You are on page 1of 25

ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN KANKER PARU

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Kanker paru merupakan penyebab kematian tertinggi di dunia, dengan prognosis yang sering kali
buruk. Kanker paru biasanya tidak dapat di obati dan penyembuhan hanya mungkin dilakukan
dengan jalan pembedahan, di mana sekitar 13% dari klien yang menjalani pembedahan mampu
bertahan selama 5 tahun. Metastasis penyakit biasanya muncul dan hanya 16% klien yang
penyebaran penyakitnya dapat dilokalisasi pada saat diagnosis. Dikarenakan terjadinya metastasis,
penatalaksanaan kanker paru sering kali hanya berupa tindakan paliatif (mengatasi gejala) di
bandingkan dengan kuratif (penyembuhan). Di perkirakan 85% dari kanker paru terjadi akibat
merokok. Oleh karena itu pencegahan yang paling baik adalahjangan memulai untuk
merokok(Somantri, 2012 : 112).

Sebetulnya suatu proses kanker di paru dapat berasal dari saluran pernapasan itu sendiri dari
jaringan ikat diluar saluran pernapasan. Dari saluran pernapasan, sel kanker dapat berasal dari sel
bronkus, alveolus, atau dari sel-sel yang memproduksi mucus yang mengalami degenerasi maligna.
Karena pertumbuhan suatu proses keganasan selalu cepat dan bersifat infasif, proses kanker
tersebut selalu sudah mengenai saluran pernapasan, sel-sel penghasil mucus, maupun jaringan ikat
(Danusantoso, 2013 : 311).

B. Rumusan Masalah

a. Apa definisi kanker paru ?

b. Apa etiologi dan factor resiko kanker paru ?

c. Bagaimana patofisiologi kanker paru ?

d. Apa klasifikasi kanker paru ?

e. Bagaimana manifestasi kanker paru ?

f. Bagaimana pengobatan kanker paru ?

g. Apa pemeriksaan diagnostic kanker paru ?


h. Bagaimana penatalaksaan kanker paru ?

i. Bagaimana prognosis kanker paru ?

C. Tujuan Penulisan

a. Untuk mengetahui definisi kanker paru.

b. Untuk mengetahui etiologi dan factor resiko kanker paru.

c. Untuk mengetahui patofisiologi kanker paru.

d. Untuk mengetahui klasifikasi kanker paru.

e. Untuk mengetahui manifestasi kanker paru.

f. Untuk mengetahui pengobatan kanker paru.

g. Untuk mengetahui pemeriksaan diagnostic kanker paru.

h. Untuk mengetahui penatalaksaan kanker paru.

i. Untuk mengetahui prognosis kanker paru.

BAB II

PEMBAHASAN

A. Definisi Kanker Paru

Kanker paru adalah pertumbuhan sel kanker yang tidak terkendali dalam jaringan paru-paru yang
dapat disebabkan oleh sejumlah karsinogen lingkungan, terutama asap rokok (Suryo, 2010 : 27).

Menurut World Health Organization(WHO), kanker paru-paru merupakan penyebab kematian utama
dalam kelompok kanker baik pada pria maupun wanita. Sebagaian besar kanker paru-paru berasal
dari sel-sel di dalam paru-paru, tetapi bisa juga berasal dari kanker di bagian tubuh lain yang
menyebar ke paru-paru(Suryo, 2010 : 27).
Karsinoma bronkogenik atau kanker paru dapat berupa metastasis atau lesi primer. Kebanyakan
tumor ganas primer dari sistem pernapasan bawah bersifat epithelial dan berasal dari mukosa
percabangan bronkhus (Muttaqin, 2008: 198).

B. Etiologi Dan Faktor Resiko Kanker Paru

Sebagaimana diketahui bahwa asap rokok merupakan penyebab utama kanker paru tipe karsinoma.
Didalam asap rokok terkandung lebih dari 4.000 zat kimia, 50 jenis di antaranya bersifat karsinogen
dan beracun. Data statistic membuktikan bahwa sekitar 90% penderita kanker paru adalah perokok
aktif atau mantan perokok. (Tim CancerHelps, 2010 : 64)

Seperti umumnya kanker yang lain penyebab yang pasti daripada kanker paru belum diketahui,tapi
paparan atau inhalasi berkepanjangan suatu zat yang bersifat karsinogenik merupakan faktor
penyebab utama di samping adanya faktor lain seperti kekebalan tubuh, genetik dan lain-lain
(Sudoyo, 2007 : 1005).

Dari beberapa kepustakaan telah dilaporkan bahwa etiologi kanker paru sangat berhubungan
dengan kebiasaan merokok. Lombard dan Doering (1928), telah melaporkan tingginya insiden kanker
paru pada perokok dibandingkan dengan yang tidak merokok. Terdapat hubungan antara rata-rata
jumlah rokok yang dihisap perhari dengan tingginya insiden kanker paru. Dikatakan bahwa, 1 dari 9
perokok berat akan menderita kanker paru. Belakangan, dari laporan beberapa penelitian
mengatakan bahwa perokok pasif pun akan beresiko terkena kanker paru. Anak-anak yang terpapar
asap rokok selama 25 tahun pada usia dewasa akan terkena resiko kanker paru dua kali lipat di
bandingkan dengan yang tidak terpapar, dan perempuan yang hidup dengan suami/pasangan
perokok juga terkena resiko kanker paru 2-3 kali lipat. Diperkirakan 25% kanker paru dari bukan
perokok adalah berasal dari perokok pasif. Insiden kanker paru pada perempuan di USA dalam 10
tahun terakhir ini juga naik menjadi 5% per tahun,antara lain karena meningkatnya jumlah
perempuan perokok atau sebagai perokok pasif. Efek rokok bukan saja mengakibatkan kanker paru,
tapi dapat juga menimbulkan kanker pada organ lain seperti mulut, laring dan esofagus (Sudoyo,
2007 : 1005).

