Professional Documents
Culture Documents
Provinsi Kalimantan Utara merupakan provinsi termuda di Indonesia saat ini yang
berada di bagian utara Pulau Kalimantan. Pembentukan Provinsi Kalimantan Utara
berdasarkan Undang-Undang No. 20 Tahun 2012 tentang Pembentukan Provinsi Kalimantan
Utara. Provinsi Kalimantan Utara terdiri atas lima wilayah administrasi dengan empat
kabupaten, yaitu Kabupaten Bulungan, Kabupaten Malinau, Kabupaten Nunukan,
Kabupaten Tana Tidung, dan Kota Tarakan. Ibukota Provinsi Kalimantan Utara terletak di
Tanjung Selor, yang saat ini berada di Kabupaten Bulungan. Berikut ini merupakan
gambaran umum dari aspek geografis dan demografi, kesejahteraan masyarakat, pelayanan
umum, daya saing daerah, indeks pembangunan manusia, dan kawasan perbatasan.
Hampir setengah dari total luasan wilayah provinsi ini memiliki kelas ketinggian
antara 500-1.000 m di atas permukaan laut (38,77%), hanya sekitar 5,92% yang memiliki
kelas ketinggian 0-7 m di atas permukaan laut. Perkembangan pembangunan diperkirakan
akan mengelompok di wilayah yang memiliki ketinggian relatif lebih landai, sedangkan
wilayah pegunungan di Provinsi Kalimantan Utara dapat dijadikan kawasan lindung dan
recharge area (daerah resapan air).
Sebagian besar wilayah Kabupaten Bulungan berada pada ketinggian 100-500 m di
atas permukaan laut (31,61%). Kabupaten Malinau dan Nunukan didominasi oleh wilayah
yang berada di kelas ketinggian 500-1.000 m di atas permukaan laut, yaitu masing-masing
58,46% dan 24,12%. Kabupaten Tana Tidung didominasi oleh wilayah dengan ketinggian 7-
25 m di atas permukaan laut dan hanya sebagian kecil yang memiliki ketinggian 100-500 m
di atas permukaan laut (0,01%). Sedangkan Kota Tarakan didominasi oleh kelas ketinggian
7-25 m di atas permukaan laut (72,41%), sementara sisanya (27,59%) berada pada
ketinggian 0-7 m di atas permukaan laut.
Sementara wilayah pantai, rawa pasang surut, daratan aluvial, jalur endapan, dan
sungai berada di kawasan pesisir timur, sedangkan wilayah dataran dan lembah aluvial
umumnya mengikuti arah aliran sungai.
C. Kondisi Klimatologi
Kondisi klimatologi Provinsi Kalimantan Utara hampir sama dengan wilayah lain di
Indonesia yaitu beriklim tropis, terlebih letak provinsi ini berada di utara lintang 00. Suhu
udara maksimal terjadi pada bulan November dengan 34,40o C dan minimal terjadi pada
D. Kondisi Geologi
Kondisi geomorfologi atau fisiografi Provinsi Kalimantan Utara meliputi daratan dan
lautan. Daratan berada di bagian barat, sedangkan lautan berada di bagian timur hingga
kawasan perairan Ambalat. Bagian barat yang berupa daratan tercermin sebagai
pegunungan hingga perbukitan yang merupakan unit geomorfologi (bentang alam) struktur
baik berupa lipatan maupun patahan, sedangkan bagian timur sebagai dataran hingga
pantai atau dikenal sebagai bentang alam aluvial, sedangkan bentang alam laut berada di
bagian paling timur wilayah.
Litostratigrafi tersusun atas batuan Paleozoikum, Mesozoikum, Kenozoium dan
Kwarter. Batuan Paleozoikum, Mesozoikum, Kenozoikum dan Kwarter banyak tersingkap di
bagian barat Provinsi Kalimantan Utara (Kabupaten Nunukan, Kabupaten Malinau,
Kabupaten Tana Tidung, Kabupaten Bulungan, dan Kota Tarakan). Batuan tersier yang
E. Kondisi Hidrologi
Kondisi hidrologi wilayah Provinsi Kalimantan Utara dapat berupa air permukaan
dan air bawah permukaan (air tanah). Air permukaan tercermin sebagai aliran sungai yang
terbagi menjadi beberapa DAS (daerah aliran sungai), mata air, dan air tanah. Kawasan
resapan air terletak di daerah pegunungan dan perbukitan yang terletak di bagian barat,
diantaranya terdapat di Kabupaten Malinau, Kabupaten Bulungan, Kabupaten Tana Tidung,
dan Kabupaten Nunukan, sedangkan kawasan tangkapan air terletak di bagian timur yang
berupa dataran aluvial dan dataran fluvial.
Provinsi Kalimantan Utara memiliki potensi Sumber Daya Air (SDA) yang sangat
besar. SDA tersebut terdiri dari jumlah curah hujan di Kalimantan Utara yang cukup tinggi,
sungai-sungai besar, mata air yang banyak, dan rawa yang luas. Potensi yang besar
tersebut banyak dimanfaatkan untuk menunjang kesejahteraan dan membantu kehidupan
F. Penggunaan Lahan
Penggunaan lahan di Provinsi Kalimantan Utara didominasi oleh hutan, dengan
luasan mencapai 6.440.254 Ha atau sekitar 90,06% dari luasan total wilayah. Luasan
pertanian tersebar sekitar 1,55% atau 110.751 Ha dari total luas wilayah. Penggunaan lahan
hutan negara mendominasi di seluruh kabupaten, namun terbanyak terdapat di Kabupaten
Malinau. Kondisi geografis provinsi ini yang didominasi oleh pegunungan dan perbukitan
dengan kemiringan lereng yang curam, sebagian besar dimanfaatkan sebagai hutan
lindung. Penggunaan lahan permukiman hanya 19.090 Ha atau 0,27% dari total luasan
wilayah provinsi ini, dengan sebaran lahan permukiman paling tinggi berada di Kabupaten
Nunukan.
Sedangkan, jika dilihat dari SK Menteri Kehutanan No. 718 Tahun 2014,
perbandingan luas areal penggunaan lahan dengan areal hutan dan tubuh air dapat dilihat
pada tabel berikut ini.
Tabel 2.1.1.F.2
Perbandingan Luas Areal Penggunaan Lahan, Areal Hutan, dan Tubuh Air
di Provinsi Kalimantan Utara
Kabupaten Kabupaten Kabupaten Tana Provinsi
Kota Tarakan Kabupaten Malinau
Kawasan Bulungan Nunukan Tidung Kalimantan Utara
Luas (Ha) % Luas (Ha) % Luas (Ha) % Luas (Ha) % Luas (Ha) % Luas (Ha) %
Areal 412.587,27 29,2 18.147,74 72,2 320.337,60 8,08 451.545,18 32,7 161.242,51 46,4 1.363.860,30 19,1
Penggunaan
Lain
Hutan 224.769,60 15,9 6.997,33 27,83 675.398,51 17,04 158.014,95 11,45 0 0 1.065.180,39 14,9
Lindung
Hutan 259.162,53 18,33 0 0 365.157,98 9,21 275.774,53 19,98 151.120,97 43,47 1.051.216,01 14,7
Produksi
Hutan 0 0 0 0 30.117,50 0,76 13.513,89 0,98 9.876,67 2,84 53.508,06 0,75
Produksi
yang Dapat
Dikonversi
Hutan 507.803,51 35,92 0 0 1.565.329,71 39,5 190.350,83 13,79 9.084,26 2,61 2.272.568,31 31,9
Produksi
Terbatas
Tubuh Air 0 0 0 0 997.699,21 25,17 274.380,39 19,88 0 0 1.272.079,60 17,8
Sumber: SK Menhut No. 718/2014 dalam Materi Teknis RTRW Provinsi Kalimantan Utara Tahun 2015-2035
Penggunaan lahan didominasi oleh hutan lebih dari 90% yang terdiri atas hutan
primer dan hutan sekunder dengan luas hampir 6,5 juta hektar. Proporsi hutan terbesar,
yaitu di Kabupaten Malinau seluas 3,9 juta hektar dan Kabupaten Bulungan serta Nunukan
dengan luasan wilayah hutan yang mencapai 1 juta hektar. Proporsi kawasan budidaya
hanya mencapai angka 5,97% dari seluruh total luasan tutupan lahan. Secara lebih jelas,
luas tutupan lahan menurut kabupaten/kota di Provinsi Kalimantan Utara adalah sebagai
berikut.
7. Sektor Industri
Pemerintah pusat telah menetapkan industri unggulan di Provinsi Kalimantan
Utara adalah kakao. Jika dibandingkan dengan data perkebunan yang ada,
komoditas kakao dan karet memang memiliki jumlah produksi yang tinggi. Potensi
ini dapat dimanfaatkan untuk diolah menjadi barang jadi yang memiliki nilai
tambah. berdasarkan data, industri di bidang agro dan hasil hutan masih lebih kecil
8. Sektor Pariwisata
Pola pergerakan wisatawan yang menggunakan jalur udara, yaitu melalui: (a)
Jakarta-Balikpapan-Tarakan; (b) Yogyakarta-Balikpapan-Tarakan; dan (c) Jakarta-
Makassar-Balikpapan-Tarakan. Untuk jalur laut, telah dilengkapi dengan pelabuhan
utama yaitu di Pelabuhan Tarakan (Kota Tarakan) dan Pelabuhan Tanjung Selor
(Kabupaten Bulungan). Daya tarik wisata di Provinsi Kalimantan Utara, antara lain:
a. Daya tarik wisata Heart of Borneo (HoB).
Heart of Borneo merupakan keunikan untuk menunjukkan keberadaan hutan
primer terluas dan tertua di dunia, yaitu di jantung Kalimantan.
b. Daya tarik wisata kawasan perkotaan Tarakan-Tanjung Selor.
Tarakan dikenal dengan minyak dan sejarah pendudukan bangsa asing, Bulungan
merupakan salah satu kerajaan di Kalimantan Utara.
c. Daya tarik wisata kawasan pesisir kepulauan (Nunukan, Bulungan Kepulauan, dan
Tana Tidung Kepulauan)
Nunukan, Bulungan Kepulauan, dan Tana Tidung Kepulauan merupakan wilayah
dengan potensi wisata yang beragam mulai dari pantai sampai dengan hutan
hujan tropis.
d. Daya tarik wisata kawasan pedalaman (pedalaman Bulungan dan Tana Tidung)
Daya tarik pariwisata ini dikelmpokkan menjadi tiga bagian, yaitu daya tarik
wisata berbasis alam, wisata berbasis sejarah dan budaya, serta wisata berbasis
kehidupan masyarakat yang lebih dominan.
e. Kawasan Perbatasan Negara
Kawasan pengembangan pariwisata perbatasan negara yang ada di Kalimantan
Utara, meliputi daerah perbatasan Malinau yang berbatasan langsung dengan
Serawak (Malaysia Timur). Dalam pengembangan wisata di kawasan ini,
didominasi variasi wisata kehidupan masyarakat dan wisata berbasis alam.
Kawasan frontier memiliki beberapa potensi yang dapat dikembangkan, antara lain
kaya dengan sumber daya alam, adanya kawasan lindung yang dapat dimanfaatkan untuk
perdagangan karbon, dan pemanfaatan sistem DAS sebagai basis pengembangan wilayah.
Berdasarkan dokumen Materi Teknis RTRW Provinsi Kalimantan Utara Tahun 2015-
2035, kerawanan terhadap bencana di provinsi ini secara garis besar terbagi menjadi
gerakan tanah dan gempa bumi.
1. Gerakan Tanah
Gerakan tanah merupakan suatu peristiwa geologi berupa pergerakan massa tanah
maupun massa batuan yang dalam keadaan tertentu bergerak ke bawah, baik
melalui bidang geser maupun jatuh bebas. Gerakan tanah dapat terjadi karena gaya
perlawanan tanah yang ada lebih kecil daripada gaya yang berusaha dan bekerja
dari luar. Parameter yang digunakan untuk analisis gerakan tanah, antara lain sudut
lereng, jenis tanah, tebal tanah, jenis batuan, beban atau tekanan, curah hujan,
keberadaan sumber air, dan getaran. Berdasarkan parameter tersebut, sebagian
besar Provinsi Kalimantan Utara memiliki kerentanan terhadap gerakan tanah
labil, yaitu sekitar 65,74% dari total luas wilayah provinsi.
a. Kerentanan tanah sangat stabil (11,72% dari total luas wilayah provinsi) terjadi
terdapat di lembah sungai, yaitu di sebagian wilayah Kabupaten Bulungan,
sebagian wilayah Kabupaten Malinau, sebagaian wilayah Kabupaten Nunukan,
sebagian wilayah Kabupaten Tana Tidung, dan sebagian wilayah Kota Tarakan.
Gerakan tanah di kawasan ini hampir tidak pernah terjadi.
b. Kerentanan tanah stabil (0,79% dari total luas wilayah provinsi) terdapat di
sebagian wilayah Kabupaten Nunukan, sebagaian wilayah Kabupaten Malinau,
sebagian wilayah Kabupaten Nunukan, dan sebagian wilayah Kabupaten Tana
Tidung. Pada kawasan ini gerakan tanah di kawasan ini sangat jarang terjadi,
kecuali jika gangguan pada lereng.
c. Kerentanan tanah menengah (12,70% dari total luas wilayah provinsi) terjadi
pada daerah yang berbatasan dengan lembah sungai, tebing jalan atau lereng
jika lereng mengalami gangguan. Kawasan yang memiliki kerentanan tanah
2. Gempa Bumi
Berdasarkan dokumen materi teknis, hasil analisis menyebutkan bahwa sebagian
besar wilayah Provinsi Kalimantan Utara mempunyai bahaya goncangan gempa bumi
dengan percepatan <0,05g dan MMI gempa bumi <IV. Percepatan batuan dasar
sebesar 0,05g, menunjukkan bahwa wilayah Provinsi Kalimantan Utara mempunyai
potensi sangat rendah terhadap ancaman gempa bumi. Skala intensitas gempa bumi
sebagian besar wilayah Provinsi Kalimantan Utara, menunjukkan angka kurang dari
IV MMI, yang berarti gerakan hanya dirasakan oleh beberapa orang, dan tingkat
kerusakan tidak sampai mengakibatkan barang pecah belah ataupun bergoyangnya
bangunan.
Jika dilihat dari dokumen RPJPD Provinsi Kalimantan Utara Tahun 2005-2025, secara
lebih detail dapat diidentifikasi bahwa potensi rawan bencana alam maupun bencana alam
geologi yang ada meliputi:
1. Kawasan rawan bencana alam:
a. Kawasan rawan tanah longsor, meliputi kawasan berbentuk lereng yang rawan
terhadap perpindahan material pembentuk lereng berupa batuan, bahan
rombakan, tanah, atau material campuran. Kawasan rawan tanah longsor
terdapat di Kabupaten Bulungan, Kota Tarakan, Kabupaten Nunukan,
Kabupaten Malinau, dan Kabupaten Tana Tidung.
b. Kawasan rawan dampak kebakaran hutan, terdapat di Kabupaten Bulungan,
Kabupaten Nunukan, Kabupaten Malinau, dan Kabupaten Tana Tidung.
c. Kawasan rawan banjir, meliputi kawasan yang diidentifikasikan sering dan/atau
berpotensi tinggi mengalami bencana alam banjir. Kawasan rawan banjir
Sementara itu, jika dilihat dari Peta Kawasan Rawan Bencana masing-masing
kabupaten/kota yang bersumber dari Rencana Tata Ruang Wilayah, dapat diidentifikasi
bahwa masing-masing kabupaten/kota memiliki potensi bencana yang berbeda-beda sesuai
dengan kondisi geografi dan topografi wilayahnya. Berikut ini potensi bencana masing-
masing kabupaten/kota di Provinsi Kalimantan Utara, yaitu:
1. Kabupaten Nunukan
Berdasarkan Peta Potensi Bencana, di Kabupaten Nunukan terdapat tiga jenis
ancaman bencana yaitu banjir, tanah longsor, dan abrasi.
a. Kawasan potensi tanah longsor kurang lebih seluas 20.398 (dua puluh ribu tiga
ratus sembilan puluh delapan) hektar meliputi Kecamatan Simenggaris,
2. Kabupaten Bulungan
Kawasan potensi bencana tanah longsor di Kabupaten Bulungan meliputi Kecamatan
Tanjung Selor, Kecamatan Sekatak, Kecamatan Palas Timur. Kawasan potensi banjir
meliputi Kecamatan Tanjung Selor, Kecamatan Sekatak, Kecamatan Palas Tengah,
dan Kecamatan Peso.
3. Kabupaten Malinau
Kawasan potensi bencana di Kabupaten Malinau berupa tanah longsor, banjir dan
kebakaran hutan.
a. Kawasan potensi bencana tanah longsor, meliputi:
Kawasan yang terletak di sepanjang aliran sungai yang rawan terhadap
longsornya tebing sungai, meliputi: Malinau Seberang, Respen Tubu, Malinau
Hilir, Malinau Kota, Malinau Hulu, Kuala Lapang, Tanjung Lapang, Taras,
Lidung Kemenci, Pulau Sapi, Long Pujungan, Long Nawan, Bakau Hulu,
Pujungan.
Kawasan di sekitar gunung atau perbukitan curam yang rawan terhadap
terjadinya longsor, meliputi: Data Dian, Long Berang, Sempayang dan Long
Loreh.
b. Kawasan potensi bencana banjir
Kawasan potensi bencana banjir, meliputi permukiman di sepanjang aliran
Sungai Sesayap, Sungai Mentarang, Sungai Malinau, Sungai Kayan, Sungai Bahau
dan Sungai Pujungan dan daerah sekitar aliran sungai lainnya di wilayah
Kabupaten Malinau.
c. Kawasan potensi bencana kebakaran hutan
Kawasan potensi bencana kebakaran hutan, meliputi kawasan yang berpotensi
terjadinya kebakaran hutan karena kandungan batubara maupun aktivitas
budidaya masyarakat dan atau penebangan hutan yang lokasinya menyebar
secara acak berbentuk spot-spot pada kawasan hutan, yang terdapat di:
5. Kota Tarakan
Kawasan potensi bencana di Kota Tarakan meliputi bencana tanah longsor dan
banjir:
a. Kawasan potensi bencana tanah longsor, meliputi Kelurahan Karanganyar,
Sebengkok, Pamusian, Kampung Empat, Pantai Amal, Kampung Enam, dan
Mamburungan.
b. Kawasan potensi bencana banjir meliputi:
Kecamatan Tarakan Timur yang meliputi Jalan Sungai Sesayap, Jalan
Meranti, Jalan Akasia, Jalan Bengkirai, Jalan Tengkawang.
Kecamatan Tarakan Tengah yang meliputi Jalan Sebengkok Tiram, Jalan
Pangeran Diponegoro, Jalan Sebengkok AL, Jalan Martadinata.
Kecamatan Tarakan Barat yang meliputi Jalan Slamet Riadi, Jalan Kenanga,
Jalan Seroja, Jalan Anggrek, Jalan Matahari, Jalan Mulawarman.
Kecamatan Tarakan Utara yang meliputi Jalan P. Aji Iskandar.
Gambar 2.1.2.A.1
Komposisi Penduduk Menurut Kelompok Umur Tahun 2012 di Provinsi Kalimantan Utara
Sumber: Hasil Olahan, 2016
Rasio jenis kelamin paling tinggi terdapat di Kabupaten Tana Tidung, yaitu 124
artinya terdapat 124 penduduk laki-laki untuk setiap 100 penduduk perempuan.
Sedangkan, Kota Tarakan memiliki rasio jenis kelamin terendah, yaitu 110 yang
mengartikan bahwa terdapat 110 penduduk laki-laki untuk setiap 100 penduduk
perempuan.
Tabel 2.1.2.A.4
Rasio Jenis Kelamin Penduduk Menurut Kabupaten/Kota Tahun 2015
di Provinsi Kalimantan Utara
Jumlah Penduduk (Jiwa)
Kabupaten/Kota Rasio Jenis Kelamin
Laki-laki Perempuan
Bulungan 69.095 60.286 115
Malinau 41.801 35.691 117
Nunukan 94.517 83.090 114
Tana Tidung 12.092 9.799 123
Tarakan 123.306 112.259 110
Kalimantan Utara 340.811 301.125 113
Sumber :
1) Statistik Kesejahteraan Rakyat Provinsi Kalimantan Utara 2015
2) Hasil Analisis, 2016
B. Migrasi
Migrasi merupakan perpindahan penduduk dari suatu tempat ke tempat lain dalam
waktu tertentu. Adanya migrasi ke suatu daerah salah satunya dapat disebabkan karena
suatu daerah tersebut merupakan daerah baru di dalam era otonomi ini, sehingga mereka
mengasumsikan jika daerah tersebut masih menjanjikan peluang kerja dan pendapatan
yang lebih baik bagi mereka. Data migrasi dibutuhkan sebagai dasar perencanaan
pembangunan wilayah asal dan wilayah migran. Selain itu dapat digunakan juga untuk
membuat proyeksi penduduk berdasarkan asumsi perpindahan di masa mendatang.
2. Laju Inflasi
Laju inflasi merupakan kecenderungan naiknya harga barang dan jasa pada
umumnya yang berlangsung secara terus menerus dan mempengaruhi kemampuan daya
beli masyarakat. Laju inflasi menjadi salah satu aspek yang dapat digunakan untuk
mengukur tingkat kesejahteraan penduduk. Pada periode 2010-2015, laju inflasi Provinsi
Kalimantan Utara menunjukkan rata-rata 8,1%.
Tabel 2.2.1.A.5
Nilai Inflasi Rata-rata Tahun 2010-2015 di Provinsi Kalimantan Utara
Uraian 2010 2011 2012 2013 2014 2015
Inflasi Provinsi Kalimantan Utara1 7,92 6,43 5,99 10,35 11,91 6,16
Inflasi Nasional2 6,96 3,79 4,30 8,38 8,36 3,35
Sumber:
1) Kota Tarakan Dalam Angka 2015
2) BPS Nasional 2016
Nilai PDRB per satu penduduk dapat diketahui melalui PDRB ADHB per kapita. Pada
tahun 2010 PDRB per kapita penduduk Provinsi Kalimantan Utara sebesar 66 juta. Angka ini
terus meningkat hingga mencapai 95,5 juta pada tahun 2014 atau meningkat 9% dibanding
tahun 2013. Angka ini terus naik hingga 97,8 juta di tahun 2015.
Tabel 2.2.1.A.7
PDRB ADHB Per Kapita Tahun 2010-2014 Provinsi Kalimantan Utara
Uraian 2010 2011 2012 2013 2014 2015
Nilai PDRB (Juta Rp) 34.918.578 42.410.932 47.333.732 52.604.702 59.572.512 62.818.835
Jumlah Penduduk (jiwa) 524.147 547.377 570.904 594.982 618.207 641.936
PDRB perkapita (Rp/jiwa) 66.619.818 77.480.296 82.910.143 88.413.939 96.363.373 97.858.408
Sumber: Publikasi PDRB Provinsi Kalimantan Utara 2016 dengan hasil olahan
Koefisien gini Provinsi Kalimantan Utara pada periode tahun 2011-2014 relatif
tetap. Hal ini mengindikasikan bahwa ketimpangan pendapatan yang terjadi masih dalam
kategori ketimpangan rendah, yaitu antara 0,33-0,36. Koefisien gini Provinsi Kalimantan
Utara masih lebih kecil dibandingkan dengan koefisien gini tingkat nasional. Artinya,
kondisi distribusi pendapatan penduduk di Provinsi Kalimantan Utara masih dapat
dikatakan lebih baik dibanding rata-rata wilayah lain di Indonesia.
Jumlah penduduk di atas garis kemiskinan paling tinggi di Provinsi Kalimantan Utara
terdapat di Kota Tarakan dengan kecenderungan pertumbuhan yang fluktuatif, sedangkan
yang terendah di Kabupaten Bulungan. Dengan kata lain kesejahteraan penduduk Kota
Tarakan saat ini masih dominan dibandingkan kabupaten yang lain.
Tabel 2.2.1.A.12
Persentase Penduduk Miskin Tahun 2010-2014 Kabupaten/Kota
Provinsi Kalimantan Utara
Indikator Kabupaten/Provinsi 20101 20111 20121 20132 20142
Persentase Bulungan 14,58 12,14 11,76 12,04 12,03
penduduk miskin Malinau 15,31 12,67 11,68 10,48 10,26
Nunukan 12,45 10,38 9,62 9,51 8,69
Tana Tidung 13,89 11,41 9,81 10,21 9,48
Tarakan 10,23 8,41 7,95 7,9 7,79
Persentase Bulungan 85,42 87,86 88,24 87,96 87,97
penduduk di atas Malinau 84,69 87,33 88,32 89,52 89,74
garis Nunukan 87,55 89,62 90,38 90,49 91,31
kemiskinan8 Tana Tidung 86,11 88,59 90,19 89,79 90,52
Tarakan 89,77 91,59 92,05 92,1 92,21
Sumber:
1) RPJP Provinsi Kalimantan Utara
2) Kabupaten Bulungan Dalam Angka Tahun 2015
Kabupaten Tana Tidung Dalam Angka Tahun 2015
Kabupaten Malinau Dalam Angka Tahun 2015
Kabupaten Nunukan Dalam Angka Tahun 2015
Kota Tarakan Dalam Angka 2015
3) Hasil Olahan 2016
8. Kemiskinan
Kemiskinan masih menjadi persoalan prioritas untuk diselesaikan di beberapa
wilayah di Indoensia. Kemiskinan erat hubungannya dengan kesejahteraan hidup. Pada
tahun 2010, persentase penduduk miskin Kalimantan Utara mencapai 12,47% atau setara
dengan 65,9 ribu jiwa dari total penduduk. Angka ini terus mengalami penurunan hingga
mencapai angka 7,73% atau 46.400 jiwa di tahun 2013. Angka kemiskinan kembali
mengalami sedikit peningkatan di tahun 2014, yakni sebesar 55.800 jiwa. Tabel
sebelumnya telah menjelaskan bahwa tingkat kemiskinan tertinggi ada di Kabupaten
Bulungan, sedangkan yang terendah adalah Kota Tarakan.
Catatan: Data Provinsi Kalimantan Utara tahun 2010-2012 tidak dapat dihitung karena data yang tersedia berupa
persentase masing-masing kabupaten/kota, sehingga tidak dapat dijumlahkan untuk total Provinsi Kalimantan
Utara.
Data tahun 2010 hingga tahun 2014 menunjukan kabupaten dengan nilai angka
melek aksara paling tinggi di Provinsi Kalimantan Utara adalah Kota Tarakan. Pada tahun
2010 Kota Tarakan memiliki nilai angka melek aksara sebesar 97,97% dan angka ini
meningkat menjadi 99,5% pada akhir tahun 2014. Kabupaten Tana Tidung yang merupakan
pemekaran dari Kabupaten Bulungan sejak tahun 2009 memiliki nilai angka melek aksara
yang cenderung rendah di Kalimantan Utara jika dibandingkan dengan kabupaten
disekitarnya pada tahun 2010 sampai dengan 2012.
Berdasarkan data tabel di atas, angka melek aksara per kabupaten/kota di Provinsi
Kalimantan Utara secara umum mengalami kenaikan. Angka melek aksara di Provinsi
Kalimantan Utara mencapai 97,66% pada tahun 2014. Angka tahun 2014 ini dinilai sudah
melebihi sasaran rata-rata angka melek aksara penduduk usia di atas 15 tahun nasional
20191 yang sebesar 96,1%. Provinsi Kalimantan Utara secara umum perlu mempertahankan
dan tetap terus meningkatkan pencapaian ini. Hal ini dapat diusahakan dengan
meningkatkan angka melek aksara di beberapa kabupaten seperti Kabupaten Tana Tidung
dan Kabupaten Malinau yang dinilai masih perlu mengejar ketertinggalannya dibandingkan
kabupaten lainnya, meskipun tidak terlalu signifikan (data tahun 2014).
Catatan: Data Angka Harapan Lama Sekolah mulai dirilis secara resmi oleh BPS berdasarkan perhitungan IPM
metode baru sejak tahun 2014 sehingga tidak terdapat rilis resmi data sejak tahun 2013 dan sebelumnya.
