Professional Documents
Culture Documents
KELOMPOK
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS YARSI
2012/2013
KEJANG DISERTAI DENGAN DEMAM
Laki-laki berusia 56 tahun, saat sedang melaksanakan umrah tiba-tiba mengalami kejang selama
5 menit kemudian tidak sadarkan diri. Dari alloanamnesis dengan anggota jamaah lainnya
didapatkan informasi bahwa pasien telah mengalami demam disertai nyeri kepala sejak 3 hari
yang lalu. Pada riwayat penyakit dahulu didapatkan keluhan kejang demam saat usia 3 tahun.
Pada pemeriksaan fisik didapatkan GCS (glasglow coma scale) E3M5V2 dan tanda rangsang
meningeal kaku kuduk (+). Dokter setempat mendiagnosis pasien dengan meningoensefalitis
suspek bacterial. Untuk membantu menegakan diagnosis, dokter melakukan pemeriksaan lumbal
pungsi setelah sebelumnya memastikan tidak adanya peningkatan tekanan intracranial melalui
funduskopi. Jamaah lain mempertanyakan bagaimana keabsahan ibadah umrah pasien tersebut.
KATA SULIT
PERTANYAAN
10. belum menyelesaikan rukun umroh tidak sah, tetapi jika sudah menyelesaikan rukun
umroh, maka umrohnya sah
HIPOTESIS
Meningoensephalitis suspek bakteri menyebabkan mata mendelik ke atas, suhu badan meningkat
dan terjadi penurunan kesadaran di lakukan pemeriksaan penunjang lumbal pungsi dengan
indikasi kaku kuduk, kejang suspek encephalitis dan kontraindikasi adanya edema papil, tekanan
intracranial yang meningkat dan di lakukan pemeriksaan penunjang lainnya yaitu MRI, CT-
SCAN, EEG, lab darah lengkap. Dengan di berikan penatalaksaan yaitu antibiotic untuk bakteri
dan diazepam untuk kejangnya, Keabsahan umroh di lihat dari selesai atau tidaknya dari
mengerjakan rukun umroh.
SASARAN BELAJAR :
LO.1.1 MAKROSKOPIK
LO.1.2 MIKROSKOPIK
LO.3.1 DEFINISI
LO.3.2 ETIOLOGI
LO.3.3 EPIDEMIOLOGI
LO.3.4 KLASIFIKASI
LO.3.5 PATOFISIOLOGI
LO.3.6 MANIFESTASI
LO.3.8 PENATALAKSANAAN
LO.3.9 KOMPLIKASI
LO.3.10 PROGNOSIS
LO.3.11 PENCEGAHAN
LO.5.1 DEFINISI
LO.5.2 ETIOLOGI
LO.5.3 EPIDEMIOLOGI
LO.5.4 KLASIFIKASI
LO.5.5 PATOFISIOLOGI
LO.5.6 MANIFESTASI
LO.5.8 PENATALAKSANAAN
LO.5.9 KOMPLIKASI
LO.5.10 PROGNOSIS
LO.5.11 PENCEGAHAN
LO.6.1 SYARAT
LO.6.2 RUKUN
LI.1. MAMPU MEMAHAMI DAN MENJELASKAN ANATOMI MENINGES, DAN
SISTERNA VENTRIKULARIS.
Meninges berfungsi untuk melindungi otak atau medulla spinalis dari benturan atau pengaruh
gravitasi. Fungsi ini diperkuat oleh LCS yang terdapat dalam spatium subarachnoidea.
1. Duramater
2. Piamater
3. Arachnoidea
Merupakan pembungkus SSP paling luar yang terdiri dari jaringan ikat padat. Dalam otak
membentuk 5 sekat:
- Falx cerebri
- Tentorium cerebella
- Falx cerebella
- Diphragma sellae
- Kantung Meckelli
Ditempat tertentu, antara lapisan luar dan dalam duramater terbentuk ruang yaitu sinus (venosus)
duraematris yang termasuk dalam sistem pembuluh darah balik.
Melekat erat ke periosteum tengkorak (terkuat pada sutura dan basis cranii). Terdapat jonjot
jaringan ikat dan vasa ke periosteum. Lapisan luar melekat erat pada foramen magnum dan tidak
berhubungan dengan lapisan luar duramater medulla spinalis. Pada tempat tertentu, celah yang
terbentuk antara lapisan duramater dengan periosteum dinamakan cavum epidural.
Cavum epidural encephali tidak berhubungan dengan cavum epidural spinalis. Isi cavum
epidural:
Tentorium cerebelli
Memisahkan cerebellum dengan bagian occipitale hemicerebri dan ke atas
menyambung menjadi falx cerebri. Pada tepi depan terdapat lubang yang ditembus
oleh mesencephalon. Sinus duraematris yang dibentuk adalah:
- Kelateral dan belakang sinus transvesus
- Kedepan sinus petrosus superior
Falx cerebelli
Berbentuk segitiga, memisahkan haemispaherum cerebeli kiri dan kanan.
Diphragma sellae
Membentang sepanjang processus clinoidea menutupi hypofisis yang terletak pada
cekungan sella turcica. Di tengah-tengah diaphragm sellae terdapat lubang tempat
keluarnya infundibulum hypofisis yang dikelilingi oleh sinus cavernosa atau sinus
circularis.
Kantung Meckelli
Membungkus ganglion semilunare N. Trigeminus.
2. Lapisan dalam
Menghadap ke arachnoidea
Dilapisi mesotel (sama dengan mesotel pleura, pericardium pars serosa dan
peritoneum). Menghasilkan serosa yang berfungsi untuk lubrikasi permukaan dalam
duramater dengan permukaan luar arachnoid sehingga gesekan keduanya dapat diredam
dan mencegah kerusakan.
Lanjut menjadi lapis dalam duramater spinalis
Antara duramater dengan arachnoid terdapat cavum subdural, mengandung:
Cairan serosa untuk meredam gesekan duramater dengan arachnoidea.
Bridging nein menghubungkan antara vena cerebri superior ke sinus sagitalis
superior.
2) Duramater spinalis
Arachnoidea yaitu selaput tipis yang membentuk sebuah balon yang berisi cairan otak meliputi
seluruh susunan saraf sentral, otak, dan medulla spinalis. Arachnoidea berada dalam balon yang
berisi cairan. Ruang sub arachnoid pada bagian bawah serebelum merupakan ruangan yang agak
besar disebut sistermagna. Ruangan tersebut dapat dimasukkan jarum kedalam melalui foramen
magnum untuk mengambil cairan otak, atau disebut fungsi sub oksipitalis.
1) Arachnoidea Encephali
Permukaan yang menghadap kearah piamater punya pita-pita fibrotik halus:
TRABEKULA ARACHNOIDEA.
