gambaran Kepemilikan Binatang Peliharaan


Hasil penelitian menunjukkan bahwa kepemilikan binatang peliharaan yaitu
sebesar 20,9%. Adanya binatang peliharaan dapat mempengaruhi banyak sedikitnya
jumlah debu pada rumah, hewan seperti kucing, anjing, burung dan unggas dapat
meninggalkan polutan berupa alergen yang terdapat pada bulunya, dimana alergen ini
dapat mempengaruhi proses terjadinya reaksi hipersensitive dan inflamasi pada
saluran pernafasan (Sundaru, 2007).

4. Gambaran Kejadian Asma Bronkiale


Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan pada 86 responden, sebagian
besar responden 62,8% menderita asma bronkial. Asma merupakan penyakit yang
menghambat saluran udara pada paru paru dan juga menimbulkan peradangan pada
saluran udara. Kombinasi penyumbatan dan peradangan saluran udara ini akan
menimbulkan batuk, napas berbunyi, penyempitan dada, dan sesak napas yang
merupakan penanda asma dan jika tidak diobati, bisa mengarah kerusaknya saluran

Beberapa Faktor Yang Berhubungan dengan Kejadian Asma Bronkiale pada Wanita Dewasa di Wilayah Kerja
Puskesmas Sumowono Kabupaten Semarang
udara secara permanen. Pada penelitian ini banyak responden yang menderita asma
bronkiale mengalami batuk sampai dengan sesak nafas serta mengi yang menibulkan
kesakitan. Responden yang menderita asma bronkiale Penelitian telah menunjukkan
bahwa peradangan saluran udara adalah hal yang menyebabkan kerusakan saluran
udara secara permanen serta membuat gejala gejala asma memburuk dan lebih sulit
ditangani (Rachelefsky, 2008).

B. Analisis Bivariat
1. Hubungan Antara Paparan Asap Rokok Dengan Kejadian Asma Bronkiale
Berdasarkan tabel 2, dapat diketahui bahwa persentase responden yang
mengalami Asma Bronkiale lebih tinggi pada responden yang terpapar asap rokok
yaitu 84,6 % dibandingkan dengan responden yang tidak terpapar asap rokok yaitu
44,7%. Dari hasil uji chi square didapatkan nilai p<0,0001. Dapat disimpulkan
bahwa ada hubungan antara paparan asap rokok dengan kejadian Asma Bronkiale.
Pada perokok pasif secara bermakna sisi aliran asap yang terbakar lebih panas
dan lebih toksik dari pada asap yang dihirup perokok, terutama dalam mengiritasi
mukosa jalan nafas. Paparan asap tembakau pasif berakibat lebih berbahaya pada
penyakit saluran nafas bawah (batuk, lendir dan mengi) dan naiknya risiko asma.
Pembakaran tembakau sebagai sumber zat iritan dalam rumah yang menghasilkan
campuran gas yang komplek dan partikel-partikel berbahaya. Lebih dari 4500 jenis
kontaminan telah dideteksi dalam tembakau, diantaranya hidrokarbon polisiklik,
karbon monoksida, karbon dioksida, nitrit oksida, nikotin, dan akrolein
(GINA,2015). Apabila salah satu anggota keluarga memiliki kebiasaan merokok di
dalam rumah maka akan berpeluang besar terjadinya asma bronkiale dibanding
dengan anggota keluarga yang tidak memiliki kebiasaan merokok di dalam rumah.
Sehingga dapat diartikan bahwa paparan asap rokok memberikan hubungan yang
signifikan terhadap kejadian asma bronkiale dibandingkan yang tidak terpapar asap
rokok di dalam rumah.

2. Hubungan Antara Riwayat Penyakit Keluarga Dengan Kejadian Asma


Bronkiale
Pada penelitian ini didapatkan persentase responden yang mengalami Asma
Bronkiale lebih tinggi pada responden yang memiliki Riwayat Penyakit asma pada
keluarga yaitu sebesar 77,1% dibandingkan dengan responden tidak menderita
penyakit asma yaitu 52,9%. Dari hasil uji chi square didapatkan nilai p=0,040. Dapat
disimpulkan bahwa ada hubungan antara kepemilikan binatang peliharaan dengan
kejadian Asma Bronkiale pada wanita dewasa. Penderita asma bronkilale yang
mempunyai riwayat asma, umumnya memiliki ciri khas tersendiri terhadap hal-hal
yang menjadi pemicu serangan asma. Lebih kurang 25% penderita asma, keluarga
dekatnya juga menderita asma, meskipun asmanya tidak aktif lagi, diantara keluarga
penderita asma 2/3 memperlihatkan test alergi positif. Predisposisi keluarga untuk
mendapatkan penyakit asma yaitu kalau anak dengan satu orangtua yang terkena
mempunyai risiko menderita asma 25%, risiko bertambah menjadi sekitar 50% jika
kedua orang tua asmatik (Sundaru, 2011).
Hal ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan Kuwat Karyadi (2008) yang
menyatakan bahwa hasil analisis hubungan riwayat penyakit keluarga dengan
kejadian asma bronkiale didapatkan hubungan yang bermakna, dengan nilai p =
0,008 ini menunjukkan terdapat hubungan yang bermakna antara riwayat penyakit
keluarga dan status asma.
Beberapa Faktor Yang Berhubungan dengan Kejadian Asma Bronkiale pada Wanita Dewasa di Wilayah Kerja
Puskesmas Sumowono Kabupaten Semarang
3. Hubungan Antara Kepemilikan Binatang Peliharaan Dengan Kejadian Asma
Bronkiale
Berdasarkan tabel 4.9, dapat diketahui bahwa persentase responden yang
mengalami Asma Bronkiale lebih tinggi pada responden yang memiliki binatang
peliharaan yaitu 66,7 %. Dibandingkan dengan yang tidak memiliki binatang
peliharaan yaitu sebesar 61,8%. Uji statistik untuk variabel kepemilikan binatang
peliharaan didapatkan p = 0,914, dimana nilai p > = 0,05, dapat disimpulkan bahwa
tidak ada hubungan antara kepemilikan binatang dengan kejadian asma bronkiale.
Responden yang memiliki binatang peliharaan tidak menderita asma bronkial
dikarenakan banyak responden yang tidak berkontak langsung dengan binatang yang
mereka miliki. Sebagian besar responden apabila sudah mengetahui dirinya
mempunyai alergen dengan binatang maka mereka tidak akan memelihara binatang
tersebut bahkan untuk berhubungan atau kontak langsung dengan binatang tersebut.
Kemungkinan besar hewan peliharaan bukan merupakan faktor pencetus
terjadinya asma. Hal tersebut dapat dipengaruhi karena adanya kontak antara hewan
peliharaan dengan responden, lama keberadaan hewan peliharaan berada dirumah
responden dan jarak kandang hewan tersebut dengan rumah jika hewan tersebut
dikandangkan. Penelitian ini sejalan dengan hasil penelitian Valent (2012) yang
menyatakan tidak ada hubungan antara kepemilikan binatang peliharaan didalam
rumah dengan kejadian asma yang ditunjukan dengan p value sebesar 0,488.