Kota Tarakan merupakan wilayah yang memiliki angka harapan lama sekolah paling
tinggi di provinsi ini pada tahun 2014 sebesar 13.39 tahun. Hal ini berarti bahwa penduduk
di Kota Tarakan diharapkan dapat menempuh pendidikan hingga bangku perguruan tinggi
ataupun akademi (paska Sekolah Menengah Atas) sampai dengan sekitar tahun pertama
(semester 2). Sementara kabupaten yang memiliki angka harapan lama sekolah paling
rendah pada tahun 2014 adalah Kabupaten Tana Tidung sebesar 12.14 tahun. Hal ini
berarti bahwa penduduk di Kabupaten Tana Tidung diharapkan dapat menempuh
pendidikan hingga kelas 12 pada jenjang Sekolah Menengah Atas. Setelah tahun 2015,
angka harapan lama sekolah di Kabupaten Tana Tidung mengalami peningkatan meskipun
tidak terlalu signifikan menjadi sebesar 12,16 tahun. Kabupaten dan kota lain di Provinsi
Kalimantan Utara mengalami peningkatan pula meskipun tidak terlalu signifikan.
Angka Harapan Lama Sekolah di Provinsi Kalimantan Utara pada tahun 2013 adalah
sebesar 12.30 tahun, angka tersebut berada di atas angka harapan lama sekolah nasional
pada tahun tersebut2, yaitu sebesar 12.10 tahun. Angka Harapan Lama Sekolah tersebut
kemudian mengalami peningkatan pada tahun 2014 menjadi sebesar 12.52 tahun. Angka
tersebut tetap berada di atas angka harapan lama sekolah nasional pada tahun 2014 3,
yaitu sebesar 12.39 tahun. Angka Harapan Lama Sekolah Provinsi Kalimantan Utara
mengalami peningkatan lagi pada tahun 2015 menjadi sebesar 12.54 tahun.
Catatan: Data Provinsi Kalimantan Utara tahun 2010-2012 tidak dapat dihitung karena tidak tersedia data
mentah untuk menghitung rata-rata lama sekolah berdasarkan rumus dari Permendagri No 54 Tahun 2010.
Berdasarkan data dari tabel di atas, pada tahun 2010 sampai dengan tahun 2014,
kabupaten dengan angka rata-rata lama sekolah paling tinggi di Provinsi Kalimantan Utara
adalah Kota Tarakan. Pada tahun 2010, angka rata-rata lama sekolah di Kota Tarakan
selama 9,36 tahun dan terus mengalami peningkatan sehingga pada tahun 2014 naik
menjadi 9,44 tahun. Hal ini berarti bahwa rata-rata penduduk di Kota Tarakan baru
mampu menempuh pendidikan sampai dengan kelas 3 SMP dan masih banyak yang tidak
melanjutkan sekolah ke tingkat SMA atau putus sekolah pada jenjang SMA. Sementara
kabupaten yang memiliki angka rata-rata lama sekolah rendah di Provinsi Kalimantan
Utara adalah Kabupaten Tana Tidung dan Kabupaten Nunukan. Selama tahun 2010 sampai
dengan 2014, angka rata-rata lama sekolah di Kabupaten Tana Tidung selama 5 tahun dan
terus mengalami peningkatan setiap tahunnya, sehingga pada tahun 2014 dapat mencapai
Pada tahun 2010 APK untuk jenjang SMA/MA/SMK menunjukkan bahwa Kota
Tarakan memiliki nilai APK jenjang SMA/MA/SMK tertinggi sebesar 75,55%, sebaliknya
kabupaten/kota dengan APK jenjang SMA/MA/SMK yang paling rendah adalah Kabupaten
Tana Tidung sebesar 45,61%. Sementara tahun 2014, Kabupaten Nunukan memiliki nilai
APK jenjang SMA/MA/SMK yang paling tinggi 93,36%, sedangkan Kota Tarakan justru
mengalami penurunan menjadi 84,71% dan menjadi kabupaten/kota dengan angka
partisipasi kasar SMA/MA/SMK terendah.
Capaian APK SMA/MA/SMK Provinsi Kalimantan Utara mengalami peningkatan dari
tahun 2013 ke tahun 2014. Kabupaten Bulungan, Malinau, dan Nunukan memiliki nilai APK
SMA/MA/SMK yang lebih tinggi dari nilai APK provinsi pada tahun 2014. APK untuk jenjang
SMA/MA/SMK Provinsi Kalimantan Utara yang mencapai 88,44% tahun 2014 masih cukup
jauh dari sasaran APK SMA/MA/SMK/Paket C Nasional tahun 2019 yang sebesar 91,6%.
Provinsi Kalimantan Utara perlu mengejar ketertinggalan untuk mencapai target tersebut.
Catatan: Data Provinsi Kalimantan Utara tidak dapat dihitung karena data yang tersedia berupa persentase
masing-masing kabupaten/kota, sehingga tidak dapat dijumlahkan untuk total Provinsi Kalimantan Utara.
Pada tahun 2010, Kabupaten Tana Tidung memiliki penduduk yang belum pernah
sekolah atau belum tamat sekolah tertinggi yakni sebesar 32,66%. Angka mengisyaratkan
bahwa 1/3 masyarakat dari semua golongan umur di Kabupaten Tana Tidung yang belum
pernah atau tidak lulus sekolah dasar. Sedangkan pada tahun yang sama kabupaten/kota
yang memiliki nilai persentase terendah adalah Kota Tarakan yakni 17,93%. Pada tahun
2012, Kabupaten Nunukan menunjukkan persentase tertinggi yakni 32,77%. Jika
dibandingkan dengan capaian dari Provinsi Kalimantan Timur, tahun 2010 sebesar 19,83%,
dan tahun 2012 sebesar 17,98%, menunjukkan bahwa di provinsi induk pun mengalami
penurunan. Dengan kondisi demikian maka dibutuhkan usaha dan kerja keras dari semua
stakeholder yang terkait untuk meningkatkan tingkat partisipasi dan kemauan masyarakat
serta aspek daya layan fasilitas pendidikan untuk masyarakat.
Catatan: Data Provinsi Kalimantan Utara tidak dapat dihitung karena tidak tersedia data mentah untuk menghitung angka
partisipasi murni berdasarkan rumus dari Permendagri No 54 Tahun 2010.
APM jenjang SMA yang paling tinggi di tahun 2010 adalah Kota Tarakan (63.72%),
sedangkan kabupaten/kota dengan capaian APM jenjang SMA/MA/SMK terendah adalah
Kabupaten R (45.14%). Perkembangan tahun 2014, kabupaten/kota dengan capaian APM
jenjang SMA sederajat yang paling besar adalah Kota Tarakan (72,87%). Jika melihat
kecenderungan perkembangan dari tahun 2010-2014, maka kabupaten/kota dengan
kecenderungan perkembangan yang baik adalah Kabupaten Nunukan dan Kabupaten Tana
Tidung (kurang lebih 20% dan 30%). Seluruh kabupaten/kota di Provinsi Kalimantan Utara
mengelami kecenderungan peningkatan APM untuk jenjang SMA/MA/SMK selama 5 tahun
terakhir. Kecenderungan perkembangan yang semakin meningkat ini hendaknya tetap
dijaga dan ditingkatkan oleh pemerintah kabupaten/kota.
APM jenjang SMA/MA/SMK di Provinsi Kalimantan Timur pada tahun 2010 adalah
sebesar 53,66%. Jika dibandingkan dengan capaian kabupaten/kota di Provinsi Kalimantan
Utara, maka hanya Kota Tarakan dan Kabupaten Malinau yang melebihi capaian Provinsi
Kalimantan Timur, sedangkan 3 kabupaten lain masih di bawah capaian Provinsi
Kalimantan Timur. Tahun 2014, APM di Provinsi Kalimantan Utara adalah 69.64%, jika
dibandingkan dengan capaian APM di kabupaten/kota di Provinsi Kalimantan Utara pada
tahun 2014, maka hanya Kota Tarakan dan Kabupaten Nunukan yang melebihi capaian
Provinsi Kalimantan Utara.
B. Kesehatan
1. Angka Kematian Bayi
Kematian bayi adalah kematian yang terjadi pada saat setelah bayi lahir sampai
bayi belum berusia tepat satu tahun. Banyak faktor yang dikaitkan dengan kematian bayi.
Dari tahun 2010 ke tahun 2011, meskipun jumlah bayi meninggal bertambah
banyak, AKB sempat mengalami penurunan sedikit menjadi 12,8 dan turun lagi menjadi
12,3 tahun 2011 karena peningkatan jumlah kelahiran hidup yang cukup tinggi. Kemudian
AKB tahun 2012 naik cukup signifikan menjadi 16,8 per 1000 kelahiran hidup. Pada tahun
2014 AKB naik kembali hingga 19,2 per 1.000 kelahiran hidup dan AKHB sebesar 981.
Jumlah kematian tahun 2014 (236 kasus) adalah yang terbanyak sejak 7 tahun terakhir,
AKB di tahun ini juga yang tertinggi dan AKHB terendah sejak 2010.
Pada tahun 2015 kematian bayi mengalami perbaikan. Jumlah kematian bayi pada
tahun ini mengalami penurunan yang cukup signifikan yaitu menjadi 154 kasus sehingga
angka kematian bayi turun menjadi 13 per 1.000 kelahiran hidup. Dari kelima
kabupaten/kota, jumlah kematian dan kelahiran hidup terbanyak berada di Kota Tarakan,
namun AKB tertinggi berada di Kabupaten Bulungan karena jumlah kematian tidak jauh
beda dengan Kota Tarakan dengan jumlah kelahiran hidup jauh lebih rendah dari Tarakan
sehingga angka kematian menjadi tinggi. Hal ini serupa dengan yang terjadi di Kabupaten
Tana Tidung tahun 2012-2014. Kematian di kabupaten ini tidaklah lebih dari 20 kasus
namun karena jumlah kelahiran hidup sangat kecil menyebabkan AKB menjadi tinggi sekali
hingga mencapai 45 di tahun 2014.
Secara umum, angka kematian bayi dari tahun 2010-2015 berada di bawah batas
yang ditetapkan MDGs untuk tahun 2015. Semua kabupaten/kota pada tahun ini berada di
bawah batas MDGs. Upaya-upaya untuk mempertahankan keadaan ini harus terus
dilakukan dan dipantau. Program-program yang secara aktif harus digalakkan untuk
menekan angka ini adalah program-program seperti imunisasi, pencegahan penyakit
menular terutama pada bayi dan anak-anak, program promosi gizi dan pemberian makanan
sehat untuk inu hamil dan anak, termasuk program 1000 hari pertama kelahiran yang
menekankan perhatian pada bayi mulai dari kandungan hingga berusia 2 tahun.
Angka kematian anak balita (AKABA) di Provinsi Kalimantan Utara dapat dihitung
mulai tahun 2011 karena di tahun 2008-2010 ada data kabupaten yang tidak lengkap
sehingga AKABA Provinsi Kalimantan Utara tidak dapat dihitung. Pada tahun 2011 dan 2012
angka kematian balita berada di posisi tertinggi berdasarkan data yang ada. Jumlah kasus
kematian balita di tahun 2011 sebanyak 73 kasus merupakan jumlah kasus tertinggi namun
angka kematian tertinggi terjadi di tahun 2012 dengan jumlah kasus kematian yang lebih
sedikit. Hal ini terjadi karena jumlah bayi lahir hidup di tahun 2012 lebih sedikit daripada
jumlah bayi lahir hidup di tahun 2011. Jumlah kasus kematian balita menurun sangat
drastis di tahun 2013 yaitu menjadi 28 kasus kematian dan menurun cukup banyak lagi di
tahun 2014 yaitu menjadi 28 kematian dengan AKABA sebesar 1,63. AKABA kembali naik di
tahun 2015 meskipun tidak signifikan yaitu menjadi 2,53.
Pada tahun 2015 AKABA adalah sebesar 2,5 per 1.000 kelahiran hidup. Kondisi
tersebut mengalami kenaikan dibanding tahun 2014. Jumlah kematian balita terbayak
berada di Kota Tarakan yaitu 8 kasus. Poisi kedua ditempati oleh Kabupaten Bulungan
dengan jumlah kematian yang tidak jauh berbeda yaitu 7 kasus. Begitu pula di Kabupaten
Malinau dan Kabupaten Nunukan yang hanya selisih 1 kematian. Kasus kematian terendah
berada di Kabupaten Tana Tidung yaitu hanya 3 kematian. Meskipun jumlah kematian di
Kabupaten Tana Tidung yang paling kecil, justru angka kematian balita merupakan yang
tertinggi yaitu 7,5 per 1000 kelahiran hidup. Hal ini karena jumlah bayi lahir hidup di
Kabupaten Tana Tidung jauh di bawah kabupaten lainnya yaitu hanya 400 sehingga ketika
ada kasus kematian balita, AKABA akan sangat tinggi dibandingkan dengan Tarakan yang
jumlah bayi lahir hidupnya hampir mencapai 10 kali lipat.
Target MDGs untuk tahun 2015 adalah menurunkan AKABA hingga 32 per 1.000
kelahiran hidup. Indonesia tahun 2012 berada pada angka 40 yang berarti masih di atas
target MDGs. Di Provinsi Kalimantan Utara, AKABA seluruh kabupaten/kota dari tahun
2010 hingga 2015 berada jauh di bawah batas MDGs.
MDGs Indonesia menargetkan AKI turun hinga angka 102 per 100.000 kelahiran
hidup di tahun 2015. Nilai AKI di Kalimantan Utara sejak tahun 2011 masih di atas garis
batas MDGs. Terlihat juga sejak tahun 2010-2014 AKI di Kabupaten Tana Tidung sangat
melampaui batas MDGs karena jumlah penduduk yang kecil dan jumlah kelahiran hidup
yang semakin kecil pula menyebabkan AKI menjadi sangat besar padahal kasus kematian di
kabupaten tersebut hanya 3 orang.
Penyebab dari kematian ibu melahirkan ini adalah multifaktorial, sehingga angka
kematian ibu ini dapat dikaitkan dengan indikator lain yang berkaitan yaitu seperti
cakupan komplikasi kebidanan yang ditangani, cakupan pertolongan persalinan oleh tenaga
kesehatan yang memiliki kompetensi kebidanan, jumlah tenaga medis berkualitas, fasilitas
di sarana kesehatan, pelayanan selama antenatal (K4), serta kemudahan akses terhadap
sarana kesehatan.
Angka usia harapan hidup di Provinsi Kalimantan Utara dari 2010-2013 mengalami
kecenderungan meningkat dengan usia harapan hidup sebesar 71,4 tahun hingga menjadi
71,8 di tahun 2013. Angka usia harapan hidup di Provinsi Kalimantan Utara lebih tingi bila
dibandingkan angka nasional. Target RPJMN tahun 2010-2014 adalah meningkatkan usia
harapan hidup hingga 72 tahun di tahun 2014.
Angka usia harapan hidup dipengaruhi oleh banyak variabel yang erat kaitannya
dengan masalah kesehatan penduduk. Oleh karena itulah untuk meningkatkan angka usia
harapan hidup perlu memperhatikan hal-hal seperti penanganan terhadap kehamilan yang
beresiko, cakupan pertolongan persalinan oleh tenaga kesehatan, jumlah tenaga medis
dan kesehatan yang lain, angka kesakitan, kondisi geografis tempat tinggal, penyediaan air
bersih, akses terhadap sarana kesehatan, hingga latar balakang pendidikan masyarakat.
Pada tahun 2015, jumlah balita gizi buruk meningkat tajam menjadi 249 balita.
Kasus terbesar, lebih dari 50%, disumbang oleh Kabupaten Bulungan. Perbedaan jumlah ini
cukup tajam jika dibandingkan dengan kabupaten/kota lainnya di tahun tersebut yang
hanya berjumlah puluhan balita saja. Jika dibandingkan dengan kriteria yang ditentukan
oleh WHO (1999), persentase balita gizi buruk di Provinsi Kalimantan Utara tergolong
rendah.
Tabel 2.2.2.B.10
Persentase Balita Gizi Buruk Menurut Kabupaten/Kota Tahun 2015
Provinsi Kalimantan Utara
Kabupaten Jumlah Balita Gizi Buruk Jumlah Balita Persentase Balita Gizi Buruk (%)
Kabupaten Bulungan 160
Kabupaten Malinau 10
Kabupaten Nunukan 27
Kabupaten Tana Tidung 16
Kota Tarakan 36 23174 0,2
Jumlah 249
Sumber: Dinas Kesehatan Provinsi Kalimantan Utara 2016
C. Ketenagakerjaan
1. Rasio Penduduk yang Bekerja
Rasio penduduk yang bekerja adalah perbandingan jumlah penduduk yang bekerja
terhadap jumlah angkatan kerja pada kelompok umur produktif. Rasio penduduk yang
bekerja akan menunjukkan ketersediaan lapangan kerja dan daya serapnya terhadap
jumlah angkatan kerja yang tersedia. Semakin tinggi nilai rasio penduduk yang bekerja
maka semakin besar daya serap tenaga kerja.
Rasio penduduk yang bekerja di Provinsi Kalimantan Utara dari perode tahun 2010
hingga 2015 terus menunjukkan perubahan yang fluktuatif. Rasio penduduk yang bekerja
semakin membaik, ditunjukkan dari meningkatnya angka ini tahun 2013 sebesar 0,91
menjadi 0,94 di tahun 2014. Angka ini tidak berubah secara signifikan pada tahun 2015.
Besarnya rasio penduduk yang bekerja di Provinsi Kalimantan Utara hingga melebihi angka
0,5 menunjukkan bahwa sebagian besar kelompok umur angkatan kerja telah bekerja dan
terserap ke lapangan pekerjaan yang tersedia.
Tabel 2.2.2.D.2
Rasio Penduduk yang Bekerja Kabupaten/Kota
Tahun 2013-2014 Provinsi Kalimantan Utara
Uraian Kabupaten/Provinsi 2013 2014 20157
Penduduk yang Bekerja Bulungan1 47.685 47.852
Malinau2 33.248 34.893
Nunukan3
Tana Tidung4 8.050
Tarakan5 85.383 91.259
Kalimantan Utara6 245.662 255.514 267.023
Angkatan Kerja Bulungan1 52.361 52.563
Malinau2 36.631 36.189
Nunukan3 74.453 78.413
Tana Tidung4 7.903 8.004
Tarakan5 91.758 98.002
Kalimantan Utara6 268.758 273.191 283.102
Rasio Penduduk yang Bekerja Bulungan1 0,91 0,91
Malinau2 0,91 0,96
Nunukan3
Tana Tidung4 1,01
Tarakan5 0,93 0,93
Kalimantan Utara6 0,91 0,94 0,94
Sumber:
1) Kabupaten Bulungan Dalam Angka Tahun 2014 dan 2015
2) Kabupaten Malinau Dalam Angka Tahun 2015
3) Kabupaten Nunukan Dalam Angka Tahun 2015
4) Kabupaten Tana Tidung Dalam Angka Tahun 2015
5) Kota Tarakan Dalam Angka Tahun 2015
6) Kalimantan Utara Dalam Angka Tahun 2015
7) Publikasi Kondisi Sosial Ekonomi Provinsi Kalimantan Utara 2015
Jika dilihat dari distribusi terhadap daerah kabupaten/kota, daya serap tenaga
kerja paling tinggi adalah Kabupaten Tana Tidung sebesar 1, yang artinya semua angkatan
kerja telah terserap lapangan pekerjaan yang tersedia. Hal ini tidak dapat terlepas dari
pengaruh banyaknya jumlah investasi yang berkembang di Provinsi Kalimantan Utara baik
dari perusahaan asing maupun dalam negeri. Hal ini juga merupakan efek lanjutan dari
Bila dilihat dari peringkat nasional, IPM Kalimantan Utara pada tahun 2015 berada
di peringkat 17 dari 34 provinsi. Hal ini mengindikasikan bahwa semakin membaiknya
kinerja perekonomian di Provinsi Kalimantan Utara, kualitas hidup dan pendidikan
penduduk relatif cukup baik dibandingkan dengan provinsi-provinsi lain di Indonesia. Hal
ini didukung dengan kekayaan alam yang dianugerahkan pada Provinsi Kalimantan Utara
yang dapat dipergunakan untuk membangun dan meningkatkan kualitas hidup manusia,
khususnya sumber daya manusianya. Meski secara umum pembangunan manusia di
Kalimantan Utara mengalami kemajuan setiap tahunnya, namun kesenjangan
pembangunan manusia antar kabupaten/kota masih terjadi. Disparitas kesenjangan
pembangunan manusia yang digambarkan dengan besaran nilai IPM pada tahun 2015
bervariasi antara 63,35-74,70 dengan IPM tertinggi di Kota Tarakan dan IPM terendah di
Kabupaten Nunukan.
IPM menyiratkan kondisi kualitas hidup manusia di suatu wilayah yang terdiri dari
komponen Angka Harapan Hidup (Life Expectancy at Age), Angka Harapan Lama Sekolah
(Expected Years of Schooling/EYS), Angka Rata-Rata Lama Sekolah (Mean Years of
Schooling/MYS), dan Pengeluaran Per Kapita Disesuaikan (Purchasing Power Parity/PPP).
IPM sebagai indikator keberhasilan pembangunan manusia dapat menjadi isyarat seberapa
besarnya pembangunan yang telah dijalankan mampu memberi peluang penduduk untuk
hidup secara layak, melalui hidup sehat, dan panjang untuk memiliki pendidikan yang
lebih tinggi, keterampilan yang lebih baik serta mempunyai pendapatan yang diperlukan
untuk hidup layak.
Tabel 2.2.2.E.3
Pertumbuhan IPM Tahun 2010-2015 di Provinsi Kalimantan Utara
Rerata
Kabupaten/Kota 2010-2011 2011-2012 2012-2013 2013-2014 2014-2015
Pertumbuhan
Bulungan 1,26 0,78 0,73 0,86 0,22 0,91
Malinau 1,87 1,07 1,39 0,23 0,17 1,14
Nunukan 0,51 0,89 1,63 1,53 0,35 1,14
Tana Tidung 1,24 1,60 1,40 1,43 0,35 1,42
Tarakan 0,92 1,30 1,45 1,39 0,14 1,26
Kalimantan Utara - - - 0,96 0,18 0,57
Indonesia 0,84 0,91 0,90 0,86 0,95 0,88
Sumber : Hasil Olahan Data Analisis Indeks Pembangunan Manusia Kalimantan Utara 2015
Berita Resmi Statistik BPS Kalimantan Timur No.49/06/64/Th.XIX, 15 Juni 2016
Catatan: Data Kalimantan Utara tidak dapat dihitung karena data yang tersedia berupa persentase masing-
masing kabupaten/kota sehingga tidak dapat dijumlahkan untuk total Provinsi Kalimantan Utara.
Pada tahun 2014, nilai APS tertinggi berada di Kota Tarakan dengan nilai 74.7% dan
nilai terendah ada di Kabupaten Tana Tidung dengan nilai 72.4%. Apabila dibandingkan
dengan nilai standar pelayanan dari Kementrian Pendidikan Nasional, maka hampir semua
kabupaten/kota di Provinsi Kalimantan Utara sudah melampaui SPM yaitu 60%. Jika
dibandingkan dengan capaian APS Provinsi Kalimantan Utara pada tahun 2014 yaitu
sebesar 73.4%, maka hanya 2 kabupaten yang sudah melampauinya, yaitu Kabupaten
Bulungan dan Kota Tarakan. Apabila melihat kecenderungan perkembangan dalam 5 tahun
terakhir dari tahun 2010 hingga tahun 2014, nilai APS cenderung semakin menurun di Kota
Tarakan, sedangkan untuk 4 (empat) kabupaten lainnya, nilai APS cenderung fluktuatif.
Catatan: Data Provinsi Kalimantan Utara tidak dapat dihitung karena data yang tersedia berupa persentase masing-
masing kabupaten/kota, sehingga tidak dapat dijumlahkan untuk total Provinsi Kalimantan Utara.
Berdasarkan data di atas, pada tahun 2010 sampai dengan tahun 2012, rasio
ketersediaan sekolah untuk jenjang SMA/SMK/MA di setiap kabupaten/kota di Provinsi
Kalimantan Utara mengalami fluktuasi. Pada tahun 2012 rasio ketersediaan sekolah di
Kabupaten Malinau mencapai 47,90 dan masih merupakan nilai rasio tertinggi
dibandingkan dengan kabupaten/kota lainnya di Provinsi Kalimantan Utara. Hal ini berarti
jumlah sekolah di Kabupaten Malinau masih cukup banyak dapat menampung penduduk
usia 16-18 tahun, oleh karena penduduk kabupaten ini masih relatif sedikit. Ketersediaan
data untuk jumlah penduduk usia SMA/Sederajat dan jumlah sekolah pada tahun 2013 dan
2014 dinilai minim, sehingga belum dapat dianalisis lebih lanjut.
Catatan: Data Provinsi Kalimantan Utara tidak dapat dihitung karena tidak tersedia data mentah untuk
menghitung Rasio Guru/Murid SMA/MA berdasarkan rumus dalam Permendagri No 54 Tahun 2010
Dalam Standar Pelayanan Minimal disebutkan bahwa rasio guru dan murid untuk
jenjang SMA sederajat adalah sebesar 1:15, angka tersebut berarti satu guru mengajar 15
siswa SMA sederajat. Jika dibandingkan dengan standar SPM tersebut, nilai capaian rasio
guru dan murid tingkat SMA tahun 2013 untuk Provinsi Kalimantan Utara adalah 10.4. Nilai
capaian tersebut dinilai masih di bawah standar SPM sebenarnya menjadi keuntungan
yakni beban pekerjaan guru tidak terlalu berat, namun hal ini juga dapat menjadi sebuah
2. Fasilitas Pendidikan
2.1. Sekolah Pendidikan dalam Kondisi Bangunan Baik
Sekolah pendidikan dalam kondisi bangunan baik dihitung berdasarkan persentase
jumlah kelas kondisi baik dibandingkan dengan jumlah seluruh kelas yang ada. Kondisi
ruang kelas yang baik pastinya akan mendukung dan menciptakan situasi belajar yang
nyaman dan kondusif bagi masyarakat. Berikut adalah data persentase sekolah dengan
kondisi bangunan yang baik di Provinsi Kalimantan Utara.
Tabel.2.3.1.A.4
Perkembangan Sekolah dengan Kondisi Baik Menurut Kabupaten/Kota
Provinsi Kalimantan Utara Tahun 2010 s.d 2015
No. Uraian Kabupaten/Kota 2010 2011 2012 2013 2014 2015
1. Jumlah Bulungan na na na na na na
sekolah Malinau na na na na na na
pendidikan Nunukan na 16 27 21 21 21
SMA/SMK/MA Tana Tidung na na na na na 2
kondisi Tarakan na 15 15 15 15 15
bangunan baik Prov. Kalimantan Timur na na na na na na
Prov. Kalimantan Utara na na na na na na
2. Jumlah seluruh Bulungan na na na na na na
sekolah Malinau na na na na na na
SMA/SMK/MA Nunukan na 20 34 21 21 21
kondisi Tana Tidung na na na na na 3
bangunan baik Tarakan na 19 18 18 19 19
Prov. Kalimantan Timur na na na na na na
Prov. Kalimantan Utara na na na na na na
3. Persentase Bulungan na na na na na na
sekolah Malinau na na na na na na
pendidikan Nunukan 85.34 81.59 78.64 100 100 100
SMA/SMK/MA Tana Tidung na na na na na 66.67
kondisi Tarakan 83.24 76.34 87.67 83.33 78.95 78.95
bangunan baik Prov. Kalimantan Timur na na na na na na
Prov. Kalimantan Utara na na na na na na
Sumber:
1) Naskah Akademik Rancangan Peraturan Daerah Rencana Jangka Panjang Pembangunan Daerah Provinsi Kalimantan
Utara Tahun 2005-2025
2) Dinas Pendidikan, Kebudayaan, Pemuda dan Olahraga 2016
Catatan: Data Kalimantan Utara tidak dapat dihitung karena data yang tersedia berupa persentase masing-masing
kabupaten/kota sehingga tidak dapat dijumlahkan untuk total Provinsi Kalimantan Utara.
