You are on page 1of 19

PROPOSAL

PENGARUH SUPPORT GROUP TERHADAP KUALITAS


HIDUP PASIEN KANKER PAYUDARA

OLEH :

HARIS
22120160032

PROGRAM STUDI MAGISTER KEPERAWATAN


PEMINATAN KEPERAWATAN KOMUNITAS
FAKULTAS KEPERAWATAN
UNIVERSITAS PADJAJARAN
BANDUNG
2017

0
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Penelitian

Kanker menjadi beban kesehatan saat ini, jumlah penderitanya terus

bertambah secara global. Pada Tahun 2012, Globocan yang fokus pada angka

insidensi kanker dan International Agency for Research on Cancer (IARC)

yang fokus mortalitas kanker menunjukkan data bahwa kasus baru kanker

dalam setiap tahunnya sebesar 14.1 juta dan akan terus bertambah menjadi

21.6 juta pada tahun 2030. Kanker menyebabkan sekitar 8.2 juta kematian

dalam setiap tahun sekaligus menjadi penyebab kematian kedua di dunia. Pada

laki-laki penyebab kematian terbesar adalah kanker paru-paru sementara pada

wanita adalah kanker payudara. 75% penderita kanker di dunia ditemukan di

negara dengan penghasilan rendah dan menengah. Angka kanker yang terus

meningkat dan tingginya angka kematian dipicu oleh faktor resiko seperti

penggunaan tembakau, obesitas, aktifitas fisik yang kurang dan adanya faktor

infeksi (Torre et al, 2015; WHO, 2017)

Kanker payudara menjadi permasalahan kesehatan wanita saat ini.

Perkembangan kanker payudara begitu cepat. Pada tahun 2012 diperkirakan

terdapat 1.7 juta pasien baru kanker payudara di seluruh dunia. Angka

insidensi kanker payudara secara global adalah 39.0 sampai dengan 43.3

sementara angka kematian kanker payudara adalah 12.5 sampai dengan 12.9

(Advanced Breast Cancer Conference, 2015).

1
Di Indonesia kanker juga merupakan masalah yang terus mendapatkan

perhatian. Berdasarkan hasil Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) tahun 2013

menunjukkan angka kanker secara nasional adalah 1.4 atau 347.792 orang.

Prevalensi kanker tertinggi adalah kanker serviks yaitu sebesar 0.8

kemudian kanker payudara yaitu sebesar 0.5 sementara kanker prostat

sebesar 0.2. Penderita kanker payudara diperkirakan terdapat 61.682

penderita dan merupakan jumlah penderita kanker kedua tertinggi setelah

kanker serviks di Indonesia. Daerah Istimewa Yogjakarta merupakan propinsi

dengan prevalensi tertinggi kanker payudara yaitu 2.4 sementara

prevalensi kanker payudara di Jawa barat adalah 0.3 atau berada di bawah

prevalensi kanker payudara secara nasional (Kemenkes, 2016).

Pengobatan kanker payudara bergantung pada stadium yang dialami

penderita. Pengobatan bisa dilakukan melalui pembedahan, radiasi dan

kemoterapi. Apabila kanker payudara diobati saat stadium awal maka dapat

berdampak positif pada proses penyembuhan dan waktu menjalankan radiasi

lebih singkat. Di sisi lain pengobatan kanker payudara tetap

mempertimbangkan kondisi klinis pasien seperti tingkat keparahan penyakit,

faktor host, preferensi pasien termasuk kendala sosial ekonomi yang dihadapi

pasien (Goldhirsch, 2013)

Pada umumnya pengobatan pasien kanker payudara membutuhkan

waktu yang cukup lama, kondisi ini memberikan dampak pada kualitas hidup

pasien. Kualitas hidup pasien kanker payudara dapat berkaitan dengan faktor

fatigue atau kelelahan, siklus pengobatan yang dijalani, dimana pada siklus

2
awal kedua pengobatan menunjukkan kualitas hidup pasien kanker payudara

yang rendah sementara pasien kanker payudara yang menjalani siklus

pengobatan kelima menunjukkan kualitas hidup yang lebih baik. Pemilihan

pengobatan medis dan pengobatan alternatif untuk kanker payudara juga

mempengaruhi kualitas hidup pasien kanker payudara. Pengobatan medis

berhubungan dengan kualitas hidup yang lebih baik serta pengobatan medis

yang juga menjalani pengobatan herbal berhubungan dengan kualitas hidup

pasien kanker payudara (Ardebil et al., 2013; Nurhasanah, 2014; Irawan,

2017).

