You are on page 1of 11

BAB I

PENDAHULUAN
1. Latar Belakang
Dalam rangka penyelenggaraan Pemerintahan, Negara Kesatuan Republik Indonesia
dibagi atas daerah-daerah provinsi dan daerah provinsi terdiri atas daerah-daerah kabupaten dan
kota. Tiap daerah-daerah tersebut mempunyai hak dan kewajiban mengatur dan mengurus sendiri
urusan pemerintahannya untuk meningkatkan penyelenggaraan dan pelayanan kepada
masyarakat. Untuk menyelenggarakan pemerintahan tersebut, daerah berhak mengenakan
pungutan biaya kepada masyarakat berupa pajak. Berdasarkan Undang-Undang Dasar Negara
Repulik Indonesia Tahun 1945 yang menempatkan perpajakan sebagai salah satu perwujudan
kenegaraan, ditegaskan bahwa penempatan beban kepada rakyat, seperti pajak dan pungutan lain
yang bersifat memaksa diatur dengan undang-undang.
Undang-undang No. 32 tahun 2004 tentang pemerintahan daerah dan Undang-undang
No. 33 tahun 2004 tentang perimbangan keuangan antara pemerintah pusat dan pemerintahan
daerah yang berlaku, memberikan dampak yang sangat luas terhadap perkembangan
pemerintahan di daerah. Pendapatan asli daerah sebagai sumber pendapatan dalam membiayai
pembangunan perlu dikelola dengan baik. Dalam hal ini dibutuhkan berbagai kebijakan yang
lebih komprehensif, efektif dan efisien dalam mengelolanya.
2. Rumusan Masalah
Dari uraian latar belakang diatas, dapat dikemukakan beberapa permasalahan sebagai berikut :

Mendefinisikan apa itu Pajak Kendaraan Bermotor dan Bea Balik Nama Kendaraan
Bermotor

Dasar Hukum Pajak Kendaraan Bermotor dan Bea Balik Nama Kendaraan Bermotor

Bagaimana dasar pengenaan Pajak Kendaraan Bermotor?

Siapa subjek, dan apa objek dari Pajak Kendaraan Bermotor?

Dasar perhitungan dan tarif Pajak Kendaraan Bermotor dan Bea Balik Nama Kendaraan
Bermotor.

3. Tujuan

1. Memberikan informasi kepada masyarakat seputar Pajak Kendaraan Bermotor dan Bea
Balik Nama Kendaraan Bermotor.

2. Memberikan informasi kepada masyarakat tentang perhitungan Pajak Kendaraan


Bermotor dan Bea Balik Nama Kendaraan Bermotor.