Laporan dari NCl (National Cancer Institute) di USA tahun 1992 menyatakan kanker pada organ lain
seperti ginjal, vesika urinaria,ovarium, uterus, kolon, rektum, hati, penis dan lain-lain lebih tinggi
pada pasien yang merokok daripada yang bukan perokok. (Sudoyo, 2007 : 1005).

Etiologi lain dari kanker paru yang pernah di laporkan adalah:

Yang berhubungan dengan paparan zat karsinogen,seperti:

Asbestos, sering menimbulkan mesotelioma

Radiasi ion pada pekerja tambang uranium

Radon, arsen, kromium, nikel, polisiklik hidrokarbon, vinil klorida

Polusi udara. Pasien kanker paru lebih banyak di daerah urban yang banyak polusi udaranya
dibandingkan yang tinggal di daerah rural.
Genetik. Terdapat perubahan /mutasi beberapa gen yang berperanan dalam kanker paru, yakni:
proto oncogen, Tumor supressor gene, Gene encoding enzyme

Teori Onkogenesis. Terjadinya kanker paru didasari dari tampilnya gen supresor tumor dalam
genom (onkogen). Adanya inisiator mengubah gen supresor tumor dengan cara menghilangkan
(delesi/del) atau penyisipan (insersi/inS) sebagian susunan pasangan basanya, tampilnya gen erbB1
dan atau neu/erbB2 berperan dalam anti apoptosis (mekanisme sel untuk mati secara alamiah
programmed cell death) Perubahan tampilan gen kasus ini menyebabkan sel sasaran dalam hal ini
sel paru berubah menjadi sel kanker dengan sifat pertumbuhan yang otonom.

Rokok selain sebagai inisiator juga merupakan promotor dan progresor, dan rokok diketahui sangat
berkaitan (terbesar) dengan terjadinya kanker paru. Dengan demikian kanker merupakan penyakit
genetik yang pada permulaan terbatas pada sel sasaran kemudian menjadi agresif pada jaringan
sekitarnya bahkan mengenai organ lain.

Diet. Beberapa penelitian melaporkan bahwa rendahnya konsumsi terhadap betakarotene, selenium
dan vitamin A menyebabkan tingginya resiko terkena kanker paru. (Sudoyo, 2007 : 1006).

Beberapa faktor resiko kanker paru menurut Arif Muttaqin (2008: 198-199) tersebut yaitu :

a. Merokok

Kanker paru beresiko 10 kali lebih tinggi dialami perokok berat dibandingkan dengan bukan perokok.
Peningkatan faktor resiko ini berkaitan dengan riwayat jumlah merokok dalam tahun (jumlah
bungkus rokok yang digunakan setiap hari dikali jumlah tahun merokok) serta faktor saat mulai
merokok (semakin muda individu mulai merokok, semakin besar resiko terjadinya kanker paru).
Faktor lain yang juga dipertimbangkan termasuk didalamnya jenis rokok yang diisap (kandungan tar,
rokok filter, dan kretek).

b. Polusi udara

Ada berbagai karsinogen telah diidentifikasi, termasuk didalamnya adalah sulfur, emisi kendaraan
bermotor, dan polutan dari pengolahan dan pabrik. Bukti-bukti menunjukkan bahwa insiden kanker
paru lebih besar didaerah perkotaan sebagai akibat penumpukan polutan dan emisi kendaraan.

c. Polusi lingkungan kerja

Pada keadaan tertentu, karsinoma bronkogenik tampaknya merupakan suatu penyakit akibat polusi
di lingkungan kerja. Dari berbagai bahaya industri, yang paling berbahaya adalah asbes yang kini
banyak sekali diproduksi dan digunakan pada bangunan. Resiko kanker paru diantara para pekerja
yang berhubungan atau lingkungannya mengandung asbes 10 kali lebih besar daripada masyarakat
umum. Peningkatan resiko ini juga dialami oleh mereka yang bekerja dengan uranium, kromat, arsen
(misalnya insektisida yang digunakan untuk pertanian), besi, dan oksida besi. Resiko kanker paru
akibat kontak dengan asbes maupun uranium akan menjadi lebih besar lagi jika orang itu juga
perokok.

d. Rendahnya asupan vitamin A


Beberapa penelitian telah menunjukkan bahwa perokok yang dietnya rendah vitamin A dapat
memperbesar resiko terjadinya kanker paru. Hipotesis ini didapat dari berbagai penelitian yang
menyimpulkan bahwa vitamin A dapat menurunkan resiko peningkatan jumlah sel-sel kanker. Hal ini
berkaitan dengan fungsi utama vitamin A yang turut berperan dalam pengaturan diferensiasi sel.

e. Faktor herediter

Terdapat juga bukti bahwa anggota keluarga dari penderita kanker paru memiliki resiko yang lebih
besar mengalami penyakit yang sama. Walaupun demikian masih belum diketahui dengan pasti
apakah hal ini benar-benar herediter atau karena faktor-faktor familial.

