You are on page 1of 25

Laporan Pendahuluan Dan Asuhan Keperawatan Pada

Gangguan Sistem Imun

Oleh

Yan eka purwanti

Linda juniarsi amalia

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN


STIKES MATARAM PROGRAM B
TAHUN 2017
Daftar Isi

Daftar Isi ................................................................................................................................................. 2


Bab 1 ....................................................................................................................................................... 3
Laporan Pendahuluan.............................................................................................................................. 3
1.1 Pengertian Sistem imun .............................................................................................................. 3
1.2 Anatomi dan Fisiologi Sistem Imun ........................................................................................... 4
1. Sel sistem imun ............................................................................................................................... 4
2. Organ sistem imun .......................................................................................................................... 5
3. Fungsi sistem imun ......................................................................................................................... 5
4. Fisiologis ......................................................................................................................................... 6
5. Etiologi Gangguan Sistem Imun ..................................................................................................... 7
6. Patofisiologi .................................................................................................................................... 8
7. Manifestasi Klinis ......................................................................................................................... 13
Bab 2 ........................................................................................................ Error! Bookmark not defined.
Asuhan Keperawatan ............................................................................... Error! Bookmark not defined.
2.1 Pengkajian .................................................................................... Error! Bookmark not defined.
2.2 Diagnosa Keperawatan ................................................................ Error! Bookmark not defined.
2.3 Perencanaan ................................................................................. Error! Bookmark not defined.
2.4 Implementasi ................................................................................ Error! Bookmark not defined.
2.5 Evaluasi ........................................................................................ Error! Bookmark not defined.
Bab 3 ........................................................................................................ Error! Bookmark not defined.
Penutup .................................................................................................... Error! Bookmark not defined.
3.1 Kesimpulan .................................................................................. Error! Bookmark not defined.
3.2 Saran ............................................................................................ Error! Bookmark not defined.
BAB I

Laporan Pendahuluan

1.1 Pengertian Sistem imun


Fungsi sistem imun adalah melindungi pejamu dari invasi organisme asing dengan
membedakan diri (self) dari bukan diri (non-self). Sistem semacam ini diperlukan untuk
kelangsungan hidup. Sistem imun yang berfungsi baik tidak saja melindungipejamu dari
faktor eksternal seperti mikroorganisme atau toksin tetapi juga mencegah dan menolak
serangan oleh faktor endogen seperti tumor atau fenomena autoimun.

Disfungsi atau defisiensi komponen sistem imun menimbulkan beragam penyakit


klinis dengan ekspresi dan keparahan yang bervariasi dari penyakit atopik hingga atritis
reumatoid, severe combined immunodeviciency, dan kanker. Dalam makalah yang saya susun
ini akan membahas dan memperkenalkan fisiologi rumit sistem imun dan kelainan yang
menimbulkan penyakit hipersensitivitas dan imunodefisiensi.

Sistem imun membentuk sistem pertahanan badan terhadap bahan asing seperti
mikroorganisme (bakteria, kulat, protozoa, virus dan parasit), molekul-molekul berpotensi
toksik, atau sel-sel tidak normal (sel terinfeksi virus atau malignan). Sistem ini menyerang
bahan asing atau antigen dan juga mewujudkan peringatan tentang kejadian tersebut supaya
pendedahan yang berkali-kali terhadap bahan yang sama akan mencetuskan gerak balas yang
lebih cepat dan tertingkat. Keimunan merujuk kepada keupayaan sesuatu individu yang telah
sembuh dari sesuatu penyakit untuk kekal sehat apabila terdedah kepada penyakit yang sama
untuk kali kedua dan seterusnya.