Hasil penelitian kualitatif Rahayuwati et al. (2016) dalam melihat

fenomena pemilihan pengobatan dari sudut pandang pasien kanker payudara

dan pemberi pelayanan profesional. Tema yang muncul dari sudut pandang

pasien adalah pengobatan alternatif merupakan pilihan awal ketika pasien

merasakan gejala kanker payudara kemudian melakukan pengobatan

konvensional bila pengobatan alternatif tidak memberikan perubahan

sementara bagi pemberi pelayanan kesehatan menganggap bahwa pengobatan

konsensional adalah yang terbaik untuk pengobatan kanker payudara. Tujuan

pemilihan pengobatan sejak tanda dan gejala dirasakan pasien bertujuan untuk

meningkatkan kualitas hidup (Rahayuwati et al., 2016).

Beberapa aspek yang terdapat dalam kualitas hidup pasien kanker

payudara. Penelitian Ferrel et al. dalam Copra dan Kamall (2012)

mengeksplorasi beberapa aspek kualitas hidup pasien kanker payudara dan

ditemukan empat aspek yaitu fisik, psikologis, sosial dan kesejahteraan

3
spritual. Domain aspek fisik antara lain: kondisi yang dirasakan dalam

perubahan menstruasi dan fertilitas, fatigue dan nyeri. Domain kesejahteraan

psikologis antara lain: rasa takut karena penyakit yang dialami, rasa tertekan

saat menjalani operasi, ketakukan akan mengalami kanker yang lain,

gangguan konsep diri dan ketakutan akan masa depan. Domain Sosial antara

lain: perubahan dalam keluarga akibat gangguan dan tekanan yang dirasakan

sementara untuk domain spritual antara lain: merasakan ketidakpastian dan

kemampuan dalam melaksanakan kegiatan keagamaan (Copra & Kamal,

2012; Maly, et al., 2015)

Melihat beberapa domain dalam kualitas hidup pasien kanker payudara

maka dapat disimpulkan bahwa kualitas hidup pasien kanker payudara tidak

sepenuhnya dipengaruhi oleh pengobatan yang dijalankan. Ada faktor lain

yang juga berkontribusi terhadap kualitas hidup pasien kanker payudara

misalnya social support. Penelitian Yan et al (2016) mengidentifikasi bahwa

social support merupakan faktor utama yang menentukan kualitas hidup

pasien kanker payudara. Social support ini didapatkan dari anggota keluarga

dan teman pasien kanker payudara. Faktor lain yang menentukan kualitas

hidup pasien kanker payudara adalah penghasilan yang lebih tinggi,

perencanaan asuransi dengan pembayaran rendah dan penggunaan pengobatan

tradisional Cina untuk kanker payudara. Faktor tersebut akan berbeda bila

dibandingkan dengan pasien kanker payudara yang hanya mendapatkan

kemoterapi dimana pada pasien yang menjalani kemoterapi memiliki kualitas

hidup lebih rendah (Yan et al., 2016).

4
Penelitian ethnonursing oleh Witdiawati (2017) untuk mengidentifikasi

bahwa faktor sosial dalam hal ini dukungan sosial atau social support

merupakan domain yang menentukan kualitas hidup pasien kanker payudara.

Dukungan sosial berasal dari keluarga, teman, kerabat, atasan tempat bekerja

dan dukungan pemerintah yang berkontribusi terhadap adaptasi pasien dalam

menjalankan kehidupan sehari-hari.

