You are on page 1of 20

BAB I

DEFINISI

Transfer pasien antar ruang perawatan ( intra rumah sakit ) adalah


memindahkan pasien dari satu unit ke unit lain di dalam RSUD GAMBIRAN Kediri,
yang memiliki pelayanan & fasilitas yang sesuai dengan status dan kebutuhan
pasien akan perawatan lanjutan, berdasarkan pertimbangan faktor penyakit,
fasilitas, dan ketenagaan.
Prinsip dalam melakukan transfer pasien adalah memastikan keselamatan
dan keamanan pasien saat menjalani transfer, dan transfer pasien hanya
dilakukan apabila kondisi pasien layak untuk ditransfer.
Transfer pasien dimulai dengan melakukan koordinasi dan komunikasi pra
transportasi pasien, menentukan petugas yang akan mendampingi transfer
pasien, menyiapkan peralatan yang disertakan saat transfer dan monitoring
pasien saat transfer. Transfer pasien hanya boleh dilakukan oleh staff medis dan
staff keperawatan yang kompeten serta petugas profesional lainnya yang sudah
terlatih.
Kebijakan transfer pasien ini bertujuan menyeragamkan suatu proses
transfer pasien yang aman dan untuk memastikan bahwa informasi penting
mengenai perawatan pasien disampaikan dengan baik pada saat terjadi
perpindahan tanggung jawab dari satu unit ke unit lainnya sesuai dengan prosedur
yang telah ditetapkan. Pelaksanaan transfer pasien harus memperhatikan
keselamatan dan keamanan pasien.
Tujuan dari manajemen transfer pasien adalah:
1. Agar pelayanan transfer pasien dilaksanakan secara profesional dan
berdedikasi tinggi.
2. Agar proses transfer/ pemindahan pasien berlangsung dengan aman dan
lancar serta pelaksanaannya sangat memperhatikan keselamatan pasien
serta sesuai dengan prosedur yang telah ditetapkan.
3. Sebagai acuan dalam penatalaksanaan serah terima pasien antar ruangan.
4. Supaya pelayanan medik dan pelayanan keperawatan pasien tidak terputus
dan tetap berkesinambungan.
5. Untuk menghindari salah komunikasi dan salah persepsi.

1
BAB II

RUANG LINGKUP

Indikasi pasien transfer intra rumah sakit di RSUD GAMBIRAN Kediri, adalah :
1. Pasien mengalami perubahan kondisi perburukan/perbaikan dan juga
disesuaikan dengan kriteria keluar/masuk ruang pelayanan intensif.
2. Pasien yang memerlukan perawatan di Instalansi Rawat Inap
3. Pasien yang memerlukan tindakan di Instalansi Penunjang seperti ruang
hemodialisa, ruang operasi, ruang endoskopi
4. Transfer pasien dari ruang isolasi ke penunjang atau pindah ruangan,
pasien harus dipakaikan masker.

Transfer pasien didalam rumah sakit terdiri dari :


1. Transfer pasien dari Instalasi Gawat Darurat (IGD) ke Instalasi Rawat
Rawat Inap (IRNA), Intensive Care Unit (ICU),Intensive Cardiac Care
Unit (ICCU), High Care Unit ( HCU), Pediatric Intensive Care Unit
( PICU), Neonatal Intensive Care Unit ( NICU), Ruang Isolasi
2. Transfer pasien dariInstalalasi Rawat Jalan (IRJA) ke Instalasi Rawat
Rawat Inap (IRNA)
3. Transfer pasien dari Instalasi Rawat Rawat Inap (IRNA) ke Intensive
Care Unit (ICU), Intensive Cardiac Care Unit (ICCU), High Care Unit
( HCU), ruang isolasi
4. Transfer pasien dari Intensive Care Unit (ICU) ke Intensive Cardiac
Care Unit (ICCU), High Care Unit ( HCU), Instalasi Rawat Rawat Inap
(IRNA), ruang isolasi
5. Transfer pasien dari ICCU ke ICU, HCU, Ruang Isolasi, IRNA
6. Transfer pasien dari HCU ke ICU, ICCU, Ruang Isolasi, IRNA
7. Transfer pasien dari Ruang Isolasi ke ICU, ICCU, HCU, IRNA
8. Transfer pasien dari Ruang Peristi I ( Ruang Rawat Gabung Ibu dan
Bayi ) ke Ruang Peristi II ( HCU ), Ruang Peristi III (NICU)
9. Transfer pasien dari Ruang Peristi II (HCU) ke Ruang Peristi I ( Ruang
Rawat Gabung Ibu bayi ), Ruang Peristi III (NICU)