Persentase sekolah dengan bangunan baik secara umum belum terdata dengan
baik. Gambaran umum kondisi sekolah di Provinsi Kalimantan Utara dapat dilihat dari data
Kabupaten Nunukan tahun 2012 yang hanya memiliki 78,64% sekolah yang kondisi
bangunannya baik. Sedangkan pada tahun 2015 diketahui bahwa 100% sekolah di
Catatan: Data Provinsi Kalimantan Utara tidak dapat dihitung karena data yang tersedia berupa persentase
masing-masing kabupaten/kota, sehingga tidak dapat dijumlahkan untuk total Provinsi Kalimantan Utara.
Berdasarkan tabel angka putus sekolah jenjang SMA sederajat, pada tahun 2010
kabupaten/kota dengan angka putus sekolah paling rendah adalah di Kota Tarakan dengan
nilai capaian 22.12% dan angka putus sekolah yang paling tinggi adalah di Kabupaten
Bulungan dengan nilai 38.10%. Pada tahun 2014, kabupaten/kota dengan nilai angka putus
sekolah paling rendah adalah di Kabupaten Tana Tidung dengan nilai 11,23%, sedangkan
kabupaten/kota dengan angka putus sekolah paling tinggi justru adalah di Kabupaten
Bulungan dengan nilai 27,16%. Melihat kecenderungan perkembangan angka putus sekolah
jenjang SMA/MA/SMK dari tahun 2010 hingga tahun 2015, Kabupaten Bulungan
menunjukkan kecenderungan angka putus sekolah di jenjang SMA sederajat yang
fluktuatif. Sedangkan 4 (empat) kabupaten/kota lainnya, yaitu Kabupaten Kabupaten
Malinau, Kabupaten Nunukan, Kabupaten Tana Tidung, dan Kota Tarakan mengalami
4. Angka Kelulusan
4.1. Angka Kelulusan SMA/MA/SMK
Angka kelulusan adalah perbandingan antara jumlah siswa yang lulus ujian akhir
atau ujian nasional dengan jumlah siswa yang mengikuti ujian nasional tersebut. Angka
kelulusan yang tinggi menunjukkan prestasi dari sebuah institusi pendidikan. Berikut
merupakan data angka kelulusan SMA/MA/SMK di Provinsi Kalimantan Utara.
Catatan: Data Provinsi Kalimantan Utara tidak dapat dihitung karena data yang tersedia berupa persentase masing-
masing kabupaten/kota, sehingga tidak dapat dijumlahkan untuk total Provinsi Kalimantan Utara.
Pada tahun 2010 kabupaten dengan pencapaian angka kelulusan terbaik di Provinsi
Kalimantan Utara adalah Kabupaten Malinau dan Kabupaten Tana Tidung (100%),
sedangkan kabupaten dengan pencapaian nilai terendah adalah Kabupaten Bulungan
dengan nilai capaian sebesar 82,34%. Pada tahun 2014 kabupaten dengan pencapaian
angka kelulusan tertinggi adalah di Kabupaten Malinau (99.52%), sedangkan kabupaten
dengan nilai capaian terendah adalah Kabupaten Nunukan (99.33%). Jika dibandingkan
dengan Provinsi Kalimantan Timur, pada tahun 2010 nilai capaian angka kelulusan jenjang
SMA sederajat di Provinsi Kalimantan Timur adalah sebesar 99,89%, sementara pada tahun
yang sama hanya Kabupaten Malinau (100%) dan Kabupaten Tana Tidung yang melebihi
capaian Provinsi Kalimantan Timur sedangkan dua kabupaten dan satu kota masih berada
di bawah capaian Provinsi Kalimantan Timur. Pada tahun 2012 capaian angka kelulusan di
Provinsi Kalimantan Timur adalah sebesar 99,48%, sementara capaian angka kelulusan
jenjang SMA sederajat kabupaten/kota di Provinsi Kalimantan Utara sebagian besar masih
berada di bawah capaian tersebut. Hanya capaian angka kelulusan jenjang SMA sederajat
Catatan: Data Provinsi Kalimantan Utara tidak dapat dihitung karena data yang tersedia berupa persentase masing-masing
kabupaten/kota, sehingga tidak dapat dijumlahkan untuk total Provinsi Kalimantan Utara.
Catatan: Data Provinsi Kalimantan Utara tidak dapat dihitung karena data yang tersedia berupa persentase masing-
masing kabupaten/kota, sehingga tidak dapat dijumlahkan untuk total Provinsi Kalimantan Utara.
B. Kesehatan
1. Rasio Posyandu Per Satuan Balita
Posyandu adalah suatu wadah komunikasi dalam pelayanan kesehatan masyarakat
dari masyarakat, oleh masyarakat dan untuk masyarakat dengan dukungan pelayanan serta
pembinaan teknis dari petugas kesehatan dan keluarga berencana yang mempunyai nilai
strategis untuk pengembangan sumber daya manusia sejak dini.
Rasio posyandu sejak tahun 2011-2014 bersifat fluktuatif. Tahun 2011 rasio sebesar
0,86 dan meningkat cukup tinggi di tahun 2012. Pada tahun 2012 terjadi peningkatan
jumlah posyandu yang sangat tajam dari 601 menjadi 673. Pada tahun 2014 rasio sedikit
Tahun 2014 rasio posyandu tertinggi ada di Kabupaten Tana Tidung yaitu sebesar
1,47. Dibandingkan dengan kabupaten lain, rasio ini tidak berbeda signifikan yaitu masih di
kisaran angka 1 per 100 balita, kecuali Kota Tarakan yang agak jauh dari angka 1.
Pelayanan posyandu idealnya adalah 1 posyandu melayani 100 balita. Mengacu pada
standar itu, tahun 2014 rasio posyandu di Provinsi Kalimantan utara sudah sesuai dengan
standar, namun di Kota Tarakan masih belum terpenuhi. Rasio posyandu Kota Tarakan
sejak 2011 masih berada di sekitar angka 0,86 per 100 balita, sedangkan kabupaten
lainnya sudah melebihi standar sejak tahun 2010.
Tabel 2.3.1.B.2
Rasio Posyandu per 100 Balita menurut Kabupaten/Kota Tahun 2014
Provinsi Kalimantan Utara
Rasio Posyandu
Kabupaten Jumlah Posyandu Jumlah Balita
per 100 Balita
Kabupaten Bulungan 173 14183 1,22
Kabupaten Malinau 104 9178 1,13
Kabupaten Nunukan 214 21365 1,00
Kabupaten Tana Tidung 34 2318 1,47
Kota Tarakan 150 21025 0,71
Jumlah 675 68069 0,99
Sumber:
(1) Dinas Kesehatan Provinsi Kalimantan Utara 2016,
(2) Dinas Kesehatan Kota Taraan 2016,
(3) Profil Kesehatan Provinsi Kalimantan Utara 2015,
Tingginya nilai rasio puskesmas per satuan penduduk disebabkan oleh jumlah
penduduk di Provinsi Kalimantan Utara yang tidak terlalu banyak. Meskipun rasio
puskesmas di provinsi ini dibandingkan Indonesia jauh lebih tinggi, perlu diperhatikan juga
Berdasarkan data yang tercatat, tahun 2015 jumlah RSUD berjumlah enam unit
dengan rincian: satu unit di Kabupaten Bulungan, Nunukan, Tana Tidung, dan Kota
Tarakan, dan dua unit di Kabupaten Malinau. Pembangunan Rumah Sakit Pratama
direncanakan akan selesai akhir tahun ini. Ada tiga Rumah Sakit Pratama yang dibangun di
Kabupaten Nunukan dan Kabupaten Malinau yang merupakan kabupaten perbatasan.
Rasio tenaga medis per jumlah penduduk mengalami kenaikan secara terus
menerus hingga tahun 2013. Rasio dokter di tahun 2013 ini adalah yang tertinggi selama
periode 2008-2014. Jumlah keseluruhan dokter di tahun tersebut adalah 391 orang, dengan
rincian 270 dokter umum, 48 dokter gigi dan 73 dokter spesialis. Namun, di tahun 2014
rasio dokter ini menurun cukup signifikan dari 65,7 menjadi 37,8.
Pada tahun 2014 terdapat 157 dokter umum, dengan jumlah dokter terbanyak
berada di Kota Tarakan dan terkecil di Kabupaten Tana Tidung. Jika dilihat per penduduk,
maka Kabupaten Tana Tidung yang rasio dokter umumnya paling tinggi dibanding Kota
Tarakan yang hanya 25,7. Berdasarkan standar Indonesia Sehat 2010, rasio dokter umum
Dilihat dari persebarannya, tenaga medis ini belum menyebar secara merata di
seluruh wilayah, khususnya di daerah perbatasan. Meskipun secara rasio, rasio dokter di
Kabupaten Malinau dan Kabupaten Nunukan sudah memenuhi standar, wilayah Malinau dan
Nunukan sangat luas dengan masyarakat yang menyebar. Total dokter yang berjumlah 57
di Kabupaten Malinau dan 62 di Kabupaten Nunukan menjadi kecil sekali jumlahnya untuk
memenuhi kebutuhan pelayanan kesehatan di seluruh wilayah kabupaten tersebut.
Pada tahun 2012 rasio tenaga bidan, gizi, sanitasi dan kesehatan masyarakat belum
memenuhi target Indonesia Sehat 2010. Rasio tenaga farmasi tersebut tidak
menggambarkan rasio apoteker yang sesungguhnya karena data tentang tenaga
kefarmasian yang ada merupakan gabungan dari apoteker, analis farmasi, asisten
apoteker, sehingga wajar jika rasionya jauh melebihi target yang diharapkan dibandingkan
dengan tenaga kesehatan lainnya. Jika dilihat tren dari 2011 ke 2012, rasio tenaga
kesehatan tersebut mengalami kenaikan kecuali pada tenaga kesehatan masyarakat.
Belum tercapainya indikator ini dapat menunjukkan masih banyaknya ibu dengan
komplikasi kebidanan yang belum mendapatkan penanganan definitif sesuai standar oleh
tenaga kesehatan terlatih. Banyaknya kasus komplikasi kebidanan berdampak pada
kesehatan dan keselamatan ibu dan janin yang dikandungnya. Hal ini dapat menjadi salah
Pada tahun 2015, Kabupaten Tana Tidung dan Kabupaten Bulungan berhasil
memenuhi target SPM yaitu dengan cakupan sebesar 95,6% dan 93,8% secara berurutan.
Seperti yang telah dijelaskan di awal bahwa indikator cakupan persalinan oleh
tenaga kesehatan memiliki kontribusi besar terhadap keselamatan ibu dan bayi.
Menurunnya cakupan indikator ini meningkatkan resiko kematian ibu atau bayi. Menteri
Kesehatan, Nafsiah Mboi, menyatakan bahwa salah satu sebab utama kematian pada ibu
melahirkan adalah perdarahan dan infeksi yang tidak tertolong karena banyak yang masih
memilih untuk melahirkan di rumah, tidak di rumah sakit atau puskesmas
(http://menkokesra.go.id/).
Berdasarkan data dari Dinas Kesehatan Provinsi Kalimantan Utara, dari 479
desa/kelurahan hanya setengahnya yaitu 281 desa/kelurahan yang berstatus UCI.
Kabupaten Nunukan memiliki jumlah desa/kelurahan terbanyak dibandingkan
kabupaten/kota lain yaitu 240 desa/kelurahan. Namun, hanya 86 desa yang berstatus UCI
sehingga cakupannya sangat kecil yaitu 35,8%. Dibandingkan dengan Kabupaten Nunukan,
Kabupaten Bulungan hanya memiliki jumlah desa UCI sebanyak 75 desa/kelurahan. Karena
jumlah desa/kelurahan di Bulungan tidak sebanyak di Nunukan, cakupan desa UCI di
Bulungan bisa mencapai 92,6% dan merupakan cakupan tertinggi di antara kabupaten/kota
lainnya.
Tabel 2.3.1.B.15
Cakupan Desa/Kelurahan UCI Menurut Kabupaten/Kota Tahun 2014
Provinsi Kalimantan Utara
Kabupaten/Kota Jumlah Desa UCI jumlah seluruh desa Cakupan (%)
Kabupaten Bulungan 75 81 92,6
Kabupaten Malinau 85 109 78,0
Kabupaten Nunukan 86 240 35,8
Kabupaten Tana Tidung 19 29 65,5
Kota Tarakan 16 20 80,0
Jumlah 281 479 58,7
Sumber: Dinas Kesehatan Provinsi Kalimantan Utara 2016
Sejak tahun 2010 hingga 2014 cakupan balita gizi buruk mendapat perawatan telah
mencapai 100%. Berdasarkan Keputusan Menteri Kesehatan RI No. 828/MENKES/SK/IX/2008
tentang Petunjuk Teknis Standar Pelayanan Minimal Bidang Kesehatan di Kabupaten/Kota,
Kemenkes menargetkan SPM untuk cakupan balita gizi buruk mendapat perawatan adalah
sebesar 100% di tahun 2010.
Tabel 2.3.1.B.17
Cakupan Balita Gizi Buruk Mendapat Perawatan Menurut Kabupaten/Kota Tahun 2015
Provinsi Kalimantan Utara
Jumlah balita gizi buruk Jumlah balita gizi buruk yang Cakupan
Kabupaten/Kota
mendapat perawatan ditemukan (%)
Kabupaten Bulungan 160
Kabupaten Malinau 10
Kabupaten Nunukan 27
Kabupaten Tana Tidung 16
Kota Tarakan 37
Jumlah 250
Sumber: Dinas Kesehatan Provinsi Kalimantan Utara 2016
Pada tahun 2015 tidak diperoleh data jumlah balita gizi buruk seluruhnya sehingga
cakupan penanganan balita gizi buruk tidak dapat dihitung. Ada 250 kasus balita gizi buruk
yang tertangani pada tahun 2015. Jika dibandingkan tahun sebelumnya, jumlah di tahun
ini meningkat sebanyak 60 balita. Ini menunjukkan ada peningkatan jumlah kasus gizi
buruk di Provinsi Kalimantan Utara tahun 2015. Berdasarkan data per kabupaten/kota,
Kabupaten Bulungan memiliki jumlah balita gizi buruk yang dirawat paling banyak yaitu
160 balita. Jumlah ini sangat jauh selisihnya dibandingkan kabupaten/kota lain yang tidak
lebih dari 50 balita.
Cakupan penemuan dan penanganan penderita TBC BTA (+) di Provinsi Kalimantan
Utara memiliki trend yang fluktuatif. Tahun 2011 besar cakupan indikator ini adalah 30%.
Di tahun setelahnya, terjadi kenaikan cakupan hingga 44,2%. Tahun 2013 tidak ada data di
Kabupaten Nunukan sehingga tidak dapat dikalkulasi menjadi data provinsi. Tahun 2014,
berdasarkan sumber dari Dinas Kesehatan Provinsi Kalimantan Utara, terjadi kenaikan yang
tajam pada jumlah perkiraan penderita baru TBC BTA (+) di Kota Tarakan sehingga total di
Provinsi Kalimantan Utara menjadi sangat tinggi. Dengan tingginya suspek TBC BTA(+)
namun sedikitnya penemuan kasus menyebabkan terjadinya penurunan drastis cakupan
penemuan dan penagnana penderita TBC BTA (+) di Provinsi Kalimantan Utara tahun 2014.
Target SPM Nasional untuk indikator ini adalah 100% di tahun 2010. Hal ini menunjukkan
sejak tahun 2011 Provinsi Kalimantan Utara belum bisa memenuhi target SPM Nasional.
Tabel 2.3.1.B.19
Cakupan Penemuan dan Penanganan Penderita Penyakit TBC BTA (+)
Menurut Kabupaten/Kota Tahun 2014 Provinsi Kalimantan Utara
Jumlah penderita baru TBC BTA Jumlah perkiraan penderita Cakupan
Kabupaten/Kota
(+) yg ditemukan dan diobati baru TBC BTA (+) (%)
Kabupaten Bulungan 159 951 16,7
Kabupaten Malinau 40
Kabupaten Nunukan 53
Kabupaten Tana Tidung 4 43 9,3
Kota Tarakan 206 668 30,8
Jumlah 462
Sumber: Dinas Kesehatan Provinsi Kalimantan Utara 2016
Banyak faktor yang menyebabkan jumlah penemuan kasus DBD hanya sedikit sekali,
kemungkinan jumlah kasus di kabupaten ini sedikit dan di Kota Tarakan sangat tinggi.
Namun, hal tersebut dapat disebabkan oleh faktor pencatatan di sarana pelayanan
kesehatan. Kota Tarakan yang memiliki fasilitas kesehatan serta akses terbaik dibanding
kabupaten lain sangat memunkinkan memiliki sitem administrasi yang paling baik di antara
kabupaten lain sehingga memiliki dokumentasi yang baik. Kabupaten Tana Tidung yang
merupakan kabupaten terbaru bisa jadi belum memiliki sitem pencatatan sebaik di
kabupaten/kota lain sehingga kasus DBD yang erdokumentasi hanya sedikit sekali.
Cakupan pelayanan kesehatan dasar pasien masyarakat miskin dari tahun 2010-2014
memiliki trend yang fluktuatif. Pada tahun 2010 cakupan indikator ini hanya 46,1% yang
berarti jumlah kunjungan pasien masyarakat miskin di saranan kesehatan strata pertama
tidak lebih dari setengah jumlah seluruh masyrakat miskin yang ada. Cakupan ini naik
sangat drastis satu tahun setelahnya yaitu menjadi 124,9% yang berarti telah mencapai
target SPM Nasional sebesar 100% di tahun 2015.
Tabel 2.3.1.B.23
Cakupan Pelayanan Kesehatan Dasar Pasien Masyarakat Miskin
Menurut Kabupaten/Kota Tahun 2014
Provinsi Kalimantan Utara
jumlah kunjungan pasien
jumlah seluruh Cakupan
Kabupaten/Kota miskin di sarana kesehatan
masyarakat miskin (%)
strata 1
Kabupaten Bulungan 221 117.019 0,2
Kabupaten Malinau 1 82.880 0,0
Kabupaten Nunukan 476 163.404 0,3
Kabupaten Tana Tidung 64 20.021 0,3
Kota Tarakan 218 230.032 0,1
Jumlah 981 613.356 0,2
Sumber: Dinas Kesehatan Provinsi Kalimantan Utara 2016
Cakupan kunjungan bayi pada tahun 2010-2012 telah melebihi 90%, bahkan di tahun
2012 cakupannya telah 100% dengan jumlah kunjungan bayi sebanyak 10.502 kunjungan. Di
tahun berikutnya, cakupan kunjungan bayi menurun cukup signifikan menjadi 79,6% di
tahun 2014 dan naik kembali namun tidak terlalu berarti di tahun 2015 yaitu menjadi
80,6%. Penurunan di dua tahun terakhir terjadi karena adanya penurunan kunjungan dari
yang sebelumnya mencapai lebih dari 10.000 menjadi turun di angka 9000, dan adanya
peningkatan jumlah bayi lahir hidup di 2 tahun terakhir.
Dari seluruh jumlah jumlah kunjungan bayi, Kota Tarakan memiliki jumlah
kunjungan bayi terbesar dibandingkan Kabupaten lain. Kabupaten Bulungan dan Kabupaten
Nunukan jumlah kunjungan bayinya hampir sama yaitu 2.300. Perbedaan pada jumlah
seluruh bayi lahir hidup di antar kabupaten/kota cukup signifikan sehingga cakupannya
pun berbeda-beda. Cakupan kunjungan bayi terbesar adalah di Kota Tarakan yaitu 98,4%,
hampir mendekati 100%. Sedangkan cakupan tertinggi kedua adalah di Kabupaten
Bulungan dengan cakupan 90,9%. Kabupaten lainnya cakupannya di bawah 80% dan
terendah di Kabupaten Malinau. Berdasarkan target SPM, secara nasional cakupan
kunjungan bayi harus mencapai 90% di tahun 2010. Di tahun 2015, secara total provinsi
Kalimantan Utara belum memenuhi target SPM Nasional, namun Kota Tarakan dan
Kabupaten Bulungan telah memenuhi target.
Hingga tahun 2014, jalan yang sudah terbangun di Provinsi Kalimantan Utara adalah
sepanjang 4.055,214 km dengan panjang jalan kondisi baik mencapai 1.767,475 km atau
sebesar 43,59%, panjang jalan kondisi sedang sepanjang 1.945,218 km atau sebesar
47,97%, panjang jalan kondisi rusak sepanjang 201,634 km atau sebesar 4,97%, panjang
jalan kondisi rusak berat sepanjang 140,887 km atau sebesar 3,47%.
Jaringan jalan dengan kondisi baik di Provinsi Kalimantan Utara memiliki
kecenderungan meningkat dalam kurun waktu tahun 2010-2014 dengan rata-rata
pertumbuhan sebesar 8,34% per tahun, hal tersebut juga terjadi pada jaringan jalan
kondisi sedang dimana dalam kurun waktu yang sama (tahun 2010-2014) memiliki
kecenderungan meningkat dengan rata-rata pertumbuhan sebesar 17,53% per tahun.
Jaringan jalan dengan kondisi rusak dan rusak berat memiliki nilai dengan kecenderungan
menurun dalam kurun waktu tahun 2010-2014 dengan rata-rata pertumbuhan -16,14% per
Proporsi panjang jaringan jalan dalam kondisi baik merupakan hasil perbandingan
antara panjang jalan kondisi baik dengan panjang jalan seluruhnya. Indikator proporsi
jaringan jalan dalam kondisi baik ini mengindikasikan kualitas jalan dari keseluruhan
panjang jalan, dimana jaringan jalan yang baik merupakan salah satu kebutuhan
masyarakat pada khususnya dan wilayah pada umumnya yang sangat krusial, dimana hal
tersebut berkaitan erat dengan pertumbuhan ekonomi suatu wilayah. Infrastruktur jalan
yang baik adalah modal sosial masyarakat dalam menjalani roda perekonomian, sehingga
pertumbuhan ekonomi yang tinggi tidak mungkin dicapai tanpa ketersediaan infrastruktur
jalan yang baik dan memadai.
Proporsi panjang jaringan jalan dalam kondisi baik di Provinsi Kalimantan Utara
menunjukkan kecenderungan meningkat dalam kurun waktu tahun 2010-2014, yakni 0,440
pada tahun 2010 meningkat menjadi 0,436 pada tahun 2014, atau dengan rata-rata
pertumbuhan sebesar -0,26% per tahun. Penurunan rata-rata pertumbuhan pada indikator
proporsi panjang jaringan jalan dalam kondisi baik ini dipengaruhi dengan jumlah panjang
jalan kondisi baik yang fluktuatif dengan kecenderungan meningkat.
Jumlah pemeluk agama didominasi oleh pemeluk agama Islam, yakni sebanyak
439.005 jiwa, pemeluk agama Protestan sebanyak 135.225 jiwa, dan pemeluk agama
Katolik sebanyak 33.234 jiwa. Secara umum, jumlah pemeluk agama pada masing-masing
agama memiliki kecenderungan meningkat, kecuali pada pemeluk agama Protestan,
Hindu, dan Budha yang memiliki kecenderungan menurun dalam kurung waktu tahun 2010
hingga tahun 2014.
Rasio tempat ibadah per satuan pemeluk agama memiliki kecenderungan meningkat
dalam kurun waktu tahun 2010 hingga tahun 2014, kecuali pada rasio gereja Protestan per
satuan pemeluk agama Protestan yang memiliki kecenderungan menurun. Pada tahun
2011, rasio tempat ibadah per satuan pemeluk Provinsi Kalimantan Utara tidak dapat
digunakan untuk melihat gambaran kondisi rasionya, hal ini dikarenakan pada tahun
berkenaan (tahun 2011) tidak dapat ditemukan data tempat ibadah di Kabupaten
Nunukan, sehingga apabila tetap dilakukan perhitungan maka hasilnya akan bias.
Indikator panjang jalan dilalui roda empat di Provinsi Kalimantan Utara dalam
kurun waktu tahun 2010 hingga tahun 2014 memiliki kecenderungan meningkat dengan
pertumbuhan rata-rata sebesar 4,23% per tahun, yakni 0,0056 pada tahun 2010 meningkat
menjadi 0,0066 pada tahun 2014.
Berdasarkan pedoman penentuan standar pelayanan minimal bidang penataan
ruang, perumahan dan permukiman dan pekerjaan umum (Keputusan Menteri Permukiman
dan Prasarana Wilayah No. 534/KPTS/M/2001), SPM panjang jalan dilalui roda 4 adalah 0,6
km per 1000 penduduk sehingga dengan melihat kondisi yang terjadi di Provinsi
Kalimantan Utara masih perlu banyak pembangunan jalan khususnya yang dapat dilalui
oleh kendaraan roda 4.
10. Panjang Jalan Kabupaten (Provinsi) Dalam Kondisi Baik (>40 Km/Jam)
Berdasarkan Data Dasar Prasarana Provinsi, Kabupaten/Kota Tahun 2015
sebagaimana yang tertuang dalam Keputusan Gubernur Kalimantan Utara Nomor
188.44/K.128/2015 dan Nomor 188.44/K.129/2015, terdapat 60 ruas jalan yang telah
ditetapkan sebagai jalan provinsi. Keputusan Gubernur Kalimantan Utara Nomor
188.44/K.128/2015 tentang Penetapan Ruas-Ruas Jalan Menurut Statusnya Sebagai Jalan
Provinsi Kalimantan Utara menetapkan 28 ruas jalan sebagai jalan provinsi, dan menurut
Keputusan Gubernur Kalimantan Utara Nomor 188.44/K.128/2015 tentang Penetapan Ruas
Jalan Sebagai Jalan Strategis Provinsi Kalimantan Utara menetapkan 32 ruas jalan sebagai
jalan strategis provinsi.
Tabel 2.3.1.C.13
Kondisi Jalan per Ruas Jalan Menurut Data Dasar Prasarana Provinsi, Kabupaten/Kota
Tahun 2015 di Provinsi Kalimantan Utara
Panjang Tiap Kondisi (%) Akses ke
Nama Ruas Kecamatan
No Rusak Rusak Jalan Keterangan
Jalan yang dilalui Baik Sedang
Ringan Berat N/P/K
1 Sabanar Raya Tanjung 6,526 N Mendukung Jalan Status
Selor Yang Lebih Tinggi
2 Sabanar Lama Tanjung 0,8 3,2 P Mendukung Jalan Status
- Sabanar Selor Yang Lebih Tinggi
Baru
3 Sabanar Baru Tanjung 3,585 P Mendukung Jalan Status
- Selimau I Selor Yang Lebih Tinggi
4 Selimau I - Tanjung 2,285 P Menunjang Daerah
Selimau III Selor Potensial
5 Manunggal Tanjung 2,72 N Mendukung Jalan Status
Selor Yang Lebih Tinggi
6 Ulin Bandara Tanjung 0,18 N Mendukung Jalan Status
Tanjung Selor Yang Lebih Tinggi
Harapan
Ke-60 ruas jalan provinsi yang telah ditetapkan dalam Keputusan Gubernur
Kalimantan Utara tersebut, 28 ruas jalan terdapat di Kabupaten Bulungan, 1 ruas jalan di
Kabupaten Malinau, 13 ruas jalan di Kabupaten Nunukan, 3 ruas jalan di Kabupaten Tana
Tidung, dan 15 ruas jalan di Kota Tarakan, dengan total panjang jalan provinsi sepanjang
899,489 km.
Tabel 2.3.1.C.14
Kondisi Jalan per Ruas Jalan Provinsi Menurut Kabupaten/Kota Tahun 2015
di Provinsi Kalimantan Utara
Kondisi Jalan (km)
Jalan secara
NO Kabupaten/kota Rusak
Baik Sedang Rusak Berat keseluruhan
Ringan
1 Bulungan 7,336 74,062 216,937 193,454 491,789
2 Malinau 0 0 0 20 20
3 Nunukan 0 0 0 285,8 285,8
4 Tana Tidung 0 19,675 6,325 0 26
5 Tarakan 37,840 9,460 0 28,6 75,9
Kalimantan Utara 45,176 103,197 223,262 527,854 899,489
Persentase 5,02 11,47 24,82 58,68
Sumber : Bidang Bina Marga, Dinas Pekerjaan Umum dan Tata Ruang Provinsi Kalimantan Utara dalam Data Dasar Prasarana
Provinsi, Kabupaten/Kota Tahun 2015
Indikator panjang jalan kabupaten (provinsi) dalam kondisi baik (>40 km/jam)
merupakan hasil perbandingan antara panjang jalan kabupaten (provinsi) dalam kondisi
baik dengan panjang seluruh jalan kabupaten (provinsi) di daerah tersebut dikalikan
dengan bilangan 100. Berdasarkan tabel kondisi jalan per ruas jalan provinsi tersebut,
Hingga tahun 2015, panjang jalan provinsi yang memiliki kondisi baik dan sedang di
Provinsi Kalimantan Utara sepanjang 148,373 km atau sebesar 16,50%. Sesuai dengan
Peraturan Menteri Pekerjaan Umum No. 01/PRT/M/2014, tingkat kondisi jalan baik dan
sedang di Provinsi Kalimantan Utara belum mencapai target yang ditetapkan (60%).
