You are on page 1of 42

WRAP UP

BLOK SARAF DAN PERILAKU


KEJANG DISERTAI DENGAN DEMAM

KELOMPOK

KETUA : Magma Sanggiri 1102015072


SEKRETARIS : Hilda Utami 1102014121
ANGGOTA : Asep Zainuddin Sahir 1102014042
Cakra Karim Narendra 1102014060
Farha Muftia Dini Solihah 1102014092
Fika Rizqiah 1102014099
Firdausina Ardian Vega 1102014102
Kurnia Hasanah 1102014146
Farah Atsilla 1102015072

FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS YARSI
2012/2013
KEJANG DISERTAI DENGAN DEMAM

Laki-laki berusia 56 tahun, saat sedang melaksanakan umrah tiba-tiba mengalami kejang selama
5 menit kemudian tidak sadarkan diri. Dari alloanamnesis dengan anggota jamaah lainnya
didapatkan informasi bahwa pasien telah mengalami demam disertai nyeri kepala sejak 3 hari
yang lalu. Pada riwayat penyakit dahulu didapatkan keluhan kejang demam saat usia 3 tahun.
Pada pemeriksaan fisik didapatkan GCS (glasglow coma scale) E3M5V2 dan tanda rangsang
meningeal kaku kuduk (+). Dokter setempat mendiagnosis pasien dengan meningoensefalitis
suspek bacterial. Untuk membantu menegakan diagnosis, dokter melakukan pemeriksaan lumbal
pungsi setelah sebelumnya memastikan tidak adanya peningkatan tekanan intracranial melalui
funduskopi. Jamaah lain mempertanyakan bagaimana keabsahan ibadah umrah pasien tersebut.

KATA SULIT

1. Meningoensephalitis peradangan yang terjadi pada selaput dan jaringan otak


2. Alloanamnesis Anamnesis secara tidak langsung dan informasi tidak di dapat dari
pasien
3. GCS Skala kuantitatif untuk menilai derajad kesadaran seseorang
4. Kaku kuduk Pemeriksaan rangsang selaput otak dengan cara pemeriksaan di bawah
kepala pasien yang sedang berbaring. Kepala flexi, sampai dagu ke dada. Memberikan
hasil yang positif jika terdapat tahanan.
5. Funduskopi pemeriksaan untuk menilai keadaan pupil saraf optic, macula, rektus
menggunakan optalhmoskop

PERTANYAAN

1. Apa penyebab terjadinya kejang ?


2. Mengapa pasien pingsan ?
3. Mengapa sebelum pemeriksaan lumpal pungsi dichek teknanan intracranial dahulu ?
4. Bagaimana tatalaksana awal pada pasien ?
5. Apa indikasi dan kontraindikasi lumnal pungsi ?
6. Apa hubungan riwayat penyakit dahulu dan penyakit sekarang ?
7. Apakah pemeriksaan penunjang lain untuk menentukan diagnosis ?
8. Bagaimana gambaran kejang demam pada pasiennya ?
9. Apa yang menyebabkan sakit kepaa dan demam pada pasien ?
10. Bagaimana keabsahan ibadah pasien ?
JAWABAN

1. Karena perbedaan tekanan muatan listrik


2. Karena terjadi penurunan kadar oksigen di dalam otak
3. karena dapat menyebabkan herniasi pada otak
4. antibiotic untuk bakteri, dan anti kejang di berika diazepam
5. indikasi kaku kuduk, kejang dan suspek encephalitis
kontraindikasi tekanan intracranial yang meningkat, papil edema, gangguan
kardiovaskuler, infeksi local., trombosit kurang dari 2000

6. tidak ada hubungan dengan riwayat penyakit sekarang


7. Mri dan CT-SCAN, EEG, lab darah lengkap,gula darah
8. mata mendelik ke atas, suhu badan meningkat, terjadi penurunan kesadaran, bradikardi
9. demam infeksi bakteri
Nyeri kepala tekanan intracranial meningkat

10. belum menyelesaikan rukun umroh tidak sah, tetapi jika sudah menyelesaikan rukun
umroh, maka umrohnya sah
HIPOTESIS

Meningoensephalitis suspek bakteri menyebabkan mata mendelik ke atas, suhu badan meningkat
dan terjadi penurunan kesadaran di lakukan pemeriksaan penunjang lumbal pungsi dengan
indikasi kaku kuduk, kejang suspek encephalitis dan kontraindikasi adanya edema papil, tekanan
intracranial yang meningkat dan di lakukan pemeriksaan penunjang lainnya yaitu MRI, CT-
SCAN, EEG, lab darah lengkap. Dengan di berikan penatalaksaan yaitu antibiotic untuk bakteri
dan diazepam untuk kejangnya, Keabsahan umroh di lihat dari selesai atau tidaknya dari
mengerjakan rukun umroh.
SASARAN BELAJAR :

LI.1. MAMPU MEMAHAMI DAN MENJELASKAN ANATOMI MENINGES, DAN


SISTERNA VENTRIKULARIS.

LO.1.1 MAKROSKOPIK

LO.1.2 MIKROSKOPIK

LI.2 MAMPU MEMAHAMI DAN MENJELASKAN FISIOLOGI FCS

LI.3 MAMPU MEMAHAMI DAN MENJELASKAN MENINGOENCEPALITIS

LO.3.1 DEFINISI

LO.3.2 ETIOLOGI

LO.3.3 EPIDEMIOLOGI

LO.3.4 KLASIFIKASI

LO.3.5 PATOFISIOLOGI

LO.3.6 MANIFESTASI

LO.3.7 DIAGNOSIS DAN DIAGNOSIS BANDING

LO.3.8 PENATALAKSANAAN

LO.3.9 KOMPLIKASI

LO.3.10 PROGNOSIS

LO.3.11 PENCEGAHAN

LI.4. MAMPU MEMAHAMI DAN MENJELASKAN PUNGSI LUMBAL

LO.4.1 TUJUAN PUNGSI LUMBAL

LO.4.2 INDIKASI DAN KONTRA INDIKASI PUNGSI LUMBAL

LO.4.3 TEHNIK DAN EFEK SAMPING PUNGSI LUMBAL

LI.5 MAMPU MEMAHAMI DAN MENJELASKAN KEJANG DEMAM

LO.5.1 DEFINISI

LO.5.2 ETIOLOGI
LO.5.3 EPIDEMIOLOGI

LO.5.4 KLASIFIKASI

LO.5.5 PATOFISIOLOGI

LO.5.6 MANIFESTASI

LO.5.7 DIAGNOSIS DAN DIAGNOSIS BANDING

LO.5.8 PENATALAKSANAAN

LO.5.9 KOMPLIKASI

LO.5.10 PROGNOSIS

LO.5.11 PENCEGAHAN

LI.6 MAMPU MEMAHAMI DAN MENJELASKAN KEABSAHAN IBADAH UMRAH

LO.6.1 SYARAT

LO.6.2 RUKUN
LI.1. MAMPU MEMAHAMI DAN MENJELASKAN ANATOMI MENINGES, DAN
SISTERNA VENTRIKULARIS.

LO. 1.1. MAKROSKOPIS

Gambar 1. Coronal section bagian atas dari tengkorak

(Clinical Anatomy by regions 8th ed., Richard S. Snell.)


Gambar 2. Lapisan meninges

(Blumenfeld Neuroanatomy through clinical cases)

Meninges berfungsi untuk melindungi otak atau medulla spinalis dari benturan atau pengaruh
gravitasi. Fungsi ini diperkuat oleh LCS yang terdapat dalam spatium subarachnoidea.

Meninges terdiri dari 3 lapis:

1. Duramater

2. Piamater

3. Arachnoidea

Duramater (Dura = keras, mater = ibu)

Merupakan pembungkus SSP paling luar yang terdiri dari jaringan ikat padat. Dalam otak
membentuk 5 sekat:

- Falx cerebri

- Tentorium cerebella

- Falx cerebella

- Diphragma sellae

- Kantung Meckelli
Ditempat tertentu, antara lapisan luar dan dalam duramater terbentuk ruang yaitu sinus (venosus)
duraematris yang termasuk dalam sistem pembuluh darah balik.

Berdasarkan bagian SSP yang dibungkusnya, dibedakan atas:

1) Duramater Encephali (membungkus otak)

1. Lapisan luar (lapisan endosteal = lapisan periosteal)

Melekat erat ke periosteum tengkorak (terkuat pada sutura dan basis cranii). Terdapat jonjot
jaringan ikat dan vasa ke periosteum. Lapisan luar melekat erat pada foramen magnum dan tidak
berhubungan dengan lapisan luar duramater medulla spinalis. Pada tempat tertentu, celah yang
terbentuk antara lapisan duramater dengan periosteum dinamakan cavum epidural.

Cavum epidural encephali tidak berhubungan dengan cavum epidural spinalis. Isi cavum
epidural:

Jaringan ikat jarang


Sedikit lemak
Plexus venosus
Vena
Arteri
Vasa lymphatica

Antara lapisan dalam dan luar dapat terjadi:

Pembentukan celah sinus (venosus) duramatris


Pembentukan sekat:
Falx cerebri:
Memisahkan kedua hemispaherum cerebri yang melekat mulai dari sutura sagitalis
memasuki fissura longitudinalis melekat pada crista galli didepan ke
protuberantia occipitale interna dilanjutkan sebagai tentorium cerebelli.

Sinus (venosus duraematris) yang dibentuk adalah:


- Pada tepi atas sinus sagitalis superior
- Pada tepi bawah sinus sagitalis inferior
- Pada lanjutan ke tentorium cerebelli ikut membentuk sinus rectus

Tentorium cerebelli
Memisahkan cerebellum dengan bagian occipitale hemicerebri dan ke atas
menyambung menjadi falx cerebri. Pada tepi depan terdapat lubang yang ditembus
oleh mesencephalon. Sinus duraematris yang dibentuk adalah:
- Kelateral dan belakang sinus transvesus
- Kedepan sinus petrosus superior

Falx cerebelli
Berbentuk segitiga, memisahkan haemispaherum cerebeli kiri dan kanan.

Diphragma sellae
Membentang sepanjang processus clinoidea menutupi hypofisis yang terletak pada
cekungan sella turcica. Di tengah-tengah diaphragm sellae terdapat lubang tempat
keluarnya infundibulum hypofisis yang dikelilingi oleh sinus cavernosa atau sinus
circularis.