Penelitian prospective postal survey oleh Salakari et al. (2017) yang

berujuan untuk membandingkan kebutuhan social support pada penderita

kanker payudara, pasien depresi, pasien hipertensi arterial dan kelompok

kontrol. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa semua pasien yang

berpartisipasi membutuhkan social support. Pada pasien kanker payudara dan

pasien hipertensi arterial sumber social support yang paling penting berasal

dari pasangan atau kerabat. Pasien yang mengalami depresi diidentifikasi

mendapatkan social support yang kurang. Penelitian ini berkesimpulan

bahwan social support merupakan faktor penting dalam kesejahteraan pasien

yang merupakan bagian dari kualitas hidup pasien (Salakari et al., 2017; Ng

et al., 2015).

Dalam social support ini terdapat interaksi antara seseorang yang

mengalami situasi yang berbeda dengan yang lainnya sehingga situasi yang

diharapkan dapat dicapai. Sumber social support berasal dari keluarga,

pasangan, teman bahkan kumpulan orang yang mengalami hal yang sama dan

saling memberi dukungan atau support group. Support group bisa berasal dari

kumpulan pasien yang mengalami penyakit yang sama, kesamaan dalam

5
mengalami keterbatasan yang dirasakan, kesamaan dalam pengalaman unik

dan adanya relasi (Miller dalam Mattsons, 2011).

Penelitian Galantino et al. (2010) yang membandingkan bentuk social

support melalui wellness coaching dan traditional social support terhadap

kualitas hidup dan self-efficacy pasien kanker payudara. Wellness coaching

berupa arahan yang diberikan oleh tenaga kesehatan atau instruktur yang

sudah terlatih mengenai promosi kesehatan, perubahan gaya hidup dan

memberi dukungan psikologis serta menyediakan apa yang dibutuhkan pasien.

Sementara traditional social support merupakan kumpulan pasien kanker

payudara yang telah menjalani pengobatan selama 6 tahun dan mendapatkan

dukungan emosional serta pendampingan dari keluarga atau teman. Support

Group yang dijalankan kelompok kedua ini adalah share tentang pengalaman

selama menjalani pengobatan dan melakukan diskusi di antara anggota

kelompok. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa metode wellness coaching

memberikan efek terhadap kualitas hidup dan self-efficacy pasien kanker

payudara bila dibandingkan dengan kelompok kedua sementara kualitas hidup

pasien kelompok tradisional Social Support tetap penunjukkan hasil yang baik

(Galantino et al., 2010).

Kelebihan support group bila dibandingkan dengan social support yang

lain adalah adanya kepuasan yang didapatkan oleh penderita kanker payudara.

Sebagaimana penelitian mixed methods yang dilakukan oleh Cheng et al

(2013) menungungkapkan bahwa keberadaan peer survivor sebagai bagian

dari social support sangat membantu pasien kanker payudara dalam

6
mendapatkan dukungan emosional dan pemberian informasi yang dibutuhkan

sehingga pasien merasakan kepuasan dengan adanya dukungan ini. Selain

itu dukungan ini memacu motivasi pagi pasien kanker payudara untuk

menjalankan pengobatan.

Keberadaan peer group atau support group sangat membantu pasien

dalam pemenuhan kebutuhan psikososial pasien. Seperti diketahui selama

menjalankan pengobatan kemoterapi kanker payudara, pasien mengalami

masalah psikososial. Pemberian social support atau peer group haruslah

berasal orang yang sama seperti yang dialami pasien baik berdasarkan culture

atau pasien kanker payudara. Penelitian Allicoc et al. (2017) peer group

dengan pendekatan peer concect memberikan efek pada kebutuhan psikososial

pasien kanker payudara karena dalam peer conect ini menggunakan instruktur

yang berasal dari asal suku yang sama yaitu penduduk Amerika keturunan

Afrika. Instruktur yang menjadi peer connect berperan sebagai panutan dan

sumber pemberi dukungan (Allicoc et al., 2017).