Imunitas atau kekebalan adalah sistem mekanisme pada organisme yang melindungi
tubuh terhadap pengaruh biologis luar dengan mengidentifikasi dan membunuh patogen serta
sel tumor. Sistem ini mendeteksi berbagai macam pengaruh biologis luar yang luas,
organisme akan melindungi tubuh dari infeksi, bakteri, virus sampai cacing parasit, serta
menghancurkan zat-zat asing lain dan memusnahkan mereka dari sel organisme yang sehat
dan jaringan agar tetap dapat berfungsi seperti biasa. Deteksi sistem ini sulit karena adaptasi
patogen dan memiliki cara baru agar dapat menginfeksi organisme.
Suatu ciri sistem imun ialah keupayaan untuk membedakan bahan-bahan yang wujud
secara semula jadi atau normal (diri) dari bahan-bahan atau agen-agen yang masuk ke dalam
tubuh dari luar (bukan diri) dan menghasilkan gerak balas terhadap bahan bukan diri saja.
Ketidakwujudan khusus suatu gerak balas terhadap diri dikenali sebagai toleransi. Pentingnya
keupayaan untuk membedakan (mendiskriminasi) antara diri dan bukan diri, serta toleransi
diri, ditunjukkan dalam penyakit-penyakit autoimun, apabila fungsi-fungsi tersebut gagal.
Penyakit-penyakit ini berhasil apabila bahan normal tubuh dicam sebagai asing dan gerak
balas imun dihasilkan terhadap bahan-bahan tersebut. Sistem imun lazimnya amat berkesan
membezakan antara diri dan bukan diri.

1.2 Anatomi dan Fisiologi Sistem Imun

1. Sel sistem imun


Sistem imun terdiri atas komponen spesifik dan non spesifik yang memiliki
fungsi tersendiri tetapi tumpang tindih. Sistem imun yang diperantarai oleh antibodi
yang diperantarai oleh sel menghasilkan spesifisitas dan ingatan akan antigen yang
pernah dijumpai. Meskipun tidak memiliki spesifitas, komponen-komponen ini
esensial karena berperan dalam imunitas alamiterhadap beragam mikroorganisme
lingkungan.
Komponen selular utama sistem imun adalah monosit dan makrofag, limfosit
dan golongan sel granulositik, termasuk neutrofil, eosinofil dan basofil. Fagosit
mononukleus berperan sentral dalam respon imun. Makrofag jaringan berasal dari
monosit darah. Sebagai respon terhadap rangsangan antigen makrofsg menelan
antigen tersebut (fagositosis) dan kemudian mengolah dan menyajikannya dalam
bentuk yang dapat dikenali oleh limfosit T.
Limfosit bertanggung jawab mengenali secara spesifik antigen dan bentuk
ingatan imunologis, yaitu ciri imunitas adaptif. Sel-sel ini secara fungsional dan
fenotipik dibagi menjadi limfosit B yang berasal dari bursa limfosit T yang berasal
dari timus.
Null cell merupakan 75% limfosit darah yaitu limfosit T dan 10% - 15%
adalah limfosit B, sisanya bukan limfosit B atau T. Null cell mungkin mencakup
berbagai jenis sel termasuk suatu kelompok yang dinamai Natural Killer (NK Cells).
Leukosit polimorfonukleus (neutrofil) adalah sel granulosotik yang berasal
dari sumsum tulang dan beredar dalam darah dan jaringan. Fungsi utamanya adalah
fagositosis non-spesifik antigen dan destruksi partikel asing atau organisme.
Eosinofil sering ditemukan ditempat peradangan atau rektivitasi imun dan
berperan penting dalam pertahanan pejamu terhadap parasit. Eosinofil
memperlihatkan fungsi modulatorik atau regulatorik dalam berbagai jenis peradangan.
Basofil berperan penting dalam respon alergik fase cepat dan lambat. Sel-sel
ini mengeluarkan banyak mediator poten pada penyakit peradangan imunologis.