Pada beberapa tempat menonjol ke sinus daramater: VILLI ARACHNOIDEA.
2) Arachnoidea Spinalis
Struktur sama dengan arachnoidea encephali.
Ke kranial melalui foramen occipetale magnum lanjut mejdai arachnoidea
encephali.
Kaudal ikut membentuk filum terminale.
3) Cavum subarachnoidea encephali
Merupakan selubung tipis yang kaya pembuluh darah dan langsung membungkus otak dan
medulla spinalis. Piamater berhubungan langsung dengan arachnoidea mater melalui trabecula
Piamater Encephali
Membungkus seluruh permukaan otak dan cerebelum termasuk sulci dan gyri
Piameter spinalis
Lebih tebal dan kuat dan kurang mengandung vasa dibanding piamater encephali
Terdiri dari dua lapis:
- Lapis luar
Terdiri dari jaringan kolagen yang tersusun memanjang
- Lapis dalam
Melekat erat pada seluruh permukaan medulla spinalis dan membentuk sekat pada
fissure mediana anterior.
LO. 1.2. MIKROSKOPIS
MENINGES
1. Duramater
Terdiri dari lapisan luar dan lapisan dalam. Lapisan luar atau disebut juga lapisan endosteum
merupakan jaringan ikat padat dengan banyak pembuluh darah dan saraf. Lapisan dalam atau
lapisan fibrosa kurang mengandung pembuluh darah, dilapisi epitel selapis gepeng di
mesoderm.
2. Arachnoid
Membran tipis, halus non vaskuler yang melapisi dura
Membran arachnoid dan trabekulanya, tersusun dari serat-serat kolagen halus dan serat
elastis
Semua permukaan dilapisi oleh lapisan yang kontinyu terdiri dari epitel selapis gepeng.
3. Piamater
Lapisan piamater yang lebih superfisial, tersusun dari anyaman-anyaman jaring serat
kolagen, yang berhubungan dengan arachnoid dan lebih nayat pada medulla spinalis.
Lapisan dalam terdiri dari serat-serat retikular dan elastin yang halus, lapisan tersebut
memberi septum median posterior yang fobrosa ke dalam subtansia medulla spinalis.
Permukaan piamater tertutup epitel selapis gepeng, yang melanjutkan diri menjadi sel-sel
yang melapisi jaringan arachnoid.
LI.2 MAMPU MEMAHAMI DAN MENJELASKAN FISIOLOGI FCS
Susunan saraf pusat berkembang dari tabung neural. Di medula spinalis, ruang ini
menetap hanya dalam bentuk saluran sempit (kanalis sentralis). Tetapi pada otak, ruang ini
melebar membentuk empat ventrikel, yaitu dua dari ventrikel lateralis pada hemisfer serebri,
ventrikel III di ensefalon, dan ventrikel IV pada pons dan medula oblongata. Foramen
interventrikularis Monro menghubungkan ventrikel lateralis dengan ventrikel III, aquaduktus
Sylvii menghubungkan ventrikel III dengan ventrikel IV. Ventrikel tersebut bagian dalamnya
dilapisi ependim sehingga terpisah dari jaringan otak.1
Dalam ventrikel IV tela koroidea membentuk atap. Tiap kornu lateral atap tersebut
mempunyai lubang, yaitu foramen Luschka dan juga lubang ketiga terdapat lebih caudal pada
garis tengah, yaitu foramen Magendie. Pada daerah tertentu dari tiap ventrikeliol, arteriol-arteriol,
dan kapiler-kapiler membentuk berkas-berkas pembuluh darah yang menonjol ke dalam lumen
ventrikel yang disebut pleksus choroideus.1,2
Plexus choroideus adalah satu-satunya tempat yang memproduksi cairan serebrospinal
dan epitel ependim dikhususkan ditempat ini. Sel-selnya berbentuk kubis dan mengandung
sejumlah mitokondria. Plexus choroideus menempati pada semua ventrikel di intrakranial, serta
dalam pemeriksaan mikroskop elektron tampak mikrovili ireguler yang panjang pada permukaan
ventrikel dan plasmalema bagian basal mempunyai banyak lipatan ke dalam. Kompleks lateral
menutup ruang antar sel ke arah lumen. Pengamatan ini sesuai dengan fakta bahwa fungsi sel-sel
di tempat ini adalah untuk memindahkan cairan dari darah ke dalam ventrikel.1,2
Gambar 2. Panah menunjukan aliran cairan serebrospinal dari pleksus koroideus dalam
ventrikel lateral ke vili arakhnoidalis yang menjorok ke dalam sinus duramater4
LI.2 MAMPU MEMAHAMI DAN MENJELASKAN FISIOLOGI FCS
LO.3.1 DEFINISI
LO.3.2 ETIOLOGI
Meningoencephalitis dapat disebabkan oleh bakteri, virus, atau beberapa kasus yang jarang
disebabkan oleh jamur.
S. Pneumoniae (13%).
BAKTERI
Salmonella
Listeria monocytogenes
Pseudomonas aeruginosa
Gram-negatif bacilli
L. monocytogenes
VIRUS
Virus yang menyebabkan meningoencephalitis pada prinsipnya adalah virus golongan enterovirus
dimana termasuk didalamnya adalah coxsackieviruses, echovirus dan pada pasien yang tidak
vaksinasi (poliovirus). Virus golongan enterovirus dan arbovirus (St. Louis, LaCrosse, California
vencephalitis viruses) adalah golongan virus yang paling sering menyebabkan
meningoencephalitis. Selain itu virus yang dapat menyebabkan meningoencephalitis yaitu HSV,
EBV, CMV lymphocytic choriomeningoencephalitis virus, dan HIV. Virus mumps adalah virus
yang paling sering menjadi penyebab pada pasien yang tidak tervaksinasi sebelumnya. Sedangkan
virus yang jarang menyebabkan meningoencephalitis yaitu Borrelia burgdorferi (lyme disease),
B. hensalae (cat-scratch virus), M. tuberculosis, Toxoplasma, Jamus (cryptococcus, histoplasma,
dan coccidioides), dan parasit (Angiostrongylus cantonensis, Naegleria fowleri, Acanthamoeba)
Akut Subakut
Adenoviruses HIV
Herpesviruses
Influenza viruses
Lymphocytic
choriomeningoencephalitis virus
Virus rabies
Virus rubella
Virus adalah penyebab utama pada infeksi encephalitis akut. Encephalitis juga dapat merupakan
hasil dari jenis lain seperti infeksi dan metabolik, toksik dan gangguan neoplastik.
