You are on page 1of 341

BAB II

GAMBARAN UMUM KONDISI DAERAH

Provinsi Kalimantan Utara merupakan provinsi termuda di Indonesia saat ini yang
berada di bagian utara Pulau Kalimantan. Pembentukan Provinsi Kalimantan Utara
berdasarkan Undang-Undang No. 20 Tahun 2012 tentang Pembentukan Provinsi Kalimantan
Utara. Provinsi Kalimantan Utara terdiri atas lima wilayah administrasi dengan empat
kabupaten, yaitu Kabupaten Bulungan, Kabupaten Malinau, Kabupaten Nunukan,
Kabupaten Tana Tidung, dan Kota Tarakan. Ibukota Provinsi Kalimantan Utara terletak di
Tanjung Selor, yang saat ini berada di Kabupaten Bulungan. Berikut ini merupakan
gambaran umum dari aspek geografis dan demografi, kesejahteraan masyarakat, pelayanan
umum, daya saing daerah, indeks pembangunan manusia, dan kawasan perbatasan.

2.1. ASPEK GEOGRAFI DAN DEMOGRAFI


2.1.1. Aspek Geografi
A. Luas dan Letak Wilayah
Provinsi Kalimantan Utara yang memiliki luas 75.467,70 km2, terletak pada posisi
antara 11403522 11800300 Bujur Timur dan antara 102136 - 402455 Lintang Utara.
Selain itu, berdasarkan batas kewenangan provinsi, Provinsi Kalimantan Utara diketahui
memiliki luas lautan seluas 11.579 Km2 (13% dari luas wilayah total). Secara administratif
Provinsi Kalimantan Utara berbatasan dengan negara Malaysia tepatnya dengan negara
bagian Sabah dan Serawak, Malaysia. Batas daerah daratan terdapat sekitar 1.038 km garis
perbatasan antara Provinsi Kalimantan Utara dengan Negara Malaysia.
Sebelah Utara : Negara Sabah (Malaysia)
Sebelah Timur : Laut Sulawesi
Sebelah Selatan : Provinsi Kalimantan Timur
Sebelah Barat : Negara Sarawak (Malaysia)

Posisi geografis Provinsi Kalimantan Utara yang berbatasan langsung dengan


Malaysia membuat provinsi ini berada di lokasi strategis terutama dalam pertahanan dan

RPJMD Provinsi Kalimantan Utara Tahun 2016-2021 II - 1


keamanan negara. Selain itu, menurut Undang-Undang No. 20 Tahun 2012 tentang
Pembentukan Provinsi Kalimantan Utara, diketahui bahwa provinsi ini juga berada di jalur
pelayaran internasional (Alur Laut Kepulauan Indonesia/Archipelagic Sealand Passage) dan
merupakan pintu keluar/outlet ke Asia Pasifik.
Tabel 2.1.1.A.1
Wilayah Administrasi Provinsi Kalimantan Utara
Kabupaten/Kota Ibukota Luas Daratan (Km2) Jumlah Kecamatan Jumlah Desa
Bulungan Tanjung Selor 13.925,72 10 81
Malinau Malinau 42.620,70 15 109
Nunukan Nunukan 13.841,90 16 240
Tana Tidung Tideng Pale 4.828,58 5 29
Tarakan Tarakan 250,80 4 20
Kalimantan Utara 75.467,70 50 479
Sumber: Kalimantan Utara Dalam Angka Tahun 2015 dan Kalimantan Utara.bps.go.id, diakses pada Maret 2016

Kabupaten Malinau merupakan kabupaten dengan wilayah terluas di Provinsi


Kalimantan Utara (56% dari total luasan), sedangkan daerah dengan luas wilayah terkecil
adalah Kota Tarakan (1% dari total luasan Provinsi Kalimantan Utara). Kondisi geografis
Provinsi Kalimantan Utara selain berupa pegunungan juga merupakan daerah kepulauan.
Pulau-pulau kecil di Provinsi Kalimantan Utara terletak di Kabupaten Nunukan, Bulungan,
Tana Tidung dan Kota Tarakan. Jumlah pulau-pulau kecil di Provinsi Kalimantan Utara
adalah 161 pulau dengan luas total mencapai 3.597 m2. Pulau-pulau terbesar diantaranya
yaitu Pulau Tarakan (249 m2), Pulau Sebatik (245 m2), Pulau Nunukan (233 m2), Pulau
Tanah Merah (352 m2). Sementara, panjang garis pantai provinsi ini adalah 3.955 Km, 908
Km (23%) merupakan garis pantai daratan, dan 3.047 Km (77%) merupakan garis pantai
kepulauan.

RPJMD Provinsi Kalimantan Utara Tahun 2016-2021 II - 2


Gambar 2.1.1.A.1
Peta Cakupan Wilayah Provinsi Kalimantan Utara
Sumber: Draft RTRW Provinsi Kalimantan Utara Tahun 2015-2035

RPJMD Provinsi Kalimantan Utara Tahun 2016-2021 II - 3


B. Kondisi Topografi
Kondisi topografi merupakan elemen dasar dari suatu wilayah untuk mengetahui
karakteristik fisik suatu daerah. Karakteristik fisik akan mempengaruhi pola dan jenis
pembangunan yang akan diterapkan di wilayah tersebut. Kemiringan lereng dan ketinggian
dari permukaan air laut merupakan indikator untuk mengetahui kondisi topografi di suatu
daerah. Berikut ini adalah kondisi luas wilayah menurut kelas ketinggian dari permukaan
laut dan kabupaten/kota di Provinsi Kalimantan Utara.
Tabel 2.1.1.B.1
Kelas Ketinggian dari Permukaan Laut di Provinsi Kalimantan Utara (Ha)
Kelas Ketinggian
No. Kabupaten
0-7 m 7-25 m 25-100 m 100-500 m 500-1000 m >1000m
1 Bulungan 213.561 249.257 220.119 531.364 193.172 273.749
2 Malinau 11.687 77.937 532.349 831.204 2.258.433 151.317
3 Nunukan 174.434 138.156 199.312 115.112 284.981 269.467
4 Tana Tidung 11.034 246.733 51.029 22 302 -
5 Tarakan 6.920 18.160 - - - -
Kalimantan Utara 417.636 730.243 1.002.809 1.477.702 2.736.888 694.533
Sumber: Kalimantan Utara.bps.go.id, diakses pada Maret 2016

Hampir setengah dari total luasan wilayah provinsi ini memiliki kelas ketinggian
antara 500-1.000 m di atas permukaan laut (38,77%), hanya sekitar 5,92% yang memiliki
kelas ketinggian 0-7 m di atas permukaan laut. Perkembangan pembangunan diperkirakan
akan mengelompok di wilayah yang memiliki ketinggian relatif lebih landai, sedangkan
wilayah pegunungan di Provinsi Kalimantan Utara dapat dijadikan kawasan lindung dan
recharge area (daerah resapan air).
Sebagian besar wilayah Kabupaten Bulungan berada pada ketinggian 100-500 m di
atas permukaan laut (31,61%). Kabupaten Malinau dan Nunukan didominasi oleh wilayah
yang berada di kelas ketinggian 500-1.000 m di atas permukaan laut, yaitu masing-masing
58,46% dan 24,12%. Kabupaten Tana Tidung didominasi oleh wilayah dengan ketinggian 7-
25 m di atas permukaan laut dan hanya sebagian kecil yang memiliki ketinggian 100-500 m
di atas permukaan laut (0,01%). Sedangkan Kota Tarakan didominasi oleh kelas ketinggian
7-25 m di atas permukaan laut (72,41%), sementara sisanya (27,59%) berada pada
ketinggian 0-7 m di atas permukaan laut.

RPJMD Provinsi Kalimantan Utara Tahun 2016-2021 II - 4


Tabel 2.1.1.B.2
Kelas Kemiringan Lereng di Provinsi Kalimantan Utara (Ha)
Kelas Lereng/Kemiringan
2-15% 15-40% >40% Jumlah
No. Kabupaten 0-2%
(Sangat Landai- (Agak Curam- (Sangat (Ha)
(Datar)
Landai/Bergelombang) Curam) Curam-Terjal)
1 Bulungan 319.440 185.018 216.359 590.017 1.310.834
2 Malinau 13.500 72.500 147.177 3.745.417 3.978.594
3 Nunukan 287.739 6.039 81.639 990.129 1.365.546
4 Tana Tidung 134.202 159.013 15.573 22.052 330.840
5 Tarakan 6.154 1.984 17.044 0 25.182
Kalimantan Utara 761.035 424.554 477.792 5.347.615 7.010.996
Persentase (%) 10,85 6,06 6,81 76,27 100
Sumber: Kalimantan Utara Dalam AngkaTahun 2014

Sebagian besar wilayah di Provinsi Kalimantan Utara didominasi oleh wilayah


dengan kemiringan lereng >40%, dengan persentase mencapai 76,27% dari luas wilayah
provinsi ini (5.347.615 Ha). Kondisi topografi Kabupaten Malinau, Nunukan, dan Bulungan
didominasi oleh kemiringan lereng di atas 40%, khususnya wilayah bagian tengah dan barat
yang sebagian besar merupakan hulu sungai. Kabupaten Tana Tidung didominasi oleh
kemiringan lereng 0-2% dan 2-15%. Sedangkan Kota Tarakan didominasi oleh wilayah yang
landai (2-15%).
Pegunungan atau perbukitan yang tersebar di Provinsi Kalimantan Utara, yaitu
sebagai berikut:
a. Kabupaten Bulungan, yaitu Gunung/Bukit Brun, Ubut Lebung, Sombang, Bekayan,
Sondong, Gunung Putih, Mara, Sekatak, Kelu, Kundas, Setarat, Takin, Silid, Rian,
Aung, Jatu;
b. Kabupaten Malinau, yaitu gunung/bukit Laga Tumu, Murjake, Bukit Kalung, Bukit
Rapat, Bulu, Kujan, Kelembit, Bukit Lalau, Bakayan, dan Klawit; dan
c. Kabupaten Nunukan, yaitu Gunung/Bukit Krayan, Tidaliputu, Pawan, Bukit Titeh,
Tudadaun, Depuan, Pangodam, Budukusia, Tungkam, Lelangit, Ruanting, Batu Maja,
Pempuanang, Mansel, Ambalia, Muluk, Batu Bengalun, Klawit (Kalimantan Utara
Dalam Angka Tahun 2015).

Sementara wilayah pantai, rawa pasang surut, daratan aluvial, jalur endapan, dan
sungai berada di kawasan pesisir timur, sedangkan wilayah dataran dan lembah aluvial
umumnya mengikuti arah aliran sungai.

C. Kondisi Klimatologi
Kondisi klimatologi Provinsi Kalimantan Utara hampir sama dengan wilayah lain di
Indonesia yaitu beriklim tropis, terlebih letak provinsi ini berada di utara lintang 00. Suhu
udara maksimal terjadi pada bulan November dengan 34,40o C dan minimal terjadi pada

RPJMD Provinsi Kalimantan Utara Tahun 2016-2021 II - 5


bulan Februari yaitu 23,400 C. Kondisi rata-rata kelembapan udara tahun 2014 di provinsi
ini mencapai angka 84% serta memiliki tekanan udara rata-rata 1.009,7 Mbs. Untuk
keadaan kecepatan angin terdapat dalam range yang tidak terlalu fluktuatif, yaitu 4-5 knot
dari tahun 2008-2014. Curah hujan tertinggi terjadi pada bulan Desember dengan 410 mm,
sedangkan paling rendah terjadi pada bulan Agustus dengan 132 mm. Rata-rata penyinaran
matahari di Provinsi Kalimantan Utara selama tahun 2008-2014 diketahui cukup fluktuatif
dengan rata-rata terjadi 51 penyinaran matahari pada tahun 2014.
Tabel 2.1.1.C.1
Kondisi Klimatologi di Provinsi Kalimantan Utara
Suhu Udara (C) Tekanan Kecepatan Curah Penyinaran
Kelembapan
Bulan Rata- Udara Angin Hujan Matahari
Min Max Udara (%)
Rata (Mbs) (Knot) (mm) (%)
Januari 23,50 31,60 27,55 84 1.010,2 3 216 34
Februari 23,40 32,00 27,70 83 1.010,1 4 172 42
Maret 24,00 32,50 28,25 82 1.010,6 4 218 64
April 24,20 33,30 28,75 83 1.009,8 4 159 43
Mei 24,40 33,40 28,90 85 1.009,6 5 181 56
Juni 24,00 33,70 28,85 85 1.008,7 4 211 60
Juli 23,60 33,60 28,60 84 1.009,4 4 263 50
Agustus 24,00 33,20 28,60 84 1.010,2 4 132 63
September 23,70 33,60 28,65 83 1.010,2 4 230 58
Oktober 24,50 33,90 29,20 81 1.009,4 5 149 54
November 24,20 34,40 29,30 85 1.009,4 4 315 47
Desember 24,00 32,10 28,05 86 1.009,3 4 410 43
2014 23,96 33,11 28,53 84 1.009,7 4 221,3 51
2013 24,10 27,40 32,80 84 1.009,6 5 262,9 51
2012 23,80 27,30 32,40 79 1.011,0 4 228,2 51
2011* 25,73 31,60 28,40 85,00 1.010,05 4,00 298,64 41,77
2010* 23,40 32,70 27,70 85,00 1.010,48 4,15 255,20 45,86
2009* 22,85 33,40 28,14 83,75 1.010,28 4,00 248,28 42,19
2008* 23,27 32,20 27,73 84,33 1.009,23 5,33 274,83 52,00
Sumber: Kabupaten Dalam Angka Tahun 2009-2013 dan 2015
Keterangan: * Rata-rata Kondisi Iklim per bulan
Diambil dari data Stasiun Meteorologi Tanjung Selor (Badan Meteorologi dan Geofisika Bulungan)

D. Kondisi Geologi
Kondisi geomorfologi atau fisiografi Provinsi Kalimantan Utara meliputi daratan dan
lautan. Daratan berada di bagian barat, sedangkan lautan berada di bagian timur hingga
kawasan perairan Ambalat. Bagian barat yang berupa daratan tercermin sebagai
pegunungan hingga perbukitan yang merupakan unit geomorfologi (bentang alam) struktur
baik berupa lipatan maupun patahan, sedangkan bagian timur sebagai dataran hingga
pantai atau dikenal sebagai bentang alam aluvial, sedangkan bentang alam laut berada di
bagian paling timur wilayah.
Litostratigrafi tersusun atas batuan Paleozoikum, Mesozoikum, Kenozoium dan
Kwarter. Batuan Paleozoikum, Mesozoikum, Kenozoikum dan Kwarter banyak tersingkap di
bagian barat Provinsi Kalimantan Utara (Kabupaten Nunukan, Kabupaten Malinau,
Kabupaten Tana Tidung, Kabupaten Bulungan, dan Kota Tarakan). Batuan tersier yang

RPJMD Provinsi Kalimantan Utara Tahun 2016-2021 II - 6


belum banyak tersingkap terdapat di kawasan pantai dan di bawah laut (Selat Sulawesi).
Batuan Paleozoikum dan Mesozoikum berupa batuan metamorfosa seperti sekis, pilit,
marmer, gneiss, dan kwarsit, maupun batuan beku seperti granit/diorit, dan batuan
sedimen seperti batu pasir, batu lanau, batu lempung, batu gamping yang umumnya telah
mengalami diagenesis atau metamorfisme. Batuan Kenozoikum (Tersier) antara lain terdiri
dari beberapa formasi yang berupa batuan sedimen seperti batu pasir, batu lanau, batu
lempung, batubara dan batu gamping, serta batuan volkan atau batuan beku seperti
granit, rhyolit, trachit, diorit dan andesit. Batuan sedimen Tersier tersebut terbentuk
dalam suatu cekungan yang dikenal sebagai Cekungan Tarakan dan termasuk salah satu
cekungan penghasil minyak dan gas di Kalimantan Utara.
Struktur geologi berupa lipatan yang berarah barat daya-timur laut berupa antiklin
dan sinklin serta struktur patahan geser dengan arah barat laut-tenggara hingga utara-
selatan dan sesar naik berarah barat daya-timur laut. Struktur antiklin dan patahan
seringkali berfungsi sebagai perangkap minyak dan gas. Perangkap minyak dan gas dapat
pula berupa perangkap stratigrafi.
Berdasarkan stratigrafi tersier di Cekungan Tarakan yang terdiri dari bermacam
batuan sedimen yang dapat berfungsi sebagai batuan induk, batuan reservoir, dan batuan
penutup, sedangkan kondisi gradient geothermis dan perangkap geologi minyak dan gas
bumi baik struktur geologi dan stratigrafi, maupun terjadinya migrasi minyak dan gas bumi
memenuhi syarat bagi sistem perminyakan yang ada di Cekungan Tarakan. Dengan
demikian Cekungan Tarakan yang termasuk dalam wilayah Provinsi Kalimantan Utara
mempunyai potensi minyak dan gas bumi yang sebagian besar masih dalam taraf
penyelidikan eksplorasi, dan sebagian kecil sudah berproduksi seperti di Kabupaten
Nunukan dan Kabupaten Bulungan. Dari stratigrafinya, Cekungan Tarakan mempunyai
potensi batubara yang melimpah pada formasi batuan sedimen yang berumur Tersier.
Penambangan batubara sudah dilakukan di Kabupaten Nunukan, Kabupaten Tana Tidung,
Kabupaten Malinau, dan Kabupaten Bulungan.
Selain itu terdapat batuan beku asam hingga batuan beku menengah seperti granit,
rhyolit, trachyt, diorit, dan andesit yang mengindikasikan adanya kegiatan magmatik pada
saat Miosen. Adanya kegiatan magmatik asam hingga menengah ini dapat menyebabkan
terjadinya mineralisasi bijih dalam bentuk senyawa sulfida yang mengandung unsur emas,
tembaga, perak, seng, dan timbal sebagai endapan epitermal maupun mesotermal.
Dampak lain dari kegiatan magmatik ini adalah terjadinya alterasi hidrotermal terhadap
batuan batuan yang lebih tua sehingga menghasilkan bahan galian seperti kaolin dan
bentonit yang berpotensi sebagai bahan dasar untuk industri keramik. Kondisi stratigrafi
juga memungkinkan terbentuknya batu gamping dari formasi yang berumur tersier dan

RPJMD Provinsi Kalimantan Utara Tahun 2016-2021 II - 7


tersingkap di permukaan seperti di Kabupaten Bulungan dalam jumlah yang cukup besar
dan dapat dimanfaatkan sebagai bahan baku semen. Ditemukan juga pasir kwarsa yang
merupakan hasil rombakan batuan tersier baik batuan beku, sedimen, maupun metamorf
seperti yang terdapat di Kabupaten Nunukan. Pasir kwarsa ini berpotensi sebagai bahan
dasar untuk industri kaca atau bahan bangunan yang lain.
Potensi sumberdaya geologi yang berupa sumberdaya mineral khususnya emas
secara informasi tidak resmi terdapat di Kabupaten Nunukan yang diperkirakan mempunyai
cadangan cukup besar, namun belum dikelola dengan baik. Penambangan sumberdaya
mineral khususnya emas harus memperhatikan masalah lingkungan yang terkait dengan
pencemaran unsur unsur berbahaya seperti As dan Hg terhadap air tanah maupun air
permukaan.
Jika dilihat berdasarkan jenis tanah yang terbentuk dan tersedia di Provinsi
Kalimantan Utara, antara lain yaitu:
a. Organosol (Hiplohemist, Hiplofibrists), berupa tanah gambut pada bentuklahan
dataran berawa permanen, dataran bergambut dan dataran aluvial berawa, yang
terletak di muara Sekatak Kabuapaten Bulungan;
b. Aluvial Hidromorf (Hidraquents, Sulfaquents, Endoaquepts) adalah tanah lapisan
atas warna kelabu sangat gelap/ hitam oleh endapan bahan organik, tekstur
lempung, struktur masif, konsistensi lekat liat, berupa gunungan endapan pasir
pantai, dataran lumpur bawah bakau dan nipah, batuan pasir paduan muara sungai.
Sebaran dataran pasang surut, delta, dataran estuarin yang terdapat di Kabupaten
Bulungan, Kota Tarakan;
c. Aluvial (Endoaquepts, Distrodepts), merupakan tanah dengan kesuburan dan
potensi untuk pertanian sedang-tinggi. Sebaran tanah ini pada dataran aluvial
sungai (tanggul alam dan dataran banjir), dataran aluvial depresi antar perbukitan
sepanjang sungai-sungai terletak di Kabupaten Bulungan;
d. Organosol, (alluvial gambut) hanya terdapat di Kecamatan Tarakan Barat Kota
Tarakan;
e. Rendsina (Hapludolls, Eutrodepts), tanah dengan kesuburan dan potensi untuk
pertanian sedang, faktor pembatas topografi dan jeluk tanah (soil/ dangkal).
Sebaran pada dataran berombak bergelombang, perbukitan terdapat di Kabupaten
Bulungan;
f. Podsolik Merah Kuning (Hapludults, Paeudults), tanah kesuburan dan potensi untuk
pertanian sedang. Sebaran di Kabupaten Bulungan, Kota Tarakan;

RPJMD Provinsi Kalimantan Utara Tahun 2016-2021 II - 8


g. Podsol (Haplorthods, Palehumulds), tanah mudah lapuk, sebaiknya dihutankan atau
penggembalaan (pasture). Sebaran tanah di daerah datar berombak, di Kabupaten
Bulungan;
h. Latosol (Hapludults, Dystrondepts), tanah ini memiliki kesuburan dan potensi untuk
pertanian sedang-tinggi. Sebaran pada perbukitan dan pegunungan tektonik,
pegunungan volkan yang melereng sedang di Kabupaten Bulungan, Kota Tarakan;
i. Podsolik Coklat (Dystrondepts, Eutrodepts) tanah dengan kesuburan dan potensi
untuk pertanian sedang. Jenis tanah dijumpai di Kabupaten Bulungan;
j. Latosol/ Lateritik (Hapludoxs, Kandiudults, Palehumults), kesuburan dan potensi
tanah untuk pertanian rendah. Sebaran tanah di dataran berombak-bergelombang di
Kabupaten Bulungan;
k. Andosol (Hipludands, Udivitrands), dan kesuburan dan potensi untuk pertanian
sedang tinggi terutama untuk tanaman hortikultura. Sebaran terdapat di
Kabupaten Bulungan;
l. Podsolik Coklat Kelabu (Hapluhumults, Hapludox), kesuburan dan potensi untuk
pertanian sedang. Sebaran pada volkan yang terdenudasi terletak di Kabupaten
Bulungan; dan
m. Jenis tanah alluvial endapan/aliran sungai, tanah berlapis-lapis hasil proses
pengendapan dengan kesuburan dan potensi untuk pertanian sedang-tinggi. Sebaran
pada dataran aluvial sungai (meander sungai, dataran banjir, danau, lembah-
lembah sempit) pada tepi sungai-sungai terutama Sungai Kayan, Sungai Sekatak,
dan anakanak sungainya (Percepatan Penyusunan RTRW Provinsi Kalimantan Utara
dan Kabupaten Mahakam Ulu (Provinsi dan Kabupaten Pemekaran)).

E. Kondisi Hidrologi
Kondisi hidrologi wilayah Provinsi Kalimantan Utara dapat berupa air permukaan
dan air bawah permukaan (air tanah). Air permukaan tercermin sebagai aliran sungai yang
terbagi menjadi beberapa DAS (daerah aliran sungai), mata air, dan air tanah. Kawasan
resapan air terletak di daerah pegunungan dan perbukitan yang terletak di bagian barat,
diantaranya terdapat di Kabupaten Malinau, Kabupaten Bulungan, Kabupaten Tana Tidung,
dan Kabupaten Nunukan, sedangkan kawasan tangkapan air terletak di bagian timur yang
berupa dataran aluvial dan dataran fluvial.
Provinsi Kalimantan Utara memiliki potensi Sumber Daya Air (SDA) yang sangat
besar. SDA tersebut terdiri dari jumlah curah hujan di Kalimantan Utara yang cukup tinggi,
sungai-sungai besar, mata air yang banyak, dan rawa yang luas. Potensi yang besar
tersebut banyak dimanfaatkan untuk menunjang kesejahteraan dan membantu kehidupan

RPJMD Provinsi Kalimantan Utara Tahun 2016-2021 II - 9


masyarakat Kalimantan Utara. Namun, karena peran SDA sangat besar tersebut juga
membuat potensi daya rusak dan pencemaran sangat mungkin meningkat.
Sungai merupakan bagian penting dari DAS, sangat berperan penting bagi kehidupan
dan aktivitas masyarakat Provinsi Kalimantan Utara. Sungai-sungai yang ada di wilayah ini
antara lain adalah Sungai Kayan, Sungai Sesayap, Sungai Pimping, Sungai Bandan, Sungai
Sekatak, Sungai Jelarai, Sungai Linuang Kayan, Sungai Betayau, Sungai Sembakung, Sungai
mandul, Sungai Semandak, Sungai Mintut, Sungai Manguli. Sungai tersebut merupakan
media transportasi air bagi masyarakat. Selain itu, sungai tersebut juga sebagai sumber
mata pencaharian nelayan tradisional di wilayah ini (Profil Daerah Provinsi Kalimantan
Utara, 2014).
Tabel 2.1.1.E.1
Nama dan Panjang Sungai Utama di Provinsi Kalimantan Utara (Km)
No. Kabupaten/Kota Nama Sungai Panjang Sungai (Km)
1 Bulungan Sungai Kayan/Kahayan 550
2 Malinau Sungai Sesayap 262
Sungai Sembakung 241
3 Nunukan Sungai Sembakung 241
Sungai Sebuku 152
4 Tana Tidung Sungai Sesayap 262
5 Tarakan Sungai Binalatung 13
Sungai Bengawan 12
Sumber: Laporan Akhir Peningkatan Konservasi Daerah Tangkapan Air dan Sumber-Sumber Air Provinsi Kalimantan Utara
Tahun 2015

Berdasarkan hasil inventarisasi jumlah sungai dalam dokumen SLHD tiap


Kabupaten/Kota, Provinsi Kalimantan Utara memiliki 123 sungai dengan sungai terpanjang
yaitu Sungai Pamusian dengan panjang 20.178 km, sungai terpendek yaitu Sungai Bebakin
yang hanya memiliki panjang 1 Km. Untuk kategori sungai terlebar, Sungai Kayan menjadi
yang utama dengan lebarnya yang mencapai 550 km. Sementara Sungai Bebakil menjadi
sungai tersempit karena hanya memiliki lebar 2 km. Walaupun bukan sungai yang
terpanjang ataupun terlebar di Kalimantan Utara, Sungai Naha Aya memiliki debit
3
maksimum yaitu 1.992,52 m /detik.
Kalimantan Utara hanya memiliki 1 danau yaitu Danau Kelaputan Mangkupadi yang
terletak di Kabupaten Bulungan seluas 6 ha. Sementara untuk waduk dan embung semakin
bertambah. Pada 2014, Kalimantan Utara memiliki 24 buah waduk dan 10 embung,
meningkat dari tahun sebelumnya yang hanya terdapat 9 buah waduk dan 11 embung.
Sedangakan situ tidak terdapat di wilayah Provinsi Kalimantan Utara. Waduk yang terluas
dan volume paling besar di Provinsi Kalimantan Kalimantan Utara yaitu Waduk Irigasi
Binusan di Kabupaten Nunukan dengan luas 3,6 ha dan volume 3000 m3. Sementara itu,
Embung Air Baku Bolong di Kabupaten Nunukan menjadi embung terluas dan memiliki
volume terbesar di provinsi ini. Luas embung tersebut yaitu 13,44 ha dengan volume
294.500 m3.

RPJMD Provinsi Kalimantan Utara Tahun 2016-2021 II - 10


Tabel 2.1.1.E.2
Inventarisasi Danau/Waduk/Situ/Embung di Provinsi Kalimantan Utara
No. Jenis Nama Luas (Ha) Volume (m3)
1 Danau Kelaputan Mangkupadi 6 -
2 Waduk Waduk Irigasi Binusan, Nunukan 3,6 3000
3 Waduk Bendung Irigasi Kp. Tator I, Binusan 0,16 45
4 Waduk Bendung Irigasi Kp. Tator II, Binusan 0,16 45
5 Waduk Bendung Irigasi Kp. Tator III, Binusan 0,16 45
6 Waduk Bendung Irigasi Binusan Kecil, Nunukan 0,16 600
7 Waduk Bendung Irigasi Sei Jepun, Nunukan Selatan 0,3 60
8 Waduk Bendung Irigasi Mansapa, Nunukan Selatan 2,5 360
9 Waduk Bendung Irigasi Mamolo, Tanjung Harapan 2,5 720
10 Waduk Bendung Irigasi Lancang I, Nunukan Selatan 0,75 270
11 Waduk Bendung Irigasi Lancang II, Nunukan Selatan 0,75 30
12 Waduk Bendung Irigasi Lancang III, Nunukan Selatan 1,5 225
13 Waduk Bendung Irigasi Kp. Solok, Simengkadu 0,3 30
14 Waduk Bendung Irigasi Liang Bunyu, Sebatik Barat 1 450
15 Waduk Bendung Irigasi Kp. Enrekang 1, Sebatik 0,5 270
16 Waduk Bendung Irigasi Enrekang 2, Sebatik Barat 0,5 37,5
17 Waduk Bendung Irigasi Enrekang 3, Sebatik Barat 0,5 90
18 Waduk Bendung Irigasi Kp. Sinjai, Sebatik Barat 0,5 90
19 Waduk Bendung Irigasi Kp. Tellang 1, Sebatik Barat 0,5 90
20 Waduk Bendung Irigasi Kp. Tellang 2, Sebatik Barat 0,5 90
21 Waduk Bendung Irigasi Kp. Tellang 3, Sebatik Barat 0,5 90
22 Waduk Bendung Irigasi Batu Satu 1, Sebatik Barat 0,5 30
23 Waduk Bendung Irigasi Batu Satu 2, Sebatik Barat 0,5 30
24 Waduk Bendung Irigasi Tembaring Atas, Sebatik Barat 0,5 30
25 Waduk Bendung Irigasi Tembaring Bawah, Sebatik Barat 0,25 72
26 Embung Embung Air Baku Bilal, Nunukan 11,7 139.000
27 Embung Embung Air Baku Bolong, Nunukan 13,44 294.500
28 Embung Embung Sei Pancang - -
29 Embung Embung Air Baku Tanjung Karang, Sebatik 0,75 756
30 Embung Embung Air Baku Lapio, Sebatik Barat 2 986,53
31 Embung Embung Air Baku Sianak, Sebatik Barat 2 7.537,5
32 Embung Embung Irigasi Bebakil 1, Sebatik Barat 1 12,5
33 Embung Embung Irigasi Bebakil 2, Sebatik Barat 0,5 400
34 Embung Embung Persemaian, Tarakan 13,018 130,730
35 Embung Embung Binalatung, Tarakan 70 666,66
36 Embung Embung Bengawan, Tarakan 16,22 174.000
Sumber: Buku Dara Status Lingkungan Hidup Daerah Provinsi Kalimantan Utara Tahun 2015
Keterangan : ( - ) Tidak dilakukan pengukuran
Kabupaten Malinau tidak terdapat danau/waduk/situ/embung
Kabupaten Tana Tidung tidak terdapat danau/waduk/situ. Sementara Embung masih dalam tahap perencanaan

F. Penggunaan Lahan
Penggunaan lahan di Provinsi Kalimantan Utara didominasi oleh hutan, dengan
luasan mencapai 6.440.254 Ha atau sekitar 90,06% dari luasan total wilayah. Luasan
pertanian tersebar sekitar 1,55% atau 110.751 Ha dari total luas wilayah. Penggunaan lahan
hutan negara mendominasi di seluruh kabupaten, namun terbanyak terdapat di Kabupaten
Malinau. Kondisi geografis provinsi ini yang didominasi oleh pegunungan dan perbukitan
dengan kemiringan lereng yang curam, sebagian besar dimanfaatkan sebagai hutan
lindung. Penggunaan lahan permukiman hanya 19.090 Ha atau 0,27% dari total luasan
wilayah provinsi ini, dengan sebaran lahan permukiman paling tinggi berada di Kabupaten
Nunukan.

RPJMD Provinsi Kalimantan Utara Tahun 2016-2021 II - 11


Tabel 2.1.1.F.1
Luas Wilayah Menurut Jenis Penggunaan Tanah di Provinsi Kalimantan Utara (Ha)
Jenis Penggunaan Tanah
No. Kabupaten
Pemukiman Hutan Pertanian Pertambangan Lainnya
1 Bulungan 4.925 1.086.969 12.040 - 237.497
2 Malinau 2.687 3.927.395 2.301 1.550 42.808
3 Nunukan 6.609 1.167.764 87.254 - 166.952
4 Tana Tidung 1.867 250.506 3.786 1.415 77.563
5 Tarakan 3.002 7.620 5.370 5.914 47.363
Kalimantan Utara 19.090 6.440.254 110.751 8.879 572.183
Persentase (%) 0,27 90,06 1,55 0,12 8
Sumber: Kalimantan Utara Dalam AngkaTahun 2014

Sedangkan, jika dilihat dari SK Menteri Kehutanan No. 718 Tahun 2014,
perbandingan luas areal penggunaan lahan dengan areal hutan dan tubuh air dapat dilihat
pada tabel berikut ini.
Tabel 2.1.1.F.2
Perbandingan Luas Areal Penggunaan Lahan, Areal Hutan, dan Tubuh Air
di Provinsi Kalimantan Utara
Kabupaten Kabupaten Kabupaten Tana Provinsi
Kota Tarakan Kabupaten Malinau
Kawasan Bulungan Nunukan Tidung Kalimantan Utara
Luas (Ha) % Luas (Ha) % Luas (Ha) % Luas (Ha) % Luas (Ha) % Luas (Ha) %
Areal 412.587,27 29,2 18.147,74 72,2 320.337,60 8,08 451.545,18 32,7 161.242,51 46,4 1.363.860,30 19,1
Penggunaan
Lain
Hutan 224.769,60 15,9 6.997,33 27,83 675.398,51 17,04 158.014,95 11,45 0 0 1.065.180,39 14,9
Lindung
Hutan 259.162,53 18,33 0 0 365.157,98 9,21 275.774,53 19,98 151.120,97 43,47 1.051.216,01 14,7
Produksi
Hutan 0 0 0 0 30.117,50 0,76 13.513,89 0,98 9.876,67 2,84 53.508,06 0,75
Produksi
yang Dapat
Dikonversi
Hutan 507.803,51 35,92 0 0 1.565.329,71 39,5 190.350,83 13,79 9.084,26 2,61 2.272.568,31 31,9
Produksi
Terbatas
Tubuh Air 0 0 0 0 997.699,21 25,17 274.380,39 19,88 0 0 1.272.079,60 17,8
Sumber: SK Menhut No. 718/2014 dalam Materi Teknis RTRW Provinsi Kalimantan Utara Tahun 2015-2035

Penggunaan lahan didominasi oleh hutan lebih dari 90% yang terdiri atas hutan
primer dan hutan sekunder dengan luas hampir 6,5 juta hektar. Proporsi hutan terbesar,
yaitu di Kabupaten Malinau seluas 3,9 juta hektar dan Kabupaten Bulungan serta Nunukan
dengan luasan wilayah hutan yang mencapai 1 juta hektar. Proporsi kawasan budidaya
hanya mencapai angka 5,97% dari seluruh total luasan tutupan lahan. Secara lebih jelas,
luas tutupan lahan menurut kabupaten/kota di Provinsi Kalimantan Utara adalah sebagai
berikut.

RPJMD Provinsi Kalimantan Utara Tahun 2016-2021 II - 12


Tabel 2.1.1.F.3
Luas Tutupan Lahan Menurut Kabupaten/Kota di Provinsi Kalimantan Utara (Ha)
Jenis Tutupan Luas (Ha)
Jumlah
Lahan Kabupaten Bulungan Kota Tarakan Kabupaten Malinau Kabupaten Nunukan Kabupaten Tana Tidung
Hutan Lahan 246.781,86 20,77% 0,00% 3.092.180,92 80,45% 707.612,51 45,50% 0,00% 4.046.575,29 58,22%
Kering Primer
Hutan Lahan 627.781,65 52,83% 8.027,22 33,01% 641.632,90 16,69% 299.725,12 19,27% 69.453,26 20,47% 1.646.620,15 23,69%
Kering Sekunder
Hutan Rawa 0,00% 0,00% 0,00% 1.298,99 0,08% 0,00% 1.298,99 0,02%
Primer
Hutan Rawa 7298,44 0,61% 0,00% 962,14 0,03% 213.551,18 13,73% 40.887,65 12,05% 262.699,41 3,78%
Sekunder
Hutan Tanaman 0,00% 0,00% 0,00% 0,00% 9.803,38 2,89% 9.803,38 0,14%
Hutan Mangrove 65.530,42 5,51% 289,32 1,19% 0,00% 67.841,59 4,36% 24.239,92 7,14% 157.901,25 2,27%
Sekunder
Perkebunan 0,00% 0,00% 0,00% 32.213,19 2,07% 0,00% 32.213,19 0,46%
Permukiman 1100,23 0,09% 1.236,22 5,08% 1.482,12 0,04% 700,41 0,05% 614,01 0,18% 5.132,99 0,07%
Emplacement 0,00% 65,49 0,27% 0,00% 0,00% 0,00% 65,49 0,001%
Pertanian Lahan 1627,46 0,14% 0,00% 0,00% 0,00% 0,00% 1.627,46 0,02%
Kering
Pertanian Lahan 97.115,04 8,17% 10.197,93 41,93% 67.529,48 1,76% 13.147,57 0,85% 37.969,89 11,19% 225.959,91 3,25%
Kering
Bercampur
Semak
Rawa 2313,41 0,19% 74,45 0,31% 0,00% 3.163,20 0,20% 1.897,45 0,56% 7.448,51 0,11%
Sawah 0,00% 0,00% 0,00% 17.122,89 1,10% 0,00% 17.122,89 0,25%
Semak Belukar 61.688,45 5,19% 2.834,62 11,66% 28.581,95 0,74% 88.095,68 5,67% 8.102,05 2,39% 189.302,75 2,72%
Semak/Belukar 13.618,55 1,15% 48,88 0,20% 11.051,98 0,29% 94.888,83 6,10% 88.976,54 26,23% 208.584,78 3,00%
Rawa
Tambak 62.381,01 5,25% 1.546,34 6,36% 0,00% 12.466,58 0,80% 57.074,81 16,82% 133.468,74 1,92%
Tanah Terbuka 1.049,74 0,09% 0,00% 161,57 0,00% 3.227,82 0,21% 243,23 0,07% 4.682,36 0,07%
Total 1.188.286,26 100,00 24.320,47 100,00 3.843.583,06 100,00 1.555.055,56 100,00 339.262,19 100,00 6.950.507,54 100,00
Sumber: Percepatan Penyusunan RTRW Provinsi Kalimantan Utara dan Kabupaten Mahakam Ulu (Provinsi dan Kabupaten Pemekaran)

RPJMD Provinsi Kalimantan Utara Tahun 2016-2021 II - 13


Gambar 2.1.1.F.1
Peta Tutupan Lahan di Provinsi Kalimantan Utara
Sumber: Draft RTRW Provinsi Kalimantan Utara Tahun 2015-2035

RPJMD Provinsi Kalimantan Utara Tahun 2016-2021 II - 14


G. Potensi Pengembangan Wilayah
Potensi Ekonomi Sektoral (Sumber Daya Alam)
1. Sub Sektor Pertanian Tanaman Pangan
a. Fokus komoditas tanaman pangan Provinsi Kalimantan Utara adalah padi,
jagung, dan ubi kayu. Kabupaten Malinau, Kabupaten Bulungan, dan Kabupaten
Nunukan merupakan daerah potensial pengembangan ketiga komoditas tanaman
pangan tersebut.
b. Provinsi Kalimantan Utara memliki lahan pertanian yang potensial yaitu dengan
luas sebesar 115.721,57 Ha. Namun, hanya 14.265,05 Ha yang termanfatkan
menjadi lahan sawah. Artinya masih terdapat 101.456,51 Ha lahan yang belum
termanfaatkan secara optimal.
c. Luas panen di Provinsi Kalimantan Utara dalam kurun waktu 2008-2012
mengalami peningkatan 30,45%, yaitu dari 31.132 hektar menjadi 40.613 hektar.
Luas lahan panen terbesar yaitu di Kabupaten Bulungan, sebesar 21.774 hektar
atau 54% dari total luas panen provinsi.

2. Sub Sektor Holtikultura


a. Jenis tanaman buah-buahan yang menjadi fokus utama pengembangan di
Provinsi Kalimantan Utara adalah buah jeruk, durian/lai, dan pisang. Dari data
produksi komoditas buah yang memiliki keunggulan kompetitif adalah buah
pisang dengan produksi rata-rata pada tahun 2012 adalah 3.274 per ton.
b. Produksi buah pisang yang paling besar adalah terdapat di Kabupaten Nunukan
dengan produksi sebesar 51,28% dari total produksi provinsi.
c. Kabupaten penghasil buah durian paling banyak adalah di Kabupaten Bulungan
dengan total produksi sebesar 55,35% dari total produksi provinsi. Diketahui
bahwa produksi buah durian di Kabupaten Bulungan terus mengalami
peningkatan dari tahun ke tahun.
d. Kabupaten penghasil buah jeruk paling banyak pada kurun waktu 2009-2012
adalah Kabupaten Bulungan dengan total produksi sebanyak 54,62% dari total
produksi provinsi.

RPJMD Provinsi Kalimantan Utara Tahun 2016-2021 II - 15


3. Sub Sektor Peternakan
a. Komoditas utama sektor peternakan adalah sapi, kerbau, kambing, babi,
ayam, dan itik.
b. Ayam ras pedaging dan ayam kampung merupakan komoditas hewan ternak yang
paling banyak populasinya. Populasi ayam ras pedaging sebanyak 76,86% dari
total populasi hewan ternak provinsi.
c. Produksi daging ayam ras pedaging pada periode waktu 20082012 mencapai
56,59% dari total produksi daging hewan ternak, diikuti hasil produksi daging
ayam kampung dengan 18,32% dan sapi yang berjumlah 15,78%.

4. Sub Sektor Perkebunan


a. Terdapat beberapa jenis tanaman perkebunan yang dikembangkan antara lain
Karet, kelapa, kopi, lada, aren, kakao, kelapa sawit, dan lain-lain. Namun yang
menjadi komoditas unggulan hanya 4 jenis yaitu kakao dan kelapa (Prioritas I),
serta kopi dan kelapa sawit (Prioritas II).
b. Perkebunan kakao terdapat di semua kabupaten kecuali Kota Tarakan. Pada
tahun 2012, luas perkebunan kakao seluas 11.645 hektar, luas terbesar terdapat
di Kabupaten Nunukan dengan luas 6.514 ha.
c. Luas serta jumlah produksi komoditas kelapa mengalami penurunan. Pada tahun
2012, luas perkebunan kelapa seluas 2.663 hektar, sedangkan luas terbesar
berada di Kabupayen Nunukan (1.085 hektar). Produksi panen kelapa terbesar
yaitu di Kabupaten Bulungan.
d. Luas dan produksi perkebunan kopi dalam kurun waktu 2008-2012 mengalami
penurunan. Luas panen mengalami penurunan, yaitu dari 5.628 hektar menjadi
2.818 hektar. Luas kebun kopi terbesar yaitu di Kabupaten Malinau seluas 2.058
hektar.
e. Luas dan hasil panen kelapa sawit dalam kurun waktu 2008-2012 mengalami
kenaikan. Luas perkebunan sawit meningkat dari 62.879 hektar menjadi 137.389
hektar.

5. Sub Sektor Kehutanan


Dari enam klasifikasi hutan yang ada di Kalimantan, hanya empat jenis yang berada
di Kalimantan Utara yaitu Hutan Lindung, Hutan Suaka Alam dan Wisata, Hutan
Produksi Terbatas dan Hutan Produksi Tetap. Luas total hutan di Provinsi
Kalimantan Utara pada tahun 2012 adalah 6.228.413 Ha. Dari keempat jenis hutan
yang ada di Kalimantan Utara, yang terluas adalah hutan produksi terbatas yaitu

RPJMD Provinsi Kalimantan Utara Tahun 2016-2021 II - 16


seluas 2.076.008 Ha dan yang terkecil adalah Hutan Lindung yaitu seluas 1.130.971
Ha. Kabupaten Malinau merupakan wilayah yang memiliki total luas hutan terbesar
dengan luas hutan 3.930.293 Ha, sedangkan yang terkecil di Kota Tarakan dengan
luas total hanya sebesar 4.827 Ha. Hutan lindung, hutan suaka alam & wisata, dan
hutan produksi terbatas merupakan yang paling luas berada di Kabupaten Malinau.
Sementara hutan produksi tetap yang terluas berada di Kabupaten Bulungan.
Tabel 2.1.1.G.1
Luas Hutan (Ha) Menurut Tata Guna Hutan Kesepakatan dan Kabupaten/Kota
di Provinsi Kalimantan Utara
Hutan Hutan
Hutan Hutan Suaka Jumlah Hutan
Kabupaten/Kota Produksi Produksi
Lindung Alam & Wisata Tetap
Terbatas Tetap
Malinau 667.280 1.233.231 1.609.115 420.667 2.029.782
Bulungan 235.375 - 324.016 466.921 790.937
Nunukan 225.998 462.243 134.593 248.170 382.763
Tana Tidung - - 8.284 187.693 195.977
Tarakan 2.318 - - 2.509 2.509
2012 1.130.971 1.695.474 2.076.008 1.325.960 3.401.968
Provinsi 2011 1.053.531 1.695.474 1.872.556 1.491.065 3.363.621
Kalimantan 2010 1.053.531 1.695.474 1.872.556 1.491.065 3.363.621
Utara 2009 1.053.531 1.695.474 1.872.556 1.491.065 3.363.621
2008 1.053.531 1.695.474 1.872.556 1.491.065 3.363.621
Sumber: Materi Teknis RTRW Provinsi Kalimantan Utara Tahun 2015-2035

6. Sub Sektor Perikanan


Sumber daya perikanan berasal perikanan laut dan perikanan darat. Jenis
perikanan darat adalah perairan umum, tambak, kolam, keramba dan budidaya
pantai/laut. Pada sektor perikanan, jenis perikanan darat masih menjadi yang
utama yakni dari jenis budidaya pantai yang mengalami pertumbuhan jumlah
produksi dari tahun ke tahun. Selain budidaya pantai, jenis perikanan darat yang
mengalami pertumbuhan jumlah produksi adalah dari tambak dan kolam.
Sementara produksi perikanan laut juga sempat mengalami pertumbuhan produksi
dari tahun 2008-2011, namun mengalami penurunan di tahun 2012. Wilayah dengan
perikanan laut yang dominan adalah Kota Tarakan. Sedangkan wilayah dengan
produksi perikanan darat yang dominan adalah Kabupaten Nunukan, yakni dari
sektor budidaya pantai.

7. Sektor Industri
Pemerintah pusat telah menetapkan industri unggulan di Provinsi Kalimantan
Utara adalah kakao. Jika dibandingkan dengan data perkebunan yang ada,
komoditas kakao dan karet memang memiliki jumlah produksi yang tinggi. Potensi
ini dapat dimanfaatkan untuk diolah menjadi barang jadi yang memiliki nilai
tambah. berdasarkan data, industri di bidang agro dan hasil hutan masih lebih kecil

RPJMD Provinsi Kalimantan Utara Tahun 2016-2021 II - 17


dibandingkan dengan industri logam, mesin, elektronika, dan aneka industri. Oleh
karena itu, pengembangan industri agro perlu lebih dimaksimalkan. Produk
unggulan UMKM di provinsi ini, antara lain meubel rotan, anyaman bambu, anyaman
rotan, anyaman manik-manik, kue dan roti, bubuk kopi, pengolahan logam,
pembuatan kapal, pengolahan rumput laut, minyak atsiri, beras Adan, ikan teri,
udang kering, kerupuk durian, amplang, dan batik.

8. Sektor Pariwisata
Pola pergerakan wisatawan yang menggunakan jalur udara, yaitu melalui: (a)
Jakarta-Balikpapan-Tarakan; (b) Yogyakarta-Balikpapan-Tarakan; dan (c) Jakarta-
Makassar-Balikpapan-Tarakan. Untuk jalur laut, telah dilengkapi dengan pelabuhan
utama yaitu di Pelabuhan Tarakan (Kota Tarakan) dan Pelabuhan Tanjung Selor
(Kabupaten Bulungan). Daya tarik wisata di Provinsi Kalimantan Utara, antara lain:
a. Daya tarik wisata Heart of Borneo (HoB).
Heart of Borneo merupakan keunikan untuk menunjukkan keberadaan hutan
primer terluas dan tertua di dunia, yaitu di jantung Kalimantan.
b. Daya tarik wisata kawasan perkotaan Tarakan-Tanjung Selor.
Tarakan dikenal dengan minyak dan sejarah pendudukan bangsa asing, Bulungan
merupakan salah satu kerajaan di Kalimantan Utara.
c. Daya tarik wisata kawasan pesisir kepulauan (Nunukan, Bulungan Kepulauan, dan
Tana Tidung Kepulauan)
Nunukan, Bulungan Kepulauan, dan Tana Tidung Kepulauan merupakan wilayah
dengan potensi wisata yang beragam mulai dari pantai sampai dengan hutan
hujan tropis.
d. Daya tarik wisata kawasan pedalaman (pedalaman Bulungan dan Tana Tidung)
Daya tarik pariwisata ini dikelmpokkan menjadi tiga bagian, yaitu daya tarik
wisata berbasis alam, wisata berbasis sejarah dan budaya, serta wisata berbasis
kehidupan masyarakat yang lebih dominan.
e. Kawasan Perbatasan Negara
Kawasan pengembangan pariwisata perbatasan negara yang ada di Kalimantan
Utara, meliputi daerah perbatasan Malinau yang berbatasan langsung dengan
Serawak (Malaysia Timur). Dalam pengembangan wisata di kawasan ini,
didominasi variasi wisata kehidupan masyarakat dan wisata berbasis alam.

Adapun destinasi pariwisata unggulan di Provinsi Kalimantan Utara, yaitu Pantai


Amal, Wana Wisata Persemaian, Hutan Mangrove Tarakan, Air Terjun Martin Billa, Sungai

RPJMD Provinsi Kalimantan Utara Tahun 2016-2021 II - 18


Nyamuk, Long Bawan (Krayan), Gunung Rian, Batu Mapan, Hutan Lindung Sungai Sesayap,
Pantai Kuning/Taman Laut Karang Tigau, Eks Kerajaan Bulungan.

Potensi Pengembangan Kegiatan Ekonomi


Berdasarkan dokumen Materi Teknis RTRW Provinsi Kalimantan Utara Tahun 2015-
2035, potensi pengembangan kegiatan ekonomi di provinsi ini yaitu:
1. Perekonomian Provinsi Kalimantan Utara hingga saat ini masih sangat tergantung
pada sektor primer, yaitu sektor pertanian (termasuk sub sektor perkebunan,
perikanan, peternakan dan kehutanan) dan sektor pertambangan dan penggalian,
terutama sektor migas dan batubara. Di antara kedua sektor ini, sektor
pertambangan dan penggalian merupakan sektor yang lebih dominan. Namun,
kedua sektor ini belum ditunjang oleh sektor industri pengolahan. Ini ditunjukkan
oleh kontribusi sektor industri pengolahan yang sangat kecil. Kegiatan sektor
pertambangan hanya terbatas pada eksploitasi sumber daya alam tanpa adanya
forward linkage ke sektor industri. Sementara itu pengusahaan sektor pertanian
dengan sub-sektornya (pertanian tanaman pangan, perkebunan, peternakan,
perikanan, dan kehutanan) dapat dikelompokkan ke dalam pengusahaan oleh rakyat
dan pengusahaan oleh perusahaan.
2. Pengembangan perekonomian Provinsi Kalimantan Utara menghadapi kendala
rentang hutan yang luas, sehingga pemukiman akan mengelompok pada daerah
dataran datar yang berkarateristik perkotaan yang telah terjangkau oleh jalur
transportasi darat dan kantung-kantung pemukiman perdesaan secara sporadis yang
bersifat self-sufficient pada sempadan sungai yang menggunakan sungai sebagai
jalur transportasi utama. Keterhubungan yang belum dapat dilakukan melalui jalan
darat dan air dilakukan melalui udara dalam bentuk air strip. Dampaknya bagi
perekonomian adalah harga produk olahan dan manufaktur akan cenderung mahal
apabila didatangkan dari luar wilayah karena diseconomies of scale jalur
transportasi dan pasokan energi. Kondisi demikian terjadi pada daerah perdesaan.
Pada daerah perkotaan, peningkatan economies of scale jalur transportasi dan
pasokan energi menyebabkan harga produk olahan dan manufaktur cenderung lebih
murah. Khusus pada daerah perbatasan, harga produk olahan dan manufaktur yang
mahal apabila didatangkan dari luar wilayah karena alasan diseconomies of scale
jalur transportasi dan pasokan energi dihadapkan pada produk impor dari wilayah
Malaysia yang lebih murah karena adanya tingkat economies of scale yang lebih
baik pada kedua aspek tersebut. Oleh karena itu, penduduk daerah perbatasan
akan lebih memilih untuk memperoleh produk-produk jadi dari Malaysia.

RPJMD Provinsi Kalimantan Utara Tahun 2016-2021 II - 19


3. Perekonomian provinsi ini juga dihadapkan pada kendala pasokan energi karena
disparitas yang tinggi antara sisi permintaan dan penawaran energi. Pada
pengusahaan pertambangan batu bara, daerah hanya memperoleh penerimaan
pajak, karena pengolahan batu bara berada di luar wilayah provinsi in, daerah tidak
memperoleh manfaat pada sisi pasokan energi yang bersumber pada batu bara. Hal
yang sama terjadi pada pengusahaan migas. Kalaupun ada pengolahan di wilayah
Provinsi Kalimantan Utara, diseconomies of scale pada transportasi darat akibat
belum terhubungnya jalur jalan darat di sebagian besar wilayah serta harga minyak
dunia yang lebih tinggi di pasar dunia, mengakibatkan daerah harus mendatangkan
pasokan BBM dari luar yang penyalurannya terkendala oleh diseconomies of scale
pada transportasi darat. Karena terbatasnya pasokan, sementara permintaan masih
lebih tinggi karena BBM juga dibutuhkan pada sisi produksi untuk menggerakkan
generator serta pengangkutan hasil sektor pertanian, maka permintaan yang
melebihi penawaran mengakibatkan harga BBM naik pada ke batas willingness to
pay.
4. Kota Tarakan, yang sebelumnya merupakan salah satu kecamatan di Kabupaten
Bulungan, merupakan penghubung perdagangan dan industri di wilayah provinsi ini
karena memiliki Bandara Juwata dan Pelabuhan Tarakan yang merupakan akses
penting keterhubungan wilayah. Pada saat ini Kota Tarakan telah menyiapkan
rencana pengembangan Bandara Juwata menjadi bandara internasional, sementara
pengembangan Pelabuhan Tarakan sebagai pelabuhan peti kemas dan pelabuhan
internasional juga terus dilakukan. Status Kota Tarakan sebagai PKN juga
menjadikannya sebagai pusat perekonomian Provinsi Kalimantan Utara. Posisi Kota
Tanjung Selor yang terletak di Kabupaten Bulungan juga memiliki bandara Tanjung
Harapan untuk penerbangan antar wilayah dan Pelabuhan Tanjung Selor. Posisinya
sebagai PKW otomatis tidak menjadikannya sebagai pusat perekonomian, namun
lebih sebagai pusat pemerintahan. Oleh karena itu, dalam jangka pendek Kota
Tanjung Selor akan menjadi support city sebagai pusat pemerintahan, sementara
pada jangka menengah dapat dikembangkan untuk menampung spillover kegiatan
ekonomi di Kota Tarakan yang semakin congested, yaitu sebagai perluasan wilayah
pemukiman dan relokasi serta perluasan wilayah industri. Dalam jangka panjang,
Tanjung Selor akan menjadi Kota Tanjung Selor yang berdiri sendiri, seperti halnya
Kota Samarinda, Kota Balikpapan, dan Kota Bontang di Provinsi Kalimantan Timur.
5. Provinsi Kalimantan Utara juga memiliki kawasan konservasi yang masuk dalam
Heart of Borneo. Implikasinya bagi perekonomian daerah adalah karena merupakan
kawasan konservasi, maka nilai ekonomis kawasan ini terletak pada

RPJMD Provinsi Kalimantan Utara Tahun 2016-2021 II - 20


keanekaragaman hayati, yang terdiri dari flora dan fauna dan sekaligus pula
berfungsi sebagai salah satu paru-paru dunia.

Arah Pengembangan Perekonomian


1. Kota Tarakan sebagai pusat kegiatan ekonomi. Aglomerasi perekonomian Provinsi
Kalimantan Utara akan terpusat pada Kota Tarakan. Posisi Kota Tarakan akan makin
kuat sebagai hub perdagangan Provinsi Kalimantan Utara. Posisinya yang serupa
dengan Singapura, yaitu sebagai kota 1 pulau, menyebabkan Kota Tarakan
memosisikan dirinya sebagai Little Singapore dan menjadi melting point bagi para
pendatang, terutama yang berasal dari Sulawesi dan Jawa. Sebagai hub
perdagangan, Kota Tarakan juga memiliki sub sektor perhotelan dan restoran yang
kuat, sekaligus menjadi basis pemukiman. Adanya Pelabuhan Laut Tarakan yang
merupakan pelabuhan peti kemas serta bandara Juwata yang akan diperluas
menjadikan Kota Tarakan juga menjadi basis industri di Provinsi Kalimantan Utara.
Kota Tarakan sendiri masih memiliki tambang minyak bumi yang masih beroperasi
dengan baik. Pariwisata berbasis sejarah juga akan dikembangkan pada Kota
Tarakan.
2. Kota Tanjung Selor sebagai pusat pemerintahan berstatus kota. Penunjukan
Tanjung Selor sebagai lokasi pusat pemerintahan Provinsi Kalimantan Utara dan
kedekatannya dengan Kota Tarakan apabila terhubung dengan Jembatan Bulan
serta posisinya yang berbatasan dengan kabupaten lainnya akan menjadikan
Tanjung Selor berfungsi pula sebagai service city bagi kabupaten di sekitarnya.
Keterhubungan Tanjung Selor melalui Jembatan Bulan sangat penting karena
pengangkutan barang dalam bentuk peti kemas akan lebih ekonomis apabila
dilakukan melalui jalan darat. Pelabuhan utama peti kemas tetap berada di Kota
Tarakan karena kapasitas maupun posisinya yang memungkinkan untuk langsung
menuju ke jalur perdagangan internasional.
3. Daerah perbatasan kawasan pedalaman sebagai garis pertahanan yang memiliki
ketahanan ekonomi yang cukup kuat. Posisi geografis Provinsi Kalimantan Utara
yang berbatasan dengan wilayah Malaysia (Sabah), Filipina Selatan dan Brunei
Darussalam menjadikan Provinsi Kalimantan Utara sebagai basis pengembangan
pertahanan nasional untuk menghadapi berbagai tantangan dan ancaman yang
datang dari luar wilayah Indonesia. Untuk kawasan pedalaman, Kabupaten Nunukan
dan Kabupaten Malinau merupakan kabupaten di Provinsi Kalimantan Utara yang
memiliki kawasan pedalaman yang berbatasan dengan wilayah Malaysia.
Pemerintah pusat bersama pemerintah provinsi dan pemerintah kabupaten harus

RPJMD Provinsi Kalimantan Utara Tahun 2016-2021 II - 21


mendorong pengembangan perekonomian di wilayah ini sekalipun dalam jangka
pendek tidak memenuhi prinsip economies of scale.
4. Kawasan pedalaman sebagai basis produksi pertambangan, perkebunan dan
kehutanan serta penguatan ketahanan pangan. Kabupaten Malinau, Kabupaten
Nunukan, dan sebagian wilayah Kabupaten Bulungan merupakan kawasan
pedalaman yang memiliki potensi pengembangan yang kuat pada sektor industri
yang mengolah hasil pertambangan dan industri yang mengolah hasil pertanian dan
perkebunan. Dari sisi aksesibilitas, kawasan ini merupakan kawasan yang paling
sulit dijangkau karena umumnya masih berupa kawasan hutan dengan kantung-
kantung pemukiman yang berdiri sendiri dan berada di sempadan sungai. Sungai
merupakan jalur transportasi utama.
5. Kawasan pesisir sebagai basis produksi pertambangan, pertanian, dan
perikanan, serta perdagangan. Kawasan pesisir merupakan kawasan yang paling
berpotensi untuk dikembangkan dengan cepat. Economies of scale akan tercipta
lebih cepat dibandingkan kawasan pedalaman karena secara alamiah aglomerasi
kegiatan perekonomian telah tercipta dan berjalan di kawasan ini. Topografi tanah
yang cenderung datar memudahkan pembangunan jalur jalan darat. Posisi yang
dekat dengan laut menyebabkan aksesibilitas wilayah dapat ditempuh pula melalui
pelabuhan laut. Frekuensi pertemuan dengan pendatang menyebabkan secara
sosiologi penduduk di kawasan pesisir lebih mudah dan terbuka dalam berinteraksi
secara kultural dengan dunia luar. Kabupaten Tana Tidung, Kota Tarakan, dan
sebagian wilayah Kabupaten Bulungan terletak pada kawasan pesisir.
6. Heart of Borneo sebagai kawasan konservasi. Penetapan sebagian kawasan hutan
sebagai HoB memberikan implikasi pengendalian atau menjadikan kawasan di
dalamnya sebagai kawasan konservasi yang harus dikendalikan pemanfaatannya.
Dalam jangka panjang, HoB diharapkan menjadi bagian dari kalender internasional
untuk penelitian keanekaragaman flora dan fauna, promosi konservasi hutan tropis,
dan wisata hutan. Hal demikian terjadi di savana Afrika dan hutan hujan (rain
forest) di Amerika Selatan.

Konsepsi Pengembangan Wilayah Provinsi Kalimantan Utara


Berdasarkan dokumen Materi Teknis RTRW Provinsi Kalimantan Utara Tahun 2015-
2035, konsep pengembangan wilayah di provinsi ini diarahkan sebagai kawasan frontier
sesuai karakter kawasan. Sebagian wilayah Kabupaten Malinau dan Kabupaten Nunukan
merupakan kawasan Heart of Borneo yang berfungsi lindung, dengan jumlah penduduk
yang sedikit yang menyebar. Sebagian wilayah Provinsi Kalimantan Utara merupakan
kawasan pesisir, dimana kawasan perkotaan sudah mengalami perkembangan dan menjadi

RPJMD Provinsi Kalimantan Utara Tahun 2016-2021 II - 22


pintu penghubung bagi luar wilayah provinsi. Selain itu, Provinsi Kalimantan Utara juga
berperan sebagai kawasan perbatasan Negara dengan Malaysia (Kabupaten Nunukan, dan
Kabupaten Malinau) maupun kawasan perbatasan laut (Pulau Sebatik). Persoalan yang
dihadapi oleh kawasan frontier, antara lain:
a. Keterbatasan infrastruktur transportasi
b. Biaya transportasi menjadi mahal, karena keterbatasan moda angkutan
c. Waktu tempuh perjalanan cukup lama karena faktor jarak, hambatan fisik-
geografis, dan kesulitan sarana prasarana
d. Penduduk tersebar tidak merata dan berada pada kondisi geografis yang tidak
mudah
e. Sarana dan prasarana untuk efektivitas dan efisiensi pergerakan orang dan barang
tetap dibutuhkan untuk supply logistik kawasan
f. Kekurangan penduduk yang mampu untuk memanfaatkan potensi lokal

Kawasan frontier memiliki beberapa potensi yang dapat dikembangkan, antara lain
kaya dengan sumber daya alam, adanya kawasan lindung yang dapat dimanfaatkan untuk
perdagangan karbon, dan pemanfaatan sistem DAS sebagai basis pengembangan wilayah.

H. Wilayah Rawan Bencana


Berdasarkan dokumen Percepatan Penyusunan RTRW Provinsi Kalimantan Utara dan
Kabupaten Mahakam Ulu (Provinsi dan Kabupaten Pemekaran), dapat diidentifikasi bahwa
potensi bencana yang terdapat di Provinsi Kalimantan Utara diantaranya:
1. Banjir
Bencana banjir selama sepuluh tahun terakhir sering melanda seluruh wilayah
kabupaten/kota di provinsi ini setiap tahunnya. Bencana ini bersifat temporer dan
terjadi di setiap awal musim penghujan dan umumnya terjadi antara 2 hingga 6
hari. Daerah-daerah yang diidentifikasi sering mengalami banjir dan paling rawan
banjir adalah kawasan perkotaan di sepanjang hilir sungai dan pesisir laut.
2. Tsunami
Wilayah Kalimantan berdasarkan kondisi geologisnya merupakan kawasan yang
relatif aman dari bencana gempa bumi, akan tetapi bencana gempa bumi yang
berpotensi tsunami harus tetap diwaspadai terutama di kawasan pesisir laut sekitar
Kota Tarakan. Hal ini karena pada kawasan tersebut diidentifikasi memiliki sesar
aktif yang berpotensi gempa tektonik.

RPJMD Provinsi Kalimantan Utara Tahun 2016-2021 II - 23


3. Kebakaran Hutan dan Lahan
Bencana kerusakan hutan di provinsi ini yang terjadi selain karena kegiatan illegal
logging, adalah kebakaran hutan. Pada musim kemarau, suhu udara di beberapa
wilayah di provinsi ini bahkan mencapai 34.50C hingga 39.50C. Berbagai kegiatan
yang berpotensi mengakibatkan kebakaran hutan adalah pembukaan lahan untuk
perladangan dan perkebunan, baik perkebunan rakyat, maupun perkebunan besar.
Pembakaran merupakan cara termudah untuk membersihkan lahan, apalagi pada
musim kemarau, tetapi jika tidak terkendali maka akan mengakibatkan kebakaran
hutan dan lahan yang cukup luas.

Berdasarkan dokumen Materi Teknis RTRW Provinsi Kalimantan Utara Tahun 2015-
2035, kerawanan terhadap bencana di provinsi ini secara garis besar terbagi menjadi
gerakan tanah dan gempa bumi.
1. Gerakan Tanah
Gerakan tanah merupakan suatu peristiwa geologi berupa pergerakan massa tanah
maupun massa batuan yang dalam keadaan tertentu bergerak ke bawah, baik
melalui bidang geser maupun jatuh bebas. Gerakan tanah dapat terjadi karena gaya
perlawanan tanah yang ada lebih kecil daripada gaya yang berusaha dan bekerja
dari luar. Parameter yang digunakan untuk analisis gerakan tanah, antara lain sudut
lereng, jenis tanah, tebal tanah, jenis batuan, beban atau tekanan, curah hujan,
keberadaan sumber air, dan getaran. Berdasarkan parameter tersebut, sebagian
besar Provinsi Kalimantan Utara memiliki kerentanan terhadap gerakan tanah
labil, yaitu sekitar 65,74% dari total luas wilayah provinsi.
a. Kerentanan tanah sangat stabil (11,72% dari total luas wilayah provinsi) terjadi
terdapat di lembah sungai, yaitu di sebagian wilayah Kabupaten Bulungan,
sebagian wilayah Kabupaten Malinau, sebagaian wilayah Kabupaten Nunukan,
sebagian wilayah Kabupaten Tana Tidung, dan sebagian wilayah Kota Tarakan.
Gerakan tanah di kawasan ini hampir tidak pernah terjadi.
b. Kerentanan tanah stabil (0,79% dari total luas wilayah provinsi) terdapat di
sebagian wilayah Kabupaten Nunukan, sebagaian wilayah Kabupaten Malinau,
sebagian wilayah Kabupaten Nunukan, dan sebagian wilayah Kabupaten Tana
Tidung. Pada kawasan ini gerakan tanah di kawasan ini sangat jarang terjadi,
kecuali jika gangguan pada lereng.
c. Kerentanan tanah menengah (12,70% dari total luas wilayah provinsi) terjadi
pada daerah yang berbatasan dengan lembah sungai, tebing jalan atau lereng
jika lereng mengalami gangguan. Kawasan yang memiliki kerentanan tanah

RPJMD Provinsi Kalimantan Utara Tahun 2016-2021 II - 24


menengah yaitu di sebagian wilayah Kabupaten Nunukan, sebagaian wilayah
Kabupaten Malinau, dan sebagian wilayah Kabupaten Tana Tidung. Jika
sebelumnya terjadi gerakan tanah pada daerah ini, maka gerakan tanah
tersebut akan kembali aktif akibat curah hujan tinggi dan erosi kuat.
d. Kerentanan tanah labil (65,74% dari total luas wilayah provinsi) dan sangat labil
(9,05% dari total luas wilayah provinsi) terjadi pada kawasan yang sering
mengalami gerakan tanah, sedangkan gerakan tanah lama dan gerakan tanah
baru masih aktif bergerak akibat curah hujan yang tinggi dan erosi yang kuat.
Gerakan tanah ini terjadi pada tingkat kelerengan cukup terjal, baik terjadi
secara alamiah maupun karena terpicu aktivitas manusia, seperti akibat galian
untuk pengambilan mineral ataupun pengundulan lereng.

2. Gempa Bumi
Berdasarkan dokumen materi teknis, hasil analisis menyebutkan bahwa sebagian
besar wilayah Provinsi Kalimantan Utara mempunyai bahaya goncangan gempa bumi
dengan percepatan <0,05g dan MMI gempa bumi <IV. Percepatan batuan dasar
sebesar 0,05g, menunjukkan bahwa wilayah Provinsi Kalimantan Utara mempunyai
potensi sangat rendah terhadap ancaman gempa bumi. Skala intensitas gempa bumi
sebagian besar wilayah Provinsi Kalimantan Utara, menunjukkan angka kurang dari
IV MMI, yang berarti gerakan hanya dirasakan oleh beberapa orang, dan tingkat
kerusakan tidak sampai mengakibatkan barang pecah belah ataupun bergoyangnya
bangunan.

Jika dilihat dari dokumen RPJPD Provinsi Kalimantan Utara Tahun 2005-2025, secara
lebih detail dapat diidentifikasi bahwa potensi rawan bencana alam maupun bencana alam
geologi yang ada meliputi:
1. Kawasan rawan bencana alam:
a. Kawasan rawan tanah longsor, meliputi kawasan berbentuk lereng yang rawan
terhadap perpindahan material pembentuk lereng berupa batuan, bahan
rombakan, tanah, atau material campuran. Kawasan rawan tanah longsor
terdapat di Kabupaten Bulungan, Kota Tarakan, Kabupaten Nunukan,
Kabupaten Malinau, dan Kabupaten Tana Tidung.
b. Kawasan rawan dampak kebakaran hutan, terdapat di Kabupaten Bulungan,
Kabupaten Nunukan, Kabupaten Malinau, dan Kabupaten Tana Tidung.
c. Kawasan rawan banjir, meliputi kawasan yang diidentifikasikan sering dan/atau
berpotensi tinggi mengalami bencana alam banjir. Kawasan rawan banjir

RPJMD Provinsi Kalimantan Utara Tahun 2016-2021 II - 25


terdapat di Kabupaten Bulungan, Kota Tarakan, Kabupaten Nunukan,
Kabupaten Malinau, dan Kabupaten Tana Tidung.

2. Kawasan rawan bencana alam geologi:


a. Kawasan rawan gempa bumi, meliputi kawasan yang diidentifikasikan dapat
terjadi mengalami goncangan gempabumi dengan skala lebih dari VI MMI.
Kawasan gempa bumi terdapat di sepanjang pantai provinsi Kalimantan Utara.
b. Kawasan liquifaksi, meliputi kawasan yang diidentifikasikan dapat terjadi
liquifaksi, terutama yang mempunyai ketebalan litologi pasir hingga lanau lebih
dari 10 meter, jenuh terhadap airtanah dengan muka airtanah kurang dari 1
meter dan gempa bumi lebih dari VI skala MMI. Kawasan liquifaksi terdapat di
kecamatan yang berada di sepanjang pantai timur Provinsi Kalimantan Utara
serta termasuk pulau-pulau yang berada di sekitar pantai.
c. Kawasan yang terletak di zona patahan aktif, terdapat di daerah daratan
Provinsi Kalimantan Utara dengan indikasi Endapan Aluvial yang terpotong oleh
patahannya. Kawasan yang terletak di zona patahan aktif terdapat di
Kabupaten Bulungan, Kabupaten Nunukan, dan Kabupaten Tana Tidung.
d. Kawasan rawan tsunami, meliputi kawasan yang diidentifikasikan kemungkinan
dapat terjadi mengalami gelombang air laut pasang apabila gempa bumi
mempunyai skala goncangan lebih dari VI skala MMI. Kawasan tsunami terdapat
di sepanjang pantai timur Provinsi Kalimantan Utara termasuk pulau-pulau yang
berada di sekitar pantai.
e. Kawasan abrasi, ditetapkan dengan kriteria pantai yang berpotensi dan/atau
pernah mengalami abrasi. Kawasan rawan abrasi terdapat di Kabupaten
Bulungan, Kabupaten Nunukan, Kota Tarakan, dan Kabupaten Tana Tidung.

Sementara itu, jika dilihat dari Peta Kawasan Rawan Bencana masing-masing
kabupaten/kota yang bersumber dari Rencana Tata Ruang Wilayah, dapat diidentifikasi
bahwa masing-masing kabupaten/kota memiliki potensi bencana yang berbeda-beda sesuai
dengan kondisi geografi dan topografi wilayahnya. Berikut ini potensi bencana masing-
masing kabupaten/kota di Provinsi Kalimantan Utara, yaitu:
1. Kabupaten Nunukan
Berdasarkan Peta Potensi Bencana, di Kabupaten Nunukan terdapat tiga jenis
ancaman bencana yaitu banjir, tanah longsor, dan abrasi.
a. Kawasan potensi tanah longsor kurang lebih seluas 20.398 (dua puluh ribu tiga
ratus sembilan puluh delapan) hektar meliputi Kecamatan Simenggaris,

RPJMD Provinsi Kalimantan Utara Tahun 2016-2021 II - 26


Kecamatan Sebuku, Kecamatan Tulin Onsoi, Kecamatan Sembakung, dan
Kecamatan Sembakung Atulai.
b. Kawasan potensi abrasi kurang lebih seluas 1.163 (seribu seratus enam puluh
tiga ribu) hektar dan tersebar di Pulau Nunukan dan Pulau Sebatik.
c. Kawasan potensi banjir kurang lebih seluas 22.471 (dua puluh dua ribu empat
ratus tujuh puluh satu) hektar yang meliputi Kecamatan Sebatik Utara,
Kecamatan Sebatik Timur, Kecamatan Sebatik, dan Kecamatan Sebatik Tengah.

2. Kabupaten Bulungan
Kawasan potensi bencana tanah longsor di Kabupaten Bulungan meliputi Kecamatan
Tanjung Selor, Kecamatan Sekatak, Kecamatan Palas Timur. Kawasan potensi banjir
meliputi Kecamatan Tanjung Selor, Kecamatan Sekatak, Kecamatan Palas Tengah,
dan Kecamatan Peso.

3. Kabupaten Malinau
Kawasan potensi bencana di Kabupaten Malinau berupa tanah longsor, banjir dan
kebakaran hutan.
a. Kawasan potensi bencana tanah longsor, meliputi:
Kawasan yang terletak di sepanjang aliran sungai yang rawan terhadap
longsornya tebing sungai, meliputi: Malinau Seberang, Respen Tubu, Malinau
Hilir, Malinau Kota, Malinau Hulu, Kuala Lapang, Tanjung Lapang, Taras,
Lidung Kemenci, Pulau Sapi, Long Pujungan, Long Nawan, Bakau Hulu,
Pujungan.
Kawasan di sekitar gunung atau perbukitan curam yang rawan terhadap
terjadinya longsor, meliputi: Data Dian, Long Berang, Sempayang dan Long
Loreh.
b. Kawasan potensi bencana banjir
Kawasan potensi bencana banjir, meliputi permukiman di sepanjang aliran
Sungai Sesayap, Sungai Mentarang, Sungai Malinau, Sungai Kayan, Sungai Bahau
dan Sungai Pujungan dan daerah sekitar aliran sungai lainnya di wilayah
Kabupaten Malinau.
c. Kawasan potensi bencana kebakaran hutan
Kawasan potensi bencana kebakaran hutan, meliputi kawasan yang berpotensi
terjadinya kebakaran hutan karena kandungan batubara maupun aktivitas
budidaya masyarakat dan atau penebangan hutan yang lokasinya menyebar
secara acak berbentuk spot-spot pada kawasan hutan, yang terdapat di:

RPJMD Provinsi Kalimantan Utara Tahun 2016-2021 II - 27


Kecamatan Malinau Kota, Kecamatan Malinau Barat, Kecamatan Malinau Utara,
Kecamatan Malinau Selatan, Kecamatan Mentarang, Kecamatan Pujungan,
Kecamatan Kayan Hilir, Kecamatan Kayan Hulu, Kecamatan Kayan Selatan, dan
Kecamatan Sungai Boh.

4. Kabupaten Tana Tidung


Kawasan potensi bencana tanah longsor dan bencana banjir di Kabupaten Tana
Tidung meliputi:
a. Kawasan potensi bencana tanah longsor, meliputi kawasan yang berada di
sekitar Kecamatan Sesayap dan Kawasan Gunung Rian, dan sekitarnya.
b. Kawasan potensi bencana banjir, meliputi Desa Sengkong, Bandan Bikis,
Bebatu, dan Menjelutung.

5. Kota Tarakan
Kawasan potensi bencana di Kota Tarakan meliputi bencana tanah longsor dan
banjir:
a. Kawasan potensi bencana tanah longsor, meliputi Kelurahan Karanganyar,
Sebengkok, Pamusian, Kampung Empat, Pantai Amal, Kampung Enam, dan
Mamburungan.
b. Kawasan potensi bencana banjir meliputi:
Kecamatan Tarakan Timur yang meliputi Jalan Sungai Sesayap, Jalan
Meranti, Jalan Akasia, Jalan Bengkirai, Jalan Tengkawang.
Kecamatan Tarakan Tengah yang meliputi Jalan Sebengkok Tiram, Jalan
Pangeran Diponegoro, Jalan Sebengkok AL, Jalan Martadinata.
Kecamatan Tarakan Barat yang meliputi Jalan Slamet Riadi, Jalan Kenanga,
Jalan Seroja, Jalan Anggrek, Jalan Matahari, Jalan Mulawarman.
Kecamatan Tarakan Utara yang meliputi Jalan P. Aji Iskandar.

Secara lebih jelas, Peta Kawasan Rawan Bencana masing-masing kabupaten/kota di


Provinsi Kalimantan Utara dapat dilihat pada gambar berikut.

RPJMD Provinsi Kalimantan Utara Tahun 2016-2021 II - 28


Gambar 2.1.1.H.1
Peta Rawan Bencana Menurut Kabupaten/Kota di Provinsi Kalimantan Utara
Sumber: Dokumen RPJPD Provinsi Kalimantan Utara Tahun 2005-2025

RPJMD Provinsi Kalimantan Utara Tahun 2016-2021 II - 29


Gambar 2.1.1.H.2
Peta Rawan Bencana di Provinsi Kalimantan Utara
Sumber: Draft RTRW Provinsi Kalimantan Utara Tahun 2015-2035

RPJMD Provinsi Kalimantan Utara Tahun 2016-2021 II - 30


2.1.2. ASPEK DEMOGRAFI
A. Struktur Penduduk
1. Jumlah Penduduk
Penduduk dalam suatu wilayah merupakan potensi sumberdaya manusia (SDM) yang
dibutuhkan dalam proses pembangunan, disamping juga sebagai penerima manfaat
pembangunan. Dalam konteks pengembangan wilayah, penduduk sebagai potensi
sumberdaya manusia berperan untuk mengelola dan memanfaatkan sumberdaya yang ada
di wilayahnya secara bijaksana dan berkelanjutan. Penduduk berperan sebagai subyek dan
obyek pembangunan. Selain itu, penduduk juga dapat menjadi potensi dan beban
pembangunan. Jumlah penduduk akan menjadi potensi pembangunan apabila disertai
dengan kualitas yang tinggi, sebaliknya apabila memiliki kualitas yang rendah maka
penduduk menjadi beban pembangunan.
Pertumbuhan penduduk adalah perubahan jumlah penduduk di suatu wilayah
tertentu pada waktu tertentu dibandingkan waktu sebelumnya. Indikator tingkat
pertumbuhan penduduk sangat berguna untuk memprediksi jumlah penduduk sehingga
akan diketahui pula kebutuhan dasar penduduk seperti fasilitas pelayanan publik dan
sebagainya. Jika dilihat secara umum, jumlah penduduk Provinsi Kalimantan Utara dari
tahun 2010 sampai 2015 selalu mengalami peningkatan. Jumlah penduduk terbanyak di
Kota Tarakan (235.565 jiwa tahun 2015), sedangkan jumlah penduduk paling sedikit di
Kabupaten Tana Tidung (21.891 jiwa tahun 2015).
Tabel 2.1.2.A.1
Perkembangan Jumlah Penduduk Menurut Kabupaten/Kota dan Laju Pertumbuhan Penduduk
Tahun 2010-2015 di Provinsi Kalimantan Utara
Jumlah Penduduk Pertumbuhan
Kabupaten/Kota
2010 2011 2012 2013 2014 2015 (%)
Bulungan 112.663 117.019 120.600 122.985 126.096 129.381 2,8
Malinau 59.555 62.580 66.845 71.501 74.469 77.492 5,3
Nunukan 141.927 148.822 155.680 162.711 170.042 177.607 4,5
Tana Tidung 15.202 16.356 17.079 18.985 20.400 21.891 7,3
Tarakan 194.800 202.600 210.700 218.800 227.200 235.565 3,8
Kalimantan Utara 524.147 547.377 570.904 594.982 618.207 641.936 4,1
Sumber :
1) Kabupaten Malinau Dalam Angka 2013-2015
2) Kabupaten Bulungan Dalam Angka 2011-2015
3) Kabupaten Nunukan Dalam Angka 2013-2015
4) Kabupaten Tana Tidung Dalam Angka 2012-2015
5) Kota Tarakan Dalam Angka 2015
6) Statistik Kesejahteraan Rakyat Provinsi Kalimantan Utara 2015
7) Hasil Analisis, 2016

Pertumbuhan penduduk Provinsi Kalimantan Utara selama tahun 2010-2015 adalah


sebesar 4,1% dengan pertumbuhan penduduk tertinggi adalah Kabupaten Tana Tidung yaitu
sebesar 7,3%. Relatif tingginya rata-rata pertumbuhan penduduk di kabupaten ini jika
dibandingkan dengan kabupaten/kota lainnya mungkin disebabkan karena kabupaten ini

RPJMD Provinsi Kalimantan Utara Tahun 2016-2021 II - 31


merupakan daerah otonom baru, yang merupakan wilayah pemekaran dari 3 (tiga)
kecamatan di Kabupaten Bulungan, yaitu Kecamatan Sesayap, Sesayap Hilir, dan Tanah Lia
sejak tahun 2012, sehingga menyebabkan meningkatnya migrasi penduduk ke wilayah ini.
Sedangkan pertumbuhan penduduk paling rendah adalah Kabupaten Bulungan yaitu
sebesar 2,8% selama 5 (lima) tahun tersebut.

2. Kepadatan dan Distribusi Penduduk


Kependudukan merupakan salah satu elemen dasar dalam suatu wilayah. Perkiraan
mengenai kependudukan menurut berbagai karakteristik jumlah dan komposisi penduduk
pada suatu wilayah merupakan input dari pembangunan yang sangat penting bagi
perencanaan pembangunan seperti permintaan akan barang atau jasa pelayanan serta
kebutuhan akan lahan di masa yang akan datang.
Penduduk akan banyak dijumpai pada daerah-daerah yang memiliki aktivitas
ekonomi yang tinggi, tersedianya sarana dan prasarana sosial, transportasi yang memadai,
serta kondisi sosial ekonomi yang lebih baik. Daerah yang memiliki kepadatan tinggi
merupakan daerah yang memiliki perkembangan ekonomi yang tinggi dan sebaliknya.
Tabel 2.1.2.A.2
Kepadatan Penduduk Tahun 2010-2014 di Provinsi Kalimantan Utara
Luas Wilayah (Km2) Jumlah Penduduk
Kabupaten/Kota
2010 2011 2012 2013 2014
Bulungan 13.181,92 9 9 9 12 12
Malinau 40.088,41 2 2 2 2 2
Nunukan 14.247,5 10 11 11 11 12
Tana Tidung 4.828,58 5 5 4 4 4
Tarakan 250,8 777 808 840 872 906
Kalimantan Utara 72.597,21 7 8 8 8 9
Sumber:
1) Kabupaten Malinau Dalam Angka 2010-2015
2) Kabupaten Bulungan Dalam Angka 2011-2015
3) Kabupaten Nunukan Dalam Angka 2011, 2013-2015
4) Kabupaten Tana Tidung Dalam Angka 2012-2013, 2015
5) Kota Tarakan Dalam Angka 2012-2015
6) Hasil Analisis, 2016

Terdapat kesenjangan persebaran penduduk, terutama antar kabupaten dengan


kota. Kepadatan penduduk di Kota Tarakan mencapai 906 jiwa/km2 (tahun 2014), akan
tetapi berbeda dengan kabupaten/kota lainnya yang memiliki kepadatan hanya 1-12
jiwa/km2. Sedangkan kabupaten yang memiliki kepadatan penduduk paling rendah adalah
Kabupaten Malinau, yakni 2 jiwa/km2.
Kota Tarakan merupakan salah satu pusat perkembangan ekonomi di Provinsi
Kalimantan Utara, sarana prasarana perkotaan di daerah tersebut relatif lebih lengkap
sehingga menjadi salah satu faktor penarik penduduk untuk lebih memilih tinggal di Kota
Tarakan, sementara luas kota ini yang sangat sempit jika dibandingkan dengan
kabupaten/kota lainnya. Faktor lain yang mempengaruhi keadaan tersebut salah satunya

RPJMD Provinsi Kalimantan Utara Tahun 2016-2021 II - 32


adalah kondisi geografis. Kabupaten Malinau dan Kabupaten Bulungan yang mempunyai
kondisi topografi bergunung dengan kemiringan lereng sebagian besar di atas 40%, cukup
sulit untuk pengembangan permukiman. Hal ini sangat berbeda dengan Kota Tarakan yang
memiliki topografi yang landai sehingga lebih mudah untuk pengembangan permukiman.
Dalam hal ini, Pemerintah Provinsi Kalimantan Utara harus segera melakukan tindakan
untuk meratakan persebaran penduduk di seluruh wilayah agar dapat mengurangi tekanan
penduduk di satu daerah.

3. Komposisi Penduduk Menurut Kelompok Umur


Komposisi penduduk menurut umur dapat menggambarkan distribusi penduduk
sesuai kelompok umur. Penduduk dengan kelompok usia 5-9 dan 10-14 mempunyai jumlah
paling tinggi, yang dapat dilihat dari piramida penduduk yang mengembang di bagian
bawah, artinya penduduk usia muda cukup dominan di provinsi ini. Komposisi penduduk
menurut umur ini memperlihatkan bahwa warga usia produktif harus menanggung warga
yang sudah tidak/belum produktif. Semakin besar proporsi penduduk usia tidak produktif,
maka semakin besar beban yang ditanggung oleh penduduk usia produktif.

Gambar 2.1.2.A.1
Komposisi Penduduk Menurut Kelompok Umur Tahun 2012 di Provinsi Kalimantan Utara
Sumber: Hasil Olahan, 2016

4. Komposisi Penduduk Menurut Jenis Kelamin


Rasio jenis kelamin (sex ratio) merupakan rasio yang membandingkan jumlah
penduduk laki-laki dengan perempuan di suatu daerah. Rasio jenis kelamin Provinsi
Kalimantan Utara selama tahun 2010-2015 relatif tetap, karena selama enam tahun

RPJMD Provinsi Kalimantan Utara Tahun 2016-2021 II - 33


terakhir memiliki jumlah rasio yang sama, yakni 113 yang mengartikan bahwa terdapat 113
penduduk laki-laki untuk setiap 100 penduduk perempuan.
Tabel 2.1.2.A.3
Rasio Jenis Kelamin Penduduk Tahun 2010-2015 di Provinsi Kalimantan Utara
Jumlah Penduduk (Jiwa)
Tahun Rasio Jenis Kelamin
Laki-laki Perempuan
2010 278.395 245.752 113
2011 290.839 256.538 113
2012 303.278 267.626 113
2013 316.057 278.925 113
2014 328.602 289.605 113
2015 340.811 301.125 113
Sumber:
1) Kabupaten Malinau Dalam Angka 2013-2015
2) Kabupaten Bulungan Dalam Angka 2011-2015
3) Kabupaten Nunukan Dalam Angka 2013-2015
4) Kabupaten Tana Tidung Dalam Angka 2012-2015
5) Kota Tarakan Dalam Angka 2015
6) Statistik Kesejahteraan Rakyat Provinsi Kalimantan Utara 2015
7) Hasil Analisis, 2016

Rasio jenis kelamin paling tinggi terdapat di Kabupaten Tana Tidung, yaitu 124
artinya terdapat 124 penduduk laki-laki untuk setiap 100 penduduk perempuan.
Sedangkan, Kota Tarakan memiliki rasio jenis kelamin terendah, yaitu 110 yang
mengartikan bahwa terdapat 110 penduduk laki-laki untuk setiap 100 penduduk
perempuan.
Tabel 2.1.2.A.4
Rasio Jenis Kelamin Penduduk Menurut Kabupaten/Kota Tahun 2015
di Provinsi Kalimantan Utara
Jumlah Penduduk (Jiwa)
Kabupaten/Kota Rasio Jenis Kelamin
Laki-laki Perempuan
Bulungan 69.095 60.286 115
Malinau 41.801 35.691 117
Nunukan 94.517 83.090 114
Tana Tidung 12.092 9.799 123
Tarakan 123.306 112.259 110
Kalimantan Utara 340.811 301.125 113
Sumber :
1) Statistik Kesejahteraan Rakyat Provinsi Kalimantan Utara 2015
2) Hasil Analisis, 2016

B. Migrasi
Migrasi merupakan perpindahan penduduk dari suatu tempat ke tempat lain dalam
waktu tertentu. Adanya migrasi ke suatu daerah salah satunya dapat disebabkan karena
suatu daerah tersebut merupakan daerah baru di dalam era otonomi ini, sehingga mereka
mengasumsikan jika daerah tersebut masih menjanjikan peluang kerja dan pendapatan
yang lebih baik bagi mereka. Data migrasi dibutuhkan sebagai dasar perencanaan
pembangunan wilayah asal dan wilayah migran. Selain itu dapat digunakan juga untuk
membuat proyeksi penduduk berdasarkan asumsi perpindahan di masa mendatang.

RPJMD Provinsi Kalimantan Utara Tahun 2016-2021 II - 34


Tabel 2.1.2.B.1
Persentase Penduduk Menurut Status Migrasi Tahun 2010 di Provinsi Kalimantan Utara
Status Migrasi (%)
Kabupaten/Kota
Non Migran Kabupaten/Kota Migran Kabupaten/Kota
Bulungan 59,14 40,86
Malinau 73,28 26,72
Nunukan 54,98 45,02
Tana Tidung 57,81 42,19
Kota Tarakan 48,36 51,64
*Kalimantan Timur 55,32 44,68
Sumber : Sensus Penduduk 2010
Keterangan: * Angka Persentase Penduduk Menurut Status Migrasi untuk Provinsi Kalimantan Utara Belum Tersedia

Sebagian besar masyarakat di Provinsi Kalimantan Utara merupakan penduduk asli.


Migran kabupaten/kota menunjukkan banyaknya migrasi penduduk dari wilayah sekitar
yang masuk ke daerah tersebut. Angka migrasi paling tinggi di Kota Tarakan yaitu 51%, hal
ini mengingat Kota Tarakan merupakan daerah paling berkembang di provinsi ini.
Masyarakat yang bermigrasi dengan alasan ekonomi tentu akan mendatangi pusat kegiatan
ekonomi yang berada di Kota Tarakan sehingga angka migrasi menuju Kota Tarakan relatif
tinggi.
Angka migrasi masuk ke kabupaten lainnya tidak terlalu tinggi karena potensi
ekonomi belum setinggi Kota Tarakan. Kabupaten Malinau memiliki persentase migrasi
masuk paling rendah yaitu 26%. Kabupaten Malinau dengan kondisi geografis wilayah
bergunung dan didominasi hutan kurang memungkinkan memiliki daya tarik yang besar
untuk migrasi, kecuali jika ada transmigran dengan penempatan di Kabupaten Malinau.

C. Komposisi Penduduk Menurut Lapangan Pekerjaan


Lapangan usaha adalah bidang kegiatan atau bidang usaha yang dilakukan
perusahaan/usaha/lembga lembaga tempat seseorang bekerja. Seseorang yang mempunyai
lebih dari satu pekerjaan selama seminggu yang lalu, maka lapangan pekerjaan utamanya
adalah pekerjaan yang memakai waktu terbanyak. Data lapangan usaha dapat dijadikan
acuan pemerintah daerah untuk memprioritaskan sektor-sektor tertentu yang menjadi
potensi dan mendominasi kegiatan ekonomi di suatu daerah.

RPJMD Provinsi Kalimantan Utara Tahun 2016-2021 II - 35


Tabel 2.1.2.C.1
Persentase Penduduk Usia 15 Tahun ke Atas yang Bekerja Menurut Sektor
Bulan Februari-Agustus 2015 di Provinsi Kalimantan Utara
Tahun 2015
Kelompok/Sektor
Bulan Februari % Bulan Agustus %
Primer 113.697 42,11 102.883 38,53
a. Pertanian, Perkebunan, Kehutanan,
104.593 38,74 92.531 34,65
Perburuan, dan Perikanan
b. Pertambangan dan Penggalian 9.104 3,37 10.352 3,88
Sekunder 32.739 12,13 30.185 11,30
a. Industri 13.918 5,16 12.352 4,63
b. Listrik, Gas, dan Air Minum 1.313 0,49 1.771 0,66
c. Konstruksi 17.508 6,49 16.062 6,02
Tersier 123.540 45,76 133.955 50,17
a. Perdagangan, Rumah Makan, dan Jasa
40.566 15,03 53.008 19,85
Akomodasi
b. Transportasi, Pergudangan, dan Komunikasi 16.307 6,04 13.074 4,90
c. Lembaga Keuangan, Real Estate, Usaha
11.277 4,18 4.820 1,81
Persewaan, dan Jasa Perusahaan
d. Jasa Kemasyarakatan, Sosial, dan
55.390 20,52 63.053 23,61
Perorangan
Total 269.976 100 267.023 100
Sumber : Publikasi Sosial Ekonomi dan Indikator Penting Kalimantan Utara 2015

Berdasarkan data penduduk yang bekerja menurut kelompok/sektor lapangan usaha


pada keadaan Februari dan Agustus tahun 2015, persentase terbesar adalah sektor
pertanian, perkebunan, kehutanan, perburuan, dan perikanan yaitu sebanyak 104.593
penduduk (38,74%) dan 92.531 penduduk (34,65%), dan terendah adalah sektor listrik, gas,
dan air minum, yaitu 1.313 penduduk (0,49%) dan sebanyak 1.771 penduduk (0,66%).
Sektor lain yang banyak menyerap tenaga kerja adalah jasa kemasyarakatan dan
perdagangan.

D. Komposisi Penduduk Menurut Persebaran Jumlah Pegawai Negeri Sipil (PNS)


Jumlah Pegawai Negeri Sipil (PNS) dan tenaga honorer di kantor pemerintah
kabupaten/kota se-Kalimantan Utara berjumlah 17.237 orang dengan jumlah terbanyak
berada di Pemerintah Kabupaten Nunukan yaitu 4.360 orang, sedangkan paling sedikit
berada di Pemerintah Kabupaten Tana Tidung yaitu sebanyak 1.604 orang.
Tabel 2.1.2.D.1
Banyaknya Pegawai Negeri Sipil (PNS) dan Tenaga Honorer Daerah Tahun 2014
di Provinsi Kalimantan Utara
Pemerintah Daerah Pegawai Negeri Sipil (PNS) Tenaga Honorer Jumlah
Kabupaten Bulungan 3.731 - 3.731
Kabupaten Malinau 4.312 - 4.312
Kabupaten Nunukan 1.604 - 1.604
Kabupaten Tana Tidung 4.360 - 4.360
Kota Tarakan 4.025 - 4.025
Pemprov Kalimantan Utara 885 - 885
Kalimantan Utara 2014 18.917 - 18.917
Kalimantan Utara 2015 17.236 - 17.236
Sumber: Kalimantan Utara Dalam Angka 2015

RPJMD Provinsi Kalimantan Utara Tahun 2016-2021 II - 36


Tabel 2.1.2.D.2
Banyaknya Pegawai Negeri Sipil (PNS) di Lingkungan Pemerintah Provinsi Kalimantan Utara
Berdasarkan Eselon dan Jenis Kelamin Tahun 2014
Jenis Kelamin Pegawai Negeri Sipil (PNS)
Eselon Jumlah
Laki-laki Perempuan
I 1 - 1
II 30 1 32
III 112 22 134
IV 172 58 230
Non Eselon 297 192 489
Kalimantan Utara 2014 612 273 885
Kalimantan Utara 2015 319 89 408
Sumber: Kalimantan Utara Dalam Angka 2015

2.2. ASPEK KESEJAHTERAAN MASYARAKAT


2.2.1. Fokus Kesejahteraan dan Pemerataan Ekonomi
A. Kesejahteraan dan Pemerataan Ekonomi
1. Pertumbuhan PDRB
Perekonomian wilayah secara makro dapat dilihat melalui nilai produk domestik
regional bruto (PDRB). Perkembangan Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) merupakan
salah satu indikator yang penting dalam analisis perkembangan wilayah. Nilai PDRB dapat
menggambarkan sektor yang berkontribusi paling besar dalam pertumbuhan ekonomi
Provinsi Kalimantan Utara, sedangkan PDRB per kapita dapat digunakan sebagai salah satu
indikator tingkat kemakmuran dan kesejahteraan penduduk di suatu wilayah.
Meski termasuk provinsi baru, perekonomian Provinsi Kalimantan Utara beberapa
tahun terakhir menunjukkan pertumbuhan positif yang signifikan, yang ditandai dengan
pertumbuhan Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) selama tahun 2010-2015. Pada tahun
2010 PDRB atas harga konstan Provinsi Kalimantan Utara mencapai 34,9 triliun dan terus
meningkat menjadi 40,7 triliun di tahun 2012 dan mencapai 49,2 triliun pada tahun 2015.

RPJMD Provinsi Kalimantan Utara Tahun 2016-2021 II - 37


Tabel 2.2.1.A.1
Nilai dan Kontribusi Sektor dalam PDRB Tahun 2010-2015
Atas Dasar Harga Konstan Tahun 2010 di Provinsi Kalimantan Utara
2010 2011 2012 2013 2014 2015
No Sektor
(Rp) % (Rp) % (Rp) % (Rp) % (Rp) % (Rp) %
Pertanian, Kehutanan, dan 6.235.362,30 17,86 6.676.558,60 17,65 7.129.998,50 17,49 7.496.932,40 17,00 8.018.853,30 16,81 8.572.042,70 17,43
1
Perikanan
Pertambangan dan 10.589.650,40 30,33 11.444.992,80 30,25 12.432.417,90 30,50 14.004.971,20 31,76 15.402.476,00 32,29 14.992.687,50 30,48
2
Penggalian
3 Industri Pengolahan 3.572.234,30 10,23 3.764.732,20 9,95 3.967.913,30 9,73 4.224.983,90 9,58 4.442.962,30 9,32 4.696.203,40 9,55
4 Pengadaan Listrik dan Gas 18.117,50 0,05 19.081,00 0,05 20.131,60 0,05 20.838,20 0,05 22.732,20 0,05 27.642,40 0,06
Pengadaan Air, Pengolahan 24.099,10 0,07 27.384,70 0,07 28.476,40 0,07 29.951,20 0,07 31.727,30 0,07 32.486,70 0,07
5 Sampah, Limbah dan Daur
Ulang
6 Konstruksi 4.077.827,20 11,68 4.331.931,90 11,45 4.660.283,30 11,43 4.960.375,50 11,25 5.435.772,90 11,40 5.590.858,60 11,37
Perdagangan Besar dan 3.736.414,30 10,70 4.087.998,90 10,81 4.360.387,70 10,70 4.593.690,60 10,42 4.804.997,20 10,07 4.880.338,90 9,92
7 Eceran; Reparasi Mobil dan
Sepeda Motor
Transportasi dan 1.895.708,20 5,43 2.124.320,80 5,62 2.317.973,70 5,69 2.449.809,50 5,56 2.670.084,10 5,60 2.869.543,40 5,83
8
Pergudangan
Penyediaan Akomodasi dan 441.799,10 1,27 476.085,80 1,26 515.215,70 1,26 536.685,40 1,22 567.997,20 1,19 599.768,30 1,22
9
Makan Minum
10 Informasi dan Komunikasi 735.049,10 2,11 827.555,90 2,19 924.338,20 2,27 1.026.246,50 2,33 1.149.747,10 2,41 1.308.795,20 2,66
11 Jasa Keuangan dan Asuransi 393.558,60 1,13 433.584,00 1,15 476.983,70 1,17 490.406,90 1,11 513.521,80 1,08 554.558,70 1,13
12 Real Estate 318.923,90 0,91 363.493,80 0,96 389.505,10 0,96 436.049,90 0,99 463.145,30 0,97 485.944,20 0,99
13 Jasa Perusahaan 102.424,70 0,29 116.954,10 0,31 127.032,00 0,31 132.865,00 0,30 144.721,60 0,30 142.828,00 0,29
Administrasi Pemerintahan, 1.749.171,80 5,01 1.939.820,70 5,13 2.041.255,00 5,01 2.154.505,00 4,89 2.338.324,10 4,90 2.515.373,20 5,11
14 Pertahanan, dan Jaminan
Sosial Wajib
15 Jasa Pendidikan 560.484,60 1,61 685.587,30 1,81 821.934,40 2,02 949.650,40 2,15 1.045.605,40 2,19 1.162.030,80 2,36
Jasa Kesehatan dan 285.293,30 0,82 314.398,20 0,83 351.325,00 0,86 374.558,40 0,85 419.201,80 0,88 494.920,80 1,01
16
Kegiatan Sosial
17 Jasa Lainnya 182.459,70 0,52 194.558,10 0,51 203.369,90 0,50 209.179,30 0,47 224.937,10 0,47 262.653,00 0,53
PDRB 34.918.578,10 100 37.829.038,80 100 40.768.541,40 100 44.091.699,30 100 47.696.806,70 100 49.188.675,80 100
Sumber: Publikasi PDRB Provinsi Kalimantan Utara 2016 dengan hasil olahan

RPJMD Provinsi Kalimantan Utara Tahun 2016-2021 II - 38


Tabel 2.2.1.A.2
Nilai dan Kontribusi Sektor dalam PDRB Tahun 2010-2015
Atas Dasar Harga Berlaku di Provinsi Kalimantan Utara
2010 2011 2012 2013 2014 2015
No Sektor
(Rp) % (Rp) % (Rp) % (Rp) % (Rp) % (Rp) %
Pertanian, Kehutanan, dan 6.235.362,3 17,86 7.090.802,5 16,72 7.817.666,8 16,52 8.594.446,9 16,34 10.185.809,5 17,10 11.059.286,9 17,61
1
Perikanan
Pertambangan dan 10.589.650,4 30,33 14.384.004,4 33,92 15.736.877,4 33,25 17.803.228,4 33,84 19.148.752,2 32,14 17.620.866,5 28,05
2
Penggalian
3 Industri Pengolahan 3.572.234,3 10,23 4.155.013,5 9,8 4.458.816,3 9,42 4.882.368,4 9,28 5.607.033,5 9,41 6.113.530,1 9,73
4 Pengadaan Listrik dan Gas 18.117,5 0,05 18.105,9 0,04 18.232,9 0,04 17.934,1 0,03 18.712,1 0,03 26.144,8 0,04
Pengadaan Air, Pengolahan 24.099,1 0,07 28.968,4 0,07 30.562,7 0,06 32.627,3 0,06 35.871,9 0,06 37.954,7 0,06
5 Sampah, Limbah dan Daur
Ulang
6 Konstruksi 4.077.827,2 11,68 4.566.744,7 10,77 5.516.773,0 11,66 6.018.287,0 11,44 6.921.861,2 11,62 7.550.977,0 12,02
Perdagangan Besar dan 3.736.414,3 10,7 4.396.361,1 10,37 4.786.496,4 10,11 5.116.926,2 9,73 5.875.054,0 9,86 6.535.985,5 10,40
7 Eceran; Reparasi Mobil dan
Sepeda Motor
Transportasi dan 1.895.708,2 5,43 2.165.062,6 5,1 2.475.470,2 5,23 2.837.927,7 5,39 3.376.384,5 5,67 3.948.457,4 6,29
8
Pergudangan
Penyediaan Akomodasi dan 441.799,1 1,27 521.146,2 1,23 605.633,2 1,28 681.652,3 1,30 790.354,9 1,33 902.518,3 1,44
9
Makan Minum
10 Informasi dan Komunikasi 735.049,1 2,11 837.011,2 1,97 942.242,1 1,99 1.057.025,9 2,01 1.206.241,7 2,02 1.378.112,7 2,19
11 Jasa Keuangan dan Asuransi 393.558,5 1,13 447.311,4 1,05 525.100,2 1,11 587.999,9 1,12 653.095,6 1,10 746.708,4 1,19
12 Real Estate 318.923,9 0,91 349.905,3 0,83 379.366,3 0,80 433.757,3 0,82 494.596,0 0,83 557.386,9 0,89
13 Jasa Perusahaan 102.424,7 0,29 122.700,5 0,29 136.096,3 0,29 149.759,9 0,28 174.628,3 0,29 181.761,6 0,29
Administrasi Pemerintahan, 1.749.171,8 5,01 2.060.560,2 4,86 2.418.449,0 5,11 2.670.622,2 5,08 3.076.340,0 5,16 3.646.780,7 5,81
14 Pertahanan, dan Jaminan
Sosial Wajib
15 Jasa Pendidikan 560.484,6 1,61 745.926,7 1,76 916.213,2 1,94 1.097.349,6 2,09 1.279.037,9 2,15 1.557.208,5 2,48
Jasa Kesehatan dan 285.293,3 0,82 323.007,8 0,76 352.885,1 0,75 388.694,7 0,74 453.198,0 0,76 595.395,4 0,95
16
Kegiatan Sosial
17 Jasa Lainnya 182.459,7 0,52 198.300,3 0,47 216.851,0 0,46 234.094,4 0,45 275.541,3 0,46 359.760,1 0,57
PDRB 34.918.578,0 100 42.410.932,7 100 47.333.732,1 100 52.604.702,2 100 59.572.512,6 100 62.818.835,5 100,00
Sumber: Publikasi PDRB Provinsi Kalimantan Utara 2016 dengan hasil olahan

RPJMD Provinsi Kalimantan Utara Tahun 2016-2021 II - 39


Sektor yang paling dominan dalam menunjang perekonomian daerah di Provinsi
Kalimantan Utara adalah sektor primer yaitu sektor pertambangan dan penggalian dengn
kontribusi sebesar 30,25% pada tahun 2011. Kontribusi sektor pertambangan dan
penggalian terhadap PDRB sangat fluktuatif. Angka ini cenderung menurun hingga
mencapai 30,48% pada tahun 2015. Meski demikian sektor ini tetap menjadi sektor yang
berkontribusi paling besar selama lima tahun berturut-turut. Sektor primer penyumbang
terbesar kedua setelah sektor pertambangan dan penggalian adalah sektor pertanian,
kehutanan, dan perikanan sebesar 17,43% di tahun 2015. Penyumbang ketiga setelah
sektor pertanian adalah sektor sekunder yakni konstruksi mencapai 11,37% pada tahun
2015, yang kemudian diikuti oleh perkembangan sektor perdagangan 9,92% di tahun 2015
dan industri pengolahan sebesar 9,55 % pada tahun yang sama.
Tabel 2.2.1.A.3
Perkembangan Kontribusi Sektor dalam PDRB Tahun 2010-2015
Atas Dasar Harga Berlaku (Hb) dan Harga Konstan (Hk) di Provinsi Kalimantan Utara
2010 2011 2012 2013 2014 2015
No Sektor Hb Hk Hb Hk Hb Hk Hb Hk Hb Hk Hb Hk
% % % % % % % % % %
1 Pertanian, Kehutanan, 17,86 17,86 16,72 17,65 16,52 17,49 16,34 17,00 17,10 16,81 17,61 17,43
dan Perikanan
2 Pertambangan dan 30,33 30,33 33,92 30,25 33,25 30,50 33,84 31,76 32,14 32,29 28,05 30,48
Penggalian
3 Industri Pengolahan 10,23 10,23 9,8 9,95 9,42 9,73 9,28 9,58 9,41 9,32 9,73 9,55
4 Pengadaan Listrik dan 0,05 0,05 0,04 0,05 0,04 0,05 0,03 0,05 0,03 0,05 0,04 0,06
Gas
5 Pengadaan Air, 0,07 0,07 0,07 0,07 0,06 0,07 0,06 0,07 0,06 0,07 0,06 0,07
Pengolahan Sampah,
Limbah dan Daur Ulang
6 Konstruksi 11,68 11,68 10,77 11,45 11,66 11,43 11,44 11,25 11,62 11,40 12,02 11,37
7 Perdagangan Besar dan 10,7 10,70 10,37 10,81 10,11 10,70 9,73 10,42 9,86 10,07 10,40 9,92
Eceran; Reparasi Mobil
dan Sepeda Motor
8 Transportasi dan 5,43 5,43 5,1 5,62 5,23 5,69 5,39 5,56 5,67 5,60 6,29 5,83
Pergudangan
9 Penyediaan Akomodasi 1,27 1,27 1,23 1,26 1,28 1,26 1,30 1,22 1,33 1,19 1,44 1,22
dan Makan Minum
10 Informasi dan 2,11 2,11 1,97 2,19 1,99 2,27 2,01 2,33 2,02 2,41 2,19 2,66
Komunikasi
11 Jasa Keuangan dan 1,13 1,13 1,05 1,15 1,11 1,17 1,12 1,11 1,10 1,08 1,19 1,13
Asuransi
12 Real Estate 0,91 0,91 0,83 0,96 0,80 0,96 0,82 0,99 0,83 0,97 0,89 0,99
13 Jasa Perusahaan 0,29 0,29 0,29 0,31 0,29 0,31 0,28 0,30 0,29 0,30 0,29 0,29
14 Administrasi 5,01 5,01 4,86 5,13 5,11 5,01 5,08 4,89 5,16 4,90 5,81 5,11
Pemerintahan,
Pertahanan, dan
Jaminan Sosial Wajib
15 Jasa Pendidikan 1,61 1,61 1,76 1,81 1,94 2,02 2,09 2,15 2,15 2,19 2,48 2,36
16 Jasa Kesehatan dan 0,82 0,82 0,76 0,83 0,75 0,86 0,74 0,85 0,76 0,88 0,95 1,01
Kegiatan Sosial
17 Jasa Lainnya 0,52 0,52 0,47 0,51 0,46 0,50 0,45 0,47 0,46 0,47 0,57 0,53
PDRB 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100,00 100
Sumber: Publikasi PDRB Provinsi Kalimantan Utara 2016 dengan hasil olahan

RPJMD Provinsi Kalimantan Utara Tahun 2016-2021 II - 40


Meski sektor yang tersebut di atas menduduki sektor penyumbang terbesar dalam
PDRB Provinsi Kalimantan Utara, sektor yang kontribusinya terus menunjukkan
pertumbuhan terbesar selama tahun 2010 hingga 2015 adalah sektor jasa pendidikan
dengan laju pertumbuhan sektornya mencapai 22,82% terhadap PDRB. Hal ini menunjukkan
bahwa sektor pendidikan telah menjadi fokus kegiatan dan perhitungan kontribusinya
terhadap perekonomian daerah Provinsi Kalimantan Utara. Angka ini kemudian disusul oleh
sektor Jasa Kesehatan dan Administrasi Pemerintahan. Oleh karena itu, dapat diambil
kesimpulan bahwa sektor yang berperan dalam pelayanan publik tumbuh pesat dalam
kurun waktu 6 tahun terakhir.
Tabel 2.2.1.A.4
Pertumbuhan Kontribusi Sektor dan PDRB Atas Dasar Harga Berlaku (Hb)
dan harga Konstan (Hk) Tahun 2010 sampai dengan Tahun 2015
Provinsi Kalimantan Utara
Pertumbuhan
No Sektor Hb Hk
% %
1 Pertanian, Kehutanan, dan Perikanan 12,20 6,45
2 Pertambangan dan Penggalian 11,59 7,15
3 Industri Pengolahan 11,40 5,68
4 Pengadaan Listrik dan Gas 8,61 9,93
5 Pengadaan Air, Pengolahan Sampah, Limbah dan Daur Ulang 9,64 4,37
6 Konstruksi 13,20 6,61
7 Perdagangan Besar dan Eceran; Reparasi Mobil dan Sepeda Motor 11,90 4,55
8 Transportasi dan Pergudangan 15,82 7,82
9 Penyediaan Akomodasi dan Makan Minum 15,37 5,95
10 Informasi dan Komunikasi 13,40 12,15
11 Jasa Keuangan dan Asuransi 13,69 6,38
12 Real Estate 11,84 7,56
13 Jasa Perusahaan 12,29 5,21
14 Administrasi Pemerintahan, Pertahanan, dan Jaminan Sosial Wajib 15,87 6,72
15 Jasa Pendidikan 22,80 14,17
16 Jasa Kesehatan dan Kegiatan Sosial 16,12 12,08
17 Jasa Lainnya 14,85 7,92
PDRB 12,58 6,81
Sumber: Disperindagkop Provinsi Kalimantan Utara 2016 dengan hasil olahan

2. Laju Inflasi
Laju inflasi merupakan kecenderungan naiknya harga barang dan jasa pada
umumnya yang berlangsung secara terus menerus dan mempengaruhi kemampuan daya
beli masyarakat. Laju inflasi menjadi salah satu aspek yang dapat digunakan untuk
mengukur tingkat kesejahteraan penduduk. Pada periode 2010-2015, laju inflasi Provinsi
Kalimantan Utara menunjukkan rata-rata 8,1%.
Tabel 2.2.1.A.5
Nilai Inflasi Rata-rata Tahun 2010-2015 di Provinsi Kalimantan Utara
Uraian 2010 2011 2012 2013 2014 2015
Inflasi Provinsi Kalimantan Utara1 7,92 6,43 5,99 10,35 11,91 6,16
Inflasi Nasional2 6,96 3,79 4,30 8,38 8,36 3,35
Sumber:
1) Kota Tarakan Dalam Angka 2015
2) BPS Nasional 2016

RPJMD Provinsi Kalimantan Utara Tahun 2016-2021 II - 41


Laju inflasi tiap tahun masih termasuk tinggi jika dibandingkan dengan laju inflasi
nasional. Nilai inflasi rata-rata Provinsi Kalimantan Utara dalam kurun waktu tahun 2010
hingga tahun 2015 menunjukkan besaran yang fluktuatif dengan kecenderungan menurun,
yakni 7,92% di tahun 2010 turun menjadi 6,16% di tahun 2015. Hal ini menunjukkan bahwa
meski harga barang dan jasa semakin tinggi, pengendalian peredaran uang di masyarakat
telah berjalan lebih baik.

3. PDRB Per Kapita


PDRB per kapita digunakan untuk menunjukkan nilai PDRB per penduduk. PDRB per
kapita digunakan sebagai salah satu indikator tingkat kemakmuran dan kesejahteraan.
PDRB ADHK per kapita Provinsi Kalimantan Utara selama tahun 2010-2015 menunjukkan
pertumbuhan ekonomi per kapita yang relatif positif, meski sedikit menurun di tahun
2015. Pertumbuhan rata-rata PDRB ADHK per kapita penduduk Provinsi Kalimantan Utara
sebesar 2,85%.
Tabel 2.2.1.A.6
PDRB ADHK Per Kapita Tahun 2010-2014 di Provinsi Kalimantan Utara
Uraian 2010 2011 2012 2013 2014 2015
Nilai PDRB (Juta Rp) 34.918.578,10 37.829.038,80 40.768.541,40 44.091.699,30 47.696.806,70 49.188.675,80
Jumlah Penduduk (jiwa) 524.147 547.377 570.904 594.982 618.207 641.936
PDRB perkapita (Rp/jiwa) 66.619.819 69.109.661 71.410.502 74.105.938 77.153.456 76.625.514
Sumber: Publikasi PDRB Provinsi Kalimantan Utara 2016 dengan hasil olahan

Nilai PDRB per satu penduduk dapat diketahui melalui PDRB ADHB per kapita. Pada
tahun 2010 PDRB per kapita penduduk Provinsi Kalimantan Utara sebesar 66 juta. Angka ini
terus meningkat hingga mencapai 95,5 juta pada tahun 2014 atau meningkat 9% dibanding
tahun 2013. Angka ini terus naik hingga 97,8 juta di tahun 2015.
Tabel 2.2.1.A.7
PDRB ADHB Per Kapita Tahun 2010-2014 Provinsi Kalimantan Utara
Uraian 2010 2011 2012 2013 2014 2015
Nilai PDRB (Juta Rp) 34.918.578 42.410.932 47.333.732 52.604.702 59.572.512 62.818.835
Jumlah Penduduk (jiwa) 524.147 547.377 570.904 594.982 618.207 641.936
PDRB perkapita (Rp/jiwa) 66.619.818 77.480.296 82.910.143 88.413.939 96.363.373 97.858.408
Sumber: Publikasi PDRB Provinsi Kalimantan Utara 2016 dengan hasil olahan

4. Indeks Gini/Koefisien Gini


Indeks gini/koefisien gini merupakan salah satu indikator tingkat pemerataan
distribusi pendapatan atau dengan kata lain indikator pengukur ketimpangan pendapatan.
Koefisien gini merupakan suatu ukuran kemerataan yang dihitung dengan membagi
penduduk berdasarkan tingkat pendapatannya kemudian menetapkan proporsi pendapatan
yang diterima masing-masing kelompok penduduk. Angka koefisien gini berkisar antara nol
(pemerataan sempurna) hingga satu (ketimpangan sempurna). Angka koefisien gini yang

RPJMD Provinsi Kalimantan Utara Tahun 2016-2021 II - 42


semakin mendekati nol berarti dapat diartikan bahwa pemerataan semakin baik.
Sebaliknya, apabila angka koefisien semakin mendekati 1, maka dapat diartikan bahwa
ketimpangan pendapatan semakin besar.
Tabel 2.2.1.A.8
Koefisien Gini Tahun 2010-2014 Provinsi Kalimantan Utara
Kabupaten/Provinsi 20101 20111 20121 20134 2014
Bulungan 0,31 0,34 0,40 0,36 0,302
Malinau 0,23 0,33 0,35 0,33
Nunukan 0,27 0,34 0,35 0,25
Tana Tidung 0,26 0,31 0,30 0,24 0,273
Tarakan 0,19 0,27 0,31 0,33
Kalimantan Utara4 0,33 0,36 0,33 0,33
Nasional5 0,38 0,41 0,41 0,41 0,41
Sumber:
1) RPJP Kalimantan Utara
2) Kabupaten Bulungan Dalam Angka Tahun 2015
3) Kabupaten Tana Tidung Dalam Angka Tahun 2015
4) Kalimantan Utara Dalam Angka Tahun 2014 dan 2015
5) BPS Nasional, 2016

Koefisien gini Provinsi Kalimantan Utara pada periode tahun 2011-2014 relatif
tetap. Hal ini mengindikasikan bahwa ketimpangan pendapatan yang terjadi masih dalam
kategori ketimpangan rendah, yaitu antara 0,33-0,36. Koefisien gini Provinsi Kalimantan
Utara masih lebih kecil dibandingkan dengan koefisien gini tingkat nasional. Artinya,
kondisi distribusi pendapatan penduduk di Provinsi Kalimantan Utara masih dapat
dikatakan lebih baik dibanding rata-rata wilayah lain di Indonesia.

5. Pemerataan Pendapatan Versi Bank Dunia


Ketimpangan pendapatan penduduk tidak hanya dapat dilihat dari angka koefisien
gini, tetapi dapat diamati dengan pendekatan pemerataan pendapatan versi Bank Dunia.
Pemerataan pendapatan versi Bank Dunia merupakan pemerataan pendapatan yang
diperhitungkan berdasarkan pendekatan yang dilakukan oleh Bank Dunia. Pendekataan ini
mengelompokkan penduduk ke dalam tiga kelompok berdasarkan besarnya pendapatan,
yakni 40% penduduk berpendapatan rendah, 40% penduduk berpendapatan menengah, dan
20% penduduk berpendapatan tinggi. Ketimpangan pendapatan diukur dengan menghitung
persentase jumlah pendapatan penduduk dari kelompok yang berpendapatan 40% terendah
dibandingkan total pendapatan seluruh penduduk. Kategori ketimpangan ditentukan
sebagai berikut:
1. Ketimpangan pendapatan tinggi
Proporsi jumlah pendapatan dari penduduk yang masuk kategori 40 persen
terendah terhadap total pendapatan seluruh penduduk kurang dari 12 persen.
2. Ketimpangan pendapatan sedang/menengah

RPJMD Provinsi Kalimantan Utara Tahun 2016-2021 II - 43


Proporsi jumlah pendapatan dari penduduk yang masuk kategori 40 persen
terendah terhadap total pendapatan seluruh penduduk antara 12-17 persen.
3. Ketimpangan pendapatan rendah
Proporsi jumlah pendapatan dari penduduk yang masuk kategori 40 persen
terendah terhadap total pendapatan seluruh penduduk lebih dari 17 persen.
Tabel 2.2.1.A.9
Pemerataan Penduduk Versi Bank Dunia Tahun 2010-2014
Provinsi Kalimantan Utara
Distribusi Pembagian Pendapatan 20101 20111 20121 20134 2014
40% penduduk berpendapatan Bulungan 11,51 19,18 19,26 20,85 21,492
terendah Malinau 11,84 20,03 19,37 20,02
Nunukan 15,32 20,08 19,65 24,6
Tana Tidung 14,05 20,32 26,08 24,27 23,033
Tarakan 10,34 23,5 21,64 19,94
Kalimantan Utara4 19,75 18,95 20,1 20,09
40% penduduk berpendapatan Bulungan 27,71 52,12 37,78 39,14 38,262
menengah Malinau 32,06 39,48 36,4 38,26
Nunukan 36,48 39,51 39,21 39,77
Tana Tidung 35,18 40,07 41,18 40,75 39,643
Tarakan 27,23 38,63 38,51 36,87
Kalimantan Utara4 38,07 36,37 37,79 37,43
20% penduduk berpendapatan Bulungan 60,78 28,69 42,96 40,01 40,252
tertinggi Malinau 56,11 39,99 44,94 41,71
Nunukan 48,2 39,31 39,34 35,63
Tana Tidung 50,77 38,25 32,73 34,99 37,333
Tarakan 62,32 40,99 40,25 43,19
Kalimantan Utara4 42,19 44,68 42,11 42,48
Renda
Kriteria Ketimpangan Kalimantan Utara Rendah Rendah Rendah Rendah
h
Sumber:
1) RPJP Provinsi Kalimantan Utara
2) Kabupaten Bulungan Dalam Angka Tahun 2015
3) Kabupaten Tana Tidung Dalam Angka Tahun 2015
4) Kalimantan Utara Dalam Angka Tahun 2014 dan 2015

Berdasarkan pendekatan ini, distribusi pendapatan penduduk Provinsi Kalimantan


Utara masuk ke dalam kategori ketimpangan pendapatan rendah. Proporsi jumlah
pendapatan dari penduduk yang masuk kategori 40 persen terendah terhadap total
pendapatan seluruh penduduk kurang dari 12 persen dengan kecenderungan fluktuatif
pada periode 2011-2014 dan mencapai 20,09% pada tahun 2014.