2. Organ sistem imun


Semua sel sistem imun berasal dari sumsum tulang. Stem cells pluripoten
berdiferensiasi menjadi limfosit, granulosit, monosit, eritrosit, dan megakariosit.
Defisiensi dan disfungsi stem cells atau berbagai turunan sel yang berkembang
darinya menyebabkan defisiensi imun dengan beragam ekpresivitas dan keparahan

Timus yang berasal dari kantong faring ketiga dan keempat pada mudigah,
berfungsi menghasilkan limfosit T dann merupakan tempat diferensiasi awal limfosit

Getah bening berbentuk kacang kecil berbaring disepanjang perjalanan


limfatik. Terkumpul dalam situs tertentu seperti leher, aksila, selangkangan dan
daerah para-aorta. Pengetahuan tentang situs kelenjar getah bening yang penting
dalam pemeriksaan fisik pasien.

3. Fungsi sistem imun


1. Melindungi tubuh dari invasi penyebab penyakit menghancurkan dan
menghilangkan mokroorganisme atau substansi asing (bakteri, parasit, jamur dan
virus) yang masuk kedalam tubuh.
2. Menghilangkan jaringan atau sel yang mati atau rusak untuk memperbaiki
jaringan.
3. Mengenali dan menghilangkan sel yang abnormal.
4. Fisiologis
1. Imunitas bawaan dan didapat
Organisme hidup memperlihatkan dua tingkat respon terhadap invasi
eksternal. Sistem imun bawaan (innate) alami dan sistem adaptif yang
bersifat didapat. Imunitas bawaan terdapat sejak lahir, cepat dimobilisasi dan
aktivitasnya bersifat non-spesifik. Permukaan kulit berfungsi sebagai lini
pertahanan pertama sistem imun bawaan, sementara enzim, jalur sistem
komplemen alternatif, protein fase-akut, sel NK, dan sitokin membentuk
lapisan pertahanan tambahan.
Sistem imun adaptif ditandai oleh spesifisitas terhadap benda asing dan
ingatan imunologis yang memungkinkan terjadinya respon yang lebih intensif
terhadap pertemuan berikutnya dengan benda yang sama atau terkait erat.
Introduksi suatu rangsangan ke sistem imun adaptif memicu suatu rangkaian
kompleks proses yang menyebabkan pengaktifan limfosit.
2. Antigen (Imunogen)
Zat asing yang dapat memicu respons imun disebut antigen atau
imunogen. Imunogenisitas mengisyaratkan bahwa zat tersebut memeiliki
kemampuan untuk bereaksi dengan produk-produk sistem imun adaptif.
Sebgian besar antigen merupakan protein, meskipun karbohidrat murni juga
dapat berlaku sebagai antigen.
Masuknya zat melalui mukosa (saluan napas atau cerna) merangsang
pembentukan antibodi lokal. Antigen larut diangkut ke jaringan limfe regional
melalui pembuluh limfe aferen sementara antigen lainnya diangkut oleh sel
dendritik fagositik.
Organ limfoid perifer regional dan limpa adalah tempat bagi respon
imun utama terhadap antigen oleh limfosit dan sel penyaji antigen (antigen
presening cell, APC).
3. Respon Imun
Untuk mengenali dan kemudian mengeliminasi antigen asing, jaringan
kompleks yang terdiri atas sel, organ, dan faktor biologis spesifik diperlukan.
Interaksi selular yang kopmleks memerlukan lingkungan mikro khusus tempat
sel dapat bekerja sama secara efisien. Baik sel B maupun sel T harus
bermigrasi keseluruh tubuh untuk meningkatkan kemungkinan bawhwa sel-sel
tersebut menemukan antigen yang spesifisitasnya dimiliki kedua sel tersebut.
Respon imun terhadap antigen dalam darah biasanya dimulai di limpa,
sedangkan respon jaringan terhadap mikroorganisme terjadi dikelenjar limfe
lokal. Antigen yang dijumpai melalui rute inhalasi atau ingesti mengaktifkan
sel-sel dijaringan limfoid terkait mukosa.