JAMUR
4. Meningitis Kriptikokus
Meningitis yang disebabkan oleh jamur kriptokokus. Jamur ini bisa masuk ke tubuh kita saat
kita menghirup debu atau kotoran burung yang kering. Kriptokokus ini dapat menginfeksikan
kulit, paru, dan bagian tubuh lain. Meningitis Kriptokokus ini paling sering terjadi pada orang
dengan CD4 di bawah 100. Diagnosis: Darah atau cairan sumsum tulang belakang dapat dites
untuk kriptokokus dengan dua cara. Tes yang disebut CRAG mencari antigen (protein) yang
dibuat oleh kriptokokus. Tes biakan mencoba menumbuhkan jamur kriptokokus dari contoh
cairan. Tes CRAG cepat dilakukan dan dapat memberi hasi l pada hari yang sama. Tes biakan
membutuhkan waktu satu minggu atau lebih untuk menunjukkan hasil positif. Cairan
sumsum tulang belakang juga dapat dites secara cepat bila diwarnai dengan tinta India.
LO.3.3 EPIDEMIOLOGI
Bila infeksi melibatkan meningen, subarachnoid dan parenkim otak akan terjadi reaksi inflamasi
yang disebut meningoencephalitis.
Lebih dari 70% dari kasus ini berakhir dengan kematian, 1 hari atau 3 minggu setelah mulai
timbul gejala. Terjadinya penyembuhan kadang-kadang diikuti dengan terjadinya gejala sisa
berupa kecacatan menetap, namun beberapa kasus, baru-baru ini yang diobati dengan acyclovir
dapat sembuh total. Virus penyebab infeksi secara alamiah pada kera analog dengan infeksi HSV
pada manusia; 30%-80% dari kera rhesus ditemukan seropositif. Selama mengalami stress
(sewaktu diangkat dalam pelayaran dilautan dan pengangkutan didarat), terjadi peningkatan
angka virus pada kera ini. Angka kesakitan pada manusia sangat jarang tapi kalau terjadi sangat
fatal, biasanya infeksi didapat karena gigitan kera yang kelihatannya normal atau kulit yang tidak
terlindungi atau membrana mukosa terpajan dengan saliva monyet yang terinfeksi atau dengan
kultur sel kera.
Diperkirakan insiden tahunan di UK sebesar 4 per 100,000. Infeksi paling sering berat pada anak-
anak dan orang tua. Herpes simpleks dapat menyebabkan limfositik meningitis jinak pada orang
dewasa, tapi biasanya menghasilkan ensefalitis berat pada neonatus.
Faktor risiko:
a. Usia: anak-anak dan bayi lebih banyak daripada orang dewasa dikarenakan belum terbentuk
imunitas yang kuat.
b. Jenis kelamin: meningitis lebih banyak diderita pria.
c. Lingkungan: banyak pada lingkungan sosial-ekonomi rendah, lingkungan padat dan daerah
dengan kasus ISPA yang tinggi.
LO.3.4 KLASIFIKASI
1.Meningitis serosa
adalah radang selaput otak araknoid dan piameter yang disertai cairan otak yang jernih.Penyebab
terseringnya adalah Mycobacterium tuberculosa. Penyebab lainnya lues, Virus,Toxoplasma
gondhii dan Ricketsia.
2.Meningitis purulenta
Adalah radang bernanah arakhnoid dan piameter yang meliputi otak dan medula
spinalis.Penyebabnya antara lain : Diplococcus pneumoniae (pneumokok), Neisseria
meningitis(meningokok), Streptococus haemolyticuss, Staphylococcus aureus,
Haemophilus influenzae,Escherichia coli, Klebsiella pneumoniae, Peudomonas aeruginosa
3. Meningitis Tuberkulosis Generalisata
Gejala : demam, mudah kesal, obstipasi, muntah- muntah, ditemukan tanda-tanda perangsangan
meningen seperti kaku kuduk, suhu badan naik turun, nadi sangat labil/lambat,hipertensi umum,
abdomen tampak mencekung, gangguan saraf otak. Penyebab : kuman mikobakterium
tuberkulosa varian hominis.
Diagnosis : Meningitis Tuberkulosis dapat ditegakkan dengan pemeriksaan cairan otak, darah,
radiologi, test tuberkulin.
4. Meningitis Kriptikokus
adalah meningitis yang disebabkan oleh jamur kriptokokus. Jamur ini bisa masuk ke tubuh kita
saat kita menghirup debu atau kotoran burung yang kering. Kriptokokus ini dapat
menginfeksikan kulit, paru, dan bagian tubuh lain. Meningitis Kriptokokus ini
paling sering t e r j a d i p a d a o r a n g d e n g a n C D 4 d i b a w a h 1 0 0 . D i a g n o s i s :
D a r a h a t a u c a i r a n s u m s u m t u l a n g belakang dapat dites untuk kriptokokus
dengan dua cara. Tes yang disebut CRAG mencari antigen (protein) yang dibuat
oleh kriptokokus. Tes biakan mencoba menumbuhkan jamur kriptokokus dari contoh
cairan. Tes CRAG cepat dilakukan dan dapat memberi hasi l pada hari yang sama. Tes
biakan membutuhkan waktu satu minggu atau lebih untuk menunjukkan hasil positif.
Cairan sumsum tulang belakang juga dapat dites secara cepat bila diwarnai dengan tinta India.
5. Viral meningitis
Termasuk penyakit ringan. Gejalanya mirip dengan sakit flu biasa, dan umumnya penderita dapat
sembuh sendiri. Frekuensi viral meningitis biasanya meningkat di musim panaskarena pada saat
itu orang lebih sering terpapar agen pengantar virus. Banyak virus yang bisamenyebabkan viral
meningitis. Antara lain virus herpes dan virus penyebab flu perut.
6. Bacterial meningitis
Disebabkan oleh bakteri tertentu dan merupakan penyakit yang serius. Salah satu bakterinya
adalah meningococcal bacteria Gejalanya seperti timbul bercak kemerahan atau kecoklatanpada
kulit. Bercak ini akan berkembang menjadi memar yang mengurangi suplai darah ke organ-organ
lain dalam tubuh dapat berakibat fatal dan menyebabkan kematian.
LO.3.5 PATOFISIOLOGI
Meningitis bakteri dimulai sebagai infeksi dari orofaring dan diikuti dengan septikemia,
yang menyebar ke meningen otak dan medula spinalis bagian atas. Faktor predisposisi mencakup
infeksi jalan nafas bagian atas, otitis media, mastoiditis,anemia sel sabit dan hemoglobinopatis
lain, prosedur bedah saraf baru, trauma kepala dan pengaruh imunologis. Saluran vena yang
melalui nasofaring posterior, telinga bagian tengah dan saluran mastoid menuju otak dan dekat
saluran vena-vena meningen; semuanya ini penghubung yang menyokong perkembangan bakteri.
Organisme masuk ke dalam aliran darah dan menyebabkan reaksi radang di dalam meningen dan
di bawah korteks, yang dapat menyebabkan trombus dan penurunan aliran darah serebral.