Kantung Meckelli
Membungkus ganglion semilunare N. Trigeminus.

2. Lapisan dalam

Menghadap ke arachnoidea
Dilapisi mesotel (sama dengan mesotel pleura, pericardium pars serosa dan
peritoneum). Menghasilkan serosa yang berfungsi untuk lubrikasi permukaan dalam
duramater dengan permukaan luar arachnoid sehingga gesekan keduanya dapat diredam
dan mencegah kerusakan.
Lanjut menjadi lapis dalam duramater spinalis
Antara duramater dengan arachnoid terdapat cavum subdural, mengandung:
Cairan serosa untuk meredam gesekan duramater dengan arachnoidea.
Bridging nein menghubungkan antara vena cerebri superior ke sinus sagitalis
superior.

2) Duramater spinalis

Terdapat lapis luar dan dalam


Lapisan luar melekat pada:
Foramen occipitale magnum, lanjut menjadi duramater encephali
Perioceum vertebra cervicalis 2-3
Lig. Longitudinale posterius
Cavum epidural dan subdural
Setinggi os sacrale 2, dura spinalis membungkus fillim terminale dan akhirnya melekat
pada os. Coccygeus
Antara L2 dengan S2 cavum epidural diisi oleh cauda equina yang merupakan untaian
Nn. Spinalis sebelum keluar melalui foramen intervertebralis yang sesuai. Perlu
diketahui, ujung paling bawah medulla spinalis adalah setinggi vertebra lumbal 2
sehingga banyak sekali Nn. Spinalis yang terbentuk diatas dan harus turun untuk
mencapai foremen intervertebralis yang sesuai.
Arachnoidea

Arachnoidea yaitu selaput tipis yang membentuk sebuah balon yang berisi cairan otak meliputi
seluruh susunan saraf sentral, otak, dan medulla spinalis. Arachnoidea berada dalam balon yang
berisi cairan. Ruang sub arachnoid pada bagian bawah serebelum merupakan ruangan yang agak
besar disebut sistermagna. Ruangan tersebut dapat dimasukkan jarum kedalam melalui foramen
magnum untuk mengambil cairan otak, atau disebut fungsi sub oksipitalis.

1) Arachnoidea Encephali
Permukaan yang menghadap kearah piamater punya pita-pita fibrotik halus:
TRABEKULA ARACHNOIDEA.
Pada beberapa tempat menonjol ke sinus daramater: VILLI ARACHNOIDEA.
2) Arachnoidea Spinalis
Struktur sama dengan arachnoidea encephali.
Ke kranial melalui foramen occipetale magnum lanjut mejdai arachnoidea
encephali.
Kaudal ikut membentuk filum terminale.
3) Cavum subarachnoidea encephali

Piameter (Pia = lunak, mater = ibu)

Merupakan selubung tipis yang kaya pembuluh darah dan langsung membungkus otak dan
medulla spinalis. Piamater berhubungan langsung dengan arachnoidea mater melalui trabecula

Tidak terdapat rongga antara piamater dengan otak / medulla spinalis.


Pada permukaan berjalan vasa dan nervi.
Dataran luarnya ditutupi oleh villi arachnoidea.
Di tempat-tempat keluarnya nervi, baik dari otak maupun medulla spinalis, selalu ada
piamater yang menjorok keluar membungkus nervi tsb.
Pada waktu pembuluh darah menembus piamater untuk memasuki otak/ medulla spinalis,
pembuluh darah tersebut akan mendapat selubung jaringan ikat dari piamater.

Piamater Encephali
Membungkus seluruh permukaan otak dan cerebelum termasuk sulci dan gyri

Piameter spinalis

Lebih tebal dan kuat dan kurang mengandung vasa dibanding piamater encephali
Terdiri dari dua lapis:
- Lapis luar
Terdiri dari jaringan kolagen yang tersusun memanjang
- Lapis dalam
Melekat erat pada seluruh permukaan medulla spinalis dan membentuk sekat pada
fissure mediana anterior.
LO. 1.2. MIKROSKOPIS

MENINGES

1. Duramater
Terdiri dari lapisan luar dan lapisan dalam. Lapisan luar atau disebut juga lapisan endosteum
merupakan jaringan ikat padat dengan banyak pembuluh darah dan saraf. Lapisan dalam atau
lapisan fibrosa kurang mengandung pembuluh darah, dilapisi epitel selapis gepeng di
mesoderm.

2. Arachnoid
Membran tipis, halus non vaskuler yang melapisi dura
Membran arachnoid dan trabekulanya, tersusun dari serat-serat kolagen halus dan serat
elastis
Semua permukaan dilapisi oleh lapisan yang kontinyu terdiri dari epitel selapis gepeng.

3. Piamater
Lapisan piamater yang lebih superfisial, tersusun dari anyaman-anyaman jaring serat
kolagen, yang berhubungan dengan arachnoid dan lebih nayat pada medulla spinalis.
Lapisan dalam terdiri dari serat-serat retikular dan elastin yang halus, lapisan tersebut
memberi septum median posterior yang fobrosa ke dalam subtansia medulla spinalis.
Permukaan piamater tertutup epitel selapis gepeng, yang melanjutkan diri menjadi sel-sel
yang melapisi jaringan arachnoid.
LI.2 MAMPU MEMAHAMI DAN MENJELASKAN FISIOLOGI FCS

1. Anatomi dan Histologi Plexus Choroideus

Susunan saraf pusat berkembang dari tabung neural. Di medula spinalis, ruang ini
menetap hanya dalam bentuk saluran sempit (kanalis sentralis). Tetapi pada otak, ruang ini
melebar membentuk empat ventrikel, yaitu dua dari ventrikel lateralis pada hemisfer serebri,
ventrikel III di ensefalon, dan ventrikel IV pada pons dan medula oblongata. Foramen
interventrikularis Monro menghubungkan ventrikel lateralis dengan ventrikel III, aquaduktus
Sylvii menghubungkan ventrikel III dengan ventrikel IV. Ventrikel tersebut bagian dalamnya
dilapisi ependim sehingga terpisah dari jaringan otak.1
Dalam ventrikel IV tela koroidea membentuk atap. Tiap kornu lateral atap tersebut
mempunyai lubang, yaitu foramen Luschka dan juga lubang ketiga terdapat lebih caudal pada
garis tengah, yaitu foramen Magendie. Pada daerah tertentu dari tiap ventrikeliol, arteriol-arteriol,
dan kapiler-kapiler membentuk berkas-berkas pembuluh darah yang menonjol ke dalam lumen
ventrikel yang disebut pleksus choroideus.1,2
Plexus choroideus adalah satu-satunya tempat yang memproduksi cairan serebrospinal
dan epitel ependim dikhususkan ditempat ini. Sel-selnya berbentuk kubis dan mengandung
sejumlah mitokondria. Plexus choroideus menempati pada semua ventrikel di intrakranial, serta
dalam pemeriksaan mikroskop elektron tampak mikrovili ireguler yang panjang pada permukaan
ventrikel dan plasmalema bagian basal mempunyai banyak lipatan ke dalam. Kompleks lateral
menutup ruang antar sel ke arah lumen. Pengamatan ini sesuai dengan fakta bahwa fungsi sel-sel
di tempat ini adalah untuk memindahkan cairan dari darah ke dalam ventrikel.1,2

Gambar 1. Anatomi plexus choroideus2


2. Fisiologi Cairan Serebrispinal
a. Pembentukan Cairan Serebrospinal
Cairan serebrospinal dibentuk dengan kecepatan sekitar 500 milimeter per hari,
yaitu sebanyak tiga sampai empat kali volume total cairan diseluruh system cairan
serebrospinal. Kira-kira dua pertiga atau lebih cairan ini berasal dari sekresi pleksus
koroideus di keempat ventrikel, terutama di kedua ventrikel lateral. Sejumlah kecil cairan
tambahan disekresikan oleh permukaan ependim ventrikel dan membrane arakhnoid, dan
sebagian kecil berasal dari otak itu sendiri melalui ruang perivaskuler yang mengelilingi
pembuluh darah yang masuk ke dalam otak.3
Pada orang dewasa, produksi total CSS yang normal adalah sekitar 21 ml/jam
(500 ml/hari), volume CSS total hanya sekitar 150 ml. CSS mengalir dari ventrikel
lateralis melalui voramen intraventrikular (foramen Monroe) ke ventrikel ke tiga, lalu
melewati cerebral aquaductus (aquaductus sylvii) ke ventrikel ke empat dan melalui
appertura medialis (foramen Magendi) dan aperture lateral (foramen Luschka) menuju ke
system cerebromedular (sisterna magna). Dari sisterna cerebelomedular, CSS memasuki
ruang subarachnoid, bersisrkulasi disekitar otak dan medulla spinalis sebelum diabsorbsi
pada granulasi arachnoid yang terdapat pada hemisfer serebri.3

Gambar 2. Panah menunjukan aliran cairan serebrospinal dari pleksus koroideus dalam
ventrikel lateral ke vili arakhnoidalis yang menjorok ke dalam sinus duramater4
LI.2 MAMPU MEMAHAMI DAN MENJELASKAN FISIOLOGI FCS

LI.3 MAMPU MEMAHAMI DAN MENJELASKAN MENINGOENCEPALITIS

LO.3.1 DEFINISI

Meningitis : peradangan selaput otak


Ensefalitis : peradangan jaringan otak
Meningoencephalitis adalah peradangan yang terjadi pada encephalon dan meningens. Nama lain
dari meningoencephalitis adalah cerebromeningitis, encephalomeningitis, dan meningocerebritis

LO.3.2 ETIOLOGI

Meningoencephalitis dapat disebabkan oleh bakteri, virus, atau beberapa kasus yang jarang
disebabkan oleh jamur.

UMUR ORGANISME PENYEBAB YANG UMUM

Neonatus Streptococcus Group B atauD

Streptococcus non Group B

Escherichia coli, L. Monocytogenes.

Infant & anak-anak H. Influenzae (48%)

S. Pneumoniae (13%).

N. Meningitidis, Diplococcus pneumonia

Dewasa S. pneumoniae (30-50%), H. Influenzae (1-3%),

N. meningitidis (10-35%), Basil gram negatif(1-


10%),

Staphylococcus (5-15%), Streptococcus (5%),

Species Listeria (5%).