5. Etiologi Gangguan Sistem Imun


Sistem kekebalan tubuh kurang aktif bisa menyebabkan :

1. Immune deficiency conditions adalah kelompok besar penyakit sistem kekebalan


tubuh yang terdiri dari berbagai macam penyakit yang menekan sistem imun.
Seringkali penyebab immune deficiency conditions didasari oleh penyakit kronis.
Gejala-gejala dari immune deficiency conditions adalah sama dengan penyakit
yang mendasarinya.
2. SCID (Severe Combined Immunodeficiency) adalah gangguan sistem imun yang
diturunkan. Penyebab SCID adalah serangkaian kelainan genetik, terutama dari
kromosom X. Beberapa jenis infeksi yang berulang umum terjadi pada orang yang
menderita SCID. Selain itu, penderita juga rentan terhadap meningitis, pneumonia,
campak, cacar air. Penyakit sistem imun SCID pada anak akan mulai terlihat
dalam 3 bulan pertama kelahiran.
3. HIV/AIDS adalah masalah kegagalan sistem imun yang serius. Merupakan
penyebab terbanyak kematian. AIDS akan terjadi pada tahap akhir dari
perkembangan HIV. Kesehatan klien akan memburuk secraa perlahan. AIDS akan
membuat penderita rentan pilek dan flu dan yang serius seperti pneumonia dan
kanker.

Sistem kekebalan tubuh yang terlalu aktif bisa menyebabkan :

1. Alergi (yang disebabkan oleh jenis makanan, obat-obatan, sengatan serangga atau
zat tertentu) bisa didefinisikan sebagai respon sistem kekebalan tubuh yang
berlebihan terhadap zat yang umumnya tidak berbahaya. Ada banyak alergen.
Dalam banyak kasus, ada lebih dari satu alergen yang merangsang reaksi alergi.
Gejala alergi yang sering merupakan masalah ringan.
2. Anafilaksis adalah bentuk alergi yang serius dan ekstrim. Alergen dari makanan,
obat-obatan atau gigitan serangga, bisa memicu dan menyebabkanserangkaian
gejala fisik yang tidak menyenangkan. Ruam gatal, tenggorokan bengkak dan
penurunan tekanan darah merupakan gejala umum anafilaksis.
3. Asma adalah gangguan paru-paru kronis yang disebabkan peradangan pada saliran
udara. Alergen, iritasi atau bahkan stimulan seperti aktivitas fisik dapat memicu
peradangan. Gejala asma meliputi mengi, batuk, sesak napas, sesak dada.
4. Penyakit autoimun adalah sekelompok gangguan sistem imun. Sel-sel sistem imun
salah menafsirkan sinyal. Dan mulai menyerang sel-sel tubuh itu sendiri.

Gangguan sistem kekebalan tubuh lainnya :

1. Chediak Higashi Syndrome.


2. Common Immunodeficiency Variable.
3. Hay Fever.
4. Hives.
5. HTLV (Human T-lymphotropic Virus Type 1).
6. Hyper-IgE Syndrome (Hyperimmunoglobulin E Syndrome).
7. Hyper-IgM Syndrome (Hyperimunoglobulin M Syndrome).
8. Primary Immune Deficiency.
9. Selective IgA Defisiensi (Selective Immunoglobulin A Defisiensi).
10. Alergi Kulit.
11. XLA (X-Linked Agammaglobulinemia).

