You are on page 1of 5

PENDAHULUAN

1. Motivasi
a. Pengertian Motivasi
Motivasi adalah proses dimana kebutuhan-kebutuhan mendorong seseorang
untuk melakukan serangkaian kegiatan yang mengarah ke tercapainya tujuan
tertentu. Jadi, dapat disimpulkan bahwa motivasi adalah keadaan psikologis dan
fisioligis yang terdapat dalam diri seseorang yang mendorongnya melakukan suatu
gerakan atau perbuatan untuk mencapai suatu tujuan (kebutuhan).
b. Teori-teori Motivasi
1. Teori Maslow (Teori Hierarki Maslow) yang terdiri dari :
- Kebutuhan fisiologikal seperti kebutuhan untuk makanan dan minuman,
kebutuhan akan udara segar (oksigen).
- Kebutuhan rasa aman seperti dilindungi dari bahaya dan ancaman fisik.
- Kebutuhan sosial seperti memberi dan menerima persahabatan, cinta kasih,
rasa memiliki (belonging).
- Kebutuhan harga diri seperti harga diri, kepercayaan diri, otonomi, dan
kompetensi, kebutuhan untuk dikenali dan diakui (recognition), dan status.
- Kebutuhan aktualisasi diri seperti melakukan pekerjaan sesuai dengan
kemampuan yang dirasakan dimiliki.
2. Teori dua faktor yaitu menurut frederick Herzberk hubungan individu dengan
pekerjaannya merupakan hubungan dasar dan bahwa sikap seseorang terhadap
kerja sangat menentukan kesuksesan dan kegagalan individu itu, karena dalam
teori ini dikembangkan dua faktor motivasi bagi para karyawan yaitu faktor
yang membuat karyawan puas (faktor instrinsik) dan faktor yang membuat
karyawan tidak puas (faktor ekstrinsik).
3. Teori ERG Menurut Clayton Alderfer ada tiga kelompok kebutuhan inti yaitu :
eksistensi (exsistence), keterhubungan (relatedness) dan pertumbuhan
(growth).
4. Teori kebutuhan McCellend dikemukakan oleh David McClelland, teori
kebutuhan ini berfokus ada tiga kebutuhan prestasi, kekuasaan, dan pengakuan.
c. Sumber Motivasi
Motivasi dibagi menjadi dua bagian yaitu :
1. Motivasi intrinsik adalah motif-motif yang menjadi aktif atau berfungsinya
tidak perlu dirangsang dari luar, karena dalam setiap diri individu sudah ada
dorongan untuk melakukan sesuatu. Menurut Taufik (2007), faktor-faktor yang
mempengaruhi motivasi intrinsik yaitu, kebutuhan (need), harapan
(Expectancy), dan minat.
2. Motivasi ekstrinsik adalah motif-motif yang aktif dan berfungsi karena adanya
perangsang atau pengaruh dari orang lain sehingga seseorang berbuat sesuatu
(Djamarah, 2002). Menurut Taufik (2007), faktor-faktor yang mempengaruhi
motivasi ekstrinsik adalah dorongan keluarga, lingkungan, dan imbalan.

2. Tempat
Tempat (place) merupakan konsep yang rumit untuk di analisis. Hal ini
dikarenakan kompleksnya aspek-aspek dari suatu tempat. Namun demikian,
berdasarkan literatur-literatur yang ada secara luas dipahami bahwa tempat adalah
suatu ruang yang memiliki makna tertentu bagi penghuni atau penggunanya. Konsep
tempat (place) didasarkan pada interaksi antara seseorang, seting fisik, dan aktivitas
yang terjadi pada lokasi tersebut (Ruback, Pandey & Kohli, 2008; Smaldone, Harris &
Sanyal,). Beberapa tempat dianggap lebih penting dibanding tempat lain karena atribut
atribut fisik yang dimilikinya dan karena jenis-jenis aktivitas yang terjadi pada tempat
tersebut (dalam Ernawati, 2011).
Belakangan ini, seorang sosiolog Inggris yang berusaha meganalisis peranan
tempat ke dalam ilmu-ilmu sosial adalah Anthony Giddens dengan teori strukturasi
(structuration) dalam karyanya The Constitution of Society (1984), dimana locale
menjadi kata kuncinya. Pengertian locale adalah situasi di mana interaksi sosial terjadi,
dan karena semua interaksi memerlukan orang-orang yang terlibat serta hadir di waktu
dan tempat tertentu, maka locale sering merupakan tempat. Pada intinya, locale adalah
wilayah penting di mana interaksi berlangsung dan identitas kelompok berkembang.