1
BAB II
PEMBAHASAN
1. Pengertian Pajak
Bagi suatu Negara, pajak memegang peranan yang penting yaitu sebagai sumber
penerimaan yang akan digunakan untuk membiayai kegiatan kegiatan pemerintahan dan
pembangunan serta sebagai alat regulasi. Sebagai regulasi pajak dipergunakan sebagai
redistribusi pendapatan, stabilitas ekonomi, realokasi sumber sumber ekonomi.
Menurut Rochmat Soemitro; dalam bukunya Pengantar singkat Hukum Pajak (Eresco
Bandung 1992); Pajak adalah gejala masyarakat, artinya pajak hanya ada dalam masyarakat.
Masyarakat adalah kumpulan manusia yang pada suatu waktu berkumpul untuk tujuan tertentu.
Masyarakat terdiri dari individu. Dan individu mempunyai hidup sendiri dan kepentingan
sendiri, yang dapat dibedakan dari hidup masyarakat dan kepentingan masyarakat. Namun
individu tidak mungkin hidup tanpa adanya masyarakat. Negara adalah masyarakat yang
mempunyai tujuan tertentu, kelangsungan hidup Negara berarti juga kelangsungan hidup
masyarakat dan kepentingan masyarakat. Untuk kelangsungan hidup masing-masing diperlukan
biaya. Biaya hidup individu menjadi beban dari individu yang bersangkutan, sedangkan biaya
hidup Negara adalah untuk kelangsungan hidup alat alat Negara, administrasi Negara, lembaga
lembaga Negara, dan seterusnya yang harus dibiayai dari penghasilan Negara.
Penghasilan Negara berasal dari rakyatnya melalui pungutan pajak dan atau dari hasil
kekayaan alam yang ada dalam Negara itu. Dua sumber tersebut merupakansumber yang sangat
penting bagi peneriman Negara, dan penghasilan itu untuk membiayai kepentingan umum yang
pada akhirnya juga mencakup kepentingan pribadi individu seperti kesehatan masyarakat,
pendidikan, kesejahteraan, dan lain sebagainya. Jadi dimana ada kepentingan masyarakat disitu
akan timbul pungutan pajak sehingga dapat dikatakan bahwa pajak adalah senyawa dengan
kepentingan umum.
Pungutan Pajak mengurangi penghasilan /kekayaan individu, tetapi sebaliknya
merupakan penghasilan masyarakat yang kemudian dikembalikan lagi kepada masyarakat
melalui pengeluaran pengeluaran rutin dan pengeluaran pembangunan yang akhirnya kembali
lagi kepada seluruh masyarakat, yang bermanfaat bagi rakyat, baik yang membayar pajak
maupun yang tidak membayar pajak.
Menurut Prof.Dr.Rochmat Soemitro,SH, dalam bukunya Dasar Dasar Hukum Pajak dan
Pajak Pendapatan, (Waluyo & Illyar Wirawan.B; Perpajakan Indonesia, Jakarta : Salemba
Empat, Jakarta, 2003, hal 4) memberikan definisi pajak sebagai berikut : Pajak adalah iuran
rakyat kepada kas negara berdasarkan Undang Undang ( yang dapat dipaksakan ) dengan tidak
mendapat jasa timbal balik ( kontra prestasi ), yang langsung dapat ditunjukkan dan yang
digunakan untuk pengeluaran umum Dan penjelasannya sebagai berikut : Dapat dipaksakan
artinya : bila utang pajak tidak dibayar, utang itu dapat ditagih dengan menggunakan kekerasan,

2
seperti surat paksa dan sita, dan juga penyanderaan, terhadap pembayaran pajak tidak dapat
ditunjukkan jasa timbal balik tertentu, seperti halnya dengan retribusi.
Pengertian Pajak menurut Undang Undang Nomor 28 Tahun 2007 Tentang Perubahan
ketiga atas Undang Undang Nomor 6 Tahun 1993 Tentang Ketentuan Umum dan Tata Cara
Perpajakan, adalah : Pajak adalah kontribusi wajib kepada Negara yang terutang oleh pribadi
atau badan yang bersifat memaksa berdasarkan Undang Undang, dengan tidak mendapatkan
imbalan secara langsung dan digunakan untuk keperluan Negara bagi sebesar besarnya
kemakmuran rakyat. Pajak Daerah menurut Undang Undang Nomor 34 Tahun 2000 adalah
iuran wajib yang dilakukan oleh orang pribadi atau badan kepada Daerah, tanpa imbalan
langsung yang seimbang, yang dapat dipaksakan berdasarkan peraturan perundangundangan
yang berlaku, yang digunakan untuk membiayai penyelenggaraan Pemerintahan Daerah dan
Pembangunan Daerah.
Dari beberapa pengertian tentang definisi Pajak sebagaimana tersebut diatas, maka dapat
disimpulkan bahwa Pajak merupakan :

a. Iuran atau kontribusi ( di dalam Undang Undang lebih ditekankan pada istilah peran
serta yang dapat dipaksakan berdasarkan peraturan yang berakibat adanya sanksi.
b. Yang dipungut oleh Pemerintah Pusat; Pemerintah Daerah Provinsi ; Pemerintah Daerah
Kabupaten / Kota, yang tidak mendapatkan imbalan secara langsung.
c. Yang oleh Pemerintah Pusat; Pemerintah Daerah Provinsi ataupun Pemerintah Kabupaten
/ Kota; dipergunakan untuk membiayai pengeluaran dalam penyelenggaraan negara /
pemerintahan.
2. Pengertian Pajak Kendaraan Bermotor (PKB)
Pajak Kendaraan Bermotor adalah pajak atas kepemilikan dan/atau penguasaan
kendaraan bermotor.
Istilah-istilah umum (PERDA Nomor 4 Tahun 2003)
1. Kendaraan Bermotor adalah semua kendaraan beroda dua atau lebih beserta
gandengannya yang digunakan di semua jenis jalan darat, dan digerakkan oleh
peralatan teknik berupa motor atau peralatan lainnya yang berfungsi untuk mengubah
suatu sumber daya energi tertentu menjadi tenaga gerak kendaraan bermotor yang
bersangkutan, termasuk alat-alat berat dan alat-alat besar yang bergerak.
2. Kendaraan Bermotor Umum adalah setiap kendaraan bermotor yang dipergunakan untuk
pelayanan angkutan umum penumpang maupun barang yang dipungut bayaran dengan
menggunakan Tanda Nomor Kendaraan Bermotor plat dasar kuning serta huruf dan
angka hitam.
3. Kendaraan Bermotor alat-alat berat atau alat-alat besar adalah alat-alat yang dapat
bergerak / berpindah tempat dan tidak melekat secara permanen.

