You are on page 1of 8

1. Anonymous. Frozen Shoulder. RS Mitra Keluarga. Surabaya. 2012.

2. PH Laubscher, Frozen Shoulder. SA orthopedic journal. South Afrika. 2009. Available :


http://shoulder.co.za/content/SAOJ%20Frozen%20Shoulder.pdf

Anonymous. Frozen Shoulder. RS Mitra Keluarga. Surabaya. 2012. & PH Laubscher,


Frozen Shoulder. SA orthopedic journal. South Afrika. 2009. Available :
http://shoulder.co.za/content/SAOJ%20Frozen%20Shoulder.pdf
Secara anatomi sendi bahu merupakan sendi peluru (ball and socket joint) yang terdiri
atas bonggol sendi dan mangkuk sendi, gambar 2. 2. Cavitas sendi bahu sangat dangkal,
sehingga memungkinkan seseorang dapat menggerakkan lengannya secara leluasa dan
melaksanakan aktifitas sehari-hari. Namun struktur yang demikian akan menimbulkan
ketidakstabilan sendi bahu dan ketidakstabilan ini sering menimbulkan gangguan pada bahu.

Sendi bahu merupakan sendi yang komplek pada tubuh manusia dibentuk oleh tulang-
tulang yaitu : scapula (shoulder blade),clavicula (collar bone), humerus (upper arm bone), dan
sternum. Daerah persendian bahu mencakup empat sendi, yaitu sendi sternoclavicular, sendi
glenohumeral, sendi acromioclavicular, sendi scapulothoracal. Empat sendi tersebut
bekerjasama secara secara sinkron. Pada sendi glenohumeralsangat luas lingkup geraknya
karena caput humeri tidak masuk ke dalam mangkok karena fossa glenoidalis dangkal.

Berbeda dngan cara berpikir murni anatomis tentang gelang bahu, maka bila dipandang
dari sudut klinis praktis gelang bahu ada 5 fungsi persendian yang kompleks, yaitu:

a. Sendi Glenohumerale
Sendi glenohumeral dibentuk oleh caput humeri yang bulat dan cavitas
glenoidalisscapula yang dangkal dan berbentuk buah per. Permukaan sendi meliputi oleh rawan
hyaline, dan cavitas glenoidalis diperdalam oleh adanya labrum glenoidale.3

Dibentuk oleh caput humerrus dengan cavitas glenoidalisscapulae, yang diperluas


dengan adanya cartilago pada tepi cavitas glenoidalis, sehingga rongga sendi menjadi lebih
dalam. Kapsul sendi longgar sehingga memungkinkan gerakan dengan jarak gerak yang lebih
luas. Proteksi terhadap sendi tersebut diselenggarakan oleh acromion, procecus coracoideus,
dan ligamen-ligamen. Tegangan otot diperlukan untuk mempertahankan agar caput humerus
selalu dipelihara pada cavitas glenoidalisnya.

Ligamen-ligamen yang memperkuat sendi glenohumeral antara lain


ligamenglenoidalis, ligamenhumeral tranversum, ligamencoraco humeral dan
ligamencoracoacromiale, serta kapsul sendi melekat pada cavitas glenoidalis dan collum
anatomicum humeri.3
Ligament yang memperkuat antara lain:

1) ligamentumcoraco humerale, yang membentang dari procesus coracoideus sampai


tuberculum humeri.
2) ligament coracoacromiale, yang membemtang dari procesus coracoideus sampai
acromion.
3) ligament glenohumerale, yang membentang dari tepi cavitas glenoidalis ke colum
anatobicum, dan ada 3 buah yaitu:
a) ligament gleno humerale superior, yang melewati articulatio sebelah cranial
b) Ligament glenohumeralis medius, yang melewati articulatio sebelah ventral.
c) Ligamentum gleno humeralis inferius, yang melewati articulation sebelah
inferius.
Bursa-bursa yang ada pada shoulder joint:

1) Bursa otot latisimus dorsi, terletak pada tendon otot teres mayor dan tendon
latisimus dorsi.
2) Bursa infra spinatus, terdapat pada tendon infra spinatus dan tuberositashumeri.
3) Bursa otot pectoralis mayor, terletak pada sebelah depan insersio otot pectoralis
mayor.
4) Bursa subdeltoideus, terdapat diatas tuberositas mayus humeri dibawah otot
deltoideus.
5) Bursa ligament coraco clavikularis, terletak diatas ligamentum coracoclaviculare.
6) Bursa otot subscapularis terletak diantar sisi glenoidalis scapulae dengan otot
subscapularis.
7) Bursa subcutanea acromialis, terletak diatas acromion dibawah kulit
Ada dua tipe dasar gerakan tulang atau osteokinematika pada sendi glenoidal yaitu
rotasi atau gerakan berputar pada suatu aksis dan translasi merupakan gerakan menurut garis
lurus dan kedua gerakan tersebut akan menghasilkan gerakan tertentu dalam sendi atau
permukaan sendi yang disebut gerakan artrokinematika.Rotasi tulang atau gerakan fisiologis
akan menghasilkan gerakan roll-gliding di dalam sendi dan translasi tulang menghasilkan
gerakan gliding, traction ataupun compression dalam sendi yang termasuk dalam joint play
movement.

Ada dua tipe dasar gerakan tulang atau osteokinematika adalah rotasi atau gerakan
berputar pada suatu aksis dan translasi merupakan gerakan menurut garis lurus dan kedua
gerakan tersebut akan menghasilkan gerakan tertentu dalam sendi atau permukaan sendi yang
disebut gerakan artrokinematika. Rotasi tulang atau gerakan fisiologis akan menghasilkan
gerakan roll-gliding di dalam sendi dan translasi tulang menghasilkan gerakan gliding, traction
ataupun compression dalam sendi yang termasuk dalam joint play movement.

Gerakan arthrokinematika pada sendi gleno humeralyaitu : (1) gerakan fleksi terjadi
rollingcaput humeri ke anterior, sliding ke posterior (2) gerakan abduksi terjadi rollingcaput
humeri ke cranio posterior, sliding ke caudo ventral (3) gerakan eksternal rotasi terjadi
rollingcaput humeri ke dorso lateral, sliding ke ventro medial (4) gerakan internal rotasi terjadi
rollingcaput humeri ke ventro medial dan sliding ke dorso lateral.4

b. Sendi sterno claviculare


Dibentuk oleh extremitas glenoidalis clavikula, dengan incisura clavicularis sterni.
Menurut bentuknya termasuk articulation sellaris, tetapi fungsionalnya glubiodea. Diantar
kedua facies articularisnya ada suatu discus articularis sehingga lebih dapat menyesuikan
kedua facies articularisnya dan sebagai cavum srticulare. Capsula articularis luas,sehingga
kemungkinan gerakan luas.

Ligamentum yang memperkuat:

1) ligamentum interclaviculare, yang membentang diantara medial


extremitassternalis, lewat sebelah cranial incisura jugularis sterni.
2) ligamentum costoclaviculare, yang membentang diantara costae pertama sampai
permukaan bawah clavicula.
3) ligamentum sterno claviculare, yang membentang dari bagian tepi caudal incisura
clavicularis sterni, kebagian cranial extremitas sternalis claviculare.
Gerak osteokinematika yang terjadi adalah gerak elevasi 45 dan gerak depresi 70,
serta protraksi 30 dan retraksi 30. Sedangkan gerak osteokinematikanya meliputi: (1) gerak
protraksi terjadi roll clavicula kearah ventral dan slide kearah ventral, (2) gerak retraksi terjadi
roll clavicula kerah dorsal dan slide kearah dorsal, (3) gerak elevasi terjadi roll kearah cranial
dan slide kearah caudal, gerak fleksi shoulder 10 (sampai fleksi 90) terjadi gerak elevasi
berkisasr 4, (4) gerak depresi terjadi roll ke arah caudal dan slide clavicula kearah cranial.

c. Sendi acromioclaviculare
Dibentuk oleh extremitas acromialisclavicula dengan tepi medial dari acromion
scapulae. Facies articularisnya kecil dan rata dan dilapisi oleh fibro cartilago. Diantara facies
articularis ada discus artucularis. Secara morfologis termasuk ariculatio ellipsoidea, karena
facies articularisnya sempit, dengan ligamentum yang longgar.