C. Patofisiologi Kanker Paru

Dari etiologi yang menyerang percabangan segmen/ sub bronkus menyebabkan cilia hilang dan
deskuamasi sehingga terjadi pengendapan karsinogen. Dengan adanya pengendapan karsinogen
maka menyebabkan metaplasia,hyperplasia dan displasia. Bila lesi perifer yang disebabkan oleh
metaplasia, hyperplasia dan displasia menembus ruang pleura, biasa timbul efusi pleura, dan bisa
diikuti invasi langsung pada kosta dan korpus vertebra.
Lesi yang letaknya sentral berasal dari salah satu cabang bronkus yang terbesar. Lesi ini
menyebabkan obstuksi dan ulserasi bronkus dengan diikuti dengan supurasi di bagian distal. Gejala
gejala yang timbul dapat berupa batuk, hemoptysis, dispneu, demam, dan dingin.Wheezing
unilateral dapat terdengan pada auskultasi. Pada stadium lanjut, penurunan berat badan biasanya
menunjukkan adanya metastase, khususnya pada hati. Kanker paru dapat bermetastase ke struktur
struktur terdekat seperti kelenjar limfe, dinding esofagus, pericardium, otak, tulang rangka.

D. Klasifikasi Kanker Paru

Menurut Tim CancerHelps (2010 : 64) Kanker paru terdiri atas dua jenis yaitu, Small Cell Lung Cancer
(SCLC) dan Non-Small Cell Lung Cancer (NSCLC). Lebih dari 80% kasus kanker paru merupakan NSCLC
dengan subkategori adenokarsinoma, karsinoma, squamosa dan karsinoma sel besar.

a. Non-Small Cell Lung ( NSCLC)

Kanker paru jenis ini terbagi menjadi tiga, yaitu sebagai berikut.

1. Karsinoma squamosa merupakan jenis kanker yang paling umum terjadi.proses ini
berkembang di dalam sel yang menggarisi saluran udara. NSCLC merupakan jenis kanker yang sering
terjadi. Penyebab utamanya adalah rokok.

2. Adenokarsinoma merupakan jenis kanker paru yang berkembang dari sel sel yang
memproduksi lender atau dahak di permukaan saluran udara. jenis ini lebih umum terjadi.

3. Karsinoma sel besar merupakan salah satu jenis sel kanker paru yang apabila dilihat di bawah
mikroskop bentuk bundar besar. Sering juga di sebut undiferentiated carcinoma.
b. Small Cell Lung (SCLC)

Lebih dari 80% kasus kanker paru merupakan golongan NSCLC.

E. Manifestasi Klinis Kanker Paru

Seseorang yang termasuk ke dalam golongan risiko tinggi jika mempunyai keluhan napas, seperti
batuk, sesak napas, atau nyeri dada sebaiknya segera memeriksakan diri ke dokter spesialis paru.
Gejala-gejala tersebut membutuhkan waktu bertahun-tahun untuk dapat diketahui sebagai gejala
kanker paru karena sering terkecoh dengan gejalah sakit pada umumnya. Berikut gejala kanker paru.

1. Terjadi sesak napas.

2. Batuk yang tak kunjung sembuh (lebih dari 2 minggu).

3. Bunyi menciut-ciut saat bernafas tetapi bukan penderita asma.

4. Batuk berdarah.

5. Perubahan pada warna dahak dan peningkatan jumlah dahak.

6. Perubahan suara,menjadi serak atau kasar saat bernafas.

7. Kelelahan kronis dan penururnan bobot badan secara drastis.

8. Bengkak di bagian leher dan wajah. (Tim CancerHelps, 2010 : 64)

Sudoyo Aru dalam Kusuma 2015 memaparkan bahwa pada fase awal kebanyakan kanker paru tidak
menunjukkan gejala-gejala klinis. Bila sudah menampakkan gejala berarti psien dalam stadium
lanjut.

Gejala-gejala dapat bersifat :

Lokal (tumor setempat) :

- /Batuk baru atau batuk lebih hebat pada batuk kronis

- Hemoptisis

- Mengi (wheezing, stridor) karena ada obstruksi saluran napas

- Kadang terdapat kavitas seperti abses paru

- Aelektasis

Invasi local :

- Nyeri dada

- Dispnea karena efusi pleura

- Invasi ke pericardium terjadi temponade atau aritmia


- Sindrom vena cava superior

- Sindrom Horner (facial anhidrosis, ptosis, miosis)

- Suara sesak, karena penekanan pada nervus laryngeal recurrent

- Syndrome Pancoasta karena invasi pada pleksus brakialis dan saraf simpatis servikalis

Gejala penyakit metastasis :

- Pada otak, tulang, hati, adrenal

- Limfadenopati servikal dan supraklavikula (sering menyertai metastasis

Sindrom Paraneoplastik : Terdapat pada 10% kanker paru, dengan gejala :

- Sistemik : penurunan berat badan, anoreksia, demam

- Hematologi : leukositosis, anemia, hiperkoagulasi

- Hipertrofi : osteoartropati

- Neurologic : dementia, ataksia, tremor, neuropati perifer

- Neuromiopati

- Endokrin : sekresi berlebihan hormone paratiroid (hiperkalsemia)

- Dermatologi : eritema multiform, hyperkeratosis, jari tabuh

- Renal : syndrome of inappropriate andiuretic hormone (SIADH)

Asimtomatik dengan kelainan radiologist :

- Sering terdapat pada perokok dengan PPOK/COPD yang terdeteksi secara radiologis

- Kelainan berupa nodul soliter

F. Pengobatan Kanker Paru

Pengobatan pasien kanker paru-paru biasanya mempertimbangkan aspek riwayat pasien, stadium
kanker, dan kondisi kesehatan umum pasien. Berikut ini akan dijelaskan beberapa pengobatan yang
umumnya dilakukan pada penderita kanker paru-paru.

a. Pembedahan

Pembedahan dalam kanker paru-paru adalah tindakan pengangkatan jaringan tumor dan kelenjar
getah bening disekitarnya. Tindakan pembedahan biasanya dilakukan untuk kanker yang belum
menyebar hingga ke jaringan lain diluar paru-paru. Pembedahan biasanya hanya merupakan salah
satu pilihan tindakan pengobatan pada NSCLC dan dibatasi pada satu bagian paru-paru hingga
stadium IIIA.
Berikut beberapa jenis pembedahan yang mungkin dilakukan untuk mengobati NSCLC.