BAKTERI

Bakteri yang sering menyebabkan meningoencephalitis bacterial sebelum ditemukannya vaksin


Hib: S.pneumoniae, dan N. meningitidis. Bakteri yang menyebabkan meningoencephalitis
neonatus adalah bakteri yang sama yang menyebabkan sepsis neonatus. Resiko
meningoencephalitis bacterial meningkat pada keadaan penyalahgunaan alcohol, telah menjalani
splenektomi dan penderita dengan infeksi telinga hidung menahun.
Tabel 1. Bakteri penyebab meningoencephalitis

Golongan Bakteri yang paling sering Bakteri yang jarang menyebabkan


usia menyebabkan meningoencephalitis
meningoencephalitis

Neonatus Group B streptococcus Staphylococcus aureus

Escherichia coli Coagulase-negative staphylococci

Klebsiella Enterococcus faecalis

Enterobacter Citrobacter diversus

Salmonella

Listeria monocytogenes

Pseudomonas aeruginosa

Haemophilus influenzae types a, b, c, d, e, f,


dan nontypable

>1 bulan Streptococcus pneumonia H. influenzae type b

Neisseria meningitides Group A streptococci

Gram-negatif bacilli

L. monocytogenes

VIRUS

Virus yang menyebabkan meningoencephalitis pada prinsipnya adalah virus golongan enterovirus
dimana termasuk didalamnya adalah coxsackieviruses, echovirus dan pada pasien yang tidak
vaksinasi (poliovirus). Virus golongan enterovirus dan arbovirus (St. Louis, LaCrosse, California
vencephalitis viruses) adalah golongan virus yang paling sering menyebabkan
meningoencephalitis. Selain itu virus yang dapat menyebabkan meningoencephalitis yaitu HSV,
EBV, CMV lymphocytic choriomeningoencephalitis virus, dan HIV. Virus mumps adalah virus
yang paling sering menjadi penyebab pada pasien yang tidak tervaksinasi sebelumnya. Sedangkan
virus yang jarang menyebabkan meningoencephalitis yaitu Borrelia burgdorferi (lyme disease),
B. hensalae (cat-scratch virus), M. tuberculosis, Toxoplasma, Jamus (cryptococcus, histoplasma,
dan coccidioides), dan parasit (Angiostrongylus cantonensis, Naegleria fowleri, Acanthamoeba)
Akut Subakut

Adenoviruses HIV

1. Amerika utara JC virus


Eastern equine encephalitis
Western equine encephalitis Prion-associated encephalopathies
St. Louis encephalitis (Creutzfeldt-Jakob disease, kuru)
California encephalitis
West Nile encephalitis
Colorado tick fever
2. Di luar amerika utara
Venezuelan equine encephalitis
Japanese encephalitis
Tick-borne encephalitis
Murray Valley encephalitis
Enteroviruses

Herpesviruses

Herpes simplex viruses


Epstein-Barr virus
Varicella-zoster virus
Human herpesvirus-6
Human herpesvirus-7
HIV

Influenza viruses

Lymphocytic
choriomeningoencephalitis virus

Measles virus (native atau vaccine)

Mumps virus (native atau vaccine)

Virus rabies

Virus rubella

Virus adalah penyebab utama pada infeksi encephalitis akut. Encephalitis juga dapat merupakan
hasil dari jenis lain seperti infeksi dan metabolik, toksik dan gangguan neoplastik.
JAMUR

Jamur patogen, termasuk Coccidioides immitis, Blastomyces dermatitidis, dan Histoplasma


capsulatum, dapat menyebabkan meningoencephalitis. Invasi oportunistik dengan Cryptococcus
neoformans dan Aspergillus spp juga telah dijelaskan dalam beberapa spesies mamalia.
Terkadang, jamur lain, seperti Candida spp, Cladosporium trichoides, Paecilomyces variotii,
Chryseobacterium meningosepticum, dan Geotrichum candidum, menyebabkan
meningoencephalitis.

LO. 4.3. Klasifikasi

Klasifikasi Meningitis/ Meningoencephalitis

1. Berdasarkan letak anatomisnya:

a. Pakimeningitis: infeksi pada duramater.


b. Leptomeningitis: infeksi pada arachnoid dan piamater.

2. Menurut Brunner & Suddath

a. Meningoencephalitis asepsis mengacu pada salah satu meningoencephalitis virus yang


menyebabkan iritasi meningens yang disebabkan oleh abses otak, ensefalitis, limfoma,
leukemia, atau darah di ruang subarachnoid.
b. Meningoencephalitis sepsis menunjukkan meningoencephalitis yang disebabkan oleh
organisme bakteri seperti meningokokus, stafilokokus atau basilus influenza.
c. Meningoencephalitis tuberkulosa disebabkan oleh basillus tuberkel.

3. Menurut Ronny Yoes

a. Meningoencephalitis serosa/tuberkulosa adalah radang selaput otak arachnoid dan


piamater yang disertai cairan otak jernih. Penyebab terseringnya adalah Mycobacterium
tuberculosa. Seperti semua jenis infeksi TB, infeksi SSP dimulai dari inhalasi partikel
infektif. Pada penderita dengan daya tahan tubuh lemah, fokus infeksi primer TB akan
mudah ruptur dan menyebabkan TB ekstra paru yang dapat menjadi TB milier dan dapat
menyerang meningen.
b. Meningoencephalitis purulen adalah radang bernanah arachnoid dan piamater yang
meliputi otak dan medula spinalis. Penyebabnya antara lain: Diplococcus pneumoniae,
Neisseria meningitidis, Streptococcus haemolyticus, Staphylococcus aureus,
Haemophilus influenza, Escerichia coli, Klebsiella pneumoniae, Pseudomonas
aeruginosa.

4. Meningitis Kriptikokus

Meningitis yang disebabkan oleh jamur kriptokokus. Jamur ini bisa masuk ke tubuh kita saat
kita menghirup debu atau kotoran burung yang kering. Kriptokokus ini dapat menginfeksikan
kulit, paru, dan bagian tubuh lain. Meningitis Kriptokokus ini paling sering terjadi pada orang
dengan CD4 di bawah 100. Diagnosis: Darah atau cairan sumsum tulang belakang dapat dites
untuk kriptokokus dengan dua cara. Tes yang disebut CRAG mencari antigen (protein) yang
dibuat oleh kriptokokus. Tes biakan mencoba menumbuhkan jamur kriptokokus dari contoh
cairan. Tes CRAG cepat dilakukan dan dapat memberi hasi l pada hari yang sama. Tes biakan
membutuhkan waktu satu minggu atau lebih untuk menunjukkan hasil positif. Cairan
sumsum tulang belakang juga dapat dites secara cepat bila diwarnai dengan tinta India.

LO.3.3 EPIDEMIOLOGI

Bila infeksi melibatkan meningen, subarachnoid dan parenkim otak akan terjadi reaksi inflamasi
yang disebut meningoencephalitis.

Lebih dari 70% dari kasus ini berakhir dengan kematian, 1 hari atau 3 minggu setelah mulai
timbul gejala. Terjadinya penyembuhan kadang-kadang diikuti dengan terjadinya gejala sisa
berupa kecacatan menetap, namun beberapa kasus, baru-baru ini yang diobati dengan acyclovir
dapat sembuh total. Virus penyebab infeksi secara alamiah pada kera analog dengan infeksi HSV
pada manusia; 30%-80% dari kera rhesus ditemukan seropositif. Selama mengalami stress
(sewaktu diangkat dalam pelayaran dilautan dan pengangkutan didarat), terjadi peningkatan
angka virus pada kera ini. Angka kesakitan pada manusia sangat jarang tapi kalau terjadi sangat
fatal, biasanya infeksi didapat karena gigitan kera yang kelihatannya normal atau kulit yang tidak
terlindungi atau membrana mukosa terpajan dengan saliva monyet yang terinfeksi atau dengan
kultur sel kera.

Diperkirakan insiden tahunan di UK sebesar 4 per 100,000. Infeksi paling sering berat pada anak-
anak dan orang tua. Herpes simpleks dapat menyebabkan limfositik meningitis jinak pada orang
dewasa, tapi biasanya menghasilkan ensefalitis berat pada neonatus.

Faktor risiko:

a. Usia: anak-anak dan bayi lebih banyak daripada orang dewasa dikarenakan belum terbentuk
imunitas yang kuat.
b. Jenis kelamin: meningitis lebih banyak diderita pria.
c. Lingkungan: banyak pada lingkungan sosial-ekonomi rendah, lingkungan padat dan daerah
dengan kasus ISPA yang tinggi.

LO.3.4 KLASIFIKASI

1.Meningitis serosa
adalah radang selaput otak araknoid dan piameter yang disertai cairan otak yang jernih.Penyebab
terseringnya adalah Mycobacterium tuberculosa. Penyebab lainnya lues, Virus,Toxoplasma
gondhii dan Ricketsia.

2.Meningitis purulenta
Adalah radang bernanah arakhnoid dan piameter yang meliputi otak dan medula
spinalis.Penyebabnya antara lain : Diplococcus pneumoniae (pneumokok), Neisseria
meningitis(meningokok), Streptococus haemolyticuss, Staphylococcus aureus,
Haemophilus influenzae,Escherichia coli, Klebsiella pneumoniae, Peudomonas aeruginosa
3. Meningitis Tuberkulosis Generalisata
Gejala : demam, mudah kesal, obstipasi, muntah- muntah, ditemukan tanda-tanda perangsangan
meningen seperti kaku kuduk, suhu badan naik turun, nadi sangat labil/lambat,hipertensi umum,
abdomen tampak mencekung, gangguan saraf otak. Penyebab : kuman mikobakterium
tuberkulosa varian hominis.
Diagnosis : Meningitis Tuberkulosis dapat ditegakkan dengan pemeriksaan cairan otak, darah,
radiologi, test tuberkulin.