14. Aksesibilitas
Indikator aspek aksesbilitas merupakan indikator di luar Lampiran 1 Permendagri
54/2010. Indikator aksesibilitas didapatkan dari hasil perbandingan antara panjang jalan
seluruhnya dengan luas wilayah. Dikutip dari Lampiran Peraturan Menteri Pekerjaan Umum
No.14/PRT/M/2010 tentang Standar Pelayanan Minimal Bidang Pekerjaan Umum dan
Penataan Ruang menargetkan untuk indikator aksesibilitas adalah sebesar 100% pada tahun
2014.
Tabel 2.3.1.C.16
Aksesibilitas Tahun 2010-2014 di Provinsi Kalimantan Utara
Uraian 2010 2011 2012 2013 2014
Jumlah panjang jalan (km) 2.913,00 3.134,99 3.446,99 3.866,97 4.055,21
Luas wilayah (km2) 72.324,88 72.324,88 72.275,12 72.275,12 72.597,21
Aksesibilitas 0,040 0,043 0,048 0,054 0,056
Persentase 4,03 4,33 4,77 5,35 5,59
Sumber : Kabupaten/Kota Dalam Angka Tahun 2008-2015 dengan Hasil Olahan
15. Rasio Ruang Terbuka Hijau per Satuan Luas Wilayah ber HPL/HGB
Ruang terbuka hijau adalah area memanjang/jalur dan/atau mengelompok, yang
penggunaannya lebih bersifat terbuka, tempat tumbuh tanaman, baik yang tumbuh secara
alamiah maupun yang sengaja ditanam. Ruang terbuka hijau kota merupakan kawasan
perlindungan, yang ditetapkan dengan kriteria:
a. Lahan dengan luas paling sedikit 2.500 (dua ribu lima ratus) meter persegi,
b. berbentuk satu hamparan, berbentuk jalur, atau kombinasi dari bentuk satu
hamparan dan jalur, dan
c. didominasi komunitas tumbuhan.
Agar kegiatan budidaya tidak melampaui daya dukung dan daya tampung
lingkungan, pengembangan ruang terbuka hijau dari luas kawasan perkotaan paling sedikit
30%. Kawasan perkotaan adalah wilayah yang mempunyai kegiatan utama bukan pertanian
dengan susunan fungsi kawasan sebagai tempat permukiman perkotaan, pemusatan dan
distribusi pelayanan jasa pemerintahan, pelayanan sosial, dan kegiatan ekonomi.
Catatan : Data Provinsi Kallimantan Utara tidak dapat dijumlahkan, karena data tidak lengkap per kabupaten/kota
Sebagai catatan, rasio ruang terbuka hijau per satuan luas wilayah ber-HPL/HGB
yang tercantum dalam Lampiran 1 Permendagri No. 54 Tahun 2010 adalah ruang terbuka
hijau untuk kawasan perkotaan. Sementara sebagian besar luas wilayah Provinsi
Kalimantan Utara masih berupa kawasan perdesaan.
Catatan : Data Provinsi Kallimantan Utara tidak dapat dijumlahkan, karena data tidak lengkap per kabupaten/kota
Kabupaten Malinau dan Kota Tarakan menjadi kabupaten dengan jumlah rumah
tangga pengguna air bersih tertinggi, yaitu sebesar 34,79% dan 30,02% pada tahun 2014
dibandingkan dengan kabupaten lainnya. Secara garis besar, diketahui bahwa selama
periode tahun 2010-2014, jumlah rumah tangga pengguna air bersih di Kabupaten
Bulungan masih di bawah 21%, sedangkan Kabupaten Nunukan dan Tana Tidung masih di
bawah 13%.
Berdasarkan Pedoman Penentuan Standar Pelayanan Minimal Bidang Penataan
Ruang, Perumahan dan Permukiman dan Pekerjaan Umum (Keputusan Menteri Permukiman
dan Prasarana Wilayah No. 534/KPTS/M/2001), Standar Pelayanan Minimal penduduk
terlayani akses air bersih adalah 55-75%, namun dari data yang ada, diketahui bahwa ke-5
kabupaten/kota di Provinsi Kalimantan Utara masih belum memenuhi standar sehingga
perlu dilakukan peningkatan dan program perencanaan pengembangan lainnya.
Jumlah rumah tangga pengguna air bersih dari tahun ke tahun mengalami
peningkatan, berbeda halnya dengan jumlah seluruh rumah tangga yang mengalami
penurunan dari tahun 2010 ke 2011. Jika dilihat, persentase jumlah rumah tangga
pengguna air bersih terbanyak terjadi pada tahun 2011 yang mencapai angka 29,65% dan
terendah terjadi pada tahun 2008. Hal ini tentunya pun berkaitan dengan jumlah
kebutuhan dan pengguna air bersih masyarakat yang berubah-ubah setiap tahunnya.
Kabupaten Malinau dan Kota Tarakan menjadi kabupaten dengan jumlah rumah
tangga pengguna listrik tertinggi, yaitu di atas 69% pada tahun 2014 dibandingkan dengan
kabupaten lainnya. Jika dilihat, Kabupaten Tana tidung menjadi daerah dengan jumlah
rumah tangga pengguna listrik terendah karena masih di bawah 17% untuk tahun 2010-
2011. Berbeda dengan Kabupaten Bulungan dan Nunukan yang memiliki jumlah rumah
tangga pengguna listrik di bawah Kabupaten Malinau dan Kota Tarakan, namun
persentasenya cukup banyak, yakni antara 18%-57%.
Pada tahun 2011, persentase rumah tangga pengguna listrik dibandingkan dengan
jumlah seluruh rumah tangga di Provinsi Kalimantan Utara dikalikan 100% berada pada
angka 70,18% dan merupakan angka tertinggi selama 5 tahun ini. Dari angka tersebut,
persentase terbesar adalah berada di Kota Tarakan, seperti yang telah disebutkan
sebelumnya. Pada tahun 2011 ke 2012 dan 2012 ke 2013 sempat terjadi penurunan jumlah
Pada tahun 2011, persentase rumah tangga bersanitasi berada pada angka 50,02%
dan naik menjadi 51,22% pada tahun 2012. Kabupaten dengan jumlah rumah tangga
bersanitasi tertinggi adalah Kabupaten Tana Tidung, yakni mencapai 76,39%, kemudian
disusul Kabupaten Tarakan dengan angka 64,59%.
Pada tahun 2011, persentase rumah layak huni sebesar 51,99%, dengan persentase
rumah layak huni tertinggi berada di Kabupaten Nunukan (95,96%) dan terjadi peningkatan
persentase rumah layak huni pada tahun 2012 menjadi sekitar 73,72%. Kabupaten Tana
9. Angka Kriminalitas
Masalah kriminalitas merupakan salah satu hambatan untuk peningkatan iklim
investasi. Untuk itulah kondisi kota yang terkendali dari kekacauan kriminalitas akan dapat
memberikan jaminan bagi keamanan investasi perlu ditumbuhkembangkan.
Tabel 2.3.1.E.2
Angka Kriminalitas Tahun 2010-2015 Provinsi kalimantan Utara
Kabupaten/Kota 2010 2011 2012 2013 2014 2015
Bulungan 246 224 251 n/a n/a 243
Malinau 146 182 164 n/a n/a n/a
Nunukan 268 345 364 246 195 184
Tana Tidung 7 0 0 n/a n/a n/a
Tarakan 369 685 613 n/a n/a 432
Kalimantan Utara 246 224 251 n/a n/a 213
Sumber:
1) Kabupaten Bulungan dalam Angka Tahun 2010, 2011,2012
2) Kabupaten Malinau dalam Angka Tahun 2013
3) Kabupaten Nunukan dalam Angka Tahun 2011
4) Kabupaten Tana Tidung dalam Angka Tahun 2011
5) Kota Tarakan dalam Angka Tahun 2012, 2013
6) Kalimantan Timur dalam Angka Tahun 2013
Indikator ini digunakan sebagai langkah untuk melihat perkembangan jumlah demo
dalam satu tahun yang terjadi di kabupaten/kota Provinsi Kalimantan Utara. Informasi
yang menjelaskan jumlah demo hanya terlihat di empat kabupaten/kota. Jumlah demo di
Kabupaten Nunukan cukup berfluktuasi, terlihat dari data tahun 2010, 2011, dan 2012.
Kabupaten Malinau mengalami kencenderungan menurun terlihat pada tahun 2011 dan
2012. Sementara Kota Tarakan dan Kabupaten Bulungan tidak dapat diamati
kecenderungan perkembangannya karena hanya tersedia data tahun 2012. Khusus
Kabupaten Tana Tidung tidak dapat diamati perkembangannya karena tidak ada informasi
yang tersedia. Berdasarkan informasi dari beberapa narasumber yang ada, demo yang
terjadi selama ini disebabkan oleh isu masalah ekonomi.
F. Sosial
1. Sarana Sosial (Panti Asuhan, Panti Jompo dan Panti Rehabilitasi)
Indikator sarana sosial merupakan salah satu indikator yang digunakan dalam
mengindentifikasi adanya pusat perkembangan kegiatan sosial. Sarana sosial yang
dimaksud adalah panti asuhan, panti jompo, panti rehabilitasi, rumah singgah. Penyediaan
sarana sosial merupakan tanggung jawab pemerintah. Penyediaan fasilitas sosial ditujukan
untuk membantu masyarakat yang kurang beruntung. Fasilitas sosial yang diberikan oleh
pemerintah merupakan wujud tanggung jawab pemerintah untuk memelihara masyarakat
yang kurang beruntung. Berikut merupakan data sarana sosial yang tersedia di Provinsi
Kalimantan Utara.
Tabel 2.3.1.F.1
Jumlah Total Sarana Sosial Menurut Kabupaten/Kota
Tahun 2010 s.d. 2015 Provinsi Kalimantan Utara
Uraian Kabupaten/Kota 2010 2011 2012 2013 2014 2015
Jumlah Bulungan na 2 na na 7 9
total Malinau na 17 17 7 7 6
sarana Nunukan 5 4 7 na 4 8
sosial Tana Tidung 0 0 0 0 0 0
Tarakan 6 10 2 1 13 14
Prov. Kalimantan Utara 13 33 26 8 30 37
Sumber:
Keterangan: Jumlah PMKS yang memperoleh bantuan sosial untuk tingkat Provinsi Kalimantan Utara tidak dapat dihitung
karena data tersedia berupa persentase.
Keterangan: Jumlah PMKS yang memperoleh bantuan sosial untuk tingkat Provinsi Kalimantan Utara tidak dapat
dihitung karena data tersedia berupa persentase
2.3.2. Fokus Layanan Urusan Wajib Tidak Berkaitan dengan Pelayanan Dasar
A. Tenaga Kerja
1. Angka Partisipasi Angkatan Kerja
Ketenagakerjaan adalah aspek lain yang tidak kalah pentingnya dalam
pembangunan suatu wilayah. Produktivitas dan daya serap tenaga kerja menjadi tolok
ukur perekonomian wilayah dan kesejahteraan penduduk. Angka partisipasi angkatan kerja
merupakan proporsi penduduk umur 15 tahun ke atas yang masuk ke dalam golongan
angkatan kerja. Angkatan kerja merupakan bagian penduduk yang sedang bekerja dan siap
masuk pasar kerja, atau dapat dikatakan sebagai pekerja dan merupakan potensi
penduduk yang akan masuk pasar kerja.
Tabel 2.3.2.A.1
Angka Partisipasi Angkatan Kerja Tahun 2010-2014
Provinsi Kalimantan Utara
Uraian 20101 20111 20121 20132 20142
Angka partisipasi angkatan kerja 71,69 74,21 68,93 66,70 66,38
Sumber:
1) RPJP Kalimantan Utara
2) Kalimantan Utara Dalam Angka Tahun 2015
Angka partisipasi angkatan kerja Provinsi Kalimantan Utara tergolong relatif tinggi
meski perkembangannya masih fluktuatif dan cenderung menurun dari tahun 2011 sebesar
74,21% menjadi 66,38% pada tahun 2014. Meski demikian, jumlah angkatan kerja yang
Hingga tahun 2015, hanya ada 3 perusahaan di Provinsi Kalimantan Utara yang
telah memiliki penghargaan Keselamatan dan Kesehatan Kerja. Dua perusahaan sektor
pertanian, perkebunan dan kehutanan di Kabupaten Nunukan dan tiga perusahaan sektor
pertambangan dan penggalian yang juga berada di Kabupaten Nunukan. Kasus kecelakan
kerja yang masih kerap terjadi di Provinsi Kalimantan Utara tahun 2015, adalah 11 kasus
keselamatan kerja di perusahaan sektor pertanian, perkebunan dan kehutanan, 3 kasus di
perusahaan pertambangan dan penggalian, dan jumlah kasus tertinggi adalah di
perusahaan sektor Industri pengolahan, yaitu 37 kasus.
Melihat tabel di atas, dapat diketahui bahwa nilai IPG di lima kabupaten/kota di
Provinsi Kalimantan Utara meningkat setiap tahunnya. Terlihat juga IPG sebagai ukuran
pencapaian pembangunan gender di provinsi selama dua tahun terakhir menunjukkan
perkembangan yang positif, dengan ditunjukkan makin meningkatnya besaran nilai IPG.
Hal ini mengindikasikan bahwa komponen-komponen pembentuk nilai IPG juga mengalami
peningkatan. Pada tahun 2013 pencapaian IPG mencapai nilai 85,63 dan tahun 2014
meningkat menjadi 85,67 serta berada di posisi 29 dari 34 provinsi di Indonesia. Hal ini
dipengaruhi oleh kecilnya sumbangan pendapatan perempuan dalam pembentukan IPG,
yaitu hanya 30,55% (laki-laki 69,45%). Sementara tiga komponen lainnya seperti angka
harapan hidup, angka harapan lama sekolah dan rata-rata lama sekolah tidak terjadi
perbedaan angka yang signifikan antara laki-laki dan perempuan.
Dari tabel di atas juga terlihat, satu-satunya kabupaten/kota yang nilai IPG-nya di
atas nilai IPG provinsi adalah Kota Tarakan sehingga diperlukan perhatian khusus untuk
meningkatkan nilai IPG di Kabupaten Tana Tidung, Malinau, Nunukan, dan Bulungan,
mengingat nilai IPG keempat kabupaten tersebut di bawah nilai IPG provinsi.
Pada tabel di atas dapat dilihat bahwa IDG menurut kabupaten/kota, IDG tertinggi
pada tahun 2014 ditunjukkan oleh Kabupaten Nunukan dengan skor 68,65 dan terendah di
Kabupaten Bulungan dengan skor 45,91. Capaian IDG yang masih rendah dipengaruhi peran
serta perempuan di parlemen (DPRD) yang masih sangat rendah sehingga berdampak
direndahnya skor IDG.
Posisi IDG Kalimantan Utara tahun 2014 berada di peringkat 19 dari 34 provinsi
dengan skor 66,52. Hal ini hendaknya mendapat perhatian dari pemerintah agar dapat
meningkatkan pemberdayaan perempuan Kalimantan Utara di masa mendatang.
Angka rasio KDRT yang cukup tinggi di Provinsi Kalimantan Utara terdapat di Kota
Tarakan. Di kota ini selama setahun bisa terjadi lebih dari 100 kasus KDRT. Selama kurun
waktu tahun 2010-2015, angka KDRT tertinggi terjadi tahun 2012 yakni mencapai 172 kasus
KDRT. Walaupun pada tahun 2013 menurun, namun pada 2 tahun berikutnya kembali
meningkat. Sangat berbeda bila dibandingkan dengan kabupaten lain di Provinsi Kaltara
yang jumlah kasus KDRTnya tidak mencapai angka 20. Di Kabupaten Nunukan, kasus KDRT
menurun dari tahun 2012 hingga tahun 2014 sedangkan di Kabupaten Malinau cenderung
relatif stagnan meskipun ada kecenderungan menurun. Sudah selayaknya di era emansipasi
wanita saat ini, wanita harus dihormati dan diberikan kesempatan yang sama seperti laki-
laki. Namun melihat tingginya angka KDRT di Kota Tarakan, hal tersebut harus segera
mendapat perhatian baik dari pemerintah kota maupun pemerintah provinsi.
C. Pangan
Ketahanan pangan merupakan kondisi kecukupan, ketersediaan, keterjangkauan
dan keberlanjutan terpenuhinya kebutuhan pangan baik secara kualitatif maupun
kuantitatif bagi masyarakat untuk menuju masyarakat yang sehat sejahtera dan produktif.
Definisi tentang ketahanan pangan dirujuk dari FAO (1996) yang diadopsi ke dalam UU RI
No. 7 Tahun 1996, menyebutkan bahwa terdapat empat komponen yang harus dipenuhi
untuk mencapai kondisi ketahanan pangan yaitu, (LIPI, 2004):
1. Kecukupan ketersediaan pangan
2. Stabilitas ketersediaan pangan tanpa fluktuasi dari musim ke musim atau dari tahun
ke tahun
3. Aksesibilitas/keterjangkauan terhadap pangan, serta
4. Kualitas/keamanan pangan
Tabel 2.3.2.C.2
Analisis Daya Dukung Lahan Mendukung Kemampuan Swasembada Pangan Tahun 2011
Provinsi Kalimantan Utara
Luas Produksi
Kabupaten/Kota KFM X K
penddk panen total Per ha
Bulungan 117.019 20.124 61.750 3,06 265 0,17 86,60 0,001986
Malinau 66.052 8.798 22.649 2,57 265 0,13 103,11 0,001292
Nunukan 154.269 9.552 39.857 4,17 265 0,06 63,55 0,000974
Tana Tidung 16.356 736 2.661 3,61 265 0,04 73,41 0,000613
Tarakan 204.281 49 194 3,96 265 0,00 66,92 0,000004
Kalimantan Utara 557.977 39.259 127.111 3,49 265 0,07 75,93 0,000927
Sumber: Dokumen RPJP Provinsi Kalimantan Utara Tahun 2005-2025
Tabel 2.3.2.C.4
Analisis Daya Dukung Lahan Mendukung Kemampuan Swasembada Pangan Tahun 2013
Provinsi Kalimantan Utara
Luas Produksi
Kabupaten/Kota KFM X K
penddk Panen Total Per Ha
Bulungan 122.985 19.793 69.676 3,52021 265 0,16 75,2796 0,0021379
Malinau 71.501 8.608 23.251 2,7011 265 0,12 98,1082 0,0012271
Nunukan 162.711 6.715 28.888 4,30208 265 0,04 61,5982 0,00067
Tana Tidung 18.985 741 2.577 3,47725 265 0,04 76,2096 0,0005122
Tarakan 218.800 69 331 4,80384 265 0,0003 55,1642 5,717E-06
Kalimantan Utara 594.982 35.926 124.723 3,47167 265 0,06 76,3322 0,000791
Sumber: Analisis Data Sekunder 2016
Tabel 2.3.2.C.5
Analisis Daya Dukung Lahan Mendukung Kemampuan Swasembada Pangan Tahun 2014
Provinsi Kalimantan Utara
Luas Produksi
Kabupaten/Kota penddk KFM X K
Panen Total Per ha
Bulungan 126.096 16.547 59.273 3,58208 265 0,13 73,9793 0,0017738
Malinau 74.469 8.579 25.838 3,01172 265 0,12 87,9895 0,0013093
Nunukan 170.042 5.981 26.953 4,50642 265 0,04 58,805 0,0005981
Tana Tidung 20.400 894 3.185 3,56221 265 0,04 74,392 0,0005891
Tarakan 227.200 71 372 5,23239 265 0,00 50,646 6,17E-06
Kalimantan Utara 618.207 32.072 124.723 3,88885 265 0,05 68,1436 0,0007613
Sumber: Analisis Data Sekunder 2016
Tabel 2.3.2.C.6
Tingkat Kemampuan Swasembada Pangan Tahun 2010-2014
Provinsi Kalimantan Utara
Tingkat Kemampuan Swasembada Pangan
Kabupaten
2010 2011 2012 2013 2014
Bulungan 0,002043 0,001986 0,002378 0,0021379 0,0017738
Malinau 0,001625 0,001292 0,001292 0,0012271 0,0013093
Nunukan 0,001031 0,000974 0,000909 0,00067 0,0005981
Tana Tidung 0,000676 0,000613 0,000638 0,0005122 0,0005891
Tarakan 0,000002 0,000004 0,000004 0,000000005 0,000000006
Kalimantan Utara 0,000929 0,000927 0,000910 0,000791 0,0007613
Sumber: Analisis Data Sekunder 2016
Berdasarkan data analisis daya dukung tersebut, dapat disimpulkan bahwa nilai
daya dukung lahan pertanian memiliki nilai < 1. Angka ini menunjukkan bahwa daerah
tersebut belum mampu swasembada pangan. Belum ada kabupaten/kota yang swasembada
2. Stabilitas Ketersediaan
Stabilitas ketersediaan pangan di tingkat rumah tangga diukur berdasarkan
kecukupan ketersediaan pangan dan frekuensi makan anggota keluarga dalam sehari. Satu
rumah tangga dikatakan memiliki stabilitas ketersediaan pangan jika mempunyai
persediaan pangan di atas cutting point yang ditetapkan di daerah tersebut. Cutting point
adalah jumlah hari yang menunjukkan rumah tangga memiliki ketersediaan pangan yang
cukup dengan asumsi tertentu, misalnya 240 hari untuk daerah yang dapat panen padi tiga
kali per dua tahun, atau 360 hari untuk daerah yang hanya bisa panen padi sekali setahun.
Tabel 2.3.2.C.7
Tingkat Konsumsi dan Ketersediaan Pangan Tahun 2014
Provinsi Kalimantan Utara
Tingkat Konsumsi Tingkat Ketersediaan
Kelompok bahan pangan
gr/hari kg/tahun 000 Ton gr/hari kg/tahun 000 Ton
Beras 276 101 70.355 304 111 77.391
Umbi umbian 122 45 31.148 134 49 34.262
Pangan hewani 195 71 49.579 214 78 54.537
Minyak dan lemak 22 8,09 5.650,24 24 8,9 6.215,26
Buah/biji berminyak 41,93 15,3 10.684,52 46,12 16,83 11.752,97
Kacang kacangan 26 9,58 6.688,34 29 10,54 7.357,18
Gula 27 10,03 7.000,71 30 11,03 7.700,78
Sayuran dan Buah 1.020 372,45 260.026,37 1.122 410 286.029
Lain lain 0 0 0 0 0 0
Jumlah 1.729,93 632,45 441.132,18 1.903,1 695,3 485.245,2
Sumber: Laporan Perencanaan Pangan berdasarkan AKG dan PPH Provinsi Kalimantan Utara, 2015
Indikator stabilitas dikelompokkan menjadi tiga yaitu stabil, kurang stabil dan tidak
stabil. Daerah yang masih memiliki stabilitas ketersediaan pangan rendah, harus berupaya
untuk meningkatkan produksi padi melalui berbagai program, namun harus
mempertimbangkan kondisi agroklimat dan ketersediaan pelaku produksi atau petani
profesional yang tersedia. Dari data yang ada menunjukkan bahwa Provinsi Kalimantan
Utara mempunyai stabilitas ketersediaan pangan yang stabil. Tingkat stabilitas ini dapat
ditingkatkan dan atau dipertahankan untuk masa mendatang melalui berbagai langkah
untuk membangun pertanian di provinsi ini.
Perlu dirancang program peningkatan produksi tanaman pangan baik melalui
intensifikasi, ekstensifikasi dan atau diversifikasi. Untuk mendukung program intensifikasi
pemerintah daerah harus mempunyai program penyediaan saprotan, dibangunnya sarana
irigasi dan atau drainase, pencetakan sawah baru, pembangunan jalan usaha tani,
penyediaan alsintan yang sesuai, pembangunan lantai jemur dan gudang serta unit
pengolahan hasil panenan. Pendekatan kepada pemberdayaan sumber daya manusia
pelaku produksi khususnya kelompok tani dengan peningkatan jumlah dan kualitas tenaga
Cara rumah tangga memperoleh pangan juga dikelompokkan dalam dua kategori,
yaitu:
1. Produksi sendiri, masyarakat memiliki lahan sawah sehingga cara memperoleh
pangan dengan cara akses langsung, atau tidak langsung (sawah tidak untuk
tanaman pangan)
2. Membeli, masyarakat tidak memiliki sawah, mengakses pangan secara tidak
langsung
4. Kualitas/Keamanan Pangan
Kualitas/keamanan jenis pangan yang dikonsumsi untuk memenuhi kebutuhan gizi,
ada tiga kriteria yang lebih didasarkan pada kecukupan gizi masyarakat, sehingga
dimasukkan unsur kebutuhan protein dan nutrisi lainnya, yaitu:
1. Rumah tangga dengan kualitas pangan baik adalah rumah tangga yang memiliki
pengeluaran untuk lauk-pauk berupa protein hewani dan nabati atau protein
hewani saja
2. Rumah tangga dengan kualitas pangan kurang baik adalah rumah tangga yang
memiliki pengeluaran untuk lauk pauk berupa protein nabati saja
3. Rumah tangga dengan kualitas pangan tidak baik adalah rumah tangga yang tidak
memiliki pengeluaran untuk lauk-pauk berupa protein baik hewani maupun nabati.
Atas dasar matriks tersebut, maka rumah tangga dapat dibedakan menjadi tiga
kategori, yaitu:
1. Rumah tangga tahan pangan, adalah rumah tangga yang memiliki persediaan
pangan/makanan pokok secara kontinyu (diukur dari persediaan makan selama jangka
masa satu panen dengan panen berikutnya dengan frekuensi makan tiga kali atau lebih
per hari serta akses langsung) dan memiliki pengeluaran untuk protein hewani dan
nabati atau protein hewani saja.
2. Rumah tangga kurang tahan pangan, adalah rumah tangga yang memiliki:
a. Kontinyuitas pangan/makanan pokok kontinyu, tetapi hanya mempunyai
pengeluaran untuk protein nabati saja
b. Kontinyuitas ketersediaan pangan/makanan kurang kontinyu dan mempunyai
pengeluaran untuk protein hewani dan nabati.
3. Rumah tangga tidak tahan pangan, adalah rumah tangga yang dicirikan oleh:
a. Kontinyuitas ketersediaan pangan kontinyu, tetapi tidak memiliki pengeluaran
untuk protein hewani maupun nabati
b. Kontinyuitas ketersediaan pangan kurang kontinyu dan hanya memiliki
pengeluaran untuk protein hewani dan nabati
c. Kontinyuitas ketersediaan pangan tidak kontinyu walaupun memiliki pengeluaran
untuk protein hewani dan nabati
Berdasarkan Peta Ketahanan dan Kerentanan Pangan Nasional tahun 2009 yang
dikeluarkan Departemen Pertanian dan World Food Programme, menyebutkan bahwa
Kabupaten Malinau dan Kabupaten Nunukan merupakan dua kabupaten yang termasuk
dalam kategori prioritas kerawanan pangan berdasarkan indeks ketahanan pangan
komposit. Indeks ketahanan pangan komposit terdiri dari ketersediaan pangan, akses
pangan dan penghidupan serta pemanfaatan pangan dan gizi.
Kabupaten Nunukan termasuk kategori kerawanan pangan prioritas 2 dengan
peringkat 60 dari 346 kabupaten terdata, sedangkan Kabupaten Malinau termasuk kategori
kerawanan pangan prioritas 3 dengan peringkat 84. Kategori kerawanan pangan prioritas 2
sangat ditentukan oleh: 1) underweight pada balita, 2) desa yang tidak dapat dilalui
kendaraan roda 4, 3) tanpa akses terhadap air bersih, 4) kemiskinan, dan 5) tanpa akses
terhadap listrik. Sedangkan kategori kerawanan pangan prioritas 3 ditentukan oleh: 1)
underweight pada balita, 2) kemiskinan, 3) tanpa akses terhadap air bersih, 4) tidak
memadainya produksi pangan pokok, dan 5) tanpa akses terhadap listrik.