6. Indeks Williamson (Indeks Ketimpangan Regional)


Indeks Williamson merupakan pendekatan kuantitatif yang digunakan untuk
mengukur tingkat ketimpangan wilayah. Perhitungan Indeks Williamson didasarkan pada
PDRB per kapita dan jumlah penduduk. Hasil pengukuran Indeks Williamson kemudian
dikelompokkan ke dalam tiga kategori, yaitu:
a. IW <0,4 artinya tingkat ketimpangan rendah.
b. 0,4 < IW< 0,5 artinya tingkat ketimpangan moderat.
c. IW > 0,5 artinya tingkat ketimpangan tinggi.

RPJMD Provinsi Kalimantan Utara Tahun 2016-2021 II - 44


Jika Indeks Williamson semakin mendekati angka 0 maka semakin kecil
ketimpangan pembangunan ekonomi. Sebaliknya apabila Indeks Williamson semakin
mendekati angka 1 maka semakin besar ketimpangan pembangunan ekonomi.
Tabel 2.2.1.A.10
Indeks Williamson Tahun 2010-2014
Provinsi Kalimantan Utara
Indikator Kabupaten/Provinsi 2010 2011 2012 2013 2014
PDRB Bulungan1 65.242.285 68.464.033 71.694.894 74.343.814 76.088.963
Perkapita Malinau2 79.048.416 78.214.964 76.320.500 83.447.507 88.420.984
Nunukan3 61.450.168 70.223.000 77.619.221 84.118.275 93.045.425
Tana Tidung4 186.569.464 174.993.430 169.184.885 161.528.529 159.914.224
Tarakan5 58.022.536 62.199.107 65.836.664 68.238.746 71.415.722
Jumlah Bulungan1 112.663 117.019 120.600 122.985 126.096
Penduduk Malinau2 59.555 62.580 66.845 71.501 74.469
Nunukan3 141.927 148.822 155.680 162.711 170.042
Tana Tidung4 15.202 16.356 17.079 18.985 20.400
Tarakan5 194.800 202.600 210.700 218.800 227.200
Kalimantan Utara 524.147 547.377 570.904 594.982 618.207
Indeks
Kalimantan Utara6 0,35 0,3 0,26 0,24 0,23
Williamson
Sumber:
1) Kabupaten Bulungan Dalam Angka Tahun 2011, 2012, 2013, 2014, 2015
2) Kabupaten Malinau Dalam Angka 2013, 2014, 2015
3) Kabupaten Nunukan Dalam Angka 2013, 2014, 2015
4) Kabupaten Tana Tidung Dalam Angka Tahun 2012, 2013, 2015
5) Kota Tarakan Dalam Angka 2015
6) Hasil Olahan 2016

Indeks Williamson Provinsi Kalimantan Utara termasuk rendah dan cenderung


menurun, tercatat sebesar 0,35 pada tahun 2010 kemudian turun menjadi 0,23 tahun
2014. Rendahnya nilai Indeks Williamson menunjukkan bahwa telah terwujudnya
pemerataan pendapatan penduduk atau rendahnya ketimpangan pendapatan penduduk di
Provinsi Kalimantan Utara.

7. Persentase Penduduk di Atas Garis Kemiskinan (Jumlah Penduduk Miskin)


Jumlah penduduk miskin menggambarkan penduduk yang telah berada di atas garis
kemiskinan. Pada tahun 2010, persentase penduduk di atas garis kemiskinan Provinsi
Kalimantan Utara mencapai 87,53% dari total penduduk. Angka ini terus mengalami
kenaikan hingga mencapai angka 92,3% di tahun 2013 dan kembali meningkat di tahun
2014 menjadi sebesar 93,8%.

RPJMD Provinsi Kalimantan Utara Tahun 2016-2021 II - 45


Tabel 2.2.1.A.11
Jumlah dan Persentase Penduduk Miskin, serta Persentase Penduduk di Atas Garis Kemiskinan
Tahun 2010-2014 di Provinsi Kalimantan Utara
Jumlah Penduduk Miskin Persentase Penduduk Persentase Penduduk di Atas
Tahun
(000 jiwa) Miskin Garis Kemiskinan3
20101 65,9 12,47 87,53
20111 57 10,33 89,67
20121 56,7 9,7 90,3
20132 46,4 7,73 92,3
20142 38,5 6,24 93,8
Sumber:
1) RPJP Provinsi Kalimantan Utara
2) Kalimantan Utara Dalam Angka 2014, 2015
3) Hasil Olahan 2016

Jumlah penduduk di atas garis kemiskinan paling tinggi di Provinsi Kalimantan Utara
terdapat di Kota Tarakan dengan kecenderungan pertumbuhan yang fluktuatif, sedangkan
yang terendah di Kabupaten Bulungan. Dengan kata lain kesejahteraan penduduk Kota
Tarakan saat ini masih dominan dibandingkan kabupaten yang lain.
Tabel 2.2.1.A.12
Persentase Penduduk Miskin Tahun 2010-2014 Kabupaten/Kota
Provinsi Kalimantan Utara
Indikator Kabupaten/Provinsi 20101 20111 20121 20132 20142
Persentase Bulungan 14,58 12,14 11,76 12,04 12,03
penduduk miskin Malinau 15,31 12,67 11,68 10,48 10,26
Nunukan 12,45 10,38 9,62 9,51 8,69
Tana Tidung 13,89 11,41 9,81 10,21 9,48
Tarakan 10,23 8,41 7,95 7,9 7,79
Persentase Bulungan 85,42 87,86 88,24 87,96 87,97
penduduk di atas Malinau 84,69 87,33 88,32 89,52 89,74
garis Nunukan 87,55 89,62 90,38 90,49 91,31
kemiskinan8 Tana Tidung 86,11 88,59 90,19 89,79 90,52
Tarakan 89,77 91,59 92,05 92,1 92,21
Sumber:
1) RPJP Provinsi Kalimantan Utara
2) Kabupaten Bulungan Dalam Angka Tahun 2015
Kabupaten Tana Tidung Dalam Angka Tahun 2015
Kabupaten Malinau Dalam Angka Tahun 2015
Kabupaten Nunukan Dalam Angka Tahun 2015
Kota Tarakan Dalam Angka 2015
3) Hasil Olahan 2016

8. Kemiskinan
Kemiskinan masih menjadi persoalan prioritas untuk diselesaikan di beberapa
wilayah di Indoensia. Kemiskinan erat hubungannya dengan kesejahteraan hidup. Pada
tahun 2010, persentase penduduk miskin Kalimantan Utara mencapai 12,47% atau setara
dengan 65,9 ribu jiwa dari total penduduk. Angka ini terus mengalami penurunan hingga
mencapai angka 7,73% atau 46.400 jiwa di tahun 2013. Angka kemiskinan kembali
mengalami sedikit peningkatan di tahun 2014, yakni sebesar 55.800 jiwa. Tabel
sebelumnya telah menjelaskan bahwa tingkat kemiskinan tertinggi ada di Kabupaten
Bulungan, sedangkan yang terendah adalah Kota Tarakan.

RPJMD Provinsi Kalimantan Utara Tahun 2016-2021 II - 46


Tabel 2.2.1.A.13
Jumlah dan Persentase Penduduk Miskin Tahun 2010-2014
Provinsi Kalimantan Utara
Jumlah penduduk miskin (000 Persentase penduduk Tingkat Kemiskinan
Tahun
jiwa) miskin Nasional4
20101 65,9 12,47 13,33
20111 57 10,33 12,49
20121 56,7 9,7 11,66
20132 46,4 7,73 11,47
20145 6,24 10,96
Sumber:
1) RPJP Provinsi Kalimantan Utara
2) Kalimantan Utara Dalam Angka 2014, 2015
3) Hasil Olahan 2016
4) BPS Nasional 2016
5) EKPD Provinsi Kalimantan Utara 2015

Angka kemiskinan di Provinsi Kalimantan Utara masih tergolong lebih rendah


apabila dibandingkan dengan angka kemiskinan nasional. Pada tahun 2014, angka
kemiskinan Provinsi Kalimantan Utara adalah 6,24%, ketika angka nasional telah mencapai
10,96%. Kondisi ini diharapkan tetap bertahan dan semakin baik, dalam arti semakin
menurunnya angka kemiskinan di Provinsi Kalimantan Utara.

2.2.2. Fokus Kesejahteraan Masyarakat


A. Pendidikan
1. Angka Melek Aksara
Angka melek aksara menurut Badan Pusat Statistik Indonesia merupakan persentase
penduduk usia 15 tahun ke atas yang dapat membaca dan menulis serta mengerti sebuah
kalimat sederhana dalam hidupnya sehari-hari. Angka ini mencerminkan tingkat
kemampuan membaca dan menulis, yang tentu saja berkorelasi dengan tingkat pendidikan
masyarakat. Semakin tinggi angka melek aksara suatu kabupaten/kota maka semakin
banyak pula masyarakat yang mampu membaca dan menulis dibandingkan dengan total
keseluruhan penduduk di wilayah tersebut. Berikut adalah data angka melek aksara di
Provinsi Kalimantan Utara tahun 2010 sampai dengan 2015.

RPJMD Provinsi Kalimantan Utara Tahun 2016-2021 II - 47


Tabel 2.2.2.A.1
Perkembangan Angka Melek aksara Menurut Kabupaten/Kota
Provinsi Kalimantan Utara Tahun 2010-2015
Uraian Kabupaten/Kota 2010 2011 2012 2013 2014 2015
Angka Bulungan 93.78 95.02 95.94 92.35 96.64 95
melek Malinau 94.29 91.61 91.60 93.74 96.02 98
aksara Nunukan 94.34 92.71 94.35 93.47 96.88 na
Tana Tidung 93.37 87.83 93.11 91.33 95.53 na
Tarakan 97.97 97.87 98.89 98.26 99.50 98.85
Prov. Kalimantan Timur 97.05 97,21 97,55 - - -
Prov. Kalimantan Utara na na na na 97.66 80
Sumber:
1) Naskah Akademik Rancangan Peraturan Daerah Rencana Jangka Panjang Pembangunan Daerah Provinsi
Kalimantan Utara Tahun 2005-2025
2) Publikasi IPM Kaltara 2014
3) Dinas Pendidikan, Kebudayaan, Pemuda, dan Olahraga Provinsi Kalimantan Utara 2016

Catatan: Data Provinsi Kalimantan Utara tahun 2010-2012 tidak dapat dihitung karena data yang tersedia berupa
persentase masing-masing kabupaten/kota, sehingga tidak dapat dijumlahkan untuk total Provinsi Kalimantan
Utara.

Data tahun 2010 hingga tahun 2014 menunjukan kabupaten dengan nilai angka
melek aksara paling tinggi di Provinsi Kalimantan Utara adalah Kota Tarakan. Pada tahun
2010 Kota Tarakan memiliki nilai angka melek aksara sebesar 97,97% dan angka ini
meningkat menjadi 99,5% pada akhir tahun 2014. Kabupaten Tana Tidung yang merupakan
pemekaran dari Kabupaten Bulungan sejak tahun 2009 memiliki nilai angka melek aksara
yang cenderung rendah di Kalimantan Utara jika dibandingkan dengan kabupaten
disekitarnya pada tahun 2010 sampai dengan 2012.
Berdasarkan data tabel di atas, angka melek aksara per kabupaten/kota di Provinsi
Kalimantan Utara secara umum mengalami kenaikan. Angka melek aksara di Provinsi
Kalimantan Utara mencapai 97,66% pada tahun 2014. Angka tahun 2014 ini dinilai sudah
melebihi sasaran rata-rata angka melek aksara penduduk usia di atas 15 tahun nasional
20191 yang sebesar 96,1%. Provinsi Kalimantan Utara secara umum perlu mempertahankan
dan tetap terus meningkatkan pencapaian ini. Hal ini dapat diusahakan dengan
meningkatkan angka melek aksara di beberapa kabupaten seperti Kabupaten Tana Tidung
dan Kabupaten Malinau yang dinilai masih perlu mengejar ketertinggalannya dibandingkan
kabupaten lainnya, meskipun tidak terlalu signifikan (data tahun 2014).

2. Angka Harapan Lama Sekolah


Angka Harapan Lama Sekolah merupakan rata-rata perkiraan banyak tahun yang
dapat ditempuh oleh seseorang sejak lahir. Angka Harapan Lama Sekolah didefinisikan
lamanya sekolah (dalam tahun) yang diharapkan akan dirasakan oleh anak pada umur
tertentu di masa mendatang, diasumsikan bahwa peluang anak tersebut akan tetap
bersekolah pada umur-umur berikutnya sama dengan peluang penduduk yang bersekolah

1 Rencana Strategis Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan 2015-2019

RPJMD Provinsi Kalimantan Utara Tahun 2016-2021 II - 48


per jumlah penduduk untuk umur yang sama saat ini. Angka Harapan Lama Sekolah
dihitung untuk penduduk berusia 7 tahun ke atas, angka tersebut dapat digunakan untuk
mengetahui kondisi pembangunan sistem pendidikan di berbagai jenjang yang ditunjukkan
dalam bentuk lamanya pendidikan (dalam tahun) yang diharapkan dapat dicapai oleh
setiap anak.
Tabel 2.2.2.A.2
Perkembangan Angka Harapan Lama Sekolah Menurut Kabupaten/Kota Tahun 2010-2015
Provinsi Kalimantan Utara
Kabupaten/Kota 2010 2011 2012 2013 2014 2015
Bulungan na na na na 12.53 12.56
Malinau na na na na 13.22 13.23
Nunukan na na na na 12.39 12.41
Tana Tidung na na na na 12.14 12.16
Tarakan na na na na 13.39 13.41
Prov. Kalimantan Timur na na na - - -
Prov. Kalimantan Utara na na na 12.30 12.52 12.54
Sumber:
1) Berita Resmi Statistik BPS Provinsi Kalimantan Timur No. 49/06/64/Th.XIX, 15 Juni 2016 Indeks
Pembangunan Manusia (IPM) Tahun 2015
2) Indeks Pembangunan Manusia 2014 Metode Baru

Catatan: Data Angka Harapan Lama Sekolah mulai dirilis secara resmi oleh BPS berdasarkan perhitungan IPM
metode baru sejak tahun 2014 sehingga tidak terdapat rilis resmi data sejak tahun 2013 dan sebelumnya.

Kota Tarakan merupakan wilayah yang memiliki angka harapan lama sekolah paling
tinggi di provinsi ini pada tahun 2014 sebesar 13.39 tahun. Hal ini berarti bahwa penduduk
di Kota Tarakan diharapkan dapat menempuh pendidikan hingga bangku perguruan tinggi
ataupun akademi (paska Sekolah Menengah Atas) sampai dengan sekitar tahun pertama
(semester 2). Sementara kabupaten yang memiliki angka harapan lama sekolah paling
rendah pada tahun 2014 adalah Kabupaten Tana Tidung sebesar 12.14 tahun. Hal ini
berarti bahwa penduduk di Kabupaten Tana Tidung diharapkan dapat menempuh
pendidikan hingga kelas 12 pada jenjang Sekolah Menengah Atas. Setelah tahun 2015,
angka harapan lama sekolah di Kabupaten Tana Tidung mengalami peningkatan meskipun
tidak terlalu signifikan menjadi sebesar 12,16 tahun. Kabupaten dan kota lain di Provinsi
Kalimantan Utara mengalami peningkatan pula meskipun tidak terlalu signifikan.
Angka Harapan Lama Sekolah di Provinsi Kalimantan Utara pada tahun 2013 adalah
sebesar 12.30 tahun, angka tersebut berada di atas angka harapan lama sekolah nasional
pada tahun tersebut2, yaitu sebesar 12.10 tahun. Angka Harapan Lama Sekolah tersebut
kemudian mengalami peningkatan pada tahun 2014 menjadi sebesar 12.52 tahun. Angka
tersebut tetap berada di atas angka harapan lama sekolah nasional pada tahun 2014 3,
yaitu sebesar 12.39 tahun. Angka Harapan Lama Sekolah Provinsi Kalimantan Utara
mengalami peningkatan lagi pada tahun 2015 menjadi sebesar 12.54 tahun.

2 Indeks Pembangunan Manusia 2014 Metode Baru


3 Indeks Pembangunan Manusia 2014 Metode Baru

RPJMD Provinsi Kalimantan Utara Tahun 2016-2021 II - 49


Hal ini menunjukan bahwa minat belajar masyarakat Provinsi Kalimantan Utara
cukup tinggi hingga jenjang paska Sekolah Menengah Atas. Provinsi Kalimantan Utara perlu
mengejar ketertinggalan untuk mencapai target harapan lama sekolah tersebut. Hal ini
dapat diupayakan dengan meningkatkan akses masyarakat terhadap pendidikan secara
merata di semua kabupaten dan kota.

3. Angka Rata-rata Lama Sekolah


Angka rata-rata lama sekolah merupakan rata-rata jumlah tahun yang dibutuhkan
oleh penduduk usia 15 tahun ke atas untuk menempuh semua jenis pendidikan formal yang
pernah dijalani. Angka rata-rata lama sekolah dihitung berdasarkan partisipasi sekolah,
jenjang pendidikan yang sedang dijalani, kelas yang diduduki dan pendidikan yang
ditamatkan oleh penduduk usia 15 tahun keatas. Semakin tinggi angka rata-rata lama
sekolah maka semakin tinggi puka tingkat partisipasi sekolah masyarakat di wilayah
tersebut.
Tabel 2.2.2.A.3
Perkembangan Angka Rata-rata Lama Sekolah Menurut Kabupaten/Kota
Provinsi Kalimantan Utara Tahun 2010 s.d 2015
Uraian Kabupaten/Kota 2010 2011 2012 2013 2014 2015
Angka Bulungan 8.11 8,15 8,17 7.9 8.27 na
rata-rata Malinau 7.76 8,25 8,26 8.27 8.27 na
lama Nunukan 7.42 7,47 7,55 7.07 7.21 na
sekolah Tana Tidung 7.1 7,24 7,64 7.79 7.84 na
Tarakan 9.36 9,43 9,44 9.28 9.44 9.04
Prov. Kalimantan Timur 8.87 9,19 9,22 - - -
Prov. Kalimantan Utara na na na 8.1 8.35 na
Sumber:
1) Naskah Akademik Rancangan Peraturan Daerah Rencana Jangka Panjang Pembangunan Daerah Provinsi
Kalimantan Utara Tahun 2005-2025
2) Publikasi IPM Kaltara 2014
3) Dinas Pendidikan, Kebudayaan, Pemuda, dan Olahraga Provinsi Kalimantan Utara 2016

Catatan: Data Provinsi Kalimantan Utara tahun 2010-2012 tidak dapat dihitung karena tidak tersedia data
mentah untuk menghitung rata-rata lama sekolah berdasarkan rumus dari Permendagri No 54 Tahun 2010.

Berdasarkan data dari tabel di atas, pada tahun 2010 sampai dengan tahun 2014,
kabupaten dengan angka rata-rata lama sekolah paling tinggi di Provinsi Kalimantan Utara
adalah Kota Tarakan. Pada tahun 2010, angka rata-rata lama sekolah di Kota Tarakan
selama 9,36 tahun dan terus mengalami peningkatan sehingga pada tahun 2014 naik
menjadi 9,44 tahun. Hal ini berarti bahwa rata-rata penduduk di Kota Tarakan baru
mampu menempuh pendidikan sampai dengan kelas 3 SMP dan masih banyak yang tidak
melanjutkan sekolah ke tingkat SMA atau putus sekolah pada jenjang SMA. Sementara
kabupaten yang memiliki angka rata-rata lama sekolah rendah di Provinsi Kalimantan
Utara adalah Kabupaten Tana Tidung dan Kabupaten Nunukan. Selama tahun 2010 sampai
dengan 2014, angka rata-rata lama sekolah di Kabupaten Tana Tidung selama 5 tahun dan
terus mengalami peningkatan setiap tahunnya, sehingga pada tahun 2014 dapat mencapai

RPJMD Provinsi Kalimantan Utara Tahun 2016-2021 II - 50


angka rata-rata lama sekolah selama 7,84 tahun. Hal ini menjelaskan bahwa rata-rata
penduduk di Tana Tidung masih banyak yang tidak dapat menamatkan bangku SMP, dengan
rata-rata lama sekolah hanya mencapai antara kelas 1 dan 2 SMP. Sedangkan untuk
Kabupaten Nunukan angka rata-rata lama sekolah di Kabupaten Nunukan selama 7 tahun
cenderung fluktuatif, dengan peningkatan dari tahun 2010 sebesar 7,42 tahun hingga pada
tahun 2012 sebesar 7,55 tahun, kemudian menurun pada tahun 2013 sebesar 7.07, dan
kembali mengalami peningkatan pada tahun 2014 sebesar 7.21 tahun. Sama dengan
Kabupaten Tana Tidung, hal ini menjelaskan bahwa rata-rata penduduk di Nunukan masih
banyak yang tidak dapat menamatkan bangku SMP, dengan rata-rata lama sekolah hanya
mencapai antara kelas 1 dan 2 SMP.
Angka rata-rata lama sekolah di Provinsi Kalimantan Utara yang hanya mencapai
8.35 pada tahun 2014 dinilai masih cukup jauh dari sasaran rata-rata lama sekolah
penduduk usia di atas 15 tahun nasional 20194 yang sebesar 8,8 tahun. Provinsi Kalimantan
Utara secara umum perlu mengejar ketertinggalan untuk mencapai target tersebut. Hal ini
dapat diusahakan dengan meningkatkan angka rata-rata lama sekolah di 4 kabupaten yang
ada di Provinsi Kalimantan Utara, yaitu Kabupaten Bulungan, Malinau, Nunukan, dan Tana
Tidung.

4. Angka Partisipasi Kasar SMA/MA/SMK


Menurut Badan Pusat Statistik, angka partisipasi kasar (APK) menunjukkan
perbandingan antara rasio jumlah siswa, berapapun usianya, yang sedang sekolah di
tingkat pendidikan tertentu terhadap jumlah penduduk kelompok usia yang berkaitan
dengan jenjang pendidikan tertentu. Kegunaan APK adalah menunjukkan tingkat
partisipasi penduduk secara umum di suatu tingkat pendidikan. APK merupakan indikator
yang paling sederhana untuk mengukur daya serap penduduk usia sekolah di masing-masing
jenjang pendidikan. Semakin tinggi angka partisipasi kasar pada jenjang pendidikan
apapun menunjukkan semakin besar jumlah siswa yang bersekolah pada suatu jenjang
pendidikan, dengan mengesampingkan aspek usia dari siswa yang bersekolah pada suatu
jenjang pendidikan. Berikut ini merupakan tabel angka partisipasi kasar SMA/SMK/MA di
Provinsi Kalimantan Utara.

4 Rencana Strategis Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan 2015-2019

RPJMD Provinsi Kalimantan Utara Tahun 2016-2021 II - 51


Tabel. 2.2.2.A.4
Perkembangan Angka Partisipasi Kasar SMA/SMK/MA
Menurut Kabupaten/Kota Tahun 2010-2014 Provinsi Kalimantan Utara
Kabupaten/Kota 2010 2011 2012 2013 2014
Bulungan 64.33 82.57 98.35 66.87 89.18
Malinau 75.41 95.14 88.75 81.09 89.18
Nunukan 67.86 78.66 100.10 84.92 93.36
Tana Tidung 45.61 62.09 74.54 70.22 85.51
Tarakan 75.55 69.61 84.98 99.86 84.71
Prov. Kalimantan Timur 72.39 73 80.08 - -
Prov. Kalimantan Utara na na na 85.37 88.44
Sumber:
1) Naskah Akademik Rancangan Peraturan Daerah Rencana Jangka Panjang Pembangunan Daerah
Provinsi Kalimantan Utara Tahun 2005-2025
2) Publikasi IPM Kaltara 2014
3) Aplikasi Analisis Situasi Kemiskinan Provinsi Kalimantan Utara 2016
4) Dinas Pendidikan, Kebudayaan, Pemuda, dan Olahraga Provinsi Kalimantan Utara 2016
Catatan: Data Provinsi Kalimantan Utara tidak dapat dihitung karena tidak tersedia data mentah
untuk menghitung angka partisipasi kasar berdasarkan rumus dari Permendagri No 54 Tahun 2010.

Pada tahun 2010 APK untuk jenjang SMA/MA/SMK menunjukkan bahwa Kota
Tarakan memiliki nilai APK jenjang SMA/MA/SMK tertinggi sebesar 75,55%, sebaliknya
kabupaten/kota dengan APK jenjang SMA/MA/SMK yang paling rendah adalah Kabupaten
Tana Tidung sebesar 45,61%. Sementara tahun 2014, Kabupaten Nunukan memiliki nilai
APK jenjang SMA/MA/SMK yang paling tinggi 93,36%, sedangkan Kota Tarakan justru
mengalami penurunan menjadi 84,71% dan menjadi kabupaten/kota dengan angka
partisipasi kasar SMA/MA/SMK terendah.
Capaian APK SMA/MA/SMK Provinsi Kalimantan Utara mengalami peningkatan dari
tahun 2013 ke tahun 2014. Kabupaten Bulungan, Malinau, dan Nunukan memiliki nilai APK
SMA/MA/SMK yang lebih tinggi dari nilai APK provinsi pada tahun 2014. APK untuk jenjang
SMA/MA/SMK Provinsi Kalimantan Utara yang mencapai 88,44% tahun 2014 masih cukup
jauh dari sasaran APK SMA/MA/SMK/Paket C Nasional tahun 2019 yang sebesar 91,6%.
Provinsi Kalimantan Utara perlu mengejar ketertinggalan untuk mencapai target tersebut.

5. Angka Pendidikan yang Ditamatkan


Angka pendidikan tertinggi yang ditamatkan adalah indikator yang mengukur
besaran dan persentase masyarakat pada tahun tertentu yang berada pada jenjang
pendidikan tertentu. Angka pendidikan yang ditamatkan berbeda dengan angka rata-rata
lama sekolah, jika angka rata-rata lama sekolah menunjukkan berapa lama waktu suatu
masyarakat bersekolah pada suatu kabupaten/kota. Angka pendidikan tertinggi yang
ditamatkan terbagi menjadi beberapa jenjang pendidikan. Dengan mengetahui angka rata-
rata pendidikan tertinggi yang ditamatkan, maka dapat diketahui tingkat partisipasi dan
pendidikan masyarakat pada jenjang pendidikan tersebut, dengan demikian dapat
dirumuskan rekomendasi dan masukan untuk meningkatkan angka ini, apabila kondisi yang
terjadi sangat buruk.

RPJMD Provinsi Kalimantan Utara Tahun 2016-2021 II - 52


Tabel 2.2.2.A.5
Perkembangan Angka Pendidikan yang Ditamatkan Menurut Kabupaten/Kota Tahun 2010-2015
Provinsi Kalimantan Utara
No Uraian Kabupaten/Kota 2010 2011 2012 2013 2014 2015
1. Tidak/Belum Pernah Bulungan 26,75 25,75 25,21 na na na
Sekolah/Tidak/Belum Malinau 21,16 31,64 28,82 na na na
Tamat SD Nunukan 32,45 33,17 32,77 na na na
Tana Tidung 32,66 34,23 26,82 na na na
Tarakan 17,93 17,11 19,21 na na na
Prov. Kalimantan Timur 19,83 18,76 17,98 na na na
Prov. Kalimantan Utara na na na na na na
2. SD/Sederajat Bulungan 27,99 28,54 28,47 na na na
Malinau 26,7 21,33 26,02 na na na
Nunukan 29,88 28,65 25,31 na na na
Tana Tidung 27,96 29,76 29,2 na na na
Tarakan 24,93 24,25 22,15 na na na
Prov. Kalimantan Timur 26,58 25,73 24,06 na na na
Prov. Kalimantan Utara na na na na na na
3. SMP/Sederajat Bulungan 18,89 20,75 20,23 na na na
Malinau 21,53 16,5 18,64 na na na
Nunukan 16,93 17,65 19,26 na na na
Tana Tidung 10,16 12,64 14,33 na na na
Tarakan 21,24 20,86 18,33 na na na
Prov. Kalimantan Timur 19,32 18,61 18,75 na na na
Prov. Kalimantan Utara na na na na na na
4. SMA/Sederajat Bulungan 20,02 18,4 19,20 na na na
Malinau 22,36 21,17 19,21 na na na
Nunukan 17,23 16,41 18,24 na na na
Tana Tidung 19,82 15,74 17,51 na na na
Tarakan 29,43 29,9 33,35 na na na
Prov. Kalimantan Timur 26,95 28,86 31,16 na na na
Prov. Kalimantan Utara na na na na na na
5. Perguruan Tinggi Bulungan 6,34 6,56 6.89 na na na
Malinau 8,26 9,35 7,31 na na na
Nunukan 3,50 4,10 4,42 na na na
Tana Tidung 9,40 7,63 12,13 na na na
Tarakan 6,48 7,88 6,96 na na na
Prov. Kalimantan Timur 7,33 8,05 8,22 na na na
Prov. Kalimantan Utara na na na na na na
Sumber :Indikator Kesejahteraan Rakyat, 2011-2013

Catatan: Data Provinsi Kalimantan Utara tidak dapat dihitung karena data yang tersedia berupa persentase
masing-masing kabupaten/kota, sehingga tidak dapat dijumlahkan untuk total Provinsi Kalimantan Utara.

Pada tahun 2010, Kabupaten Tana Tidung memiliki penduduk yang belum pernah
sekolah atau belum tamat sekolah tertinggi yakni sebesar 32,66%. Angka mengisyaratkan
bahwa 1/3 masyarakat dari semua golongan umur di Kabupaten Tana Tidung yang belum
pernah atau tidak lulus sekolah dasar. Sedangkan pada tahun yang sama kabupaten/kota
yang memiliki nilai persentase terendah adalah Kota Tarakan yakni 17,93%. Pada tahun
2012, Kabupaten Nunukan menunjukkan persentase tertinggi yakni 32,77%. Jika
dibandingkan dengan capaian dari Provinsi Kalimantan Timur, tahun 2010 sebesar 19,83%,
dan tahun 2012 sebesar 17,98%, menunjukkan bahwa di provinsi induk pun mengalami
penurunan. Dengan kondisi demikian maka dibutuhkan usaha dan kerja keras dari semua
stakeholder yang terkait untuk meningkatkan tingkat partisipasi dan kemauan masyarakat
serta aspek daya layan fasilitas pendidikan untuk masyarakat.

RPJMD Provinsi Kalimantan Utara Tahun 2016-2021 II - 53


Angka rata-rata pendidikan tertinggi untuk jenjang pendidikan lulusan SD sederajat
yang tertinggi tahun 2010 terdapat di Kabupaten Nunukan yakni 29,88%. Jika ditambah
dengan persentase penduduk yang tidak pernah atau tidak lulus SD pada tahun yang sama,
maka lebih dari 50% penduduk di Kabupaten Nunukan hanya lulus SD, dengan rasio yang
lebih besar tidak pernah atau tidak lulus SD.
Sementara Kota Tarakan memiliki nilai paling kecil pada tahun 2010 (24,93%). Jika
dibandingkan dengan capaian dari Provinsi Kalimantan Timur, tahun 2010 (26,58%), maka
capaian kabupaten/kota di Provinsi Kalimantan Utara tidak terlalu jauh tingkat
perbedaannya, bahkan capaian Kota Tarakan justru lebih rendah, yaitu 24,93%.
Kecenderungan perkembangan dari tahun 2010 hingga 2012 di Provinsi Kalimantan Timur
juga cenderung menurun, menurunnya persentase rata-rata pendidikan tertinggi yang
ditamatkan jenjang SD ini dapat disebabkan karena meningkatnya tingkat pendidikan
masyarakat. Apabila kemungkinan tersebut benar, maka kecenderungan yang menurun
dapat terjadi karena meningkatnya tingkat pendidikan masyarakat.
Angka rata-rata pendidikan tertinggi untuk jenjang SMP sederajat tahun 2010
dengan persentase terbesar adalah Kabupaten Malinau (21,53%). Sedangkan
kabupaten/kota dengan persentase terkecil adalah Kabupaten Tana Tidung (10,16%). Nilai
ini mencerminkan bahwa derajat pendidikan tahun 2010 di Provinsi Kalimantan Utara
sudah sedikit membaik, indikasi membaik adalah apabila dibandingkan dengan rata-rata
pendidikan tertinggi yang ditamatkan untuk jenjang SD sederajat tidak terlalu jauh, yang
berarti partisipasi masyarakat untuk bersekolah sudah lebih baik. Kecenderungan
perkembangan dari tahun 2010-2012 menunjukkan peningkatan yakni di Kabupaten
Bulungan, Nunukan dan Tana Tidung, dengan persentase peningkatan paling tinggi
Kabupaten Tana Tidung, tahun 2010 sebesar 10,16%, meningkat menjadi 14,33% pada
tahun 2012. Selain peningkatan, juga terjadi kecenderungan perkembangan yang menurun
di Kabupaten Malinau dan Kota Tarakan.
Capaian angka rata-rata pendidikan tertinggi yang ditamatkan untuk jenjang SMP
sederajat di Provinsi Kalimantan Timur pada tahun 2010 sebesar 19,32. Apabila
dibandingkan dengan capaian di kabupaten/kota yang ada di Provinsi Kalimantan Utara,
maka hanya Kabupaten Malinau dan Kota Tarakan yang memiliki capaian lebih baik,
selebihnya di bawah capaian Provinsi Kalimantan Timur, tahun 2012 capaian Provinsi
Kalimantan Timur sebesar 18,75%. Jika dibandingkan dengan capaian kabupaten/kota yang
ada di Kalimantan Utara, maka hanya Kabupaten Bulungan dan Kabupaten Nunukan yang
sudah melampai capaian di Provinsi Kalimantan Timur, sedangkan Kabupaten Malinau dan
Kota Tarakan sedikit di bawah capaian Provinsi Kalimantan Timur. Kecenderungan

RPJMD Provinsi Kalimantan Utara Tahun 2016-2021 II - 54


perkembangan di Provinsi Kalimantan Timur juga sedikit mengalami penurunan jika dilihat
dari tahun 2010 hingga tahun 2012.
Kategori berikutnya adalah rata-rata pendidikan tertinggi yang ditamatkan untuk
jenjang pendidikan SMA sederajat. Semakin besar angka persentase ini mencerminkan
semakin besar pula masyarakat yang telah mengenyam pendidikan hingga SMA. Pada tahun
2010 persentase terbesar angka rata-rata pendidikan tertinggi yang ditamatkan untuk
jenjang SMA sederajat adalah Kota Tarakan (29,43%), sedangkan terendah adalah
Kabupaten Nunukan (17,23%). Jika dibandingkan dengan capaian pada jenjang pendidikan
SMP pada tahun sebelumnya, maka hampir semua kabupaten/kota di Provinsi Kalimantan
Utara memiliki persentase jenjang pendidikan tertinggi jenjang SMA lebih besar. Pada
tahun 2012, Kota Tarakan menunjukkan capaian terbesar (33,35%), hal ini berarti ada
peningkatan dalam 3 tahun terakhir di Kota Tarakan. Sementara kabupaten/kota dengan
nilai persentase paling rendah adalah Kabupaten Tana Tidung (17,51%). Apabila dilihat
kecenderungan perkembangan dalam 5 tahun terakhir, Kota Tarakan, dan Kabupaten
Nunukan yang mengalami peningkatan, sedangkan tiga kabupaten lain justru mengalami
penurunan.
Persentase jenjang pendidikan SMA di Provinsi Kalimantan Timur tahun 2010
sebesar 26,95%. Apabila dibandingkan dengan capaian di kabupaten/kota di Provinsi
Kalimantan Utara pada tahun yang sama maka hanya Kota Tarakan saja yang memiliki
persentase capaian yang lebih tinggi, sedangkan kabupaten lain masih di bawah capaian
Provinsi Kalimantan Timur. Sedangkan tahun 2012, capaian persentase untuk jenjang
pendidikan SMA di Provinsi Kalimantan Timur mengalami peningkatan menjadi 31,16%,
pada saat yang sama hanya Kota Tarakan yang memiliki capaian kinerja yang lebih baik,
sedangkan kabupaten lain masih di bawah capaian Provinsi Kalimantan Timur. Jika
dibandingkan pada jenjang pendidikan tertinggi untuk jenjang SMP pada tahun yang sama,
maka ada peningkatan pada jenjang SMA, hal ini berarti bahwa semakin banyak orang yang
mengenyam pendidikan pada jenjang yang lebih tinggi. Selain itu hal ini juga memiliki arti
bahwa kesadaran masyarakat untuk dapat mengenyam pendidikan yang lebih tinggi
semakin meningkat, hal ini dapat disebabkan karena faktor ekonomi masyarakat yang
sudah semakin meningkat.
Tahun 2010, Kabupaten Tana Tidung merupakan kabupaten/kota dengan
persentase masyarakat yang tamat perguruan tinggi tertinggi (9,4%), sedangkan
kabupaten/kota dengan capaian persentase terendah Kabupaten Nunukan (3,5%). Capaian
persentase kabupaten/kota di Provinsi Kalimantan Utara tidak ada yang melebihi 10%, ini
menunjukkan bahwa masyarakat masih cukup sulit untuk mendapatkan akses pendidikan
tersebut karena berbagai keterbatasan, baik berupa ketersediaan sarana/prasarana

RPJMD Provinsi Kalimantan Utara Tahun 2016-2021 II - 55


maupun keterbatasan ekonomi. Pada tahun 2012, Kabupaten Tana Tidung masih memiliki
persentase lulusan perguruan tinggi yang paling banyak (12,13%), dan Kabupaten Nunukan
masih dengan rasio lulusan paling sedikit (4,42%). Kecenderungan perkembangan dalam
lima tahun terakhir menunjukkan perkembangan yang meningkat, namun dengan nilai
peningkatan yang relatif kecil, kecuali Kabupaten Tana Tidung. Kabupaten Malinau tahun
2010 memiliki persentase sebesar 8,26% namun tahun 2010 justru mengalami penurunan
menjadi 7,31%.
Persentase masyarakat yang lulus perguruan tinggi di Provinsi Kalimantan Timur
tahun 2010 sebesar 7,33%. Jika dibandingkan dengan capaian kabupaten/kota di Provinsi
Kalimantan Utara, hanya Kabupaten Tana Tidung yang memiliki persentase capaian yang
melebihi, sedangkan kabupaten/kota lain masih di bawah Provinsi Kalimantan Timur. Pada
tahun 2012, persentase capaian lulusan perguruan tinggi di Provinsi Kalimantan Timur
sebesar 8,22%. Jika dibandingkan dengan Provinsi Kalimantan Utara, maka hanya
Kabupaten Tana Tidung yang memiliki capaian lebih baik, sedangkan kabupaten/kota lain
masih memiliki capaian di bawah Provinsi Kalimantan Timur. Kondisi ini mengisyaratkan
bahwa lulusan perguruan tinggi di Kabupaten Bulungan, Kabupaten Malinau, Kabupaten
Nunukan dan Kota Tarakan masih kurang. Pemerintah Provinsi Kalimantan Utara harus
membuat perencanaan yang jelas dan terarah untuk meningkatkan jumlah lulusan di
kabupaten/kota, pemberian beasiswa kepada siswa berprestasi atau menyekolahkan siswa
berprestasi ke universitas yang baik dapat menjadi salah satu cara yang dapat digunakan
oleh pemerintah daerah.

6. Angka Partisipasi Murni SMA/MA/SMK


Angka Partisispasi Murni (APM) menurut Badan Pusat Statistik merupakan
persentase siswa dengan usia yang berkaitan dengan jenjang pendidikannya dari jumlah
penduduk di usia yang sama. Angka partisipasi murni adalah salah satu tolak ukur yang
dijadikan pegangan oleh pemerintah untuk menilai keberhasilan suatu wilayah dalam
merangsang minat masyarakat untuk bersekolah. Semakin besar nilai APM suatu
kabupaten/kota pada jenjang pendidikan tertentu dapat menjadi indikator keberhasilan
program pendidikan suatu wilayah. APM untuk jenjang SMA/MA/SMK adalah perbandingan
jumlah siswa yang berusia 16-18 tahun yang bersekolah di jenjang SMA dengan jumlah
seluruh penduduk yang berada pada jenjang umur tersebut.

RPJMD Provinsi Kalimantan Utara Tahun 2016-2021 II - 56


Tabel. 2.2.2.A.6
Perkembangan Angka Partisipasi Murni SMA/SMK/MA Menurut Kabupaten/Kota
Tahun 2010-2014 Provinsi Kalimantan Utara
Kabupaten/Kota 2010 2011 2012 2013 2014
Bulungan 48.33 64.32 72.57 57.25 65.53
Malinau 55.13 61.83 60.52 60.92 65.25
Nunukan 49.74 52.37 62.77 64.40 70.75
Tana Tidung 33.33 47.20 56.82 54.52 64.13
Tarakan 63.72 57.35 68.85 72.69 72.87
Prov. Kalimantan Timur 53.66 54.58 59.75 - -
Prov. Kalimantan Utara na na na na 69.64
Sumber:
1) Naskah Akademik Rancangan Peraturan Daerah Rencana Jangka Panjang Pembangunan Daerah
Provinsi Kalimantan Utara Tahun 2005-2025
2) Publikasi IPM Kaltara 2014
3) Aplikasi Analisis Situasi Kemiskinan Provinsi Kalimantan Utara 2016
4) Dinas Pendidikan, Kebudayaan, Pemuda, dan Olahraga Provinsi Kalimantan Utara 2016

Catatan: Data Provinsi Kalimantan Utara tidak dapat dihitung karena tidak tersedia data mentah untuk menghitung angka
partisipasi murni berdasarkan rumus dari Permendagri No 54 Tahun 2010.

APM jenjang SMA yang paling tinggi di tahun 2010 adalah Kota Tarakan (63.72%),
sedangkan kabupaten/kota dengan capaian APM jenjang SMA/MA/SMK terendah adalah
Kabupaten R (45.14%). Perkembangan tahun 2014, kabupaten/kota dengan capaian APM
jenjang SMA sederajat yang paling besar adalah Kota Tarakan (72,87%). Jika melihat
kecenderungan perkembangan dari tahun 2010-2014, maka kabupaten/kota dengan
kecenderungan perkembangan yang baik adalah Kabupaten Nunukan dan Kabupaten Tana
Tidung (kurang lebih 20% dan 30%). Seluruh kabupaten/kota di Provinsi Kalimantan Utara
mengelami kecenderungan peningkatan APM untuk jenjang SMA/MA/SMK selama 5 tahun
terakhir. Kecenderungan perkembangan yang semakin meningkat ini hendaknya tetap
dijaga dan ditingkatkan oleh pemerintah kabupaten/kota.
APM jenjang SMA/MA/SMK di Provinsi Kalimantan Timur pada tahun 2010 adalah
sebesar 53,66%. Jika dibandingkan dengan capaian kabupaten/kota di Provinsi Kalimantan
Utara, maka hanya Kota Tarakan dan Kabupaten Malinau yang melebihi capaian Provinsi
Kalimantan Timur, sedangkan 3 kabupaten lain masih di bawah capaian Provinsi
Kalimantan Timur. Tahun 2014, APM di Provinsi Kalimantan Utara adalah 69.64%, jika
dibandingkan dengan capaian APM di kabupaten/kota di Provinsi Kalimantan Utara pada
tahun 2014, maka hanya Kota Tarakan dan Kabupaten Nunukan yang melebihi capaian
Provinsi Kalimantan Utara.

B. Kesehatan
1. Angka Kematian Bayi
Kematian bayi adalah kematian yang terjadi pada saat setelah bayi lahir sampai
bayi belum berusia tepat satu tahun. Banyak faktor yang dikaitkan dengan kematian bayi.

RPJMD Provinsi Kalimantan Utara Tahun 2016-2021 II - 57


Secara garis besar, dari sisi penyebabnya, kematian bayi ada dua macam yaitu endogen
dan eksogen.
Kematian bayi endogen atau yang umum disebut dengan kematian neonatal adalah
kematian bayi yang terjadi pada bulan pertama setelah dilahirkan dan umumnya
disebabkan oleh faktor-faktor yang dibawa anak sejak lahir yang diperoleh dari orang
tuanya pada saat konsepsi atau didapat selama kehamilan. Kematian bayi eksogen atau
kematian post neo-natal adalah kematian bayi yang terjadi setelah usia satu bulan sampai
menjelang usia satu tahun yang disebabkan oleh faktor-faktor yang bertalian dengan
pengaruh lingkungan luar.
Angka kematian bayi (AKB) menunjukkan banyaknya kematian bayi berusia di
bawah satu tahun, per 1.000 kelahiran hidup pada suatu tahun tertentu. Kegunaan dari
indikator ini adalah untuk menggambarkan keadaan sosial ekonomi masyarakat di mana
angka kematian itu dihitung. Data AKB ini dapat digunakan untuk dasar merencanakan
program-program pelayanan kesehatan ibu hamil dan bayi. Sedangkan angka kelangsungan
hidup bayi (AKHB) adalah probabilitas bayi hidup sampai dengan usia 1 tahun. Angka ini
dihitung dari nilai 1 dikurangi dengan AKB, di mana angka 1 mewakili per 1.000 kelahiran
hidup.
Tabel 2.2.2.B.1
Angka Kematian Bayi Tahun 2010-2015
Provinsi Kalimantan Utara
Uraian 2010 2011 2012 2013 2014 2015
Jumlah kematian bayi 146 154 191 146 236 154
Jumlah bayi lahir hidup 11400 12547 11347 12298 11848
Angka Kematian Bayi per 1.000 kelahiran hidup 12,8 12,3 16,8 19,2 13,00
Angka Kelangsungan Hidup Bayi 987,19 987,73 983,17 980,81 987,00
Sumber:
1) Profil Kesehatan Kalimantan Timur 2011-2012
2) Profil Kesehatan Kabupaten Bulungan 2010-2012,
3) Kabupaten Malinau dalam angka 2010-2011; Profil Kesehatan Malinau 2012-2013
4) Profil Kesehatan Tarakan 2010-2012
5) IPM Kabupaten Tana Tidung 2010; Profil Kesehatan Tana Tidung 2012-2013
6) Profil Kesehatan Provinsi Kalimantan Utara 2014
7) Dinas Kesehatan Provinsi Kalimantan Utara 2016

Dari tahun 2010 ke tahun 2011, meskipun jumlah bayi meninggal bertambah
banyak, AKB sempat mengalami penurunan sedikit menjadi 12,8 dan turun lagi menjadi
12,3 tahun 2011 karena peningkatan jumlah kelahiran hidup yang cukup tinggi. Kemudian
AKB tahun 2012 naik cukup signifikan menjadi 16,8 per 1000 kelahiran hidup. Pada tahun
2014 AKB naik kembali hingga 19,2 per 1.000 kelahiran hidup dan AKHB sebesar 981.
Jumlah kematian tahun 2014 (236 kasus) adalah yang terbanyak sejak 7 tahun terakhir,
AKB di tahun ini juga yang tertinggi dan AKHB terendah sejak 2010.

RPJMD Provinsi Kalimantan Utara Tahun 2016-2021 II - 58


Tabel 2.2.2.B.2
Angka Kelangsungan Hidup Bayi Menurut Kabupaten Tahun 2015
Provinsi Kalimantan Utara
Jumlah Jumlah Bayi Angka Kematian Bayi per
Kabupaten AKHB
Kematian Bayi Lahir Hidup 1000 kelahiran hidup
Kabupaten Bulungan 45 2580 17,4 982,6
Kabupaten Malinau 12 1234 9,7 990,3
Kabupaten Nunukan 32 3747 8,5 991,5
Kabupaten Tana Tidung 1 400 2,5 997,5
Kota Tarakan 64 3887 16,5 983,5
Jumlah 154 11848 13,0 987,0
Sumber: Dinas Kesehatan Provinsi Kalimantan Utara 2016

Pada tahun 2015 kematian bayi mengalami perbaikan. Jumlah kematian bayi pada
tahun ini mengalami penurunan yang cukup signifikan yaitu menjadi 154 kasus sehingga
angka kematian bayi turun menjadi 13 per 1.000 kelahiran hidup. Dari kelima
kabupaten/kota, jumlah kematian dan kelahiran hidup terbanyak berada di Kota Tarakan,
namun AKB tertinggi berada di Kabupaten Bulungan karena jumlah kematian tidak jauh
beda dengan Kota Tarakan dengan jumlah kelahiran hidup jauh lebih rendah dari Tarakan
sehingga angka kematian menjadi tinggi. Hal ini serupa dengan yang terjadi di Kabupaten
Tana Tidung tahun 2012-2014. Kematian di kabupaten ini tidaklah lebih dari 20 kasus
namun karena jumlah kelahiran hidup sangat kecil menyebabkan AKB menjadi tinggi sekali
hingga mencapai 45 di tahun 2014.
Secara umum, angka kematian bayi dari tahun 2010-2015 berada di bawah batas
yang ditetapkan MDGs untuk tahun 2015. Semua kabupaten/kota pada tahun ini berada di
bawah batas MDGs. Upaya-upaya untuk mempertahankan keadaan ini harus terus
dilakukan dan dipantau. Program-program yang secara aktif harus digalakkan untuk
menekan angka ini adalah program-program seperti imunisasi, pencegahan penyakit
menular terutama pada bayi dan anak-anak, program promosi gizi dan pemberian makanan
sehat untuk inu hamil dan anak, termasuk program 1000 hari pertama kelahiran yang
menekankan perhatian pada bayi mulai dari kandungan hingga berusia 2 tahun.

2. Angka Kematian Balita


Kematian balita adalah kematian yang terjadi pada anak sebelum mencapai usia
lima tahun. Angka Kematian Balita menunjukkan banyaknya kasus kematian anak balita
per 1.000 kelahiran hidup di suatu wilayah tertentu pada kurun waktu tertentu. Kematian
balita dapat berguna untuk mengembangkan program imunisasi, serta program
pencegahan penyakit menular terutama pada anak-anak, program penerangan tentang gizi
dan pemberian makanan sehat untuk anak usia di bawah 5 tahun.

RPJMD Provinsi Kalimantan Utara Tahun 2016-2021 II - 59


Tabel 2.2.2.B.3
Angka Kematian Balita Tahun 2010-2015
Provinsi Kalimantan Utara
Uraian 2010 2011 2012 2013 2014 2015
Jumlah Kematian Anak Balita 73 70 28 20 30
Jumlah Bayi Lahir Hidup 11.389 12.547 11.327 12.302 11.848
Angka Kematian Balita per 1000 5,82 6,18 1,63 2,53
kelahiran hidup
Sumber:
1) Profil Kesehatan Kalimantan Timur 2011-2012
2) Profil Kesehatan kabupaten Bulungan 2010 dan 2012
3) Kabupaten Malinau dalam angka 2010-2013, Profil Kesehatan Malinau 2013
4) Dinkes Tarakan 2010-2010, Profil Kesehatan Tarakan 2011-2012
5) IPM Kabupaten Tana Tidung 2010-2010; Profil Kesehatan Tana Tidung 2012-2013
6) Data tahun 2014-2015 dari Dinas Kesehatan Provinsi Kalimantan Utara 2016

Angka kematian anak balita (AKABA) di Provinsi Kalimantan Utara dapat dihitung
mulai tahun 2011 karena di tahun 2008-2010 ada data kabupaten yang tidak lengkap
sehingga AKABA Provinsi Kalimantan Utara tidak dapat dihitung. Pada tahun 2011 dan 2012
angka kematian balita berada di posisi tertinggi berdasarkan data yang ada. Jumlah kasus
kematian balita di tahun 2011 sebanyak 73 kasus merupakan jumlah kasus tertinggi namun
angka kematian tertinggi terjadi di tahun 2012 dengan jumlah kasus kematian yang lebih
sedikit. Hal ini terjadi karena jumlah bayi lahir hidup di tahun 2012 lebih sedikit daripada
jumlah bayi lahir hidup di tahun 2011. Jumlah kasus kematian balita menurun sangat
drastis di tahun 2013 yaitu menjadi 28 kasus kematian dan menurun cukup banyak lagi di
tahun 2014 yaitu menjadi 28 kematian dengan AKABA sebesar 1,63. AKABA kembali naik di
tahun 2015 meskipun tidak signifikan yaitu menjadi 2,53.
Pada tahun 2015 AKABA adalah sebesar 2,5 per 1.000 kelahiran hidup. Kondisi
tersebut mengalami kenaikan dibanding tahun 2014. Jumlah kematian balita terbayak
berada di Kota Tarakan yaitu 8 kasus. Poisi kedua ditempati oleh Kabupaten Bulungan
dengan jumlah kematian yang tidak jauh berbeda yaitu 7 kasus. Begitu pula di Kabupaten
Malinau dan Kabupaten Nunukan yang hanya selisih 1 kematian. Kasus kematian terendah
berada di Kabupaten Tana Tidung yaitu hanya 3 kematian. Meskipun jumlah kematian di
Kabupaten Tana Tidung yang paling kecil, justru angka kematian balita merupakan yang
tertinggi yaitu 7,5 per 1000 kelahiran hidup. Hal ini karena jumlah bayi lahir hidup di
Kabupaten Tana Tidung jauh di bawah kabupaten lainnya yaitu hanya 400 sehingga ketika
ada kasus kematian balita, AKABA akan sangat tinggi dibandingkan dengan Tarakan yang
jumlah bayi lahir hidupnya hampir mencapai 10 kali lipat.

RPJMD Provinsi Kalimantan Utara Tahun 2016-2021 II - 60


Tabel 2.2.2.B.4
Angka Kematian Balita menurut Kabupaten/Kota Tahun 2015
Provinsi Kalimantan Utara
Jumlah Kematian Jumlah Bayi Lahir Angka Kematian Balita per 1000
Kabupaten
Balita Hidup Kelahiran Hidup
Kabupaten Bulungan 7 2580 2,7
Kabupaten Malinau 6 1234 4,9
Kabupaten Nunukan 6 3747 1,6
Kabupaten Tana Tidung 3 400 7,5
Kota Tarakan 8 3887 2,1
Jumlah 30 11.848 2,5
Sumber: Dinas Kesehatan Provinsi Kalimantan Utara 2016

Target MDGs untuk tahun 2015 adalah menurunkan AKABA hingga 32 per 1.000
kelahiran hidup. Indonesia tahun 2012 berada pada angka 40 yang berarti masih di atas
target MDGs. Di Provinsi Kalimantan Utara, AKABA seluruh kabupaten/kota dari tahun
2010 hingga 2015 berada jauh di bawah batas MDGs.

3. Angka Kematian Ibu Melahirkan


Kematian ibu adalah kematian yang terjadi pada ibu karena peristiwa kehamilan,
persalinan, dan masa nifas. Angka kematian ibu ini dihitung per 100.000 kelahiran hidup.
AKI menjadi salah satu indikator penting dalam menentukan derajat kesehatan
masyarakat. AKI dapat digunakan dalam pemantauan kematian terkait dengan kehamilan
dan persalinan. Indikator ini dapat dipengaruhi status kesehatan secara umum,
pendidikan, pelayanan selama antenatal (K4), dan pertolongan persalinan oleh tenaga
kesehatan yang memiliki kompetensi kebidanan.
Angka kematian Ibu dari tahun 2011-2015 di Provinsi Kalimantan Utara mengalami
kenaikan dan penurunan. Tahun 2011 AKI sebesar 119,6 per 100.000 kelahiran hidup.
Tahun selanjutnya AKI ini meningkat cukup besar menjadi 168 tahun 2011 dan 171 di tahun
2014. Namun di tahun 2015 angka ini turun cukup tajam menjadi 127 per 100.000
kelahiran hidup.
Tabel 2.2.2.B.5
Angka Kematian Ibu Tahun 2010-2015
Provinsi Kalimantan Utara
Uraian 2010 2011 2012 2013 2014 2015
Jumlah Kematian Ibu 15 19 16 21 15
Jumlah Bayi Lahir Hidup 11.389 12.547 11.327 12.298 11.848
Angka Kematian Ibu Melahirkan per
100.000 kelahiran hidup 119,6 167,7 170,8 126,6
Sumber:
1) Profil Kesehatan Kalimantan Timur 2011-2012,
2) Profi Kesehatan Kabupaten Bulungan 2010
3) Profil Kesehatan Kabupaten Nunukan 2010
4) Dinas Kesehatan Tarakan 2010
5) Tarakan dan Malinau Dalam Angka 2010-2013
6) IPM KabupatenTana Tidung 2010
7) Dinas Provinsi Kalimantan Utara 2016

RPJMD Provinsi Kalimantan Utara Tahun 2016-2021 II - 61


Pada tahun 2015, jumlah kematian terbanyak di Kabupaten Nunukan, namun AKI
tertinggi berada di Kabupaten Malinau yang mencapai 243 per 100.000 kelahiran hidup.
Pada tahun ini di Kabupaten Tana Tidung tidak terdapat kematian Ibu melahirkan.
Tabel 2.2.2.B.6
Angka Kematian Ibu menurut Kabupaten/Kota Tahun 2015
Provinsi Kalimantan Utara
Jumlah Kematian Jumlah Bayi Angka Kematian Ibu per
Kabupaten
Ibu melahirkan Lahir Hidup 100.000 kelahiran hidup
Kabupaten Bulungan 2 2580 77,5
Kabupaten Malinau 3 1234 243,1
Kabupaten Nunukan 6 3747 160,1
Kabupaten Tana Tidung 0 400 0,0
Kota Tarakan 4 3887 102,9
Jumlah 15 11.848 126,6
Sumber: Dinas Kesehatan Provinsi Kalimantan Utara 2016

MDGs Indonesia menargetkan AKI turun hinga angka 102 per 100.000 kelahiran
hidup di tahun 2015. Nilai AKI di Kalimantan Utara sejak tahun 2011 masih di atas garis
batas MDGs. Terlihat juga sejak tahun 2010-2014 AKI di Kabupaten Tana Tidung sangat
melampaui batas MDGs karena jumlah penduduk yang kecil dan jumlah kelahiran hidup
yang semakin kecil pula menyebabkan AKI menjadi sangat besar padahal kasus kematian di
kabupaten tersebut hanya 3 orang.
Penyebab dari kematian ibu melahirkan ini adalah multifaktorial, sehingga angka
kematian ibu ini dapat dikaitkan dengan indikator lain yang berkaitan yaitu seperti
cakupan komplikasi kebidanan yang ditangani, cakupan pertolongan persalinan oleh tenaga
kesehatan yang memiliki kompetensi kebidanan, jumlah tenaga medis berkualitas, fasilitas
di sarana kesehatan, pelayanan selama antenatal (K4), serta kemudahan akses terhadap
sarana kesehatan.

4. Angka Usia Harapan Hidup


Angka usia harapan hidup pada waktu lahir adalah perkiraan lama hidup rata-rata
penduduk dengan asumsi tidak ada perubahan pola mortalitas menurut umur. Angka
harapan hidup merupakan alat untuk mengevaluasi kinerja pemerintah dalam
meningkatkan kesejahteraan penduduk pada umumnya, dan meningkatkan derajat
kesehatan pada khususnya.

RPJMD Provinsi Kalimantan Utara Tahun 2016-2021 II - 62


Tabel 2.2.2.B.7
Angka Usia Harapan Hidup Tahun 2010-2015
Provinsi Kalimantan Utara
Uraian 2010 2011 2012 2013 2014

Angka Usia Harapan Hidup 71,4 71,6 71,8 71,8


Sumber:
1) Profil Kesehatan Kabupaten Nunukan 2010
2) Inkesra Kalimantan Timur 2010 dan 2012
3) RPJP Tarakan 2004-2007 dan RPJMD Kota Tarakan 2009-2014
4) IPM Kabupaten Malinau 2010, LPPD Kabupaten Malinau 2012
5) Renstra KTT 2010-2014
6) Profil Kesehatan Indonesia 2012

Angka usia harapan hidup di Provinsi Kalimantan Utara dari 2010-2013 mengalami
kecenderungan meningkat dengan usia harapan hidup sebesar 71,4 tahun hingga menjadi
71,8 di tahun 2013. Angka usia harapan hidup di Provinsi Kalimantan Utara lebih tingi bila
dibandingkan angka nasional. Target RPJMN tahun 2010-2014 adalah meningkatkan usia
harapan hidup hingga 72 tahun di tahun 2014.
Angka usia harapan hidup dipengaruhi oleh banyak variabel yang erat kaitannya
dengan masalah kesehatan penduduk. Oleh karena itulah untuk meningkatkan angka usia
harapan hidup perlu memperhatikan hal-hal seperti penanganan terhadap kehamilan yang
beresiko, cakupan pertolongan persalinan oleh tenaga kesehatan, jumlah tenaga medis
dan kesehatan yang lain, angka kesakitan, kondisi geografis tempat tinggal, penyediaan air
bersih, akses terhadap sarana kesehatan, hingga latar balakang pendidikan masyarakat.

5. Persentase Balita Gizi Buruk


Balita gizi buruk merupakan balita dengan status gizi menurut berat badan (BB) dan
umur (U) dengan Z-score < -3 SD dan atau dengan tanda-tanda klinis (marasmus,
kwasiorkor, dan marasmus-kwasiorkor). Presentase balita gizi buruk dihitung dari
banyaknya balita yang berstatus gizi buruk di suatu wilayah tertentu selama satu tahun
dibandingkan dengan jumlah balita di wilayah tersebut pada waktu yang sama.
Berdasarkan WHO (1999), ada 4 kategori untuk suatu wilayah berdasarkan
prevalensi gizi kurang yaitu rendah (<10%), sedang (10-19%), tinggi (20-29), dan sangat
tinggi (30%). Di Provinsi Kalimantan Utara, persentase balita gizi buruk mengalami naik
turun sejak 2011, namun persentase balita gizi buruk tersebut tidak pernah melebihi angka
1%. Persentase tertinggi terjadi pada tahun 2012 yaitu sebesar 0,80% yang berarti ada 493
balita gizi buruk dibandingkan dengan 61.493 jumlah balita seluruhnya.

RPJMD Provinsi Kalimantan Utara Tahun 2016-2021 II - 63


Tabel 2.2.2.B.9
Persentase Balita Gizi Buruk Tahun 2010-2015
Provinsi Kalimantan Utara
Uraian 2010 2011 2012 2013 2014 2015
Jumlah Balita Gizi Buruk 174 493 146 249
Jumlah Balita 70255 61493 68069
Prsentase Balita Gizi Buruk (%) 0,25 0,80 0,21

Pada tahun 2015, jumlah balita gizi buruk meningkat tajam menjadi 249 balita.
Kasus terbesar, lebih dari 50%, disumbang oleh Kabupaten Bulungan. Perbedaan jumlah ini
cukup tajam jika dibandingkan dengan kabupaten/kota lainnya di tahun tersebut yang
hanya berjumlah puluhan balita saja. Jika dibandingkan dengan kriteria yang ditentukan
oleh WHO (1999), persentase balita gizi buruk di Provinsi Kalimantan Utara tergolong
rendah.
Tabel 2.2.2.B.10
Persentase Balita Gizi Buruk Menurut Kabupaten/Kota Tahun 2015
Provinsi Kalimantan Utara
Kabupaten Jumlah Balita Gizi Buruk Jumlah Balita Persentase Balita Gizi Buruk (%)
Kabupaten Bulungan 160
Kabupaten Malinau 10
Kabupaten Nunukan 27
Kabupaten Tana Tidung 16
Kota Tarakan 36 23174 0,2
Jumlah 249
Sumber: Dinas Kesehatan Provinsi Kalimantan Utara 2016

Status gizi seseorang sangat erat kaitannya dengan permasalahan kesehatan


individu tersebut. Status gizi seorang ibu hamil sangat mempengaruhi kondisi janin yang
dikandungnya. Apabila janin yang dilahirkan bermasalah maka akan menimbulkan
permasalahan kesehatan pada bayi tersebut di kemudian hari dan jika tidak ditangani akan
berdampak pada pertumbuhan selanjutnya. Masalah ini hanya akan menjadi lingkaran
setan jika tidak segera diputus rantainya.

C. Ketenagakerjaan
1. Rasio Penduduk yang Bekerja
Rasio penduduk yang bekerja adalah perbandingan jumlah penduduk yang bekerja
terhadap jumlah angkatan kerja pada kelompok umur produktif. Rasio penduduk yang
bekerja akan menunjukkan ketersediaan lapangan kerja dan daya serapnya terhadap
jumlah angkatan kerja yang tersedia. Semakin tinggi nilai rasio penduduk yang bekerja
maka semakin besar daya serap tenaga kerja.

RPJMD Provinsi Kalimantan Utara Tahun 2016-2021 II - 64


Tabel 2.2.2.D.1
Rasio Penduduk yang Bekerja Tahun 2010-2015
Provinsi Kalimantan Utara
Uraian 20101 20111 20121 20132 20142 20153
Rasio Penduduk yang Bekerja 0,84 0,83 0,84 0,91 0,94 0,94
Sumber:
1) RPJP Kalimantan Utara
2) Kalimantan Utara Dalam Angka Tahun 2015
3) Publikasi Kondisi Sosial Ekonomi Provinsi Kalimantan Utara 2015

Rasio penduduk yang bekerja di Provinsi Kalimantan Utara dari perode tahun 2010
hingga 2015 terus menunjukkan perubahan yang fluktuatif. Rasio penduduk yang bekerja
semakin membaik, ditunjukkan dari meningkatnya angka ini tahun 2013 sebesar 0,91
menjadi 0,94 di tahun 2014. Angka ini tidak berubah secara signifikan pada tahun 2015.
Besarnya rasio penduduk yang bekerja di Provinsi Kalimantan Utara hingga melebihi angka
0,5 menunjukkan bahwa sebagian besar kelompok umur angkatan kerja telah bekerja dan
terserap ke lapangan pekerjaan yang tersedia.
Tabel 2.2.2.D.2
Rasio Penduduk yang Bekerja Kabupaten/Kota
Tahun 2013-2014 Provinsi Kalimantan Utara
Uraian Kabupaten/Provinsi 2013 2014 20157
Penduduk yang Bekerja Bulungan1 47.685 47.852
Malinau2 33.248 34.893
Nunukan3
Tana Tidung4 8.050
Tarakan5 85.383 91.259
Kalimantan Utara6 245.662 255.514 267.023
Angkatan Kerja Bulungan1 52.361 52.563
Malinau2 36.631 36.189
Nunukan3 74.453 78.413
Tana Tidung4 7.903 8.004
Tarakan5 91.758 98.002
Kalimantan Utara6 268.758 273.191 283.102
Rasio Penduduk yang Bekerja Bulungan1 0,91 0,91
Malinau2 0,91 0,96
Nunukan3
Tana Tidung4 1,01
Tarakan5 0,93 0,93
Kalimantan Utara6 0,91 0,94 0,94
Sumber:
1) Kabupaten Bulungan Dalam Angka Tahun 2014 dan 2015
2) Kabupaten Malinau Dalam Angka Tahun 2015
3) Kabupaten Nunukan Dalam Angka Tahun 2015
4) Kabupaten Tana Tidung Dalam Angka Tahun 2015
5) Kota Tarakan Dalam Angka Tahun 2015
6) Kalimantan Utara Dalam Angka Tahun 2015
7) Publikasi Kondisi Sosial Ekonomi Provinsi Kalimantan Utara 2015

Jika dilihat dari distribusi terhadap daerah kabupaten/kota, daya serap tenaga
kerja paling tinggi adalah Kabupaten Tana Tidung sebesar 1, yang artinya semua angkatan
kerja telah terserap lapangan pekerjaan yang tersedia. Hal ini tidak dapat terlepas dari
pengaruh banyaknya jumlah investasi yang berkembang di Provinsi Kalimantan Utara baik
dari perusahaan asing maupun dalam negeri. Hal ini juga merupakan efek lanjutan dari

RPJMD Provinsi Kalimantan Utara Tahun 2016-2021 II - 65


pembangunan fisik dan perekonomian besar-besaran yang dilakukan sebagai salah satu
provinsi baru.

D. Indeks Pembangunan Manusia


Ukuran pembangunan yang digunakan selama ini, yaitu, PDB (dalam konteks
nasional) dan PDRB (dalam konteks regional), hanya mampu memotret pembangunan
ekonomi saja. Untuk itu dibutuhkan suatu indikator yang lebih komprehensif, yang mampu
menangkap tidak saja perkembangan ekonomi akan tetapi juga perkembangan aspek sosial
dan kesejahteraan manusia. Indeks Pembangunan Manusia (IPM) merupakan indikator
penting yang bisa digunakan sebagai dasar merencanakan kebijakan dan evaluasi
pembangunan. Indikator ini penting karena melalui IPM dapat diketahui sejauh mana
keberhasilan pembangunan manusia yang telah dilaksanakan.
Dimulai pada tahun 2015, BPS melakukan beberapa penyesuaian pada penghitungan
baru IPM atau dengan menggunakan metode baru, yaitu pada komponen pendidikan. Pada
metode baru, komponen pendidikan meliputi Angka Harapan Lama Sekolah (Expected
Years of Schooling/EYS) dan Angka Rata-Rata Lama Sekolah, sedangkan pada metode
lama, komponen pendidikan meliputi Angka Melek aksara dan Rata-Rata Lama Sekolah.
Pada komponen Pengeluaran Per Kapita Disesuaikan dengan menggunakan Produk Nasional
Bruto (PNB) sebagai pengganti Produk Domestik Bruto (PDB). Sementara untuk komponen
Angka Harapan Hidup masih sama dengan metode lama atau tidak mengalami perubahan.
Oleh karena itu data IPM Kalimantan Utara yang diterbitkan sebelum tahun 2015 akan
berbeda dengan data IPM yang diterbitkan pada tahun 2015. Untuk melihat capaian IPM
antar wilayah dapat dilihat melalui pengelompokan IPM ke dalam beberapa kategori, yaitu
kategori sangat tinggi (IPM80), kategori tinggi (70IPM<80), kategori sedang (60IPM<70),
dan kategori rendah (IPM<60). Berikut ini adalah kondisi IPM di Provinsi Kalimantan Utara
tahun 2010 sampai dengan tahun 2015.
Tabel 2.2.2.E.1
Indeks Pembangunan Manusia Tahun 2010-2015 di Provinsi Kalimantan Utara
Kabupaten/Kota 2010 2011 2012 2013 2014 2015
Bulungan 66,79 67,63 68,16 68,66 69,25 69,37
Malinau 66,90 68,15 68,88 69,84 70,00 70,15
Nunukan 60,33 60,64 61,18 62,18 63,13 63,35
Tana Tidung 61,16 61,92 62,91 63,79 64,70 64,92
Tarakan 70,95 71,60 72,53 73,58 74,60 74,70
Kalimantan Utara - - - 67,99 68,64 68,76
Indonesia 66,53 67,09 67,70 68,31 68,90 69,55
Sumber : Analisis Indeks Pembangunan Manusia Kalimantan Utara 2015
Berita Resmi Statistik BPS Kalimantan Timur No.49/06/64/Th.XIX, 15 Juni 2016

Berdasarkan tabel di atas, kota/kabupaten di Kalimantan Utara yang memiliki IPM


tertinggi adalah Kota Tarakan. Pada tahun 2010, Kota Tarakan memiliki nilai IPM sebesar

RPJMD Provinsi Kalimantan Utara Tahun 2016-2021 II - 66


70,95 dan terus meningkat setiap tahunnya, sehingga pada tahun 2015 bisa mencapai nilai
74,70. Yang berarti kualitas hidup manusia di Kota Tarakan terus membaik dari tahun ke
tahun. Sedangkan nilai IPM terendah di Kalimantan Utara dimiliki oleh Kabupaten
Nunukan, hal ini berbeda bila menggunakan IPM metode lama dimana kabupaten yang
memiliki nilai IPM terendah adalah Kabupaten Tana Tidung. Pada tahun 2010, nilai IPM
Kabupaten Nunukan mencapai 60,33 dan setiap tahunnya selalu meningkat sehingga pada
tahun 2015 nilai IPM mencapai 63,35. Nilai IPM seluruh kabupaten/kota di Provinsi
Kalimantan Utara selama tahun 2010-2015 mengalami peningkatan yang berarti kualitas
hidup manusia di Provinsi Kalimantan Utara terus mengalami peningkatan setiap tahunnya.
Bila dibandingkan dengan nilai IPM Kalimantan Utara tahun 2015, hanya Kabupaten
Nunukan dan Kabupaten Tana Tidung yang nilai IPMnya di bawah nilai IPM provinsi,
sedangkan untuk Kabupaten Nunukan, Malinau dan Kota Tarakan semuanya berada di atas
nilai IPM Kalimantan Utara. Bila dibandingkan dengan nilai IPM Indonesia, terdapat tiga
kabupaten yang nilai IPM-nya berada dibawah nilai IPM nasional, yaitu Kabupaten
Nunukan, Tana Tidung dan Kabupaten Bulungan, sedangkan nilai IPM Kota Tarakan dan
Kabupaten Malinau berada di atas nilai IPM nasional. Angka Indeks Pembangunan Manusia
di Provinsi Kalimantan Utara, pada tahun 2010 sampai dengan tahun 2015 di seluruh
kabupaten/kota tidak ada yang berada di kategori rendah, semua kabupaten/kota berada
di kategori sedang. Pada tahun 2015, selain Kota Tarakan (74,70) dan Kabupaten Malinau
(70,15) yang berada di kategori tinggi, kabupaten di Provinsi Kalimantan Utara (Kabupaten
Bulungan 69,37; Kabupaten Nunukan 63,35; dan Kabupaten Tana Tidung 64,92) memiliki
angka Indeks Pembangunan Manusia yang berada di kategori sedang. Meskipun tiga
kabupaten yakni Kabupaten Bulungan, Kabupaten Nunukan dan Kabupaten Tana Tidung
memiliki nilai IPM yang berada di bawah nilai IPM Kalimantan Utara (68,76) dan Nasional
(69,55) pada tahun 2015. Ini berarti kualitas hidup manusia penduduk di Provinsi
Kalimantan Utara cukup baik namun harus terus ditingkatkan. Secara umum, nilai indeks
pembangunan manusia di Kalimantan Utara selama 2013-2015 mengalami peningkatan.
Pada tahun 2013 angka IPM sebesar 67,99 meningkat menjadi 68,76 (kategori sedang) pada
tahun 2015.
Sedangkan bila dilihat berdasarkan provinsi-provinsi yang berada di Pulau
Kalimantan, nilai IPM Kalimantan Utara selama tahun 2013-2015, selalu berada di urutan
kedua setelah Kalimantan Timur di atas nilai IPM Kalimantan Barat, Kalimantan Selatan
dan Kalimantan Tengah.

RPJMD Provinsi Kalimantan Utara Tahun 2016-2021 II - 67


Tabel 2.2.2.E.2
Indeks Pembangunan Manusia Tahun 2010-2015 Menurut Provinsi di Pulau Kalimantan
Provinsi 2010 2011 2012 2013 2014 2015
Kalimantan Barat 61,97 62,35 63,41 64,30 64,89 65,59
Kalimantan Tengah 65,96 66,38 66,66 67,41 67,77 68,53
Kalimantan Selatan 65,20 65,89 66,68 67,17 67,63 68,38
Kalimantan Timur 71,31 72,02 72,62 73,21 73,82 74.17
Kalimantan Utara - - - 67,99 68,64 68,76
Indonesia 66,53 67,09 67,70 68,31 68,90 69,55
Sumber : www.bps.go.id

Bila dilihat dari peringkat nasional, IPM Kalimantan Utara pada tahun 2015 berada
di peringkat 17 dari 34 provinsi. Hal ini mengindikasikan bahwa semakin membaiknya
kinerja perekonomian di Provinsi Kalimantan Utara, kualitas hidup dan pendidikan
penduduk relatif cukup baik dibandingkan dengan provinsi-provinsi lain di Indonesia. Hal
ini didukung dengan kekayaan alam yang dianugerahkan pada Provinsi Kalimantan Utara
yang dapat dipergunakan untuk membangun dan meningkatkan kualitas hidup manusia,
khususnya sumber daya manusianya. Meski secara umum pembangunan manusia di
Kalimantan Utara mengalami kemajuan setiap tahunnya, namun kesenjangan
pembangunan manusia antar kabupaten/kota masih terjadi. Disparitas kesenjangan
pembangunan manusia yang digambarkan dengan besaran nilai IPM pada tahun 2015
bervariasi antara 63,35-74,70 dengan IPM tertinggi di Kota Tarakan dan IPM terendah di
Kabupaten Nunukan.
IPM menyiratkan kondisi kualitas hidup manusia di suatu wilayah yang terdiri dari
komponen Angka Harapan Hidup (Life Expectancy at Age), Angka Harapan Lama Sekolah
(Expected Years of Schooling/EYS), Angka Rata-Rata Lama Sekolah (Mean Years of
Schooling/MYS), dan Pengeluaran Per Kapita Disesuaikan (Purchasing Power Parity/PPP).
IPM sebagai indikator keberhasilan pembangunan manusia dapat menjadi isyarat seberapa
besarnya pembangunan yang telah dijalankan mampu memberi peluang penduduk untuk
hidup secara layak, melalui hidup sehat, dan panjang untuk memiliki pendidikan yang
lebih tinggi, keterampilan yang lebih baik serta mempunyai pendapatan yang diperlukan
untuk hidup layak.
Tabel 2.2.2.E.3
Pertumbuhan IPM Tahun 2010-2015 di Provinsi Kalimantan Utara
Rerata
Kabupaten/Kota 2010-2011 2011-2012 2012-2013 2013-2014 2014-2015
Pertumbuhan
Bulungan 1,26 0,78 0,73 0,86 0,22 0,91
Malinau 1,87 1,07 1,39 0,23 0,17 1,14
Nunukan 0,51 0,89 1,63 1,53 0,35 1,14
Tana Tidung 1,24 1,60 1,40 1,43 0,35 1,42
Tarakan 0,92 1,30 1,45 1,39 0,14 1,26
Kalimantan Utara - - - 0,96 0,18 0,57
Indonesia 0,84 0,91 0,90 0,86 0,95 0,88
Sumber : Hasil Olahan Data Analisis Indeks Pembangunan Manusia Kalimantan Utara 2015
Berita Resmi Statistik BPS Kalimantan Timur No.49/06/64/Th.XIX, 15 Juni 2016

RPJMD Provinsi Kalimantan Utara Tahun 2016-2021 II - 68


2.2.3. Fokus Seni Budaya dan Olahraga
A. Kebudayaan
1. Jumlah Grup Kesenian
Pembangunan bidang seni salah satunya ditunjukkan dengan pertumbuhan jumlah
grup kesenian di suatu daerah. Jumlah grup kesenian menunjukkan jumlah grup kesenian
dibandingka dengan 10.000 penduduk. Berikut adalah data jumlah grup kesenian per
10.000 penduduk di Provinsi Kalimantan Utara tahun 2010 sampai dengan 2015. Berikut ini
merupakan tabel perkembangan jumlah grup kesenian di Provinsi Kalimantan Utara.
Tabel 2.2.3.A.1
Perkembangan Jumlah Grup Kesenian Menurut Kabupaten/Kota Tahun 2010 s.d 2014
Provinsi Kalimantan Utara
No Uraian Kabupaten/Kota 2010 2011 2012 2013 2014
1. Jumlah grup Bulungan 3 na na na 43
kesenian Malinau na na na na 83
Nunukan na na 34 43 57
Tana Tidung na na na na na
Tarakan na na na na 51
Prov. Kalimantan Utara 3 na 34 43 234
2. Jumlah Bulungan 11.27 11.70 12.06 12.30 12.61
penduduk/10.000 Malinau 5.96 6.26 6.68 7.15 7.45
penduduk Nunukan 14.08 14.88 15.57 16.27 17.00
Tana Tidung 1.52 1.64 1.71 1.90 2.04
Tarakan 19.34 20.26 21.07 21.88 22.72
Prov. Kalimantan Utara 52.16 54.73 57.09 59.498 61.82
3. Jumlah grup Bulungan 0.266 na na na 3.41
kesenian per Malinau na na na na 11.14
10.000 penduduk Nunukan na na 2.184 2.643 3.35
Tana Tidung na na na na na
Tarakan na na na na 2.24
Prov. Kalimantan Utara 0.0575 na 0.5955 0.7227 3.785
Sumber:
1) Naskah Akademik Rancangan Peraturan Daerah Rencana Jangka Panjang Pembangunan Daerah Provinsi Kalimantan
Utara Tahun 2005-2025
2) Dinas Pendidikan, Kebudayaan, Pemuda, dan Olahraga Provinsi Kalimantan Utara 2016

Proses pendataan yang semakin membaik dari tahun ke tahun menyebabkan


Provinsi Kalimantan Utara memiliki peningkatan jumlah grup kesenian yang terdaftar dari
tahun 2010 sampai dengan tahun 2014. Dari yang semula terdaftar seluruhnya sebanyak 3
grup kesenian (0,0575 unit per 10.000 penduduk) pada tahun 2010 menjadi 234 grup
kesenian (3.785 unit per 10.000 penduduk) pada tahun 2014 di Provinsi Kalimantan Utara.
Berikut ini merupakan tabel perkembangan jumlah grup kesenian di Provinsi Kalimantan
Utara.

2. Jumlah Gedung Kesenian


Pembangunan bidang seni sangat erat kaitannya dengan kualitas hidup manusia dan
masyarakat di suatu daerah. Salah satunya ditunjukkan dengan adanya gedung kesenian
dalam rangka mendukung berkembangnya kesenian suatu daerah.Data jumlah gedung

RPJMD Provinsi Kalimantan Utara Tahun 2016-2021 II - 69


kesenian di Provinsi Kalimantan Utara hanya terdapat untuk tahun 2014, yaitu dengan
rasio 0.016 gedung per 10.000 penduduk.

B. Pemuda dan Olahraga


1. Jumlah Klub Olahraga
Jumlah klub olahraga merupakan indikator yang menjelaskan tolok ukur sejumlah
kelompok kegiatan untuk mendukung aktivitas bidang olahraga. Indikator ini berguna
untuk melihat perkembangan sumber daya manusia melalui kegiatan olahraga. Jumlah
klub olahraga dihitung dalam satuan 10.000 penduduk. Data jumlah klub olahraga yang
tersedia hanya Kabupaten Nunukan untuk tahun 2013 sampai dengan 2015, dengan data
tahun 2013 yaitu dengan rasio 3,479 klub per 10.000 penduduk.

2. Jumlah Gedung Olahraga


Gedung olahraga merupakan sarana pendukung kegiatan olahraga di suatu daerah.
Indikator ini berguna untuk menjelaskan adanya potensi pendukung sarana dan prasarana
pengembangan bidang olahraga. Jumlah gedung olahraga dihitung dalam satuan 10.000
penduduk. Data jumlah gedung olahraga yang tersedia hanya Kabupaten Tana Tidung dan
Kabupaten Nunukan untuk tahun 2010-2014. Berikut ini merupakan tabel perkembangan
jumlah gedung olahraga di Provinsi Kalimantan Utara.
Tabel 2.2.3.B.1
Perkembangan Jumlah Gedung Olahraga Menurut Kabupaten/Kota
Tahun 2010 s.d 2015
Provinsi Kalimantan Utara
No Uraian Kabupaten/Kota 2010 2011 2012 2013 2014 2015
1. Jumlah grup Bulungan na na na na na na
kesenian Malinau na na na na na na
Nunukan na na 1 1 1 1
Tana Tidung na na na na na na
Tarakan na na na 9 11 11
Prov. Kalimantan Utara na na na na na na
2. Jumlah Bulungan 11.27 11.70 12.06 12.30 12.61 na
penduduk/10.000 Malinau 5.96 6.26 6.68 7.15 7.45 na
penduduk Nunukan 14.08 14.88 15.57 16.27 17.00 na
Tana Tidung 1.52 1.64 1.71 1.90 2.04 na
Tarakan 19.34 20.26 21.07 21.88 22.72 24.65
Prov. Kalimantan Utara 52.16 54.73 57.09 59.498 61.82 na
3. Jumlah group Bulungan na na na na na na
kesenian per Malinau na na na na na na
10.000 penduduk Nunukan na na 0.064226 0.061463 0.0588 na
Tana Tidung na na na na na na
Tarakan na na na 0.411335 0.484155 0.446247465
Prov. Kalimantan Utara na na na na na na
Sumber:
1) Naskah Akademik Rancangan Peraturan Daerah Rencana Jangka Panjang Pembangunan Daerah Provinsi Kalimantan
Utara Tahun 2005-2025
2) Dinas Pendidikan, Kebudayaan, Pemuda, dan Olahraga Provinsi Kalimantan Utara 2016

RPJMD Provinsi Kalimantan Utara Tahun 2016-2021 II - 70


2.3. ASPEK PELAYANAN UMUM
2.3.1. Fokus Layanan Urusan Wajib Berkaitan Pelayanan Dasar
A. Pendidikan
1. Pendidikan Menengah
1.1. Angka Partisipasi Sekolah SMA/SMK/MA
Angka partisipasi sekolah (APS) SMA/SMK/MA merupakan ukuran daya serap sistem
pendidikan terhadap penduduk usia sekolah. APS diketahui berdasarkan jumlah murid
kelompok usia pendidikan menengah yaitu 16-18 tahun yang masih menempuh pendidikan
menengah per 1.000 jumlah penduduk usia pendidikan dasar. Berikut adalah data angka
parisipasi sekolah tingkat SMA/SMK/MA di Provinsi Kalimantan Utara tahun 2010 sampai
dengan 2014.
Tabel.2.3.1.A.1
Perkembangan Angka Partisipasi Sekolah SMA/SMK/MA Menurut Kabupaten/Kota
Provinsi Kalimantan Utara Tahun 2010 s.d 2014
Uraian Kabupaten/Kota 2010 2011 2012 2013 2014
Angka Bulungan 58.25 76.79 79.37 62.94 74.2
Partisipasi Malinau 67.72 86.87 64.21 71.83 73
Sekolah Nunukan 48.32 46.55 13.55 73.17 72.9
SMA/SMK/MA Tana Tidung na 64.66 80 62.58 72.4
Tarakan na na 80.6 78.51 74.7
Prov. Kalimantan Timur 64.76 67.6 70.26 na na
Prov. Kalimantan Utara na na na 72.4 73.4
SPM 60 60 60 na na
Sumber:
1) Naskah Akademik Rancangan Peraturan Daerah Rencana Jangka Panjang Pembangunan Daerah Provinsi
Kalimantan Utara Tahun 2005-2025
2) Publikasi IPM Kaltara 2014
3) Dinas Pendidikan, Kebudayaan, Pemuda dan Olahraga 2016

Catatan: Data Kalimantan Utara tidak dapat dihitung karena data yang tersedia berupa persentase masing-
masing kabupaten/kota sehingga tidak dapat dijumlahkan untuk total Provinsi Kalimantan Utara.

Pada tahun 2014, nilai APS tertinggi berada di Kota Tarakan dengan nilai 74.7% dan
nilai terendah ada di Kabupaten Tana Tidung dengan nilai 72.4%. Apabila dibandingkan
dengan nilai standar pelayanan dari Kementrian Pendidikan Nasional, maka hampir semua
kabupaten/kota di Provinsi Kalimantan Utara sudah melampaui SPM yaitu 60%. Jika
dibandingkan dengan capaian APS Provinsi Kalimantan Utara pada tahun 2014 yaitu
sebesar 73.4%, maka hanya 2 kabupaten yang sudah melampauinya, yaitu Kabupaten
Bulungan dan Kota Tarakan. Apabila melihat kecenderungan perkembangan dalam 5 tahun
terakhir dari tahun 2010 hingga tahun 2014, nilai APS cenderung semakin menurun di Kota
Tarakan, sedangkan untuk 4 (empat) kabupaten lainnya, nilai APS cenderung fluktuatif.

1.2. Rasio Ketersediaan Sekolah/Penduduk Usia Sekolah SMA/SMK/MA


Rasio ketersediaan sekolah terhadap penduduk usia sekolah, merupakan
perbandingan antara jumlah sekolah dan penduduk dalam usia sekolah. Dengan demikian,

RPJMD Provinsi Kalimantan Utara Tahun 2016-2021 II - 71


nilai ini juga mencerminkan jumlah sekolah yang ada setiap 10.000 penduduk. Pada
indikator ini jenjang pendidikan yang digunakan adalah jenjang SMA/SMK/MA dibandingkan
dengan jumlah penduduk usia 16-18 tahun. Berikut adalah data rasio ketersediaan sekolah
per penduduk usia sekolah SMA/SMK/MA di Provinsi Kalimantan Utara tahun 2010 sampai
dengan 2014.
Tabel.2.3.1.A.2
Perkembangan Rasio Ketersediaan Sekolah/Penduduk Usia Sekolah SMA/SMK/MA
Menurut Kabupaten/Kota
Provinsi Kalimantan Utara Tahun 2010 s.d 2015
No Uraian Kabupaten/Kota 2010 2011 2012 2013 2014 2015
1. Jumlah sekolah Bulungan na na 20 21 20 na
(SMA/MA/SMK) Malinau na 17 17 20 19 na
Nunukan 20 21 23 24 24 22
Tana Tidung na na 3 3 3 na
Tarakan 19 18 18 19 na na
Prov. Kalimantan Timur na na na na na na
Prov. Kalimantan Utara na na 81 87 na na
2. Jumlah Bulungan na na na 10528 10794 na
penduduk usia Malinau na na na na 6369 na
SMA/Sederajat Nunukan na 10402 11152 11481 11641 10383
(16 s.d.19) thn Tana Tidung na na na na 1542 na
Tarakan na na na na na na
Prov. Kalimantan Timur na na na na na na
Prov. Kalimantan Utara na na na na na na
3. Rasio Bulungan na 26.55 25.93 19.95 18.53 na
ketersediaan Malinau na 59.46 47.9 na 29.83 na
sekolah per Nunukan 20.96 22.73 20.75 na na na
10.000 Tana Tidung 19.18 17.1 na na 19.46 na
penduduk Tarakan 20.11 16.6 17.08 na na na
Prov. Kalimantan Timur 35.03 24.16 24.52 na na na
Prov. Kalimantan Utara na na na na na na
Sumber:
1) Naskah Akademik Rancangan Peraturan Daerah Rencana Jangka Panjang Pembangunan Daerah Provinsi
Kalimantan Utara Tahun 2005-2025
2) Publikasi IPM Kaltara 2014
3) Kabupaten Bulungan Dalam Angka Tahun 2015
4) Kabupaten Malinau Dalam Angka Tahun 2015
5) Kabupaten Nunukan Dalam Angka Tahun 2015
6) Kabupaten Tana Tidung Dalam Angka Tahun 2015
7) Kota Tarakan Dalam Angka Tahun 2015
8) Dinas Pendidikan, Kebudayaan, Pemuda dan Olahraga Provinsi Kalimantan Utara 2016

Catatan: Data Provinsi Kalimantan Utara tidak dapat dihitung karena data yang tersedia berupa persentase masing-
masing kabupaten/kota, sehingga tidak dapat dijumlahkan untuk total Provinsi Kalimantan Utara.

Berdasarkan data di atas, pada tahun 2010 sampai dengan tahun 2012, rasio
ketersediaan sekolah untuk jenjang SMA/SMK/MA di setiap kabupaten/kota di Provinsi
Kalimantan Utara mengalami fluktuasi. Pada tahun 2012 rasio ketersediaan sekolah di
Kabupaten Malinau mencapai 47,90 dan masih merupakan nilai rasio tertinggi
dibandingkan dengan kabupaten/kota lainnya di Provinsi Kalimantan Utara. Hal ini berarti
jumlah sekolah di Kabupaten Malinau masih cukup banyak dapat menampung penduduk
usia 16-18 tahun, oleh karena penduduk kabupaten ini masih relatif sedikit. Ketersediaan
data untuk jumlah penduduk usia SMA/Sederajat dan jumlah sekolah pada tahun 2013 dan
2014 dinilai minim, sehingga belum dapat dianalisis lebih lanjut.

RPJMD Provinsi Kalimantan Utara Tahun 2016-2021 II - 72


1.3. Rasio Guru Terhadap Murid SMA/SMK/MA
Rasio guru dan murid tingkat SMA adalah merupakan perbandingan jumlah guru
dibanding jumlah murid untuk jenjang pendidikan SMA sederajat. Rasio ini
mengindikasikan ketersediaan tenaga pengajar (guru) dan digunakan untuk mengukur
jumlah ideal murid untuk satu guru agar tercapai mutu pengajarannya. Berikut adalah
data rasio guru/murid SMA/SMK/MA di Provinsi Kalimantan Utara tahun 2010 sampai
dengan 2015.
Tabel.2.3.1.A.3
Perkembangan Rasio Guru/Murid SMA/SMK/MA Menurut Kabupaten/Kota
Provinsi Kalimantan Utara Tahun 2010 s.d 2014
No. Uraian Kabupaten/Kota 2010 2011 2012 2013 2014 2015
1. Jumlah guru Bulungan na na 4955 5568 5326 na
Guru Malinau na 2773 2806 3376 3277 na
SMA/SMK/MA Nunukan 5049 5856 5903 6515 6638 na
Tana Tidung na na 665 871 768 na
Tarakan 6859 6807 7033 7755 7884 na
Prov. Kalimantan Timur na na na na na na
Prov. Kalimantan Utara na na na na na na
2. Jumlah Murid Bulungan na na 466 500 463 na
SMA/SMK/MA Malinau na na 388 339 186 na
Nunukan 431 442 432 416 622 na
Tana Tidung na na 88 87 83 na
Tarakan 649 648 666 652 679 na
Prov. Kalimantan Timur na na na na na na
Prov. Kalimantan Utara na na na na na na
3. Rasio Bulungan 7.55 na 10.633 11.136 11.5 na
Guru/Murid Malinau 10.74 13.53 7.23 9.96 17.62 na
SMA/SMK/MA Nunukan 12.21 11 11.25 14.75 18.5 na
Tana Tidung na na 7.56 10.01 9.25 10.49
Tarakan 5.88 10.5 10.56 11.89 11.61 11
Prov. Kalimantan Timur 8.93 8.76 8.42 na na na
Prov. Kalimantan Utara na na na 10.4 na na
Sumber:
1) Naskah Akademik Rancangan Peraturan Daerah Rencana Jangka Panjang Pembangunan Daerah Provinsi
Kalimantan Utara Tahun 2005-2025
2) Publikasi IPM Kaltara 2014
3) Kabupaten Bulungan Dalam Angka Tahun 2015
4) Kabupaten Malinau Dalam Angka Tahun 2015
5) Kabupaten Nunukan Dalam Angka Tahun 2015
6) Kabupaten Tana Tidung Dalam Angka Tahun 2015
7) Kota Tarakan Dalam Angka Tahun 2015
8) Aplikasi Analisis Situasi Kemiskinan Provinsi Kalimantan Utara 2016
9) Dinas Pendidikan, Kebudayaan, Pemuda dan Olahraga 2016

Catatan: Data Provinsi Kalimantan Utara tidak dapat dihitung karena tidak tersedia data mentah untuk
menghitung Rasio Guru/Murid SMA/MA berdasarkan rumus dalam Permendagri No 54 Tahun 2010

Dalam Standar Pelayanan Minimal disebutkan bahwa rasio guru dan murid untuk
jenjang SMA sederajat adalah sebesar 1:15, angka tersebut berarti satu guru mengajar 15
siswa SMA sederajat. Jika dibandingkan dengan standar SPM tersebut, nilai capaian rasio
guru dan murid tingkat SMA tahun 2013 untuk Provinsi Kalimantan Utara adalah 10.4. Nilai
capaian tersebut dinilai masih di bawah standar SPM sebenarnya menjadi keuntungan
yakni beban pekerjaan guru tidak terlalu berat, namun hal ini juga dapat menjadi sebuah

RPJMD Provinsi Kalimantan Utara Tahun 2016-2021 II - 73


tanda bahwa jumlah penduduk yang bersekolah hanya sedikit, sehingga hal ini apabila
dibiarkan akan menjadi permasalahan di kemudian hari. Jika dikaji dari sudut padang
berupa kondisi Provinsi Kalimantan Utara yang memiliki banyak wilayah terpencil terutama
di kawasan perbatasan, analisis rasio guru/murid ini juga perlu memperhatikan distribusi
guru dan murid yang ada agar data yang ada tidak serta-merta digeneralisir begitu saja.

2. Fasilitas Pendidikan
2.1. Sekolah Pendidikan dalam Kondisi Bangunan Baik
Sekolah pendidikan dalam kondisi bangunan baik dihitung berdasarkan persentase
jumlah kelas kondisi baik dibandingkan dengan jumlah seluruh kelas yang ada. Kondisi
ruang kelas yang baik pastinya akan mendukung dan menciptakan situasi belajar yang
nyaman dan kondusif bagi masyarakat. Berikut adalah data persentase sekolah dengan
kondisi bangunan yang baik di Provinsi Kalimantan Utara.
Tabel.2.3.1.A.4
Perkembangan Sekolah dengan Kondisi Baik Menurut Kabupaten/Kota
Provinsi Kalimantan Utara Tahun 2010 s.d 2015
No. Uraian Kabupaten/Kota 2010 2011 2012 2013 2014 2015
1. Jumlah Bulungan na na na na na na
sekolah Malinau na na na na na na
pendidikan Nunukan na 16 27 21 21 21
SMA/SMK/MA Tana Tidung na na na na na 2
kondisi Tarakan na 15 15 15 15 15
bangunan baik Prov. Kalimantan Timur na na na na na na
Prov. Kalimantan Utara na na na na na na
2. Jumlah seluruh Bulungan na na na na na na
sekolah Malinau na na na na na na
SMA/SMK/MA Nunukan na 20 34 21 21 21
kondisi Tana Tidung na na na na na 3
bangunan baik Tarakan na 19 18 18 19 19
Prov. Kalimantan Timur na na na na na na
Prov. Kalimantan Utara na na na na na na
3. Persentase Bulungan na na na na na na
sekolah Malinau na na na na na na
pendidikan Nunukan 85.34 81.59 78.64 100 100 100
SMA/SMK/MA Tana Tidung na na na na na 66.67
kondisi Tarakan 83.24 76.34 87.67 83.33 78.95 78.95
bangunan baik Prov. Kalimantan Timur na na na na na na
Prov. Kalimantan Utara na na na na na na
Sumber:
1) Naskah Akademik Rancangan Peraturan Daerah Rencana Jangka Panjang Pembangunan Daerah Provinsi Kalimantan
Utara Tahun 2005-2025
2) Dinas Pendidikan, Kebudayaan, Pemuda dan Olahraga 2016

Catatan: Data Kalimantan Utara tidak dapat dihitung karena data yang tersedia berupa persentase masing-masing
kabupaten/kota sehingga tidak dapat dijumlahkan untuk total Provinsi Kalimantan Utara.

Persentase sekolah dengan bangunan baik secara umum belum terdata dengan
baik. Gambaran umum kondisi sekolah di Provinsi Kalimantan Utara dapat dilihat dari data
Kabupaten Nunukan tahun 2012 yang hanya memiliki 78,64% sekolah yang kondisi
bangunannya baik. Sedangkan pada tahun 2015 diketahui bahwa 100% sekolah di

RPJMD Provinsi Kalimantan Utara Tahun 2016-2021 II - 74


Kabupaten Nunukan memiliki kondisi bangunan yang baik, dan hanya 66.67% sekolah di
Kabupaten Tana Tidung dan 78,95% sekolah di Kabupaten Tarakan yang kondisi
bangunannya baik.

3. Angka Putus Sekolah


3.1. Angka Putus Sekolah SMA/MA/SMK
Angka putus sekolah (APS) didefinisikan sebagai perbandingan antara jumlah murid
putus sekolah pada jenjang pendidikan tertentu dengan jumlah murid pada jenjang
pendidikan tertentu dan dinyatakan dalam persentase. Hasil perhitungan APS ini digunakan
untuk mengetahui banyaknya siswa putus sekolah di suatu jenjang pendidikan tertentu
pada wilayahtertentu.Semakin tinggi APS berarti semakin banyak siswa yang putus sekolah
di suatu jenjang pendidikan pada suatu wilayah. Berikut ini merupakan data angka putus
sekolah untuk jenjang SMA sederajat di Provinsi Kalimantan Utara.
Tabel 2.3.1.A.5
Angka Putus Sekolah (APS) Jenjang SMA/MA/SMK Menurut Kabupaten/Kota
Provinsi Kalimantan Utara Tahun 2010 s.d. 2014
Uraian Kabupaten/Kota 2010 2011 2012 2013 2014
Angka Putus Bulungan 38.10 23.22 19.86 37.01 27.16
Sekolah (APS) Malinau 32.27 13.14 34.49 28.17 17.82
Jenjang Nunukan 34.10 25.99 23.99 26.83 19.10
SMA/MA/SMK Tana Tidung 36.84 35.25 19.95 37.42 11.23
Tarakan 22.12 26.36 19.41 21.49 14.62
Prov. Kalimantan Timur 34.15 32.23 29.33 na na
Prov. Kalimantan Utara na na na 27.59 na
SPM 1 1 1 1 1
Sumber:
1) Naskah Akademik Rancangan Peraturan Daerah Rencana Jangka Panjang Pembangunan Daerah Provinsi
Kalimantan Utara Tahun 2005-2025
2) Aplikasi Analisis Situasi Kemiskinan Provinsi Kalimantan Utara, 2016
3) Dinas Pendidikan, Kebudayaan, Pemuda, dan Olahraga Provinsi Kalimantan Utara 2016

Catatan: Data Provinsi Kalimantan Utara tidak dapat dihitung karena data yang tersedia berupa persentase
masing-masing kabupaten/kota, sehingga tidak dapat dijumlahkan untuk total Provinsi Kalimantan Utara.

Berdasarkan tabel angka putus sekolah jenjang SMA sederajat, pada tahun 2010
kabupaten/kota dengan angka putus sekolah paling rendah adalah di Kota Tarakan dengan
nilai capaian 22.12% dan angka putus sekolah yang paling tinggi adalah di Kabupaten
Bulungan dengan nilai 38.10%. Pada tahun 2014, kabupaten/kota dengan nilai angka putus
sekolah paling rendah adalah di Kabupaten Tana Tidung dengan nilai 11,23%, sedangkan
kabupaten/kota dengan angka putus sekolah paling tinggi justru adalah di Kabupaten
Bulungan dengan nilai 27,16%. Melihat kecenderungan perkembangan angka putus sekolah
jenjang SMA/MA/SMK dari tahun 2010 hingga tahun 2015, Kabupaten Bulungan
menunjukkan kecenderungan angka putus sekolah di jenjang SMA sederajat yang
fluktuatif. Sedangkan 4 (empat) kabupaten/kota lainnya, yaitu Kabupaten Kabupaten
Malinau, Kabupaten Nunukan, Kabupaten Tana Tidung, dan Kota Tarakan mengalami

RPJMD Provinsi Kalimantan Utara Tahun 2016-2021 II - 75


kondisi yang baik berupa kecenderungan penurunan angka putus sekolah pada kurun waktu
yang sama. Jika dibandingkan dengan capaian angka putus sekolah jenjang SMA/MA/SMK
tahun 2014 di Provinsi Kalimantan Utara yang sebesar 27.59%, angka putus sekolah di
kabupaten/kota di Provinsi Kalimantan Utara pada jenjang tersebut sebagian sudah
melampaui rata-rata provinsi, yaitu untuk Kabupaten Nunukan (26.83%) dan Kota Tarakan
(21.49%), sedangkan sisanya masih relatif lebih tinggi dibandingkan dengan rata-rata
provinsi.
Kementerian Pendidikan Nasional memiliki standar untuk mengukur keberhasilan
pendidikan di suatu wilayah dengan menggunakan SPM. SPM untuk angka putus sekolah
jenjang SMA sederajat adalah kurang dari 1%. Melihat kondisi yang ada, kecenderungan
capaian angka putus sekolah jenjang SMA sederajat yang masih berada jauh di atas SPM
tersebut, maka hal ini menjadi persoalan yang perlu diperhatikan di Provinsi Kalimantan
Utara. Angka putus sekolah jenjang SMA sederajat tahun 2014 ini juga dinilai masih sangat
jauh rata-rata angka putus sekolah jenjang SMA sederajat nasional tahun 20145 yang
sebesar 1,66%. Kondisi ini tentunya membutuhkan kerja keras lebih dari pemerintah, dinas
pendidikan, serta masyarakat untuk mencapai target angka putus sekolah jenjang SMA
sederajat nasional tahun 20196 yaitu 0.8%. Tingginya angka putus sekolah pada jenjang
yang semakin tinggi khususnya SMA/MA/SMK antara lain dapat disebabkan oleh
keterbatasan ekonomi maupun kurangnya kesadaran masyarakat terhadap pentingnya
pendidikan menengah akhir.

4. Angka Kelulusan
4.1. Angka Kelulusan SMA/MA/SMK
Angka kelulusan adalah perbandingan antara jumlah siswa yang lulus ujian akhir
atau ujian nasional dengan jumlah siswa yang mengikuti ujian nasional tersebut. Angka
kelulusan yang tinggi menunjukkan prestasi dari sebuah institusi pendidikan. Berikut
merupakan data angka kelulusan SMA/MA/SMK di Provinsi Kalimantan Utara.

5 Rencana Strategis Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan 2015-2019


6 Rencana Strategis Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan 2015-2019

RPJMD Provinsi Kalimantan Utara Tahun 2016-2021 II - 76


Tabel 2.3.1.A.6
Angka Kelulusan SMA/MA/SMK Menurut Kabupaten/Kota
Provinsi Kalimantan Utara Tahun 2010-2015
No. Uraian Kabupaten/Kota 2010 2011 2012 2013 2014 2015
1. Jumlah lulusan Bulungan na na 1191 1418 1375 na
pada jenjang Malinau 453 653 815 751 1047 na
SMA/SMK/MA Nunukan 1243 1408 1634 1794 1876 na
Tana Tidung na na na na na 197
Tarakan na 1950 2066 2123 2308 2406
Prov. Kalimantan Timur na na na na na na
Prov. Kalimantan Utara na na na na na na
2. Jumlah siswa Bulungan na na 1207 1419 1403 na
tingkat Malinau 453 653 815 757 1052 na
tertinggi pada Nunukan 1270 1413 1678 1783 1905 na
jenjang Tana Tidung na na na na na 197
SMA/SMK/MA Tarakan na 2002 2078 2124 2321 2406
Prov. Kalimantan Timur na na na na na na
Prov. Kalimantan Utara na na na na na na
3. Angka Bulungan 82.34 96.48 99.88 96.91 na na
Kelulusan Malinau 100 100 100 99.21 99.52 na
SMA/MA/SMK Nunukan 97.87 99.74 98.09 99.62 99.33 na
Tana Tidung 100 100 100 na na 100
Tarakan 97.65 97.4 96.63 99.95 99.44 100
Prov. Kalimantan Timur 99.89 99.44 99.48 na na na
Prov. Kalimantan Utara na na na na na na
Sumber:
1) Naskah Akademik Rancangan Peraturan Daerah Rencana Jangka Panjang Pembangunan Daerah Provinsi Kalimantan
Utara Tahun 2005-2025
2) Publikasi IPM Kaltara 2014
3) Kabupaten Bulungan Dalam Angka Tahun 2015
4) Kabupaten Malinau Dalam Angka Tahun 2015
5) Kabupaten Nunukan Dalam Angka Tahun 2015
6) Kabupaten Tana Tidung Dalam Angka Tahun 2015
7) Kota Tarakan Dalam Angka Tahun 2015
8) Dinas Pendidikan, Kebudayaan, Pemuda, dan Olahraga Provinsi Kalimantan Utara 2016

Catatan: Data Provinsi Kalimantan Utara tidak dapat dihitung karena data yang tersedia berupa persentase masing-
masing kabupaten/kota, sehingga tidak dapat dijumlahkan untuk total Provinsi Kalimantan Utara.

Pada tahun 2010 kabupaten dengan pencapaian angka kelulusan terbaik di Provinsi
Kalimantan Utara adalah Kabupaten Malinau dan Kabupaten Tana Tidung (100%),
sedangkan kabupaten dengan pencapaian nilai terendah adalah Kabupaten Bulungan
dengan nilai capaian sebesar 82,34%. Pada tahun 2014 kabupaten dengan pencapaian
angka kelulusan tertinggi adalah di Kabupaten Malinau (99.52%), sedangkan kabupaten
dengan nilai capaian terendah adalah Kabupaten Nunukan (99.33%). Jika dibandingkan
dengan Provinsi Kalimantan Timur, pada tahun 2010 nilai capaian angka kelulusan jenjang
SMA sederajat di Provinsi Kalimantan Timur adalah sebesar 99,89%, sementara pada tahun
yang sama hanya Kabupaten Malinau (100%) dan Kabupaten Tana Tidung yang melebihi
capaian Provinsi Kalimantan Timur sedangkan dua kabupaten dan satu kota masih berada
di bawah capaian Provinsi Kalimantan Timur. Pada tahun 2012 capaian angka kelulusan di
Provinsi Kalimantan Timur adalah sebesar 99,48%, sementara capaian angka kelulusan
jenjang SMA sederajat kabupaten/kota di Provinsi Kalimantan Utara sebagian besar masih
berada di bawah capaian tersebut. Hanya capaian angka kelulusan jenjang SMA sederajat

RPJMD Provinsi Kalimantan Utara Tahun 2016-2021 II - 77


di Kabupaten Tana Tidung (100%) yang melebihi capaian di Provinsi Kalimantan Timur.
Sementara itu Kabupaten Malinau dan Kota Tarakan justru mengalami perkembangan yang
cenderung menurun sejak tahun 2010-2012, meskipun pada tahun 2010-2011 sempat
mencapai angka kelulusan sebesar 100%.
Kecenderungan perkembangan dari tahun 2010 hingga tahun 2014 di
kabupaten/kota di Provinsi Kalimantan Utara secara umum cenderung fluktuatif, tetapi
dapat digambarkan bahwa tiap kabupaten/kota memiliki kecenderungannya masing-
masing. Kabupaten Bulungan, Kabupaten Malinau, Kabupaten Nunukan dan Kota Tarakan
menunjukkan kenaikan, sedangkan di Kabupaten Tana Tidung cenderung tetap stabil
dengan mempertahankan prestasi kelulusan SMA 100% dalam kurun waktu 2010,2011,2012,
dan 2015.

4.2. Angka Melanjutkan (AM) SMP/MTs ke SMA/MA/SMK


Angka melanjutkan (AM) sekolah adalah perbandingan antara jumlah siswa yang
melanjutkan pendidikan ke jenjang berikutnya dengan jumlah lulusan pada tahun
sebelumya pada jenjang pendidikan sebelumnya. Angka melanjutkan merupakan cerminan
keinginan masyarakat untuk melanjutkan pendidikan ke tingkat yang lebih tinggi. Berikut
merupakan data angka melanjutkan (AM) dari SMP/MTs ke SMA/MA/SMK di Provinsi
Kalimantan Utara.
Tabel 2.3.1.A.7
Angka Melanjutkan (AM) dari SMP/MTs ke SMA/MA/SMK Menurut Kabupaten/Kota
Di Provinsi Kalimantan Utara Tahun 2010 s.d. 2015
Uraian Kabupaten/Kota 2010 2011 2012 2013 2014 2015
Angka Bulungan 102.31 101.56 105.56 99.64 na na
Melanjutkan Malinau na 100 100.52 93.89 na na
(AM) dari Nunukan 88.69 113.03 118.9 98.46 na na
SMP/MTs ke Tana Tidung 100 100 na 100 na 106.87
SMA/MA/SMKdi Tarakan 94.46 92.72 103.52 99.94 96.42 101.46
Prov. Kalimantan Timur na na na na na na
Prov. Kalimantan Utara na na na 98.38 na na
SPM 60 60 60 - - -
Sumber:
1) Naskah Akademik Rancangan Peraturan Daerah Rencana Jangka Panjang Pembangunan Daerah Provinsi Kalimantan
Utara Tahun 2005-2025
2) Dinas Pendidikan, Kebudayaan, Pemuda, dan Olahraga Provinsi Kalimantan Utara 2016

Catatan: Data Provinsi Kalimantan Utara tidak dapat dihitung karena data yang tersedia berupa persentase masing-masing
kabupaten/kota, sehingga tidak dapat dijumlahkan untuk total Provinsi Kalimantan Utara.

Berdasarkan tabel angka melanjutkan untuk jenjang pendidikan SMA/MA/SMK di


Provinsi Kalimantan Utara dari tahun 2010 hingga 2015, pada tahun 2010 kabupaten/kota
dengan nilai capaian angka melanjutkan sekolah dari jenjang SMP/MTS ke SMA/MA/SMK
adalah Kabupaten Bulungan dengan nilai persentase mencapai 102.31%, sedangkan
kabupaten Malinau belum memiliki data Angka Melanjutkan dari SMP/MTs ke SMA/MA/SMK.

RPJMD Provinsi Kalimantan Utara Tahun 2016-2021 II - 78


Nilai yang melebihi 100% mungkin terjadi karena adanya murid yang masuk dari luar
daerah. Sedangkan pada tahun 2013, kabupaten dengan nilai capaian paling baik adalah
Kabupaten Tana Tidung dengan nilai 100%, dan kabupaten dengan capaian persentase
paling rendah adalah di Kabupaten Malinau dengan nilai 93,8%. Jika dilihat dari
kecenderungan perkembangan selama beberapa tahun terakhir, maka perkembangan
angka melanjutkan dari jenjang SMP/MTs ke SMA/MA/SMK di kabupaten/kota di Provinsi
Kalimantan Utara secara umum cenderung fluktuatif, tetapi dapat digambarkan bahwa
tiap kabupaten/kota memiliki kecenderungannya masing-masing. Kabupaten Malinau dan
Kabupaten Tana Tidung menunjukkan kenaikan, sedangkan di Kabupaten Bulungan,
Kabupaten Nunukan, dan Kota Tarakan cenderung penurunan angka melanjutkan dari
jenjang SMP/MTs ke SMA/MA/SMK.
Berdasarkan standar yang dikeluarkan pemerintah dalam SPM, angka minimal untuk
angka melanjutkan sekolah dari SMP/MTs ke SMA/MA/SMK adalah sebesar 60%. Jika
dibandingkan dengan target pemerintah dalam SPM tersebut, maka pada tahun 2013 target
SPM tersebut sudah terlampaui oleh masing-masing kabupaten/kota yang ada di Provinsi
Kalimantan Utara.

4.3. Guru yang Memenuhi Kualifikasi S1/D-IV


Guru yang memenuhi kualifikasi S1/D-IV merupakan perbandingan antara jumlah
guru yang berijazah minimal S1/D-IV dengan total seluruh guru yang ada di kabupaten.
Guru yang memenuhi kualifikasi pendidikan minimal S1/D-IV tentu akan memiliki
kompetensi dan pemahaman tentang materi yang lebih baik. Berikut merupakan data guru
yang memenuhi kualifikasi S1/D-IV di Provinsi Kalimantan Utara.
Tabel 2.3.1.A.8
Guru yang Memenuhi Kualifikasi S1/D-IV Menurut Kabupaten/Kota
Provinsi Kalimantan Utara Tahun 2010 s.d. 2015
Uraian Kabupaten/Kota 2010 2011 2012 2013 2014 2015
Persentase guru Bulungan 52.03 52.84 49.01 na na na
yang Memenuhi Malinau na 60.89 65.7 43.46 na na
Kualifikasi S1/D- Nunukan 59.94 66.65 70.24 na na na
IV Tana Tidung 40.91 48.69 na na na 64.76
Tarakan 55.81 59.27 71.68 na na 87.85
Prov. Kalimantan Timur na na na na na na
Prov. Kalimantan Utara na na na na na na
Sumber:
1) Naskah Akademik Rancangan Peraturan Daerah Rencana Jangka Panjang Pembangunan Daerah Provinsi
Kalimantan Utara Tahun 2005-2025
2) Dinas Pendidikan, Kebudayaan, Pemuda, dan Olahraga Provinsi Kalimantan Utara 2016

Catatan: Data Provinsi Kalimantan Utara tidak dapat dihitung karena data yang tersedia berupa persentase masing-
masing kabupaten/kota, sehingga tidak dapat dijumlahkan untuk total Provinsi Kalimantan Utara.

Berdasarkan tabel rasio guru yang memenuhi kualifikasi S1/D-IV di Provinsi


Kalimantan Utara dari tahun 2010 hingga 2015, pada tahun 2010 kabupaten dengan nilai

RPJMD Provinsi Kalimantan Utara Tahun 2016-2021 II - 79


rasio paling tinggi terdapat di Kabupaten Nunukan dengan nilai 59,94%, sedangkan yang
paling rendah adalah Kabupaten Tana Tidung dengan nilai 40.91%, di sisi lain kabupaten
Malinau belum memiliki data pada tahun tersebut. Pada tahun 2012 kabupaten dengan
nilai rasio paling tinggi ada di Kota Tarakan dengan nilai 71,68%, dan kabupaten dengan
nilai terendah ada di Kabupaten Bulungan dengan nilai 49,01%. Jika melihat dari
kecenderungan perkembangan dari tahun 2010 hingga 2015 maka kabupaten/kota dengan
kecenderungan perkembangan paling baik di kabupaten/kota yang ada di Provinsi
Kalimantan Utara adalah Kota Tarakan dari 55.81% pada tahun 2010 menjadi 87,85% pada
tahun 2015.
Perkembangan rasio guru yang memenuhi kualifikasi S1/D-IV dalam beberapa tahun
terakhir di kabupaten/kota yang terjadi di Provinsi Kalimantan Utara secara umum
memiliki kecenderungan peningkatan. Meningkatnya kecenderungan jumlah guru yang
memenuhi standar minimal S1/D-IV membuktikan komitmen pemerintah dan tentunya
para guru untuk meningkatkan kompetensi dan juga keahlian dimana para siswa yang akan
mendapat keuntungan dari meningkatnya kompetensi tersebut. Meskipun memiliki
kecenderungan peningkatan angka rasio guru yang memenuhi kualifikasi S1/D-IV, tetapi
kondisi yang ada masih jauh dari rata-rata nasional tahun 2014 presentase pendidik dan
tenaga pendidik tingkat pendidikan menengah yang memenuhi kualifikasi minimal S1/D-IV7
yang mencapai 90% Berdasarkan sudut pandang nasional tersebut, kondisi ini tentunya
membutuhkan kerja keras lebih dari pemerintah, dinas pendidikan, serta masyarakat
untuk mencapai target presentase pendidik dan tenaga pendidik tingkat pendidikan
menengah yang memenuhi kualifikasi minimal S1/D-IV tahun 20198 yaitu sebesar 99%.
Berikut merupakan data guru yang memenuhi kualifikasi S1/D-IV di Provinsi Kalimantan
Utara.

B. Kesehatan
1. Rasio Posyandu Per Satuan Balita
Posyandu adalah suatu wadah komunikasi dalam pelayanan kesehatan masyarakat
dari masyarakat, oleh masyarakat dan untuk masyarakat dengan dukungan pelayanan serta
pembinaan teknis dari petugas kesehatan dan keluarga berencana yang mempunyai nilai
strategis untuk pengembangan sumber daya manusia sejak dini.
Rasio posyandu sejak tahun 2011-2014 bersifat fluktuatif. Tahun 2011 rasio sebesar
0,86 dan meningkat cukup tinggi di tahun 2012. Pada tahun 2012 terjadi peningkatan
jumlah posyandu yang sangat tajam dari 601 menjadi 673. Pada tahun 2014 rasio sedikit

7 Rencana Strategis Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan 2015-2019


8 Rencana Strategis Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan 2015-2019

RPJMD Provinsi Kalimantan Utara Tahun 2016-2021 II - 80


turun menjadi 0,99 per 100 balita, hal ini bukan karena penurunan jumlah posyandu
melainkan peningkatan jumlah balita. Tahun 2015, berdasarkan data dari Dinas Kesehatan
Provinsi Kalimantan Utara, jumlah posyandu di tercatat 696 buah.
Tabel 2.3.1.B.1
Rasio Posyandu per 100 Balita Tahun 2010-2015
Provinsi Kalimantan Utara
Uraian 2010 2011 2012 2013 2014 2015
Jumlah Posyandu 618 601 673 675 696
Jumlah balita 70.255 61.493 68.069
Rasio posyandu per 100 balita 0,86 1,09 0,99
Sumber:
1) LPPD kabupaten Bulungan tahun 2010-2012, Kabupaten Bulungan Dalam Angka Tahun 2008
2) Kabupaten Malinau Dalam Angka 2011-2012
3) LPPD Kabupaten Nunukan tahun 2010, Kabupaten Nunukan Dalam Angka Tahun 2010-2012
4) Profil Kesehatan Tarakan 2010
5) Profil Kesehatan Kalimantan Timur Tahun 2011-2012
6) Dinas Kesehatan Provinsi Kalimanatan Utara 2016

Tahun 2014 rasio posyandu tertinggi ada di Kabupaten Tana Tidung yaitu sebesar
1,47. Dibandingkan dengan kabupaten lain, rasio ini tidak berbeda signifikan yaitu masih di
kisaran angka 1 per 100 balita, kecuali Kota Tarakan yang agak jauh dari angka 1.
Pelayanan posyandu idealnya adalah 1 posyandu melayani 100 balita. Mengacu pada
standar itu, tahun 2014 rasio posyandu di Provinsi Kalimantan utara sudah sesuai dengan
standar, namun di Kota Tarakan masih belum terpenuhi. Rasio posyandu Kota Tarakan
sejak 2011 masih berada di sekitar angka 0,86 per 100 balita, sedangkan kabupaten
lainnya sudah melebihi standar sejak tahun 2010.
Tabel 2.3.1.B.2
Rasio Posyandu per 100 Balita menurut Kabupaten/Kota Tahun 2014
Provinsi Kalimantan Utara
Rasio Posyandu
Kabupaten Jumlah Posyandu Jumlah Balita
per 100 Balita
Kabupaten Bulungan 173 14183 1,22
Kabupaten Malinau 104 9178 1,13
Kabupaten Nunukan 214 21365 1,00
Kabupaten Tana Tidung 34 2318 1,47
Kota Tarakan 150 21025 0,71
Jumlah 675 68069 0,99
Sumber:
(1) Dinas Kesehatan Provinsi Kalimantan Utara 2016,
(2) Dinas Kesehatan Kota Taraan 2016,
(3) Profil Kesehatan Provinsi Kalimantan Utara 2015,

2. Rasio Puskesmas, Poliklinik, Pustu per Satuan Penduduk


Puskesmas sebagai unit pelayanan tingkat pertama dan terdepan dalam sistem
pelayanan kesehatan. Puskesmas memiliki fungsi sebagai: 1) pusat pembangunan
berwawasan kesehatan; 2) pusat pemberdayaan masyarakat; 3) pusat pelayanan kesehatan
masyarakat primer; dan 4) pusat pelayanan kesehatan perorangan primer. Indikator rasio
puskesmas per 100.000 penduduk adalah salah satu indikator yang digunakan untuk
mengetahui keterjangkauan penduduk terhadap puskesmas.