4. Meningitis Kriptikokus
adalah meningitis yang disebabkan oleh jamur kriptokokus. Jamur ini bisa masuk ke tubuh kita
saat kita menghirup debu atau kotoran burung yang kering. Kriptokokus ini dapat
menginfeksikan kulit, paru, dan bagian tubuh lain. Meningitis Kriptokokus ini
paling sering t e r j a d i p a d a o r a n g d e n g a n C D 4 d i b a w a h 1 0 0 . D i a g n o s i s :
D a r a h a t a u c a i r a n s u m s u m t u l a n g belakang dapat dites untuk kriptokokus
dengan dua cara. Tes yang disebut CRAG mencari antigen (protein) yang dibuat
oleh kriptokokus. Tes biakan mencoba menumbuhkan jamur kriptokokus dari contoh
cairan. Tes CRAG cepat dilakukan dan dapat memberi hasi l pada hari yang sama. Tes
biakan membutuhkan waktu satu minggu atau lebih untuk menunjukkan hasil positif.
Cairan sumsum tulang belakang juga dapat dites secara cepat bila diwarnai dengan tinta India.

5. Viral meningitis
Termasuk penyakit ringan. Gejalanya mirip dengan sakit flu biasa, dan umumnya penderita dapat
sembuh sendiri. Frekuensi viral meningitis biasanya meningkat di musim panaskarena pada saat
itu orang lebih sering terpapar agen pengantar virus. Banyak virus yang bisamenyebabkan viral
meningitis. Antara lain virus herpes dan virus penyebab flu perut.

6. Bacterial meningitis
Disebabkan oleh bakteri tertentu dan merupakan penyakit yang serius. Salah satu bakterinya
adalah meningococcal bacteria Gejalanya seperti timbul bercak kemerahan atau kecoklatanpada
kulit. Bercak ini akan berkembang menjadi memar yang mengurangi suplai darah ke organ-organ
lain dalam tubuh dapat berakibat fatal dan menyebabkan kematian.

LO.3.5 PATOFISIOLOGI

Meningitis bakteri dimulai sebagai infeksi dari orofaring dan diikuti dengan septikemia,
yang menyebar ke meningen otak dan medula spinalis bagian atas. Faktor predisposisi mencakup
infeksi jalan nafas bagian atas, otitis media, mastoiditis,anemia sel sabit dan hemoglobinopatis
lain, prosedur bedah saraf baru, trauma kepala dan pengaruh imunologis. Saluran vena yang
melalui nasofaring posterior, telinga bagian tengah dan saluran mastoid menuju otak dan dekat
saluran vena-vena meningen; semuanya ini penghubung yang menyokong perkembangan bakteri.
Organisme masuk ke dalam aliran darah dan menyebabkan reaksi radang di dalam meningen dan
di bawah korteks, yang dapat menyebabkan trombus dan penurunan aliran darah serebral.
Jaringan serebral mengalami gangguan metabolisme akibat eksudat meningen, vaskulitis
dan hipoperfusi. Eksudat purulen dapat menyebar sampai dasar otak dan medula spinalis. Radang
juga menyebar ke dinding membrane ventrikel serebral.Meningitis bakteri dihubungkan dengan
perubahan fisiologis intrakranial, yang terdiri dari peningkatan permeabilitas pada darah, daerah
pertahanan otak (barier oak),edema serebral dan peningkatan TIK. Pada infeksi akut pasien
meninggal akibat toksin bakteri sebelum terjadi meningitis. Infeksi terbanyak dari pasien ini
dengan kerusakan adrenal, kolaps sirkulasi dan dihubungkan dengan meluasnya hemoragi (pada
sindromWaterhouse-Friderichssen)sebagai akibat terjadinya kerusakan endotel dan nekrosis
pembuluh darah yangdisebabkan oleh meningokokus

LO.3.6 MANIFESTASI

Meningoensephalitis

Temuan pada pemeriksaan fisik bervariasi berdasarkan pada usia dan organisme penyebab
infeksi. Penting untuk diingat bahwa anak muda, jarang menunjukan gejala spesifik.

1. Pada bayi muda temuan yang pasti mengarah ke meningitis jarang spesifik:
a. Hipotermia atau mungkin bayi demam
b. Ubun-ubun membumbung, diastasis (pemisahan) pada sutura jahitan, dan kaku kuduk
tapi biasanya temuan ini muncul lambat.
2. Saat anak tumbuh lebih tua, pemeriksaan fisik menjadi lebih mudah dicari.
a. tanda-tanda meningeal lebih mudah di amati (misalnya, kaku kuduk, tanda kernig positif
dan Brudzinski juga positif).
b. tanda fokal neurologis dapat ditemukan sampai dengan 15% dari pasien yang
berhubungan dengan prognosis yang buruk.
c. Kejang terjadi pada 30% pasien dengan meningitis bakteri.
d. Kesadaran berkabut (obtundation) dan koma terjadi pada 15-20 % dari pasien dan lebih
sering dengan meningitis pneumokokus.

Dapat ditemukan tanda peningkatan tekanan intrakranial dan pasien akan mengeluhkan
sakit kepala, diplopia, dan muntah. Ubun-ubun menonjol, ptosis, saraf cerebral keenam,
anisocoria, bradikardia dengan hipertensi, dan apnea adalah tanda-tanda tekanan
intrakranial meningkat dengan herniasi otak. Papilledema jarang terjadi, kecuali ada
oklusi sinus vena, empiema subdural, atau abses otak.

Meningitis Bakterial

Pada bayi baru lahir dan prematur: Pasien tampak lemah dan malas, tidak mau minum,
muntah-muntah, kesadaran menurun, ubun-ubun besar tegang dan membenjol, leher lemas,
respirasi tidak teratur, kadang disertai ikterus jika sepsis.

Pada bayi berumur 3 bulan 2 tahun: Demam, muntah, gelisah, kejang berulang, high pitched
cry (pada bayi) ubun-ubun tegang dan membonjol.

Pada anak besar: Meningitis kadang-kadang memberikan gambaran klasik. Terdapat demam,
menggigil, muntah dan nyeri kepala. Kadang-kadang gejala pertama adalah kejang, gelisah,
gangguan tingkah laku. Penurunan kesadaran dapat terjadi.

Tanda klinis yang biasa didapat adalah kaku kuduk, tanda Brudzinski dan Kerning. saraf kranial
yang sering mangalami kelainan adah N. VI, VII dan IV. Bila terdapat trombosis vaskular dapat
timbul kejang dan hemiparesis.

Meningitis Tuberkulosis

1. Stadium pertama: gejala demam, sakit perut, nausea, muntah, apatis, kelainan neurologis
belum ada.
2. Stadium kedua: tidak sadar, sopor, terdapat kelaianan neurologis ada tanda rangsang
meningeal, saraf otak yang biasa terkena adalah N. III, IV, VI dan VII.
3. Stadium ketiga: koma, pupil tidak bereaksi, kadang timbul spasme klonik pada ekstremitas,
hidrosefalus.

Ensefalitis

1. Masa prodromal berlangsung antara 1-4 hari, ditandai dengan demam, sakit kepala, pusing,
muntah, nyeri tenggorokan, malaise, nyeri ekstremitas, dan pucat.
2. Berat ringanya tergantung dari distribusi dan luas lesi pada neuron
3. Gejalanya berupa gelisah, iritabel, screaming attack, perubahan perilaku, gangguan
kesadaran, dan kejang.
4. Kadang-kadang disertai neurologis fokal berupa afasia, hemiparesis, hemiplegia, ataksia, dan
paralisis saraf otak.
5. Tanda rangsang meningeal dapat terjadi bila peradangan mencapai meningen.
LO.3.7 DIAGNOSIS DAN DIAGNOSIS BANDING

Anamnesis

Dapat dilakukan dengan autoanamnesis atau alloanamnesis bila pasien tidak koperatif.

Pemeriksaan Fisik

Perhatikan tanda rangsang meningeal positif: Kaku kuduk, Kerning sign, dan Burdzinsky.

Pemeriksaan Penunjang

1. Laboratorium darah

Darah lengkap: HB, HT, LED, eritrosit, leukosit, elektrolit darah.

2. Kultur darah

3. Pungsi lumbal

Analisis CSS dari pungsi lumbal:

a. Meningitis bakterial: tekanan meningkat, cairan keruh/berkabut, jumlah sel darah putih dan
protein meningkat, glukosa meningkat, kultur positif terhadap beberapa jenis bakteri.
b. Meningitis virus: tekanan bervariasi, cairan CSS biasanya jernih, sel darah putih
meningkat, glukosa dan protein biasanya normal, kultur biasanya negatif, kultur virus
biasanya dengan prosedur khusus.

4. Biopsi

Biopsi otak mungkin diperlukan untuk diagnosis definitif dari penyebab ensefalitis, terutama pada
pasien dengan temuan neurologik fokal. Biopsi otak mungkin cocok untuk pasien dengan
ensefalopati berat yang tidak menunjukkan perbaikan klinis jika diagnosis tetap tidak jelas. Lesi
kulit petechial, jika ada, harus dibiopsi. Ruam hasil meningococcemia dari dermal pembenihan
organisme dengan kerusakan endotel vaskular, dan biopsi dapat mengungkapkan organisme pada
Gram stain. Untuk melihat ada lesi desak ruang akibat progresi inflamasi seperti abses, dan
penumpukan cairan LCS (hidrosefalus).

5. Neuroimaging

Hampir semua pasien dengan meningitis bakteri akan memiliki neuroimaging studi yang
dilakukan selama mereka sakit. MRI lebih disukai daripada CT karena sifatnya superioritas dalam
menunjukkan daerah edema serebral dan iskemia. Pada pasien dengan meningitis bakteri, difus
peningkatan meningeal sering terlihat setelah administrasi gadolinium. Peningkatan meningeal
tidak diagnostik meningitis, tetapi terjadi dalam SSP penyakit yang berhubungan dengan
peningkatan permeabilitas BBB.
Penyakit Gejala Temuan Diagnosis

Herpes simplex virus Demam, konfulsi, perubahan CSF: Lymph. Pleocytosis,


encephalitis perilaku, sakit kepala, onset RBC
baru fokal atau kejang
tergeneralisasi, deficit fokal CT/MRI: signal intensity on
neurologi T2 wt. images in temporal

Lobe(s)-EEG-periodics pike
and slow waves intemporal
lobe(s)

Masslesion-brain absces, sub- Hemicranial atau sakit kepala CSF-Contraindicated


dural empyema/epidural tergeneralisasi , deficit fokal,
abscess kejang (focal or gen), CECT/CEMR-masslesion
demam(+/-)

Sub-arachnoid haemorrhage Sakit kepala hebat, muntah, CSF: RBCs, xanthochromia


syncope, kaku kuduk,
ophthalmoplegia, focal deficit, CT(non-contrast):blood in
altered sensorium basal cisterns

Fungal meningitis Demam, sakit kepala, lesi di CSF: lymphocytic


kulit, cranial nerve palsies pleomorphosis, Positive
cryptococcal antigen.Biopsy
skin lesion.

