Peran institusi dan pemerintah dalam mempromosikan, merekomendasikan dan
mewajibkan pentingnya vaksinasi untuk pekerja kesehatan masih banyak diperdebatkan, terutama masalah etik. Asas utama yang dianut adalah autonomy, beneficence, non- maleficience, fairness dan virtue ethics. Tingkat utama dalam keputusan etis yang dibuat oleh institusi dan pemerintah bersifat individual, institusional dan Governmental. Penilainan akan pentingnya vaksinasi pada para pekerja kesehatan harus memenuhi standar etika apapun mengharuskan penilaian yang baik atas bukti empiris dan teoritis masing- masing manfaat dan risiko vaksin. Ketika suatu vaksin memiliki manfaat rendah sampai sedang biasnya akan diabaikan oleh para pekerja kesehatan, sehingga dirasa tidak perlu dilakukan vaksinasi, yang mana kebanyakan kasus dengan vaksin, semua kerangka kerja seharusnya merekomendasikan kampanye pendidikan aktif dan rekomendasi untuk alternatif tindakan pengendalian infeksi untuk profesional yang tidak divaksinasi. Kebanyakan para pekerja kesehatan menolak untuk melaksanakan vaksinasi wajib atas beberapa alasan, diantaranya: (1) Medical Contraindications, (2) religious belief, (3) philosophical belief, (4) declination statement, or (5) inadequate vaccine supply. Semua kerangka kerja dapat mengakomodasi kebijakan vaksinasi wajib dengan pemutusan hubungan kerja untuk pelanggar, tapi itu harus didahului dengan kampanye edukasi yang sukses, komitmen dan kesepakatan umum harus dicapai sebelum pelaksanaan mandat. Hal ini benar adanya ketika mempertimbangkan bahwa mandat tanpa konsensus dapat menyebabkan sebuah reaksi balik yang serius terhadap promosi dan rekomdasi terhadap pencegahan vaksin untuk para pekerja kesehatan secara umum.