RPJMD Provinsi Kalimantan Utara Tahun 2016-2021 II - 81


Tabel 2.3.1.B.3
Rasio Puskesmas, Poliklinik, dan Puskesmas Pembantu per 100.000 Penduduk Tahun 2010-2015
Provinsi Kalimantan Utara
Uraian 2010 2011 2012 2013 2014 2015
Jumlah Puskesmas 48 48 48 49 54 55
Jumlah Poliklinik 7
Jumlah Pustu 141 160 171 141 161 208
Jumlah Penduduk 524499 557977 569336 595000 663200 615237
Rasio Puskesmas 9,2 8,6 8,4 8,2 8,1 8,9
Rasio Poliklinik 1,1
Rasio Pustu 26,9 28,7 30,0 23,7 24,3 33,8
Sumber:
1) Kabupaten Bulungan Dalam Angka 2010-2012
2) Kabupaten Malinau Dalam Angka 2010-2012
3) Kabupaten Nunukan Dalam Angka 2010-2012,
4) Kota Tarakan Dalam Angka 2010-2012
5) Kabupaten Tana Tidung Dalam Angka 2010-2012
6) Profil Kesehatan Kalimantan Timur 2012
7) Dinas Kesehatan Provinsi Kalimantan Utara 2016

Rasio puskesmas per 100.000 penduduk di Provinsi Kalimantan Utara berada di


kisaran angka 8-9. Itu artinya terdapat 8-9 puskesmas setiap 100.000 penduduk atau 1
puskesmas melayani 12.500 penduduk. Di Indonesia rasio puskesmas per 100.000 penduduk
pada tahun 2009-2013 mengalami trend yang meningkat dari 3,5 3,8. Berdasarkan data
tersebut, di Indonesia rata-rata 1 puskesmas dapat melayani 25.730 penduduk (Riskesdas,
2013). Berdasarkan jumlah penduduk, rasio puskesmas di Provinsi Kalimantan Utara tahun
2015 lebih tinggi dibandingkan dengan Indonesia.
Jumlah puskesmas terbanyak berada di Kabupaten Malinau dan Nunukan, sedangkan
yang paling sedikit adalah Kota Tarakan. Untuk Pustu, jumlah terbanyak berada di
Kabupaten Malinau yaitu 94 unit sedangkan di Kota Tarakan hanya ada 2 unit. Pustu di
Kabupaten Nunukan dan Malinau harus berjumlah banyak mengingat 2 kabupaten ini
adalah kabupaten perbatasan dengan luas wilayah yang sangat besar dan akses yang masih
buruk.
Tabel 2.3.1.B.4
Rasio Puskesmas, Poliklinik, dan Puskesmas Pembantu per 100.000 Penduduk
Menurut Kabupaten/Kota Tahun 2015 Provinsi Kalimantan Utara
Jumlah Puskesmas Poliklinik Pustu
Kabupaten/kota
Penduduk Jumlah Rasio Jumlah Rasio Jumlah Rasio
Kabupaten Bulungan 120000 12 10,0 2 1,7 36 30,0
Kabupaten Malinau 74469 16 21,5 2 2,7 62 83,3
Kabupaten Nunukan 170042 16 9,4 0 0,0 94 55,3
Kabupaten Tana Tidung 18985 4 21,1 0 0,0 14 73,7
Kota Tarakan 231741 7 3,0 3 1,3 2 0,9
KALIMANTAN UTARA 615237 55 8,9 7 1,1 208 33,8
Sumber: Dinas Kesehatan Provinsi Kalimantan Utara 2016

Tingginya nilai rasio puskesmas per satuan penduduk disebabkan oleh jumlah
penduduk di Provinsi Kalimantan Utara yang tidak terlalu banyak. Meskipun rasio
puskesmas di provinsi ini dibandingkan Indonesia jauh lebih tinggi, perlu diperhatikan juga

RPJMD Provinsi Kalimantan Utara Tahun 2016-2021 II - 82


luas wilayah provinsi ini dan akses ke puskesmas karena akses yang sulit ke sarana
kesehatan akan membuat keberadaan sarana kesehatan tersebut kurang efektif. Begitu
juga cakupan wilayah yang luas membuat masyarakat akan berpikir untuk mengakses
layanan kesehatan di tempat tersebut. Penjelasan selanjutnya dibahas di indikator
cakupan pustu.

3. Rasio Rumah Sakit per 1000 Penduduk


Rumah sakit merupakan salah satu sarana kesehatan yang berfungsi
menyelenggarakan pelayanan kesehatan rujukan, asuhan keperawatan secara
berkesinambungan, diagnosis serta pengobatan penyakit yang diderita oleh pasien.
Semakin banyak rumah sakit yang tersedia, akan semakin mudah bagi masyarakat dalam
mengakses layanan kesehatan.
Pada tahun 2010 hingga tahun 2011 terdapat lima unit RSUD, satu unit rumah sakit
Angkatan Laut, dan satu unit rumah sakit swasta. Rumah sakit AL dan RS Swasta berada di
Kota Tarakan. Pada tahun 2012 jumlah RSUD bertambah satu unit menjadi enam unit,
sehingga jumlah keseluruhan RS di Provinsi Kalimantan Utara adalah delapan unit rumah
sakit.
Tabel 2.3.1.B.5
Rasio Rumah Sakit per 100.000 Penduduk Tahun 2010-2015
Provinsi Kalimantan Utara
Uraian 2010 2011 2012 2013 2014 2015
Jumlah Rumah Sakit AD/AU/ AL/POLRI 1 1 1 1 1 1
Jumlah Rumah Sakit Daerah 5 5 6 6 6 6
Jumlah Rumah Sakit Swasta 1 1 1 1 1 1
Jumlah seluruh Rumah Sakit 7 7 8 8 8 8
Jumlah Penduduk 524499 557977 569336 594982 618207 615237
Rasio 0,01 0,01 0,01 0,01 0,01 0,01
Sumber: Dinas Kesehatan Provinsi Kalimantan Utara 2016

Berdasarkan data yang tercatat, tahun 2015 jumlah RSUD berjumlah enam unit
dengan rincian: satu unit di Kabupaten Bulungan, Nunukan, Tana Tidung, dan Kota
Tarakan, dan dua unit di Kabupaten Malinau. Pembangunan Rumah Sakit Pratama
direncanakan akan selesai akhir tahun ini. Ada tiga Rumah Sakit Pratama yang dibangun di
Kabupaten Nunukan dan Kabupaten Malinau yang merupakan kabupaten perbatasan.

RPJMD Provinsi Kalimantan Utara Tahun 2016-2021 II - 83


Tabel 2.3.1.B.6
Rasio Rumah Sakit per 100.000 Penduduk Menurut Kabupaten/Kota Tahun 2015
Provinsi Kalimantan Utara
Kabupaten/ Jumlah Rumah Sakit Rumah Sakit Rumah Sakit
Total
kota Penduduk AD/AU/ AL/POLRI Daerah Swasta
Jumlah Rasio Jumlah Rasio Jumlah Rasio Jumlah Rasio
Bulungan 120000 1 0,008 1 0,008
Malinau 74469 2 0,027 2 0,027
Nunukan 170042 1 0,006 1 0,006
Tana Tidung 18985 1 0,053 1 0,053
Tarakan 231741 1 0,004 1 0,004 1 0,004 3 0,013
Kalimantan 615237 1 0,002 6 0,010 2 0,003 8 0,013
Utara
Sumber: Dinas Provinsi Kalimantan Utara 2016

4. Rasio Dokter per Satuan Penduduk


Rasio dokter per satuan penduduk merupakan salah satu indikator yang digunakan
untuk mengukur cakupan pelayanan dokter di masyarakat. Berdasarkan jenis profesinya,
dokter dikelompokkan menjadi tiga yaitu dokter umum, dokter gigi, dan dokter spesialis
yang bisa disebut dengan tenaga medis. Dokter yang dimaksud adalah dokter yang
memberikan pelayanan kesehatan di suatu wilayah, baik berstatus PNS maupun bukan PNS.
Tabel 2.3.1.B.7
Rasio Dokter per 100.000 Penduduk Tahun 2010-2015
Provinsi Kalimantan Utara
Uraian 2010 2011 2012 2013 2014 2015
Jumlah Dokter Umum 157 189 199 270 112
Jumlah Dokter Gigi 29 40 34 48 59
Jumlah Dokter Spesialis 41 48 49 73 80
Total Dokter 227 277 282 391 251
Jumlah Penduduk 524499 557977 569336 594982 618207 615237
Rasio Dokter per 100.000 43,3 49,6 49,5 65,7 37,8
penduduk
Sumber:
(1) Kalimantan Timur Dalam Angka 2010-2012
(2) Kabupaten Bulungan Dalam angka 2010-2012;
(3) Kabupaten Malinau Dalam Angka 2010-2012;
(4) Kabupaten Nunukan Dalam Angka 2010-2012; Profil Kesehatan Kabupaten Nunukan 2010
(5) Kabupaten Tana Tidung Dalam Angka 2010-2012
(6) Kota Tarakan Dalam Angka 2010-2012
(7) Kalimantan Utara Dalam Angka 2014-2015

Rasio tenaga medis per jumlah penduduk mengalami kenaikan secara terus
menerus hingga tahun 2013. Rasio dokter di tahun 2013 ini adalah yang tertinggi selama
periode 2008-2014. Jumlah keseluruhan dokter di tahun tersebut adalah 391 orang, dengan
rincian 270 dokter umum, 48 dokter gigi dan 73 dokter spesialis. Namun, di tahun 2014
rasio dokter ini menurun cukup signifikan dari 65,7 menjadi 37,8.
Pada tahun 2014 terdapat 157 dokter umum, dengan jumlah dokter terbanyak
berada di Kota Tarakan dan terkecil di Kabupaten Tana Tidung. Jika dilihat per penduduk,
maka Kabupaten Tana Tidung yang rasio dokter umumnya paling tinggi dibanding Kota
Tarakan yang hanya 25,7. Berdasarkan standar Indonesia Sehat 2010, rasio dokter umum

RPJMD Provinsi Kalimantan Utara Tahun 2016-2021 II - 84


adalah 40 per 100.000 peduduk, sehingga baru Kabupaten Tana Tidung yang sesuai
standar. Rasio dokter spesialis di provinsi ini adalah 9,5 ini berarti telah sesuai standar.
Namun jika dirinci, Kabupaten Bulungan, Kabupaten Nunukan, dan Kabupaten Tana Tidung
masih belum sesuai standar, bahkan di Kabupaten Tana Tidung hanya terdapat 1 dokter
spesialis. Sedangkan rasio doktr gigi di provinsi ini sudah sesuai standar, namun Kota
Tarakan belum memenuhi standar.
Tabel 2.3.1.B.8
Rasio Dokter per 100.000 Penduduk Menurut Kabupaten/Kota Tahun 2014
Provinsi Kalimantan Utara
Jumlah Jumlah Jumlah
Jumlah
Kabupaten Dokter Rasio Dokter Rasio Dokter Rasio
Penduduk
Umum Spesialis Gigi
Kabupaten Bulungan 126100 24 19,03 11 8,72 24 19,03
Kabupaten Malinau 74500 27 36,24 15 20,13 15 20,13
Kabupaten Nunukan 170000 26 15,29 10 5,88 26 15,29
Kabupaten Tana Tidung 20400 10 49,02 1 4,90 3 14,71
Kota Tarakan 272200 70 25,72 26 9,55 22 8,08
KALIMANTAN UTARA 663200 157 23,67 63 9,50 90 13,57
Standar Indonesia 40 6 11
Sehat 2010
Sumber: Kalimantan Utara Dalam Angka 2015

Dilihat dari persebarannya, tenaga medis ini belum menyebar secara merata di
seluruh wilayah, khususnya di daerah perbatasan. Meskipun secara rasio, rasio dokter di
Kabupaten Malinau dan Kabupaten Nunukan sudah memenuhi standar, wilayah Malinau dan
Nunukan sangat luas dengan masyarakat yang menyebar. Total dokter yang berjumlah 57
di Kabupaten Malinau dan 62 di Kabupaten Nunukan menjadi kecil sekali jumlahnya untuk
memenuhi kebutuhan pelayanan kesehatan di seluruh wilayah kabupaten tersebut.

5. Rasio Tenaga Kesehatan per Satuan Penduduk


Menurut Peraturan Pemerintah Nomor 32 Tahun 1996, tenaga kesehatan adalah
setiap orang yang mengabdikan diri dalam bidang kesehatan serta memiliki pengetahuan
dan/atau keterampilan melalui pendidikan di bidang kesehatan yang untuk jenis tertentu
memerlukan kewenangan untuk melakukan upaya kesehatan. Tenaga kesehatan tersebut
terdiri dari:
a. Tenaga medis (dokter dan dokter gigi),
b. Tenaga keperawatan (perawat dan bidan),
c. Tenaga kefarmasian (apoteker, analis farmasi, asisten apoteker),
d. Tenaga kesehatan masyarakat (epidemiologi kesehatan, entomology kesehatan,
mikrobiolog kesehatan, administrator kesehatan, dan sanitarian),
e. Tenaga gizi (nutrisionis dan dietisien),
f. Tenaga keterapian fisik (fisioterapi, okupasiterapis, terapis wicara),

RPJMD Provinsi Kalimantan Utara Tahun 2016-2021 II - 85


g. Tenaga keteknisan medis (radiografer, radioterapis, teknisi gigi, teknisi
elektromedis, analis kesehatan, refraksionis optisien, otorik prostetik, teknisi
transfusi dan perekam medis).
Tabel 2.3.1.B.9
Jenis dan Jumlah Tenaga Kesehatan Tahun 2011-2012
Provinsi Kalimantan Utara
Teknisi
Kabupaten Tahun Medis Praawat Bidan Farmasi Gizi Sanitasi Kesmas Fisioterapi Jumlah
Medis
Bulungan 2012 64 328 154 31 16 27 14 16 0 650
2011 47 375 133 26 16 25 14 35 3 674
Malinau 2012 59 340 151 12 12 14* 9 12 609
2011 68 243 112 18 12 4 7 26 3 493
Nunukan 2012 37 167 50 8 9 3 8 15 0 297
2011 35 147 68 12 12 16 10 20 5 325
Tana Tidung 2012 11 101 54 8 7 6 6 6 0 199
2011 15 97 53 7 3 1 6 9 0 191
Tarakan 2012 129 442 97 62 26 61 12 81 8 918
2011 125 459 96 61 26 62 14 81 8 932
Sumber:
1) Kalimantan Timur Dalam Angka 2011-2013
2) Profil Kesehatan Kalimantan Timur 2011-2012
3) Profik Kesehatan Kabupaten Bulungan 2011-2012
4) Profil Kesehatan Kabupaten Nunukan 2010-2012
5) Renstra Kabupaten Malinau periode 2011-2016
6) Profil Kesehatan Kabupaten Tana Tidung 2012
Keterangan : *) Merupakan angka akumulasi dari tenaga kesehatan lainnya

Pada tahun 2012 rasio tenaga bidan, gizi, sanitasi dan kesehatan masyarakat belum
memenuhi target Indonesia Sehat 2010. Rasio tenaga farmasi tersebut tidak
menggambarkan rasio apoteker yang sesungguhnya karena data tentang tenaga
kefarmasian yang ada merupakan gabungan dari apoteker, analis farmasi, asisten
apoteker, sehingga wajar jika rasionya jauh melebihi target yang diharapkan dibandingkan
dengan tenaga kesehatan lainnya. Jika dilihat tren dari 2011 ke 2012, rasio tenaga
kesehatan tersebut mengalami kenaikan kecuali pada tenaga kesehatan masyarakat.

RPJMD Provinsi Kalimantan Utara Tahun 2016-2021 II - 86


Gambar 2.3.1.B.1
Peta Persebaran Tenaga Kesehatan Tahun 2012 di Provinsi Kalimantan Utara
Sumber: Hasil Analisis 2014

RPJMD Provinsi Kalimantan Utara Tahun 2016-2021 II - 87


Kondisi tenaga kesehatan di kawasan perbatasan masih memprihatinkan. Menurut
buku Grand Design Perbatasan Kalimantan Utara 2016, sebanyak lebih dari 30 desa di
Kabupaten Malinau belum memiliki tenaga dokter yang menetap, dan 12 desa yang sama
sekali tidak memiliki tenaga bidan dan tenaga kesehatan lain yang menetap. Sedangkan di
Kabupaten Nunukan tidak kalah buruknya. Tenaga dokter dan kesehatan lain hanya
terkonsentrasi di satu kecamatan saja yaitu Kecamatan Nunukan. Kondisi memprihatinkan
ada di tiga kecamatan yaitu Kecamatan Lumbis Ogong, Sebatik Barat, dan Sebatik Utara
yang tidak memiliki dokter di daerahnya. Untuk tenaga bidan di Kabupaten Nunukan, dari
182 desa, hanya 57 desa yang terdapat bidan desa, sedangkan 127 desa sisanya tidak ada
bidan desa.
Masih kurangnya jumlah beberapa tenaga kesehatan dapat mempengaruhi tingkat
kesehatan di daerah tersebut. Masih rendahnya rasio tenaga sanitasi di provinsi ini dapat
berdampak pada kurangnya kepedulian tentang kesehatan lingkungan di masyarakat serta
kurangnya perhatian terhadap kesehatan lingkungan. Selain itu, rasio tenaga kesehatan
masyarakat juga masih belum sesuai target. Tenaga kesehatan masyarakat atau
epidemiolog berkaitan dengan manajemen kesehatan masyarakat, bukan taraf individu,
sehingga perencanaan, evaluasi, pemecahan masalah, dan pengambilan
keputusan/kebijakan besar diperankan oleh tenaga kesehatan di bidang kesehatan
masyarakat.

6. Cakupan Komplikasi Kebidanan yang Ditangani


Komplikasi kebidanan merupakan kesakitan pada ibu hamil, ibu bersalin, dan ibu
nifas yang mengancam jiwa ibu dan/atau bayi. Komplikasi dalam kehamilan meliputi
abortus, hyperemesis gravidarum, perdarahan per vaginam, hipertensi dalam kehamilan
(preeklamsia, eklamsia), kehamilan lewat waktu, ketuban pecah. Komplikasi dalam
persalinan meliputi kelainan letak/presesntasi janin, partus macet/distosia, hipertensi
dalam kehamilan (preeklamsia, eklamsia), perdarahan pasca persalinan, infeksi
berat/sepsis, kontraksi dini/persalinan premature, kehamilan ganda. Sedangkan
komplikasi dalam nifas meliputi hipertensi dalam kehamilan (preeklamsia, eklamsia),
infeksi nifas, dan perdarahan nifas.
Cakupan komplikasi kebidanan yang ditangani adalah ibu dengan komplikasi
kebidanan yang mendapat penanganan definitif sesuai standar oleh tenaga kesehatan
terlatih pada tingkat pelayanan dasar dan rujukan di suatu wilayah kerja pada kurun
waktu tertentu dibandingkan dengan jumlah ibu dengan komplikasi kebidanan di suatu
wilayah kerja pada kurun waktu yang sama. Indikator ini mengukur kemampuan
manajemen program KIA dalam menyelenggarakan pelayanan kesehatan secara

RPJMD Provinsi Kalimantan Utara Tahun 2016-2021 II - 88


professional kepada ibu (hamil, bersalin, nifas) dengan komplikasi. Pemberian tindakan
terakhir untuk menyelesaikan permasalahan setiap kasus komplikasi kebidanan.
Tabel 2.3.1.B.10
Cakupan Komplikasi Kebidanan yang Ditangani Tahun 2010-2015
Provinsi Kalimantan Utara
Uraian 2010 2011 2012 2013 2014
Jumlah komplikasi kebidanan yg mendapat 1332 1762 1572
penanganan difinitif
Jumlah ibu dengan komplikasi kebidanan di satu 2457 2676 2622
wilayah kerja
Cakupan 54,2 65,8 60,0
Sumber:
1) LPPD Kabupaten Bulungan 2010-2013;
2) LPPD Kabupaten Malinau 2011-2012; Profil Kesehatan Malinau 2013
3) LPPD KabupatenNunukan 2010 dan 2012; Profil Kesehatan Kabupaten Nunukan 2011, Lakip Kabupaten Nunukan 2013
4) LPPD Kabupaten Tana Tidung 2011-2013
5) Dinas Kesehatan Kota Tarakan 2011-2013
6) Profil Kesehatan Kalimantan Utara 2014

Cakupan komplikasi kebidanan yang ditangani sejak tahun 2011-2014 mengalami


fluktuatif. Tahun 2011 besar cakupan penanganan sebesar 54,2%. Terjadi kenaikan yang
cukup pada tahun 2012 hingga mencapai 65,8%. Namun pada tahun 2012 terjadi penurunan
sekitar 5,8% sehingga cakupan penanganan komplikasi kebidanan tahun 2014 sebesar 60%.
Dalam Permenkes No. 741/Menkes/Per/VII/2008 tentang standar pelayanan minimal (SPM)
bidang kesehatan di kabupaten dan kota, Menteri Kesehatan RI menargetkan cakupan
komplikasi kebidanan yang ditangani adalah sebesar 80% pada tahun 2015. Kondisi di
provinsi ini saat ini masih jauh dari target SPM Nasional.
Pada tahun 2014, jika diperhatikan hingga tingkat kabupaten/kota, Kabupaten
Bulungan berada pada posisi teratas dengan capaian sebesar 76,3% dan di posisi terbawah
adalah Kabupaten Tana Tidung sebesar 26,1%. Dibandingkan dengan target SPM Nasional,
hanya Kabupaten Bulungan yang hampir mencapai target.
Tabel 2.3.1.B.11
Cakupan Komplikasi Kebidanan yang Ditangani Menurut Kabupaten/Kota Tahun 2014
Provinsi Kalimantan Utara
Jumlah komplikasi Jumlah ibu dengan
Kabupaten/Kota kebidanan yang mendapat komplikasi kebidanan di Cakupan (%)
penanganan difinitif satu wilayah kerja
Kabupaten Bulungan 370 485 76,3
Kabupaten Malinau 247 364 67,9
Kabupaten Nunukan 540 825 65,5
Kabupaten Tana Tidung 18 69 26,1
Kota Tarakan 397 879 45,2
Jumlah 1572 2622 60,0
Sumber: Profil Kesehatan Kalimantan Utara 2014

Belum tercapainya indikator ini dapat menunjukkan masih banyaknya ibu dengan
komplikasi kebidanan yang belum mendapatkan penanganan definitif sesuai standar oleh
tenaga kesehatan terlatih. Banyaknya kasus komplikasi kebidanan berdampak pada
kesehatan dan keselamatan ibu dan janin yang dikandungnya. Hal ini dapat menjadi salah

RPJMD Provinsi Kalimantan Utara Tahun 2016-2021 II - 89


satu sebab angka kematian ibu yang masih tinggi di Provinsi Kalimantan Utara hingga
tahun 2014.

7. Cakupan Pertolongan Persalinan oleh Tenaga Kesehatan yang Memiliki


Kompetensi Kebidanan
Pertolongan persalinan merupakan salah satu faktor penting yang berkontribusi
besar terhadap angka kematian ibu di Indonesia. Cakupan pertolongan persalinan oleh
tenaga kesehatan yang memiliki kompetensi kebidanan adalah ibu bersalin yang mendapat
pertolongan persalinan oleh tenaga kesehatan yang memiliki kompetensi kebidanan di satu
wilayah kerja pada kurun waktu tertentu. Tenaga kesehatan yang memiliki kompetensi
kebidanan adalah tenaga kesehatan yang memiliki kemampuan klinis kebidanan sesuai
standard. Tenaga kesehatan yang dimaksud tersebut dapat seorang dokter spesialis
kebidanan, dokter umum, dan bidan. Indikator ini mengukur kemampuan manajemen
program KIA dalam menyelenggarakan pelayanan persalinan yang profesional.
Cakupan pertolongan persalinan oleh tenaga kesehatan di Provinsi Kalimantan
Utara sangat baik dari tahun 2010-2014. Hal tersebut karena cakupan ini memiliki trend
yang naik, sehingga pada tahun 2014 cakupan indikator ini berhasil mencapai 96,2%
tepatnya. Capaian pada tahun 2014 adalah capaian tertinggi sejak tahun 2008. Mengacu
pada SPM nasional, target untuk indikator ini adalah 90% di tahun 2015. Akan tetapi, pada
tahun 2015 cakupan justru menurun cukup besar yaitu sekitar 10% sehingga cakupan di
tahun 2015 ini hanya berada pada angka 85,9%. Di tahun ini, terjadi penurunan jumlah
pertolongan persalinan oleh tenaga kesehatan dan peningkatan sasaran ibu bersalin,
sehingga Provinsi Kalimantan Utara kembali tidak mencapai target SPM Nasional.
Tabel 2.3.1.B.12
Cakupan Pertolongan Persalinan Oleh Tenaga Kesehatan yang Memiliki Kompetensi Kebidanan
Tahun 2010-2015
Provinsi Kalimantan Utara
Uraian 2010 2011 2012 2013 2014 2015
Jumlah ibu bersalin yg ditolong oleh tenaga 10.429 11.671 11.357 12.306 11.940
kesehatan
Jumlah seluruh sasaran ibu bersalin 12.130 13.014 13.382 12.516 13.905
Cakupan 86,0 89,7 84,9 96,2 85,9
Sumber:
1) LPPD Kabupaten Bulungan 2010, 2012, 2013;
2) LPPD Kabupaten Malinau 2011-2012; Profil Kesehatan Malinau 2013
3) LPPD KabupatenNunukan 2010 dan 2012; Lakip Kabupaten Nunukan 2013
4) LPPD Kabupaten Tana Tidung 2011-2013; Web (www.spm.depkes.go.id) untuk data Tana Tidung 2010
5) Dinas Kesehatan Kota Tarakan 2010-2013
6) Profil Kesehatan Kalimantan Timur 2011-2012
7) Kalimantan Timur Dalam Angka 2010-2010
8) Dinas Kesehatan Provinsi Kalimantan Utara 2016

Pada tahun 2015, Kabupaten Tana Tidung dan Kabupaten Bulungan berhasil
memenuhi target SPM yaitu dengan cakupan sebesar 95,6% dan 93,8% secara berurutan.

RPJMD Provinsi Kalimantan Utara Tahun 2016-2021 II - 90


Kabupaten Malinau memiliki cakupan yang paling rendah yaitu 70%. Hal tersebut
menunjukkan bahwa di Kabupaten Malinau masih banyak sekali persalinan yang dilakukan
tanpa bantuan tenaga kesehatan yang memiliki kompetensi kebidanan.
Tabel 2.3.1.B.13
Cakupan Pertolongan Persalinan oleh tenaga Kesehatan yang Memiliki Kompetensi Kebidanan
Menurut Kabupaten/Kota Tahun 2015 Provinsi Kalimantan Utara
Jumlah ibu bersalin yg
Jumlah seluruh Cakupan
Kabupaten/Kota ditolong oleh tenaga
sasaran ibu bersalin (%)
kesehatan
Kabupaten Bulungan 2509 2674 93,8
Kabupaten Malinau 1169 1668 70,1
Kabupaten Nunukan 3570 4101 87,1
Kabupaten Tana Tidung 412 431 95,6
Kota Tarakan 4280 5031 85,1
Jumlah 11940 13905 85,9
Sumber: Dinas Kesehatan Provinsi Kalimantan Utara 2016

Seperti yang telah dijelaskan di awal bahwa indikator cakupan persalinan oleh
tenaga kesehatan memiliki kontribusi besar terhadap keselamatan ibu dan bayi.
Menurunnya cakupan indikator ini meningkatkan resiko kematian ibu atau bayi. Menteri
Kesehatan, Nafsiah Mboi, menyatakan bahwa salah satu sebab utama kematian pada ibu
melahirkan adalah perdarahan dan infeksi yang tidak tertolong karena banyak yang masih
memilih untuk melahirkan di rumah, tidak di rumah sakit atau puskesmas
(http://menkokesra.go.id/).

8. Cakupan Desa/Kelurahan Universal Child Imunization (UCI)


Cakupan desa/kelurahan UCI adalah desa/kelurahan dimana 80% dari jumlah bayi
yang ada di desa tersebut sudah mendapat imunisasi dasar lengkap (BCG 1 kali, DPT 3 kali,
Hepatitis B 4 kali, polio 4 kali, dan campak 1 kali) dalam waktu satu tahun. SPM Nasional
menetapkan target 100% desa/kelurahan UCI pada tahun 2010 untuk setiap kabupaten.
Secara umum cakupan desa/kelurahan UCI di Provinsi Kalimantan Utara sejak tahun
2010 hingga 2014 masih jauh dari target SPM Nasional 2010. Cakupan desa/kelurahan UCI
tertinggi dicapai pada tahun 2012 yaitu sebesar 68,3%. Data terbaru menunjukkan bahwa
terjadi penurunan cukup besar pada jumlah desa/keluarahn UCI di tahun 2014, sehingga
cakupannya menurun hingga 58,7%.

RPJMD Provinsi Kalimantan Utara Tahun 2016-2021 II - 91


Tabel 2.3.1.B.14
Cakupan Desa/Kelurahan Universal Child Immunization (UCI) Tahun 2010-2015
Provinsi Kalimantan Utara
Uraian 2010 2011 2012 2013 2014
Jumlah Desa UCI 231 257 327 281
jumlah seluruh desa 460 479 479 479 479
Cakupan 50,2 53,7 68,3 58,7
Sumber:
1) LPPD Kabupaten Bulungan 2010, 2013;
2) Renstra (2011-2016); Profil Kesehatan Malinau 2013
3) LPPD KabupatenNunukan 2010 dan 2012; Profik Kesehatan Nunukan 2011-2012;
4) Lakip Kabupaten Nunukan 2013; Kabupaten Nunukan Dalam Angka 2009
5) LPPD Kabupaten Tana Tidung 2010-2013;
6) Dinas Kesehatan Kota Tarakan 2010-2013
7) Profil Kesehatan Kalimantan Timur 2011-2012
8) Dinas Kesehatan Provinsi Kalimantan Utara 2016

Berdasarkan data dari Dinas Kesehatan Provinsi Kalimantan Utara, dari 479
desa/kelurahan hanya setengahnya yaitu 281 desa/kelurahan yang berstatus UCI.
Kabupaten Nunukan memiliki jumlah desa/kelurahan terbanyak dibandingkan
kabupaten/kota lain yaitu 240 desa/kelurahan. Namun, hanya 86 desa yang berstatus UCI
sehingga cakupannya sangat kecil yaitu 35,8%. Dibandingkan dengan Kabupaten Nunukan,
Kabupaten Bulungan hanya memiliki jumlah desa UCI sebanyak 75 desa/kelurahan. Karena
jumlah desa/kelurahan di Bulungan tidak sebanyak di Nunukan, cakupan desa UCI di
Bulungan bisa mencapai 92,6% dan merupakan cakupan tertinggi di antara kabupaten/kota
lainnya.
Tabel 2.3.1.B.15
Cakupan Desa/Kelurahan UCI Menurut Kabupaten/Kota Tahun 2014
Provinsi Kalimantan Utara
Kabupaten/Kota Jumlah Desa UCI jumlah seluruh desa Cakupan (%)
Kabupaten Bulungan 75 81 92,6
Kabupaten Malinau 85 109 78,0
Kabupaten Nunukan 86 240 35,8
Kabupaten Tana Tidung 19 29 65,5
Kota Tarakan 16 20 80,0
Jumlah 281 479 58,7
Sumber: Dinas Kesehatan Provinsi Kalimantan Utara 2016

9. Cakupan Balita Gizi Buruk Mendapat Perawatan


Balita adalah anak usia di bawah lima tahun (usia 0 s/d 4 tahun 11 bulan) yang ada
di Kabupaten/Kota. Balita gizi buruk merupakan balita dengan status gizi menurut berat
badan (BB) dan umur (U) dengan Z-score < -3 SD dan atau dengan tanda-tanda klinis
(marasmus, kwasiorkor, dan marasmus-kwasiorkor). Balita gizi buruk yang mendapat
perawatan merupakan balita gizi buruk yang dirawat/ditangani di sarana pelayanan
kesehatan sesuai tatalaksana gizi buruk di satu wilayah kerja pada kurun waktu tertentu.

RPJMD Provinsi Kalimantan Utara Tahun 2016-2021 II - 92


Tabel 2.3.1.B.16
Cakupan Balita Gizi Buruk Mendapat Perawatan Tahun 2010-2015
Provinsi Kalimantan Utara
Uraian 2010 2011 2012 2013 2014 2015
Jumlah balita gizi buruk mendapat 221 166 494 190 250
perawatan
Jumlah balita gizi buruk yang 221 166 494 190
ditemukan
Cakupan (%) 100 100 100 100 100
Sumber:
1) LPPD Kabupaten Bulungan 2010-2013;
2) LPPD Kabupaten Malinau 2011-2012; Renstra (2011-2016); Profil Kesehatan Malinau 2013
3) LPPD Kabupaten Nunukan 2010 dan 2012; Lakip Kabupaten Nunukan 2013
4) LPPD Kabupaten Tana Tidung 2010-2013;
5) Dinas Kesehatan Kota Tarakan 2010-2013
6) Profil Kesehatan Kalimantan Timur 2011
7) Profil Kesehatan Provinsi Kalimantan Utara 2014
8) Dinas Kesehatan Provinsi Kalimantan Utara 2016

Sejak tahun 2010 hingga 2014 cakupan balita gizi buruk mendapat perawatan telah
mencapai 100%. Berdasarkan Keputusan Menteri Kesehatan RI No. 828/MENKES/SK/IX/2008
tentang Petunjuk Teknis Standar Pelayanan Minimal Bidang Kesehatan di Kabupaten/Kota,
Kemenkes menargetkan SPM untuk cakupan balita gizi buruk mendapat perawatan adalah
sebesar 100% di tahun 2010.
Tabel 2.3.1.B.17
Cakupan Balita Gizi Buruk Mendapat Perawatan Menurut Kabupaten/Kota Tahun 2015
Provinsi Kalimantan Utara
Jumlah balita gizi buruk Jumlah balita gizi buruk yang Cakupan
Kabupaten/Kota
mendapat perawatan ditemukan (%)
Kabupaten Bulungan 160
Kabupaten Malinau 10
Kabupaten Nunukan 27
Kabupaten Tana Tidung 16
Kota Tarakan 37
Jumlah 250
Sumber: Dinas Kesehatan Provinsi Kalimantan Utara 2016

Pada tahun 2015 tidak diperoleh data jumlah balita gizi buruk seluruhnya sehingga
cakupan penanganan balita gizi buruk tidak dapat dihitung. Ada 250 kasus balita gizi buruk
yang tertangani pada tahun 2015. Jika dibandingkan tahun sebelumnya, jumlah di tahun
ini meningkat sebanyak 60 balita. Ini menunjukkan ada peningkatan jumlah kasus gizi
buruk di Provinsi Kalimantan Utara tahun 2015. Berdasarkan data per kabupaten/kota,
Kabupaten Bulungan memiliki jumlah balita gizi buruk yang dirawat paling banyak yaitu
160 balita. Jumlah ini sangat jauh selisihnya dibandingkan kabupaten/kota lain yang tidak
lebih dari 50 balita.

10. Cakupan Penemuan dan Penanganan Penderita Penyakit TBC BTA


Cakupan penemuan dan penanganan penderita TBC BTA (+) merupakan jumlah
penderita baru TBC BTA (+) yang ditemukan dan diobati di suatu wilayah kerja selama satu

RPJMD Provinsi Kalimantan Utara Tahun 2016-2021 II - 93


tahun dibanding dengan jumlah perkiraan penderita baru TBC BTA (+) dalam kurun waktu
yang sama. Penemuan TBC BTA (+) adalah penemuan pasien baru melalui pemeriksaan
dahak sewaktu pagi dan sewaktu (SPS) dan diobati di unit pelayanan kesehatan dalam
suatu wilayah kerja pada waktu tertentu. Pasien baru adalah pasien yang belum pernah
diobati dengan OAT atau sudah pernah menelan obat OAT kurang dari satu bulan. Diobati
adalah pemberian pengobatan pada pasien baru TB BTA (+) dengan OAT selama 6 bulan.
Tabel 2.3.1.B.18
Cakupan Penemuan dan Penanganan Penderita Penyakit TBC BTA (+) Tahun 2010-2015
Provinsi Kalimantan Utara
Uraian 2010 2011 2012 2013 2014 2015
Jumlah penderita baru TBC BTA + yg 358 518 464 462
ditemukan dan diobati
Jumlah perkiraan penderita baru TBC BTA + 1195 1171 3063
Cakupan 30,0 44,2 15,1
Sumber:
1) LPPD Kabupaten Bulungan 2010, 2013; Profil Kesehatan Kabupaten Bulungan 2009
2) LPPD Kabupaten Malinau 2011-2012; Profil Kesehatan Malinau 2013
3) LPPD Kabupaten Nunukan 2010; Lakip Kabupaten Nunukan 2013
4) LPPD Kabupaten Tana Tidung 2010
5) Dinas Kesehatan Kota Tarakan 2010-2013
6) Profil Kesehatan Kalimantan Timur 2011-2012
7) Dinas Kesehatan Provinsi Kalimantan Utara 2016

Cakupan penemuan dan penanganan penderita TBC BTA (+) di Provinsi Kalimantan
Utara memiliki trend yang fluktuatif. Tahun 2011 besar cakupan indikator ini adalah 30%.
Di tahun setelahnya, terjadi kenaikan cakupan hingga 44,2%. Tahun 2013 tidak ada data di
Kabupaten Nunukan sehingga tidak dapat dikalkulasi menjadi data provinsi. Tahun 2014,
berdasarkan sumber dari Dinas Kesehatan Provinsi Kalimantan Utara, terjadi kenaikan yang
tajam pada jumlah perkiraan penderita baru TBC BTA (+) di Kota Tarakan sehingga total di
Provinsi Kalimantan Utara menjadi sangat tinggi. Dengan tingginya suspek TBC BTA(+)
namun sedikitnya penemuan kasus menyebabkan terjadinya penurunan drastis cakupan
penemuan dan penagnana penderita TBC BTA (+) di Provinsi Kalimantan Utara tahun 2014.
Target SPM Nasional untuk indikator ini adalah 100% di tahun 2010. Hal ini menunjukkan
sejak tahun 2011 Provinsi Kalimantan Utara belum bisa memenuhi target SPM Nasional.
Tabel 2.3.1.B.19
Cakupan Penemuan dan Penanganan Penderita Penyakit TBC BTA (+)
Menurut Kabupaten/Kota Tahun 2014 Provinsi Kalimantan Utara
Jumlah penderita baru TBC BTA Jumlah perkiraan penderita Cakupan
Kabupaten/Kota
(+) yg ditemukan dan diobati baru TBC BTA (+) (%)
Kabupaten Bulungan 159 951 16,7
Kabupaten Malinau 40
Kabupaten Nunukan 53
Kabupaten Tana Tidung 4 43 9,3
Kota Tarakan 206 668 30,8
Jumlah 462
Sumber: Dinas Kesehatan Provinsi Kalimantan Utara 2016

RPJMD Provinsi Kalimantan Utara Tahun 2016-2021 II - 94


Di tahun 2015, jumlah penemuan kasus TBC BTA (+) terbanyak berada di Kota
Tarakan yaitu mencapai 206 kasus dengan cakupan sebesar 30,8%. Penemuan terbanyak
kedua adalah di Kabupaten Bulungan dengan total kasus 159 dan cakupan penemuan serta
penanganan sebesar 16,7%. Penemuan kasus TBC BTA (+) terendah berada di Kabupaten
Tana Tidung yaitu hanya ada 4 penemuan kasus dengan capaian 9,3%. Cakupan indikator
ini per kabupaten/kota di Provinsi Kalimantan Utara juga masih sangat jauh dari target
SPM Nasional yang ditargetkan sebesar 100%.

11. Cakupan Penemuan dan Penanganan Penderita Penyakit DBD


Demam berdarah dengue (DBD) adalah penyakit yang ditandai dengan panas
mendadak berlangsung terus-menerus selama 2-7 hari tanpa sebab yang jelas, tanda-tanda
perdarahan (sekurang-kurangnya uji Torniquet positif), disertai/tanpa pembesaran hati
(hepatomegali), trombositopenia (trombosit 100.000/l), peningkatan hematocrit 20%.
Cakupan penemuan dan penanganan penderita penyakit DBD adalah presentase penderita
DBD yang ditangani sesuai standar di suatu wilayah dalam kurun waktu 1 tahun
dibandingkan dengan jumlah penderita DBD yang ditemukan/dilaporkan dalam kurun
waktu satu tahun yang sama. Penderita DBD yang ditangani sesuai standar SOP adalah
penderita DBD yang didiagnosis dan diobati/dirawat sesuai standar, ditindaklanjuti dengan
penanggulangan fokus (PF).
Cakupan penemuan dan penanganan penderita penyakit DBD di Provinsi Kalimantan
Utara sejak tahun 2010 adalah 100%. Angka ini mampu dipertahankan hingga tahun 2015.
Target SPM Nasional untuk indikator ini adalah 100% di tahun 2010. Sehingga Provinsi
Kalimantan Utara sudah mencapai target SPM Nasional sejak tahun 2009 hingga saat ini.
Meskipun cakupan penemuan dan penangnan penyakit DBD ini sudah 100%, perlu
diperhatikan insidensi penyakit ini dari tahun ke tahun. Jumlah kasus DBD di seluruh
Provinsi Kalimantan Utara mengalami kenaikan sejak tahun 2009 hingga 2013 yang
mencapai 803 kasus. Pada tahun 2014 jumlah kasus DBD menurun sedikit menjadi 786
kasus, dan di tahun berikutnya turun sedikit lagi menjadi 728 kasus. Data ini menunjukkan
bahwa DBD masih banyak terjadi di Provinsi Kalimantan Utara.

RPJMD Provinsi Kalimantan Utara Tahun 2016-2021 II - 95


Tabel 2.3.1.B.20
Cakupan Penemuan dan Penanganan Penderita Penyakit DBD Tahun 2010-2015
Provinsi Kalimantan Utara
Uraian 2010 2011 2012 2013 2014 2015
Jumlah penderita DBD yang ditangani sesuai SOP di satu 514 344 609 803 786 728
wilayah kerja selama 1
Jumlah penderita DBD yang ditemukan di satu wilayah 514 344 609 803 786 728
Cakupan (%) 100 100 100 100 100 100
Sumber:
1) LPPD Kabupaten Bulungan 2010-2013;
2) LPPD Kabupaten Malinau 2011-2012; Renstra (2011-2016); Profil Kesehatan Malinau 2013
3) LPPD Kabupaten Nunukan 2010 dan 2012; Lakip Kabupaten Nunukan 2013; Profil Kesehatan 2008 dan 2011
4) Dinas Kesehatan Kota Tarakan 2010-2013
5) LPPD Kabupaten Tana Tidung 2010-2013
6) Dinas Kesehatan Provinsi Kalimantan Utara 2016

Di tahun 2014 semua kabupaten/kota memiliki cakupan indikator penemuan dan


penanganan penderita DBD sebsar 100%. Jumlah penemuan kasus DBD terbayak ada di Kota
Tarakan yaitu sebesar 433 kasus diikuti Kabupaten Bulungan dengan 168 kasus DBD.
Kabupaten Tana Tidung merupakan kabupaten dengan jumlah kasus DBD paling sedikit
yaitu hanya kasus.
Tabel 2.3.1.B.21
Cakupan Penemuan dan Penanganan Penderita Penyakit DBD Menurut Kabupaten Tahun 2015
Provinsi Kalimantan Utara
Jumlah penderita DBD yang Jumlah penderita DBD
Cakupan
Kabupaten/Kota ditangani sesuai SOP di satu yang ditemukan di satu
(%)
wilayah kerja selama 1 tahun wilayah
Kabupaten Bulungan 168 168 100,0
Kabupaten Malinau 43 43 100,0
Kabupaten Nunukan 80 80 100,0
Kabupaten Tana Tidung 4 4 100,0
Kota Tarakan 433 433 100,0
Jumlah 728 728 100,0
Sumber: Dinas Kesehatan Provinsi Kalimantan Utara 2016

Banyak faktor yang menyebabkan jumlah penemuan kasus DBD hanya sedikit sekali,
kemungkinan jumlah kasus di kabupaten ini sedikit dan di Kota Tarakan sangat tinggi.
Namun, hal tersebut dapat disebabkan oleh faktor pencatatan di sarana pelayanan
kesehatan. Kota Tarakan yang memiliki fasilitas kesehatan serta akses terbaik dibanding
kabupaten lain sangat memunkinkan memiliki sitem administrasi yang paling baik di antara
kabupaten lain sehingga memiliki dokumentasi yang baik. Kabupaten Tana Tidung yang
merupakan kabupaten terbaru bisa jadi belum memiliki sitem pencatatan sebaik di
kabupaten/kota lain sehingga kasus DBD yang erdokumentasi hanya sedikit sekali.

12. Cakupan Pelayanan Kesehatan Rujukan Pasien Masyarakat Miskin


Cakupan pelayanan kesehatan dasar pasien masyarakat miskin adalah jumlah
kunjungan pasien masyarakat miskin di sarana kesehatan strata pertama di satu wilayah
kerja tertentu pada kurun waktu tertentu. Sarana kesehatan strata pertama adalah

RPJMD Provinsi Kalimantan Utara Tahun 2016-2021 II - 96


tempat pelayanan kesehatan yang meliputi puskesmas, balai pengobatan pemerintah dan
swasta, praktek bersama dan perorangan.
Tabel 2.3.1.B.22
Cakupan Pelayanan Kesehatan Dasar Pasien Masyarakat Miskin Tahun 2010-2015
Provinsi Kalimantan Utara
Uraian 2010 2011 2012 2013 2014 2015
jumlah kunjungan pasien miskin di sarana 74.266 200.396 162.804 981
kesehatan strata 1
jumlah seluruh masyarakat miskin 161.239 160.472 253.261 613.356
Cakupan (%) 46,1 124,9 64,3 0,2
Sumber:
1) LPPD Kabupaten Bulungan 2010-2013
2) LPPD Kabupaten Malinau 2011-2012; Renstra (2011-2016); Profil Kesehatan Malinau 2013
3) LPPD Kabupaten Nunukan 2010
4) LPPD Kabupaten Tana Tidung 2010-2013;
5) Dinas Kesehatan Kota Tarakan 2010-2013
6) Profil Kesehatan Kalimantan Timur 2011-2012
7) Dinas Kesehatan Provinsi Kalimantan Utara 2016

Cakupan pelayanan kesehatan dasar pasien masyarakat miskin dari tahun 2010-2014
memiliki trend yang fluktuatif. Pada tahun 2010 cakupan indikator ini hanya 46,1% yang
berarti jumlah kunjungan pasien masyarakat miskin di saranan kesehatan strata pertama
tidak lebih dari setengah jumlah seluruh masyrakat miskin yang ada. Cakupan ini naik
sangat drastis satu tahun setelahnya yaitu menjadi 124,9% yang berarti telah mencapai
target SPM Nasional sebesar 100% di tahun 2015.
Tabel 2.3.1.B.23
Cakupan Pelayanan Kesehatan Dasar Pasien Masyarakat Miskin
Menurut Kabupaten/Kota Tahun 2014
Provinsi Kalimantan Utara
jumlah kunjungan pasien
jumlah seluruh Cakupan
Kabupaten/Kota miskin di sarana kesehatan
masyarakat miskin (%)
strata 1
Kabupaten Bulungan 221 117.019 0,2
Kabupaten Malinau 1 82.880 0,0
Kabupaten Nunukan 476 163.404 0,3
Kabupaten Tana Tidung 64 20.021 0,3
Kota Tarakan 218 230.032 0,1
Jumlah 981 613.356 0,2
Sumber: Dinas Kesehatan Provinsi Kalimantan Utara 2016

13. Cakupan Kunjungan Bayi


Cakupan kunjungan bayi merupakan cakupan kunjungan bayi umur 29 hari - 11
bulan di sarana pelayanan kesehatan (polindes, pustu, puskesmas, rumah bersalin, dan
rumah sakit) maupun di rumah, posyandu, tempat penitipan anak, panti asuhan dan
sebagainya melalui kunjungan petugas dibanding dengan jumlah kelahiran hidup.
Salah satu program untuk meningkatkan kesehatan ibu dan anak adalah Program
KIA (Kesehatan Ibu dan Anak). Program kesehatan anak meliputi program pelayanan
kesehatan bayi. Setiap bayi memperoleh pelayanan kesehatan minimal 4 kali yaitu 1 kali
pada umur 29 hari - 3 bulan, 1 kali pada umur 3-6 bulan, 1 kali pada umur 6-9 bulan dan 1

RPJMD Provinsi Kalimantan Utara Tahun 2016-2021 II - 97


kali pada umur 9-11 bulan. Pelayanan kesehatan tersebut meliputi pemberian imunisasi
dasar (BCG, DPT/HB1-3, Polio1-4, Campak), stimulasi deteksi intervensi dini tumbuh
kembang (SDIDTK) bayi dan penyuluhan perawatan kesehatan bayi. Penyuluhan perawatan
kesehatan bayi meliputi konseling ASI Ekslusif, pemberian makanan pendamping ASI sejak
usia 6 bulan, perawatan dan tanda bahaya bayi sakit (sesuai MTBS), pemantauan
pertumbuhan dan pemberian vitamin A kapsul biru pada usia 6-11 bulan. Sehingga
penghitungan indikator ini dapat digunakan untuk mengukur kemampuan manajemen
program KIA dalam melindungi bayi sehingga kesehatannya terjamin melalui penyediaan
pelayanan kesehatan.
Tabel 2.3.1.B.24
Cakupan Kunjungan Bayi Tahun 2010-2015
Provinsi Kalimantan Utara
Uraian 2010 2011 2012 2013 2014 2015
Jumlah kunjungan bayi memperoleh 10395 11339 10520 9788 9548
pelayanan sesuai standar
Jumlah seluruh bayi lahir hidup 11317 12547 10499 12302 11848
Cakupan Kunjungan Bayi (%) 91,9 90,4 100,2 79,6 80,6
Sumber:
1) LPPD Kabupaten, Profil Kesehatan Kabupaten, Profil Kesehatan Kalimantan Timur
2) MDGs Malinau; Profil Kesehatan Malinau 2013
3) LPPD Kabupaten Nunukan 2010; Lakip Kabupaten Nunukan 2013
4) LPPD Kabupaten Tana Tidung 2010 dan 2013
5) Dinas Kesehatan Kota Tarakan 2010-2013
6) Dinas Kesehatan Provinsi Kalimantan Utara 2016

Cakupan kunjungan bayi pada tahun 2010-2012 telah melebihi 90%, bahkan di tahun
2012 cakupannya telah 100% dengan jumlah kunjungan bayi sebanyak 10.502 kunjungan. Di
tahun berikutnya, cakupan kunjungan bayi menurun cukup signifikan menjadi 79,6% di
tahun 2014 dan naik kembali namun tidak terlalu berarti di tahun 2015 yaitu menjadi
80,6%. Penurunan di dua tahun terakhir terjadi karena adanya penurunan kunjungan dari
yang sebelumnya mencapai lebih dari 10.000 menjadi turun di angka 9000, dan adanya
peningkatan jumlah bayi lahir hidup di 2 tahun terakhir.
Dari seluruh jumlah jumlah kunjungan bayi, Kota Tarakan memiliki jumlah
kunjungan bayi terbesar dibandingkan Kabupaten lain. Kabupaten Bulungan dan Kabupaten
Nunukan jumlah kunjungan bayinya hampir sama yaitu 2.300. Perbedaan pada jumlah
seluruh bayi lahir hidup di antar kabupaten/kota cukup signifikan sehingga cakupannya
pun berbeda-beda. Cakupan kunjungan bayi terbesar adalah di Kota Tarakan yaitu 98,4%,
hampir mendekati 100%. Sedangkan cakupan tertinggi kedua adalah di Kabupaten
Bulungan dengan cakupan 90,9%. Kabupaten lainnya cakupannya di bawah 80% dan
terendah di Kabupaten Malinau. Berdasarkan target SPM, secara nasional cakupan
kunjungan bayi harus mencapai 90% di tahun 2010. Di tahun 2015, secara total provinsi
Kalimantan Utara belum memenuhi target SPM Nasional, namun Kota Tarakan dan
Kabupaten Bulungan telah memenuhi target.

RPJMD Provinsi Kalimantan Utara Tahun 2016-2021 II - 98


Tabel 2.3.1.B.25
Cakupan Kunjungan Bayi Menurut Kabupaten/Kota Tahun 2015
Provinsi Kalimantan Utara
Jumlah kunjungan bayi memperoleh Jumlah seluruh bayi
Kabupaten/Kota Cakupan (%)
pelayanan sesuai standar lahir hidup
Kabupaten Bulungan 2344 2580 90,9
Kabupaten Malinau 738 1234 59,8
Kabupaten Nunukan 2333 3747 62,3
Kabupaten Tana Tidung 309 400 77,3
Kota Tarakan 3824 3887 98,4
Jumlah 9548 11848 80,6
Sumber: Dinas Kesehatan Provinsi Kalimantan Utara 2016

14. Cakupan Puskesmas


Puskesmas sebagai unit pelayanan kesehatan tingkat pertama dan terdepan dalam
sistem pelayanan kesehatan, harus melakukan upaya kesehatan wajib (basic six) dan
beberapa upaya kesehatan pilihan yang disesuaikan dengan kondisi, kebutuhan, tuntutan,
kemampuan, inovasi serta kebijakan pemerintah daerah setempat. Puskesmas mempunyai
fungsi antara lain: a. Pusat pembangunan berwawasan kesehatan, b. Pusat pemberdayaan
masyarakat, c. Pusat pelayanan kesehatan masyarakat primer, dan d. Pusat pelayanan
kesehatan perorangan primer.
Tabel 2.3.1.B.26
Cakupan PuskesmasTahun 2010-2015
Provinsi Kalimantan Utara
Uraian 2010 2011 2012 2013 2014 2015
Jumlah Puskesmas 48 48 48 49 54 55
Jumlah Kecamatan 38 38 38 38 50 50
Cakupan Puskesmas 126,3 126,3 126,3 128,9 108,0 110,0
Sumber:
1) Kabupaten Dalam Angka 2010-2012
2) Kabupaten Malinau Dalam Angka 2010-2012
3) Kabupaten Nunukan Dalam Angka 2010-2012
4) Kabupaten Tana Tidung Dalam Angka 2010-2012
5) Kota Tarakan Dalam Angka 2010-2012
6) Kalimantan Utara Dalam Angka 2014-2015

Indikator cakupan puskesmas ini digunakan untuk melihat jumlah puskesmas


dibandingkan dengan jumlah kecamatan yang ada di daerah tersebut. Jumlah puskesmas di
Kalimantan Utara sejak tahun 2010 hingga tahun 2015 meningkat secara perlahan dari 48
unit menjadi 55 unit. Jumlah kecamatan di provinsi ini mengalami peningkatan secara
bertahap hingga tahun 2013 yaitu dari 37 menjadi 38 kecamatan, sebelum kenaikan cukup
drastis di tahun 2014 menjadi 50 kecamatan.
Dari indikator ini diketahui bahwa setiap kabupaten/kota telah memiliki puskesmas
sebanyak jumlah kecamatannya, bahkan secara jumlah, puskesmas melebihi jumlah
kecamatan yang berarti ada beberapa kecamatan yang memiliki lebih dari 2 puskesmas.
Kabupaten Nunukan dan Malinau memiliki jumlah puskesmas terbanyak yaitu 16 unit. Di
Kota Tarakan jumlah puskesmas hampir 2 kali lipat dari jumlah kecamatan yang ada. Hal

RPJMD Provinsi Kalimantan Utara Tahun 2016-2021 II - 99


ini disebabkan oleh jumlah penduduk di Kota Tarakan yang sangat besar sehingga butuh
lebih banyak puskesmas di setiap kecamatannya.
Tabel 2.3.1.B.27
Cakupan Puskesmas Menurut Kabupaten/Kota Tahun 2015
Provinsi Kalimantan Utara
Kabupaten/Kota Jumlah Puskesmas Jumlah Seluruh Kecamatan Cakupan (%)
Kabupaten Bulungan 12 10 120,0
Kabupaten Malinau 16 15 106,7
Kabupaten Nunukan 16 16 100,0
Kabupaten Tana Tidung 4 5 80,0
Kota Tarakan 7 4 175,0
Jumlah 55 50 110,0
Sumber: Kalimantan Utara Dalam Angka 2014-2015

15. Cakupan Puskesmas Pembantu


Puskesmas pembantu (pustu) merupakan suatu sarana yang melaksanakan upaya
pelayanan kesehatan kepada masyarakat yang mencakup bagian wilayah kerja puskesmas
disesuaikan dengan keadaan setempat dan merupakan bagian integral dari puskesmas.
Puskesmas pembantu berfungsi meluaskan jangkauan pelayanan puskesmas dan
mendekatkan pelayanan kesehatan kepada masyarakat karena pustu menjangkau wilayah
yang lebih kecil.
Sejak tahun 2010 hingga 2015, jumlah desa mengalami kenaikan dari segi jumlah,
460 desa menjadi 479 desa. Bertambahnya jumlah desa juga diiringi dengan bertambahnya
jumlah puskesmas pembantu setiap tahunnya. Pertumbuhan pustu ini cukup tinggi dalam 9
tahun terakhir yaitu dari 120 pustu menjadi 208 unit saat ini. Cakupan pustu di provinsi ini
adalah sebesar 43,4% yang berarti ada 43 pustu di setiap 100 desa.
Tabel 2.3.1.B.28
Cakupan Pembantu Puskesmas Tahun 2010-2015
Provinsi Kalimantan Utara
Uraian 2010 2011 2012 2013 2014 2015
Jumlah Puskesmas Pembantu 141 160 171 141 161 208
Jumlah Desa 460 479 479 479 479 479
Cakupan Puskesmas Pembantu 30,7 33,4 35,7 29,4 33,6 43,4
Sumber:
1) LPPD Bulungan 2010,2013; Kabupaten Bulungan Dalam Angka 2010-2013
2) Kabupaten Malinau Dalam Angka 2010-2013, Rensrta Malinau (2011-2016)
3) Kabupaten Nunukan Dalam Angka 2010-2013,
4) Kabupaten Tana Tidung Dalam angka 2010-2013
5) Kota Tarakan Dalam Angka 2010-2013
6) Profil Kesehatan Kalimantan Timur 2011-2012
7) Kalimantan utara Dalam Angka 2014-2015

Ditelusuri ke bawah ke tingkat kabupaten, terlihat bahwa jumlah desa di


Kabupaten Nunukan adalah yang terbanyak yaitu 240 desa, dua kali lebih daripada
kabupaten Malinau yang terdiri dari 109 desa. Cakupan pustu di Kabupaten Malinau dan
Kabupaten Nunukan baru sebesar 56,9% dan 39,2%. Sedangkan di Kota Tarakan cakupan
pustu hanya sebesar 10% karena hanya terdapat 2 unit di satu Kota. Jumlah ini wajar

RPJMD Provinsi Kalimantan Utara Tahun 2016-2021 II - 100


karena Kota Tarakan adalah kota yang memiliki jumlah dan jenis fasilitas kesehatan yang
beragam dan dapat diakses dengan mudah oleh seluruh masyarakat, sehingga keberadaan
pustu di Kota Tarakan tidak terlalu dibutuhkan. Sedangkan di kabupaten terutama
perbatasan, Kabupaten Nunukan dan Kabupaten Malinau, yang memiliki luas wilayah
sangat besar serta masyarakat yang tersebar hingga ke lokasi-lokasi terpencil, keberadaan
pustu sangat diperlukan untuk menjangkau masyarakat yang jauh dari fasilitas kesehatan
dasar seperti puskesmas.
Tabel 2.3.1.B.29
Cakupan Pembantu Puskesmas Menurut Kabupaten/Kota Tahun 2014
Provinsi Kalimantan Utara
Kabupaten/Kota Jumlah Pustu Jumlah Seluruh Desa Cakupan (%)
Kabupaten Bulungan 36 81 44,4
Kabupaten Malinau 62 109 56,9
Kabupaten Nunukan 94 240 39,2
Kabupaten Tana Tidung 14 29 48,3
Kota Tarakan 2 20 10,0
Jumlah 208 479 43,4
Sumber: Kalimantan Utara Dalam Angka 2014-2015

Di daerah perbatasan yaitu Kabupaten Malinau dan Nunukan, fasilitas kesehatan


masih sangat minim, sehingga keberadaan puskesmas penbantu dan poskesdes sangat
membantu cakupan pelayanan kesehatan di daerah tersebut. Berdasarkan data dari Podes
2014 yang diambil dari Buku Grand Design Perbatasan Kalimantan Utara 2016, Di
Kabupaten Malinau terlihat masih ada 15 desa yang sama sekali belum memiliki sarana
kesehatan puskesmas pembantu.
Indikator rasio puskesmas per satuan penduduk tidak cocok bila disesuaikan dengan
kondisi di Provinsi Kalimantan Utara, sehingga cakupan puskesmas dan pustu lebih dapat
digunakan untuk menganalisis kebutuhan. Akan tetapi, cakupan puskesmas dan pustu yang
100% pun belum tentu menunjukkan pemerataan sarana prasarana kesehatan di provinsi
ini karena luas wilayah yang sangat luas dan penyebaran penduduk yang belum merata,
sehingga pemetaan persebaran sarana prasarana kesehatan perlu dilakukan untuk
mengkaji permasalahan yang ada.
Gambar berikut menunjukkan peta persebaran tenaga kesehatan di seluruh wilayah
Provinsi Kalimantan Utara. Berdasarkan peta, jelas terlihat persebaran rumah sakit sangat
tidak merata. Letak rumah sakit hanya berada di bagian timur dan di sekitar jalan arteri
atau kolektor saja, sisi barat masih sangat kurang. Hal tersebut terlihat jelas di Kabupaten
Malinau, rumah sakit terletak di Kecamatan Malinau Utara sehingga seluruh kecamatan di
belahan selatan tidak tersentuh pelayanan rumah sakit karena rumah sakit di Kabupaten
Bulungan juga terletak di Tanjung Selor yang berada di bagian paling timur yang tidak
berbatasan dengan Kabupaten Malinau.

RPJMD Provinsi Kalimantan Utara Tahun 2016-2021 II - 101


Kekurangan tersebut telah terbantu dengan adanya puskesmas dan pustu di setiap
kecamatan dan desa. Memang rasio puskesmas per penduduk telah jauh di atas rasio
Indonesia karena memang jumlah penduduk Provinsi Kalimantan Utara yang tidak terlalu
banyak, cakupan puskesmas pun telah melebihi 100% akan tetapi 1 puskesmas harus
melayani 1 kecamatan dengan luas wilayah yang cukup besar juga tidak efektif. Sehingga
selain mengoptimalkan fungsi puskesmas dan pustu serta puskesmas keliling, perlu
pembangunan Rumah Sakit Pratama untuk menjangkau daerah bagian timur Provinsi
Kalimantan Utara.

RPJMD Provinsi Kalimantan Utara Tahun 2016-2021 II - 102


Gambar 2.3.1.B.2
Peta Persebaran Sarana Kesehatan Tahun 2012 di Provinsi Kalimantan Utara
Sumber: Hasil Analisis 2014

RPJMD Provinsi Kalimantan Utara Tahun 2016-2021 II - 103


C. Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang
1. Proporsi Panjang Jaringan Jalan dalam Kondisi Baik
Kinerja jaringan jalan berdasarkan kondisi seperti yang tertuang dalam Lampiran 1
Permendagri 54/2010 terdiri atas terminologi baik, sedang, rusak dan rusak berat, dimana
terminologi tersebut didasarkan pada besarnya persentase tingkat kerusakan jalan. Pada
jalan kondisi baik (tingkat kerusakan 6%) merupakan kondisi jalan yang mendukung arus
lalu lintas dapat berjalan lancar sesuai dengan kecepatan desain dan tidak ada hambatan
yang disebabkan oleh kondisi jalan, jalan kondisi sedang (tingkat kerusakan 6-10%)
merupakan kondisi dimana belum (atau sedikit saja) menimbulkan gangguan terhadap
kelancaran arus pergerakan lalu lintas. Selanjutnya, pada kondisi jalan rusak sudah sangat
menghambat kelancaran pergerakan lalu lintas yang mengakibatkan kendaraan harus
berjalan secara perlahan-lahan, mengurangi kecepatannya, dan kadangkala harus
menghentikan kendaraannya akibat adanya kerusakan dan atau hambatan pada permukaan
perkerasan. Pada jalan dengan kondisi rusak berat, kondisi kerusakan jalan yang ada sudah
sangat parah dan nyaris tidak dapat lagi dilewati oleh kendaraan roda empat dan atau
hanya dapat dilewati dengan kecepatan yang sangat rendah.
Tabel 2.3.1.C.1
Panjang Jaringan Jalan Berdasarkan Kondisi Tahun 2010-2014
Provinsi Kalimantan Utara
Panjang Jalan (km)
No Kondisi Jalan
2010 2011 2012 2013 2014
1. Kondisi Baik 1.282,977 1.475,441 1.432,457 1.555,530 1.767,475
2. Kondisi Sedang 1.019,589 1.034,079 1.567,537 1.939,683 1.945,218
3. Kondisi Rusak 407,747 409,974 308,746 308,738 201,634
4. Kondisi Rusak Berat 202,686 215,496 138,247 63,017 140,887
5. Jalan secara 2.912,999 3.134,990 3.446,987 3.866,968 4.055,214
keseluruhan
Sumber : Kabupaten/Kota Dalam Angka Tahun 2010-2015

Hingga tahun 2014, jalan yang sudah terbangun di Provinsi Kalimantan Utara adalah
sepanjang 4.055,214 km dengan panjang jalan kondisi baik mencapai 1.767,475 km atau
sebesar 43,59%, panjang jalan kondisi sedang sepanjang 1.945,218 km atau sebesar
47,97%, panjang jalan kondisi rusak sepanjang 201,634 km atau sebesar 4,97%, panjang
jalan kondisi rusak berat sepanjang 140,887 km atau sebesar 3,47%.
Jaringan jalan dengan kondisi baik di Provinsi Kalimantan Utara memiliki
kecenderungan meningkat dalam kurun waktu tahun 2010-2014 dengan rata-rata
pertumbuhan sebesar 8,34% per tahun, hal tersebut juga terjadi pada jaringan jalan
kondisi sedang dimana dalam kurun waktu yang sama (tahun 2010-2014) memiliki
kecenderungan meningkat dengan rata-rata pertumbuhan sebesar 17,53% per tahun.
Jaringan jalan dengan kondisi rusak dan rusak berat memiliki nilai dengan kecenderungan
menurun dalam kurun waktu tahun 2010-2014 dengan rata-rata pertumbuhan -16,14% per

RPJMD Provinsi Kalimantan Utara Tahun 2016-2021 II - 104


tahun untuk jaringan jalan kondisi rusak dan -8,69% per tahun untuk jaringan jalan kondisi
rusak berat. Melihat rata-rata pertumbuhan yang meningkat untuk jaringan jalan kondisi
baik dan sedang, juga menurunnya nilai rata-rata pertumbuhan untuk jaringan jalan
kondisi rusak dan rusak berat menunjukkan adanya upaya-upaya perbaikan dan
pemeliharaan jalan yang dilakukan oleh pemerintah lingkup Provinsi Kalimantan Utara.
Tabel 2.3.1.C.2
Proporsi Panjang Jaringan Jalan Dalam Kondisi Baik Tahun 2010-2014
di Provinsi Kalimantan Utara
Uraian 2010 2011 2012 2013 2014
Panjang jalan kondisi baik 1.282,98 1.475,44 1.432,46 1.555,53 1.767,475
(km)
Panjang jalan seluruhnya 2.913,00 3.134,99 3.446,99 3.866,97 4.055,214
(km)
Proporsi panjang jaringan 0,440 0,471 0,416 0,402 0,436
jalan dalam kondisi baik
Persentase panjang 44,04 47,06 41,56 40,23 43,59
jaringan jalan dalam
kondisi baik
Sumber : Kabupaten/Kota Dalam Angka Tahun 2010-2015 dengan Hasil Olahan

Proporsi panjang jaringan jalan dalam kondisi baik merupakan hasil perbandingan
antara panjang jalan kondisi baik dengan panjang jalan seluruhnya. Indikator proporsi
jaringan jalan dalam kondisi baik ini mengindikasikan kualitas jalan dari keseluruhan
panjang jalan, dimana jaringan jalan yang baik merupakan salah satu kebutuhan
masyarakat pada khususnya dan wilayah pada umumnya yang sangat krusial, dimana hal
tersebut berkaitan erat dengan pertumbuhan ekonomi suatu wilayah. Infrastruktur jalan
yang baik adalah modal sosial masyarakat dalam menjalani roda perekonomian, sehingga
pertumbuhan ekonomi yang tinggi tidak mungkin dicapai tanpa ketersediaan infrastruktur
jalan yang baik dan memadai.
Proporsi panjang jaringan jalan dalam kondisi baik di Provinsi Kalimantan Utara
menunjukkan kecenderungan meningkat dalam kurun waktu tahun 2010-2014, yakni 0,440
pada tahun 2010 meningkat menjadi 0,436 pada tahun 2014, atau dengan rata-rata
pertumbuhan sebesar -0,26% per tahun. Penurunan rata-rata pertumbuhan pada indikator
proporsi panjang jaringan jalan dalam kondisi baik ini dipengaruhi dengan jumlah panjang
jalan kondisi baik yang fluktuatif dengan kecenderungan meningkat.

RPJMD Provinsi Kalimantan Utara Tahun 2016-2021 II - 105


Tabel 2.3.1.C.3
Panjang Jaringan Jalan Berdasarkan Kondisi Menurut Kabupaten/Kota Tahun 2014
Provinsi Kalimantan Utara
Kondisi Jalan (km) Jalan secara
NO Kabupaten/kota
Baik Sedang Rusak Rusak Berat keseluruhan
1 Bulungan 550,320 405,337 43,309 4,717 1.003,683
2 Malinau 245,68 1.229,96 89,35 75,5 1.640,490
3 Nunukan 570,40 266,12 37,73 60,67 934,920
4 Tana Tidung 214,09 10,05 23,95 0 248,090
5 Tarakan 186,985 33,751 7,295 0 228,031
Jumlah 1.767,475 1.945,218 201,634 140,887 4.055,214
Sumber : Kabupaten/Kota Dalam Angka Tahun 2008-2015 dengan Hasil Olahan

Kondisi panjang jaringan jalan di kabupaten/kota lingkup Provinsi Kalimantan Utara


umumnya didominasi oleh kondisi jalan baik, kecuali Kabupaten Malinau yang jaringan
jalannya didominasi oleh kondisi jalan sedang (74,98%). Secara keseluruhan, jaringan jalan
didominasi oleh kondisi jalan sedang (47,97%) dan kondisi jalan sedang (43,59%),
sedangkan hanya sebagian kecil saja kondisi jalan yang rusak dan rusak berat, yakni 4,97%
untuk kondisi jalan rusak dan 3,47% untuk kondisi jalan rusak.
Berdasarkan Peraturan Menteri Pekerjaan Umum No. 01/PRT/M/2014 tentang
Standar Pelayanan Minimal (SPM) Bidang Pekerjaan Umum dan Tata Ruang disebutkan
bahwa penyediaan jalan untuk melayani kebutuhan masyarakat salah satunya diukur
dengan indikator persentase tingkat kondisi jalan. Indikator persentase tingkat kondisi
jalan sebagaimana yang disebutkan dalam peraturan tersebut adalah panjang jaringan
panjang jalan kondisi baik dan sedang. Indikator tersebut dihasilkan dari perbandingan
antara panjang jalan memenuhi kondisi jalan baik dan sedang dengan total keseluruhan
panjang jalan.
Tabel 2.3.1.C.4
Persentase Tingkat Kondisi Jalan Baik dan Sedang Tahun 2010 2014
di Provinsi Kalimantan Utara
Uraian 2010 2011 2012 2013 2014
Panjang jalan kondisi baik 2.302,57 2.509,52 2.999,99 3.495,21 3712,693
dan sedang
Panjang jalan seluruhnya 2.913,00 3.134,99 3.446,99 3.866,97 4055,214
Persentase tingkat kondisi 79,04 80,05 87,03 90,39 91,55
jalan baik dan sedang
Sumber : Kabupaten/Kota Dalam Angka Tahun 2008-2015 dengan Hasil Olahan

Persentase tingkat kondisi jalan baik dan sedang memiliki kecenderungan


meningkat dalam kurun waktu tahun 2010 hingga tahun 2014, dengan rata-rata
pertumbuhan sebesar 3,74% per tahun. Hal ini dipengaruhi oleh jumlah panjang jalan
kondisi baik dan sedang yang juga mengalami peningkatan dalam kurun waktu yang sama
yakni 2.302,57 km pada tahun 2010 meningkat menjadi 3.712,693 km pada tahun 2014
atau dengan rata-rata pertumbuhan sebesar 12,69% per tahun.

RPJMD Provinsi Kalimantan Utara Tahun 2016-2021 II - 106


Dikutip dari peraturan yang sama (Peraturan Menteri Pekerjaan Umum No.
01/PRT/M/2014), target capaian SPM penyediaan jalan untuk melayani kebutuhan
masyarakat melalui peningkatan kualitas layanan jalan adalah tingkat kondisi jalan baik
dan sedang sebesar 60% pada tahun 2019. Melihat capaian tingkat kondisi jalan baik dan
sedang dalam kurun waktu tahun 2010 hingga 2014 sudah melampaui target yang
ditetapkan bahkan pada tahun 2014 sudah mencapai 91,55%.

2. Rasio Jaringan Irigasi


Jaringan irigasi sebagaimana yang dijelaskan dalam Lampiran 1 Permendagri
54/2010 merupakan saluran, bangunan, dan bangunan pelengkapnya yang diperlukan
untuk pengaturan air, mulai dari penyediaan, pengambilan, pembagian, pemberian dan
penggunaannya. Jaringan irigasi merupakan salah satu infrastruktur yang diperlukan untuk
peningkatan produksi pertanian. Secara operasional jaringan irigasi dibedakan ke dalam
tiga kategori yaitu jaringan irigasi primer, sekunder dan tersier. Indikator rasio jaringan
irigasi merupakan hasil perbandingan antara panjang saluran irigasi dengan luas lahan
budidaya pertanian. Data irigasi yang telah didapatkan adalah data panjang irigasi
Kabupaten Tana Tidung tahun 2014, yakni sepanjang 710 meter.

3. Rasio Tempat Ibadah per Satuan Penduduk


Indikator tempat ibadah per satuan penduduk sebagaimana yang disebutkan dalam
Lampiran 1 Permendagri 54/2010 didapatkan dari perbandingan jumlah tempat ibadah
dengan jumlah penduduk per 1000 penduduk. Berkaitan dengan tempat ibadah, indikator
rasio tempat ibadah per satuan penduduk ini akan lebih tepat apabila pembanding yang
digunakan dalam penghitungan indikator tersebut menggunakan jumlah pemeluk agama.
Dengan demikian, indikator ini berganti menjadi rasio tempat ibadah per satuan pemeluk
agama.

RPJMD Provinsi Kalimantan Utara Tahun 2016-2021 II - 107


Tabel 2.3.1.C.5
Jumlah Tempat Ibadah Menurut Kabupaten/Kota Tahun 2010-2014
di Provinsi Kalimantan Utara
Uraian Kabupaten/Kota 2010 2011 2012 2013 2014
Masjid/Musholla Bulungan 143 223 233 241 253
Malinau 33 37 43 43 35
Nunukan 219 - 204 219 208
Tana Tidung 30 30 39
Tarakan 206 206 189 158 195
Kalimantan Utara 601 466 699 691 730
Gereja Katolik Bulungan 25 28 35 35
Malinau 33 30 33 33 33
Nunukan 30 - 30 30 39
Tana Tidung 15 15 15
Tarakan 12 12 6 6 6
Kalimantan Utara 75 67 112 119 128
Gereja Protestan Bulungan 88 82 116 116
Malinau 145 147 176 176 157
Nunukan 125 - 130 128 74
Tana Tidung 8 8 8
Tarakan 53 53 50 45 50
Kalimantan Utara 323 288 446 473 405
Pura Bulungan 1 1 1 1 1
Malinau 0 0 0 0 0
Nunukan 0 - 0 0 0
Tana Tidung 0 0 0
Tarakan 1 1 1 1 1
Kalimantan Utara 2 2 2 2 2
Vihara Bulungan 1 1 1 1
Malinau 1 1 1 1 1
Nunukan 0 - 1 1 -
Tana Tidung 0 0 1
Tarakan 7 7 6 4 4
Kalimantan Utara 8 9 9 7 7
Sumber : Kabupaten/Kota Dalam Angka Tahun 2008-2015 dengan Hasil Olahan

Jumlah tempat ibadah di Provinsi Kalimantan Utara secara umum memiliki


kecenderungan meningkat dalam kurun waktu tahun 2010 hingga tahun 2014. Jumlah
masjid hingga tahun 2014 tercatat sebannyak 730 unit dengan rata-rata pertumbuhan
sebesar 4,98% per tahun. Jumlah gereja Katolik juga memiliki peningkatan dengan rata-
rata pertumbuhan sebesar 14,30% per tahun, sedangkan untuk jumlah gereja Protestan
mengalami penurunan sebesar 5,82% per tahun. Jumlah pura memiliki kecenderungan
tetap dari tahun 2010 hingga tahun 2014, yakni sebanyak 2 unit, sedangkan jumlah vihara
memiliki kecenderungan menurun dalam kurun waktu tahun 2010 hingga tahun 2014.

RPJMD Provinsi Kalimantan Utara Tahun 2016-2021 II - 108


Tabel 2.3.1.C.6
Jumlah Pemeluk Agama Menurut Kabupaten/Kota Tahun 2010-2014
di Provinsi Kalimantan Utara
Uraian Kabupaten/ Kota 2010 2011 2012 2013 2014
Islam Bulungan 96.528 101.752 105.342 112.924 118.325
Malinau 21.927 24.769 26.520 28.327 23.565
Nunukan 84.088 106.408 106.406 106.406 124.646
Tana Tidung *)
Tarakan 154.523 157.653 157.653 157.653 172.469
Kalimantan Utara 357.066 390.582 395.921 405.310 439.005
Katolik Bulungan 8.416 8.546 8.773 9.212 9.661
Malinau 6.030 6.336 6.441 6.608 5.916
Nunukan 10.513 10.660 10.815 10.615 11.930
Tana Tidung *)
Tarakan 7.606 3.751 6.458 6.458 5.727
Kalimantan Utara 32.565 29.293 32.487 32.893 33.234
Protestan Bulungan 30.151 30.698 31.251 32.613 33.706
Malinau 42.830 45.215 46.080 47.965 42.130
Nunukan 46.035 42.754 43.995 43.995 31.521
Tana Tidung *)
Tarakan 25.883 12.889 19.886 19.886 27.868
Kalimantan Utara 144.899 131.556 141.212 144.459 135.225
Hindu Bulungan 95 102 88 96 96
Malinau 51 60 75 84 60
Nunukan 43 15 415 415 98
Tana Tidung *)
Tarakan 359 90 1.100 1.100 103
Kalimantan Utara 548 267 1.678 1.695 357
Budha Bulungan 720 733 741 758 768
Malinau 244 274 305 293 241
Nunukan 162 146 687 687 280
Tana Tidung *)
Tarakan 4.999 2.157 9.600 9.600 3.238
Kalimantan Utara 6.125 3.310 11.333 11.338 4.527
Sumber : Kabupaten/Kota Dalam Angka Tahun 2008-2015 dengan Hasil Olahan

Jumlah pemeluk agama didominasi oleh pemeluk agama Islam, yakni sebanyak
439.005 jiwa, pemeluk agama Protestan sebanyak 135.225 jiwa, dan pemeluk agama
Katolik sebanyak 33.234 jiwa. Secara umum, jumlah pemeluk agama pada masing-masing
agama memiliki kecenderungan meningkat, kecuali pada pemeluk agama Protestan,
Hindu, dan Budha yang memiliki kecenderungan menurun dalam kurung waktu tahun 2010
hingga tahun 2014.

RPJMD Provinsi Kalimantan Utara Tahun 2016-2021 II - 109


Tabel 2.3.1.C.7
Rasio Tempat Ibadah per Satuan Pemeluk Agama Menurut Kabupaten/Kota
Tahun 2010-2014 di Provinsi Kalimantan Utara
Uraian Kabupaten/ Kota 2010 2011 2012 2013 2014
Islam Bulungan 1,48 2,19 2,21 2,13 2,14
Malinau 1,50 1,49 1,62 1,52 1,49
Nunukan 2,60 1,92 2,06 1,67
Tana Tidung
Tarakan 1,33 1,31 1,20 1,00 1,13
Kalimantan Utara 1,68 1,19 1,77 1,70 1,66
Katolik Bulungan - 2,93 3,19 3,80 3,62
Malinau 5,47 4,73 5,12 4,99 5,58
Nunukan 2,85 2,77 2,83 3,27
Tana Tidung
Tarakan 1,58 3,20 0,93 0,93 1,05
Kalimantan Utara 2,30 2,29 3,45 3,62 3,85
Protestan Bulungan - 2,87 2,62 3,56 3,44
Malinau 3,39 3,25 3,82 3,67 3,73
Nunukan 2,72 2,95 2,91 2,35
Tana Tidung
Tarakan 2,05 4,11 2,51 2,26 1,79
Kalimantan Utara 2,23 2,19 3,16 3,27 3,00
Hindu Bulungan 10,53 9,80 11,36 10,42 10,42
Malinau - - - - -
Nunukan - - - -
Tana Tidung
Tarakan 2,79 11,11 0,91 0,91 9,71
Kalimantan Utara 3,65 7,49 1,19 1,18 5,60
Budha Bulungan - 1,36 1,35 1,32 1,30
Malinau 4,10 3,65 3,28 3,41 4,15
Nunukan - 1,46 1,46
Tana Tidung
Tarakan 1,40 3,25 0,63 0,42 1,24
Kalimantan Utara 1,31 2,72 0,79 0,62 1,55
Sumber : Kabupaten/Kota Dalam Angka Tahun 2008-2015 dengan Hasil Olahan

Rasio tempat ibadah per satuan pemeluk agama memiliki kecenderungan meningkat
dalam kurun waktu tahun 2010 hingga tahun 2014, kecuali pada rasio gereja Protestan per
satuan pemeluk agama Protestan yang memiliki kecenderungan menurun. Pada tahun
2011, rasio tempat ibadah per satuan pemeluk Provinsi Kalimantan Utara tidak dapat
digunakan untuk melihat gambaran kondisi rasionya, hal ini dikarenakan pada tahun
berkenaan (tahun 2011) tidak dapat ditemukan data tempat ibadah di Kabupaten
Nunukan, sehingga apabila tetap dilakukan perhitungan maka hasilnya akan bias.

4. Persentase Rumah Tinggal Bersanitasi


Rumah tinggal bersanitasi merupakan salah satu faktor yang menjadi sebuah
indikator dalam penilaian kriteria rumah layak huni. Rumah tinggal berakses sanitasi
sekurang-kurangnya mempunyai akses untuk memperoleh layanan sanitasi, diantaranya
adalah fasilitas air bersih, pembuangan tinja, pembuangan air limbah (air bekas), dan
pembuangan sampah. Indikator persentase rumah tinggal bersanitasi didapatkan dari
perbandingan antara jumlah rumah tinggal berakses sanitasi dengan jumlah rumah tinggal

RPJMD Provinsi Kalimantan Utara Tahun 2016-2021 II - 110


dikalikan dengan bilangan 100. Data yang tersedia tidak dapat menjelaskan mengenai
kondisi rumah tinggal bersanitasi di Provinsi Kalimantan Utara, hal ini dikarenakan tidak
setiap kabupaten/kota didapatkan datanya.
Tabel 2.3.1.C.8
Persentase Rumah Tinggal Bersanitasi Menurut Kabupaten/Kota
Tahun 2010-2014 di Provinsi Kalimantan Utara
Uraian Kabupaten/ Kota 2010 2011 2012 2013 2014
Jumlah Bulungan - 20.039 19.789
rumah Malinau 424 9.165 9.684
tinggal Nunukan
berakses Tana Tidung - - -
sanitasi Tarakan 1.392 36.798 36.798
Kalimantan Utara 1.816 66.002 66.271
Jumlah Bulungan - 26.719 26.719
rumah Malinau 11.845 10.825 11.015
tinggal Nunukan 41.087 41.087 1.661
Tana Tidung 2.560 2.560 2.560
Tarakan 44.000 78.908 82.815
Kalimantan Utara 99.492 160.099 124.770
Persentase Bulungan 74,999 74,063
rumah Malinau 3,580 84,665 87,916
tinggal Nunukan 0 0 0
bersanitasi Tana Tidung 0 0 0
Tarakan 3,164 46,634 44,434
Kalimantan Utara 1,825 41,226 53,115
Sumber : Data RPJPD Provinsi Kalimantan Utara Tahun 2005-2025

5. Rasio Tempat Pemakaman Umum (TPU) per Satuan Penduduk


Indikator rasio Tempat Pemakaman Umum (TPU) per satuan penduduk merupakan
hasil perbandingan antara jumlah daya tampung TPU dengan jumlah penduduk per 1000
penduduk. Permendagri 54/2010 menjabarkan pemakaman menjadi tiga, yakni Tempat
Pemakaman Umum (TPU), Tempat Pemakaman Bukan Umum (TPBU), dan Tempat
Pemakaman Khusus (TPK). Indikator rasio tempat pemakaman umum (TPU) per satuan
penduduk di Kalimantan Utara tidak dapat dihitung, hal ini dikarenakan tidak
ditemukannya data mengenai jumlah daya tampung tempat pemakaman itu sendiri.

6. Rasio Tempat Pembuangan Sampah per Satuan Pneduduk


Indikator rasio Tempat Pembuangan Sampah (TPS) per satuan penduduk merupakan
hasil perbandingan antara jumlah daya tampung TPS dengan jumlah penduduk per 1000
jumlah penduduk. Data yang tersedia lengkap untuk menghitung indikator rasio tempat
pembuangan sampah (TPS) per satuan penduduk di Provinsi Kalimantan Utara adalah data
untuk tahun 2011 dan 2012. Jumlah daya tampung TPS dalam kurun waktu tahun 2011
hingga tahun 2012 mengalami penurunan, hal tersebut berbanding lurus dengan rasio TPS
per satuan penduduk yang juga mengalami penurunan, dari 6,619 m3/jiwa menurun
menjadi 5,621 m3/jiwa, dengan penurunan sebesar 15,07%.

RPJMD Provinsi Kalimantan Utara Tahun 2016-2021 II - 111


Tabel 2.3.1.C.9
Rasio Tempat Pembuangan Sampah (TPS) Per Satuan Penduduk Menurut Kabupaten/Kota
Tahun 2010-2014 di Provinsi Kalimantan Utara
Uraian Kabupaten/ Kota 2010 2011 2012 2013 2014
Jumlah daya Bulungan - 660,00 150,00
tampung TPS (m3) Malinau - 2000 2000
Nunukan 223,00 223,00 319,20
Tana Tidung - 170 170
Tarakan 570,00 570,00 570,00
Kalimantan Utara 793,00 3623,00 3209,20
Jumlah penduduk Bulungan 112.663 117.019 120.600 122.985 126.096
Malinau 59.555 62.580 66.845 71.501 74.469
Nunukan 141.927 148.822 155.680 162.711 170.042
Tana Tidung 15.202 16.356 17.079 18.985 20.400
Tarakan 194.800 202.600 210.700 218.800 227.200
Kalimantan Utara 524.147 547.377 570.904 594.982 618.207
Rasio tempat Bulungan 5,640 1,244
pembuangan Malinau 30,185 29,920
sampah (TPS) per Nunukan 1,571 1,498 2,050
satuan penduduk Tana Tidung 10,394 9,954
Tarakan 2,926 2,813 2,705
Kalimantan Utara 1,513 6,619 5,621
Sumber : Data RPJPD Kalimantan Utara Tahun 2005-2025

7. Rasio Rumah Layak Huni


Indikator rasio rumah layak huni merupakan hasil perbandaingan antara jumlah
rumah layak huni dengan jumlah penduduk. Data yang tersedia dalam tabel berikut tidak
dapat menggambarkan kondisi rasio rumah layak huni di Provinsi Kalimantan Utara, hal
tersebut dikarenakan tidak ditemukannya data kabupaten/kota dan data provinsi secara
lengkap. Data terakhir yang didapatkan adalah jumlah rumah layak huni di Kabupaten
Tana Tidung tahun 2012 hingga tahun 2014.
Tabel 2.3.1.C.10
Rasio Rumah Layak Huni Menurut Kabupaten/Kota Tahun 2010-2014
di Provinsi Kalimantan Utara
Uraian Kabupaten/ Kota 2010 2011 2012 2013 2014
Jumlah rumah Bulungan 21.776
layak huni Malinau 11.619 10.151
Nunukan 22.284 30.380
Tana Tidung - 3.216 134 150 90
Tarakan 34.926 43.550 37.315
Kalimantan Utara 57.210 110.541 47.466
Jumlah penduduk Bulungan 112.663 117.019 120.600 122.985 126.096
Malinau 59.555 62.580 66.845 71.501 74.469
Nunukan 141.927 148.822 155.680 162.711 170.042
Tana Tidung 15.202 16.356 17.079 18.985 20.400
Tarakan 194.800 202.600 210.700 218.800 227.200
Kalimantan Utara 524.147 547.377 570.904 594.982 618.207
Rasio rumah layak Bulungan 5,640 1,244
huni Malinau 30,185 29,920
Nunukan 1,571 1,498 2,050
Tana Tidung 10,394 9,954
Tarakan 2,926 2,813 2,705
Kalimantan Utara 1,513 6,575 5,621
Sumber : Data RPJPD Kalimantan Utara Tahun 2005-2025

RPJMD Provinsi Kalimantan Utara Tahun 2016-2021 II - 112


8. Rasio Permukiman Layak Huni
Pada Lampiran 1 Permendagri 54/2010 disebutkan bahwa permukiman adalah
bagian dari lingkungan hidup (di luar kawasan lindung) yang berfungsi sebagai lingkungan
tempat tinggal atau hunian dan tempat kegiatan yang mendukung perikehidupan dan
penghidupan. Indikator rasio permukiman layak huni merupakan hasil perbandingan antara
luas permukiman layak huni dengan luas keseluruhan wilayah permukiman. Indikator ini
digunakan untuk mengetahui proporsi luas permukiman layak huni terhadap keseluruhan
luas permukiman. Data yang tersedia adalah data luas permukiman secara umum yakni
seluas 37.136,59 hektar yang terbagi atas permukiman perkotaan seluas 29.224,81 hektar
dan permukiman perdesaan seluas 7.911,78 hektar.

9. Panjang Jalan Dilalui Roda 4


Indikator panjang jalan dilalui roda empat merupakan hasil perbandingan dari
jumlah panjang jalan baik jalan nasional, jalan provinsi, jalan kabupaten/kota, dan jalan
desa (lokal) dengan jumlah penduduk. Indikator ini digunakan untuk menunjukkan rasio
panjang jalan di suatu wilayah yang dapat dilalui oleh kendaraan roda empat untuk
melayani per 1000 penduduk.
Tabel 2.3.1.C.11
Panjang Jalan Dilalui Roda 4 Tahun 2010-2014
di Provinsi Kalimantan Utara
Uraian 2010 2011 2012 2013 2014
Jumlah panjang jalan 2.913,00 3.134,99 3.446,99 3.866,97 4.055,21
Jumlah penduduk 524.147 547.377 570.904 594.982 618.207
Panjang jalan dilalui roda 4 0,0056 0,0057 0,0060 0,0065 0,0066

Indikator panjang jalan dilalui roda empat di Provinsi Kalimantan Utara dalam
kurun waktu tahun 2010 hingga tahun 2014 memiliki kecenderungan meningkat dengan
pertumbuhan rata-rata sebesar 4,23% per tahun, yakni 0,0056 pada tahun 2010 meningkat
menjadi 0,0066 pada tahun 2014.
Berdasarkan pedoman penentuan standar pelayanan minimal bidang penataan
ruang, perumahan dan permukiman dan pekerjaan umum (Keputusan Menteri Permukiman
dan Prasarana Wilayah No. 534/KPTS/M/2001), SPM panjang jalan dilalui roda 4 adalah 0,6
km per 1000 penduduk sehingga dengan melihat kondisi yang terjadi di Provinsi
Kalimantan Utara masih perlu banyak pembangunan jalan khususnya yang dapat dilalui
oleh kendaraan roda 4.

RPJMD Provinsi Kalimantan Utara Tahun 2016-2021 II - 113


Tabel 2.3.1.C.12
Panjang Jalan Dilalui Roda 4 Menurut Kabupaten/Kota Tahun 2010-2014
di Provinsi Kalimantan Utara
Uraian Kabupaten/ Kota 2010 2011 2012 2013 2014
Jumlah Bulungan 840,52 857,21 932,80 960,47 1.003,68
panjang jalan Malinau 1.053,75 1.033,54 1.105,98 1.467,99 1.640,49
(Km) Nunukan 694,97 777,24 828,73 856,94 934,92
Tana Tidung 103,70 246,94 354,47 354,47 248,09
Tarakan 220,06 220,06 225,00 227,10 228,03
Kalimantan Utara 2.913,00 3.134,99 3.446,99 3.866,97 4.055,21
Jumlah Bulungan 112.663 117.019 120.600 122.985 126.096
penduduk Malinau 59.555 62.580 66.845 71.501 74.469
Nunukan 141.927 148.822 155.680 162.711 170.042
Tana Tidung 15.202 16.356 17.079 18.985 20.400
Tarakan 194.800 202.600 210.700 218.800 227.200
Kalimantan Utara 524.147 547.377 570.904 594.982 618.207
Panjang jalan Bulungan 0,007 0,007 0,008 0,008 0,008
dilalui Roda 4 Malinau 0,018 0,016 0,017 0,021 0,022
Nunukan 0,005 0,005 0,005 0,005 0,005
Tana Tidung 0,007 0,015 0,021 0,019 0,012
Tarakan 0,001 0,001 0,001 0,001 0,001
Kalimantan Utara 0,0056 0,0057 0,0060 0,0065 0,0066
Sumber : Kabupaten/Kota Dalam Angka Tahun 2008-2015 dengan Hasil Olahan

10. Panjang Jalan Kabupaten (Provinsi) Dalam Kondisi Baik (>40 Km/Jam)
Berdasarkan Data Dasar Prasarana Provinsi, Kabupaten/Kota Tahun 2015
sebagaimana yang tertuang dalam Keputusan Gubernur Kalimantan Utara Nomor
188.44/K.128/2015 dan Nomor 188.44/K.129/2015, terdapat 60 ruas jalan yang telah
ditetapkan sebagai jalan provinsi. Keputusan Gubernur Kalimantan Utara Nomor
188.44/K.128/2015 tentang Penetapan Ruas-Ruas Jalan Menurut Statusnya Sebagai Jalan
Provinsi Kalimantan Utara menetapkan 28 ruas jalan sebagai jalan provinsi, dan menurut
Keputusan Gubernur Kalimantan Utara Nomor 188.44/K.128/2015 tentang Penetapan Ruas
Jalan Sebagai Jalan Strategis Provinsi Kalimantan Utara menetapkan 32 ruas jalan sebagai
jalan strategis provinsi.
Tabel 2.3.1.C.13
Kondisi Jalan per Ruas Jalan Menurut Data Dasar Prasarana Provinsi, Kabupaten/Kota
Tahun 2015 di Provinsi Kalimantan Utara
Panjang Tiap Kondisi (%) Akses ke
Nama Ruas Kecamatan
No Rusak Rusak Jalan Keterangan
Jalan yang dilalui Baik Sedang
Ringan Berat N/P/K
1 Sabanar Raya Tanjung 6,526 N Mendukung Jalan Status
Selor Yang Lebih Tinggi
2 Sabanar Lama Tanjung 0,8 3,2 P Mendukung Jalan Status
- Sabanar Selor Yang Lebih Tinggi
Baru
3 Sabanar Baru Tanjung 3,585 P Mendukung Jalan Status
- Selimau I Selor Yang Lebih Tinggi
4 Selimau I - Tanjung 2,285 P Menunjang Daerah
Selimau III Selor Potensial
5 Manunggal Tanjung 2,72 N Mendukung Jalan Status
Selor Yang Lebih Tinggi
6 Ulin Bandara Tanjung 0,18 N Mendukung Jalan Status
Tanjung Selor Yang Lebih Tinggi
Harapan

RPJMD Provinsi Kalimantan Utara Tahun 2016-2021 II - 114


Panjang Tiap Kondisi (%) Akses ke
Nama Ruas Kecamatan
No Rusak Rusak Jalan Keterangan
Jalan yang dilalui Baik Sedang
Ringan Berat N/P/K
Tanjung Selor
7 Jeruk Tanjung Tanjung 1,133 N Mendukung Jalan Status
Selor Selor Yang Lebih Tinggi
8 Durian Tanjung 1,24 N Mendukung Jalan Status
Tanjung Selor Selor Yang Lebih Tinggi
9 Semangka Tanjung 1,12 0,28 N Mendukung Jalan Status
Tanjung Selor Selor Yang Lebih Tinggi
10 Pahlawan Tanjung 0,303 N Mendukung Jalan Status
Tanjung Selor Selor Yang Lebih Tinggi
11 Cendana Tanjung 0,64 0,96 N Mendukung Jalan Status
Tanjung Selor Selor Yang Lebih Tinggi
12 Padaelo Tanjung 0,9 N Mendukung Jalan Status
Tanjung Selor Selor Yang Lebih Tinggi
13 Trans Tanjung 5,2 N Mendukung Jalan Status
Kalimantan - Palas Yang Lebih Tinggi
Kasimuddin -
Lebong
14 Budiman Tanjung 16,565 N Mendukung Jalan Status
Arifin - Palas Yang Lebih Tinggi
Salimbatu
15 Salimbatu - Tanjung 15,854 P Mendukung Jalan Status
Klubir (Sp III) Palas Tengah Yang Lebih Tinggi
16 Trans Tanjung 6,5 N Mendukung Jalan Status
Kalimantan - Palas Utara Yang Lebih Tinggi
Klubir (Sp III)

17 Selimau III - Tanjung 3,2 P Menunjang Daerah


Pelabuhan Selor Potensial
Pesawan
18 Outer Ring Tanjung 75 N Proses perencanaan
Road Tanjung Selor
Selor
19 Trans Tanjung 43,482 28,988 P Menunjang Daerah
Kalimantan Palas Timur Potensial
(Sp. 3 Tanah
Kuning) -
Tanah Kuning
20 Tanah Kuning Tanjung 10,124 P Menunjang Daerah
- Mangkupadi Palas Timur Potensial
21 Mangkupadi - Tanjung 5,554 P Menunjang Daerah
Pindada Palas Timur Potensial
22 Pindada - Tanjung 6,2 P Menunjang Daerah
Kampung Palas Timur Potensial
Baru
23 Kampung Tanjung 24,9 P Menunjang Daerah
Baru - Karang Palas Timur Potensial
Tigau - Batas
Bulungan
Berau
24 Trans Tanjung 4,8 N Menunjang Daerah
Kalimantan - Palas Utara Potensial
Pelabuhan
Ferry Ancam
25 Gunung Tanjung 49,55 P Menunjang Daerah
Seriang - Long Palas Barat Potensial
Beluah
26 Long Beluah - Peso 90 P Menunjang Daerah
Long Peso Potensial
27 Koridor Tanjung 30 N Proses perencanaan
Bulungan - Palas Utara
Tarakan Ruas
Sekatak Buji -

RPJMD Provinsi Kalimantan Utara Tahun 2016-2021 II - 115


Panjang Tiap Kondisi (%) Akses ke
Nama Ruas Kecamatan
No Rusak Rusak Jalan Keterangan
Jalan yang dilalui Baik Sedang
Ringan Berat N/P/K
Liagu
28 Koridor Tanjung 50 N Proses perencanaan
Bulungan - Palas Utara
Tarakan Ruas
Ancam
29 Jenderal Tarakan 1,68 0,42 N Mendukung Jalan Status
Sudirman Barat Yang Lebih Tinggi
30 Gajah Mada Tarakan 0,84 0,21 N Mendukung Jalan Status
Barat Yang Lebih Tinggi
31 Kusuma Tarakan 2,8 0,7 N Mendukung Jalan Status
Bangsa Barat Yang Lebih Tinggi
32 Sungai Tarakan 1,84 0,46 P Mendukung Jalan Status
Sesayap Timur Yang Lebih Tinggi
33 Sungai Kapuas Tarakan 1,08 0,27 P Mendukung Jalan Status
Timur Yang Lebih Tinggi
34 Sungai Tarakan 1,08 0,27 P Mendukung Jalan Status
Brantas Timur Yang Lebih Tinggi
35 Sungai Kayan Tarakan 5 1,25 P Mendukung Jalan Status
Timur Yang Lebih Tinggi
36 Amal Baru Tarakan 0,6 0,15 P Menunjang Daerah
Timur Potensial
37 Amal Lama Tarakan 2,16 0,54 P Menunjang Daerah
Timur Potensial
38 Gunung Tarakan 3,6 0,9 P Mendukung Jalan Status
Selatan Tengah Yang Lebih Tinggi
39 Aki Balak Tarakan 5 1,25 N Mendukung Jalan Status
Barat Yang Lebih Tinggi
40 Aji Iskandar Tarakan 5,76 1,44 P Mendukung Jalan Status
Barat Yang Lebih Tinggi
41 Bhayangkara Tarakan 3,6 0,9 N Mendukung Jalan Status
Barat Yang Lebih Tinggi
42 Ring Road Tarakan 28,6 P Menunjang Daerah
Kota Tarakan Utara Potensial
(Juata Laut -
Pantai Amal)
43 Aki Pingka - Tarakan 2,8 0,7 P Mendukung Jalan Status
Suwaran - Barat Yang Lebih Tinggi
Koridor
Bulungan -
Tarakan Sisi
Tarakan
44 Ahmad Yani Sesayap 1,75 P Mendukung Jalan Status
KTT Yang Lebih Tinggi
45 Trans Sesayap 7,6 1,9 N Mendukung Jalan Status
Kalimantan - Yang Lebih Tinggi
Tideng Pale
46 Trans Sesayap 10,325 4,425 N Menunjang Daerah
Kalimantan - Potensial
Pelabuhan
Sesayap KTT
47 Long Bawan - Krayan 11 P Membuka Daerah
Long Midang - Perbatasan dan Terisolir
Batas Negara
48 Long Bawan - Krayan 24,7 P Membuka Daerah
Lembudud - Perbatasan dan Terisolir
Ruan Bekang
49 Lembudud - Krayan 28,15 P Membuka Daerah
Long Layu Selatan Perbatasan dan Terisolir
50 Long Layu - Krayan 15,3 P Membuka Daerah
Sumur Garam Selatan Perbatasan dan Terisolir
51 Long Layu - Krayan 9,3 P Membuka Daerah
Pa'upan Selatan Perbatasan dan Terisolir

RPJMD Provinsi Kalimantan Utara Tahun 2016-2021 II - 116


Panjang Tiap Kondisi (%) Akses ke
Nama Ruas Kecamatan
No Rusak Rusak Jalan Keterangan
Jalan yang dilalui Baik Sedang
Ringan Berat N/P/K
52 Pa'upan - Krayan 20,7 P Membuka Daerah
Long Rungan Selatan Perbatasan dan Terisolir
53 Long Rungan - Krayan 16 P Membuka Daerah
Long Padi Selatan Perbatasan dan Terisolir
54 Long Padi - Krayan 7,4 P Membuka Daerah
Binuang Selatan Perbatasan dan Terisolir
55 Long Bawan - Krayan 37,5 P Membuka Daerah
Kampung Perbatasan dan Terisolir
Baru -
Pa'betung -
Pa'pani
56 Kampung Krayan 16,5 P Membuka Daerah
Baru - Long Perbatasan dan Terisolir
Umung -
Pa'raye
57 Long Umung - Krayan 14,25 P Membuka Daerah
Wa'yagung Perbatasan dan Terisolir
58 Lingkar Pulau Nunukan 70 P Mendukung Jalan Status
Nunukan Yang Lebih Tinggi
59 Coastal Road Nunukan 15 N Mendukung Jalan Status
Nunukan Yang Lebih Tinggi
60 Ring Road Malinau 20 N Mendukung Jalan Status
Malinau Yang Lebih Tinggi
TOTAL 45,176 103,197 223,262 527,854
Sumber : Bidang Bina Marga, Dinas Pekerjaan Umum dan Tata Ruang Provinsi Kalimantan Utara dalam Data Dasar Prasarana
Provinsi, Kabupaten/Kota Tahun 2015

Ke-60 ruas jalan provinsi yang telah ditetapkan dalam Keputusan Gubernur
Kalimantan Utara tersebut, 28 ruas jalan terdapat di Kabupaten Bulungan, 1 ruas jalan di
Kabupaten Malinau, 13 ruas jalan di Kabupaten Nunukan, 3 ruas jalan di Kabupaten Tana
Tidung, dan 15 ruas jalan di Kota Tarakan, dengan total panjang jalan provinsi sepanjang
899,489 km.
Tabel 2.3.1.C.14
Kondisi Jalan per Ruas Jalan Provinsi Menurut Kabupaten/Kota Tahun 2015
di Provinsi Kalimantan Utara
Kondisi Jalan (km)
Jalan secara
NO Kabupaten/kota Rusak
Baik Sedang Rusak Berat keseluruhan
Ringan
1 Bulungan 7,336 74,062 216,937 193,454 491,789
2 Malinau 0 0 0 20 20
3 Nunukan 0 0 0 285,8 285,8
4 Tana Tidung 0 19,675 6,325 0 26
5 Tarakan 37,840 9,460 0 28,6 75,9
Kalimantan Utara 45,176 103,197 223,262 527,854 899,489
Persentase 5,02 11,47 24,82 58,68
Sumber : Bidang Bina Marga, Dinas Pekerjaan Umum dan Tata Ruang Provinsi Kalimantan Utara dalam Data Dasar Prasarana
Provinsi, Kabupaten/Kota Tahun 2015

Indikator panjang jalan kabupaten (provinsi) dalam kondisi baik (>40 km/jam)
merupakan hasil perbandingan antara panjang jalan kabupaten (provinsi) dalam kondisi
baik dengan panjang seluruh jalan kabupaten (provinsi) di daerah tersebut dikalikan
dengan bilangan 100. Berdasarkan tabel kondisi jalan per ruas jalan provinsi tersebut,

RPJMD Provinsi Kalimantan Utara Tahun 2016-2021 II - 117


kondisi jalan provinsi di Provinsi Kalimantan Utara masih didominasi oleh kondisi jalan
rusak, yakni sepanjang 527,854 km atau sebesar 58,68% dan kondisi jalan rusak sepanjang
223,262 km atau sebesar 24,82%. Selanjutnya 103,197 km atau 11,47% kondisi ruas jalan
provinsi memiliki kondisi jalan sedang dan hanya 45,176 km atau sebesar 5,02% saja jalan
provinsi yang memiliki kondisi baik. Hal tersebut membutuhkan perhatian besar dari
Pemerintah Provinsi Kalimantan Utara untuk terus berupaya memperbaiki kondisi jalan
khususnya untuk ruas jalan provinsi guna menunjang berbagai kegiatan, khususnya untuk
kegiatan perekonomian, juga untuk meningkatkan interkonektivitas antar wilayah.
Tabel 2.3.1.C.15
Persentase Panjang Jaringan Jalan Provinsi Kondisi Baik dan Sedang Menurut Kabupaten/Kota
Tahun 2015 di Provinsi Kalimantan Utara
Jalan Kondisi Baik Total Panjang Jaringan Persentase Panjang Jalan Provinsi
Kabupaten/kota
dan Sedang (km) Jalan Provinsi (km) Kondisi Baik dan Sedang (%)
Bulungan 81,398 491,789 9,05
Malinau 47,3 75,9 5,26
Nunukan 19,675 26 2,19
Tana Tidung 0 285,8 0,00
Tarakan 0 20 0,00
Jumlah 148,373 899,489 16,50

Hingga tahun 2015, panjang jalan provinsi yang memiliki kondisi baik dan sedang di
Provinsi Kalimantan Utara sepanjang 148,373 km atau sebesar 16,50%. Sesuai dengan
Peraturan Menteri Pekerjaan Umum No. 01/PRT/M/2014, tingkat kondisi jalan baik dan
sedang di Provinsi Kalimantan Utara belum mencapai target yang ditetapkan (60%).

11. Sempadan Sungai yang Dipakai Bangunan Liar


Indikator persentase sempadan sungai yang bangunan liar didapatkan dari
perbandingan antara panjang sempadan sungai yang dipakai bangunan liar dengan panjang
seluruh jalan sempadan sungai. Data yang didapatkan untuk indikator ini adalah data
panjang sempadan sungai yang dipakai bangunan liar di Kabupaten Tana Tidung tahun
2015, yakni sepanjang 5 km.

12. Drainase Dalam Kondisi Baik/Pembuangan Air Tidak Tersumbat


Indikator drainase dalam kondisi baik/pembuangan aliran air tidak tersumbat
merupakan hasi dari perbandingan antara panjang drainase tidak tersumbat pembuangan
aliran air dengan panjang seluruh drainase. Data panjang drainase yang tersedia hanya
Kabupaten Tana Tidung, yakni sepanjang 5,315 km pada tahun 2014.

RPJMD Provinsi Kalimantan Utara Tahun 2016-2021 II - 118


13. Pembangunan Turap di Wilayah Jalan Penghubung dan Aliran Sungai Rawan
Longsor
Indikator persentase pembangunan turap di wilayah jalan penghubung dan aliran
sungai rawan longsor didapatkan dari hasil perbandingan jumlah lokasi pembangunan turap
di wilayah jalan penghubung dan aliran sungai rawan longsor dengan jumlah seluruh
wilayah longsor. Jumlah lokasi pembangunan turap yang tersedia datanya hanya di
Kabupaten Tana Tidung, yakni sebanyak tiga kecamatan.

14. Aksesibilitas
Indikator aspek aksesbilitas merupakan indikator di luar Lampiran 1 Permendagri
54/2010. Indikator aksesibilitas didapatkan dari hasil perbandingan antara panjang jalan
seluruhnya dengan luas wilayah. Dikutip dari Lampiran Peraturan Menteri Pekerjaan Umum
No.14/PRT/M/2010 tentang Standar Pelayanan Minimal Bidang Pekerjaan Umum dan
Penataan Ruang menargetkan untuk indikator aksesibilitas adalah sebesar 100% pada tahun
2014.
Tabel 2.3.1.C.16
Aksesibilitas Tahun 2010-2014 di Provinsi Kalimantan Utara
Uraian 2010 2011 2012 2013 2014
Jumlah panjang jalan (km) 2.913,00 3.134,99 3.446,99 3.866,97 4.055,21
Luas wilayah (km2) 72.324,88 72.324,88 72.275,12 72.275,12 72.597,21
Aksesibilitas 0,040 0,043 0,048 0,054 0,056
Persentase 4,03 4,33 4,77 5,35 5,59
Sumber : Kabupaten/Kota Dalam Angka Tahun 2008-2015 dengan Hasil Olahan

Persentase aksesibilitas di Provinsi Kalimantan Utara masih berada jauh di bawah


target yang ditetapkan oleh SPM Bidang Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang. Hingga
taun 2014, persentase aksesibilitas masih sebesar 5,59%, meskipun demikian persentase
tersebut selalu mengalami peningkatan dalam kurun waktu tahun 2010 hingga tahun 2014
dengan rata-rata pertumbuhan sebesar 8,52% per tahun.
Apabila dilihat dari aksesibilitas masing-masing kabupaten/kota di Provinsi
Kalimantan Utara, persentase aksesbilitas yang sudah mencapai bahkan melampaui target
SPM terdapat di Kota Tarakan yakni sebesar 90,92%, sedangkan empat kabupaten lainnya
masih berada jauh dibawah target SPM.

RPJMD Provinsi Kalimantan Utara Tahun 2016-2021 II - 119


Tabel 2.3.1.C.17
Aksesibilitas Menurut Kabupaten/Kota Tahun 2010-2014
di Provinsi Kalimantan Utara
Uraian Kabupaten/ Kota 2010 2011 2012 2013 2014
Panjang jalan Bulungan 840,52 857,21 932,80 960,467 1.003,683
seluruhnya Malinau 1.053,75 1.033,54 1.105,98 1467,99 1.640,49
(km) Nunukan 694,97 777,24 828,73 856,94 934,92
Tana Tidung 103,70 246,94 354,47 354,47 248,09
Tarakan 220,06 220,06 225,00 227,101 228,031
Kalimantan Utara 2.913,00 3.134,99 3.446,99 3866,968 4055,214
Luas wilayah Bulungan 13.181,92 13.181,92 13.181,92 13.181,92 13.181,92
Malinau 39.799,90 39.799,90 39.766,32 39.766,32 40.088,41
Nunukan 14.263,68 14.263,68 14.247,50 14.247,50 14.247,50
Tana Tidung 4.828,58 4.828,58 4.828,58 4.828,58 4.828,58
Tarakan 250,80 250,80 250,80 250,80 250,80
Kalimantan Utara 72.324,88 72.324,88 72.275,12 72.275,12 72.597,21
Aksesibilitas Bulungan 0,064 0,065 0,071 0,073 0,076
Malinau 0,026 0,026 0,028 0,037 0,041
Nunukan 0,049 0,054 0,058 0,060 0,066
Tana Tidung 0,021 0,051 0,073 0,073 0,051
Tarakan 0,877 0,877 0,897 0,906 0,909
Kalimantan Utara 0,040 0,043 0,048 0,054 0,056
Sumber : Kabupaten/Kota Dalam Angka Tahun 2008-2015 dengan Hasil Olahan

Kabupaten Bulungan memiliki persentase aksesibilitas sebesar 7,61%, Kabupaten


Malinau sebesar 4,09%, Kabupaten Nunukan sebesar 6,56%, dan Kabupaten Tana Tidung
sebesar 5,14%. Hal tersebut perlu mendapatkan perhatian dari pemerintah untuk dapat
meningkatkan kondisi jalan di lingkup Provinsi Kalimantan Utara dalam kaitannya untuk
meningkatkan aksesibilitas wilayah.

15. Rasio Ruang Terbuka Hijau per Satuan Luas Wilayah ber HPL/HGB
Ruang terbuka hijau adalah area memanjang/jalur dan/atau mengelompok, yang
penggunaannya lebih bersifat terbuka, tempat tumbuh tanaman, baik yang tumbuh secara
alamiah maupun yang sengaja ditanam. Ruang terbuka hijau kota merupakan kawasan
perlindungan, yang ditetapkan dengan kriteria:
a. Lahan dengan luas paling sedikit 2.500 (dua ribu lima ratus) meter persegi,
b. berbentuk satu hamparan, berbentuk jalur, atau kombinasi dari bentuk satu
hamparan dan jalur, dan
c. didominasi komunitas tumbuhan.

Agar kegiatan budidaya tidak melampaui daya dukung dan daya tampung
lingkungan, pengembangan ruang terbuka hijau dari luas kawasan perkotaan paling sedikit
30%. Kawasan perkotaan adalah wilayah yang mempunyai kegiatan utama bukan pertanian
dengan susunan fungsi kawasan sebagai tempat permukiman perkotaan, pemusatan dan
distribusi pelayanan jasa pemerintahan, pelayanan sosial, dan kegiatan ekonomi.

RPJMD Provinsi Kalimantan Utara Tahun 2016-2021 II - 120


Rasio ruang terbuka hijau per satuan luas wilayah ber-HPL/HGB didapatkan dari
perhitungan luas ruang terbuka hijau dibagi dengan luas wilayah ber-HPL/HGB. Data
mengenai rasio ruang terbuka hijau per satuan luas wilayah ber-HPL/HGB ini bersumber
dari Laporan Penyelenggaraan Pemerintah Daerah dari masing-masing kabupaten/kota di
Provinsi Kalimantan Utara. Keterbatasan data untuk semua kabupaten dan kota
menyebabkan perubahan rasio ruang terbuka hijau per satuan luas wilayah ber-HPL/HGB
selama tahun 2010 hingga tahun 2013 di provinsi ini tidak dapat diketahui.
Tabel 2.3.1.C.18
Rasio Ruang Terbuka Hijau per Satuan Luas Wilayah Ber-HPL/HGB
Tahun 2010-2013 di Provinsi Kalimantan Utara
Rasio Ruang Terbuka Hijau Per Satuan Luas Wilayah Ber-HPL/HGB
Kabupaten/Kota
2010 2011 2012 2013
Bulungan 0,01 0,22 0,22 0,22
Malinau n/a 0,96 0,96 n/a
Nunukan 0,00 n/a n/a n/a
Tana Tidung n/a n/a 0,25 n/a
Tarakan 0,27 0,00 0,00 0,07
Kalimantan Utara n/a n/a n/a n/a
Sumber:
1) LPPD Kabupaten Malinau Tahun 2011, 2012
2) LPPD Kabupaten Bulungan Tahun 2008, 2009, 2010, 2011, 2012, dan 2013
3) LPPD Kabupaten Nunukan Tahun 2010
4) LPPD Kabupaten Tana Tidung Tahun 2012
5) LPPD Kota Tarakan Tahun 2009, 2010, 2011, 2012, dan 2013

Catatan : Data Provinsi Kallimantan Utara tidak dapat dijumlahkan, karena data tidak lengkap per kabupaten/kota

Sebagai catatan, rasio ruang terbuka hijau per satuan luas wilayah ber-HPL/HGB
yang tercantum dalam Lampiran 1 Permendagri No. 54 Tahun 2010 adalah ruang terbuka
hijau untuk kawasan perkotaan. Sementara sebagian besar luas wilayah Provinsi
Kalimantan Utara masih berupa kawasan perdesaan.

16. Rasio Bangunan ber-IMB per Satuan Bangunan


Izin mendirikan bangunan gedung adalah perizinan yang diberikan oleh pemerintah
kabupaten/kota kepada pemilik bangunan gedung untuk membangun baru, mengubah,
memperluas, mengurangi, dan/atau merawat bangunan gedung sesuai dengan persyaratan
administratif dan persyaratan teknis yang berlaku.
Formula yang digunakan untuk menghitung rasio bangunan ber-IMB per satuan
bangunan adalah dengan membagi jumlah bangunan ber-IMB dengan jumlah seluruh
bangunan yang ada. Berikut adalah data rasio bangunan ber-IMB per satuan bangunan di
Provinsi Kalimantan Utara tahun 2010-2015 dirinci menurut kabupaten/kota.

RPJMD Provinsi Kalimantan Utara Tahun 2016-2021 II - 121


Tabel 2.3.1.C.19
Rasio Bangunan ber-IMB per Satuan Bangunan Tahun 2010-2015 di Provinsi Kalimantan Utara
Rasio Bangunan Ber-IMB Per Satuan Bangunan
Kabupaten/Kota
2010 2011 2012 2013 2014 2015
Bulungan 0,01 0,01 0,01 0,01
Malinau n/a 0,09 0,13 0,18 0,10 0,11
Nunukan 0,05 n/a 0,03 n/a
Tana Tidung n/a 0,00 0,00 n/a
Tarakan 0,94 0,02 0,05 0,07 -0,03 0,07
Kalimantan Utara n/a n/a n/a n/a
Sumber:
1) LPPD Kabupaten Malinau Tahun 2011, 2012
2) LPPD Kabupaten Bulungan Tahun 2008, 2009, 2010, 2011, 2012, dan 2013
3) LPPD Kabupaten Nunukan Tahun 2010
4) LPPD Kabupaten Tana Tidung Tahun 2012
5) LPPD Kota Tarakan Tahun 2009, 2010, 2011, 2012, dan 2013
6) Badan Penanaman Modal dan Perizinan Terpadu, 2016

Catatan : Data Provinsi Kallimantan Utara tidak dapat dijumlahkan, karena data tidak lengkap per kabupaten/kota

D. Perumahan Rakyat dan Kawasan Permukiman


Terdapat lima indikator yang dirinci dalam urusan perumahan, diantaranya adalah
indikator rumah tangga pengguna air bersih, rumah tangga pengguna listrik, rumah tangga
bersanitasi, lingkungan permukiman kumuh, serta indikator rumah layak huni.

1. Rumah Tangga Pengguna Air Bersih


Rumah tangga pengguna air bersih menunjukkan indikator jumlah rumah tangga
penguna air bersih di Provinsi Kalimantan Utara. Indikator ini dihitung dengan rumus
jumlah rumah tangga pengguna air bersih dibandingkan dengan jumlah seluruh rumah
tangga dan dikalikan 100%. Data jumlah rumah tangga pengguna air bersih dilihat dari data
banyaknya pelanggan perusahaan air minum (PDAM) khusus tipe rumah tangga.

RPJMD Provinsi Kalimantan Utara Tahun 2016-2021 II - 122


Tabel 2.3.1.D.1
Rumah Tangga Pengguna Air Bersih Tahun 2010-2014 di Provinsi Kalimantan Utara
Rumah Tangga Pengguna Air Bersih (%)
Indikator Kabupaten/Kota
2010 2011 2012 2013 2014
Jumlah rumah Bulungan 5423 5608 5917 6139 6370
tangga pengguna Malinau 3701 3742 4345 4810 5407
air bersih Nunukan 3665 3965 3981 4186 4513
Tana Tidung 403 419 328 332 607
Tarakan 11767 12471 13328 14509 15792
Kalimantan Utara 24959 26205 27899 29976 32689
Jumlah seluruh Bulungan 26888 27070 29115 39798 42400
rumah tangga Malinau 13041 13142 14923 15542
Nunukan 31821 35708 37997 40485
Tana Tidung 3478 3381
Tarakan 44784 44791 46341 49129 52602
Kalimantan Utara 120012 88384 111164 141847 151029
Rumah tangga Bulungan 20,17 20,72 20,32 15,43 15,02
pengguna air bersih Malinau 28,38 28,47 32,23 34,79
(%) Nunukan 11,52 11,15 11,02 11,15
Tana Tidung 11,59 12,39
Tarakan 26,28 27,84 28,76 29,53 30,02
Kalimantan Utara 20,80 29,65 25,10 21,13 21,64
Sumber:
1) Kabupaten Bulungan Dalam Angka 2011-2015
2) Kabupaten Malinau Dalam Angka 2010, 2012-2015
3) Kabupaten Nunukan Dalam Angka 2010-2015
4) Kabupaten Tana Tidung Dalam Angka 2012-2015
5) Kota Tarakan Dalam Angka 2012-2015
6) Hasil Analisis, 2016

Kabupaten Malinau dan Kota Tarakan menjadi kabupaten dengan jumlah rumah
tangga pengguna air bersih tertinggi, yaitu sebesar 34,79% dan 30,02% pada tahun 2014
dibandingkan dengan kabupaten lainnya. Secara garis besar, diketahui bahwa selama
periode tahun 2010-2014, jumlah rumah tangga pengguna air bersih di Kabupaten
Bulungan masih di bawah 21%, sedangkan Kabupaten Nunukan dan Tana Tidung masih di
bawah 13%.
Berdasarkan Pedoman Penentuan Standar Pelayanan Minimal Bidang Penataan
Ruang, Perumahan dan Permukiman dan Pekerjaan Umum (Keputusan Menteri Permukiman
dan Prasarana Wilayah No. 534/KPTS/M/2001), Standar Pelayanan Minimal penduduk
terlayani akses air bersih adalah 55-75%, namun dari data yang ada, diketahui bahwa ke-5
kabupaten/kota di Provinsi Kalimantan Utara masih belum memenuhi standar sehingga
perlu dilakukan peningkatan dan program perencanaan pengembangan lainnya.
Jumlah rumah tangga pengguna air bersih dari tahun ke tahun mengalami
peningkatan, berbeda halnya dengan jumlah seluruh rumah tangga yang mengalami
penurunan dari tahun 2010 ke 2011. Jika dilihat, persentase jumlah rumah tangga
pengguna air bersih terbanyak terjadi pada tahun 2011 yang mencapai angka 29,65% dan
terendah terjadi pada tahun 2008. Hal ini tentunya pun berkaitan dengan jumlah
kebutuhan dan pengguna air bersih masyarakat yang berubah-ubah setiap tahunnya.