Neuroleptic malignant History of taking CSF: normal


syndrome antipsychotic medicines,
Fever, rigidity, fluctuating Serum CPK: markedly
sensorium, autonomic elevated
instability TLC:15,000-30,000cells/mm3

Lyme disease History of tick bite and/or CSF: mononuclear pleocytosis


erythema chronicum migrans, and intra-thecal,anti-borrelia
facial nerve palsy burgdorferi antibody
production

Serum:Lymeserology

Ricketsial infection Headache, fever, petechial Biopsy of skin lesions


rash, altered mental status

Tuberculous meningitis Headache, meningismus, CSF: lymphocytic pleocytosis,


AFB, polymerase
confusion, seizures and coma chainreaction(PCR)

Chest X-ray:
infiltration/military motling

DIAGNOSIS BANDING

a. Meningismus.

b. Abses otak.

c. Tumor otak.

LO.3.8 PENATALAKSANAAN

Meningitis Bakteria

Cairan intravena.
Koreksi gangguan asam-basa elektrolit.
Atasi kejang.
Kostikosteroid. Berikan dexametason 0,6 mg/KgBB/hari selama 4 hari, 15-20 menit sebelum
pemberian antibiotik.
Antibiotik terdiri dari dua fase.

EMPIRIK SETELAH UJI BIAKAN


DAN TESISTENSI
Neonatus Ampisilin+aminoglisida atau
ampisilin + sefotaksim (21 hari)
3-10 bulan Ampisilin + kloramfenikol atau
sefuroksim/sefotaksim/seftriakson
(10-14 hari)
>10 bulan Penisilin (10-14 hari)

Antibiotik yang digunakan untuk meningitis bakterial

Kuman Antibiotik
H. influenzae Ampisilin, kloramfenikol, seftriakson, sefotaksim
S. pneumoniae Penisilin, Kloramfenikol, sefuroksim, seftriakson,
vankomisin
N.meningitidis Penisilin, Kloramfenikol, sefuroksim, seftriakson
Stafilokok Nafsilin, vankomisin, rimfampisin
Gram Negatis Sefotaksim, seftazidim, seftriaksin, amikasin
Dosis antibiotik untuk meningitis bakterial

Antibiotik Dosis
Ampisilin 200-300 mg/kgBB/hari (400 mg dosis tunggal)
Kloramfenikol 100 mg/kgBB/hari; Neunatus: 50 mg/kgBB/hari
Sefuroksim 250 mg/kgBB/hari
Sefotaksim 200 mg/kgBB/hari; Neonatus 0-7 hari: 100 mg/kgBB/hari
Seftriakson 100 mg/kgBB/hari
Seftazidim 150 mg/kgBB/hari; Neonatus: 60-90 mg/kgBB/hari
Gentamisin Neonatus : 0-7 hari : 5 mg/kgBB/hari
7-28 hari : 7,5 mg/kgBB/hari
Amikasin 10-15 mg/kgBB/hari

Meningitis tuberkulosis

Pengobatan terdiri dari kombinasi INH, rimfamisisn, dan pirazinamid, kalau berat dapat ditambah
entambutol atau streptomisin. Pengobatan minimal 9 bulan, dapat lebih lama. Pemberian
kortikosteroid sebagai antiinflamasi, menurunkan tekanan intrakranial dan mengobati edema
otak. Pemberian kortikosteroid selama 2-3 minggu kemudian diturunkan secara bertahap sampai
pemberian 1 bulan. Ada yang sampai 3 bulan.

Perawatan

a. Pada waktu kejang

1) Longgarkan pakaian, bila perlu dibuka.


2) Hisap lendir.
3) Kosongkan lambung untuk menghindari muntah dan aspirasi.
4) Hindarkan penderita dari rodapaksa (misalnya jatuh).

b. Bila penderita tidak sadar lama.

1) Beri makanan melalui sonda.


2) Cegah dekubitus dan pnemunia ortostatik dengan merubah posisi penderita sesering
mungkin.
3) Cegah kekeringan kornea dengan boor water atau saleb antibiotika.

c. Pada inkontinensia urine lakukan katerisasi.

Pada inkontinensia alvi lakukan lavement.

d. Pemantauan ketat.

1) Tekanan darah.
2) Respirasi.
3) Nadi.
4) Produksi air kemih.
5) Faal hemostasis untuk mengetahui secara dini adanya DC.
LO.3.9 KOMPLIKASI

a. cairan subdural.
b. Hidrosefalus.
c. Sembab otak
d. Abses otak
e. Renjatan septic.
f. Pneumonia (karena aspirasi)
g. Koagulasi intravaskuler menyeluruh.

Komplikasi mayor meningitis bakteri


1. Cerebral - Edema otak dengan resiko herniasi
2. Komplikasi pemb darah arteri: arteritis vasopasme, fokal kortikal hiperperfusi, ggn
serebrovaskular autoregulasi
3. Septik sinus/ trombosis venous terutama sinus sagitalis superior, tromboflebitis kortikal
4. Hidrosefalus
5. Serebritis
6. Subdural efusi (pada bayi dan anak)
7. Abses otak, subdural empiem

Komplikasi ekstrakranial
1. Septik shock
2. DIC
3. Respiratory distress sindrom
4. Arteritis (septik atau reaktif
5. Ggn elektrolit: hiponatremi, SIADH, central diabetes insipidus (jarang)
6. Komplikasi spinal :mielitis, infar

LO.3.10 PROGNOSIS

Prognosis bergantung pada penegakan diagnosis secara dini, penentuan organisme penyebab serta
pemberian obat yang tepat dan segera. Angka kematian bisa mencapai 50% atau bahkan lebih
tinggi lagi.Penderita meningitis dapat sembuh, baik sembuh dengan cacat motorik atau
mental atau meninggal tergantung :
a. umur penderita.
b. Jenis kuman penyebab
c. Berat ringan infeksi
d. Lama sakit sebelum mendapat pengobatan
e. Kepekaan kuman terhadap antibiotic yang diberikan
f. Adanya dan penanganan penyakit

LO.3.11 PENCEGAHAN

1. Pencegahan Medis

a. Vaksinasi rutin untuk anak-anak


- Vaksin yang terkenal untuk anak-anak antara penyebab dapat dicegah meningitis meliputi:
- Vaksin mengingococcal terhadap tipe C meningococcus
- Konjugat vaksin pneumokokus (PCV) yang melindungi terhadap infeksi pneumokokus.
Vaksin pneumokokus polisakarida mencakup lebih dari 23 strain.
- Virus penyebab seperti campak dan gondok oleh campak, gondok dan vaksin Rubela
- DTaP/IPV/Hib vaksinasi yang melindungi terhadap Hemophilus influenza tipe b, difteri,
batuk rejan, tetanus dan polio
- Vaksinasi masa kanak-kanak dengan Bacillus Calmette-Gurin atau BCG telah dilaporkan
secara signifikan mengurangi tingkat tuberculous meningitis
b. Vaksin untuk orang tua (lebih dari 65 tahun) dan orang-orang dengan immune-supresi
Prestasi paling mengagumkan adalah vaksin pneumokokus yang melindungi terhadap
meningitis pneumokokus. PCV diberikan secara khusus dalam kelompok-kelompok tertentu
(misalnya mereka yang memiliki splenectomy, operasi pengangkatan limpa)
c. Vaksin Traveler
Mereka yang bepergian ke daerah dengan tinggi kejadian infeksi meningitis perlu divaksinasi
sebelum mereka bepergian. Vaksin terdiri dari kelompok-kelompok A, C, W135, Y
meningococcal bakteri dan vaksin pneumokokus terhadap infeksi pneumokokus.
Daerah berisiko tinggi : Afrik, Haji atau Umrah di Arab Saudi
d. Antibiotik untuk pencegahan meningitis
Antibiotik seperti Rifampicin yang diberikan untuk jangka pendek di antara semua orang
yang terkena meningococcal meningitis. Dalam kasus meningococcal meningitis, perawatan
profilaksis kontak dekat dengan antibiotik (misalnya rifampicin, siprofloksasin atau
ceftriaxone) dapat mengurangi risiko tertular kondisi. Tidak seperti vaksin, antibiotik tidak
melindungi terhadap infeksi masa depan pada pemaparan terhadap infeksi.

2. Pencegahan Non-Medis
a. Menjaga kebersihan tangan. Cuci tangan dengan sabun setelah dan sebelum makan, setelah
dari toilet, dan sehabis memegang hewan peliharaan. Terutama apabila lingkungan Anda baru
saja ada yang terserang penyakit meningitis.
b. Menjaga kebersihan area peternakan unggas. Karena jamur triptokokus bisa berasal dari
kotoran unggas, maka bagi Anda pemilik unggas harus selalu menjaga kebersihan kandang.
Bagi yang bukan pemilik pun harus bersikap demikian, jika ada kotoran unggas di area
rumah, segeralah bersihkan.
c. Menjaga stamina dan daya tahan tubuh. Menjaga stamina dan daya tahan tubuh dengan
mengonsumsi makanan yang bergizi. Cara ini adalah yang paling sederhana namun terkadang
diabaikan, contohnya dengan berolahraga. Cukupkan juga asupan vitamin C kamu agar
terhindar dari virus-virus.
d. Kayu manis. Tambahkan kayu manis pada bumbu masakan Anda. Berdasarkan penelitian di
Texas ditemukan fakta bahwa kayu manis mengandung bahan yang dapat mengurangi resiko
tertularnya penyakit meningitis.
e. Kebersihan mainan dan area bermain anak. Cuci mainan dengan sabun anak setelah ia selesai
bermain. Apabila Anda hendak menitipkan anak ke taman bermain umum, pastikan tempat
tersebut bersih dan steril.
f. Hindari menggunakan alat-alat tertentu secara bersama-sama. Misalkan hindari meminum
menggunakan gelas bekas orang lain yang belum dicuci terkebih dahulu. Karena virus ini
dapat menular melalui air lender atau liur seseorang.