Dilihat dari indikator ketersediaan pangan dalam Peta Ketahanan dan Kerentanan
Pangan Nasional tersebut, peringkat Kabupaten Nunukan di urutan ke 142, Kabupaten
Malinau peringkat ke 153 dan Kabupaten Bulungan peringkat ke 162. Jika dilihat dari
indikator-indikator akses terhadap pangan yang terdiri dari penduduk di bawah garis
kemiskinan, rumah tangga tanpa akses listrik, dan desa tanpa akses ke jalan, maka
penduduk di bawah garis kemiskinan Kabupaten Nunukan berada di peringkat 180,
Kabupaten Bulungan peringkat 209, Kabupaten Nunukan peringkat 224. Jika berdasarkan
indikator rumah tangga tanpa listrik maka Kabupaten Nunukan di peringkat 289,
Kabupaten Bulungan peringkat 177, Kabupaten Malinau peringkat 189. Sedangkan
berdasarkan desa tanpa akses ke jalan Kabupaten Nunukan berada di peringkat 335,
Kabupaten Bulungan peringkat 200, dan Kabupaten Malinau peringkat 310.
Sektor pertanian berperanan penting sebagai landasan untuk pembangunan sumber
daya manusia dengan meningkatkan pemanfaatan potensi sumber daya alam yang lestari
dan berkelanjutan. Dengan peningkatan produksi pangan dan penganekaragaman produk
bagi masyarakat, maka penatagunaan lahan di Provinsi Kalimantan Utara perlu pengkajian
lebih lanjut dengan arah kebijakan untuk perluasan areal pertanian dalam arti luas.
Tujuan strategis dari kebijakan ini adalah untuk meningkatkan indeks ketahanan
pangan menuju kesejahteraan masyarakat berbasis sektor pertanian, dan meningkatkan
peran sektor pertanian dalam PDRB daerah. Untuk perluasan areal pertanian perlu
Pada tahun 2013-2014 belum terdapat regulasi yang mendukung ketahanan pangan
baik itu di tingkat provinsi maupun kabupaten/kota. Regulasi ini mencakup kebijakan
tentang ketahanan pangan baik itu seperti peraturan daerah, peraturan kepala daerah
maupun sejenisnya.
Kecukupan pangan di Provinsi Kalimantan Utara sejak tahun 2010 hingga tahun
2014 cenderung mengalami penurunan, dari yang bernilai 133,07 kg/kapita/tahun menjadi
100,81 kg/kapita/tahun (kriteria kebutuhan pangan beras per kapita/tahun 120 kg). Perlu
diperhatikan bahwa kondisi tersebut sebenarnya belum baik, karena kebutuhan manusia
tidak hanya terpenuhi kebutuhan sumber beras saja tetapi secara keseluruhan dinilai
dalam kecukupan kalori per kapita per tahun yang setara dengan 265 kg
beras/kapita/tahun.
Ketersediaan pangan merupakan salah satu sub-sistem utama dalam sistem
ketahanan pangan, yang menjelaskan tentang jumlah bahan pangan yang tersedia di suatu
wilayah. Ketersediaan pangan dapat diwujudkan melalui produksi pangan di suatu daerah,
pemasukan dari luar daerah dan cadangan pangan yang dimiliki daerah yang bersangkutan.
Produksi pangan di suatu wilayah tergantung pada berbagai faktor luar seperti iklim, jenis
tanah, curah hujan, irigasi, ketersediaan sarana produksi yang tepat dan alat-alat
pertanian yang digunakan, dan bahkan insentif bagi para petani untuk menghasilkan
tanaman pangan. Ketersediaan pangan dengan sumber bahan pangan dari luar, faktor yang
mempengaruhi lebih komplek dan bersifat lintas sektoral.
Provinsi Kalimantan Utara saat ini mampu memenuhi kebutuhan pangannya secara
mandiri. Pada tahun 2010-2014 terjadi penurunan ketersediaan pangan utama walaupun
tidak signifikan, meskipun pada tahun 2012 ketersediaan pangan utama di Provinsi
Kalimantan Utara mengalami peningkatan. Kota Tarakan sepenuhnya belum dapat
memenuhi kebutuhan pangan utama secara mandiri, hal ini disebabkan luas wilayah Kota
Tarakan yang kecil dibandingkan dengan kabupaten lainnya sehingga luas lahan pertanian
sangat sedikit sekali sehingga kecukupan pangan disuplai dari luar Kota Tarakan.
Ketahanan pangan adalah sebuah kondisi yang terkait dengan ketersediaan bahan
pangan secara berkelanjutan. Kekhawatiran terhadap ketahanan pangan akan selalu
muncul, sehingga tantangan terhadap ketahanan pangan akan terus ada. Dalam rangka
pembangunan pertanian yang berkelanjutan di Provinsi Kalimantan Utara guna menyokong
D. Pertanahan
Terdapat 3 (tiga) indikator yang termasuk dalam urusan pertanahan, yakni
indikator persentase luas lahan bersertifikat terhadap luas wilayah, penyelesaian kasus
tanah negara, serta indikator penyelesaian izin lokasi. Ketiga indikator tersebut dapat
dilihat secara jelas di bawah ini.
Pada tahun 2015, cakupan luas wilayah bidang bersertifikat yang sudah terdigitasi
secara keseluruhan di Provinsi Kalimantan Utara mencapai 188.352,8 Ha atau atau sekitar
luas wilayah bidang bersertifikat terdigitasi di Provinsi Kalimantan Timur. Hampir semua
kabupaten/kota di Provinsi Kalimantan Utara memiliki bidang tanah bersertifikat yang
sudah terdigitasi tersebut.
Selain sertifikat Hak Milik Atas Tanah, Badan Pertanahan juga mengeluarkan
sertifikat pertanahan dalam bentuk sertifikat Hak Guna Usaha (HGU), Hak Guna Bangunan
(HGB), Hak Pakai, Hak Tanggungan, Hak Wakaf, dan Hak Pengelolaan.
Tabel 2.3.2.D.3
Jumlah Bidang dan Luas Tanah yang Telah Memiliki Sertifikat
Berdasarkan Jenis Hak yang Dikeluarkan di Provinsi Kalimantan Utara
No. Sertifikat Hak Atas Tanah Jumlah (Bidang) Luas (Ha)
1 Hak Guna Usaha 362 748149
2 Hak Guna Bangunan 5937 2078167
3 Hak Pakai 1486 501105
4 Hak Tanggungan 35406 1515
5 Hak Wakaf 46 29876
6 Hak Pengelolaan 11 34954
7 Hak Pengelolaan 0 0
Sumber: Profil Pertanahan Provinsi Kalimantan Utara-Kalimantan Timur Tahun 2015
Keterangan: Data di atas masih gabungan dengan Provinsi Kalimantan Timur
Selama tahun 2003-2013, Hak Tanggungan memiliki jumlah bidang paling banyak
dibanding yang lainnya dengan jumlah sebanyak 35.406 bidang dan luas total sebesar 1515
Ha. Secara keseluruhan, sertifikat kepemilikan tanah di Provinsi Kalimantan Utara (data
masih tergabung dengan Kalimantan Timur) masih minim ketersediannya dibandingkan
E. Lingkungan Hidup
Pembangunan yang berwawasan lingkungan adalah upaya sadar dan berencana
menggunakan dan mengelola sumberdaya secara bijaksana dalam pembangunan yang
terencana dan berkesinambungan untuk meningkatkan mutu hidup. Terlaksananya
pembangunan berwawasan lingkungan dan terkendalinya pemanfaatan sumber daya alam
secara bijaksana merupakan tujuan utama pengelolaan lingkungan hidup.
Tanpa disadari sepenuhnya, kegiatan pembangunan apalagi yang bersifat fisik dan
berhubungan dengan pemanfaatan sumberdaya alam jelas mengandung resiko terjadinya
perubahan ekosistem yang selanjutnya mengakibatkan dampak yang bersifat negatif
maupun positif. Oleh karena itu, suatu kegiatan pembangunan yang dilaksanakan haruslah
berwawasan lingkungan, selain berwawasan sosial dan ekonomi. Beberapa indikator
ditemui tidak dapat diisikan karena belum tersedia/adanya pendataan.
Kota Tarakan memiliki rasio penduduk ber-KTP yang tinggi, bahkan rasionya di atas
angka 1 selama tahun 2010-2013. Rasio penduduk ber-KTP di kabupaten/kota lainnya,
masih relatif rendah, seperti Kabupaten Malinau yang rasionya stagnan 0,66-0,96 selama
2010-2015. Kabupaten Tana Tidung memiliki rasio penduduk ber-KTP hanya 0,3 di tahun
2013. Pemerintah daerah yang masih memiliki rasio penduduk ber-KTP rendah di
daerahnya diharapkan dapat segera menyelesaikan masalah ini. Karena data penduduk
yang tidak valid akan menyulitkan pemerintah dalam melakukan perencanaan
pembangunan, selain itu pula akan menyebabkan kesulitan dalam mengidentifikasi kondisi
masyarakat.
Kepemilikan akte nikah yang dimiliki oleh pasangan suami istri masih sangat minim.
Dari data yang ada diketahui bahwa hanya Kota Tarakan yang memiliki rasio kepemilikan
akte nikah paling baik, yaitu pada tahun 2011-2013 memiliki angka rasio antara 20,50-
24,22. Hal ini mengindikasikan bahwa masyarakat di Kota Tarakan banyak yang sudah
memiliki akte nikah dan hal ini menunjukkan bahwa bukti pernikahan tersebut sangat
penting untuk dimiliki karena berkaitan pula dengan legalitas pernikahan yang mereka
lakukan, khususnya bagi seorang wanita/istri. Sama halnya dengan Kota Tarakan, Provinsi
Kalimantan Utara sendiri memiliki rasio kepemilikan akte nikah paling baik hanya pada
tahun 2011-2013 yaitu mencapai angka rasio 13,15-15,11, dan kondisinya menurun pada
tahun 2014 menjadi 0,28.
Untuk Kabupaten Bulungan, rasio kepemilikan akte nikah paling baik berada pada
tahun 2012 karena memiliki rasio >1, dan tahun lainnya masih di bawah 1. Kabupaten
Malinau memiliki rasio kepemilikan akte nikah paling baik mulai tahun 2011-2013 karena
memiliki rasio 1, dan menurun menjadi 0,22 pada tahun 2014 dan meningkat kembali
menjadi 0,73 pada tahun 2015. Rasio kepemilikan akte nikah di Kabupaten Nunukan paling
minim, begitupun dengan Kabupaten Tana Tidung yang tidak tersedia datanya, dan hal ini
menunjukkan bahwa kesadaran pasangan suami istri untuk mencatatkan pernikahannya
secara resmi masih sangat kurang.
4. Kepemilikan KTP
KTP merupakan identitas wajib Warga Negara Indonesia (WNI). Kepemilikan KTP
juga dapat menunjukkan seseorang telah terdaftar dalam database kependudukan. KTP
mempunyai beberapa manfaat seperti dapat mengakses program pemerintah, seperti
Jamkesmas, BOS, ataupun bantuan lainnya. KTP juga merupakan syarat utama dalam
beberapa pembuatan surat seperti SKCK, kartu kuning, dan lain-lain.
3. Jumlah LSM
Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM) merupakan sebuah organisasi nirlaba yang
didirikan oleh perorangan atau kelompok orang yang secara sukarela yang memberikan
pelayanan kepada masyarakat umum. Fungsi LSM melakukan fungsi pelayanan, fungsi
kemanusiaan dan terkadang berperan sebagai jembatan penyalur aspirasi masyarakat.
Dilihat dari bentuknya, lembaga ini merupakan inisatif dan bentukan dari
masyarakat, maka bersifat mengikat secara sosial budaya di dalam lingkungan masyarakat.
Kebutuhan terhadap lembaga ini didasarkan pada ikatan sosial budaya baik itu sifatnya
kegotongroyongan. Untuk itulah maka lembaga ini memiliki tingkat kepedulian yang tinggi
di dalam menyelesaikan masalah-masalah yang dihadapi oleh masyarakat lokal. Setiap
masyarakat yang memiliki LSM tentunya memiliki daya tanggap yang lebih baik dalam
pembangunan segala bidang. Di bawah ini merupakan tabel informasi jumlah LSM di
Provinsi Kalimantan Utara dalam kurun waktu 2010 hingga 2015.
Tabel 2.3.2.G.3.
Jumlah LSM di Provinsi Kalimantan Utara
Tahun 2010-2015
Kabupaten/Kota 2010 2011 2012 2013 2014 2015
Bulungan 27 1 3 1
Malinau 14 0
Nunukan 35 3 3
Tana Tidung 1 0 1
Tarakan 12 4
Kalimantan Utara
Sumber:
1) Kabupaten Bulungan dalam Angka Tahun 2010, 2011, 2012, 2015
2) Kabupaten Tana Tidung dalam Angka Tahun 2011, 2013
3) Kalimantan Timur dalam Angka Tahun 2013
4) Data Pembangunan Kabupaten Malinau Tahun 2012
Tabel di atas menunjukkan bahwa di tahun 2013 dam 2015 memiliki kecenderungan
yang sama jumlah LPM berprestasi. Kabupaten Bulungan 29 LPM, Kabupaten Malinau 29
LPM, Kabupaten Nunukan 30 LPM, Kabupaten Tana Tidung 13 LPM, Kota Tarakan 20 LPM,
dan Keseluruhan Provinsi Kalimantan Utara 136 LPM.
5. PKK Aktif
Pembinan Kesejahteraan Kelurga (PKK) adalah kegiatan sekelompok kaum wanita
yang bertujuan untuk menciptakan kesejahteraan keluarga. Keaktifan PKK untuk
mewujudkan kesejahteraan keluarga merupakan sebuah kekuatan mendasar pada setiap
keluarga. Pembangunan terkecil dilakukan oleh PKK di rumah tangga masing-masing.
Untuk itu peran PKK menjadi sangat strategis untuk merealisasikan visi dan misi
pemerintah pada skup yang paling kecil. Pemantauan kegiatan PKK menjadi sangat penting
untuk mengetahui usaha-usaha aktif di tingkat akar rumput dalam merealisasikan program
pembangunan.
Monitoring terhadap kegiatan PKK dilakukan untuk melihat peran serta dalam
mencapai tujuan pembangunan. Kegiatan PKK di Provinsi Kalimantan Utara muncul di tiap-
tiap jenjang administrasi, mulai dari RT/RW, kelurahan, kecamatan hingga kota. Keaktifan
PKK sebenarnya dapat membantu ibu-ibu untuk meningkatkan kreativas di berbagai
bidang, yang mungkin dapat dikembangkan untuk membantu ekonomi keluarga.
6. Posyandu Aktif
Posyandu merupakan salah satu bentuk upaya pemberdayaan masyarakat di bidang
kesehatan yang merupakan bagian dari upaya pemberdayaan masyarakat melalui kegiatan
penyadaran akan kesehatan. Indikator posyandu aktif melihat jumlah posyandu yang aktif
dibandingkan dengan total seluruh posyandu yang ada di wilayah tersebut.
Tabel 2.3.2.G.6.
Posyandu Aktif Tahun 2010-2015 (%) di Provinsi Kalimantan Utara
Kabupaten/Kota 2010 2011 2012 2013 2014 2015
Bulungan 100 98,82 100 100 100 n/a
Malinau 80 100 100 100 100 n/a
Nunukan 98,35 94,47 93,18 94,67 96,41 n/a
Tana Tidung 76,67 82,14 100 100 100 n/a
Tarakan 100 100 100 100 100 n/a
Kalimantan Utara 95,15 97,22 97,77 97,89 97,34 n/a
Sumber: Kabupaten Dalam Angka, Profil Kesehatan Kabupaten
Data pada tahun 2014 dan 2015 menunjukkan angka yang sangat berbeda drastis.
Pada tahun 2014, jumlah anak di provinsi ini melebihi angka 500.000, sedangkan pada
tahun berikutnya jumlah tersebut turun tajam hingga menjadi sepertiganya. Rata-rata
jumlah anak per keluarga pada tahun 2014 adalah 4 dan turun menjadi 1 anak per
keluarga pada tahun 2015.
Tabel 2.3.2.H.2
Rata-rata Anak per Keluarga Menurut Kabupaten Tahun 2015
Provinsi Kalimantan Utara
Rata-rata anak per
Kabupaten Jumlah Anak Jumlah Keluarga
keluarga
Kabupaten Bulungan 25905 30646 0,8
Kabupaten Malinau 83406 56500 1,5
Kabupaten Nunukan 50383 31072 1,6
Kabupaten Tana Tidung 2800 13465 0,2
Kota Tarakan 23177 43458 0,5
Jumlah 185671 175141 1,1
Sumber: BPMPPKBPD 2016
Pada tahun 2015, di Provinsi Kalimantan Utara rata-rata jumlah anak tertinggi
berada di Kabupaten Nunukan yaitu 1,6 kemudian Kabupaten Malinau sedikit di bawahnya
yaitu 1,5 anak per keluarga. Rata-rata terendah berada di Kabupaten Tana Tidung yang
hanya 0,2.
2. Rasio Akseptor KB
Akseptor KB adalah pasangan usia subur di mana salah seorang menggunakan salah
satu cara/alat kontrasepsi untuk tujuan pencegahan kehamilan, baik melalui program
maupun non program. Akseptor KB di Kalimantan Utara hanya bisa dilihat pada tahun 2014
karena keterbatasan data di setiap kabupaten. Pada tahun tersebut, rasio akseptor KB
adalah sebesar 57,1%.
Tabel 2.3.2.H.3
Rasio Akseptor KB Tahun 20102015
Provinsi Kalimantan Utara
Uraian 2010 2011 2012 2013 2014
Jumlah Akseptro KB 52309
Jumlah Pasangan usia subur 88343 99104 95088 91555
Rasio akseptor KB 57,1
Sumber: Kabupaten Dalam angka, Profil Kesehatan Kabupaten, Profil Kesehatan Kalimantan Timur; BPMPPKBPD 2016
Kabupaten dengan jumlah keluarga pra sejahtera dan sejahtera 1 yang paling
banyak adalah Kota Tarakan dan yang memiliki jumlah terkecil adalah Kabupaten Malinau.
Namun secara persentase, angka tertinggi justru Kabupaten Malinau yaitu sebesar 58,9%
dan persentase terendah adalah Kabupaten Bulungan. Persentase keluarga pra sejahtera
dan sejahtera 1 di tiap kabupaten/kota memiliki nilai yang fluktuatif setiap tahunnya.
Pada periode 3 tahun terakhir, persentase di Kota Tarakan mengalami tren yang stabil di
sekitar 20%.
Tabel 2.3.2.H.8
Keluarga Pra Sejahtera dan Keluarga Sejahtera Menurut Kabupaten/Kota Tahun 2012
Provinsi Kalimantan Utara
Jumlah Keluarga Pra Jumlah Persentase Keluarga pra sejahtera
Kabupaten/Kota
sejahtera an Sejahtera I Keluarga dan sejahtera 1 (%)
Bulungan 9713 29765 32,63
Malinau 6728 11427 58,88
Nunukan 12489 27116 46,06
Tana Tidung 1893 3975 47,62
Tarakan 16396 30304 54,11
Jumlah 47219 102587 46,03
Sumber: Kabupaten Dalam Angka, Kalimantan Timur Dalam Angka
I. Perhubungan
1. Jumlah Arus Penumpang Angkutan Umum
Indikator jumlah arus penumpang angkutan umum merupakan jumlah arus
penumpang baik penumpang bis, kapal laut, maupun pesawat udara yang masuk dan
keluar daerah selama satu tahun, dengan kata lain merupakan arus penumpang yang
masuk dan atau yang keluar daerah.
Tidak ditemukan data jumlah penumpang bis di Provinsi Kalimantan Utara, karena
menurut pengamatan dan hasil wawancara dengan pihak terkait, bis bukan sebuah
transportasi yang banyak digunakan oleh penduduk di Provinsi Kalimantan Utara, bahkan
tidak ada pelayanan angkutan AKDP (Antar Kota Dalam Provinsi) dan AKAP (Antar Kota
Antar Provinsi) di Provinsi Kalimantan Utara. Angkutan umum darat yang terdapat di
Provinsi Kalimantan Utara terbatas angkutan kota yang melayani rute-rute pendek, dan
angkutan pelat hitam yang disebut dengan travel yang melayani rute panjang, seperti
Tanjung Selor Tideng Pale Malinau dengan menggunakan mobil penumpang seperti
Inova, Avanza, Xenia, Luxio, dan sejenisnya.
Angkutan sungai dengan menggunakan angkutan speed boat merupakan transportasi
unggulan di wilayah Provinsi Kalimantan Utara yang menghubungkan Kota Tarakan sebagai
Pusat Kegiatan Nasional ke kabupaten lainnya di lingkup wilayah Provinsi Kalimantan
Utara. Dalam kurun waktu tahun 2011 hingga tahun 2014, penumpang yang menggunakan
jasa pelabuhan laut/sungai memiliki kecenderungan meningkat dengan rata-rata
peningkatan sebesar 2,30 persen per tahun. Peningkatan tersebut juga terjadi untuk
penumpang pesawat udara yang dalam kurun waktu tahun 2011 hingga tahun 2015
memiliki rata-rata peningkatan sebesar 13,66 persen per tahun.
Tabel 2.3.2.I.2.
Perkembangan Jumlah Lalu Lintas Penumpang Pesawat Menurut Kabupaten/Kota
di Provinsi Kalimantan Utara Tahun 2010-2015
Kab/Kota Uraian 2010 2011 2012 2013 2014 2015
Tarakan Datang 338.311 365.020 459.143 492.504 534.758 2.871.605
Pergi 341.837 371.261 471.184 499.075 540.233 2.927.276
Transit 7.769 9.501 8.100 9.483 15.399 59.020
TOTAL 687.917 745.782 938.427 1.001.062 1.090.390 5.857.901
Bulungan Datang 917 3.590 5.584 10.805 14.530
Pergi 1.562 4.323 6.307 12.352 18.064
Transit - - 24 4.210 9.584
TOTAL 2.479 7.913 11.915 27.367 42.178
Malinau Datang 15.708 21.774 14.004 22.923 26.302
Pergi 14.849 18.646 21.925 30.044 31.739
Transit 0 0 - 2.621 -
TOTAL 30.557 40.420 35.929 55.588 58.041
Nunukan Datang 25.746 24.492 27.849 27.648 26.975
Pergi 25.935 26.035 24.177 26.497 28.577
Transit - - - - -
TOTAL 51.681 50.527 52.026 54.145 55.552
Sumber : Kabupaten/Kota Dalam Angka Tahun 2008-2015 dengan Hasil Olahan
Perkembangan jumlah lalu lintas penumpang di dermaga dalam kurun waktu yang
sama (tahun 2010-2014) juga memiliki kecenderungan meningkat. Meskipun demikian,
perkembangan yang disajikan dalam tabel diatas tidak dapat menggambarkan kondisi
transportasi sungai di wilayah Provinsi Kalimantan Utara karena adanya keterbatasan data
yang diperoleh.
Di lingkup wilayah Provinsi Kalimantan Utara tidak terdapat izin trayek antar kota
antar provinsi, izin trayek yang dimiliki hanyalah izin trayek perkotaan dan perdesaan,
bahkan Kabupaten Tana Tidung tidak memiliki izin trayek sama sekali. Jumlah izin trayek
terbanyak hingga tahun 2015 dimiliki oleh Kota Tarakan, yakni sebanyak 816 trayek,
Kabupaten Nunukan sebanyak 355 trayek, Kabupaten Bulungan sebanyak 331 trayek, dan
Kabupaten Malinau sebanyak 120 trayek.
Jumlah uji kir angkutan umum pada tahun 2015 sebanyak 83%. Apabila dilihat
masing-masing kabupaten/kota, terdapat kabupaten yang memiliki persentasi uji kir
sebesar 100%, yakni di Kabupaten Malinau dan persentase terendah terdapat di Kota
Tarakan dengan persentase sebesar 74%.
Pada tahun 2011 dan 2012 adalah 53.024 dan 53.833 cenderung mengalami
kenaikan dalam kurun 2011-2012. Kota Tarakan menjadi daerah dengan ketersediaan
sarana komunikasi tertinggi dengan 32.733 sarana komunikasi pada tahun 2012.
Yang perlu dioptimalkan adalah pemanfaatan surat kabar lokal dan nasional untuk
mendukung semua SKPD umumnya dan pelaksanaan tupoksi setiap pegawai/pejabat pada
khususnya. Dalam upaya meningkatkan kepekaan terhadap perubahan sosial, politik,
ekonomi, dll diperlukan surat kabar lokal dan nasional. Untuk sampai pada indikator
outcome, maka perlu ditindaklanjuti dengan mengukur pemanfaatan berita terkait dengan
tupoksi SKPD untuk kepentingan pengambilan keputusan, pengayaan data maupun
pertimbangan dan solusi.
6. Pameran/Expo
Indikator pameran/expo sesuai dengan Lampiran 1 Permendagri 54/2010
merupakan jumlah yang menunjukkan banyaknya kegiatan pameran/expo yang
dilaksanakan per tahun. Banyaknya pameran/expo yang dilaksanakan di Provinsi
Kalimantan Utara bersumber dari Laporan Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah dimana
pameran dan atau expo tersebut tidak menjelaskan secara terinci jenis pameran/expo
yang dilaksanakan pada tahun terkait.
Tabel 2.3.2.J.6.
Jumlah Pameran/Expo di Provinsi Kalimantan Utara
Tahun 2010-2015
Kabupaten/Kota 2010 2011 2012 2013 2014 2015
Bulungan 1 3 3 5 7
Malinau 8 1 7 5 7
Nunukan 2 2 4 4 6 8
Tana Tidung 0 1 1 2 1 1
Tarakan 5 20 20 30 20 20
Kalimantan Utara 23 29 38 35 41
Sumber :
1) LPPD Kabupaten Malinau Tahun 2010, 2012, 2015
2) LPPD Kabupaten Bulungan Tahun 2010, 2012, 2015
3) LPPD Kabupaten Nunukan Tahun 2010, 2012, 2015
4) LPPD Kabupaten Tana TidungTahun 2010, 2012, 2015
5) LPPD Kota Tarakan Tahun 2010, 2012, 2015
6) LPPD Provinsi Kalimantan Utara Tahun 2015
Untuk pengukuran outcome maka pameran hendaknya tidak hanya menilai jumlah
pameran yang dilakukan per tahun, namun sasaran yang dicapai oleh setiap pameran.
Dengan demikian efektivitas kinerja dilihat dari aspek obyek yang disasar menjadi lebih
konkrit.
Tahun 2015, tercatat 466 koperasi aktif atau 61,1% dari jumlah keseluruhan
koperasi di Provinsi Kalimantan Utara. Kabupaten Tana Tidung memiliki persentase
koperasi aktif paling besar yaitu mencapai 84,6%.
Tabel 2.3.2.K.2
Jumlah dan Persentase Koperasi Aktif Tahun 2013-2015
Provinsi kalimantan Utara
Uraian 2013 2014 2015
Jumlah koperasi aktif 426 469 466
Jumlah koperasi 735 765 762
Persentase koperasi aktif 57,96 61,30 61,15
Sumber: Disperindagkop Provinsi Kalimantan Utara 2016
3. Jumlah BPR/LKM
BPR adalah lembaga keuangan bank yang menerima simpanan hanya dalam bentuk
deposito berjangka, tabungan, dan/atau bentuk lainnya yang dipersamakan dengan itu dan
menyalurkan dana sebagai usaha BPR. LKM atau Lembaga Keuangan Mikro adalah lembaga
yang menyediakan jasa penyimpanan (deposits), kredit (loans), pembayaran sebagai
transaksi jasa (payment service) serta money transfer yang ditujukan bagi masyarakat
miskin dan pengusaha kecil. LKM memiliki fungsi sebagai lembaga yang memberikan
berbagai jasa keuangan bagi masyarakat miskin dan pengusaha kecil. Jumlah BPR/LKM
akan menunjukkan seberapa besar kapasitas pelayanan pendukung yang dimiliki daerah
khususnya untuk masyarakat ekonomi rendah dan pengusaha kecil. Hingga saat ini data
valid terkait jumlah BPR/LKM Provinsi Kalimantan Utara masih belum tersedia.