1. Reseksi baji, yaitu pengangkatan sebagian kecil lobus dari paru-paru.

2. Lobektomi, yaitu pengangkatan beberapa lobus dari paru-paru.

3. Pneumonectomi, yaitu pengangkatan seluruh bagian paru-paru.

b. Kemoterapi

Penderita SCLC terutama diobati dengan kemoterapi dan radiasi karena tindakan pembedahan
biasanya tidak terpengaruh besar terhadapsurvival (kelangsungan hidup). Kemoterapi primer
biasanya juga diberikan paada kasus NSCLC yang sudah bermetastasis atau menyebar.

Penggunaan kombinasi obat-obatan kemoterapi pada jenis tumor yang diderita. Pada penderita
NSCLC biasanya diobati dengan cisplatin atau carboplatin yang dikombinasikan dengan gemcitabine,
paclitaxel, docetaxel, etoposide, atau vinorelbine. Sedangkan pada penderita SCLC, sering digunakan
obat cisplatin dan etoposide. Ataupun dikombinasikan dengan carboplatin, gemcitabine, paclitaxel,
vinorelbine, topotecan, dan irinotecan juga digunakan.

c. Radioterapi

Radiasi kadang-kadang digunakan sebagai pengobatan utama kanker paru-paru. Mungkin digunakan
untuk orang yang tidak cukup sehat untuk menjalani operasi. Untuk pasien kanker lainnya, radiasi
dilakukan untuk mengecilkan kankernya (dilakukan sebelum operasi). Pada kasus kanker stadium
lanjut, radiasi juga dapat digunakan untuk meredakan gejala seperti nyeri, perdarahan, dan kesulitan
menelan. Seringkali dilakukan terapi Fotodinamik (PDT) untuk mengobati kanker paru-paru yang
dapat dioperasi. Dan berpotensi untuk mengobati tumor yang tersembunyi dan tidak terlihat pada
pemeriksaan Xray dada.

Efek samping radiasi, termasuk diantaranya: problem kulit, mual, muntah, dan kelelahan. Radiasi
pada dada dapat juga menyebabkan kerusakan paru-paru dan kesulitan bernapas atau menelan.
Efek samping dari terapi radiasi pada (kanker paru yang telah menyebar ke) otak biasanya menjadi
serius setelah1 atau 2 tahun pengobatan, yang mencakup: kehilangan memori, sakit kepala, masalah
dengan pemikiran, dan kurang gairah seksual.

d. Target Terapi

Target terapi biasanya dilakuka untuk pengobatan kanker paru-paru pada stadium III dan IV yang
tidak merespon pengobatan lain. Ada dua macam target terapi yang paling umum digunakan,
sebagai berikut :

1. Erlotinib (Tarceva)

Sel-sel kanker ditutupi oleh protein yang disebut EGFR (Epidermal Growth Factor Receptor) yang
membantu sel-sel kanker untuk membelah. Tarceva bekerja dengan tidak mengizinkan EGFR untuk
menginstruksikan sel-sel kanker untuk tumbuh. Tarceva dapat diberikan pada pasien NSCLC untuk
memperpanjang harapan hidupnya. Tarceva bekerja lebih baik pada pasien bukan perokok atau
wanita usia lebih muda (sebelum menopause). Dan mudah dikonsumsi setiap hari karena berbentuk
pil.

2. Bevacizumab (Avastin)

Bevacizumad merupakan antibodi yang ditujukan untuk melawan protein untuk membantu sel
tumor membentuk pembuluh darah baru. Obat ini mampu memperpanjang kelangsungan hidup
pasien NSCLC stadium lanjut, dan biasanya diberikan sebagai kombinasi dengan kemoterapi
kombinasi carboplatin & paclitaxel. Bevacizumab biasa diberikan melalui intravena infus dan
umumnya memiliki efek samping berupa perdarahan pada paru-paru.

G. Pemeriksaan Diagnostik Kanker Paru

Menurut Arif Muttaqin (2008: 202) pemeriksaan diagnostik pada kanker paru meliputi :

a. Pemeriksaan radiologi

Nodula soliter terbatas yang disebut coin lesion pada radiogram dada sangat penting dan mungkin
merupakan petunjuk awal untuk mendeteksi adanya karsinoma bronkogenik meskipun dapat juga
ditemukan pada banyak keadaan lainnya. Penggunaan CT scan mungkin dapat memberikan bantuan
lebih lanjut dalam membedakan lesi-lesi yang dicurigai.

b. Bronkhoskopi

Bronkhoskopi yang disertai biopsi adalah teknik yang paling baik dalam mendiagnosis karsinoma sel
skuomosa yang biasanya terletak didaerah sentral paru. Pelaksanaan bronkhoskopi yang paling
sering adalah menggunakan bronkhoskopi serat optik. Tindakan ini bertujuan sebagai tindakan
diagnostik, caranya dengan mengambil sampel langsung ketempat lesi untuk dilakukan pemeriksaan
sitologi.