2
10. Transfer pasien dari Ruang Peristi III (NICU) ke Ruang Peristi I (Ruang
Rawatn gabung Ibu dan Bayi ), ruang Peristi II (HCU)
11. Transfer pasien dari Ruang Rawat Anak ke Ruang HCU, PICU
12. Transfer pasien dari Ruang PICU ke Ruang rawat Anak, HCU
13. Transfer Pasien dari HCU ke Ruang Rawat Anak, PICU
14. Transfer Pasien dari IRNA ke Instalansi Penunjang
15. Transfer pasien dari Instalansi Penunjang ke IRNA, ICU, HCU, Ruang
Isolasi

BAB III

3
TATA LAKSANA

I. Pengaturan Transfer
1. RSUD GAMBIRAN Kediri memiliki suatu tim transfer yang terdiri dari
dokter di IGD atau dokter ruangan, perawat yang kompeten dalam
merawat pasien.
2. RSUD GAMBIRAN Kediri mempunyai sistem resusitasi, stabilisasi dan
transfer untuk pasien- pasien dengan sakit berat atau kritis.
3. Transfer pasien hanya boleh dilakukan oleh staff medis dan staff
keperawatan yang kompeten serta petugas professional lainnya yang
sudah terlatih.
4. Transfer pasien dapat dilakukan apabila kondisi pasien layak untuk
ditransfer.
5. Pertimbangkan resiko dan keuntungan dilakukan transfer, jika resikonya
pada pasien lebih besar, sebaiknya jangan melakukan transfer.
6. Dokumentasi pengambilan keputusan harus mencantumkan nama
dokter yang mengambil keputusan, tanggal dan waktu diambilnya
keputusan serta alasan yang mendasari

II. Kondisi Pasien


Dalam melakukan transfer pasien antar ruangan di RSUD GAMBIRAN
Kediri harus memperhatikan beberapa hal sebagai berikut :
1. Prosedur transfer hanya boleh dilakukan apabila pasien dalam
keadaan yang cukup baik / stabil / transportable untuk dipindahkan ke
unit lain (dapat ditangani dengan aman dengan fasilitas medik / non
medik dan dokter / perawat yang kompeten dalam proses
transfernya).
2. Pasien yang akan ditransfer maka kegawatannya diatasi terlebih
dahulu di unit yang akan merujuk.
3. Pasien di transfer dari atau ke unit lain dengan mempertimbangkan
kebutuhan transportasi medik (kursi roda, bed, brankard) harus
diperiksa secara seksama dan dipastikan bahwa pasien layak dibawa
dengan alat tersebut.

4
4. Pasien ditransfer ke unit lain dengan mempertimbangkan keselamatan
pasien, kelayakan transport dan harus memenuhi pencegahan dan
pengendalian infeksi.
5. Proses mentransfer pasien tetap memperhatikan kesinambungan
pengobatan & perawatan pasien serta memastikan agar unit lain
mampu memenuhi kelanjutan kebutuhan pasien.
6. Sebelum ditransfer ke unit lain dipastikan bahwa sudah tersedia
tempat perawatan atau fasilitas diagnostik atau terapi yang diperlukan
tersebut di unit lain.
7. Pasien yang dipindahkan di unit lain harus menyertakan formulir :
a. Serah Terima Pasien
Yaitu formulir yang berisi kondisi atau status klinis pasien, berbagai
prosedur dan tindakan lain serta kebutuhan pasien selanjutnya.
Formulir ini digunakan pada transfer pasien:
1. Poliklinik ke IRNA, ICU, ICCU, HCU, Ruang Isolasi
2. IRNA ke Instalansi Penunjang
3. ICU ke Instalansi Penunjang
4. ICCU ke Instalansi Penunjang
5. HCU ke Instalansi penunjang
6. Ruang Isolasi ke Instalansi Penunjang
7. IGD ke Instalansi Penunjang