Di Jawa Barat angka kejadian kanker payudara terus bertambah dengan

dengan pervalensi 0.3. dan di Rumah sakit Hasan Sadikin bandung tiap

harinya menerima tiga pasien kanker payudara, sebagian besar pasien kanker

payudara berasal dari luar kota bandung. Di Kota Bandung terdapat beberapa

rumah singgah pasien kanker seperti Yayasan Kasih Anak Kanker Indonesia

cabang Bandung, Rumah Teduh, Rumah Cinta dan beberapa rumah singgah

lainnya. Berdasarkan studi pendahuluan yang dilakukan oleh peneliti di rumah

singgah kanker Teduh Kelurahan Sukajadi Bandung, rumah teduh

7
memiliki rata-rata pasien kanker payudara berkisaran 14-15 pasien

perbulannya dengan keragaman stadium dan siklus pengobatan yang dijalani

sementara pasien baru menjalankan pengobatan sekitar 4-5 orang setiap

bulannya. Kegiatan setiap bulan yang dilakukan adalah pengajian, belum

banyak melakukan kegiatan yang berkaitan dengan kesehatan serta tidak ada

kegiatan yang berkaitan dengan support group.

Berdasarkan identifikasi permasalahan tersebut di atas, peneliti

berminat untuk melakukan penelitian pengaruh pemberian social support

group terhadap kualitas hidup pasien kanker payudara di rumah singgah

kanker di kota Bandung.

1.2 Rumusan Masalah

Merujuk pada latar belakang di atas maka rumusan masalah pada

penelitian ini adalah Apakah ada pengaruh support group terhadap kualitas

hidup pasien kanker payudara di rumah singgah kanker di kota Bandung?

1.3 Tujuan Penelitian

1.3.1 Tujuan Umum

Tujuan Umum penelitian ini adalah untuk mengidentifikasi

pengaruh social support group terhadap kualitas hidup pasien kanker

payudara di rumah singgah kanker di kota Bandung

1.3.2 Tujuan Khusus

Secara khusus penelitian ini bertujuan untuk :

8
1). Mengetahui kualitas hidup pasien kanker payudara sebelum dilakukan

perlakuan pada kelompok intervensi

2). Mengetahui pengaruh pemberian support group terhadap kualitas

hidup pasien kanker payudara

3). Mengetahui kualitas hidup pasien kanker payudara pada kelompok

kontrol

4). Mengetahui kualitas hidup pasien payudara sesudah dilakukan

perlakuan pada kelompok kontrol

5). Membandingkan kualitas hidup pada pasien kanker payudara pada

kelompok intervensi dan kelompok kontrol

1.4 Kegunaan Penelitian

1.4.1 Teoritis

1) Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi rujukan referensi dalam

keperawatan komunitas khususnya intervensi agregat pasien kanker

payudara dalam meningkatkan kualitas hidup pasien dengan

pendekatan support group

2) Penelitian ini menjadi dasar bagi pengembangan penelitian selanjutnya

mengenai support group pada pasien kanker payudara

1.4.2 Praktis

Dalam dunia praktik penelitian ini dapat digunakan oleh tenaga

kesehatan khususnya perawat komunitas dan keluarga dalam

pendampingan dan pemberiann intervensi untuk meningkatkan kualitas

hidup pada pasien kanker payudara yang ada di komunitas.

9
BAB II

KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS

2.1 Kajian Pustaka

Kajian pustaka ini menguraikan konsep-konsep yang mendukung

penelitian. Kajian tersebut terdiri dari konsep kanker payudara, konsep

kualitas hidup pasien kanker payudara serta konsep social support group

2.1.1 Kanker Payudara

1) Definisi Kanker payudara

Kanker payudara merupakan sel-sel payudara yang membelah dan tumbuh

tanpa terkendali atau diluar kontrol serta dapat menyebar ke jaringan sekitar

payudara bahkan hingga ke organ lainnya (American Cancer Society, 2016;

Kemenkes, 2016,).

2) Penyebab kanker payudara

Sampai saat ini penyebab kanker belum diketahui secara pasti namun

beberapa faktor risiko yang bisa memicu timbulnya kanker payudara.

Sampai saat ini penyebab kanker belum diketahui secara pasti namun

beberapa faktor risiko yang bisa memicu timbulnya kanker payudara. Dalam

systematic review dan meta-analysis oleh Anothainsintawee et al (2015)

menelaah beberapa referensi tentang faktor risiko kanker payudara. Adapun

faktor risiko dominan kanker payudara seperti penggunaan kontrasepsi oral,

hormonal replacement therapy, menderita diabetes melitus serta

pengalaman menyusui kurang lebih 12 bulan menunjukkan angka kejadian

10
kanker payudara lebih kecil bila dibandingkan yang tidak pernah menyusui.