3
4. Kepemilikan adalah hubungan hukum antara orang pribadi atau badan dengan kendaraan
bermotor yang namanya tercantum di dalam bukti kepemilikan atau dokumen yang sah
termasuk Buku Pemilikan Kendaraan Bermotor (BPKB).
5. Penguasaan adalah penggunaan dan atau penguasaan fisik kendaraan bermotor oleh
orang pribadi atau badan dengan bukti penguasaan yang sah menurut ketentuan
perundangan yang berlaku.
2.1.Dasar Hukum Pemungutan PKB
Pemungutan PKB di Indonesia saat ini didasarkan pada dasar hukum yang jelas dan kuat
sehingga harus dipatuhi oleh masyarakat dan pihak yang terkait. Dasar hukum pemungutan PKB
pada suatu provinsi adalah sebagai berikut:

1. Undang-Undang Nomor 34 Tahun 2000 yang merupakan perubahan atas Undang-


Undang Nomor 18 Tahun 1997 tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah
2. Peraturan Pemerintah Nomor 65 Tahun 2001 tentang Pajak Daerah
3. Peraturan daerah provinsi yang mengatur tentang PKB. Peraturan daerah ini dapat
menyatu, yaitu satu peraturan daerah untuk PKB, tetapi dapat juga dibuat secara terpisah
misalnya Peraturan Daerah tentang PKB.
4. Keputusan gubernur yang mengatur tentang PKB sebagai aturan pelaksanaan peraturan
daerah tentang PKB pada provinsi dimaksud. Sebagaimana poin 3 di atas, keputusan
gubernur yang mengatur tentang PKB dapat dibuat menyatu, yaitu suatu keputusan
gubernur untuk PKB, tetapi dapat juga dibuat secara terpisah misalnya Keputusan
Gubernur tentang PKB.
2.2.Dasar Pengenaan Pajak Kendaraan Bermotor
Dasar pengenaan Pajak Kendaraan Bermotor adalah hasil perkalian dari 2 (dua) unsur
pokok:
a. Nilai Jual Kendaraan Bermotor
b. Bobot yang mencerminkan secara relatif tingkat kerusakan jalan dan/atau pencemaran
lingkungan akibat penggunaan Kendaraan Bermotor. Bobot ini dinyatakan dalam
koefisien yang nilainya 1 (satu) atau lebih besar dari 1 (satu), dengan pengertian sebagai,
koefisien sama dengan 1 (satu) berarti kerusakan jalan dan/atau pencemaran lingkungan
oleh penggunaan Kendaraan Bermotor tersebut dianggap masih dalam batas toleransi,
dan koefisien lebih besar dari 1 (satu) berarti penggunaan Kendaraan Bermotor tersebut
dianggap melewati batas toleransi.
Bobot ini dihitung berdasarkan faktor-faktor :
a. Tekanan gandar, yang dibedakan atas dasar jumlah sumbu/as, roda, dan berat Kendaraan
Bermotor.
b. Jenis bahan bakar Kendaraan Bermotor yang dibedakan menurut solar, bensin, gas, listrik,
tenaga surya, atau jenis bahan bakar lainnya.

4
c. Jenis, penggunaan, tahun pembuatan, dan ciri-ciri mesin Kendaraan Bermotor yang
dibedakan berdasarkan jenis mesin 2 tak atau 4 tak, dan isi silinder.