LI.4. MAMPU MEMAHAMI DAN MENJELASKAN PUNGSI LUMBAL

LO.4.1 TUJUAN PUNGSI LUMBAL

Test ini dilakukan untuk pemeriksaan cairan serebrospinali,mengukur dan mengurangi tekanan
cairan serebrospinal,menentukan ada tidaknya darah pada cairan serebrospinal, untuk mendeteksi
adanya blok subarakhnoid spinal,dan untuk memberikan antibiotic intrathekal ke dalam kanalis
spinal terutama kasus infeksi
LO.4.2 INDIKASI DAN KONTRA INDIKASI PUNGSI LUMBAL

Indikasi
1. Mengambil bahan pemeriksaan CSF untuk diagnostic dan persiapan pemeriksaan
pasien yang dicurigasi mengalami meningitis, encepahilitis atau tumor malignan.
2. Untuk mengidentifikasi adanya darah dalam CSF akibat trauma atau dicurigai adanya
perdarahan subarachnoid.
3. Untuk memasukan cairan opaq ke dalam ruang subarakhnoid.
4. Untuk mengidentifikasi adanya tekanan intrakarnial/intraspinal,untuk memasukan obat
intratekal seperti terapi antibiotik atau obat sitotoksik.

Kontraindikasi
1. Infeksi dekat tempat penusukan. Kontaminasi dari infeksi akan menyebabkan
meningitis.
2. Pasien dengan peningkatan tekanan intra cranial. Herniasi serebral atau herniasi
serebral
3. Pasien yang mengalami penyakit sendi-sendi vertebra degeneratif. Hal ini akan sulit
untuk penusukan jarum ke ruang interspinal.
4. Bleeding diathesis, seperti Coagulopathy dan Penurunan platelet.

5. Pola pernafasan abnormal.

LO.4.3 TEHNIK DAN EFEK SAMPING PUNGSI LUMBAL

Persiapan alat
1. Troleey
2. Kassa steril
3. Kapas steril
4. Sarung tangan steril
5. Baju steril
6. Jarum punksi ukuran 19, 20, 22,23 G.
7. Manometer spinal
8. Masker dan pelindung mata
9. Alcohol dalam lauran antiseptic untuk membersihkan kulit.
10. Spuit dan jarum untuk memberikan obat anestesi local
11. Obat anestesi loka (lidokian 1% 2 x ml), tanpa epinefrin.
12. Tempat penampung csf steril x 3 (untuk bakteriologi, sitologi dan biokimia).
13. Plester
14. Depper
15. Jam yang ada penunjuk detiknya
16. Tempat sampah.

E. Persiapan pasien
1. Pasien diposisikan tidur lateral pada ujung tempat tidur dengan lutut ditarik ke
abdomen. Catatan : bila pasiennya obesitas, bisa mengambil posisi duduk di atas kursi,
dengan kursi dibalikan dan kepala disandarkan pada tempat sandarannya.
2. Jelaskan prosedur pemeriksaan pada klien.
3. Memberi penyuluhan kepada pasien dan keluarga tentang lumbal pungsi meliputi
tujuan, prosedur, posisi, lama tindakan, sensasi-sensasi yang akan dialami dan hal-hal
yang mungkin terjadi berikut upaya yang diperlukan untuk mengurangi hal-hal
tersebut
4. Meminta izin dari pasien/keluarga dengan menadatangani formulir kesediaan
dilakukan tindakan lumbal pungsi.
5. Meyakinkan klien tentang tindakan yang akan dilakukan

F. Prosedur
a. Preinteraksi
1. Kaji catatan medis dan catatan keperawatan klien
2. Kesiapan perawat melakukan tindakan
3. Jelaskan tujuan tindakan
4. Persiapkan dan kumpulkan alat-alat
5. Cuci tangan.

b. Interaksi

1. Posisi pasien lateral recumbent dengan bagian punggung di pinggir tempat tidur.
Lutut pada posisi fleksi menempel pada abdomen, leher fleksi kedepan dagunya
menepel pada dada (posisi knee chest).
Gambar 1. Posisi lumbal pungsi

2. Pilih lokasi pungsi. Tiap celah interspinosus vertebral dibawah L2 dapat


digunakan pada orang dewasa, meskipun dianjurkan L4-L5 atau L5-S1 (Krista
iliaca berada dibidang prosessus spinosus L4). Beri tanda pada celah
interspinosus yang telah ditentukan.
3. Dokter mengenakan masker, tutup kepala, pakai sarung tangan dan gaun steril.
4. Desinfeksi kulit degan larutan desinfektans dan bentuk lapangan steril dengan
duk penutup.
5. Anesthesi kulit dengan Lidokain atau Xylokain, infiltrasi jaringan lebih dapam
hingga ligamen longitudinal dan periosteum
6. Tusukkan jarum spinal dengan stilet didalamnya kedalam jaringan subkutis.
Jarum harus memasuki rongga interspinosus tegak lurus terhadap aksis panjang
vertebra.
7. Tusukkan jarum kedalam rongga subarachnoid dengan perlahan-lahan, sampai
terasa lepas. Ini pertanda ligamentum flavum telah ditembus. Lepaskan stilet
untuk memeriksa aliran cairan serebrospinal. Bila tidak ada aliran cairan CSF
putar jarumnya karena ujung jarum mungkin tersumbat. Bila cairan tetap tidak
keluar. Masukkan lagi stiletnya dan tusukkan jarum lebih dalam. Cabut stiletnya
pada interval sekitar 2 mm dan periksa untuk aliran cairan CSF. Ulangi cara ini
sampai keluar cairan.
8. Bila akan mengetahui tekananCSF, hubungkan jarum lumbal dengan manometer
pemantau tekanan, normalnya 60 180 mmHg dengan posisi pasien berrbaring
lateral recumbent. Sebelum mengukur tekanan, tungkai dan kepala pasien harus
diluruskan. Bantu pasien meluruskan kakinya perlahan-lahan.
9. Anjurkan pasien untuk bernafas secara normal, hindarkan mengedan.
10. Untuk mengetahui apakah rongga subarahnoid tersumbat atau tidak, petugas
dapat melakukan test queckenstedt dengan cara mengoklusi salah satu vena
jugularis selama I\10 detik. Bila terdapat obstruksi medulla spinalis maka tekanan
tersebut tidak naik tetapi apabila tidak terdapat obstruksi pada medulla spinalis
maka setelah 10 menit vena jugularis ditekan, tekanan tersebut akan naik dan
turun dalam waktu 30 detik.
11. Tampung cairan CSF untuk pemeriksaan. Masukkan cairan tesbut dalam 3
tabung steril dan yang sudah berisi reagen, setiap tabung diisi 1 ml cairan CSF.
Cairan ini digunakan untuk pemeriksaan (1) jumlah dan jenis sel serta jenis
kuman (2) kadar protein dan glukosa (3) sitologi sel tumor (4) kadar
gamaglobulin, fraksi protein lainnya, keberadaan pita oligoklonal dan tes
serologis (5) pigmen laktat, ammonia, pH, CO2, enzim dan substansi yang
dihasilkan tumor (contohnya 2 mikroglobulin) dan (6) bakteri dan jamur
(melalui kultur), antigen kriptokokus dan organism lainnya, DNA virus herpes,
citomegalovirus dan kuman lainnya (menggunakan PCR) dan isolasi virus. Untuk
pemeriksaan none-apelt prinsipnya adalah globulin mengendap dalam waktu 0,5
jam pada larutan asam sulfat. Cara pemeriksaanya adalah kedalam tabung reaksi
masukkan reagen 0,7 ml dengan menggunakan pipet, kemudian masukkan cairan
CSF 0,5 . diamkan selama 2 3 menit perhatikan apakah terbentuk endapan
putih. Cara penilainnya adalah sebagai berikut:
( - ) Cincin putih tidak dijumpai
( + ) Cincin putih sangat tipis dilihat dengan latar belakang hitam dan bila
dikocok tetap putih
( ++ ) Cincin putih sangat jelas dan bila dikocok cairan menjadi
opolecement (berkabut)
( +++ ) Cincin putih jelas dan bila dikocok cairan menjadi keruh
( ++++ ) Cincin putih sangat jelas dan bila dikocok cairan menjadi sangat keruh
12. Untuk test pandi bertujuan untuk mengetahui apakah ada peningkatan globulin
dan albumin, prinsipnya adalah protein mengendap pada larutan jenuh fenol
dalam air. caranya adalah isilah tabung gelas arloji dengan 1 cc cairan reagen
pandi kemudian teteskan 1 tetes cairan CSF, perhatikan reaksi yang terjadi
apakah ada kekeruhan.

13. Bila lumbal pungsi digunakan untuk mengeluarkan cairan liquor pada pasien
dengan hydrocepalus berat maka maksimal cairan dikeluarkan adalah 100 cc.
14. Setelah semua tindakan selesai, manometer dilepaskan masukan kembali stilet
jarum lumbal kemudian lepaskan jarumnya. Pasang balutan pada bekas tusukan.

c. Terminasi
1. Anjurkan pasien berbaring terlentang selama 2 3 jam untuk
memisahkan kelurusan bekas jarum puncture dural dan arakhnoid di
lapisan otak, untuk mengurangi kebocoran CSF.
2. Monitor pasien untuk komplikasi lumbar puncture. Memberi tahu dokter
bila terjadi komplikasi.
3. Anjurkan meningkatktan intake cairan untuk mengurangi risiko
headache post-prosedur.
4. Bila timbul sakit kepala, lakukan kompres es pada kepala, anjurkan
tekhnik relaksasi, bila perlu pemberian analgetik dan tidur sampai sakit
kepala hilang.
d. Rapikan alat-alat
e. Cuci tangan
f. Dokumentasi

G. Hal-hal yang perlu diperhatikan


1. Posisi yang tepat merupakan fungsi menuju sukses
2. Tindakan dapat dilakukan dengan pasien duduk dan membungkuk ke depan di atas
bantal yang di tempatkan di atas sandaran di samping tempat tidur
3. Jika berhasil pada tindakan pertama maka jarum di tarik kembali dari kulit dan di coba
lagi pada sudut yang sedikit berbeda
4. Jika pasien sebelimnya pernah mengalami pembedahan spinal atau pernah mengalami
suatu proses infeksi pada radio lumbal,maka diperlukan suatu konsultasi bedah syaraf
untuk memperoleh cairan dari kanalis spinalis servikal
5. Jika terdapat dugaan kuat adanya meningitis bakterialis maka antibiotik dapat diberikan
sebelum pungsi lumbal

H. Diagnosa yang mungkin muncul


a. Cemas berhubungan dengan kurangnya pengetahuan di tandai dengan pasien
sering bertanya-tanya tentang prosedur yang dilakukan
b. Gangguan nyaman nyeri berhubungan dengan infeksi pada luka bekas lumbal
pungsi ditandai dengan klien mengatakan dia sakit dan wajah klien tampak pucat.
c. Gangguan pola istirahat tidur berhubungan dengan luka pada bekas penusukan
lumbal pungsi ditandai dengan klien nampak lemas,konjungtiva pucat dan klien
sering terbangun pada malam hari.
I. Komplikasi

1. Herniasi Tonsiler
2. Meningitis dan empiema epidural atau sub dural
3. Sakit pinggang
4. Infeksi
5. Kista epidermoid intraspinal
6. Kerusakan diskus intervertebralis
LO.5.1 DEFINISI

Kejang demam (Febrile Convulsion) merupakan salah satu kelainan neurologis yang
paling sering dijumpai pada bayi dan anak, biasanya menyerang pada anak berusia 3 bulan
sampai dengan 5 tahun. Kejang demam adalah bangkitan kejang yang terjadi karena kenaikan
suhu tubuh (suhu rectal diatas 38 C) yang disebabkan oleh berbagai hal.