b. Transfer Antar Ruangan


Yaitu formulir yang berisi kondisi atau status klinik pasien, prosedur
dan tindakan yang telah dilakukan dilakukan di unit yang akan
melakukan transfer, serta prosedur dan tindakan yang akan
dilanjutkan untuk memenuhi kebutuhan pasien di unit yang akan
dilakukan transfer.
Formulir ini digunakan pada transfer pasien:
1. IGD ke IRNA, ICU, ICCU, HCU, Ruang Isolasi
Formulirnya sudah menjadi satu dengan formulir pengkajian
IGD
2. IRNA ke ICU, ICCU, HCU, Ruang Isolasi
3. ICU ke ICCU, HCU, IRNA, Ruang Isolasi
4. ICCU ke ICU, HCU, Ruang Isolasi, IRNA
5. HCU ke ICU, ICCU, Ruang Isolasi, IRNA
6. Ruang Isolasi ke ICU, ICCU, HCU, IRNA
7. Ruang Peristi I ( Ruang Rawat Gabung Ibu dan Bayi ) ke
Ruang Peristi II ( HCU ), Ruang Peristi III (NICU)

5
8. Ruang Peristi II (HCU) ke Ruang Peristi I ( Ruang Rawat
Gabung Ibu bayi ), Ruang Peristi III (NICU)
9. Ruang Peristi III (NICU) ke Ruang Peristi I (Ruang Rawatn
gabung Ibu dan Bayi ), ruang Peristi II (HCU)
10. Ruang Rawat Anak ke Ruang HCU, PICU
11. Ruang PICU ke Ruang rawat Anak, HCU
12. HCU anak ke Ruang Rawat Anak, PICU
13. Instalansi penunjang ke IRNA, ICU, ICCU, HCU, Ruang
Isolasi.
Apabila ada pasien dari salah satu ruangan akan
dilakukan tindakan perawatan di Instalansi Penunjang,
kemudian harus pindah di ruangan yang lain, maka setelah
tindakan di instalansi penunjang selesei, perawat penunjang
harus membuat formulir transfer pasien. Kemudian perawat
penunjang menghubungi perawat dari kedua ruangan ( baik
perawat yang mengirim maupun yang menerima ) untuk
dilakukan timbang terima pasien secara bersama sama.
Kemudian pasien dilakukan transfer ke ruangan yang
dilakukan secara bersama- sama oleh dua perawat. ( baik
perawat yang mengirim maupun yang menerima )

III. Petugas Pendamping Transfer Antar Ruangan


1. Selama proses pemindahan pasien didampingi oleh perawat dan atau
dokter, yaitu:
a. Pasien dengan ancaman life saving/ yang akan dirawat di ICU/
ICCU/ PICU, peristi level III dan HCU didampingi oleh perawat
yang bersertifikat BLS dan dokter yang bersertifikat ACLS;
b. Pasien yang dirawat di ruang rawat biasa, didampingi oleh
perawat yang bersertifikat BLS;

2. Petugas pendamping harus mengetahui kondisi pasien, minimal


tentang :
a. Pengelolaan jalan napas penderita;
b. Cairan yang telah/ akan diberikan;