c. Sitologi

Biopsi kelenjar skalenus adalah cara terbaik untuk mendiagnosis sel-sel kanker yang tidak terjangkau
oleh bronkhoskopi. Pemeriksaan sitologi sputum, bilasan bronkhus, dan pemeriksaan cairan pleura
juga memainkan peranan penting dalam rangka menegakkan diagnosis kanker paru. Pemeriksaan
histology maupun penetapan stadium penyakit sangat penting untuk menentukan prognosis dan
rencana pengobatan. Penetuan stadium kanker paru terbagi dua, yakni pembagian stadium dari segi
anatomis untuk menentukan luasnya penyebaran tumor dan kemungkinannya untuk dioperasi; dan
stadium dari segi fisiologis untuk menentukan kemapuan klien untuk bertahan terhadap berbagai
pengobatan antitumor.
H. Penatalaksanaan Kanker Paru

1. Penatalaksanaan Non-bedah (Nonsurgical Management)

a. Terapi Oksigen

Jika terjadi hipoksemia, perawat dapat memberikan oksigenvia masker atau nasal kanula sesuai
dengan permintaan. Bahkan jika klien tidak terlalu jelas hipoksemianya, dokter dapat memberikan
oksigen sesuai yang dibutuhkan untuk memperbaiki dispnea dan kecemasan.

b. Terapi Obat

Jika klien mengalami bronkospasme, dokter dapat memberikan obat golongan bronkodilator (seperti
pada klien asma) dan kortikosteroid untuk mengurangi bronkospasme, inflamasi, dan edema.

c. Kemoterapi

Kemoterapi merupakan pilihan pengobatan pada klien dengan kanker, terutama pada small-cell lung
cancer karena metastasis. Kemoterapi dapat juga digunakan bersamaan dengan terapi bedah. Obat-
obat kemoterapi yang biasanya diberikan untuk menangani kanker, termasuk kombinasi dari obat
berikut :

Cyclophosphamide, Deoxorubicin, Methotrexate, dan Procarbazine.

Etoposide dan Cisplatin

Mitomycin, Vinblastine dan Cisplatin.

d. Imunoterapi

Banyak klien kanker paru yang mengalami gangguan imun. Obat imunoterapi (Cytokin) biasa
diberikan.

e. Terapi Radiasi

Terapi radiasi dilakukan dengan indikasi sebagai berikut ini:

Klien tumor paru yang operable tetapi resiko jika dilakukan pembedahan.

Klien adenokarsinoma atau sel skuamosa inoperable yang mengalami pembesaran kelenjar
getah bening pada hilus ipsilateral dan mediastinal.

Klien kanker bronkhus dengan oat cell.

Klien kambuhan sesudah lobektomi atau pneumoektomi.

Dosis umum 5.000-6.000 rad dalam jangka waktu 5-6 minggu.

Pengobatan dilakukan dalam 5 kali seminggu dengan dosis 180-200 rad/hari.

Komplikasi yang mungkin timbul adalah sebagai berikut :

Esofagitis, hilang 1 minggu sampai dengan 10 hari sesudah pengobatan.


Pneumonitis, pada rontgent terlihat bayangan eksudat di daerah penyinaran.

f. Terapi Laser

g. Torakosentesis dan Pleurodesis

Efusi pleura dapat menjadi masalah bagi klien kanker paru.

Efusi timbul akibat adanya tumor pada pleura viseralis dan parietalis serta obstruksi kelenjar
limfe mediastinal.

Tujuan akhir dari terapi ini adalah mengeluarkan dan mencegah akumulasi cairan.

2. Pembedahan (Surgical Management)

a. Dilakukan pada tumor stadium I, stadium II jenis karsinoma, adenokarsinoma, dan karsinoma
sel besar undifferentiated.

b. Dilakukan khusus pada stadium III secara individual yang mencakup tiga criteria berikut:

Karakteristik biologis tumor :

Hasil baik : tumor dari sel skoamosa dan epidermoid.

Hasil cukup baik : Aenokarsinoma dan karsinoma sel besar undifferentiated.

Hasil buruk : oat cell.

Letak tumor dan pembagian stadium klinik

Untuk menentukan reseksi terbaik.

Keadaan fungsional penderita. (Somantri, 2012: 119-120).

I. Prognosis Kanker Paru

Prognosis kanker paru tetap sangat buruk. Angka ketahanan hidup 5 tahun (5 year survival rate
) tetap sangat rendah,yakni masih sekitar ataupun malahan dapat kurang dari 15%. Sebab kematian
ialah akibat metastasis. Ke organ-organ lain atau akibat komplikasi pulmoner secara langsung
(Danusantoso, 2013 : 320).
BAB III

ASUHAN KEPERAWATAN

A. PENGKAJIAN

1. Biodata :

Pasien

Nama : Tn. A

Umur : 50 th

Agama : Islam

Pendidikan : Sarjana

Pekerjaan : PNS

Status Pernikahan : Menikah

Alamat : Btn. Taborong Permai

Tanggal Masuk RS : 05 November 2015

Diagnosa Medis : Ca. Paru

2. Keluhan utama :

Sesak napas dan nyeri dada


3. Riwayat Kesehatan :

a. Riwayat Penyakit Sekarang :

Klien masuk ke Rumah Sakit tanggal 5 November 2015 akibat mengalami penyakit Ca. Paru. Klien
datang ke RS Pelamoniadiantar oleh keluarganya melalui IGD, pada tanggal 5 November2015,
dengan keluhan sesak napas, nyeri dada, batuk, tidak nafsu makan, penurunan berat badan, dan
cepat letih.

b. Riwayat Penyakit Dahulu :

Klien mengatakan tidak mempunyai alergi terhadap makanan atau obat-obatan, hanya saja tidak
terlalu suka sayuran. + 1 tahun yang lalu klien pernah terkena penyakit bronkitis sampai diopname.
Klien pernah mengalami kecelakaan motor namun tidak fatal. Keluarga klien mengatakan bahwa
klien hampir setiap hari mengkonsumsi daging, jarang makan sayur, dan klien mempunyai riwayat
peminum / alkohol dan merokok, klien biasa merokok kurang lebih 1 bungkus rokok perharinya,
klien mulai merokok sejak umur 18 tahun.

c. Riwayat Penyakit Keluarga

Keluarga klien menjelaskan anggota keluarganya tidak ada yang menderita penyakit keturunan yang
umumnya menyerang, seperti DM, Asma, Hipertensi.