Faktor risiko lain kanker payudara adalah obesitas, sementara faktor risiko

reproduksi yang berhubungan dengan kanker payudara adalah usia

menarche kurang dari 12 tahun, paritas 1-2 dan kehamilan pertama pada

usia > 30 tahun. Dari segi herediter, American Cancer Society (ACS)

menemukan bahwa hanya sekitar 5-10% dari kasus kanker payudara

(ACS,2017; Anothainsintawee et al., 2015; James et al., 2015; Ardiana

dkk., 2013, )

3) Manivestasi klinik kanker payudara

Manivestasi umum yang biasanya mengawali kanker payudara adalah

adanya benjolan yang keras tanpa rasa sakit. Benjolan ini akan semakin

berkembang dan biasanya diikuti dengan beberapa kondisi seperti

pembengkakan seluruh atau sebagian payudara, adanya iritasi di sekitar

benjolan, nyeri pada payudara atau sekitar puting payudara, kemerahan dan

penebalan puting atau kulit payudara, bila sudah menyebar, kanker payudara

biasanya mengakibatkan pembengkakan sekitar kelenjar getah bening di

ketiak (ACS, 2016)

American Joint Commite on Cancer (AJCC, 2010) membagi kanker

payudara berdasarkan klasifikasinya yaitu karsinoma in situ dan kanker

payudara invasif. Perbedaan keduanya adalah karsinoma in situ belum

menunjukkan tanda invasif atau metastase sementara kanker payudara

invasif, sudah menunjukkan metastase. Kanker payudara invasif terdari dari

tiga yaitu early breast cancer, locally advanced breast cancer dan advance

11
breast cancer. Early breast cancer merupakan stadium I, IIa dan IIb dengan

karakteristik tomur tidak meluas pada dinding dada atau kulit, namun sudah

mengenai kelenjar getah bening pada dinding aksila dan tidak bermetastase

jauh. Locally advanced breast cancer merupakan stadium IIIa, IIIb, IIIc,

tanpa diikuti metastase yang jauh dengan karakteristik sudah metastase pada

kelenjar getah bening aksila yang sudah terdeteksi secara klinis, ukuran

tumor > 5 cm dan tumur sudah memanjang pada dinding atau kulit dada.

Advance breast cancer merupakan kanker payudara stadium VI dengan

metastase jauh, kanker payudara berulang (AJCC, 2017)

4) Pengobatan Kanker Payudara

Pengobatan kanker payudara terbagi menjadi pembedahan, terapi

radiasi serta pembedahan. Pembedahan biasanya dilakukan pasien kondisi

kanker payudara tidak invasif misalnya pada karsinoma in situ. Tindakan ini

sebagai langkah awal pengobatan kemudian dilanjutkan pemberian radiasi.

Pemberian terapi radiasi setelah pembedahan adalah untuk mencegah

berkembangnya sel-sel kanker payudara serta menurunkan angka kematian

dan kekambuhan (Maughan, Lutterbie, & Ham, 2010)

Kemoterapi diberikan pada kondisi pasien kanker payudara dengan

stadium III. Pengobatan dengan kemoterapi merupakan pengobatan

sistemik yang bertujuan untuk membunuh sel-sel kanker payudara dan

menghambat proses metastase. Pada kondisi kanker payudara dengan nodus

positif selain pengobatan kemoterapi juga diberikan pengobatan endoktrin

pada kanker payudara dengan reseptor positif hormon serta pengobatan

12
trustuzumab pada kanker payudara dengan overexpresion ERBB2.

Sementara untuk pasien kanker payudara dengan stadium VI atau dengan

prognosis buruk dan mengalami kanker payudara berulang maka pemberian

pengobatan harus mempertimbangkan faktor kondisi pasien dan

pengurungan nyeri yang dirasakan karena pengobatan yang dijalankan

adalah seumur hidup (ACS, 2016; Maughan, Lutterbie, & Ham, 2010).

