Professional Documents
Culture Documents
TINJAUAN PUSTAKA
usia kehamilan 37 minggu atau kurang dari 259 hari sejak hari pertama haid
diartikan sebagai dimulainya kontraksi uterus yang teratur disertai pendataran dan
atau dilatasi serviks serta turunnya bayi pada wanita hamil yang lama
kehamilannya kurang dari 37 minggu (kurang dari 259 hari) dari hari pertama
Pada tahun 2005, ditetapkan bahwa bayi yang lahir antara usia 34 minggu
sehingga kelahiran preterm telah dibagi menjadi subdevisi. Jika kelahiran sebelum
usia 33 minggu disebut early preterm, dan kelahiran yang terjadi pada usia
2.2 Epidemiologi
persalinan preterm terjadi pada usia kurang dari 28 minggu (extreme prematurity),
sekitar 15% terjadi pada usia kehamilan 28-31 minggu (severe prematurity),
sekitar 20% pada usia 32-33 minggu (moderate prematurity), dan 60-70% pada
3
4
Afrika terdapat 4.047 persalinan preterm per 100 kelahiran (11,9%) di Eropa
sebesar 466 per 1000 kelahiran (6,2%), di Asia 6.097 per 1000 kelahiran atau
9,1%, dan di Asia Tenggara 6.097 per 1000 kelahiran(11,1%) (Stacy et al,
18,5% dan pada tahun 1995 menurun menjadi 14,2%. Menurut data terakhir pada
tahun 2005 jumlah persalinan prematur di Indonesia adalah 10% (Oxorn, 2010).
morbiditas dan mortalitas bayi. Anoksia 12 kali lebih sering terjadi pada bayi
bayi prematur, gangguan respirasi menyebabkan kematian sebesar 44% pada bayi
usia kurang dari 1 bulan. Jika berat bayi kurang dari 1000 gram maka angka
kematian naik menjadi 74%. Karena lunaknya tulang tengkorak serta immaturitas,
lebih sering terjadi pada bayi prematur dibandikan dengan bayi aterm (Oxorn,
kematian neonatal adalah prematuritas (28%), infeksi berat 26%, dan asfiksia
28%.
etnis. Persalinan preterm pada wanita kulit putih lebih umum merupakan
persalinan preterm spontan dengan selaput amnion utuh, sedangkan pada wanita
kulit hitam lebih umum didahului ketuban pecah dini sebelumnya. Persalinan
5
preterm juga bisa dibagi menurut usia kehamilan: sekitar 5% persalinan preterm
terjadi pada usia kehamilan kurang dari 28 minggu (extreme prematurity), sekitar
15% terjadi pada usia kehamilan 28-31 minggu (severe prematurity), sekitar 20%
pada usia kehamilan 32-33 minggu (moderate prematurity), dan 60-70% pada
usia kehamilan 34-36 minggu (near term). Dari tahun ke tahun, terjadi
2.3 Klasifikasi
distensi berlebih uterus, ketuban pecah dini atau trauma (Sarwono, 2010).
mengancam, faktor gaya hidup seperti merokok, pertambahan berat badan ibu
yang tidak adekuat, penggunaan narkoba. Faktor maternal lain yang terlibat
adalah usia ibu terlalu muda atau terlalu tua, tubuh pendek, kesenjangan ras dan
lahir, interval antara kehamilan sebelumnya dan saat ini, serta riwayat persalinan
Serikat. yaitu :
1. Persalinan atas indikasi ibu atau janin sehingga persalinan diinduksi atau bayi
2. Persalinan kurang bulan spontan tak terjelaskan dengan selaput ketuban utuh.
(Cunningham, 2012).
Penyebab lain yang kurang umum adalah hipertensi kronik, plasenta previa,
8
perdarahan tanpa sebab yang jelas, diabetes, penyakit ginjal, isoimunisasi RH, dan
usia kehamilan 37 minggu, ketuban pecah dini prematur dapat disebabkan oleh
terlibat adalah indeks massa tubuh yang rendah krang dari 19,8, kurang gizi, dan
Namun kebanyakan kasus ketuban pecah preterm terjadi tanpa faktor resiko
(Cuningham, 2012).
pecah dini premature terjadi 46,8%, dan persalinan prematur tanpa ketuban pecah
kejadian ketuban pecah dini premature berbeda disetiap Negara, tetapi meningkat
sesuai dengan sesuai dengan status ekonomi, lingkungan dan persentase antenatal
care.
muncul pada kauss perdarahan intrauterin atau infeksi intrauteri (Louis J, 2010).
preterm. Infeksi bakterial dalam uterus dapat terjadi antara jaringan maternal dan
fetal membran (dalam koriodesidual space), dalam fetal membran (amnion dan
korion), dalam placenta, dalam cairan amnion, dalam tali pusat. Infeksi pada fetal
membran disebut korioamnionitis, infeksi pada tali pusat disebut funisitis, infeksi
pada cairan amnion disebut amnionitis. Infeksi jarang terjadi pada kehamilan
prematur akhir (34-36 minggu), dan lebih sering terjadi pada usia kehamilan
uterus. Bakteri dapat berasal dari migrasi dari kavum abdomen melalui
hematogen melalui plasenta, atau melalui serviks dari vagina. Pada persalinan
preterm dengan membran yang utuh bakteri yang paling banyak ditemukan adalah
sering berhubungan dengan infeksi saluran genital pada wanita tidak hamil
uterus sebelum pecah ketuban, sedangkan bakteri yang sangat sering berhubungan
korioamnionitis.