RPJMD Provinsi Kalimantan Utara Tahun 2016-2021 II - 123


2. Rumah Tangga Pengguna Listrik
Rumah tangga pengguna listrik menunjukkan indikator jumlah rumah tangga yang
menggunakan listrik di Provinsi Kalimantan Utara. Indikator ini dihitung dengan rumus
jumlah rumah tangga pengguna listrik dibagi dengan jumlah seluruh rumah tangga dan
dikalikan 100%. Data jumlah rumah tangga pengguna listrik dilihat dari data banyaknya
pelanggan listrik khusus tipe rumah tangga.
Tabel 2.3.1.D.2
Rumah Tangga Pengguna Listrik Tahun 2010-2014 di Provinsi Kalimantan Utara
Rumah Tangga Pengguna Listrik (%)
Indikator Kabupaten/Kota
2010 2011 2012 2013 2014
Jumlah rumah tangga Bulungan 4743 13736 16430 18934 21825
pengguna listrik Malinau 3896 4515 6656 7469 11255
Nunukan 7707 10282 13148 16009 19688
Tana Tidung 529 556 871 1812 2665
Tarakan 30641 32936 34324 36203 36781
Kalimantan Utara 47516 62025 71429 80427 92214
Jumlah seluruh rumah Bulungan 26888 27070 29115 39798 42400
tangga Malinau 13041 13142 14923 15542
Nunukan 31821 35708 37997 40485
Tana Tidung 3478 3381
Tarakan 44784 44791 46341 49129 52602
Kalimantan Utara 120012 88384 111164 141847 151029
Rumah tangga Bulungan 17,64 50,74 56,43 47,58 51,47
pengguna listrik (%) Malinau 29,88 34,36 50,05 72,42
Nunukan 24,22 36,82 42,13 48,63
Tana Tidung 15,21 16,44
Tarakan 68,42 73,53 74,07 73,69 69,92
Kalimantan Utara 39,59 70,18 64,26 56,70 61,06
Sumber :
1) Kabupaten Bulungan Dalam Angka 2011-2015
2) Kabupaten Malinau Dalam Angka 2008-2015
3) Kabupaten Nunukan Dalam Angka 2012-2015
4) Kabupaten Tana Tidung Dalam Angka 2012-2015
5) Kota Tarakan Dalam Angka 2008-2015
6) Hasil Analisis, 2016

Kabupaten Malinau dan Kota Tarakan menjadi kabupaten dengan jumlah rumah
tangga pengguna listrik tertinggi, yaitu di atas 69% pada tahun 2014 dibandingkan dengan
kabupaten lainnya. Jika dilihat, Kabupaten Tana tidung menjadi daerah dengan jumlah
rumah tangga pengguna listrik terendah karena masih di bawah 17% untuk tahun 2010-
2011. Berbeda dengan Kabupaten Bulungan dan Nunukan yang memiliki jumlah rumah
tangga pengguna listrik di bawah Kabupaten Malinau dan Kota Tarakan, namun
persentasenya cukup banyak, yakni antara 18%-57%.
Pada tahun 2011, persentase rumah tangga pengguna listrik dibandingkan dengan
jumlah seluruh rumah tangga di Provinsi Kalimantan Utara dikalikan 100% berada pada
angka 70,18% dan merupakan angka tertinggi selama 5 tahun ini. Dari angka tersebut,
persentase terbesar adalah berada di Kota Tarakan, seperti yang telah disebutkan
sebelumnya. Pada tahun 2011 ke 2012 dan 2012 ke 2013 sempat terjadi penurunan jumlah

RPJMD Provinsi Kalimantan Utara Tahun 2016-2021 II - 124


rumah tangga pengguna listrik, sampai pada akhirnya meningkat kembali pada tahun 2014
yaitu menjadi 61,06%.
Jumlah rumah tangga pengguna listrik di Provinsi Kalimantan Utara dari tahun ke
tahun mengalami peningkatan, namun sangat berbeda halnya dengan jumlah seluruh
rumah tangga yang mengalami penurunan yaitu pada tahun 2010 ke 2011. Peningkatan
jumlah rumah tangga pengguna air bersih terbanyak terjadi pada tahun 2010 ke 2011,
yakni dari 14509 rumah tangga dari tahun sebelumnya. Jika dilihat, persentase jumlah
rumah tangga pengguna listrik terbanyak terjadi pada tahun 2011 yang mencapai angka
70% dan terendah terjadi pada tahun 2010.
Berdasarkan data dari Kementerian ESDM, rasio elektrifikasi di Indonesia saat ini
mencapai 80,54% dan ditargetkan pemerintah akan mencapai 100% pada tahun 2020.
Provinsi Kalimantan Utara yang pada tahun 2014 hanya mencapai angka 61% mengartikan
bahwa masih perlu dilakukan peningkatan elektrifikasi atau perluasan jaringan listrik
sehingga lebih dapat menjangkau ke daerah-daerah yang sebelumnya tidak atau belum
teraliri listrik, seperti di daerah pelosok.

3. Rumah Tangga ber-Sanitasi


Berdasarkan Permen PU Nomor 1/PRT/M/2014 tentang Standar Pelayanan Minimal
Bidang Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang, dijelaskan bahwa sanitasi adalah upaya
untuk menjamin dan meningkatkan penyehatan lingkungan dalam suatu kawasan
permukiman, termasuk pengumpulan, pengolahan, dan pembuangan air limbah, air hujan
atau drainase, dan sampah. Rumah tangga bersanitasi adalah indikator untuk mengukur
jumlah rumah tangga bersanitasi di Provinsi Kalimantan Utara. Indikator ini dihitung
dengan rumus jumlah rumah tangga bersanitasi dibagi dengan jumlah seluruh rumah
tangga yang ada dan dikalikan 100%.
Tabel 2.3.1.D.3
Rumah Tangga ber-Sanitasi Tahun 2011-2015 di Provinsi Kalimantan Utara
Rumah Tangga Pengguna air bersih (%)
Kabupaten/Kota
2011 2012 2013 2014 2015
Bulungan 54,72 61,10
Malinau 33,03 20,86
Nunukan 28,50 33,18 35,37 63,82
Tana Tidung 68,55 76,39
Tarakan 65,31 64,59 62,72 69,44 66,82
Kalimantan Utara 50,02 51,22
Sumber: Dinas Pekerjaan Umum dan Tata Ruang, 2016

Pada tahun 2011, persentase rumah tangga bersanitasi berada pada angka 50,02%
dan naik menjadi 51,22% pada tahun 2012. Kabupaten dengan jumlah rumah tangga
bersanitasi tertinggi adalah Kabupaten Tana Tidung, yakni mencapai 76,39%, kemudian
disusul Kabupaten Tarakan dengan angka 64,59%.

RPJMD Provinsi Kalimantan Utara Tahun 2016-2021 II - 125


Berdasarkan Database Pembangunan Kalimantan Utara Tahun 2014, secara umum
diketahui bahwa daerah perkotaan dan perdesaan di Provinsi Kalimantan Utara memiliki
kondisi sanitasi yang berbeda. Secara garis besar, diketahui bahwa untuk daerah
perkotaan, proporsi sanitasi layak lebih banyak jika dibandingkan dengan sanitasi tidak
layak, yakni dengan perbandingan 70,65% berbanding 29,35%. Hal ini menunjukkan bahwa
masyarakat sudah lebih peduli terhadap kebersihan pemukiman tempat tinggal mereka.
Berbeda halnya dengan daerah perdesaan yang memiliki kondisi sebaliknya,
diketahui bahwa proporsi rumah tangga dengan sanitasi selain layak (tidak layak) adalah
lebih banyak dibandingkan yang bersanitasi layak, yaitu 70,32% berbanding 63,745%.
Namun, secara keseluruhan, rumah tangga bersanitasi layak tahun 2013 berada pada angka
53,01% atau sekitar 78462 rumah tangga. Namun, walaupun sudah berada di atas 50%,
kondisi ini pun tetap harus ditingkatkan mengingat kebersihan sangatlah penting untuk
kesehatan.
Berdasarkan Pedoman Penentuan Standar Pelayanan Minimal Bidang Penataan
Ruang, Perumahan dan Permukiman, dan Pekerjaan Umum (Keputusan Menteri
Permukiman dan Prasarana Wilayah No. 534/KPTS/M/2001), Standar Pelayanan Minimal
tingkat penyediaan sarana sanitasi terhadap jumlah penduduk perkotaan adalah 80%,
sehingga dari Database Pembangunan Kalimantan Utara Tahun 2014 tentang proporsi
rumah tangga dengan sanitasi layak tahun 2013 yang menyebutkan bahwa jumlah rumah
tangga sanitasi layak di perkotaan adalah 59544 rumah tangga atau sekitar 70,65%,
mengartikan bahwa pada tahun 2013, Provinsi Kalimantan Utara belum memenuhi
persyaratan penyediaan sarana sanitasi yang sesuai dengan standar, sehingga masih perlu
dilakukan peningkatan penyediaan sarana sanitasi yang lebih baik.

4. Lingkungan Pemukiman Kumuh


Lingkungan pemukiman kumuh merupakan indikator yang menunjukkan persentase
luas lingkungan pemukiman kumuh di Provinsi Kalimantan Utara yang dihitung dengan
rumus luas lingkungan pemukiman kumuh dibagi dengan luas wilayah dan dikalikan 100%.
Pada tahun 2011, lingkungan pemukiman kumuh berada pada angka 11,19% dari seluruh
total wilayah Provinsi Kalimantan Utara. Namun pada tahun 2012, lingkungan pemukiman
kumuh di provinsi ini menunjukkan kecenderungan menurun, yakni menjadi 4,38%. Hal ini
mengindikasikan bahwa masyarakat sudah peduli terhadap kebersihan dan mulai menjaga
lingkungan pemukiman mereka.

RPJMD Provinsi Kalimantan Utara Tahun 2016-2021 II - 126


Tabel 2.3.1.D.4
Lingkungan Pemukiman Kumuh Tahun 2010-2012 di Provinsi Kalimantan Utara
Lingkungan Pemukiman Kumuh (%)
Kabupaten/Kota
2010 2011 2012
Bulungan 57,21 19,82
Malinau 0,75 0,75
Nunukan 0,10 1,05 1,05
Tana Tidung
Tarakan 0,02 40,39 40,39
Kalimantan Utara 11,19 4,38
Sumber:
1) LPPD Kabupaten Bulungan 2009-2013
2) LPPD Kabupaten Malinau 2008-2013
3) LPPD Kabupaten Nunukan 2009-2013
4) LPPDKabupaten Tana Tidung 2009-2013
5) LPPD Kota Tarakan 2009-2013
6) Hasil Analisis, 2016

Berdasarkan Petunjuk Teknis Standar Pelayanan Minimal Bidang Pekerjaan Umum


dan Penataan Ruang, Standar Lingkungan Pemukiman Kumuh adalah 10% pada tahun 2019,
sehingga perlu peningkatan penanganan pemukiman kumuh untuk Kabupaten Bulungan dan
Kota Tarakan yang memiliki angka mencapai 19,82% dan 40,39%, sedangkan untuk dua
kabupaten lainnya di Provinsi Kalimantan Utara sudah memenuhi Standar Pelayanan
Minimum (angka masih dibawah 2%).

5. Rumah Layak Huni


Rumah layak huni adalah indikator yang menunjukkan jumlah rumah layak huni
yang ada di Provinsi Kalimantan Utara. Indikator ini dihitung dengan rumus jumlah rumah
layak huni dibagi dengan jumlah seluruh rumah yang ada dan dikalikan 100%.
Tabel 2.3.1.D.5
Rumah Layak Huni Tahun 2010-2012 di Provinsi Kalimantan Utara
Rumah Layak Huni (%)
Kabupaten/Kota
2010 2011 2012
Bulungan 80,00 80,00
Malinau 12,54 92,16
Nunukan 95,96 95,96 95,96
Tana Tidung 0,00 16,09 16,09
Tarakan 79,02 84,43 84,43
Kalimantan Utara 51,99 73,72
Sumber :
1) LPPD Kabupaten Bulungan 2009-2013
2) LPPD Kabupaten Malinau 2008-2013
3) LPPD Kabupaten Nunukan 2009-2013
4) LPPDKabupaten Tana Tidung 2009-2013
5) LPPD Kota Tarakan 2009-2013
Keterangan : merupakan angka perkiraan

Pada tahun 2011, persentase rumah layak huni sebesar 51,99%, dengan persentase
rumah layak huni tertinggi berada di Kabupaten Nunukan (95,96%) dan terjadi peningkatan
persentase rumah layak huni pada tahun 2012 menjadi sekitar 73,72%. Kabupaten Tana

RPJMD Provinsi Kalimantan Utara Tahun 2016-2021 II - 127


Tidung menjadi kabupaten dengan persentase rumah layak huni terendah yakni di bawah
17% pada tahun 2011 dan 2012.
Berdasarkan dokumen Millenium Development Goals (MDGs) tahun 2015, target
rumah sehat yang hendak dicapai dan telah ditentukan adalah sebesar 80% (Departemen
Kesehatan RI, 2003). Berdasarkan Profil Kesehatan Indonesia tahun 2010, persentase
rumah sehat secara nasional sekitar 24,9% atau sekitar 50 rumah/1000 penduduk, sehingga
presentase rumah layak huni di Provinsi Kalimantan Utara pada tahun 2012 adalah sebesar
73,72% dan masih lebih tinggi dibandingkan dengan persentase rumah layak huni di
Indonesia dan hampir mencapai target MDGs (80%).
Berdasarkan data jumlah rumah tidak layak huni dari Dinas Sosial, Tenaga Kerja,
dan Transmigrasi (2016), diketahui bahwa jumlah rumah tidak layak huni terbanyak pada
tahun 2014 dan 2015 berada di Kabupaten Bulungan dan terendah berada di Kabupaten
Nunukan. Hal ini sesuai dengan data tabel sebelumnya yang menyebutkan bahwa,
persentase rumah layak huni terbanyak berada di Kabupaten Nunukan. Dalam hal ini,
tentunya sangat dibutuhkan penanganan dari pemerintah daerah untuk mengurangi atau
bahkan mengatasi permasalahan ini.

E. Ketenteraman, Ketertiban Umum, dan Perlindungan Masyarakat


1. Angka Kriminalitas yang Tertangani
Angka kriminalitas merupakan variabel yang penting untuk diperhatikan.
Kriminalitas merupakan salah satu permasalahan yang dihadapi terkait dalam mewujudkan
kesejahteraan masyarakat. Kriminalitas yang semakin tinggi menjadi indikator belum
terciptanya kesejahteraan masyarakat. Angka kejahatan yang relatif tinggi dapat
mengganggu terciptanya stabilitas keamanan di Provinsi Kalimantan Utara. Angka tersebut
harus ditekan dengan upaya mengaktifkan berbagai pihak terkait dalam pengelolaan
kelembagaan sosial di masyarakat. Terlebih provinsi ini memiliki kawasan perbatasan yang
berpotensi memiliki kerentanan tinggi terhadap kejahatan lintas negara.

RPJMD Provinsi Kalimantan Utara Tahun 2016-2021 II - 128


Tabel 2.3.1.E.1
Angka Kriminalitas yang Tertangani di Provinsi Kalimantan Utara
Tahun 2010-2015
Kabupaten/Kota 2010 2011 2012 2013 2014 2015
Bulungan 11 13 14 n/a 9 8
Malinau 15 18 19 12 n/a n/a
Nunukan n/a 14 15 9 8 8
Tana Tidung 3 0 0 n/a n/a n/a
Tarakan 15 27 21 13 n/a 12
Kalimantan Utara 10 18 17 9 4 4
Sumber :
1) Kabupaten Bulungan dalam Angka Tahun 2010,2011,2012,2013, 2015
2) Kabupaten Malinau dalam Angka Tahun 2010,2011,2012,2013,2014
3) Kabupaten Nunukan dalam Angka Tahun 2011, 2012,2013,2014,2015
4) Kabupaten Tana Tidung dalam Angka Tahun 2011,2012,2013
5) Kota Tarakan dalam Angka Tahun,2011,2012,2013,2014,2015
6) Provinsi Kaimantan Timur dalam Angka Tahun 2013
7) Provinsi Kalimantan Utara dalam Angka Tahun 2015

Data di atas merupakan jumlah kriminalitas yang meliputi kejahatan konvensional,


kejahatan transnasional, kejahatan pelanggaran HAM, dan gangguan kamtibnas. Angka
kriminalitas di provinsi ini cukup fluktuatif sejak tahun 2010 hingga 2015, pernah menurun
drastis pada tahun 2010 namun meningkat tajam pada tahun 2011. Akan tetapi perbedaan
angka kriminal yang cukup tajam juga dipengaruhi oleh perbedaan dari data yang
diperoleh. Jika dilihat dari angka mutlak jumlah kriminalitas pada dua tahun terakhir,
aspek penanganan mengalami penurunan, artinya perlu diwaspadai secara terus menerus.
Angka kriminalitas yang tertangani sedikitnya dipengaruhi oleh tiga faktor penting yaitu
tidak kriminalitas yang terjadi itu sendiri, tindak penanganan kriminal yang terjadi, dan
jumlah penduduk. Sebagai upaya tindaklanjut ke depan angka kriminalitas yang tertangani
perlu ditingkatkan dengan melakukan kegiatan-kegiatan yang bersifat preventif atau
pencegahan tindak kriminalitas.

2. Rasio Jumlah Polisi Pamong Praja per 10.000 penduduk


Rasio Pol PP dibandingkan dengan jumlah penduduk Provinsi Kalimantan Utara
perlu diketahui sehingga kapasitas pelayanan dapat dinilai. Rasio jumlah Pol PP per 10.000
penduduk merupakan perhitungan dari perbandingan antara jumlah Pol PP dengan jumlah
penduduk. Rasio jumlah Pol PP dihitung untuk mencari berapa jumlah petugas per 10.000
penduduk, dengan demikian akan diketahui besarnya beban pekerjaan yang dilakukan oleh
Satpol PP pada umumnya dan beban kerja per Pol PP pada khususnya. Dengan mengetahui
jumlah beban kerja baik pada level individu Pol PP maupun level kelembagaan Satpol PP,
maka dapat dilihat potensi SDM dibandingkan dengan kebutuhan pelayanan. Hakikat dari
rasio Pol PP per 10.000 penduduk selanjutnya akan memberikan kepastian tentang tingkat
keterpenuhan SDM dalam pelayanan trantibum dan penegakan Perda, dengan melihat
jumlah sumber daya manusia yang terbatas dan jumlah penduduk yang cukup besar.

RPJMD Provinsi Kalimantan Utara Tahun 2016-2021 II - 129


Angka Rasio Pol PP terlihat mengalami penurunan. Angka ini terjadi karena
kecenderungan jumlah Pol PP yang cenderung sama disetiap tahunnya, hal ini berbeda
dengan jumlah penduduk yang semakin meningkat. Angka Rasio Pol PP tertinggi yaitu
Kabupaten Tana Tidung mencapai 52 pada tahun 2012, sedangkan yang terendah yaitu
Kota Tarakan mencapai angka 9 pada tahun 2012. Kabupaten Malinau mencapai angka 26
pada tahun 2012. Kondisi ini terjadi karena Tana Tidung memiliki jumlah penduduk yang
relatif sedikit daripada Kota Tarakan. Padahal jika dilihat berdasarkan jumlah personil
keduanya memiliki jumlah personil yang sama.

3. Jumlah Linmas per jumlah 10.000 penduduk


Rasio jumlah Linmas per 10.000 penduduk merupakan perbandingan antara jumlah
seluruh petugas Linmas dengan jumlah penduduk per 10.000. Rasio jumlah Linmas per
10.000 penduduk diharapkan dapat menggambarkan perbandingan jumlah Sumber Daya
Aparatur Linmas dengan jumlah penduduk sebagai objek penerima layanan, sehingga dari
rasio tersebut dapat diketahui beban kerja personil Linmas dalam menjalankan tugasnya.
Provinsi Kalimantan Utara merupakan wilayah yang dihuni oleh masyarakat yang memiliki
sifat heterogenitas. Banyaknya perbedaan etnis, budaya, bahasa dan kepentingan semakin
memantik kemungkinan terjadinya friksi antara satu dengan lainnya. Dalam kondisi
tertentu gesekan antar kelompok maupun komunitas dimungkinkan dapat terjadi. Untuk
menjaga stabilitas keadaan maka diperlukan peran Linmas dalam perlindungan dan
pengedalian masyarakat, dari kemungkinan terjadinya hal-hal yang merugikan, seperti
kerusuhan, bentrok, maupun konflik lain. Satuan ini memiliki peran yang cukup krusial
dalam menciptakan trantibmas secara luas. Berikut ini merupakan tabel informasi rasio
jumlah Linmas per 10.000 penduduk di Provinsi Kalimantan Utara dalam rentang tahun
2010 hingga 2015.
Kabupaten Bulungan memiliki jumlah Linmas menurun terlihat dari 250 tahun 2010
kemudian turun menjadi meningkat 241 pada tahun 2011. Kabupaten Malinau mengalami
kenaikan jumlah yaitu 44 tahun 2010 menjadi 63 tahun 2013. Sedangkan Kabupaten
Nunukan merupakan kabupaten yang memiliki angka terendah data terakhir dapat terlihat
pada tahun 2012 hanya memiliki 7 linmas per 10.000 penduduk. Kabupaten Tana Tidung
memiliki jumlah linmas yang fluktuatif namun jumlahnya cenderung selalu meningkat.
Kota Tarakan tidak diketahui data yang paling baru dalam melihat kondisi linmas.
Berdasarkan data yang ada linmas di Kota Tarakan sejumlah 87 per 10.000 penduduk pada
tahun 2008.

RPJMD Provinsi Kalimantan Utara Tahun 2016-2021 II - 130


4. Rasio Pos Siskamling per Jumlah Desa/Kelurahan
Rasio pos siskamling digunakan untuk melihat perkembangan sejumlah pusat
pengamanan sosial masyarakat. Pos Siskamling (Sistem Keamanan Lingkungan) merupakan
tempat atau wadah masyarakat untuk melakukan aktivitas pengamanan lingkungan yang
dikoordinasi secara mandiri. Siskamling adalah kelembagaan sosial terbawah yang lahir
dari inisiatif masyarakat untuk menciptakan keamanan lingkungan secara bottom up. Rasio
pos siskamling per jumlah kelurahan adalah perbandingan jumlah pos siskamling selama
satu tahun dengan jumlah seluruh kelurahan di Provinsi Kalimantan Utara. Rasio ini
bertujuan untuk menggambarkan ketersediaan pos siskamling di setiap kelurahan di
Provinsi Kalimantan Utara.
Indikator rasio pos siskamling baru tersedia data Kabupaten Malinau. Kabupaten
Malinau memiliki kecenderungan kenaikan jumlah pos siskamling, yakni 325 unit pos
siskamling pada tahun 2011 meningkat menjadi 425 unit pos siskamling pada tahun 2013.
Informasi kabupaten/kota lainnya belum dapat digambarkan karena minimnya informasi
yang tersedia.

5. Penegakan Peraturan Daerah


Penegakan Peraturan Daerah (Perda) merupakan salah satu tugas yang melekat
pada Satuan Polisi Pamong Praja. Penegakan Perda menjadi salah satu aktivitas yang
sangat esensial karena penegakan Perda memiliki pengaruh besar terhadap terciptanya
lingkungan yang nyaman, aman dan tertib. Setiap Perda perlu dikawal dengan baik dalam
implementasinya, sehingga dapat mencapai sasaran yang tepat, dan optimal dalam
mengatur suatu subyek seperti yang telah dijelaskan dalam setiap Perda. Oleh karena itu
terhitung sejak waktu berlakunya, sebuah Perda perlu untuk selalu dimonitor.
Berdasarkan indikator penegakan perda, data yang tersedia hanya di Kota Tarakan.
Informasi yang tersedia menunjukkan bahwa di Kota Tarakan sudah ada upaya perhatian
dalam penegakan perda. Berdasarkan kecenderungannya terlihat jumlah penegakan perda
mengalami fluktuasi dengan kecenderungan menurun pada kurun waktu tahun 2010 hingga
tahun 2013, yakni 550 penegakan perda pada tahun 2008 menjadi 455 penegakan perda
pada tahun 2013. Penegakan perda di Kota Tarakan pada tahun 2008 sampai 2014 secara
berturut-turut telah mampu mencapai 100% hal ini menunjukkan bahwa Kota Tarakan
merupakan daerah yang konsisten dalam upaya penegakan perda di wilayahnya. Informasi
kabupaten yang lain belum mampu ditunjukkan karena keterbatasan data yang tersedia.

RPJMD Provinsi Kalimantan Utara Tahun 2016-2021 II - 131


6. Cakupan Patroli Petugas Satpol PP
Satpol PP merupakan sebuah institusi yang berperan penting dalam penegakan
Perda dan trantibum. Untuk memenuhi fungsi dan tugas pokok maka Pol PP perlu
melakukan kegiatan patroli secara rutin. Pengamanan kondisi tempat-tempat umum dan
memonitor pelaksanaan Perda dapat dilakukan secara intensif dengan melakukan jadwal
patroli di lapangan. Indikator ini dihitung dari banyakmya kelompok patroli dikalikan tiga
kali patroli dalam sehari.
Indikator cakupan patroli Satpol PP dalam satuan tahun hanya tersedia informasi di
Kota Tarakan. Pola yang dapat diamati yakni terlihat kecenderungan kenaikan aktivitas
namun fluktuatif cakupan patroli petugas Satpol PP pada tahun 2010 sampai 2013, yakni
1.400 patroli petugas Satpol PP pada tahun 2010 menurun dari 1.400 menjadi 1.255 pada
tahun 2012. Kondisi ini kemudian meningkat hingga tahun 2013 menjadi 1.350. Informasi
keempat kabupaten lain belum dapat ditunjukkan karena tidak ada informasi yang
tersedia.

7. Tingkat Penyelesaian Pelanggaran K3 (Ketertiban, Ketentraman, Keindahan) di


Kabupaten
Indikator ini dihitung dengan membandingkan jumlah pelanggaran K3 yang terjadi
dengan jumlah penyelesaiannya. Tingkat penyelesaian pelanggaran K3 dari tahun ke tahun
mengalami fluktuasi. Peran serta masyarakat dalam melakukan upaya peningkatan
penegakan K3 perlu digalang secara intensif. Agar dalam masyarakat tumbuh kesadaran
untuk saling peduli dan saling menjaga merupakan langkah startegis untuk menciptakan
trantibum dan trantibmas. Kelembagaan sosial di tingkat padukuhan dan kelurahan
sebaiknya dioptimalkan peran sertanya dalam menjaga penegakan K3.
Berdasarkan indikator ini hanya ada dua kabupaten/kota yang dapat memberikan
gambaran penanganan tingkat penyelesaian pelanggaran K3 yakni Kota Tarakan dan
Kabupaten Nunukan. Jumlah penyelesaian pelanggaran K3 di Kabupaten Nunukan
cenderung tetap pada tahun 2012 dan 2013 yakni sebanyak 100, sedangkan Kota Tarakan
memiliki jumlah yang fluktuasi dari tahun ke tahun dengan kecenderungan meningkat
yakni 426 pada tahun 2010 meningkat menjadi 455 pada tahun 2013. Informasi ketiga
kabupaten yang lain belum dapat didiskripsikan karena tidak ada informasi yang tersedia.
Pengukuran terhadap ketertiban yang didasarkan pada penyelesaian K3 tentunya
bukan merupakan indikator yang tuntas. Kinerja yang didasarkan pada output saja dapat
mengantarkan pada bias pemaknaan. Jika pelanggaran K3 tidak terjadi tentunya tidak ada
masalah yang perlu diselesaikan, sehingga kinerja yang dicapai berdasarkan indikator ini
buruk. Sementara itu jika tidak ada pelanggaran K3 secara riil justru merupakan sebuah

RPJMD Provinsi Kalimantan Utara Tahun 2016-2021 II - 132


prestasi dalam fasilitasi ketertiban dan keamanan. Untuk itu perlu diarahkan pada
indikator outcome dengan menempatkan penilaian terhadap turunnya pelanggaran K3
sampai ke nilai nol adalah sebagai capaian kinerja tertinggi.

8. Petugas Perlindungan Masyarakat (Linmas) di Kabupaten


Linmas merupakan petugas yang sangat dekat dengan masyarakat. Keberadaan
Linmas hingga di instansi terbawah yaitu pedukuhan/kampung. Hal ini disebabkan Linmas
memiliki tugas pokok dalam perlindungan masyarakat, sehingga perlu dilihat perbandingan
rasional dalam pelayanan terhadap jumlah penduduk Provinsi Kalimantan Utara. Indikator
ini dihitung dengan membagi jumlah petugas Linmas dengan jumlah penduduk.
Berdasarkan data yang tersedia, jumlah Linmas dari di Kabupaten Bulungan tahun 2010
hingga 2014 mengalami penurunan. Kabupaten Malinau mengalami kenaikan sedangkan
Tana Tidung mengalami fluktuasi yang cukup signifikan. Penurunan jumlah personel ini
terjadi karena sudah banyak petugas Linmas yang sudah tidak aktif lagi dan juga karena
kenaikan jumlah linmas tidak berbanding lurus dengan pertumbuhan penduduk dari tahun
ke tahun. Kabupaten Bulungan memiliki jumlah linmas yang cenderung stabil dan naik.
Kondisi ini terlihat dengan adanya kenaikan dari 93 tahun 2012 menjadi 97 tahun 2014. Hal
ini sama dengan Kabupaten Tana Tidung naik dari 68 tahun 2012 menjadi 190 tahun 2014.
Sedangkan kabupaten lainnya tidak ada informasi.

9. Angka Kriminalitas
Masalah kriminalitas merupakan salah satu hambatan untuk peningkatan iklim
investasi. Untuk itulah kondisi kota yang terkendali dari kekacauan kriminalitas akan dapat
memberikan jaminan bagi keamanan investasi perlu ditumbuhkembangkan.
Tabel 2.3.1.E.2
Angka Kriminalitas Tahun 2010-2015 Provinsi kalimantan Utara
Kabupaten/Kota 2010 2011 2012 2013 2014 2015
Bulungan 246 224 251 n/a n/a 243
Malinau 146 182 164 n/a n/a n/a
Nunukan 268 345 364 246 195 184
Tana Tidung 7 0 0 n/a n/a n/a
Tarakan 369 685 613 n/a n/a 432
Kalimantan Utara 246 224 251 n/a n/a 213
Sumber:
1) Kabupaten Bulungan dalam Angka Tahun 2010, 2011,2012
2) Kabupaten Malinau dalam Angka Tahun 2013
3) Kabupaten Nunukan dalam Angka Tahun 2011
4) Kabupaten Tana Tidung dalam Angka Tahun 2011
5) Kota Tarakan dalam Angka Tahun 2012, 2013
6) Kalimantan Timur dalam Angka Tahun 2013

Indikator ini digunakan sebagai langkah untuk melihat perkembangan angka


kriminalitas yang terjadi di kabupaten/kota Provinsi Kalimantan Utara. Indikator angka

RPJMD Provinsi Kalimantan Utara Tahun 2016-2021 II - 133


kriminalitas yang terjadi di Provinsi Kalimantan Utara menunjukkan perkembangan yang
cukup bervariasi antar kabupaten/kota. Kota Tarakan menunjukkan perkembangan yang
cenderung berfluktuasi cukup tinggi.
Jika dibandingkan dengan kabupaten lainnya angka kriminalitas di Kota Tarakan
paling tinggi. Hal ini dapat dipahami mengingat Kota Tarakan merupakan kawasan
perkotaan dan sebagai pusat kegiatan ekonomi dengan fasilitas pelayanan publik yang
cukup lengkap yang mengundang orang untuk melakukan migrasi masuk. Akan tetapi pada
umumnya tidak semua tenaga kerja yang masuk dapat terserap selain karena lapangan
kerja yang terbatas juga karena rendahnya ketrampilan sehingga tidak dapat bersaing di
pasar kerja. Kondisi ini seringkali menjadi penyebab meningkatnya angka kriminalitas.
Seperti halnya kawasan perkotaan lainnya, pada umumnya tingkat kriminalitas
cenderung tinggi dibandingkan kawasan yang masih bersifat pedesaan. Angka kriminalitas
Kabupaten Bulungan cenderung tinggi namun hanya bersifat sementara yang terlihat ada
kecenderungan penurunan pada tahun 2010 sampai 2011. Kabupaten Nunukan memiliki
kecenderungan kenaikan jumlah angka kriminalitas telihat pada tahun 2010 sampai 2012.
Kabupaten Malinau jumlah angka kriminalitas cenderung fluktuatif namun lebih sedikit
dibandingkan Kota Tarakan. Khusus untuk Kabupaten Tana Tidung memiliki jumlah paling
rendah bahkan pada tahun 2011 dan 2012 tidak ada sama sekali angka kriminalitas yang
terjadi.

10. Jumlah Demo


Demonstrasi atau unjuk rasa adalah sebuah gerakan protes yang dilakukan
sekumpulan orang dihadapan umum. Di satu sisi unjuk rasa merupakan sebuah fenomena
geliat dan dinamika kesadaran masyarakat untuk berpolitik, namun di sisi lain demonstrasi
menjadi sebuah aktivitas yang menimbulkan gangguan baik kecil maupun besar terhadap
rutinitas masyarakat yang berada di lingkungan tersebut. Unjuk rasa biasanya dilakukan
untuk menyatakan pendapat kelompok tersebut atau penentang kebijakan yang
dilaksanakan suatu pihak atau dapat pula dilakukan sebagai sebuah upaya penekanan
secara politis oleh kepentingan kelompok.

RPJMD Provinsi Kalimantan Utara Tahun 2016-2021 II - 134


Tabel 2.3.1.E.3
Jumlah Demo Tahun 2010 2015 Provinsi Kalimantan Utara
Kabupaten/Kota 2010 2011 2012 2013 2014 2015
Bulungan n/a n/a 7 n/a n/a 7
Malinau n/a 6 2 n/a n/a 4
Nunukan 10 21 20 n/a n/a 12
Tana Tidung n/a n/a n/a n/a n/a 0
Tarakan n/a n/a 13 n/a n/a 13
Kalimantan Utara n/a n/a n/a n/a n/a 36
Sumber:
1) Kabupaten Malinau dalam Angka Tahun 2013
2) Kalimantan Timur dalam Angka Tahun 2013
3) Profil Kabupaten NunukanTahun 2013

Indikator ini digunakan sebagai langkah untuk melihat perkembangan jumlah demo
dalam satu tahun yang terjadi di kabupaten/kota Provinsi Kalimantan Utara. Informasi
yang menjelaskan jumlah demo hanya terlihat di empat kabupaten/kota. Jumlah demo di
Kabupaten Nunukan cukup berfluktuasi, terlihat dari data tahun 2010, 2011, dan 2012.
Kabupaten Malinau mengalami kencenderungan menurun terlihat pada tahun 2011 dan
2012. Sementara Kota Tarakan dan Kabupaten Bulungan tidak dapat diamati
kecenderungan perkembangannya karena hanya tersedia data tahun 2012. Khusus
Kabupaten Tana Tidung tidak dapat diamati perkembangannya karena tidak ada informasi
yang tersedia. Berdasarkan informasi dari beberapa narasumber yang ada, demo yang
terjadi selama ini disebabkan oleh isu masalah ekonomi.

F. Sosial
1. Sarana Sosial (Panti Asuhan, Panti Jompo dan Panti Rehabilitasi)
Indikator sarana sosial merupakan salah satu indikator yang digunakan dalam
mengindentifikasi adanya pusat perkembangan kegiatan sosial. Sarana sosial yang
dimaksud adalah panti asuhan, panti jompo, panti rehabilitasi, rumah singgah. Penyediaan
sarana sosial merupakan tanggung jawab pemerintah. Penyediaan fasilitas sosial ditujukan
untuk membantu masyarakat yang kurang beruntung. Fasilitas sosial yang diberikan oleh
pemerintah merupakan wujud tanggung jawab pemerintah untuk memelihara masyarakat
yang kurang beruntung. Berikut merupakan data sarana sosial yang tersedia di Provinsi
Kalimantan Utara.
Tabel 2.3.1.F.1
Jumlah Total Sarana Sosial Menurut Kabupaten/Kota
Tahun 2010 s.d. 2015 Provinsi Kalimantan Utara
Uraian Kabupaten/Kota 2010 2011 2012 2013 2014 2015
Jumlah Bulungan na 2 na na 7 9
total Malinau na 17 17 7 7 6
sarana Nunukan 5 4 7 na 4 8
sosial Tana Tidung 0 0 0 0 0 0
Tarakan 6 10 2 1 13 14
Prov. Kalimantan Utara 13 33 26 8 30 37
Sumber:

RPJMD Provinsi Kalimantan Utara Tahun 2016-2021 II - 135


1) Naskah Akademik Rancangan Peraturan Daerah Rencana Jangka Panjang Pembangunan Daerah Provinsi
Kalimantan Utara Tahun 2005-2025
2) Dinas Sosial, Tenaga Kerja, dan Transmigras Provinsi Kalimantan Timur, 2016

Berdasarkan informasi yang tersedia terlihat jumlah sarana sosial antar


kabupaten/kota bervariasi. Kabupaten Malinau pada tahun 2011 dan 2012 jumlah sarana
sosial tertinggi yakni 17 sarana sosial. Data lain yang dapat terlihat yakni Kabupaten Tana
Tidung tidak memiliki sama sekali sarana sosial pada tahun 2010 sampai 2015. Khusus
untuk informasi Kabupaten Bulungan, Kabupaten Nunukan, dan Kota Tarakan jumlah
sarana sosial mengalami fluktuasi dibandingkan tahun sebelumnya.

2. Penyandang Masalah Kesejahteraan Sosial (PMKS) yang Memperoleh Bantuan


Sosial
Indikator PMKS yang memperoleh bantuan sosial digunakan sebagai langkah dalam
memetakan sejumlah masyarakat yang termasuk dalam PMKS. Berdasarkan data yang
tersedia secara umum terlihat bahwa jumlah PMKS yang memperoleh bantuan sosial di
kabupaten/kota Provinsi Kalimantan Utara mengalami kenaikan dari tahun ke tahunnya.
Kabupaten Malinau merupakan salah satu kabupaten yang telah mampu memetakan
jumlah PMKS yang memperoleh bantuan sosial sampai 100% pada tahun 2011 dan 2012.
Kota Tarakan telah melakukan pemetaan PMKS yang memperoleh bantuan secara baik,
dengan pencapaian sebesar 96,1% PMKS yang memperoleh bantuan sosial dibandingkan
dengan jumlah PMKS total. Berikut merupakan data jumlah PMKS yang memperoleh
bantuan sosial yang tersedia di Provinsi Kalimantan Utara.
Tabel 2.3.1.F.2
Jumlah PMKS yang Memperoleh Bantuan Sosial Menurut Kabupaten/Kota
Tahun 2010 s.d. 2015 Provinsi Kalimantan Utara
Uraian Kabupaten/Kota 2010 2011 2012 2013 2014 2015
Jumlah PMKS Bulungan na 3 71 na na na
yang Malinau 80 100 100 na na na
Memperoleh Nunukan 2 na na na na na
Bantuan Sosial Tana Tidung 30 50 50 na na na
Tarakan 1,50 1,82 4,09 88,29 93.47 96,1
Prov. Kalimantan Utara na na na na na na
Sumber:
1) Naskah Akademik Rancangan Perda RPJPD Provinsi Kalimantan Utara Tahun 2005-2025
2) Dinas Sosial, Tenaga Kerja, dan Transmigras Provinsi Kalimantan Timur, 2016

Keterangan: Jumlah PMKS yang memperoleh bantuan sosial untuk tingkat Provinsi Kalimantan Utara tidak dapat dihitung
karena data tersedia berupa persentase.

3. Penanganan Penyandang Masalah Kesejahteraan Sosial


Indikator ini digunakan dalam menunjukkan capaian penanganan PMKS. Pada
indikator penanganan PMKS terdapat beberapa kecenderungan yang terjadi. Informasi
yang tersedia terlihat bahwa penanganan PMKS pada Kabupaten Nunukan, Kabupaten Tana
Tidung dan Kota Tarakan mengalami kenaikan. Di Kabupaten Nunukan penanganan PMKS

RPJMD Provinsi Kalimantan Utara Tahun 2016-2021 II - 136


pada awalnya masih cukup rendah terlihat pada tahun 2010 hanya 0,02%, tetapi seiring
berjalannya waktu, penanganan PMKS semakin mengalami peningkatan ke arah yang lebih
baik, terlihat dari persentase penanganan PMKS yang mencapai 144.29% di tahun 2015. Hal
ini berarti penanganan PMKS yang dilakukan di tahun tersebut melampaui data jumlah
PMKS yang ada. Kabupaten Bulungan memiliki kecenderungan penurunan penanganan PMKS
terlihat pergerakan dari tahun 2010 sampai 2011. Berikut merupakan data penananan
PMKS yang tersedia di Provinsi Kalimantan Utara.
Tabel 2.3.1.F.3
Persentase Penanganan Penyandang Masalah Kesejahteraan Sosial Menurut Kabupaten/Kota
Tahun 2010 s.d. 2015 Provinsi Kalimantan Utara
Uraian Kabupaten/Kota 2010 2011 2012 2013 2014 2015
Persentase Bulungan 0,20 0,03 na na na na
Penanganan Malinau 10,6 18,8 33,6 0,3 na na
Penyandang Nunukan 0,02 na 83,79 80 138 144.29
Masalah Tana Tidung 0,31 0,55 0,55 na na na
Kesejahteraan Tarakan 3,70 1,86 4,58 88,29 na na
Sosial Prov. Kalimantan Utara na na na na na na
Sumber:
1) Naskah Akademik Rancangan Peraturan Daerah Rencana Jangka Panjang Pembangunan Daerah Provinsi
Kalimantan Utara Tahun 2005-2025
2) Dinas Sosial, Tenaga Kerja, dan Transmigras Provinsi Kalimantan Timur, 2016

Keterangan: Jumlah PMKS yang memperoleh bantuan sosial untuk tingkat Provinsi Kalimantan Utara tidak dapat
dihitung karena data tersedia berupa persentase

2.3.2. Fokus Layanan Urusan Wajib Tidak Berkaitan dengan Pelayanan Dasar
A. Tenaga Kerja
1. Angka Partisipasi Angkatan Kerja
Ketenagakerjaan adalah aspek lain yang tidak kalah pentingnya dalam
pembangunan suatu wilayah. Produktivitas dan daya serap tenaga kerja menjadi tolok
ukur perekonomian wilayah dan kesejahteraan penduduk. Angka partisipasi angkatan kerja
merupakan proporsi penduduk umur 15 tahun ke atas yang masuk ke dalam golongan
angkatan kerja. Angkatan kerja merupakan bagian penduduk yang sedang bekerja dan siap
masuk pasar kerja, atau dapat dikatakan sebagai pekerja dan merupakan potensi
penduduk yang akan masuk pasar kerja.
Tabel 2.3.2.A.1
Angka Partisipasi Angkatan Kerja Tahun 2010-2014
Provinsi Kalimantan Utara
Uraian 20101 20111 20121 20132 20142
Angka partisipasi angkatan kerja 71,69 74,21 68,93 66,70 66,38
Sumber:
1) RPJP Kalimantan Utara
2) Kalimantan Utara Dalam Angka Tahun 2015

Angka partisipasi angkatan kerja Provinsi Kalimantan Utara tergolong relatif tinggi
meski perkembangannya masih fluktuatif dan cenderung menurun dari tahun 2011 sebesar
74,21% menjadi 66,38% pada tahun 2014. Meski demikian, jumlah angkatan kerja yang

RPJMD Provinsi Kalimantan Utara Tahun 2016-2021 II - 137


bekerja meningkat dari 245ribu jiwa pada tahun 2013 menjadi 255ribu jiwa di tahun 2014.
Penurunan angka partisipasi kerja lebih disebabkan oleh meningkatnya penduduk dalam
kategori bukan angkatan kerja dan menurunnya jumlah penduduk usia 15 tahun ke atas
secara keseluruhan.
Tabel 2.3.2.A.2
Penduduk Usia 15 Tahun ke Atas Menurut Kegiatan dan Jenis Kelamin Tahun 2013-2014
Provinsi Kalimantan Utara
No Uraian 2013 2014 2015*
1 ANGKATAN KERJA
Bekerja 245.662 255.514 267.023
Mencari pekerjaan 23.096 17.677 16.079
2 BUKAN ANGKATAN KERJA 163.068
Sekolah 46.664 43.188
Mengurus RT 86.336 71.203
Lainnya 9.806 15.341
Total 411.564 402.923
Sumber: Kalimantan Utara Dalam Angka Tahun 2015
LKPJ Provinsi Kalimantan Utara

2. Angka Sengketa Pengusaha-Pekerja per Tahun


Sengketa antara pengusaha dan pekerja terjadi karena dipengaruhi berbagai
macam faktor. Diantaranya adalah kesempatan kerja yang kurang memenuhi permintaan
kerja, ketidaksesuaian kualitas pekerja, besar upah, maupun kualitas barang maupun jasa
yang kurang memuaskan pemilik usaha. Oleh karena itu, angka sengketa pengusaha-
pekerja menjadi salah satu indikator dalam menggambarkan kondisi ketenagakerjaan
suatu wilayah. Indikator ini juga mempengaruhi iklim investasi yang ditawarkan dan
tingkat produktivitas sektor ekonomi. Data tentang angka sengketa pengusaha-pekerja
Provinsi Kalimantan Utara masih belum tersedia.

3. Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja (TPAK)


TPAK merupakan cara lain dari penulisan angka perbandingan angkatan kerja
dengan jumlah tenaga kerja. Perbedaan antara angka partisipasi angkatan kerja dengan
tingkat partisipasi angkatan kerja adalah kategori kelompok umur. Dalam Tingkat
Partisipasi Angkatan Kerja, usia penduduk yang masuk dalam perhitungan adalah usia
penduduk produktif yakni 15-64 tahun.
Tabel 2.3.2.A.3
Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja Tahun 2010-2015
Provinsi Kalimantan Utara
Uraian 20101 20111 20121 20132 20142 20154
Tingkat partisipasi angkatan 67,35 71,59 67,41 65,3 67,8 63,45
kerja
TPAK Nasional3 67,72 68,34 67,76 66,77 66,6 65,76
Sumber:
1) RPJP Kalimantan Utara
2) Kalimantan Utara Dalam Angka Tahun 2015
3) BPS Nasional 2016
4) LKPJ Provinsi Kalimantan Utara 2015

RPJMD Provinsi Kalimantan Utara Tahun 2016-2021 II - 138


Perkembangan Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja (TPAK) Provinsi Kalimantan Utara
cenderung fluktuatif. Namun, pada tahun 2014 TPAK Provinsi Kalimantan Utara berhasil
mencapai 67,8% atau setara dengan kenaikan 3,82% dari tahun sebelumnya. Perbandingan
TPAK Provinsi Kalimantan Utara dengan Nasional relatif sama, namun mencapai angka
lebih tinggi di tahun 2014, yaitu 67,8% berbanding 66,6%. Semakin tinggi TPAK
menunjukkan bahwa semakin tinggi ketersediaan tenaga kerja untuk memproduksi barang
dan jasa dalam suatu sistem perekonomian Provinsi Kalimantan Utara. Namun yang terjadi
di tahun 2015 adalah menurunnya angka TPAK menjadi 63,45%. Hal ini menunjukkan
terjadinya penurunan ketersediaan tenaga kerja.

4. Pencari Kerja yang Ditempatkan


Pencari kerja yang ditempatkan adalah perbandingan jumlah pencari kerja yang
ditempatkan terhadap jumlah pencari kerja yang mendaftar. Menempatkan pencari kerja
yang mendaftar merupakan salah satu program pemerintah daerah. Oleh karena itu,
indikator ini dapat mencerminkan kemampuan pemerintah dalam menyediakan
kesempatan lapangan pekerjaan guna mengurangi angka pengangguran.
Tabel 2.3.2.A.4
Persentase Pencari Kerja yang Ditempatkan Tahun 2010-2014
Per Kabupaten/Kota Provinsi Kalimantan Utara
Kabupaten/Provinsi 20101 20111 20121 20132 20142 2015
Bulungan 54,77 60,73 30,77 39,13 42,36
Malinau 78,18 74,22 17,55 19,65 25,52
Nunukan 53,39 33,08 17,64
Tana Tidung 34,38 22,56
Tarakan 10,74 7,47 27,12 21,81
Sumber:
1) RPJP Kalimantan Utara
2) Kabupaten Bulungan Dalam Angka Tahun 2014 dan 2015
Kabupaten Malinau Dalam Angka Tahun 2015
Kabupaten Nunukan Dalam Angka Tahun 2015
Kota Tarakan Dalam Angka Tahun 2015
3) LKPJ Provinsi Kalimantan Utara 2015

Setiap pemerintah kabupaten/kota telah melaksanakan program penempatan


tenaga kerja yang mendaftar. Namun besar persentasenya berbeda antara satu wilayah
dengan wilayah lainnya. Kabupaen Bulungan menjadi kabupaten yang paling banyak
menempatkan tenaga kerja yang mendaftar yaitu sebesar 39,13% pada tahun 2013. Angka
ini kemudian disusul oleh Kota Tarakan sebesar 21,18% pada tahun 2013. Perbedaan
persentase pekerja yang ditempatkan dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor seperti
perbedaan jumlah kesempatan kerja yang tersedia dan luas tidaknya hubungan antara
pemerintah daerah dengan pihak swasta dalam menyediakan lapangan pekerjaan.

RPJMD Provinsi Kalimantan Utara Tahun 2016-2021 II - 139


5. Tingkat Pengangguran Terbuka
Pengangguran merupakan salah satu indikator yang digunakan untuk
menggambarkan kondisi ketenagakerjaan di suatu wilayah. Pengangguran menjadi penting
karena seringkali menjadi isu pengembangan wilayah dan menghambat pertumbuhan
perekonomian. Tingkat Pengangguran Terbuka merupakan salah satu perhitungan yang
mewakili gambaran pengangguran di suatu daerah. Tingkat pengangguran terbuka adalah
perbandingan jumlah angkatan kerja yang tidak bekerja dengan jumlah angkatan kerja
secara keseluruhan.
Tabel 2.3.2.A.5
Persentase Tingkat Pengangguran Terbuka Tahun 2010-2015
Provinsi Kalimantan Utara
Uraian Kabupaten/Provinsi 20101 20111 20121 20132 20142 20155
Tingkat Bulungan 9,12 9,04 9,23 8,93
Pengangguran Malinau 3,8 10,18 8,9 9,24 3,58
Terbuka Nunukan 7,67 9,52 11,83 10,69 5,7
Tana Tidung 12,03 6,67 8,8 2,23
Tarakan 9,45 10,14 8,26 7,09 6,9
Kalimantan Utara3 8,28 9,64 8,9 8,59 5,79 5,68
Nasional4 7,14 6,56 6,13 6,17 5,94 6,18
Sumber:
1) RPJP Kalimantan Utara
2) Kabupaten Malinau Dalam Angka Tahun 2015
Kabupaten Nunukan Dalam Angka Tahun 2014-2015
Kota Tarakan Dalam Angka Tahun 2015
3) Kalimantan Utara Dalam Angka Tahun 2015
4) BPS Nasional 2016
5) LKPJ Provinsi Kalimantan Utara 2015

Tingkat pengangguran terbuka Provinsi Kalimantan Utara menunjukkan tren yang


fluktuatif. Tingkat pengangguran terbuka tercatat 9,64% pada tahun 2011 dan menurun
10,9% pada tahun 2013 hingga mencapai angka 8,59%. Angka ini masih tergolong sangat
besar dibanding dengan Tingkat Pengangguran Terbuka nasional. Tahun 2013 selisih antara
angka provinsi dengan nasional mencapai 2,42%. Tingkat pengangguran terbuka Provinsi
Kalimantan Utara menunjukkan pertumbuhan positif, yakni menurun hingga 5,79% di tahun
2014 dan kembali menurun di tahun 2015 hingga mencapai angka 5,68%. Angka ini tidak
jauh berbeda dengan angka nasional sebesar 6,18% pada tahun yang sama.
Tabel di atas menunjukkan bahwa masalah pengangguran masih harus menjadi
fokus perencanaan pembangunan. Besarnya tingkat pengangguran terbuka dapat
disebabkan oleh beberapa faktor, diantaranya adalah jumlah lapangan kerja yang tidak
sebanding dengan jumlah angkatan kerja dan juga rendahnya daya saing tenaga kerja.
Faktor ini kemudian dapat dijadikan solusi alternatif yang mendukung pencapaian target
penurunan angka pengangguran.

RPJMD Provinsi Kalimantan Utara Tahun 2016-2021 II - 140


6. Keselamatan dan Perlindungan
Aspek keselamatan dan perlindungan tenaga kerja merupakan hal yang penting
karena menyangkut kesehatan dan keselamatan kerja. Aspek ini juga merupakan jaminan
untuk meningkatan produktivitas kerja. Maksud dari memberikan jaminan keselamatan
dan perlindungan kepada tenaga kerja adalah tidak lain untuk memberikan kenyamanan
dalam lingkungan kerja dan kewajiban peruasahaan untuk memenuhi hak-hak pekerjanya.
Jaminan keselamatan dan perlindungan tertuang di dalam instrumen Keselamatan dan
Kesehatan Kerja (K3). Instrument ini melindungi pekerja, perusahaan, lingkungan, dan
masyarakat sekitar dari bahaya akibat kecelakan kerja.
Tabel 2.3.2.A.6
Data Keselamatan dan Perlindungan Tenaga Kerja Tahun 2015
Kabupaten/Kota Provinsi Kalimantan Utara
Jumlah
Perusahaan Jumlah tenaga kerja yang memiliki
Kabupaten/Provinsi Kecelakaan
pemilik K3 jamsostek
Kerja
JKK JKM JHT JPK
Bulungan - - 76 76 75 -
Malinau - - - - - -
Nunukan 5 12 - - - -
Tana Tidung - - - - - -
Tarakan - 37 5.575 5.575 5575 5.706
Kalimantan Utara 5 49 5.651 5.651 5.651 5.706
Sumber: Dinsosnakertrans Provinsi Kalimantan Utara dan Hasil Olahan 2016
Keterangan:
JKK = Jaminan Kecelakaan Kerja
JKM = Jaminan Kematian
JHT = Jaminan Hari Tua
JPK = Jaminan Pemeliharaan Kesehatan

Hingga tahun 2015, hanya ada 3 perusahaan di Provinsi Kalimantan Utara yang
telah memiliki penghargaan Keselamatan dan Kesehatan Kerja. Dua perusahaan sektor
pertanian, perkebunan dan kehutanan di Kabupaten Nunukan dan tiga perusahaan sektor
pertambangan dan penggalian yang juga berada di Kabupaten Nunukan. Kasus kecelakan
kerja yang masih kerap terjadi di Provinsi Kalimantan Utara tahun 2015, adalah 11 kasus
keselamatan kerja di perusahaan sektor pertanian, perkebunan dan kehutanan, 3 kasus di
perusahaan pertambangan dan penggalian, dan jumlah kasus tertinggi adalah di
perusahaan sektor Industri pengolahan, yaitu 37 kasus.

7. Perselisihan Buruh dan Pengusaha terhadap Kebijakan Pemerintah Daerah


Masalah sengketa atau perselisihan dapat terjadi antara perusahaan/buruh dengan
Pemerintah Daerah terutama dalam hal kebijakan. Hal ini dapat mempengaruhi kestabilan
sosial dan politik serta perekonomian daerah. Jumlah kejadian perselisihan
pengusaha/buruh dengan kebijakan pemerintah di Kabupaten Malinau terus meningkat
selama periode tahun 2011 hingga 2015. Jumlah kejadian perselisihan di tahun 2011
tercatat hanya 5 kejadian, namun di tahun 2015, jumlah ini meningka pesat hingga

RPJMD Provinsi Kalimantan Utara Tahun 2016-2021 II - 141


mencapai 44 kejadian. Untuk persentase penyelesaian perselisihan di Kabupaten Malinau
sudah memenuhi 100%, yang artinya seluruh kejadian perselisihan dapat terselesaikan
setiap tahunnya. Untuk kejadian di Kabupaten/Kota lainnya di Provinsi Kalimantan Utara
belum tersedia data yang lengkap.
Tabel 2.3.2.A.7
Jumlah Kejadian Perselisihan Tahun 2011-2014
Provinsi Kalimantan Utara
Uraian Kabupaten/Provinsi 2011 2012 2013 2014 2015
Jumlah kejadian Bulungan
perselisihan Malinau 5 10 15 22 44
Nunukan
Tana Tidung
Tarakan
Jumlah perselisihan Bulungan
yang terselesaikan Malinau 5 10 15 22 44
Nunukan
Tana Tidung
Tarakan
Sumber: Dinsosnakertrans Kabupaten Malinau, 2016

B. Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak


1. Indeks Pembangunan Gender (IPG)
IPG merupakan indeks pencapaian kemampuan dasar pembangunan manusia
dengan memperhatikan ketimpangan gender. IPG digunakan untuk mengukur ketimpangan
antara laki-laki dan perempuan.
Membandingkan nilai Indeks Pembangunan Gender (IPG) dengan Indeks
Pembangunan Manusia (IPM), merupakan salah satu cara untuk mengetahui apakah terjadi
kesenjangan pencapaian pembangunan antara laki-laki dan perempuan. Kesetaraan gender
terjadi apabila nilai IPM sama dengan IPG, di sisi lain ketimpangan gender terjadi bila nilai
IPG lebih rendah dari IPM. Beberapa faktor yang menyebabkan fluktuasi nilai IPG ini antara
lain karena pengaruh semua komponen IPG yakni angka harapan hidup, angka melek
aksara, rata-rata lama sekolah, serta pengeluaran per kapita disesuaikan. Tabel di bawah
ini akan menunjukkan capaian IPG di Provinsi Kalimantan Utara yang dirinci berdasarkan
kabupaten/kota tahun 2010-2014.

RPJMD Provinsi Kalimantan Utara Tahun 2016-2021 II - 142


Tabel 2.3.2.B.1
Indeks Pembangunan Gender (IPG) Tahun 2010-2014 Provinsi Kalimantan Utara
Indeks Pembangunan Gender (IPG)
Kabupaten/Kota
2010 2011 2012 2013 2014
Bulungan 60,80 61,28 61,84 78,71 85,18
Malinau 63,96 64,62 64,97 80,18 80,61
Nunukan 64,00 64,81 65,43 80,99 81,43
Tana Tidung 59,15 59,54 60,73 77,04 77,51
Tarakan 64,79 65,35 66,01 90,31 90,76
Kalimantan Utara n/a n/a 0,00 85,63 85,67
Nasional 67,20 67,80 68,52 90,19 90,34
Sumber:
1) Dokumen RPJPD Provinsi Kalimantan Utara 2005-2025 (Data 2010-2012)
2) Analisis Profil Gender Provinsi Kalimantan Utara 2015 (Data Tahun 2013; 2014)
3) Pembangunan Manusia Berbasis Gender 2015 (Data Nasional 2013; 2014)

Melihat tabel di atas, dapat diketahui bahwa nilai IPG di lima kabupaten/kota di
Provinsi Kalimantan Utara meningkat setiap tahunnya. Terlihat juga IPG sebagai ukuran
pencapaian pembangunan gender di provinsi selama dua tahun terakhir menunjukkan
perkembangan yang positif, dengan ditunjukkan makin meningkatnya besaran nilai IPG.
Hal ini mengindikasikan bahwa komponen-komponen pembentuk nilai IPG juga mengalami
peningkatan. Pada tahun 2013 pencapaian IPG mencapai nilai 85,63 dan tahun 2014
meningkat menjadi 85,67 serta berada di posisi 29 dari 34 provinsi di Indonesia. Hal ini
dipengaruhi oleh kecilnya sumbangan pendapatan perempuan dalam pembentukan IPG,
yaitu hanya 30,55% (laki-laki 69,45%). Sementara tiga komponen lainnya seperti angka
harapan hidup, angka harapan lama sekolah dan rata-rata lama sekolah tidak terjadi
perbedaan angka yang signifikan antara laki-laki dan perempuan.
Dari tabel di atas juga terlihat, satu-satunya kabupaten/kota yang nilai IPG-nya di
atas nilai IPG provinsi adalah Kota Tarakan sehingga diperlukan perhatian khusus untuk
meningkatkan nilai IPG di Kabupaten Tana Tidung, Malinau, Nunukan, dan Bulungan,
mengingat nilai IPG keempat kabupaten tersebut di bawah nilai IPG provinsi.

2. Indeks Pemberdayaan Gender (IDG)


IDG merupakan indeks yang digunakan untuk mengkaji lebih jauh peranan
perempuan dalam pengambilan keputusan, terutama peran aktifnya dalam kehidupan
ekonomi dan politik serta kontribusinya dalan aspek ekonomi maupun sosial. IDG dibentuk
berdasarkan tiga komponen, yaitu keterwakilan perempuan dalam parlemen; perempuan
sebagai tenaga profesional, teknisi, kepemimpinan dan ketatalaksanaan; dan sumbangan
pendapatan. Tabel berikut akan menyajikan capaian IDG di Provinsi Kalimantan Utara yang
dirinci menurut kabupaten/kota tahun 2010.

RPJMD Provinsi Kalimantan Utara Tahun 2016-2021 II - 143


Tabel 2.3.2.B.2
Indeks Pemberdayaan Gender (IDG) Tahun 2010-2014 Provinsi Kalimantan Utara
Indeks Pemberdayaan Gender (IDG)
Kabupaten/Kota
2010 2011 2012 2013 2014
Bulungan 57,35 58,49 57,36 57,36 45,91
Malinau 56,82 56,97 61,24 58,31 59,75
Nunukan 68,93 72,04 68,93 70.33 68,65
Tana Tidung 53,79 58,83 58,68 56,58 58,34
Tarakan 52,93 58,05 29,79 58.82 49,78
Kalimantan Utara n/a n/a n/a n/a 66,52
Nasional 68,15 69,14 70,07 70,46 70,68
Sumber:
1) Dokumen RPJPD Provinsi Kalimantan Utara 2005-2025 (Data 2010-2012)
2) Analisis Profil Gender Provinsi Kalimantan Utara 2015 (Data Tahun 2013; 2014)
3) Pembangunan Manusia Berbasis Gender 2015 (Data Nasional 2013; 2014)

Pada tabel di atas dapat dilihat bahwa IDG menurut kabupaten/kota, IDG tertinggi
pada tahun 2014 ditunjukkan oleh Kabupaten Nunukan dengan skor 68,65 dan terendah di
Kabupaten Bulungan dengan skor 45,91. Capaian IDG yang masih rendah dipengaruhi peran
serta perempuan di parlemen (DPRD) yang masih sangat rendah sehingga berdampak
direndahnya skor IDG.
Posisi IDG Kalimantan Utara tahun 2014 berada di peringkat 19 dari 34 provinsi
dengan skor 66,52. Hal ini hendaknya mendapat perhatian dari pemerintah agar dapat
meningkatkan pemberdayaan perempuan Kalimantan Utara di masa mendatang.

3. Persentase Partisipasi Perempuan di Lembaga Pemerintah


Partisipasi perempuan dalam lembaga pemerintah merupakan wujud keterlibatan
perempuan dalam pembangunan dan pengambilan keputusan serta sebagai sarana untuk
memperjuangkan hak perempuan. Keterwakilan perempuan dalam lembaga pemerintah
dapat menjadi jalan bagi kaum perempuan untuk menyuarakan aspirasinya dalam kegiatan
pemerintahan termasuk dalam perencanaan pembangunan dan pengambilan keputusan.
Salah satu contohnya adalah keterwakilan perempuan dalam instansi-instansi pemerintah
daerah. Untuk saat ini data mengenai partisipasi perempuan belum banyak tersedia
khususnya di tahun 2014 dan 2015.
Tabel 2.3.2.B.3
Partisipasi Perempuan di Lembaga Pemerintah Tahun 2010-2015
di Provinsi Kalimantan Utara
Partisipasi Perempuan di Lembaga Pemerintah (%)
Kabupaten/Kota
2010 2011 2012 2013 2014 2015
Bulungan 13,69 11,00 11,00 14,21 n/a n/a
Malinau n/a n/a 27,01 n/a 7,00 7,49
Nunukan 20,16 n/a 19,24 8,83 n/a n/a
Tana Tidung 39,56 30,68 35,89 n/a n/a n/a
Tarakan 9,50 99,90 95,14 41,20 37,44 37,99
Kalimantan Utara 36,35 37,71 38,49 n/a n/a n/a
Sumber:
1) Dokumen RPJPD Provinsi Kalimantan Utara 2005-2025
2) Dinas BPMPPKBPD Kabupaten Malinau (Data Tahun 2014; 2015)
3) Dinas BPMPPKBPD Kota Tarakan (Data Tahun 2011; 2012; 2014; 2015)

RPJMD Provinsi Kalimantan Utara Tahun 2016-2021 II - 144


Tabel diatas menunjukkan partisipasi perempuan di lembaga pemerintah masih
rendah di sebagian besar kabupaten di Provinsi Kalimantan Utara, hanya di Kota Tarakan
pada tahun 2011-2012 lebih dari 90%. Hal tersebut dikarenakan hampir seluruh pekerja
perempuan bekerja di lembaga pemerintah, kemudian di tahun berikutnya terjadi
penurunan karena banyaknya kesempatan kerja di lembaga swasta. Di Kabupaten Bulungan
memiliki partisipasi perempuan di lembaga pemerintah selama tahun 2010-2014 relatif
berada di kisaran angka 10-14%. Di Kabupaten Nunukan, partisipasi perempuan di lembaga
pemerintah justru menurun, bahkan penurunan terjadi sangat drastis dari angka 19,24% di
tahun 2012 menjadi 8,83% di tahun 2013. Untuk Kabupaten Tana Tidung, keterwakilan
perempuan di lembaga pemerintah cukup tinggi walaupun mengalami penurunan, yakni
masih berada di kisaran angka 35-39%. Angka partisipasi perempuan di lembaga
pemerintah yang masih cukup rendah ini harus menjadi perhatian bagi pemerintah daerah
untuk memberikan peluang dan kesempatan yang semakin luas bagi perempuan agar dapat
berpartisipasi layaknya laki-laki.

4. Persentase Partisipasi Perempuan di Lembaga Swasta


Partisipasi perempuan di lembaga swasta tidak banyak data yang didapatkan untuk
saat ini, hanya yang berasal dari Dinas BPMPPKBPD Kota Tarakan yakni 62,56% di tahun
2014 dan 62,01% di tahun 2015 dan dari Kabupaten Malinau yaitu 1,44% tahun 2014 dan
1,66% tahun 2015. Penurunan yang terjadi di Kota Tarakan disebabkan karena terjadi
penurunan jumlah tenaga kerja perempuan di lembaga swasta sedangkan jumlah tenaga
kerja perempuan secara umum meningkat. Angka partisipasi perempuan di lembaga swasta
yang masih cukup rendah ini harus menjadi perhatian bagi pemerintah daerah untuk
memberikan peluang dan kesempatan yang semakin luas bagi perempuan agar dapat
berpartisipasi layaknya laki-laki.
Tabel 2.3.2.B.4
Partisipasi Perempuan di Lembaga Swasta Tahun 2010-2015
di Provinsi Kalimantan Utara
Partisipasi Perempuan di Lembaga Pemerintah (%)
Kabupaten/Kota
2010 2011 2012 2013 2014 2015
Bulungan n/a n/a n/a n/a n/a n/a
Malinau n/a n/a n/a n/a 1,44 1,66
Nunukan n/a n/a n/a n/a n/a n/a
Tana Tidung n/a n/a n/a n/a n/a n/a
Tarakan n/a n/a n/a n/a 62,56 62,01
Kalimantan Utara n/a n/a n/a n/a n/a n/a
Sumber:
1) Dinas BPMPPKBPD Kabupaten Malinau (Data Tahun 2014; 2015)
2) Dinas BPMPPKBPD Kota Tarakan (Data Tahun 2014; 2015)

RPJMD Provinsi Kalimantan Utara Tahun 2016-2021 II - 145


5. Rasio KDRT
Kekerasan dalam rumah tangga adalah setiap perbuatan terhadap seseorang
terutama perempuan, yang berakibat timbulnya kesengsaraan atau penderitaan secara
fisik, seksual, psikologis, dan/atau penelantaran rumah tangga termasuk ancaman untuk
melakukan perbuatan, pemaksaan, atau perampasan kemerdekaan secara melawan hukum
dalam lingkup rumah tangga. Kekerasan dalam rumah tangga seringkali diderita oleh pihak
perempuan dan anak-anak. Berbagai macam latar belakang masalah yang dapat
menyebabkan KDRT seperti kemiskinan, pihak ketiga, dan sebagainya. Data mengenai
KDRT tidak banyak tersedia seperti di Kabupaten Bulungan dan Kabupaten Tana Tidung,
data yang ada saat ini juga tidak sepenuhnya ada setiap tahunnya.
Tabel 2.3.2.B.5
Rasio KDRT Tahun 2010-2015 di Provinsi Kalimantan Utara
KDRT (%)
Kabupaten/Kota
2010 2011 2012 2013 2014 2015
Bulungan n/a n/a n/a n/a n/a n/a
Malinau n/a n/a 0,04 0,02 0,02 0,01
Nunukan 0,01 n/a 0,04 0,03 0,01 n/a
Tana Tidung n/a n/a n/a n/a n/a n/a
Tarakan n/a n/a n/a n/a n/a n/a
Kalimantan Utara n/a n/a n/a n/a n/a n/a
Sumber:
1) Kabupaten Nunukan Dalam Angka Tahun 2011; 2013-2015
2) Kota Tarakan Dalam Angka Tahun 2011; 2012
3) Dinas BPMPPKBPD Kabupaten Malinau (Data tahun 2012-2015)
4) Dinas BPMPPKBPD Kota Tarakan (Data Tahun 2012-2015)

Angka rasio KDRT yang cukup tinggi di Provinsi Kalimantan Utara terdapat di Kota
Tarakan. Di kota ini selama setahun bisa terjadi lebih dari 100 kasus KDRT. Selama kurun
waktu tahun 2010-2015, angka KDRT tertinggi terjadi tahun 2012 yakni mencapai 172 kasus
KDRT. Walaupun pada tahun 2013 menurun, namun pada 2 tahun berikutnya kembali
meningkat. Sangat berbeda bila dibandingkan dengan kabupaten lain di Provinsi Kaltara
yang jumlah kasus KDRTnya tidak mencapai angka 20. Di Kabupaten Nunukan, kasus KDRT
menurun dari tahun 2012 hingga tahun 2014 sedangkan di Kabupaten Malinau cenderung
relatif stagnan meskipun ada kecenderungan menurun. Sudah selayaknya di era emansipasi
wanita saat ini, wanita harus dihormati dan diberikan kesempatan yang sama seperti laki-
laki. Namun melihat tingginya angka KDRT di Kota Tarakan, hal tersebut harus segera
mendapat perhatian baik dari pemerintah kota maupun pemerintah provinsi.

6. Partisipasi Angkatan Kerja Perempuan


Kesetaraan gender merupakam salah satu isu perempuan dalam era modern,
perempuan diharapkan mempunyai kesempatan yang sama dalam berbagai akses seperti
terhadap pendidikan, pekerjaan dan aktualisasi kegiatan sehari-hari yang setara dengan
laki-laki. Kesetaraan eksternal dapat dicapai bila perempuan dan laki-laki memiliki status

RPJMD Provinsi Kalimantan Utara Tahun 2016-2021 II - 146


yang sama dalam akses terhadap barang dan sumber daya, dalam berkontribusi,
berpartisipasi, dan memanfaatkan ekonomi, sosial, budaya, dan politik. Sehingga
perempuan harus diberi kesempatan yang sama dengan laki-laki agar dapat
mengembangkan kemampuannya.
Tabel 2.3.2.B.6
Partisipasi Angkatan Kerja Perempuan Tahun 2010-2015 di Provinsi Kalimantan Utara
Partisipasi Angkatan Kerja Perempuan (%)
Kabupaten/Kota
2010 2011 2012 2013 2014 2015
Bulungan 48,01 42,95 39,48 32,80 39,13 n/a
Malinau 44,60 43,86 54,71 60,00 62,25 n/a
Nunukan 27,90 12,38 10,12 n/a 56,59 n/a
Tana Tidung 42,33 41,85 33,17 30,93 30,89 n/a
Tarakan 14,59 11,18 11,18 n/a 46,69 39,05
Kalimantan Utara 34,51 28,19 28,19 n/a 45,83 n/a
Sumber:
1) Dokumen RPJPD Provinsi Kalimantan Utara 2005-2025
2) Kabupaten Bulungan Dalam Angka 2011-2014
3) Kabupaten Malinau Dalam Angka 2013; 2014
4) Kabupaten Tana Tidung Dalam Angka 2011-2014
5) Dinas BPMPPKBPD Kota Tarakan (data tahun 2015)
6) Analisis Profil Gender Provinsi Kalimantan Utara 2015 (data tahun 2014)

Angka partisipasi angkatan kerja perempuan di seluruh kabupaten/kota di Provinsi


Kalimantan Utara sebagian besar terjadi penurunan. Seperti yang terjadi di Kabupaten
Tana Tidung selama kurun waktu tahun 2010-2014, pada tahun 2010 persentasenya
mencapai 42,33% tetapi terus menurun hingga pada tahun 2014 hanya berada di angka
30,89%. Penurunan juga terjadi di Kabupaten Bulungan dan Kota Tarakan. Sementara
angka partisipasi angkatan kerja perempuan di Kabupaten Malinau justru meningkat setiap
tahunnya, walaupun sempat mengalami penurunan pada tahun 2011, tetapi pada tahun-
tahun berikutnya mengalami peningkatan hingga pada tahun 2014 mencapai angka 62,25%.
Bila melihat angka partisipasi Provinsi Kalimantan Utara pada tahun 2014 (45,83%),
sebagian besar kabupaten/kota melewati angka partisipasi propinsi yakni Kabupaten
Malinau (62,25%), Kabupaten Nunukan (56,59%), dan Kota Tarakan (46,69%), sedangkan
Kabupaten Bulungan dan Kabupaten Tana Tidung masih di bawah angka partisipasi
angkatan kerja perempuan propinsi. Perempuan harus diberi peluang, kesempatan, dan
akses yang semakin terbuka luas untuk berkompetisi di dalam dunia kerja agar mempunyai
peluang yang sama dengan laki-laki.

7. Penyelesaian Pengaduan Perlindungan Perempuan dan Anak dari Tindak


Kekerasan
Banyaknya kasus kekerasan yang terjadi yang melibatkan perempuan dan anak
selayaknya membutuhkan perhatian khusus dari pemerintah baik pemerintah pusat
maupun daerah. Berikut ini adalah tabel penyelesaian pengaduan perlindungan perempuan

RPJMD Provinsi Kalimantan Utara Tahun 2016-2021 II - 147


dan anak dari tindak kekerasan yang terjadi di Propinsi Kalimantan Utara dalam periode
tahun 2010-2015.
Tabel 2.3.2.B.7
Persentase Penyelesaian Pengaduan Perlindungan Perempuan dan Anak dari Tindak
Kekerasan Tahun 2010-2015 di Provinsi Kalimantan Utara
Penyelesaian Pengaduan Perlindungan Perempuan dan Anak (%)
Kabupaten/Kota
2010 2011 2012 2013 2014 2015
Bulungan 50,00 133,33 80,00 0 61,90 n/a
Malinau n/a n/a 90,91 100,00 100,00 100,00
Nunukan 88,89 65,71 111,32 73,17 76,92 n/a
Tana Tidung n/a n/a n/a n/a n/a n/a
Tarakan 100,00 100,00 78,95 79,93 n/a n/a
Kalimantan Utara n/a n/a n/a n/a n/a n/a
Sumber:
1) Kabupaten Bulungan Dalam Angka 2011-2015
2) Kabupaten Malinau Dalam Angka 2013-2015
3) Kabupaten Nunukan Dalam Angka 2011-2015
4) Kota Tarakan Dalam Angka 2011; 2013; 2014
5) Dinas BPMPPKBPD Kota Tarakan (data tahun 2011)
6) Dinas BPMPPKBPD Kabupaten Malinau (data tahun 2014; 2015)

Tabel di atas menunjukkan tingginya penyelesaian pengaduan kasus perlindungan


perempuan dan anak dari tindak kekerasan. Tingginya angka tersebut membuktikan bahwa
adanya tindakan cepat dari pemerintah dan pihak-pihak terkait untuk menyelesaikan
kasus-kasus kekerasan yang terjadi dan melibatkan perempuan dan anak. Meskipun pada
tahun 2013 di Kabupaten Bulungan terjadi kasus kekerasan tetapi tidak ada penyelesaian
selama setahun tersebut. Kabupaten yang menunjukkan persentase yang baik selama
periode tahun 2010-2015 dalam menyelesaikan kasus perlindungan perempuan dan anak
dari tindak kekerasan adalah Kabupaten Malinau selama tahun 2012-2015 berada di kisaran
angka 90% bahkan tahun 2013-2015 selalu 100%. Sementara di Kabupaten Bulungan dan
Kota Tarakan menunjukkan kecenderungan penurunan. Di Kabupaten Nunukan mengalami
tren fluktuatif selama kurun waktu periode tersebut.
Dalam menyelesaikan kasus yang melibatkan perempuan dan anak khususnya
perlindungan terhadap mereka dari tindak kekerasan yang biasanya terjadi di dalam
keluarga diperlukan perhatian khusus dan tindakan yang cepat dari pemerintah dan pihak-
pihak terkait agar korban-korban dari tindak kekerasan ini khususnya perempuan dan
anak-anak tidak mengalami trauma dan bisa melanjutkan kehidupan mereka seperti
sebelumnya.

8. Persentase Jumlah Tenaga Kerja Di Bawah Umur


Di Indonesia usia minimum seseorang dapat bekerja adalah 15 tahun. Anak-anak
usia dibawah 15 tahun tidak diperbolehkan untuk bekerja sesuai dengan undang-undang
yang berlaku. Tetapi pekerja dibawah umur masih banyak terjadi di Indonesia karena
faktor ekonomi, sosial dan lingkungan. Di Kalimantan Utara sendiri tidak luput dari adanya

RPJMD Provinsi Kalimantan Utara Tahun 2016-2021 II - 148


anak-anak dibawah umur yang bekerja. Tetapi sejauh ini belum ada data yang mendukung
persentase jumlah tenaga kerja di bawah umur seperti data jumlah pekerja usia 5-14
tahun dan data jumlah pekerja usia 5 tahun keatas baik yang berasal dari kabupaten/kota
maupun yang berasal dari provinsi.

C. Pangan
Ketahanan pangan merupakan kondisi kecukupan, ketersediaan, keterjangkauan
dan keberlanjutan terpenuhinya kebutuhan pangan baik secara kualitatif maupun
kuantitatif bagi masyarakat untuk menuju masyarakat yang sehat sejahtera dan produktif.
Definisi tentang ketahanan pangan dirujuk dari FAO (1996) yang diadopsi ke dalam UU RI
No. 7 Tahun 1996, menyebutkan bahwa terdapat empat komponen yang harus dipenuhi
untuk mencapai kondisi ketahanan pangan yaitu, (LIPI, 2004):
1. Kecukupan ketersediaan pangan
2. Stabilitas ketersediaan pangan tanpa fluktuasi dari musim ke musim atau dari tahun
ke tahun
3. Aksesibilitas/keterjangkauan terhadap pangan, serta
4. Kualitas/keamanan pangan

Adanya empat komponen tersebut, kemudian dapat diukur ketahanan pangan


tingkat rumah tangga dengan menghitung indeks ketahanan pangan. Pengukuran
ketahanan pangan tingkat rumah tangga dihitung bertahap dengan cara menggabungkan
keempat komponen ketahanan tersebut, untuk mendapatkan indeks ketahanan pangan.
Dalam mencapai ketahanan dan kedaulatan pangan suatu wilayah, pemerintah baik
kabupaten, provinsi bahkan sampai pada tingkat negara, seharusnya memiliki regulasi
ketahanan pangan sebagai alat ukur indeks ketahanan pangan daerah tersebut. Sehingga
regulasi tersebut dapat digunakan sebagai acuan dasar kebijakan untuk membangun
tingkat ketahanan pangan yang lebih baik melalui program pengembangan sumber daya
pangan setempat khususnya untuk kebutuhan pangan utama, yang didukung sumber daya
manusia yang profesional dan tersedianya sarana dan prasarana produksi pertanian dalam
arti luas.
Dalam rangka menuju kecukupan gizi (karbohidrat) maupun nutrisi lainnya,
pengembangan tanaman pangan di luar padi sebagai pangan utama harus mendapat
perhatian dalam pengembangan atau budidayanya sebagai sumber karbohidrat alternatif.
Sehingga bila nantinya terjadi gangguan pada kecukupan ketersediaan beras, diharapkan
tidak terjadi ketergantungan pada pihak luar untuk impor. Konsep seperti ini dikenal

RPJMD Provinsi Kalimantan Utara Tahun 2016-2021 II - 149


sebagai diversifikasi sumber pangan yang dalam praktek produksinya biasa disebut
diversifikasi pertanian.
Untuk wilayah atau daerah yang masyarakatnya dengan pola konsumsi beras
sebagai bahan pangan utama, maka indikator ketersediaan yang memenuhi kaidah
ketahanan dan kedaulatan pangan dapat dari produksi padi sendiri dalam suatu kurun
waktu misalnya tahunan dan harus dianalisis dengan cermat dalam hal produksi padi,
tingkat rendemen menjadi beras dan tingkat kerusakannya untuk masing-masing
wilayah/daerah, sedang bagi wilayah atau bagian wilayah yang bahan pangan utama
penduduk bukan beras, maka perlu pendekatan analisis karbohidrat setara beras dari
bahan pangan non beras tersebut sebagai pendukung dalam penyediaan pangan yang harus
disesuaikan.
Sektor pertanian tidak hanya mempunyai fungsi penyediaan dan pencukupan
pangan, tetapi sektor pertanian pada umumnya juga memberikan konstribusi terhadap
nilai PDRB. Sehingga sejauh mana konstribusi tersebut harus dianalisa dari tahun ke tahun,
serta disusun suatu konsep pengembangaan ke depan sebagai bagian dari isu strategis.

1. Kecukupan Ketersediaan Pangan


Ketersediaan pangan dalam rumah tangga mengacu pada pangan yang cukup dan
tersedia dalam jumlah yang dapat memenuhi kebutuhan konsumsi rumah tangga untuk
kurun waktu (hari) tertentu. Kecukupan akan beras suatu daerah tergantung pada berapa
kali daerah tersebut panen padi, yang sangat dipengaruhi oleh luas panen dan
produktivitasnya. Untuk mengetahui daya dukung lahan pertanian di suatu daerah,
terutama di daerah yang sebagian besar penduduknya bekerja di sektor pertanian, daya
dukung dihitung dari produksi bahan makanan. Perhitungannya didasarkan pada Kebutuhan
Fisik Minimum (KFM) yang didasarkan atas kebutuhan kalori per orang per hari yaitu 2.600
kalori per orang per hari atau setara 265 kg beras per orang per tahun. Nilai kebutuhan
pokok minimum adalah nilai yang menunjukkan seseorang dapat hidup secara normal,
sehingga dapat bekerja untuk memenuhi kebutuhan hidupnya. Menurut Odumddk cit.
Moniaga (2011) dikatakan bahwa daerah yang mampu swasembada pangan adalah daerah
yang dapat memenuhi KFM penduduk 2.600 kalori/hari yang setara dengan 265 kg
beras/orang/tahun. Sedangkan untuk daerah yang dikatakan dapat memberikan kehidupan
yang layak bagi penduduk yang bergantung pada tanaman pangan adalah daerah yang
dapat memenuhi kebutuhan penduduk dalam taraf yang layak yaitu setara dengan 650 kg
beras/orang/tahun atau 2,446 x KFM.

RPJMD Provinsi Kalimantan Utara Tahun 2016-2021 II - 150


Untuk menganalisis tingkat daya dukung lahan pertanian digunakan rumus
matematika dari konsep gabungan atas tori Odum, Christeiler, Ebenezer Howard dan issard
dalam Soehardjo dan Tukiran, 1990 cit. Moniaga, 2011, sebagai berikut:
= X/K,

dimana = tingkat daya dukung lahan pertanian


X = Luas panen tanaman pangan per kapita
= Luas panen tanaman pangan di suatu daerah dibagi jumlah penduduk di
daerah tersebut
K = Luas lahan untuk swasembada pangan, dengan
= Kebutuhan Fisik Minimum dibagi produksi tanaman pangan per ha per tahun.

Nilai menunjukkan kelas tingkat kemampuan swasembada pangan, yang


dikategorikan menjadi 3 kelas yaitu:
1. Kelas I : nilai > 2,47 , artinya wilayah ini mampu swa sembada pangan dan
mampu memberikan kehidupan yang layak bagi penduduknya.
2. Kelas II : 1 nilai 2,7, artinya wilayah ini mampu swa sembada pangan, tetapi
belum mampu memberikan kehidupan layak bagi penduduknya.
3. Kelas III : nilai < 1, artinya wilayah ini belum mampu swa sembada pangan.

Dengan pendekatan analisis tersebut, maka dapat dijelaskan sebagai berikut.


Tabel 2.3.2.C.1
Analisis Daya Dukung Lahan Mendukung Kemampuan Swasembada Pangan Tahun 2010
Provinsi Kalimantan Utara
Luas Produksi
Kabupaten/Kota KFM X K
penddk panen total Per ha
Bulungan 112.660 19.238 61.112 3,17 265 0,17 83,60 0,002043
Malinau 62.580 10.402 26.950 2,59 265 0,17 102,32 0,001625
Nunukan 140.841 9.338 38.500 4,12 265 0,07 64,32 0,001031
Tana Tidung 15.202 734 2.728 3,71 265 0,05 71,43 0,000676
Tarakan 193.370 31 111 3,58 265 0,00 74,02 0,000002
Kalimantan Utara 524.653 39.743 129.401 3,25 265 0,08 81,54 0,000929
Sumber: Dokumen RPJP Provinsi Kalimantan Utara Tahun 2005-2025

Tabel 2.3.2.C.2
Analisis Daya Dukung Lahan Mendukung Kemampuan Swasembada Pangan Tahun 2011
Provinsi Kalimantan Utara
Luas Produksi
Kabupaten/Kota KFM X K
penddk panen total Per ha
Bulungan 117.019 20.124 61.750 3,06 265 0,17 86,60 0,001986
Malinau 66.052 8.798 22.649 2,57 265 0,13 103,11 0,001292
Nunukan 154.269 9.552 39.857 4,17 265 0,06 63,55 0,000974
Tana Tidung 16.356 736 2.661 3,61 265 0,04 73,41 0,000613
Tarakan 204.281 49 194 3,96 265 0,00 66,92 0,000004
Kalimantan Utara 557.977 39.259 127.111 3,49 265 0,07 75,93 0,000927
Sumber: Dokumen RPJP Provinsi Kalimantan Utara Tahun 2005-2025

RPJMD Provinsi Kalimantan Utara Tahun 2016-2021 II - 151


Tabel 2.3.2.C.3
Analisis Daya Dukung Lahan Mendukung Kemampuan Swasembada Pangan Tahun 2012
Provinsi Kalimantan Utara
Luas Produksi
Kabupaten/Kota penddk KFM X K
panen Total Per ha
Bulungan 120.600 21.774 74.012 3,49 265 0,18 75,93 0,002378
Malinau 66.845 8.872 22.920 2,58 265 0,13 102,71 0,001292
Nunukan 154.308 9.003 37.249 4,13 265 0,06 64,16 0,000909
Tana Tidung 17.079 914 2.891 3,16 265 0,05 83,86 0,000638
Tarakan 210.504 50 217 4,34 265 0,00 61,06 0,000004
Kalimantan Utara 569.336 40.613 137.289 3,38 265 0,07 78,40 0,000910
Sumber: Dokumen RPJP Provinsi Kalimantan Utara Tahun 2005-2025

Tabel 2.3.2.C.4
Analisis Daya Dukung Lahan Mendukung Kemampuan Swasembada Pangan Tahun 2013
Provinsi Kalimantan Utara
Luas Produksi
Kabupaten/Kota KFM X K
penddk Panen Total Per Ha
Bulungan 122.985 19.793 69.676 3,52021 265 0,16 75,2796 0,0021379
Malinau 71.501 8.608 23.251 2,7011 265 0,12 98,1082 0,0012271
Nunukan 162.711 6.715 28.888 4,30208 265 0,04 61,5982 0,00067
Tana Tidung 18.985 741 2.577 3,47725 265 0,04 76,2096 0,0005122
Tarakan 218.800 69 331 4,80384 265 0,0003 55,1642 5,717E-06
Kalimantan Utara 594.982 35.926 124.723 3,47167 265 0,06 76,3322 0,000791
Sumber: Analisis Data Sekunder 2016

Tabel 2.3.2.C.5
Analisis Daya Dukung Lahan Mendukung Kemampuan Swasembada Pangan Tahun 2014
Provinsi Kalimantan Utara
Luas Produksi
Kabupaten/Kota penddk KFM X K
Panen Total Per ha
Bulungan 126.096 16.547 59.273 3,58208 265 0,13 73,9793 0,0017738
Malinau 74.469 8.579 25.838 3,01172 265 0,12 87,9895 0,0013093
Nunukan 170.042 5.981 26.953 4,50642 265 0,04 58,805 0,0005981
Tana Tidung 20.400 894 3.185 3,56221 265 0,04 74,392 0,0005891
Tarakan 227.200 71 372 5,23239 265 0,00 50,646 6,17E-06
Kalimantan Utara 618.207 32.072 124.723 3,88885 265 0,05 68,1436 0,0007613
Sumber: Analisis Data Sekunder 2016

Tabel 2.3.2.C.6
Tingkat Kemampuan Swasembada Pangan Tahun 2010-2014
Provinsi Kalimantan Utara
Tingkat Kemampuan Swasembada Pangan
Kabupaten
2010 2011 2012 2013 2014
Bulungan 0,002043 0,001986 0,002378 0,0021379 0,0017738
Malinau 0,001625 0,001292 0,001292 0,0012271 0,0013093
Nunukan 0,001031 0,000974 0,000909 0,00067 0,0005981
Tana Tidung 0,000676 0,000613 0,000638 0,0005122 0,0005891
Tarakan 0,000002 0,000004 0,000004 0,000000005 0,000000006
Kalimantan Utara 0,000929 0,000927 0,000910 0,000791 0,0007613
Sumber: Analisis Data Sekunder 2016

Berdasarkan data analisis daya dukung tersebut, dapat disimpulkan bahwa nilai
daya dukung lahan pertanian memiliki nilai < 1. Angka ini menunjukkan bahwa daerah
tersebut belum mampu swasembada pangan. Belum ada kabupaten/kota yang swasembada

RPJMD Provinsi Kalimantan Utara Tahun 2016-2021 II - 152


pangan, tetapi Kabupaten Bulungan dan Kabupaten Malinau memiliki tingkat ketahanan
pangan yang cukup tinggi dibanding kabupaten/kota yang lain.

2. Stabilitas Ketersediaan
Stabilitas ketersediaan pangan di tingkat rumah tangga diukur berdasarkan
kecukupan ketersediaan pangan dan frekuensi makan anggota keluarga dalam sehari. Satu
rumah tangga dikatakan memiliki stabilitas ketersediaan pangan jika mempunyai
persediaan pangan di atas cutting point yang ditetapkan di daerah tersebut. Cutting point
adalah jumlah hari yang menunjukkan rumah tangga memiliki ketersediaan pangan yang
cukup dengan asumsi tertentu, misalnya 240 hari untuk daerah yang dapat panen padi tiga
kali per dua tahun, atau 360 hari untuk daerah yang hanya bisa panen padi sekali setahun.
Tabel 2.3.2.C.7
Tingkat Konsumsi dan Ketersediaan Pangan Tahun 2014
Provinsi Kalimantan Utara
Tingkat Konsumsi Tingkat Ketersediaan
Kelompok bahan pangan
gr/hari kg/tahun 000 Ton gr/hari kg/tahun 000 Ton
Beras 276 101 70.355 304 111 77.391
Umbi umbian 122 45 31.148 134 49 34.262
Pangan hewani 195 71 49.579 214 78 54.537
Minyak dan lemak 22 8,09 5.650,24 24 8,9 6.215,26
Buah/biji berminyak 41,93 15,3 10.684,52 46,12 16,83 11.752,97
Kacang kacangan 26 9,58 6.688,34 29 10,54 7.357,18
Gula 27 10,03 7.000,71 30 11,03 7.700,78
Sayuran dan Buah 1.020 372,45 260.026,37 1.122 410 286.029
Lain lain 0 0 0 0 0 0
Jumlah 1.729,93 632,45 441.132,18 1.903,1 695,3 485.245,2
Sumber: Laporan Perencanaan Pangan berdasarkan AKG dan PPH Provinsi Kalimantan Utara, 2015

Indikator stabilitas dikelompokkan menjadi tiga yaitu stabil, kurang stabil dan tidak
stabil. Daerah yang masih memiliki stabilitas ketersediaan pangan rendah, harus berupaya
untuk meningkatkan produksi padi melalui berbagai program, namun harus
mempertimbangkan kondisi agroklimat dan ketersediaan pelaku produksi atau petani
profesional yang tersedia. Dari data yang ada menunjukkan bahwa Provinsi Kalimantan
Utara mempunyai stabilitas ketersediaan pangan yang stabil. Tingkat stabilitas ini dapat
ditingkatkan dan atau dipertahankan untuk masa mendatang melalui berbagai langkah
untuk membangun pertanian di provinsi ini.
Perlu dirancang program peningkatan produksi tanaman pangan baik melalui
intensifikasi, ekstensifikasi dan atau diversifikasi. Untuk mendukung program intensifikasi
pemerintah daerah harus mempunyai program penyediaan saprotan, dibangunnya sarana
irigasi dan atau drainase, pencetakan sawah baru, pembangunan jalan usaha tani,
penyediaan alsintan yang sesuai, pembangunan lantai jemur dan gudang serta unit
pengolahan hasil panenan. Pendekatan kepada pemberdayaan sumber daya manusia
pelaku produksi khususnya kelompok tani dengan peningkatan jumlah dan kualitas tenaga

RPJMD Provinsi Kalimantan Utara Tahun 2016-2021 II - 153


penyuluh dan pendamping lapangan bagi kelompok tani. Peningkatan kualitas tenaga
penyuluh melalui upgrading, training dan program pendidikan/latihan lainnya.

3. Aksesibilitas/Keterjangkauan terhadap Pangan


Indikator aksesibilitas/keterjangkauan dalam pengukuran ketahanan pangan di
tingkat rumah tangga dilihat dari kemudahan rumah tangga memperoleh bahan pangan,
dari hasil panen sendiri atau dari diperoleh luar/membeli, yang diukur dengan luas
pemilikan lahan pertanian, tingkat produktivitas dan kualitas, atau pendapatan keluarga
serta cara rumah tangga untuk memperoleh pangan dengan cara membeli. Akses yang
diukur berdasarkan pemilikan lahan/ladang dikelompokkan dalam dua kategori, yaitu:
1. Akses langsung, jika rumah tangga memiliki lahan sawah/ladang
2. Akses tidak langsung, jika rumah tangga tidak memiliki lahan sawah/ladang

Cara rumah tangga memperoleh pangan juga dikelompokkan dalam dua kategori,
yaitu:
1. Produksi sendiri, masyarakat memiliki lahan sawah sehingga cara memperoleh
pangan dengan cara akses langsung, atau tidak langsung (sawah tidak untuk
tanaman pangan)
2. Membeli, masyarakat tidak memiliki sawah, mengakses pangan secara tidak
langsung

Dari pengukuran indikator aksesibilitas ini kemudian dapat diukur indikator


stabilitas ketersediaan pangan yang merupakan penggabungan dari stabilitas ketersediaan
pangan dan aksesibilitas terhadap pangan. Indikator stabilitas ketersediaan pangan
digunakan untuk menunjukkan status suatu rumah tangga mempunyai persediaan pangan
cukup, konsumsi rumah tangga normal dan mempunyai akses langsung terhadap pangan.
Apabila dipadukan antara stabilitas langsung dan kontinyuitas bagi masyarakat yang
memiliki lahan sawah untuk pangan (padi), maka indikator yang ada adalah stabil
kontinyu, kurang stabil dan kurang kontinyu, atau tidak stabil dan tidak kontinyu. Sedang
untuk masyarakat yang tidak memiliki lahan sawah indikator yang mungkin ada adalah
stabil kurang kontinyu, kurang stabil tidak kontinyu, dan tidak stabil tidak kontinyu, yang
hal ini sangat ditentukan oleh pasokan bahan pangan dari luar atau produksi petani
setempat. Dalam hal ini ketersediaan dan berfungsinya sarana dan prasarana penyimpanan
serta transportasi menjadi sangat penting, juga program pengendalian harga. Integrasi
antar sektor mulai menunjukkan peran dan fungsinya, artinya aksesibilitas pangan tidak
hanya menjadi tanggung jawab institusi pertanian.

RPJMD Provinsi Kalimantan Utara Tahun 2016-2021 II - 154


Provinsi Kalimantan Utara secara keseluruhan memiliki potensi pertanian yang
sangat tinggi untuk mendukung pembangunan wilayah untuk jangka menengah maupun
jangka panjang. Hal ini didasarkan pada kenyataan bahwa iklim, dan daya dukung lahan
yang sangat baik untuk pertanaman tanaman pangan, sehingga perlu perencanaan
pembangunan pertanian yang komprehensif, terarah dan berkelanjutan. Ketersediaan dan
perlindungan terhadap lahan pertanian pangan berkelanjutan (LP2B) di Kalimantan harus
menjadi bagian yang tidak boleh diabaikan dalam perencanaan pembangunan daerah
Provinsi Kalimantan Utara. Bahkan dari data luas lahan non sawah yang memiliki potensi
untuk digunakan untuk pengembangan pertanian dalam arti luas, yang mencakup tanaman
non-padi dan peternakan sangat potensial.

4. Kualitas/Keamanan Pangan
Kualitas/keamanan jenis pangan yang dikonsumsi untuk memenuhi kebutuhan gizi,
ada tiga kriteria yang lebih didasarkan pada kecukupan gizi masyarakat, sehingga
dimasukkan unsur kebutuhan protein dan nutrisi lainnya, yaitu:
1. Rumah tangga dengan kualitas pangan baik adalah rumah tangga yang memiliki
pengeluaran untuk lauk-pauk berupa protein hewani dan nabati atau protein
hewani saja
2. Rumah tangga dengan kualitas pangan kurang baik adalah rumah tangga yang
memiliki pengeluaran untuk lauk pauk berupa protein nabati saja
3. Rumah tangga dengan kualitas pangan tidak baik adalah rumah tangga yang tidak
memiliki pengeluaran untuk lauk-pauk berupa protein baik hewani maupun nabati.

Ditinjau dari tingkat kemampuan Provinsi Kalimantan dalam penyediaan dan


pemenuhan kebutuhan beras bagi warganya cukup tinggi, hal ini akan memberikan kondisi
bahwa keamanan kecukupan pangan di Provinsi Kalimantan Utara terjamin. Agar
keamanan kecukupan pangan ini disertai keamanan kualitasnya, maka penanganan
pergudangan dan distribusi merupakan hal yang tidak terpisahkan. Selain itu peningkatan
kualitas pangan bagi masyarakatnya untuk mendukung pembangunan kesehatan
masyarakat harus menjadi perhatian utama.
Dari aspek kualitas pangan secara tidak langsung bahwa konsep penganekaragaman
menjadi sangat penting. Artinya kebutuhan pangan bagi manusia tidak hanya terdiri dari
karbohidrat, namun diperlukan bahan pangan lain sebagai sumber unsur pelengkap gizi.
Bertitik tolak dari poin ini menggambarkan bahwa pembangunan pertanian tidak hanya
terbatas pada produksi padi saja, tetapi termasuk jenis tanaman lainnya yang turut
dibudidayakan, yang disebut dengan diversifikasi pertanian.

RPJMD Provinsi Kalimantan Utara Tahun 2016-2021 II - 155


5. Indeks Ketahanan Pangan
Indeks ketahanan pangan dihitung dengan cara mengkombinasikan keempat
indikator ketahanan pangan (ketersediaan, stabilitas ketersediaan, keberlanjutan dan
kualitas/keamanan pangan). Kombinasi antara kecukupan ketersediaan pangan dan
frekuensi makan memberikan indikator stabilitas ketersediaan pangan. Kombinasi antara
stabilitas ketersediaan pangan dengan akses terhadap pangan memberikan indikator
kontinyuitas ketersediaan pangan. Indeks ketahanan pangan diukur berdasarkan gabungan
antara indikator kontinyuitas ketersediaan pangan dengan kualitas/keamanan pangan.
Indeks ketahanan pangan di tingkat rumah tangga dikategorikan seperti pada tabel
berikut.
Tabel 2.3.2.C.8
Indeks Ketahanan Pangan Rumah Tangga di Provinsi Kalimantan Utara
Kualitas/Keamanan Pangan: Konsumsi Protein Hewani dan/atau Nabati
Kontinyuitas
Protein Hewani dan Tidak Ada Konsumsi
Ketersediaan Pangan Protein Nabati
Nabati/Protein Hewani Protein Hewani dan Nabati
Kontinyu Tahan Kurang tahan Tidak tahan
Kurang kontinyu Kurang tahan Tidak tahan Tidak tahan
Tidak kontinyu Tidak tahan Tidak tahan Tidak tahan
Sumber: Hasil Analisis 2016

Atas dasar matriks tersebut, maka rumah tangga dapat dibedakan menjadi tiga
kategori, yaitu:
1. Rumah tangga tahan pangan, adalah rumah tangga yang memiliki persediaan
pangan/makanan pokok secara kontinyu (diukur dari persediaan makan selama jangka
masa satu panen dengan panen berikutnya dengan frekuensi makan tiga kali atau lebih
per hari serta akses langsung) dan memiliki pengeluaran untuk protein hewani dan
nabati atau protein hewani saja.
2. Rumah tangga kurang tahan pangan, adalah rumah tangga yang memiliki:
a. Kontinyuitas pangan/makanan pokok kontinyu, tetapi hanya mempunyai
pengeluaran untuk protein nabati saja
b. Kontinyuitas ketersediaan pangan/makanan kurang kontinyu dan mempunyai
pengeluaran untuk protein hewani dan nabati.
3. Rumah tangga tidak tahan pangan, adalah rumah tangga yang dicirikan oleh:
a. Kontinyuitas ketersediaan pangan kontinyu, tetapi tidak memiliki pengeluaran
untuk protein hewani maupun nabati
b. Kontinyuitas ketersediaan pangan kurang kontinyu dan hanya memiliki
pengeluaran untuk protein hewani dan nabati
c. Kontinyuitas ketersediaan pangan tidak kontinyu walaupun memiliki pengeluaran
untuk protein hewani dan nabati

RPJMD Provinsi Kalimantan Utara Tahun 2016-2021 II - 156


d. Kontinyuitas ketersediaan pangan tidak kontinyu dan hanya memiliki pengeluaran
untuk protein nabati saja, atau tidak untuk keduanya.

Berdasarkan Peta Ketahanan dan Kerentanan Pangan Nasional tahun 2009 yang
dikeluarkan Departemen Pertanian dan World Food Programme, menyebutkan bahwa
Kabupaten Malinau dan Kabupaten Nunukan merupakan dua kabupaten yang termasuk
dalam kategori prioritas kerawanan pangan berdasarkan indeks ketahanan pangan
komposit. Indeks ketahanan pangan komposit terdiri dari ketersediaan pangan, akses
pangan dan penghidupan serta pemanfaatan pangan dan gizi.
Kabupaten Nunukan termasuk kategori kerawanan pangan prioritas 2 dengan
peringkat 60 dari 346 kabupaten terdata, sedangkan Kabupaten Malinau termasuk kategori
kerawanan pangan prioritas 3 dengan peringkat 84. Kategori kerawanan pangan prioritas 2
sangat ditentukan oleh: 1) underweight pada balita, 2) desa yang tidak dapat dilalui
kendaraan roda 4, 3) tanpa akses terhadap air bersih, 4) kemiskinan, dan 5) tanpa akses
terhadap listrik. Sedangkan kategori kerawanan pangan prioritas 3 ditentukan oleh: 1)
underweight pada balita, 2) kemiskinan, 3) tanpa akses terhadap air bersih, 4) tidak
memadainya produksi pangan pokok, dan 5) tanpa akses terhadap listrik.
Dilihat dari indikator ketersediaan pangan dalam Peta Ketahanan dan Kerentanan
Pangan Nasional tersebut, peringkat Kabupaten Nunukan di urutan ke 142, Kabupaten
Malinau peringkat ke 153 dan Kabupaten Bulungan peringkat ke 162. Jika dilihat dari
indikator-indikator akses terhadap pangan yang terdiri dari penduduk di bawah garis
kemiskinan, rumah tangga tanpa akses listrik, dan desa tanpa akses ke jalan, maka
penduduk di bawah garis kemiskinan Kabupaten Nunukan berada di peringkat 180,
Kabupaten Bulungan peringkat 209, Kabupaten Nunukan peringkat 224. Jika berdasarkan
indikator rumah tangga tanpa listrik maka Kabupaten Nunukan di peringkat 289,
Kabupaten Bulungan peringkat 177, Kabupaten Malinau peringkat 189. Sedangkan
berdasarkan desa tanpa akses ke jalan Kabupaten Nunukan berada di peringkat 335,
Kabupaten Bulungan peringkat 200, dan Kabupaten Malinau peringkat 310.
Sektor pertanian berperanan penting sebagai landasan untuk pembangunan sumber
daya manusia dengan meningkatkan pemanfaatan potensi sumber daya alam yang lestari
dan berkelanjutan. Dengan peningkatan produksi pangan dan penganekaragaman produk
bagi masyarakat, maka penatagunaan lahan di Provinsi Kalimantan Utara perlu pengkajian
lebih lanjut dengan arah kebijakan untuk perluasan areal pertanian dalam arti luas.
Tujuan strategis dari kebijakan ini adalah untuk meningkatkan indeks ketahanan
pangan menuju kesejahteraan masyarakat berbasis sektor pertanian, dan meningkatkan
peran sektor pertanian dalam PDRB daerah. Untuk perluasan areal pertanian perlu

RPJMD Provinsi Kalimantan Utara Tahun 2016-2021 II - 157


dilakukan pencetakan sawah tersier dengan didukung sarana dan prasaran pengairan yang
memadai untuk lahan pertanian basah. Sedang untuk pembanguan areal pertanian lahan
kering yang harus diperhatikan adalan pelestarian sumber daya lahan dan sumber daya air
yang ada.

6. Regulasi Ketahanan Pangan


Dalam mewujudkan upaya Provinsi Kalimantan Utara sebagai daerah yang memiliki
ketahanan pangan, diperlukan pembangunan yang berkelanjutan yang didukung dengan
berbagai regulasi yang mengatur, mendukung serta mengendalikan pembangunan
pertanian tersebut.
Tabel 2.3.2.C.9
Ketersediaan Regulasi Ketahanan Pangan Tahun 2010-2014
Provinsi Kalimantan Utara
Ketersediaan Regulasi Ketahanan Pangan
Kabupaten/Kota
2010 2011 2012 2013 2014
Bulungan Tidak ada ada ada Tidak Ada Tidak Ada
Malinau ada ada ada Tidak Ada Tidak Ada
Nunukan Tidak ada Tidak ada Tidak ada Tidak Ada Tidak Ada
Tana Tidung Tidak ada Tidak ada Tidak ada Tidak Ada Tidak Ada
Tarakan Tidak ada Tidak ada Tidak ada Tidak Ada Tidak Ada
Kalimantan Utara - - - Tidak Ada Tidak Ada
Sumber:
1) Dokumen RPJP Provinsi Kalimantan Utara Tahun 2005-2025
2) Dinas Pertanian Kehutanan Ketahanan Pangan Provinsi Kalimantan Utara Tahun 2016

Pada tahun 2013-2014 belum terdapat regulasi yang mendukung ketahanan pangan
baik itu di tingkat provinsi maupun kabupaten/kota. Regulasi ini mencakup kebijakan
tentang ketahanan pangan baik itu seperti peraturan daerah, peraturan kepala daerah
maupun sejenisnya.

7. Ketersediaan Pangan Utama


Ketersediaan pangan menurut organisasi kesehatan dunia (WHO) adalah
kemampuan daerah untuk memiliki dan menyediakan sejumlah pangan yang cukup untuk
kebutuhan dasar. Di Provinsi Kalimantan Utara, pangan utama masyarakat adalah beras.

RPJMD Provinsi Kalimantan Utara Tahun 2016-2021 II - 158


Tabel 2.3.2.C.10
Ketersediaan Pangan Utama Tahun 2010-2014 (Kg/Kapita/Tahun)
Provinsi Kalimantan Utara
Tahun
Kabupaten/Kota
2010 2011 2012 2013 2014
Bulungan 292,37 284,43 330,78 305,36 253,36
Malinau 243,91 195,08 184,81 175,27 187,01
Nunukan 146,21 144,35 128,96 95,70 85,44
Tana Tidung 96,72 87,69 91,24 73,15 84,14
Tarakan 0,31 0,52 0,56 0,82 0,88
Kalimantan Utara 133,07 124,33 129,62 112,99 100,81
Sumber:
1) Dokumen RPJP Provinsi Kalimantan Utara Tahun 2005-2025
2) Dinas Pertanian Kehutanan Ketahanan Pangan Provinsi Kalimantan Utara Tahun 2016
3) Hasil Analisis 2016

Kecukupan pangan di Provinsi Kalimantan Utara sejak tahun 2010 hingga tahun
2014 cenderung mengalami penurunan, dari yang bernilai 133,07 kg/kapita/tahun menjadi
100,81 kg/kapita/tahun (kriteria kebutuhan pangan beras per kapita/tahun 120 kg). Perlu
diperhatikan bahwa kondisi tersebut sebenarnya belum baik, karena kebutuhan manusia
tidak hanya terpenuhi kebutuhan sumber beras saja tetapi secara keseluruhan dinilai
dalam kecukupan kalori per kapita per tahun yang setara dengan 265 kg
beras/kapita/tahun.
Ketersediaan pangan merupakan salah satu sub-sistem utama dalam sistem
ketahanan pangan, yang menjelaskan tentang jumlah bahan pangan yang tersedia di suatu
wilayah. Ketersediaan pangan dapat diwujudkan melalui produksi pangan di suatu daerah,
pemasukan dari luar daerah dan cadangan pangan yang dimiliki daerah yang bersangkutan.
Produksi pangan di suatu wilayah tergantung pada berbagai faktor luar seperti iklim, jenis
tanah, curah hujan, irigasi, ketersediaan sarana produksi yang tepat dan alat-alat
pertanian yang digunakan, dan bahkan insentif bagi para petani untuk menghasilkan
tanaman pangan. Ketersediaan pangan dengan sumber bahan pangan dari luar, faktor yang
mempengaruhi lebih komplek dan bersifat lintas sektoral.
Provinsi Kalimantan Utara saat ini mampu memenuhi kebutuhan pangannya secara
mandiri. Pada tahun 2010-2014 terjadi penurunan ketersediaan pangan utama walaupun
tidak signifikan, meskipun pada tahun 2012 ketersediaan pangan utama di Provinsi
Kalimantan Utara mengalami peningkatan. Kota Tarakan sepenuhnya belum dapat
memenuhi kebutuhan pangan utama secara mandiri, hal ini disebabkan luas wilayah Kota
Tarakan yang kecil dibandingkan dengan kabupaten lainnya sehingga luas lahan pertanian
sangat sedikit sekali sehingga kecukupan pangan disuplai dari luar Kota Tarakan.
Ketahanan pangan adalah sebuah kondisi yang terkait dengan ketersediaan bahan
pangan secara berkelanjutan. Kekhawatiran terhadap ketahanan pangan akan selalu
muncul, sehingga tantangan terhadap ketahanan pangan akan terus ada. Dalam rangka
pembangunan pertanian yang berkelanjutan di Provinsi Kalimantan Utara guna menyokong

RPJMD Provinsi Kalimantan Utara Tahun 2016-2021 II - 159


ketahanan pangan, faktor produksi berupa lahan pertanian yang sesuai merupakan sumber
daya alam pokok dalam usaha pertanian. Lahan merupakan sumber daya alam yang
bersifat langka karena jumlahnya tidak bertambah, bahkan secara fungsi dapat berkurang,
sedangkan kebutuhan terhadap lahan selalu meningkat.
Terjadinya alih fungsi lahan pertanian ke arah pemanfaatan non-pertanian
merupakan ancaman terhadap upaya pencapaian ketahanan pangan. Alih fungsi lahan
mempunyai implikasi yang serius terhadap produksi pangan, lingkungan fisik, serta
kesejahteraan masyarakat pertanian dan perdesaan yang kehidupannya bergantung pada
lahannya. Alih fungsi lahan pertanian subur selama ini kurang diimbangi oleh upaya-upaya
terpadu mengembangkan lahan pertanian melalui pencetakan lahan pertanian baru yang
potensial, khususnya di luar Jawa, termasuk di Provinsi Kalimantan Utara yang ada
kecenderungan peralihan dari padi untuk perkebunan kelapa sawit.
Di sisi lain, alih fungsi lahan pertanian pangan menyebabkan makin sempitnya luas
lahan yang diusahakan yang berdampak pada menurunnya tingkat kesejahteraan petani.
Oleh karena itu, pengendalian alih fungsi lahan pertanian pangan melalui perlindungan
lahan pertanian pangan seperti yang diatur dalam UU RI No. 41 Tahun 2009 tentang
Perlindungan Lahan Pertanian Pangan Berkelanjutan merupakan salah satu upaya untuk
mewujudkan dan mempertahankan ketahanan pangan, dalam rangka meningkatkan
kemakmuran dan kesejahteraan petani dan masyarakat pada umumnya.

D. Pertanahan
Terdapat 3 (tiga) indikator yang termasuk dalam urusan pertanahan, yakni
indikator persentase luas lahan bersertifikat terhadap luas wilayah, penyelesaian kasus
tanah negara, serta indikator penyelesaian izin lokasi. Ketiga indikator tersebut dapat
dilihat secara jelas di bawah ini.

1. Persentase Luas Lahan Bersertifikat


Sertifikat tanah adalah surat bukti hak sebagaimana dimaksud dalam Pasal 19 ayat
(2) huruf c UUPA untuk hak atas tanah, hak pengelolaan, tanah wakaf, hak milik atas
satuan rumah susun dan hak tanggungan yang masing-masing sudah dibukukan dalam buku
tanah yang bersangkutan (Profil Pertanahan Provinsi Kalimantan Utara-Kalimantan Timur
Tahun 2015).
Lahan merupakan salah satu aset bagi setiap orang. Apalagi kondisi harga lahan
saat ini yang terus merangkak naik menjadikannya komoditas yang berharga. Hal yang
masih menjadi masalah dalam sektor pertanahan negara ini adalah administrasi
pertanahan yang belum maksimal seperti salah satunya adalah sertifikat kepemilikan

RPJMD Provinsi Kalimantan Utara Tahun 2016-2021 II - 160


tanah. Akibatnya, kasus sengketa tanah banyak terjadi karena lemahnya data teknis dan
sertifikat. Data persentase luas lahan bersertifikat didapatkan dari rumus formula jumlah
luas lahan bersertifikat dibagi dengan jumlah penduduk dan dikalikan 1000. Indikator
pertanahan ini bertujuan untuk mengetahui tertib administrasi sebagai kepastian dalam
kepemilikan lahan.
Tabel 2.3.2.D.1
Persentase Luas Lahan Bersertifikat Tahun 2010-2013 di Provinsi Kalimantan Utara
Luas Lahan Bersertifikat (%)
Kabupaten/Kota
2010 2011 2012 2013
Bulungan 732,35 705,09 19,61 19,23
Malinau 1,14
Nunukan 0,07
Tana Tidung
Tarakan 0,61 27,10 26,06 26,56
Kalimantan Utara 157,66 160,77 13,90 13,74
Sumber:
1) Dokumen RPJPD Provinsi Kalimantan Utara Tahun 2005-2025
2) Hasil Analisis, 2016

Pada tahun 2015, cakupan luas wilayah bidang bersertifikat yang sudah terdigitasi
secara keseluruhan di Provinsi Kalimantan Utara mencapai 188.352,8 Ha atau atau sekitar
luas wilayah bidang bersertifikat terdigitasi di Provinsi Kalimantan Timur. Hampir semua
kabupaten/kota di Provinsi Kalimantan Utara memiliki bidang tanah bersertifikat yang
sudah terdigitasi tersebut.

RPJMD Provinsi Kalimantan Utara Tahun 2016-2021 II - 161


Gambar 2.3.2.D.1
Peta Cakupan Bidang Tanah Bersertifikat yang Telah Terdigitasi di Provinsi Kalimantan Utara
Sumber: Profil Pertanahan Provinsi Kalimantan Utara-Kalimantan Timur Tahun 2015

RPJMD Provinsi Kalimantan Utara Tahun 2016-2021 II - 162


Jumlah bidang yang telah memiliki sertifikat Hak Milik Atas Tanah di Provinsi
Kalimantan Utara dalam kurun waktu 10 tahun diperoleh secara swadaya, PRONA, dan
program bagi petani, nelayan, MBR, UKM, dan transmigrasi. Sertifikat hak milik atas tanah
yang diperoleh secara swadaya memiliki jumlah bidang terbanyak dibanding sertifikat hak
milik atas tanah lainnya yakni sejumlah 27.149 bidang hingga tahun 2013. Kemudian diikuti
oleh jumlah sertifikat yang berasal dari PRONA (Proyek Operasi Nasional Agraria) sebanyak
25.646 bidang tanah dalam kurun waktu 10 tahun. Adapun jumlah bidang terendah yang
memiliki sertifikat hak milik atas tanah adalah milik nelayan dengan jumlah sebatas 262
bidang.
Tabel 2.3.2.D.2
Jumlah Bidang yang Telah Memiliki Sertifikat Hak Milik Atas Tanah di Provinsi Kalimantan Utara
No. Tahun Swadaya PRONA Petani Nelayan MBR UKM Transmigrasi
1 s/d 2003 2980 150 0 0 0 0 650
2 2004 1574 0 0 0 0 0 0
3 2005 1014 108 0 0 0 0 0
4 2006 1736 150 0 0 0 84 359
5 2007 2541 3837 0 0 0 0 0
6 2008 2339 2428 0 0 0 290 400
7 2009 3817 4520 0 0 0 634 0
8 2010 2650 634 0 0 75 305 1013
9 2011 3167 4206 0 0 80 238 638
10 2012 3187 5948 59 12 65 0 0
11 2013 2171 3665 330 250 45 50 552
Total 27149 25646 389 262 265 1601 3612
Sumber: Profil Pertanahan Provinsi Kalimantan Utara-Kalimantan Timur Tahun 2015
Keterangan: Data di atas masih gabungan dengan Provinsi Kalimantan Timur
Data yang terhimpun hanya mencakup 6 Kantor Pertanahan di Provinsi Kalimantan Utara dan Timur

Selain sertifikat Hak Milik Atas Tanah, Badan Pertanahan juga mengeluarkan
sertifikat pertanahan dalam bentuk sertifikat Hak Guna Usaha (HGU), Hak Guna Bangunan
(HGB), Hak Pakai, Hak Tanggungan, Hak Wakaf, dan Hak Pengelolaan.
Tabel 2.3.2.D.3
Jumlah Bidang dan Luas Tanah yang Telah Memiliki Sertifikat
Berdasarkan Jenis Hak yang Dikeluarkan di Provinsi Kalimantan Utara
No. Sertifikat Hak Atas Tanah Jumlah (Bidang) Luas (Ha)
1 Hak Guna Usaha 362 748149
2 Hak Guna Bangunan 5937 2078167
3 Hak Pakai 1486 501105
4 Hak Tanggungan 35406 1515
5 Hak Wakaf 46 29876
6 Hak Pengelolaan 11 34954
7 Hak Pengelolaan 0 0
Sumber: Profil Pertanahan Provinsi Kalimantan Utara-Kalimantan Timur Tahun 2015
Keterangan: Data di atas masih gabungan dengan Provinsi Kalimantan Timur

Selama tahun 2003-2013, Hak Tanggungan memiliki jumlah bidang paling banyak
dibanding yang lainnya dengan jumlah sebanyak 35.406 bidang dan luas total sebesar 1515
Ha. Secara keseluruhan, sertifikat kepemilikan tanah di Provinsi Kalimantan Utara (data
masih tergabung dengan Kalimantan Timur) masih minim ketersediannya dibandingkan

RPJMD Provinsi Kalimantan Utara Tahun 2016-2021 II - 163


dengan luasan wilayah kedua provinsi tersebut. Hal ini dapat mengindikasikan kepastian
hukum yang ada di wilayah provinsi ini masih sangat kurang, sehingga dapat memicu
konflik pertanahan khususnya sengketa pertanahan. Selain itu, dari hal ini dapat diketahui
pula bahwa tingkat ketertiban administrasi kepemilikan tanah di provinsi ini masih rendah
dan perlu dilakukan penertiban.

2. Penyelesaian Kasus Tanah Negara


Berdasarkan Peraturan Kepala BPN RI Nomor 3 Tahun 2011 tentang Pengelolaan
Pengkajian dan Penanganan Kasus Pertanahan, yang dimaksud kasus pertanahan adalah
sengketa, konflik atau perkara pertanahan yang disampaikan kepada BPN RI untuk
mendapatkan penanganan penyelesaian sesuai ketentuan peraturan perundang-undangan
dan/atau kebijakan pertanahan nasional. Secara garis besar, kasus pertanahan terbagi
menjadi tiga, yaitu sengketa pertanahan, konflik pertanahan, dan perkara pertanahan.
Sengketa pertanahan yang selanjutnya disingkat sengketa adalah perselisihan per-
tanahan antara orang perseorangan, badan hukum, atau lembaga yang tidak berdampak
luas secara sosio-politis. Konflik pertanahan yang selanjutnya disingkat Konflik adalah
perselisihan pertanahan antara orang perseorangan, kelompok, golongan, organisasi,
badan hukum, atau lembaga yang mempunyai kecenderungan atau sudah berdampak luas
secara sosio-politis. Sedangkan, perkara pertanahan adalah perselisihan pertanahan yang
penyelesaiannya dilaksanakan oleh lembaga peradilan atau putusan lembaga peradilan
yang masih dimintakan penanganan perselisihannya di BPN RI (Profil Pertanahan Provinsi
Kalimantan Utara-Kalimantan Timur Tahun 2015).
Lemahnya data administrasi dan sertifikasi tanah dapat mengakibatkan munculnya
kasus sengketa tanah/lahan. Penyelesaian kasus sengketa sangat penting terutama apabila
itu merupakan tanah negara. Persentase penyelesaian kasus tanah negara menunjukkan
keseriusan stakeholder untuk mengamankan fungsi tanah negara. Semakin lama tanah
negara terlibat dalam sengketa, maka fungsi tanah negara akan terganggu, apalagi jika
akan dibangun fasilitas publik.

RPJMD Provinsi Kalimantan Utara Tahun 2016-2021 II - 164


Tabel 2.3.2.D.4
Penyelesaian Kasus Tanah Negara Tahun 2010-2013 di Provinsi Kalimantan Utara
Penyelesaian Kasus Tanah Negara (%)
Kabupaten/Kota
2010 2011 2012 2013
Bulungan 57,14 57,14 42,86 42,86
Malinau 0,00
Nunukan 100,00 12,50 11,11
Tana Tidung 0,00
Tarakan 100,00 41,51 41,51 100,00
Sumber:
1) LPPD Kabupaten Malinau 2008-2013
2) LPPD Kabupaten Bulungan 2008-2013
3) LPPD Kabupaten Nunukan 2008-2012
4) LPPD Kabupaten Tana Tidung2010-2012
5) LPPD Kota Tarakan 2009-2013
6) Laporan Akuntanbilitas Kinerja Instansi Pemerintah Provinsi Kalimantan Timur 2012

Beberapa kabupaten diketahui telah menuntaskan kasus tanah negara tiap


tahunnya seperti Kota Tarakan di tahun 2010 dan 2013, serta Kabupaten Nunukan di tahun
2010. Kabupaten Bulungan selama tahun 2010-2013 terdapat penurunan persentase yaitu
dari 57,14% di tahun 2010 dan 2011 kemudian turun menjadi 42,86% di tahun 2012-2013.
Penyelesaian kasus tanah negara memang tidak mudah apalagi melibatkan banyak pihak.
Terdapat kasus tanah negara yang hanya hitungan bulan sudah selesai, akan tetapi kasus
lain membutuhkan waktu bertahun-tahun untuk selesai. Penyelesaian kasus tanah negara
penting agar lahan tersebut dapat segera dimanfaatkan untuk kepentingan umum.

3. Penyelesaian Izin Lokasi


Masalah yang dihadapi investor dalam mencari ijin lokasi adalah birokrasi. Birokrasi
yang panjang dan adanya pungutan liar membuat penyelesaian ijin menjadi lama. Semakin
lama ijin dikeluarkan, maka investor akan kehilangan waktu untuk memulai usahanya
sehingga diharapkan ijin lokasi dapat diperoleh dalam waktu sesingkat-singkatnya.
Ketidakpastian dan lamanya waktu keluar izin dapat berakibat investor berpindah untuk
menanamkan modalnya di daerah lain.
Tabel 2.3.2.D.5
Penyelesaian Ijin Lokasi Tahun 2010-2013 di Provinsi Kalimantan Utara
Penyelesaian Ijin Lokasi (%)
Kabupaten/Kota
2010 2011 2012 2013
Bulungan 100 100 100 100
Malinau 66,67
Nunukan 100,00 47,62 14,29
Tana Tidung 0,00
Tarakan 50 100 100 66,67
Sumber:
1) LPPD Kabupaten Malinau 2008,2009,2010,2011,2012,2013
2) LPPD Kabupaten Bulungan 2008,2009,2010,2011,2012,2013
3) LPPD Kabupaten Nunukan 2008,2009,2010,2011,2012,2013
4) LPPD Kabupaten Tana Tidung 2010,2011,2012
5) LPPD Kota Tarakan 2008,2009,2010,2011,2012,2013
6) Laporan Akuntanbilitas Kinerja Instansi Pemerintah Provinsi Kalimantan Timur 2012 dan 2013

RPJMD Provinsi Kalimantan Utara Tahun 2016-2021 II - 165


Beberapa kabupaten sudah menyelesaikan semua ijin lokasi setiap tahunnya seperti
Kabupaten Bulungan, yang selama 2010-2013 mencapai 100%. Beberapa kabupaten/kota
belum menyelesaikan ijin lokasi, seperti Kabupaten Malinau, di tahun 2012 persentasenya
mencapai 66,67%; Kabupaten Nunukan di tahun 2012 dan 2013 hanya menyelesaikan
47,62% dan 14,29%. Persentase penyelesaian ijin lokasi yang rendah merupakan indikasi
rumitnya birokrasi, banyaknya perizinan yang harus dilewati dan lamanya waktu
pembuatan surat izin merupakan masalah dalam perizinan investor.