4. Basic Promoting physiology of Health

1. Aktifitas dan latihan

Pekerjaan Tn. A yaitu seorang PNS dan waktu luangnya diisi dengan beristirahat di rumah sambil
merokok dan berkumpul bersama keluarga. Klien jarang berolahraga. Saat sakit, klien hanya bisa
berbaring di tempat tidur, aktifitas terbatas, dan klien dibantu oleh keluarganya.

2. Tidur dan istirahat

Sebelum sakit lama tidur klien 7-8 jam/hari, hanya dipergunakan untuk tidur malam karena klien
jarang sekali tidur siang dan tidak ada gangguan dalam tidur. Saat sakit lama tidur klien hanya 5 jam
dengan tidur siang selama 1 jam. Klien kadang-kadang kesulitan tidur di rumah sakit karena sesak
dan nyeri dada yang dialami klien saat bernapas, klien tampak lemah, gelisah dan terlihat pucat.

3. Kenyamanan dan nyeri

Klien merasakan nyeri pada dada dalam 2 bulan belakangan ini. Nyeri akan lebih terasa menyakitkan
jika beraktifitas dan akan berkurang saat klien beristirahat.

4. Nutrisi

Sebelum sakit, frekuensi makan Tn. A tidak teratur dikarenakan kesibukan jam kerja yang
mengakibatkan sering telat makan. Berat badan klien 66 kg. Berat badan dalam 1 bulan terakhir
turun drastis menjadi 55 kg. Jenis makanan yang paling sering dikonsumsi klien yaitu daging dan
makanan cepat saji (sate & gulai). Klien tidak suka sayuran, dan tidak memiliki pantangan terhadap
makanan apapun. Saat sakit, klien hanya mengkonsumsi nasi lembek, sayuran hijau, buah tapi jarang
habis karena klien mual, tidak nafsu makan, & klien tidak makan yang pedas & berminyak..

5. Cairan, elektrolit, dan asam basa

Sebelum sakit frekuensi minum klien 7-8 gelas/hari. Saat sakit, frekuensi minum klien + 2-3
gelas/hari. Turgor kulit tidak elastis. Klien mendapat support IV Line jenis RL 20 tetes/menit

6. Oksigenasi

Klien mengalami sesak, nyeri dada saat bernafas, klien batuk, klien merokok kurang lebih 1 bungkus
per harinya.

7. Eliminasi fekal/bowel

Frekuensi BAB klien sebelum sakit 1x sehari di pagi hari. Feses berwani kuning, konsistensi padat,
berbau khas, warna kuning kecoklatan, dan tidak ada keluhan.

Saat sakit, klien kesulitan BAB, mengalami sembelit, baru 1x selama dirawat di RS, feses berwarna
kehitaman, konsistensi keras.

8. Eliminasi urin

Frekuensi BAK klien 5x sehari. Klien mengalami perubahan pola berkemih. Klien tidak menggunakan
kateter, kebutuhan pemenuhan ADL dengan bantuan keluarga.

9. Sensori, persepsi, dan kognitif

Klien tidak memiliki gangguan dan riwayat penyakit yang menyangkut sensori, persepsi, dan kognitif

5. Pemeriksaan Fisik Head To Toe

a. Keadaan Umum

Kesadaran klien composmentis, Vital Sign TD 130/90 mmHg, Nadi112x/menit, Respirasi 36x/menit,
Suhu 390 C

b. Aktivitas/ istirahat

Gejala : Ketidakmampuan melakukan aktifitas kebiasaan secara rutin, sesak nafas karna melakukan
aktifitas.

Tanda: Pasien lesu

c. Sirkulasi

Gejala : Terdapat sindrom vena kava superior (cubbing finger), terjadi aritmia, Takikardi, Jari tabuh.

d. Integritas Ego

Gejala : perasaan takut, menolak kondisi yang berat atau potensial keganasan

Tanda : kegelisahan, insomnia, pertanyaan yang diulang ulang


e. Eliminasi

Gejala : di area yang hilang timbul (ketidakseimbangan hormonal karsinoma sel kecil), peningkatan
sekresi jumlah urin.

f. Makanan / Cairan

Gejala : Penurunan berat badan, nafsu makan buruk, penurunan masukan makanan, kesulitan
menelan, haus atau peningkatan masukan cairan.