Ligamentum yang memperkuatnya:

1) ligamentacromio claiculare, yamg membentang antara acromion dataran ventral


sampai dataran caudal clavicula.
2) ligament coraco clavicuculare, terdiri dari 2 ligament yaitu:
a) Ligamentum conoideum, yang membentang antara dataran medial
procecuscoracoideus sampai dataran caudal claviculare.
b) Ligamentum trapezoideus, yang membentang dari dataran lateral
procecuscoraoideus sampai dataran bawah clavicuare,
Gerak osteokinematika sendi acromio clavicularis selalu berkaitan dengan gerak pada
sendi scapulothoracalis saat elevasi diatas kepala maka terjadi rotasi clavicula mengitari sumbu
panjangnya. Rotasi ini menyebabkan elevasi clavicula, elevasi tersebut pada sendi sterno
clavicularis kemudian 30% berikutnya pada rotasi clavicula.

d. Sendi subacromiale
Sendi subacromiale berada diantara arcus acromioclaviculare yang berada di sebelah
cranial dari caput serta tuberositas humeri yang ada di sebeleh caudal, dangan bursa
subacromiale yang besar bertindak sebagai rongga sendi.

e. Sendi scapulo thoracic


Sendi scapulo thoracic bukan sendi yang sebenarnya, hanya berupa pergerakan scapula
terhadap dinding thorax.

Gerak osteokinematika sendi ini meliputi gerakan kerah medial lateral yang dalam
klinis disebut down ward-up wardrotasi juga gerak kerah cranial-caudal yang dikenal dengan
gerak elevasi-depresi.

Inervasi

Sedangkan sendi bahu dipersarafi oleh plexus brachialis, plexus brachialis merupakan

anyaman serat saraf yang berjalan dari tulang belakang C5-T1, kemudian melewati bagian

leher dan ketiak, dan akhirnya keseluruh bagian lengan atas dan bawah.

Plexus brachialis dimulai dari rami ventral saraf spinal, dimana rami bergabung
membentuk 3 truncus, yaitu trunkus superior (C5-C6), trunkus inferior (C7), trunkus
medialis(C8-T1).

Peredaran darah arteri yang memelihara sendi bahu adalah arteri axillaris yang
merupakan lanjutan dari arteri subslavia lalu bercabang-cabang, antara lain : arteri
subscapularis, dan arteri brachialis. Sedangkan pembuluh darah vena pada sendi bahu anatara
lain vena axillaris yang bercabang-cabang menjadi vena cephalica, vena brachilica.
Kapsul sendi terdiri dari selaput penutup fibrosa padat, suatu lapisan dalamnya
terbentuk dari jaringan penyambung berpembuluh darah banyak dan sinovium, yang berbentuk
suatu kantong yang melapisi seluruh sendi, dan membungkus tendon-tendon yang melintasi
sendi, sinovium tidak meluas melampaui permukaan sendi tetapi terlipat sehingga
memungkinkan gerakan secara penuh. Sinovium menghasilkan cairan yang sangat kental yang
membasahi permukaan sendi. Cairan sinovium normalnya bening, tidak membeku, tidak
berwarna. Jumlah yang di permukaan sendi relative kecil (1-3 ml). Cairan sinovium juga
bertindak sebagai sumber nutrisi bagi tulang rawan sendi. Capsulitis adhesiva merupakan
kelanjutan dari lesi rotator cuff, karena terjadi peradangan atau degenerasi yang meluas ke
sekitar dan ke dalam kapsul sendi dan mengakibatkan terjadinya reaksi fibrous. Adanya reaksi
fibrous dapat diperburuk akibat terlalu lama membiarkan lengan dalam posisi impingement
yang terlalu lama.1

Sindroma nyeri bahu sangat komplek dan sulit untuk diidentifikasi satu persatu bagian
secara detail. Guna memahami penyebab dan patologi sindroma nyeri bahu, maka dapat
dikelompokkan menjadi:

a. Faktor Penyebab:

1) Faktor penyebab gerak dan fungsi, yang terkait dengan aktifitas gerak dan
struktur anatomi

2) Faktor penyebab penyebab secara neurogenik yang berkaitan dengan keluhan


neurologik yang menyertai baik secara langsung maupun tidak langsung yang
berupa nyeri rujukan.

b. Berdasarkan sifat keluhan nyeri bahu dapat dikelompokkan menjadi 2


yaitu :

(a) Kelompok spesifik, mengikuti pola kapsuler dan

(b) Kelompok tidak spesifik sebagai kelompok yang bukan mengikuti pola
kapsuler.

You might also like