Jaringan serebral mengalami gangguan metabolisme akibat eksudat meningen, vaskulitis
dan hipoperfusi. Eksudat purulen dapat menyebar sampai dasar otak dan medula spinalis. Radang
juga menyebar ke dinding membrane ventrikel serebral.Meningitis bakteri dihubungkan dengan
perubahan fisiologis intrakranial, yang terdiri dari peningkatan permeabilitas pada darah, daerah
pertahanan otak (barier oak),edema serebral dan peningkatan TIK. Pada infeksi akut pasien
meninggal akibat toksin bakteri sebelum terjadi meningitis. Infeksi terbanyak dari pasien ini
dengan kerusakan adrenal, kolaps sirkulasi dan dihubungkan dengan meluasnya hemoragi (pada
sindromWaterhouse-Friderichssen)sebagai akibat terjadinya kerusakan endotel dan nekrosis
pembuluh darah yangdisebabkan oleh meningokokus
LO.3.6 MANIFESTASI
Meningoensephalitis
Temuan pada pemeriksaan fisik bervariasi berdasarkan pada usia dan organisme penyebab
infeksi. Penting untuk diingat bahwa anak muda, jarang menunjukan gejala spesifik.
1. Pada bayi muda temuan yang pasti mengarah ke meningitis jarang spesifik:
a. Hipotermia atau mungkin bayi demam
b. Ubun-ubun membumbung, diastasis (pemisahan) pada sutura jahitan, dan kaku kuduk
tapi biasanya temuan ini muncul lambat.
2. Saat anak tumbuh lebih tua, pemeriksaan fisik menjadi lebih mudah dicari.
a. tanda-tanda meningeal lebih mudah di amati (misalnya, kaku kuduk, tanda kernig positif
dan Brudzinski juga positif).
b. tanda fokal neurologis dapat ditemukan sampai dengan 15% dari pasien yang
berhubungan dengan prognosis yang buruk.
c. Kejang terjadi pada 30% pasien dengan meningitis bakteri.
d. Kesadaran berkabut (obtundation) dan koma terjadi pada 15-20 % dari pasien dan lebih
sering dengan meningitis pneumokokus.
Dapat ditemukan tanda peningkatan tekanan intrakranial dan pasien akan mengeluhkan
sakit kepala, diplopia, dan muntah. Ubun-ubun menonjol, ptosis, saraf cerebral keenam,
anisocoria, bradikardia dengan hipertensi, dan apnea adalah tanda-tanda tekanan
intrakranial meningkat dengan herniasi otak. Papilledema jarang terjadi, kecuali ada
oklusi sinus vena, empiema subdural, atau abses otak.
Meningitis Bakterial
Pada bayi baru lahir dan prematur: Pasien tampak lemah dan malas, tidak mau minum,
muntah-muntah, kesadaran menurun, ubun-ubun besar tegang dan membenjol, leher lemas,
respirasi tidak teratur, kadang disertai ikterus jika sepsis.
Pada bayi berumur 3 bulan 2 tahun: Demam, muntah, gelisah, kejang berulang, high pitched
cry (pada bayi) ubun-ubun tegang dan membonjol.
Pada anak besar: Meningitis kadang-kadang memberikan gambaran klasik. Terdapat demam,
menggigil, muntah dan nyeri kepala. Kadang-kadang gejala pertama adalah kejang, gelisah,
gangguan tingkah laku. Penurunan kesadaran dapat terjadi.
Tanda klinis yang biasa didapat adalah kaku kuduk, tanda Brudzinski dan Kerning. saraf kranial
yang sering mangalami kelainan adah N. VI, VII dan IV. Bila terdapat trombosis vaskular dapat
timbul kejang dan hemiparesis.
Meningitis Tuberkulosis
1. Stadium pertama: gejala demam, sakit perut, nausea, muntah, apatis, kelainan neurologis
belum ada.
2. Stadium kedua: tidak sadar, sopor, terdapat kelaianan neurologis ada tanda rangsang
meningeal, saraf otak yang biasa terkena adalah N. III, IV, VI dan VII.
3. Stadium ketiga: koma, pupil tidak bereaksi, kadang timbul spasme klonik pada ekstremitas,
hidrosefalus.
Ensefalitis
1. Masa prodromal berlangsung antara 1-4 hari, ditandai dengan demam, sakit kepala, pusing,
muntah, nyeri tenggorokan, malaise, nyeri ekstremitas, dan pucat.
2. Berat ringanya tergantung dari distribusi dan luas lesi pada neuron
3. Gejalanya berupa gelisah, iritabel, screaming attack, perubahan perilaku, gangguan
kesadaran, dan kejang.
4. Kadang-kadang disertai neurologis fokal berupa afasia, hemiparesis, hemiplegia, ataksia, dan
paralisis saraf otak.
5. Tanda rangsang meningeal dapat terjadi bila peradangan mencapai meningen.
LO.3.7 DIAGNOSIS DAN DIAGNOSIS BANDING
Anamnesis
Dapat dilakukan dengan autoanamnesis atau alloanamnesis bila pasien tidak koperatif.
Pemeriksaan Fisik
Perhatikan tanda rangsang meningeal positif: Kaku kuduk, Kerning sign, dan Burdzinsky.
Pemeriksaan Penunjang
1. Laboratorium darah
2. Kultur darah
3. Pungsi lumbal
a. Meningitis bakterial: tekanan meningkat, cairan keruh/berkabut, jumlah sel darah putih dan
protein meningkat, glukosa meningkat, kultur positif terhadap beberapa jenis bakteri.
b. Meningitis virus: tekanan bervariasi, cairan CSS biasanya jernih, sel darah putih
meningkat, glukosa dan protein biasanya normal, kultur biasanya negatif, kultur virus
biasanya dengan prosedur khusus.
4. Biopsi
Biopsi otak mungkin diperlukan untuk diagnosis definitif dari penyebab ensefalitis, terutama pada
pasien dengan temuan neurologik fokal. Biopsi otak mungkin cocok untuk pasien dengan
ensefalopati berat yang tidak menunjukkan perbaikan klinis jika diagnosis tetap tidak jelas. Lesi
kulit petechial, jika ada, harus dibiopsi. Ruam hasil meningococcemia dari dermal pembenihan
organisme dengan kerusakan endotel vaskular, dan biopsi dapat mengungkapkan organisme pada
Gram stain. Untuk melihat ada lesi desak ruang akibat progresi inflamasi seperti abses, dan
penumpukan cairan LCS (hidrosefalus).