5) Pencegahan Kanker Payudara

Pendeteksian dini kanker payudara melalui gerakan periksa payudara

sendiri atau dikenal dengan Sadari sangatlah penting untuk mengetahui

kondisi payudara, apakah masih dalam keadaan normal atau terdapat

benjolan. Keadaan payudara yang harus diperhatikan adalah apakah ada

perbedaan antara kedua sisi payudara?, apakah ada kemerahan kulit

payudara, apakah kulit payudara bentuknya berkerut seperti kulit jeruk?

Apakah puting susu mengeluarkan cairan abnormal? Sekalipun benjolan

masih seperti biji jagung namun kondisi ini harus menjadi perhatian apakah

benjolan tersebut lunak? Keras atau berisi cairan? Apakah benjolan tersebut

bergerak bebas atau tidak?. Apabila terdapat benjolan, langkah selanjutnya

adalah memeriksakan diri pada tenaga kesehatan misalnya dokter

kandungan atau perawat bidan yang terlatih. Untuk mengetahui apakah

benjolan tersebut merupakan kanker payudara maka dilakukan pemeriksaan

payudara klinis melalui mammografi maupun USG. Sadari dilakukan pada

setiap bulannya pada hari ketuju menstruasi atau hari kesepuluh setelah

mentruasi (Kemenkes, 2015)

13
2.1.2 Kualitas Hidup

WHO mendefinisikan kualitas hidup seseorang sebagai komponen

yang tidak terpisahkan dari sistem budaya dan nilai dimana orang tersebut

berada yang berkaitan dengan tujuan hidup, standar dan keprihatinan

sehingga mempengaruhi kesehatan fisik, psikologis, kemandirian, hubungan

sosial, kepercayaan diri serta relasi di lingkungan mereka berada. Kualitas

hidup dipengaruhi faktor kesehatan individu. Pada pasien penyakit kronis

seperti kanker mempengaruhi kualitas hidup pasien setelah menjalani

program pengobatan kemoterapi dan radiasi ( Henry, 2017; WHO, 2012)

Penelitian integrative literature review yang dilakukan Muliira, Salas

and OBrien (2017) yang mengidentifikasi faktor-faktor yang

mempengaruhi kualitas hidup pada wanita mengalami kanker seperti kanker

serviks, kanker payudara dan kanker ovarium. Terdapat lima faktor yang

mempengaruhi kualitas hidup pasien, faktor pertama adalah sosial

demografi dimana wanita dengan penghasilan yang rendah menunjukkan

kualitas yang lebih rendah dari wanita dengan yang berpenghasilan tinggi.

Faktor kedua adalah kurangnya akses untuk melakukan screening dan

deteksi dini, hal ini menunjukkan bahwa banyak pasien melakukan

pengobatan ketika mengalami kanker stadium lanjut. Faktor ketiga adalah

efek samping dari pengobatan yang dijalankan, gejala yang dirasakan

inkontenensia urin, penurunan libido, atrovi vagina serta depresi. Faktor

keempat adalah dukungan psikososial, pasien yang sedikit mendapatkan

dukungan psikososial, dukungan emosional dan dukungan psikologis

14
cenderungan mengalami depresi dan kondisi ini mengakibatkan kualitas

hidup pasien yang rendah. Faktor kelima adalah faktor budaya, dimana

pasien tidak bisa mengekspresikan keinginannya karena nilai yang diyakini

sehingga pasien tidak bisa memutuskan pengobatan yang akan dijalani

(Muliira, Salas & OBrien, 2017).

2.1.3 Kualitas Hidup pada pasien kanker payudara

Pengobatan yang dijalankan penderita kanker payudara umumnya

menunjukkan gejala-gejala sebagai indikasi penurunan kualitas hidup

pasien. Penelitian Hofs et al. (2012) mengidentifikasi gejala yang

umumnya ditemukan setelah pasien menjalani kemoterapi sebelum

menjalankan terapi radiasi. Lima gejala umum yang paling sering

ditemukan adalah kekurangan energi, rasa khawatir, sulit tidur, merasa

ngantuk, berkeringat dan nyeri. Kelima gejala tersebut dua kali lebih sering

ditemukan pada pasien yang menjalani kemoterapi bila dibandingkan

dengan pasien yang tidak mendapatkan kemoterapi. Ada pula yang

megidentifikasi empat gejala umum setelah pasien menjalani pengobatan

kanker payudara adalah fatigue, nyeri, masalah tidur dan depresi. Kondisi

demikian mempengaruhi kualitas hidup pasien kanker payudara (Ardebil et

al., 2013; Hofs et al., 2012, Dodd et al., 2010)