6
c. Prosedur khusus yang mungkin akan diperlukan;
d. Prosedur resusitasi dan perubahan-perubahan yang mungkin
akan terjadi selama dalam perjalanan.
3. Kebutuhan akan jumlah tenaga medis atau petugas yang
mendampingi pasien bergantung pada kondisi atau situasi klinis dari
tiap kasus ( tingkat atau derajat beratnya penyakit/ kondisi pasien.
4. Hal penting yang harus diperhatikan sebelum transfer :
a. Amankan patensi jalan nafas
Beberapa pasien mungkin membutuhkan intubasi atau
trakheostomi dengan pemantauan end-tidal carbondioxide yang
adekuat.
b. Analisis Gas Darah harus dilakukan pada pasien yang
menggunakan ventilator portabel selama minimal 15 menit
sebelum transfer.
c. Pengukuran tekanan darah yang kontinyu merupakan tehnik
untuk memantau tekanan darah pasien sebelum proses transfer.
d. Jika terdapat pneumothoraks, selang drainase dada ( Water-
Sealed Drainage WSD ) harus terpasang dan tidak boleh diklem.
e. Kateter urin dan NGT jika diperlukan harus sudah dipasang.
f. Pemberian terapi atau tatalaksana tidak boleh ditunda saat
menunggu pelaksanaan transfer.
5. Berikut ini adalah panduan perlu tidaknya dilakukan transfer
berdasarkan tingkat atau derajat kebutuhan perawatan pasien kritis.
(keputusan harus dibuat oleh dokter DPJP)
a. Derajat 0
Pasien yang dapat terpenuhi kebutuhanya dengan ruang rawat
inap. Transfer pasien dapat didampingi oleh perawat.
b. Derajat 1
Pasien dengan resiko perburukan kondisi atau pasien yang
sebelumnya menjalani perawatan di High Care Unit ( HCU ),
dimana membutuhkan perawatan di ruang rawat inap biasa.
Dapat didampingi oleh perawat dengan dibantu Portir ( memiliki
kemampuan BLS ). Perawat pada derajat ini harus yang sudah
memiliki kompetensi BLS, cara pemberian oksigen, sudah
berpengalaman dalam memberikan obat obatan yang spesifik,

7
dapat melakukan suction dan perawatan trakheostomi bila
memungkinkan.

c. Derajat 2
Pasien yang membutuhkan observasi atau intervensi yang lebih
ketat, termasuk penanganan kegagalan satu system organ atau
perawatan pasca operasi yang membutuhkan perawatan di ruang
intensif. Pasien harus didampingi perawat terlatih dan dokter.
Perawat transfer pada level ini harus mempunyai kompetensi
seperti pada level 1ditambah dengan kompetensi : mempunyai
pengalaman kerja 2 tahun merawat pasien kritis, dapat
memberikan bantuan pernapasan menggunakan ambubag, dapat
menggunakan defibrillator, dapat melakukan perawatan CVP.

d. Derajat 3
Pasien yang membutuhkan bantuan pernapasan lanjut (
advanced respiratory support ) dengan dukungan atau bantuan
pada minimal 2 sistem organ, termasuk pasien- pasien yang
membutuhkan penanganan multi organ dan harus didampingi
oleh petugas yang kompeten, terlatih dan berpengalaman yaitu
perawat didampingi dokter yang memiliki kompetensi ACLS.

Kompentensi Pendamping Pasien dan Peralatan yang Harus di Bawa Selama


Transfer Antar Ruangan
Pasien Petugas Keterampilan Yang Peralatan
Pendamping Dibutuhkan
(minimal)
Derajat 0 Perawat Bantuan Hidup Dasar ( BLS ) Status Rekam
Medis
Hasil
Pemeriksaan
Penunjang ( foto
Rontgen )
Formulir Transfer

8
Kursi Roda atau
Tempat Tidur
Derajat 1 Perawat dan Bantuan Hidup Dasar Semua
Portir ( BLS ) Peralatan pada
Pemberian obat- obatan Pasien Derajat
yang spesifik 1, ditambah;
Keterampilan Suction Tabung Oksigen
dan Kanul
Suction
Tiang Infus
Portabel
Pompa infuse
dengan baterai
Oksimetri denyut
Derajat 2 Dokter dan Semua Ketrampilan pada Semua
Perawat Pasien Derajat 0 dan 1 Peralatan pada
Perawat dengan Pasien Derajat 0
kompetensi ketrampilan dan 1 ditambah;
oksigenasi dengan Monitor EKG bila
menggunakan ambubag memungkinkan
Perawatan CVP dan tekanan
Perawatan Trakheostomi darah
Pengalaman kerja 2
tahun merawat pasien
kritis (ICU) bila
memungkinkan
Derajat 3 Dokter dan Semua Keterampilan Semua
Perawat pada Pasien Derajat 0, 1 Peralatan pada
dan 2 ditambah; Pasien Derajat
Kompetensi Perawat 0, 1 dan 2
dapat menggunakan Defibrillator bila
Defibrillator memungkinkan
Standar Kompetensi Alat Bantu
Dokter harus memiliki Pernafasan
Sertifikat ACLS (ventilator) bila
memungkinkan

IV. Indikasi Masuk dan Keluar dari Ruang Intensif


RSUD GAMBIRAN Kediri membentuk Instalasi Intensif yang
bertujuan untuk merawat pasien kritis dan sakit berat dengan tujuan
menurunkan angka kesakitan dan kematian.Instalasi intensif dibentuk
dengan maksud untuk dapat memantau pasien kritis dan sakit berat
secara terus menerus serta tindakan segera.Pelayanan intensif meliputi
ICU, ICCU, HCU, Stroke Unit, NICU, PICU.