5. Neuroimaging
Hampir semua pasien dengan meningitis bakteri akan memiliki neuroimaging studi yang
dilakukan selama mereka sakit. MRI lebih disukai daripada CT karena sifatnya superioritas dalam
menunjukkan daerah edema serebral dan iskemia. Pada pasien dengan meningitis bakteri, difus
peningkatan meningeal sering terlihat setelah administrasi gadolinium. Peningkatan meningeal
tidak diagnostik meningitis, tetapi terjadi dalam SSP penyakit yang berhubungan dengan
peningkatan permeabilitas BBB.
Penyakit Gejala Temuan Diagnosis
Lobe(s)-EEG-periodics pike
and slow waves intemporal
lobe(s)
Serum:Lymeserology
Chest X-ray:
infiltration/military motling
DIAGNOSIS BANDING
a. Meningismus.
b. Abses otak.
c. Tumor otak.
LO.3.8 PENATALAKSANAAN
Meningitis Bakteria
Cairan intravena.
Koreksi gangguan asam-basa elektrolit.
Atasi kejang.
Kostikosteroid. Berikan dexametason 0,6 mg/KgBB/hari selama 4 hari, 15-20 menit sebelum
pemberian antibiotik.
Antibiotik terdiri dari dua fase.
Kuman Antibiotik
H. influenzae Ampisilin, kloramfenikol, seftriakson, sefotaksim
S. pneumoniae Penisilin, Kloramfenikol, sefuroksim, seftriakson,
vankomisin
N.meningitidis Penisilin, Kloramfenikol, sefuroksim, seftriakson
Stafilokok Nafsilin, vankomisin, rimfampisin
Gram Negatis Sefotaksim, seftazidim, seftriaksin, amikasin
Dosis antibiotik untuk meningitis bakterial
Antibiotik Dosis
Ampisilin 200-300 mg/kgBB/hari (400 mg dosis tunggal)
Kloramfenikol 100 mg/kgBB/hari; Neunatus: 50 mg/kgBB/hari
Sefuroksim 250 mg/kgBB/hari
Sefotaksim 200 mg/kgBB/hari; Neonatus 0-7 hari: 100 mg/kgBB/hari
Seftriakson 100 mg/kgBB/hari
Seftazidim 150 mg/kgBB/hari; Neonatus: 60-90 mg/kgBB/hari
Gentamisin Neonatus : 0-7 hari : 5 mg/kgBB/hari
7-28 hari : 7,5 mg/kgBB/hari
Amikasin 10-15 mg/kgBB/hari
Meningitis tuberkulosis
Pengobatan terdiri dari kombinasi INH, rimfamisisn, dan pirazinamid, kalau berat dapat ditambah
entambutol atau streptomisin. Pengobatan minimal 9 bulan, dapat lebih lama. Pemberian
kortikosteroid sebagai antiinflamasi, menurunkan tekanan intrakranial dan mengobati edema
otak. Pemberian kortikosteroid selama 2-3 minggu kemudian diturunkan secara bertahap sampai
pemberian 1 bulan. Ada yang sampai 3 bulan.
Perawatan
d. Pemantauan ketat.
1) Tekanan darah.
2) Respirasi.
3) Nadi.
4) Produksi air kemih.
5) Faal hemostasis untuk mengetahui secara dini adanya DC.
LO.3.9 KOMPLIKASI
a. cairan subdural.
b. Hidrosefalus.
c. Sembab otak
d. Abses otak
e. Renjatan septic.
f. Pneumonia (karena aspirasi)
g. Koagulasi intravaskuler menyeluruh.
Komplikasi ekstrakranial
1. Septik shock
2. DIC
3. Respiratory distress sindrom
4. Arteritis (septik atau reaktif
5. Ggn elektrolit: hiponatremi, SIADH, central diabetes insipidus (jarang)
6. Komplikasi spinal :mielitis, infar
LO.3.10 PROGNOSIS
Prognosis bergantung pada penegakan diagnosis secara dini, penentuan organisme penyebab serta
pemberian obat yang tepat dan segera. Angka kematian bisa mencapai 50% atau bahkan lebih
tinggi lagi.Penderita meningitis dapat sembuh, baik sembuh dengan cacat motorik atau
mental atau meninggal tergantung :
a. umur penderita.
b. Jenis kuman penyebab
c. Berat ringan infeksi
d. Lama sakit sebelum mendapat pengobatan
e. Kepekaan kuman terhadap antibiotic yang diberikan
f. Adanya dan penanganan penyakit
LO.3.11 PENCEGAHAN
1. Pencegahan Medis
2. Pencegahan Non-Medis
a. Menjaga kebersihan tangan. Cuci tangan dengan sabun setelah dan sebelum makan, setelah
dari toilet, dan sehabis memegang hewan peliharaan. Terutama apabila lingkungan Anda baru
saja ada yang terserang penyakit meningitis.
b. Menjaga kebersihan area peternakan unggas. Karena jamur triptokokus bisa berasal dari
kotoran unggas, maka bagi Anda pemilik unggas harus selalu menjaga kebersihan kandang.
Bagi yang bukan pemilik pun harus bersikap demikian, jika ada kotoran unggas di area
rumah, segeralah bersihkan.
c. Menjaga stamina dan daya tahan tubuh. Menjaga stamina dan daya tahan tubuh dengan
mengonsumsi makanan yang bergizi. Cara ini adalah yang paling sederhana namun terkadang
diabaikan, contohnya dengan berolahraga. Cukupkan juga asupan vitamin C kamu agar
terhindar dari virus-virus.
d. Kayu manis. Tambahkan kayu manis pada bumbu masakan Anda. Berdasarkan penelitian di
Texas ditemukan fakta bahwa kayu manis mengandung bahan yang dapat mengurangi resiko
tertularnya penyakit meningitis.
e. Kebersihan mainan dan area bermain anak. Cuci mainan dengan sabun anak setelah ia selesai
bermain. Apabila Anda hendak menitipkan anak ke taman bermain umum, pastikan tempat
tersebut bersih dan steril.
f. Hindari menggunakan alat-alat tertentu secara bersama-sama. Misalkan hindari meminum
menggunakan gelas bekas orang lain yang belum dicuci terkebih dahulu. Karena virus ini
dapat menular melalui air lender atau liur seseorang.
Test ini dilakukan untuk pemeriksaan cairan serebrospinali,mengukur dan mengurangi tekanan
cairan serebrospinal,menentukan ada tidaknya darah pada cairan serebrospinal, untuk mendeteksi
adanya blok subarakhnoid spinal,dan untuk memberikan antibiotic intrathekal ke dalam kanalis
spinal terutama kasus infeksi
LO.4.2 INDIKASI DAN KONTRA INDIKASI PUNGSI LUMBAL
Indikasi
1. Mengambil bahan pemeriksaan CSF untuk diagnostic dan persiapan pemeriksaan
pasien yang dicurigasi mengalami meningitis, encepahilitis atau tumor malignan.
2. Untuk mengidentifikasi adanya darah dalam CSF akibat trauma atau dicurigai adanya
perdarahan subarachnoid.