E. Lingkungan Hidup
Pembangunan yang berwawasan lingkungan adalah upaya sadar dan berencana
menggunakan dan mengelola sumberdaya secara bijaksana dalam pembangunan yang
terencana dan berkesinambungan untuk meningkatkan mutu hidup. Terlaksananya
pembangunan berwawasan lingkungan dan terkendalinya pemanfaatan sumber daya alam
secara bijaksana merupakan tujuan utama pengelolaan lingkungan hidup.
Tanpa disadari sepenuhnya, kegiatan pembangunan apalagi yang bersifat fisik dan
berhubungan dengan pemanfaatan sumberdaya alam jelas mengandung resiko terjadinya
perubahan ekosistem yang selanjutnya mengakibatkan dampak yang bersifat negatif
maupun positif. Oleh karena itu, suatu kegiatan pembangunan yang dilaksanakan haruslah
berwawasan lingkungan, selain berwawasan sosial dan ekonomi. Beberapa indikator
ditemui tidak dapat diisikan karena belum tersedia/adanya pendataan.

1. Persentase Penanganan Sampah


Persentase penanganan sampah merupakan indikator untuk mengukur rasio volume
sampah yang ditangani di Provinsi Kalimantan Utara. Indikator ini dihitung dengan rumus
volume sampah ditangani dibagi dengan volume produksi sampah dan dikalikan 100. Data
volume sampah yang ditangani dilihat dari data volume sampah yang terangkut per harinya
(m3), sedangkan data volume produksi sampah dilihat dari data perkiraan produksi sampah
per harinya (m3).
Tabel 2.3.2.E.1
Persentase Penanganan Sampah Tahun 2012-2014 di Provinsi Kalimantan Utara
Persentase Penanganan Sampah (%)
Kabupaten/Kota
2012 2013 2014
Bulungan 100,00
Malinau 100,00 84,04 85,80
Nunukan 70,64
Tana Tidung
Tarakan
Kalimantan Utara 100,00 90,50 87,36
Sumber:
1) Kabupaten Malinau 2015
2) Kalimantan Utara Dalam Angka 2014-2015
3) Hasil Analisis, 2016

RPJMD Provinsi Kalimantan Utara Tahun 2016-2021 II - 166


Diketahui bahwa telah terjadi penurunan volume sampah yang ditangani dari tahun
2012-2014. Volume sampah yang ditangani pada tahun 2012 mencapai angka 100%,
menurun pada tahun 2013 menjadi 90,5%, dan pada tahun 2014 menurun kembali menjadi
87,36%. Berdasarkan Pedoman Penentuan Standar Pelayanan Minimal Bidang Penataan
Ruang, Perumahan dan Permukiman, dan Pekerjaan Umum (Keputusan Menteri
Permukiman dan Prasarana Wilayah No. 534/KPTS/M/2001), Standar Pelayanan Minimal
tingkat penanganan sampah adalah 80%. Secara umum, dari ketiga tahun tersebut, Provinsi
Kalimantan Utara sudah memenuhi standar yang ada, namun dalam hal ini masih sangat
dibutuhkan peningkatan penanganan sampah sehingga dapat memaksimalkan penanganan
sampah dari yang sebelumnya.

2. Persentase Penduduk Berakses Air Minum


Syarat-syarat air minum menurut Kementerian Kesehatan adalah tidak berasa,
tidak berbau, tidak berwarna, dan tidak mengandung logam berat. Walaupun air dari
sumber alam dapat diminum oleh manusia, terdapat resiko bahwa air ini telah tercemar
oleh bakteri (misalnya Escherichia coli) atau zat-zat berbahaya. Walaupun bakteri dapat
dibunuh dengan memasak air hingga 100 C, banyak zat berbahaya, terutama logam, tidak
dapat dihilangkan dengan cara ini.
Persentase penduduk berakses air minum merupakan indikator untuk mengukur
tingkat penduduk yang berakses air minum. Indikator ini dihitung dengan rumus jumlah
penduduk berakses air minum yang dibagi dengan jumlah seluruh penduduk dan dikalikan
100. Data penduduk berakses air minum dilihat dari data banyaknya pelanggan perusahaan
air minum (PDAM) untuk seluruh tipe pelanggan.

RPJMD Provinsi Kalimantan Utara Tahun 2016-2021 II - 167


Tabel 2.3.2.E.2
Persentase Penduduk Berakses Air Minum Tahun 2010-2014 di Provinsi Kalimantan Utara
Kabupaten/ Persentase Penduduk Berakses Air Minum (%)
Indikator
Kota 2010 2011 2012 2013 2014
Jumlah Bulungan 6244 6508 6884 7151 7481
penduduk Malinau 4030 4146 4835 5361 6193
berakses air Nunukan 4370 4651 4734 4956 5677
minum Tana Tidung 443 464 371 377 664
Tarakan 13696 14524 15478 16801 18227
Kalimantan Utara 28783 30293 32302 34646 38242
Jumlah Bulungan 112663 117019 120600 122985 126096
penduduk Malinau 59555 62580 66845 71501 74469
Nunukan 141927 148822 155680 162711 170042
Tana Tidung 15202 16356 17079 18985 20400
Tarakan 194800 202600 210700 218800 227200
Kalimantan Utara 524147 547377 570904 594982 618207
Persentase Bulungan 5,54 5,56 5,71 5,81 5,93
penduduk Malinau 6,77 6,63 7,23 7,50 8,32
berakses air Nunukan 3,08 3,13 3,04 3,05 3,34
minum (%) Tana Tidung 2,91 2,84 2,17 1,99 3,25
Tarakan 7,03 7,17 7,35 7,68 8,02
Kalimantan Utara 5,49 5,53 5,66 5,82 6,19
Sumber:
1) Kabupaten Bulungan Dalam Angka 2011, 2013-2015
2) Kabupaten Malinau Dalam Angka 2012-2015
3) Kabupaten Nunukan Dalam Angka 2010-2015
4) Kabupaten Tana Tidung Dalam Angka 2012-2015
5) Kota Tarakan Dalam Angka 2012-2015
6) Hasil Analisis, 2016

Persentase penduduk berakses air minum dari tahun 2010-2014 diketahui


mengalami peningkatan. Terdapat 2 (dua) kabupaten di Provinsi Kalimantan Utara yang
memiliki persentase penduduk berakses air minum di bawah angka persentase provinsi,
yaitu Kabupaten Nunukan dan Tana Tidung. Kota Tarakan menjadi daerah dengan
persentase penduduk berakses air minum tertinggi untuk tahun 2010-2013, kecuali tahun
2014 yang masih di bawah Kabupaten Malinau.
Diketahui bahwa jumlah penduduk berakses air minum dari tahun 2010-2014
semakin bertambah setiap tahunnya. Jumlah penduduk berakses air minum tertinggi
berada pada tahun 2014 yaitu sebesar 38242 penduduk atau sekitar 6,19% dari total
jumlah penduduk pada tahun tersebut. Berdasarkan Pedoman Penentuan Standar
Pelayanan Minimal Bidang Penataan Ruang, Perumahan dan Permukiman dan Pekerjaan
Umum (Keputusan Menteri Permukiman dan Prasarana Wilayah No. 534/KPTS/M/2001),
SPM penduduk terlayani akses air minum adalah 55-75%. Dari ke 5 (lima) kabupaten/kota
di Provinsi Kalimantan Utara, dapat dikatakan bahwa penduduk berakses air minum di
provinsi ini masih minim dan belum memenuhi standar sehingga perlu ditingkatkan.

3. Tempat Pembuangan Sampah (TPS) per Satuan Penduduk


Tempat pembuangan sampah per satuan penduduk merupakan indikator yang
menunjukkan ketersediaan tempat pembuangan sampah per satuan penduduk. Indikator

RPJMD Provinsi Kalimantan Utara Tahun 2016-2021 II - 168


ini dihitung dengan rumus jumlah daya tampung tempat pembuangan sampah dibagi
dengan jumlah penduduk dan dikalikan 100%.
Tabel 2.3.2.E.3
Tempat Pembuangan Sampah per Satuan Penduduk
Tahun 2010-2012 di Provinsi Kalimantan Utara
Tempat Pembuangan Sampah per Satuan Penduduk (m3/satuan penduduk)
Kabupaten/Kota
2010 2011 2012 2013 2014
Bulungan 0,56401 0,12438
Malinau 3,19591 2,99200
Nunukan 0,15712 0,14984 0,20504
Tana Tidung 1,03937 0,99537
Tarakan 0,29261 0,27196 0,30802 0,19516 0,21831
Kalimantan Utara 0,15129 0,66188 0,56213
Sumber :
1) Badan Lingkungan Hidup, 2016
2) Hasil Analisis, 2016

Pada tahun 2012, tempat pembuangan sampah di Provinsi Kalimantan Utara


menampung sejumlah 0,00562 m3 sampah per satuan penduduk. Kabupaten dengan jumlah
tempat pembuangan sampah yang paling memadai jika dibandingkan dengan empat
kabupaten yang lainnya adalah Kabupaten Malinau, yang menyediakan 0,02992 m3 tempat
pembuangan sampah per satuan penduduk. Keberadaan tempat pembuangan sampah per
satuan penduduk ini dapat diguanakn untuk melihat sejauh mana masyarakat yang sudah
semakin sadar akan pentingnya menjaga kebersihan tempat tinggal.
Berdasarkan kajian keandalan pola penanggulangan sampah padat, studi kasus di
Kota Balikpapan, Kalimantan Timur, rata-rata produksi sampah di kota kecil per orang per
hari adalah 0,0025 m3/orang/hari atau sama dengan 2,5 m3/1000 orang/hari. Dari kajian
tersebut, diketahui bahwa seluruh kabupaten/kota di Provinsi Kalimantan Utara masih
belum memiliki tempat pembuangan sampah yang memadai, sehingga perlu dilakukan
penanggulangan masalah tersebut.

F. Administrasi Kependudukan dan Catatan Sipil


1. Rasio Penduduk ber-KTP per Satuan Penduduk
Kartu Tanda Penduduk merupakan salah satu kartu identitas yang wajib dimiliki
oleh Warga Negara Indonesia (WNI). KTP akan memudahkan pemerintah dalam melakukan
pendataan dan juga dapat digunakan sebagai syarat untuk membuat surat-surat tertentu
seperti SKCK, akte, NPWP, SIM, dan sebagainya. KTP wajib dimiliki oleh warga negara
Indonesia yang berusia >17 tahun. Rasio penduduk ber-KTP per satuan penduduk
didapatkan dari rumus formula jumlah penduduk usia>17 tahun yang ber-KTP dibagi
dengan jumlah penduduk usia >17 atau telah menikah. Data rasio penduduk ber-KTP per
satuan penduduk di Provinsi Kalimantan Utara dapat dilihat pada tabel di bawah ini.

RPJMD Provinsi Kalimantan Utara Tahun 2016-2021 II - 169


Tabel 2.3.2.F.1
Rasio Penduduk Ber-KTP per Satuan Penduduk Tahun 2010-2014 di Provinsi Kalimantan Utara
Rasio Penduduk Ber-KTP
Kabupaten/Kota
2010 2011 2012 2013 2014 2015
Bulungan
Malinau 0,69 0,68 0,66 0,68 0,87 0,96
Nunukan 0,58 0,60 0,60
Tana Tidung 0,29 0,30
Tarakan 1,11 1,16 1,20 1,21
Kalimantan Utara 0,51 0,59 0,58 0,55 0,60
Sumber:
1) Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil Kabupaten Malinau 2008-2013
2) Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil Kabupaten Bulungan 2008-2013
3) Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil Kabupaten Nunukan 2008-2013
4) Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil Kabupaten Tana Tidung 2010-2013
5) Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil Kota Tarakan 2008-2013
6) Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil, 2016

Kota Tarakan memiliki rasio penduduk ber-KTP yang tinggi, bahkan rasionya di atas
angka 1 selama tahun 2010-2013. Rasio penduduk ber-KTP di kabupaten/kota lainnya,
masih relatif rendah, seperti Kabupaten Malinau yang rasionya stagnan 0,66-0,96 selama
2010-2015. Kabupaten Tana Tidung memiliki rasio penduduk ber-KTP hanya 0,3 di tahun
2013. Pemerintah daerah yang masih memiliki rasio penduduk ber-KTP rendah di
daerahnya diharapkan dapat segera menyelesaikan masalah ini. Karena data penduduk
yang tidak valid akan menyulitkan pemerintah dalam melakukan perencanaan
pembangunan, selain itu pula akan menyebabkan kesulitan dalam mengidentifikasi kondisi
masyarakat.

2. Rasio Bayi Berakte Kelahiran


Administrasi kependudukan sangat penting dimiliki agar setiap masyarakat
mendapatkan haknya sebagai warga Negara. Begitupun dengan bayi yang baru lahir yang
memiliki perlakukan yang sama. Kepemilikan akte lahir menunjukkan bahwa kelahirannya
telah dicatat dalam data kependudukan. Kepemilikan akte kelahiran bagi bayi merupakan
hal yang penting karena kelak akan berguna sampai masa depan. Akte kelahiran dijadikan
salah satu syarat untuk masuk ke dalam dunia pendidikan atau pembuatan surat-surat
penting lainnya, serta kemudahan dalam mengakses pelayanan publik yang bersifat
formal. Akte kelahiran merupakan sumber data jumlah kelahiran di suatu daerah, dan data
tersebut penting untuk proyeksi penduduk ke depan. Apabila rasio akte kelahiran bayi
minim, maka akan menyulitkan pemerintah untuk memproyeksikan penduduk yang dapat
berdampak pada tidak maksimalnya program pembangunan.

RPJMD Provinsi Kalimantan Utara Tahun 2016-2021 II - 170


Tabel 2.3.2.F.2
Rasio Bayi Berakte Kelahiran Tahun 2010-2014 di Provinsi Kalimantan Utara
Rasio Bayi Berakte Kelahiran
Kabupaten/Kota
2010 2011 2012 2013 2014 2015
Bulungan
Malinau 0,54 0,69 0,67 0,67 0,62 0,67
Nunukan 0,58 0,58
Tana Tidung 0,70 0,68
Tarakan 0,69 0,72 1,00 1,03
Kalimantan Utara 0,69 0,72 0,77 0,79 0,58
Sumber:
1) Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil Kabupaten Malinau 2008-2013
2) Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil Kabupaten Bulungan 2008-2013
3) Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil Kabupaten Nunukan 2008-2013
4) Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil Kabupaten Tana Tidung 2010-2013
5) Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil Kota Tarakan 2008-2013
6) Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil, 2016

Belum semua bayi di kabupaten/kota memiliki akte kelahiran. Diketahui bahwa


Kota Tarakan selama tahun 2010-2013 mengalami peningkatan rasio bayi berakte, yaitu
yang semula di tahun 2010 rasionya hanya 0,69, pada tahun 2013 mengalami kenaikan
yang cukup signifikan menjadi 1,03. Belum semua bayi Kabupaten Malinau, Kabupaten
Nunukan, dan Kabupaten Tana Tidung memiliki akte kalahiran, sedangkan di Kabupaten
Bulungan kondisinya adalah belum tersedia data bayi berakte kelahiran. Rasio bayi berakte
kelahiran di Kabupaten Malinau meningkat dengan range 0,54-0,67 untuk tahun 2010-2015.
Berbeda dengan Kabupaten Nunukan di tahun 2012-2013 yang memiliki angka stagnan.
Berdasarkan SPM (Standar Pelayanan Minimal), diketahui bahwa standar untuk
kepemilikan akte lahir adalah 100% atau memiliki rasio 1 (Permendagri No. 62 Tahun
2008), dan dalam hal ini dapat diidentifikasi bahwa hanya Kota Tarakan yang sudah
memenuhi standar tersebut, dan untuk kabupaten/kota lainnya masih jauh di bawah
standar, yaitu seperti Kabupaten Malinau yang rasionya hanya 0,67, Kabupaten Nunukan
yang rasionya hanya 0,58, dan Kabupaten Tana Tidung yang rasionya hanya 0,68.

3. Rasio Pasangan Berakte Nikah


Akte nikah merupakan bukti pernikahan suami istri yang diakui sah oleh negara dan
agama. Kepemilikan akte nikah juga dapat memudahkan dalam administrasi dan
identifikasi kependudukan. Indikator ini dihitung denga rumus formula jumlah pasangan
nikah berakte nikah dibagi dengan jumlah keseluruhan pasangan nikah. Data rasio
pasangan berakte nikah di Provinsi Kalimantan Utara tahun 2010-2015 dapat dilihat pada
tabel di bawah ini.

RPJMD Provinsi Kalimantan Utara Tahun 2016-2021 II - 171


Tabel 2.3.2.F.3
Rasio Pasangan Berakte Nikah Tahun 2010-2014 di Provinsi Kalimantan Utara
Rasio Pasangan Berakte Nikah
Kabupaten/Kota
2010 2011 2012 2013 2014
Bulungan 0,36 0,38 1,41 0,38 0,35
Malinau 0,97 1,00 1,00 1,00 0,22
Nunukan
Tana Tidung 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00
Tarakan 0,13 23,28 20,50 24,22 0,13
Kalimantan Utara 0,48 14,02 13,15 15,11 0,28
Sumber:
1) Kabupaten Bulungan Dalam Angka 2012-2015
2) Kabupaten Malinau Dalam Angka 2012-2015
3) Kabupaten Nunukan Dalam Angka 2010, 2011, 2015
4) Kabupaten Tana Tidung 2012-2015
5) Kota Tarakan Dalam Angka 2012-2015
6) Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil, 2016

Kepemilikan akte nikah yang dimiliki oleh pasangan suami istri masih sangat minim.
Dari data yang ada diketahui bahwa hanya Kota Tarakan yang memiliki rasio kepemilikan
akte nikah paling baik, yaitu pada tahun 2011-2013 memiliki angka rasio antara 20,50-
24,22. Hal ini mengindikasikan bahwa masyarakat di Kota Tarakan banyak yang sudah
memiliki akte nikah dan hal ini menunjukkan bahwa bukti pernikahan tersebut sangat
penting untuk dimiliki karena berkaitan pula dengan legalitas pernikahan yang mereka
lakukan, khususnya bagi seorang wanita/istri. Sama halnya dengan Kota Tarakan, Provinsi
Kalimantan Utara sendiri memiliki rasio kepemilikan akte nikah paling baik hanya pada
tahun 2011-2013 yaitu mencapai angka rasio 13,15-15,11, dan kondisinya menurun pada
tahun 2014 menjadi 0,28.
Untuk Kabupaten Bulungan, rasio kepemilikan akte nikah paling baik berada pada
tahun 2012 karena memiliki rasio >1, dan tahun lainnya masih di bawah 1. Kabupaten
Malinau memiliki rasio kepemilikan akte nikah paling baik mulai tahun 2011-2013 karena
memiliki rasio 1, dan menurun menjadi 0,22 pada tahun 2014 dan meningkat kembali
menjadi 0,73 pada tahun 2015. Rasio kepemilikan akte nikah di Kabupaten Nunukan paling
minim, begitupun dengan Kabupaten Tana Tidung yang tidak tersedia datanya, dan hal ini
menunjukkan bahwa kesadaran pasangan suami istri untuk mencatatkan pernikahannya
secara resmi masih sangat kurang.

4. Kepemilikan KTP
KTP merupakan identitas wajib Warga Negara Indonesia (WNI). Kepemilikan KTP
juga dapat menunjukkan seseorang telah terdaftar dalam database kependudukan. KTP
mempunyai beberapa manfaat seperti dapat mengakses program pemerintah, seperti
Jamkesmas, BOS, ataupun bantuan lainnya. KTP juga merupakan syarat utama dalam
beberapa pembuatan surat seperti SKCK, kartu kuning, dan lain-lain.

RPJMD Provinsi Kalimantan Utara Tahun 2016-2021 II - 172


Tabel 2.3.2.F.4
Kepemilikan KTP Tahun 2010-2014 di Provinsi Kalimantan Utara
Kepemilikan KTP
Kabupaten/Kota
2010 2011 2012 2013 2014
Bulungan 56,18 72,18 79,06 63,91
Malinau 90,71 72,08
Nunukan 90,00 67,03 60,04 59,98
Tana Tidung 40,52 39,74 28,91 29,98
Tarakan 49,15 57,34 91,95 75,97
Kalimantan Utara 62,25 65,58 75,06 65,71 113,65
Sumber:
1) Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil Kabupaten Malinau 2008-2013
2) Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil Kabupaten Bulungan 2008-2013
3) Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil Kabupaten Nunukan 2008-2013
4) Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil Kabupaten Tana Tidung 2010-2013
5) Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil Kota Tarakan 2008-2013
6) Kabupaten Bulungan Dalam Angka 2015

Masih ada penduduk masing-masing kabupaten/kota di Provinsi Kalimantan Utara


yang belum mempunyai KTP. Hal itu dapat dilihat secara umum dari tidak adanya angka
kepemilikan KTP yang mencapai angka 1 atau 100%. Kabupaten dengan kepemilikan KTP
terbanyak berada di Kota Tarakan yang mencapai angka 92% pada tahun 2012. Disusul
dengan Kabupaten Malinau yang sempat mencapai angka 91% pada tahun 2011 dan
kemudian menurun pada tahun 2012-2015. Secara umum, dapat dikatakan bahwa
kepemilikan KTP masing-masing kabupaten/kota di Provinsi Kalimantan Utara sangat
fluktuatif. Kabupaten dengan kepemilikan KTP terendah ditempati oleh Kabupaten Tana
Tidung yang sampai tahun 2013 hanya mencapai angka 30%. Untuk Provinsi Kalimantan
Utara sendiri, kepemilikan KTP terbanyak berada pada tahun 2014 yang mencapai angka
113,65 dan mengartikan bahwa kepemilikan KTP pada tahun ini sudah sangat banyak dan
meningkat dari tahun-tahun sebelumnya.
Dalam hal ini, pemerintah daerah harus segera menyelesaikan permasalahan ini
agar masyarakat secara keseluruhan dapat terdaftar dalam database kependudukan dan
dapat menikmati apa yang menjadi haknya sebagai warga negara, karena sangat banyak
program yang dibuat dengan syarat salah satunya adalah dengan memiliki KTP ini.

5. Kepemilikan Akta Kelahiran per 1000 Penduduk


Kepemilikan akte kelahiran tidak hanya penting bagi bayi yang baru lahir, akan
tetapi juga bagi orang dewasa. Kepemilikan akte lahir menunjukkan bahwa kelahirannya
telah dicatat dalam data kependudukan. Manfaat memiliki akte kelahiran diantaranya
adalah kemudahan dalam mengakses pelayanan publik yang bersifat formal dan dapat juga
menjadi syarat untuk pembuatan surat-surat penting lainnya. Indikator ini dihitung dengan
menggunakan rumus formula jumlah penduduk yang memiliki akta kelahiran dibagi dengan
jumlah penduduk dan dikalikan 100%.

RPJMD Provinsi Kalimantan Utara Tahun 2016-2021 II - 173


Tabel 2.3.2.F.5
Kepemilikan Akta Kelahiran per 1000 Penduduk Tahun 2010-2013 di Provinsi Kalimantan Utara
Kepemilikan Akta Kelahiran per 1000 Penduduk
Kabupaten/Kota
2010 2011 2012 2013
Bulungan 98,69 67,58 54,97 58,16
Malinau 10,97 71,57 71,19 67,71
Nunukan 79,32 0,00 31,01 36,94
Tana Tidung 73,22 75,17 74,38 98,08
Tarakan 64,55 36,78 40,28 41,71
Kalimantan Utara 70,05 38,49 45,50 48,73
Sumber:
1) Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil Kabupaten Malinau 2008-2013
2) Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil Kabupaten Bulungan 2008-2013
3) Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil Kabupaten Nunukan 2008-2013
4) Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil Kabupaten Tana Tidung 2010-2013
5) Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil Kota Tarakan 2008-2013
6) Kabupeten Bulungan Dalam Angka 2011-2015
7) Kabupaten Malinau Dalam Angka 2013-2015
8) Kabupaten Nunukan Dalam Angla 2013-2015
9) Kabupaten Tana Tidung Dalam Angka 2012-2015
10) Kota Tarakan Dalam Angka 2015
11) Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil, 2016
12) Hasil Analisis, 2016

Penduduk masing-masing kabupaten/kota di Provinsi Kalimantan Utara masih


banyak yang belum mempunyai akte kelahiran karena kepemilikan akta kelahiran per 1000
penduduk masih di bawah 100%. Dari tabel tersebut, diidentifikasi hanya Kabupaten
Bulungan yang penduduknya sudah banyak yang memiliki akta kelahiran, yaitu tahun 2010
yang sudah mencapai angka 98,69%. Selain Kabupaten Bulungan, Kabupaten Tana Tidung
menjadi kabupaten dengan kepemilikan akta kelahiran per 1000 penduduk terbanyak pada
tahun 2013, yakni mencapai angka 98,09% atau dikatakan hanya 2% penduduk yang belum
memiliki akta kelahiran atau tidak mencatatkan kependudukannya. Sementara, kabupaten
dengan kepemilikan akta kelahiran per 1000 penduduk paling rendah adalah Kabupaten
Nunukan karena sampai tahun 2015 hanya mencapai angka 365,34, walaupun sempat
mencapai angka 79,32% pada tahun 2010.
Kepemilikan akta kelahiran per 1000 penduduk di Provinsi Kalimantan Utara sangat
fluktuatif dari tahun 2010-2013 ini. Persentase kepemilikan akta kelahiran pada tahun
2010 dengan angka mencapai 70,05%. Penurunan persentase kepemilikan akta kelahiran
untuk tahun selanjutnya dikatakan sangat kecil yakni tidak mencapai angka 50% sampai
tahun 2013. Hal ini dikarenakan tidak meningkatnya data jumlah penduduk yang memiliki
akta kelahiran sehingga berbanding terbalik dengan jumlah penduduk yang setiap
tahunnya semakin meningkat.

6. Ketersediaan Database Kependudukan Skala Provinsi


Database merupakan salah satu hal penting dalam suatu kegiatan pemerintahan.
Ketersediaan database akan memudahkan stakeholder untuk mengambil, mencari atau
menganalisis data kependudukan. Selama ini banyak pemerintah daerah belum mempunyai

RPJMD Provinsi Kalimantan Utara Tahun 2016-2021 II - 174


database kependudukan yang baik sehingga mengalami kesulitan apabila ingin melakukan
analisis.
Tabel 2.3.2.F.6
Ketersediaan Database Kependudukan Skala Provinsi
Tahun 2010-2015 di Provinsi Kalimantan Utara
Ketersediaan Database Kependudukan Skala Provinsi
Kabupaten/Kota
2010 2011 2012 2013 2014 2015
Bulungan Tidak Ada Tidak Ada Tidak Ada Tidak Ada
Malinau Tidak Ada Tidak Ada Tidak Ada Tidak Ada Tidak Ada Tidak Ada
Nunukan Ada Ada
Tana Tidung Ada Ada
Tarakan Ada Ada Ada Ada
Kalimantan Utara
Sumber:
1) Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil Kabupaten Malinau 2008-2013
2) Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil Kabupaten Bulungan 2008-2013
3) Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil Kabupaten Nunukan 2008-2013
4) Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil Kabupaten Tana Tidung 2010-2013
5) Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil Kota Tarakan 2008-2013

Kabupaten Malinau dan Bulungan tidak/belum memiliki database kependudukan


selama tahun 2010-2015, sementara Kota Tarakan sudah tersedia. Dalam hal ini,
penyusunan database kependudukan ini harus segera dibuat atau dirancang karena sangat
penting perannya dan data kependudukan merupakan data utama yang sering digunakan
berkaitan dengan data-data lainnya.

7. Penerapan KTP Nasional Berbasis NIK


Aturan pemerintah pusat mulai menyeragamkan Nomor Induk Kependudukan (NIK)
adalah mengacu pada penerapan KTP berbasis NIK sesuai dengan pasal 6 Perpres No. 26
Tahun 2009. Aturan ini pada dasarnya bertujuan untuk memudahkan mengidentifikasi dan
menghindari pemalsuan data maupun data ganda. Kartu Tanda Penduduk berbasis NIK
adalah KTP yang memiliki spesifikasi dan format KTP Nasional dengan sistem pengamanan
khusus yang berlaku sebagai identitas resmi yang diterbitkan oleh instansi pelaksana.
Semua kabupaten/kota di Provinsi Kalimantan Utara diketahui telah menerapkan KTP
Nasional berbasis NIK, sehingga hal ini diharapkan akan memudahkan dalam proses
administrasi kependudukan secara nasional.

RPJMD Provinsi Kalimantan Utara Tahun 2016-2021 II - 175


Tabel 2.3.2.F.7
Penerapan KTP Nasional Berbasis NIK Tahun 2008-2015 di Provinsi Kalimantan Utara
Ketersediaan Database Kependudukan Skala Provinsi
Kabupaten/Kota
2010 2011 2012 2013 2014 2015
Bulungan Sudah Sudah Sudah Sudah
Malinau Sudah Sudah Sudah Sudah Sudah Sudah
Nunukan Sudah Sudah Sudah Sudah Sudah Sudah
Tana Tidung Sudah Sudah Sudah Sudah
Tarakan Sudah Sudah Sudah Sudah
Kalimantan Utara Sudah Sudah Sudah Sudah
Sumber:
1) LPPD Kabupaten Malinau 2008-2013
2) LPPD Kabupaten Bulungan 2008-2013
3) LPPD Kabupaten Nunukan 2008-2013
4) LPPD Kabupaten Tana Tidung 2010-2012
5) LPPD Kota Tarakan 2008-2013

G. Pemberdayaan Masyarakat dan Desa


1. Rata-rata Jumlah Kelompok Binaan Lembaga Pemberdayaan Masyarakat (LPM)
Lembaga Pemberdayaan Masyarakat (LPM) adalah lembaga kemasyarakatan yang
tumbuh dan berkembang atas prakarsa masyarakat yang selanjutnya dimanfaatkan sebagai
wahana partisipasi dan aspirasi masyarakat dalam proses perencanaan, pelaksanaan dan
pengendalian pembangunan masyarakat. Selain merupakan lembaga yang sifatnya dari,
oleh dan untuk rakyat, LPM adalah mitra pemerintah dalam proses perencanaan,
pelaksanaan dan pengendalian pembangunan.
Indikator jumlah kelompok binaan Lembaga Pemberdayaan Masyarakat ini
seharusnya dapat menggambarkan jumlah kelompok binaan LPM, sehingga dapat diketahui
berapa banyak kelompok binaan yang telah diberikan pemberdayaan dan penguatan
kapasitas oleh LPM. Tetapi data yang diperoleh hanya menunjukkan jumlah LPM di Provinsi
Kalimantan Utara. LPM pada umumnya memiliki fungsi koordinatif dengan Pemda dan
tidak memiliki kelompok binaan.
Tabel 2.3.2.G.1.
Rata-Rata Jumlah Kelompok Binaan Lembaga Pemberdayaan Masyarakat (LPM)
Tahun 2010 - 2015
Kabupaten/Kota 2010 2011 2012 2013 2014 2015
Bulungan n/a 1 1 1 1 1
Malinau 1 1 1 1 1 1
Nunukan n/a 1 1 1 1 1
Tana Tidung 1 1 1 1 1 1
Tarakan 0 1 1 1 1 1
Kalimantan Utara n/a 1 1 1 1 1
Sumber:
1) Kabupaten Malinau dalam Angka Tahun 2010, 2013, 2014, 2015
2) Kabupaten Tana Tidung dalam Angka Tahun 2011, 2012, 2014, 2015
3) Provinsi Kalimantan Timur dalam Angka Tahun 2013
4) Database Pembangunan Kabupaten Malinau Tahun 2012
5) Provinsi Kalimantan Utara dalam Angka Tahun 2015
6) Kabupaten Malinau Tahun 2016
7) Kabupaten Tana Tidung Tahun 2016
8) Kabupaten Nunukan Tahun 2016
9) Kota Tarakan Tahun 2016

RPJMD Provinsi Kalimantan Utara Tahun 2016-2021 II - 176


Seluruh desa/kelurahan di Provinsi Kalimantan Utara memiliki LPM. LPM hendaknya
menjadi mitra yang efektif dalam pembangunan. Mulai dari perencanaan, implementasi,
monitoring dan evaluasi dapat menjadi kontributor yang efektif. Untuk itulah pemerintah
yang mampu memfungsikan LPM ini akan mencapai tujuan pembangunan sampai ke tingkat
masyarakat yang paling bawah. Koordinasi yang intensif perlu dilakukan di tingkat
kelurahan, agar optimalisasi peran LPM menjadi lebih nyata kiprahnya dalam
pembangunan.

2. Rata-rata Jumlah Kelompok Binaan PKK


PKK atau yang biasa dikenal sebaga Pembinaan Kesejahteraan Keluarga merupakan
wadah kegiatan untuk kaum wanita dengan tujuan untuk mengembangkan kreativitas.
Tujuan PKK adalah untuk mewujudkan keluarga sejahtera. Keluarga sejahtera seperti
tujuan awal pergerakan PKK adalah keluarga yang mampu menciptakan keselarasan,
keserasian dan keseimbangan antara kemajuan lahiriah dan kepuasan batiniah serta mamu
berperan dalam masyarakat berdasarkan pancasila dan UUD 1945.
Dalam rangka mewujudkan kesejehtaraan keluarga, PKK memiliki 10 program pokok
PKK. Dalam geraknya PKK berorientasi kepada 10 program pokok tersebut. Melalui 10
program pokok ini maka aktivitas dan kreativitas ibu-ibu dapat tersalurkan. Upaya
menyumbangkan ide, karya dan pengabdian para wanita melalui PKK ini dapat lebih
efektif. Pertemuan yang bersifat rutin bulanan dapat menjadi media kekompakan warga
dalam saling menginformasikan pembangunan yang berjalan di tingkat kampung maupun
kelurahan. Bahkan PKK juga merupakan wadah koordinasi strategis yang menyambungkan
program-program Provinsi Kalimantan Utara hingga menyentuh ke masyarakat terbawah.
Tabel 2.3.2.G.2.
Rata-rata Jumlah Kelompok Binaan PKK di Provinsi Kalimantan Utara
Tahun 2010-2015
Kabupaten/Kota 2010 2011 2012 2013 2014 2015
Bulungan n/a n/a n/a n/a n/a n/a
Malinau n/a n/a n/a n/a n/a n/a
Nunukan n/a n/a 3,13 2,84 n/a n/a
Tana Tidung n/a n/a n/a n/a n/a n/a
Tarakan n/a 0,56 0,56 0,56 0,56 0,56
Kalimantan Utara n/a n/a n/a n/a n/a n/a
Sumber:
1) Kabupaten Nunukan dalam Angka Tahun 2013, 2014
2) Kabupaten Tarakan dalam Angka Tahun 2011, 2012, 2014, 2015

Perkembangan jumlah kelompok binaan PKK pada setiap kabupaten/kota. Pada


indikator ini hanya tersedia informasi Kabupaten Nunukan dan Kota Tarakan saja.
Kabupaten Nunukan memiliki kecenderungan penurunan jumlah kelompok binaan PKK,
yakni 3,13 pada tahun 2012 dan 2,84 pada tahun 2013. Sedangkan Kota Tarakan cenderung
stabil jumlahnya yaitu 0,56 pada tahun 2011 sampai 2015. Ini artinya masih lemah jumlah

RPJMD Provinsi Kalimantan Utara Tahun 2016-2021 II - 177


kelompok pembinaan yang ditangani PKK diKalimantan Utara. Hal ini seharusnya dapat
dioptimalkan mengingat PKK memiliki kaitan organisasi yang terstruktur sampai tingkat
kepala keluarga.

3. Jumlah LSM
Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM) merupakan sebuah organisasi nirlaba yang
didirikan oleh perorangan atau kelompok orang yang secara sukarela yang memberikan
pelayanan kepada masyarakat umum. Fungsi LSM melakukan fungsi pelayanan, fungsi
kemanusiaan dan terkadang berperan sebagai jembatan penyalur aspirasi masyarakat.
Dilihat dari bentuknya, lembaga ini merupakan inisatif dan bentukan dari
masyarakat, maka bersifat mengikat secara sosial budaya di dalam lingkungan masyarakat.
Kebutuhan terhadap lembaga ini didasarkan pada ikatan sosial budaya baik itu sifatnya
kegotongroyongan. Untuk itulah maka lembaga ini memiliki tingkat kepedulian yang tinggi
di dalam menyelesaikan masalah-masalah yang dihadapi oleh masyarakat lokal. Setiap
masyarakat yang memiliki LSM tentunya memiliki daya tanggap yang lebih baik dalam
pembangunan segala bidang. Di bawah ini merupakan tabel informasi jumlah LSM di
Provinsi Kalimantan Utara dalam kurun waktu 2010 hingga 2015.
Tabel 2.3.2.G.3.
Jumlah LSM di Provinsi Kalimantan Utara
Tahun 2010-2015
Kabupaten/Kota 2010 2011 2012 2013 2014 2015
Bulungan 27 1 3 1
Malinau 14 0
Nunukan 35 3 3
Tana Tidung 1 0 1
Tarakan 12 4
Kalimantan Utara
Sumber:
1) Kabupaten Bulungan dalam Angka Tahun 2010, 2011, 2012, 2015
2) Kabupaten Tana Tidung dalam Angka Tahun 2011, 2013
3) Kalimantan Timur dalam Angka Tahun 2013
4) Data Pembangunan Kabupaten Malinau Tahun 2012

Perkembangan jumlah LSM pada setiap kabupaten/kota. Informasi yang tersedia


menjelaskan bahwa ada penurunan jumlah LSM di kabupaten/kota. Kota Tarakan dan
Kabupaten Malinau mendominasi jumlah LSM secara keseluruhan di Provinsi Kalimantan
Utara. Di Kabupaten Malinau pada tahun 2011-2013 terjadi penurunan terbesar jumlah LSM
dari 14 menjadi tidak ada. Jumlah LSM di Kabupaten Bulungan pada tahun 2010 berjumlah
27 kemudian turun menjadi 2 pada tahun 2011. Jumlah LSM di Kabupaten Tana Tidung
sangat sedikit dibandingkan kabupaten/kota lainnya, hal ini dapat dipahami mengingat
kabupaten ini merupakan daerah otonom baru yang sedang mulai tumbuh dan bekembang.

RPJMD Provinsi Kalimantan Utara Tahun 2016-2021 II - 178


4. LPM Berprestasi
Untuk menggapai hasil pembangunan yang optimal, maka peran serta kelembagaan
sosial masyarakat perlu diberikan rangsangan untuk mencapai prestasi. Untuk itulah
dilakukan seleksi terhadap LPM untuk mendapatkan LPM berprestasi merupakan kebijakan
yang sangat startegis untuk meningktakan gerak keaktifan lemabaga-lembaga tersebut.
LPM berprestasi merupakan salah satu bentuk apresiasi Pemerintah Provinsi Kalimantan
Utara untuk LPM yang memiliki prestasi baik.
Tabel 2.3.2.G.4.
Jumlah LPM Berprestasi Tahun 2010-2014 di Provinsi Kalimantan Utara
Kabupaten/Kota 2010 2011 2012 2013 2014 2015
Bulungan 29 29
Malinau 29 29
Nunukan 30 30
Tana Tidung 13 13
Tarakan 20 20
Kalimantan Utara 136 136
Sumber: Publikasi kesra Kalimantan Utara Tahun 2015

Tabel di atas menunjukkan bahwa di tahun 2013 dam 2015 memiliki kecenderungan
yang sama jumlah LPM berprestasi. Kabupaten Bulungan 29 LPM, Kabupaten Malinau 29
LPM, Kabupaten Nunukan 30 LPM, Kabupaten Tana Tidung 13 LPM, Kota Tarakan 20 LPM,
dan Keseluruhan Provinsi Kalimantan Utara 136 LPM.

5. PKK Aktif
Pembinan Kesejahteraan Kelurga (PKK) adalah kegiatan sekelompok kaum wanita
yang bertujuan untuk menciptakan kesejahteraan keluarga. Keaktifan PKK untuk
mewujudkan kesejahteraan keluarga merupakan sebuah kekuatan mendasar pada setiap
keluarga. Pembangunan terkecil dilakukan oleh PKK di rumah tangga masing-masing.
Untuk itu peran PKK menjadi sangat strategis untuk merealisasikan visi dan misi
pemerintah pada skup yang paling kecil. Pemantauan kegiatan PKK menjadi sangat penting
untuk mengetahui usaha-usaha aktif di tingkat akar rumput dalam merealisasikan program
pembangunan.
Monitoring terhadap kegiatan PKK dilakukan untuk melihat peran serta dalam
mencapai tujuan pembangunan. Kegiatan PKK di Provinsi Kalimantan Utara muncul di tiap-
tiap jenjang administrasi, mulai dari RT/RW, kelurahan, kecamatan hingga kota. Keaktifan
PKK sebenarnya dapat membantu ibu-ibu untuk meningkatkan kreativas di berbagai
bidang, yang mungkin dapat dikembangkan untuk membantu ekonomi keluarga.

RPJMD Provinsi Kalimantan Utara Tahun 2016-2021 II - 179


Tabel 2.3.2.G.5.
Jumlah PKK Aktif Tahun 2010-2014 di Provinsi Kalimantan Utara
Kabupaten/Kota 2010 2011 2012 2013 2014 2015
Bulungan 10
Malinau 122 122
Nunukan 18 43 201
Tana Tidung 20 27 27
Tarakan 25 26 25 25
Kalimantan Utara
Sumber: BPMPPKBPD Provinsi Kalimantan Utara 2016

Perkembangan jumlah PKK aktif pada setiap kabupaten/kota. Berdasarkan


indikator jumlah PKK aktif terlihat bahwa Kabupaten Malinau memiliki kecenderungan
stabil pada tahun 2011 sampai 2012. Kabupaten Nunukan memiliki kecenderungan
peningkatan jumlah PKK aktif yang cukup tinggi pada tahun 2013 dibandingkan tahun 2012.
Sedangkan untuk tiga kabupaten/kota lainnya yakni Kabupaten Bulungan, Kabupaten Tana
Tidung, dan Kota Tarakan memiliki kecenderungan jumlah PKK yang tetap.
Pada organisasi PKK ini sesungguhnya terjadi integrasi antara pemerintah yang
secara struktural menjadi pengatur dengan institusi terbawah sebagai pembentuk suatu
pemerintahan, yaitu unsur keluarga. Sebenarnya jika mampu memaknai secara lebih hakiki
kekuatan PKK ini maka suatu daerah akan berkembang. Namun sayangnya untuk mencapai
pemaknaan hakiki tersebut masih butuh komitmen dari pemerintah dan para Pembina PKK
untuk menggali hakikat organisasi ini.

6. Posyandu Aktif
Posyandu merupakan salah satu bentuk upaya pemberdayaan masyarakat di bidang
kesehatan yang merupakan bagian dari upaya pemberdayaan masyarakat melalui kegiatan
penyadaran akan kesehatan. Indikator posyandu aktif melihat jumlah posyandu yang aktif
dibandingkan dengan total seluruh posyandu yang ada di wilayah tersebut.
Tabel 2.3.2.G.6.
Posyandu Aktif Tahun 2010-2015 (%) di Provinsi Kalimantan Utara
Kabupaten/Kota 2010 2011 2012 2013 2014 2015
Bulungan 100 98,82 100 100 100 n/a
Malinau 80 100 100 100 100 n/a
Nunukan 98,35 94,47 93,18 94,67 96,41 n/a
Tana Tidung 76,67 82,14 100 100 100 n/a
Tarakan 100 100 100 100 100 n/a
Kalimantan Utara 95,15 97,22 97,77 97,89 97,34 n/a
Sumber: Kabupaten Dalam Angka, Profil Kesehatan Kabupaten

Di Provinsi Kalimantan Utara, peesentase posyandu aktif dari tahun 2010-2012


mengalami kenaikan dari 95% hingga 97%. Pada tahun 2012, presentase posyandu aktif di
provinsi ini sebesar 97,7% hal ini menunjukkan dari 673 posyandu yang ada hanya 658
posyandu yang masih tetap menjalankan kegiatannya. Angka ini jauh lebih baik bila

RPJMD Provinsi Kalimantan Utara Tahun 2016-2021 II - 180


dibandingkan dengan Provinsi Kalimantan Timur pada tahun 2011 yang hanya mencapai
64.44% untuk indikator posyandu aktif.

7. Swadaya Masyarakat terhadap Program Pemberdayaan Masyarakat


Swadaya masyarakat merupakan total bantuan uang yang berhasil dikumpulkan
oleh masyarakat untuk membantu proses pembangunan di lingkungan masyarakat. Besaran
swadaya masyarakat dapat menunjukkan tingkat kesadaran dan kemandirian masyarakat
dalam membangun kelurahannya. Semakin besar nilai swadaya masyarakat menunjukkan
besarnya kesadaran dan kemandirian masyarakat dalam pembangunan lingkungan sekitar.
Begitu pula sebaliknya, bahwa kecilnya jumlah swadaya masyarakat dapat
mengindikasikan tingginya tingkat ketergantungan masyarakat terhadap pemerintah.
Data yang tersedia untuk menggambarkan kinerja indikator swadaya masyarakat
terhadap program pemberdayaan masyarakat cukup terbatas, hanya Kabupaten Nunukan
yang memiliki data tersebut, meskipun hanya tahun 2012-2013. Kabupaten Nunukan
mengalami kecenderungan kenaikan jumlah swadaya masyarakat dari jumlah 46 pada
tahun 2012 menjadi 53 pada tahun 2013.

8. Pemeliharaan Pasca Program Pemberdayaan Masyarakat


Berdasarkan informasi Pemerintah Provinsi Kalimantan Utara, tidak ada data
tentang kegiatan pemeliharaan pasca program pemberdayaan masyarakat yang dapat
dijadikan landasan yang kuat untuk melihat data antar waktu. Informasi pemeliharaan
pasca program pemberdayaan masyarakat yang ada hanya tersedia terkait pemeliharaan
pasca program pemberdayaan masyarakat hanya ada di Kabupaten Nunukan. Kabupaten
Nunukan memiliki program pemberdayaan masyarakat yang cenderung mengalami
penurunan cukup signifikan, yakni 176 program pemberdayaan masyarakat pada tahun
2012 turun menjadi 82 program.

H. Pengendalian Penduduk dan Keluarga Berencana


1. Rata-rata Jumlah Anak per Keluarga
Indikator rata-rata anak per keluarga menggambarkan keberhasilan keluarga
berencana. Perhitungan indikator ini adalah dengan cara membagi rasio anak seluruhnya
dengan rasio keluarga. Rasio anak adalah rasio seluruh penduduk usia 0-18 tahun.

RPJMD Provinsi Kalimantan Utara Tahun 2016-2021 II - 181


Tabel 2.3.2.H.1
Rata-rata Anak per Keluarga Tahun 2010-2015
Provinsi Kalimantan Utara
Uraian 2010 2011 2012 2013 2014 2015
Jumlah anak 569874 185671
Jumlah keluarga 129545 175141
Rata-rata anak per keluarga 119931 86112 102587 4 1
Sumber: BPMPPKBPD 2016

Data pada tahun 2014 dan 2015 menunjukkan angka yang sangat berbeda drastis.
Pada tahun 2014, jumlah anak di provinsi ini melebihi angka 500.000, sedangkan pada
tahun berikutnya jumlah tersebut turun tajam hingga menjadi sepertiganya. Rata-rata
jumlah anak per keluarga pada tahun 2014 adalah 4 dan turun menjadi 1 anak per
keluarga pada tahun 2015.
Tabel 2.3.2.H.2
Rata-rata Anak per Keluarga Menurut Kabupaten Tahun 2015
Provinsi Kalimantan Utara
Rata-rata anak per
Kabupaten Jumlah Anak Jumlah Keluarga
keluarga
Kabupaten Bulungan 25905 30646 0,8
Kabupaten Malinau 83406 56500 1,5
Kabupaten Nunukan 50383 31072 1,6
Kabupaten Tana Tidung 2800 13465 0,2
Kota Tarakan 23177 43458 0,5
Jumlah 185671 175141 1,1
Sumber: BPMPPKBPD 2016

Pada tahun 2015, di Provinsi Kalimantan Utara rata-rata jumlah anak tertinggi
berada di Kabupaten Nunukan yaitu 1,6 kemudian Kabupaten Malinau sedikit di bawahnya
yaitu 1,5 anak per keluarga. Rata-rata terendah berada di Kabupaten Tana Tidung yang
hanya 0,2.

2. Rasio Akseptor KB
Akseptor KB adalah pasangan usia subur di mana salah seorang menggunakan salah
satu cara/alat kontrasepsi untuk tujuan pencegahan kehamilan, baik melalui program
maupun non program. Akseptor KB di Kalimantan Utara hanya bisa dilihat pada tahun 2014
karena keterbatasan data di setiap kabupaten. Pada tahun tersebut, rasio akseptor KB
adalah sebesar 57,1%.
Tabel 2.3.2.H.3
Rasio Akseptor KB Tahun 20102015
Provinsi Kalimantan Utara
Uraian 2010 2011 2012 2013 2014
Jumlah Akseptro KB 52309
Jumlah Pasangan usia subur 88343 99104 95088 91555
Rasio akseptor KB 57,1
Sumber: Kabupaten Dalam angka, Profil Kesehatan Kabupaten, Profil Kesehatan Kalimantan Timur; BPMPPKBPD 2016

RPJMD Provinsi Kalimantan Utara Tahun 2016-2021 II - 182


Rasio akseptor KB terbesar pada tahun 2014 di setiap kabupaten/kota cukuo
bervariasi. Rasio terbesar berada di Kota Tarakan yaitu sebesar 69% dengan total akseptor
KB hampir 30.000 pasangan dari total 43.359 pasangan usia subur. Rasio di Kabupaten
Nunukan hampir mendekati rasio di Tarakan yaitu sbesar 61%. Kabupaten Malinau
merupakan Kabupaten dengan rasio terendah yaitu 22,86%.
Tabel 2.3.2.H.4
Rasio Akseptor KB Menurut Kabupaten Tahun 2015
Provinsi Kalimantan Utara
Jumlah Akseptor
Kabupaten/Kota Jumlah PUS Rasio Akseptor KB
KB
Kabupaten Bulungan 2753 6134 44,88
Kabupaten Malinau 2983 13051 22,86
Kabupaten Nunukan 14755 24148 61,10
Kabupaten Tana Tidung 1885 4863 38,76
Kota Tarakan 29933 43359 69,04
Jumlah 52309 91555 57,13
Sumber: BPMPPKBPD 2016

3. Cakupan Peserta KB Aktif


Peserta KB aktif adalah pasangan usia subur yang salah satu pasangannya masih
menggunakan alat kontrasepsi dan terlindungi oleh alat kontrasepsi tersebut. Pasangan
usia subur (PUS) adalah pasangan suami istri yang istrinya berusia 15-49 tahun. Angka
cakupan peserta KB aktif menunjukkan tingkat pemanfaatan kontrasepsi di antara para
PUS.
Tabel 2.3.2.H.5
Cakupan Peserta KB Aktif Tahun 2010-2014
Provinsi Kalimantan Utara
No Uraian 2010 2011 2012 2013 2014 2015
1 Jumlah peserta KB Aktif 63825 68539 83657 57862
2 pasangan usia subur 88343 99104 97368 96953
Cakupan peserta KB aktif 72,25 69,16 85,92 59,68
Sumber: Kabupaten Dalam angka, Profil Kesehatan Kabupaten, Profil Kesehatan Kalimantan Timur; BPMPPKBPD 2016

Sejak tahun 2010-2015 cakupan peserta KB aktif di Provinsi Kalimantan Utara


bersifat fluktuatif. Hal terseut terjadi karena jumlah peserta KB aktif mengalami naik
turun yang cukup signifikan di setiap tahunnya sedangkan jumlah pasangan usia subur
cenderung mengalami kenaikan yang stabil dari tahun ke tahun. Jumlah peserta KB aktif
tertinggi adalah pada tahun 2012 hingga mencapai 83.657 peserta dibandingkan dengan
97.368 PUS yang ada sehingga capaian pada tahun tersebut mencapai lebih dari 80%.
Cakupan terendah terjadi pada tahun 2015 yng hanya sebesar 59,7%. Berdasarkan
Peraturan Kepala BKKBN No 55/HK-010/B5/2010 target SPM untuk indikator cakupan
sasaran PUS menjadi peserta KB aktif adalah 65% pada tahun 2014. Mengacu pada standar
SPM tersebut, Provinsi Kalimantan Utara mampu mencapai target hanya di tahun 2008-
2012 saja karena terjadi penurunan cakupan di tahun terakhir yang cukup signifikan.

RPJMD Provinsi Kalimantan Utara Tahun 2016-2021 II - 183


Terdapat beberapa kabupaten/kota yang telah melampaui SPM Nasional. Pada
kabupaten yang belum mencapai target SPM, cakupannya tidak terlalu jauh dengan target,
sehingga bisa dikatakan secara umum Kalimantan Utara hampir memenuhi target indikator
ini. Pada Tahun 2015 data di masing-masing kabupaten tidak dapat diperoleh secara
lengkap, sehingga tidak dapat dilakukan analisis hingga tingkat kabupaten.
Tabel 2.3.2.H.6
Cakupan Peserta KB Aktif Menurut Kabupaten Tahun 2015
Provinsi Kalimantan Utara
Kabupaten Jumlah Peserta KB Aktif Jumlah PUS Rasio
Kabupaten Bulungan
Kabupaten Malinau
Kabupaten Nunukan
Kabupaten Tana Tidung
Kota Tarakan 19969 42573 46,91
Jumlah 57862 96953 59,68
Sumber:
1) LPPD Provinsi Kalimantan Utara 2015
2) Badan Keluarga Berencana Kota Tarakan 2016

4. Keluarga Pra Sejahtera dan Keluarga Sejahtera I


Keluarga sejahtera adalah keluarga yang dibentuk berdasarkan atas perkawinan
yang sah, mampu memenuhi kebutuhan hidup spiritual dan materiil yang layak, bertaqwa
kepada Tuhan Yang Maha Esa, memiliki hubungan yang serasi, selaras dan seimbang antar
anggota dan antar keluarga dengan masyarakat dan lingkungan (Undang-Undang Republik
Indonesia Nomor 52 tahun 2009). Tingkat kesejahteraan keluarga dikelompokkan menjadi
5 (lima) tahapan, yaitu: Keluarga Pra Sejahtera (KPS), Keluarga Sejahtera Tahap I (KSI),
Keluarga Sejahtera II, Keluarga Sejahtera III, Keluarga Sejahtera III Plus.
Keluarga pra sejahtera adalah keluarga yang belum dapat memenuhi salah satu
atau lebih dari 5 kebutuhan dasarnya (basic needs) sebagai keluarga sejahtera I, seperti
kebutuhan akan pengajaran agama, pangan, papan, sandang dan kesehatan. Keluarga
sejahtera tahap I adalah keluarga-keluarga yang telah dapat memenuhi kebutuhan
dasarnya secara minimal. Kebutuhan dasar menurut BKKBN yaitu:
a. Pada umumnya seluruh anggota keluarga makan 2 (dua) kali sehari atau lebih.
b. Seluruh anggota keluarga memiliki pakaian yang berbeda untuk di rumah,
bekerja/sekolah dan bepergian.
c. Rumah yang ditempati mempunyai atap, lantai, dan dinding yang baik.
d. Bila anggota keluarga yang sakit di bawa ke sarana kesehatan
e. Pasangan usia subur ingin ber-KB dibawa ke sarana pelayanan kotrasepsi.
f. Semua anak umur 7-15 tahun dalam keluarga bersekolah.

Indikator ini dapat memberikan gambaran perbandingan banyaknya keluarga pra


sejahtera dan Keluarga sejahtera I dengan jumlah seluruh keluarga yang ada di wilayah

RPJMD Provinsi Kalimantan Utara Tahun 2016-2021 II - 184


tersebut. Semakin tinggi persentasenya maka tingkat kesejahteraan keluarga di wilayah
tersebut semakin rendah. Dalam kurun waktu tahun 2010 hingga tahun 2012, jumlah
keluarga pra sejahtera dan sejahtera 1 di Provinsi Kalimantan Utara mengalami nilai yang
fluktuatif dengan kecenderungan meningkat, yakni sebanyak 39.650 keluarga di tahun
2010 meningkat menjadi 47.219 keluarga di tahun 2012.
Tabel 2.3.2.H.7
Keluarga Pra sejahtera dan Keluarga Sejahtera Tahun 2010-2014
Provinsi Kalimantan Utara
Uraian 2010 2011 2012 2013 2014 2015
Jumlah Keluarga Pra Sejahtera dan Sejahtera I 39650 36819 47219
Jumlah Keluarga 119931 86112 102587 129545 175141
Keluarga Pra Sejahtera dan Sejahtera 1 33,1 42,8 46,0
Sumber: Kabupaten Dalam Angka, Kalimantan Timur Dalam Angka

Kabupaten dengan jumlah keluarga pra sejahtera dan sejahtera 1 yang paling
banyak adalah Kota Tarakan dan yang memiliki jumlah terkecil adalah Kabupaten Malinau.
Namun secara persentase, angka tertinggi justru Kabupaten Malinau yaitu sebesar 58,9%
dan persentase terendah adalah Kabupaten Bulungan. Persentase keluarga pra sejahtera
dan sejahtera 1 di tiap kabupaten/kota memiliki nilai yang fluktuatif setiap tahunnya.
Pada periode 3 tahun terakhir, persentase di Kota Tarakan mengalami tren yang stabil di
sekitar 20%.
Tabel 2.3.2.H.8
Keluarga Pra Sejahtera dan Keluarga Sejahtera Menurut Kabupaten/Kota Tahun 2012
Provinsi Kalimantan Utara
Jumlah Keluarga Pra Jumlah Persentase Keluarga pra sejahtera
Kabupaten/Kota
sejahtera an Sejahtera I Keluarga dan sejahtera 1 (%)
Bulungan 9713 29765 32,63
Malinau 6728 11427 58,88
Nunukan 12489 27116 46,06
Tana Tidung 1893 3975 47,62
Tarakan 16396 30304 54,11
Jumlah 47219 102587 46,03
Sumber: Kabupaten Dalam Angka, Kalimantan Timur Dalam Angka

I. Perhubungan
1. Jumlah Arus Penumpang Angkutan Umum
Indikator jumlah arus penumpang angkutan umum merupakan jumlah arus
penumpang baik penumpang bis, kapal laut, maupun pesawat udara yang masuk dan
keluar daerah selama satu tahun, dengan kata lain merupakan arus penumpang yang
masuk dan atau yang keluar daerah.

RPJMD Provinsi Kalimantan Utara Tahun 2016-2021 II - 185


Tabel 2.3.2.I.1.
Jumlah Arus Penumpang Angkutan Umum Tahun 2011-2015
Provinsi Kalimantan Utara
Indikator 2011 2012 2013 2014 2015
Jumlah Penumpang Bis - - - - -
Jumlah Penumpang Kapal Laut/Sungai 5.884.000 6.022.500 6.160.993 6.299.486 1.563.632
Jumlah Penumpang Pesawat Udara 7.371.394 8.296.545 9.224.696 10.576.545 12.301.402
Jumlah Penumpang 13.255.394 14.319.045 15.385.689 16.876.031 13.865.034
Sumber : Dinas Perhubungan Provinsi Kalimantan Utara

Tidak ditemukan data jumlah penumpang bis di Provinsi Kalimantan Utara, karena
menurut pengamatan dan hasil wawancara dengan pihak terkait, bis bukan sebuah
transportasi yang banyak digunakan oleh penduduk di Provinsi Kalimantan Utara, bahkan
tidak ada pelayanan angkutan AKDP (Antar Kota Dalam Provinsi) dan AKAP (Antar Kota
Antar Provinsi) di Provinsi Kalimantan Utara. Angkutan umum darat yang terdapat di
Provinsi Kalimantan Utara terbatas angkutan kota yang melayani rute-rute pendek, dan
angkutan pelat hitam yang disebut dengan travel yang melayani rute panjang, seperti
Tanjung Selor Tideng Pale Malinau dengan menggunakan mobil penumpang seperti
Inova, Avanza, Xenia, Luxio, dan sejenisnya.
Angkutan sungai dengan menggunakan angkutan speed boat merupakan transportasi
unggulan di wilayah Provinsi Kalimantan Utara yang menghubungkan Kota Tarakan sebagai
Pusat Kegiatan Nasional ke kabupaten lainnya di lingkup wilayah Provinsi Kalimantan
Utara. Dalam kurun waktu tahun 2011 hingga tahun 2014, penumpang yang menggunakan
jasa pelabuhan laut/sungai memiliki kecenderungan meningkat dengan rata-rata
peningkatan sebesar 2,30 persen per tahun. Peningkatan tersebut juga terjadi untuk
penumpang pesawat udara yang dalam kurun waktu tahun 2011 hingga tahun 2015
memiliki rata-rata peningkatan sebesar 13,66 persen per tahun.
Tabel 2.3.2.I.2.
Perkembangan Jumlah Lalu Lintas Penumpang Pesawat Menurut Kabupaten/Kota
di Provinsi Kalimantan Utara Tahun 2010-2015
Kab/Kota Uraian 2010 2011 2012 2013 2014 2015
Tarakan Datang 338.311 365.020 459.143 492.504 534.758 2.871.605
Pergi 341.837 371.261 471.184 499.075 540.233 2.927.276
Transit 7.769 9.501 8.100 9.483 15.399 59.020
TOTAL 687.917 745.782 938.427 1.001.062 1.090.390 5.857.901
Bulungan Datang 917 3.590 5.584 10.805 14.530
Pergi 1.562 4.323 6.307 12.352 18.064
Transit - - 24 4.210 9.584
TOTAL 2.479 7.913 11.915 27.367 42.178
Malinau Datang 15.708 21.774 14.004 22.923 26.302
Pergi 14.849 18.646 21.925 30.044 31.739
Transit 0 0 - 2.621 -
TOTAL 30.557 40.420 35.929 55.588 58.041
Nunukan Datang 25.746 24.492 27.849 27.648 26.975
Pergi 25.935 26.035 24.177 26.497 28.577
Transit - - - - -
TOTAL 51.681 50.527 52.026 54.145 55.552
Sumber : Kabupaten/Kota Dalam Angka Tahun 2008-2015 dengan Hasil Olahan

RPJMD Provinsi Kalimantan Utara Tahun 2016-2021 II - 186


Jumlah lalu lintas penumpang pesawat udara memiliki kecenderungan meningkat
dalam kurun waktu tahun 2010-2014, dengan perkembangan jumlah lalu lintas penumpang
pesawat terbesar di Kota Tarakan yang memang memiliki bandara internasional. Kenaikan
jumlah penumpang di Bandara Juwata Tarakan dapat dikatakan cukup signifikan dalam
kurun waktu tahun 2010 hingga 2015 dengan rata-rata pertumbuhan sebesar 53,48 persen
per tahun.
Tabel 2.3.2.I.3
Perkembangan Jumlah Lalu Lintas Penumpang di Dermaga Menurut Kabupaten/Kota
di Provinsi Kalimantan Utara Tahun 2010-2014
Kab/Kota Uraian 2010 2011 2012 2013 2014
Bulungan Dermaga Naik 119.152 126.000 180.368
Turun 113.172 126.000 185.383
TOTAL 232.324 252.000 365.751
Speed boat 103.793
Malinau Pelabuhan Naik 44.693 57.086 72.992 80.109 79.506
Kelapis Turun 62.492 64.029 72.294 74.452 74.452
TOTAL 107.185 121.115 145.286 154.561 153.958
Nunukan Agkt Laut (dlm) Naik 183.495 201.627 192.714 144.532 131.283
Turun 140.827 155.911 175.141 176.397 173.656
TOTAL 324.322 357.538 367.855 320.929 304.939
Agkt Laut (luar) Naik 88.742 103.876 102.531 132.889 134.843
Turun 92.900 106.366 117.436 125.643 128.934
TOTAL 181.642 210.242 219.967 258.532 263.777
KTT Dermaga Naik 33.793
Tideng Pale Turun 28.076
TOTAL 61.869,0
Sumber : Kabupaten/Kota Dalam Angka Tahun 2008-2015 dengan Hasil Olahan

Perkembangan jumlah lalu lintas penumpang di dermaga dalam kurun waktu yang
sama (tahun 2010-2014) juga memiliki kecenderungan meningkat. Meskipun demikian,
perkembangan yang disajikan dalam tabel diatas tidak dapat menggambarkan kondisi
transportasi sungai di wilayah Provinsi Kalimantan Utara karena adanya keterbatasan data
yang diperoleh.

2. Rasio Izin Trayek


Indikator rasio ijin trayek merupakan hasil perbandingan antara jumlah ijin trayek
yang dikeluarkan dengan jumlah penduduk. Izin trayek adalah izin untuk mengangkut
orang dengan mobil bis dan atau mobil penumpang umum pada jaringan trayek. Jaringan
trayek terdiri atas jaringan trayek lintas batas negara, jaringan trayek antar kota antar
provinsi, jaringan trayek antar kota dalam provinsi, jaringan trayek perkotaan, dan
jaringan trayek perdesaan. Trayek diartikan sebagai lintasan kendaraan umum untuk
pelayanan jasa angkutan orang dengan bis yang mempunyai asal dan tujuan perjalanan
tetap, lintasan tetap, dan jadwal tetap maupun tidak berjadwal. Selanjutnya, jaringan
trayek diartikan sebagai kumpulan dari trayek-trayek yang menjadi satu kesatuan jaringan
pelayanan angkutan orang.

RPJMD Provinsi Kalimantan Utara Tahun 2016-2021 II - 187


Tabel 2.3.2.I.4.
Rasio Ijin Trayek Menurut Kabupaten/Kota di Provinsi Kalimantan Utara
Tahun 2015
Jumlah Izin Trayek
Jumlah Antar Kota Total Izin Rasio Izin
Kabupaten/Kota
Penduduk Antar Perkotaan Perdesaan Trayek Trayek
Provinsi
Bulungan 140.841 - 310 21 331 0,0024
Malinau 112.663 - 80 40 120 0,0011
Nunukan 143.683 - 355 - 355 0,0025
Tana Tidung 62.580 - - - - -
Tarakan 727.500 - 816 - 816 0,0011
Jumlah 1.187.267 - 1.561 61 1.622 0,0014
Sumber : Dinas Perhubungan Provinsi Kalimantan Utara

Di lingkup wilayah Provinsi Kalimantan Utara tidak terdapat izin trayek antar kota
antar provinsi, izin trayek yang dimiliki hanyalah izin trayek perkotaan dan perdesaan,
bahkan Kabupaten Tana Tidung tidak memiliki izin trayek sama sekali. Jumlah izin trayek
terbanyak hingga tahun 2015 dimiliki oleh Kota Tarakan, yakni sebanyak 816 trayek,
Kabupaten Nunukan sebanyak 355 trayek, Kabupaten Bulungan sebanyak 331 trayek, dan
Kabupaten Malinau sebanyak 120 trayek.

3. Jumlah Uji KIR Angkutan Umum


Menurut lampiran 1 Permendagri 54/2010 dijelaskan bahwa uji kir angkutan umum
merupakan pengujian setiap angkutan umum yang diimpor, baik yang dibuat dan atau
dirakit di dalam negeri yang akan dioperasikan di jalan agar memenuhi persyaratan teknis
dan laik jalan. Pengujian yang dimaksudkan dalam pernyataan tersebut meliputi :
a. Uji tipe yaitu pengujian fisik untuk pemenuhan persyaratan teknis dan laik jalan
yang dilakukan terhadap landasan kendaraan bermotor dan kendaraan bermotor
dalam keadaan lengkap dan penelitian rancang bangun dan rekayasa kendaraan
bermotor yang dilakukan terhadap rumah-rumah, bak muatan, kereta gandengan,
kereta tempelan, dan kendaraan bermotor yang dimodifikasi tipenya.
b. Uji berkala yaitu diwajibkan untuk mobil penumpang umum, mobil bus, mobil
barang, kereta gandengan, dan kereta tempelan yang dioperasikan di jalan,
meliputi pemeriksaan dan pengujian fisik kendaraan bermotor dan pengesahan
hasil uji.

RPJMD Provinsi Kalimantan Utara Tahun 2016-2021 II - 188


Tabel 2.3.2.I.5.
Jumlah Uji KIR Angkutan Umum Selama Satu Tahun Menurut Kabupaten/Kota Tahun 2015
di Provinsi Kalimantan Utara
Mobil Penumpang
Mobil Bus Mobil Barang
Kabupaten/ Umum
KIR %
Kota Angkutan
KIR % % KIR %
KIR
Bulungan 331 300 91 - - - - - - 331 300 91
Malinau 120 100 83 - - - - - - 120 100 83
Nunukan 355 355 100 - - - - - - 355 355 100
Tana Tidung - - - - - - - - - - - -
Tarakan 816 625 77 50 10 20 132 100 76 998 735 74
Jumlah 1.622 1.380 85 50 10 20 132 100 76 1.804 1490 83
Sumber : Dinas Perhubungan Provinsi Kalimantan Utara

Jumlah uji kir angkutan umum pada tahun 2015 sebanyak 83%. Apabila dilihat
masing-masing kabupaten/kota, terdapat kabupaten yang memiliki persentasi uji kir
sebesar 100%, yakni di Kabupaten Malinau dan persentase terendah terdapat di Kota
Tarakan dengan persentase sebesar 74%.

4. Jumlah Pelabuhan Laut/Udara/Terminal Bis


Menurut lampiran 1 Permendagri 54/2010, pelabuhan laut diartikan sebagai sebuah
fasilitas di ujung samudera, sungai, danau untuk menerima kapal dan memindahkan
barang kargo maupun penumpang ke dalamnya. Pelabuhan Udara/bandara bisa diartikan
sebagai sebuah fasilitas untuk menerima pesawat dan memindahkan barang kargo maupun
penumpang ke dalamnya. Terminal bus dapat diartikan sebagai prasarana transportasi
jalan untuk keperluan menurunkan dan menaikkan penumpang, perpindahan intra dan
atau antar moda transportasi serta mengatur kedatangan dan pemberangkatan kendaraan
umum.
Indikator jumlah pelabuhan laut/sungai, bandar udara, dan terminal bis ditujukan
untuk mengetahui sarana transportasi yang terdapat di wilayah Provinsi Kalimantan Utara.
Hingga tahun 2015, terdapat 124 pelabuhan laut/sungai yang tersebar di lima
kabupaten/kota dan 28 pelabuhan udara.
Tabel 2.3.2.I.6.
Jumlah Pelabuhan Laut, Pelabuhan Udara, dan Terminal Bis Menurut Kabupaten/Kota
Tahun 2015 di Provinsi Kalimantan Utara
Pelabuhan
Kabupaten/Kota Pelabuhan Udara Terminal Bis
Laut/sungai
Bulungan 55 4
Malinau 18 12
Nunukan 27 11 2
Tana Tidung 6 -
Tarakan 18 1
Jumlah 124 28
Sumber : Dinas Perhubungan Provinsi Kalimantan Utara

RPJMD Provinsi Kalimantan Utara Tahun 2016-2021 II - 189


Dalam Tatanan Kepelabuhanan Nasional disebutkan bahwa terdapat beberapa
pelabuhan di Provinsi Kalimantan Utara yang secara terinci telah ditetapkan hierarkinya
sebagai pelabuhan pengumpul (hierarki paling besar) dan sebagai pelabuhan pengumpan
lokal (hierarki paling rendah), seperti Pelabuhan Tanjung Selor (Kabupaten Bulungan) yang
memiliki fungsi sebagai pelabuhan pengumpan regional; Pelabuhan Nunukan, Pelabuhan
Sungai Nyamuk (Kabupaten Nunukan), Pelabuhan Pulau Bunyu (Kabupaten Tana Tidung),
dan Pelabuhan Tarakan (Kota Tarakan) yang memiliki fungsi pelbuhan pengumpul; serta
Pelabuhan Sesayap (Kabupaten Tana Tidung) yang memiliki fungsi pelabuhan pengumpan
lokal.
Provinsi Kalimantan Utara memiliki tiga pelabuhan penyeberangan, yakni
Pelabuhan Penyeberangan Juwata Laut (Kota Tarakan), Pelabuhan Laut Sungai Jepun
(Kabupaten Nunukan), dan Pelabuhan Penyeberangan Ancam (Kabupaten Bulungan).
Pelabuhan laut antar provinsi di wilayah Provinsi Kalimantan Utara dilayani oleh kapal
PELNI yang bersandar di Pelabuhan Tarakan.
Terdapat satu bandar udara internasional yang berlokasi di Kota Tarakan, yakni
Bandara Juwata. Bandara ini melayani penerbangan hingga ke Tawau (Malaysia). Bandara-
bandara lainnya sebagian besar merupakan bandara perintis yang melayani masyarakat
hingga ke perbatasan. Kabupaten Bulungan memiliki empat bandara, yakni Bandara
Tanjung Harapan (Tanjung Selor) yang memiliki landasan sepanjang 1200 meter dan dapat
didarati oleh pesawat model ATR 42, Bandara Kaburau (Tanjung Palas Barat) yang memiliki
landasar sepanjang 1000 meter yang dapat didarati oleh pewasat model BN 2A, Bandara
Long Bia (Peso) yang memiliki landasan sepanjang 400 meter yang dapat didarati oleh
pesawat model C 185, dan Bandara Pulau Bunyu (Bunyu) yang memiliki landasan sepanjang
900 meter yang dapat didarati oleh pesawat model Dash 7.
Bandar udara di Kabupaten Malinau berjumlah 12 bandara yang sebagian besar
terdapat di kawasan perbatasan, diantaranya adalah Bandara Long Nawang (Kayan Hulu);
Bandara Mahak Baru dan Bandara Long Lebusan (Sungai Boh); Bandara Data Dian, Bandara
Long Sule, dan Bandara Long Metun (Kayan Hilir); Bandara Long Ampung dan Bandara Long
Sungai Barang (Kayan Selatan); Bandara Long Pujungan (Pujungan), Bandara Long Alango
(Bahau Hulu); Bandara Long Pala (Mentarang Hulu); dan Bandara RA Bessing (Malinau).
Sama halnya dengan bandara di Kabupaten Malinau, bandara yang terdapat di Kabupaten
Nunukan juga banyak terdapat di daerah perbatasan seperti Bandara Yuvai Semaring
(Krayan), Bandara BaBinuang dan Bandara Long Layu (Krayan Selatan), juga Bandara
Nunukan (Nunukan). Bandara-bandara di perbatasan tersebut dilayani dengan Pesawat Susi
Air dan MAV (pesawat non niaga), juga ada Airbond yang melayani bandara perbatasan di

RPJMD Provinsi Kalimantan Utara Tahun 2016-2021 II - 190


Kabupaten Nunukan. Pemerintah juga memberikan subsidi biaya angkut untuk penumpang
dan barang menuju ke perbatasan.
Tanjung Selor sebagai ibukota Provinsi Kalimantan Utara telah memiliki terminal
angkutan tipe B, namun saat ini kondisi terminal tidak berfungsi sama sekali dan beberapa
bangunan fasilitas penunjangnya dibiarkan rusak. Masing-masing kabupaten/kota di
wilayah Provinsi Kalimantan Utara memiliki terminal tipe C seperti Terminal Pasar Induk
Tanjung Selor (Kabupaten Bulungan), Terminal Malinau (Kabupaten Malinau), Terminal
Nunukan (Kabupaten Nunukan), Terminal Tengkuyun dan Terminal Simpang 3 (Kota
Tarakan).

5. Kepemilikan KIR Angkutan Umum


Indikator kepemilikan kir angkutan umum didapatkan dari hasil perbandingan
antara jumlah angkutan umum yang tidak memiliki kir pada tahun n dengan jumlah
angkutan umum pada tahun n dikalikan dengan bilangan 100 (persentase). Data yang
didapatkan untuk mengukur indikator ini hanya data Kota Tarakan tahun 2013 hingga
tahun 2015. Dalam kurun waktu tahun 2013 hingga tahun 2015, kendaraan yang tidak
memiliki kir semakin meningkat, sehingga nilai kepemilikan kir angkutan umum di Provinsi
Kalimantan Utara mengalami penurunan, yakni sebanyak 342 unit turun menjadi 225 unit
angkutan umum.

6. Lama Pengujian Kelayakan Angkutan Umum (KIR)


Indikator pengujian kelayakan angkutan umum (kir) merupakan jangka waktu
proses pengujian angkutan umum. Dikarenakan adanya keterbatasan data, hanya data
Kota Tarakan yang didapatkan datanya. Jangka waktu proses pengujian angkutan umum di
Kota Tarakan dalam kurun waktu tahun 2011-2015 selama 25 menit.

7. Biaya Pengujian Kelayakan Angkutan Umum


Indikator biaya pengujian kelayakan angkutan umum merupakan biaya yang
ditetapkan oleh pemerintah untuk proses pengujian kelayakan angkutan umum. Data yang
diperoleh untuk indikator ini adalah data dari Kota Tarakan, dimana pada tahun 2011
besarnya biaya pengujian kelayakan angkutan umum adalah sebesar Rp 22.500,- dan
meningkat pada tahun 2012 menjadi Rp 45.000,- yang tetap masih berlaku hingga tahun
2015 ini.

RPJMD Provinsi Kalimantan Utara Tahun 2016-2021 II - 191


8. Pemasangan Rambu-Rambu
Indikator pemasangan rambu-rambu didapatkan dari perbandingan antara jumlah
pemasangan rambu-rambu pada tahun n dengan jumlah rambu-rambu yang seharusnya
tersedia dikalikan dengan bilangan 100 (persentase). Data jumlah pemasangan rambu-
rambu yang tersedia hanya di Kabupaten Tana Tidung tahun 2015, yakni sebanyak 224
unit.

J. Komunikasi dan Informatika


1. Jumlah Jaringan Komunikasi
Jumlah sarana komunikasi dan informatika adalah Indikator yang menunjukkan
jumlah sarana komunikasi di Provinsi Kalimantan Utara. Indikator ini menunjukkan jumlah
total sarana komunikasi suara satuan langsung, komunikasi data, dan satuan sambungan.
Tabel 2.3.2.J.1.
Jumlah Sarana Komunikasi di Provinsi Kalimantan Utara Tahun 2010-2015
Kabupaten/Kota 2010 2011 2012 2013 2014 2015
Bulungan 5.546 6.859 6.038
Malinau 3.773 4.577 4.135
Nunukan 9.333 9.139 9.989
Tana Tidung 215 938
Tarakan 32.607 32.234 32.733
Kalimantan Utara 53.024 53.833
Sumber :
1) Bulungan dalam angka tahun 2010,2011, 2012 dan 2013.
2) Malinau dalam angka 2011, 2013.
3) Nunukan dalam angka 2012, 2013.
4) Tana Tidung dalam angka 2012 dan 2013.
5) Tarakan dalam angka 2013,

Pada tahun 2011 dan 2012 adalah 53.024 dan 53.833 cenderung mengalami
kenaikan dalam kurun 2011-2012. Kota Tarakan menjadi daerah dengan ketersediaan
sarana komunikasi tertinggi dengan 32.733 sarana komunikasi pada tahun 2012.

2. Rasio Wartel/Warnet terhadap Penduduk


Rasio wartel/warnet atau rasio ketersediaan wartel/warnet adalah jumlah
wartel/warnet per 1.000 penduduk. Wartel atau warung telekomunikasi adalah tempat
usaha komersial yang dimiliki oleh perorangan atau badan hukum yang memberikan jasa
sambungan telekomunikasi kepada masyarakat dan akan menerima pembayaran dari
konsumen secara langsung setelah jasa diberikan. Sedangkan warnet atau warung internet
adalah tempat usaha komersial yang dimiliki oleh perorangan atau badan hukum yang
memberikan jasa sambungan internet kepada masyarakat dan akan menerima pembayaran
dari konsumen secara langsung setelah jasa diberikan.

RPJMD Provinsi Kalimantan Utara Tahun 2016-2021 II - 192


Tabel 2.3.2.J.2.
Jumlah Wartel dan Warnet di Provinsi Kalimantan Utara Tahun 2010-2015
Kabupaten/Kota 2010 2011 2012 2013 2014 2015
Bulungan 0,06 0,26 0,01 0,08 0,06 0,05
Malinau 0,19 0,28 0,16 0,20 0,2 0,20
Nunukan 0,09 0,19 0,11 0,16 0,18
Tana Tidung 20,65 20,65
Tarakan 0,21 0,55 0,4 0,37 0,33
Kalimantan Utara 0.73 0.74
Sumber :
1) Bulungan dalam angka tahun 2010,2011, 2012 ,2014,2015
2) Malinau dalam angka 2011, 2013, 2014,2015
3) Nunukan dalam angka 2012, 2013. 2014,2015
4) Tana Tidung dalam angka 2012 dan 2013, 2014,2015
5) Tarakan dalam angka 2013, 2014,2015

Perkembangan jaman yang semakin canggih membuat masyarakat dapat semakin


mudah untuk mengakses berbagai informasi dan berkomunikasi via internet. Apalagi
predikat Provinsi Kalimantan Utara sebagai kota pelajar sangat mendukung pertumbuhan
warnet-warnet tersebut. Biaya yang dikeluarkan juga tidak terlalu mahal jika
dibandingkan dengan biaya mengakses internet di kota-kota besar lainnya. Namun,
keberadaan warnet semakin terancam dengan adanya fasilitas hotspot di berbagai sudut
Provinsi Kalimantan Utara yang menawarkan akses internet gratis.
Perlu dilakukan pergeseran dalam memotret media komunikasi seiring dengan
kemajuan jaman. Mungkin stasiun pemancar HP, jumlah kepemilikan HP, pelanggan
hotspot yang berupa masyarakat umum dan kelompok, jejaring sosial akan lebih dapat
mengekspresikan kondisi yang faktual tentang penggunaan media telekomunikasi secara
efektif. Untuk sosialisasi baik terkait dengan nilai-nilai, program maupun kegiatan saat ini
lebih efektif dengan media tersebut. Artinya selain media yang sudah ada, juga
mengidentifikasi sarana komunikasi dan informasi lain sesuai dengan kemajuan jaman.

3. Jumlah Surat Kabar Nasional/Lokal


Indikator jumlah surat kabar nasional dan lokal seperti yang tertulis dalam
Lampiran 1 Permendagri 54/2010 adalah jenis surat kabar nasional dan lokal yang masuk
ke daerah.

RPJMD Provinsi Kalimantan Utara Tahun 2016-2021 II - 193


Tabel 2.3.2.J.3.
Jumlah Surat Kabar yang Beredar di Provinsi Kalimantan Utara
Provinsi Jumlah Surat Kabar yang Beredar
Kalimantan Utara Pos
Tribun Kalimantan Utara
Kabar Kalimantan Utara
Berita Kalimantan Utara
Kalimantan Utara Koran Kaltim
Radar Tarakan
Swara Kaltim
Kompas
Tempo
Sumber: Analisa survei Lapangan Kalimantan Utara 2016

Yang perlu dioptimalkan adalah pemanfaatan surat kabar lokal dan nasional untuk
mendukung semua SKPD umumnya dan pelaksanaan tupoksi setiap pegawai/pejabat pada
khususnya. Dalam upaya meningkatkan kepekaan terhadap perubahan sosial, politik,
ekonomi, dll diperlukan surat kabar lokal dan nasional. Untuk sampai pada indikator
outcome, maka perlu ditindaklanjuti dengan mengukur pemanfaatan berita terkait dengan
tupoksi SKPD untuk kepentingan pengambilan keputusan, pengayaan data maupun
pertimbangan dan solusi.

4. Jumlah Penyiaran Radio/TV Lokal


Indikator jumlah penyiaran radio dan televisi lokal adalah jumlah penyiaran radio
dan televisi yang masuk ke daerah. Menurut informasi yang diperoleh dari Biro Umum dan
Humas, Sekretariat Daerah Provinsi Kalimantan Utara terdapat 10 Stasiun TV yang telah
beroperasi di Kalimantan Utara, diantaranya adalah PT Global TV, PT Lativi Mediakarya
Menado Samarinda, PT. RCTI 8, PT Trans Tujuh Pontianak, PT SCTV, PT Metro, PT SCTV,
PT. Cakrawala Andalas TV (ANTV), PT Indosiar, PT. TPI Sembilan/MNC. Provinsi Kalimatan
Utara juga memiliki penyiaran TV lokal di Kota Tarakan, yakni Tarakan TV.
Tabel 2.3.2.J.4.
Penyiaran TV di Provinsi Kalimantan Utara
Provinsi Stasiun Televisi
1.PT Global TV
2. PT Lativi Medikarya Menado Samarinda
3. PT RCTI 8
4. PT Trans Tujuh Pontianak
5. PT Trans Tujuh Mataram Samarinda
Kalimantan Utara
6. PT SCTV
7. PT Metro
8. PT Cakrawala Andalas TV ANTV
9. PT Indosiar
10. PT TPI Sembilan / MNC
Sumber : Analisa survei Lapangan Kalimantan Utara 2016

RPJMD Provinsi Kalimantan Utara Tahun 2016-2021 II - 194


5. Website Milik Pemerintah Daerah
Berikut adalah data ketersediaan website milik pemerintah di kabupaten maupun
Provinsi Kalimantan Utara dalam kurun tahun 2010-2015. Pada tahun 2012 Pemerintah
Daerah Provinsi Kalimantan Utara dan seluruh kabupaten telah memiliki website, sehingga
memudahkan masyarakat untuk memperoleh informasi melalui media elektronik.
Tabel 2.3.2.J.5.
Website Milik Pemerintah di Provinsi Kalimantan Utara Tahun 2008-2012
Kabupaten/Kota 2010 2011 2012 2013 2014 2015
Bulungan Ada Ada Ada Ada Ada Ada
Malinau Ada Ada Ada Ada Ada Ada
Nunukan Ada Ada Ada Ada Ada Ada
Tana Tidung Ada Ada Ada Ada Ada Ada
Tarakan Ada Ada Ada Ada Ada Ada
Kalimantan Utara Ada Ada Ada Ada
Sumber :
1) LPPD Kabupaten Malinau Tahun 2010, 2012, 2015
2) LPPD Kabupaten Bulungan Tahun 2010, 2012, 2015
3) LPPD Kabupaten Nunukan Tahun 2010, 2012, 2015
4) LPPD Kabupaten Tana TidungTahun 2010, 2012, 2015
5) LPPD Kota Tarakan Tahun 2010, 2012, 2015
6) LPPD Provinsi Kalimantan Utara Tahun 2015

6. Pameran/Expo
Indikator pameran/expo sesuai dengan Lampiran 1 Permendagri 54/2010
merupakan jumlah yang menunjukkan banyaknya kegiatan pameran/expo yang
dilaksanakan per tahun. Banyaknya pameran/expo yang dilaksanakan di Provinsi
Kalimantan Utara bersumber dari Laporan Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah dimana
pameran dan atau expo tersebut tidak menjelaskan secara terinci jenis pameran/expo
yang dilaksanakan pada tahun terkait.
Tabel 2.3.2.J.6.
Jumlah Pameran/Expo di Provinsi Kalimantan Utara
Tahun 2010-2015
Kabupaten/Kota 2010 2011 2012 2013 2014 2015
Bulungan 1 3 3 5 7
Malinau 8 1 7 5 7
Nunukan 2 2 4 4 6 8
Tana Tidung 0 1 1 2 1 1
Tarakan 5 20 20 30 20 20
Kalimantan Utara 23 29 38 35 41
Sumber :
1) LPPD Kabupaten Malinau Tahun 2010, 2012, 2015
2) LPPD Kabupaten Bulungan Tahun 2010, 2012, 2015
3) LPPD Kabupaten Nunukan Tahun 2010, 2012, 2015
4) LPPD Kabupaten Tana TidungTahun 2010, 2012, 2015
5) LPPD Kota Tarakan Tahun 2010, 2012, 2015
6) LPPD Provinsi Kalimantan Utara Tahun 2015

Untuk pengukuran outcome maka pameran hendaknya tidak hanya menilai jumlah
pameran yang dilakukan per tahun, namun sasaran yang dicapai oleh setiap pameran.
Dengan demikian efektivitas kinerja dilihat dari aspek obyek yang disasar menjadi lebih
konkrit.

RPJMD Provinsi Kalimantan Utara Tahun 2016-2021 II - 195


K. Koperasi, Usaha Kecil, dan Menengah
1. Persentase Koperasi Aktif
Koperasi adalah badan usaha yang beranggotakan orang atau badan hukum koperasi
dengan melandaskan kegiatannya berdasarkan prinsip koperasi, salah satunya azas
kekeluargaan. Koperasi menjadi salah satu penggerak perekonomian terutama di tingkat
masyarakat golongan menengah ke bawah. Semakin besar jumlah persentase koperasi yang
aktif, maka semakin besar pelayanan penunjang yang dimiliki daerah dengan
menggerakkan perekonomian melalui koperasi. Pengaruh koperasi terhadap perekonomian
wilayah ditunjukkan dari perannya dalam membantu menjalankan usaha mikro, kecil, dan
menengah sebagai lapangan pekerjaan informal alternatif ketika pekerjaan formal tidak
lagi dapat memeuhi permintaan lapangan pekerjaan.
Tabel 2.3.2.K.1
Jumlah dan Persentase Koperasi Aktif Menurut Kabupaten/Kota Tahun 2015
Provinsi kalimantan Utara
Kabupaten/Provinsi Jumlah Koperasi Aktif Jumlah Koperasi Persentase Koperasi Aktif
Bulungan 96 143 67,1
Malinau 80 115 69,6
Nunukan 182 310 58,7
Tana Tidung 33 39 84,6
Tarakan 121 199 60,8
Kalimantan Utara 466 762 61,1
Sumber: Disperindagkop Provinsi Kalimantan Utara 2016

Tahun 2015, tercatat 466 koperasi aktif atau 61,1% dari jumlah keseluruhan
koperasi di Provinsi Kalimantan Utara. Kabupaten Tana Tidung memiliki persentase
koperasi aktif paling besar yaitu mencapai 84,6%.
Tabel 2.3.2.K.2
Jumlah dan Persentase Koperasi Aktif Tahun 2013-2015
Provinsi kalimantan Utara
Uraian 2013 2014 2015
Jumlah koperasi aktif 426 469 466
Jumlah koperasi 735 765 762
Persentase koperasi aktif 57,96 61,30 61,15
Sumber: Disperindagkop Provinsi Kalimantan Utara 2016

Persentase koperasi aktif Provinsi Kalimantan Utara terus meningkat positif.


Peningkatan signifikan terjadi dari tahun 2013 menuju tahun 2014, yakni sebesar 57,96%
atau dari 426 unit koperasi aktif di tahun 2013 menjadi 469 unit di tahun 2014.
Perkembangan positif ini menunjukkan bahwa keberadaan koperasi menjadi salah satu
media penggerak perekonomian skala kecil menengah. Jumlah koperasi sedikit mengalami
penurunan di tahun 2015 yaitu menjadi 466 unit koperasi aktif.

RPJMD Provinsi Kalimantan Utara Tahun 2016-2021 II - 196


2. Jumlah Usaha Kecil dan Menengah (UKM)
Usaha kecil maupun usaha menengah merupakan usaha mandiri yang dilakukan oleh
perorangan atau badan usaha yang tidak ada hubungannya dengan usaha besar (bukan
merupakan cabang). Jumlah UKM menjadi aspek yang diperhitungkan dalam menganalisis
kondisi perekonomian wilayah karena perannya dalam perekonomian rakyat yang mandiri.
Tabel 2.3.2.K.3
Jumlah Usaha Kecil dan Menengah (UKM) Menurut Kabupaten/Kota
Tahun 2014-2015 Provinsi Kalimantan Utara
Kabupaten/Kota 2014 2015
Bulungan 2.163 3.300
Malinau 1.803
Nunukan 2.137
Tana Tidung 463 505
Tarakan 713 1.932
Kalimantan Utara 7.279
Sumber: Disperindagkop Provinsi Kalimantan Utara 2016

Kabupaten/kota yang menunjukkan peningkatan jumlah UKM adalah Kabupaten


Bulungan, Kabupaten Tana Tidung, dan Kota Tarakan. Peningkatan terbesar adalah jumlah
UKM Kota Tarakan mencapai 170%, yakni dari 713 unit UKM menjadi 1.932 unit pada tahun
2015. Di samping itu, Kabupaten Bulungan meningkat 43,5%, sedangkan Kabupaten Tana
Tidung meningkat sebesar 9%.

3. Jumlah BPR/LKM
BPR adalah lembaga keuangan bank yang menerima simpanan hanya dalam bentuk
deposito berjangka, tabungan, dan/atau bentuk lainnya yang dipersamakan dengan itu dan
menyalurkan dana sebagai usaha BPR. LKM atau Lembaga Keuangan Mikro adalah lembaga
yang menyediakan jasa penyimpanan (deposits), kredit (loans), pembayaran sebagai
transaksi jasa (payment service) serta money transfer yang ditujukan bagi masyarakat
miskin dan pengusaha kecil. LKM memiliki fungsi sebagai lembaga yang memberikan
berbagai jasa keuangan bagi masyarakat miskin dan pengusaha kecil. Jumlah BPR/LKM
akan menunjukkan seberapa besar kapasitas pelayanan pendukung yang dimiliki daerah
khususnya untuk masyarakat ekonomi rendah dan pengusaha kecil. Hingga saat ini data
valid terkait jumlah BPR/LKM Provinsi Kalimantan Utara masih belum tersedia.

4. Usaha Mikro dan Kecil


Usaha mikro dan kecil juga merupakan usaha mandiri yang kebanyakan dilakukan
oleh perorangan atau rumah tangga. Perbedaan usaha mikro dengan usaha kecil dan
menengah hanya terletak pada nilai aset dan omsetnya. Usaha mikro dan kecil juga
merupakan salah satu sektor usaha dalam perekonomian mikro yang potensial untuk
diperhatikan dan dikembangkan sebagai katalisator perekonomian daerah.

RPJMD Provinsi Kalimantan Utara Tahun 2016-2021 II - 197


Tabel 2.3.2.K.4
Persentase Usaha Mikro dan Kecil Tahun 2014
Provinsi Kalimantan Utara
Jumlah usaha Jumlah Usaha Kecil
Kabupaten/Provinsi
mikro dan kecil Menengah (UKM)
Bulungan 2.133 2.163
Malinau 2.087 1.803
Nunukan 1.986 2.137
Tana Tidung 463 463
Tarakan 713 713
Kalimantan Utara 7.382 7.279
Persentase usaha mikro kecil
97%
Provinsi Kalimantan Utara
Sumber: Disperindagkop Provinsi Kalimantan Utara 2016

Tercatat 97% Usaha Kecil Menengah termasuk dalam kategori Usaha Mikro dan
Kecil. Pencapaian ini menunjukkan sinyal positif bagi pertumbuhan perekonomian
khususnya perekonomian skala menengah ke bawah. Perkembangan usaha mikro dan kecil
juga menunjukkan tersedianya lingkungan positif yang mendukung perkembangan usaha
perekonomian mandiri.
Tabel 2.3.2.K.5
Potensi Produk Unggulan Industri UMKM Tahun 2013 di Provinsi Kalimantan Utara
No. Kabupaten/Kota Produk Unggulan Pemasaran
1 Kabupaten Malinau Meubel Rotan Kabupaten Malinau dan
Anyaman Rotan luar kabupaten
Anyaman bambu,
Anyaman pandan
Kopi Bubuk
Batik Malinau
2 Kabupaten Bulungan Kue dan roti Kabupaten Bulungan,
Mie kering dan mie basah Kabupaten Malinau,
Kopi bubuk Kabupaten Tana Tidung,
Tahu dan Tempe Kabupaten Berau
Kerupuk dan Amplang (kalimantan Timur),
Anyaman Manik dan Anyaman Serat Kota Jakarta, Kota
Penyulingan Minyak Atsiri Surabaya, Provinsi Bali
Pengolahan Logam Negara Perancis, China,
Pembuatan Kapal Uni Emirat Arab
Meubel Kayu
Meubel Rotan
3 Kabupaten Nunukan Beras Adan Kecamatan Sebatik,
Olahan Rumput Laut Kabupaten Nunukan
Kerupuk Durian Malaysia
Ikan Teri
Udang Kering
4 Kabupaten Tana Tidung Abon Ikan Pari Di dalam kabupaten Tana
Anyaman Bambu dan Daun Pandan Tidung
5 Kota Tarakan Ikan Asin Tipis Di dalam dan luar Kota
Amplang Tarakan
Batik Khas Tarakan
Sumber: Materi Teknis RTRW Provinsi Kalimantan Utara Tahun 2015-2035

RPJMD Provinsi Kalimantan Utara Tahun 2016-2021 II - 198


L. Penanaman Modal
1. Jumlah Investor Berskala Nasional (PMDN/PMA)
Jumlah investasi di suatu daerah seringkali menjadi salah satu faktor yang
mempengaruhi perkembangan perekonomian secara makro. Terdapat dua jenis investasi
menurut sumbernya, yaitu investasi dalam negeri dan investasi luar negeri/asing.
Penanaman Modal Dalam Negeri (PMDN) dan Penanaman Modal Asing (PMA) merupakan
bentuk investasi skala nasional yang menjadi penyumbang pendapatan daerah yang besar.
Tabel 2.3.2.L.1
Jumlah PMDN/PMA Tahun 2007-2015
Provinsi Kalimantan Utara
PMDN/
Kabupaten/Provinsi PMDN PMA
PMA
Bulungan 40 43 83
Malinau 1 10 11
Nunukan 24 12 36
Tana Tidung 12 6 18
Tarakan 111 33 144
Kalimantan Utara 176 104 292
Sumber: Badan Penanaman Modal dan Perizinan Terpadu Provinsi Kalimantan Utara 2016

Penanaman modal di Provinsi Kalimantan Utara masih didominasi oleh penanaman


modal dalam negeri, yaitu sebesar 63% atau 176 PMDN dan sisanya adalah penanaman
modal asing 104 PMA. Hal ini menunjukkan bahwa daya tarik investasi di provinsi ini untuk
pihak asing masih kurang. Pemerintah Daerah masih memiliki pekerjaan rumah dan target
baru untuk memanfaatkan potensi Provinsi Kalimantan Utara sebagai daya tarik investor
asing.

2. Jumlah Nilai Investasi Berskala Nasional (PMDN/PMA)


Besaran nilai investasi menggambarkan lebih nyata dan spesifik perkembangan
investasi di suatu wilayah. Jumlah PMDN/PMA maupun proyek yang disetujui tidak dapat
menjadi tolok ukur untuk menghitung kontribusi penanaman investasi terhadap
perekonomian daerah. Jumlah dan nilai realisasi proyeklah yang menjadi ukuran fisik
keberhasilan daerah dalam memfasilitasi PMDN/PMA dalam merealisasikan proyek.
Semakin banyak realisasi proyek maka akan menggambarkan keberhasilan daerah dalam
memberi fasilitas penunjang pada investor untuk merealisasikan investasi yang telah
direncanakan.
Selama lima tahun terakhir, dari 220 proyek yang telah disetujui, hanya 65 proyek
yang terealisasi hingga tahun 2015. Nilai investasi yang sebelumnya disetujui sebelumnya
sebesar 15,8 triliun hanya terealisasi sebesar 6,11 triliun. Dengan kata lain hanya 30%
proyek yang terealisasi dari jumlah proyek yang disetujui dan 40% nilai poyek dari
keseluruhan nilai invstasi yang disetujui sebelumnya.

RPJMD Provinsi Kalimantan Utara Tahun 2016-2021 II - 199


Tabel 2.3.2.L.2
Realisasi Nilai Investasi PMDN/PMA Tahun 2011-2015
Provinsi Kalimantan Utara
Persetujuan Realisasi
Tahun
Jumlah Proyek Nilai Investasi (Rp) Jumlah Proyek Nilai Investasi (Rp)
2011 14 1,906,341,830,000 - -
2012 15 1,248,253,931,654 - -
2013 53 9,162,243,901,830 12 573,7 Milyar
2014 74 1,794,840,627,262 21 1,8 Triliun
2015 64 1,759,633,200,022 32 3,81 Triliun
Total 220 15,871,313,490,768 65 6,11 Triliun
Sumber: LPPD Badan Penanaman Modal dan Perizinan Terpadu Provinsi Kalimantan Utara 2016

3. Rasio Daya Serap Tenaga Kerja


Rasio daya serap tenaga kerja adalah perbandingan antara jumlah tenaga kerja
bekerja pada perusahaan PMDN/PMA dengan jumlah keseluruhan PMDN/PMA. Dengan
melihat rasio daya serap tenaga kerja, dapat diketahui pengaruh adanya investasi dalam
menyediakan lapangan pekerjaan. Semakin besar rasio daya serap tenaga kerja pada PMA
dan PMDN akan mencerminkan besarnya daya tampung di perusahaan PMA/PMDN untuk
menyerap tenaga kerja di suatu daerah dan meningkatkan kesejahteraan penduduk.
Tabel 2.3.2.L.3
Rasio Daya Serap Tenaga Kerja PMDN/PMA Tahun 2015
Provinsi Kalimantan Utara
Jumlah Tenaga Kerja Kalmantan Utara
PMDN 2.703
PMA 2.168
Rasio Daya Serap Tenaga Kerja 17,4
Sumber:LPPD Badan Penanaman Modal dan Perizinan Terpadu Provinsi Kalimantan Utara 2016

Tahun 2015 sebanyak 2.703 tenaga kerja termasuk tenaga kerja asing bekerja pada
perusahaan PMDN dan 2.168 tenaga kerja untuk perusahaan PMA. Rasio tenaga kerja
terhadap jumlah perusahaan PMDN/PMA adalah sebesar 17,4.

4. Kenaikan/Penurunan Nilai Realisasi PMDN (milyar rupiah)


Kenaikan/penurunan nilai realisasi PMDN/PMA akan menunjukkan besar
pertumbuhan nilai realiasi proyek di suatu daerah. Angka pertumbuhan ini selanjutnya
dapat menjadi salah satu aspek yang menunjukkan seberapa besar pemerintah daerah
mampu mempertahankan tren investasi dan daya tarik/potensi daerahnya.
Dari tabel di bawah, dapat disimpulkan bahwa pada periode 2013-2015, realisasi
nilai investasi Provinsi Kalimantan Utara berkembang pesat. Pertumbuhan realisasi nilai
proyek pada tahun 2014 bahkan mencapai 215% dan tetap bertahan 112% pada tahun 2015.
Hal ini menunjukan bahwa meski persentase realisasi proyek masih tergolong kecil, namun
pertumbuhan nilai investasi dari tahun ke tahun sudah cukup memuaskan.

RPJMD Provinsi Kalimantan Utara Tahun 2016-2021 II - 200


Tabel 2.3.2.L.4
Kenaikan/Penurunan Nilai Realisasi PMDN/PMA Tahun 2013-2015
Provinsi Kalimantan Utara
Nilai Realisasi PMDN/PMA (milyar rupiah)
Uraian
2011 2012 2013 2014 2015
Realisasi PMDN/PMA (triliun rupiah) 0,57 1,8 3,81
Perubahan (triliun rupiah) - 1,23 2,01
Pertumbuhan (%) - 215 112
Sumber: LPPD Badan Penanaman Modal dan Perizinan Terpadu Provinsi Kalimantan Utara 2016

M. Kepemudaan dan Olah Raga


1. Jumlah Organisasi Pemuda
Organisasi pemuda merupakan wadah potensi dan peran aktif pemuda di tengah
masyarakat. Keberadaan organisasi pemuda diharapkan dapat menjadi sarana positif
pengembangan pola pikir pemuda agar terbiasa bekerja dalam suatu tim/kelompok,
berjiwa kepemimpinan, terampil, dan peka terhadap permasalahan yang ada di lingkungan
sekitarnya. Indikator jumlah organisasi pemuda digunakan untuk memetakan potensi
perkembangan kepemudaan kedepan dan penentuan langkah pemberdayaan bidang
kepemudaan. Berikut adalah data jumlah organisasi pemuda di Provinsi Kalimantan Utara
tahun 2010 sampai dengan 2015.
Tabel.2.3.2.M.1
Jumlah Organisasi Pemuda Menurut Kabupaten/Kota
Provinsi Kalimantan Utara Tahun 2010 s.d. 2015
Uraian Kabupaten/Kota 2010 2011 2012 2013 2014 2015
Jumlah Kabupaten Bulungan na na 33 na na 30
Organisasi Kabupaten Malinau na na 12 na na 43
Pemuda Kabupaten Nunukan 15 58 80 51 38 40
Kabupaten Tana Tidung 22 22 22 na na 13
Kota Tarakan 20 20 30 83 75 87
Prov. Kalimantan Utara 57 100 177 134 113 213
Sumber:
1) Naskah Akademik Rancangan Peraturan Daerah Rencana Jangka Panjang Pembangunan Daerah Provinsi
Kalimantan Utara Tahun 2005-2025
2) Dinas Pendidikan, Kebudayaan, Pemuda, dan Olahraga, Provinsi Kalimantan Utara, Tahun 2016

Berdasarkan informasi yang tersedia di setiap kabupaten/kota sudah memiliki


organisasi kepemudaan. Masa transisi pemekaran Provinsi Kalimantan Utara dari Provinsi
Kalimantan Timur selama tahun 2013 sampai dengan 2014, menyebabkan organisasi
pemuda yang ada belum sepenuhnya jumlahnya terdata dengan baik. Data terbaru tahun
2015 menunjukan bahwa Kota Tarakan merupakan kabupaten/kota yang memiliki jumlah
organisasi pemuda terbanyak, yaitu sebanyak 87 organisasi pemuda. Secara umum jumlah
organisasi pemuda di Provinsi Kalimantan Utara mengalami kecenderungan peningkatan
dari tahun 2010 sampai dengan 2015, dengan keseluruhan berjumlah 179 organisasi
pemuda pada tahun 2015.

RPJMD Provinsi Kalimantan Utara Tahun 2016-2021 II - 201


2. Jumlah Organisasi Olahraga
Jumlah organisasi olahraga digunakan sebagai indikator untuk melihat potensi
perkembangan olahraga di masa depan dan sebagai dasar menentukan langkah
pemberdayaan bidang olahraga. Berikut adalah data jumlah organisasi olahraga di Provinsi
Kalimantan Utara tahun 2010 sampai dengan 2015.
Tabel.2.3.2.M.2
Jumlah Organisasi Olahraga Menurut Kabupaten/Kota
Provinsi Kalimantan Utara Tahun 2010 s.d. 2015
Uraian Kabupaten/Kota 2010 2011 2012 2013 2014 2015
Jumlah Kabupaten Bulungan na na na na na 20
Organisasi Kabupaten Malinau na na na na na 9
Olahraga Kabupaten Nunukan 25 25 29 31 48 32
Kabupaten Tana Tidung na na na na na 3
Kota Tarakan 27 34 40 42 43 45
Prov. Kalimantan Utara 52 59 69 73 91 109
Sumber:
1) Naskah Akademik Rancangan Peraturan Daerah Rencana Jangka Panjang Pembangunan Daerah Provinsi Kalimantan Utara
Tahun 2005-2025
2) Dinas Pendidikan, Kebudayaan, Pemuda, dan Olahraga Provinsi Kalimantan Utara, Tahun 2016

Berdasarkan informasi yang tersedia di setiap kabupaten/kota sudah memiliki


organisasi olahraga. Masa transisi pemekaran Provinsi Kalimantan Utara dari Provinsi
Kalimantan Timur selama tahun 2013 sampai dengan 2014, menyebabkan organisasi
olahraga yang ada belum sepenuhnya jumlahnya terdata dengan baik. Berdasarkan data
yang tersedia, jumlah organisasi olahraga Provinsi Kalimantan Utara Tahun 2010 sampai
dengan 2014 hanya dimiliki oleh Kabupaten Nunukan dan Kota Tarakan. Kota Tarakan
memiliki 43 organisasi olahraga di tahun 2014. Data terbaru tahun 2015 menunjukan
bahwa Kota Tarakan merupakan kabupaten/kota dengan jumlah organisasi olahraga
terbanyak, yaitu sejumlah 45 organisasi olahraga, meningkat dari tahun-tahun
sebelumnya.

3. Jumlah Kegiatan Kepemudaan


Peran aktif organisasi pemuda dapat diindikasikan melalui jumlah kegiatan
kepemudaan. Berikut adalah data kegiatan kepemudaan di Provinsi Kalimantan Utara
tahun 2010 sampai dengan 2015.

RPJMD Provinsi Kalimantan Utara Tahun 2016-2021 II - 202


Tabel.2.3.2.M.3
Jumlah Kegiatan Kepemudaan Menurut Kabupaten/Kota
Provinsi Kalimantan Utara Tahun 2010 s.d. 2015
Uraian Kabupaten/Kota 2010 2011 2012 2013 2014 2015
Jumlah Kabupaten Bulungan na na na na na 3
Kegiatan Kabupaten Malinau na na na na na 1
Kepemudaan Kabupaten Nunukan 1 na 4 7 6 3
Kabupaten Tana Tidung na na na na na 2
Kota Tarakan 3 na na 3 1 2
Prov. Kalimantan Utara 4 na 4 10 7 11
Sumber:
1) Naskah Akademik Rancangan Peraturan Daerah Rencana Jangka Panjang Pembangunan Daerah Provinsi Kalimantan Utara
Tahun 2005-2025
2) Dinas Pendidikan, Kebudayaan, Pemuda, dan Olahraga Provinsi Kalimantan Utara 2016

Data jumlah kegiatan kepemudaan di Provinsi Kalimantan Utara Tahun 2010 sampai
dengan 2014 hanya terdapat untuk Kabupaten Nunukan dan Kota Tarakan. Data terbaru
tahun 2015 menunjukan bahwa Kabupaten Bulungan memiliki kegiatan kepemudaan
terbanyak, yaitu sebanyak tiga kegiatan kepemudaan dalam tahun tersebut.

4. Jumlah Kegiatan Olahraga


Indikator jumlah kegiatan olahraga merupakan tolok ukur untuk melihat aktifitas
kegiatan yang dilakukan oleh klub atau organisasi olahraga dalam di kabupaten/kota.
Berikut adalah data kegiatan olahraga di Provinsi Kalimantan Utara tahun 2010 sampai
dengan 2015.
Tabel.2.3.2.M.4
Jumlah Kegiatan Olahraga Menurut Kabupaten/Kota
Provinsi Kalimantan Utara Tahun 2010 s.d. 2015
Uraian Kabupaten/Kota 2010 2011 2012 2013 2014 2015
Jumlah Kabupaten Bulungan na na na na na na
Kegiatan Kabupaten Malinau na na na na na na
Olahraga Kabupaten Nunukan 2 22 10 7 14 32
Kabupaten Tana Tidung na na na na na 5
Kota Tarakan 4 6 4 4 3 4
Prov. Kalimantan Utara 6 28 14 11 17 41
Sumber:
1) Naskah Akademik Rancangan Peraturan Daerah Rencana Jangka Panjang Pembangunan Daerah Provinsi Kalimantan Utara
Tahun 2005-2025
2) Dinas Pendidikan, Kebudayaan, Pemuda, dan Olahraga Provinsi Kalimantan Utara 2016

Data jumlah kegiatan olahraga untuk tahun 2010 sampai dengan 2014 hanya
terdapat untuk Kabupaten Nunukan dan Kota Tarakan. Berdasarkan data yang ada, jumlah
kegiatan olahraga di Provinsi Kalimantan Utara secara umum mengalami peningkatan
untuk tahun 2011 dan kemudian mengalami penurunan dari tahun 2011 sampai dengan
2014, dan akhirnya kembali meningkat di tahun 2015. Sedangkan untuk tahun 2015 hanya
terdapat data untuk Kabupaten Nunukan sebanyak 32 kegiatan olahraga, Kabupaten Tana
Tidung sebanyak 5 kegiatan olahraga dan Kota Tarakan sebanyak 4 kegiatan olahraga.

RPJMD Provinsi Kalimantan Utara Tahun 2016-2021 II - 203


5. Gelanggang/Balai Remaja (Selain Milik Swasta)
Indikator ini digunakan untuk menjelaskan potensi sejumlah sarana penunjang
pusat kegiatan kepemudaan dan olahraga. Berikut adalah data rasio jumlah
gelanggang/bali remaja (selain milik swasta) per 1000 penduduk di Provinsi Kalimantan
Utara tahun 2010 sampai dengan 2015.
Tabel.2.3.2.M.5
Rasio Gelanggang / Balai Remaja (Selain Milik Swasta) per 1000 penduduk
Menurut Kabupaten/Kota
Provinsi Kalimantan Utara Tahun 2010 s.d. 2015
Uraian Kabupaten/Kota 2010 2011 2012 2013 2014 2015
Rasio Kabupaten Bulungan 0.02 0.02 na na na na
Gelanggang / Kabupaten Malinau 0.16 0.16 0.15 na na na
Balai Remaja Kabupaten Nunukan 0.006 0.006 0.006 0.025 0.006 0.006
(Selain Milik Kabupaten Tana Tidung 0 0 0.06 na na na
Swasta) Kota Tarakan 0.001 0.001 0.007 0.067 0.004 0.0004
Prov. Kalimantan Utara 0.03 0.03 na 0.013 na na
Sumber:
1) Naskah Akademik Rancangan Peraturan Daerah Rencana Jangka Panjang Pembangunan Daerah Provinsi Kalimantan Utara
Tahun 2005-2025
2) Dinas Pendidikan, Kebudayaan, Pemuda, dan Olahraga Provinsi Kalimantan Utara 2016

Data jumlah gelanggang/balai remaja di Provinsi Kalimantan Utara tidak tersedia


secara lengkap, terutama setelah tahun 2012. Data yang lengkap hanya dimiliki oleh
Kabupaten Nunukan dan Kota Tarakan. Kota Tarakan memiliki kecenderungan peningkatan
jumlah gelanggang/balai remaja dari tahun 2010 sampai dengan 2013, dan penurunan dari
tahun 2013 sampai dengan 2015.

6. Lapangan Olahraga
Indikator ini digunakan untuk melihat adanya sarana penunjang kegiatan olahraga
yang berupa lapangan olahraga. Berikut adalah data rasio jumlah lapangan olahraga per
1000 penduduk di Provinsi Kalimantan Utara tahun 2010 sampai dengan 2015.
Tabel.2.3.2.M.6
Rasio Lapangan Olahraga per 1000 Penduduk Menurut Kabupaten/Kota
Provinsi Kalimantan Utara Tahun 2010 s.d. 2015
Uraian Kabupaten/Kota 2010 2011 2012 2013 2014 2015
Rasio Lapangan Kabupaten Bulungan 1.4 na na na na na
Olahraga per Kabupaten Malinau 7.4 1.42 1.46 na na na
1000 penduduk Kabupaten Nunukan 0.2 0.2 0.19 na 0.02 0.02
Kabupaten Tana Tidung 2.6 2.5 na na na na
Kota Tarakan 0.05 0.03 0.05 0.46 na 0.0025
Prov. Kalimantan Utara 2.33 na na na na na
Sumber:
1) Naskah Akademik Rancangan Peraturan Daerah Rencana Jangka Panjang Pembangunan Daerah Provinsi Kalimantan Utara
Tahun 2005-2025
2) Dinas Pendidikan, Kebudayaan, Pemuda, dan Olahraga Provinsi Kalimantan Utara, Tahun 2016

RPJMD Provinsi Kalimantan Utara Tahun 2016-2021 II - 204


Berdasarkan data yang tersedia terlihat bahwa rasio jumlah lapangan per 1000
penduduk mengalami fluktuasi dari tahun ke tahun. Data jumlah lapangan olahraga di
Provinsi Kalimantan Utara tidak tersedia secara lengkap, terutama setelah tahun 2010.

N. Statistik
Statistik merupakan basis dasar yang diperlukan untuk perencanaan daerah.
Tentunya semua bentuk perencanaan akan bertolak dari kondisi statistik pembangunan
yang disajikan ke dalam data yang terstruktur. Oleh karena itu semestinya buku statistik
ini dapat terinformasikan secara progresif. Kendati buku statistik yang dibutuhkan belum
lengkap, akan tetapi secara progresif data semestinya disajikan hingga satu bulan terakhir
dalam setiap perjalanan tatakala waktu. Namun sebaliknya yang terjadi seringkali buku
statistik terbit harus lengkap sehingga data yang dijadikan dasar perencanaan menjadi
kurang up date.

1. Buku Kabupaten/Kota Dalam Angka


Ketersediaan dokumen daerah dalam angka mengindikasikan bahwa pengelolaan
database wilayah berjalan dengan baik. Database dokumen dalam angka masuk ke dalam
indikator karena dokumen ini menyimpan banyak data penting yang diperlukan dalam
proses pembuatan rencana pengembangan wilayah dari berbagai sektor seperti misalnya
kependudukan, geografi dan lain sebagainya.
Tabel 2.3.2.N.1
Ketersediaan Dokumen Daerah dalam Angka Tahun 2010-2015 di Provinsi Kalimantan Utara
Kabupaten/Kota 2010 2011 2012 2013 2014 2015
Bulungan Ada Ada Ada Ada Ada Ada
Malinau Ada Ada Ada Ada Ada Ada
Nunukan Ada Ada Ada Ada Ada Ada
Tana Tidung Ada Ada Ada Ada Ada
Tarakan Ada Ada Ada Ada Ada Ada
Kalimantan Utara Ada
Sumber:
1) Bulungan dalam Angka tahun 2010,2011, 2012, 2013, 2014, 2015
2) Malinau dalam Angka 2011, 2013, 2014, 2015
3) Nunukan dalam Angka 2012, 2013, 2014, 2015
4) Tana Tidung dalam Angka 2012 dan 2013. 2014, 2015
5) Tarakan dalam Angka 2013, 2014, 2015
6) Kalimantan Utara dalam Angka 2015

Pada data tersebut hanya menginformasikan bahwa buku daerah dalam angka
Provinsi Kalimantan Utara telah tersedia, namun belum menjawab kebutuhan pengukuran
dari indikator jumlah eksemplar buku yang tersedia. Sementara itu tentunya penerbitan
buku statistik ini merupakan pekerjaan yang melekat sebagai fungsi wajib yang harus
dijalankan yang bersifat periodik, dengan batasan anggaran yang jelas. Semestinya

RPJMD Provinsi Kalimantan Utara Tahun 2016-2021 II - 205


penyebutan jumlah eskemplar sudah harus dapat dipenuhi karena sebenarnya dalam
perencanaan dan alokasi anggaran sudah harus jelas.

2. Buku PDRB Kabupaten/Kota


Dokumen PDRB skala daerah, yaitu PDRB menurut lapangan usaha. Dokumen PDRB
menurut lapangan usaha berisi data PDRB yang dihitung melalui pendekatan produksi
(jumlah nilai tambah yang dihasilkan dari unit-unit produksi).
Masing-masing BPS kabupaten/kota di Provinsi Kalimantan Utara mengeluarkan
publikasi PDRB menurut lapangan usaha. Karena publikasi PDRB tidak hanya satu tahun
data, maka penghitungan publikasi dalam laporan ini didasarkan pada ketersediaan data
yang ada, bukan pada tahun publikasinya. Dokumen PDRB menurut lapangan usaha maupun
PDRB menurut penggunaan untuk Provinsi Kalimantan Utara belum tersedia. Hal ini
dikarenakan provinsi ini baru secara resmi terbentuk pada tahun 2013 sehingga rangkuman
data kabupaten/kota masih terdapat dalam dokumen provinsi induk (Provinsi Kalimantan
Timur).
Tabel 2.3.2.N.2
Ketersediaan PDRB Wilayah Tahun 2010-2015 di Provinsi Kalimantan Utara
Kabupaten/Kota 2010 2011 2012 2013 2014 2015
Bulungan Ada Ada Ada Ada Ada Ada
Malinau Ada Ada Ada Ada Ada Ada
Nunukan Ada Ada Ada Ada Ada Ada
Tana Tidung Ada Ada Ada Ada Ada
Tarakan Ada Ada Ada Ada Ada Ada
Kalimantan Utara Ada
Sumber:
1) PDRB Menurut Lapangan Usaha Kabupaten Bulungan Tahun 2010,2011, 2012, 2013, 2014, 2015
2) PDRB Menurut Lapangan Usaha Kabupaten Malinau Tahun 2010,2011, 2012, 2013, 2014, 2015
3) PDRB Menurut Lapangan Usaha Kabupaten Nunukan Tahun 2010,2011, 2012, 2013, 2014, 2015
4) PDRB Menurut Lapangan Usaha Kabupaten Tana Tidung Tahun 2012, 2013, 2014, 2015
5) PDRB Menurut Lapangan Usaha Kota Tarakan Tahun 2010,2011, 2012, 2013, 2014, 2015
6) PDRB Menurut Lapangan Usaha Provinsi Kalimantan Utra Tahun 2015

O. Kebudayaan
1. Penyelenggaraan Festival Seni dan Budaya
Indikator penyelenggaraan festival seni dan budaya digunakan untuk mengukur
sejumlah aktifitas yang dapat dijadikan sebagai potensi daya tarik perkembangan seni dan
budaya daerah. Indikator ini sangat penting terutama untuk menjelaskan adanya perhatian
daerah dalam menunjang bidang ekonomi pariwisata berbasis seni dan budaya. Berikut
adalah data penyelenggaraan festival seni dan budaya di Provinsi Kalimantan Utara tahun
2010 sampai dengan 2015.

RPJMD Provinsi Kalimantan Utara Tahun 2016-2021 II - 206


Tabel.2.3.2.O.1
Penyelenggaraan Festival Seni dan Budaya Menurut Kabupaten/Kota
Provinsi Kalimantan Utara Tahun 2010-2015
Uraian Kabupaten/Kota 2010 2011 2012 2013 2014 2015
Rasio Kabupaten Bulungan 3 3 4 6 na na
Lapangan Kabupaten Malinau 3 10 7 na na na
Olahraga per Kabupaten Nunukan 2 1 4 1 5 4
1000 Kabupaten Tana Tidung 1 1 1 1 na na
penduduk Kota Tarakan 3 3 2 10 4 9
Prov. Kalimantan Utara 12 18 18 18 9 13
Sumber:
1) Naskah Akademik Rancangan Peraturan Daerah Rencana Jangka Panjang Pembangunan Daerah Provinsi
Kalimantan Utara Tahun 2005-2025
2) Dinas Pendidikan, Kebudayaan, Pemuda, dan Olahraga Provinsi Kalimantan Utara, tahun 2016

Berdasarkan informasi yang tersedia jumlah penyelenggaraan festival seni dan


budaya di Kalimantan Utara bervariasi pada setiap tahunnya. Pendataan dari tahun 2010
sampai dengan 2013 dinilai cukup baik, dengan Kabupaten Malinau sebagai
kabupaten/kota yang terbanyak menyelenggarakan festival seni dan budaya di tahun 2011,
2012, dan 2013; dan Kota Tarakan adalah kabupaten/kota yang terbanyak
menyelenggarakan festival seni dan budaya di tahun 2013. Data penyelenggaraan festival
seni dan budaya untuk tahun 2014 dan 2015 hanya terdapat untuk Kota Tarakan dan
Kabupaten Nunukan.