9
1) ICU ( Intensive Care Unit )
Adalah unit perawatan khusus yang dikelola untuk merawat pasien
sakit berat dan kritis, cedera dengan penyulit yang mengancam jiwa
dengan melibatkan tenaga kesehatan terlatih, serta didukung
dengan kelengkapan peralatan khusus.
Pasien kritis adalah :
a. Pasien- pasien yang secara fisiologis tidak stabil dan
memerlukan dokter, perawat dan profesi lain yang terkait,
terkoordinasi dan berkelanjutan, serta memerlukan perhatian
yang teliti, agar dapat dilakukan pengawasan yang ketat dan
terus menerus serta terapi titrasi.
b. Pasien- pasien yang dalam bahaya mengalami dekompensasi
fisiologis sehingga memerlukan pemantauan ketat dan terus
-menerus serta dilakukan intervensi ntuk mencegah timbulnya
penyulit yang merugikan.

Kriteria pasien masuk di ICU :


1. Kasus Penyakit Dalam
a. Acute Renale Failure.
b. Coma: Hvperglicemia/Hypoglicemia/Hyponatremia.
c. Septic Shock.
d. Intoxicasi organo phosphor,baygon.
2. Kasus Sistem Saraf.
a. Status Elipticus.
b. GBS dengan gagal nafas.
c. CVA yang perlu pemakaian infuse/syring pump.
d. Miastenia gravis.
3. Kasus penyakit Paru-paru.
a. Asthma berat.
b. Pneumothorax tang perlu continuoase suction.
4. Kasus Penyakit THT.
a. Sumbatan jalan nafas dengan berbagai sebab. Misal Ca. Laring.
b. Post Tracheomtomy yang perlu perawatan.
c. Pasca bedah dengan perdarahan massif dengan terjadinya

10
d. sumbatan jalan nafas. Misal: Primary Bleeding Post TE.
5. Kasus Kebidanan.
a. Eclamsia/Pre eclamsia dengan komplikasi:
> Odema paru.
> Multiple Organ Failure. Contoh : Gagal ginjal atau gagal jantung.
b. Kehamilan dengan kelainan jantung.
c. Shock Septic.
d. Post Operatif yang perlu resusitasi cairan. Misal: Shock Hipovolemik.
6. Kasus Bedah Saraf.
a. Trauma:
> Contusio Cerebri dengan GCS < 8.
> Contusio cerebri dengan trauma lain yang mengancam
(Hematothorax ,internal bleeding, multiple frkatur, aspirasi).
> Post operatif trepanasi.
b. Kelainan konginental.
> Post operasi VP Shunt.
> Post operasi Excici Cell / Mylo cell
> Pasien kelainan kongenintal dengan komplikasi.
c. Kelainan degeneratif.
> Pasien dengan tumor-tumar cerebri dalam pemulihan.
> Post operasi tumor cerebri.
> Post operasi CVA Bleeding.
d. Lain-lain.
> Pasien bedah saraf pre/post operasi yang butuh alat ventilator.
7. Kasus Penyakit Kulit/Kelamin.
a. Komplikasi dari Steven Johnson Syndrom.
b. Toxic Epidermal Necrolysis.
8. Kasus Bedah.
a. Tetanus generalisata yang berat.
b. Penderita post operasi besar dengan perdarahan durante operasi >= 2 Itr.
c. Penderita struma basedow yang timbul komplikasi
kelainancardiologi.
d. Semua kasus bedah dengan hypovolumic shock disertai dengan gangguan
multi organ disfungtion.
e. Combustio berat dengan komplikasi berat seperti:

11
Gangguan Hemodynamic
Septic shock
f. Lain-lain kasus disesuaikan
9. Kasus Urologi.
a. Pada prinsipnya semua pasien urologi dengan ASA III atau IV Post op.
b. Penderita Urosepsis + MOF
c. Penderita - penderita tertentu pada waktu operasi mengalami penyulit paru-
paru, jantung maupun ginjal (CRF/ARF).
d. Penderita aritmia.
10. Kasus Anesthesi

a. Pasien dengan gangguan jantung.


b. Pasien dengan shock berat.
c. Pasien dengan sumbatan jalan nafas.
d. Pasien dengan dengan MOF.
e. Pasien dengan Asthma attack berat.
f. Pasien dengan gangguan kesadaran berat.
g. Pasien dengan SP02 < 90%.
h. Kasus Anak.
i. DHF Grade III dan IV (DSS).
j. Status Asmatikus.
k. Status Confusi.
l. Decompensasi Cordis.
m.Broncho Pneumonia Berat disertai Respiratory Failure.
Keracunan.
n. GGA (Gagal Ginjal Akut).
o. Hipertensi Maligna.
p. GBS (Guillian Bare Syndroma).

Kriteria pasien keluar dari ICU


1. Ditentukan oleh dokter yang merawat, yang dianggap tidak memerlukan
perawatan intensif (dapat dirawat di ruangan) biasanya dengan criteria:
a. Pernafasan spontan.
b. Vital sign dalam keadaan baik dan stabil.
c. Pada kasus ICU dengan masalah jantung, tidak didapatkan keluhan nyeri
dada.
d. Kesadaran baik dengan GCS 4-5-6.
e. Gastrointestinal tract tidak ada masalah.
f. Tidak ada gangguan pada system perkemaihan.
2. Penderita meninggal dunia setelah observasi selama 2 jam di ICU.
3. Penderita alih rawat ke Rumah Sakit lain dengan persetujuan dokter.

12
4. Penderita pulang sembuh (dinyatakan oleh dokter yang merawat).
Penderita pulang paksa, setelah keluarga/penderita menandatangani
pernyataan

2. ICCU
a) Indikasi Masuk
1. Infark Miokard Akut.
2. Angina tidak stabil.
3. Aritmia yang gawat, yang mengancam jiwa, misalnya :
a. Blok AV total dengan irama lolos ventrikuler < 40 x/mnt.
b. Sinus bradikardi < 40 x/mnt.
c. Sick sinus syndroma dengan serangan Adam- Stokes
d. Takikardi atrial paroksismal.
e. Takikardi ventrikuler.
f. Fibrilasi ventrikuler.
1) Edema paru akut.
2) Miokarditis
4. Krisis hipertensi.
5. Pasca tindakan intervensi kardiologi.
6. Penyakit jantung lain yang memerlukan pemantauan hemodinamik.
b) Indikasi Keluar
1. Dianggap keadaan penderita sudah tidak memerlukan perawatan intensif
dan dapat dirawat di ruangan.
2. Kegawatan penderita bukan disebabkan oleh penyakit jantung dan
dipindah keunit perawatan intensif lain.
3. Penderita juga menderita penyakit menular, misalnya: gastroenteritis akut,
TB paru aktif.
4. Penderita yang ingin dirawat di rumah sakit lain atas permintaan sendiri /
keluarga.
5. Penderita yang pulang paksa, setelah menandatangani pernyataan tidak
ingin dirawat di RSUD GAMBIRAN Kediri lagi.

3. HCU
a) Indikasi pasien masuk Perawatan HCU
1. Pasien dalam keadaan kritis dengan harapan kecil untuk
Penyembuhan
2. Pasien kelompok ini memerlukan terapi intensif terbatas untuk