3. Untuk memasukan cairan opaq ke dalam ruang subarakhnoid.
4. Untuk mengidentifikasi adanya tekanan intrakarnial/intraspinal,untuk memasukan obat
intratekal seperti terapi antibiotik atau obat sitotoksik.
Kontraindikasi
1. Infeksi dekat tempat penusukan. Kontaminasi dari infeksi akan menyebabkan
meningitis.
2. Pasien dengan peningkatan tekanan intra cranial. Herniasi serebral atau herniasi
serebral
3. Pasien yang mengalami penyakit sendi-sendi vertebra degeneratif. Hal ini akan sulit
untuk penusukan jarum ke ruang interspinal.
4. Bleeding diathesis, seperti Coagulopathy dan Penurunan platelet.
Persiapan alat
1. Troleey
2. Kassa steril
3. Kapas steril
4. Sarung tangan steril
5. Baju steril
6. Jarum punksi ukuran 19, 20, 22,23 G.
7. Manometer spinal
8. Masker dan pelindung mata
9. Alcohol dalam lauran antiseptic untuk membersihkan kulit.
10. Spuit dan jarum untuk memberikan obat anestesi local
11. Obat anestesi loka (lidokian 1% 2 x ml), tanpa epinefrin.
12. Tempat penampung csf steril x 3 (untuk bakteriologi, sitologi dan biokimia).
13. Plester
14. Depper
15. Jam yang ada penunjuk detiknya
16. Tempat sampah.
E. Persiapan pasien
1. Pasien diposisikan tidur lateral pada ujung tempat tidur dengan lutut ditarik ke
abdomen. Catatan : bila pasiennya obesitas, bisa mengambil posisi duduk di atas kursi,
dengan kursi dibalikan dan kepala disandarkan pada tempat sandarannya.
2. Jelaskan prosedur pemeriksaan pada klien.
3. Memberi penyuluhan kepada pasien dan keluarga tentang lumbal pungsi meliputi
tujuan, prosedur, posisi, lama tindakan, sensasi-sensasi yang akan dialami dan hal-hal
yang mungkin terjadi berikut upaya yang diperlukan untuk mengurangi hal-hal
tersebut
4. Meminta izin dari pasien/keluarga dengan menadatangani formulir kesediaan
dilakukan tindakan lumbal pungsi.
5. Meyakinkan klien tentang tindakan yang akan dilakukan
F. Prosedur
a. Preinteraksi
1. Kaji catatan medis dan catatan keperawatan klien
2. Kesiapan perawat melakukan tindakan
3. Jelaskan tujuan tindakan
4. Persiapkan dan kumpulkan alat-alat
5. Cuci tangan.
b. Interaksi
1. Posisi pasien lateral recumbent dengan bagian punggung di pinggir tempat tidur.
Lutut pada posisi fleksi menempel pada abdomen, leher fleksi kedepan dagunya
menepel pada dada (posisi knee chest).
Gambar 1. Posisi lumbal pungsi
13. Bila lumbal pungsi digunakan untuk mengeluarkan cairan liquor pada pasien
dengan hydrocepalus berat maka maksimal cairan dikeluarkan adalah 100 cc.
14. Setelah semua tindakan selesai, manometer dilepaskan masukan kembali stilet
jarum lumbal kemudian lepaskan jarumnya. Pasang balutan pada bekas tusukan.
c. Terminasi
1. Anjurkan pasien berbaring terlentang selama 2 3 jam untuk
memisahkan kelurusan bekas jarum puncture dural dan arakhnoid di
lapisan otak, untuk mengurangi kebocoran CSF.
2. Monitor pasien untuk komplikasi lumbar puncture. Memberi tahu dokter
bila terjadi komplikasi.
3. Anjurkan meningkatktan intake cairan untuk mengurangi risiko
headache post-prosedur.
4. Bila timbul sakit kepala, lakukan kompres es pada kepala, anjurkan
tekhnik relaksasi, bila perlu pemberian analgetik dan tidur sampai sakit
kepala hilang.
d. Rapikan alat-alat
e. Cuci tangan
f. Dokumentasi
1. Herniasi Tonsiler
2. Meningitis dan empiema epidural atau sub dural
3. Sakit pinggang
4. Infeksi
5. Kista epidermoid intraspinal
6. Kerusakan diskus intervertebralis
LO.5.1 DEFINISI
Kejang demam (Febrile Convulsion) merupakan salah satu kelainan neurologis yang
paling sering dijumpai pada bayi dan anak, biasanya menyerang pada anak berusia 3 bulan
sampai dengan 5 tahun. Kejang demam adalah bangkitan kejang yang terjadi karena kenaikan
suhu tubuh (suhu rectal diatas 38 C) yang disebabkan oleh berbagai hal.
LO.5.2 ETIOLOGI
Faktor Resiko :
Demam
Riwayat kejang demam pada orang tua atau sudara kandung
Perkembangan terlambat
Problem pada masa neonates
Anak dalam perawatan khusus
Kadar natrium rendah
A. Frekuensi
- Amerika Serikat
Antara 2% sampai 5% anak mengalami kejang demam sebelum usianya yang ke 5. Sekitar 1/3
dari mereka paling tidak mengalami 1 kali rekurensi.
- Internasional
Kejadian kejang demam seperti di atas serupa di Eropa. Kejadian di Negara lain berkisar
antara 5 sampai 10% di India, 8.8% di Jepang, 14% di Guam, 0.35% di Hong Kong, dan 0.5-
1.5% di China.
B. Mortalitas/Morbiditas
Kejang demam biasanya tidak berbahaya. Anak dengan kejang
demam memiliki resiko epilepsy sedikit lebih tinggi
dibandingkan yang tidak (2% : 1%). Faktor resiko untuk
epilepsy di tahun-tahun berikutnya meliputi kejang demam
kompleks, riwayat epilepsy atau kelainan neurologi dalam
keluarga, dan hambatan pertumbuhan. Pasien dengan 2 faktor
resiko tersebut mempunyai kemungkinan 10% mendapatkan
kejang demam.
C. Ras : semua ras.
D. Jenis kelamin : Beberapa penelitian menunjukkan kejadian
lebih tinggi pada pria.