Tanda : kurus, kerempeng atau penampilan kurang bobot, edema wajah atau leher, dada, punggung
( obstruksi vena kava), edema wajah atau periordital ( ketikaseimbangan hormonal, kalsinoma sel
kecil )

g. Nyeri

Gejala : Nyeri dada(tidak biasanya ada pada tahap dini dan tidak selalu pada tahap lanjut) dimana
dapat atau tidak dapat dipengaruhi oleh perubahan posisi, nyeri bahu atau tangan( khususnya pada
sel besar atau adenokalsioma), nyeri tulang atau sendi: erosi kapilago sekunder terhadap
peningkatan hormone pertumbuhan ( sel besar atau adenokarsinoma), nyeri abdomen hilang timbul.

h. Pernafasan

Gejala : Batuk ringan atau perubahan pola batuk dari biasanya dan produksi sputum, napas pendek,
pekerja yang terpajan polutan, debu industry, serak, paralisis pita suara, riwayat merokok

Tanda : Dipsnea, meningkat dengan kerja, peningkatan fremitus taktil(menunjukan konsuladisasi),


krekels atau mengik pada inspirasi/ekspirasi(gangguan aliran udara), krekels atau mengik menetap,
penyimpanan trakeal (area yang mengalami lesi), hemoptisis

i. Keamanan

Tanda : Demam mungkin ada(sel besar atau adenokarsinoma), kemerahan, kulit


pucat(ketidakseimbangan hormonal, karsinoma sel kecil)

j. Seksualitas

Tanda : Dinekomastia(perubahan horman neopplastik, karsinoma sel besar),


Amenorea/Impoten(ketidakseimbangan hormonal, karsinoma sel kecil)

k. Penyuluhan/pembelajaran

Gejala : Faktor resiko keluarga:kanker atau khususnya paru, tuberculosis,kegagalan untuk membaik.

Pertimbangan Rencana Pemulangan: DRG menunjukkan rerata lama dirawat: 11hari, bantu
transportasi, pengobatan, tindakan, perawatan diri pemeliharaan rumah.

Analisa Data

NO

DATA
ETIOLOGI

MASALAH

1.

DS:

- Klien mengungkapkan sesak saat ber-nafas dan dada terasa berat.

DO :

- Keadaan umum agak lemah.

- Suara nafas menghilang pada dada anterior.

- Pada perkusi dada terdengar redup.

- Respirasi 36 x/mnt, cepat dan dangkal.

Massa pada mediastinum

Menekan rongga paru

Penurunan ekspansi paru

Pengembangan paru terbatas

Klien sesak

Ketidakefektifan pola nafas

2.

DS :

- Pasien mengelu sesak dan nyeri saat bernafas

DO :

- Gelisah,

- Nilai GDA tidak normal,


- Perubahan TTV

Obstruksi jalan nafas oleh sekresi dan spasme bronkus

Kerusakan alveoli

Bronkiektasis/Aktelektasis

Gangguan pertukaran gas

3.

S: -Mengeluh sakit disertai rasa nyeri yang menetap

O: - Pasien tampak gelisah

- Wajahya terlihat pucat

- Tanda vital : TD: 130/90 mmHg, Nadi : 120 x / m, Suhu : 39 , RR: 36 x/m.

Intrapulmoner Metastatik

Adanya Invasi kanker ke pleura, atau dinding dada.

Gangguan Rasa nyaman (Nyeri)

4.

DS :

- Mengatakan nafsu makan menurun dan terasa mual

DO:

- Penurunan berat badan,(BB sebelumnya 66kg,setelah masuk RS BB 55Kg)


- Lemas,

- Porsi makan tidak habis,makan hanya 2 - 4 sendok

Sesak Psikologis

Mual

Anoreksia

Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan

B. DIAGNOSA KEPERAWATAN

1. Ketidakefektifan pola nafas berhubungan dengan penurunan ekspansi paru

2. Kerusakan pertukaran gas yang berhubungan dengan gangguan aliran udara ke alveoli atau ke
bagian utama paru, perubahan membran alveoli

3. Gangguan rasa nyaman ( Nyeri ) yang berhubungan dengan invasi kanker ke pleura, atau
dinding dada.

4. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan yang berhubungan dengan Anoreksia

C. INTERVENSI KEPERAWATAN

Tgl

No dx

TUJUAN & KH

INTERVENSI

RASIONAL
1.

Setelah di lakukan tindakan keperawatan 1x24 jam di harapkan pola nafas klien efektif dengan KH:

- Klien mengungkapkan sesak berkurang/ tidak sesak.

- Respirasi dalam batas normal.

- Tidak menggunakan otot bantu pernafasan

1. Kaji frekuensi, kedalaman pernafasan dan ekspansi dada.

2. Auskultasi bunyi nafas, dan catat adanya bunyi nafas tambahan.

3. Observasi pola batuk dan karakter secret

4. Berikan pada klien posisi semi fowler.

5. Kolaborasi dalam pemberian oksigen tambahan.

6. Berikan humidifikasi tambahan.


1. Untuk mengetahui frekuensi & kedalan pernafasan karena kedalamam pernafasan bervariasi
tergantung derajat gagal nafas.

2. Perubahan bunyi nafas menunjukan obstruksi sekunder

3. Kongesti alveolar mengakibatkan batuk kering/iritatif

4. Posisi membantu memaksimalkan ekspansi paru dan menurunkan upaya pernafasan

5. Memaksimalkan pernafasan dan menurunkan kerja nafas.

6. Memberikan kelembaban pada membran mukosa dan membantu pengenceran secret

2.