2. Sarana Penyelenggaraan Seni dan Budaya


Indikator sarana penyelenggaraan seni dan budaya merupakan sejumlah gambaran
yang tersedia untuk melihat adanya penunjang aktifitas seni dan budaya. Berikut adalah
data sarana penyelenggaraan festival seni dan budaya di Provinsi Kalimantan Utara tahun
2010 sampai dengan 2015.
Tabel.2.3.2.O.2
Sarana Penyelenggaraan Seni dan Budaya Menurut Kabupaten/Kota
Provinsi Kalimantan Utara Tahun 2010-2015
Uraian Kabupaten/Kota 2010 2011 2012 2013 2014 2015
Jumlah Sarana Kabupaten Bulungan na 2 1 na na na
Penyelenggaraan Kabupaten Malinau 53 53 55 na na na
Seni dan Budaya Kabupaten Nunukan na na 1 na na na
Kabupaten Tana Tidung na 1 1 1 na na
Kota Tarakan 3 2 3 6 6 6
Prov. Kalimantan Utara 56 58 61 7 6 6
Sumber:
1) Naskah Akademik Rancangan Peraturan Daerah Rencana Jangka Panjang Pembangunan Daerah Provinsi
Kalimantan Utara Tahun 2005-2025
2) Dinas Pendidikan, Kebudayaan, Pemuda, dan Olahraga Provinsi Kalimantan Utara 2016

Pendataan dari tahun 2010 sampai dengan 2012 dinilai cukup baik, dengan
Kabupaten Malinau sebagai kabupaten/kota yang terbanyak memiliki sarana
penyelenggaraan kegiatan seni dan budaya di tahun 2011 dan 2012. Data penyelenggaraan

RPJMD Provinsi Kalimantan Utara Tahun 2016-2021 II - 207


festival seni dan budaya untuk tahun 2013 sampai dengan 2015 hanya terdapat untuk Kota
Tarakan dan Kabupaten Tana Tidung.

3. Benda, Situs dan Kawasan Cagar Budaya yang Dilestarikan


Indikator pelestarian benda, situs, dan kawasan cagar budaya merupakan tolok
ukur dalam melihat adanya jaminan perhatian dalam usaha pelestarian benda peninggalan
peradaban masa lalu. Berikut adalah data benda, situs, dan kawasan cagar budaya yang
dilestarikan di Provinsi Kalimantan Utara tahun 2010 sampai dengan 2015.
Tabel.2.3.2.O.3
Persentase Benda, Situs dan Kawasan Cagar Budaya yang Dilestarikan
Menurut Kabupaten/Kota
Provinsi Kalimantan Utara Tahun 2010-2015
Uraian Kabupaten/Kota 2010 2011 2012 2013 2014 2015
Persentase Benda, Kabupaten Bulungan na 60 100 na na na
Situs dan Kawasan Kabupaten Malinau na 60 100 na na na
Cagar Budaya yang Kabupaten Nunukan 0 na 100 0 na na
Dilestarikan Kabupaten Tana Tidung na na 40 na na na
Kota Tarakan 14.15 100 100 100 100 100
Prov.Kalimantan Utara na 40 68 100 100 100
Sumber:
1) Naskah Akademik Rancangan Peraturan Daerah Rencana Jangka Panjang Pembangunan Daerah Provinsi Kalimantan Utara
Tahun 2005-2025
2) Dinas Pendidikan, Kebudayaan, Pemuda, dan Olahraga Provinsi Kalimantan Utara 2016

Dinas Pendidikan, Kebudayaan, Pemuda dan Olahraga Provinsi Kalimantan Utara


yang belum lama dibentuk, masih belum memiliki tim ahli untuk melakukan penilaian
benda, situs, dan kawasan Cagar Budaya. Hal ini menyebabkan data yang cukup lengkap
hanya terdapat untuk tahun 2011 dan 2012 ketika proses pendataan masih dilakukan oleh
Provinsi Kalimantan Timur, dengan kecenderungan peningkatan pelestarian benda, situs,
dan kawasan cagar budaya dari tahun 2011 ke 2012. Sedangkan untuk tahun 2013 sampai
dengan 2015 hanya terdapat data untuk Kota Tarakan dengan pelestarian yang menyeluruh
(100%) untuk semua benda, situs dan kawasan cagar budaya yang terdapat di kota
tersebut.

P. Perpustakaan
1. Jumlah Perpustakaan
Perpustakaan merupakan sumber ilmu dan sumber referensi dalam
penyelenggaraan pendidikan baik formal maupun informal. Untuk itu eksistensi
perpustakaan menjadi sangat penting di daerah. Jumlah perpustakaan yang berada di
wilayah Provinsi Kalimantan Utara sejak tahun 2011 hingga tahun 2015 mengalami
kenaikan.

RPJMD Provinsi Kalimantan Utara Tahun 2016-2021 II - 208


Tabel 2.3.2.P.1.
Jumlah Perpustakaan Tahun 2010-2015 di Provinsi Kalimantan Utara
Kabupaten/Kota 2010 2011 2012 2013 2014 2015
Bulungan n/a 12 15 18 22 26
Malinau n/a 16 16 16 20 20
Nunukan n/a 26 27 29 29 29
Tana Tidung n/a 4 5 18 18 18
Tarakan 12 10 13 25 25 25
Kalimantan Utara n/a 68 76 106 114 118
Sumber :
1) Kantor Perpustakaan dan Kearsipan Daerah Kota Tarakan tahun 2014
2) Dinas Budaya dan Pariwisata Kabupaten Nunukan Tahun 2014
3) Database Pembangunan Kabupaten Malinau Tahun 2014
4) Biro Umum dan Humas, Setda Provinsi Kalimantan Utara 2016

Jumlah perpustakaan yang semakin meningkat memiliki dampak bahwa pelayanan


pendidikan bidang perpustakaan semakin meningkat. Kondisi ini harus disadari betul
sebagai upaya melihat perkemabngan sumber daya manusia karena jumlah perpustakaan
tentu memiliki imbas terhadap peluang perkembangan garda depan dalam memberikan
informasi kepada masyarakat.
Jika keaktifan pelayanan perpustakaan ditingkatkan dengan alokasi buku-buku yang
dibutuhkan masyarakat, maka ke depan akan semakin meningkat daya tarik perpustakaan
di mata masyarakat. Kesanggupan manajemen perpustakaan yang efeisien dan efektif
dengan menggunakan pelayanan on line dan SIM yang selalu ditingkatkan maka akan
menambah gairah para pelajar dan masyarakat pada umumnya untuk mengakses pelayanan
tersebut.

2. Rasio Jumlah Perpustakaan terhadap Jumlah Penduduk


Penting untuk mengetahui sejauhmana kemampuan dan daya tampung layanan
perpustakaan dengan melihat rasio perpustakaan dibandingkan dengan jumlah penduduk.
Jumlah perpustakaan yang semakin meningkat memiliki dampak bahwa pelayanan
pendidikan bidang perpustakaan semakin meningkat. Namun jika dilihat dari pertumbuhan
penduduk kondisi perpustakaan selama tahun 2011 sampai 2015 cenderung tidak memiliki
kenaikan yang cukup signifikan. Hal ini juga terlihat angka rasio pemenuhan jumlah
perpusatakaan masih cukup rendah jika dibandingkan dengan pelayanan jumlah penduduk.

RPJMD Provinsi Kalimantan Utara Tahun 2016-2021 II - 209


Tabel 2.3.2.P.2.
Rasio Jumlah Perpustakaan terhadap Jumlah Penduduk
Tahun 2010-2015 di Provinsi Kalimantan Utara
Kabupaten/Kota 2010 2011 2012 2013 2014 2015
Bulungan n/a 0,010 0,012 0,015 0,017 0,020
Malinau n/a 0,024 0,024 0,022 0,027 0,027
Nunukan n/a 0,017 0,017 0,018 0,017 0,017
Tana Tidung n/a 0,024 0,029 0,095 0,088 0,082
Tarakan 0,006 0,005 0,006 0,011 0,011 0,012
Kalimantan Utara n/a 0,012 0,013 0,018 0,018 0,020
Sumber :
1) Kantor Perpustakaan dan Kearsipan Daerah Kota Tarakan tahun 2014
2) Dinas Budaya dan Pariwisata Kabupaten Nunukan Tahun 2014
3) Database Pembangunan Kabupaten Malinau Tahun 2014
4) Biro Umum dan Humas, Setda Provinsi Kalimantan Utara 2016

3. Jumlah Pengunjung Perpustakaan per Tahun


Keberadaan sebuah perpustakaan tidak terlepas dari pengunjungnya. Untuk itulah
pengunjung perlu dimonitor sehingga dapat diketahui animo pengunjung dari waktu ke
waktu. Indikator jumlah pengunjung perpustakaan per tahun menunjukkan pemakai
perpustakaan yang berkunjung ke perpustakaan untuk mencari bahan pustaka dalam kurun
waktu satu tahun. Jumlah pengunjung perpustakaan dihitung berdasarkan pengunjung
yang mengisi daftar kehadiran atau berdasar data yang diperoleh melalui sistem
pendataan pengunjung. Berdasarkan informasi yang tersedia terlihat bahwa Kabupaten
Bulungan memiliki kecenderungan kenaikan pada tahun 2011 sampai tahun 2015. Kota
Tarakan memiliki kecenderungan kenaikan jumlah kunjungan pada tahun 2010 sampai
2015. Kabupaten Nunukan terjadi kecenderungan kenaikan, keadaan ini terlihat pada
tahun 2011 sampai 2012. Kabupaten Malinau terdapat kecenderungan penurunan antara
tahun 2010 dan 2011 kemudian mengalami peningkatan kunjungan pada 2012 dan 2013.
Data Kabupaten Tana Tidung pengalami jumlah kenaikan kunjungan pada dua tahun
terakhir.
Tabel 2.3.2.P.3.
Jumlah Pengunjung Perpustakaan Tahun 2010-2015
di Provinsi Kalimantan Utara
Kabupaten/Kota 2010 2011 2012 2013 2014 2015
Bulungan n/a 1.800 1.818 1.900 2.291 2.262
Malinau 2.080 1.480 1.680 1.740 1.870 2.150
Nunukan 1.466 1.570 1.750 1.800 2.000 2.100
Tana Tidung n/a 0 0 0 200 320
Tarakan 5.839 3.822 5.430 5.058 4.018 18.084
Kalimantan Utara n/a 8.672 10.678 10.498 10.379 24.916
Sumber :
1) Kantor Perpustakaan dan Kearsipan Daerah Kota Tarakan tahun 2014
2) Dinas Budaya dan Pariwisata Kabupaten Nunukan Tahun 2014
3) Database Pembangunan Kabupaten Malinau Tahun 2014
4) Biro Umum dan Humas, Setda Provinsi Kalimantan Utara 2016

Data tersebut menunjukkan bahwa setiap tahunnya terjadi kenaikan jumlah


pengunjung perpustakaan. Kenaikan jumlah pengunjung ini menunjukkan minat membaca

RPJMD Provinsi Kalimantan Utara Tahun 2016-2021 II - 210


masyarakat yang semakin besar. Dengan demikian daya tarik perpustakaan dalam
memberikan pelayanan juga meningkat. Namun kondisi ini perlu ditingkatkan dengan
pelayanan yang lebih baik, dengan melengkapi informasi yang selalu up date dan fasilitas
yang lebih baik.

4. Koleksi Buku yang tersedia di Perpustakaan Daerah


Koleksi judul buku dan jumlah buku di perpustakaan memiliki pengaruh besar
terhadap jumlah pengunjung perpustakaan. Banyaknya variasi judul buku dan jumlah buku
yang dikoleksi perpustakaan akan menimbulkan ketertarikan bagi masyarakat Provinsi
Kalimantan Utara untuk berkunjung mencari bahan pustaka. Di bawah ini merupakan tabel
informasi terkait koleksi buku yang tersedia di perpustakaan daerah Provinsi Kalimantan
Utara dari tahun 2010 hingga 2015.
Berdasarkan data yang tersedia terlihat hanya empat kabupaten/kota yang dapat
menjelaskan informasi perkembangan koleksi buku yang tersedia di perpustakaan daerah.
Kabupaten Malinau merupakan kabupaten yang memiliki perbandingan yang seimbang
terlihat jumlah judul buku dan jumlah koleksi buku mencapai 1,13 pada tahun 2012.
Sedangkan Kota Tarakan mencapai 0,03 pada tahun 2012, Kabupaten Bulungan mencapai
0,53 pada tahun 2012, Kabupaten Nunukan mencapai 0,60, dan Kabupaten Tanah Tidung
tidak tersedia informasi yang dapat ditunjukkan.
Terdapat tren yang baik dalam penyediaan jumlah koleksi judul buku dan jumlah
buku di perpustakaan. Peningkatan jumlah koleksi judul yang berangsur meningkat dari
waktu-ke waktu menandakan bahwa ada upaya untuk merespon perkembangan. Sedangkan
penambahan koleksi buku yaitu menambah jumlah eksemplarnya merupakan pencerminan
upaya untuk meningkatkan aksesibilitas.

Q. Kearsipan
1. Pengelolaan Arsip secara Baku
Arsip merupakan dokumen penting yang diperlukan sebagai sumber informasi
hukum, historis, dan perkembangan kekinian. Untuk itu sistem informasi kearsipan
mestinya tersedia agar dapat mendukung efektivitas dan efisiensi penyelenggaraan
kearsipan ini. Indikator ini digunakan untuk melihat sejumlah perkembangan aktivitas
kegiatan pengelolaan arsip secara baku di kabupaten/kota Provinsi Kalimantan Utara.
Pengelolaan arsip secara baku menjadi penting artinya mengingat pasal 3 UU No. 7
tentang Ketentuan-ketentuan Pokok Kearsipan menyebutkan bahwa tujuan kearsipan
adalah untuk menjamin keselamatan bahan pertanggungjawaban nasional tentang

RPJMD Provinsi Kalimantan Utara Tahun 2016-2021 II - 211


perencanaan, pelaksanaan penyelenggaraan kehidupan kebangsaan serta untuk
menyediakan bahan pertanggungjawaban tersebut bagi kegiatan pemerintah.
Data yang tersedia menunjukkan bahwa di Kabupaten Bulungan tidak ada SKPD
yang telah menerapkan pengelolaan arsip secara baik pada tahun 2011. Kabupaten
Nunukan mengalami kenaikan jumlah pengelolaan arsip secara baku dari 6 SKPD sampai 8
SKPD (tahun 2012 ke 2013). Kabupaten Malinau memiliki jumlah tertinggi dalam
penerapan arsip baku sejumlah 53 SKPD pada tahun 2011 dan 2012. Kota Tarakan memiliki
kencenderungan pengelolaan kearsipan yang cenderung naik dari tahun ke tahunnya yaitu
pada rentang 4 sampai 9 SKPD. Sementara di Kabupaten Tana Tidung tidak dapat diamati
perkembangan jumlah SKPD yang telah menerapkan pengelolaan arsip secara baku, karena
tidak ada data yang tersedia.

2. Peningkatan SDM Pengelola Kearsipan


Indikator ini digunakan untuk melihat sejumlah perkembangan aktivitas
peningkatan SDM pengelola kearsipan di kabupaten/kota Provinsi Kalimantan Utara.
Berdasarkan indikator ini terlihat bahwa Kota Tarakan terdapat kegiatan peningkatan SDM
pengelolaan kearsipan dengan perkembangan yang fluktuatif. Pada tahun 2009 dan 2013
terdapat dua kegiatan peningkatan SDM pengelola kearsipan, sedangkan tahun 2010-2012
terdapat tiga kegiatan. Kabupaten Nunukan memiliki jumlah yang sama pada tahun 2010
sampai 2012 kemudian naik pada tahun 2013. Kabupaten Bulungan mengalami penurunan
dari 1 kegiatan di tahun 2011 menjadi tidak ada kegiatan di tahun 2012. Kabupaten
Malinau menunjukkan kenaikan jumlah kegiatan pada tahun 2011 ke 2012, namun pada
tahun 2013 menurun hanya ada satu kegiatan saja. Sementara di Kabupaten Tana Tidung
belum diperoleh data kegiatan peningkatan SDM pengelola kearsipan. Hal ini dapat
dipahami mengingat kabupaten ini merupakan daerah otonom baru, hasil pemekaran dari
Kabupaten Bulungan sehingga kegiatan peningkatan SDM mungkin belum dilaksanakan.
Kendati telah terjadi kenaikan jumlah kegiatan peningkatan SDM untuk
meningkatkan kualitas pengelolaan arsip di tingkat daerah, khususnya ke dalam SKPD,
akan tetapi masih perlu dioptimalkan terus menerus, seiring dengan kebutuhan yang
semakin meningkat.

2.3.3. Fokus Layanan Urusan Pilihan


A. Kelautan dan Perikanan
Sektor kelautan dan perikanan merupakan sektor yang potensial untuk
dikembangkan secara optimal. Hasil laut terutama ikan merupakan sumberdaya hayati
yang bernilai ekonomis, hal tersebut dibuktikan dengan gencarnya pencurian ikan di

RPJMD Provinsi Kalimantan Utara Tahun 2016-2021 II - 212


wilayah laut Indonesia. Ikan yang berada di wilayah Indonesia menjadi incaran negara
tetangga, seperti Malaysia dan Filipina. Menteri Kelautan dan Perikanan saat ini tengah
fokus memberantas pencurian ikan di wilayah laut Indonesia, karena dengan adanya
pencurian ikan di wilayah NKRI negara sangat dirugikan. Beberapa waktu terakhir sering
diberitakan bahwa kapal pencuri ikan dimusnahkan oleh pemerintah Indonesia, yaitu dari
Angkatan Laut RI bersama dengan Kementerian Kelautan dan Perikanan. Ikan selain
bernilai ekonomis juga mengandung zat dan vitamin yang dibutuhkan bagi tubuh manusia,
terutama bagi anak-anak yang dalam masa pertumbuhan. Ikan mengadung omega 3 yang
berfungsi bagi perkembangan otak manusia, selain itu ikan kaya akan protein sehingga baik
untuk mensuplai kebutuhan dan perkembangan organ tubuh manusia.
Provinsi Kalimantan Utara merupakan provinsi yang terletak berseberangan dengan
negara tetangga, yaitu Malaysia dan Brunei Darusalam. Oleh karena letaknya yang
berhadapan langsung dengan negara tetangga dan merupakan daerah perbatasan dengan
negara lain, maka perlu perhatian khusus terutama pada sektor kelautan dan perikanan.

1. Produksi Perikanan Tangkap


Provinsi Kalimantan Utara sebagai salah satu provinsi yang mempunyai wilayah
pesisir, pulau-pulau kecil dan juga mempunyai DAS (daerah aliran sungai) serta perairan
umum lainnya yang cukup luas. Panjang garis pantai yang ada di Provinsi Kalimantan Utara
adalah 3995 km, hal tersebut menggambarkan bahwa Provinsi Kalimantan Utara memiliki
wilayah pesisir yang panjang. Panjang garis pantai tersebut kurang lebih 0,5% dari panjang
garis pantai Indonesia, yaitu sepanjang 81.000 km. Selain memiliki pesisir yang cukup
panjang, Provinsi Kalimantan Utara juga memiliki wilayah perairan laut yang memiliki
potensi sumberdaya perikanan yang besar berdasarkan data WPP 716. Potensi tersebut
dapat dimanfaatkan secara maksimal apabila dapat dikelola secara optimal.
Namun demikian, masalah utama yang menjadi hambatan peningkatan produksi
perikanan laut di Provinsi Kalimantan Utara adalah armada perikanan tangkap masih
sangat terbatas, yaitu mayoritas berukuran <10 GT. Armada yang berukuran <10 GT hanya
mampu menjangkau perairan laut tidak lebih dari 4 mil laut, sehingga potensi perikanan
laut belum bisa dimanfaatkan secara optimal. Wilayah perairan laut Provinsi Kalimantan
Utara berhadapan langsung dengan Selat Makassar yang tentu saja memiliki frekuensi lalu
lintas relatif tinggi, karena Selat Makassar merupakan jalur penting dalam pelayaran
domestik maupun internasional.
Provinsi Kalimantan Utara terdiri dari empat kabupaten dan satu kota. Diantara
lima wilayah adiministratif tersebut, ada tiga kabupaten dan satu kota yang berbatasan
langsung dengan perairan laut, yaitu Kabupaten Bulungan, Kabupaten Nunukan, Kabupaten

RPJMD Provinsi Kalimantan Utara Tahun 2016-2021 II - 213


Tana Tidung, dan Kota Tarakan. Selain berbatasan langsung dengan perairan laut, ketiga
kabupaten tersebut juga memiliki pulau-pulau kecil yang masuk ke dalam wilayah
administratifnya, namun demikian, Kota Tarakan merupakan pulau kecil yang juga
memiliki satu pulau kecil, yaitu Pulau Sadau. Suatu derah apabila banyak memiliki pulau
kecil, maka dapat dimanfaatkan sebagai karamba, karena diantara pulau-pulau kecil
tersebut memiliki wilayah perairan yang relatif sempit, selain itu juga dimanfaatkan
sebagai jalur transportasi antar pulau.
Selain perikanan tangkap laut, di wilayah Kalimantan Utara juga memiliki perairan
umum, yaitu sungai dan danau yang dimanfaatkan oleh masyarakat untuk menangkap ikan.
Namun demikian, hasil tangkapan dari perairan umum memang tidak sebesar hasil
perikanan tangkap laut. Oleh karena itu, perairan umum sangat potensial untuk
dikembangkan, sehingga dapat meningkatkan jumlah produksi perikanan terutama
perikanna tangkap. Data produksi perikanan tangkap disajikan pada tabel berikut.
Tabel 2.3.3.A.1
Produksi Perikanan (ton) Tangkap Laut di Provinsi Kalimantan Utara Tahun 2010-2014
Tahun
No Kabupaten/Kota
2010 2011 2012 2013 2014
1 Bulungan 664,70 4075,90 4075,90 3070,30 5013,00
2 Malinau
3 Nunukan 3937,84 4074,68 4142,90 4180,60 4180,60
4 Tana Tidung 1303,68 773,80 894,50 899,90 899,90
5 Tarakan 4108,30 4136,50 4141,40 4318,50 4318,50
Kalimantan Utara 10014,52 13060,88 11826,10 12469,30 14412,00
Sumber : Dinas Kelautan dan Perikanan Provinsi Kalimantan Utara

Kabupaten yang memiliki jumlah produksi perikanan tangkap laut yang besar
adalah Kabupaten Nunukan dan Kota Tarakan. Rata-rata produksi kedua kabupaten/kota
tersebut per tahun antara 3.000 hingga 4.000 ton. Kemudian disusul oleh Kabupaten
Bulungan yang memiliki jumlah produksi perikanan tangkap laut cukup besar meskipun
jumlahnya fluktuatif. Namun demikian, pada tahun 2015 Kabupaten Bulungan memiliki
jumlah produksi perikanan laut tertinggi diantara kabupaten/kota di Provinsi Kalimantan
Utara, yaitu mencapai 5013 ton. Kabupaten Tana Tidung memiliki jumlah produksi
perikanan tangkap laut berkisar 890 ton sampai dengan 1.300 ton. Sedangkan Kabupaten
Malinau tidak memiliki produksi perikanan tangkap laut karena memang tidak memiliki
wilayah laut. Sedangkan, produksi perikanan tangkap perairan umum disajikan pada tabel
berikut.
Tabel 2.3.3.A.2
Produksi Perikanan (ton) Tangkap Perairan Umum di Kalimantan Utara Tahun 2010-2014
Tahun
No Kabupaten/Kota
2010 2011 2012 2013 2014
1 Bulungan 147,00 617,40 617,40 269,40 352,00
2 Malinau 200,28 347,60 317,92 331,10 331,10
3 Nunukan 96,90 103,58 110,20 49,20 49,20

RPJMD Provinsi Kalimantan Utara Tahun 2016-2021 II - 214


Tahun
No Kabupaten/Kota
2010 2011 2012 2013 2014
4 Tana Tidung 558,72 99,40 354,40 236,60 236,60
5 Tarakan
Kalimantan Utara 1002,90 1167,98 988,00 886,30 968,90
Sumber : Dinas Kelautan dan Perikanan Provinsi Kalimantan Utara

Produksi perikanan tangkap perairan umum didominasi oleh tiga kabupaten, yaitu
Kabupaten Bulungan, Malinau, dan Nunukan. Diantara ketiga kabupaten tersebut yang
memiliki jumlah produksi perikanan tangkap perairan umum adalah Kabupaten Bulungan
yang rata-rata tangkapan per tahun berkisar 140 hingga 650 ton. Selanjutnya diikuti oleh
Kabupaten Malinau yang rata-rata tangkapan per tahun berkisar 200 hingga 340 ton.
Kemudian diikuti oleh Kabupaten Nunukan yang rata-rata tangkapan per tahun sejak tahun
2010 hingga 2014 berkisar 96 hingga 168 ton. Namun demikian, pada tahun 2009 mulai
terbentuk kabupaten baru, yaitu Kabupaten Tana Tidung. Meskipun tergolong kabupaten
baru diantara lima kabupaten/kota lainnya, Kabupaten Tana Tidung memiliki nilai
produksi yang besar, pada tahun 2010 jumlah produksi perikanan tangkap parairan umum
sebesar 558,72 ton. Namun pada tahun-tahun selenjutnya mengalami penurunan, bahkan
pada tahun 2011 produksi perikanan tangkap perairan umum sebesar 99,4 ton, dan
kembali naik pada tahun 2012. Namun demikian pada tahun 2013 mengalami penurunan,
menjadi sebesar 236,6 ton.

2. Produksi Perikanan Budidaya


Budidaya ikan di Provinsi Kalimantan Utara sudah berkembang sejak dekade yang
lalu, meskipun tidak terjadi secara merata. Pengembangan budidaya ikan di Provinsi
Kalimantan Utara meliputi budidaya di tambak (kolam air payau), kolam air tawar maupun
kegiatan budidaya rumput laut. Perikanan budidaya tambak di Provinsi Kalimantan Utara
didominasi oleh tiga kabupaten/kota, yaitu Kabupaten Bulungan, Nunukan, dan Kota
Tarakan. Produksi perikanan budidaya tambak di Kabupaten Bulungan selama kurun watu
antara 2010 sampai dengan 2014 cukup fluktuatif. Seperti pada 2010 hingga tahun 2012
produksinya 816 ton. Akan tetapi, pada tahun 2013 dan 2014 produksi kembali naik
menjadi 3735 ton, dan 3566,17 ton. Kemudian di Kabupaten Nunukan, produksi perikanan
budidaya tambak juga mengalami fluktuasi, pada tahun 2010 sebesar 5684,15 ton. Namun
demikian, pada tahun 2011 produksi perikanan budidaya mengalami penurunan menjadi
3741,46 ton, dan terus mengalami penurunan sampai dengan tahun 2014 yaitu sebesar
1369,60 ton.
Perikanan budidaya di Kota Tarakan berdasarkan data dari Badan Pusat Statistik
kabupaten dan provinsi di Kalimantan Utara, menunjukkan tren yang fluktuatif. Pada
tahun 2010 hingga tahun 2012, produksi tambak di Tarakan berkisar antara 855,50 ton

RPJMD Provinsi Kalimantan Utara Tahun 2016-2021 II - 215


hingga 726,10 ton. Namun pada tahun 2013 dan 2014 produksi tambak menjadi sebesar
3.913,70 ton. Selain di Kota Tarakan, Kabupaten Tana Tidung yang merupakan kabupaten
baru memiliki jumlah produksi perikanan tambak cukup besar, pada tahun 2010 produksi
tambak di Tana Tidung sebesar 5.517,65 ton. Akan tetapi pada tahun 2011 produksi
tambak turun menjadi 6,70 ton, hal ini merupakan penurunan yang sangat signifikan.
Namun demikian, pada tahun 2012 kembali naik dengan signifikan menjadi 11.369,90 ton.
Pada tahun 2013 dan 2014 kembali mengalami penurunan menjadi 5.227 ton. Sedangkan
untuk di Kabupaten Malinau tidak ada kegiatan budidaya tambak jika dilihat dari data
Badan Pusat Statistik.
Tabel 2.3.3.A.3
Produksi Perikanan (ton) Budidaya Tambak di Provinsi Kalimantan Utara Tahun 2010-2014
Tahun
No Kabupaten/Kota
2010 2011 2012 2013 2014
1 Bulungan 816,40 816,40 816,40 3735,00 3566,17
2 Malinau
3 Nunukan 5684,15 3741,46 3581,00 1369,60 1369,60
4 Tana Tidung 5517,65 6,70 11369,90 5227,00 5227,00
5 Tarakan 855,50 668,50 726,10 3913,70 3913,70
Kalimantan Utara 12873,70 5233,06 16493,40 14245,30 14076,47
Sumber : Dinas Kelautan dan Perikanan Provinsi Kalimantan Utara

Jumlah produksi perikanan budidaya tambak erat kaitannya dengan luas tambak
yang ada di Provinsi Kalimantan Utara. Namun demikian, apakah luasan tambak yang
berkurang justru menyebabkan jumlah produksi tambak meningkat.
Tabel 2.3.3.A.4
Luas Tambak (ha) di Provinsi Kalimantan Utara Tahun 2010-2014
Tahun
Kabupaten/Kota
2010 2011 2012 2013 2014
Bulungan 3276,80 349,45 78354,00 78354,00
Malinau
Nunukan 19025,00 19025,00 20147,00 16147,00 16147,00
Tana Tidung 301,20 850,00 8530,00
Tarakan 857,00 947,70 947,70 400,00 496,40
Kalimantan Utara 23158,80 20623,35 103431,00 95751,00 103527,40
Sumber : Dinas Kelautan dan Perikanan Provinsi Kalimantan Utara

Selain perikanan budidaya tambak, di Provinsi Kalimantan Utara juga terdapat


perikanan budidaya kolam. Perikanan budidaya kolam didominasi oleh Kabupaten Malinau,
Nunukan, dan Kota Tarakan. Diantara ketiga kabupaten/kota tersebut, Kabupaten Malinau
merupakan penyumbang terbesar dalam angka produksi perikanan budidaya kolam. Pada
tahun 2010 produksi perikanan budidaya kolam di Malinau sebesar 127,18 ton dan terus
mengalami kenaikan sampai dengan tahun 2012 dengan produksi sebesar 439,69 ton.
Namun demikian, pada tahun 2013 dan 2014 mengalami penurunan jumlah produksi yaitu
sebesar 395,70 ton. Selanjutnya produksi perikanan di Provinsi Kalimantan Utara
disumbang oleh Kabupaten Nunukan, apabila dilihat berdasarkan data dari Badan Pusat

RPJMD Provinsi Kalimantan Utara Tahun 2016-2021 II - 216


Statistik, produksi perikanan budidaya di Kabupaten Nunukan berkisar antara 42 hingga 47
ton selama kurun waktu 2010 hingga 2014.
Tabel 2.3.3.A.5
Produksi Perikanan (ton) Budidaya Kolam di Provinsi Kalimantan Utara Tahun 2010-2014
Tahun
No Kabupaten/Kota
2010 2011 2012 2013 2014
1 Bulungan 3,331 3,331 3,331 29,40 33,14
2 Malinau 127,18 222,97 439,69 395,70 395,70
3 Nunukan 42,52 51,16 48,00 48,70 48,70
4 Tana Tidung 1,21
5 Tarakan 25,30 21,30 23,80 18,60 18,60
Kalimantan Utara 198,331 299,971 536,9 492,4 496,14
Sumber : Dinas Kelautan dan Perikanan Provinsi Kalimantan Utara

Budidaya ikan air tawar sementara ini masih bersifat tradisional dan belum
dikembangkan ke arah intensif. Permasalahan utama pengembangan perikanan air tawar
masih tertumpu pada masalah tingginya harga pakan ikan,mengingat pabrik pakan ikan
umumnya terdapat di pulau Jawa dan belum berkembangnya sarana pembenihan ikan yang
dapat diakses pembudidaya secara mudah dan tepat waktu. Di Kabupaten Bulungan
misalnya, meskipun sudah terdapat BBI (Balai Pembenihan Ikan) namun belum dapat
mencukupi kebutuhan akan benih ikan di Provinsi Kalimantan Utara. Sehingga
pengembangan BBI di beberpa kawasan budidaya ikan air tawar perlu dikembangkan. Data
Badan Pusat Statistik Provinsi Kalimantan Utara menunjukkan luasan kolam cukup
fluktuatif, berdasarkan data tersebut Kabupaten Nunukan memiliki luasan kolam yang
cukup luas diantara kabupaten/kota lainnya.
Tabel 2.3.3.A.6
Luas Kolam (ha) di Provinsi Kalimantan Utara Tahun 2010-2014
Tahun
No Kabupaten/Kota
2010 2011 2012 2013 2014
1 Bulungan 12,10 15,40 44,20
2 Malinau 147,00 164,00 164,00 163,00 151,40
3 Nunukan 105,22 106,00 130,00 392,70
4 Tana Tidung 41,40
5 Tarakan 11,40 11,53 16,20
Kalimantan Utara 275,72 338,33 294,00 616,10 151,40
Sumber : Dinas Kelautan dan Perikanan Provinsi Kalimantan Utara

Selain budidaya tambak dan kolam, juga terdapat budidaya rumput laut. Produksi
rumput laut beberapa tahun terakhir mengalami kenaikan produksi. Produksi rumput laut
di Kalimantan Utara dihasilkan dari Kabupaten Nunukan. Pada tahun 2010 produksi rumput
di Nunukan sebesar 56542,77 ton, namun pada tahun 2014 mengalami kenaikan yang cukup
signifikan, yaitu menjadi sebesar 146.674,00 ton. Selain dari Kabupaten Nunukan, produksi
rumput laut juga berasal dari Kota Tarakan, produksi rumput laut di Kota Tarakan pada
tahun 2013 dan 2014 sebesar 25.551,00 ton. Di Kabupaten Bulungan pada tahun 2013 juga

RPJMD Provinsi Kalimantan Utara Tahun 2016-2021 II - 217


tercatat memiliki produksi sebesar 96 ton. Data produksi rumput laut di Kalimantan Utara
disajikan pada tabel berikut.
Tabel 2.3.3.A.7
Produksi (ton) Rumput Laut di Provinsi Kalimantan Utara Tahun 2010-2014
Kabupaten/ Tahun
No
Kota 2010 2011 2012 2013 2014
1 Bulungan 96,00
2 Malinau
3 Nunukan 56542,77 116215,22 146674,00 146674,00 146674,00
4 Tana Tidung
5 Tarakan 1259,60 1533,00 25551,00 25551,00
Kalimantan Utara 56542,77 117474,82 148207,00 172321,00 172225,00
Sumber : Dinas Kelautan dan Perikanan Provinsi Kalimantan Utara

3. Konsumsi Ikan per Kapita per Tahun


Konsumsi ikan per kapita/tahun di Provinsi Kalimantan Utara secara umum terus
naik dari tahun ke tahun. Pada tahun 2010 konsumsi ikan per kapita/tahun 34,18
kg/kapita/tahun dan menjadi 42,78 kg/kapita/tahun pada tahun 2015. Namun demikian,
pada tahun 2010 sampai dengan 2013, Kabupaten Malinau memiliki konsumsi ikan yang
cukup rendah jika dibandingkan dengan kabupaten/kota lain. Berdasarkan data yang ada
menunjukkan bahwa konsumsi ikan masyarakat di Provinsi Kalimantan Utara cukup merata
kecuali di Kabupaten Malinau. Konsumsi ikan/kapita/tahun penduduk di Kabupaten
Malinau masih rendah, yaitu berkisar 15 hingga 18 kg selama kurun waktu 2010 hingga
2015. Konsumsi ikan penduduk Provinsi Kalimantan Utara secara umum sudah melebihi
konsumsi ikan secara nasional. Pada tahun 2012 misalnya, konsumsi ikan/kapita/tahun
nasional hanya 33,86 kg/kapita/tahun dan 35 kg/kapita/tahun (tahun 2013) padahal di
Provinsi Kalimantan Utara sudah mencapai 38,58 kg/kapita/tahun. Demikian juga jika
dibandingkan dengan Provinsi Kalimantan Timur yang pada tahun 2012 hanya 36
kg/kapita/tahun.
Tabel 2.3.3.A.8
Konsumsi Ikan per Kapita per Tahun di Provinsi Kalimantan Utara Tahun 2010-2014
Tahun
No Kabupaten/Kota
2010 2011 2012 2013 2014 2015
1 Bulungan 48,8 50,8 52,8 54,8 56,8 58,8
2 Malinau 15 15 15 15 16 18
3 Nunukan 29,1 31,1 33,1 35,1 37,1 39,13
4 Tana Tidung 35 37 39 41 43 45
5 Tarakan 43 45 47 49 51 53
Kalimantan Utara 34,18 35,78 38,58 38,98 40,78 42,78
Sumber : Dinas Kelautan dan Perikanan Provinsi Kalimantan Utara

Tingkat konsumsi ikan penduduk Provinsi Kalimantan Utara yang cukup tinggi
dibanding tingkat konsumsi ikan secara nasional cukup menguntungkan bagi pengembangan
perikanan, sebab konsumsi ikan yang tinggi akan menjadi peluang pasar ikan secara
domestik. Meskipun ditinjau dari tingkat produksivitas perikanan Provinsi Kalimantan

RPJMD Provinsi Kalimantan Utara Tahun 2016-2021 II - 218


Utara, tampaknya konsumsi ikan di Provinsi Kalimantan Utara belum cukup untuk
menyerap semua produksi ikan yang ada. Dengan demikian pemasaran ke luar daerah atau
luar negeri masih diperlukan apalagi jika produksi ikan terus ditingkatkan.

4. Cakupan Bina Kelompok Nelayan


Dalam sub-bab ini belum tersedia datanya.

5. Produksi Perikanan Kelompok Nelayan


Dalam sub-bab ini belum tersedia datanya.

6. Jumlah Kapal
Potensi sumberdaya ikan di WPP-716 adalah cukup besar yaitu sekitar 333,6 ribu
ton/tahun. Tingkat pemanfaatan sumberdaya ikan di WPP-716 adalah masih sangat rendah
dibandingkan dengan daerah lain. Berbagai jenis ikan yang potensial di WPP-716
sementara ini belum banyak dimanfaatkan, kecuali jenis ikan-ikan pelagis besar yang
ditengari sudah mengalai over fishing. Sedang untuk jenis yang lain, tingkat pemanfaatan
masih bersifat moderate artinya masih dapat ditingkatkan lagi
pemanfaatannya/penangkapannya. Dalam rangka untuk memanfaatkan potensi perikanan
yang melimpah di WPP-716 diperlukan sarana dan prasarana yang memadai. Sepanjang
laut di WPP-716 ini, hanya terdapat satu pelabuhan perikanan yang besar yang dapat
didarati oleh kapal dengan tonase > 100 GT yaitu pelabuhan Bitung yang terletak di
Provinsi Sulawesi Utara. Dengan demikan pemanfaatan sumberdaya ikan di WPP-716
kemungkinan besar banyak didaratkan dipelabuhan tersebut atau langsung keluar negeri.
Hal ini tentu saja sangat merugikan bagi wilayah yang berhadapan langsung dengan laut di
WPP-716 termasuk Provinsi Kalimantan Utara
Provinsi Kalimantan Utara dalam bidang perikanan belum dapat memanfaatkan
potensi yang ada di laut. Hal ini akibat masih terbatasnya sarana dan prasarana
penangkapan ikan yang ada. Berdasarkan data yang ada, jumlah kapal yang ada di Provinsi
Kalimantan Utara pada tahun 2010 s/d 2014 adalah antara 5.507 - 6.796 buah yang terdiri
dari Kapal Motor (KM, ukuran kecil), kapal motor tempel (KMT) dan kapal tanpa motor
(KTM). Pada tahun 2013 jumlah kapal di Kalimantan Utara sebanyak 8013, artinya terjadi
penurunan pada tahun 2014. Perkembangan jumlah kapal di Provinsi Kalimantan Utara
dapat dilihat pada tabel berikut.

RPJMD Provinsi Kalimantan Utara Tahun 2016-2021 II - 219


Tabel 2.3.3.A.9
Jumlah Kapal di Provinsi Kalimantan Utara Tahun 2010-2014
Tahun
No Kabupaten/Kota
2010 2011 2012 2013 2014
1 Bulungan 982 1.656 1.756 2276 2.145
2 Malinau 791 791 791 791
3 Nunukan 1.729 1.757 1.693 1956 1.771
4 Tana Tidung - 1.114 220 437 327
5 Tarakan 2.005 2.012 2.156 2553 2.553
Kalimantan Utara 5.507 7.330 6.616 8013 6.796
Sumber : Dinas Kelautan dan Perikanan Provinsi Kalimantan Utara

Tidak adanya armada penangkapan ikan yang memadai di Provinsi Kalimantan


Utara dismaping tidak termanfaatkannya potensi sumberdaya ikan yang ada, juga
menyebabkan terjadinya penangkapan ikan oleh nelayan dari wilayah lain di Indonesia dan
juga adanya kemungkinan terjadi pencurian ikan oleh nelayan asing seperti nelayan dari
Malaisya, Thailand, Filipina atau dari China. Rendahnya pemanfaatan sumberdaya ikan
oleh nelayan yang ada di Provinsi Kalimantan Utara ini menyebabkan sub-sektor perikanan
belum dapat memberikan kontribusi yang signifikan terdapat PDRB di Provinsi Kalimantan
Utara. Meskipun demikian, sub-sektor perikanan kontribusinya terhadap PDRB Provinsi
Kalimantan Utara sejak tahun 2008 cenderung mengalami kenaikan secara terus menerus.

7. Jumlah Rumah Tangga Perikanan


Jumlah rumah tangga perikanan (RTP) berdasarkan data Badan Pusat Statistik
mengalami trend kenaikan. Pada tahun 2010 jumlah RTP di Kalimantan Utara sebanyak
12.447 dan pada tahun 2014 mengalami kenaikan menajadi 17.610. Hal tersebut
merupakan tren positif mengingat Kalimantan Utara merupakan daerah perbatasan yang
rawan pencurian sumberdaya ikan oleh negara tetangga. Peningkatan jumlah RTP di
Provinsi Kalimantan Utara cukup bagus, mengingat bahwa potensi perikanan di provinsi
tersebut sementara ini belum termanfaatkan secara baik. Padahal kegiatan perikanan
khususnya penangkapan adalah merupakan kegiatan yang bersifat cepat menghasilkan
(quick yielding) sehingga dapat sub-sektor ini dapat dijadikan sebagai prime mover
pengembangan suatu kawasan. Pengembangan penangkapan ikan bagi masyarakat non-
maritim sering mengamlami banyak hambatan dan membutuhkan banyak waktu. Oleh
karena itu untuk percepatan pengembangan penangkapan ikan maupun budidaya ikan di
Provinsi Kalimantan Utara dapat ditempuh dengan program transmigrasi sebagaimana yang
telah dilakukan untuk sektor pertanian lainnya. Data jumlah RTP di Kalimantan Utara
dapat dilihat pada tabel berikut.

RPJMD Provinsi Kalimantan Utara Tahun 2016-2021 II - 220


Tabel 2.3.3.A.10
Jumlah Rumah Tangga Perikanan di Kalimantan Utara Tahun 2010-2014
Tahun
No Kabupaten/Kota
2010 2011 2012 2013 2014
1 Bulungan 4.098 4.844 5.613 5.682 6108
2 Malinau 2.824 2.924 2.904 1.987 1.987
3 Nunukan 2.785 2.875 2.762 4.660 4.660
4 Tana Tidung 2.740 1.726 426 1.662 1.662
5 Tarakan - 2.785 2.741 3.193 3.193
Kalimantan Utara 12.447 15.154 14.446 17.184 17.610
Sumber : Dinas Kelautan dan Perikanan Provinsi Kalimantan Utara

8. Ekspor Produk Perikanan


Komoditas perikanan di Provinsi Kalimantan Utara merupakan salah satu komoditas
ekspor dan juga merupakan komoditas yang diperdagangkan antar provinsi di Indonesia.
Ekspor komoditas perikanan pada tahun 2012 adalah merupakan bagian terbesar dari
ekspor komoditas perikanan yang dilakukan Provinsi Kalimantan Timur secara keseluruhan.
Ekspor komoditas perikanan pada tahun 2012 dari Provinsi Kalimantan Utara mencapai
9.665,08 ton dengan nilai US $ 46.109,00. Sedangkan ekspor komoditas perikanan dari
Provinsi Kalimantan Timur (termasuk Provinsi Kalimantan Utara) adalah hanya 12.718,26
ton dengan nilai US $ 79.785.195,00. Dengan demikian, ekspor komoditas perikanan dari
Provinsi Kalimantan Utara adalah mencapai 75,99% dari total ekspor Provinsi Kalimantan
Utara dan Kalimantan Timur. Dengan adanya pemekaran Provinsi Kalimantan Utara ini
maka dapat dikatakan bahwa ekspor komoditas perikanan dari Provinsi Kalimantan Utara
jauh lebih tinggi jumlah dan nilainya dibanding dengan ekspor yang dilakukan oleh Provinsi
Kalimantan Timur.
Komoditas perikanan yang menjadi andalan ekspor dari Provinsi Kalimantan Utara
adalah jenis udang (beku dan segar) dan lobster yang besarnya mencapai 5.646,9 ton.
Komoditas penting kedua yang diekspor adalah berbagai jenis ikan (ikan campuran) yang
jumlahnya mencapai 4.670,74 ton dan yang selanjutnya adalah kepiting yang jumlahnya
mencapai 1.192,68 ton. Disamping kedua komoditas utama tersebut, berbagai macam
jenis komoditas lain juga diekspor seperti ikan cakalang/tuna, cumu, rumput laut, ikan
hias dan sebagainya. Ekspor komoditas tersebut yang utama dilakukan melaui Kota
Tarakan, disamping juga dilakukan melalui Nunukan, Tanjung Selor dan Bunyu. Tarakan
menjadi tempat/lokasi ekspor utama bagi komoditas perikanan yang dihasilkan oleh
Provinsi Kalimantan Utara.

RPJMD Provinsi Kalimantan Utara Tahun 2016-2021 II - 221


Tabel 2.3.3.A.11
Ekspor Komoditas Perikanan (ton) Tahun 2012 dari Provinsi Kalimantan Utara
Total Ekspor Kalimantan Total Kaltim Termasuk % Ekspor dari
Jenis Komoditas
Utara (ton) Kalimantan Utara (ton) Kalimantan Utara
Udang Dan Lobster 5.646,90 5.686,54 99,30
Ikan Cakalang, Tuna 92,84 92,84 100,00
Rumput Laut Dan 18,69 18,69 100,00
Ganggang Lainnya
Ikan Lainnya 4.670,74 5.050,56 92,48
Kepiting 1.192,68 1.732,86 68,83
Mutiara 0,00 0,00 0,00
Cumi-Cumi, Sotong, 7,00 7,00 100,00
Gurita
Kekerangan, Invertebrata 25,92 26,06 99,44
Ikan Hias 1,00 1,39 72,10
Produk Ikan Lainnya 32,34 102,31 31,61
Jumlah 9.665,08 12.718,26 75,99
Sumber :
1) Kabupaten Bulungan dalam angka 2012
2) Kabupaten Malinau dalam angka 2012
3) Kabupaten Nunukan dalam angka 2012
4) Kabupaten Tana Tidung dalam angka 2012
5) Kota Tarakan dalam angka 2012

Tabel 2.3.3.A.12
Nilai Ekspor Komoditas Perikanan (US $) Tahun 2012 dari Provinsi Kalimantan Utara
Komoditas Kalimantan Utara ($) Kaltim ($) %
Udang Dan Lobster 66.484.505,00 66.809.067,00 99,51
Ikan Cakalang, Tuna 136.507,00 136.507,00 100,00
Rumput Laut Dan Ganggang Lainnya 59.156,00 59.156,00 100,00
Ikan Lainnya 7.074.296,00 7.874.678,00 89,84
Kepiting 3.212.424,00 4.307.898,00 74,57
Mutiara 0,00 0,00 0,00
Cumi-Cumi, Sotong, Gurita 15.842,00 15.842,00 100,00
Kekerangan, Invertebrata 316.252,00 316.542,00 99,91
Ikan Hias 472,00 12.137,00 3,89
Produk Ikan Lainnya 46.109,00 253.368,00 18,20
Jumlah 58.036.576,00 79.785.195,00 72,74
Sumber : Statistik Ekspor Hasil Perikanan Menurut Komoditi, Provinsi dan Pelabuhan Asal Ekspor, 2012

Tabel 2.3.3.A.13
Ekspor Komoditas Perikanan (ton) Tahun 2012 di Provinsi Kalimantan Utara
Komoditas Tarakan Tanjung Selor Nunukan Bunyu Total
Udang Dan Lobster 5.615.079 0 7.720 24.105 5.646.904
Ikan Cakalang, Tuna 91.800 1.043 0 0 92.843
Rumput Laut Dan Ganggang Lainnya 10.287 0 8.407 0 18.694
Ikan Lainnya 4.665.672 0 0 5.065 4.670.737
Kepiting 1.190.722 1.957 0 0 1.192.679
Mutiara 0 0 0 0 0
Cumi-Cumi, Sotong, Gurita 7.000 0 0 0 7.000
Kekerangan, Invertebrata 25.916 0 0 0 25.916
Ikan Hias 1.000 0 0 0 1.000
Produk Ikan Lainnya 27.000 0 5.337 0 32.337
Jumlah 9.611.450 3.000 21.464 29.170 9.665.084
Sumber : Statistik Ekspor Hasil Perikanan Menurut Komoditi, Provinsi dan Pelabuhan Asal Ekspor, 2012

Berdasarkan data yang terdapat di karantina ikan di Kota Tarakan menunjukkan


bahwa sebagian besar komoditas perikanan yang diekspor melalui kota Tarakan adalah

RPJMD Provinsi Kalimantan Utara Tahun 2016-2021 II - 222


berupa udang beku. Ekspor udang beku dari Kota Tarakan sejak tahun 2008 s/d 2012
cenderung mengalami penurunan volumenya. Pada tahun 2010 merupakan puncak ekspor
komoditas udang beku dari Kota Tarakan yang jumlahnya mencapai 10.548,88 ton dan
terus menurun hingga tinggal 8.646,9 ton pada tahun 2012. Penurunan volume ekspor
udang beku ini kemungkinan akibat adanya para pembudidaya udang yang menghentikan
operasional tambaknya akibat adanya berbagai macam kendala teknis dan non teknis.
Provinsi Kalimantan Utara disamping banyak melakukan ekspor komoditas
perikanan termasuk rumput laut, ternyata juga masih melakukan impor khususnya yang
berupa produk olahan rumput laut seperti agar-agar. Nilai impor produk olahan rumput
laut tersebut pada tahun 2012 adalah mencapai 2.864 ton dengan nilai hanya US $ 10.277.
Impor tersebut khususnya dilakukan dari Malaysia melalui Kabupaten Nunukan.
Kegiatan ekspor di Kalimantan Utara terpusat di Kota Tarakan. Hal tersebut salah
satu disebabkan oleh letak bandara yang ada di Kota Tarakan, sehingga lebih mudah dalam
akses pengiriman barang keluar daerah. Selain adanya bandara di Kota Tarakan, disana
juga terdapat pelabuhan yang mempunyai akses untuk ke beberapa pelabuhan besar, salah
satunya ke Kalimantan Timur.
Tabel 2.3.3.A.14
Jumlah Ekspor (ton) di Kota Tarakan
Jumlah Ekspor (ton)
No Kota
2011 2012 2013 2014 2015
1 Tarakan 11.209 10.077 11.001 9.986 9.133
Sumber : Dinas Kelautan dan Perikanan Provinsi Kalimantan Utara

Berdasarkan tabel tersebut, dapat diketahui bahwa jumlah ekspor Provinsi


Kalimantan Utara yang melalui Kota Tarakan jumlahnya bersifat fluktuatif. Pada tahun
2011 jumlah ekspor tercatat 11.029 ton, namun pada tahun 2012 mengalami penurunan
jumlah menjadi 10.077 ton atau turun sekitar 1.032 ton. Setelah terjadi penurunan pada
tahun 2012, pada tahun 2013 jumlah ekspor mengalmi kenaikan yaitu menjadi 11.001 ton.
Namun demikian, pada tahun 2014 dan 2015 jumlah ekspor di Kota Tarakan kembali
mengalami penurunan yaitu menjadi 9.986 ton dan 9.133 ton.

B. Pariwisata
1. Kunjungan Wisata
Pariwisata merupakan salah satu sektor penting yang mempengaruhi perekonomian
wilayah. Eksistensinya mampu menjadi generator sektor lain seperti perdagangan, jasa,
dan penyedia akomodasi. Indikator yang digunakan untuk menunjukkan bahwa sektor
pariwisata turut berkontribusi terhadap perkembangan perekonomian wilayah adalah

RPJMD Provinsi Kalimantan Utara Tahun 2016-2021 II - 223


melalui besar jumlah kunjungan maupun jumlah wisatawan, serta kontribusinya terhadap
PDRB.
Sebagai provinsi baru, pariwisata bukan merupakan sektor ekonomi yang perlu
dibangun dari awal. Masing-masing kabupaten/kota di Provinsi Kalimantan Utara telah
memiliki obyek wisata andalan dan yang potensial berkembang di masa depan. Tercatat
pada tahun 2015, jumlah pengunjung wisata Provinsi Kalimantan Utara mencapai 262.220
orang.
Tabel 2.3.3.B.1
Jumlah Kunjungan Wisata Tahun 2010-2014
Di Provinsi Kalimantan Utara
Uraian 2010 2011 2012 2013 2014
Kalimantan Utara 1.199.036 1.278.591 1.363.448 1.445.654 1.527.860
Mancanegara 24.410 25.264 26.148 27.017 27.886
Nusantara 1.174.626 1.253.327 1.337.300 1.418.637 1.499.974
Sumber: EKPD Provinsi Kalimantan Utara 2015

2. Kontribusi Sektor Pariwisata terhadap PDRB


Kontribusi sektor pariwisata hingga saat ini belum secara tersurat masuk ke dalam
salah satu kategori lapangan usaha PDRB. Oleh karena itu digunakan kategori lapangan
usaha lain yang merepresentasikan kontribusi pariwisata, yaitu sektor Penyedia Akomodasi
dan Makan Minum. Sektor ini kemudian dibagi menjadi dua subsektor, yaitu Penyedia
Akomodasi dan Penyedia Makan dan Minum. Subsektor penyedia akomodasi mencakup
kegiatan penyediaan akomodasi jangka pendek seperti hotel dan penginapan. Sedangkan
subsektor penyedia makan minum meliputi pelayanan makan minum untuk dikonsumsi
segera seperti restoran, baik restoran tradisional, self service, maupun take away.
Tabel 2.3.3.B.2
Kontribusi PDRB Kategori Penyedia Akomodasi dan Makan Minum
Tahun 2010-2014 di Provinsi Kalimantan Utara
Uraian 2010 2011 2012 2013 2014 2015
PDRB Kategori Penyediaan 441.799,10 476.085,80 515.215,70 536.685,40 567.997,20 599.768,30
Akomodasi dan Makan
Minum (juta Rp)
Kontribusi terhadap PDRB 1,27 1,26 1,26 1,22 1,19 1,22
(%)
Pertumbuhan (%) 7,8 8,2 4,2 5,8 5,6
Sumber: Publikasi PDRB Provinsi Kalimantan Utara 2016 dengan hasil olahan

Besar PDRB sektor Penyediaan Akomodasi dan Makan Minum terhadap PDRB Provinsi
Kalimantan Utara menunjukkan tren meningkat positif. Meski apabila dilihat dari
kontribusinya terhadap PDRB secara keseluruhan, sektor ini cenderung menurun. Tahun
2010 kontribusi sektor Penyedia Akomodasi dan Makan Minum mencapai 1,27% terhadap
PDRB Provinsi. Kontribusi pariwisata tergolong stabil sejak tahun 2010 hingga 2015.

RPJMD Provinsi Kalimantan Utara Tahun 2016-2021 II - 224


Sedangkan jumlah PDRB yang disumbangkan terhadap PDRB Provinsi Kalimantan Utara
tumbuh rata-rata sebesar 6,32% selama enam tahun terakhir.
Meski menunjukkan tren yang cenderung menurun, sektor pariwisata tetap menjadi
sektor yang diharapkan mampu mempercepat pertumbuhan ekonomi daerah. Sektor
pariwisata secara langsung dan tidak langsung memberikan multiplier effect lewat sektor
ekonomi lain mulai dari skala besar hingga mikro atau rumah tangga.
Tabel 2.3.3.B.3
Kontribusi PDRB Kategori Penyedia Akomodasi dan Makan Minum
Tahun 2010-2014 berdasarkan Kabupaten/Kota di Provinsi Kalimantan Utara
Kabupaten/Provinsi 2010 2011 2012 2013 2014
Bulungan1 15,5 15,8 16,0 16,4 16,9
Malinau2 16,7 15,8 14,9 15,2 15,5
Nunukan3 21,3 21,3 20,5 20,5 21,2
Tana Tidung4 1,2 1,1 1,0 1,0 1,1
Tarakan5 45,3 45,5 46,5 48,4 48,8
Kalimantan Utara6 100 100 100 100 100
Sumber:
1) Publikasi PDRB Kabupaten Bulungan Tahun 2015
2) Publikasi PDRB Kabupaten Malinau Tahun 2015
3) Publikasi PDRB Kabupaten Nunukan Tahun 2015
4) Publikasi PDRB Kabupaten Tana Tidung Tahun 2015
5) Publikasi PDRB Kabupaten Tarakan Tahun 2015
6) Disperindagkop dan UMKM Provinsi Kalimantan Utara dan hasil olahan 2016

Banyak faktor yang mempengaruhi besar kontribusi pariwisata terhadap PDRB


daerah. Kontribusi pariwisata terbesar terhadap PDRB Provinsi masih dipegang oleh Kota
Tarakan. Kemampuan Kota Tarakan memberikan pelayanan dan menyediakan lingkungan
investasi pariwisata yang baik menjadi kunci berkembangnya sektor ini. Selain itu,
keberadaan Pelabuhan Tengkayu dan Bandara Juwata juga menjadi faktor paling
mempengaruhi pesatnya pertumbuhan pariwisata di Kota Tarakan.

C. Pertanian
Salah satu sektor yang mempunyai peran vital dalam ekonomi wilayah Provinsi
Kalimantan Utara adalah sektor pertanian dalam arti luas yang mencakup pertanian
tanaman pangan, perkebunaan, peternakan, dan perikanan. Luas wilayah yang sampai saat
ini digunakan untuk kegiatan pertanian dalam arti luas mencapai 110.751 Hektar.
Atas dasar itu maka kegiatan pertanian di Kalimantan Utara harus didorong untuk
berkembang dalam rangka untuk memenuhi kebutuhan pangan penduduk Provinsi
Kalimantan Utara dan meningkatkan pendapatan dan kesejahteraan masyarakat. Konsep
pengembangan dan pembangunan pertanian dengan memanfaatkan sumber daya alam
daerah secara berkelanjutan, yaitu dengan mempertimbangkan aspek ekonomi, lingkungan
dan sosial secara seimbang. Sebagai pilar ekonomi masyarakat, maka dalam pembangunan
pertanian ini harus memperhatikan atau menetapkan komoditas unggulan yang ramah
lingkungan dan mempunyai nilai ekonomi tinggi.

RPJMD Provinsi Kalimantan Utara Tahun 2016-2021 II - 225


Pertanian tanaman pangan di wilayah Provinsi Kalimantan Utara yang potensial
untuk dikembangkan meliputi padi dan palawija (jagung, kacang-kacangan), ubi-ubian,
hortikultura (sayuran dan buahan). Beras merupakan bahan makanan pokok masyarakat
Kalimantan Utara, sehingga untuk dapat mencukupi kebutuhan beras secara aman, maka
tanaman padi mendapat skala prioritas dan pengembangan serta peningkatan produksi
untuk dapat mengimbangi pertambahan penduduk agar tidak terjadi bahaya kelaparan.
Namun demikian sebagai DOB, Provinsi Kalimantan Utara sampai saat ini belum mampu
berswasembada beras dan untuk mencukupi kebutuhan beras penduduk masih harus
didatangkan beras dari luar Kalimantan Utara terutama dari Pulau Jawa.
Upaya untuk meningkatkan produksi pertanian khususnya padi telah ditempuh
dengan berbagai program intensifikasi dan ekstensifikasi baik di lahan basah maupun di
lahan kering atau lahan tadah hujan. Dengan demikian budidaya padi dilakukan dilahan
sawah yang berpengairan baik, dan padi lahan kering atau padi ladang. Produksi padi pada
tahun 2012 mencapai 86.621 ton dari luas panen 19.882 ha untuk padi sawah, sehingga
produktivitas sebesar 43,57 kuintal per hektar, sedang untuk padi ladang produksi
mencapai 28.998 ton dengan luas panen 12.190 ha,sehingga produktivitas padi ladang
sebesar 23,79 kuintal per hektar. Suatu keadaan yang sangat bsesar peluangnya untuk
ditingkatkan baik produktivitas maupun luas panen, sehingga memberikan total produksi
yang tinggi.
Tanaman palawija yang dibudidayakan masyarakat adalah jagung, ubi kayu, ubi
jalar, kacang tanah, kedelai dan kacang hijau. Luas panen dan produksi palawija masih
relatif rendah bahkan pernah mengalami penurunan luas panen dan produksi dikarenakan
berbagai faktor, namun sangat potensial ditingkatkan dalam kaitannya untuk pemanfaatan
lahan, peningkatan kecukupan gizi masyarakat dan pendapatan petani.
Berbagai kendala dalam upaya meningkatkan produksi pertanian antara lain belum
terbangunnya sarana-prasarana irigasi yang memadai, khususnya untuk budidaya di lahan
kering yang potensial. Kendala yang lain adalah tersedianya tenaga untuk pertanian yang
profesional dikarenakan banyak anak-anak petani lebih tertarik bekerja diluar bidang
pertanian yang sebenarnya.
Komoditas perkebunan meliputi kelapa, kelapa sawit, karet, kakao, kopi yang
belum diusahakan secara intensif, kecuali kelapa sawit, sehingga konstribusinya terhadap
pendapatan masyarakat pekebun dan sumbangannya terhadap PDRB masih rendah.
Komoditas perkebunan tersebut ada yang diusahakan dalam bentuk perkebunan swasta
besar khususnya kelapa sawit dan lainnya sebagai kebun rakyat. Luas pengusahaan kebun
di Kalimatan Utara secara keseluruhan meliputi 156.610 ha dimana luas kebun kelapa
sawit 137.389 ha dan kakao menempati urutan kedua seluas 11.645 ha. Luas perkebunan di

RPJMD Provinsi Kalimantan Utara Tahun 2016-2021 II - 226


Provinsi Kalimantan Utara khusunya untuk selain karet dan kelapa sawit pada tahun 2011-
2012 mengalami penurunan. Pada saat ini kebun karet pada umumnya belum menghasilkan
(TBM). Luas perkebunan terluas terdapat di Kabupaten Nunukan seluas 77.847 ha dikuti di
Kabupaten Bulungan seluas 41.567 ha, dan terkecil di Kota Tarakan seluas 637 ha.
Jenis ternak yang dibudidayakan di Provinsi Kalimantan Utara melipti ternak
ruminansia dan unggas. Ruminansia yang dipelihara masyarakat adalah sapi dan kerbau,
sedang unggas meliputi ayam kampung, ayam ras dan itik. Ayam asli Nunukan termasuk
jenis ayam unggul yang mempunyai nilai jual yang cukup tinggi.
Untuk memberikan peran pertanian dan perkebunan khususnya, maka diberikan
gambaran sebagai berikut.

1. Produktivitas Padi atau Bahan Pangan Utama Lokal Lainnya per Hektar
Meskipun sektor unggulan di Provinsi Kalimantan Utara dalam mendukung potensi
pendapatan daerah adalah sektor non pertanian, namun dalam rangka untuk dapat
mencukupi kebutuhan pangan bagi penduduk setempat, maka sektor pertanian khususnya
tanaman pangan perlu mendapat perhatian dalam pembangunannya yang dituangkan ke
dalam RPJMD ini. Produktivitas tanaman merupakan pengukuran dari jumlah tanaman yang
dipanen per satuan luas lahan. Produktivitas tanaman mampu menggambarkan
kemampuan suatu daerah untuk menghasilkan suatu produk tanaman per satuan luas
lahan. Ada banyak faktor yang mempengaruhi produktivitas tanaman diantaranya: (1)
genetik tanaman, (2) lingkungan tumbuh, (3) manajemen budidaya tanaman.
Tabel 2.3.3.C.1
Produktivitas Padi (Kw/Ha) GKP Tahun 2010-2014
Provinsi Kalimantan Utara
Produktivitas (Kw/Ha)
Kabupaten/Kota
2010 2011 2012 2013 2014
Bulungan 31,77 30,49 33,99 35,20 35,82
Malinau 25,91 25,74 25,83 27,01 30,12
Nunukan 41,23 41,73 41,37 43,02 45,06
Tana Tidung 37,17 36,16 31,64 34,77 35,62
Tarakan 35,81 39,61 43,38 48,04 52,32
Kalimantan Utara 32,56 32,27 33,80 34,72 36,05
Sumber:
1) Dokumen RPJP Provinsi Kalimantan Utara Tahun 2005-2025
2) Dinas Pertanian Kehutanan Ketahanan Pangan Provinsi Kalimantan Utara Tahun 2016

Kabupaten Malinau memiliki produktivitas padi paling rendah (berkisar antara


25,91-30,12 Kw/ha) dibandingkan kabupaten lainnya di Provinsi Kalimantan Utara.
Produktivitas padi di Kabupaten Malinau masih jauh di bawah rata-rata produktivitas padi
Provinsi Kalimantan Utara selama lima tahun terakhir yaitu sebesar 26,92 kw/ha.
Kabupaten Bulungan mengalami kenaikan produktivitas padi yang signifikan pada tahun
2012. Kabupaten Tana Tidung Produktivitas padi sempat mengalami penurunan selama dua

RPJMD Provinsi Kalimantan Utara Tahun 2016-2021 II - 227


tahun, yakni pada tahun 2011-2012 lalu terus mengalami peningkatan pada tahun
berikutnya. Adapun kota Tarakan memiliki tren produktivitas padi yang terus meningkat
selama lima tahun terakhir. Sementara Kabupaten Nunukan terus mengalami fluktuasi
produktivitas padi tapi masih dalam kisaran yang normal berada di atas 40 kw/ha.
Selama 2010-2014 produktivitas padi mengalami peningkatan, hingga mencapai
rata-rata produktivitas padi sebesar 36,05 kw/ha pada tahun 2014. Produktivitas tersebut
masih jauh di bawah produktivitas provinsi induk yaitu Provinsi Kalimantan Timur dengan
rata-rata produktivitas sebesar 40,6 kw/ha dan masih jauh di bawah rata-rata
produktivitas padi nasional sebesar 46 kw/ha.
Pembangunan ekonomi daerah merupakan suatu proses/upaya pemerintah daerah
dengan melibatkan masyarakat untuk mengelola sumberdaya yang ada dan membentuk
suatu pola kemitraan antara pemerintah daerah dengan sektor swasta untuk menciptakan
suatu lapangan pekerjaan dan merangsang perkembangan kegiatan ekonomi dalam wilayah
tersebut. Pembangunan ekonomi daerah di semua kabupaten/kota tidak terlepas dari
sektor perekonomian yaitu salah satunya adalah sektor pertanian yang di dalamnya
didetailkan pada subsektor pertanian, peternakan, perburuan dan jasa.

2. Luas Lahan Sawah


Ketersediaan lahan sawah di Provinsi Kalimantan Utara mengalami perubahan yang
fluktuatif dari tahun ke tahun. Salah satu penyebabnya yakni semakin berkembangnya
lahan sawit, disamping meningkatnya jumlah penduduk yang membutuhkan lahan untuk
mendukung aktivitasnya sehingga menjadikan kegiatan konversi lahan sebagai upaya
mendesak guna memenuhi kegiatan tersebut.
Tabel 2.3.3.C.2
Luas Lahan Sawah Tahun 2010-2014 (Ha)
Provinsi Kalimantan Utara
Tahun
Kabupaten/Kota
2010 2011 2012 2013 2014
Bulungan 9.656 8.786 12.642 12.691 11.120
Malinau 3.011 2.398 2.479 2.957 3.020
Nunukan 7.512 7.898 7.692 5.470 5.093
Tana Tidung 638 600 538 468 578
Tarakan 31 49 50 69 71
Kalimantan Utara 20.848 19.731 23.401 21.655 19.882
Sumber:
1) Dokumen RPJP Provinsi Kalimantan Utara Tahun 2005-2025
2) Dinas Pertanian Kehutanan Ketahanan Pangan Provinsi Kalimantan Utara Tahun 2016

Luas lahan sawah paling besar terdapat di Kabupaten Bulungan dengan total luasan
diatas 200% dibanding kabupaten/kota lainnya, sehingga menjadikan Kabupaten Bulungan
sebagai penyumbang lahan sawah terbesar di Provinsi Kalimantan Utara dengan nilai
kontribusi di atas 50%. Namun jika dilihat dari tren luas lahan sawah di masing masing

RPJMD Provinsi Kalimantan Utara Tahun 2016-2021 II - 228


Kabupaten Kota, secara keseluruhan cenderung fluktuatif. Akan tetapi kondisi tersebut
tidak berlaku di Kota Tarakan, dimana peningkatan luas lahan sawah terjadi secara
konsisten selama lima tahun terakhir, di Kabupaten Malinau dan Kabupaten Nunukan
mengalami fluktuasi selama lima tahun terakhir.
Sementara di Kabupaten Tana Tidung terus terjadi penurunan luas lahan sawah dari
tahun 2010-2013 meskipun sempat mengalami penaikan di tahun 2014. Hal ini perlu
menjadi catatan yang penting, karena dapat mengganggu ketersediaan pangan di
kabupaten tersebut, terlebih lagi jika pertambahan penduduk di wilayah tersebut tidak
dapat dikendalikan. Meskipun demikian, di tahun 2012 Provinsi Kalimantan Utara
mengalami kenaikan luas lahan sebesar 15,68% lalu mengalami penurunan sebagaimana
dua tahun terakhir.
Ketersediaaan lahan pertanian hanya akan memberikan fungsi produksi apabila
didukung dengan ketersediaan air dan jaringannya sampai ke petak produksi, sehingga
produksi padi berlangsung mantap. Dari data tersebut lahan sawah yang sudah
mendapatkan jaringan irigasi baru sebagian kecil yaitu di Kecamatan Tanjung Selor dan
Tanjung Palas di Kabupaten Bulungan. Untuk menyediakan benih padi sampai saat ini
produksi benih masih terbatas di Kabupaten Nunukan dengan luas dan produksi benih yang
masih perlu ditingkatkan.
Lahan sawah di kabupaten lainnya dan yang belum didukung sarana irigasi, pada
umumnya merupakan lahan sawah tadah hujan, dan sampai saat ini penanaman padi hanya
satu kali dalam satu tahun. Kecukupan air untuk pertumbuhan tanaman padi berasal dari
air hujan yang memang relatif merata sepanjang tahun. Peningkatan ketersediaan lahan
petanian produktif baru melalui pencetakan sawah dan reklamasi lahan bekas tambah yang
masih potensi serta pembanguan pertanian lahan kering di berbagai bagian wilayah
Provinsi Kalimantan Utara harus menjadi pertimbangan utama.

3. Luas Lahan Palawija


Pemanfaatan lahan guna pertanian dengan komoditas palawija di Provinsi
Kalimantan Utara, meliputi jenis tanaman jagung, kedelai, kacang tanah, kacang hijau,
ubi kayu, ubi jalar.

RPJMD Provinsi Kalimantan Utara Tahun 2016-2021 II - 229


Tabel 2.3.3.C.3
Luas Lahan Palawija Tahun 2014 (Ha)
Provinsi Kalimantan Utara
Luas Lahan (Ha)
Kabupaten/Kota
Jagung Kedelai Kacang Tanah Kacang Hijau Ubi Kayu Ubi Jalar
Bulungan 382 72 131 106 421 145
Malinau 85 8 32 4 109 37
Nunukan 83 17 76 8 1.238 110
Tana Tidung 31 - 2 1 59 19
Tarakan - - - - 179 29
Kalimantan Utara 581 97 241 119 2.006 340
Sumber: Dinas Pertanian Kehutanan Ketahanan Pangan Provinsi KALIMANTAN UTARA Tahun 2016

Jumlah komoditas palawija paling banyak ditanami jenis ubi kayu, lalu jagung, ubi
jalar, kacang tanah, kacang hijau dan paling sedikit tanaman kedelai. Ditinjau dari
kontribusi tiap daerahnya, Kabupaten Nunukan memberikan kontribusi luasan lahan
palawija yang paling besar diikuti dengan Kabupaten Bulungan. Tingginya kontribusi areal
penanaman palawija di Kabupaten Nunukan terbesar ditanami oleh komoditas ubi kayu,
dengan luasan lahan mencapai 1.238 Hektar di tahun 2014. Kabupaten Bulungan memiliki
keunggulan luasan lahan penanaman pada semua komoditas unggulan, terkecuali ubi kayu
yang terdapat di Nunukan. Kondisi ini menunjukkan bahwa Kabupaten Bulungan memiliki
kemampuan lahan yang potensial di tanami berbagai jenis palawija, jika dibandingkan
dengan daerah lain seperti Kota Tarakan atau Kabupaten Tana Tidung, mengingat dua
kabupaten tersebut tidak semua tanaman palawija mampu tumbuh di tanah tersebut.
Tabel 2.3.3.C.4
Perkembangan Luas Lahan Palawija Tahun 2010-2014 (Ha)
Provinsi Kalimantan Utara
Tahun
Palawija
2010 2011 2012 2013 2014
Jagung 935 554 1.361 445 581
Kedelai 259 648 319 84 97
Kacang Tanah 529 273 267 225 241
Kacang Hijau 256 154 104 70 119
Ubi Kayu 2.491 1.603 1.812 2.111 2.006
Ubi Jalar 924 656 371 358 340
Sumber: Dinas Pertanian Kehutanan Ketahanan Pangan Provinsi KALIMANTAN UTARA Tahun 2016

Perkembangan luasan lahan palawija di Provinsi Kalimantan Utara di tiap jenis


palawija secara umum menunjukkan penurunan jumlah luasan lahan dari tahun 2010-2014.
Palawija sebagai salah satu bentuk diversifikasi pangan selain beras, sangat penting
keberadaannya. Dengan banyaknya jenis palawija yang tersedia di suatu daerah maka
besar kemungkinan keberagaman jenis pola pangan utama masyarakat daerah tersebut,
seperti penggantian beras dengan jagung ataupun ubi ubian sebagai sumber karbohidrat.
Oleh sebab itu, penurunan luasan lahan palawija menjadi perhatian sendiri dalam

RPJMD Provinsi Kalimantan Utara Tahun 2016-2021 II - 230


mengembangkan pola diversifikasi pangan nantinya, sehingga peningkatan kecukupan gizi
masyarakat tetap terjamin.

4. Luas Lahan Perkebunan


Pertambahan luas tanam komoditas perkebunan akan memberikan pertambahan
nilai bagi PDRB Provinsi Kalimantan Utara. Hal ini berkaitan dengan jumlah komoditas
perkebunan yang diharapkan akan meningkat pula seiring dengan penambahan luas lahan
tanaman, sehingga memberi dampak positif pada kontribusinya terhadap perkonomian,
dalam hal ini kontribusi terhadap angka PDRB.
Tabel 2.3.3.C.5
Total Luas Tanam Tanaman Perkebunan per Kabupaten/Kota Tahun 2014 (Ha)
Provinsi Kalimantan Utara
Kabupaten/Kota Karet Kelapa Kopi Lada Kakao Kelapa Sawit
Bulungan 135,00 765,00 196,00 66,00 676,00 1.280,00
Malinau 1.626,00 0,00 1.772,00 3,00 3.855,00 1.050,00
Nunukan 270,00 410,00 92,00 32,00 5.456,00 22.404,00
Tana Tidung 60,00 35,00 113,00 18,50 5,00 111,00
Tarakan 0,00 643,00 2,00 3,00 0,00 0,00
Kalimantan Utara 2.091,00 1.853,00 2.175,00 122,50 9.992,00 24.845,00
Sumber: Kalimantan Utara dalam Angka 2015

Luas tanaman perkebunan di kabupaten/kota didominasi tanaman perkebunan yang


berbeda beda di setiap wilayahnya. Sebagai contoh tanaman kelapa sawit sebagai lahan
perkebunan paling luas di provinsi ternyata banyak terdapat di Kabupaten Nunukan dan
Bulungan dengan masing masing luasan di tiap Kabupaten sebesar 22.404 dan 1.280
hektar. Berbeda dengan kelapa sawit, meskipun kakao bukan jenis tanaman terbesar yang
ditanam, namun di Kabupaten Malinau tanaman jenis ini mendominasi penggunaan lahan
perkebunan dengan angka mencapai 3.850 hektar. Adapun jenis tanaman kopi banyak
ditanam di Kabupaten Tana Tidung dan tanaman kelapa di Kota Tarakan.
Tabel 2.3.3.C.6
Perkembangan Luas Tanam Tanaman Perkebunan Tahun 2010-2014 (Ha)
Provinsi Kalimantan Utara
Komoditas 2010 2011 2012 2013 2014
Karet 886,00 941,00 1.787,00 1.961,00 2.091,00
Kelapa 2.862,00 2.798,00 2.663,00 2.655,00 1.853,00
Kopi 3.359,00 3.436,00 2.975,00 2.572,00 2.175,00
Lada 186,00 178,00 151,00 144,00 122,50
Kakao 16.621,00 14.244,00 11.645,00 11.456,00 9.992,00
Kelapa Sawit 99.972,00 111.027,00 137.389,00 170.589,00 24.845,00
Sumber:
1) Dokumen RPJP Provinsi Kalimantan Utara Tahun 2005-2025
2) Kalimantan Utara dalam Angka 2015

Tren selama lima tahun terakhir menunjukkan peningkatan luas tanam dua
komoditas perkebunan yaitu kelapa sawit dan karet. Pada jenis tanaman karet terjadi
peningkatan luas tanam hingga 1.360% dari luas awal di tahun 2010 yang hanya 886 hektar.

RPJMD Provinsi Kalimantan Utara Tahun 2016-2021 II - 231


Luas tanam kelapa sawit juga mengalami peningkatan hingga 70% di tahun 2013, namun
pada tahun 2014 mengalami penurunan hingga menjadi 24.845 hektar lahan saja. Tanaman
kebun lainnya seperti kakao, kelapa, kopi dan lada terus mengalami penurunan luas tanam
selama delapan tahun terakhir. Peningkatan luas tanam kelapa sawit dan karet akan
memberikan kontribusi positif terhadap pertambahan nilai PDRB Provinsi Kalimantan
Utara.

5. Total Produksi Padi


Padi sebagai bahan pangan utama yang mentah sebelum menjadi beras, memiliki
peran penting dalam upaya pemenuhan kebutuhan pangan masyarakat.
Tabel 2.3.3.C.7
Total Produksi Padi Tahun 2010-2014 dalam Ton (GKP)
Provinsi Kalimantan Utara
Tahun
Kabupaten/Kota
2010 2011 2012 2013 2014
Bulungan 61.112 61.750 74.012 69.676 59.273
Malinau 26.950 22.649 22.920 23.251 25.838
Nunukan 38.500 39.857 37.249 28.888 26.953
Tana Tidung 2.728 2.661 2.891 2.577 3.185
Tarakan 111 194 217 331 372
Kalimantan Utara 129.401 127.111 137.289 124.723 115.619
Sumber:
1) Dokumen RPJP Provinsi Kalimantan Utara Tahun 2005-2025
2) Dinas Pertanian Kehutanan Ketahanan Pangan Provinsi Kalimantan Utara Tahun 2016

Selama 5 tahun terakhir produksi padi gabah kering panen paling banyak terdapat
di Kabupaten Bulungan. Hal ini sebanding dengan jumlah luas lahan sawah paling luas yang
juga terdapat di Kabupaten Bulungan. Secara keseluruhan, jumlah produksi padi gabah
kering panen mengalami peningkatan, meskipun pada dua tahun terakhir jumlahnya
mengalami penurunan dibanding tahun tahun sebelumnya.
Suatu hal yang mungkin sering terabaikan, yaitu produksi tanaman pangan yang
disajikan adalah produksi padi/gabah kering, seharusnya dikonversi ke beras (bentuk yang
diperdagangkan sebagai bahan pangan) dengan tingkat rendemen yang standar dari gabah
kering panen (GKP) ke gabah kering giling (GKG) dan menjadi beras. Angka konversi GKP-
GKG di Provinsi Kalimantan Timur sebesar 85,91%, sedang angka konversi GKG-Beras
sebesar 62,74%.

6. Total Produksi Beras


Angka produksi beras diperoleh dengan cara mengkonversi angka produksi padi
sesuai angka konversi yang telah disebutkan sebelumnya.

RPJMD Provinsi Kalimantan Utara Tahun 2016-2021 II - 232


Tabel 2.3.3.C.8
Total Produksi Beras Tahun 2010-2014 (Ton)
Provinsi Kalimantan Utara
Tahun
Kabupaten/Kota
2010 2011 2012 2013 2014
Bulungan 32.939 33.283 39.892 37.555 31.948
Malinau 14.526 12.208 12.354 12.532 13.926
Nunukan 20.751 21.483 20.077 15.571 14.528
Tana Tidung 1.470 1.434 1.558 1.389 1.717
Tarakan 60 105 117 179 200
Kalimantan Utara 69.747 68.513 73.999 67.226 62.319
Sumber:
1) Dokumen RPJP Provinsi Kalimantan Utara Tahun 2005-2025
2) Dinas Pertanian Kehutanan Ketahanan Pangan Provinsi Kalimantan Utara Tahun 2016
3) Hasil Analisis 2016

7. Total Produksi Komoditas Palawija


Sebagai daerah yang memiliki lahan pertanian yang potensial, Provinsi Kalimantan
Utara tidak hanya menghasilkan padi akan tetapi juga terdapat palawija, kacang kacangan
dan ubi-ubian, yang langsung atau tidak langsung dapat meningkatkan efisiensi lahan dan
pendapatan petani, dan menunjang ketahanan pangan.
Tabel 2.3.3.C.9
Total Produksi Palawija per Kabupaten/Kota Tahun 2014 (Ton)
Provinsi Kalimantan Utara
Total Produksi (Ton)
Kabupaten/Kota
Jagung Kedelai Kacang Tanah Kacang Hijau Ubi Kayu Ubi Jalar
Bulungan 805 69 133 106 5.852 1.305
Malinau 191 8 32 1 2.051 313
Nunukan 177 19 80 9 26.846 988
Tana Tidung 63 - 2 1 6.363 173
Tarakan - - - - 834 277
Kalimantan Utara 1.236 96 248 116 41.947 3.056
Sumber:
1) Dokumen RPJP Provinsi Kalimantan Utara Tahun 2005-2025
2) Dinas Pertanian Kehutanan Ketahanan Pangan Provinsi Kalimantan Utara Tahun 2016

Berdasarkan data produksi palawija, kabupaten yang memiliki total produksi paling
besar terdapat di Kabupaten Nunukan dengan kontribusi produksi ubi kayu sebagai
komoditi palawija yang utama. Kota Tarakan sebagai area perkotaan menyumbang
produksi palawija yang paling minim dibanding dengan kabupaten lainnya di Kalimantan
Utara. Dari ke enam jenis produk palawija, komoditas ubi kayu memiliki kecenderungan
menjadi komoditas paling unggul yakni sebesar 41.947 ton diikuti dengan ubi jalar, jagung,
kacang tanah, kacang hijau dan terakhir kedelai.

RPJMD Provinsi Kalimantan Utara Tahun 2016-2021 II - 233


Tabel 2.3.3.C.10
Perkembangan Produksi Palawija Tahun 2010-2014 (Ton)
Provinsi Kalimantan Utara
Tahun
Palawija
2010 2011 2012 2013 2014
Jagung 1.895 1.141 2.855 973 1.236
Kedelai 258 630 312 84 96
Kacang Tanah 549 278 273 234 248
Kacang Hijau 253 153 107 72 116
Ubi Kayu 37.218 25.319 27.450 32.935 41.947
Ubi Jalar 8.264 5.874 3.325 3.133 3.056
Sumber:
1) Dokumen RPJP Provinsi Kalimantan Utara Tahun 2005-2025
2) Dinas Pertanian Kehutanan Ketahanan Pangan Provinsi Kalimantan Utara Tahun 2016

Ubi kayu sebagai hasil produksi paling unggul di palawija mengalami perkembangan
jumlah produksi yang naik turun di tiap tahunnya. Meskipun ubi kayu mengalami
penurunan pada tahun 2010-2012, namun pada tahun berikutnya mengalami peningkatan
jumlah produksi. Selain ubi kayu, tren naik turun juga dialami pada komoditas jagung dan
kedelai. Kacang tanah, kacang hijau dan ubi jalar cenderung memiliki tren yang menurun.
Upaya peningkatan produksi palawija ini perlu terus ditingkatkan guna menjamin
kecukupan pangan dengan nilai mutu gizi yang tinggi. Komoditas palawija memiliki
peluang besar untuk dikembangkan. Berbagai jenis palawija potensial antara lain jagung,
kedele, kacang tanah, dan ubi-ubian yang akan memberikan peran ganda yaitu untuk
penganekaragaman sumber pangan yang mendukung ketahanan pangan, sumber
pendapatan tambahan petani dan juga pendapatan daerah. Pengembangan palawija
diprioritaskan pada wilayah tadah hujan dengan kecukupan air di musim kemarau dan
dapat juga dikembangkan dalam pola pergiliran tanaman di lahan sawah beririgasi tetap.

8. Produksi Komoditas Hortikultura (Sayuran)


Provinsi Kalimantan Utara mengusahakan komoditas sayuran yang terdiri dari
banyak jenis sayuran untuk memenuhi kebutuhan masyarakat setempat sebagai
kelengkapan dalam menu makan keluarga. Komoditas sayuran merupakan komoditas yang
penting setelah komoditas tanaman pangan. Sayuran merupakan sumber protein nabati,
vitamin, dan serat yang dibutuhkan oleh tubuh. Sayuran tidak dapat diabaikan dari
kebutuhan hidup masyarakat di provinsi ini terutama sebagai sumber makanan
pendamping. Selain itu, beberapa komoditas seperti cabe besar atau rawit memiliki nilai
ekonomi yang tinggi sehingga dapat memberikan nilai tambah bagi petani.

RPJMD Provinsi Kalimantan Utara Tahun 2016-2021 II - 234


Tabel 2.3.3.C.11
Total Produksi Sayuran per Kabupaten/Kota Tahun 2014 (Ton)
Provinsi Kalimantan Utara
Total Produksi (Ton)
Kabupaten/Kota Bawang Merah Bawang Daun Kentang Kubis Kembang Kol Petsai/ Sawi
(1) (2) (3) (4) (5) (6)
Bulungan 0,00 110,00 0,00 5,00 0,00 508,00
Malinau 0,00 1,00 0,00 0,00 0,00 35,00
Nunukan 0,00 82,00 0,00 30,00 0,00 898,00
Tana Tidung 0,00 57,00 0,00 2,00 0,00 92,00
Tarakan 0,00 190,00 0,00 0,00 0,00 1.722,00
Kalimantan Utara 0,00 440,00 0,00 37,00 0,00 3.255,00

Lanjutan
Total Produksi (Ton)
Jamur
Kabupaten/Kota Lobak Kacang Panjang Cabe Besar Cabe Rawit Tomat
(Kg)
(7) (8) (9) (10) (11) (12)
Bulungan 0,00 770,00 266,00 532,00 0,00 259,00
Malinau 0,00 63,00 12,00 130,00 217,00 20,00
Nunukan 0,00 376,00 231,00 353,00 0,00 767,00
Tana Tidung 0,00 324,00 210,00 314,00 82,00 236,00
Tarakan 0,00 1.982,00 516,00 520,00 0,00 2.020,00
Kalimantan Utara 0,00 3.515,00 1.235,00 1.849,00 299,00 3.302,00

Lanjutan
Total Produksi (Ton)
Kabupaten/Kota Terong Buncis Ketimun Labu Siam Kangkung Bayam
(13) (14) (15) (16) (17) (18)
Bulungan 580,00 96,00 346,00 14,00 617,00 460,00
Malinau 87,00 11,00 85,00 0,00 60,00 30,00
Nunukan 900,00 486,00 885,00 107,00 1.114,00 257,00
Tana Tidung 239,00 44,00 123,00 0,00 142,00 135,00
Tarakan 1.351,00 886,00 2.421,00 0,00 1.926,00 869,00
Kalimantan Utara 3.157,00 1.523,00 3.860,00 121,00 3.859,00 1.751,00
Sumber:
1) Dinas Pertanian Kehutanan Ketahanan Pangan Provinsi Kalimantan Utara Tahun 2016

Produksi semua komoditas sayuran rata-rata menunjukkan fluktuasi. Peningkatan


dan penurunan produksi tersebut bergantung kepada kondisi lingkungan tempat tumbuh
tanaman. Adanya curah hujan yang tinggi pada tahun-tahun tertentu menyebabkan kondisi
yang optimum bagi tumbuhnya organisme pengganggu tanaman. Semua jenis sayuran
dapat diproduksi dari dalam dengan hasil yang cukup stabil. Jenis sayuran bawang merah,
kentang, kembang kol, lobak, labu siam dan jamur hanya dapat diproduksi pada beberapa
kabupaten saja sebagaimana hal ini sangat bergantung pada kondisi lingkungan sayuran.

RPJMD Provinsi Kalimantan Utara Tahun 2016-2021 II - 235


Tabel 2.3.3.C.12
Perkembangan Produksi Sayuran Tahun 2010-2014 (Ton)
Provinsi Kalimantan Utara
Total Produksi (Ton)
No Sayuran
2010 2011 2012 2013 2014
1 Bawang Merah 2,00 0,00 0,00 0,00 0,00
2 Bawang Daun 799,30 923,70 795,80 567,10 440,00
3 Kentang 0,00 0,00 15,00 0,00 0,00
4 Kubis 738,00 541,10 564,10 237,90 37,00
5 Kembang Kol 0,00 0,00 0,00 12,50 0,00
6 Petsai/Sawi 6.796,10 4.633,10 3.539,20 3.601,40 3.255,00
7 Lobak 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00
8 Kacang Panjang 6.635,10 6.058,10 4.610,20 135,40 3.515,00
9 Cabe Besar 1.866,60 2.021,10 1.651,30 1.498,50 1.235,00
10 Cabe Rawit 2.718,00 2.845,20 2.554,70 2.191,10 1.849,00
11 Jamur (Kg) 0,00 1.534,00 4.320,00 410,00 299,00
12 Tomat 4.504,10 5.209,00 3.286,90 3.170,40 3.302,00
13 Terong 3.916,20 4.248,00 3.345,90 3.347,00 3.157,00
14 Buncis 1.504,20 1.926,90 1.871,00 1.637,80 1.523,00
15 Ketimun 6.010,00 5.914,00 4.708,90 3.714,50 3.860,00
16 Labu Siam 918,10 423,10 0,20 2,70 121,00
17 Kangkung 6.577,40 5.743,30 4.213,50 4.387,00 3.859,00
18 Bayam 4.053,80 3.153,00 2.662,00 2.410,30 1.751,00
Sumber:
1) Dinas Pertanian Kehutanan Ketahanan Pangan Provinsi Kalimantan Utara Tahun 2016

Produksi sayuran melimpah pada jenis komoditas sawi, kacang panjang, tomat,
terong dan ketimun dengan total produksi pada masing masing komoditas mencapai 3.000-
4000 Ton di tahun 2014. Secara umum, produksi sayuran mengalami penurunan dua kali
lipat dari tahun awal 2008. Sebagai contoh ketimun yang awalnya mencapai 9.937 Ton,
enam tahun kemudian mengalami penurunan produksi hingga menjadi 3.860 Ton. Bahkan
komoditas bawang merah yang awalnya masih ditanam, namun di tahun 2011 tidak
berproduksi lagi.
Meskipun demikian, hal ini wajar mengingat wilayah provinsi ini merupakan hutan
hujan tropis, dengan curah hujan tinggi sehingga kurang sesuai bagi tempat tumbuh
bawang merah. Begitu pula dengan jenis sayuran kentang, kembang kol dan lobak yang
terkadang memberi hasil terkadang tidak. Selain itu, rata-rata produksi cabe besar
(1.769,6 ton), cabe rawit (2.729,3 ton), dan tomat (4.787,8 ton) selama lima tahun
terakhir masih jauh di bawah rata-rata produksi Kalimantan Timur yaitu cabe besar
(6.346,20 ton), cabe rawit (7.560,60 ton), dan tomat (10.752,80 ton). Kondisi yang sama
juga berlaku bagi komoditas sayuran lainnya, rata-rata produksi semua komoditas sayuran
di Provinsi Kalimantan Utara masih jauh di bawah rata-rata produksi Provinsi Kalimantan
Timur.
Walaupun dari segi produksi jauh di bawah Provinsi Kalimantan Timur, tetapi dari
segi produktivitas Provinsi Kalimantan Utara jauh lebih unggul. Rata-rata produktivitas
sayuran selama dua tahun terakhir jauh di atas rata-rata produktivitas Provinsi Kalimantan

RPJMD Provinsi Kalimantan Utara Tahun 2016-2021 II - 236


Timur. Rata-rata produktivitas buncis (7,41 ton/ha), cabe rawit (5,4, ton/ha), tomat
(12,74 ton/ha), terong (9,24 ton/ha), mentimun (12,88 ton/ha), kangkung (7,57 ton/ha),
dan bayam (4,42 ton/ha). Sementara rata-rata produktivitas Provinsi Kalimantan Timur,
buncis (4,85 ton/ha), cabe rawit (4,02 ton/ha), tomat (6,75 ton/ha), terong (6,3 ton/ha),
mentimun (7.75 ton/ha), kangkung (5,86 ton/ha, dan bayam (3.35 ton/ha).
Komoditas hortikultura ini mempunyai kesempatan ditingkatkan produksinya untuk
memenuhi kebutuhan pasar lokal dan konsumsi keluarga. Pembangunan pertanian berbasis
hortikultura I disinergikan dengan pembangunan pertanian lahan kering maupun lahan
basah. Pada kawasan dengan kelerengan tertentu (< 30%) dapat dialokasikan sebagai
wilayah pembangunan hortikultura, dengan mempertimbangkan konservasi lahan
khususnya mencegah kelongsoran lahan.

9. Produksi Komoditas Hortikultura (Buah-Buahan)


Komoditas buah-buahan merupakan sumber asupan vitamin bagi tubuh. Komoditas
buah-buahan merupakan komoditas pertanian lainnya yang penting setelah tanaman
pangan dan sayuran, yang mampu memberikan nilai tambah secara ekonomi bagi
masyarakat tani. Komoditas buah-buahan umumnya rata-rata berproduksi setahun sekali.
Tabel 2.3.3.C.13
Total Produksi Buah-Buahan per Kabupaten/Kota Tahun 2014 (Ton)
Provinsi Kalimantan Utara
Total Produksi Tahun 2014 (Ton)
Duku/ Jambu Jambu Jeruk Siam/ Jeruk
Kabupaten/Kota Alpokat Belimbing Durian
Langsat Biji Air Keprok Besar
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8)
Bulungan 37,00 24,00 2.414,00 3.188,00 133,00 139,00 2.724,00 32,00
Malinau 0,00 8,00 384,00 793,00 3,00 7,00 109,00 12,00
Nunukan 20,00 13,00 489,00 3.107,00 41,00 35,00 1.080,00 106,00
Tana Tidung 0,00 2,00 110,00 76,00 2,00 3,00 22,00 4,00
Tarakan 0,00 44,00 0,00 450,00 41,00 161,00 1.062,00 3,00
Kalimantan Utara 57,00 91,00 3.397,00 7.614,00 220,00 345,00 4.997,00 157,00

Lanjutan
Total Produksi Tahun 2014 (Ton)
Nangka/
Kabupaten/Kota Mangga Manggis Nanas Pepaya Pisang Rambutan Salak
Cempedak
(9) (10) (11) (12) (13) (14) (15) (16)
Bulungan 877,00 11,00 3.053,00 147,00 481,00 6.535,00 8.480,00 49,00
Malinau 67,00 5,00 815,00 25,00 52,00 472,00 101,00 1,00
Nunukan 2.137,00 21,00 777,00 77,00 260,00 8.594,00 864,00 76,00
Tana Tidung 81,00 0,00 97,00 16,00 23,00 99,00 41,00 2,00
Tarakan 3.690,00 0,00 935,00 29,00 8.250,00 232,00 1.777,00 272,00
Kalimantan Utara 6.852,00 37,00 5.677,00 294,00 9.066,00 15.932,00 11.263,00 400,00

RPJMD Provinsi Kalimantan Utara Tahun 2016-2021 II - 237


Lanjutan
Total Produksi Tahun 2014 (Ton)
Markisa/
Kabupaten/Kota Sawo Sirsak Melon Semangka Sukun Melinjo Petai Jengkol
Konyal
(17) (18) (19) (20) (21) (22) (23) (24) (25)
Bulungan 34,00 0,00 54,00 3 33 148,16 15,00 80,00 10,00
Malinau 0,00 0,00 6,00 1 7 54,19 0,00 9,00 0,00
Nunukan 6,00 0,00 41,00 222 398 112,07 18,00 70,00 0,00
Tana Tidung 3,00 0,00 2,00 0 27 119,05 3,00 2,00 0,00
Tarakan 0,00 0,00 21,00 0 235 0,00 0,00 38,00 0,00
Kalimantan Utara 43,00 0,00 124,00 226 700 433,47 36,00 199,00 10,00
Sumber:
1) Dinas Pertanian Kehutanan Ketahanan Pangan Provinsi Kalimantan Utara Tahun 2016

Komoditas buah buahan pada umumnya bisa diproduksi di semua kabupaten kota.
Beberapa jenis buah menjadi komoditi unggulan di daerah tertentu, seperti duku, nangka,
rambutan, Jambu biji, nanas dan sawo di Kabupaten Bulungan. Kabupaten Nunukan
terdapat jeruk besar, manggis dan melon, serta Kota Tarakan dengan buah unggulan
seperti jambu air, pepaya dan salak. Kabupaten Tana Tidung dan Kabupaten Malinau
belum memilki keunggulan komoditas buah buahan. Unggulnya buah buahan tersebut tidak
lepas dari kondisi lingkungan yang subur untuk menanam buah jenis tertentu.
Tabel 2.3.3.C.14
Perkembangan Produksi Buah-Buahan Tahun 2010-2014 (Ton)
Provinsi Kalimantan Utara
Total Produksi (Ton)
No Buah Buahan
2010 2011 2012 2013 2014
1 Alpokat 8,70 37,20 30,90 40,70 57,00
2 Belimbing 107,80 122,30 71,40 80,30 91,00
3 Duku/Langsat 2.944,80 567,00 3.145,10 3.557,80 3.397,00
4 Durian 4.881,90 3.238,70 10.441,30 7.716,40 7.614,00
5 Jambu Biji 142,60 214,50 169,70 185,50 220,00
6 Jambu Air 188,30 250,60 243,90 271,20 345,00
7 Jeruk Siam/Keprok 5.549,50 6.384,50 6.058,20 6.738,90 4.997,00
8 Jeruk Besar 227,30 142,00 120,70 168,50 157,00
9 Mangga 5.988,70 6.536,90 5.066,80 5.332,10 6.852,00
10 Manggis 11,90 10,50 28,40 16,90 37,00
11 Nangka/Cempedak 8.371,20 7.291,80 5.127,60 4.902,30 5.677,00
12 Nanas 1.593,20 640,10 609,30 522,80 294,00
13 Pepaya 6.534,40 8.124,70 7.880,00 9.502,80 9.066,00
14 Pisang 43.851,80 40.235,30 28.194,50 18.673,50 15.932,00
15 Rambutan 4.738,10 4.735,40 5.273,50 8.657,70 11.263,00
16 Salak 2.945,70 1.753,90 428,10 395,10 400,00
17 Sawo 95,40 83,70 79,60 84,20 43,00
18 Markisa/Konyal 0,40 0,00 0,00 0,00 0,00
19 Sirsak 166,80 245,90 198,80 157,40 124,00
20 Melon 407,3 89,4 68 111,9 226
21 Semangka 899,7 710,7 515,1 412,2 700
22 Sukun 396,30 669,90 503,00 565,90 433,47
23 Melinjo 147,70 123,50 114,10 98,60 36,00
24 Petai 574,50 819,00 669,90 251,90 199,00
25 Jengkol 0,10 0,10 0,20 0,30 10,00
Sumber:
1) Dinas Pertanian Kehutanan Ketahanan Pangan Provinsi Kalimantan Utara Tahun 2016

RPJMD Provinsi Kalimantan Utara Tahun 2016-2021 II - 238


Rata-rata produksi komoditas buah-buahan secara keseluruhan mengalami fluktuasi
selama lima tahun terakhir. Pada komoditas buah pisang, mengalami penurunan produksi
dari tahun 2010-2014 setelah sebelumnya mengalami kenaikan jumlah produksi mencapai
19%. Produksi buah-buahan masih jauh di bawah produksi Provinsi Kalimantan Timur. Rata-
rata produksi durian provinsi ini 6.778 ton jauh di bawah rata-rata produksi Provinsi
Kalimantan Timur 12.066,8 ton, rata-rata produksi nanas 3659,4 ton sementara rata-rata
produksi Provinsi Kalimantan Timur 15.445,4 ton, rata-rata produksi pisang 26.194,2 ton,
sementara rata-rata produksi Kalimantan Timur 108.115,2 ton, rata-rata produksi pepaya
8.221,58 ton, sementara rata-rata produksi Provinsi Kalimantan Timur 32.117,8 ton.
Buah-buahan lokal yang popular seperti durian, cempedak, jeruk Kalimantan, dan
buah-buahan eksotik tropis lainnya harus menjadi bagian dari pembangunan sektor
pertanian dalam arti luas. Dalam pembangunan hortikultura berbasis tanaman buah-
buahan disamping konsep peningkatan produksi, juga harus mempunyai fungsi konservasi
atau pelestarian plasma nutfah buah-buahan tropis spesifik. Untuk konservasi ini dapat
dilaksanakan dalam bentuk kebun koleksi dan pengembangan buah-buahan.

10. Populasi Ternak


Ternak (livestock) memiliki peranan penting dalam pertanian baik sebagai tenaga
dalam pengolahan lahan, tabungan dan peningkatan status petani. Ternak selain
berfungsi sebagai sumber protein hewani bagi kebutuhan manusia, ternak juga
menghasilkan kotoran yang dapat digunakan sebagai sumber pupuk organik bagi tanaman
setelah melalui teknologi fermentasi, juga bermanfaat sebagai alternatif sumber energi
(biogas) bagi rumah tangga. Hal ini bermanfaat bagi keberlangsungan pertanian
berkelanjutan di Provinsi Kalimantan Utara.

RPJMD Provinsi Kalimantan Utara Tahun 2016-2021 II - 239


Tabel 2.3.3.C.15
Total Populasi Ternak per Kabupaten/Kota Tahun 2010-2015 (Ekor)
Provinsi Kalimantan Utara
Populasi Ternak (Ekor)
Jenis Ternak Kabupaten/Kota
2010 2011 2012 2013 2014 2015
Sapi Bulungan 10.366 5.391 5.661 5.569 6.497 7.274
Malinau 1.548 1.574 1.814 2.287 1.917 2.236
Nunukan 10.738 6.285 7.102 8.847 8.266 9.497
Tana Tidung 466 692 934 971 950 1.172
Tarakan 1.216 1.064 1.683 1.976 2.016 2.210
Kalimantan Utara 24.334 15.006 17.194 19.650 19.646 22.389
Kerbau Bulungan 146 74 24 27 29 29
Malinau 89 121 122 172 158 160
Nunukan 7.026 3.106 3.082 3.242 3.473 3.820
Tana Tidung 0 0 0 0 0 0
Tarakan 39 46 46 27 27 27
Kalimantan Utara 7.300 3.347 3.274 3.468 3.687 4.036
Kambing Bulungan 6.892 6.099 5.824 6.553 7.645 8.410
Malinau 459 603 668 773 683 751
Nunukan 2.525 2.338 2.782 2.529 2.964 3.260
Tana Tidung 136 347 355 324 461 507
Tarakan 781 966 1.000 1.050 1.041 1.145
Kalimantan Utara 10.793 10.353 10.629 11.229 12.794 14.073
Babi Bulungan 6.761 6.165 6.191 6.599 7.927 8.720
Malinau 11.946 12.311 13.075 12.802 1.281 12.409
Nunukan 15.933 14.923 3.491 3.845 4.660 5.126
Tana Tidung 674 937 955 985 890 979
Tarakan 3.952 4.288 5.620 6.013 7.046 7.751
Kalimantan Utara 39.266 38.624 29.332 30.244 21.804 34.985
Sumber:
1) Dinas Pertanian Kehutanan Ketahanan Pangan Provinsi Kalimantan Utara Tahun 2016
2) Kabupaten Bulungan dalam Angka 2011, 2012, 2013
3) Kabupaten Malinau dalam Angka 2011, 2012, 2013
4) Kabupaten Nunukan dalam Angka 2011, 2012, 2013
5) Kabupaten Tana Tidung dalam Angka 2012, 2013
6) Kota Tarakan dalam Angka 2011, 2012, 2013

Berdasarkan data tentang populasi ternak tersebut dapat diketahui bahwa populasi
babi mendominasi ternak diikuti oleh jenis ternak sapi, kambing dan terakhir kerbau.
Sebagai jenis ternak yang mengalami populasi paling sedikit, laju pertumbuhan populasi
ternak kerbau juga mengalami perlambatan yakni sebesar 44%, sapi sebesar 7,9% dan babi
sebesar 10,9% dalam kurun enam tahun tersebut. Keadaan ini berbanding terbalik dengan
populasi ternak kambing yang terus mengalami pertumbuhan sebesar 30,39%, dari tahun
2010-2015. Meskipun sapi dan babi memiliki jumlah populasi yang cukup besar di banding
ternak lain, namun dalam rentang 6 tahun tersebut populasi yang dimiliki cenderung naik
turun. Berbeda dengan kambing yang memiliki laju pertumbuhan populasi yang paling
besar ternyata memiliki tren pertumbuhan positif tiap tahunnya dengan adanya kenaikan
jumlah populasi setiap tahunnya. Jumlah semua populasi ternak sapi, kambing, kerbau dan
babi jika dibandingkan dengan di Provinsi Kalimantan Utara ternyata memiliki rata-rata
jauh di bawah Provinsi Kalimantan Timur. Oleh karena itu perlu adanya upaya peningkatan
populasi hewan baik itu melalui mendatangkan ternak dari luar Kalimantan Utara maupun
melalui peningkatan inseminasi.

RPJMD Provinsi Kalimantan Utara Tahun 2016-2021 II - 240


Pembangunan pertanian yang berkelanjutan dan lestari, merupakan potensi untuk
diikuti pembangunan sektor peternakan baik ruminasia maupun unggas. Pembanguan
pertanian tanaman pangan secara tidak langsung dapat mendukung pembangunan sektor
peternakan yang dikembangkan melalui intensifikasi dan divesifikasi ternak. Dengan
pembanguan sektor peternakan juga akan memberikan feed-back pada pembangunan
pertanian melalui pengelolaan limbah ternak sebagai pupuk organik untuk memperbaiki
dan meningkatkan kesuburan tanah yang berfungsi untuk meningkatkan produktivitas
tanaman pangan. Pembangunan sektor peternakan juga dimungkinkan dengan pengelolaan
lingkungan marginal untuk pengembangan hijauan makanan ternak (HMT) atau sebagai
padang penggembalaan ruminansia.

11. Produksi Daging Ternak


Daging merupakan sumber protein yang tinggi bagi manusia. Pembangunan kualitas
sumber daya manusia (SDM), merupakan salah satu tujuan pembangunan Provinsi
Kalimantan Utara, hal ini erat kaitannya dengan perbaikan gizi masyarakat, kesehatan dan
tingkat pendidikan. Salah satu sumber gizi adalah pangan asal hewan berupa protein yang
berasal dari daging sapi, kerbau, kambing, dan protein.

RPJMD Provinsi Kalimantan Utara Tahun 2016-2021 II - 241


Tabel 2.3.3.C.16
Total Produksi Daging Ternak per Kabupaten/Kota Tahun 2010-2015 (Ton)
Provinsi Kalimantan Utara
Produksi Daging (Ton)
Jenis Ternak Kabupaten/Kota
2010 2011 2012 2013 2014 2015
Sapi Bulungan na na na 152,11 142,00 149,00
Malinau 85,69 na 90,42 41,38 44,70 46,90
Nunukan na na na 100,14 131,70 138,30
Tana Tidung 11,06 11,92 15,40 21,17 24,00 25,20
Tarakan 196,70 240,72 191,15 325,38 332,10 348,70
Kalimantan Utara 293,45 252,64 296,97 640,18 674,50 708,10
Kerbau Bulungan na na na 0,00 0,00 0,00
Malinau na na na 12,37 1,20 1,30
Nunukan na na na 15,46 0,00 0,00
Tana Tidung 0,00 0,00 0,00 0,00 8,40 8,90
Tarakan na na na 3,67 2,20 2,30
Kalimantan Utara 0,00 0,00 0,00 31,50 11,80 12,50
Kambing Bulungan na na na 4,37 14,30 15,00
Malinau 1,61 na 1,75 3,24 1,40 1,50
Nunukan na na na 18,95 8,90 9,30
Tana Tidung 0,00 0,46 0,35 0,74 0,50 0,60
Tarakan 16,61 10,41 5,50 9,00 10,00 10,60
Kalimantan Utara 18,22 10,87 7,60 36,30 35,10 37,00
Babi Bulungan na na na 59,65 172,80 181,40
Malinau 11.946,00 12.211,00 13.075,00 140,56 132,20 138,80
Nunukan na na na 47,39 41,20 43,30
Tana Tidung 0,00 9,61 8,97 8,35 17,70 18,60
Tarakan 78,49 85,56 106,55 145,11 124,10 130,30
Kalimantan Utara 12.024,49 12.306,17 13.190,52 401,06 488,00 512,40
Sumber:
1) Dinas Pertanian Kehutanan Ketahanan Pangan Provinsi Kalimantan Utara Tahun 2016
2) Kabupaten Bulungan dalam Angka 2011, 2012, 2013
3) Kabupaten Malinau dalam Angka 2011, 2012, 2013
4) Kabupaten Nunukan dalam Angka 2011, 2012, 2013
5) Kabupaten Tana Tidung dalam Angka 2012, 2013
6) Kota Tarakan dalam Angka 2011, 2012, 2013

Produksi daging sapi dan babi menunjukkan tren peningkatan. Sementara produksi
daging kambing menunjukkan tren fluktuatif dalam sembilan tahun terakhir, sedangkan
daging kerbau mengalami penurunan jumlah produksi daging dari tahun 2013-2014 dan
meningkat di tahun 2015. Secara keseluruhan produksi daging di Provinsi Kalimantan Utara
masih rendah di bawah Provinsi Kalimantan Timur, sehingga produksi daging perlu
ditingkatkan guna memenuhi kebutuhan asupan protein bagi masyarakat Provinsi
Kalimantan Utara dalam rangka mendukung ketahanan pangan.

12. Populasi Ternak Unggas


Ternak dan hasil produksinya merupakan sumber bahan pangan protein yang sangat
penting untuk peningkatan kualitas sumber daya manusia Indonesia. Perkembangan
populasi ternak unggas dan hasil produksinya merupakan gambaran tingkat ketersediaan
sumber bahan protein nasional. Tingkat konsumsi akan menentukan kualitas sumber daya
manusia yang dipengaruhi oleh tingkat ketersediaan daging dan produksi ternak lainnya
dan tingkat pendapatan rumahtangga (purchasing power). Faktor tingkat pendapatan yang

RPJMD Provinsi Kalimantan Utara Tahun 2016-2021 II - 242


akan menentukan apakah rumahtangga/individu akan lebih banyak mengkonsumsi sumber
karbohidrat atau protein, yang akan berpengaruh pada tingkat konsumsi berkualitas dan
sesuai dengan persyaratan gizi.
Tabel 2.3.3.C.17
Total Populasi Ternak Unggas per Kabupaten/Kota Tahun 2010-2015 (Ekor)
Provinsi Kalimantan Utara
Kabupaten/ Populasi Ternak Unggas (Ekor)
Jenis Ternak
Kota 2010 2011 2012 2013 2014 2015
Ayam Kampung Bulungan na na na 320.812 348.984 383.882
Malinau 127.038 128.250 137.916 131.605 114.364 125.800
Nunukan 118.063 97.237 73.003 78.300 60.934 67.027
Tana Tidung na 3.917 3.742 10.512 5.128 5.641
Tarakan 312.108 587.530 670.698 971.701 678.292 746.121
Kalimantan Utara 557.209 816.934 885.359 1.512.930 1.207.702 1.328.471
Ayam Pedaging Bulungan na na na 576.072 792.889 832.544
Malinau 196.300 229.747 229.747 25.218 125.600 131.880
Nunukan 21.480 19.050 44.300 329.750 97.928 102.823
Tana Tidung na 14.065 21.900 53.477 42.177 44.286
Tarakan 2.073.151 2.299.116 2.879.906 3.390.250 3.510.790 3.686.330
Kalimantan Utara 2.290.931 2.561.978 3.175.853 4.374.767 4.569.384 4.797.863
Ayam Petelur Bulungan na na na 0 0 0
Malinau 0 700 0 0 0 0
Nunukan 16.000 14.700 9.500 9.000 25.100 25.100
Tana Tidung na 0 na 0 0 0
Tarakan 30.101 26.197 22.947 22.462 19.985 19.985
Kalimantan Utara 46.101 41.597 32.447 31.462 45.085 45.085
Itik Bulungan na na na 4.540 6.486 6.810
Malinau 16.028 16.314 16.134 21.591 14.408 15.124
Nunukan 26.070 25.462 13.553 23.385 13.721 14.407
Tana Tidung na 1.898 1.905 1.907 2.220 2.331
Tarakan 1.498 17.192 22.522 17.573 0 0
Kalimantan Utara 43.596 60.866 54.114 68.996 36.835 38.672
Sumber:
1) Dinas Pertanian Kehutanan Ketahanan Pangan Provinsi Kalimantan Utara Tahun 2016
2) Kabupaten Bulungan dalam Angka 2011, 2012, 2013
3) Kabupaten Malinau dalam Angka 2011, 2012, 2013
4) Kabupaten Nunukan dalam Angka 2011, 2012, 2013
5) Kabupaten Tana Tidung dalam Angka 2012, 2013
6) Kota Tarakan dalam Angka 2011, 2012, 2013

Asupan protein hewani selain dipenuhi dari konsumsi daging sapi, kerbau, kambing
dan babi juga dapat dipenuhi dari konsumsi daging unggas. Populasi ternak unggas
menggambarkan ketersediaan daging yang akan menjadi sumber bagi kebutuhan protein
masyarakat Provinsi Kalimantan Utara. Selain itu, kotoran ternak unggas dapat
dimanfaatkan sebagai sumber pupuk organik yang lebih baik dari pada ternak hewan
mamalia karena mengandung unsur N yang lebih tinggi. Populasi ternak ayam kampung,
ayam pedaging dan itik menunjukkan trend kenaikan. Sementara populasi ayam petelur
menunjukkan penurunan selama lima tahun terakhir, hal ini bisa berdampak terhadap
ketersediaan telur bagi kebutuhan asupan protein hewani selain daging yang lebih
terjangkau bagi masyarakat menengah ke bawah.

RPJMD Provinsi Kalimantan Utara Tahun 2016-2021 II - 243


13. Produksi Daging Ternak Unggas
Produksi daging unggas menggambarkan ketersediaan asupan protein hewani yang
tersedia di suatu wilayah. Asupan protein hewani selain dari daging sapi dan sejenisnya
dapat dipenuhi dari daging unggas. Protein hewani mampu menyediakan kebutuhan asam
amino esensial yang tidak dapat dipenuhi dari protein nabati. Selain itu, protein hewani
juga merupakan sumber utama mineral Ca, P, Zinc, Fe serta vitamin B2, B6,dan B12yang
penting bagi tubuh manusia.
Tabel 2.3.3.C.18
Total Produksi Daging Ternak Unggas per Kabupaten/Kota Tahun 2010-2015 (Ton)
Provinsi Kalimantan Utara
Kabupaten/ Produksi Daging Ternak Unggas (Ton)
Jenis Ternak
Kota 2010 2011 2012 2013 2014 2015
Bulungan na na na 221,90 385,80 424,30
Malinau na na na 142,90 126,40 139,00
Nunukan na na na 81,00 67,30 74,00
Ayam Kampung
Tana Tidung na 3,60 1,13 4,20 5,60 6,20
Tarakan 5,96 21,58 40,60 744,50 749,80 824,80
Kalimantan Utara 5,96 25,18 41,73 1.194,50 1.334,90 1.468,30
Bulungan na na na 585,00 588,70 618,10
Malinau na na na 26,00 93,20 97,90
Nunukan na na na 337,60 72,70 76,30
Ayam Pedaging
Tana Tidung na 1,16 3,20 45,20 31,30 32,80
Tarakan 2.120,70 2.300,27 2.813,54 3.315,30 2.606,70 2.737,10
Kalimantan Utara 2.120,70 2.301,43 2.816,74 4.309,10 3.392,60 3.562,20
Bulungan na na na 0,00 0,00 0,00
Malinau na na na 0,00 0,00 0,00
Nunukan na na na 4,10 11,30 11,30
Ayam Petelur
Tana Tidung na 0,00 na 0,00 0,00 0,00
Tarakan 13,06 2,24 1,95 10,10 9,00 9,00
Kalimantan Utara 13,06 2,24 1,95 14,20 20,30 20,30
Bulungan na na na 1,90 2,60 2,80
Malinau na na na 9,00 5,90 6,20
Nunukan na na na 9,70 5,60 5,90
Itik
Tana Tidung na 0,57 1,14 0,80 0,90 0,90
Tarakan 4,92 1,88 7,94 7,30 0,00 0,00
Kalimantan Utara 4,92 2,45 9,08 28,70 15,00 15,80
Sumber:
1) Dinas Pertanian Kehutanan Ketahanan Pangan Provinsi Kalimantan Utara Tahun 2016
2) Kabupaten Bulungan dalam Angka 2011, 2012, 2013
3) Kabupaten Malinau dalam Angka 2011, 2012, 2013
4) Kabupaten Nunukan dalam Angka 2011, 2012, 2013
5) Kabupaten Tana Tidung dalam Angka 2012, 2013
6) Kota Tarakan dalam Angka 2011, 2012, 2013

Produksi daging ayam kampung dan ayam pedaging terus menunjukkan peningkatan
produksi selama enam tahun terakhir. Sementara produksi daging ayam petelur cenderung
mengalami naik turun selama enam tahun terakhir. Secara keseluruhan rata-rata produksi
daging unggas di Provinsi Kalimantan Utara masih jauh di bawah rata-rata produksi
Provinsi Kalimantan Timur, tren kenaikan produksi daging unggas perlu terus ditingkatkan
guna memenuhi kecukupan protein hewani dalam rangka pemenuhan ketersediaan pangan
untuk meningkatkan nilai gizi dari sumber bahan pangan yang dikonsumsi masyarakat.

RPJMD Provinsi Kalimantan Utara Tahun 2016-2021 II - 244


14. Tipe Iklim di Provinsi Kalimantan Utara
Tipe iklim di Kalimantan Utara dapat diidentifikasi dengan menggunakan dua
metode. Pertama yakni klasifikasi iklim menggunakan sistem Schmidt dan Fergusson.
Sistem ini didasarkan atas nilai Q, yakni rerata jumlah bulan kering dibagi rerata jumlah
bulan basah. Penggolongan bulan kering dan bulan basah ini mengikuti penggolongan Mohr,
dimana:
1. Jika jumlah curah hujan dalam satu bulan lebih dari 100 mm maka digolongkan ke
dalam bulan basah
2. Jika jumlah curah hujan dalam satu bulan antara 60-100 mm maka digolongkan ke
dalam bulan lembab
3. Jika jumlah curah hujan dalam satu bulan kurang dari 60 mm maka digolongkan ke
dalam bulan kering

Metode yang kedua yakni dengan sistem klasifikasi Oldeman, dimana metode ini
lebih menekankan pada hubungan iklim dan tanaman yang didasarkan pada kebutuhan
curah hujan untuk tanaman padi dan palawija. Oldeman menggolongkan zone iklim dengan
bantuan segitiga agroklimat menurut jumlah bulan basah dan jumlah bulan kering yang
berurutan. Melalui sistem ini, dapat ditentukan pola tanam yang cocok di Provinsi
Kalimantan Utara. Adapun penggolongan bulan basah dan bulang kering menurut Oldeman
sebagai berikut:
1. Jika rata-rata curah hujan dalam satu bulan > 200 mm maka termasuk ke dalam
bulan basah
2. Jika rata-rata curah hujan dalam satu bulan antara 100-200 mm maka termasuk ke
dalam bulan lembab
3. Jika rata-rata curah hujan dalam satu bulan < 100 mm maka termasuk ke dalam
bulan kering
Tabel 2.3.3.C.19
Kondisi Curah Hujan Tahun 2010-2014 (mm)
Provinsi Kalimantan Utara
Bulan ke-
Tahun
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12
2010 348,48 158,08 199,3 197,44 379,68 168,9 314,58 295,3 288,2 291,48 270,62 323,72
2011 349,22 276,54 386,18 221,92 354,04 356,24 276,08 371,06 193,34 299,24 283,06 363,98
2012 293,04 184,16 384,94 198,66 315,12 244,48 186,72 289,04 269,5 232,48 565,7 232,06
2013 246,1 332,8 386 399,7 453,8 345,1 557,3 188,6 382,3 278,2 400,8 493,6
2014 216 172 218 159 181 211 263 132 230 149 315 410

RPJMD Provinsi Kalimantan Utara Tahun 2016-2021 II - 245


Tabel 2.3.3.C.20
Klasifikasi Iklim menurut Schmidt dan Fergusson Tahun 2010-2014
Provinsi Kalimantan Utara
Bulan ke- Jumlah
Bulan Bulan Bulan
Tahun Q
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 Basah Lembab Kering
(BB) (BL) (BK)
2010 BB BB BB BB BB BB BB BB BB BB BB BB 12 0 0 0
2011 BB BB BB BB BB BB BB BB BB BB BB BB 12 0 0 0
2012 BB BB BB BB BB BB BB BB BB BB BB BB 12 0 0 0
2013 BB BB BB BB BB BB BB BB BB BB BB BB 12 0 0 0
2014 BB BB BB BB BB BB BB BB BB BB BB BB 12 0 0 0
Sumber: Hasil Analisis, 2016

Tabel 2.3.3.C.21
Klasifikasi Iklim menurut Oldeman Tahun 2010-2014
Provinsi Kalimantan Utara
Bulan ke- Jumlah
Bulan Bulan Bulan
Tahun
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 Basah Lembab Kering
(BB) (BL) (BK)
2010 BB BL BL BL BB BL BB BB BB BB BB BB 8 4 0
2011 BB BB BB BB BB BB BB BB BL BB BB BB 11 1 0
2012 BB BL BB BL BB BB BL BB BB BB BB BB 9 3 0
2013 BB BB BB BB BB BB BB BL BB BB BB BB 11 1 0
2014 BB BL BB BL BL BB BB BL BB BL BB BB 7 5 0
Rata Rata 9 3 0
Sumber: Hasil Analisis, 2016

Berdasarkan klasifikasi Schmidt dan Fergusson, Provinsi Kalimantan Utara memiliki


nilai Q < 14,3% sehingga termasuk ke dalam Tipe Iklim A dengan kondisi wilayah sangat
basah (Hutan Hujan Tropis). Adapun menurut klasifikasi Oldeman, hasil analisis
menunjukkan Provinsi Kalimantan Utara memiliki jumlah bulan basah sembilan dengan
jumlah bulan kering tiga. Maka berdasarkan klasifikasi system Oldeman, Provinsi
Kalimantan Utara termasuk ke dalam tipe iklim B2. Sistem pertanian dengan daerah yang
memiliki tipe iklim B2 cocok untuk ditanami padi sebanyak dua musim tanam dan pada
musim kemarau ditanami palawija. Maka pola tanam yang cocok adalah padi-padi-
palawija.