Khusus untuk Kendaraan Bermotor yang digunakan di luar jalan umum, dasar pengenaan
pajak kendaraan bermotor hanyalah nilai jual kendaraan bermotor. nilai jual kendaraan bermotor
ditentukan berdasarkan harga pasaran umum atas suatu kendaraan bermotor. Penghitungan dasar
pengenaan Pajak Kendaraan Bermotor ditinjau kembali setiap tahun. Pemungutan Pajak
Kendaraan Bermotor dilakukan oleh Pemerintah Provinsi (melalui Samsat) bersamaan dengan
penerbitan Surat Tanda Nomor Kendaraan Bermotor (STNK). Pajak Kendaraan Bermotor
dikenakan untuk Masa Pajak 12 (dua belas) bulan berturut-turut terhitung mulai saat pendaftaran
Kendaraan Bermotor yang dibayar sekaligus di muka.

2.3.Objek Pajak
Yang menjadi objek PKB adalah kepemilikan dan/atau penguasaan kendaraan bermotor.
Dikecualikan sebagai objek pajak PKB adalah kepemilikan dan/atau penguasaan kendaraan
bermotor oleh :
1. Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah.
2. Kedutaan, konsulat, perwakilan negara asing, dan perwakilan lembaga-lembaga
internasional dengan azas timbal balik.
3. Pabrikan atau importir yang semata-mata disediakan untuk dipamerkan atau tidak untuk
dijual.

2.4. Subjek Pajak


Yang menjadi subjek PKB adalah Orang pribadi atau Badan yang memiliki dan/atau
menguasai kendaraan bermotor.
2.5.Tarif PKB
Peraturan Gubernur Jawa Barat nomor : 68 tahun 2011 menetapkan tarif PKB, sebagai
berikut:

1. Tarif PKB pribadi ditetapkan sebagai berikut :


a. untuk kepemilikan Kendaraan Bermotor pertama, sebesar 1,75% (satu koma tujuh lima
persen).
b. untuk kepemilikan Kendaraan Bermotor roda 4 (empat) kedua dan seterusnya didasarkan
atas nama dan alamat yang sama sesuai tanda pengenal diri, ditetapkan secara progresif
sebagai berikut :
1. PKB kepemilikan kedua, sebesar 2,25 %
2. PKB kepemilikan ketiga, sebesar 2,75 %
3. PKB kepemilikan keempat, sebesar 3,25 %

5
4. PKB kepemilikan kelima dan seterusnya, sebesar 3,75 %
c. untuk kepemilikan Kendaraan Bermotor roda 2 (dua) atau roda 3 (tiga) kedua dan
seterusnya, didasarkan atas nama dan alamat yang sama sesuai tanda pengenal diri,
ditetapkan secara progresif sebagai berikut:
1. PKB kepemilikan kedua, sebesar 2,25 %
2. PKB kepemilikan ketiga, sebesar 2,75 %
3. PKB kepemilikan keempat, sebesar 3,25 %
4. PKB kepemilikan kelima dan seterusnya, sebesar 3,75 %

2. Penerapan tarif PKB progresif tidak berlaku bagi Kendaraan Bukan Umum yang dimiliki
oleh Badan, Pemerintah/Pemerintah Daerah/TNI/ Polri dan kendaraan umum.
3. Tarif PKB angkutan umum ditetapkan sebesar 1% (satu persen).
4. Tarif PKB ambulans, pemadam kebakaran, sosial keagamaan, lembaga sosial dan
keagamaan ditetapkan sebesar 0,5 % (nol koma lima persen).
5. Tarif PKB Pemerintah/Pemerintah Daerah/TNI/Polri ditetapkan sebesar 0,5 % (nol koma
lima persen).
6. Tarif PKB alat-alat berat dan alat-alat besar ditetapkan sebesar 0,2 % (nol koma dua
persen).
7. Tarif PKB adalah sebagai berikut :
a. 1,75% (satu koma tujuh puluh lima persen) untuk kendaraan bermotor bukan umum;
b. untuk kepemilikan Kendaraan Bermotor roda 4 (empat) kedua dan seterusnya didasarkan
atas nama dan alamat yang sama sesuai tanda pengenal diri, ditetapkan secara progresif
sebagai berikut :
1. PKB kepemilikan kedua, sebesar 2,25 %
2. PKB kepemilikan ketiga, sebesar 2,75 %
3. PKB kepemilikan keempat, sebesar 3,25 %
4. PKB kepemilikan kelima dan seterusnya, sebesar 3,75 %
c. untuk kepemilikan Kendaraan Bermotor roda 2 (dua) atau roda 3 (tiga) kedua dan
seterusnya, didasarkan atas nama dan alamat yang sama sesuai tanda pengenal diri,
ditetapkan secara progresif sebagai berikut:
1. PKB kepemilikan kedua, sebesar 2,25 %
2. PKB kepemilikan ketiga, sebesar 2,75 %
3. PKB kepemilikan keempat, sebesar 3,25 %
4. PKB kepemilikan kelima dan seterusnya, sebesar 3,75 %
5. Penerapan tarif PKB progresif tidak berlaku bagi Kendaraan Bukan Umum yang dimiliki
oleh Badan, Pemerintah/Pemerintah Daerah/TNI/ Polri dan kendaraan umum.