6. Patofisiologi
1. Usia
Frekuensi dan intensitas infeksi akan meningkat pada orang yang
berusia lanjut dan peningkatan ini disebabkan oleh penurunan untuk bereaksi
secara memadai terhadap mikroorganisme yang menginfeksinya. Produksi
dan fungsi limfosit Tdan B dapat terganggu kemungkinan penyabab lain
adalah akibat penurunan antibodi untuk membedakan diri sendiri dan bukan
diri sendiri.
Penurunan fungsi sistem organ yang berkaitan dengan pertambahan
usia juga turut menimbulkan gangguan imunitas. Penurunan sekresi serta
motilitas lambung memungkinkan flora normal intestinal untuk berploriferasi
dan menimbulkan infeksi sehingga terjadi gastroenteritis dan diare.
2. Gender
Kemampuan hormone-hormon seks untuk memodulasi imunitas telah
diketahui dengan baik. Ada bukti yang menunjukkan bahwa estrogen
memodulasi aktifitas limfosit T (khususnya sel-sel supresor) sementara
androgen berfungsi untuk mempertahankan produksi interleukin dan aktifitas
sel supresor. Efek hormon seks tidak begitu menonjol, estrogen akan
memgaktifkan populasi sel B yang berkaitan dengan autoimun yang
mengekspresikan marker CD5 (marker antigenic pada sel B). Estrogen
cenderung menggalakkan imunitas sementara androgen bersifat
imunosupresif. Umumnya penyakit autoimun lebih sering ditemui pada
wanita dari pada pria.
3. Nutrisi
Nutrisi yang adekuat sangat esensial untuk mencapai fungsi imun yang
optimal. Gangguan imun dikarenakan oleh defisiensi protein kalori dapat
terjadi akibat kekurangan vitamin yang diperlukan untuk mensintesis DNA
dan protein. Vitamin juga membantu dalam pengaturan poliferasi sel dan
maturasi sel-sel imun. Kelebihan atau kekurangan unsur-unsur renik
(tembaga, besi, mangan, selenium atau zink) dalam makanan umumnya akan
mensupresi fungsi imun Asam-asam lemak merupakan unsur pembangun
(building blocks) yang membentuk komponen structural membrane sel. Lipid
merupakan prekursir vitamin A,D,E, dan K disamping prekursir kolesterol.
Jika kelebihan maupun kekurangan asam lemak ternyata akan mensupresi
fungsi imun.
Deplesi simpanan protein tubuh akan mengakibatkan atrofi jaringan
limfoid, depresi respon anti bodi, penurunan jumlah sel T yang beredar dan
gangguan fungsi fagositosik sebagai akibatnya, kerentanan terhadap infeksi
sangat meningkat. Selama periode infeksi dan sakit yang serius, terjadi
peningkatan kebutuhan nutrisi yang potensialuntuk menimbulkan deplesi
protein, asam lemak, vitamin, serta unsur-unsur renik dan bahkan
menyebabkan resiko terganggunya respon imun serta terjadinya sepsis yang
lebih besar.
4. Faktor -Faktor Psikoneuro Imunologik
Limfosit dan makrofag memiliki reseptor yang dapat bereaksi terhadap
neurotransmitter serta hormon-hormon endokrin.Limfosit dapat memproduksi
dan mengsekresikan ACTH serta senyawa-senyawa yang mirip endokrin.
Neuron dalam otak, khususnya khusunya dalam hipotalamus, dapat
mengenali prostaglandin, interferon dan interleukin di samping histamine dan
serotoninyang dilepaskan selama proses inflamasi. Sebagaimana sistem
biologi lainnya yang berfungsi untuk kepentingan homoestasis, sistem imun
di integrasikan dengan berbagai proses psikofisiologic lainnya dan diatur
serta dimodulasikan oleh otak.
Di lain pihak, proses imun ternyata dapat mempengaruhi fungsi neural
dan endokrin termasuk perilaku. Jadi, interaksi sistem saraf dan system imun
tampaknya bersifat dua arah.
5. Kelainan Organ yang Lain
Keadaan seperti luka bakar atau cedera lain, infeksi dan kanker dapat