13
mengatasi krisis penyakit, tetapi tidak dilakukan terapi infasif
seperti intubasi dan resusitasi
3. Apabila Ruang ICU dalam keadaan penuh dan memerluakan
pemantauan secara intensif
b) Indikasi pasien keluar perawatan HCU
1. Parameter hemodinamik stabil
2. Status respirasi stabil
3. Stabil cairan
4. Status neurologis stabil
5. Metabolisme stabil
6. Tidak lagi membutuhkan tunjangan inotropik, vasodilator,
antiaritmia, atau bila masih di butuhkan,di gunakan dalam dosis
yang rendah dan dapat di berikan dengan aman di luar ruangan
intensif
7. Disretmi jantung terkontrol
8. Tidak membutuhkan alat pemantauan tekanan intrakranial lagi
9. Kateter pemantau hemodinamik telah di lepas
10. Pasien dengan hemodialisis kronis atau peritonial dialisis telah
teratasi keadaan akutnya hingga tidak di butuhkan tindakan
khusus lain di luar ruang intensif
11. Pasien dengan tracheomalaisa tidak lagi membutuhkan
penghisapan (suction) eksesif
12. Staf medik dan keluarga telah melakukan penilaian bersama dan
lagi keuntungannya untuk mempertahankan perawatan
neonatus di ruang intensif

4. PICU
a) Indikasi Pasien Masuk
1. Sistem respirasi
a) Kebutuhan penggunaan ETT dan Ventilator
b) Gangguan sistem pernapasan (atas dan bawah) progresif
dengan Resiko tinggi gagal napas dan atau obstruksi total
c) Kebutuhan terapi oksigen dengan FiO2> 50%, dengan hasil
AGD: PO2< 50 mmH2O,PCO2> 50 mm H2O

14
2. Sistem Kardiovaskuler
a) Syok
b) Paska resusitasi jantung paru
c) Aritmia yang mengancam nyawa
d) Gagal jantung congestif( dengan atau tanpa kebutuhan
ventilator)
e) Kelainan jantung bawaan dengan gangguan sirkulasi dan atau
respirasi
f) Paska tindakan beresiko tinggi, misalnya caterrisasi,
hemodialisis, dialisis peritoneal
g) Kebtuhana akan pemantauan tekanan darah invasif, tekanan
vena sentral,atau tekanan arteri pulmonal( pemasangan CVC)
h) Kebutuhan pemasangan alat pacu jantung( pace maker)

3. Sistem Neurologis
a) Kejang yang tidak responsif dengan terapi standart atau
membutuhkan antikonvulsan kontinu secara intra vena
b) Gangguan kesadaran berat dan gangguan neurologis lain yang
belum dapat di perkirakan perkembangannya atau koma di
sertai dengan potensi gangguan pernapasan dan atau sirkulasi
c) Paska bedah syaraf yang membutuhkan pemantauan ketat
d) Inflamasi akut/ infeksi medulaspinalis,selaput otak atau otak
dengan depresi neurologis, gangguan metabolik dan
hormonal,gangguan pernapasan dan atau hemodinamik atau
kemungkinan peningkatan tekanan intra kranial
e) Trauma kepala dengan peningkatan tekanan intra cranial
f) Perawatan preoperasi bedah syaraf dengan penurunan status
neurologis
g) Disfungsi neuromuskuler tanpa gangguan kesadaran yang
membutuhkan pemantauan respiratorik dan kardiovaskuler
h) Trauma spinal
i) Penggunaan Drain ventrikel eksternal
4. Sistem Hemodinamik dan Onkologi

15
a) Tranfusi tukar
b) Plasma paresis atau leukoferesis dengan kondisi klinis tidak
stabil
c) Koagulopati berat
d) Anemia berat dengan gangguan hemodinamik dan atau
respirasi
e) Komplikasi krisis cycle cell anemia
f) Kemoterapi dengan antisipasi terjadinya sindrom lisis tumor
g) Tumor yang menekan pembuluh darah, vital, jalan nafas atau
organ vital lainnya
5. Sistem Endokrin dan Metabolik
a) Ketoasidosis deabetik
b) Gangguan elektrolit seperti:
1) Hyperkalemi yang membutuhkan pemantauan jantung dan
terapi intervensi
2) Hypo atau hypernatremi berat
3) Hypo atau hyperkalsemi berat
c) Gangguan metabolis
1) Hypo atau hyperglicemia dengan klinis tidak stabil
2) Asidosis metabolik berat
3) Gangguan keseimbangan elektrolit berat
d) Inborn error of metabolism dengan kegawatan yang mengancam
nyawa
6. Sistim Gastrointestinal
a) Perdarahan gastrointestinal acut dan berat
b) Paska indoscopy darurat
7. Paska tindakan bedah
a) Bedah cardiovasculer
b) Bedah Thorak
c) Bedah syaraf
d) Bedah THT ( tracheostomy)
e) Bedah craniofacial
f) Bedah ortopedy dan tulang belakang
g) Bedah umum dengan gangguan hemodinamik dan respirasi