6
2.6.Jumlah PKB Terutang
PKB terutang = Tarif x DPP

a. Kendaraan Bermotor Bukan Umum


- Tarif x Dasar Pengenaan PKB x 100%

b. Kendaraan Bermotor untuk umum / Plat Kuning diberikan keringanan sebesar 40%
- Tarif x Dasar Pengenaan PKB x 60%
Masa dan Saat PKB Terutang
1. Pajak kendaraan bermotor dikenakan untuk masa pajak 12 (dua belas) bulan berturut-turut
sejak saat pendaftaran kendaraan bermotor dimulai.

2. PKB dibayar sekaligus dimuka.


2.7. Pembayaran Pajak Kendaraan Bermotor
PKB terutang harus dilunasi atau dibayar sekaligus di muka untuk masa dua belas bulan. PKB
dilunasi selambat-lambatnya tiga puluh hari sejak diterbitkan SKPD, SKPDKB, SKPDKBT,
STPD, Surat Keputusan pembetulan, Surat Keputusan Keberatan, dan putusan banding yang
menyebabkan jumlah pajak yang harus dibayar bertambah. Pembayaran PKB yang terutang
dilakukan ke kas daerah bank, atau tempat lain yang ditunjuk oleh gubernur, dengan
menggunakan surat setoran pajak daerah (SSPD). Apabila pembayaran pajak dilakukan di tempat
lain yang ditunjuk, hasil penerimaan pajak harus disetor ke kas daerah paling lambat 1x 24 jam
atau dalam waktu yang ditentukan oleh gubernur. Apabila tanggal jatuh tempo pembayaran pada
hari libur, pembayaran dilakukan pada hari kerja berikutnya.
Wajib pajak yang melakukan pembayaran pajak diberikan tanda bukti pelunasan atau
pembayaran pajak dan penning harus ditempelkan pada tanda nomor kendaraan sebelah depan
dan belakang. Bentuk, isi, kualitas, dan ukuran tanda pelunasan pajak dan penning ditetapkan
oleh Mentri Dalam Negri.

Wajib pajak yang terlambat melakukan pembayaran pajak akan dikenakan sanksi, yaitu:
a) Keterlambatan pembayaran pajak yang melampaui saat jatuh tempo yang ditetapkan dalam
SKPD, dikenakan sanksi administrasi berupa denda sebesar 25% dari pokok pajak, dan
b) Keterlambatan pembayaran pajak sebagaimana ditetapkan dalam SKPD yang melampaui
lima belas hari setelah jatuh tempo dikenakan sanksi administrasi sebesar 2% sebulan dihitung
dari pajak yang kurang atau terlambat dibayar untuk jangka waktu paling lama 24 bulan dihitung
sejak saat terhutangnya pajak
Dalam keadaan tertentu gubernur atau pejabat yang ditunjuk dapat memberikan
persetujuan kepada wajib pajak untuk mengangsur pembayaran PKB terutang dalam kurung
waktu tertentu setelah memenuhi persyaratan yang ditentukan. Pembayaran persetujuan untuk
mengangsur pembayaran pajak diberikan atas permohonan wajib pajak. Angsuran pembayaran

7
pajak yg terutang harus dilakukan secara teratur dan berturut-turut dengan dikenakan bunga
sebesar 2% sebulan dari jumlah pajak yang belum atau kurang dibayar. Selain memberikan
persetujuan mengangsur pembayaran pajak, gubernur atau pejabat yang ditunjuk dapat
memberikan persetujuan kepada wajib pajak untuk menunda pembayaran pajak terutang dalam
kurun waktu tertentu setelah memenuhi persyaratan yang ditentukan.