Tercatat 97% Usaha Kecil Menengah termasuk dalam kategori Usaha Mikro dan
Kecil. Pencapaian ini menunjukkan sinyal positif bagi pertumbuhan perekonomian
khususnya perekonomian skala menengah ke bawah. Perkembangan usaha mikro dan kecil
juga menunjukkan tersedianya lingkungan positif yang mendukung perkembangan usaha
perekonomian mandiri.
Tabel 2.3.2.K.5
Potensi Produk Unggulan Industri UMKM Tahun 2013 di Provinsi Kalimantan Utara
No. Kabupaten/Kota Produk Unggulan Pemasaran
1 Kabupaten Malinau Meubel Rotan Kabupaten Malinau dan
Anyaman Rotan luar kabupaten
Anyaman bambu,
Anyaman pandan
Kopi Bubuk
Batik Malinau
2 Kabupaten Bulungan Kue dan roti Kabupaten Bulungan,
Mie kering dan mie basah Kabupaten Malinau,
Kopi bubuk Kabupaten Tana Tidung,
Tahu dan Tempe Kabupaten Berau
Kerupuk dan Amplang (kalimantan Timur),
Anyaman Manik dan Anyaman Serat Kota Jakarta, Kota
Penyulingan Minyak Atsiri Surabaya, Provinsi Bali
Pengolahan Logam Negara Perancis, China,
Pembuatan Kapal Uni Emirat Arab
Meubel Kayu
Meubel Rotan
3 Kabupaten Nunukan Beras Adan Kecamatan Sebatik,
Olahan Rumput Laut Kabupaten Nunukan
Kerupuk Durian Malaysia
Ikan Teri
Udang Kering
4 Kabupaten Tana Tidung Abon Ikan Pari Di dalam kabupaten Tana
Anyaman Bambu dan Daun Pandan Tidung
5 Kota Tarakan Ikan Asin Tipis Di dalam dan luar Kota
Amplang Tarakan
Batik Khas Tarakan
Sumber: Materi Teknis RTRW Provinsi Kalimantan Utara Tahun 2015-2035
Tahun 2015 sebanyak 2.703 tenaga kerja termasuk tenaga kerja asing bekerja pada
perusahaan PMDN dan 2.168 tenaga kerja untuk perusahaan PMA. Rasio tenaga kerja
terhadap jumlah perusahaan PMDN/PMA adalah sebesar 17,4.
Data jumlah kegiatan kepemudaan di Provinsi Kalimantan Utara Tahun 2010 sampai
dengan 2014 hanya terdapat untuk Kabupaten Nunukan dan Kota Tarakan. Data terbaru
tahun 2015 menunjukan bahwa Kabupaten Bulungan memiliki kegiatan kepemudaan
terbanyak, yaitu sebanyak tiga kegiatan kepemudaan dalam tahun tersebut.
Data jumlah kegiatan olahraga untuk tahun 2010 sampai dengan 2014 hanya
terdapat untuk Kabupaten Nunukan dan Kota Tarakan. Berdasarkan data yang ada, jumlah
kegiatan olahraga di Provinsi Kalimantan Utara secara umum mengalami peningkatan
untuk tahun 2011 dan kemudian mengalami penurunan dari tahun 2011 sampai dengan
2014, dan akhirnya kembali meningkat di tahun 2015. Sedangkan untuk tahun 2015 hanya
terdapat data untuk Kabupaten Nunukan sebanyak 32 kegiatan olahraga, Kabupaten Tana
Tidung sebanyak 5 kegiatan olahraga dan Kota Tarakan sebanyak 4 kegiatan olahraga.
6. Lapangan Olahraga
Indikator ini digunakan untuk melihat adanya sarana penunjang kegiatan olahraga
yang berupa lapangan olahraga. Berikut adalah data rasio jumlah lapangan olahraga per
1000 penduduk di Provinsi Kalimantan Utara tahun 2010 sampai dengan 2015.
Tabel.2.3.2.M.6
Rasio Lapangan Olahraga per 1000 Penduduk Menurut Kabupaten/Kota
Provinsi Kalimantan Utara Tahun 2010 s.d. 2015
Uraian Kabupaten/Kota 2010 2011 2012 2013 2014 2015
Rasio Lapangan Kabupaten Bulungan 1.4 na na na na na
Olahraga per Kabupaten Malinau 7.4 1.42 1.46 na na na
1000 penduduk Kabupaten Nunukan 0.2 0.2 0.19 na 0.02 0.02
Kabupaten Tana Tidung 2.6 2.5 na na na na
Kota Tarakan 0.05 0.03 0.05 0.46 na 0.0025
Prov. Kalimantan Utara 2.33 na na na na na
Sumber:
1) Naskah Akademik Rancangan Peraturan Daerah Rencana Jangka Panjang Pembangunan Daerah Provinsi Kalimantan Utara
Tahun 2005-2025
2) Dinas Pendidikan, Kebudayaan, Pemuda, dan Olahraga Provinsi Kalimantan Utara, Tahun 2016
N. Statistik
Statistik merupakan basis dasar yang diperlukan untuk perencanaan daerah.
Tentunya semua bentuk perencanaan akan bertolak dari kondisi statistik pembangunan
yang disajikan ke dalam data yang terstruktur. Oleh karena itu semestinya buku statistik
ini dapat terinformasikan secara progresif. Kendati buku statistik yang dibutuhkan belum
lengkap, akan tetapi secara progresif data semestinya disajikan hingga satu bulan terakhir
dalam setiap perjalanan tatakala waktu. Namun sebaliknya yang terjadi seringkali buku
statistik terbit harus lengkap sehingga data yang dijadikan dasar perencanaan menjadi
kurang up date.
Pada data tersebut hanya menginformasikan bahwa buku daerah dalam angka
Provinsi Kalimantan Utara telah tersedia, namun belum menjawab kebutuhan pengukuran
dari indikator jumlah eksemplar buku yang tersedia. Sementara itu tentunya penerbitan
buku statistik ini merupakan pekerjaan yang melekat sebagai fungsi wajib yang harus
dijalankan yang bersifat periodik, dengan batasan anggaran yang jelas. Semestinya
O. Kebudayaan
1. Penyelenggaraan Festival Seni dan Budaya
Indikator penyelenggaraan festival seni dan budaya digunakan untuk mengukur
sejumlah aktifitas yang dapat dijadikan sebagai potensi daya tarik perkembangan seni dan
budaya daerah. Indikator ini sangat penting terutama untuk menjelaskan adanya perhatian
daerah dalam menunjang bidang ekonomi pariwisata berbasis seni dan budaya. Berikut
adalah data penyelenggaraan festival seni dan budaya di Provinsi Kalimantan Utara tahun
2010 sampai dengan 2015.
Pendataan dari tahun 2010 sampai dengan 2012 dinilai cukup baik, dengan
Kabupaten Malinau sebagai kabupaten/kota yang terbanyak memiliki sarana
penyelenggaraan kegiatan seni dan budaya di tahun 2011 dan 2012. Data penyelenggaraan
P. Perpustakaan
1. Jumlah Perpustakaan
Perpustakaan merupakan sumber ilmu dan sumber referensi dalam
penyelenggaraan pendidikan baik formal maupun informal. Untuk itu eksistensi
perpustakaan menjadi sangat penting di daerah. Jumlah perpustakaan yang berada di
wilayah Provinsi Kalimantan Utara sejak tahun 2011 hingga tahun 2015 mengalami
kenaikan.
Q. Kearsipan
1. Pengelolaan Arsip secara Baku
Arsip merupakan dokumen penting yang diperlukan sebagai sumber informasi
hukum, historis, dan perkembangan kekinian. Untuk itu sistem informasi kearsipan
mestinya tersedia agar dapat mendukung efektivitas dan efisiensi penyelenggaraan
kearsipan ini. Indikator ini digunakan untuk melihat sejumlah perkembangan aktivitas
kegiatan pengelolaan arsip secara baku di kabupaten/kota Provinsi Kalimantan Utara.
Pengelolaan arsip secara baku menjadi penting artinya mengingat pasal 3 UU No. 7
tentang Ketentuan-ketentuan Pokok Kearsipan menyebutkan bahwa tujuan kearsipan
adalah untuk menjamin keselamatan bahan pertanggungjawaban nasional tentang
Kabupaten yang memiliki jumlah produksi perikanan tangkap laut yang besar
adalah Kabupaten Nunukan dan Kota Tarakan. Rata-rata produksi kedua kabupaten/kota
tersebut per tahun antara 3.000 hingga 4.000 ton. Kemudian disusul oleh Kabupaten
Bulungan yang memiliki jumlah produksi perikanan tangkap laut cukup besar meskipun
jumlahnya fluktuatif. Namun demikian, pada tahun 2015 Kabupaten Bulungan memiliki
jumlah produksi perikanan laut tertinggi diantara kabupaten/kota di Provinsi Kalimantan
Utara, yaitu mencapai 5013 ton. Kabupaten Tana Tidung memiliki jumlah produksi
perikanan tangkap laut berkisar 890 ton sampai dengan 1.300 ton. Sedangkan Kabupaten
Malinau tidak memiliki produksi perikanan tangkap laut karena memang tidak memiliki
wilayah laut. Sedangkan, produksi perikanan tangkap perairan umum disajikan pada tabel
berikut.
Tabel 2.3.3.A.2
Produksi Perikanan (ton) Tangkap Perairan Umum di Kalimantan Utara Tahun 2010-2014
Tahun
No Kabupaten/Kota
2010 2011 2012 2013 2014
1 Bulungan 147,00 617,40 617,40 269,40 352,00
2 Malinau 200,28 347,60 317,92 331,10 331,10
3 Nunukan 96,90 103,58 110,20 49,20 49,20
Produksi perikanan tangkap perairan umum didominasi oleh tiga kabupaten, yaitu
Kabupaten Bulungan, Malinau, dan Nunukan. Diantara ketiga kabupaten tersebut yang
memiliki jumlah produksi perikanan tangkap perairan umum adalah Kabupaten Bulungan
yang rata-rata tangkapan per tahun berkisar 140 hingga 650 ton. Selanjutnya diikuti oleh
Kabupaten Malinau yang rata-rata tangkapan per tahun berkisar 200 hingga 340 ton.
Kemudian diikuti oleh Kabupaten Nunukan yang rata-rata tangkapan per tahun sejak tahun
2010 hingga 2014 berkisar 96 hingga 168 ton. Namun demikian, pada tahun 2009 mulai
terbentuk kabupaten baru, yaitu Kabupaten Tana Tidung. Meskipun tergolong kabupaten
baru diantara lima kabupaten/kota lainnya, Kabupaten Tana Tidung memiliki nilai
produksi yang besar, pada tahun 2010 jumlah produksi perikanan tangkap parairan umum
sebesar 558,72 ton. Namun pada tahun-tahun selenjutnya mengalami penurunan, bahkan
pada tahun 2011 produksi perikanan tangkap perairan umum sebesar 99,4 ton, dan
kembali naik pada tahun 2012. Namun demikian pada tahun 2013 mengalami penurunan,
menjadi sebesar 236,6 ton.
Jumlah produksi perikanan budidaya tambak erat kaitannya dengan luas tambak
yang ada di Provinsi Kalimantan Utara. Namun demikian, apakah luasan tambak yang
berkurang justru menyebabkan jumlah produksi tambak meningkat.
Tabel 2.3.3.A.4
Luas Tambak (ha) di Provinsi Kalimantan Utara Tahun 2010-2014
Tahun
Kabupaten/Kota
2010 2011 2012 2013 2014
Bulungan 3276,80 349,45 78354,00 78354,00
Malinau
Nunukan 19025,00 19025,00 20147,00 16147,00 16147,00
Tana Tidung 301,20 850,00 8530,00
Tarakan 857,00 947,70 947,70 400,00 496,40
Kalimantan Utara 23158,80 20623,35 103431,00 95751,00 103527,40
Sumber : Dinas Kelautan dan Perikanan Provinsi Kalimantan Utara
Budidaya ikan air tawar sementara ini masih bersifat tradisional dan belum
dikembangkan ke arah intensif. Permasalahan utama pengembangan perikanan air tawar
masih tertumpu pada masalah tingginya harga pakan ikan,mengingat pabrik pakan ikan
umumnya terdapat di pulau Jawa dan belum berkembangnya sarana pembenihan ikan yang
dapat diakses pembudidaya secara mudah dan tepat waktu. Di Kabupaten Bulungan
misalnya, meskipun sudah terdapat BBI (Balai Pembenihan Ikan) namun belum dapat
mencukupi kebutuhan akan benih ikan di Provinsi Kalimantan Utara. Sehingga
pengembangan BBI di beberpa kawasan budidaya ikan air tawar perlu dikembangkan. Data
Badan Pusat Statistik Provinsi Kalimantan Utara menunjukkan luasan kolam cukup
fluktuatif, berdasarkan data tersebut Kabupaten Nunukan memiliki luasan kolam yang
cukup luas diantara kabupaten/kota lainnya.
Tabel 2.3.3.A.6
Luas Kolam (ha) di Provinsi Kalimantan Utara Tahun 2010-2014
Tahun
No Kabupaten/Kota
2010 2011 2012 2013 2014
1 Bulungan 12,10 15,40 44,20
2 Malinau 147,00 164,00 164,00 163,00 151,40
3 Nunukan 105,22 106,00 130,00 392,70
4 Tana Tidung 41,40
5 Tarakan 11,40 11,53 16,20
Kalimantan Utara 275,72 338,33 294,00 616,10 151,40
Sumber : Dinas Kelautan dan Perikanan Provinsi Kalimantan Utara
Selain budidaya tambak dan kolam, juga terdapat budidaya rumput laut. Produksi
rumput laut beberapa tahun terakhir mengalami kenaikan produksi. Produksi rumput laut
di Kalimantan Utara dihasilkan dari Kabupaten Nunukan. Pada tahun 2010 produksi rumput
di Nunukan sebesar 56542,77 ton, namun pada tahun 2014 mengalami kenaikan yang cukup
signifikan, yaitu menjadi sebesar 146.674,00 ton. Selain dari Kabupaten Nunukan, produksi
rumput laut juga berasal dari Kota Tarakan, produksi rumput laut di Kota Tarakan pada
tahun 2013 dan 2014 sebesar 25.551,00 ton. Di Kabupaten Bulungan pada tahun 2013 juga
Tingkat konsumsi ikan penduduk Provinsi Kalimantan Utara yang cukup tinggi
dibanding tingkat konsumsi ikan secara nasional cukup menguntungkan bagi pengembangan
perikanan, sebab konsumsi ikan yang tinggi akan menjadi peluang pasar ikan secara
domestik. Meskipun ditinjau dari tingkat produksivitas perikanan Provinsi Kalimantan
6. Jumlah Kapal
Potensi sumberdaya ikan di WPP-716 adalah cukup besar yaitu sekitar 333,6 ribu
ton/tahun. Tingkat pemanfaatan sumberdaya ikan di WPP-716 adalah masih sangat rendah
dibandingkan dengan daerah lain. Berbagai jenis ikan yang potensial di WPP-716
sementara ini belum banyak dimanfaatkan, kecuali jenis ikan-ikan pelagis besar yang
ditengari sudah mengalai over fishing. Sedang untuk jenis yang lain, tingkat pemanfaatan
masih bersifat moderate artinya masih dapat ditingkatkan lagi
pemanfaatannya/penangkapannya. Dalam rangka untuk memanfaatkan potensi perikanan
yang melimpah di WPP-716 diperlukan sarana dan prasarana yang memadai. Sepanjang
laut di WPP-716 ini, hanya terdapat satu pelabuhan perikanan yang besar yang dapat
didarati oleh kapal dengan tonase > 100 GT yaitu pelabuhan Bitung yang terletak di
Provinsi Sulawesi Utara. Dengan demikan pemanfaatan sumberdaya ikan di WPP-716
kemungkinan besar banyak didaratkan dipelabuhan tersebut atau langsung keluar negeri.
Hal ini tentu saja sangat merugikan bagi wilayah yang berhadapan langsung dengan laut di
WPP-716 termasuk Provinsi Kalimantan Utara
Provinsi Kalimantan Utara dalam bidang perikanan belum dapat memanfaatkan
potensi yang ada di laut. Hal ini akibat masih terbatasnya sarana dan prasarana
penangkapan ikan yang ada. Berdasarkan data yang ada, jumlah kapal yang ada di Provinsi
Kalimantan Utara pada tahun 2010 s/d 2014 adalah antara 5.507 - 6.796 buah yang terdiri
dari Kapal Motor (KM, ukuran kecil), kapal motor tempel (KMT) dan kapal tanpa motor
(KTM). Pada tahun 2013 jumlah kapal di Kalimantan Utara sebanyak 8013, artinya terjadi
penurunan pada tahun 2014. Perkembangan jumlah kapal di Provinsi Kalimantan Utara
dapat dilihat pada tabel berikut.
Tabel 2.3.3.A.12
Nilai Ekspor Komoditas Perikanan (US $) Tahun 2012 dari Provinsi Kalimantan Utara
Komoditas Kalimantan Utara ($) Kaltim ($) %
Udang Dan Lobster 66.484.505,00 66.809.067,00 99,51
Ikan Cakalang, Tuna 136.507,00 136.507,00 100,00
Rumput Laut Dan Ganggang Lainnya 59.156,00 59.156,00 100,00
Ikan Lainnya 7.074.296,00 7.874.678,00 89,84
Kepiting 3.212.424,00 4.307.898,00 74,57
Mutiara 0,00 0,00 0,00
Cumi-Cumi, Sotong, Gurita 15.842,00 15.842,00 100,00
Kekerangan, Invertebrata 316.252,00 316.542,00 99,91
Ikan Hias 472,00 12.137,00 3,89
Produk Ikan Lainnya 46.109,00 253.368,00 18,20
Jumlah 58.036.576,00 79.785.195,00 72,74
Sumber : Statistik Ekspor Hasil Perikanan Menurut Komoditi, Provinsi dan Pelabuhan Asal Ekspor, 2012
Tabel 2.3.3.A.13
Ekspor Komoditas Perikanan (ton) Tahun 2012 di Provinsi Kalimantan Utara
Komoditas Tarakan Tanjung Selor Nunukan Bunyu Total
Udang Dan Lobster 5.615.079 0 7.720 24.105 5.646.904
Ikan Cakalang, Tuna 91.800 1.043 0 0 92.843
Rumput Laut Dan Ganggang Lainnya 10.287 0 8.407 0 18.694
Ikan Lainnya 4.665.672 0 0 5.065 4.670.737
Kepiting 1.190.722 1.957 0 0 1.192.679
Mutiara 0 0 0 0 0
Cumi-Cumi, Sotong, Gurita 7.000 0 0 0 7.000
Kekerangan, Invertebrata 25.916 0 0 0 25.916
Ikan Hias 1.000 0 0 0 1.000
Produk Ikan Lainnya 27.000 0 5.337 0 32.337
Jumlah 9.611.450 3.000 21.464 29.170 9.665.084
Sumber : Statistik Ekspor Hasil Perikanan Menurut Komoditi, Provinsi dan Pelabuhan Asal Ekspor, 2012
B. Pariwisata
1. Kunjungan Wisata
Pariwisata merupakan salah satu sektor penting yang mempengaruhi perekonomian
wilayah. Eksistensinya mampu menjadi generator sektor lain seperti perdagangan, jasa,
dan penyedia akomodasi. Indikator yang digunakan untuk menunjukkan bahwa sektor
pariwisata turut berkontribusi terhadap perkembangan perekonomian wilayah adalah
Besar PDRB sektor Penyediaan Akomodasi dan Makan Minum terhadap PDRB Provinsi
Kalimantan Utara menunjukkan tren meningkat positif. Meski apabila dilihat dari
kontribusinya terhadap PDRB secara keseluruhan, sektor ini cenderung menurun. Tahun
2010 kontribusi sektor Penyedia Akomodasi dan Makan Minum mencapai 1,27% terhadap
PDRB Provinsi. Kontribusi pariwisata tergolong stabil sejak tahun 2010 hingga 2015.
C. Pertanian
Salah satu sektor yang mempunyai peran vital dalam ekonomi wilayah Provinsi
Kalimantan Utara adalah sektor pertanian dalam arti luas yang mencakup pertanian
tanaman pangan, perkebunaan, peternakan, dan perikanan. Luas wilayah yang sampai saat
ini digunakan untuk kegiatan pertanian dalam arti luas mencapai 110.751 Hektar.
Atas dasar itu maka kegiatan pertanian di Kalimantan Utara harus didorong untuk
berkembang dalam rangka untuk memenuhi kebutuhan pangan penduduk Provinsi
Kalimantan Utara dan meningkatkan pendapatan dan kesejahteraan masyarakat. Konsep
pengembangan dan pembangunan pertanian dengan memanfaatkan sumber daya alam
daerah secara berkelanjutan, yaitu dengan mempertimbangkan aspek ekonomi, lingkungan
dan sosial secara seimbang. Sebagai pilar ekonomi masyarakat, maka dalam pembangunan
pertanian ini harus memperhatikan atau menetapkan komoditas unggulan yang ramah
lingkungan dan mempunyai nilai ekonomi tinggi.
1. Produktivitas Padi atau Bahan Pangan Utama Lokal Lainnya per Hektar
Meskipun sektor unggulan di Provinsi Kalimantan Utara dalam mendukung potensi
pendapatan daerah adalah sektor non pertanian, namun dalam rangka untuk dapat
mencukupi kebutuhan pangan bagi penduduk setempat, maka sektor pertanian khususnya
tanaman pangan perlu mendapat perhatian dalam pembangunannya yang dituangkan ke
dalam RPJMD ini. Produktivitas tanaman merupakan pengukuran dari jumlah tanaman yang
dipanen per satuan luas lahan. Produktivitas tanaman mampu menggambarkan
kemampuan suatu daerah untuk menghasilkan suatu produk tanaman per satuan luas
lahan. Ada banyak faktor yang mempengaruhi produktivitas tanaman diantaranya: (1)
genetik tanaman, (2) lingkungan tumbuh, (3) manajemen budidaya tanaman.
Tabel 2.3.3.C.1
Produktivitas Padi (Kw/Ha) GKP Tahun 2010-2014
Provinsi Kalimantan Utara
Produktivitas (Kw/Ha)
Kabupaten/Kota
2010 2011 2012 2013 2014
Bulungan 31,77 30,49 33,99 35,20 35,82
Malinau 25,91 25,74 25,83 27,01 30,12
Nunukan 41,23 41,73 41,37 43,02 45,06
Tana Tidung 37,17 36,16 31,64 34,77 35,62
Tarakan 35,81 39,61 43,38 48,04 52,32
Kalimantan Utara 32,56 32,27 33,80 34,72 36,05
Sumber:
1) Dokumen RPJP Provinsi Kalimantan Utara Tahun 2005-2025
2) Dinas Pertanian Kehutanan Ketahanan Pangan Provinsi Kalimantan Utara Tahun 2016
Luas lahan sawah paling besar terdapat di Kabupaten Bulungan dengan total luasan
diatas 200% dibanding kabupaten/kota lainnya, sehingga menjadikan Kabupaten Bulungan
sebagai penyumbang lahan sawah terbesar di Provinsi Kalimantan Utara dengan nilai
kontribusi di atas 50%. Namun jika dilihat dari tren luas lahan sawah di masing masing
Jumlah komoditas palawija paling banyak ditanami jenis ubi kayu, lalu jagung, ubi
jalar, kacang tanah, kacang hijau dan paling sedikit tanaman kedelai. Ditinjau dari
kontribusi tiap daerahnya, Kabupaten Nunukan memberikan kontribusi luasan lahan
palawija yang paling besar diikuti dengan Kabupaten Bulungan. Tingginya kontribusi areal
penanaman palawija di Kabupaten Nunukan terbesar ditanami oleh komoditas ubi kayu,
dengan luasan lahan mencapai 1.238 Hektar di tahun 2014. Kabupaten Bulungan memiliki
keunggulan luasan lahan penanaman pada semua komoditas unggulan, terkecuali ubi kayu
yang terdapat di Nunukan. Kondisi ini menunjukkan bahwa Kabupaten Bulungan memiliki
kemampuan lahan yang potensial di tanami berbagai jenis palawija, jika dibandingkan
dengan daerah lain seperti Kota Tarakan atau Kabupaten Tana Tidung, mengingat dua
kabupaten tersebut tidak semua tanaman palawija mampu tumbuh di tanah tersebut.
Tabel 2.3.3.C.4
Perkembangan Luas Lahan Palawija Tahun 2010-2014 (Ha)
Provinsi Kalimantan Utara
Tahun
Palawija
2010 2011 2012 2013 2014
Jagung 935 554 1.361 445 581
Kedelai 259 648 319 84 97
Kacang Tanah 529 273 267 225 241
Kacang Hijau 256 154 104 70 119
Ubi Kayu 2.491 1.603 1.812 2.111 2.006
Ubi Jalar 924 656 371 358 340
Sumber: Dinas Pertanian Kehutanan Ketahanan Pangan Provinsi KALIMANTAN UTARA Tahun 2016
Tren selama lima tahun terakhir menunjukkan peningkatan luas tanam dua
komoditas perkebunan yaitu kelapa sawit dan karet. Pada jenis tanaman karet terjadi
peningkatan luas tanam hingga 1.360% dari luas awal di tahun 2010 yang hanya 886 hektar.
Selama 5 tahun terakhir produksi padi gabah kering panen paling banyak terdapat
di Kabupaten Bulungan. Hal ini sebanding dengan jumlah luas lahan sawah paling luas yang
juga terdapat di Kabupaten Bulungan. Secara keseluruhan, jumlah produksi padi gabah
kering panen mengalami peningkatan, meskipun pada dua tahun terakhir jumlahnya
mengalami penurunan dibanding tahun tahun sebelumnya.
Suatu hal yang mungkin sering terabaikan, yaitu produksi tanaman pangan yang
disajikan adalah produksi padi/gabah kering, seharusnya dikonversi ke beras (bentuk yang
diperdagangkan sebagai bahan pangan) dengan tingkat rendemen yang standar dari gabah
kering panen (GKP) ke gabah kering giling (GKG) dan menjadi beras. Angka konversi GKP-
GKG di Provinsi Kalimantan Timur sebesar 85,91%, sedang angka konversi GKG-Beras
sebesar 62,74%.
Berdasarkan data produksi palawija, kabupaten yang memiliki total produksi paling
besar terdapat di Kabupaten Nunukan dengan kontribusi produksi ubi kayu sebagai
komoditi palawija yang utama. Kota Tarakan sebagai area perkotaan menyumbang
produksi palawija yang paling minim dibanding dengan kabupaten lainnya di Kalimantan
Utara. Dari ke enam jenis produk palawija, komoditas ubi kayu memiliki kecenderungan
menjadi komoditas paling unggul yakni sebesar 41.947 ton diikuti dengan ubi jalar, jagung,
kacang tanah, kacang hijau dan terakhir kedelai.
Ubi kayu sebagai hasil produksi paling unggul di palawija mengalami perkembangan
jumlah produksi yang naik turun di tiap tahunnya. Meskipun ubi kayu mengalami
penurunan pada tahun 2010-2012, namun pada tahun berikutnya mengalami peningkatan
jumlah produksi. Selain ubi kayu, tren naik turun juga dialami pada komoditas jagung dan
kedelai. Kacang tanah, kacang hijau dan ubi jalar cenderung memiliki tren yang menurun.
Upaya peningkatan produksi palawija ini perlu terus ditingkatkan guna menjamin
kecukupan pangan dengan nilai mutu gizi yang tinggi. Komoditas palawija memiliki
peluang besar untuk dikembangkan. Berbagai jenis palawija potensial antara lain jagung,
kedele, kacang tanah, dan ubi-ubian yang akan memberikan peran ganda yaitu untuk
penganekaragaman sumber pangan yang mendukung ketahanan pangan, sumber
pendapatan tambahan petani dan juga pendapatan daerah. Pengembangan palawija
diprioritaskan pada wilayah tadah hujan dengan kecukupan air di musim kemarau dan
dapat juga dikembangkan dalam pola pergiliran tanaman di lahan sawah beririgasi tetap.