Setelah dilakukan tindakan keperawatan 2x24 diharapkan pasien menunjukkan perbaikan ventilasi
dan oksigenasi jaringan yang adekuat danPertukaran gas efektif.dengan

KH:

- Tidak bingung dan gelisah

- TTV normal

- Tidak sesak

- Nilai GDA normal

1. Kaji frekluensi dan kedalaman pernafasan.

2. Auskultasi paru untuk penurunan bunyi nafas dan adanya bunyi tambahan

3. Observasi ferfusi daerah akral dan sianosis ( daun telinga, bibir, lidah dan membran lidah )

4. Lakukan tindakan untuk memperbaiki jalan nafas.


5. Tinggikan kepala/tempat tidur sesuai dengan kebutuhan.

6. Kaji TTV

7. Monitor GDA

8. Berikan o2 tambahan sesuai dengan indikasi hasil GDA.

1. Berguna dalam evaluasi derajat distress pernafasan dan kronisnya prosespenyakit.

2. Area yang tak terventilasi dapat diidentifikasikan dengan tak adanya bunyi nafas.

3. Menunjukan hipoksemia sistemik.

4. Jalan nafas lengket/kolaps menurunkan jumlah alveoli yang berfungsi Secara negatif
mempengaruhi pertukaran gas.

5. Meningkatkan ekspansi dada maksimal, membuat mudah bernafas meningkatkan kenyamanan.


6. Takikardia, disritmia dan perubahan tekanan darah dapat menunjukkan efek hipoksemia
sistemik pada fungsi jantung

7. PaCO2 biasanya meningkat, dan PaO2 menurun sehingga hipoksia terjadi derajat lebih
besar/kecil.

8. Dapat memperbaiki/mencegah buruknya hipoksia.

Seteh di lakukan tindakan keperawatan selama 1x24 jam Nyeri hilang/ berkurang dengan KH:

- TTV normal

- Klien nampak rileks.

- Klien dapat tidur.

- Klien dapat berpartisi dalam aktivitas.

1. Tanyakan pasien tentang nyeri, Tentukan karaktersitik nyeri

2. Buat skala nyeri 0-10 rentang intensitasnya

3. Observasi tanda-tanda vital

4. Kaji pernyataan verbal dan non verbal nyeri pasien.

5. Evaluasi keefektifan pemberian obat

6. Berikan tindakan kenyamanan, ubah posisi, dll.

7. Berikan lingkungan tenang.

8. Kolaborasi: Berikan analgesik rutin s/d indikasi.


1. Membantu dalam evaluasi gejala nyeri kanker yang dapat melibatkan visera, saraf atau jaringan
tulang

2. Penggunaan skala rentang membantu pasien dalam

mengkaji tingkat nyeri

3. Untuk mengetahui Penurunan tekanan darah : peningkatan nadi dan pernafasan

4. Ketidaksesuaian antara verbal dan non verbal menunjukan.derajat nyeri

5. Memberikan obat berdasarkan aturan.

6. Meningkatkan relaksasi dan pengalihan perhatian..

7. Penurunan stress, menghemat energy

8. Mempertahankan kadar obat, menghindari puncak periode nyeri

4.

Setelah di lakukan tindakan keperawatan sselama 2x 24 jamNutrisi klien terpenuhi.

Dengan KH:

- Berat badan bertambah dan.

- Menunjukan perubahan pola makan.

1. Catat ststus nutrisi pasien pada penerimaan, catat turgor kulit, berat badan dan derajat
kekurangan berat badan

2. Berikan penjelasan tentang pentingnya makanan yang adekuat dan bergizi

3. Pastikan pola diet pasien yang disukai/tidak disukai

4. Awasi pemasukan/pengeluaran dan berat badan secara periodic

5. Dorong klien untuk makan diet TKTP

6. Pertahankan higiene mulut


7. Kolaborasi dengan Ahli gizi dalam pemberian makanan

1. Berguna dalam mengidentifikasi derajat kurang nutrisi dan menentukan pilihan intervensi

2. Meningkatkan pengetahuan dan kepatuhan untuk menjalankan program diet sesuai atura

3. Pertimbangan keinginan individu dapat memperbaiki masukan diet.

4. Mengukur kefektifan nutrisi dan dukungan cairan.

5. Peningkatan pemenuhan kebutuhan dan kebutuhan pertahanan tubuh

6. Akumulasi partikel makanan di mulut menambah rasa ketidaknyamanan pada mulut dan
menurunkan nafsu makan

7. Meninkatkan kemampuan asupan sesuai dengan kemampuan klien

BAB IV

PENUTUP

A. Kesimpulan

Adapun kesimpulan dari penulisan makalah ini yaitu :

1. Kanker paru (Ca Paru) merupakan penyebab kematian utama akibat kanker pada pria dan
wanita. Kanker paru ini meningkat dengan angka yang lebih besar pada wanita dibandingkan
pada pria dan sekarang melebihi kanker payudara sebagai penyebab paling umum kematian akibat
kanker pada wanita.

2. Kanker paru adalah pertumbuhan sel kanker yang tidak terkendali dalam jaringan paru-paru
yang dapat disebabkan oleh sejumlah karsinogen lingkungan, terutama asap rokok.

3. Asap rokok merupakan penyebab utama terjadinya Ca. paru.

4. Ada banyak gejala yang dari penyakit ini, gejala paling umum yang ditemui pada penderita
kanker paru adalah Batuk yang terus menerus atau menjadi hebat, dahak berdarah, berubah warna
dan makin banyak, napas sesak dan pendek-pendek, sakit kepala, nyeri atau retak tulang dengan
sebab yang tidak jelas, kehilangan selara makan atau turunnya berat badan tanpa sebab yang jelas.

5. Kemoterapi, pembedahan dan radioterapi merupakan tindakan yang dapat dilakukan sebagai
bentuk pengendalian dari Ca. Paru

B. Saran

Demikian makalah yang kami buat, semoga dapat bermanfaat bagi pembaca. Apabila ada saran dan
kritik yang ingin di sampaikan, silahkan sampaikan kepada kami. Apabila ada terdapat kesalahan
mohon dapat mema'afkan dan memakluminya, karena kami adalah hamba Allah yang tak luput dari
salah khilaf, Alfa dan lupa.

http://keperawatanuinam.blogspot.co.id/2015/11/asuhan-keperawatan-pada-pasien-kanker.html

You might also like