E. Usia : Kejang demam terjadi pada anak usia 3 bulan sampai 5
tahun
LO.5.4 KLASIFIKASI
1. Kejang Demam Sederhana (Simple Febrile Seizure), dengan ciri-ciri gejala klinis sebagai
berikut:
2. Kejang Demam Komplikata (Complex Febrile Seizure), dengan ciri-ciri gejala klinis sebagai
berikut:
LO.5.5 PATOFISIOLOGI
Untuk mempertahankan hidupnya, sel otak membutuhkan energi yaitu senyawa glukosa yang
didapat dari proses metabolisme sel. Sel - sel otak dikelilingi oleh membran yang dalam keadaan
normal membran sel neuron dapat dilalui dengan mudah oleh ion Kalium (K +) dan sangat sulit
dilalui oleh ion Natrium (Na+) dan elektrolit lain kecuali Clorida (Cl-). Akibatnya konsentrasi ion
K+ di dalam sel neuron tinggi dan konsentrasi ion Na+ rendah. Keadaan sebaliknya terjadi di luar
sel neuron. Karena perbedaan jenis dan konsentrasi ion di dalam dan di luar sel tersebut maka
terjadi beda potensial yang disebut Potensial Membran Sel Neuron. Untuk menjaga
keseimbangan potensial membran sel diperlukan energi dan enzim Na-K-ATP ase yang terdapat
di permukaan sel. Keseimbangan potensial membran ini dapat diubah.
Sebuah potensial aksi akan terjadi akibat adanya perubahan potensial membran sel yang
didahului dengan stimulus membrane sel neuron. Saat depolarisasi, channel ion Na + terbuka dan
channel ion K+ tertutup. Hal ini menyebabkan influx dari ion Na+, sehingga menyebabkan
potensial membran sel lebih positif, sehingga terbentuklah suatu potensial aksi.
Dan sebaliknya, untuk membuat keadaan sel neuron repolarisasi, channel ion K + harus
terbuka dan channel ion Na+ harus tertutup, agar dapat terjadi efluks ion K+ sehingga
mengembalikan potensial membran lebih negatif atau ke potensial membrane istirahat.
LO.5.6 MANIFESTASI
Kebanyakan kejang demam berlangsung singkat, bilateral, serangan berupa klonik atau
tonik-klonik. Umumnya kejang berhenti sendiri. Begitu kejang berhenti anak tidak memberi
reaksi apapun untuk sejenak, tetapi setelah beberapa detik atau menit anak terbangun dan sadar
kembali tanpa adanya kelainan saraf.
Kejang demam dapat berlangsung lama dan/atau parsial. Pada kejang yang unilateral
kadang-kadang diikuti oleh hemiplegi sementara (Todds hemiplegia) yang berlangsung beberapa
jam atau bebarapa hari. Kejang unilateral yang lama dapat diikuti oleh hemiplegi yang menetap.
1. Anak mengalami demam (terutama demam tinggi atau kenaikan suhu tubuh yang terjadi
secara tiba-tiba), kejang tonik-klonik atau grand mal, pingsan yang berlangsung selama 30 detik
- 5 menit (hampir selalu terjadi pada anak-anak yang mengalami kejang demam).
2.Kejang dapat dimulai dengan kontraksi yang tiba-tiba pada otot kedua sisi tubuh anak.
Kontraksi pada umumnya terjadi pada otot wajah, badan, tangan dan kaki.
Saat kejang, anak akan mengalami berbagai macam gejala seperti :
- Anak hilang kesadaran
- Tangan dan kaki kaku atau tersentak-sentak
- Sulit bernapas
- Busa di mulut
- Wajah dan kulit menjadi pucat atau kebiruan
- Mata berputar-putar, sehingga hanya putih mata yang terlihat
3. Anak dapat menangis atau merintih akibat kekuatan kontaksi otot. Anak akan jatuh apabila
dalam keadaan berdiri.
4. Postur tonik (kontraksi dan kekakuan otot menyeluruh yang biasanya berlangsung selama 10-
20 detik), gerakan klonik (kontraksi dan relaksasi otot yang kuat dan berirama, biasanya
berlangsung selama 1-2 menit), lidah atau pipinya tergigit, gigi atau rahangnya terkatup rapat,
inkontinensia (mengeluarkan air kemih atau tinja diluar kesadarannya), gangguan pernafasan,
apneu (henti nafas), dan kulitnya kebiruan.
A. ANAMNESIS
- Adanya kejang, jenis kejang, kesadaran, lama kejang, suhu sebelum/saat kejang, frekuensi,
interval, pasca kejang, penyebab kejang di luar SSP.
- Tidak ada riwayat kejang tanpa demam sebelumnya.
- Riwayat kelahiran, perkembangan, kejang demam dalam keluarga, epilepsi dalam keluarga
(kakak-adik, orangtua).
- Suhu sebelum / saat kejang, frekuensi dalam 24 jam, interval kejang, keadaan anak pasca
kejang, penyebab demam di luar infeksi susunan saraf pusat ( gejala infeksi saluran napas akut
/ ISPA, infeksi saluran kemih (ISK), otitis media akut (OMA) dll,
- Kesadaran : Sebelum dan sesudah kejang (menyingkirkan diagnosis meningoensefalitis)
- Singkirkan penyebab kejang yang lain ( misalkan diare, muntah yang mengakibatkan
gangguan elektrolit, sesak yang mengakibatkan hipoksemia, asupan kurang yang dapat
menyebabkan hipoglikemik.
C. PEMERIKSAAN PENUNJANG
C.1 Pemeriksaan laboratorium
Tidak dilakukan secara rutin, namun untuk mengevaluasi sumber infeksi penyebab demam,
atau
keadaan lain. Pemeriksaan yang dapat dikerjakan, beberapa contohnya adalah pemeriksaan
darah perifer, elektrolit dan gula darah
C.2 Pungsi lumbal
Pemeriksaan cairan serebrospinal dilakukan untuk menegakkan atau menyingkirkan
kemungkinan meningitis, dianjurkan pada:
- Bayi kuang dari 12 bulan sangat dianjurkan dilakukan
- Bayi antara 12-18 bulan dianjurkan
- Bayi >18 bulan tidak rutin
C.3 Elektroensefalografi (EEG)
Pemeriksaan elektroensefalografi (EEG) tidak dapat memprediksi berulangnya kejang, atau
memprediksi berulangnya kejang, atau memperkirakan kemungkinan kejadian epilepsi pada
pasien kejang demam. Oleh karena itu tidak direkomendasikan.
C.4 Pencitraan (Imaging)
- Foto X-ray kepala dan pencitraan seperti CT-scan atai MRI jarang sekali dikerjakan, tidak
rutin
- dan hanya atas indikasi seperti:
- Kelainan neurologic fokal yang menetap (hemiparesis)
- Paresis nervus VI
- Papiledema
DIAGNOSIS BANDING
Menghadapi seorang anak yang menderita demam dengan kejang, harus dipikirkan apakah
penyebab kejang itu di dalam atau diluar susunan saraf pusat. Kelainan di dalam otak biasanya
karena infeksi, misalnya meningitis, ensefalitis, abses otak, dan lain-lain. Oleh sebab itu perlu
waspada untuk menyingkirkan dahulu apakah ada kelainan organis di otak.