15. Kontribusi Sektor Pertanian, Kehutanan, Perikanan terhadap PDRB


PDRB merupakan jumlah nilai tambah barang dan jasa yang dihasilkan dari seluruh
kegiatan perekonomian di seluruh daerah dalam tahun tertentu. Kontribusi sektor
pertanian di tiap tiap kabupaten/kota berada di kisaran angka belasan persen. Akan tetapi
khusus di Kabupaten Nunukan dan Kabupaten Tana Tidung, memberi kontribusi sektor yang
besar dengan angka sekitar 20-33 persen.

RPJMD Provinsi Kalimantan Utara Tahun 2016-2021 II - 246


Tabel 2.3.3.C.22
Kontribusi Sektor Pertanian, Kehutanan dan Perikanan terhadap PDRB (ADHK 2010)
Tahun 2010-2014 di Provinsi Kalimantan Utara
Kabupaten/Kota 2010 2011 2012 2013 2014
Bulungan 19,49 18,87 18,44 17,70 16,59
Malinau 19,19 16,95 15,87 12,98 11,39
Nunukan 19,51 19,74 20,13 20,89 21,54
Tana Tidung 28,55 32,32 31,53 31,37 33,37
Tarakan 12,28 13,15 12,76 12,59 12,93
Kalimantan Utara 17,86 17,94 17,53 17,07 17,01
Sumber:
1) DISPERINDAGKOP Provinsi Kalimantan Utara Tahun 2016

Nilai tambah yang dihasilkan dari sektor pertanian, kehutanan dan perikanan untuk
Kabupaten Nunukan, Kabupaten Tana Tidung, dan Kota Tarakan relatif stabil walaupun
terjadi fluktuasi tetapi tidak terlalu signifikan. Hanya Kabupaten Malinau dan Kabupaten
Bulungan yang menunjukkan penurunan selama lima tahun terakhir. Kondisi ini secara
langsung berdampak pada nilai PDRB total dimana mengalami tren yang cenderung turun
meskipun pada tahun 2011 sempat mengalami kenaikan sebesar 0.45 % menjadi 17,94 %.

16. Kontribusi Subsektor Pertanian, Peternakan, Perburuan dan Jasa terhadap PDRB
Subsektor pertanian, peternakan, perburuan dan jasa merupakan subsektor yang
memiliki peranan penting di masing-masing kabupaten/kota di Provinsi Kalimantan Utara.
Tabel 2.3.3.C.23
Kontribusi Subsektor Pertanian, Peternakan, Perburuan, dan Jasa terhadap PDRB (ADHK 2010)
Tahun 2010-2014 di Provinsi Kalimantan Utara
Kabupaten/Kota 2010 2011 2012 2013 2014
Bulungan 9,17 8,98 9,37 8,95 8,07
Malinau 4,91 5,00 4,82 3,98 3,43
Nunukan 8,19 8,19 8,15 8,17 8,08
Tana Tidung 1,28 1,41 1,45 1,48 1,47
Tarakan 4,67 4,68 4,50 4,34 4,10
Kalimantan Utara 6,26 6,26 6,27 6,00 9,89
Sumber:
1) DISPERINDAGKOP Provinsi Kalimantan Utara Tahun 2016

Kontribusi subsektor ini terhadap PDRB di Provinsi Kalimantan Utara dari tahun
2010-2014 ternyata mengalami kenaikan. Pada tahun 2010-2012 kenaikan yang dialami
sangat sedikit, berbeda dengan pertambahan dari tahun 2013-2014 yang meningkat hingga
3,89%. Meski demikian, kontribusi subsektor pertanian pernah mengalami penurunan di
tahun 2013 yakni sebesar 0,27%. Kondisi yang cenderung naik ini perlu dijaga
konsistensinya guna menjaga peranan penting subsektor pertanian dalam perekonomian
daerah bagi masing-masing kabupaten/kota di Provinsi Kalimantan Utara.

RPJMD Provinsi Kalimantan Utara Tahun 2016-2021 II - 247


D. Kehutanan
1. Kondisi Umum Hutan di Kalimantan Utara
Hutan mempunyai tiga fungsi pokok, yaitu fungsi lindung, fungsi konservasi, dan
fungsi produksi. Hutan negara ditetapkan pemerintah melalui UU No. 41 tahun 1999
tentang Kehutanan berdasarkan tiga fungsi pokok tersebut sebagai Hutan Lindung (HL),
Hutan Konservasi (HK) yang terbagi atas Kawasan Suaka Alam (KSA) dan Kawasan
Pelestarian Alam (KPA), dan Hutan Produksi yang terbagi atas Hutan Produksi Tetap (HP),
Hutan Produksi Terbatas (HPT), dan Hutan Produksi Konversi (HPK). Luas wilayah kawasan
hutan Kalimantan Utara berdasarkan Keputusan Menteri Kehutanan RI Nomor:
SK.718/Menhut-II/2014 tentang Kawasan Hutan Provinsi Kalimantan Timur dan Provinsi
Kalimantan Utara sekitar 5.629.110 ha atau 74,59 % dari luas daratan Provinsi Kalimantan
Utara 75.467,70 km2. Di antara kabupaten/kota yang ada di provinsi ini, Kabupaten
Malinau merupakan kabupaten terluas baik ditinjau dari wilayah maupun kawasan
hutannya (sekitar 48,38 %). Hutan Produksi Terbatas merupakan kawasan hutan yang
paling luas diantara bentuk kawasan hutan lainnya yaitu sekitar 2.195.329 ha (sekitar
39%).
Tabel 2.3.3.D.1
Luas dan Sebaran Kawasan Hutan di Kabupaten/Kota Provinsi Kalimantan Utara
Kabupaten/ Luas
KSA/KPA HL HPT HP HPK Luas Kawasan Hutan**
No Kota/ Wilayah*
Provinsi (ha) (ha) (ha) (ha) (ha) (ha) (ha) (%)
1 Bulungan 1.392.572 0 206.717 426.369 256.655 5.586 895.327 11,86
2 Tarakan 25.080 0 6.997 0 0 0 6.997 0,09
3 Nunukan 1.384.190 269.677 156.2 189.061 274.432 13.514 902.884 11,96
4 Malinau 4.262.070 998.862 685.856 1.570.815 364.811 30.474 3.650.818 48,38
5 Tana tidung 482.858 0 0 9.084 154.48 9.52 173.084 2,29
Kalimantan Utara 7.546.770 1.268.539 1.055.770 2.195.329 1.050.378 59.094 5.629.110 74,59
Sumber: * Undang-undang RI Nomor 20 Tahun 2012 (termasuk luas wilayah perairan)
** Keputusan Menteri Kehutanan RI Nomor: SK.718/Menhut-II/2014
Rencana Kehutanan Tingkat Provinsi Kalimantan Utara (RKTP)

HL,HK, HP, dan HPT ditetapkan pemerintah sebagai hutan tetap yang hanya dapat
dipergunakan untuk kegiatan kehutanan atau lewat Ijin Pinjam Pakai Kawasan Hutan
(IPPKH). HPK dan Area Penggunaan Lain (APL) dapat dicadangkan untuk kegiatan
pemanfaatan lain, misalnya pertanian dan perkebunan yang kewenangan pelepasan
kawasan ada di menteri untuk HPK dan bupati untuk APL. Hal tersebut terkait dengan
rencana pengelolaan kawasan perbatasan, pengelolaan kawasan lindung, dan pengelolaan
kawasan budidaya yang termasuk kedalam raung lingkup program-program kegiatan HOB
atau Kawasan Jantung Borneo.

RPJMD Provinsi Kalimantan Utara Tahun 2016-2021 II - 248


Gambar 2.3.3.D.1
Peta Kawasan Hutan Provinsi Kalimantan Utara
Sumber : Rencana Kehutanan Tingkat Provinsi (RKTP) Kalimantan Utara

RPJMD Provinsi Kalimantan Utara Tahun 2016-2021 II - 249


Jantung Kalimantan atau Borneo (Heart of Borneo/HoB) telah disepakati dan
dideklarasikan oleh tiga negara tersebut sebagai kawasan penting untuk konservasi
keanekaragaman hayati dan penerapan prinsip pembangunan berkelanjutan. Pemerintah
Indonesia telah menetapkan kawasan Jantung Kalimantan menjadi Kawasan Strategis
Nasional (KSN) melalui UU No. 26 Thn. 2007 tentang Penataan Ruang, PP No. 26 Tahun
2008 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Nasional di bawah koordinasi Kemenko Bidang
Perekonomian. Pemerintah Provinsi Kalimantan Utara sendiri telah menetapkan Kelompok
Kerja (Pokja) HoB untuk berkoordinasi di tingkat provinsi melalui Peraturan Gubernur
Wilayah HoB yang termasuk ke dalam wilayah Provinsi Kalimantan Utara meliputi sebagian
wilayah di Kab. Malinau, Kab. Nunukan, dan Kab. Bulungan.

Gambar 2.3.3.D.2
Peta Wilayah Heart of Borneo
Sumber: Kementian Agraria dan Tata Ruang/BPN

Ada lima program utama yang telah dibahas oleh tiga negara dalam rangka
pengelolaan kawasan HoB yaitu program kerjasama konservasi lintas batas negara.
Program kedua difokuskan pada pengelolaan kawasan konservasi yang lebih efektif.
Dimana dalam program ini konektivitas kawasan konservasi dan pengelolaan kawasan
tersebut dapat dilakukan secara efektif dan partisipatif bersama masyarakat setempat.
Program ketiga lebih difokuskan kepada pengelolaan sumber daya alam secara

RPJMD Provinsi Kalimantan Utara Tahun 2016-2021 II - 250


berkelanjutan. Program keempat difokuskan untuk pengembangan ecotourism dimana
kawasan HoB dapat mengembangkan infrastruktur yang mengarah kepada pengembangan
ekowisata sebagai salah satu kegiatan ekonomi dari jasa lingkungan. Program kelima
adalah pengembangan kapasitas staf dalam rangka mencapai perwujudkan program-
program yang telah ditetapkan.

2. Pemanfaatan Hasil Hutan


Hasil hutan kayu dan non kayu dimanfaatkan secara optimal agar dapat
memberikan kontribusi didalam pembangunan dan kesejateraan masyarakat. Hasil hutan
kayu dalam skala besar dapat diusahakan lewat Izin Usaha Pemanfaatan Hasil Hutan Kayu
di hutan alam (IUPHHK-HA) maupun hutan tanaman (IUPHHK-HT) oleh perusahaan swasta
dan negara. Namun, agar hasil hutan dapat dimanfaatkan dalam jangka panjang dalam
aspek ekonomi maupun ekologi maka hutan harus dikelola dalam praktek pengelolaan
secara lestari. Pemerintah mewajibkan (mandatory) pengelolaan hutan lestari lewat
sertifikasi PHPL/SVLK (Pengelolaan Hutan Produksi Lestari-Sistem Verifikasi Legalitas
Kayu).
Total luas konsensi IUPHHK-HA pada tahun 2015 berdasarkan data Dinas Pertanian,
Kehutanan, dan Ketahanan Pangan Provinsi Kalimantan Utara seluas 2.378.934,71 Ha yang
dikelola oleh 31 perusahaan dan tersebar di kawasan Hutan Produksi, Hutan Produksi
Terbatas, dan Hutan Lindung (Inhutani II Sub Sei Tubu). Luas konsensi IUPHHK-HA yang
masih aktif sebesar 1.572.916,71 Ha dari 24 perusahaan swasta dan negara. Dari jumlah
tersebut baru empat belas perusahan yang diketahui telah bersertifikasi PHPL/SVLK.
Tabel 2.3.3.D.2
Jumlah IUPHHK Hutan Alam Tahun 2015 di Provinsi Kalimantan Utara
Jumlah IUPHHK-HA
Kabupaten/Kota Luas (Ha)
(Aktif)
Bulungan 3 131.110
Malinau 10 499.849,71
Nunukan 3 187.940
Tana Tidung 0 0
Tarakan 0 0
Lintas Wilayah 8 754.017
Prov. Kalimantan Utara 24 1.572.916,71
Sumber : Dinas Pertanian, Kehutanan, dan Ketahanan Pangan Provinsi Kalimantan Utara

Berdasarkan data dari website sipuhh.dephut.net, produksi Kayu Bulat yang


dihasilkan dari IUPHHK-HA di Provinsi Kalimantan Utara secara keseluruhan terjadi
peningkatan sejak pemisahan dari Provinsi Kalimantan Timur. Namun, data yang tercakup
di sistem informasi tersebut hanya perusahaan yang sudah mengikuti sistem online
sehingga masih terdapat hasil produksi kayu beberapa perusahaan yang belum tercatat.
Jumlah produksi kayu bulat dari tahun 2009-2015 dapat dilihat pada tabel di bawah ini.

RPJMD Provinsi Kalimantan Utara Tahun 2016-2021 II - 251


Tabel 2.3.3.D.3
Produksi Kayu Bulat Tahun 2009 2015 di Provinsi Kalimantan Utara
KABUPATEN/ 2009 2010 2011 2012 2013 2014 2015
#
KOTA Batang M3 Batang M3 Batang M3 Batang M3 Batang M3 Batang M3 Batang M3
1 Bulungan 12,150 65,968.04 41,903 236,319.95 20,098 99,953.11 21,077 111,529.48 37,419 191,956.99 36,023.00 167,161.12 55,287 253,803.36
2 Malinau 10,171 47,528.53 9,651 50,630.78 29,880 178,101.37 12,668 81,566.12 8,765 48,957.36 22,619 100,651.25 45,140 206,258.02
3 Nunukan 12,271 39,732.33 23,232 101,830.13 19,318 79,561.47 18,838 78,549.39 26,679 114,242.75 28,607 128,541.24 22,843 102,056.15
4 Tana Tidung 0 0 0 0 0 0 20,469 104,976.69 0 0 24,009 126,829.39 22,871 123,065.90
5 Tarakan 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
Jumlah 34,592 153,229 74,786 388,781 69,296 357,616 73,052 376,622 72,863 355,157 111,258 523,183 146,141 685,183
S
umber : http://sipuhh.dephut.net

Pengusahaan hutan skala besar dilakukan juga Izin Usaha Pemanfaatan Hutan Kayu
dalam bentuk hutan tanaman industri (IUPHHK-HTI). Berdasarkan data dari Dinas
Pertanian, Kehutanan, dan Ketahanan Pangan pada tahun 2015 terdapat empat
perusahaan swasta yang bergerak di bidang HTI dengan total luas konsensi 262.246 Ha.
Dua perusahaan terdapat di Kabupaten Bulungan dengan luas konsensi 18.375 Ha
sedangkan dua lainnya merupakan perusahaan lintas wilayah dengan luas konsensi 243.871
Ha.
Potensi produksi kayu masih berpotensi ditingkatkan dengan pengelolaan hutan
oleh KPHP (Kesatuan Pengelolaan Hutan Produksi) pada kawasan yang belum terbebani izin
pemanfaatan pada seluruh kawasan hutan produksi (HP dan HPT). Pengusahaan hutan
skala kecil dapat ditingkatkan pula untuk membuka peran serta dan akses masyarakat
terhadap kawasan hutan dengan berbagai skema (HTR, HKM, HD). Selain itu, apabila
potensi kebocoran hasil hutan seperti illegal logging ditekan seminimal mungkin maka
potensi produksi ini dapat meningkat.

3. Pendapatan Negara Bukan Pajak Sektor Kehutanan


Jenis Pendapatan Negara Bukan Pajak (PNBP) dari sektor kehutanan berasal dari
Sumber Daya Alam dan Non Sumber Daya Alam. Jenis PNBP dari Sumber Daya Alam non
Migas menghasilkan PNBP seperti Dana Reboisasi (DR), Provisi Sumber Daya Hutan (PSDH),
Iuran Izin Usaha Pemanfaatan Hutan (IIUPH), Penggunaan Kawasan Hutan (PKH),
Pendapatan Kegiatan Perbenihan. Jenis PNBP non SDA menghasilkan PNBP seperti PNBP
dari PHKA (wisata alam, perburuan, pemanfaatan tumbuhan dan satwa liar, dll.) dan
pendapatan lainnya. Satu lagi sumber PNBP kehutanan berasal dari Badan Layanan Umum
(BLU).

RPJMD Provinsi Kalimantan Utara Tahun 2016-2021 II - 252


Tabel 2.3.3.D.4
PNBP yang bersumber dari PSDH (Provisi Sumber Daya Hutan) Tahun 2009-2015
di Provinsi Kalimantan Utara
KABUPATEN
2009 2010 2011 2012 2013 2014 2015
/KOTA
Bulungan 3,726,728,233 13,716,529,150 6,001,072,062 6,192,417,658 11,555,205,875 10,103,494,479 18,727,058,730
Malinau 1,551,174,876 4,030,037,184 9,672,813,147 5,967,238,131 2,920,920,610 6,034,549,169 14,761,097,510
Nunukan 2,316,258,000 5,439,819,480 4,813,027,560 4,156,129,926 6,508,640,630 7,399,836,940 8,338,178,100
Tana Tidung 0 0 0 3,706,184,542 2,259,404,412 7,001,135,392 9,705,999,450
Tarakan 0 0 0 0 0 0 0
Kaltara 7,594,163,118 23,186,387,824 20,486,914,780 20,021,972,269 23,244,173,540 30,539,017,994 51,532,335,805
Sumber : http://sipuhh.dephut.net

Berdasarkan tabel di atas, PNBP dari PSDH dalam tren yang terus meningkat.
Peningkatan tersebut sesuai dengan keadaan produksi kayu bulat dalam beberapa tahun
setelah pemisahan dari provinsi induk. Begitupun PNBP yang berasal dari DR di Kalimantan
Utara juga dalam kondisi yang sama dengan kondisi di atas.
Tabel 2.3.3.D.5
PNBP yang bersumber dari DR (Dana Reboisasi) Tahun 2009 2015 di Provinsi Kalimantan Utara
KABUPATEN
2009 2010 2011 2012 2013 2014 2015
/KOTA
Bulungan 1,009,106.69 3,710,226.21 1,617,280.15 1,675,568.05 3,164,034.41 2,588,350.57 4,144,146.29
Malinau 416,285.23 1,087,236.42 2,616,374.25 1,454,140.07 804,875.03 1,643,930.62 7,540,047.85
Nunukan 625,851.18 1,484,339.32 1,310,358.87 1,130,336.22 1,783,230.97 1,879,574.73 1,851,497.46
Tana Tidung 0 0 0 1,004,030.18 615,129.15 1,807,032.24 2,176,297.30
Tarakan 0 0 0 0 0 0 0
Kaltara 2053252.1 6283811.95 5546024.27 5266086.52 6369282.56 7920902.16 15714003.9
Sumber : http://sipuhh.dephut.net

Perimbangan PNBP SDA Kehutanan terbagi antara pemerintah pusat, provinsi, dan
kabupaten. Prosentase pembagian PNBP diatur berdasarkan UU No 33 tahun 2004 tentang
Perimbangan Keuangan antara Pemerintah Pusat dan Pemda dan PP No 55 tahun 2005
tentang Dana Perimbangan. Prosentase pembagian PNBP tersebut dapat diihat dari tabel
berikut ini.
Tabel 2.3.3.D.6
Perimbangan Pembagian PNBP Kehutanan
Kabupaten
PNBP Pemerintah Pusat Pemerintah Provinsi Kabupaten Lainnya
Penghasil
DR 60 % - -
PSDH 20 % 16 % 40 % 32 %
IIUPH 20 % 16 % 32 % -
PKH 100 % - 64 % -
Sumber :
1. UU No. 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan Antara Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah
2. PP No. 55 Tahun 2005 tentang Dana Perimbangan

RPJMD Provinsi Kalimantan Utara Tahun 2016-2021 II - 253


4. Rehabilitasi Hutan dan Lahan Kritis
Berdasarkan data dari BPDAS Mahakam Berau yang ditetapkan pada tahun 2015 luas
lahan kritis pada tahun 2013 di wilayah kerjanya seluas 2.053.821 Ha. Selama kurun waktu
2009-2013 telah terjadi pertambahan luas lahan kritis sebesar 493.089,9 Ha. Lahan kritis
yang dimaksud adalah lahan yang termasuk kedalam kriteria agak kritis, kritis, dan sangat
kritis dalam pengkelasan dari BPDAS sebagai instansi yang berwenang. Data luas lahan
kritis dapat dilihat dari tabel dibawah ini.
Tabel 2.3.3.D.7
Luas Lahan Kritis Tahun 2009 dan 2013 di Provinsi Kalimantan Utara
Kategori 2009 2013 BP DAS Mahakam Berau 2013
Agak Kritis 1.378.918,15 2.024.451 8.731.225
Kritis 179.414,66 245,215 1.023.389
Sangat Kritis 2.398,51 29.125 76.359
Total 1.560.731,32 2.053.821 9.830.973
Sumber:
- Statistik BPDAS Mahakam Berau 2009 (Lahan Kritis 2009 ditetapkan 2010)
- Direktorat PEPDAS, Ditjen BPDASPS Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (Lahan Kritis 2013 ditetapkan 2015)

Upaya rehabilitasi hutan dan lahan kritis yang telah dilakukan tidak mempunyai
ukuran yang jelas apabila dilihat dari persentase kegiatan rehabilitasi terhadap luas lahan
kritis yang ada. Selama tahun 2009 - 2013 kegiatan rehabilitasi tiap tahunnya tidak lebih
dari satu persen dari luas lahan kritis. Akibatnya, tingkat keberhasilan upaya rehabilitasi
tidak terlihat namun malah terjadi pertambahan luas lahan kritis di Provinsi Kalimantan
Utara. Hal tersebut bisa terjadi akibat kegiatan logging dan tambang yang tidak
mengindahkan pengelolaan hutan secara lestari, kebakaran hutan, ladang berpindah, dan
kegiatan lainnya sehingga menyebabkan luas lahan kritis terus bertambah.

RPJMD Provinsi Kalimantan Utara Tahun 2016-2021 II - 254


Gambar 2.3.3.D.3
Peta Kekritisan Lahan di Provinsi Kalimantan Utara
Sumber :Dinas Kehutanan Provinsi Kalimantan Timur, 2014 dalam RPJP Kalimantan Utara

Berbeda dengan kondisi hutan dan lahan kritis yang terus meningkat, tingkat
kerusakan hutan di Kalimantan Utara dalam tren menurun. Tingkat kerusakan hutan di
Provinsi Kalimantan Utara berkisar antara 0,05 - 9,92 Ha dalam tren yang menurun secara
keseluruhan namun apabila dilihat dari di tiap kabupaten terjadi peningkatan kerusakan
pada kawasan hutan Tarakan.

5. Kesatuan Pengelolaan Hutan


Pembentukan Kesatuan Pengelolaan Hutan (KPH) adalah wujud dari upaya
pemisahan fungsi regulator (administrator) dan operator (pengelola di tingkat tapak)
didalam pengelolaan hutan secara profesional. Terdapat tiga jenis KPH, KPH Produksi dan

RPJMD Provinsi Kalimantan Utara Tahun 2016-2021 II - 255


KPH Lindung yang dikelola oleh daerah sedangkan KPH Konservasi dikelola langsung oleh
kementrian (balai TN dan KSDA). KPH Produksi diarahkan untuk melaksanakan program
bina produksi dan usaha kehutanan. KPH Lindung termasuk didalamnya DAS mempunyai
diarahkan untuk melaksanakan program bina pengelolaan DAS, Hutan Lindung, dan
Perhutanan Sosial. KPH Konservasi diarahakan dalam melaksanakan program pengelolaan
hutan konservasi dan biodiversity. Dalam pengelolaan oleh KPH akan
dipetakan/diinventarisir dan dikembangkan keseluruhan potensi kayu, non kayu,
biodiversity, dan jasa lingkungan yang ada di kawasan hutan.
Tabel 2.3.3.D.8
Rancang Bangun dan Perkembangan Wilayah KPH Produksi dan Lindung
Provinsi Kalimantan Utara
Kabupaten Jumlah KPHP/L
Keterangan

/Kota (ha)
Bulungan 3 unit KPHP (luas total KPHP Kayan merupakan KPHP-Model berdasarkan SK Menhut


911.800 ha) Nomor: 223/Menhut-II/2012 (luas 487.842 ha)
Malinau 5 unit KPHP (luas total KPHP Malinau I merupakan KPHP-Model berdasarkan SK

2 unit KPHP dan 1 unit KPHL


2.671.681 ha) Menhut Nomor: 224/Menhut-II/2012
Nunukan Belum ada KPH Model

Tana Tidung
(luas total 655.981 ha)
2 unit KPHP (luas total Belum ada KPH Model

1 unit KPHL (luas total 4.623


189.263 ha)
Tarakan KPHL Tarakan merupakan KPHL-Model berdasarkan SK


ha) Menhut Nomor 783/Menhut-II/2009 (luas 4.623 ha)
Total

2 unit KPHL Terdapat 3 unit KPH-Model dengan luas yang ditetapkan
12 unit KPHP Kementerian Kehutanan tidak sama dengan yang diajukan
Sumber : Rencana Kehutanan Tingkat Provinsi Kalimantan Utara

Secara ringkas dapat dikatakan bahwa Dinas Kehutanan (atau instansi setara yang
memiliki tupoksi di bidang kehutanan) di provinsi/kabupaten/kota memiliki peran
pengurusan, sedangkan KPH melakukan pengelolaan hutan. Berdasarkan Peraturan Menteri
Dalam Negeri No. P.61 tahun 2010, maka KPHP/L merupakan SKPD atau bukan UPTD dan
bertanggung jawab langsung kepada kepala daerah (Gubernur/Bupati/Walikota). Konsep
KPH sebagai BLUD atau SKPD perlu dimatangkan kembali namun yang lebih penting adalah
segera dimulainya pengelolaan hutan berbasis KPH sehingga seluruh kawasan hutan dapat
segera dimanfaatkan untuk kepentingan masyarakat luas.

E. Energi dan Sumber Daya Mineral


1. Pertambangan Tanpa Ijin
Indikator bidang energi dan sumberdaya mineral menurut Permendagri No. 54
tahun 2010 meliputi: 1) penambangan tanpa ijin dan 2) kontribusi sektor pertambangan
terhadap PDRB. Indikator penambangan tanpa ijin yang tersedia adalah batubara, dimana
data penambangan tanpa ijin diolah dari Kabupaten Bulungan, Malinau dan Kota Tarakan
dari tahun 2008 hingga 2013. Indikator penambangan tanpa ijin merupakan perbandingan

RPJMD Provinsi Kalimantan Utara Tahun 2016-2021 II - 256


antara area penambangan tanpa ijin yang dapat ditertibkan dengan seluruh area
penambangan tanpa ijin total dikalikan 100%. Data penambangan tanpa ijin masih
menggunakan data yang ada untuk penyusunan Rencana Pembangunan Jangka Panjang
Daerah Provinsi Kalimantan Utara tahun 2014. Dari gambar dibawah terlihat adanya
peningkatan aktivitas penambangan tanpa ijin pada tahun 2009, 2011, dan 2013 yang
terjadi di ketiga kabupaten tersebut, sedangkan tahun 2010 hingga tahun 2012 terjadi
penurunan penambangan tanpa ijin.
Akibat aktivitas pertambangan tanpa ijin ini akan meninggalkan permasalahan
seperti: 1) kerusakan lingkungan akibat pembukaan lahan yang berdampak terhadap
kehidupan flora dan fauna, karena penambangan tanpa ijin tidak mempunyai Ijin Usaha
Pertambangan (IUP) dan mereka tidak bisa melakukan reklamasi area pertambangan; 2)
meluasnya area penambangan tanpa ijin yang tidak bisa ditertibkan; 3) terbentuknya air
asam akibat pembuangan limbah sedimen yang banyak mengandung sulfur/H2S yang akan
berpengaruh terhadap air tanah dan air permukaan; 4) kerusakan infrastruktur jalan
akibat pengangkutan batubara yang melebihi kapasitas muatan; 5) peningkatan
penambangan tanpa ijin akibat permintaan batubara dunia untuk kepentingan industri
meningkat, sehingga harus ada regulasi dalam lapangan kerja terkait dengan penambangan
batubara tanpa ijin.
Tabel 2.3.3.E.1
Produksi Batubara Tahun 2010 2014 Provinsi Kalimantan Utara (Ton)
Kabupaten 2010 2011 2012 2013 2014
Bulungan 3.387.417,88 4.110.487,86 9.379.123,00 9.713.810,71 9.769.517,00
Malinau 1.894.757,43 2.140.267,30 2.443.766,77 3.065.207,57 4.027.947,84
Nunukan 3.416.828,18 3.447.153,00 4.128.165,00 5.197.029,00 10.723.578,00
Tana Tidung 4.928.213,43 4.309.850,60 4.011.397,13 5.335.291,31 6.373.284,31
Tarakan - - - - -
KALTARA BPS 13.627.216,92 14.007.758,76 19.962.451,90 23.311.338,59 30.894.327,15
KALTARA ESDM 8.703.910,82 14.010.928,76 19.776.259,90 23.311.338,59 17.842.442,00
Sumber :
1. Kabupaten Bulungan Dalam Angka 2011 2015
2. Kabupaten Malinau Dalam Angka 2011 2015
3. Kabupaten Nunukan Dalam Angka 2011 2015
4. Kabupaten Tana Tidung Dalam Angka 2012; 2013; 2015
5. Dinas Energi dan Sumber Daya Mineral Provinsi Kalimantan Utara

Produksi batu bara di Provinsi Kalimantan Utara diolah melalui data yang diperolah
dari GPS meliputi Kabupaten Bulungan, Kabupaten Malinau, Kabupaten Nunukan, dan
Kabupaten Tana Tidung Dalam Angka tahun 2010 2014. Terdapat peningkatan produksi
batubara di Kabupaten Bulungan tahun 2010 2011 walaupun tidak signifikan diantara
tahun 2010 2011 dan tahun 2012 2014. Tahun 2012 baru terlihat peningkatan yang
signifikan. Di kabupaten Nunukan setiap tahun mengalami peningkatan jumlah produksi
tetapi peningkatan yang sangat siginifikan terjadi tahun 2014 yang mencapai 10 juta
metrik ton yang sebelumnya hanya mencapai 5 juta metrik ton. Penurunan jumlah

RPJMD Provinsi Kalimantan Utara Tahun 2016-2021 II - 257


produksi batubara selama kurun waktu tahun 2010 2014 hanya terjadi di Kabupaten Tana
Tidung yang terjadi tahun 2010 2012 walaupun penurunan jumlahnya tidak banyak.
Tetapi tahun berikutnya produksi batubara Tana Tidung kembali mengalami peningkatan.
Secara umum dalam lingkup Provinsi Kalimantan Utara, produksi batubara terus
mengalami peningkatan setiap tahunnya selama kurun waktu tahun 2010 2014.
Peningkatan produksi batubara di Kalimantan Utara ini selama kurun waktu tersebut
memberikan pengaruh pada kontribusi sektor pertambangan dan penggalian di PDRB
provinsi yang berkisar dari 30,33% - 31,99%.
Permasalahan yang diperkirakan timbul kedepannya adalah akibat dari disahkannya
Undang Undang No. 23 Tahun 2014 tentang Pemerintah Daerah yakni pengawasan
perizinan pertambangan yang dikelola oleh pemerintah provinsi. Sehingga pemerintah
kabupaten/kota sudah tidak memiliki lagi hak untuk mengeluarkan izin dan mengawasi
usaha pertambangan. Hal ini telah diantisipasi dengan keputusan Kementerian ESDM yang
mengeluarkan surat kepada setiap Dinas ESDM Provinsi untuk mengirimkan personelnya
untuk dijadikan inspektur pertambangan untuk dilatih dan akan ditugaskan di
kabupaten/kota asal mereka untuk mengawasi ijin usaha pertambangan.
Produksi minyak bumi di Provinsi Kalimantan Utara yang diolah dari data yakni
Kabupaten Bulungan, Kabupaten Nunukan, dan Kota Tarakan dari tahun 2008 hingga tahun
2015. Pada tabel dibawah dapat dilihat produksi minyak bumi di Provinsi Kalimantan Utara
mengalami kecenderungan meningkat sampai dengan tahun 2012 kemudian menurun pada
tahun berikutnya. Hal ini diperkirakan disebabkan karena 1) Harga minyak dunia yang
sedang turun; 2) biaya eksploitasi atau eksplorasi yang mahal; 3) regulasi peraturan yang
membahas penambahan sumur produksi yang kaitannya dengan perizinan perubahan fungsi
lahan yang sangat lama. Kemudian setelah 2 tahun mengalami penurunan, pada tahun
2015 mengalami peningkatan jumlah produksi minyak bumi walaupun tidak terlalu
signifikan.
Sedangkan untuk produksi gas bumi yang diolah dari data BPS yakni Daerah Dalam
Angka di Kabupaten Bulungan, Kabupaten Nunukan, dan Kota Tarakan dari tahun 2008
hingga tahun 2015. Sedangkan data tahun 2015 diperoleh dari Dinas Energi dan Sumber
Daya Mineral. Produksi gas bumi di Kalimantan Utara dalam kurun waktu tahun 2010
hingga tahun 2015 cenderung mengalami fluktuasi. Peningkatan jumlah produksi terjadi
pada tahun 2009, 2012, dan 2014. Pada tahun 2010 ke 2011 terlihat mengalami penurunan
walaupun setiap tahunnya tidak banyak. Pada tahun 2013 dan 2015 produksi gas bumi di
Kalimantan Utara juga mengalami penurunan yang pada tahun sebelumnya mengalami
peningkatan.

RPJMD Provinsi Kalimantan Utara Tahun 2016-2021 II - 258


Tabel 2.3.3.E.2
Produksi Minyak Bumi 2010 2015 Provinsi Kalimantan Utara Tahun (Barrel)
Kabupaten 2010 2011 2012 2013 2014 2015
Bulungan 1.487.495,00 1.871.628,00 2.661.569,00 2.156.429,00 2.186.648,00 1.590.838,21
Malinau
Nunukan 704.788,00 776.960,00 834.416,00 585.912,00 455.570,00 480.509,86
Tana Tidung 916.305,45
Tarakan 982,00 962,00 1.307.000,00 1.057.000,00 5.992,89
KALTARA BPS 2.193.265,00 2.649.550,00 4.802.985,00 3.799.341,00 2.642.218,00
KALTARA ESDM 2.993.646,41
Sumber :
1. Kabupaten Bulungan Dalam Angka 2008 2015
2. Kabupaten Nunukan Dalam Angka 2011 2015
3. Kabupaten Tana Tidung Dalam Angka 2012; 2013; 2015
4. Kota Tarakan Dalam Angka 2008 - 2015
5. Dinas Energi dan Sumber Daya Mineral Provinsi Kalimantan Utara (Data Tahun 2015)

Tabel 2.3.3.E.3
Produksi Gas Bumi Tahun 2010 2015 Provinsi Kalimantan Utara (MMSCF)
Kabupaten 2010 2011 2012 2013 2014 2015
Bulungan 1.260.708,34 1.837.860,00 3.199.711,00 3.855.701,00 1.715.563,95
Malinau
Nunukan 4.128.000,00 435.510,00 763.851,98
Tana Tidung
Tarakan 1.969.000,00 1.722.000,00 1.043.000,00 202,00 393.178,16
KALTARA BPS 3.229.708,34 1.722.000,00 7.008.860,00 3.199.913,00 4.291.211,00
KALTARA ESDM 2.872.594,09
Sumber :
1. Kabupaten Bulungan Dalam Angka 2008 2015
2. Kabupaten Nunukan Dalam Angka 2008 2015
3. Kota Tarakan Dalam Angka 2008 - 2015
4. Dinas Energi dan Sumber Daya Mineral Provinsi Kalimantan Utara (Data Tahun 2015)

Terkait dengan permasalahan lingkungan yang disebabkan oleh aktivitas


pertambangan seperti air yang berada di bawah galian tambang akan menjadi asam,
kemudian terjadinya erosi dan sedimentasi, banjir serta pencemaran lingkungan lainnya
dapat diantasipasi dengan setiap perusahaan tambang memiliki rencana reklamasi. Dalam
hal ini reklamasi berarti mengembalikan daerah galian menjadi seperti semula saat
sebelum dilakukannya aktivitas penambangan. Jika sebelumnya hutan maka reklamasi
dilakukan dengan upaya reboisasi, penanaman bibit pohon. Tetapi terkadang perusahaan
penambangan tersebut terkesan lepas tangan setelah melakukan penanaman bibit tersebut
dan tidak bertanggungjawab setelahnya. Maka diperlukan pengawasan yang berlanjut dari
pemerintah agar area pertambangan bisa asri seperti sebelumnya saat belum dilakukan
aktivitas penambangan. Berikut ini daftar perusahaan yang mempunyai maupun yang telah
melakukan reklamasi daerah pertambangannya di Provinsi Kalimantan Utara dalam kurun
waktu tahun 2010 2015.

RPJMD Provinsi Kalimantan Utara Tahun 2016-2021 II - 259


Tabel 2.3.3.E.4
Perusahaan Tambang Yang Melakukan Reklamasi Selama Kurun Waktu
Tahun 2010-2014 Di Provinsi Kalimantan Utara
No Kabupaten Nama Perusahaan Tambang Jenis Komoditi
1 Bulungan PT Pesona Khatulistiwa Nusantara Batubara
PT Lamindo Inter Multikon Batubara
PT Mitra Niaga Mulia Batubara
PT Garda Tujuh Buana Batubara
2 Nunukan PT Mandiri Inti Perkasa Batubara
PT Pipit Mutiara Jaya Sebakis Batubara
PT Dewa Ruci Mandiri Batubara
PT Sago Prima Pratama Emas
3 Malinau PT Kayan Putra Amal Utama Coal Batubara
PT Mitrabara Adiperdana TBK Batubara
PT Baradinamika Mudasukses Batubara
4 Tana Tidung PT Pipit Mutiara Jaya Bebatu Batubara
5 Tarakan PT Pipit Mutiara Jaya Site Seberuang Batuan
Sumber : Dinas ESDM Provinsi Kalimantan Utara

Untuk memiliki rencana ataupun melakukan reklamasi, perusahaan tambang harus


memiliki Izin Usaha Pertambangan (IUP). Jadi pertambangan-pertambangan tanpa ijin yang
tidak memiliki IUP tidak bisa melakukan reklamasi sehingga pengaruh pertambangan
terhadap kerusakan lingkungan, kemungkinan berasal dari pertambangan tanpa ijin ini.

2. Kontribusi Sektor Pertambangan dan Penggalian terhadap PDRB Provinsi


Kalimantan Utara
Sektor pertambangan merupakan salah satu dari tiga sektor dengan persetase
kontribusi terbesar terhadap PDRB Provinsi Kalimantan Utara dan merupakan sektor
penyumbang terbesar terhadap PDRB Provinsi Kalimantan Utara. Melihat kecenderungan
selama periode tahun 20102014, sektor pertambangan dan penggalian menunjukkan
peningkatan setiap tahunnya dalam kontribusinya terhadap PDRB Provinsi Kalimantan
Utara. Dan sub sektor penyumbang terbesar dari sektor pertambangan dan penggalian
adalah pertambangan batubara (66,56% dari kontribusinya terhadap PDRB sektor
pertambangan dan penggalian).
Kontribusi PDRB terbesar sektor pertambangan dan penggalian disumbangkan dari
sub sektor pertambangan batubara dan lignit yang setiap tahunnya mengalami peningkatan
(66,56% tahun 2014). Produksi batubara yang terus meningkat dan didukung nilai penjualan
batubara yang meningkat setiap tahunnya. Di posisi kedua ada sub sektor pertambangan
dan penggalian lainnya dan yang terakhir pertambangan minyak bumi dan gas bumi.

RPJMD Provinsi Kalimantan Utara Tahun 2016-2021 II - 260


Tabel 2.3.3.E.5
Kontribusi Sub Sektor terhadap PDRB Sektor Pertambangan dan Penggalian
Tahun 2010 2014 Provinsi Kalimantan Utara
Kontribusi Sub Sektor (%)
No Lapangan Usaha
2010 2011 2012 2013 2014
Pertambangan dan Penggalian 100,00 100,00 100,00 100,00 100,00
1 Pertambangan Minyak dan Gas Bumi 19,63 19,90 19,64 16,91 15,72
2 Pertambangan Batubara dan Lignit 59,58 60,61 61,68 65,58 66,56
Pertambangan Bijih Logam dan Pertambangan
3 20,79 19,49 18,69 17,52 17,72
dan penggalian lannya
Pertambangan dan Penggalian terhadap PDRB Provinsi 30,33 30,25 30,50 31,61 31,99
Sumber: Disperindagkop dan UMKM Provinsi Kalimantan Utara 2016

Kontribusi dari sub sektor minyak bumi dan gas bumi mengalami kenaikan pada
tahun 2011 walaupun tidak cukup signifikan yang kemudian terus mengalami penurunan
sampai dengan tahun 2014 sehingga nilai kontribusinya hanya tinggal 15,72% pada tahun
2014. Penurunan persentase kontribusi juga terjadi pada sub sektor pertambangan bijih
logam dan pertambangan dan penggalian lainnya yang menurun 3,07% pada selama periode
tahun 2010-2014.
Tabel 2.3.3.E.6
Kontribusi Kabupaten/Kota terhadap Nilai PDRB Sektor Pertambangan dan Penggalian
Tahun 2010-2015 Provinsi Kalimantan Utara
Kontribusi Kabupaten/Kota terhadap PDRB Sektor Pertambangan dan
Kabupaten/Kota Penggalian (%)
2010 2011 2012 2013 2015
Bulungan 23,57 24,29 24,74 23,22 21,46
Malinau 19,30 19,56 18,66 22,17 24,07
Nunukan 37,69 38,90 40,12 39,10 39,32
Tana Tidung 11,32 9,37 8,50 7,94 7,68
Tarakan 8,12 7,88 7,98 7,57 7,47
Provinsi Kalimantan Utara 100,00 100,00 100,00 100,00 100,00
Sumber: Disperindagkop dan UMKM Provinsi Kalimantan Utara 2016

Dari tabel di atas, terlihat bahwa kabupaten/kota yang menunjukkan


perkembangan positif adalah Kabupaten Malinau. Walaupun mengalami penurunan di tahun
2012 kemudian di tahun berikutnya mengalami kenaikan yang cukup signifikan. Dari tahun
2010 hingga tahun 2014, kontribusi Kabupaten Malinau terhadap sektor Pertambangan dan
Penggalian Provinsi Kalimantan utara naik sebanyak 4,77%. Melihat kabupaten/kota lain
mengalami penurunan atau bergerak statis setiap tahunnya seperti Kabupaten Tana Tidung
yang hampir setiap tahunnya mengalami penurunan. Kontribusi kabupaten/kota terhadap
PDRB Provinsi Kalimantan Utara di sektor pertambangan dan penggalian terbesar
disumbangkan dari Kabupaten Nunukan (39,32% tahun 2014) setiap tahunnya selama
periode tahun 2010-2014 melihat jumlah besar dalam produksi batubara dan migas yang
dihasilkan walaupun setiap tahunnya mengalami fluktuasi.

RPJMD Provinsi Kalimantan Utara Tahun 2016-2021 II - 261


F. Perdagangan
1. Kontribusi Sektor Perdagangan terhadap PDRB
Perubahan klasifikasi PDRB menurut lapangan usaha tahun dasar 2000 menjadi
tahun dasar 2010 turut mengubah klasifikasi sub sektor perdagangan. Semula, sub sektor
perdagangan termasuk di dalam kategori sektor perdagangan, hotel dan restoran. Namun
kini berubah menjadi sektor Perdagangan Besar dan Eceran, Reparasi dan Perawatan Mobil
dan Sepeda Motor. Sektor ini meliputi kegiatan ekonomi di bidang perdagangan skala besar
maupun eceran atau perdagangan skala masyarakat umum untuk konsumsi perorangan dan
rumah tangga. Jenis barang dan jasa yang termasuk dalam kategori ini antara lain semua
yang berhubungan dengan mobil dan motor, termasuk lori dan truk, hingga suku cadang
dan aksesoris mobil dan motor.
Tabel 2.3.3.F.1
Kontribusi sektor perdagangan besar dan eceran, Reparasi dan perawatan mobil dan sepeda
motor Tahun 2010-2015 di Provinsi Kalimantan Utara
Uraian 2010 2011 2012 2013 2014 2015
PDRB Sektor 3.736.414,30 4.087.998,90 4.360.387,70 4.593.690,60 4.804.997,20 4.880.338,90
Perdagangan (Juta Rp)
Kontribusi (%) 10,70 10,81 10,70 10,42 10,08 9,92
Pertumbuhan PDRB 8,6 6,66 5,35 4,60 1,57
sektor
Sumber: Publikasi PDRB Provinsi Kalimantan Utara 2016 dengan hasil olahan

Sektor perdagangan dalam PDRB merupakan sektor sekunder kedua paling besar
yang berkontribusi untuk PDRB Provinsi Kalimantan Utara setelah sektor konstruksi.
Kontribusinya terhadap PDRB Provinsi relatif stagnan selama lima tahun terakhir.
Kontribusi sektor perdagangan mulai menurun perlahan sejak tahun 2012 yaitu sebesar
10,7%. Angka ini menurun 1% dari tahun sebelumnya dan kembali menurun menjadi 10,42%
di tahun 2013 dan kembali menurun hingga mencapai angka 9,92% pada tahun 2015.
Sedangkan pada tingkat kabupaten/kota, Kota Tarakan berkontribusi paling banyak
terhadap Provinsi Kalimantan Utara, yaitu sebesar 66,3% pada tahun 2014. Kabupaten
Nunukan menyusul dengan 15% dan Kabupaten Bulungan 13,7% pada tahun yang sama.

RPJMD Provinsi Kalimantan Utara Tahun 2016-2021 II - 262


Tabel 2.3.3.F.2
Kontribusi sektor perdagangan besar dan eceran, Reparasi dan perawatan mobil dan sepeda
motor Tahun 2010-2014 berdasarkan Kabupaten/Kota di Provinsi Kalimantan Utara
Kabupaten/Provinsi 2010 2011 2012 2013 2014
Bulungan1 13,5 14,1 14,0 13,8 13,7
Malinau2 4,5 4,5 4,5 4,5 4,6
Nunukan3 13,2 13,4 14,3 14,8 15,0
Tana Tidung3 2,8 2,8 2,7 2,7 2,7
Tarakan5 65,9 64,7 66,5 66,8 66,3
Kalimantan Utara6 100 100 100 100 100
Sumber:
1) Kabupaten Bulungan Dalam Angka Tahun 2014 dan 2015
2) Kabupaten Malinau Dalam Angka Tahun 2014 dan 2015
3) Kabupaten Nunukan Dalam Angka Tahun 2014 dan 2015
4) Publikasi PDRB Kabupaten Tana Tidung 2015
5) Publikasi PDRB Kota Tarakan 2015
6) Kalimantan Utara Dalam Angka 2015 dan Hasil olahan 2016

2. Ekspor Bersih Perdagangan


Nilai ekspor bersih perdagangan adalah selisih dari nilai ekspor dan nilai impor. Dari
tahun 2010-2015, nilai ekspor bersih perdagangan di Provinsi Kalimantan Utara
menunjukkan tren fluktuatif, meski kenaikan ataupun penurunannya tidak signifikan. Tabel
di bawah menunjukkan bahwa hingga saat ini nilai ekspor masih lebih besar dibandingkan
nilai impor. Nilai ekspor bersih meningkat pesat pada tahun 2014, yaitu mencapai
US$1.057,8 juta atau hampir 100% dari tahun sebelumnya. Angka ini bertahan dan
cenderung naik pada tahun 2015 sebesar US$1.068,3 juta.
Tabel 2.3.3.F.3
Nilai Ekspor Bersih Tahun 2010-2015 di Provinsi Kalimantan Utara
Uraian 2010 2011 2012 2013 2014 2015
Nilai Ekspor $774,006,000 $871,207,500 $691,551,000 $753,357,000 $1,103,510,046 $1,103,510,000
Nilai Impor $48,704,000 $71,139,000 $75,222,000 $103,299,000 $45,610,640 $35,150,000
Nilai ekspor bersih $725,302,000 $800,068,500 $616,329,000 $650,058,000 $1,057,899,406 $1,068,360,000
Sumber: Disperindagkop dan UMKM Provinsi Kalimantan Utara dan hasil olahan 2016

Apabila melihat ekspor bersih di tingkat Kabupaten/Kota, Kota Tarakan merupakan


Kota dengan ekspor bersih paling tinggi. Hal ini disebabkan oleh lebh berkemangnya
kegiatan perdagangan dan besarnya kemampuan daerah untuk memfasilitasi atau
menyediakan pelayanan untuk melakukan kegiatan ekspor dan impor. Antara lain dengan
adanya Pelabuhan Tengkayu dan Bandara Juwata.

RPJMD Provinsi Kalimantan Utara Tahun 2016-2021 II - 263


Tabel 2.3.3.F.4
Nilai Ekspor Bersih Tahun 2010-2013
Berdasarkan Kabupaten/Kota di Provinsi Kalimantan Utara
Uraian Kabupaten/Kota 2010 2011 2012 2013
Nilai Bulungan $43,956,000.00 $88,989,000.00 $126,376,000.00 $115,753,000.00
Ekspor Malinau
Nunukan $68,192,000.00 $10,119,500.00 $110,918,000.00 $183,840,000.00
Tana Tidung
Tarakan $661,858,000.00 $772,099,000.00 $454,257,000.00 $453,764,000.00
Nilai Bulungan $867,000.00 $137,000.00 $956,000.00 $563,000.00
Impor Malinau
Nunukan $2,956,000.00 $2,621,000.00 $4,240,000.00 $8,995,000.00
Tana Tidung
Tarakan $44,881,000.00 $68,381,000.00 $70,026,000.00 $93,741,000.00
Nilai Bulungan $43,089,000.00 $43,819,000.00 $43,000,000.00 $43,393,000.00
Ekspor Malinau
Bersih Nunukan $65,236,000.00 $65,571,000.00 $63,952,000.00 $59,197,000.00
Tana Tidung
Tarakan $408,883,000.00 $385,383,000.00 $383,738,000.00 $360,023,000.00
Sumber: Disperindagkop dan UMKM Provinsi Kalimantan Utara dan hasil olahan 2016

3. Cakupan Bina Kelompok Pedagang/Usaha Informal


Dalam rangka meningkatkan produktivitas pengusaha kecil menengah, Pemerintah
daerah sering kali menyelenggarakan program pembinaan dan pemberian bantuan modal
usaha kepada pedagang/pelaku usaha informal. Program dan kegiatan yang berkaitan
dengan pembinaan dan bantuan modal usaha dimaksudkan untuk membantu keberlanjutan
usahan ekonomi masyarakat serta ikut andil baik dalam meningkatkan mutu kualitas
produk, kualitas pekerja, maupun diversitas barang yang diproduksi. Hingga saat ini data
jumlah kelompok pedagang/usaha informal yang telah dibina oleh Pemerintah Provinsi
Kalimantan Utara masih belum tersedia.

G. Perindustrian
1. Kontribusi Sektor Industri terhadap PDRB
Sektor industri pengolahan meliputi kegiatan ekonomi di bidang perubahan secara
kimia atau fisik dari bahan, unsur atau komponen menjadi produk baru. Bahan baku
industri pengolahan dapat berasal dari pertanian, kehutanana perikanan, pertambangan,
dan penggalian. Kontribusi sektor industri pengolahan Provinsi Kalimantan Utara hanya
meliputi industri pengolahan non migas. Meskipun Provinsi Kalimantan Utara merupakan
salah satu Provinsi di Indonesia yang memiliki bonus sumberdaya alam termasuk minyak
dan gas bumi, sampai saat ini belum berkembang industri pengolahan batubara maupun
pengilangan migas.

RPJMD Provinsi Kalimantan Utara Tahun 2016-2021 II - 264


Tabel 2.3.3.G.1
Kontribusi PDRB Kategori Industri Pengolahan
Tahun 2010-2014 di Provinsi Kalimantan Utara
Uraian 2010 2011 2012 2013 2014 2015
PDRB Kategori Industri 3.572.234,30 3.764.732,20 3.967.913,30 4.224.983,90 4.442.962,30 4.696.203,40
Pengolahan (juta Rp)
Kontribusi terhadap PDRB (%) 10,23 9,95 9,73 9,58 9,32 9,55
Pertumbuhan (%) 5,39 5,40 6,48 5,16 5,70
Sumber: Publikasi PDRB Provinsi Kalimantan Utara 2016 dengan hasil olahan

Apabila dilihat dari segi perkembangan kontribusinya terhadap PDRB dari tahun ke
tahun, persentase kontribusi sektor ini memiliki kecenderungan menurun. Pada tahun
2010, kontribusi sektor ini masih mendominasi hingga 10,23%. Namun pada tahun 2014
kontribusi sektor ini terhadap PDRB total hanya 9,32% atau menurun 3% dari tahun
sebelumnya.kontribusi sektor industri kebali naik hingga 5,7% di tahun 2015, dengan
pertumbuhan rata-rata sektor industri pengolahan sebesar 5,62% selama periode 2010-
2015.
Tabel 2.3.3.G.2
Kontribusi PDRB Kategori Industri Pengolahan
Tahun 2010-2014 berdasarkan Kabupaten/Kota di Provinsi Kalimantan Utara
Kabupaten/Provinsi 2010 2011 2012 2013 2014
Bulungan1 25,9 26,6 26,2 26,0 26,2
Malinau2 4,8 4,4 4,1 3,7 3,6
Nunukan3 24,6 24,3 24,7 24,1 24,0
Tana Tidung4 1,7 1,7 1,6 1,6 1,6
Tarakan5 42,8 44,1 46,5 47,7 48,3
Kalimantan Utara6 100 100 100 100 100
Sumber:
1) Publikasi PDRB Kabupaten Bulungan Tahun 2015
2) Publikasi PDRB Kabupaten Malinau Tahun 2015
3) Publikasi PDRB Kabupaten Nunukan Tahun 2015
4) Publikasi PDRB Kabupaten Tana Tidung Tahun 2015
5) Publikasi PDRB Kabupaten Tarakan Tahun 2015
6) Disperindagkop dan UMKM Provinsi Kalimantan Utara dan hasil olahan 2016

Untuk peran tiap-tiap kabupaten/kota terhadap PDRB provinsi, sektor industri


pengolahan yang memiliki pengaruh terbesar adalah Kabupaten Bulungan, Kabupaten
Nunukan, dan Kota Tarakan. Sedangkan besar kontribusi kabupaten/kota terhadap provinsi
adalah dari Kota Tarakan. Kota Tarakan menyumbang 48,3% terhadap sektor industri
pengolahan Provinsi Kalimantan Utara pada tahun 2014. Angka ini kemudian disusul oleh
Kabupaten Nunukan sebesar 24% dan Kabupaten Bulungan 22,5%. Subsektor industri
pengolahan yang berkembang masih di dalam kategori industri non migas dan didominasi
oleh industri pengolahan makanan minuman terutama industri pengolahan kelapa sawit.

2. Jumlah Industri Kecil Menengah


Sama halnya dengan pedagang kecil menengah, industri kecil menengah juga
merupakan indikator yang dapat menggambarkan karakter perekonomian suatu wilayah.

RPJMD Provinsi Kalimantan Utara Tahun 2016-2021 II - 265


Jumlah industri kecil menengah dapat menjadi tolok ukur kekuatan ekonomi rakyat yang
mandiri. Industri skala kecil menengah sangat berkembang di Kabupaten Bulungan. Pada
tahun 2014 jumlah industri kecil menengah di Kabupaten ini mencapai 835 unit. Angka ini
kemudian disusul oleh Kota Tarakan sebesar 533 unit. Perkembangan industri kecil
menengah yang tengah berlangsung di Provinsi Kalimantan Utara menandakan sudah
adanya usaha mewujudkan kemandirian ekonomi masyarakat untuk mengurangi
pengangguran dan meningkatkan kesejahteraan.
Tabel 2.3.3.G.3
Jumlah Industri Kecil Menengah (IKM) Tahun 2014
Berdasarkan Kabupaten/Kota di Provinsi Kalimantan Utara
Kabupaten/Provinsi 2014
Bulungan 835
Malinau 423
Nunukan 466
Tana Tidung 82
Tarakan 533
Kalimantan Utara 2.234
Sumber: Disperindagkop dan UMKM Provinsi Kalimantan Utara dan hasil olahan 2016

3. Cakupan Bina Kelompok Pengrajin


Tidak berbeda dengan bina kelompok pedagang, cakupan bina kelompok pengrajin
juga merupakan bentuk program pemerintah daerah dalam mengembangkan kelomok
industri pengrajin. Bentuk program dan pelatihan yang diberikanmeliputi bantuan modal,
bantuan alat, dan pelatihan managemen pengembangan industri. Hingga saat ini jumlah
kelompok pengrajin yang telah dibina oleh Pemerintah Provinsi Kalimantan Utara masih
belum tersedia.

H. Transmigrasi
1. Transmigrasi Umum
Transmigrasi adalah perpindahan penduduk dari darah padat ke daerah yang kurang
penduduk. Transmigrasi merupakan program pemerintah yang bertujuan untuk
memeratakan persebaran penduduk terutama di wilayah Indonesia yang luas. Pemerintah
membekali terlebih dahulu para calon transmigran terkait cara mengelola lahan dan
mengembangkan wilayah transmigrasi melalui pelatihan/kursus. Kegiatan yang memang
ditujukan untuk program transmigrasi adalah kegiatan di sektor pertanian dan dengan
sasaran pokok program yaitu pengembangan wilayah dan pembangunan permukiman.

RPJMD Provinsi Kalimantan Utara Tahun 2016-2021 II - 266


Tabel 2.3.3.H.1
Penempatan Transmigrasi Tahun 1972-2015
Provinsi Kalimantan Utara
Kabupaten
Daerah Asal Bulungan Nunukan KTT Malinau
Jumlah
KK Jiwa KK Jiwa KK Jiwa KK Jiwa
Banten 39 155 15 48 - - - - 257
DIY 153 496 95 344 25 79 - - 1192
DKI 136 524 - - 25 109 - - 794
Jabar 1065 3826 258 1002 49 171 44 145 6560
Jateng 1150 4567 289 1013 112 390 46 175 7742
Jatim 2311 7975 317 1067 96 337 - - 12103
Lampung 75 305 - - - - - - 380
NTB 357 1437 220 796 - - - - 2810
NTT 375 1558 74 281 25 124 - - 2437
Setempat 2182 8319 - - 288 1186 10 63 12048
Jumlah 7843 29162 1268 4551 620 2396 100 383 46323
Sumber: Dinas Sosial, tenaga Kerja, dan Transmigrasi Provinsi Kalimantan Utara 2016

Hingga saat ini Provinsi Kalimantan Utara belum memiliki program transmigrasi
swakarsa, atau transmigrasi atas kemauan sendiri. Program transmigrasi yang hingga saat
ini berlangsung adalah transmigrasi umum. Transmigran mayoritas didatangkan dari
daerah-daerah di Pulau Jawa, diantaranya Banten, DI Yogyakarta, Jawa Barat, Jawa
Tengah, Jawa Timur, dan sebagian berasal dari Lampung, Nusa Tenggara Barat, Nusa
Tenggara Timur, dan lokal/setempat.
Tabel 2.3.3.H.2
Rencana Penempatan Transmigrasi Tahun 2016
Provinsi Kalimantan Utara
Jumlah KK
Kawasan
DI Yogyakarta Jawa Timur Jawa Tengah Jumlah
Bulungan
Tanjung Buka SP.6B 150 150 300
Sepunggur 100 100
Tanjung Buka SP.3 200 200
Tana Tidung
Sambungan 35
Kujau 65
Sumber: Dinas Sosial, tenaga Kerja, dan Transmigrasi Provinsi Kalimantan Utara 2016

Sedangkan untuk tahun 2016, program transmigrasi ke Kalimantan Utara akan


berlokasi di dua Kabupaten, yaitu Kabupaten Bulungan dan kabupaten Tana Tidung. Daerah
asal transmigran yang bekerjasama dengan pemerintah Provinsi adalah DI Yogyakarta,
Jawa Timur, dan Jawa Tengah.

2. Kontribusi Transmigrasi terhadap PDRB


Hingga saat ini kontribusi transmigrasi terhadap perekonomian daerah masih belum
terspesifikasi menjadi salah satu kategori lapangan usaha di dalam PDRB. Nilai produksi
dari kegiatan yang dilakukan oleh transmigran termasuk di dalam sektor pertanian,
kehutanan, dan perikanan.

RPJMD Provinsi Kalimantan Utara Tahun 2016-2021 II - 267


2.3.4. Fokus Layanan Urusan Penunjang
A. Perencanaan Pembangunan
1. Tersedianya Dokumen Perencanaan RPJPD yang telah ditetapkan dengan PERDA
Rencana pembangunan merupakan pedoman dalam pelaksanaan pembangunan
secara periodik. Pembangunan jangka panjang merupakan acuan pelaksanaan
pembangunan yang disusun dalam jangka waktu 20 tahun. Adanya dokumen Rencana
Pembangunan Jangka Panjang (RPJP) sangat penting, agar pembangunan dapat mencapai
visi dan misi daerah secara tepat dan dapat tergambar dengan jelas.
Tabel 2.3.4.A.1.
Tersedianya Dokumen Perencanaan RPJPD yang Telah Ditetapkan dengan Perda
Kabupaten/Kota 2010 2011 2012 2013 2014 2015
Bulungan Ada Ada Ada Ada Ada Ada
Malinau Ada Ada Ada Ada Ada Ada
Nunukan Ada Ada Ada Ada Ada Ada
Tana Tidung Tidak Ada Ada Ada Ada Ada
Tarakan Ada Ada Ada Ada Ada Ada
Kalimantan Utara Tidak Tidak Tidak Tidak Tidak Tidak
Sumber:
1) LPPD Kabupaten Malinau Tahun 2008-2014
2) LPPD Kabupaten Bulungan Tahun 2008-2014
3) LPPD Kabupaten Nunukan Tahun 2008-2014
4) LPPD Kabupaten Tana Tidung 2012-2014
5) LPPD Kota Tarakan 2009-2014

Catatan: Provinsi Kalimantan Utara menjadi Daerah Otonom Baru disahkan pada Tahun 2012

Ketersediaan dokumen perencanaan RPJPD hendaknya tidak hanya dipahami secara


administratif, sebagai sebuah kewajiban untuk memenuhi ketentuan normatif. Tersedianya
dokumen perencanaan hendaknya dapat memenuhi fungsi substantifnya. Sebagai wujud
untk memaknai fungsi tersebut maka perhatian terhadap visi dan misi yang tertuang dalam
RPJPD menjadi sangat penting.

2. Tersedianya Dokumen Perencanaan RPJMD yang telah ditetapkan dengan


PERDA/PERKADA
Dokumen perencanaan RPJMD merupakan dokumen turunan dari RPJPD yang lebih
subtansial. Setiap RPJMD ditetapkan oleh Peraturan daerah/Peraturan Kepala Daerah.
Adanya dokumen ini menjelasakan bahwa terdapat dokumen perencanaan yang telah
dilegalkan melalui Peraturan Daerah/Peraturan Kepala Daerah yang kemudian memiliki
konsekuensi yang jelas dan terarah dalam menentukan rangkaian pembangunan pada lima
tahun ke depan. RPJMD merupakan dokumen pembangunan yang menjabarkan program-
program selama 5 tahun dan berpedoman terhadap RPJPD. Ketersediaan RPJMD merupakan
bentuk langkah-langkah pemerintah daerah di tiap 5 tahun untuk mencapai visi misi kepala
daerah. Sebagai catatan, Provinsi Kalimantan Utara merupakan Daerah Otonomi Baru yang

RPJMD Provinsi Kalimantan Utara Tahun 2016-2021 II - 268


disyahkan Tahun 2012, hingga saat ini saat ini belum memiliki dokumen RPJMD. Semua
kabupaten/kota sudah memiliki dokumen RPJMD. Kabupaten Tana Tidung baru memiliki
RPJMD di tahun 2011 karena di tahun 2008 baru mengalami pemekaran dari Kabupaten
Bulungan.
Tabel 2.3.4.A.2.
Tersedianya Dokumen Perencanaan RPJMD yang Telah Ditetapkan dengan Perda
Kabupaten/Kota 2010 2011 2012 2013 2014 2015
Bulungan Ada Ada Ada Ada Ada Ada
Malinau Ada Ada Ada Ada Ada Ada
Nunukan Ada Ada Ada Ada Ada Ada
Tana Tidung Ada Ada Ada Ada Ada Ada
Tarakan Ada Ada Ada Ada Ada Ada
Kalimantan Utara Tidak Tidak Tidak Tidak Tidak Tidak
Sumber:
1) LPPD Kabupaten Malinau Tahun 2010-2014
2) LPPD Kabupaten Bulungan Tahun 2010-2014
3) LPPD Kabupaten Nunukan Tahun 2010-2014
4) LPPD Kabupaten Tana Tidung 2012-2014
5) LPPD Kota Tarakan 2010-2014
6) LPPD Provinsi Kalimantan Utara 2015

Catatan: Provinsi Kalimantan Utara menjadi Daerah Otonom Baru disyahkan pada Tahun 2012

RPJMD yang telah ditetapkan dengan Peraturan daerah/Peraturan Kepala Daerah


selanjutnya digunakan sebagai acuan pembangunan dalam jangka menengah. Di dalam
pelaksanaan pembangunan secara terus-menerus dan terarah ini maka dokumen yang
menjadi dasar selanjutnya dalam penyusunan RKPD. Jaminan keberlanjutan program akan
sangat terdukung oleh adanya dokumen RPJMD. Konsistensi arah pembangunan menjadi
lebih terjaga secara berkelanjutan, sehingga pencapaian visi dan misi lebih optimal.

3. Tersedianya Dokumen Perencanaan RKPD yang telah ditetapkan dengan


PERKADA
Operasionalisasi rencana pembangunan menjadi sebuah kebutuuhan eksplisit.
Dengan rencana yang lebih operasional maka menjadi mudah untuk direalisasikan.
Pelaksanaan pembangunan selama jangka waktu tertentu perlu diturunkan ke dalam
dokumen yang lebih teknis dan operasional. Dengan demikian pembangunan dapat berjalan
secara eksplisit. RKPD disusun setiap tahun dengan menerjemahkan RPJMD yang telah
ditetapkan oleh Perda.

RPJMD Provinsi Kalimantan Utara Tahun 2016-2021 II - 269


Tabel 2.3.4.A.3
Tersedianya Dokumen Perencanaan RKPD yang Telah Ditetapkan dengan PERKADA
Kabupaten/Kota 2010 2011 2012 2013 2014 2015
Bulungan Ada Ada Ada Ada Ada Ada
Malinau Ada Ada Ada Ada Ada Ada
Nunukan Ada Ada Ada Ada Ada Ada
Tana Tidung Ada Ada Ada Ada Ada Ada
Tarakan Ada Ada Ada Ada Ada Ada
Kalimantan Utara Tidak Tidak Tidak Tidak Ada Ada
Sumber:
1) LPPD Kabupaten Malinau Tahun 2010-2014
2) LPPD Kabupaten Bulungan Tahun 2010-2014
3) LPPD Kabupaten Nunukan Tahun 2010-2014
4) LPPD Kabupaten Tana Tidung 2012-2014
5) LPPD Kota Tarakan 2010-2014
6) LPPD Provinsi Kalimantan Utara 2015

Catatan: Provinsi Kalimantan Utara menjadi Daerah Otonom Baru disyahkan pada Tahun 2012

Ketersediaan RKPD memberikan acuan dalam pelaksanaan pembangunan sehingga


setiap SKPD dapat bergerak secara terpadu dan terarah menuju sasaran yang jelas dan
memperjuangkan pencapaian visi misi dengan terkoordinasi satu sama lain. Dasar hukum
berupa Perwal dalam penetapan RKPD memberikan kekuatan hukum. Dari data di atas
pemenuhan dasar hukum berupa peraturan kepala daerah yang selalu mengiringi RKPD
memberikan kepastian hukum dan keabsahan, sehingga menjadi dasar bertindak untuk
merealisasikan program-program pembangunan mencapai target secara kuantitas dan
kualitas, dan mengantarkan pencapaian outcome yang diharapkan.

4. Penjabaran Program RPJMD ke dalam RKPD


Kesinambungan dokumen pembangunan mutlak diperlukan agar terdapat proses
pencapaian visi suatu daerah apabila dokumen pembangunan tidak saling selaras maka
pencapaian visi suatu daerah akan sulit tercapai. RKPD merupakan penjabaran detail
(dalam bentuk program) visi dan misi yang akan dicapai oleh suatu daerah. Tabel di bawah
ini menunjukkan persentase penjabaran program RPJMD ke dalam RKPD dirinci
kabupaten/kota. RKPD merupakan sebuah perencanaan tahunan yang berinduk kepada
RPJMD. Untuk itulah RKPD merupakan bentuk turunan yang menerjemahkan RPJMD. Di
samping itu keberadaan RKPD adalah bentuk terbaru dari sebuah rencana untuk
menampung perkembangan capaian setahun sebelumnya dan perkembangan tuntutan baru
yang dihadapi pada tahun yang bersangkutan. Data terkait penjabaran program RPJMD ke
dalam RKPD didapatkan dengan cara menghitung jumlah program RKPD tahun berkenaan
dibagi dengan jumlah program RPJMD yang harus dilaksanakan pada tahun berkenaan
dikalikan dengan bilangan 100.

RPJMD Provinsi Kalimantan Utara Tahun 2016-2021 II - 270


Tabel 2.3.4.A.4.
Penjabaran Program RPJMD ke dalam RKPD
Kabupaten/Kota 2010 2011 2012 2013 2014 2015
Bulungan 194,24 69,23 69,23 69,96 88,12 89,32
Malinau 100 100 100 100 100
Nunukan 86 96,61 97,21 97,81 98,41 99,01
Tana Tidung 89,43 89,83 89,67 98,12 98,14
Tarakan 100 92,82 92,56 98,32 99,32 99,33
Kalimantan Utara 0 0 0 0 n/a n/a
Sumber:
1) LPPD Kabupaten Malinau Tahun 2010-2015
2) LPPD Kabupaten Bulungan Tahun 2010-2015
3) LPPD Kabupaten Nunukan Tahun 2010-2015
4) LPPD Kabupaten Tana Tidung 2012-2015
5) LPPD Kota Tarakan 2010-2015
6) LPPD Provinsi Kalimantan Utara 2015

Tabel di atas memperlihatkan bahwa Kabupaten Tana Tidung sebagai DOB


menunjukkan persentase yang terus meningkat dari 89,43% tahun 2011 menjadi 98,14%
tahun 2015, Kota Tarakan menunjukkan perkembangan kinerja penjabaran program yang
relatif fluktuatif, di tahun 2010 persentasenya mencapai 100% dan menurun kembali di
tahun 2011 dan 2012. Sementara penjabaran program di Kabupaten Malinau selama tahun
2011 dan 2012 mencapai 100%. Penurunan persentase dialami oleh Kabupaten Bulungan, di
tahun 2010 mencapai di atas 100% akan tetapi selama tahun 2011-2013 menurun di kisaran
angka 69%. Hal ini harus menjadi perhatian agar RKPD dapat sejalan dengan tahapan
RPJMD sehingga visi misi daerah dapat tercapai. Sedangkan untuk data Provinsi Kalimantan
Utara belum dapat terlihat.
Diperlukan kecermatan dalam menerjemahkan RPJMD ke dalam RKPD. Dengan
memperhatikan RPJMD dengan program yang sifatnya lebih umum diturunkan kepada
program-program yang lebih implementatif. Untuk itu semestinya jumlah maupun bentuk
program di RKPD lebih bersifat detail, kecil satuannya, dan mencerminkan sequence antar
RKPD. Oleh karena itu dengan hanya melihat jumlah program yang ada di dalam RKPD
dibandingkan dengan jumlah program di RPJMD belum dapat secara substansial dapat
dimaknai. Jika dilihat dari jumlah program, karena bentuk program di RKPD lebih
operasional, maka tentunya jumlahnya bisa lebih banyak, mengingat program di RPJMD
merupakan prediksi dalam jangka waktu yang lebih panjang, sedangkan merencanakan
RKPD untuk tahun depan sudah lebih eksplisit dengan didukung oleh data yang nyata.
Jumlah program yang tertuang dalam RKPD dengan RPJMD belum memiliki
perbedaan yang signifikan. Jarak perbedaan jumlah program dalam RPJMD sangat dekat
dengan jumlah program dalam RKPD. Melihat fakta dan data tersebut dapat disimpulkan
beberapa asumsi yaitu; pertama kecakapan dalam mendetailkan program dari RPJMD ke
dalam RKPD perlu ditingkatkkan; kedua kemungkinan rumusan program dalam RPJMD sudah

RPJMD Provinsi Kalimantan Utara Tahun 2016-2021 II - 271


sangat operasional sehingga tidak dapat diturunkan ke dalam nama program yang lebih
spesifik, sehingga nama program di RPJMD sama dengan nama program di RKPD.

5. Sistem Informasi Pelayanan Perizinan dan Administrasi Pemerintah


Sistem informasi pelayanan perizinan merupakan pelayanan strategis dalam
mendukung tumbuh-kembang investasi daerah. Pertumbuhan perekonomian diharapkan
dapat semakin dinamis dengan difasilitas sistem informasi pelayanan perizinan yang
progresif. Pelayanan perizinan satu pintu menjadi pintu pembuka tumbuhnya investasi
sehingga banyak tersedia kemudahan usaha dan sekaligus peluang kerja, meningkatnya
income per kapita dan pendapatan asli daerah menjadikan sistem informasi pelayanan
perizinan sangat penting.
Informasi yang tersedia menunjukkan bahwa Kota Tarakan dan Kabupaten Nunukan
telah memiliki sistem informasi pelayanan perijinan dan administrasi pemerintah pada
tahun 2012 dan 2013. Hal ini menandakan sudah adanya perhatian pemerintah pada dua
kabupaten/kota tersebut dalam pengelolaan sistem informasi pelayanan perijinan dan
administrasi pemerintah. Sedangkan untuk tiga kabupaten yang lain belum dapat
digambarkan karena tidak adanya informasi yang tersedia.

6. Jumlah Perda yang mendukung Iklim Usaha


Untuk menumbuhkan iklim investasi perlu goodwill dan political will pemerintah
yang secara umum diwujudkan ke dalam perda. Dengan adanya perda yang mengatur
tentang investasi, maka ada dasar hukum yang kuat untuk mendorong masyaraat
melakukan investasi. Peraturan Daerah (Perda) merupakan sebuah instrumen kebijakan
daerah yang sifatnya formal, melalui Perda inilah dapat diindikasikan ada atau tidaknya
insentif maupun disinsentif sebuah kebijakan di daerah terhadap aktivitas perekonomian.
Data ini belum tersedia sehingga tidak dapat disajikan.

7. Persentase Desa Berstatus Swasembada terhadap Total Desa


Indikator persentase desa berstatus swasembada terhadap total desa tidak dapat
diamati karena hasil perhitungan dari data yang tersedia kurang relevan digunakan sebagai
sumber informasi. Informasi yang digunakan yakni jumlah desa/kelurahan yang memiliki
status berswasembada. Kabupaten Bulungan memiliki jumlah desa/kelurahan
berswasembada yang cenderung stabil terlihat pada tahun 2010, 2011, dan 2012.
Kabupaten Malinau memiliki jumlah desa berstatus swasembada paling banyak dan
kecenderungannya berfluktuasi.

RPJMD Provinsi Kalimantan Utara Tahun 2016-2021 II - 272


Kabupaten Nunukan memiliki jumlah desa berstatus swasembada dengan
perkembangan yang cenderung stabil terlihat pada tahun 2011 dan 2012. Di Kabupaten
Tana Tidung jumlah desa berswasembada paling sedikit dan dengan jumlah yang tetap
yakni tiga pada tahun 2010 sampai 2012. Di Kota Tarakan angka yang terlihat menunjukkan
perkembangan yang tetap pada tahun 2011 dan 2014. Dari keseluruhan Provinsi Kalimantan
Utara terlihat rata-rata dari lima kabupaten/kota yang memiliki desa/kelurahan dengan
status swasembada cenderung menurun terlihat pada tahun 2011 dibandingkan dengan
2014.
Tabel 2.3.4.A.5
Jumlah Desa/Kelurahan Berswasembada Tahun 2010-2015 di Provinsi Kalimantan Utara
Kabupaten/Kota 2010 2011 2012 2013 2014 2015
Bulungan n/a 19 19 n/a 19 19
Malinau 529 546 25 n/a 6 6
Nunukan n/a 10 10 n/a 10 10
Tana Tidung 3 3 3 n/a 0 0
Tarakan n/a 20 n/a n/a 20 20
Kalimantan Utara n/a 119 n/a n/a 55 55
Sumber:
1) Kabupaten Bulungan dalam Angka Tahun 2011
2) Kabupaten Malinau dalam Angka Tahun 2010, 2013
3) Kabupaten Nunukan dalam Angka Tahun 2011
4) Kabupaten Tana Tidung dalam Angka Tahun 2011, 2012
5) Kalimantan Timur dalam Angka Tahun 2012, 2013
6) Database Pembangunan Kabupaten Malinau Tahun 2012

B. Ketenteraman, Ketertiban, dan Penanggulangan Bencana


1. Cakupan Pelayanan Bencana Kebakaran Kabupaten
Kebakaran merupakan bencana yang sering melanda di berbagai wilayah. Bencana
ini dapat kapan saja terjadi dan dimana saja. Provinsi Kalimantan Utara merupakan
wilayah yang memiliki wilayah hutan yang luas dan banyak areal kering yang berpotensi
muncul titik api. Selain itu juga terdapat berbagai titik area perkampungan berkelompok
yang cukup padat, jarak antar bangunan yang sangat dekat yang terbuat dari kayu, serta
kondisi instalasi listrik yang kurang terpelihara dan berpotensi menjadi pemicu terjadinya
bencana kebakaran. Untuk itulah pelayanan bencana kebakaran di Provinsi Kalimantan
Utara sangat diperlukan. Selain melalui usaha prefentif juga sebagai kemudahaan akses
dalam melakukan pelayanan kebakaran.

RPJMD Provinsi Kalimantan Utara Tahun 2016-2021 II - 273


Tabel 2.3.4.B.1.
Jumlah Mobil Pemadam Kebakaran Kabupaten/Kota
Tahun 2010-2015 di Provinsi Kalimantan Utara
Kabupaten/Kota 2010 2011 2012 2013 2014 2015
Bulungan
Malinau 5 5 4 4 4 4
Nunukan
Tana Tidung 1 1 1 1 1 1
Tarakan 6 6 6 6
Kalimantan Utara
Sumber:
1) BPBD Kabupaten Malinau Tahun 2016
2) BPBD Kota Tarakan Tahun 2016
3) BPBD Kabupaten Tana Tidung 2016
4) BPBD Provinsi Kalimantan Utara 2016

Indikator cakupan pelayanan bencana kebakaran kabupaten belum mampu dapat


diinformasikan namun melihat peluang dalam mendukung upaya pencegahan bahaya
kebakaran dapat terlihat melalui jumlah armada pemadam kebakaran. Kemampuan
pelayanan bencana kebakaran di kabupaten/kota Provinsi Kalimantan Utara yang
dicerminkan dari jumlah mobil pemadam kebakaran pada lintas kabupaten/kota.
Kabupaten Malinau, Kabupaten Tana Tidung, dan Kota Tarakan memiliki jumlah mobil
pemadam kebakaran yang sama dari tahun ke tahun. Kota Tarakan memiliki jumlah
terbanyak yakni enam dalam kurun waktu tahun 2010 hingga tahun 2013. Kabupaten
Malinau memiliki jumlah lima pada tahun 2010 dan 2011 namun menjadi berkurang pada
tahun 2012 sampai 2015 berjumlah empat. Kabupaten Tana Tidung memiliki jumlah
terendah yakni hanya ada satu pada tahun 2010 sampai 2015. Sedangkan informasi
Kabupaten Nunukan dan Bulungan belum dapat ditunjukkan karena keterbatasan informasi
yang tersedia.

2. Tingkat Waktu Tanggap (Response Time Rate) Daerah Layanan Wilayah


Manajemen Kebakaran (WMK)
Besarnya potensi bencana kebakaran di seluruh wilayah Provinsi Kalimantan Utara
perlu diimbangi dengan daya tanggap pemerintah terhadap terjadinya bahaya kebakaran.
Untuk melihat daya tanggap pemerintah ini maka perlu dihitung response time rate (RTR)
dalam pelayanan manajemen kebakaran. Tabel di bawah ini menunjukkan bahwa
persentase waktu tanggap daerah layanan Wilayah Manajemen Kebakaran mencapai 100
persen telah ada di Kabupaten Malinau sedangkan untuk Kabupaten yang lain belum
tersedia informasi. Untu Kota Tarakan sendiri pada tahun 2013 terlihat masih kurang dari
50% ini artinya waktu tanggap masih lebih dari 30 menit. Kondisi ini perlu diwaspadai oleh
pemerintah terkait potensi kebakaran sangat besar namun belum didukung oleh tindakan
preventif yang mendukung manajemen wilayah kebakaran. Data yang ada menjelaskan

RPJMD Provinsi Kalimantan Utara Tahun 2016-2021 II - 274


belum terpolakannya informasi secara jelas karena diindikasikan memang belum ada
kegiatan khusus dalam rangka pendokumentasian informasi lingkup waktu tanggap.

C. Kesatuan Bangsa dan Politik Dalam Negeri


1. Kegiatan Pembinaan terhadap LSM, Ormas, dan OKP
Indikator ini menjelaskan adanya sejumlah aktifitas dalam usaha pembinaaan
organisasi sosial masyarakat. Berdasarkan informasi yang tersedia Kabupaten Nunukan
terdapat peningkatan aktifitas pembinaan di tahun 2013 yakni sejumlah 32. Angka ini
merupakan jumlah tertinggi berdasarkan informasi jumlah kegiatan pembinaan terhadap
LSM, Ormas, dan OKP di kabupaten/kota Provinsi Kalimantan Utara. Secara umum pada
setiap kabupaten/kota sudah ada kegiatan pembinaan terhadap LSM, Ormas, dan OKP
namun jumlahnya masih tergolong minim.
Tabel 2.3.4.C.1.
Kegiatan Pembinaan Terhadap LSM, Ormas dan OKP Tahun 2010-2015
di Provinsi Kalimantan Utara
Kabupaten/Kota 2010 2011 2012 2013 2014 2015
Bulungan 0 0 1 1 0 0
Malinau 0 3 3 3 3 3
Nunukan 1 0 3 3 0 0
Tana Tidung 0 2 0 0 2 1
Tarakan 0 1 1 1 1 n/a
Kalimantan Utara n/a n/a n/a n/a n/a n/a
Sumber:
1) LPPD Kabupaten Bulungan Tahun 2011, 2012
2) LPPD Kabupaten Malinau Tahun 2011,2012
3) LPPD Kabupaten Nunukan Tahun 2010,2012, 2013
4) LPPD Kabupaten Tana Tidung Tahun 2011, 2012
5) LPPD Kota Tarakan Tahun 2010,2011, 2012, 2013
6) Kantor kesbangpol dan Pemberdayaan Masyarakat Kota Tarakan Tahun 2014

Pembinaan sebaiknya mencakup substansi pengorganisasian, manajemen,


perencanaan program dan model evaluasi. Pembinaan harus mampu menjawab kebutuhan
pematangan organisasi dalam memfungsikan diri sebagai wahana kreatif bagi masyarakat.
Bentuk forum komunikasi (Forkom) perlu ditambahkan agar antar organisasi yang tumbuh
dalam masyarakat dapat terhubung satu dengan lainnya. Pemanfaatan organisasi yang kuat
untuk memberikan saling asah, asih dan asuh kepada organisasi yang baru tumbuh akan
sangat membantu pemerintah. Dengan memanfaatkan organisasi yang sudah berkembang
untuk memberikan kontribusi kepada organisasi yang lebih lemah, akan menopang
kekuatan pemerintah mengingat keterbatasan sumberdaya. Namun visi dan misi tetap
tercapai dengan menyambungkan antar organisasi ini.

2. Kegiatan Pembinaan Politik Daerah


Kegiatan pembinaan partai politik daerah ini merupakan kegiatan pembinaan politik
yang dilakukan oleh Kantor Kesatuan Bangsa. Kegiatan pembinaan politik daerah digunakan

RPJMD Provinsi Kalimantan Utara Tahun 2016-2021 II - 275


sebagai indikator melihat sejumlah aktifitas dalam mengakomodasi perkembangan politik
daerah. Informasi yang ada hanya ada di Kabupaten Nunukan, Malinau dan Kota Tarakan.
Kabupaten Malinau memiliki jumlah kegiatan yang fluktuasi namun cenderung stabil dari
tahun ke tahunnya. Kota Tarakan memiliki jumlah kegiatan yang cenderung lebih fluktuatif
dari pada Kabupaten Malinau. Kabupaten Nunukan belum dapat terlihat karena hanya ada
data tahun 2012. Informasi tiga kabupaten lainnya belum dapat digambarkan dengan
karena minimnya informasi yang tersedia.
Banyaknya pembinaan yang diselenggarakan ini berkaitan erat dengan jumlah
parpol yang ada. Banyak atau sedikitnya parpol biasanya dipengaruhi oleh siklus pemilihan
umum, jumlah parpol bisa bertambah maupun berkurang ketika akan mendekati pemilihan
umum.
Antara kegiatan kepartaian dengan kegiatan pemerintah seringkali tidak berjalan
secara linear. Hal ini dapat diatasi dengan menserasikan gerak langkah antara eksekutif
dengan legislatif. Partai politik merupakan home base setiap anggota DPRD. Komunikasi
dengan partai politik tentunya akan dapat berjalan lancar jika komunikasi dengan DPRD
berjalan lancar. Dengan demikian pembinaan partai politik bentuknya bukan sekedar
memberikan dana bantuan, akan tetapi melakukan komunikasi yang intensif. Kesadaran
partai politik hidup dalam wilayah Provinsi Kalimantan Utara yang harus ikut
bertanggungjawab dalam menjaga ketertiban dan ketentraman warga dan sekitarnya perlu
ditekankan. Kegiatan politik dan geliat demokrasi yang sering muncul tidak menyimpang
dari tatakrama dan sopan santun sebagai penduduk Provinsi Kalimantan Utara. Pembinaan
terhadap sikap santun berpolitik perlu dilakukan. Ke depan yang perlu diefektifkan dalam
pembinaan parpol adalah upaya untuk menumbuhkan kesadaran berpolitik dan beraktivitas
politik yang damai dan menjaga ketertiban lingkungan.

D. Layanan Masyarakat
1. Cakupan Sarana Prasarana Perkantoran Pemerintahan Desa/Kelurahan yang Baik
Indikator ini menggambarkan kualitas baik atau buruknya kantor kelurahan di
Provinsi Kalimantan Utara. Tabel di bawah ini menunjukkan bahwa hanya ada 68% kantor
desa/kelurahan di Provinsi Kalimantan Utara. Kabupaten Bulungan dan Kota Tarakan
memiliki kondisi sarana prasarana perkantoran kelurahan 100 untuk kategori baik dan
berada di dalam wilayah desa. Kondisi ini berbeda jika di Kabupaten Nunukan terdapat 11
kantor pemerintahan desa berada di luar wilayah desa. Sedangkan Kabupaten Malinau ada
3 desa yang tidak memiliki kantor pemerintahan dan Kabupaten Tana Tidung 6 desa
terlihat dari data potensi desa tahun 2014 dan 2015.

RPJMD Provinsi Kalimantan Utara Tahun 2016-2021 II - 276


Tabel 2.3.4.D.1.
Cakupan Sarana Prasarana Perkantoran Pemerintahan Kelurahan yang Baik
Tahun 2010 2015 di Provinsi Kalimantan Utara
Kabupaten/Kota 2010 2011 2012 2013 2014 2015
Bulungan n/a 100 100 100 100 100
Malinau 24 24 51 51 97 97
Nunukan n/a n/a 42 42 42 42
Tana Tidung n/a n/a 100 100 79 79
Tarakan n/a 100 100 100 100 100
Kalimantan Utara n/a n/a 69 69 68 68
Sumber:
1) Data Statistik Potensi Desa Kalimantan Timur Tahun 2012, 2013
2) Data Statistik Potensi Desa Kalimantan Utara Tahun 2014, 2015

2. Sistem Informasi Manajemen Pemda


Ketersediaan SIM Pemda sangat efektif dalam membantu dalam memudahkan
sistem administrasi. Produktivitas kerja dan prestasi kerja setiap instansi yang telah
memiliki SIM dapat meningkat seiring dengan kebutuhan aksesilibitas informasi yang
semakin penting. Konsistensi dan semangat untuk selalu meningkatkan pelayanan secara on
line juga merupakan langkah lanjut yang memerlukan dukungan kebijakan, etos kerja dan
sumberdaya yang memadai.
Sistem Teknologi Informasi diperlukan oleh semua SKPD sehingga membutuhkan
dukungan kompetensi yang memadai untuk semua pegawai dan pejabat. Permasalahan
yang dihadapi adalah rendahnya penguasaan teknologi informasi yang dimiliki oleh
pejabat/pegawai. Jika setiap pejabat/pegawai memiliki komitmen untuk pengembangan
skill dalam penggunaan TI sebagai pendukung kinerja, maka akan dapat lebih efektif.
Sistem informasi tidak hanya dapat dibatasi dengan pemaknaan SIM. Namun
sesungguhnya pada pemahaman yang lebih luas yaitu tentang sistem inovasi yang
mencakup teknologi yang lebih luas seperti peran sistem informasi dalam mendukung
kebijakan dan percepatan pembangunan dan pengkayaan informasi untuk kepentingan
kemajuan pengelolaan pemerintahan.
Perkembangan pengelolaan sistem informasi manajemen pemda. Data yang tersedia
menunjukkan bahwa terdapat fluktuasi jumlah sistem informasi manajemen pemda pada
setiap kabupaten/kota. Kabupaten Nunukan memiliki jumlah sistem informasi manajemen
pemda paling banyak. Kota Tarakan memiliki jumlah masih relatif stabil namun menurun
pada tahun 2011 ke 2012. Kabupaten Tana Tidung memiliki jumlah cenderung stabil.
Secara umum Provinsi Kalimantan Utara memiliki kecenderungan naik terlihat pada tahun
2011 ke 2012.

3. Indeks Kepuasan Layanan Masyarakat


Survei kepuasan masyarakat merupakan data autentik tentang respon masyarakat
dan persepsi masyarakat terhadap setiap jenis pelayanan yang diselenggarakan oleh

RPJMD Provinsi Kalimantan Utara Tahun 2016-2021 II - 277


pemerintah. Data primer dari survei IKM ini secara umum bersifat inspiratif dalam
peningkatakn kualitas pelayanan. Pengolahan data hasil survei IKM perlu dilakukan secara
lebih serius untuk mengkritisi kualitas pelayanan yang selama ini telah dilakukan.
Identifikasi dapat dilakukan terhadap jenis survei IKM dalam bentuk layanan tertentu
secara lengkap dapat direkap setiap tahun. Sisi peningkatan kualitas pelayanan perlu
diprogramkan untuk setiap jenis pelayanan masyarakat yang dilakukan, sehingga ada
peningkatan secara signifikan dari tahun ke tahun.
Indeks Kepuasan Masyarakat tentunya mencakup semua jenis pelayanan yang
diberikan kepada masyarakat. Pengukuran IKM dilakukan secara spesifik berdasarkan
kekhusuan pelayanan yang diberikan, sasaran yang dilayani. Beberapa jenis pelayanan yang
diberikan misalnya kesehatan, pendidikan, catatan sipil, perizinan dll. Untuk itu potret IKM
hendaknya dapat mencakup seluruh jenis pelayanan tersebut, sehingga penilaian
masyarakat terhadap pelayanan termonitor secara menyeluruh. Dewasa ini pengukuran
kepuasan masyarakat yang secara rutin dilakukan hanya untuk jenis pelayanan perijinan,
sedangkan jenis pelayanan laiinya belum cukup perhatian.
Pada tahun 2012 terlihat bahwa telah ada survei IKLM khususnya di Kabupaten
Bulungan, Kabupaten Malinau, dan Kabupaten Nunukan. Kota Tarakan sejak tahun 2010
tidak ada suevey IKLM namun pada tahun 2014 dan 2015 sudah ada. Kabupaten Tana
Tidung pernah ada survei IKLM yakni pada tahun 2010, sedangkan pada tahun 2011, 2012,
dan 2013 tidak dapat diketahui karena tidak ada informasi yang tersedia.

4. Lama Proses Perizinan


Perizinan merupakan sebuah instrumen penting dalam menumbuhkembangkan iklim
investasi yang kondusif. Secara umum, lama proses pelayanan perizinan merupakan salah
satu hal yang dapat menghambat atau mendorong investasi. Lama proses perizinan
merupakan rata-rata waktu yang dibutuhkan untuk memperoleh suatu perizinan (dalam
hari). Jenis perizinan yang dianalisis dalam indikator ini diantaranya:
1. IMB : Izin Mendirikan Bangunan
2. SIUP : Surat Izin Usaha Perdagangan
3. TDP : Tanda Daftar Perusahaan
4. IUI : Izin Usaha Industri
5. TDI : Tanda Daftar Industri
6. HO : Izin Gangguan

Indikator lama proses perizinan dilihat dari waktu yang dibutuhkan untuk
memperoleh suatu perizinan dalam satuan hari. Karena Provinsi Kalimantan Utara

RPJMD Provinsi Kalimantan Utara Tahun 2016-2021 II - 278


merupakan provinsi yang baru saja dibentuk pada tahun 2013, maka belum ada standar
pelayanan minimal dalam pelayanan perizinan skala provinsi. Oleh karena itu, kemudahan
perizinan dilihat per kabupaten/kota yang ada di dalam provinsi tersebut.
Pada tahun 2013, lama waktu proses pembuatan izin di Kota Tarakan rata-rata
membutuhkan waktu 9 (sembilan) hari. Dari keseluruhan izin yang dikeluarkan, Izin Usaha
Industri, Tanda Daftar Industri dan Izin Mendirikan Bangunan merupakan jenis perizinan
yang membutuhkan waktu paling lama yaitu 12 (dua belas) hari kerja. Sedangkan untuk
Kabupaten Bulungan, pada tahun 2012 rata-rata lama perizinan yang dikeluarkan adalah 4
(empat) hari dengan Izin Usaha yang membutuhkan waktu paling lama yaitu selama 9
(sembilan) hari.
Tabel 2.3.4.D.2
Jenis-Jenis Perijinan dan Lama Proses Pembuatan
Tahun 2013 di Kota Tarakan
Lama Mengurus Jumlah Persyaratan Biaya
No Uraian
(Hari) (dokumen) Resmi
1 Surat Izin Usaha Perdagangan (SIUP)
a. Izin usaha rekreasi dan hiburan umum 7 10 Gratis
b. Izin rumah makan/restoran 5 7 Gratis
c. Izin Usaha Hotel 7 8 Gratis
3 Izin Usaha Industri (IUI) 12 10 Gratis
4 Tanda Daftar Industri (TDI) 12 10 Gratis
5 Izin Mendirikan Bangunan (IMB) 12 11 Gratis
6 Izin Gangguan (HO) 10 8 Gratis
7 Pendaftaran PMDA 3 5 Gratis
Sumber:
1) Standar Pelayanan Minimal,
2) Badan Penanaman Modal dan Perizinan Terpadu Kota Tarakan tahun 2014

Tabel 2.3.4.D.3
Jenis-Jenis Perijinan dan Lama Proses Pembuatan
Tahun 2012 Kabupaten Bulungan
Jumlah Persyaratan Biaya
No Uraian Lama Mengurus (Hari)
(dokumen) Resmi
1 Izin Prinsip 3 3 Gratis
2 Izin Usaha 7 7 Gratis
3 Izin Prinsip Perluasan 3 9 Gratis
4 Izin Usaha Perluasan 3 5 Gratis
Sumber:
1) Dokumen dan Peluang Investasi Kabupaten Bulungan,
2) Dinas Penanaman Modal dan Pelayanan dan Perizinan Terpadu Kabupaten Bulungan Tahun 2014

2.4. ASPEK DAYA SAING DAERAH


2.4.1. Fokus Kemampuan Ekonomi Daerah
A. Kemampuan Ekonomi Daerah
1. Pengeluaran Konsumsi Rumah Tangga per Kapita
Indikator pengeluaran konsumsi rumah tangga per kapita merupakan salah satu
indikator yang digunakan sebagai tolok ukur kemampuan ekonomi suatu daerah yang
terkait dengan daya saing. Pengeluaran konsumsi rumah tangga dapat digunakan untuk

RPJMD Provinsi Kalimantan Utara Tahun 2016-2021 II - 279


mengetahui tingkat konsumsi atau daya beli masyarakat untuk memenuhi kebutuhan baik
pangan maupun non pangan. Semakin besar rasio atau angka konsumsi rumah tangga, maka
semakin atraktif kemampuan ekonomi daerah.
Tabel 2.4.1.A.1
Pengeluaran Konsumsi Rumah Tangga Per kapita Tahun 2010-2014
Provinsi Kalimantan Utara
Uraian 20101 20112 20122 20132 20142
Total Pengeluaran RT 74.913 77.004 109.670 118.765 152.082
(juta rupiah)
Jumlah RT3 120.012 88.384 111.164 141.847 151.029
Rasio (1./2.) 624.214 871.251 986.564 837.281 1.006.973
Sumber:
1) RPJP Kalimantan Utara
2) Kalimantan Utara Dalam Angka Tahun 2015
3) Hasil olahan 2016

Tabel 2.4.1.A.2
Pengeluaran Konsumsi Rumah Tangga Per kapita Tahun 2014
Kabupaten/Kota di Provinsi Kalimantan Utara
Kabupaten/Kota Total Pengeluaran RT Jumlah RT Rasio
Bulungan 26.676.553.600 42.400 629.164
Malinau 16.063.915.902 15.542 1.033.581
Nunukan 40.485
Tana Tidung 1.109.208
Tarakan 52.602
Sumber: Hasil olahan 2016

Dari tahun 2010-2014, diketahui bahwa pengeluaran per kapita di Provinsi


Kalimantan Utara mengalami perkembangan positif. Dalam sebulan pada tahun 2013,
pengeluaran konsumsi rumah tangga per kapita adalah sebesar 837 ribu rupiah. Angka ini
meningkat menjadi 1 juta rupiah di tahun 2014 atau mengalami peningkatan 20% dari
tahun sebelumnya. Di tingkat Kabupaten/Kota, pengeluaran konsumsi rumah tangga per
kapita Kabupaten Bulungan mencapai 600ribu rupiah per kapita per bulan. Sedangkan
Kabupaten Malinau dan Kabupaten Tana Tidung telah mencapai kurang lebih satu juta
rupiah.
Kenaikan angka pengeluaran rumah tangga per kapita dapat dipengaruhi oleh
beberapa faktor, antara lain kompleksitas kebutuhan dan inflasi. Jenis kebutuhan per
kapita yang semakin kompleks dapat langsung mempengaruhi kenaikan pengeluaran. Di
samping itu, inflasi tinggi yang merupakan dampak dari kenaikan harga barang-barang juga
menjadi penyebab semakin tingginya angka pengeluaran rumah tangga per kapita. Untuk
menjaga kesejahteraan masyarakat dan kestabilan ekonomi, laju inflase mestinya lebih
rendah dibandingkan besar pengeluaran konsumsi.

RPJMD Provinsi Kalimantan Utara Tahun 2016-2021 II - 280


2. Produktivitas Total Daerah
Produktivitas total daerah digunakan untuk melihat produktivitas tiap sektor dengan
melihat produktivitas tenaga kerja di sektor tersebut. Besarnya produktivitas tiap sektor
dapat menjadi salah satu indikator daya saing antar daerah. Produktivitas total daerah
Provinsi Kalimantan Utara berkembang fluktuatif dengan kecenderungan meningkat positif.
Tabel 2.4.1.A.3
Produktivitas Total Daerah Tahun 2010-2014
Provinsi Kalimantan Utara
Uraian 2010 2011 2012 2013 2014
Jumlah Tenaga Kerja2 201.812 210.980 217.926 268.758 273.191
PDRB (Juta Rp) 1 34.918.578,10 37.829.038,80 40.768.541,40 44.091.699,30 47.696.806,70
Produktivitas total (Juta 173 179 187 164 175
Rp) 3
Sumber:
1) Publikasi PDRB Provinsi Kalimantan Utara 2016 dengan hasil olahan
2) Kalimantan Utara Dalam Angka Tahun 2015
3) Hasil olahan 2016

Sejak tahun 2010 hingga 2012, produktivitas total darah terus meningkat seiring
dengan tumbuhnya jumlah tenaga kerja dan PDRB total daerah. Namun pada tahun 2013,
produktivitas total daerah mengalami penurunan sebesar 12,3% akibat penurunan jumlah
tenaga kerja. Namun angka ini kembali membaik di tahun 2014 dengan peningkatan
sebesar 6,7% dari tahun sebelumnya.
Sedangkan produktivitas total daerah tiap Kabupaten/Kota di Provinsi Kalimantan
Utara paling besar adalah Kabupaten Bulungan yaitu 201 juta rupiah dan terendah Kota
tarakan sebesar 178Juta rupiah. Hal ini disebabkan karena jumlah tenaga kerja di
Kabupaten Bulungan tidak sama besar dengan Kota Tarakan, sehingga pembagian oleh
PDRB total akan menghasilkan nilai yang lebih besar. Besarnya produktivitas total daerah
akan menunjukkkan tingkat kesejahteraan tenaga kerja.
Tabel 2.4.1.A.4
Produktivitas Total Daerah Tahun 2010-2014
Kabupaten/Kota Provinsi Kalimantan Utara
Kabupaten/Kota 20101 20111 20121 20131 20141
Bulungan 156 161 176 192 201
Malinau 159 178 170 179 189
Nunukan 230 243 263
Tana Tidung 447 395 438
Tarakan 140 154 160 175 178
Sumber:
1) Kabupaten Bulungan Dalam Angka Tahun 2013, 2014, dan 2015
2) Kabupaten Malinau Dalam Angka Tahun 2013, 2014, dan 2015
3) Kota Tarakan Dalam Angka Tahun 2015
4) dengan hasil olahan 2016

3. Jenis dan Jumlah Bank dan Cabang


Bank adalah badan usaha yang menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk
simpanan dan menyalurkannya kepada masyarakat dalam bentuk kredit dan atau bentuk-

RPJMD Provinsi Kalimantan Utara Tahun 2016-2021 II - 281


bentuk lainnya dalam rangka meningkatkan taraf hidup masyarakat. Terdapat empat jenis
bank yang dimaksudkan dalam indikator ini, yaitu bank umum pemerintah, bank umum
swasta, bank pembangunan, dan bank pengkreditan rakyat. Akan tetapi karena tidak
semua Kabupaten/Kota memiliki basis data bank menurut jenisnya, maka data yang
disajikan berikut ini adalah data akumulasi jumlah seluruh bank.
Tabel 2.4.1.A.5
Jumlah Bank Tahun 2010-2014
Provinsi Kalimantan Utara
Kabupaten/Kota 20101 20111 20121 20131 20141
Bulungan 9 9 10 10 4
Malinau 3 3 5 5 5
Nunukan 4 6 7 8 9
Tana Tidung 1 1 1 3 3
Tarakan 30 30 32 32 29
Kalimantan Utara2 47 49 55 58 40
Sumber:
1) Kabupaten Bulungan Dalam Angka Tahun 2012, 2013, 2014, dan 2015
2) Kabupaten Malinau Dalam Angka Tahun 2012, 2013, 2014, dan 2015
3) Kabupaten Nunukan Dalam Angka Tahun 2012, 2013, 2014, dan 2015
4) Kabupaten Tana Tidung Dalam Angka Tahun 2015
5) Kota Tarakan Dalam Angka Tahun 2015
6) Hasil olahan 2016

Jumlah bank di Provinsi Kalimantan Utara terus bertambah selama periode 2010-
2014. Hal ini mengindikasikan adanya perkembangan ekonomi dan meningkatnya
kebutuhan jasa perbankan. Kabupaten Malinau dan Kabupaten Nunukan merupakan
Kabupaten yang mengalami pertumbuhan bank paling pesat. Pada tahun 2014, jumlah bank
di Kabupaten Malinau tumbuh hingga lima unit, dan Kabupaten Nunukan bertambah hingga
sembilan unit. Di samping itu, Kabupaten Tana Tidung hingga saat ini hanya memiliki satu
unit bank. Kota Tarakan masih menjadi pusat kawasan ekonomi paling berkembang di
antara Kabupaten lainnya dengan jumlah total bank mencapai 29 unit di tahun 2014.

4. Jenis dan Jumlah Perusahaan Asuransi dan Cabang


Asuransi merupakan alat untuk menanggulangi risiko (nasabah) dengan cara
menanggung bersama kerugian yang mungkin terjadi dengan pihak lain (perusahaan
asuransi). Perusahaan asuransi adalah jenis perusahaan yang menjalankan usaha asuransi,
meliputi asuransi kerugian dan asuransi jiwa. Usaha suransi adalah usaha jasa keuangan
yang menghimpun dana masyarakat melalui pengumpulan premi asuransi guna memberikan
perlindungan kepada anggota masyarakat pemakai jasa asuransi terhadap kemungkinan
timbulnya kerugian karena suatu peristiwa yang tidak pasti terhadap hidup atau
meninggalnya seseorang.

RPJMD Provinsi Kalimantan Utara Tahun 2016-2021 II - 282


5. Jenis, Kelas, dan Jumlah Restoran
Ketersediaan restoran pada suatu daerah menunjukkan daya tarik investasi suatu
daerah terutama di bidang kuliner. Restoran juga merupakan bentuk kegiatan ekonomi di
bidang perdagangan yang juga dapat mendukung sektor pariwisata. Oleh karena itu,
banyaknya restoran dan rumah makan dapat menjadi salah satu indikator perkembangan
kegiatan ekonomi suatu daerah dan peluang-peluang yang ditimbulkannya.
Ada bermacam-macam jenis dan istilah restoran, antara lain restoran adalah
tempat menyantap makanan dan minuman yang disediakan dengan dipungut bayaran, tidak
termasuk usaha jenis tataboga atau catering. Sedangkan pengusahaan usaha restoran dan
rumah makan adalah penyedia jasa pelayanan makanan dan minuman kepada tamu usaha
pokok, seperti restoran di dalam hotel. Pada tahun 2015, jumlah restoran di Provinsi
Kalimantan Utara yang telah mendapatkan izin usaha adalah sebesar 221. Distribusi
restoran terbanyak ada di Kota Tarakan, yakni sebanyak 131.
Tabel 2.4.1.A.6
Jumlah Restoran/Rumah Makan Tahun 2015
Provinsi Kalimantan Utara
Jumlah Restoran/RM
Kabupaten/Kota
yang memiliki izin
Bulungan 13
Malinau 24
Nunukan 45
Tana Tidung 8
Tarakan 131
Kalimantan Utara 221
Sumber: Biro Perekonomian dan Pembangunan, 2016

6. Jenis, Kelas, dan Jumlah Penginapan/Hotel


Penginapan/hotel merupakan salah satu fasilitas penunjang pariwisata pada suatu
wilayah. Ketersediaan penginapan/hotel merupakan salah satu aspek yang penting dalam
meningkatkan daya saing daerah, terutama dalam menerima dan melayani jumlah
kunungan dari luar daerah. Semakin berkembangnya investasi ekonomi daerah akan
meningkatkan daya tarik kunjungan ke daerah tersebut dan kebutuhan akomodasi
penginapan/hotel.

RPJMD Provinsi Kalimantan Utara Tahun 2016-2021 II - 283


Tabel 2.4.1.A.7
Jumlah Hotel non bintang Tahun 2010-2014
Provinsi Kalimantan Utara
Kabupaten/Kota 20101 20111 20121 20132 20142
Bulungan 24 22 24 39 39
Malinau 9 18 20 24
Nunukan 20 20 35 34 38
Tana Tidung 4 10 10 11 12
Tarakan 31 30 30 27 33
Kalimantan Utara3 88 100 119 135 124
Sumber:
1) RPJP Kalimantan Utara
2) Kabupaten Bulungan Dalam Angka Tahun 2015
3) Kabupaten Malinau Dalam Angka Tahun 2015
4) Kabupaten Nunukan Dalam Angka Tahun 2015
5) Kabupaten Tana Tidung Dalam Angka Tahun 2015
6) Kota Tarakan Dalam Angka Tahun 2015
7) Kalimantan Utara Dalam Angka 2015 dan Hasil olahan 2016

Jumlah hotel di Provinsi Utara kini telah tersebar merata di seluruh


Kabupaten/Kota. Meskipun demikian, jumlah hotel non bintang terbanyak masih berada di
Kabupaten Bulungan dan Kota Tarakan. Hal ini disebabkan Kabupaten Bulungan merupakan
pusat pemerintahan Kabupaten dan Provinsi, sedangkan Kota Tarakan merupakan pusat
ekonomi dan bisnis serta pintu gerbang bagi para pendatang luar negeri maupun domestik.
Tabel 2.4.1.A.8
Jumlah Hotel Bintang Tahun 2010-2014
Provinsi Kalimantan Utara
Kabupaten/Kota 20101 20111 20121 20132 20142
Bulungan - - - - -
Malinau - - - - -
Nunukan - - - - -
Tana Tidung - - - - -
Tarakan 4 5 5 8 8
Kalimantan Utara3 4 5 5 8 8
Sumber:
1) RPJP Kalimantan Utara
2) Kota Tarakan Dalam Angka Tahun 2015
3) Kalimantan Utara Dalam Angka 2015 dan Hasil olahan 2016

Untuk jumlah hotel berbintang di Provinsi Kalimantan Utara, masih berpusat di Kota
Tarakan. Perkembangannya selama periode tahun 2010-2014 menunjukkan tren positif.
Laju pertumbuhan jumlah hotel berbintang di Kota Tarakan mencapai lebih dari dua kali
lipat tahun semula. Hal ini menunjukkan bahwa lebih kompleksnya permintaan fasilitas
hotel di Kota Tarakan dibanding daerah lainnya.

B. Pertanian
Nilai Tukar Petani merupakan angka yang digunakan untuk mengukur daya tukar
produk yang dijual petani dengan produk yang dibutuhkan petani dalam produksi dan
konsumsi rumah tangga. Nilai Tukar Petani diperoleh dengan cara membandingkan antara
indeks harga yang diterima petani (lt) dengan indeks harga yang dibayar petani (lb),

RPJMD Provinsi Kalimantan Utara Tahun 2016-2021 II - 284


dimana lt menunjukkan fluktuasi harga barang-barang yang dihasilkan petani sedangkan lb
menunjukkan harga barang yang dikonsumsi petani termasuk didalamnya barang yang
dipergunakan untuk memproduksi hasil pertanian. Berikut disajikan data tentang Nilai
Tukar Petani selama tahun 2014 hingga 2015 dirinci tiap bulan.

Tabel 2.4.1.B.1
Nilai Tukar Petani Tahun 2014-2015
Provinsi Kalimantan Timur
2014 2015
Bulan Indeks yang Indeks yang Nilai Tukar Petani Indeks yang Indeks yang Nilai Tukar Petani
Diterima (lt) Dibayar (lb) (NTP) Diterima (lt) Dibayar (lb) (NTP)
Januari 107,96 109,34 98,74 115,89 116,66 99,34
Februari 109,07 109,56 99,55 117,1 116,19 100,78
Maret 109,41 109,73 99,71 116,53 116,84 99,73
April 110,45 110,12 100,30 116,4 117,96 98,68
Mei 110,09 110,42 99,70 116,72 118,31 98,66
Juni 110,54 110,79 99,77 116,37 119,16 97,66
Juli 111,72 112,05 99,71 117,12 119,59 97,93
Agustus 112,3 112,17 100,12 117,89 119,68 98,50
September 113,46 112,2 101,12 117,71 119,46 98,54
Oktober 113,27 112,38 100,79 117,65 119,76 98,24
November 114,49 114,2 100,25 117,39 119,75 98,03
Desember 116,9 116,98 99,93 0 0 0,00
Sumber: Berita Resmi Statistik Provinsi Kalimantan Timur Tahun 2014-2015

Selama periode 2014-2015 secara umum mengalami penurunan dari tahun 2014 ke
tahun 2015. Nilai tukar petani terendah terdapat di angka 97,66 yakni di bulan Juni tahun
2015. Adapun nilai tertinggi di angka 101,12 yang terdapat di bulan September tahun 2014.
Peningkatan NTP dapat dilakukan dengan peningkatan indeks harga bayar petani denagn
tidak terlalu progresif. NTP sebagai indikator kesejahteraan petani meskipun dinilai kurang
relevan karena tidak mengakomodasi kemajuan produktivitas pertanian, teknologi dan
pembangunan tapi cukup diposisikan sebagai ala ukur guna menghitung daya beli
penerimaan petani terhadap pengeluaran petani. Sebagai provinsi pemekaran baru, nilai
tukar petani yang terdapat di provisni Kalimanatan Utara masih tergabung dengan nilai
tukar petani provinsi Kalimantan Timur. Oleh karena itu, perlu adanya upaya menganalisis
secara mandiri guna mengetahui niali tukar petani khususnya di Provinsi Kalimantan Utara.

C. Pengeluaran Konsumsi Non Pangan Per Kapita


Indikator pengeluaran konsumsi non pangan per kapita digunakan untuk mengetahui
pola konsumsi rumah tangga di luar kebutuhan pangan. Melalui analisis pengeluaran
konsumsi non pangan per kapita, dapat dilihat juga bagaimana perkembangan tingat

RPJMD Provinsi Kalimantan Utara Tahun 2016-2021 II - 285


kesejahteraan penduduk, yaitu dari kemampuan membeli kebutuhan non pangan atau
kebutuhan sekunder-tersier.
Tabel 2.4.1.C.1
Pengeluaran Konsumsi Non Pangan Rumah Tangga Per Kapita
Tahun 2010-2014 di Provinsi Kalimantan Utara
Uraian 20101 20112 20122 20132 20142
Total Pengeluaran non pangan per kapita 296.976 467.532 535.643 405.273 527.909
Total Pengeluaran per kapita 624.214 871.251 986.564 837.281 1.006.973
Rasio (%)3 48 54 54 48 52
Sumber:
1) RPJP Kalimantan Utara
2) Kalimantan Utara Dalam Angka Tahun 2015
3) Hasil olahan 2016

Tabel di atas menunjukkan bahwa pola konsumsi rumah tangga per kapita untuk
non pangan di Provinsi Kalimantan Utara relatif seimbang 50% : 50%. Tinggi rendahnya
pengeluaran konsumsi non pangan dapat dipengaruhi oleh lokasi tempat tinggal dan tingkat
kemajuan daerah. Masyarakat yang tinggal di pusat kota cenderung memiliki kebutuhan
yang lebih kompleks daripada masyarakat pedesaan, termasuk kebutuhan non pangan.

Tabel 2.4.1.C.2
Pengeluaran Konsumsi Non Pangan Rumah Tangga Per Kapita menurut Kabupaten/Kota
Tahun 2014 di Provinsi Kalimantan Utara
Total Pengeluaran Non Total
Kabupaten/Kota Rasio
Pangan Pengeluaran
Bulungan1 287.372 629.164 45,68
Malinau2 506.092 1.033.581 48,96
Nunukan
Tana Tidung3 568.218 1.109.208 51,23
Tarakan
Sumber:
1) Kabupaten Bulungan Dalam Angka 2015
2) Kabupaten Malinau Dalam Angka 2015
3) Kabupaten Tana Tidung Dalam Angka 2015

Tabel di atas menunjukkan bahwa rata-rata pengeluaran konsumsi RT non pangan di


Kabupaten Bulungan mencapai 45,68% di tahun 2014. Kondisi yang tidak jauh berbeda juga
terjadi di Kabupaten Malinau, yakni sebesar 48,96%. Kabupaten Tana Tidung menunjukkan
angka lebih dari 50% pengeluaran rumah tangga dihabiskan untuk memenuhi kebutuhan non
pangan, yakni sebesar 51,23%.

2.4.2. Fokus Fasilitas Wilayah/Infrastruktur


A. Perhubungan
1. Rasio Panjang Jalan per Jumlah Kendaraan
Indikator rasio panjang jalan per jumlah kendaraan merupakan salah satu indikator
aksesibilitas daerah dalam fasilitas wilayah/infrastruktur. Suatu fasilitas wilayah atau
infrastruktur bertujuan untuk menunjang daya saing daerah dalam hubungannya dengan

RPJMD Provinsi Kalimantan Utara Tahun 2016-2021 II - 286


ketersediaan (availability) dalam mendukung aktivitas ekonomi daerah di berbagai sektor
di daerah dan antar wilayah. Indikator ini didapatkan dari perbandingan antara jumlah
panjang jalan dengan jumlah kendaraan.
Tabel 2.4.2.A.1
Rasio Panjang Jalan Per Jumlah Kendaraan Menurut Kabupaten/Kota
di Provinsi Kalimantan Utara Tahun 2010-2014
Uraian Kabupaten/ Kota 2010 2011 2012 2013 2014
Panjang jalan Bulungan 840,52 857,21 932,80 960,47 1.003,68
seluruhnya (km) Malinau 1.053,75 1.033,54 1.105,98 1.467,99 1.640,49
Nunukan 694,97 777,24 828,73 856,94 934,92
Tana Tidung 103,70 246,94 354,47 354,47 248,09
Tarakan 220,06 220,06 225,00 227,10 228,03
Kalimantan Utara 2.913,00 3.134,99 3.446,99 3.866,97 4.055,21
Jumlah kendaraan Bulungan 4.711 5.269 5.246 6.126 7.453
(unit) Malinau 7.945 13.079 15.452 17.877 20.015
Nunukan 25.084 30.045 34.120 37.577 44.041
Tana Tidung - - - - -
Tarakan 54.727 64.033 63.723 68.360 71.768
Kalimantan Utara 92.467 112.426 118.541 129.940 143.277
Rasio panjang jalan Bulungan 0,178 0,163 0,178 0,157 0,135
per jumlah Malinau 0,133 0,079 0,072 0,082 0,082
kendaraan Nunukan 0,028 0,026 0,024 0,023 0,021
Tana Tidung - - - - -
Tarakan 0,004 0,003 0,004 0,003 0,003
Kalimantan Utara 0,032 0,028 0,029 0,030 0,028
Sumber : Kabupaten/Kota Dalam Angka Tahun 2008-2015 dengan Hasil Olahan

Jumlah kendaraan yang dimaksudkan dalam tabel di atas adalah jumlah sepeda
motor, bis, mobil barang, dan mobil penumpang. Data Kabupaten Tana Tidung tidak dapat
ditemukan, sehingga akan bias bila dihitung jumlah per data provinsi.

2. Jumlah Orang/Barang yang Terangkut Angkutan Umum


Indikator orang/barang yang terangkut angkutan umum memiliki kesamaan
indikator dengan jumlah orang/barang melalui dermaga/bandara/terminal per tahun,
sehingga kedua indikator ini akan digabungkan menjadi satu indikator.

RPJMD Provinsi Kalimantan Utara Tahun 2016-2021 II - 287


Tabel 2.4.2.A.2
Perkembangan Jumlah Lalu Lintas Penumpang Pesawat Menurut Kabupaten/Kota
di Provinsi Kalimantan Utara Tahun 2010-2015
Kab/Kota Uraian 2010 2011 2012 2013 2014 2015
Tarakan Datang 338.311 365.020 459.143 492.504 534.758 2.871.605
Pergi 341.837 371.261 471.184 499.075 540.233 2.927.276
Transit 7.769 9.501 8.100 9.483 15.399 59.020
TOTAL 687.917 745.782 938.427 1.001.062 1.090.390 5.857.901
Bulungan Datang 917 3.590 5.584 10.805 14.530
Pergi 1.562 4.323 6.307 12.352 18.064
Transit - - 24 4.210 9.584
TOTAL 2.479 7.913 11.915 27.367 42.178
Malinau Datang 15.708 21.774 14.004 22.923 26.302
Pergi 14.849 18.646 21.925 30.044 31.739
Transit 0 0 - 2.621 -
TOTAL 30.557 40.420 35.929 55.588 58.041
Nunukan Datang 25.746 24.492 27.849 27.648 26.975
Pergi 25.935 26.035 24.177 26.497 28.577
Transit - - - - -
TOTAL 51.681 50.527 52.026 54.145 55.552
Sumber : Kabupaten/Kota Dalam Angka Tahun 2008-2015 dengan Hasil Olahan

Secara umum, jumlah lalu lintas penumpang pesawat udara di Provinsi Kalimantan
Utara memiliki kecenderungan meningkat dalam kurun waktu tahun 2010 hingga tahun
2014, dengan perkembangan jumlah lalu lintas penumpang pesawat terbesar di Provinsi
Kalimantan Utara terdapat di Kota Tarakan yang memang memiliki bandara internasional.
Kenaikan jumlah penumpang di Bandara Juwata Tarakan dapat dikatakan cukup signifikan
dalam kurun waktu tahun 2010 hingga 2015 dengan rata-rata pertumbuhan sebesar 53,48
persen per tahun.
Tabel 2.4.2.A.3
Perkembangan Jumlah Arus Lalu Lintas Barang di Bandara Menurut Kabupaten/Kota
di Provinsi Kalimantan Utara Tahun 2010-2015
Kab/ Kota Uraian 2010 2011 2012 2013 2014
Tarakan Bongkar (kg) 3.328.616 4.072.212 4.791.167 5.164.059 4.973.138
Muat (kg) 2.886.117 3.751.296 3.603.871 3.961.782 3.844.527
TOTAL 6.214.733 7.823.508 8.395.038 9.125.841 8.817.665
Bulungan Bongkar (kg) 6.928 25.233 3.433 17.757 35.905
Muat (kg) 11.324 26.276 5.361 27.855 52.178
TOTAL 18.252 51.509 8.794 45.612 88.083
Malinau Bongkar (kg) 65.394 118.494
Muat (kg) 13.458 38.582
TOTAL 78.852 157.076
Nunukan Bongkar (kg) 50.847 71.846 89.784 86.175 98.731
Muat (kg) 72.628 82.840 70.697 79.168 84.486
TOTAL 123.475 154.686 160.481 165.343 183.217
Sumber : Kabupaten/Kota Dalam Angka Tahun 2008-2015 dengan Hasil Olahan

Perkembangan jumlah arus lalu lintas barang di bandara baik di Kota Tarakan,
Kabupaten Bulungan, Kabupaten Malinau, dan Kabupaten Nunukan memiliki kecenderungan
meningkat. Bandara Juwata (Tarakan) memiliki rata-rata peningkatan jumlah arus lalu
lintas barang sebesar 9,14 persen per tahun, sedangkan untuk di bandara Kabupaten

RPJMD Provinsi Kalimantan Utara Tahun 2016-2021 II - 288


Bulungan memiliki peningkatan sebesar 48,22 persen per tahun, dan bandara di Kabupaten
Nunukan memiliki peningkatan sebesar 10,37 persen per tahun.
Tabel 2.4.2.A.4
Perkembangan Jumlah Lalu Lintas Penumpang di Dermaga Menurut Kabupaten/Kota
di Provinsi Kalimantan Utara Tahun 2010-2014
Kab/Kota Uraian 2010 2011 2012 2013 2014
Bulungan Dermaga Naik 119.152 126.000 180.368
Turun 113.172 126.000 185.383
TOTAL 232.324 252.000 365.751
Speed boat 103.793
Malinau Pelabuhan Naik 44.693 57.086 72.992 80.109 79.506
Kelapis Turun 62.492 64.029 72.294 74.452 74.452
TOTAL 107.185 121.115 145.286 154.561 153.958
Nunukan Agkt Laut (dlm) Naik 183.495 201.627 192.714 144.532 131.283
Turun 140.827 155.911 175.141 176.397 173.656
TOTAL 324.322 357.538 367.855 320.929 304.939
Agkt Laut (luar) Naik 88.742 103.876 102.531 132.889 134.843
Turun 92.900 106.366 117.436 125.643 128.934
TOTAL 181.642 210.242 219.967 258.532 263.777
KTT Dermaga Naik 33.793
Tideng Pale Turun 28.076
TOTAL 61.869,0
Sumber : Kabupaten/Kota Dalam Angka Tahun 2008-2015 dengan Hasil Olahan

Perkembangan jumlah lalu lintas penumpang di dermaga dalam kurun waktu yang
sama (tahun 2010 hingga tahun 2014) juga memiliki kecenderungan meningkat. Meskipun
demikian, perkembangan yang disajikan dalam tabel diatas tidak dapat menggambarkan
kondisi transportasi sungai di wilayah Provinsi Kalimantan Utara karena adanya
keterbatasan data yang diperoleh.
Tabel 2.4.2.A.5
Perkembangan Jumlah Arus Lalu Lintas Barang di Dermaga/Pelabuhan Menurut Kabupaten/Kota
di Provinsi Kalimantan Utara Tahun 2010-2015
Kab/ Kota Uraian 2010 2011 2012 2013 2014
Bulungan Bongkar (ton) 69.884,339 60.866,230 58.887,985 -
Muat (ton) 681,690 160,832 - -
TOTAL 70.566,029 61.027,062 58.887,985 -
Malinau Bongkar (ton) 368.044 14.105 569.068 51.202 51.202
Muat (ton) 936.611 5.488 43.443 10.695 10.695
TOTAL 1.304.655 19.593 612.511 61.897 61.897
KTT Bongkar (ton) 67.345
Muat (ton) 92.857
TOTAL 160.202
Sumber : Kabupaten/Kota Dalam Angka Tahun 2008-2015 dengan Hasil Olahan

Data yang diperoleh untuk indikator jumlah arus lalu lintas barang di
dermaga/pelabuhan di Provinsi Kalimantan Utara sangat terbatas, hal ini dapat dilihat dari
data yang tertulis pada tabel di atas, hanya terdapat data di Kabupaten Bulungan,
Kabupaten Malinau, dan Kabupaten Tana Tidung. Data yang tersedia tersebut juga tidak
memiliki data tahun yang lengkap, sehingga tidak dapat dilakukan analisis lebih mendalam.