Pemberian persetujuan untuk menunda pembayaran pajak diberikan atas permohonan


wajib pajak, dengan dikenakan bunga sebesar 2% sebulan dari jumlah pajak yang belum atau
kurang dibayar. Persyaratan untuk dapat mengangsur atau menunda pembayaran pajak serta tata
cara pembayaran angsuran ditetapkan dengan keputusan gubernur.
2.8.Pemberian Sanksi Terhadap Keterlambatan Pembayaran
Denda yang dikenakan karena keterlambatan pembayaran pajak yaitu denda atas Pajak
Kendaraan Bermotor dan denda atas SWDKLLJ. Kedua hal tersebut yang sebenarnya harus
wajib pajak bayar tiap tahun. Apabila terlambat membayar 2 kategori pajak tersebut maka akan
dikenakan denda yang cara perhitungannya sebagai berikut:
1. Denda atas PKB, denda PKB adalah 25% dalam 1 tahun, apabila motor/mobil wajib pajak
terlambat baru dalam 3 bulan maka cara perhitungannya: PKB x 25% x (3/12), kalau 6 bulan,
PKB x 25% x (6/12), dan seterusnya.
2. Denda atas SWDKLLJ ini akan terlihat sama antara terlambat 3 hari atau 1 tahun. Untuk
Mobil ditetapkan dendanya sebesar 100.000,- sedangkan Motor dendanya sebesar 32.000.
Dengan catatan, denda PKB dihitung per tahun dan bulan tidak ditotalkan menjadi berapa bulan,
sedangkan untuk sanksi SWDKLLJ dihitung per tahun.

Contoh Perhitungan PKB+Denda


a. Pak Lanang karena sedang tugas konferensi di Hongkong telah terlambat membayar
pajak sepeda motornya selama 3 bulan, maka denda yang dan pajak yang harus dibayar
adalah sebagai berikut : Pembayaran wajib untuk Pajak Kendaraan Bermotor (PKB)
adalah Rp250.000 Pembayaran wajib SWDKLLJ adalah Rp80.000 + denda Rp32.000 =
Rp112.000 Sehingga yang harus dibayarkan, yaitu Rp250.000 + Rp112.000 + Rp15.625
adalah Rp377.625
b. Ibu Heriyati telah terlambat membayar pajak mobil Fortunernya selama 6 bulan dari
masa berlakunya. Pembayaran Pajak Kendaraan (PKB) Rp 3.000.000 dan untuk
SWDKLLJ sebesar Rp200.000. Maka penghitungan dendanya adalah sebagai berikut: Rp
3.000.000 x 25% x (6/12) = Rp375.000
Denda SWDKLLJ Rp100.000 Sehingga Total yang harus dibayar Rp3.000.000 +
Rp200.000 + Rp375.000 + Rp100.000 = Rp3.675.000