Beberapa kondisi yang berkaitan kanker payudara setelah menjalani

pengobatan, salah satunya adalah stres. Pasien kanker payudara akan

rentang mengalami stres yang berdampak pada kualitas hidupnya. Kondisi

tersebut sesuai dengan penelitian Sampoornamm (2014) yang

15
mengidentifikasi hubungan antara derajat stres, stadium kanker payudara

dan kualitas hidup. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa derajat kanker

payudara berkorelasi dengan stres dan kualitas hidup pasien. Semakin tinggi

stadium kanker payudara maka stres yang dialami semakin tinggi serta

kualitas hidup pasien semakin rendah (Sampoornamm, 2014).

Faktor lain yang mempengaruhi kualitas hidup kanker payudara adalah

pemilihan pengobatan medis yang dipadukan dengan pengobatan tradisional

melalui pijat dan herbal, siklus pengobatan yang dijalani, aktivitas fisik

yang dijalankan serta adanya social support yang didapatkan (Nurhasanah,

2014; Irawan, 2017; Sin, et al., 2017; Salakari, et al., 2017)

2.1.4 Instrumen Pengukuran Kualitas Hidup pasien kanker payudara

Beberapa instrumen yang digunakan dalam pengukuran kualitas hidup

pasien kanker payudara. Sebuah systematic riview oleh Chopra and Khamal

(2012) untuk menilai instument yang digunakan dalam mengukur kualits

hidup pasien kanker payudara. Kriteria inklusi dalam studi ini adalah

instrument yang digunakan haruslah mencakup empat aspek yaitu aspek

fisik, psikologis, sosial dan spritual, instument digunakan pada pasien yang

didiagnosa kanker payudara kurang dari 5 tahun serta bahasa yang

digunakan adalah bahasa inggris. Setelah melalui seleksi dan pengkajian

maka diputuskan 12 instrumen yang memenuhi syarat untuk dikaji.

Adapun istrument-instrumenyang masuk dalam systematic review

Chopra and Khamal (2012) adalah The cancer-specific instruments included

Functional Assessment of Chronic Illness Therapy-Spiritual Well Being

16
Scale (FACIT-SP), Quality of Life-Cancer Survivor (QOL-CS), Ferrans

and Powerss Quality of Life Index-Cancer Version (QLICV), Quality of

Life in Adult Cancer Survivors Scale (QLACS), Cancer Rehabilitation

Evaluation System Cancer-Short Form (CARES-SF), European

Organization for Research and Treatment of Cancer (EORTC QLQ-C30),

Functional Assessment of Cancer Therapy-General (FACT-G), and Body

Image and Relationships Scale (BIRS). The breast cancer-specific

instruments mostly used along with cancer-specific instruments included

European Organization for Research and Treatment of Cancer-Breast

Module (EORTC QLQ-BR23) and Functional Assessment of Cancer

Therapy-Breast (FACT-B). Fatigue Symptom Inventory (FSI) and

Multidimensional Fatigue Symptom Inventory (MFSI)

2.1.5 Konsep Support Group

2.2 Kerangka Pemikiran

Berdasarkan penjelasan di atas maka dibuatlah kerangka pemikiran seperti

berikut ini :

Kualitas Hidup

17
Keterangan :

Variabel yang diteliti

Variabel yang tidak diteliti

2.3 Hipotesis

Berdasarkan penjelasan sebelumnya, maka hipotesis yang diajukan pada

penelitian ini adalah sebagai berikut :

H0 : Tidak terdapat pengaruh peran dan fungsi keluarga terhadap pencegahan

bullying di sekolah

Ha : Terdapat pengaruh peran dan fungsi keluarga terhadap pencegahan

bullying di sekolah

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Rancangan Penelitian

18

You might also like