4 tempat pengukuran suhu :

Tempat Rentang; rerata Demam


Jenis termometer o
pengukuran suhu normal ( C) (oC)
Aksila Air raksa, elektronik 34,7 37,3; 36,4 37,4

Sublingual Air raksa, elektronik 35,5 37,5; 36,6 37,6

Rektal Air raksa, elektronik 36,6 37,9; 37 38

Telinga Emisi infra merah 35,7 37,5; 36,6 37,6

LO.5.2 ETIOLOGI

1. Demam itu sendiri


Oleh karena infeksi : infeksi saluran pernafasan atas(ISPA), otitis media, pneumonia,
gastroenteritis, dan infeksi saluran kemih, kejang tidak selalu timbul pada suhu yang tinggi.
Dan karena imunisasi.
1. Efek produk toksik daripada mikroorganisme (kuman, virus) terhadap otak
2. Respons alergik atau keadaan imun yang abnormal oleh karena infeksi
3. Perubahan keseimbangan cairan atau elektrolit
4. Ensefalitis viral ( radang otak akibat virus) yang ringan yang tidak diketahui atau ensefalopati
toksisk sepintas

Faktor Resiko :

Demam
Riwayat kejang demam pada orang tua atau sudara kandung
Perkembangan terlambat
Problem pada masa neonates
Anak dalam perawatan khusus
Kadar natrium rendah

Resiko rekurensi meningkat pada :


Usia dini
Cepatnya anak mendapat kejang setelah demam timbul
Temperatur yang rendah saat kejang
Riwayat keluarga kejang demam
Riwayat keluarga epilepsi
LO.5.3 EPIDEMIOLOGI

A. Frekuensi
- Amerika Serikat
Antara 2% sampai 5% anak mengalami kejang demam sebelum usianya yang ke 5. Sekitar 1/3
dari mereka paling tidak mengalami 1 kali rekurensi.
- Internasional
Kejadian kejang demam seperti di atas serupa di Eropa. Kejadian di Negara lain berkisar
antara 5 sampai 10% di India, 8.8% di Jepang, 14% di Guam, 0.35% di Hong Kong, dan 0.5-
1.5% di China.
B. Mortalitas/Morbiditas
Kejang demam biasanya tidak berbahaya. Anak dengan kejang
demam memiliki resiko epilepsy sedikit lebih tinggi
dibandingkan yang tidak (2% : 1%). Faktor resiko untuk
epilepsy di tahun-tahun berikutnya meliputi kejang demam
kompleks, riwayat epilepsy atau kelainan neurologi dalam
keluarga, dan hambatan pertumbuhan. Pasien dengan 2 faktor
resiko tersebut mempunyai kemungkinan 10% mendapatkan
kejang demam.
C. Ras : semua ras.
D. Jenis kelamin : Beberapa penelitian menunjukkan kejadian
lebih tinggi pada pria.
E. Usia : Kejang demam terjadi pada anak usia 3 bulan sampai 5
tahun

LO.5.4 KLASIFIKASI

1. Kejang Demam Sederhana (Simple Febrile Seizure), dengan ciri-ciri gejala klinis sebagai
berikut:

Kejang berlangsung singkat, < 15 menit


Kejang umum tonik dan atau klonik
Umumnya berhenti sendiri
Tanpa gerakan fokal atau berulang dalam 24 jam

2. Kejang Demam Komplikata (Complex Febrile Seizure), dengan ciri-ciri gejala klinis sebagai
berikut:

Kejang lama, > 15 menit


Kejang fokal atau parsial satu sisi, atau kejang umum didahului kejang parsial
Berulang atau lebih dari 1 kali dalam 24 jam

LO.5.5 PATOFISIOLOGI

Untuk mempertahankan hidupnya, sel otak membutuhkan energi yaitu senyawa glukosa yang
didapat dari proses metabolisme sel. Sel - sel otak dikelilingi oleh membran yang dalam keadaan
normal membran sel neuron dapat dilalui dengan mudah oleh ion Kalium (K +) dan sangat sulit
dilalui oleh ion Natrium (Na+) dan elektrolit lain kecuali Clorida (Cl-). Akibatnya konsentrasi ion
K+ di dalam sel neuron tinggi dan konsentrasi ion Na+ rendah. Keadaan sebaliknya terjadi di luar
sel neuron. Karena perbedaan jenis dan konsentrasi ion di dalam dan di luar sel tersebut maka
terjadi beda potensial yang disebut Potensial Membran Sel Neuron. Untuk menjaga
keseimbangan potensial membran sel diperlukan energi dan enzim Na-K-ATP ase yang terdapat
di permukaan sel. Keseimbangan potensial membran ini dapat diubah.

Sebuah potensial aksi akan terjadi akibat adanya perubahan potensial membran sel yang
didahului dengan stimulus membrane sel neuron. Saat depolarisasi, channel ion Na + terbuka dan
channel ion K+ tertutup. Hal ini menyebabkan influx dari ion Na+, sehingga menyebabkan
potensial membran sel lebih positif, sehingga terbentuklah suatu potensial aksi.

Dan sebaliknya, untuk membuat keadaan sel neuron repolarisasi, channel ion K + harus
terbuka dan channel ion Na+ harus tertutup, agar dapat terjadi efluks ion K+ sehingga
mengembalikan potensial membran lebih negatif atau ke potensial membrane istirahat.

LO.5.6 MANIFESTASI

Kebanyakan kejang demam berlangsung singkat, bilateral, serangan berupa klonik atau
tonik-klonik. Umumnya kejang berhenti sendiri. Begitu kejang berhenti anak tidak memberi
reaksi apapun untuk sejenak, tetapi setelah beberapa detik atau menit anak terbangun dan sadar
kembali tanpa adanya kelainan saraf.

Kejang demam dapat berlangsung lama dan/atau parsial. Pada kejang yang unilateral
kadang-kadang diikuti oleh hemiplegi sementara (Todds hemiplegia) yang berlangsung beberapa
jam atau bebarapa hari. Kejang unilateral yang lama dapat diikuti oleh hemiplegi yang menetap.

1. Anak mengalami demam (terutama demam tinggi atau kenaikan suhu tubuh yang terjadi
secara tiba-tiba), kejang tonik-klonik atau grand mal, pingsan yang berlangsung selama 30 detik
- 5 menit (hampir selalu terjadi pada anak-anak yang mengalami kejang demam).
2.Kejang dapat dimulai dengan kontraksi yang tiba-tiba pada otot kedua sisi tubuh anak.
Kontraksi pada umumnya terjadi pada otot wajah, badan, tangan dan kaki.
Saat kejang, anak akan mengalami berbagai macam gejala seperti :
- Anak hilang kesadaran
- Tangan dan kaki kaku atau tersentak-sentak
- Sulit bernapas
- Busa di mulut
- Wajah dan kulit menjadi pucat atau kebiruan
- Mata berputar-putar, sehingga hanya putih mata yang terlihat
3. Anak dapat menangis atau merintih akibat kekuatan kontaksi otot. Anak akan jatuh apabila
dalam keadaan berdiri.
4. Postur tonik (kontraksi dan kekakuan otot menyeluruh yang biasanya berlangsung selama 10-
20 detik), gerakan klonik (kontraksi dan relaksasi otot yang kuat dan berirama, biasanya
berlangsung selama 1-2 menit), lidah atau pipinya tergigit, gigi atau rahangnya terkatup rapat,
inkontinensia (mengeluarkan air kemih atau tinja diluar kesadarannya), gangguan pernafasan,
apneu (henti nafas), dan kulitnya kebiruan.

LO.5.7 DIAGNOSIS DAN DIAGNOSIS BANDING

A. ANAMNESIS
- Adanya kejang, jenis kejang, kesadaran, lama kejang, suhu sebelum/saat kejang, frekuensi,
interval, pasca kejang, penyebab kejang di luar SSP.
- Tidak ada riwayat kejang tanpa demam sebelumnya.
- Riwayat kelahiran, perkembangan, kejang demam dalam keluarga, epilepsi dalam keluarga
(kakak-adik, orangtua).
- Suhu sebelum / saat kejang, frekuensi dalam 24 jam, interval kejang, keadaan anak pasca
kejang, penyebab demam di luar infeksi susunan saraf pusat ( gejala infeksi saluran napas akut
/ ISPA, infeksi saluran kemih (ISK), otitis media akut (OMA) dll,
- Kesadaran : Sebelum dan sesudah kejang (menyingkirkan diagnosis meningoensefalitis)
- Singkirkan penyebab kejang yang lain ( misalkan diare, muntah yang mengakibatkan
gangguan elektrolit, sesak yang mengakibatkan hipoksemia, asupan kurang yang dapat
menyebabkan hipoglikemik.