PENUTUP
A. Kesimpulan
Ada hubungan antara paparan asap rokok dengan kejadian Asma Bronkiale di
wilayah kerja Puskesmas Sumowono Kabupaten Semarang, dengan (p value < 0,0001),
Ada hubungan antara riwayat penyakit keluarga dengan kejadian Asma Bronkiale di
wilayah kerja Puskesmas Sumowono Kabupaten Semarang denga (p value = 0,040),
Tidak ada hubungan antara kepemilikan binatang peliharaan dengan kejadian Asma
Bronkiale di wilayah kerja Puskesmas Sumowono Kabupaten Semarang dengan (p
value = 0,914).

B. Saran
Diharapkan penderita dapat memproteksi diri dari paparan asap rokok misalnya
menggunakan masker di dalam rumah yang berguna untu kmengurangi keparahan
penyakit asma bronkiale yang dideritanya serta diharapkan Puskesmas membuat
program yang terkait dengan penyakit asma bronkial mengenai pencegahan asma
bronkiale seperti penyuluhan rutin mengenai penyakit asma bronkiale dan bagi
penderita asma dilakukan pengecekan kesehatan rutin. Sehingga diharapkan prevalensi
asma bronkial di Puskesmas Sumowono menurun.

DAFTAR PUSTAKA

IDAI. (2010). Buku Ajar: Respirologi Anak. Jakarta. Badan Penerbit IDAI. Diakses 15
Oktober 2015 jam 13.48 WIB
Setiawan, Yahmin. (2012). Asma. www.lkc.ac.id.diakses September 2016
Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan Kementrian Kesehatan RI. (2013). Hasil
Kesehatan Dasar (Riskesdas)2013. Badan Penelitian dan Pengembangan kesehatan,
Kementrian kesehatan RI.
Beberapa Faktor Yang Berhubungan dengan Kejadian Asma Bronkiale pada Wanita Dewasa di Wilayah Kerja
Puskesmas Sumowono Kabupaten Semarang
Dinas Kesehatan Jawa Tengah.(2015). Buku Saku Kesehatan Provinsi Jawa Tengah.
_________________________,(2010-2011).Sistem Informasi Rumah Sakit. Jawa Tengah.
GINA (Global Initiative For Asthma); Global Strategy For Asthma Management And
Prevention.www,Ginaasthma.org. (2015). Diakses 15 Oktober 2015 jam 09.35 WIB.
Suryo, Joko. (2010). Herbal Penyembuhan Gangguan Sistem Pernapasan. Bentang Pustaka.
Yogyakarta
Yunus, F, (2009). Penatalaksanaan Asma Jangka Panjang.
http://staff.ui.ac.id/internal/131631641/material/KULIAH ASMA 2009.pdf. diakses
23 November 2015
Kusumo, Dianiati, dkk. (2004). Asma Pedoman Diagnosis & Penatalaksanaan di Indonesia.
Jakarta: Dokter Paru Indonesia.
Sundaru H, Sukamto, (2007) . Prevalensi Asma Bronkial, Departemen Ilmu Penyakit
Dalam, Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia.
Rachelefsky . (2008) . Penanganan Asma. Jakarta : Bhuana Ilmu Populer.
Sundaru H, Sukamto, (2011) . Asma Bronkial, Departemen Ilmu Penyakit Dalam, Jakarta:
Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia.
Valentfatoni. (2012). Hubungan Kondisi Fisik Lingkungan Rumah dengan Kejadian Asma di
Wilayah Kerja Puskesmas Bulu Lor Kecamatan Semarang Utara. Skripsi. Semarang:
FKM UNDIP.

Beberapa Faktor Yang Berhubungan dengan Kejadian Asma Bronkiale pada Wanita Dewasa di Wilayah Kerja
Puskesmas Sumowono Kabupaten Semarang

You might also like