8
2.9. Penagihan Pajak Kendaraan Bermotor
Jika pajak yang terutang tidak dilunasi setelah jatuh tempo pembayaran, gurbenur atau
pejabat yang ditunjuk akan melakukan tindakan penagihan pajak. Penagihan pajak dilakukan
terhadap pajak terutang dalam SKPD, SKPDKB, SKPDKBT, STPD, Surat Keputusan
pembetulan, Surat Keputusan Keberatan, dan putusan banding yang menyebabkan jumlah pajak
yang harus dibayar bertambah. Penagihan pajak dilakukan dengan terlebih dahulu memberikan
surat teguran atau surat peringatan atau surat lain yang sejenis sebagai awal tindakan penagihan
pajak. Surat teguran atau peringatan dikeluarkan tujuh hari saat jatuh tempo pembayaran pajak
dan dikeluarkan oleh pejabat yang ditunjuk oleh gubernur. Dalam jangka 7 hari sejak surat
teguran dan peringatan atau surat lain yang sejenis diterima, wajib pajak wajib melunasi pajak
yang terhutang.
Selanjutnya, bila jumlah pajak terhutang yang masih harus di bayar tidak di lunasi jangka
waktu yang ditentukan dalam surat teguran atau peringatan ataupun surat lain yang sejenis, akan
ditangih dengan surat paksa. Tindakan penarikan pajak dengan surat paksa dapat dilanjutkan
dengan penyitaan, pelelangan, pencegahan, dan penyanderaan jika wajib pajak tidak mau
melunasi utang pajaknya sebagaimana mestinya. Terakhir apabila dilakukan penyitaan dan
pelelangan barang milik wajib pajak yang disita, pemerintah kabupaten atau kota diberi hak
mendahulu untuk tagihan pajak atau barang-barang milik wajib pajak atau penganggung pajak.
Ketentuan hak mendahulu meliputi pokok pajak, sanksi administrasi berupa kenaikan, bunga,
denda, dan biaya penagihan pajak. Adanya ketentuan tentang hak mendahulu ini untuk
memberikan jaminan kepada daerah pelunasan utang pajak daerah bila pada saat yang bersamaan
wajib pajak memiliki utang pajak dan juga utang atau kewajiban perdata kepada kreditur lainnya,
sementara wajib pajak tidak mampu melunasi utangnya sehingga dikatakan pailit. Selain itu,
dalam kondisi tertentu gubernur akan melakukan penagihan pajak tanpa menunggu batas waktu
pembayaran PKB yang ditetapkan gubernur berakhir. Hal ini dikenal sebagai penagihan pajak
seketika dan sekaligus.

9
BAB III
PENUTUP
1. Simpulan
Dalam hal penerapan tarif progresif terhadap kendaraan bermotor milik pribadi,
Pemerintah Provinsi Jawa Barat telah memberlakukan Perda Nomor 13 Tahun 2011 yang
pelaksanaannya dimulai pada tanggal 2 Januari 2012 di Provinsi Jawa Barat sebagai dasar
pemungutan tarif progresif terhadap kendaraan bermotor milik pribadi. Penerapan tarif progresif
terhadap kendaraan bermotor milik pribadi, memiliki kontribusi terhadap peningkatan tertib
administrasi kepemilikan dan peningkatan Pendapatan Asli Daerah dengan banyaknya pemilik
yang mendaftarkan kendaraan yang dimilikinya agar sesuai dengan nama dan alamat yang sama.
Kendala-kendala yang dihadapi oleh Dispenda Provinsi Jawa Barat adalah permasalahan
penentuan urutan kepemilikan dan belum ada standar penulisan nama dan alamat serta sosialisasi
yang kurang menyeluruh kepada masyarakat yang mengakibatkan banyaknya masyarakat yang
belum memahami mengenai tarif progresif tersebut.
Upaya yang dilakukan guna penerapan tarif pajak progresif terhadap kendaraan bermotor
milik pribadi yaitu Pemerintah Daerah telah memberlakukan Peraturan Gubernur untuk
kendaraan yang akan dibaliknama dengan gratis dalam jangka waktu 6 bulan semenjak tanggal
ditetapkannya tarif progresif.
Upaya yang dilakukan juga dengan adanya kemudahan pembayaran dengan sistem online
dan melakukan penyederhanaan prosedur dan pelayanan yang dapat memudahkan wajib pajak
dalam membayar pajak.

2. Saran
Berkaitan dengan Penerapan Pajak Progresif terhadap Wajib Pajak Kendaraan Bermotor,
diharapkan masyarakat yang membeli kendaraan bermotor, baik mobil maupun sepeda motor,
untuk segera melakukan balik nama kendaraan bermotor agar pemilik kendaraan sebelumnya
tidak dikenai pajak progresif terhadap kendaraan bermotor yang tidak dimilikinya lagi.

10
BAB IV
DAFTAR PUSTAKA

http://id.wikipedia.org/wiki/Pajak
http://www.tempo.co/topik/masalah/341/Pajak-Kendaraan-Bermotortempobr147
http://www.jdih.setjen.kemendagri.go.id/files/KOTA_BANDUNG_20_2011.pdf
http://pajakonline.com
Biro Jasa "Praktis Amanah Service": Perhitungan denda pajak STNK Motor / Mobi
http:// ridertuaMotorcycleblogspot.com
Denda Telat Bayar Pajak Sepeda Motor | Cookies Media
MENGHITUNG PAJAK KENDARAAN BERMOTOR - Free PDF Articles

11

You might also like