16
h) Tranplantasi organ
i) Trauma multiple dengan atau tanpa gangguan cardiovasculer
8. Ginjal dan Saluran Kemih
1) Gagal ginjal
2) Kebutuhan hemodialisis,dialisi peritoneal,atau replacement
therapy lainnya dalam keadaan tidak stabil
3) Rabdhomyolisi akut dengan insufisiensi ginjal
9. Gangguan Lain
a) Keracunan atau overdosis obat dengan potensi kegagalan organ
b) Gagal organ multiple
c) Hypertermi maligna
Trauma elektrik dan atau trauma lingkungan lain

b) Indikasi Pasien Keluar


1. Parameter hemodinamik stabil
2. Status respirasi stabil
3. Stabil cairan
4. Status neurologis stabil
5. Metabolisme stabil
6. Tidak lagi membutuhkan tunjangan inotropik, vasodilator, antiaritmia,
atau bila masih di butuhkan,di gunakan dalam dosis yang rendah
dan dapat di berikan dengan aman di luar ruangan intensif
7. Disretmi jantung terkontrol
8. Tidak membutuhkan alat pemantauan tekanan intrakranial lagi
9. Kateter pemantau hemodinamik telah di lepas
10. Pasien dengan hemodialisis kronis atau peritonial dialisis telah
teratasi keadaan akutnya hingga tidak di butuhkan tindakan khusus
lain di luar ruang intensif
11. Pasien dengan tracheomalaisa tidak lagi membutuhkan penghisapan
(suction) eksesif
12. Staf medik dan keluarga telah melakukan penilaian bersama
dan tidak ada lagi keuntungannya untuk mempertahankan
perawatan di ruang PICU

17
5. NICU
a) Indikasi pasien masuk di NICU
1. Bayi dengan gangguan hemodinamik ( syock)Apnoe
2. Gawat napas sedang atau parah, memerlukan CPAP atau
ventilasi jangka pendek selama < 7 hari
3. Bayi Berat Lahiir Sangat rendah ( BBLSR) < 1.5 kg
4. Bayi dengan hasil pemeriksaan neurologis abnormal
5. Bayi dengan kejang
6. Bayi yang perlu tranfusi tukar untuk hyperbilirubinemia atau
polisitemia
7. Nutrisi panentral total untuk < 7 hari
8. Bayi yang lahir dari kehamilanm resiko tinggi atau persalinan
dengan komplikasi
9. Hyperbilirubinemia yang perlu terapi sinar
10. Sepsis neonatorum
11. Hypotermi
b) Indikasi pasien keluar perawatan NICU
1. Parameter hemodinamik stabil
2. Status respirasi stabil
3. Stabil cairan
4. Status neurologis stabil
5. Metabolisme stabil
6. Tidak lagi membutuhkan tunjangan inotropik, vasodilator,
antiaritmia, atau bila masih di butuhkan,di gunakan dalam dosis
yang rendah dan dapat di berikan dengan aman di luar ruangan
intensif
7. Disretmi jantung terkontrolKateter pemantau hemodinamik telah di
lepas
8. Pasien dengan hemodialisis kronis atau peritonial dialisis telah
teratasi keadaan akutnya hingga tidak di butuhkan tindakan
khusus lain di luar ruang intensif
9. Pasien dengan tracheomalaisa tidak lagi membutuhkan
penghisapan (suction) eksesif

18
10. Staf medik dan keluarga telah melakukan penilaian bersama dan
tidak ada lagi keuntunganya untuk mempertahankan perawatan
neonatus di ruang intensif.

BAB IV
DOKUMENTASI

1. Proses transfer antar ruangan didokumentasikan dalam rekam medis


pasien menggunakan form transfer pasien antar ruangan.
2. Formulir harus terisi lengkap dan ditandatangan oleh petugas yang
melakukan serah terima.

19
20

You might also like