Kriteri Kejang Demam Epilepsi Meningitis
Banding Ensefalitis
Demam Pencetusnya Tidak berkaitan dengan Salah satu gejalanya
demam demam demam
Kelainan Otak (-) (+) (+)
Kejang (+) (+) (+)
berulang
Penurunan (+) (-) (+)
kesadaran
LO.5.8 PENATALAKSANAAN
1. Penatalaksana Medis
Menurut Livingston penatalaksanaan medis ada:
a) Menghentikan kejang secepat mungkin
Biasanya kejang demam berlangsung singkat dan pada waktu pasien datang kejang sudah
berhenti. Apabila datang dalam keadaaan kejang, obat paling cepat unutuk menghentikan
kejang adalah diazepam yang diberikan secara intravena. Dosis diazepam intravena adalah
0,3 0,5 mg/kgBB perlahan lahan dengan kecepatan 1-2 mg / menit atau dalam waktu 3-
5 menit, dengan dosis maksimal 20 mg.
Obat yang praktis dan dapat diberikan oleh orang tua atau di rumah adalah diazepam rektal.
- Dosis diazepam rektal adalah 0,5 0,75 mg/kg atau diazepam rektal 5 mg untuk anak
dengan berat badan kurang dari 10 kg
- Dosis diazepam rektal 10 mg untuk berat badan lebih dari 10 kg
- Dosis diazepam rektal 5 mg untuk anak dibawah usia 3 tahun
- Dosis diazepam rektal 7,5 mg untuk anak diatas usia 3 tahun
Bila setelah pemberian diazepam rektal kejang belum berhenti, dapat diulang lagi dengan
cara dan dosis yang sama dengan interval waktu 5 menit.
Bila setelah 2 kali pemberian diazepam rektal masih tetap kejang, dianjurkan ke Rumah
Sakit. Di Rumah Sakit dapat diberikan diazepam intravena dengan dosis 0,3 0,5
mg/kgBB.
Bila kejang tetap belum berhenti dapat diberikan fenitoin secara intravena dengan dosis
awal 10 20 mg/kgBB/menit atau kurang dari 50 mg/menit. Bila kejang berhenti dosis
selanjutnya adalah 4-8 mg/kg/hari, dimulai 12 jam setelah dosis awal.
Bila dengan fenitoin kejang masih belum berhenti maka pasien harus dirawat diruangan
intensif
Bila kejang telah berhenti maka pemberian obat selanjutnya tergantung dari jenis demam.
b) Pemberian oksigen
c) Penghisapan lendir kalau perlu
d) Mencari dan mengobati penyebab
Pengobatan rumah profilaksis intermitten. Untuk mencegah kejang berulang, diberikan obat
campuran anti konvulsan dan antipiretika.
1. Antipiretik
Tidak ditemukan bukti bahwa penggunaan antipiretik mengurangi risiko terjadinya kejang
demam, namun para ahli di Indonesia sepakat bahwa antipiretik tetap diberikan. Dosis
parasetamol yang digunakan adalah 10 15 mg /kgBB/kali diberikan 3 kali sehari dan
tidak lebih dari 5 kali. Dosis ibuprofen 5 10 mg/kgBB/kali diberikan 3 - 4 kali sehari.
2. Antikonvulsan : Diazepam IV/rektal, Fenitonin IV
LO.5.9 KOMPLIKASI
LO.5.10 PROGNOSIS
Hampir semua studi populasi melaporkan bahwa anak-anak dengan kejang demam,
memiliki prognosis yang baik, serta intelektual anakk tidak terganggu. Kematian dan kerusakan
jaras neurologi sangat jarang terjadi, biasanya hal tersebut disebabkan oleh berbagai faktor
sebelum kejang terjadi. Namun, bila tidak ditangani dengan baik, bisa terjadi :
- Kejang demam berulang
- Epilepsi
- Kelainan motorik
- Gangguan mental dan belajar
LO.5.11 PENCEGAHAN
Pengertian Umrah adalah mengunjungi Kabah untuk melakukan serangkaian ibadah dengan
syarat-syarat yang telah ditetapkan.Umrah disunatkan bagi setiap muslim yang mampu.
Pelaksanaan dapat dilakukan kapan saja, kecuali pada hari Arafah, tgl 10 Zulhijah, dan hari-hari
Tasyrik tgl 11, 12, 13 Zulhijah.
LO.6.1 SYARAT
1. Islam. Orang kafir tidak disyariatkan melaksanakan umrah dan ibadah-ibadah lainnya karena
dia tidak mengakui dan menganut agama Islam.
2. Baligh (Dewasa). Anak kecil yang belum baligh tidak disyariatkan melaksanakan umrah,
meskipun umrahnya sah jika dia telah mumayyiz.
3. Aqil (Berakal sehat). Tidak ada perintah melaksanakan umrah bagi orang gila dan tidak pula
sah umroh yang dilakukan oleh orang gila.
4. Merdeka. Hamba sahaya (budak) tidak diperintahkan melaksanakan ibadah umrah karena
umrah memerlukan waktu yang panjang sehingga kepentingan tuannya akan terabaikan.
5. Istithaah atau memiliki kemampuan dari segi fisik, harta, dan keamanan
LO.6.2 RUKUN
1. Niat Ihram. Setiap ibadah dimulai dengan niat, begitu pula dengan ihram jika tidak berniat
maka umrahnya tidak sah.
2. Thawaf Umrah. Berniat mengelilingi Kaabah semata-mata untuk menunaikan tawaf karena
Allah S.W.T.
3. Sai. Sai dilakukan genap dan sempurna bilangan sebanyak tujuh kali perjalanan balik dari
Marwah ke Safa.
4. Tahallul (Cukur / gunting rambut). Bagi umrah seseorang itu boleh bertahallul setelah selesai
melaksanakan dengan sempurna semua rukun yang lain yaitu niat, tawaf dan Saie.
5. Tertib. Rukun tidak boleh ditinggalkan (harus dilaksanakan). Bila tidak dilaksanakan
umrahnya tidak sah.
DAFTAR PUSTAKA
Morgan, Edward et al, 2006, Clinical Anesthesiology, Edisi 4, McGraw-Hill: New York
Sloane, Ethel. 2004. Anatomi dan fisiologi untuk pemula. Jakarta : EGC
Uddin, Jurnalis. 2007. Anatomi system saraf manusia .Jakarta: Langgeng Sejati Offset
http://www.scribd.com/doc/49620695/Meningtis
http://www.psychologymania.com/2012/04/cairan-serebrospinal-cerebrospinal.html
http://sectoranalyst.blogspot.com/2012/12/cairan-serebro-spinal.html#.Upq9gSdpDYg
http://www.scribd.com/doc/118080718/ANATOMI-meningen
http://umrohmalang.com/rukun-dan-syarat-umroh/