Lanjutan
Total Produksi (Ton)
Jamur
Kabupaten/Kota Lobak Kacang Panjang Cabe Besar Cabe Rawit Tomat
(Kg)
(7) (8) (9) (10) (11) (12)
Bulungan 0,00 770,00 266,00 532,00 0,00 259,00
Malinau 0,00 63,00 12,00 130,00 217,00 20,00
Nunukan 0,00 376,00 231,00 353,00 0,00 767,00
Tana Tidung 0,00 324,00 210,00 314,00 82,00 236,00
Tarakan 0,00 1.982,00 516,00 520,00 0,00 2.020,00
Kalimantan Utara 0,00 3.515,00 1.235,00 1.849,00 299,00 3.302,00
Lanjutan
Total Produksi (Ton)
Kabupaten/Kota Terong Buncis Ketimun Labu Siam Kangkung Bayam
(13) (14) (15) (16) (17) (18)
Bulungan 580,00 96,00 346,00 14,00 617,00 460,00
Malinau 87,00 11,00 85,00 0,00 60,00 30,00
Nunukan 900,00 486,00 885,00 107,00 1.114,00 257,00
Tana Tidung 239,00 44,00 123,00 0,00 142,00 135,00
Tarakan 1.351,00 886,00 2.421,00 0,00 1.926,00 869,00
Kalimantan Utara 3.157,00 1.523,00 3.860,00 121,00 3.859,00 1.751,00
Sumber:
1) Dinas Pertanian Kehutanan Ketahanan Pangan Provinsi Kalimantan Utara Tahun 2016
Produksi sayuran melimpah pada jenis komoditas sawi, kacang panjang, tomat,
terong dan ketimun dengan total produksi pada masing masing komoditas mencapai 3.000-
4000 Ton di tahun 2014. Secara umum, produksi sayuran mengalami penurunan dua kali
lipat dari tahun awal 2008. Sebagai contoh ketimun yang awalnya mencapai 9.937 Ton,
enam tahun kemudian mengalami penurunan produksi hingga menjadi 3.860 Ton. Bahkan
komoditas bawang merah yang awalnya masih ditanam, namun di tahun 2011 tidak
berproduksi lagi.
Meskipun demikian, hal ini wajar mengingat wilayah provinsi ini merupakan hutan
hujan tropis, dengan curah hujan tinggi sehingga kurang sesuai bagi tempat tumbuh
bawang merah. Begitu pula dengan jenis sayuran kentang, kembang kol dan lobak yang
terkadang memberi hasil terkadang tidak. Selain itu, rata-rata produksi cabe besar
(1.769,6 ton), cabe rawit (2.729,3 ton), dan tomat (4.787,8 ton) selama lima tahun
terakhir masih jauh di bawah rata-rata produksi Kalimantan Timur yaitu cabe besar
(6.346,20 ton), cabe rawit (7.560,60 ton), dan tomat (10.752,80 ton). Kondisi yang sama
juga berlaku bagi komoditas sayuran lainnya, rata-rata produksi semua komoditas sayuran
di Provinsi Kalimantan Utara masih jauh di bawah rata-rata produksi Provinsi Kalimantan
Timur.
Walaupun dari segi produksi jauh di bawah Provinsi Kalimantan Timur, tetapi dari
segi produktivitas Provinsi Kalimantan Utara jauh lebih unggul. Rata-rata produktivitas
sayuran selama dua tahun terakhir jauh di atas rata-rata produktivitas Provinsi Kalimantan
Lanjutan
Total Produksi Tahun 2014 (Ton)
Nangka/
Kabupaten/Kota Mangga Manggis Nanas Pepaya Pisang Rambutan Salak
Cempedak
(9) (10) (11) (12) (13) (14) (15) (16)
Bulungan 877,00 11,00 3.053,00 147,00 481,00 6.535,00 8.480,00 49,00
Malinau 67,00 5,00 815,00 25,00 52,00 472,00 101,00 1,00
Nunukan 2.137,00 21,00 777,00 77,00 260,00 8.594,00 864,00 76,00
Tana Tidung 81,00 0,00 97,00 16,00 23,00 99,00 41,00 2,00
Tarakan 3.690,00 0,00 935,00 29,00 8.250,00 232,00 1.777,00 272,00
Kalimantan Utara 6.852,00 37,00 5.677,00 294,00 9.066,00 15.932,00 11.263,00 400,00
Komoditas buah buahan pada umumnya bisa diproduksi di semua kabupaten kota.
Beberapa jenis buah menjadi komoditi unggulan di daerah tertentu, seperti duku, nangka,
rambutan, Jambu biji, nanas dan sawo di Kabupaten Bulungan. Kabupaten Nunukan
terdapat jeruk besar, manggis dan melon, serta Kota Tarakan dengan buah unggulan
seperti jambu air, pepaya dan salak. Kabupaten Tana Tidung dan Kabupaten Malinau
belum memilki keunggulan komoditas buah buahan. Unggulnya buah buahan tersebut tidak
lepas dari kondisi lingkungan yang subur untuk menanam buah jenis tertentu.
Tabel 2.3.3.C.14
Perkembangan Produksi Buah-Buahan Tahun 2010-2014 (Ton)
Provinsi Kalimantan Utara
Total Produksi (Ton)
No Buah Buahan
2010 2011 2012 2013 2014
1 Alpokat 8,70 37,20 30,90 40,70 57,00
2 Belimbing 107,80 122,30 71,40 80,30 91,00
3 Duku/Langsat 2.944,80 567,00 3.145,10 3.557,80 3.397,00
4 Durian 4.881,90 3.238,70 10.441,30 7.716,40 7.614,00
5 Jambu Biji 142,60 214,50 169,70 185,50 220,00
6 Jambu Air 188,30 250,60 243,90 271,20 345,00
7 Jeruk Siam/Keprok 5.549,50 6.384,50 6.058,20 6.738,90 4.997,00
8 Jeruk Besar 227,30 142,00 120,70 168,50 157,00
9 Mangga 5.988,70 6.536,90 5.066,80 5.332,10 6.852,00
10 Manggis 11,90 10,50 28,40 16,90 37,00
11 Nangka/Cempedak 8.371,20 7.291,80 5.127,60 4.902,30 5.677,00
12 Nanas 1.593,20 640,10 609,30 522,80 294,00
13 Pepaya 6.534,40 8.124,70 7.880,00 9.502,80 9.066,00
14 Pisang 43.851,80 40.235,30 28.194,50 18.673,50 15.932,00
15 Rambutan 4.738,10 4.735,40 5.273,50 8.657,70 11.263,00
16 Salak 2.945,70 1.753,90 428,10 395,10 400,00
17 Sawo 95,40 83,70 79,60 84,20 43,00
18 Markisa/Konyal 0,40 0,00 0,00 0,00 0,00
19 Sirsak 166,80 245,90 198,80 157,40 124,00
20 Melon 407,3 89,4 68 111,9 226
21 Semangka 899,7 710,7 515,1 412,2 700
22 Sukun 396,30 669,90 503,00 565,90 433,47
23 Melinjo 147,70 123,50 114,10 98,60 36,00
24 Petai 574,50 819,00 669,90 251,90 199,00
25 Jengkol 0,10 0,10 0,20 0,30 10,00
Sumber:
1) Dinas Pertanian Kehutanan Ketahanan Pangan Provinsi Kalimantan Utara Tahun 2016
Berdasarkan data tentang populasi ternak tersebut dapat diketahui bahwa populasi
babi mendominasi ternak diikuti oleh jenis ternak sapi, kambing dan terakhir kerbau.
Sebagai jenis ternak yang mengalami populasi paling sedikit, laju pertumbuhan populasi
ternak kerbau juga mengalami perlambatan yakni sebesar 44%, sapi sebesar 7,9% dan babi
sebesar 10,9% dalam kurun enam tahun tersebut. Keadaan ini berbanding terbalik dengan
populasi ternak kambing yang terus mengalami pertumbuhan sebesar 30,39%, dari tahun
2010-2015. Meskipun sapi dan babi memiliki jumlah populasi yang cukup besar di banding
ternak lain, namun dalam rentang 6 tahun tersebut populasi yang dimiliki cenderung naik
turun. Berbeda dengan kambing yang memiliki laju pertumbuhan populasi yang paling
besar ternyata memiliki tren pertumbuhan positif tiap tahunnya dengan adanya kenaikan
jumlah populasi setiap tahunnya. Jumlah semua populasi ternak sapi, kambing, kerbau dan
babi jika dibandingkan dengan di Provinsi Kalimantan Utara ternyata memiliki rata-rata
jauh di bawah Provinsi Kalimantan Timur. Oleh karena itu perlu adanya upaya peningkatan
populasi hewan baik itu melalui mendatangkan ternak dari luar Kalimantan Utara maupun
melalui peningkatan inseminasi.
Produksi daging sapi dan babi menunjukkan tren peningkatan. Sementara produksi
daging kambing menunjukkan tren fluktuatif dalam sembilan tahun terakhir, sedangkan
daging kerbau mengalami penurunan jumlah produksi daging dari tahun 2013-2014 dan
meningkat di tahun 2015. Secara keseluruhan produksi daging di Provinsi Kalimantan Utara
masih rendah di bawah Provinsi Kalimantan Timur, sehingga produksi daging perlu
ditingkatkan guna memenuhi kebutuhan asupan protein bagi masyarakat Provinsi
Kalimantan Utara dalam rangka mendukung ketahanan pangan.
Asupan protein hewani selain dipenuhi dari konsumsi daging sapi, kerbau, kambing
dan babi juga dapat dipenuhi dari konsumsi daging unggas. Populasi ternak unggas
menggambarkan ketersediaan daging yang akan menjadi sumber bagi kebutuhan protein
masyarakat Provinsi Kalimantan Utara. Selain itu, kotoran ternak unggas dapat
dimanfaatkan sebagai sumber pupuk organik yang lebih baik dari pada ternak hewan
mamalia karena mengandung unsur N yang lebih tinggi. Populasi ternak ayam kampung,
ayam pedaging dan itik menunjukkan trend kenaikan. Sementara populasi ayam petelur
menunjukkan penurunan selama lima tahun terakhir, hal ini bisa berdampak terhadap
ketersediaan telur bagi kebutuhan asupan protein hewani selain daging yang lebih
terjangkau bagi masyarakat menengah ke bawah.
Produksi daging ayam kampung dan ayam pedaging terus menunjukkan peningkatan
produksi selama enam tahun terakhir. Sementara produksi daging ayam petelur cenderung
mengalami naik turun selama enam tahun terakhir. Secara keseluruhan rata-rata produksi
daging unggas di Provinsi Kalimantan Utara masih jauh di bawah rata-rata produksi
Provinsi Kalimantan Timur, tren kenaikan produksi daging unggas perlu terus ditingkatkan
guna memenuhi kecukupan protein hewani dalam rangka pemenuhan ketersediaan pangan
untuk meningkatkan nilai gizi dari sumber bahan pangan yang dikonsumsi masyarakat.
Metode yang kedua yakni dengan sistem klasifikasi Oldeman, dimana metode ini
lebih menekankan pada hubungan iklim dan tanaman yang didasarkan pada kebutuhan
curah hujan untuk tanaman padi dan palawija. Oldeman menggolongkan zone iklim dengan
bantuan segitiga agroklimat menurut jumlah bulan basah dan jumlah bulan kering yang
berurutan. Melalui sistem ini, dapat ditentukan pola tanam yang cocok di Provinsi
Kalimantan Utara. Adapun penggolongan bulan basah dan bulang kering menurut Oldeman
sebagai berikut:
1. Jika rata-rata curah hujan dalam satu bulan > 200 mm maka termasuk ke dalam
bulan basah
2. Jika rata-rata curah hujan dalam satu bulan antara 100-200 mm maka termasuk ke
dalam bulan lembab
3. Jika rata-rata curah hujan dalam satu bulan < 100 mm maka termasuk ke dalam
bulan kering
Tabel 2.3.3.C.19
Kondisi Curah Hujan Tahun 2010-2014 (mm)
Provinsi Kalimantan Utara
Bulan ke-
Tahun
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12
2010 348,48 158,08 199,3 197,44 379,68 168,9 314,58 295,3 288,2 291,48 270,62 323,72
2011 349,22 276,54 386,18 221,92 354,04 356,24 276,08 371,06 193,34 299,24 283,06 363,98
2012 293,04 184,16 384,94 198,66 315,12 244,48 186,72 289,04 269,5 232,48 565,7 232,06
2013 246,1 332,8 386 399,7 453,8 345,1 557,3 188,6 382,3 278,2 400,8 493,6
2014 216 172 218 159 181 211 263 132 230 149 315 410
Tabel 2.3.3.C.21
Klasifikasi Iklim menurut Oldeman Tahun 2010-2014
Provinsi Kalimantan Utara
Bulan ke- Jumlah
Bulan Bulan Bulan
Tahun
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 Basah Lembab Kering
(BB) (BL) (BK)
2010 BB BL BL BL BB BL BB BB BB BB BB BB 8 4 0
2011 BB BB BB BB BB BB BB BB BL BB BB BB 11 1 0
2012 BB BL BB BL BB BB BL BB BB BB BB BB 9 3 0
2013 BB BB BB BB BB BB BB BL BB BB BB BB 11 1 0
2014 BB BL BB BL BL BB BB BL BB BL BB BB 7 5 0
Rata Rata 9 3 0
Sumber: Hasil Analisis, 2016
Nilai tambah yang dihasilkan dari sektor pertanian, kehutanan dan perikanan untuk
Kabupaten Nunukan, Kabupaten Tana Tidung, dan Kota Tarakan relatif stabil walaupun
terjadi fluktuasi tetapi tidak terlalu signifikan. Hanya Kabupaten Malinau dan Kabupaten
Bulungan yang menunjukkan penurunan selama lima tahun terakhir. Kondisi ini secara
langsung berdampak pada nilai PDRB total dimana mengalami tren yang cenderung turun
meskipun pada tahun 2011 sempat mengalami kenaikan sebesar 0.45 % menjadi 17,94 %.
16. Kontribusi Subsektor Pertanian, Peternakan, Perburuan dan Jasa terhadap PDRB
Subsektor pertanian, peternakan, perburuan dan jasa merupakan subsektor yang
memiliki peranan penting di masing-masing kabupaten/kota di Provinsi Kalimantan Utara.
Tabel 2.3.3.C.23
Kontribusi Subsektor Pertanian, Peternakan, Perburuan, dan Jasa terhadap PDRB (ADHK 2010)
Tahun 2010-2014 di Provinsi Kalimantan Utara
Kabupaten/Kota 2010 2011 2012 2013 2014
Bulungan 9,17 8,98 9,37 8,95 8,07
Malinau 4,91 5,00 4,82 3,98 3,43
Nunukan 8,19 8,19 8,15 8,17 8,08
Tana Tidung 1,28 1,41 1,45 1,48 1,47
Tarakan 4,67 4,68 4,50 4,34 4,10
Kalimantan Utara 6,26 6,26 6,27 6,00 9,89
Sumber:
1) DISPERINDAGKOP Provinsi Kalimantan Utara Tahun 2016
Kontribusi subsektor ini terhadap PDRB di Provinsi Kalimantan Utara dari tahun
2010-2014 ternyata mengalami kenaikan. Pada tahun 2010-2012 kenaikan yang dialami
sangat sedikit, berbeda dengan pertambahan dari tahun 2013-2014 yang meningkat hingga
3,89%. Meski demikian, kontribusi subsektor pertanian pernah mengalami penurunan di
tahun 2013 yakni sebesar 0,27%. Kondisi yang cenderung naik ini perlu dijaga
konsistensinya guna menjaga peranan penting subsektor pertanian dalam perekonomian
daerah bagi masing-masing kabupaten/kota di Provinsi Kalimantan Utara.
HL,HK, HP, dan HPT ditetapkan pemerintah sebagai hutan tetap yang hanya dapat
dipergunakan untuk kegiatan kehutanan atau lewat Ijin Pinjam Pakai Kawasan Hutan
(IPPKH). HPK dan Area Penggunaan Lain (APL) dapat dicadangkan untuk kegiatan
pemanfaatan lain, misalnya pertanian dan perkebunan yang kewenangan pelepasan
kawasan ada di menteri untuk HPK dan bupati untuk APL. Hal tersebut terkait dengan
rencana pengelolaan kawasan perbatasan, pengelolaan kawasan lindung, dan pengelolaan
kawasan budidaya yang termasuk kedalam raung lingkup program-program kegiatan HOB
atau Kawasan Jantung Borneo.
Gambar 2.3.3.D.2
Peta Wilayah Heart of Borneo
Sumber: Kementian Agraria dan Tata Ruang/BPN
Ada lima program utama yang telah dibahas oleh tiga negara dalam rangka
pengelolaan kawasan HoB yaitu program kerjasama konservasi lintas batas negara.
Program kedua difokuskan pada pengelolaan kawasan konservasi yang lebih efektif.
Dimana dalam program ini konektivitas kawasan konservasi dan pengelolaan kawasan
tersebut dapat dilakukan secara efektif dan partisipatif bersama masyarakat setempat.
Program ketiga lebih difokuskan kepada pengelolaan sumber daya alam secara
Pengusahaan hutan skala besar dilakukan juga Izin Usaha Pemanfaatan Hutan Kayu
dalam bentuk hutan tanaman industri (IUPHHK-HTI). Berdasarkan data dari Dinas
Pertanian, Kehutanan, dan Ketahanan Pangan pada tahun 2015 terdapat empat
perusahaan swasta yang bergerak di bidang HTI dengan total luas konsensi 262.246 Ha.
Dua perusahaan terdapat di Kabupaten Bulungan dengan luas konsensi 18.375 Ha
sedangkan dua lainnya merupakan perusahaan lintas wilayah dengan luas konsensi 243.871
Ha.
Potensi produksi kayu masih berpotensi ditingkatkan dengan pengelolaan hutan
oleh KPHP (Kesatuan Pengelolaan Hutan Produksi) pada kawasan yang belum terbebani izin
pemanfaatan pada seluruh kawasan hutan produksi (HP dan HPT). Pengusahaan hutan
skala kecil dapat ditingkatkan pula untuk membuka peran serta dan akses masyarakat
terhadap kawasan hutan dengan berbagai skema (HTR, HKM, HD). Selain itu, apabila
potensi kebocoran hasil hutan seperti illegal logging ditekan seminimal mungkin maka
potensi produksi ini dapat meningkat.
Berdasarkan tabel di atas, PNBP dari PSDH dalam tren yang terus meningkat.
Peningkatan tersebut sesuai dengan keadaan produksi kayu bulat dalam beberapa tahun
setelah pemisahan dari provinsi induk. Begitupun PNBP yang berasal dari DR di Kalimantan
Utara juga dalam kondisi yang sama dengan kondisi di atas.
Tabel 2.3.3.D.5
PNBP yang bersumber dari DR (Dana Reboisasi) Tahun 2009 2015 di Provinsi Kalimantan Utara
KABUPATEN
2009 2010 2011 2012 2013 2014 2015
/KOTA
Bulungan 1,009,106.69 3,710,226.21 1,617,280.15 1,675,568.05 3,164,034.41 2,588,350.57 4,144,146.29
Malinau 416,285.23 1,087,236.42 2,616,374.25 1,454,140.07 804,875.03 1,643,930.62 7,540,047.85
Nunukan 625,851.18 1,484,339.32 1,310,358.87 1,130,336.22 1,783,230.97 1,879,574.73 1,851,497.46
Tana Tidung 0 0 0 1,004,030.18 615,129.15 1,807,032.24 2,176,297.30
Tarakan 0 0 0 0 0 0 0
Kaltara 2053252.1 6283811.95 5546024.27 5266086.52 6369282.56 7920902.16 15714003.9
Sumber : http://sipuhh.dephut.net
Perimbangan PNBP SDA Kehutanan terbagi antara pemerintah pusat, provinsi, dan
kabupaten. Prosentase pembagian PNBP diatur berdasarkan UU No 33 tahun 2004 tentang
Perimbangan Keuangan antara Pemerintah Pusat dan Pemda dan PP No 55 tahun 2005
tentang Dana Perimbangan. Prosentase pembagian PNBP tersebut dapat diihat dari tabel
berikut ini.
Tabel 2.3.3.D.6
Perimbangan Pembagian PNBP Kehutanan
Kabupaten
PNBP Pemerintah Pusat Pemerintah Provinsi Kabupaten Lainnya
Penghasil
DR 60 % - -
PSDH 20 % 16 % 40 % 32 %
IIUPH 20 % 16 % 32 % -
PKH 100 % - 64 % -
Sumber :
1. UU No. 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan Antara Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah
2. PP No. 55 Tahun 2005 tentang Dana Perimbangan
Upaya rehabilitasi hutan dan lahan kritis yang telah dilakukan tidak mempunyai
ukuran yang jelas apabila dilihat dari persentase kegiatan rehabilitasi terhadap luas lahan
kritis yang ada. Selama tahun 2009 - 2013 kegiatan rehabilitasi tiap tahunnya tidak lebih
dari satu persen dari luas lahan kritis. Akibatnya, tingkat keberhasilan upaya rehabilitasi
tidak terlihat namun malah terjadi pertambahan luas lahan kritis di Provinsi Kalimantan
Utara. Hal tersebut bisa terjadi akibat kegiatan logging dan tambang yang tidak
mengindahkan pengelolaan hutan secara lestari, kebakaran hutan, ladang berpindah, dan
kegiatan lainnya sehingga menyebabkan luas lahan kritis terus bertambah.
Berbeda dengan kondisi hutan dan lahan kritis yang terus meningkat, tingkat
kerusakan hutan di Kalimantan Utara dalam tren menurun. Tingkat kerusakan hutan di
Provinsi Kalimantan Utara berkisar antara 0,05 - 9,92 Ha dalam tren yang menurun secara
keseluruhan namun apabila dilihat dari di tiap kabupaten terjadi peningkatan kerusakan
pada kawasan hutan Tarakan.
911.800 ha) Nomor: 223/Menhut-II/2012 (luas 487.842 ha)
Malinau 5 unit KPHP (luas total KPHP Malinau I merupakan KPHP-Model berdasarkan SK
Tana Tidung
(luas total 655.981 ha)
2 unit KPHP (luas total Belum ada KPH Model
ha) Menhut Nomor 783/Menhut-II/2009 (luas 4.623 ha)
Total
2 unit KPHL Terdapat 3 unit KPH-Model dengan luas yang ditetapkan
12 unit KPHP Kementerian Kehutanan tidak sama dengan yang diajukan
Sumber : Rencana Kehutanan Tingkat Provinsi Kalimantan Utara
Secara ringkas dapat dikatakan bahwa Dinas Kehutanan (atau instansi setara yang
memiliki tupoksi di bidang kehutanan) di provinsi/kabupaten/kota memiliki peran
pengurusan, sedangkan KPH melakukan pengelolaan hutan. Berdasarkan Peraturan Menteri
Dalam Negeri No. P.61 tahun 2010, maka KPHP/L merupakan SKPD atau bukan UPTD dan
bertanggung jawab langsung kepada kepala daerah (Gubernur/Bupati/Walikota). Konsep
KPH sebagai BLUD atau SKPD perlu dimatangkan kembali namun yang lebih penting adalah
segera dimulainya pengelolaan hutan berbasis KPH sehingga seluruh kawasan hutan dapat
segera dimanfaatkan untuk kepentingan masyarakat luas.
Produksi batu bara di Provinsi Kalimantan Utara diolah melalui data yang diperolah
dari GPS meliputi Kabupaten Bulungan, Kabupaten Malinau, Kabupaten Nunukan, dan
Kabupaten Tana Tidung Dalam Angka tahun 2010 2014. Terdapat peningkatan produksi
batubara di Kabupaten Bulungan tahun 2010 2011 walaupun tidak signifikan diantara
tahun 2010 2011 dan tahun 2012 2014. Tahun 2012 baru terlihat peningkatan yang
signifikan. Di kabupaten Nunukan setiap tahun mengalami peningkatan jumlah produksi
tetapi peningkatan yang sangat siginifikan terjadi tahun 2014 yang mencapai 10 juta
metrik ton yang sebelumnya hanya mencapai 5 juta metrik ton. Penurunan jumlah
Tabel 2.3.3.E.3
Produksi Gas Bumi Tahun 2010 2015 Provinsi Kalimantan Utara (MMSCF)
Kabupaten 2010 2011 2012 2013 2014 2015
Bulungan 1.260.708,34 1.837.860,00 3.199.711,00 3.855.701,00 1.715.563,95
Malinau
Nunukan 4.128.000,00 435.510,00 763.851,98
Tana Tidung
Tarakan 1.969.000,00 1.722.000,00 1.043.000,00 202,00 393.178,16
KALTARA BPS 3.229.708,34 1.722.000,00 7.008.860,00 3.199.913,00 4.291.211,00
KALTARA ESDM 2.872.594,09
Sumber :
1. Kabupaten Bulungan Dalam Angka 2008 2015
2. Kabupaten Nunukan Dalam Angka 2008 2015
3. Kota Tarakan Dalam Angka 2008 - 2015
4. Dinas Energi dan Sumber Daya Mineral Provinsi Kalimantan Utara (Data Tahun 2015)
Kontribusi dari sub sektor minyak bumi dan gas bumi mengalami kenaikan pada
tahun 2011 walaupun tidak cukup signifikan yang kemudian terus mengalami penurunan
sampai dengan tahun 2014 sehingga nilai kontribusinya hanya tinggal 15,72% pada tahun
2014. Penurunan persentase kontribusi juga terjadi pada sub sektor pertambangan bijih
logam dan pertambangan dan penggalian lainnya yang menurun 3,07% pada selama periode
tahun 2010-2014.
Tabel 2.3.3.E.6
Kontribusi Kabupaten/Kota terhadap Nilai PDRB Sektor Pertambangan dan Penggalian
Tahun 2010-2015 Provinsi Kalimantan Utara
Kontribusi Kabupaten/Kota terhadap PDRB Sektor Pertambangan dan
Kabupaten/Kota Penggalian (%)
2010 2011 2012 2013 2015
Bulungan 23,57 24,29 24,74 23,22 21,46
Malinau 19,30 19,56 18,66 22,17 24,07
Nunukan 37,69 38,90 40,12 39,10 39,32
Tana Tidung 11,32 9,37 8,50 7,94 7,68
Tarakan 8,12 7,88 7,98 7,57 7,47
Provinsi Kalimantan Utara 100,00 100,00 100,00 100,00 100,00
Sumber: Disperindagkop dan UMKM Provinsi Kalimantan Utara 2016
Sektor perdagangan dalam PDRB merupakan sektor sekunder kedua paling besar
yang berkontribusi untuk PDRB Provinsi Kalimantan Utara setelah sektor konstruksi.
Kontribusinya terhadap PDRB Provinsi relatif stagnan selama lima tahun terakhir.
Kontribusi sektor perdagangan mulai menurun perlahan sejak tahun 2012 yaitu sebesar
10,7%. Angka ini menurun 1% dari tahun sebelumnya dan kembali menurun menjadi 10,42%
di tahun 2013 dan kembali menurun hingga mencapai angka 9,92% pada tahun 2015.
Sedangkan pada tingkat kabupaten/kota, Kota Tarakan berkontribusi paling banyak
terhadap Provinsi Kalimantan Utara, yaitu sebesar 66,3% pada tahun 2014. Kabupaten
Nunukan menyusul dengan 15% dan Kabupaten Bulungan 13,7% pada tahun yang sama.
G. Perindustrian
1. Kontribusi Sektor Industri terhadap PDRB
Sektor industri pengolahan meliputi kegiatan ekonomi di bidang perubahan secara
kimia atau fisik dari bahan, unsur atau komponen menjadi produk baru. Bahan baku
industri pengolahan dapat berasal dari pertanian, kehutanana perikanan, pertambangan,
dan penggalian. Kontribusi sektor industri pengolahan Provinsi Kalimantan Utara hanya
meliputi industri pengolahan non migas. Meskipun Provinsi Kalimantan Utara merupakan
salah satu Provinsi di Indonesia yang memiliki bonus sumberdaya alam termasuk minyak
dan gas bumi, sampai saat ini belum berkembang industri pengolahan batubara maupun
pengilangan migas.