RPJMD Provinsi Kalimantan Utara Tahun 2016-2021 II - 289


B. Penataan Ruang
Dalam urusan penataan ruang pada aspek daya saing daerah sesuai dengan Lampiran
1 Permendagri 54/2010 ini terdapat 7 (tujuh) indikator, yakni ketaatan terhadap RTRW,
luas wilayah produktif, luas wilayah industri, luas wilayah kebanjiran, luas wilayah
kekeringan, luas wilayah perkotaan, dan persentase guna lahan terhadap luas wilayah.
Namun beberapa indikator tidak tersedia sehingga tidak ditampilkan. Indikator-indikator
tersebut secara lebih jelas dapat dilihat pada deskripsi di bawah ini.

1. Luas Wilayah Produktif


Analisis ini menggunakan data luasan lahan pertanian, perkebunan, dan hutan
produksi untuk menghitung luas kawasan produktif. Secara agregat, kabupaten-kabupaten
di Provinsi Kalimantan Utara mengalami penurunan luasan kawasan produktif, terutama
sangat signifikan pada tahun 2007-2008, akan tetapi meningkat sejak tahun 2008.
Tabel 2.4.2.B.1
Luas Kawasan Lindung dan Budidaya di Provinsi Kalimantan Utara (Ha)
Luas (Ha)
Kabupaten/Kota
Wilayah Kawasan Lindung Kawasan Budidaya
Bulungan 1.801.050 367.853 1.433.197
Malinau 3.976.632 1.683.835 2.292.797
Nunukan 1.449.300 488.657 960.643
Tana Tidung 482.858 26.264,75 456.593,3
Tarakan 25.08 11.742,99 13.337,01
Kalimantan Utara 7.734.920 2.578.353,1 5.156.566,9
Sumber:
1) RTRW Kabupaten Malinau Perda No. 19 Tahun 2013
2) RTRW Kabupaten Nunukan Perda No. 11 Tahun 2012
3) RTRW Kota Tarakan Perda No. 4 Tahun 2012
4) RTRW Kabupaten Tana Tidung Perda No. 16 Tahun 2012
5) RTRW Kabupaten Bulungan Perda No. 4 Tahun 2013

Secara rinci, penurunan pada luasan kawasan produktif disebabkan oleh penurunan
signifikan kawasan hutan produksi. Kawasan hutan produksi mengalami penurunan drastis
pada tahun 2007-2008. Berkebalikan dengan itu, luasan kawasan perkebunan justru
meningkat selama 2008-2012. Sementara itu, kawasan pertanian cukup stabil dan baru
mengalami penurunan pada 2011-2012. Hal tersebut mengindikasikan bahwa sebagian
hutan produksi yang terkonversi berubah menjadi perkebunan atau peruntukan lain yang
tidak dijelaskan dalam analisis ini. Selain itu, dapat diindikasikan pula adanya peningkatan
kegiatan pembukaan lahan untuk perkebunan hingga tahun 2012.

RPJMD Provinsi Kalimantan Utara Tahun 2016-2021 II - 290


Tabel 2.4.2.B.2
Persentase Kawasan Produktif terhadap Kawasan Budidaya
Kawasan Produktif terhadap
Kabupaten/Kota Kawasan Budidaya
2010 2011 2012
Malinau 2.014.788 2.014.203 2.047.473
Bulungan 947.189 952.954 862.491
Nunukan 561.864 560.613 484.732
Tana Tidung 845 5.137 201.414
Tarakan 2.905 2.926 993
Kalimantan Utara 3.527.591 3.535.833 3.597.103
% Kawasan Produktif 68,41% 68,57% 69,76%
Sumber: Kalimantan Timur Dalam Angka 2008-2013

2. Luas Wilayah Industri


Persentase kawasan industri terhadap kawasan budidaya di Provinsi Kalimantan
Utara diketahui sangat kecil, yakni 0,22%. Hanya Kota Tarakan yang memiliki persentase
kawasan industri lebih dari 10%, sementara kabupaten lain tidak mencapai angka 1%. Hal
ini dapat dipahami karena Kota Tarakan merupakan kota jasa dan perdagangan sehingga
kegiatan industri lebih berkembang di kota ini dibandingkan dengan kabupaten lain yang
masih bersifat kawasan pedesaan, dengan kegiatan ekonomi di sektor primer. Begitu juga
pada Peta RTRW Provinsi Kalimantan Timur, tidak ditemukan delineasi kawasan industri
pada kabupaten-kabupaten yang tergabung dalam Provinsi Kalimantan Utara. Hal tersebut
mengindikasikan adanya gap signifikan antara kondisi sekarang dengan rencana untuk
mengembangkan industri dalam mendukung Kawasan Andalan Tatapanbuma, termasuk di
antaranya adalah industri pengolahan batu bara, kelapa sawit, dan karet serta mendukung
Kawasan Pengembangan Ekonomi Terpadu (KAPET) di Nunukan. Kawasan Andalan
Tatapanbuma dicantumkan dalam RTRW Nasional dan RTR Pulau Kalimantan sebagai
kawasan strategis untuk pengembangan sektor perkebunan, perikanan, pertambangan,
pariwisata, industri pengolahan dan pertanian. Untuk mendukung kegiatan ekstraksi dan
industri kawasan ini, tiga pelabuhan direncanakan sebagai hub pemasaran produk industri,
yakni Nunukan, Tarakan, dan Tanjung Selor.
Tabel 2.4.2.B.3
Persentase Kawasan Industri terhadap Kawasan Budidaya
Kabupaten/Kota Luas Kawasan Industri (Ha) Persentase Kawasan Industri (%)
Bulungan 7.786 0,54
Malinau 1.047 0,05
Nunukan 520 0,05
Tana Tidung 206 0,05
Tarakan 1.693,09 12,69
Kalimantan Utara 11.252,09 0,22
Sumber: Dokumen RPJPD Provinsi Kalimantan Utara Tahun 2005-2025

3. Luas Wilayah Kebanjiran


Berdasarkan data yang ada, diketahui bahwa 2.34% wilayah Kabupaten Nunukan
terdampak banjir pada tahun 2012, sementara hanya sedikit wilayah di Kabupaten Tana

RPJMD Provinsi Kalimantan Utara Tahun 2016-2021 II - 291


Tidung yang terdampak banjir. Menurut peta indeks kerawanan banjir Provinsi Kalimantan
Timur tahun 2010, Kabupaten Bulungan merupakan area yang memiliki indeks kerentanan
paling tinggi. Titik-titik genangan di Kabupaten Bulungan tersebar di pantai timur.
Persentase kawasan terdampak banjir Kalimantan Utara tidak dapat dihitung karena
ketidaktersediaan data
Tabel 2.4.2.B.4
Persentase Kawasan Berdampak Banjir terhadap Kawasan Budidaya
Kabupaten/Kota Luas Kawasan Terdampak Banjir (Ha) Kawasan Terdampak Banjir (%)
Bulungan n/a n/a
Malinau n/a n/a
Nunukan 22.471 2,34
Tana Tidung 291 0,06
Tarakan n/a n/a
Kalimantan Utara n/a n/a
Sumber: Dokumen RPJPD Provinsi Kalimantan Utara Tahun 2005-2025

RPJMD Provinsi Kalimantan Utara Tahun 2016-2021 II - 292


Gambar 2.4.2.B.1
Peta Indeks Kerentanan Banjir Kalimantan Timur
Sumber: BNPB, 2010

RPJMD Provinsi Kalimantan Utara Tahun 2016-2021 II - 293


Gambar 2.4.2.B.2
Peta Daerah Potensi Banjir Pulau Kalimantan
Sumber: BNPB, 2010

RPJMD Provinsi Kalimantan Utara Tahun 2016-2021 II - 294


4. Luas Wilayah Perkotaan
Kota Tarakan, yang juga merupakan pusat pertumbuhan dan pusat permukiman
Provinsi Kalimantan Utara, memiliki persentase kawasan perkotaan lebih dari 70% kawasan
budidayanya. Angka tersebut menunjukkan perbedaan yang tajam dengan kabupaten lain,
seperti Kabupaten Bulungan, Kabupaten Malinau, dan Kabupaten Tana Tidung yang
penggunaan kawasan budidayanya didominasi oleh kawasan hutan non lindung. Menurut
RTRW Provinsi Kalimantan Timur, secara spasial, aglomerasi permukiman perkotaan
terkonsentrasi di Tanjung Selor dan Tanjung Palas (Kabupaten Bulungan), serta Tarakan.
Selain itu terdapat upaya pengembangan Kota Terpadu Mandiri di Kabupaten Nunukan yang
dikembangkan dari kawasan transmigrasi. Persentase kawasan perkotaan di Provinsi
Tarakan tidak dapat dihitung karena tidak tersedianya data Kabupaten Nunukan.
Tabel 2.4.2.B.5
Persentase Kawasan Perkotaan terhadap Kawasan Budidaya
Kabupaten/Kota Luas Kawasan Perkotaan (Ha) Kawasan Perkotaan (%)
Bulungan 8.950 0,62
Malinau 3.002 0,13
Nunukan n/a n/a
Tana Tidung 8101 1,77
Tarakan 9.839,00 73,77
Kalimantan Utara n/a n/a
Sumber: Dokumen RPJPD Provinsi Kalimantan Utara Tahun 2005-2025

C. Lingkungan Hidup
1. Persentase Rumah Tangga (RT) yang Menggunakan Air Bersih
Persentase rumah tangga pengguna air bersih menunjukkan indikator jumlah rumah
tangga penguna air bersih di Provinsi Kalimantan Utara. Indikator ini dihitung dengan
rumus jumlah rumah tangga pengguna air bersih dibandingkan dengan jumlah seluruh
rumah tangga dan dikalikan 100. Data jumlah rumah tangga pengguna air bersih dilihat dari
data banyaknya pelanggan perusahaan air minum (PDAM) khusus tipe rumah tangga. Data
rumah tangga pengguna air bersih menurut kabupaten/kota di Provinsi Kalimantan Utara
dapat dilihat pada tabel di bawah ini.

RPJMD Provinsi Kalimantan Utara Tahun 2016-2021 II - 295


Tabel 2.4.2.C.1
Persentase Rumah Tangga Pengguna Air Bersih Tahun 2010-2014 di Provinsi Kalimantan Utara
Persentase Rumah Tangga Pengguna air bersih (%)
Indikator Kabupaten/Kota
2010 2011 2012 2013 2014
Jumlah rumah tangga Bulungan 5423 5608 5917 6139 6370
yang menggunakan air Malinau 3701 3742 4345 4810 5407
bersih Nunukan 3665 3965 3981 4186 4513
Tana Tidung 403 419 328 332 607
Tarakan 11767 12471 13328 14509 15792
Kalimantan Utara 24959 26205 27899 29976 32689
Jumlah rumah tangga Bulungan 26888 27070 29115 39798 42400
Malinau 13041 13142 14923 15542
Nunukan 31821 35708 37997 40485
Tana Tidung 3478 3381
Tarakan 44784 44791 46341 49129 52602
Kalimantan Utara 120012 88384 111164 141847 151029
Persentase rumah Bulungan 20,17 20,72 20,32 15,43 15,02
tangga (RT) yang Malinau 28,38 28,47 32,23 34,79
menggunakan air Nunukan 11,52 11,15 11,02 11,15
bersih (%) Tana Tidung 11,59 12,39
Tarakan 26,28 27,84 28,76 29,53 30,02
Kalimantan Utara 20,80 29,65 25,10 21,13 21,64
Sumber:
1) Kabupaten Bulungan Dalam Angka 2011-2015
2) Kabupaten Malinau Dalam Angka 2010, 2012-2015
3) Kabupaten Nunukan Dalam Angka 2010-2015
4) Kabupaten Tana Tidung Dalam Angka 2012-2015
5) Kota Tarakan Dalam Angka 2012-2015
6) Hasil Analisis, 2016

Diketahui bahwa Kabupaten Malinau dan Kota Tarakan menjadi kabupaten dengan
jumlah rumah tangga pengguna air bersih tertinggi, yaitu sebesar 35% dan 30% pada tahun
2014 dibandingkan dengan kabupaten lainnya. Secara garis besar diketahui bahwa selama
periode tahun 2010-2014, jumlah rumah tangga pengguna air bersih di Kabupaten Bulungan
masih di bawah 21%, sedangkan Kabupaten Nunukan dan Tana Tidung masih di bawah 13%.
Berdasarkan Pedoman Penentuan Standar Pelayanan Minimal Bidang Penataan
Ruang, Perumahan dan Permukiman dan Pekerjaan Umum (Keputusan Menteri Permukiman
dan Prasarana Wilayah No. 534/KPTS/M/2001), Standar Pelayanan Minimal penduduk
terlayani akses air bersih adalah 55-75%, namun dari data yang ada, diketahui bahwa ke-5
kabupaten/kota di Provinsi Kalimantan Utara masih belum memenuhi standar sehingga
perlu dilakukan peningkatan dan program perencanaan pengembangan lainnya.
Jumlah rumah tangga pengguna air bersih di Provinsi Kalimantan Utara dari tahun
ke tahun juga diketahui mengalami peningkatan. Jika dilihat, persentase jumlah rumah
tangga pengguna air bersih terbanyak di Provinsi Kalimantan Utara terjadi pada tahun 2011
yang hampir mencapai angka 30% dan terendah terjadi pada tahun 2010 dengan angka
20,80%. Hal ini tentunya pun berkaitan dengan jumlah kebutuhan air bersih masyarakat
yang berubah-ubah setiap tahunnya.

RPJMD Provinsi Kalimantan Utara Tahun 2016-2021 II - 296


D. Komunikasi dan Informatika
Urusan terakhir pada fokus fasilitas wilayah/infrastruktur dalam aspek daya saing
daerah ini memiliki tiga indikator, yakni rasio ketersediaan daya listrik, persentase rumah
tangga yang menggunakan listrik, serta indikator persentase penduduk yang menggunakan
handphone/telepon. Salah satu indikatornya, yaitu rumah tangga yang menggunakan listrik
sudah dibahas dalam urusan perumahan pada fokus layanan urusan wajib.

1. Rasio Ketersediaan Daya Listrik


Indikator rasio ketersediaan daya listrik merupakan hasil perbandingan antara
jumlah daya listrik terpasang dengan jumlah kebutuhan listrik dan dikalikan 100. Jumlah
kebutuhan dalam hal ini didapatkan dari data jumlah listrik terjual. Satuan daya listrik
terpasang dan kebutuhan daya listrik disamakan kedalam MWH (Mega Watt Hour) untuk
memudahkan pengolahan karena berbedanya satuan dari masing-masing kabupaten/kota.
Data rasio ketersediaan daya listrik di Provinsi Kalimantan Utara dapat dilihat pada tabel di
bawah ini.
Tabel 2.4.2.D.1
Rasio Ketersediaan Daya Listrik Tahun 2010-2014 di Provinsi Kalimantan Utara
Rasio Ketersediaan Daya Listrik
Indikator Kabupaten/Kota
2010 2011 2012 2013 2014
Daya listrik Bulungan 14,74 18,58 17,58 22,44 21,54
terpasang Malinau - - - 13,86 -
(MWH) Nunukan 16,00 15,00 20,00 24,00 34,00
Tana Tidung 1,24 1,19 2,43 3,35 3,10
Tarakan 189230,34 191040,65 181290,46 194340,67 216627,95
Kalimantan Utara 189262,32 209637,09 181330,46 208252,45 216686,60
Jumlah Bulungan 42313,19 42024,00 46482,20 52989,53 61529,50
kebutuhan Malinau 21428,61 21892,13 27669,00 27931,00 43985,00
(MWH) Nunukan 41318,00 41735,00 46817,00 47531,00 56866,00
Tana Tidung 1472,09 1707,99 2232,61 5020,68 -
Tarakan 176911,87 177621,60 168028,89 180734,37 199368,88
Kalimantan Utara 106531,89 107359,12 123200,80 133472,21 162380,50
Rasio Bulungan 0,03 0,04 0,04 0,04 0,04
ketersediaan Malinau 0,05
daya listrik Nunukan 0,04 0,04 0,04 0,05 0,06
Tana Tidung 0,08 0,07 0,11 0,07
Tarakan 106,96 107,55 107,89 107,53 108,66
Kalimantan Utara 177,66 195,27 147,18 156,03 133,44
Sumber:
1) Kabupaten Bulungan Dalam Angka 2011-2015
2) Kabupaten Malinau Dalam Angka 2010-2015
3) Kabupaten Nunukan Dalam Angka 2012-2015
4) Kabupaten Tana Tidung Dalam Angka 2012-2015
5) Kota Tarakan Dalam Angka 2013-2015
6) Hasil Analisis, 2016

Daya listrik terpasang dan jumlah kebutuhan listrik diketahui terbanyak berada di
Kota Tarakan. Kondisi kelistrikan di kota ini sehari-harinya memang lebih stabil yang
diketahui dari minimnya frekuensi pemadaman listrik di daerah ini dibandingkan 4 (empat)
kabupaten lainnya. Suplai listrik ke 4 (empat) kabupaten lainnya di provinsi ini memang

RPJMD Provinsi Kalimantan Utara Tahun 2016-2021 II - 297


lebih sedikit dan dapat dikatakan belum memenuhi kebutuhan masyarakat, sehingga
kondisi pemadaman listrik pun sering terjadi.
Penyediaan tenaga listrik bertujuan untuk meningkatkan perekonomian serta
memajukan kesejahteraan masyarakat. Bila tenaga listrik telah dicapai pada suatu daerah
atau wilayah maka kegiatan ekonomi dan kesejateraan pada daerah tersebut dapat
meningkat. Untuk mewujudkan hal tersebut, maka Pemerintah Kota berkewajiban untuk
mengaliri listrik hingga dapat diakses oleh masyarakat tidak mampu dan daerah terpencil.
Indikator yang digunakan untuk melihat pencapaian sasaran pemerintah daerah tersebut
adalah persentase rumah tangga yang menggunakan listrik.

2. Persentase Rumah Tangga yang Menggunakan Listrik


Penyediaan tenaga listrik bertujuan untuk meningkatkan perekonomian serta
memajukan kesejahteraan masyarakat. Bila kebutuhan tenaga listrik telah dicapai pada
suatu daerah atau wilayah, maka kegiatan ekonomi dan kesejateraan pada daerah
tersebut dapat meningkat. Untuk mewujudkan hal tersebut, maka Pemerintah Daerah
berkewajiban untuk menyediakan kebutuhan listrik masyarakat yang tidak mampu dan
juga sampai ke daerah terpencil. Indikator yang digunakan untuk melihat pencapaian
sasaran pemerintah daerah tersebut adalah salah satunya persentase rumah tangga yang
menggunakan listrik.
Persentase rumah tangga yang menggunakan listrik merupakan proporsi jumlah
rumah tangga yang menggunakan listrik sebagai daya penerangan terhadap jumlah rumah
tangga dan dikalikan 100. Data jumlah rumah tangga pengguna listrik dilihat dari data
banyaknya pelanggan listrik khusus tipe rumah tangga. Data persentase rumah tangga yang
menggunakan listrik dapat dilihat pada tabel di bawah ini.

RPJMD Provinsi Kalimantan Utara Tahun 2016-2021 II - 298


Tabel 2.4.2.D.2
Persentase Rumah Tangga Pengguna yang Menggunakan Listrik
Tahun 2010-2014 di Provinsi Kalimantan Utara
Persentase Rumah Tangga yang Menggunakan Listrik (%)
Indikator Kabupaten/Kota
2010 2011 2012 2013 2014
Jumlah rumah Bulungan 4743 13736 16430 18934 21825
tangga yang Malinau 3896 4515 6656 7469 11255
menggunakan Nunukan 7707 10282 13148 16009 19688
listrik Tana Tidung 529 556 871 1812 2665
Tarakan 30641 32936 34324 36203 36781
Kalimantan Utara 47516 62025 71429 80427 92214
Jumlah rumah Bulungan 26888 27070 29115 39798 42400
tangga Malinau 13041 13142 14923 15542
Nunukan 31821 35708 37997 40485
Tana Tidung 3478 3381
Tarakan 44784 44791 46341 49129 52602
Kalimantan Utara 120012 88384 111164 141847 151029
Persentase Bulungan 17,64 50,74 56,43 47,58 51,47
rumah tangga Malinau 29,88 34,36 50,05 72,42
yang Nunukan 24,22 36,82 42,13 48,63
menggunakan Tana Tidung 15,21 16,44
listrik Tarakan 68,42 73,53 74,07 73,69 69,92
Kalimantan Utara 39,59 70,18 64,26 56,70 61,06
Sumber:
1) Kabupaten Bulungan Dalam Angka 2011-2015
2) Kabupaten Malinau Dalam Angka 2008-2015
3) Kabupaten Nunukan Dalam Angka 2012-2015
4) Kabupaten Tana Tidung Dalam Angka 2012-2015
5) Kota Tarakan Dalam Angka 2008-2015
6) Hasil Analisis, 2016

Secara garis besar, Kabupaten Malinau dan Kota Tarakan adalah daerah dengan
persentase jumlah rumah tangga pengguna listrik terbanyak, yakni di atas 69% pada tahun
2014. Kabupaten Tana Tidung menjadi daerah dengan persentase rumah tangga pengguna
listrik tersendah karena sampai tahun 2011 hanya mencapai 16,44%. Untuk Kabupaten
Nunukan, persentase nya diketahui cukup fluktuatif karena mengalami penurunan dan
peningkatan selama kurun waktu 7 tahun tersebut, yakni dengan range 20-49%. Kabupaten
Malinau sendiri memiliki persentase di atas 47% mulai dari 2011, namun untuk tahun
sebelumnya masih di bawah 20%.
Jika dilihat dari jumlah rumah tangga pengguna listrik, dapat diketahui bahwa
memang Kota Tarakan menjadi daerah dengan jumlah rumah tangga pengguna listrik
terbanyak dari tahun 2010-2014, yaitu sebanyak 47516 rumah tangga pada tahun 2010 dan
mencapai 92214 rumah tangga pada tahun 2014. Kota Tarakan selalu mengalami
peningkatan jumlah rumah tangga pengguna listrik dan sangat berbeda dengan 4
kabupaten lainnya yang selalu mengalami naik-turun. Jumlah rumah tangga pengguna
listiknya pun sampai pada tahun 2014 tidak mencapai 22000 rumah tangga. Hal ini dapat
dikaitkan dengan basis daerah ini yang menadi pusat perekonomian daerah dan selain itu
pula memang kepadatan penduduk yang sangat tinggi di kota ini.

RPJMD Provinsi Kalimantan Utara Tahun 2016-2021 II - 299


Secara umum, dapat dilihat tren penurunan persentase rumah tangga yang
menggunakan listrik, yaitu pada tahun 2011 ke 2012, yakni dari 70,18% menjadi 64,26%
dan turun kembali menjadi 56,70% pada tahun 2013. Peningkatan tertinggi terjadi pada
tahun 2010 ke 2011 yaitu dari angka 39,59% menjadi 70,18%. Kondisinya pada tahun 2014
ini, persentasenya adalah sebesar 61,06%. Sebenarnya, jika dilihat dari jumlah rumah
tangga pengguna listriknya, dari tahun ke tahun selama 7 tahun ini selalu mengalami
peningkatan. Pada tahun 2010, jumlahnya adalah sebesar 47516 rumah tangga sampai
akhirnya pada tahun 2014 diketahui mengalami peningkatan sampai dua kali lipat sehingga
mencapai 92214 rumah tangga. Namun hal ini tidak dibarengi dengan konstannya jumlah
rumah tangga total.

3. Persentase Penduduk yang Menggunakan HP/Telepon


Indikator persentase penduduk yang menggunakan hp/telepon merupakan hasil
perbandingan jumlah penduduk yang menggunakan hp/telepon dengan jumlah penduduk
total dan dikalikan 100. Jumlah penduduk yang menggunakan hp/telepon dalam hal ini
dilihat dari banyaknya pelanggan telepon dan jumlah pengguna fasilitas telkom. Data
persentase penduduk yang menggunakan hp/telepon di Provinsi Kalimantan Utara dapat
dilihat pada tabel di bawah ini.
Tabel 2.4.2.D.3
Persentase Penduduk yang Menggunakan HP/Telepon
Tahun 2010-2014 di Provinsi Kalimantan Utara
Persentase Rumah Tangga yang Menggunakan Listrik (%)
Indikator Kabupaten/Kota
2010 2011 2012 2013 2014
Jumlah Bulungan 2742 3002 3430 3572 4214
penduduk Malinau
yang Nunukan 3733 4000 - 6500 5350
menggunakan Tana Tidung
hp/telepon Tarakan 15102 14372 13968
Kalimantan Utara 6475 7002 18532 24444 23532
Jumlah Bulungan 112663 117019 120600 122985 126096
penduduk Malinau 59555 62580 66845 71501 74469
Nunukan 141927 148822 155680 162711 170042
Tana Tidung 15202 16356 17079 18985 20400
Tarakan 194800 202600 210700 218800 227200
Kalimantan Utara 524147 547377 570904 594982 618207
Persentase Bulungan 2,43 2,57 2,84 2,90 3,34
penduduk Malinau 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00
yang Nunukan 2,63 2,69 3,99 3,15
menggunakan Tana Tidung 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00
hp/telepon Tarakan 0,00 0,00 7,17 6,57 6,15
(%) Kalimantan Utara 1,24 1,28 3,25 4,11 3,81
Sumber:
1) Kabupaten Bulungan Dalam Angka 2011-2015
2) Kabupaten Malinau Dalam Angka 2008, 2012-2015
3) Kabupaten Nunukan Dalam Angka 2012-2015
4) Kabupaten Tana Tidung Dalam Angka 2012, 2013, 2015
5) Kota Tarakan Dalam Angka 2015
6) Hasil Analisis, 2016

RPJMD Provinsi Kalimantan Utara Tahun 2016-2021 II - 300


Berdasarkan tabel di atas, secara umum dapat disebutkan bahwa persentase
penduduk yang menggunakan hp/telepon di masing-masing kabupaten/kota maupun
provinsi sangat rendah karena tidak mencapai angka 5% untuk provinsi dan 8% untuk
kabupaten/kota. Hal ini sangat tidak masuk akal atau tidak logis jika dari seluruh jumlah
penduduk, penggunaaan hp/telepon sangat minim, padahal saat ini hampir seluruh
kebutuhan/keperluan setiap harinya pasti bersinggungan dengan penggunaan hp/telepon.
Hal ini dapat disinyalir dapat terjadi salah satunya karena tidak adanya pendataan jumlah
penggunaan hp/telepon oleh masing-masing penduduk sehingga tidak adanya database
untuk indikator ini.

2.4.3. Fokus Iklim Berinvestasi


A. Jumlah dan Macam Pajak dan Retribusi Daerah
Pajak dan retribusi daerah merupakan salah satu sumber pendapatan daerah yang
nantinya akan digunakan dalam penyelenggaraan pemerintahan dan pembangunan.
Berdasarkan undang-Undang No 28 Tahun 2009 tentang Pajak Daerah, ada lima sumber
pendapatan pajak daerah yang dapat dipungut oleh daerah tingkat satu atau daerah
provinsi, yaitu:
1) Pajak Kendaraan Bermotor (PKB)
2) Pajak Bea Balik Nama Kendaraan Bermotor (BBNKB)
3) Pajak Air Permukaan (AP)
4) Pajak Bahan-Bahan Bakar Kendaraan Bermotor (BBBKB)
5) Pajak Rokok

Dari kelima sumber pendapatan pajak daerah yang dilimpahkan berdasarkan


Undang-Undang di atas, berikut target dan capaian pendapatan pajak daerah Kalimantan
Utara tahun 2015.
Tabel 2.4.3.A.5
Jumlah dan Macam Pajak Tahun 2015
Provinsi Kalimantan Utara
No. Indikator Sasaran Target (Rp) Realisasi (Rp) Persentase (%)
1. Pajak Kendaran Bermotor (PKB) 55.814.418.870 57.988.262.412 103,89
2. Bea Balik Nama Kendaraan 78.280.111.700 73.575.105.041 93,99
Bermotor (BBNKB)
3. Pajak Air Permukaan (AP) 482.194.000 731.806.707 151,77
4. Pajak Bahan Bakar Kendaraan 152.000.000.000 169.934.831.690 111,79
Bermotor (BBKB)
5. Pajak Rokok 18.630.104.428 18.877.956.628 101,33
6. Lain-lain Pendapatan asli daerah 3.000.000.000. 5.882.451.581 196,08
yang sah
Jumlah 308.206.828.998 326,990,414,05 106,09
Sumber: LAKIP Dinas Pendapatan Daerah Provinsi Kalimantan Utara, 2016

RPJMD Provinsi Kalimantan Utara Tahun 2016-2021 II - 301


2.4.4. Fokus Sumber Daya Manusia
A. Ketenagakerjaan
Peningkatan kualitas Sumber Daya Manusia (SDM) merupakan kunci keberhasilan
pembangunan nasional dan daerah. Hal ini disebabkan karena manusia merupakan tokoh
utama yang berperan sebagai obyek sekaligus subyek pembangunan. Oleh karena itu, maka
pembangunan SDM diarahkan agar benar-benar mampu dan memiliki etos kerja yang
produktif, terampil, kreatif, disiplin dan profesional. Disamping itu juga mampu
memanfaatkan, mengembangkan dan menguasai ilmu dan teknologi yang inovatif dalam
rangka memacu pelaksanaan pembangunan nasional.
Kualitas sumber daya manusia juga memiliki peranan penting dalam meningkatkan
daya saing daerah dan perkembangan investasi di daerah. Indikator kualitas sumber daya
manusia dalam rangka peningkatan daya saing daerah dapat dilihat dari kualitas tenaga
kerja dan tingkat ketergantungan penduduk untuk melihat sejauh mana beban
ketergantungan penduduk.

1. Rasio Lulusan S1/S2/S3


Masyarakat merupakan obyek dan subyek pembangunan. Dalam pembahasan
indikator rasio lulusan S1/S2/S3, masyarakat ditempatkan sebagai subyek pembangunan.
Masyarakat sebagai subyek dapat menjadi beban ataupun potensi pembangunan
tergantung kualitas SDM yang ada. Semakin tinggi rasio lulusan perguruan tinggi
menunjukkan daerah tersebut mempunyai potensi sumber daya manusia yang berkualitas
untuk menggerakkan roda pembangunan. Ketersediaan kualitas SDM yang tinggi membuat
daerah mempunyai daya saing di sektor SDM. Era modern ini menuntut ketersediaan SDM
yang tidak hanya memiliki kuantitas yang besar, namun juga dengan kualitasnya.
Peningkatan kualitas sumber daya manusia (SDM) merupakan kunci keberhasilan
pembangunan nasional dan daerah.
Kualitas tenaga kerja di suatu wilayah sangat ditentukan oleh tingkat pendidikan,
yang artinya semakin tinggi tingkat pendidikan yang ditamatkan penduduk suatu wilayah
maka semakin baik kualitas tenaga kerjanya. Kualitas tenaga kerja pada suatu daerah
dapat dilihat dari tingkat pendidikan penduduk yang telah menyelesaiakan S1, S2 dan S3.
Rasio lulusan S1/S2/S3 ini dihitung dengan rumus formula jumlah lulusan S1/S2/S3 dibagi
dengan jumlah penduduk dan dikalikan dengan 10000. Tabel di bawah ini menunjukkan
rasio lulusan S1/S2/S3 menurut kabupaten/kota di Provinsi Kalimantan Utara tahun 2008-
2013.

RPJMD Provinsi Kalimantan Utara Tahun 2016-2021 II - 302


Tabel 2.4.4.A.1
Rasio Lulusan S1/S2/S3 Tahun 2010-2013 di Provinsi Kalimantan Utara
Rasio Lulusan S1/S2/S3
Kabupaten/Kota
2010 2011 2012 2013
Bulungan 404,15 436,07
Malinau 453,87 521,89 543,50 549,36
Nunukan
Tana Tidung 1068,94
Tarakan
Kalimantan Utara 82,57 59,67 149,01 156,16
Sumber:
1) Dokumen RPJPD Provinsi Kalimantan Utara Tahun 2005-2025
2) Kabupeten Bulungan Dalam Angka 2011-2015
3) Kabupaten Malinau Dalam Angka 2013-2015
4) Kabupaten Nunukan Dalam Angla 2013-2015
5) Kabupaten Tana Tidung Dalam Angka 2012-2015
6) Kota Tarakan Dalam Angka 2015
7) Hasil Analisis, 2016

Berdasarkan tabel di atas, diketahui bahwa rasio lulusan S1/S2/S3 masing-masing


kabupaten/kota di Provinsi Kalimantan Utara sangat fluktuatif. Dari tahun 2010, rasio
lulusan S1/S2/S3 berada pada angka 82,57 sampai akhirnya menurun pada tahun 2011
menjadi 59,67 dan kemudian mengalami peningkatan hingga 149,01 pada tahun 2012 dan
156,16 pada tahun 2013. Untuk Kabupaten Bulungan dan Malinau, dari data yang tersedia
diketahui bahwa rasionya selalu mengalami peningkatan, dan rasio terbesar berada di
Kabupaten Tana Tidung yang mencapai angka 1068,94 pada tahun 2010. Jika dibandingkan
antara persentase lulusan S1/S2/S3 kabupaten/kota dengan provinsi dari data yang
tersedia, diketahui bahwa keseluruhan kabupaten/kota sudah berada di atas capaian
Provinsi Kalimantan Utara.
Ketersediaan SDM yang berkualitas mutlak diperlukan oleh Provinsi Kalimantan
Utara untuk mengolah potensi sumber daya alam yang melimpah. Provinsi Kalimantan
Utara yang terkenal dengan sawit, minyak bumi, dan gas sangat membutuhkan SDM
berkualitas untuk mengolahnya. Apabila SDM di provinsi ini belum memiliki kualitas, maka
akan kalah bersaing dengan daerah lain. Hal ini mengakibatkan sumber daya alam hanya
akan dinikmati orang lain, sementara masyarakat hanya menjadi penonton di rumah
sendiri. Pemerintah daerah harus mempunyai program-program yang bertujuan untuk
meningkatkan kualitas SDM di provinsi ini, seperti salah satunya dengan memberikan
beasiswa hingga perguruan tinggi ataupun bentuk subsidi lainnya sehingga memudahkan
anak sekolah dapat melanjutkan pendidikan hingga jenjang yang lebih tinggi.

2. Rasio Ketergantungan
Rasio ketergantungan digunakan untuk mengukur besarnya beban yang harus
ditanggung oleh setiap penduduk berusia produktif terhadap penduduk yang tidak
produktif. Semakin tinggi rasio ketergantungan maka semakin tinggi pula beban yang

RPJMD Provinsi Kalimantan Utara Tahun 2016-2021 II - 303


ditanggung, begitu pula sebaliknya. Indikator ini dihitung dengan rumus formula jumlah
penduduk usia tidak produktif (usia <15 tahun + usia >64 tahun) dibagi jumlah penduduk
usia produktif (usia 15-64) dan dikalikan 100. Tabel di bawah ini menunjukkan rasio
ketergantungan menurut kabupaten/kota di Provinsi Kalimantan Utara tahun 2010-2012.
Tabel 2.4.4.A.2
Rasio Ketergantungan Tahun 2010-2012 di Provinsi Kalimantan Utara
Rasio Ketergantungan (%)
Kabupaten/Kota
2010 2011 2012
Bulungan 56,00 56,32 44,60
Malinau 57,95 57,61 58,78
Nunukan 55,04 55,04 55,04
Tana Tidung 50,37 50,37
Tarakan 54,06 52,37 61,20
Kalimantan Utara 55,22 54,42 54,53
Sumber:
1) LPPD dan Kabupaten Malinau Dalam Angka 2008-2013
2) LPPD dan Kabupaten Bulungan Dalam Angka 2008-2013
3) LPPD dan Kabupaten Nunukan Dalam Angka 2008-2012
4) LPPD dan Kabupaten Tana Tidung Dalam Angka 2010-2012
5) LPPD dan Kota Tarakan Dalam Angka 2009-2013
6) Hasil Analisis, 2016

Berdasarkan tabel di atas, diketahui bahwa sebagian besar kabupaten/kota


memiliki rasio ketergantungan dalam tingkat sedang dan tinggi. Hal ini dapat dikatakan
karena secara umum dapat dilihat bahwa rasio ketergantungan masing-masing
kabupaten/kota selama tahun 2010-2012 ini rata-rata di atas 50%. Ini menandakan bahwa
beban usia produktif masih cukup tinggi sehingga dimungkinkan akan mengganggu kinerja
pembangunan daerah dan mengakibatkan tidak dapat berjalan dengan maksimal.
Rasio ketergantungan Provinsi Kalimantan Utara secara umum dapat diketahui
cukup besar dari tahun 2010-2012 karena memiliki rasio di atas 50%. Dalam hal ini,
pemerintah daerah diharapkan dapat mengendalikan angka ini karena rasio
ketergantungan yang rendah dapat menjadi keuntungan tersendiri bagi daerah/provinsi
karena dapat mengurangi beban kerja usia produktif.
Berdasarkan hasil analisis gambaran umum kondisi daerah terkait dengan capaian
kinerja penyelenggaraan urusan pemerintahan, berikut rangkuman analisis dalam bentuk
tabel.

RPJMD Provinsi Kalimantan Utara Tahun 2016-2021 II - 304


Tabel 2.4.4.A.3
Hasil Analisis Gambaran Umum Kondisi Daerah
Terhadap Capaian Kinerja Penyelenggaraan Urusan Pemerintahan
Provinsi Kalimantan Utara

Capaian Kerja Interpretasi


Aspek/Fokus/Bidang
belum tercapai (<)
No Urusan/Indikator Kinerja Standar
2010 2011 2012 2013 2014 2015 sesuai (=)
Pembangunan Daerah
melampaui (>)
2.2 KESEJAHTERAAN MASYARAKAT
2.2.1 Kesejahteraan dan Pemerataan Ekonomi
1 Pertumbuhan PDRB
ADHK 34.918.578,10 37.829.038,80 40.768.541,40 44.091.699,30 47.696.806,70 47.696.806,70
ADHB 34.918.578,0 42.410.932,7 47.333.732,1 52.604.702,2 59.572.512,6 62.818.835,5
2 Lajuinflasi(%) 7,92 6,43 5,99 10,35 11,91 6,16
3 PDRB per Kapita
PDRB ADHK per Kapita 66.619.819 69.109.661 71.410.502 74.105.938 77.153.456 76.625.514
(rupiah/jiwa)
PDRB ADHB per Kapita 66.619.818 77.480.296 82.910.143 88.413.939 96.363.373 97.858.408
(rupiah/jiwa)
4 Indeks Gini/Koefisien Gini n/a 0,33 0,36 0,33 0,33 n/a
5 Pemerataan Pendapatan Rendah Rendah Rendah Rendah Rendah n/a
versi Bank Dunia Interpretasi belum dapat
6 Indeks Williamson (Indeks 0,35 0,3 0,26 0,24 0,23 n/a diketahui mengingat
Ketimpangan Regional) Provinsi Kalimantan
7 Persentase Penduduk di Atas 87,53 89,67 90,3 92,3 93,8 n/a Utara merupakan provinsi
Garis Kemiskinan (%) baru
8 Kemiskinan (%) 12,47 10,33 9,7 7,73 6,24 n/a
2.2.2 Kesejahteraan Masyarakat
A Pendidikan
1 Angka Melek aksara n/a n/a n/a n/a 97,66 80
2 Angka Harapan Lama n/a n/a n/a 12,30 12,52 12,54
Sekolah
3 Angka Rata-rata Lama n/a n/a n/a 8,1 8,35 n/a
Sekolah
4 Angka Partisipasi Kasar n/a n/a n/a 85,37 88,44 n/a
(SMA/MA/SMK)
5 Angka Partisipasi Murni n/a n/a n/a n/a 69,64 n/a
SMA/MA/SMK
B Kesehatan

RPJMD Provinsi Kalimantan Utara Tahun 2016-2021 II - 305


Capaian Kerja Interpretasi
Aspek/Fokus/Bidang
belum tercapai (<)
No Urusan/Indikator Kinerja Standar
2010 2011 2012 2013 2014 2015 sesuai (=)
Pembangunan Daerah
melampaui (>)
1 Angka Kematian Bayi 12,8 12,3 16,8 n/a 19,2 13,00
2 Angka Kematian Balita n/a 5,82 6,18 n/a 1,63 2,53
3 Angka Kematian Ibu n/a 119,6 167,7 n/a 170,8 126,6
Melahirkan
4 Angka Usia Harapan Hidup 71,4 71,6 71,8 71,8 n/a n/a
5 Persentase Balita Gizi Buruk n/a 0,25 0,80 n/a 0,21 n/a
C Ketenagakerjaan
1 Rasio Penduduk yang 0,84 0,83 0,84 0,91 0,94 0,94
Bekerja
D Indeks Pembangunan n/a n/a n/a 67,99 68,64 68,76
Manusia
2.2.3 Seni Budaya dan Olahraga
A Kebudayaan
1 Jumlah Grup Kesenian (per 0.0575 na 0.5955 0.7227 3.785 n/a
10.000 penduduk)
2 Jumlah Gedung Kesenian n/a n/a n/a n/a 0,016 n/a
(per 10.000 penduduk)
B Pemuda dan Olahraga
2.3 Pelayanan Umum
2.3.1 Layanan Urusan Wajib Berkaitan Pelayanan Dasar
A Pendidikan
1 Pendidikan Menengah
1.1 Angka Partisipasi Sekolah n/a n/a n/a 72.4 73.4 n/a
SMA/SMK/MA
1.2 Rasio Guru Terhadap Murid n/a n/a n/a 10.4 n/a n/a
SMA/SMK/MA
2 Fasilitas Pendidikan
3 Angka Putus Sekolah
3.1 Angka Putus Sekolah n/a n/a n/a 27.59 n/a n/a
SMA/MA/SMK
4 Angka Kelulusan
4.1 Angka Melanjutkan (AM) n/a n/a n/a 98.38 n/a n/a
SMP/MTs ke SMA/MA/SMK
B Kesehatan
1 Rasio Posyandu Per Satuan n/a 0,86 1,09 n/a 0,99 n/a

RPJMD Provinsi Kalimantan Utara Tahun 2016-2021 II - 306


Capaian Kerja Interpretasi
Aspek/Fokus/Bidang
belum tercapai (<)
No Urusan/Indikator Kinerja Standar
2010 2011 2012 2013 2014 2015 sesuai (=)
Pembangunan Daerah
melampaui (>)
Balita
2 Rasio Puskesmas, Poliklinik, Pustu per Satuan Penduduk
Rasio Puskesmas (per 10.000 9,2 8,6 8,4 8,2 8,1 8,9
penduduk)
Rasio Poliklinik (per 10.000 n/a n/a n/a n/a n/a 1,1
penduduk)
Rasio Pustu (per 10.000 26,9 28,7 30,0 23,7 24,3 33,8
penduduk)
3 Rasio Rumah Sakit per 1000 0,01 0,01 0,01 0,01 0,01 0,01
Penduduk
4 Rasio Dokter per Satuan 43,3 49,6 49,5 65,7 37,8 n/a
Penduduk
5 Cakupan Kompikasi n/a 54,2 65,8 n/a 60,0 n/a
Kebidanan yang Ditangani
6 Cakupan Pertolongan
Persalinan oleh Tenaga 86,0 89,7 84,9 n/a 96,2 85,9
Kesehatan yang Memiliki
Kompetensi Kebidanan
7 Cakupan Desa/Kelurahan
Universal Child Imunization 50,2 53,7 68,3 n/a 58,7 n/a
(UCI)
8 Cakupan Balita Gizi Buruk 100 100 100 100 100 n/a
Mendapat Perawatan
9 Cakupan Penemuan dan
Penanganan Penderita n/a 30,0 44,2 n/a 15,1 n/a
Penyakit TBC BTA
10 Cakupan Penemuan dan
Penanganan Penderita 100 100 100 100 100 100
Penyakit DBD (%)
11 Cakupan Pelayanan
Kesehatan Rujukan Pasien 46,1 124,9 64,3 n/a 0,2 n/a
Masyarakat Miskin (%)
12 Cakupan Kunjungan Bayi (%) 91,9 90,4 100,2 n/a 79,6 80,6
13 Cakupan Puskesmas 126,3 126,3 126,3 128,9 108,0 110,0
14 Cakupan Puskesmas 30,7 33,4 35,7 29,4 33,6 43,4
Pembantu
C Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang

RPJMD Provinsi Kalimantan Utara Tahun 2016-2021 II - 307


Capaian Kerja Interpretasi
Aspek/Fokus/Bidang
belum tercapai (<)
No Urusan/Indikator Kinerja Standar
2010 2011 2012 2013 2014 2015 sesuai (=)
Pembangunan Daerah
melampaui (>)
1 Proporsi Panjang Jaringan 0,440 0,471 0,416 0,402 0,436
Jalan dalam Kondisi Baik
2 Rasio Tempat Ibadah per Satuan Penduduk
Islam 1,68 1,19 1,77 1,70 1,66 n/a
Katolik 2,30 2,29 3,45 3,62 3,85 n/a
Protestan 2,23 2,19 3,16 3,27 3,00 n/a
Hindu 3,65 7,49 1,19 1,18 5,60 n/a
Budha 1,31 2,72 0,79 0,62 1,55 n/a
3 Persentase Rumah Tinggal 1,825 41,226 53,115 n/a n/a n/a
Bersanitasi
4 Rasio Tempat Pembuangan
Sampah per Satuan 1,513 6,619 5,621 n/a n/a n/a
Penduduk
5 Rasio Rumah Layak Huni 1,513 6,575 5,621 n/a n/a n/a
6 Panjang Jalan Dilalui Roda 4 0,0056 0,0057 0,0060 0,0065 0,0066 n/a
14 Aksesibilitas 0,040 0,043 0,048 0,054 0,056 n/a
D Perumahan Rakyat dan Kawasan Permukiman
1 Rumah Tangga Pengguna Air 20,80 29,65 25,10 21,13 21,64 n/a
Bersih (%)
2 Rumah Tangga Pengguna 39,59 70,18 64,26 56,70 61,06 n/a
Listrik (%)
3 Rumah Tangga Bersanitasi n/a 50,02 51,22 n/a n/a n/a
(%)
4 Lingkungan Pemukiman n/a 11,19 4,38 n/a n/a n/a
Kumuh (%)
5 Rumah Layak Huni (%) n/a 51,99 73,72 n/a n/a n/a
E Ketentraman, Ketertiban Umum, dan Perlindungan Masyarakat
1 Angka Kriminalitas yang 10 18 17 9 4 n/a
Tetangani
2 Rasio Jumlah Polisi Pamong 0 0 0 0 n/a n/a
Praja per 10.000 Penduduk
8 Petugas Perlindungan n/a n/a n/a n/a n/a n/a
Masyarakat (Linmas) di
Kabupaten
9 Angka Kriminalitas 246 224 251 n/a n/a n/a

RPJMD Provinsi Kalimantan Utara Tahun 2016-2021 II - 308


Capaian Kerja Interpretasi
Aspek/Fokus/Bidang
belum tercapai (<)
No Urusan/Indikator Kinerja Standar
2010 2011 2012 2013 2014 2015 sesuai (=)
Pembangunan Daerah
melampaui (>)
10 Jumlah Demo n/a n/a n/a n/a n/a 36
F Sosial
1 Sarana Sosial (Panti Asuhan,
Panti Jompo dan Panti
Rehabilitasi) 13 33 26 8 30 37
2.3.2 Layanan Urusan Wajib Tidak Berkaitan dengan Pelayanan Dasar
A Tenaga Kerja
1 Angka Partisipasi Angkata n/a
71,69 74,21 68,93 66,70 66,38
Kerja
2 Tingkat Partisipasi Angkatan
67,35 71,59 67,41 65,3 67,8 63,45
Kerja (TPAK)
3 Tingkat Pengangguran 8,28 9,64 8,9 8,59 5,79 5,68
Terbuka
B Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak
1 Indeks Pembangunan Gender n/a n/a 0,00 85,63 85,67 n/a
(IGD)
2 Indeks Pemberdayaan n/a n/a n/a n/a 66,52 n/a
Gender
3 Persentase Partisipasi
Perempuan di Lembaga 36,35 37,71 38,49 n/a n/a n/a
Pemerintah
4 Partisipasi angkatan kerja
34,51 28,19 28,19 n/a 45,83 n/a
perempuan
C Pangan
1 Kecukupan ketersediaan
0,000929 0,000927 0,000910 0,000791 0,0007613 n/a
Pangan
2 Regulasi ketahanan pangan n/a n/a n/a Tidak Ada Tidak Ada n/a
3 Ketersediaan pangan utama 133,07 124,33 129,62 112,99 100,81 n/a
D Pertanahan
1 Persentase Luas Lahan n/a n/a
157,66 160,77 13,90 13,74
Bersetifikat
2 Penyelesaian Kasus Tanah n/a n/a
Negara 100,00 41,51 41,51 100,00
3 Penyelesaian Izin Lokasi 50 100 100 66,67 n/a n/a
E Lingkungan Hidup

RPJMD Provinsi Kalimantan Utara Tahun 2016-2021 II - 309


Capaian Kerja Interpretasi
Aspek/Fokus/Bidang
belum tercapai (<)
No Urusan/Indikator Kinerja Standar
2010 2011 2012 2013 2014 2015 sesuai (=)
Pembangunan Daerah
melampaui (>)
1 Persentase Penanganan
100,00 90,50 87,36 n/a n/a n/a
Sampah
2 Persentase Penduduk
5,49 5,53 5,66 5,82 6,19 n/a
Berakses Air Minum
3 Tempat Pembuangan
Sampah (TPS) per satuan 0,15129 0,66188 0,56213 n/a n/a n/a
penduduk
F Administrasi Kependudukan dan Pencatatan Sipil
1 Rasio Penduduk ber-KTP per
0,51 0,59 0,58 0,55 0,60 n/a
Satuan Penduduk
2 Rasio Bayi Berakte Kelahiran 0,69 0,72 0,77 0,79 0,58 n/a
3 Rasio Pasangan Berakte
0,48 14,02 13,15 15,11 0,28 n/a
Nikah
4 Kepemilikan KTP 62,25 65,58 75,06 65,71 113,65 n/a
5 Kepemilikan Akte Kelahiran
70,05 38,49 45,50 48,73 n/a n/a
per 1000 Penduduk
6 Penerapan KTP Nasional
Sudah Sudah Sudah Sudah n/a n/a
Berbasis NIK
G Pemberdayaan Masyarakat dan Desa
1 Rata-rata Jumlah Kelompok
Binaan Lembaga
n/a 1 1 1 1 1
Pemberdayaan Masyarakat
(LPM)
2 Rata-rata jumlah kelompok
n/a n/a n/a n/a n/a n/a
binaan PKK
3 LPM berprestasi n/a n/a n/a 136 n/a 136
4 Posyandu Aktif 95,15 97,22 97,77 97,89 97,34 n/a
H Pengendalian Penduduk dan Keluarga Berencana
1 Rata-rata jumlah anak per
n/a n/a n/a n/a 4 1
keluarga
2 Rasio akseptor KB n/a n/a n/a n/a 57,1
3 Cakupan peserta KB aktif 72,25 69,16 85,92 n/a n/a 59,68
4 Keluarga Pra Sejahtera dan 33,1 42,8 46,0 n/a n/a n/a

RPJMD Provinsi Kalimantan Utara Tahun 2016-2021 II - 310


Capaian Kerja Interpretasi
Aspek/Fokus/Bidang
belum tercapai (<)
No Urusan/Indikator Kinerja Standar
2010 2011 2012 2013 2014 2015 sesuai (=)
Pembangunan Daerah
melampaui (>)
Keluarga Sejahtera
I Perhubungan
1 Jumlah Arus Penumpang n/a 13.255.394 14.319.045 15.385.689 16.876.031 13.865.034
Angkutan Umum
J Komunikasi dan Informatika
1 Jumlah jaringan komunikasi n/a 53.024 53.833 n/a n/a n/a
2 Rasio wartel/warnet
0.73 n/a n/a n/a n/a 0.74
terhadap penduduk
3 Website milik pemerintah
n/a n/a Ada Ada Ada Ada
daerah
4 Pameran/expo n/a 23 29 38 35 41
K Koperasi Usaha Kecil dan Menengah
1 Persentase koperasi aktif n/a n/a n/a 57,96 61,30 61,15
2 Jumlah Usaha Kecil dan
n/a n/a n/a n/a 7.279 n/a
Menengah (UKM)
L Penanaman Modal
1 Rasio daya serap tenaga
n/a n/a n/a n/a n/a 17,4
kerja
2 Kenaikan/penurunan nilai
realisasi PMDN (milyar n/a n/a n/a 0,57 1,8 3,81
rupiah)
M Kepemudaan dan Olahraga
1 Jumlah organisasi pemuda 57 100 177 134 113 213
2 Jumlah organisasi olahraga 52 59 69 73 91 109
3 Jumlah kegiatan
4 n/a 4 10 7 11
kepemudaan
4 Jumlah kegiatan olahraga 6 28 14 11 17 41
5 Gelanggang/balai remaja
0.03 0.03 n/a 0.013 n/a n/a
(selain milik swasta)
6 Lapangan olahraga 2.33 n/a n/a n/a n/a n/a
N Statistik
1 Buku "Kota Dalam Angka" n/a n/a n/a n/a n/a Ada
2 Buku "PDRB n/a n/a n/a n/a n/a Ada

RPJMD Provinsi Kalimantan Utara Tahun 2016-2021 II - 311


Capaian Kerja Interpretasi
Aspek/Fokus/Bidang
belum tercapai (<)
No Urusan/Indikator Kinerja Standar
2010 2011 2012 2013 2014 2015 sesuai (=)
Pembangunan Daerah
melampaui (>)
Kabupaten/Kota"
O Kebudayaan
1 Penyelenggaraan festival
12 18 18 18 9 13
seni dan budaya
2 Sarana penyelenggaraan seni
56 58 61 7 6 6
dan budaya
3 Benda, situs dan kawasan
cagar budaya yang n/a 40 68 100 100 100
dilestarikan
P Perpustakaan
1 Jumlah perpustakaan n/a 68 76 106 114 118
2 Rasio jumlah perpustakaan
n/a 0,012 0,013 0,018 0,018 0,020
per 10.000 penduduk
3 Jumlah pengunjung
n/a 8.672 10.678 10.498 10.379 24.916
perpustakaan per tahun
Q Kearsipan
2.3.3 Fokus Layanan Urusan Pilihan
A Kelautan dan Perikanan
1 Produksi perikanan tangkap
Tangkap Laut 10014,52 13060,88 11826,10 12469,30 14412,00 n/a
Tangkap Perairan Umum 1002,90 1167,98 988,00 886,30 968,90 n/a
2 Produksi Perikanan budidaya
Budidaya Tambak 12873,70 5233,06 16493,40 14245,30 14076,47 n/a
Budidaya Kolam 198,331 299,971 536,9 492,4 496,14 n/a
Rumput Laut 56542,77 117474,82 148207,00 172321,00 172225,00 n/a
3 Konsumsi ikan per kapita per
34,18 35,78 38,58 38,98 40,78 42,78
tahun
4 Jumlah kapal 5.507 7.330 6.616 8013 6.796 n/a
5 Jumlah rumah tangga
12.447 15.154 14.446 17.184 17.610 n/a
perikanan
6 Ekspor Produk Perikanan n/a n/a 9.665.084 n/a n/a n/a
B Pariwisata

RPJMD Provinsi Kalimantan Utara Tahun 2016-2021 II - 312


Capaian Kerja Interpretasi
Aspek/Fokus/Bidang
belum tercapai (<)
No Urusan/Indikator Kinerja Standar
2010 2011 2012 2013 2014 2015 sesuai (=)
Pembangunan Daerah
melampaui (>)
1 Kunjungan wisata 1.199.036 1.278.591 1.363.448 1.445.654 1.527.860 n/a
2 Kontribusi sektor pariwisata
1,27 1,26 1,26 1,22 1,19 1,22
terhadap PDRB
C Pertanian
1 Produktivitas Padi atau
Bahan Pangan Utama Lokal 32,56 32,27 33,80 34,72 36,05 n/a
Lainnya per Hektar
2 Luas lahan sawah 20.848 19.731 23.401 21.655 19.882 n/a
3 Luas lahan palawija 5394 3888 4234 3293 3384 n/a
4 Luas lahan perkebunan 123886 132624 156610 189377 41078,5 n/a
5 Total Produksi padi 129.401 127.111 137.289 124.723 115.619 n/a
6 Total Produksi beras 69.747 68.513 73.999 67.226 62.319 n/a
7 Total Produksi Komoditas
48.437 33.395 34.322 37.431 46.699 n/a
palawija
8 Produksi Komoditas
47038,9 45173,6 38138,7 27323,6 28203 n/a
Hortikultura (Sayuran)
9 Produksi Komoditas
90774,1 83027,6 75038,1 68444,9 68170,47 n/a
Hortikultura (buah-buahan)
10 Populasi ternak
Sapi 24.334 15.006 17.194 19.650 19.646 22.389
Kerbau 7.300 3.347 3.274 3.468 3.687 4.036
Kambing 10.793 10.353 10.629 11.229 12.794 14.073
Babi 39.266 38.624 29.332 30.244 21.804 34.985
11 Produksi daging ternak
Sapi 293,45 252,64 296,97 640,18 674,50 708,10
Kerbau 0,00 0,00 0,00 31,50 11,80 12,50
Kambing 18,22 10,87 7,60 36,30 35,10 37,00
Babi 12.024,49 12.306,17 13.190,52 401,06 488,00 512,40
12 Populasi Ternak Unggas
Ayam Kampung 557.209 816.934 885.359 1.512.930 1.207.702 1.328.471
Ayam Pedaging 2.290.931 2.561.978 3.175.853 4.374.767 4.569.384 4.797.863
Ayam Petelur 46.101 41.597 32.447 31.462 45.085 45.085

RPJMD Provinsi Kalimantan Utara Tahun 2016-2021 II - 313


Capaian Kerja Interpretasi
Aspek/Fokus/Bidang
belum tercapai (<)
No Urusan/Indikator Kinerja Standar
2010 2011 2012 2013 2014 2015 sesuai (=)
Pembangunan Daerah
melampaui (>)
Itik 43.596 60.866 54.114 68.996 36.835 38.672
13 Produksi Daging Ternak Unggas
Ayam Kampung 5,96 25,18 41,73 1.194,50 1.334,90 1.468,30
Ayam Pedaging 2.120,70 2.301,43 2.816,74 4.309,10 3.392,60 3.562,20
Ayam Petelur 13,06 2,24 1,95 14,20 20,30 20,30
Itik 4,92 2,45 9,08 28,70 15,00 15,80
15 Kontribusi Sektor Pertanian,
Kehutanan, dan Perikanan 17,86 17,94 17,53 17,07 17,01 n/a
tehadap PDRB
16 Kontribusi Subsektor
Pertanian, Peternakan,
6,26 6,26 6,27 6,00 9,89 n/a
Perburuan, dan Jasa
terhadap PDRB
D Kehutanan
1 Kondisi Umum Hutan
Luas Kawasan Hutan (Ha) n/a n/a n/a n/a 5.629.110 n/a
2 Pemanfaatan Hasil Hutan
Produksi Kayu Bulat (Batang) 74.786 69.296 73.052 72.863 111.258 146.141
Produksi Kayu Bulat (m3) 388.781 357.616 376.622 355.157 523.183 685.183
3 Pendapatan Negara Bukan Pajak (PNBP) Sektor Kehutanan
Bersumber dari Provisi
23.186.387.824 20.486.914.780 20.021.972.269 23.244.173.540 30.539.017.994 51.532.335.805
Sumber Daya Hutan
Bersumber dari Dana
6.283.811,95 5.546.024,27 5.266.086,52 6.369.282,56 7.920.902,16 15.714.003,9
Reboisasi
4 Rehabilitasi hutan dan lahan
n/a n/a n/a 2.053.821 n/a n/a
kristis
E Energi dan Sumber Daya Mineral
1 Pertambangan tanpa ijin
Peningkatan jumlah produksi
13.627.216,92 14.007.758,76 19.962.451,90 23.311.338,59 30.894.327,15 n/a
batubara
Peningkatan jumlah produksi
2.193.265,00 2.649.550,00 4.802.985,00 3.799.341,00 2.642.218,00 n/a
minyak bumi
Peningkatan jumlah produksi 3.229.708,34 1.722.000,00 7.008.860,00 3.199.913,00 4.291.211,00 n/a

RPJMD Provinsi Kalimantan Utara Tahun 2016-2021 II - 314


Capaian Kerja Interpretasi
Aspek/Fokus/Bidang
belum tercapai (<)
No Urusan/Indikator Kinerja Standar
2010 2011 2012 2013 2014 2015 sesuai (=)
Pembangunan Daerah
melampaui (>)
gas bumi
2 Kontribusi Sektor
Pertambangan dan 30,33 30,25 30,50 31,61 31,99 n/a
Penggalian terhadap PDRB
F Perdagangan
1 Kontriusi Sektor
10,70 10,81 10,70 10,42 10,08 9,92
Perdagangan terhadap PDRB
2 Ekspor bersih perdagangan $725,302,000 $800,068,500 $616,329,000 $650,058,000 $1,057,899,406 $1,068,360,000
G Perindustrian
1 Kontribusi sektor industri
10,23 9,95 9,73 9,58 9,32 9,55
terhadap PDRB
2 Jumlah industri kecil
n/a n/a n/a n/a 2.234 n/a
menengah
H Transmigrasi
2.3.4 Fokus Layanan urusan Penunjang
A Perencanaan Pembangunan
1 Tersedianya dokumen
perencanaan RPJPD yang
Tidak Tidak Tidak Tidak Tidak Tidak
telah ditetapkan dengan
PERDA
2 Tersedianya dokumen
perencanaan: RPJMD yang
Tidak Tidak Tidak Tidak Tidak Tidak
telah ditetapkan dengan
PERDA/PERKADA
3 Tersedianya dokumen
perencanaan: RKPD yang
Tidak Tidak Tidak Tidak Ada Ada
telah ditetapkan dengan
PERKADA
4 Penjabaran program RPJMD
0 0 0 0 n/a n/a
ke dalam RKPD
5 Persentase desa berstatus n/a n/a n/a n/a
swasembada terhadap total
desa 119 55

RPJMD Provinsi Kalimantan Utara Tahun 2016-2021 II - 315


Capaian Kerja Interpretasi
Aspek/Fokus/Bidang
belum tercapai (<)
No Urusan/Indikator Kinerja Standar
2010 2011 2012 2013 2014 2015 sesuai (=)
Pembangunan Daerah
melampaui (>)
B Ketentraman, Ketertiban, dan Penanggulangan Bencana
C Kesatuan Bangsa dan Politik Dalam Negeri
D Layanan Masyarakat
1 Cakupan sarana prasarana
perkantoran pemerintahan n/a n/a 69 69 68 68
kelurahan yang baik
2 Sistim Informasi Manajemen
n/a 17 22 n/a n/a n/a
Pemda
2.4 Daya Saing Daerah
2.4.1 Kemampuan Ekonomi Daerah
A Kemampuan Ekonomi Daerah
1 Pengeluaran konsumsi
624.214 871.251 986.564 837.281 1.006.973 n/a
rumah tangga per kapita
Pengeluaran konsumsi non
n/a n/a n/a n/a n/a n/a
pangan per kapita
2 Produktivitas total daerah 173 179 187 164 175 n/a
3 Jenis dan jumlah bank dan
47 49 55 58 40 n/a
cabang
4 Jenis, kelas, dan jumlah
n/a n/a n/a n/a n/a 221
restoran
5 Jenis, kelas, dan jumlah penginapan/hotel
Hotel Non Bintang 88 100 119 135 124 n/a
Hotel Bintang 4 5 5 8 8 n/a
B Pertanian
Nilai Tukar Petani (NTP) n/a n/a n/a n/a 99,97 90,51
C Pengeluaran Konsumsi Non
624.214 871.251 986.564 837.281 1.006.973 n/a
Pangan per Kapita
2.4.2 Fasilitas Wilayah/Infrastruktur
A Perhubungan
1 Rasio panjang jalan per 0,032 0,028 0,029 0,030 0,028 n/a
jumlah kendaraan
B Penataan Ruang

RPJMD Provinsi Kalimantan Utara Tahun 2016-2021 II - 316


Capaian Kerja Interpretasi
Aspek/Fokus/Bidang
belum tercapai (<)
No Urusan/Indikator Kinerja Standar
2010 2011 2012 2013 2014 2015 sesuai (=)
Pembangunan Daerah
melampaui (>)
C Lingkungan Hidup
1 Persentase Rumah Tangga
(RT) yang Menggunakan Air 20,80 29,65 25,10 21,13 21,64 n/a
Bersih
D Komunikasi dan Informatika
1 Rasio Ketersediaan Daya
177,66 195,27 147,18 156,03 133,44 n/a
Listrik
2 Persentase Rumah Tangga
39,59 70,18 64,26 56,70 61,06 n/a
yang Menggunakan Listrik
3 Persentase Penduduk yang
1,24 1,28 3,25 4,11 3,81 n/a
Menggunakan HP/Telepon
2.4.3 Iklim Berinvestasi
A Jumlah dan macam pajak dan retribusi daerah
2.4.4 Fokus Sumber Daya Manusia
A Ketenagakerjaan
1 Rasio Lulusan S1/S2/S3 82,57 59,67 149,01 156,16 n/a n/a
2 Rasio Ketergantungan 55,22 54,42 54,53 n/a n/a n/a

RPJMD Provinsi Kalimantan Utara Tahun 2016-2021 II - 317


2.5. KAWASAN PERBATASAN
Kawasan perbatasan suatu negara memiliki nilai strategis dalam mendukung
keberhasilan pembangunan nasional. Hal ini terjadi karena wilayah perbatasan memiliki
dampak penting bagi kedaulatan suatu negara, pertumbuhan ekonomi melalui pergerakan
barang dan jasa, mempunyai pengaruh dengan kegiatan yang dilaksanakan di wilayah
lainnya yang berbatasan baik antarwilayah maupun antarnegara, dan berdampak pada
kondisi pertahanan dan keamanan baik dalam skala regional maupun nasional.
Agenda ketiga Nawa Cita, yaitu membangun Indonesia dari pinggiran, dan amanat
perundang-undangan memiliki keterkaitan erat dengan upaya percepatan pembangunan
kawasan perbatasan. Adanya upaya ini mencerminkan telah terjadi pergeseran paradigma
dan arah kebijakan pembangunan kawasan perbatasan, yang selama ini cenderung
berorientasi inward looking, kini menjadi outward looking sebagai pintu gerbang aktivitas
ekonomi dan perdagangan dengan negara tetangga sekaligus menjadi beranda depan NKRI.
Provinsi Kalimantan Utara menjadi salah satu provinsi di Pulau Kalimantan yang
wilayahnya berada di perbatasan negara. Ada dua kabupaten di Kalimantan Utara yang
berbatasan dengan Malaysia (Negara Bagian Sabah dan Serawak), yaitu Kabupaten Malinau
dan Kabupaten Nunukan. Posisi strategis dan adanya akses formal perbatasan
menyebabkan pergerakan manusia dan komoditas barang mengalami peningkatan, untuk
itu prioritas percepatan pembangunan di kawasan perbatasan menjadi hal yang esensial.
Pada subbab berikut akan menjelaskan gambaran umum dan kondisi kawasan perbatasan
di Provinsi Kalimantan Utara.

2.5.1. Delineasi Kawasan


Wilayah Kalimantan Utara yang terletak di kawasan perbatasan secara administratif
meliputi 30 desa dari lima kecamatan di Kabupaten Malinau dan 182 desa dari 12
kecamatan di Kabupaten Nunukan. Luas wilayah kecamatan-kecamatan di perbatasan
mencapai 35.671,68 km2. Kecamatan di perbatasan yang memiliki wilayah paling luas
adalah Kecamatan Kayan Hilir dengan luasan 11.863,19 km2, sedangkan Kecamatan Sebatik
Utara menjadi kecamatan dengan luas wilayah terkecil yaitu 15,39 km2. Berikut ini adalah
tabel luas wilayah kawasan perbatasan berdasarkan kecamatan.
Tabel 2.5.1.1.
Luas Wilayah Kawasan Perbatasan berdasarkan Kecamatan di Provinsi Kalimantan Utara
Kabupaten Kecamatan Luas (km2)
Malinau Kayan Hulu 735,40
Kayan Selatan 3.138,59
Kayan Hilir 11.863,19
Pujungan 6.539,39
Bahau Hulu 3.098,98
Nunukan Sebatik 51,07
Sebatik Barat 83,27

RPJMD Provinsi Kalimantan Utara Tahun 2016-2021 II - 318


Kabupaten Kecamatan Luas (km2)
Sebatik Timur 39,17
Sebatik Utara 15,39
Sebatik Tengah 47,71
Nunukan 564,50
Nunukan Selatan 181,77
Lumbis Ogong 3.357,01
Krayan 1.834,74
Krayan Selatan 1.757,66
Tulin Onsoi 1.513,36
Sei Manggaris 850,48
Total Luas Wilayah 35.671,68
Sumber: Kabupaten Malinau Dalam Angka, 2015; Kabupaten Nunukan Dalam Angka, 2015

RPJMD Provinsi Kalimantan Utara Tahun 2016-2021 II - 319


Gambar 2.5.1.1.
Peta Kawasan Perbatasan Provinsi Kalimantan Utara
Sumber: Draf RTRW Provinsi Kalimantan Utara 2015-2035

RPJMD Provinsi Kalimantan Utara Tahun 2016-2021 II - 320


Kabupaten Malinau memiliki kecamatan yang berbatasan darat langsung dengan
Malaysia di negara bagian Serawak, sedangkan Kabupaten Nunukan terdapat enam
kecamatan berbatasan darat, tiga kecamatan berbatasan laut, dan tiga kecamatan
berbatasan darat dan laut dengan Malaysia di negara bagian Sabah. Berikut ini adalah desa
dan kecamatan yang berbatasan dengan Malaysia.
Tabel 2.5.1.2.
Desa dan Kecamatan di Kawasan Perbatasan Provinsi Kalimantan Utara
No. Kabupaten Kecamatan Desa Letak Perbatasan
1. Malinau Kayan Hulu Long Temuyat Darat
2. Nawang Baru
3. Long Betaoh
4. Long Nawang
5. Long Payau
6. Kayan Hilir Long Metun Darat
7. Sungai Anai
8. Long Pipa
9. Long Sule
10. Data Dian
11. Pujungan Long Belaka Pitau Darat
12. Long Jelat
13. Long Pua
14. Long Ketaman
15. Long Aran
16. Long Lame
17. Long Pujungan
18. Long Paliran
19. Long Bena
20. Bahau Hulu Long Uli Darat
21. Long Tebulo
22. Long Alango
23. Long Kemuat
24. Long Berini
25. Apau Ping
26. Kayan Selatan Long Ampung Darat
27. Long Sei Barang
28. Lidung Payau
29. Long Uro
30. Metulang
31. Nunukan Krayan Lembudud Darat
32. Pa Kidang
33. Pa Pirit
34. Pa Terutun
35. Buduk Kubul
36. Liang Turan
37. Liang Alig
38. Pa Mering
39. Liang Bua
40. Wa Yagung
41. Sembudu
42. Pa Raye
43. Long Sepayang
44. Pa Inan
45. Pamulak
46. Long Mangan
47. Pa Urud
48. Pa Kemut
49. Cinglat
50. Long Tugul

RPJMD Provinsi Kalimantan Utara Tahun 2016-2021 II - 321


No. Kabupaten Kecamatan Desa Letak Perbatasan
51. Long Puak
52. Pa Padi
53. Ma Libu
54. Pa Lutu
55. Bungayan
56. Pa Pani
57. Pa Betung
58. Kampung Baru
59. Pa Delung
60. Pa Nado
61. Lembada
62. Pa Payak
63. Pa Rupai
64. Long Kabid
65. Pa Butai
66. Liang Tuer
67. Buduk Kinangan
68. Wa Yanud
69. Pa Matung
70. Pa Putuk
71. Liang Biadung
72. Wa Laya
73. Long Matung
74. Pa Kebuan
75. Pa Umung
76. Pa Pawan
77. Long Nuat
78. Long Tenem
79. Pa Lidung
80. Pa Rangeb
81. Long Berayang
82. Pa Sire
83. Long Api
84. Long Katung
85. Long Rupan
86. Buduk Tumu
87. Long Umung
88. Pa Melade
89. Ba Sikor
90. Pa Pala
91. Sinar Baru
92. Long Bawan
93. Lepatar
94. Long Nawang
95. Liang Butan
96. Krayan Selatan Long Pasia Darat
97. Liang Lunuk
98. Pa Amai
99. Pa Kaber
100. Pa Tera
101. Long Budung
102. Pa Dalan
103. Pa Urang
104. Long Birar
105. Long Kelupan
106. Long Rungan
107. Pa Milau
108. Long Pupung
109. Pa Yalau
110. Long Mutan
111. Tang Badui
112. Long Padi

RPJMD Provinsi Kalimantan Utara Tahun 2016-2021 II - 322


No. Kabupaten Kecamatan Desa Letak Perbatasan
113. Long Rian
114. Ba Liku
115. Binuang
116. Pa Ibang
117. Pa Sing
118. Pa Upan
119. Tang Paye
120. Lumbis Ogong Tantalujuk Darat
121. Panas
122. Kuyo
123. Nantukidan
124. Labang
125. Sumantipai
126. Bokok
127. Tambalang Hulu
128. Langgason
129. Mamasin
130. Duyan
131. Tau Lumbis
132. Tetagas
133. Bulu Laun Hulu
134. Tantu Libing
135. Payang
136. Suyadon
137. Tukulon
138. Batung
139. Ubel Sulok
140. Ubel Alung
141. Nan Sapan
142. Sedalit
143. Tambalang Hilir
144. Paluan
145. Jukup
146. Long Bulu
147. Kalam Buku
148. Tadungus
149. Linsayung
150. Salan
151. Sungoi
152. Samunti
153. Sinampala
154. Limpakon
155. Labuk
156. Sumentobol
157. Sanal
158. Tumatalas
159. Ngawol
160. Lagas
161. Kabungalor
162. Lepaga
163. Sinampala
164. Sibalu
165. Bulu Mengelom
166. Semata
167. Bulu Laun Hilir
168. Kalisun
169. Tulin Onsoi Belatikan Darat
170. Naputi
171. Tembalang
172. Sekikilan
173. Tau Baru
174. Tinampak I

RPJMD Provinsi Kalimantan Utara Tahun 2016-2021 II - 323


No. Kabupaten Kecamatan Desa Letak Perbatasan
175. Tinampak II
176. Kalun Sayan
177. Semunad
178. Salang
179. Sanur
180. Makmur
181. Sei Menggaris Samaenre Semaja Darat dan Laut
182. Sri Nanti
183. Sekaduyan Taka
184. Tabur Lestari
185. Sebatik Barat Bambangan Darat
186. Binalawan
187. Liang Bunyu
188. Setabu
189. Sebatik Maspul Darat
190. Tengah Bukit Harapan
191. Sungai Limau
192. Aji Kuning
193. Sebatik Timur Tanjung Harapan Laut
194. Bukit Aru Indah
195. Tanjung Aru
196. Sungai Nyamuk
197. Sebatik Utara Lapri Darat dan Laut
198. Seberang
199. Pancang
200. Sebatik Padaidi Darat dan Laut
201. Balansiku
202. Sei Manurung
203. Tanjung Karang
204. Nunukan Nunukan Utara Laut
205. Nunukan Tengah
206. Binusan
207. Nunukan Barat
208. Nunukan Timur
209. Nunukan Mansapa Laut
210. Selatan Selisun
211. Nunukan Selatan
212. Tanjung Harapan
Sumber: Grand Design Percepatan Pembangunan Kawasan Perbatasan Kalimantan Utara 2016-2036
Analisis, 2016

Berdasarkan data dari Grand Design Percepatan Pembangunan Kawasan Perbatasan,


dari total 17 kecamatan yang terletak di kawasan perbatasan, terdapat 13 kecamatan yang
menjadi lokasi prioritas (Lokpri), yaitu Kecamatan Kayan Hulu, Kayan Hilir, Pujungan,
Bahau Hulu (Kabupaten Malinau), Krayan, Krayan Selatan, Lumbis Ogong, Tulin Onsoi, Sei
Menggaris, Sebatik Barat, Sebatik Tengah, Sebatik Timur, dan Sebatik Utara (Kabupaten
Nunukan).
Disamping 13 kecamatan yang menjadi Lokpri, juga terdapat empat lokasi yang
direncanakan sebagai Pusat Kegiatan Strategis Nasional (PKSN) di Provinsi Kalimantan
Utara, yaitu Long Nawang, Long Midang, Sei Menggaris, dan Nunukan. Dua desa juga
direncanakan sebagai PKSN promosi, yaitu Tau Lumbis di Kecamatan Lumbis Ogong, dan
Sei Nyamuk di Kecamatan Sebatik Timur.

RPJMD Provinsi Kalimantan Utara Tahun 2016-2021 II - 324


Gambar 2.5.1.2.
Peta PKSN Kawasan Perbatasan berdasarkan Lokpri di Wilayah Pulau Kalimantan
Sumber: Buku III RPJMN 2015-2019

RPJMD Provinsi Kalimantan Utara Tahun 2016-2021 II - 325


Adapun peran dan fungsi PKSN di Kalimantan Utara dapat dilihat pada tabel
berikut.
Tabel 2.5.1.3.
Pusat Kegiatan Strategis Nasional (PKSN) di Provinsi Kalimantan Utara
PKSN Peran Kabupaten Lokasi Fungsi
Pusat pelayanan kepabeanan,
imigrasi, karantina, dan keamanan
Pusat kegiatan pertahanan dan
keamanan negara
Pusat pelayanan pemerintahan
Pusat pelayanan pendidikan dan
kesehatan
Kabupaten Malinau Long Nawang Pusat perdagangan dan jasa
Pusat pengembangan ekowisata
Pusat pelayanan transportasi
udara
Pusat pengolahan hasil hutan,
pertanian, perkebunan
Pusat pelayanan sistem angkutan
umum penumpang
Pusat pelayanan, kepabeanan,
imigrasi, karantina, dan keamanan
Pusat kegiatan pertahanan dan
keamanan negara
Pusat pelayanan pemerintahan
Pusat pelayanan pendidikan dan
kesehatan
Pusat perdagangan dan jasa
Long Midang
Pusat industri pengolahan hasil
Pusat kegiatan
perkebunan kelapa sawit dan
utama dalam
karet
peningkatan
Pusat pengembangan ekowisata
pelayanan
Pusat pelayanan transportasi
Pusat pelayanan pertahanan dan
udara
utama kemanan negara
serta pendorong Pusat pelayanan sistem angkutan
pengembangan umum penumpang
kawasan Pusat pelayanan kepabeanan,
perbatasan negara imigrasi, karantina, dan keamanan
Pusat kegiatan pertahanan dan
keamanan negara
Kabupaten Pusat pelayanan pemerintahan
Nunukan Pusat pelayanan pendidikan dan
kesehatan
Sei Menggaris Pusat perdagangan dan jasa
Pusat industri pengolahan hasil
perkebunan kelapa sawit, karet,
serta perikanan dan kelautan
Pusat pelayanan transportasi
udara
Pusat pelayanan sistem angkutan
umum penumpang
Pusa pelayanan kepabeanan,
imigrasi, karantina, dan kemanan
Pusat kegiatan pertahanan dan
keamanan negara
Pusat pelayanan pemerintahan
Nunukan Pusat pelayanan pendidkan dan
kesehatan
Pusat perdagangan dan jasa
Pusat industri pengolahan hasil
pertambangan mineral dan
batubara

RPJMD Provinsi Kalimantan Utara Tahun 2016-2021 II - 326


PKSN Peran Kabupaten Lokasi Fungsi
Pusat industri pengolahan hasil
hutan
Pusat industri pengolahan dan
industri jasa hasil perikanan dan
kelautan yang ramah lingkungan
Pusat pengembangan wisata
budaya
Pusat pengembangan pertanian,
perkebunan, serta perikanan, dan
kelautan
Pusat pelayanan sistem angkutan
umum penumpang dan barang
Pusat pelayanan transportasi laut
Pusat pelayanan tranportasi udara
Sumber: Grand Design Percepatan Pembangunan Kawasan Perbatasan Kalimantan Utara 2016-2036

Berdasarkan topografi, kawasan perbatasan Kalimantan Utara sebagian besar


terdiri atas dataran tinggi dengan ketinggian 1.500 m hingga 2.000 m dari permukaan laut.
Kecamatan Lumbis Ogong, Krayan, Krayan Selatan di Kabupaten Nunukan, Kecamatan
Bahau Hulu dan Pujungan di Kabupaten Malinau merupakan kawasan dengan kontur
dataran tinggi, sedangkan Kecamatan Sei Menggaris Nunukan, Nunukan Selatan, dan
seluruh kecamatan di Pulau Sebatik berada di dataran rendah.
Dominasi kontur kontur pegunungan, dataran yang berbukit-bukit menjadi salah
satu kendala dalam melakukan pembangunan infrastruktur dasar yang masif seperti jalan
dan penyediaan listrik.

2.5.2. Sosial Kependudukan


A. Jumlah Penduduk
Jumlah penduduk yang yang berada di kawasan perbatasan Kalimantan Utara pada
tahun 2014 tercatat mencapai 155.695 jiwa. Kecamatan Nunukan menjadi kecamatan
dengan jumlah penduduk terbanyak, yaitu sejumlah 59.223 jiwa, sedangkan Kecamatan
Kayan Hilir memiliki jumlah penduduk paling sedikit, yaitu 1.609 jiwa. Adapun kepadatan
penduduk bruto paling tinggi berada di Kecamatan Sebatik Utara, dengan kepadatan
penduduk mencapai 356 jiwa/km2.
Pertumbuhan jumlah penduduk di kecamatan perbatasan dalam kurun waktu lima
tahun terakhir dapat dilihat pada tabel berikut ini.

RPJMD Provinsi Kalimantan Utara Tahun 2016-2021 II - 327


Tabel 2.5.2.A.1.
Pertumbuhan Jumlah Penduduk di Kecamatan Perbatasan Tahun 2010-2014
Provinsi Kalimantan Utara
Pertumbuhan
Jumlah Penduduk (Jiwa)
Kabupaten Kecamatan (%)
2010 2011 2012 2013 2014
Kayan Hulu 2.535 3.386 2.645 2.896 3.016 3,54
Kayan Selatan 2.148 2.301 1.869 1.955 2.037 -1,06
Malinau Kayan Hilir 1.352 1.571 1.475 1.545 1.609 3,54
Pujungan 1.800 2.029 1.766 2.056 2.142 3,54
Bahau Hulu 1.460 1.597 1.582 1.668 1.738 3,55
Sebatik 22.344 4.115 4.245 4.375 4.510 -27,39
Sebatik Barat 10.464 6.941 7.160 7.380 7.607 -6,18
Sebatik Timur n/a 11.093 11.442 11.794 12.156 3,10
Sebatik Utara n/a 5.003 5.161 5.319 5.483 3,10
Sebatik Tengah n/a 6.498 6.703 6.909 7.121 3,10
Nunukan 54.034 50.322 53.212 56.165 59.223 1,85
Nunukan
Nunukan Selatan 12.355 14.079 15.504 17.043 18.717 8,66
Lumbis Ogong n/a 5.092 5.138 5.176 5.209 0,76
Krayan 7.296 7.037 6.976 6.902 6.823 -1,33
Krayan Selatan 2.260 2.169 2.141 2.111 2.079 -1,66
Tulin Onsoi n/a 6.373 6.742 7.120 7.514 5,64
Sei Manggaris n/a 7.402 7.827 8.262 8.711 5,58
Total Jumlah Penduduk 118.048 137.008 141.588 148.676 155.695 6,68
Kawasan Perbatasan
Sumber:
1) Kabupaten Malinau Dalam Angka 2010, 2011, 2012, 2013, 2014, 2015;
2) Kabupaten Nunukan Dalam Angka, 2010, 2011, 2012, 2013, 2014, 2015;
3) Analisis, 2016

Tidak tersedianya data jumlah penduduk pada tahun 2010 di Kecamatan Sebatik
Timur, Sebatik Utara, Sebatik Tengah, Lumbis Ogong, Tulin Onsoi, dan Sei Menggaris
dikarenakan oleh kecamatan-kecamatan tersebut belum terbentuk dari hasil pemekaran
kecamatan induknya, yaitu Kecamatan Sebatik, Kecamatan Lumbis, Kecamatan Sebuku,
dan Kecamatan Nunukan.

B. Tingkat Pendidikan
Belum ada data rinci terkait tingkat pendidikan penduduk di kawasan perbatasan,
sehingga pendekatan yang dilakukan adalah melihat dari dokumen Laporan
Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah (LPPD) Provinsi Kalimantan Utara 2015. Dalam
dokumen tersebut dijelaskan bahwa jumlah penduduk Kalimantan Utara menurut
pendidikan pada tahun 2015 didominasi oleh tingkat pendidikan SD ke bawah yang
mencapai 119.000 orang, disusul tingkat pendidikan SMU/SMK sebanyak 76.000 orang, SMP
sebanyak 46.000 orang, dan Diploma ke atas sebanyak 29.000 orang.

C. Mata Pencaharian
Data spesifik terkait mata pencaharian penduduk di kawasan perbatasan juga
belum tersedia, sehingga kondisi mata pencaharian penduduk dilihat dari Buku Kondisi

RPJMD Provinsi Kalimantan Utara Tahun 2016-2021 II - 328


Sosial Ekonomi dan Indikator Penting Kalimantan Utara tahun 2015. Dokumen publikasi
tersebut menjelaskan bahwa 96% desa sumber penghasilan utamanya dari pertanian dan
tercatat sekitar 1600an keluarga bekerja sebagai petani, dengan hasil pertanian berupa
padi, tanaman holtikultura, dan palawija. Sektor perdagangan dan jasa juga menjadi
tumpuan mata pencaharian penduduk setelah pertanian.

2.5.3. Sarana Pendidikan


Di kecamatan perbatasan di Kabupaten Malinau, persebaran sarana pendidikan
belum merata. Sebanyak 5 desa dari 30 desa masih belum memiliki sarana pendidikan
sama sekali, dari jenjang SD hingga SMA/SMK baik yang berstatus negeri maupun swasta.
Selanjutnya, 22 desa telah memiliki sarana pendidikan berjumlah 1 unit, dan 3 desa telah
memiliki 2 hingga 3 sarana pendidikan formal, diantaranya adalah desa di Kecamatan
Kayan Selatan, Kayan Hulu, dan Pujungan.
Penyelenggaraan kegiatan pendidikan di kecamatan perbatasan di Kabupaten
Malinau pada umumnya sangat mengandalkan kegiatan program penyetaraan pendidikan
dalam bentuk paket A, paket B, dan paket C. Hal ini dikarenakan oleh kurangnya sarana
pendidikan formal yang berkualitas dan sulitnya mengakses sarana pendidikan karena letak
geografis yang tidak memungkinkan.
Disamping penyediaan kebutuhan sarana sekolah, pembangunan asrama sekolah
untuk warga masyarakat yang mengenyam pendidikan khususnya SMP dan SMA/SMK juga
menjadi hal penting karena letak sekolah dan tempat tinggal yang sangat jauh.
Di kecamatan perbatasan di Kabupaten Nunukan, kondisi sarana pendidikan formal tingkat
SD terdapat hampir di seluruh kecamatan dan desa. Namun untuk sarana pendidikan SMP
tidak terdapat di seluruh desa dan kecamatan di kawasan perbatasan. Untuk SMA/SMK
hanya ada di ibukota kecamatan. Siswa yang tempat tinggalnya jauh dari sekolah harus
menumpang di rumah masyarakat yang berdekatan dengan sekolah atau kost atau di
asrama, keberadaan asrama masih terbatas di Kecamatan Krayan Selatan saja.
Kondisi sarana pendidikan masih banyak kekurangan terutama fasilitas fisik yang
kurang layak, begitu juga dengan prasarana pendukung, seperti buku, yang masih
kekurangan. Hal ini disebabkan oleh tidak dapat terdistribusikannya bantuan buku karena
terkendala kondisi geografis wilayah. Adapun tenaga pengajar di seluruh sekolah masih
sangat kurang, di Kecamatan Lumbis Ogong pengajar kurang aktif ke sekolah khususnya
untuk SD dan SMP. Pengajar lebih memilih menunggu (stay) di ibukota kecamatan karena
faktor geografis dan tidak memiliki tempat tinggal di lokasi tugas.
Meskipun ada bantuan tenaga pengajar dari pemerintah pusat melalui program
Sarjana Mendidik di Daerah Terdepan, Terluar, dan Tertinggal (SM3T) yang sudah berjalan

RPJMD Provinsi Kalimantan Utara Tahun 2016-2021 II - 329


selama 3 tahun di Kabupaten Nunukan dan tersebar di seluruh kecamatan perbatasan,
namun tidak semua desa ada pengajar dari program tersebut. Adapun pelaksanaannya
bersifat tidak bersifat tidak berkelanjutan, karena sifatnya hanya sebagai guru bantu
selama satu tahun.
Tabel 2.5.3.1.
Jumlah dan Sebaran Sarana Pendidikan di Kawasan Perbatasan
Provinsi Kalimantan Utara
Jumlah Sarana Pendidikan (Unit)
Kabupaten Kecamatan
SD SMP SMA SMK
Malinau Kayan Hulu 6 1 1 0
Kayan Selatan 4 1 1 0
Kayan Hilir 3 2 1 0
Pujungan 8 1 1 0
Bahau Hulu 6 1 1 0
Nunukan Sebatik 3 2 1 0
Sebatik Barat 6 2 0 1
Sebatik Timur 5 2 1 1
Sebatik Utara 4 2 1 0
Sebatik Tengah 4 2 3 0
Nunukan 16 7 4 2
Nunukan Selatan 10 6 1 0
Lumbis Ogong 10 0 3 0
Krayan 21 4 2 1
Krayan Selatan 6 3 1 0
Tulin Onsoi 8 2 0 1
Sei Manggaris 4 2 0 1
Total Jumlah 124 40 22 7
Sumber: Kabupaten Malinau Dalam Angka, 2015 dan Kabupaten Nunukan Dalam Angka, 2015

2.5.4. Sarana Kesehatan


Sarana kesehatan di kecamatan perbatasan dapat dilihat dari keberadaan Rumah
Sakit, Puskesmas, Puskesmas Pembantu (Pustu), dan Pos Kesehatan Desa (Poskesdes).
Pustu di kecamatan perbatasan di Kabupaten Malinau tersebar di 18 wilayah desa,
sedangkan 12 desa sama sekali belum memiliki sarana kesehatan berupa Pustu. Adapun
keberadaan tenaga kesehatan di kecamatan perbatasan di Kabupaten Malinau
persebarannya tidak merata, baru 4 desa yang memiliki tenaga dokter menetap. Meskipun
hampir semua desa memiliki bidan desa, namun ada kemungkinan tidak menetap, sehingga
apabila ada kejadian yang bersifat darurat tidak dapat segera tertangani.
Sedangkan untuk Kabupaten Nunukan, hingga tahun 2014 telah memiliki 1 rumah
sakit. Namun demikian, keberadaan rumah sakit belum mampu memberikan pelayanan
kesehatan bagi seluruh masyarakat terutama masyarakat di desa-desa yang sulit untuk
mengakses rumah sakit karena terkendala jarak dan kondisi geografis. Keberadaan
puskesmas pembatu (Pustu) sangat membantu masyarakat untuk mengakses layanan
kesehatan. Jumlah Pustu di Kabupaten Nunukan mencapai 36 unit yang tersebar di
berbagai kecamatan. Secara umum, kondisi bangunan Pustu di Kabupaten Nunukan
berkonstruksi kayu, hanya sedikit yang berkonstruksi beton.

RPJMD Provinsi Kalimantan Utara Tahun 2016-2021 II - 330


Tenaga kesehatan yang tersedia pada umumnya adalah mantri, perawat, dan bidan
yang menetap di desa, namun keberadaannya juga belum merata. Contoh kasus di
Kecamatan Krayan, yang pasien harus menggunakan pesawat apabila membutuhkan
penanganan kesehatan lanjutan di rumah sakit di Kabupaten Nunukan atau Kota Tarakan.
Hal ini tentu saja membutuhkan biaya lebih, meskipun ada subsidi dan prioritas dari
pemerintah bagi pasien.
Tenaga dokter dan kesehatan masih terkonsentrasi di Kecamatan Nunukan, dengan
jumlah tenaga kesehatan yang menetap di kecamatan tersebut adalah 51 dokter umum, 8
dokter gigi, 142 bidan, dan 196 tenaga kesehatan serta 144 dukun bayi/bersalin/paraji.
Adapun kondisi memprihatinkan ada di tiga kecamatan, yaitu di Lumbis Ogong, Sebatik
Barat, dan Sebatik Utara yang di desanya tidak memiliki dokter.Untuk keberadaan bidan
desa, hanya 57 desa dari 182 desa di perbatasan yang memiliki bidan desa, sisanya 125
desa tidak memiliki bidan desa.
Tabel 2.5.4.1.
Jumlah dan Sebaran Sarana Kesehatan di Kawasan Perbatasan
Provinsi Kalimantan Utara
Puskesmas Keliling Balai
Rumah
Kabupaten Kecamatan Puskesmas Pustu Roda Roda Perahu Posyandu Poskesdes Pengobatan
Sakit
2 4 Motor / Klinik
Malinau Kayan Hulu 0 1 4 4 0 2 8 3 0
Kayan 0 1 3 3 0 1 5 3 0
Selatan
Kayan Hilir 0 1 2 2 0 3 6 2 0
Pujungan 0 1 4 2 0 5 4 5 0
Bahau Hulu 0 1 5 0 0 3 7 5 0
Nunukan Sebatik 0 1 4 1* 14 n/a 1
Sebatik 0 1 9 1* 17 n/a 2
Barat
Sebatik 0 1 5 0 15 n/a 2
Timur
Sebatik 0 1 10 0 5 n/a 0
Utara
Sebatik 0 1 8 1* 11 n/a 3
Tengah
Nunukan 1 1 2 1* 34 n/a 30
Nunukan 0 1 2 0 23 n/a 0
Selatan
Lumbis 0 1 2 0 0 n/a 0
Ogong
Krayan 0 1 0 0 19 n/a 1
Krayan 0 1 5 0 6 n/a 1
Selatan
Tulin Onsoi 0 1 4 1* 12 n/a 2
Sei 0 1 5 0 12 n/a 0
Manggaris
Total Jumlah 1 17 74 198 18 42
Sumber: Kabupaten Malinau Dalam Angka, 2015 dan Kabupaten Nunukan Dalam Angka, 2015
Keterangan: *) Puskesmas keliling di Kabupaten Nunukan tidak dirinci jenis kendaraannya

RPJMD Provinsi Kalimantan Utara Tahun 2016-2021 II - 331


2.5.5. Sarana Prasarana Perhubungan
A. Infrastruktur Jalan
Urgensi penyediaan infrastruktur jalan di kawasan perbatasan menjadi hal yang
penting untuk membuka keterisolasian dan meningkatkan perekonomian wilayah. Di
kawasan perbatasan Kabupaten Malinau, kebutuhan jalan strategis nasional sepanjang 860
km yang akan menghubungkan Kecamatan Kayan Selatan, Kayan Hulu, Kayan Hilir, dan
Pujungan. Berdasarkan RTR Kawasan Perbatasan Negara di Kalimantan, khusus untuk
Kabupaten Malinau akan dibangun jaringan jalan kolektor primer berupa jalan lintas
menuju perbatasan melalui Long Nawang-Batas Negara di Kecamatan Kayan Hulu, Malinau-
Long Bawan. Kemudian jaringan jalan sejajar perbatasan dibangun di Long Pahangai-Long
Boh-Long Metulang-Long Nawang.
Tabel 2.5.5.A.1.
Kondisi Infrastruktur Jalan di Kecamatan Perbatasan di Kabupaten Malinau,
Provinsi Kalimantan Utara
Jalan Dapat Dilalui Kendaraan
No. Kabupaten Kecamatan Desa
Bermotor
1. Malinau Kayan Hulu Long Temuyat Sepanjang tahun
2. Nawang Baru Sepanjang tahun
3. Long Betaoh Sepanjang tahun
4. Long Nawang Sepanjang tahun
5. Long Payau Sepanjang tahun kecuali saat tertentu
6. Kayan Hilir Long Metun Tidak dapat dilalui sepanjang tahun
7. Sungai Anai Tidak dapat dilalui sepanjang tahun
8. Long Pipa Tidak dapat dilalui sepanjang tahun
9. Long Sule Tidak dapat dilalui sepanjang tahun
10. Data Dian Tidak dapat dilalui sepanjang tahun
11. Pujungan Long Belaka Pitau Tidak dapat dilalui sepanjang tahun
12. Long Jelat Tidak dapat dilalui sepanjang tahun
13. Long Pua Tidak dapat dilalui sepanjang tahun
14. Long Ketaman Tidak dapat dilalui sepanjang tahun
15. Long Aran Tidak dapat dilalui sepanjang tahun
16. Long Lame Tidak dapat dilalui sepanjang tahun
17. Long Pujungan Tidak dapat dilalui sepanjang tahun
18. Long Paliran Tidak dapat dilalui sepanjang tahun
19. Long Bena Tidak dapat dilalui sepanjang tahun
20. Bahau Hulu Long Uli Tidak dapat dilalui sepanjang tahun
21. Long Tebulo Tidak dapat dilalui sepanjang tahun
22. Long Alango Tidak dapat dilalui sepanjang tahun
23. Long Kemuat Tidak dapat dilalui sepanjang tahun
24. Long Berini Tidak dapat dilalui sepanjang tahun
25. Apau Ping Tidak dapat dilalui sepanjang tahun
26. Kayan Selatan Long Ampung Sepanjang tahun kecuali saat tertentu
27. Long Sei Barang Tidak dapat dilalui sepanjang tahun
28. Lidung Payau Tidak dapat dilalui sepanjang tahun
29. Long Uro Tidak dapat dilalui sepanjang tahun
30. Metulang Sepanjang tahun kecuali saat tertentu
Sumber: Grand Design Percepatan Pembangunan Kawasan Perbatasan Kalimantan Utara 2016-2036

Sedangkan di kawasan perbatasan di Kabupaten Nunukan, rencana jalan strategis


nasional sepanjang 316 km. serta jalan nasional yang melalui Kabupaten Nunukan
sepanjang 610 km. jalan nasional menghubungkan wilayah-wilayah perbatasan di sebelah

RPJMD Provinsi Kalimantan Utara Tahun 2016-2021 II - 332


Utara Kabupaten Nunukan hingga sebelah Selatan. Kecamatan Krayan juga masuk sebagai
wilayah yang akan dilalui jalan strategis nasional. Kondisi eksisting infrastruktur jalan di
Kabupaten Nunukan sebagian besar masih jenis permukaan berupa tanah, terutama di
daerah yang menjadi Lokpri.

B. Layanan Transportasi
Transportasi dari dan/atau menuju kawasan perbatasan secara umum dilayani
melalui jalur udara, laut, dan darat, oleh sebab itu keberadaan sarana dan prasarana
transportasi menjadi hal yang penting. Adanya pembangunan dan peningkatan sarana
prasarana transportasi diharapkan mampu mendorong percepatan pembangunan di
kawasan perbatasan.
Di kawasan perbatasan di Kabupaten Malinau, bandar udara atau lapangan terbang
merupakan salah satu sarana transportasi udara yang menghubungkan antarwilayah,
sehingga perlu ditingkatkan dan dibangun baru berupa bandar udara pengumpan dan
bandar udara perintis di Kecamatan Kayan Hulu, Kayan Selatan, Kayan Hilir, dan Pujungan.
Sedangkan di kecamatan perbatasan di Kabupaten Nunukan, berdasarkan RTRW
Kalimantan Utara dan RTR Kawasan Perbatasan Kalimantan, direncanakan pembangunan
bandar udara perintis dan pengumpan di Kecamatan Lumbis, Lumbis Ogong, Krayan
Selatan (Long Layu), Krayan (di Binuang), dan Sebatik Barat.

RPJMD Provinsi Kalimantan Utara Tahun 2016-2021 II - 333


Tabel 2.5.5.B.1.
Kondisi Lapangan Udara dan Rencana Pengembangannya di Kawasan Perbatasan
Provinsi Kalimantan Utara
Panjang
Lapangan Kondisi Rencana
Kabupaten Kecamatan Landasan Jenis Pesawat
Terbang Landasan Pengembangan
(m)
Malinau Kayan Hulu Long Nawang 450 Tanah/rumput Cessna 206, Bandar udara
Kodiak, Pilatus pengumpan,
bandar udara
perintis
Kayan Selatan Long Ampung 1200 Aspal beton Cessna 206, Bandar udara
Kodiak, Pilatus, perintis
Caravan, DHC-6
Long Sungai 360 Tanah/rumput Cessna 206,
Barang Pilatus
Kayan Hilir Data Dian 420 Tanah/rumput Cessna 206, Bandar udara
Kodiak, Pilatus perintis
Lung Sule 430 Tanah/rumput Cessna 206,
Kodiak, Pilatus
Long Metun 360 Tanah/rumput Cessna 206,
Kodiak, Pilatus
Pujungan Long 350 Tanah/rumput Cessna 206, Bandar udara
Pujungan Pilatus perintis
Bahau Hulu Long Alango 330 Tanah/rumput Cessna 206, Bandar udara
Kodiak perintis
Nunukan Sebatik Barat Bandar udara
pengumpan (skala
pelayanan tersier)
Nunukan Nunukan 1100 Hotmix ATR 42
Lumbis Ogong Bandar udara
perintis
Krayan Yuvai 1600 Aspal Cassa 212 Bandar udara
Semaring pengumpan
(tersier), bandar
udara perintis
Krayan Ba' Binuang 700 Tanah Pilatus PC-6 Bandar udara
Selatan pengumpan
(tersier), bandar
udara perintis
Long Layu 800 Tanah Pilatus PC-6
Sumber: Kabupaten Malinau Dalam Angka, 2015
Kabupaten Nunukan Dalam Angka, 2015
Grand Design Percepatan Pembangunan Kawasan Perbatasan Kalimantan Utara 2016-2036

Maskapai penerbangan yang melayani rute dari/ke kawasan perbatsan antara lain:
Susi Air, Kalstar Aviation, yang keduanya merupakan maskapai komersial, dan MAF yang
merupakan maskapai non-komersial. Jenis pesawat yang dapat mendarat di sebagian besar
bandara di kecamatan perbatasan yaitu Cassa 212, Cessna 206, Kodiak, Caravan, dan
Pilatus PC-6, yang dapat mendarat di landasan tanah atau rumput, sedangkan jenis
pesawat ATR 42 hanya dapat mendarat di landasan berkonstruksi aspal hotmix.
Adapun untuk transportasi darat di kawasan perbatasan di Kabupaten Malinau,
direncanakan akan dibangun Terminal Penumpang Tipe B di Kecamatan Kayan Hulu yang
berfungsi melayani angkutan umum untuk angkutan antarkota dalam provinsi (AKDP),
angkutan kota, dan angkutan pedesaan. Prasarana transportasi darat di kecamatan

RPJMD Provinsi Kalimantan Utara Tahun 2016-2021 II - 334


perbatasan di Kabupaten Nunukan direncanakan dibangun Terminal Penumpang Tipe A
yang berfungsi melayani kendaraan umum untuk angkutan antarkota antarprovinsi (AKAP)
dan/atau angkutan lintas batas negara.
Sedangkan infrastruktur pelabuhan sebagai prasarana transportasi dan upaya
mendukung pertahanan dan keamanan direncanakan dibangun di Sungai Pancang, Sungai
Nyamuk, Sei Taiwan di Pulau Sebatik. Disamping itu juga dibangun pelabuhan untuk
kegiatan perikanan berupa Pelabuhan Perikanan Nusantara (PPN) di Desa Sei Nyamuk,
Kecamatan Sebatik. Infrastuktur pelabuhan tidak dikembangkan di Kabupaten Malinau
karena tidak adanya perbatasan laut. Hal ini berbeda dengan Kabupaten Nunukan yang
memiliki wilayah berupa pulau terluar yang menjadi perbatasan laut dengan negara
tetangga.

2.5.6. Jaringan Prasarana


A. Air Bersih dan Sanitasi
Penyediaan infrastruktur air bersih dan sanitasi di kawasan perbatasan menjadi
penting, disamping menjadi fasilitas kesehatan dasar juga hal ini terkait dengan program
100-0-100, yaitu 100% akses air minum layak, 0% pemukiman kumuh, dan 100% akses
sanitasi layak. Penyediaan air bersih di kecamatan perbatasan di Kabupaten Malinau
berasal dari mata air yang berada di masing-masing desa di Kecamatan Kayan Hulu, Kayan
Hilir, Kayan Selatan, dan Bahau Hulu. Namun di beberapa desa di Kecamatan Pujungan
masih mengandalkan sungai, danau, dan kolam sebagai sumber air minum dan keperluan
MCK. Sedangkan untuk penyediaan sanitasi, penggunaan jamban pribadi masih belum
merata sebarannya di kecamatan perbatasan. Masih terdapat desa-desa yang
menggunakan jamban umum dan bukan jamban sebagai tempat pembuangan kotoran
manusia.
Sedangkan di Kabupaten Nunukan, penyediaan air bersih dan layak digunakani
untuk keperluan sehari-hari dilakukan oleh PDAM Kabupaten Nunukan yang berada di
Kecamatan Nunukan dan Sebatik. Belum ada data rinci terkait penyediaan air bersih di
luar PDAM yang digunakan o;eh kecamatan-kecamatan selain Nunukan dan Sebatik.
Adapun sanitasi di Kabupaten Nunukan, lebih dari setengah keluarga di desa
membuang kotoran manusia di jamban pribadi, 70,83% limbah cair dan air kotor dibuang
ke lubang atau tanah terbuka. Untuk pembuangan sampah, 90% desa di Kabupaten
Nunukan belum memiliki tempat penampungan sementara (TPS). Sebagian keluarga di
desa membuang sampah di dalam lubang atau dibakar atau dibuang di sungai/saluran
irigasi/danau. Kondisi ini menunjukkan belum idealnya penyediaan sarana sanitasi dan air
bersih di kecamatan perbatasan di Kabupaten Nunukan.

RPJMD Provinsi Kalimantan Utara Tahun 2016-2021 II - 335


Tabel 2.5.6.A.1.
Sumber Air Bersih di Kecamatan Perbatasan di Kabupaten Malinau,
Provinsi Kalimantan Utara
No. Kabupaten Kecamatan Desa Sumber Air Bersih
1. Malinau Kayan Hulu Long Temuyat
2. Nawang Baru
3. Long Betaoh Mata Air
4. Long Nawang
5. Long Payau
6. Kayan Hilir Long Metun
7. Sungai Anai
8. Long Pipa Mata Air
9. Long Sule
10. Data Dian
11. Pujungan Long Belaka Pitau
12. Long Jelat
13. Long Pua
14. Long Ketaman
15. Long Aran Sungai/Danau/Kolam
16. Long Lame
17. Long Pujungan
18. Long Paliran
19. Long Bena
20. Bahau Hulu Long Uli Mata Air
21. Long Tebulo Mata Air,
Sungai/Danau/Kolam
22. Long Alango
23. Long Kemuat
Mata Air
24. Long Berini
25. Apau Ping
26. Kayan Selatan Long Ampung
27. Long Sei Barang
28. Lidung Payau Mata Air
29. Long Uro
30. Metulang
Sumber: Grand Design Percepatan Pembangunan Kawasan Perbatasan Kalimantan Utara 2016-2036

B. Energi
Prasarana energi yang dimaksud di sini terkait dengan penyediaan ketenagalistrikan
dan bahan bakar untuk mendukung aktivitas harian masyarakat. Pasokan energi listrik dari
PLN yang kurang mencukupi telah menjadi kendala pembangunan di Kalimantan Utara,
terlebih di kawasan perbatasan. Oleh karena itu, diperlukan upaya alternatif seperti
menyediakan energi baru terbarukan (EBT) melalui pengembangan pembangkit listrik.
Berdasarkan RTRW Kalimantan Utara, pembangkit listrik yang akan dikembangkan
dan dibangun di Kabupaten Malinau khususnya di kawasan perbatasan adalah pembangkit
listrik tenaga mikro hidro (PLTMH) dan pembangkit listrik tenaga surya (PLTS). Belum
semua keluarga mendapatkan layanan listrik baik dari PLN maupun non-PLN. Pelayanan
listrik non-PLN telah menjadi ciri khas pemenuhan energi di kawasan perbatasan.
Sedangkan kondisi di Kabupaten Nunukan, meskipun terjadi peningkatan produksi
tenaga listrik namun tidak dirasakan oleh semua penduduk khususnya di kecamatan
perbatasan yang menjadi lokasi prioritas (Lokpri). Sebagian besar pengguna listrik PLN
justru berada di kecamatan perbatasan yang bukan menjadi Lokpri. Ada 65 desa di

RPJMD Provinsi Kalimantan Utara Tahun 2016-2021 II - 336


Kecamatan Krayan yang belum teraliri listrik, begitu juga dengan masyarakat di
Kecamatan Krayan Selatan, Tulin Onsoi, dan Sei Menggaris yang tidak ada keluarga
menjadi pengguna listrik PLN.
Jumlah keluarga di kawasan perbatasan yang dilayani listrik dapat dilihat pada
tabel berikut ini.
Tabel 2.5.6.B.1.
Jumlah Keluarga yang Dilayani Listrik di Kawasan Perbatasan
Provinsi Kalimantan Utara
Keluarga Keluarga
Keluarga
Kabupaten Kecamatan Pengguna Pengguna
Tanpa Listrik
Listrik PLN Non-PLN
Malinau Kayan Hulu 0 818 0
Kayan Selatan 0 506 0
Kayan Hilir 0 393 11
Pujungan 0 415 61
Bahau Hulu 0 341 0
Nunukan Sebatik 1.325 29 0
Sebatik Barat 996 582 284
Sebatik Timur 3.154 0 45
Sebatik Utara 1.575 0 61
Sebatik Tengah 548 1.102 94
Nunukan 12.157 110 78
Nunukan Selatan 2.433 565 213
Lumbis Ogong 72 560 843
Krayan 663 1.717 149
Krayan Selatan 0 379 687
Tulin Onsoi 0 1.616 487
Sei Manggaris 0 1.818 102
Total Jumlah 22.923 10.951 3.115
Sumber: Grand Design Percepatan Pembangunan Kawasan Perbatasan Kalimantan Utara 2016-2036

Berdasarkan RTRW Kalimantan Utara, pembangkit listrik yang akan dikembangkan


dan dibangun di wilayah perbatasan di Kabupaten Nunukan adalah Pembangkit Listrik
Tenaga Uap (PLTU) dan tenaga diesel (PLTD), selain itu juga akan dibangun PLTA dengan
total kapasitas 1.000 MW di Long Sempanjang, Sebatik. Rencana pembangunan pembangkit
listrik di kawasan perbatasan dapat dilihat pada tabel berikut ini.
Tabel 2.5.6.B.2.
Rencana Pembangunan Pembangkit Listrik di Kawasan Perbatasan
Provinsi Kaalimantan Utara
Kabupaten Kecamatan Jenis Pembangkit
Malinau Kayan Hulu PLTMH, PLTS
Kayan Selatan PLTMH, PLTS
Kayan Hilir PLTMH, PLTS
Pujungan PLTMH, PLTS
Bahau Hulu PLTMH, PLTS
Nunukan Sebatik Barat PLTD
Krayan PLTU
Sumber: Grand Design Percepatan Pembangunan Kawasan Perbatasan Kalimantan Utara 2016-2036

RPJMD Provinsi Kalimantan Utara Tahun 2016-2021 II - 337


C. Telekomunikasi
Prasarana telekomunikasi menjadi penting dalam upaya memajukan suatu kawasan,
tak terkecuali kawasan perbatasan. Masyarakat di kawasan perbatasan harus memperoleh
akses komunikasi dan informasi agar supaya mampu mengetahui situasi dan kondisi terkini
sehingga tidak menjadi terbelakang. Di kecamatan perbatasan di Kabupaten Malinau,
persebaran sinyal telekomunikasi melalui telepon seluler belum sepenuhnya merata,
sebagian desa mendapatkan akses sinyal kuat, namun ada sebagian desa yang memiliki
akses sinyal lemah seperti di Kecamatan Pujungan dan Kayan Selatan.
Sedangkan di kecamatan perbatasan di Kabupaten Nunukan, hingga tahun 2014,
baru 49 desa dari 182 desa di perbatasan yang memiliki menara Base Transceiver Station
(BTS) untuk mendukung akses terhadap telekomunikasi. Penyediaan menara BTS dan
jaringan sinyal untuk telekomunikasi masih sangat diperlukan di kawasan perbatasan ini.
Disamping itu, keberadaan kanal penyiaran informasi seperti radio RRI dan saluran televisi
TVRI juga menjadi penting sebagai upaya agar masyarakat dapat memperoleh informasi
sekaligus memberi masukan terhadap pembangunan daerah dan menjadi wujud kehadiran
negara, mengingat selama ini di kawasan perbatasan hanya bisa menangkap siaran TV
Malaysia.

2.5.7. Sarana Ekonomi


Sarana ekonomi di kawasan perbatasan, salah satunya dapat dilihat dari
keberadaan pasar. Kondisi pasar di semua desa di seluruh kecamatan perbatasan di
Kabupaten Malinau berupa bangunan berkontruksi tidak permanen (tidak memiliki atap,
lantai, dan dinding). Pasar semi permanen berada di desa-desa di Kecamatan Kayan
Selatan dan satu desa di Kecamatan Kayan Hilir.Kondisi ini menunjukkan bahwa
ketersediaan sarana ekonomi berupa pasar jumlahnya sangat kurang. Hal ini menjadi
faktor penyebab kurangnya jumlah pasokan barang kebutuhan pokok sehingga sulit untuk
didapatkan di kawasan perbatasan dan harga barang-barang pokok pun menjadi mahal.
DI kecamatan perbatasan di Kabupaten Malinau terdapat kegiatan industri mikro
dan kecil yang potensial berkembang, yakni industri yang terbuat dari anyaman rotan,
bambu, dan pandan, yang diolah menjadi tikar, peralatan rumah tangga, dan lainnya.
Kegiatan ekonomi ini teraglomerasi di desa-desa di Kecamatan Kayan Selatan, Kayan Hulu,
dan Kayan Hilir.
Hal yang sama juga ditemukan di kecamatan perbatasan di Kabupaten Nunukan,
yang sebagian besar sarana pasar berkonstruksi semi permanen, adapun pasar dengan
bangunan permanen hanya ada di desa Nunukan, sejumlah 4 pasar, yang berdekatan
dengan pusat pemerintahan. Selain pasar, di Kabupaten Nunukan juga terdapat

RPJMD Provinsi Kalimantan Utara Tahun 2016-2021 II - 338


minimarket yang sebagian besar sebarannya berada di Kecamatan Sebatik Timur, yaitu
sebanyak 21 unit. Tabel berikut ini menunjukkan jumlah sarana ekonomi di kawasan
perbatasan.
Tabel 2.5.7.1.
Jumlah Sarana Ekonomi di Kecamatan Perbatasan Provinsi Kalimantan Utara
Pasar Warung/
Pasar Pasar Toko/
dengan Kedai
Kabupaten Kecamatan semi tanpa Minimarket Warung
bangunan Makanan
permanen bangunan Kelontong
permanen Minuman
Malinau Kayan Hulu n/a n/a n/a n/a n/a n/a
Kayan Selatan n/a n/a n/a n/a n/a n/a
Kayan Hilir n/a n/a n/a n/a n/a n/a
Pujungan n/a n/a n/a n/a n/a n/a
Bahau Hulu n/a n/a n/a n/a n/a n/a
Nunukan Sebatik 0 4 0 1 36 4
Sebatik Barat 0 4 0 2 48 9
Sebatik Timur 0 4 2 21 198 61
Sebatik Utara 0 2 0 1 128 4
Sebatik Tengah 0 3 1 0 73 4
Nunukan 4 2 2 5 650 60
Nunukan Selatan 0 2 5 0 78 16
Lumbis Ogong 0 0 0 0 17 0
Krayan 0 0 0 0 134 4
Krayan Selatan 0 0 0 0 18 0
Tulin Onsoi 0 0 0 0 106 8
Sei Manggaris 0 2 1 0 97 15
Total 4 23 11 30 1.583 185
Sumber: Grand Design Percepatan Pembangunan Kawasan Perbatasan Kalimantan Utara 2016-2036

Penyediaan sarana ekonomi berupa pasar yang representatif untuk menyediakan


layanan barang kebutuhan pokok dan mempermudah transaksi bagi masyarakat di
perbatasan menjadi hal yang penting, sehingga masyarakat di perbatasan pun tidak
membeli atau mendatangkan barang kebutuhan pokok dari negara tetangga.

2.5.8. Sarana Permukiman


Kondisi perumahan di kawasan perbatasan Kabupaten Malinau secara umum belum
memenuhi standar dan sebagian besar terbuat dari bahan kayu dengan sistem rumah
panggung yang sederhana, masyarakat perbatasan membangun perumahan dengan sistem
berkelompok dalam satu kawasan, namun penyebarannya tidak merata. Penataan
lingkungan yang baik dan aktivitas masyarakat yang rendah menjadikan kawasan
perumahan di perbatasan Kabupaten Malinau termasuk kawasan yang baik dan tidak
kumuh.
Adapun kondisi permukiman di kawasan perbatasan di Kabupaten Nunukan terlihat
ada ketimpangan antarkecamatan dalam hal infrastruktur, tipe rumah, material rumah,
dan fasilitas pendukung lainnya. Kecamatan Nunukan dan Nunukan Selatan menunjukkan
kemajuan yang sangat pesat dengan infrastruktur yang memadai, sedangkan di Kecamatan
Krayan, Krayan Selatan, Lumbis Ogong, dan Tulin Onsoi kondisi perumahannya kurang

RPJMD Provinsi Kalimantan Utara Tahun 2016-2021 II - 339


memadai. Namun demikian, tingkat permukiman kumuh tertinggi justru ada di Kecamatan
Nunukan, hal ini mengakibatkan penduduk yang berpenghasilan rendah akan menempati
lingkungan permukiman yang sesuai dengan penghasilannya. Disamping hal tersebut,
ketidakpastian tanah yang ditempati menjadi keraguan penduduk untuk memperbaiki
rumah yang dihuni, yang kemudian menjadikan lingkungan kumuh semakin memburuk.
Keberadaan permukiman kumuh memunculkan permasalahan sosial, seperti tindak
kejahatan dan penyakit masyarakat lainnya. Menurut data dari Survei UPT Perbatasan
UNMUL, PODES 2015, dan BPS 2015, pada tahun 2014 di kecamatan perbatasan di
Kabupaten Nunukan terdapat 47 lokasi permukiman kumuh dengan 1.780 bangunan yang
dihuni oleh 2.100 kepala keluarga. Sebaran permukiman kumuh di kecamatan perbatasan
di Kabupaten Nunukan dapat dilihat pada tabel berikut.
Tabel 2.5.8.1.
Keberadaan Permukiman Kumuh di Kecamatan Perbatasan di Kabupaten Nunukan,
Provinsi Kalimantan Utara
Jumlah Jumlah Jumlah
No. Kecamatan Desa
Lokasi Bangunan Keluarga
1. Krayan Selatan Pa Kaber 1 2 2
2. Tulin Onsoi Tau Baru 1 14 28
3. Tinampak I 1 15 19
4. Tinampak II 1 15 30
5. Salang 1 5 5
6. Sebatik Barat Bambangan 3 17 17
7. Binalawan 4 5 9
8. Liang Bunyu 4 5 9
9. Setabu 4 60 60
10. Sebatik Padaidi 3 5 5
11. Balansiku 1 30 30
12. Tanjung Karang 12 17 17
13. Nunukan Nunukan Utara 3 330 413
14. Nunukan Barat 3 500 600
15. Nunukan Timur 3 700 800
16. Nunukan Selatan Nunukan Selatan 2 60 60
Total 47 1.780 2.100
Sumber: Grand Design Percepatan Pembangunan Kawasan Perbatasan Kalimantan Utara 2016-2036

2.5.9. Sarana Prasarana Pertahanan dan Keamanan


Sarana pertahanan dan keamanan di kawasan perbatasan sejauh ini masih meliputi
keberadaan Pos Pengamanan Perbatasan dan jalan patroli. Berdasarkan data dari Kodam
VI/Mulawarman dalam Grand Design Percepatan Pembangunan Kawasan Perbatasan
Kalimantan Utara 2016-2036, di Kalimantan Utara terdapat 31 Pos Pengamanan Perbatasan
(Pos Pamtas) yang dijaga oleh 1 Satgas Batalyon Infanteri (Yonif), dengan jarak antara satu
pos dengan pos yang lain kurang lebih sepanjang 370 km.

RPJMD Provinsi Kalimantan Utara Tahun 2016-2021 II - 340


Tabel 2.5.9.1.
Jumlah dan Sebaran Pos Pengamanan Perbatasan di Provinsi Kalimantan Utara
Jumlah Pos Pengamanan
No Kabupaten Lokasi Sebaran
Perbatasan (Pamtas)
1. Malinau 7 Desa Apauping, Long Pujungan, Long Jelat,
Long Metun, Long Nawang, Long Betaoh, dan
Long Ampung
2. Nunukan 22 Krayan, Long Bawan, long Midang,
Simanggaris, Aji Kuning
Sumber: Kodam VI/Mulawarman dalam Grand Design Perbatasan Kalimantan Utara 2016-2036

Adapun kondisi Pos Pamtas secara umum kurang representatif dan sangat terbatas.
Selain Pos Pamtas, juga terdapat jalan patroli sebagai prasarana pertahanan dan
keamanan. Kondisi jalan patroli di kawasan perbatasan masih minim, untuk melakukan
giat patroli masih menggunakan jalan setapak, sarana sungai, dan angkutan udara. Hal ini
disebabkan oleh faktor geografis kawasan perbatasan yang dikelilingi hutan, rawa,
perbukitan, dan pegunungan sehingga sulit dijangkau.
Keberadaan Pos Pamtas dan jalan patroli ini sangat penting untuk mengurangi
intensitas pelanggaran batas/lintas wilayah (pemindahan patok tapal batas), pencurian
sumber daya alam, kegiatan transaksi/perdagangan ilegal, dan bentuk pelanggaran
lainnya.

RPJMD Provinsi Kalimantan Utara Tahun 2016-2021 II - 341

You might also like