Organisme ini mencapai uterus dapat melalui plasenta dari sirkulasi atau
berasal dari vagina. Bakteri dari vagina menyebar secara ascendens pertama kali
membran korioamniotik yang intak ke dalam cairan amnion, dan beberapa fetus
akhirnya menjadi terinfeksi. Bukti infeksi melalui rute ini berasal dari penelitian
609 wanita yang fetusnya dilahirkan dengan seksio sesar sebelum pecah ketubah.
11
Setengah dari 121 wanita dengan kultur membran positif juga memiliki organisme
dalam cairan amnion. Sebagian kecil fetus memiliki kultur darah atau cairan
serebrospinal yang positif saat persalinan. Wanita dengan kultur membran positif
memiliki respon peradangan yang aktif, seperti diinfikasikan oleh temuan leukosit
histologis pada membran dan adanya konsentrasi interleukin 6 yang tinggi dalam
cairan amnion. Temuan ini mungkin menjelaskan kenapa wanita dengan kultur
cairan amnion negatif tetapi dengan konsentrasi sitokin yang tinggi dalam cairan
amnion resisten terhadap obat tokolitik. Tampaknya, wanita ini sering memiliki
infeksi dalam korioamnion, suatu tempat yang tidak boleh dikultur sebelum
persalinan.
jauh lebih awal saat hamil dan masih tidak terdeteksi selama beberapa bulan.
amnion yang diperoleh dari analisis kromosom rutin pada usia kehamilan 15 18
minggu. Lebih lanjut, konsentrasi interlekin 6 yang tinggi dalam cairan amnion
34 minggu.
yang tinggi dalam cerviks atau vagina pada usia kehamilan 24 minggu (yang
bahwa kebanyakan infeksi saluran genitalia atas masih asimptomatik dan tidak
berhubungan dengan demam, uterus yang bengkak atau leukositosis darah tepi.
Terdapat jalur lain yang memiliki peranan yang hampir sama. Sebagai
janin itu sendiri. Pada janin dengan infeksi, peningkatan produksi corticotropin-
ketika fetus itu sendiri terinfeksi, produksi sitokin fetus meningkat dan waktu
maternal dan fetal terhadap respon peradangan keseluruhan tidak diketahui (Rima,
2010).
Marker infeksi
dan kultur) tidak memiliki gejala selain dari persalinan prematur tidak demam,
nyeri perut atau leukositosis darah tepi dan biasanya tidak terdapat takikardia
janin. Zat yang ditemukan dalam kuantitas abnormal dalam cairan amnion dan di
tempat lain pada wanita dengan infeksi intrauterine dijelaskan dalam tabel 1
(Rima, 2010).
15
dengan kejadian persalinan preterm akibat stress. Proses aktivasi prematur HPA
psikososial ibu dengan kadar CRH, ACTH, dan kortisol plasma ibu. Menurut
Hobel dkk, dibandingkan dengan wanita yang melahirkan aterm, wanita yang
peningkatan kadar CRH selama kehamilan. Pada persalinan preterm aksis HPA
ibu dapat mendorong ekspresi CRH plasenta. CRH plasenta menstimulasi janin
melalui aktivasi aksis HPA janin dan menstimulasi plasenta untuk mensisntesis
2010).
dari plasenta biasanya dihubungkan dengan persalinan preterm dan ketuban pecah
dini. Lesi plasenta dilaporkan terjadi pada 34% wanita dengan persalinan preterm.
arteri spiralis, atherosis, dan trombosis arteri ibu atau janin. Diperkirakan
multifungsi yang memunculkan aktivitas kontraksi dari vaskuler dan otot halus
(Rima, 2010).
Tabel 3. Etologi dan jalur persalinan preterm yang diakui secara umum (Rima,
2010)
2.5 Diagnosis
1. Anamnesis
penting dan dalam kaitannya dengan terjadinya persalinan preterm. Berikut adalah
a. Kehamilan multipel
b. Polihidramniom
17
c. Anomali uterus
b. Riwayat pyelonefritis
c. Merokok
d. Riwayat abortus
Pasien tergolong reiko tinggi apabila ditemukan lebih dari satu faktor
resiko mayor atau dua atau lebih fator resiko minor, atau keduanya. Disamping
faktor resiko di atas faktor resiko lain yang perlu diperhatikan adalah tingkat
sosiobiologi (usia ibu, jumlah anak, obesitas, status sosioekonomi yang rendah,
2010).