Apabila dilihat dari segi perkembangan kontribusinya terhadap PDRB dari tahun ke
tahun, persentase kontribusi sektor ini memiliki kecenderungan menurun. Pada tahun
2010, kontribusi sektor ini masih mendominasi hingga 10,23%. Namun pada tahun 2014
kontribusi sektor ini terhadap PDRB total hanya 9,32% atau menurun 3% dari tahun
sebelumnya.kontribusi sektor industri kebali naik hingga 5,7% di tahun 2015, dengan
pertumbuhan rata-rata sektor industri pengolahan sebesar 5,62% selama periode 2010-
2015.
Tabel 2.3.3.G.2
Kontribusi PDRB Kategori Industri Pengolahan
Tahun 2010-2014 berdasarkan Kabupaten/Kota di Provinsi Kalimantan Utara
Kabupaten/Provinsi 2010 2011 2012 2013 2014
Bulungan1 25,9 26,6 26,2 26,0 26,2
Malinau2 4,8 4,4 4,1 3,7 3,6
Nunukan3 24,6 24,3 24,7 24,1 24,0
Tana Tidung4 1,7 1,7 1,6 1,6 1,6
Tarakan5 42,8 44,1 46,5 47,7 48,3
Kalimantan Utara6 100 100 100 100 100
Sumber:
1) Publikasi PDRB Kabupaten Bulungan Tahun 2015
2) Publikasi PDRB Kabupaten Malinau Tahun 2015
3) Publikasi PDRB Kabupaten Nunukan Tahun 2015
4) Publikasi PDRB Kabupaten Tana Tidung Tahun 2015
5) Publikasi PDRB Kabupaten Tarakan Tahun 2015
6) Disperindagkop dan UMKM Provinsi Kalimantan Utara dan hasil olahan 2016
H. Transmigrasi
1. Transmigrasi Umum
Transmigrasi adalah perpindahan penduduk dari darah padat ke daerah yang kurang
penduduk. Transmigrasi merupakan program pemerintah yang bertujuan untuk
memeratakan persebaran penduduk terutama di wilayah Indonesia yang luas. Pemerintah
membekali terlebih dahulu para calon transmigran terkait cara mengelola lahan dan
mengembangkan wilayah transmigrasi melalui pelatihan/kursus. Kegiatan yang memang
ditujukan untuk program transmigrasi adalah kegiatan di sektor pertanian dan dengan
sasaran pokok program yaitu pengembangan wilayah dan pembangunan permukiman.
Hingga saat ini Provinsi Kalimantan Utara belum memiliki program transmigrasi
swakarsa, atau transmigrasi atas kemauan sendiri. Program transmigrasi yang hingga saat
ini berlangsung adalah transmigrasi umum. Transmigran mayoritas didatangkan dari
daerah-daerah di Pulau Jawa, diantaranya Banten, DI Yogyakarta, Jawa Barat, Jawa
Tengah, Jawa Timur, dan sebagian berasal dari Lampung, Nusa Tenggara Barat, Nusa
Tenggara Timur, dan lokal/setempat.
Tabel 2.3.3.H.2
Rencana Penempatan Transmigrasi Tahun 2016
Provinsi Kalimantan Utara
Jumlah KK
Kawasan
DI Yogyakarta Jawa Timur Jawa Tengah Jumlah
Bulungan
Tanjung Buka SP.6B 150 150 300
Sepunggur 100 100
Tanjung Buka SP.3 200 200
Tana Tidung
Sambungan 35
Kujau 65
Sumber: Dinas Sosial, tenaga Kerja, dan Transmigrasi Provinsi Kalimantan Utara 2016
Catatan: Provinsi Kalimantan Utara menjadi Daerah Otonom Baru disahkan pada Tahun 2012
Catatan: Provinsi Kalimantan Utara menjadi Daerah Otonom Baru disyahkan pada Tahun 2012
Catatan: Provinsi Kalimantan Utara menjadi Daerah Otonom Baru disyahkan pada Tahun 2012
D. Layanan Masyarakat
1. Cakupan Sarana Prasarana Perkantoran Pemerintahan Desa/Kelurahan yang Baik
Indikator ini menggambarkan kualitas baik atau buruknya kantor kelurahan di
Provinsi Kalimantan Utara. Tabel di bawah ini menunjukkan bahwa hanya ada 68% kantor
desa/kelurahan di Provinsi Kalimantan Utara. Kabupaten Bulungan dan Kota Tarakan
memiliki kondisi sarana prasarana perkantoran kelurahan 100 untuk kategori baik dan
berada di dalam wilayah desa. Kondisi ini berbeda jika di Kabupaten Nunukan terdapat 11
kantor pemerintahan desa berada di luar wilayah desa. Sedangkan Kabupaten Malinau ada
3 desa yang tidak memiliki kantor pemerintahan dan Kabupaten Tana Tidung 6 desa
terlihat dari data potensi desa tahun 2014 dan 2015.
Indikator lama proses perizinan dilihat dari waktu yang dibutuhkan untuk
memperoleh suatu perizinan dalam satuan hari. Karena Provinsi Kalimantan Utara
Tabel 2.3.4.D.3
Jenis-Jenis Perijinan dan Lama Proses Pembuatan
Tahun 2012 Kabupaten Bulungan
Jumlah Persyaratan Biaya
No Uraian Lama Mengurus (Hari)
(dokumen) Resmi
1 Izin Prinsip 3 3 Gratis
2 Izin Usaha 7 7 Gratis
3 Izin Prinsip Perluasan 3 9 Gratis
4 Izin Usaha Perluasan 3 5 Gratis
Sumber:
1) Dokumen dan Peluang Investasi Kabupaten Bulungan,
2) Dinas Penanaman Modal dan Pelayanan dan Perizinan Terpadu Kabupaten Bulungan Tahun 2014
Tabel 2.4.1.A.2
Pengeluaran Konsumsi Rumah Tangga Per kapita Tahun 2014
Kabupaten/Kota di Provinsi Kalimantan Utara
Kabupaten/Kota Total Pengeluaran RT Jumlah RT Rasio
Bulungan 26.676.553.600 42.400 629.164
Malinau 16.063.915.902 15.542 1.033.581
Nunukan 40.485
Tana Tidung 1.109.208
Tarakan 52.602
Sumber: Hasil olahan 2016
Sejak tahun 2010 hingga 2012, produktivitas total darah terus meningkat seiring
dengan tumbuhnya jumlah tenaga kerja dan PDRB total daerah. Namun pada tahun 2013,
produktivitas total daerah mengalami penurunan sebesar 12,3% akibat penurunan jumlah
tenaga kerja. Namun angka ini kembali membaik di tahun 2014 dengan peningkatan
sebesar 6,7% dari tahun sebelumnya.
Sedangkan produktivitas total daerah tiap Kabupaten/Kota di Provinsi Kalimantan
Utara paling besar adalah Kabupaten Bulungan yaitu 201 juta rupiah dan terendah Kota
tarakan sebesar 178Juta rupiah. Hal ini disebabkan karena jumlah tenaga kerja di
Kabupaten Bulungan tidak sama besar dengan Kota Tarakan, sehingga pembagian oleh
PDRB total akan menghasilkan nilai yang lebih besar. Besarnya produktivitas total daerah
akan menunjukkkan tingkat kesejahteraan tenaga kerja.
Tabel 2.4.1.A.4
Produktivitas Total Daerah Tahun 2010-2014
Kabupaten/Kota Provinsi Kalimantan Utara
Kabupaten/Kota 20101 20111 20121 20131 20141
Bulungan 156 161 176 192 201
Malinau 159 178 170 179 189
Nunukan 230 243 263
Tana Tidung 447 395 438
Tarakan 140 154 160 175 178
Sumber:
1) Kabupaten Bulungan Dalam Angka Tahun 2013, 2014, dan 2015
2) Kabupaten Malinau Dalam Angka Tahun 2013, 2014, dan 2015
3) Kota Tarakan Dalam Angka Tahun 2015
4) dengan hasil olahan 2016
Jumlah bank di Provinsi Kalimantan Utara terus bertambah selama periode 2010-
2014. Hal ini mengindikasikan adanya perkembangan ekonomi dan meningkatnya
kebutuhan jasa perbankan. Kabupaten Malinau dan Kabupaten Nunukan merupakan
Kabupaten yang mengalami pertumbuhan bank paling pesat. Pada tahun 2014, jumlah bank
di Kabupaten Malinau tumbuh hingga lima unit, dan Kabupaten Nunukan bertambah hingga
sembilan unit. Di samping itu, Kabupaten Tana Tidung hingga saat ini hanya memiliki satu
unit bank. Kota Tarakan masih menjadi pusat kawasan ekonomi paling berkembang di
antara Kabupaten lainnya dengan jumlah total bank mencapai 29 unit di tahun 2014.
Untuk jumlah hotel berbintang di Provinsi Kalimantan Utara, masih berpusat di Kota
Tarakan. Perkembangannya selama periode tahun 2010-2014 menunjukkan tren positif.
Laju pertumbuhan jumlah hotel berbintang di Kota Tarakan mencapai lebih dari dua kali
lipat tahun semula. Hal ini menunjukkan bahwa lebih kompleksnya permintaan fasilitas
hotel di Kota Tarakan dibanding daerah lainnya.
B. Pertanian
Nilai Tukar Petani merupakan angka yang digunakan untuk mengukur daya tukar
produk yang dijual petani dengan produk yang dibutuhkan petani dalam produksi dan
konsumsi rumah tangga. Nilai Tukar Petani diperoleh dengan cara membandingkan antara
indeks harga yang diterima petani (lt) dengan indeks harga yang dibayar petani (lb),
Tabel 2.4.1.B.1
Nilai Tukar Petani Tahun 2014-2015
Provinsi Kalimantan Timur
2014 2015
Bulan Indeks yang Indeks yang Nilai Tukar Petani Indeks yang Indeks yang Nilai Tukar Petani
Diterima (lt) Dibayar (lb) (NTP) Diterima (lt) Dibayar (lb) (NTP)
Januari 107,96 109,34 98,74 115,89 116,66 99,34
Februari 109,07 109,56 99,55 117,1 116,19 100,78
Maret 109,41 109,73 99,71 116,53 116,84 99,73
April 110,45 110,12 100,30 116,4 117,96 98,68
Mei 110,09 110,42 99,70 116,72 118,31 98,66
Juni 110,54 110,79 99,77 116,37 119,16 97,66
Juli 111,72 112,05 99,71 117,12 119,59 97,93
Agustus 112,3 112,17 100,12 117,89 119,68 98,50
September 113,46 112,2 101,12 117,71 119,46 98,54
Oktober 113,27 112,38 100,79 117,65 119,76 98,24
November 114,49 114,2 100,25 117,39 119,75 98,03
Desember 116,9 116,98 99,93 0 0 0,00
Sumber: Berita Resmi Statistik Provinsi Kalimantan Timur Tahun 2014-2015
Selama periode 2014-2015 secara umum mengalami penurunan dari tahun 2014 ke
tahun 2015. Nilai tukar petani terendah terdapat di angka 97,66 yakni di bulan Juni tahun
2015. Adapun nilai tertinggi di angka 101,12 yang terdapat di bulan September tahun 2014.
Peningkatan NTP dapat dilakukan dengan peningkatan indeks harga bayar petani denagn
tidak terlalu progresif. NTP sebagai indikator kesejahteraan petani meskipun dinilai kurang
relevan karena tidak mengakomodasi kemajuan produktivitas pertanian, teknologi dan
pembangunan tapi cukup diposisikan sebagai ala ukur guna menghitung daya beli
penerimaan petani terhadap pengeluaran petani. Sebagai provinsi pemekaran baru, nilai
tukar petani yang terdapat di provisni Kalimanatan Utara masih tergabung dengan nilai
tukar petani provinsi Kalimantan Timur. Oleh karena itu, perlu adanya upaya menganalisis
secara mandiri guna mengetahui niali tukar petani khususnya di Provinsi Kalimantan Utara.
Tabel di atas menunjukkan bahwa pola konsumsi rumah tangga per kapita untuk
non pangan di Provinsi Kalimantan Utara relatif seimbang 50% : 50%. Tinggi rendahnya
pengeluaran konsumsi non pangan dapat dipengaruhi oleh lokasi tempat tinggal dan tingkat
kemajuan daerah. Masyarakat yang tinggal di pusat kota cenderung memiliki kebutuhan
yang lebih kompleks daripada masyarakat pedesaan, termasuk kebutuhan non pangan.
Tabel 2.4.1.C.2
Pengeluaran Konsumsi Non Pangan Rumah Tangga Per Kapita menurut Kabupaten/Kota
Tahun 2014 di Provinsi Kalimantan Utara
Total Pengeluaran Non Total
Kabupaten/Kota Rasio
Pangan Pengeluaran
Bulungan1 287.372 629.164 45,68
Malinau2 506.092 1.033.581 48,96
Nunukan
Tana Tidung3 568.218 1.109.208 51,23
Tarakan
Sumber:
1) Kabupaten Bulungan Dalam Angka 2015
2) Kabupaten Malinau Dalam Angka 2015
3) Kabupaten Tana Tidung Dalam Angka 2015
Jumlah kendaraan yang dimaksudkan dalam tabel di atas adalah jumlah sepeda
motor, bis, mobil barang, dan mobil penumpang. Data Kabupaten Tana Tidung tidak dapat
ditemukan, sehingga akan bias bila dihitung jumlah per data provinsi.
Secara umum, jumlah lalu lintas penumpang pesawat udara di Provinsi Kalimantan
Utara memiliki kecenderungan meningkat dalam kurun waktu tahun 2010 hingga tahun
2014, dengan perkembangan jumlah lalu lintas penumpang pesawat terbesar di Provinsi
Kalimantan Utara terdapat di Kota Tarakan yang memang memiliki bandara internasional.
Kenaikan jumlah penumpang di Bandara Juwata Tarakan dapat dikatakan cukup signifikan
dalam kurun waktu tahun 2010 hingga 2015 dengan rata-rata pertumbuhan sebesar 53,48
persen per tahun.
Tabel 2.4.2.A.3
Perkembangan Jumlah Arus Lalu Lintas Barang di Bandara Menurut Kabupaten/Kota
di Provinsi Kalimantan Utara Tahun 2010-2015
Kab/ Kota Uraian 2010 2011 2012 2013 2014
Tarakan Bongkar (kg) 3.328.616 4.072.212 4.791.167 5.164.059 4.973.138
Muat (kg) 2.886.117 3.751.296 3.603.871 3.961.782 3.844.527
TOTAL 6.214.733 7.823.508 8.395.038 9.125.841 8.817.665
Bulungan Bongkar (kg) 6.928 25.233 3.433 17.757 35.905
Muat (kg) 11.324 26.276 5.361 27.855 52.178
TOTAL 18.252 51.509 8.794 45.612 88.083
Malinau Bongkar (kg) 65.394 118.494
Muat (kg) 13.458 38.582
TOTAL 78.852 157.076
Nunukan Bongkar (kg) 50.847 71.846 89.784 86.175 98.731
Muat (kg) 72.628 82.840 70.697 79.168 84.486
TOTAL 123.475 154.686 160.481 165.343 183.217
Sumber : Kabupaten/Kota Dalam Angka Tahun 2008-2015 dengan Hasil Olahan
Perkembangan jumlah arus lalu lintas barang di bandara baik di Kota Tarakan,
Kabupaten Bulungan, Kabupaten Malinau, dan Kabupaten Nunukan memiliki kecenderungan
meningkat. Bandara Juwata (Tarakan) memiliki rata-rata peningkatan jumlah arus lalu
lintas barang sebesar 9,14 persen per tahun, sedangkan untuk di bandara Kabupaten
Perkembangan jumlah lalu lintas penumpang di dermaga dalam kurun waktu yang
sama (tahun 2010 hingga tahun 2014) juga memiliki kecenderungan meningkat. Meskipun
demikian, perkembangan yang disajikan dalam tabel diatas tidak dapat menggambarkan
kondisi transportasi sungai di wilayah Provinsi Kalimantan Utara karena adanya
keterbatasan data yang diperoleh.
Tabel 2.4.2.A.5
Perkembangan Jumlah Arus Lalu Lintas Barang di Dermaga/Pelabuhan Menurut Kabupaten/Kota
di Provinsi Kalimantan Utara Tahun 2010-2015
Kab/ Kota Uraian 2010 2011 2012 2013 2014
Bulungan Bongkar (ton) 69.884,339 60.866,230 58.887,985 -
Muat (ton) 681,690 160,832 - -
TOTAL 70.566,029 61.027,062 58.887,985 -
Malinau Bongkar (ton) 368.044 14.105 569.068 51.202 51.202
Muat (ton) 936.611 5.488 43.443 10.695 10.695
TOTAL 1.304.655 19.593 612.511 61.897 61.897
KTT Bongkar (ton) 67.345
Muat (ton) 92.857
TOTAL 160.202
Sumber : Kabupaten/Kota Dalam Angka Tahun 2008-2015 dengan Hasil Olahan
Data yang diperoleh untuk indikator jumlah arus lalu lintas barang di
dermaga/pelabuhan di Provinsi Kalimantan Utara sangat terbatas, hal ini dapat dilihat dari
data yang tertulis pada tabel di atas, hanya terdapat data di Kabupaten Bulungan,
Kabupaten Malinau, dan Kabupaten Tana Tidung. Data yang tersedia tersebut juga tidak
memiliki data tahun yang lengkap, sehingga tidak dapat dilakukan analisis lebih mendalam.
Secara rinci, penurunan pada luasan kawasan produktif disebabkan oleh penurunan
signifikan kawasan hutan produksi. Kawasan hutan produksi mengalami penurunan drastis
pada tahun 2007-2008. Berkebalikan dengan itu, luasan kawasan perkebunan justru
meningkat selama 2008-2012. Sementara itu, kawasan pertanian cukup stabil dan baru
mengalami penurunan pada 2011-2012. Hal tersebut mengindikasikan bahwa sebagian
hutan produksi yang terkonversi berubah menjadi perkebunan atau peruntukan lain yang
tidak dijelaskan dalam analisis ini. Selain itu, dapat diindikasikan pula adanya peningkatan
kegiatan pembukaan lahan untuk perkebunan hingga tahun 2012.
C. Lingkungan Hidup
1. Persentase Rumah Tangga (RT) yang Menggunakan Air Bersih
Persentase rumah tangga pengguna air bersih menunjukkan indikator jumlah rumah
tangga penguna air bersih di Provinsi Kalimantan Utara. Indikator ini dihitung dengan
rumus jumlah rumah tangga pengguna air bersih dibandingkan dengan jumlah seluruh
rumah tangga dan dikalikan 100. Data jumlah rumah tangga pengguna air bersih dilihat dari
data banyaknya pelanggan perusahaan air minum (PDAM) khusus tipe rumah tangga. Data
rumah tangga pengguna air bersih menurut kabupaten/kota di Provinsi Kalimantan Utara
dapat dilihat pada tabel di bawah ini.
Diketahui bahwa Kabupaten Malinau dan Kota Tarakan menjadi kabupaten dengan
jumlah rumah tangga pengguna air bersih tertinggi, yaitu sebesar 35% dan 30% pada tahun
2014 dibandingkan dengan kabupaten lainnya. Secara garis besar diketahui bahwa selama
periode tahun 2010-2014, jumlah rumah tangga pengguna air bersih di Kabupaten Bulungan
masih di bawah 21%, sedangkan Kabupaten Nunukan dan Tana Tidung masih di bawah 13%.
Berdasarkan Pedoman Penentuan Standar Pelayanan Minimal Bidang Penataan
Ruang, Perumahan dan Permukiman dan Pekerjaan Umum (Keputusan Menteri Permukiman
dan Prasarana Wilayah No. 534/KPTS/M/2001), Standar Pelayanan Minimal penduduk
terlayani akses air bersih adalah 55-75%, namun dari data yang ada, diketahui bahwa ke-5
kabupaten/kota di Provinsi Kalimantan Utara masih belum memenuhi standar sehingga
perlu dilakukan peningkatan dan program perencanaan pengembangan lainnya.
Jumlah rumah tangga pengguna air bersih di Provinsi Kalimantan Utara dari tahun
ke tahun juga diketahui mengalami peningkatan. Jika dilihat, persentase jumlah rumah
tangga pengguna air bersih terbanyak di Provinsi Kalimantan Utara terjadi pada tahun 2011
yang hampir mencapai angka 30% dan terendah terjadi pada tahun 2010 dengan angka
20,80%. Hal ini tentunya pun berkaitan dengan jumlah kebutuhan air bersih masyarakat
yang berubah-ubah setiap tahunnya.
Daya listrik terpasang dan jumlah kebutuhan listrik diketahui terbanyak berada di
Kota Tarakan. Kondisi kelistrikan di kota ini sehari-harinya memang lebih stabil yang
diketahui dari minimnya frekuensi pemadaman listrik di daerah ini dibandingkan 4 (empat)
kabupaten lainnya. Suplai listrik ke 4 (empat) kabupaten lainnya di provinsi ini memang
Secara garis besar, Kabupaten Malinau dan Kota Tarakan adalah daerah dengan
persentase jumlah rumah tangga pengguna listrik terbanyak, yakni di atas 69% pada tahun
2014. Kabupaten Tana Tidung menjadi daerah dengan persentase rumah tangga pengguna
listrik tersendah karena sampai tahun 2011 hanya mencapai 16,44%. Untuk Kabupaten
Nunukan, persentase nya diketahui cukup fluktuatif karena mengalami penurunan dan
peningkatan selama kurun waktu 7 tahun tersebut, yakni dengan range 20-49%. Kabupaten
Malinau sendiri memiliki persentase di atas 47% mulai dari 2011, namun untuk tahun
sebelumnya masih di bawah 20%.
Jika dilihat dari jumlah rumah tangga pengguna listrik, dapat diketahui bahwa
memang Kota Tarakan menjadi daerah dengan jumlah rumah tangga pengguna listrik
terbanyak dari tahun 2010-2014, yaitu sebanyak 47516 rumah tangga pada tahun 2010 dan
mencapai 92214 rumah tangga pada tahun 2014. Kota Tarakan selalu mengalami
peningkatan jumlah rumah tangga pengguna listrik dan sangat berbeda dengan 4
kabupaten lainnya yang selalu mengalami naik-turun. Jumlah rumah tangga pengguna
listiknya pun sampai pada tahun 2014 tidak mencapai 22000 rumah tangga. Hal ini dapat
dikaitkan dengan basis daerah ini yang menadi pusat perekonomian daerah dan selain itu
pula memang kepadatan penduduk yang sangat tinggi di kota ini.
2. Rasio Ketergantungan
Rasio ketergantungan digunakan untuk mengukur besarnya beban yang harus
ditanggung oleh setiap penduduk berusia produktif terhadap penduduk yang tidak
produktif. Semakin tinggi rasio ketergantungan maka semakin tinggi pula beban yang
Tidak tersedianya data jumlah penduduk pada tahun 2010 di Kecamatan Sebatik
Timur, Sebatik Utara, Sebatik Tengah, Lumbis Ogong, Tulin Onsoi, dan Sei Menggaris
dikarenakan oleh kecamatan-kecamatan tersebut belum terbentuk dari hasil pemekaran
kecamatan induknya, yaitu Kecamatan Sebatik, Kecamatan Lumbis, Kecamatan Sebuku,
dan Kecamatan Nunukan.
B. Tingkat Pendidikan
Belum ada data rinci terkait tingkat pendidikan penduduk di kawasan perbatasan,
sehingga pendekatan yang dilakukan adalah melihat dari dokumen Laporan
Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah (LPPD) Provinsi Kalimantan Utara 2015. Dalam
dokumen tersebut dijelaskan bahwa jumlah penduduk Kalimantan Utara menurut
pendidikan pada tahun 2015 didominasi oleh tingkat pendidikan SD ke bawah yang
mencapai 119.000 orang, disusul tingkat pendidikan SMU/SMK sebanyak 76.000 orang, SMP
sebanyak 46.000 orang, dan Diploma ke atas sebanyak 29.000 orang.
C. Mata Pencaharian
Data spesifik terkait mata pencaharian penduduk di kawasan perbatasan juga
belum tersedia, sehingga kondisi mata pencaharian penduduk dilihat dari Buku Kondisi
B. Layanan Transportasi
Transportasi dari dan/atau menuju kawasan perbatasan secara umum dilayani
melalui jalur udara, laut, dan darat, oleh sebab itu keberadaan sarana dan prasarana
transportasi menjadi hal yang penting. Adanya pembangunan dan peningkatan sarana
prasarana transportasi diharapkan mampu mendorong percepatan pembangunan di
kawasan perbatasan.
Di kawasan perbatasan di Kabupaten Malinau, bandar udara atau lapangan terbang
merupakan salah satu sarana transportasi udara yang menghubungkan antarwilayah,
sehingga perlu ditingkatkan dan dibangun baru berupa bandar udara pengumpan dan
bandar udara perintis di Kecamatan Kayan Hulu, Kayan Selatan, Kayan Hilir, dan Pujungan.
Sedangkan di kecamatan perbatasan di Kabupaten Nunukan, berdasarkan RTRW
Kalimantan Utara dan RTR Kawasan Perbatasan Kalimantan, direncanakan pembangunan
bandar udara perintis dan pengumpan di Kecamatan Lumbis, Lumbis Ogong, Krayan
Selatan (Long Layu), Krayan (di Binuang), dan Sebatik Barat.
Maskapai penerbangan yang melayani rute dari/ke kawasan perbatsan antara lain:
Susi Air, Kalstar Aviation, yang keduanya merupakan maskapai komersial, dan MAF yang
merupakan maskapai non-komersial. Jenis pesawat yang dapat mendarat di sebagian besar
bandara di kecamatan perbatasan yaitu Cassa 212, Cessna 206, Kodiak, Caravan, dan
Pilatus PC-6, yang dapat mendarat di landasan tanah atau rumput, sedangkan jenis
pesawat ATR 42 hanya dapat mendarat di landasan berkonstruksi aspal hotmix.
Adapun untuk transportasi darat di kawasan perbatasan di Kabupaten Malinau,
direncanakan akan dibangun Terminal Penumpang Tipe B di Kecamatan Kayan Hulu yang
berfungsi melayani angkutan umum untuk angkutan antarkota dalam provinsi (AKDP),
angkutan kota, dan angkutan pedesaan. Prasarana transportasi darat di kecamatan
B. Energi
Prasarana energi yang dimaksud di sini terkait dengan penyediaan ketenagalistrikan
dan bahan bakar untuk mendukung aktivitas harian masyarakat. Pasokan energi listrik dari
PLN yang kurang mencukupi telah menjadi kendala pembangunan di Kalimantan Utara,
terlebih di kawasan perbatasan. Oleh karena itu, diperlukan upaya alternatif seperti
menyediakan energi baru terbarukan (EBT) melalui pengembangan pembangkit listrik.
Berdasarkan RTRW Kalimantan Utara, pembangkit listrik yang akan dikembangkan
dan dibangun di Kabupaten Malinau khususnya di kawasan perbatasan adalah pembangkit
listrik tenaga mikro hidro (PLTMH) dan pembangkit listrik tenaga surya (PLTS). Belum
semua keluarga mendapatkan layanan listrik baik dari PLN maupun non-PLN. Pelayanan
listrik non-PLN telah menjadi ciri khas pemenuhan energi di kawasan perbatasan.
Sedangkan kondisi di Kabupaten Nunukan, meskipun terjadi peningkatan produksi
tenaga listrik namun tidak dirasakan oleh semua penduduk khususnya di kecamatan
perbatasan yang menjadi lokasi prioritas (Lokpri). Sebagian besar pengguna listrik PLN
justru berada di kecamatan perbatasan yang bukan menjadi Lokpri. Ada 65 desa di
Adapun kondisi Pos Pamtas secara umum kurang representatif dan sangat terbatas.
Selain Pos Pamtas, juga terdapat jalan patroli sebagai prasarana pertahanan dan
keamanan. Kondisi jalan patroli di kawasan perbatasan masih minim, untuk melakukan
giat patroli masih menggunakan jalan setapak, sarana sungai, dan angkutan udara. Hal ini
disebabkan oleh faktor geografis kawasan perbatasan yang dikelilingi hutan, rawa,
perbukitan, dan pegunungan sehingga sulit dijangkau.
Keberadaan Pos Pamtas dan jalan patroli ini sangat penting untuk mengurangi
intensitas pelanggaran batas/lintas wilayah (pemindahan patok tapal batas), pencurian
sumber daya alam, kegiatan transaksi/perdagangan ilegal, dan bentuk pelanggaran
lainnya.