PEMBAHASAN
Fishbein dan Ajzen, Weidemann dan Anderson (1985) dan De Jong dan Fawcet
(1981) dalam Anward (2010) menyatakan bahwa respon konasi terhadap tempat
tinggal adalah intensi perilaku atau motivasi yang merupakan dorongan pada diri
individu untuk mencapai tujuan tertentu melalui perilaku sehubungan dengan tempat
tinggal. Marans dan Rodgers (1975) mempostulatkan bahwa kepuasaan terhadap
tempat tinggal antara lain tergantung pada karakter sosiodemografis individu, seperti
jenis kelamin, usia, dan status sosial ekonomi. Strumse (1996) menunjukkan adanya
perbedaan antara wanita dan pria dalam prefensi terhadap landskap. Dibandingkan
pria, wanita lebih mendasarkan prefensi tempat tinggal mereka pada hal-hal yang
berhubungan dengan keamanan, rasa saling memiliki, dan ketidakpuasan terhadap
peran domestik (Smith, 1994). Hal ini pun dapat dikaitkan dengan teori motivasi dari
Maslow yaitu seseorang termotivasi karena untuk memenuhi kebutuhannya seperti
kebutuhan fisiologis, kebutuhan rasa aman, kebutuhan rasa saling memiliki, kebutuhan
akan diakui di lingkungan, dan kebutuhan aktualisasi diri. Jika ditempat ia tinggal dapat
memenuhi semua kebutuhan tersebut, maka motivasi ia akan menetap di tempat
tersebut juga semakin tinggi. Hal ini sesuai dengan teori yang di kemukakan dalam
Anward (2010) motivasi ini memungkinkan individu untuk memilih bilamana memang
tersedia pilihan-apakah terus menetap atau pindah tempat tinggal. Semua itu tergantung
pada seberapa jauh motivasi terhadap tempat tinggal dianggap terpenuhi oleh individu
selama mereka menetap ditempat tersebut. Semua ini menunjukkan bahwa motivasi
pada tempat tinggal menentukan preferensi, kepuasan dan kelekatan pada tempat
tinggal.
Perilaku individu sehubungan dengan tempat tinggal, selain ditentukan oleh
atribut objektif tempat tinggal yang berada diluar diri individu, juga dapat berkaitan
dengan hal-hal yang terjadi atau ada pada diri individu itu sendiri. Karakteristik
kepribadian yang relevan dalam hal ini adalah lokus kontrol. Lokus kontrol adalah
faktor yang menentukan apakah individu cenderung lebih dipengaruhi oleh atribut
objektif tempat tinggal (fisik dan sosial) atau pada hal-hal yang berasal dari individu
sendiri dalam merasakan dan menilai kehidupan atau kegagalan dan kesuksesannya
tinggal ditempat tersebut. Dengan kata lain, lokus kontrol dapat diasumsikan sebagai
karakteristik kepribadian yang akan menentukan motivasi, prefensi, kepuasan, dan
kelekatan individu terhadap tempat tinggal. Anward (2003) menunjukkan bahwa lokus
kontrol mempunyai peranan yang signifikan terhadap kepuasaan individu terhadap
tempat tinggal.
Selain dari respon konasi, respon yang mempengaruhi kelekatan seseorang di
suatu tempat dapat dipengaruhi oleh respon afeksi dan respon kognisi. Respon afeksi
dapat dilihat dari tingkat kepuasaan terhadap tempat tersebut. Kepuasan merupakan
salah satu bentuk evaluasi terhadap tempat tinggal yang sering dikemukakan dengan
perasaan senang-tidak senang atau nyaman-tidak nyaman terhadap atribut objektif
tempat tinggal itu. Selain itu, respon afeksi terhadap tempat tinggal ditentukan oleh
persepsi, keyakinan, atau pandangan terhadap tempat tersebut. Persepsi, keyakinan,
dan pandangan terhadap tempat tinggal adalah respon kognisi terhadap tempat tinggal
yang berupa lebih baik-buruk atau lebih tinggi-rendah.

KESIMPULAN
Motivasi adalah suatu dorongan yang ada dalam diri individu baik berasal dari
dalam dirinya sendiri atau dari luar dirinya yang mendorong ia untuk mencapai suatu
tujuan tertentu yang merupakan aspek konasi didalam suatu tempat. Tempat (place)
didasarkan pada interaksi antara seseorang, seting fisik, dan aktivitas yang terjadi pada
lokasi tersebut. Beberapa tempat dianggap lebih penting dibanding tempat lain karena
atribut atribut fisik yang dimilikinya dan karena jenis-jenis aktivitas yang terjadi pada
tempat tersebut. Hal ini menunjukkan bahwa seseorang termotivasi untuk tetap tinggal
atau berpindah dari tempat ia berada tergantung dari sejauh mana kemampuan tempat
tersebut dapat memenuhi segala kebutuhan individu. Sehingga dapat disimpulkan
bahwa motivasi pada tempat tinggal menentukan preferensi, kepuasan dan kelekatan
pada tempat tinggal.
DAFTAR PUSTAKA
Anward, H, H. 2010. Karakteristik dan Respon Individu terhadap Tempat Tinggal.
Banjarbaru: Program Studi Psikologi Fakultas Kedokteran Universitas
Lambung Mangkurat.
Djamarah, Syaiful Bahri. 2011. Psikologi Belajar. Jakarta: Rineka Cipta

Ernawati, Jenny. (2011). Faktor-Faktor Pembentuk Identitas Suatu Tempat. Jurnal


Fakultas Teknik Universitas Brawijaya. Volume III, Nomor 2, Hal 01 - 09,
April 2011.

You might also like