B. PEMERIKSAAN FISIK & NEUROLOGIS


- Keadaan umum, kesadaran, suhu tubuh, tekanan darah, nadi, napas, tanda rangsang meningeal,
tanda peningkatan tekanan intrakranial, dan tanda infeksi di luar SSP
- Pemeriksaan sistemik (kulit, kepala, kelenjer getah bening, rambut,mata , telinga, hidung,
mulut, tenggorokan, leher, thorax : paru dan jantung, abdomen, alat kelamin, anus, ekstremitas
: refilling kapiler, reflek fisiologis dan patologis, tanda rangsangan meningeal)
- Status gizi (TB, BB, Umur, lingkar kepala) .
- Pada umumnya tidak dijumpai adanya kelainan neurologis, termasuk tidak ada kelumpuhan
nervi kranialis

C. PEMERIKSAAN PENUNJANG
C.1 Pemeriksaan laboratorium
Tidak dilakukan secara rutin, namun untuk mengevaluasi sumber infeksi penyebab demam,
atau
keadaan lain. Pemeriksaan yang dapat dikerjakan, beberapa contohnya adalah pemeriksaan
darah perifer, elektrolit dan gula darah
C.2 Pungsi lumbal
Pemeriksaan cairan serebrospinal dilakukan untuk menegakkan atau menyingkirkan
kemungkinan meningitis, dianjurkan pada:
- Bayi kuang dari 12 bulan sangat dianjurkan dilakukan
- Bayi antara 12-18 bulan dianjurkan
- Bayi >18 bulan tidak rutin
C.3 Elektroensefalografi (EEG)
Pemeriksaan elektroensefalografi (EEG) tidak dapat memprediksi berulangnya kejang, atau
memprediksi berulangnya kejang, atau memperkirakan kemungkinan kejadian epilepsi pada
pasien kejang demam. Oleh karena itu tidak direkomendasikan.
C.4 Pencitraan (Imaging)
- Foto X-ray kepala dan pencitraan seperti CT-scan atai MRI jarang sekali dikerjakan, tidak
rutin
- dan hanya atas indikasi seperti:
- Kelainan neurologic fokal yang menetap (hemiparesis)
- Paresis nervus VI
- Papiledema

DIAGNOSIS BANDING
Menghadapi seorang anak yang menderita demam dengan kejang, harus dipikirkan apakah
penyebab kejang itu di dalam atau diluar susunan saraf pusat. Kelainan di dalam otak biasanya
karena infeksi, misalnya meningitis, ensefalitis, abses otak, dan lain-lain. Oleh sebab itu perlu
waspada untuk menyingkirkan dahulu apakah ada kelainan organis di otak.
Kriteri Kejang Demam Epilepsi Meningitis
Banding Ensefalitis
Demam Pencetusnya Tidak berkaitan dengan Salah satu gejalanya
demam demam demam
Kelainan Otak (-) (+) (+)
Kejang (+) (+) (+)
berulang
Penurunan (+) (-) (+)
kesadaran

LO.5.8 PENATALAKSANAAN

1. Penatalaksana Medis
Menurut Livingston penatalaksanaan medis ada:
a) Menghentikan kejang secepat mungkin
Biasanya kejang demam berlangsung singkat dan pada waktu pasien datang kejang sudah
berhenti. Apabila datang dalam keadaaan kejang, obat paling cepat unutuk menghentikan
kejang adalah diazepam yang diberikan secara intravena. Dosis diazepam intravena adalah
0,3 0,5 mg/kgBB perlahan lahan dengan kecepatan 1-2 mg / menit atau dalam waktu 3-
5 menit, dengan dosis maksimal 20 mg.
Obat yang praktis dan dapat diberikan oleh orang tua atau di rumah adalah diazepam rektal.
- Dosis diazepam rektal adalah 0,5 0,75 mg/kg atau diazepam rektal 5 mg untuk anak
dengan berat badan kurang dari 10 kg
- Dosis diazepam rektal 10 mg untuk berat badan lebih dari 10 kg
- Dosis diazepam rektal 5 mg untuk anak dibawah usia 3 tahun
- Dosis diazepam rektal 7,5 mg untuk anak diatas usia 3 tahun
Bila setelah pemberian diazepam rektal kejang belum berhenti, dapat diulang lagi dengan
cara dan dosis yang sama dengan interval waktu 5 menit.
Bila setelah 2 kali pemberian diazepam rektal masih tetap kejang, dianjurkan ke Rumah
Sakit. Di Rumah Sakit dapat diberikan diazepam intravena dengan dosis 0,3 0,5
mg/kgBB.
Bila kejang tetap belum berhenti dapat diberikan fenitoin secara intravena dengan dosis
awal 10 20 mg/kgBB/menit atau kurang dari 50 mg/menit. Bila kejang berhenti dosis
selanjutnya adalah 4-8 mg/kg/hari, dimulai 12 jam setelah dosis awal.
Bila dengan fenitoin kejang masih belum berhenti maka pasien harus dirawat diruangan
intensif
Bila kejang telah berhenti maka pemberian obat selanjutnya tergantung dari jenis demam.
b) Pemberian oksigen
c) Penghisapan lendir kalau perlu
d) Mencari dan mengobati penyebab
Pengobatan rumah profilaksis intermitten. Untuk mencegah kejang berulang, diberikan obat
campuran anti konvulsan dan antipiretika.
1. Antipiretik
Tidak ditemukan bukti bahwa penggunaan antipiretik mengurangi risiko terjadinya kejang
demam, namun para ahli di Indonesia sepakat bahwa antipiretik tetap diberikan. Dosis
parasetamol yang digunakan adalah 10 15 mg /kgBB/kali diberikan 3 kali sehari dan
tidak lebih dari 5 kali. Dosis ibuprofen 5 10 mg/kgBB/kali diberikan 3 - 4 kali sehari.
2. Antikonvulsan : Diazepam IV/rektal, Fenitonin IV
LO.5.9 KOMPLIKASI

Awal (< 15 menit) Lanjut (15-30 menit) Berkepanjangan (>1jam)


Meningkatnya kecepatan Menurunnya tekanan Hipotensi disertai berkurangnya
denyut jantung darah aliran darah serebrum sehingga
Meningkatnya tekanan darah Menurunnya gula darah terjadi hipotensi serebrum
Meningkatnya kadar glukosa Disritmia Gangguan sawar darah otak yang
Meningkatnya suhu pusat Edema paru nonjantung menyebabkan edema serebrum
tubuh
Meningkatnya sel darah putih

LO.5.10 PROGNOSIS

Hampir semua studi populasi melaporkan bahwa anak-anak dengan kejang demam,
memiliki prognosis yang baik, serta intelektual anakk tidak terganggu. Kematian dan kerusakan
jaras neurologi sangat jarang terjadi, biasanya hal tersebut disebabkan oleh berbagai faktor
sebelum kejang terjadi. Namun, bila tidak ditangani dengan baik, bisa terjadi :
- Kejang demam berulang
- Epilepsi
- Kelainan motorik
- Gangguan mental dan belajar

LO.5.11 PENCEGAHAN

a. Pencegahan berkala (intermiten)


Untuk kejang demam sederhana dengan Diazepam 0,3 mg/KgBB/dosis PO dan antipiretika
pada saat anak menderita penyakit yang disertai demam
b. Pencegahan kontinu
Untuk kejang demam komplikata dengan Asam Valproat 15-40 mg/KgBB/hari PO dibagi
dalam 2-3 dosis

LI.6 MAMPU MEMAHAMI DAN MENJELASKAN KEABSAHAN IBADAH UMRAH

Pengertian Umrah adalah mengunjungi Kabah untuk melakukan serangkaian ibadah dengan
syarat-syarat yang telah ditetapkan.Umrah disunatkan bagi setiap muslim yang mampu.
Pelaksanaan dapat dilakukan kapan saja, kecuali pada hari Arafah, tgl 10 Zulhijah, dan hari-hari
Tasyrik tgl 11, 12, 13 Zulhijah.

LO.6.1 SYARAT

1. Islam. Orang kafir tidak disyariatkan melaksanakan umrah dan ibadah-ibadah lainnya karena
dia tidak mengakui dan menganut agama Islam.
2. Baligh (Dewasa). Anak kecil yang belum baligh tidak disyariatkan melaksanakan umrah,
meskipun umrahnya sah jika dia telah mumayyiz.
3. Aqil (Berakal sehat). Tidak ada perintah melaksanakan umrah bagi orang gila dan tidak pula
sah umroh yang dilakukan oleh orang gila.
4. Merdeka. Hamba sahaya (budak) tidak diperintahkan melaksanakan ibadah umrah karena
umrah memerlukan waktu yang panjang sehingga kepentingan tuannya akan terabaikan.
5. Istithaah atau memiliki kemampuan dari segi fisik, harta, dan keamanan

LO.6.2 RUKUN

1. Niat Ihram. Setiap ibadah dimulai dengan niat, begitu pula dengan ihram jika tidak berniat
maka umrahnya tidak sah.
2. Thawaf Umrah. Berniat mengelilingi Kaabah semata-mata untuk menunaikan tawaf karena
Allah S.W.T.
3. Sai. Sai dilakukan genap dan sempurna bilangan sebanyak tujuh kali perjalanan balik dari
Marwah ke Safa.
4. Tahallul (Cukur / gunting rambut). Bagi umrah seseorang itu boleh bertahallul setelah selesai
melaksanakan dengan sempurna semua rukun yang lain yaitu niat, tawaf dan Saie.
5. Tertib. Rukun tidak boleh ditinggalkan (harus dilaksanakan). Bila tidak dilaksanakan
umrahnya tidak sah.
DAFTAR PUSTAKA

Baehr M, Frotscher M. 2010. Diagnosis Topik Neurologi DUUS.Jakarta:EGC.

Morgan, Edward et al, 2006, Clinical Anesthesiology, Edisi 4, McGraw-Hill: New York

Nelson : Ilmu kesehatan anak. Jakarta:EGC

Price S.2004. Patofisiologi. Jakarta:EGC

Sherwood L. 2002. Fisiologi Manusia : dari sel ke system. Jakarta:EGC

Sloane, Ethel. 2004. Anatomi dan fisiologi untuk pemula. Jakarta : EGC

Uddin, Jurnalis. 2007. Anatomi system saraf manusia .Jakarta: Langgeng Sejati Offset

http://www.scribd.com/doc/49620695/Meningtis

http://www.psychologymania.com/2012/04/cairan-serebrospinal-cerebrospinal.html

http://sectoranalyst.blogspot.com/2012/12/cairan-serebro-spinal.html#.Upq9gSdpDYg

http://www.scribd.com/doc/118080718/ANATOMI-meningen

http://umrohmalang.com/rukun-dan-syarat-umroh/

You might also like