18
2. Gejala Klinis
sendiri sulit dibedakan karena adanya kontraksi braxtons hicks. Kontraksi ini
digambarkan sebagai kontraksi yang tidak teratur, tidak ritmis, tidak begitu sakit
atau tidak sakit sama sekali, namun dapat menimbulkan keraguan besar dalam
diagnosis persalinan preterm. Tidak jarang wanita yang melahirkan sebelum aterm
diagnosis yang salah, yaitu persalinan palsu. Beberapa kriteria yang dapat dipakai
a. Usia kehamilan antara 20 dan 37 minggu atau 140 dan 259 hari.
b. Kontraksi uterus (his) yang teratur yaitu berulang 7-8 kali atau 2-3 kali dalam
10 menit.
19
menstruasi, rasa tekanan intrapelvik, nyeri punggung bawah (low back pain).
2012).
a. Kontraksi yang terjadi 4 kali dalam 20 menit atau 8 kali dalam 60 menit dan
2. Perubahan serviks
a. Dilatasi serviks
b. Panjang serviks
sampai persalinan, dan serviks akan berdilatasi untuk memungkinkan isi uterus
biokimia dari serviks. Salah satu indikator dini dari inkompetensia serviks adalah
c. Inkompetensia Serviks
serviks berulang, tanpa rasa sakit, dan kejadian kelahiran spontan pada
Dilatasi serviks ini dapat diiikuti prolaps dan menggembungnya membran janin ke
serviks ini belum jelas, namun terkait dengan riwayat trauma pada serviks seperti
sejak awal, sebelum tanda tanda persalinan muncul. Dimulai dengan pengenalan
pasien yang beresiko, untuk diberi penjelasan dan penilaian klinik terhadap
dijumpai serviks pendek (< 1cm) yang disertai dengan pembukaan yang
2012).
2.6 Penatalaksanaan
3. Pemberian tokolitik
4. Pemberian steroid
5. Pemberian antibiotik
6. Emergency Cerclage
7. Perencanaan persalinan
secara statistik tidak terbukti dapat mengurangi kejadian kurang bulan secara
persalinan preterm, karena sering terjadi hipovolemik pada ibu dengan kontraksi
3. Pemberian tokolitik
(Sarwono, 2010) :
paru janin.
d. Optimalisasi personel.
a) Nifedipin
Nifedipin adalah antagonis kalsium diberikan per oral. Dosis inisial 20 mg,
dilanjutkan 10-20 mg, 3-4 kali perhari, disesuaikan dengan aktivitas uterus sampai
48 jam. Dosis maksimal 60mg/hari, komplikasi yang dapat terjadi adalah sakit
melalui kanal kalsium yang bergantung pada 19 voltase. Terdapat beberapa kelas
b) Magnesium sulfat
parenteral. Dosis awal 4-6 gr IV diberikan dalam 20 menit, diikuti 1-4 gram per
jam tergantung dari produksi urin dan kontraksi uterus. Bila terjadi efek toksik,
janin dan ibu. Namun, perubahan tulang yang terlihat melalui rontgen terlihat
pada neonatus dari pasien yang menerima infus magnesium sulfat jangka panjang
secara radiografi seperti perubahan dari tulang panjang, penipisan tulang parietal,
dengan hati-hati sebagai obat tokolitik, efek sampingnya terhadap ibu, janin dan
neonatus biasanya sedikit dan tidaklah serius atau merusak (Hadrians, 2007).
c) Atosiban
obat tokolitik di masa depan. Obat ini merupakan alternatif menarik terhadap
obat-obat tokolitik saat ini karena spesifisitasnya yang tinggi dan kurangnya efek
samping terhadap ibu, janin atau neonatus. Atosiban adalah obat sintetik baru
pada golongan obat ini dan telah mendapat izin penggunaannya sebagai tokolitik
secara kompetitif dan memblok reseptor oksitosin. Dosis awal 6,75mg bolus
dalam satu menit, diikuti 18mg/jam selama 3 jam per infus, kemudian 6mg/jam
d) Beta2-sympathomimetics
Saat ini sudah banyak ditinggalkan. Preparat yang biasa dipakai adalah
Dimulai dengan 10 tetes per menit dan dinaikkan 5 tetes setiap 10 menit sampai
hilang. Selanjutnya diberikan dosis pemeliharaan satu tablet (10 mg) setiap 8 jam
setelah makan. Nadi ibu, tekanan darah dan denyut jantung janin harus dimonitor
yang dapat terjadi pada ibu adalah palpitasi, rasa panas pada muka (flushing),
mual, sakit kepala, nyeri dada, hipotensi, aritmia kordis, edema paru,
e) Progesteron
I. Indomethacin
25
Dosis awal 100 mg, dilanjutkan 50 rng per oral setiap 6 jam untuk 8 kali
4. Pemberian Steroid
mg dan diulangi 24 jam kemudian. Efek optimal dapat dicapai dalam 1 - 7 hari
2.7 Komplikasi
(Rima, 2010).
26
2.8 Pencegahan
berikut :
1. Pencegahan primer
b. Pencegahan sekunder