turut mengubah fungsi system imun. Luka bakar yang luas atau faktor-faktor
lainnya menyebabkan gangguan integritas kulit dan akan mengganggu garis
pertama pertahanan tubuh hilangnya serum dalam jumlah yang besar pada
luka bakar akan menimbulkan deplesi protein tubuh yang esensial, termasuk
immunoglobulin. Stresor fisiologi dan psilkologik yang disertai dengan stress
karena pembedahan atau cidera kan menstimulasi pelepasan kortisol serum
juga turut menyebabkan supresi respon imun yang normal.
Keadaan sakit yang kronis dapat turut mengganggu sistem imun
melalui sejumlah cara. Kegagalan ginjal berkaitan dengan defisiensi limfosit
yang beredar. Fungsi imun untuk pertahanan tubuh dapat berubah karena
asidosis dan toksin uremik. Peningkatan insidensi infeksi pada diabetes juga
berkaitan dengan isufisiensi vaskuler, neuropati dan pengendalian kadar
glukosa darah yang buruk. Infeksi saluran nafas yang rekuren berkaitan
dengan penyakit paru obstruksi menahun sebagai akibat dari berubahnya
fungsi inspirasi dan ekspirasi dan tidak efektifnya pembersihan saluran nafas.
6. Penyakit Kanker
Imunosekresi turut menyebabkan terjadinya penyakit kanker. Namun,
penyakit kanker sendiri bersifat imunosupresif. Tumor yang besar dapat
melepaskan antigen ke dalam darah, antigen ini akan mengikat antibodi yang
beredar dan mencegah antibodi tersebut agar tidak menyerang sel-sel tumor.
Lebih lanjut, sel-sel tumor dapat memiliki faktor penghambat yang khusus
yang menyalut sel-sel tumor dan mencegah pengahancurannya oleh limposit
T killer. Dalam stadium awal pertumbuhan tumor, tubuh tidak mampu
mengenali antigen tumor sebagai unsure yang asing dan selanjutnya tidak
mampu memulai distruksi sel-sel yang maligna tersebut.kanker darah seperti
leukemia dan limpoma berkaitan dengan berubahnya produksi serta fungsi sel
darah putih dan limposit.
7. Obat-obatan
Obat-obatan tertentu dapat menyebabkan perubahan yang dikehendaki
maupun yang tidak dikehendaki pada fungsi sistem imun. Ada empat
klasifikasi obat utama yang memiliki potensi untuk menyebabkan
imunosupresi: antibiotic, kortikostreoid, obat-obat anti-inflamasi nonsteroid
(NSAIDNonsteroidal anti inflamatori drugs) dan preparat sitotoksik.
Penggunaan preparat ini bagi keperluan terapeutik memerlukan upaya
untuk mencari kesinambungan yang sangat tipis antara manfaat terapi dan
supresi sistem pertahanan tubuh resipien yang berbahaya.
8. Radiasi
Terapi radiasi dapat digunakan dalam pengobatan penyakit kanker atau
pencegahan rejeksi allograft. Radiasi akan menghancurkan limfosit dan
menurunkan populasi sel yang diperlukan untuk menggantikannya. Ukuran
atau luas daerah yang akan disinari menentukan taraf imunosupresi. Radiasi
seluruh tubuh dan dapat mengakibatkan imunosupresi total pada orang yang
menerimannya.
9. Genetik
Interaksi antara sel-sel sistem imun dipengaruhi oleh variabilitas
genetik. Secara genetik respons imun manusia dapat dibagi atas responder
baik, cukup, dan rendah terhadap antigen tertentu.
Ia dapat memberikan respons rendah terhadap antigen tertentu, tetapi
terhadap antigen lain tinggi sehingga mungkin ditemukan keberhasilan
vaksinasi yang tidak 100%. Faktor genetik dalam respons imun dapat
berperan melalui gen yang berada pada kompleks MHC dengan non MHC.
1. Gen kompleks MHC
Gen kompleks MHC berperan dalam presentasi antigen. Sel Tc
akan mengenal antigen yang berasosiasi dengan molekul MHC kelas I,
dan sel Td serta sel Th akan mengenal antigen yang berasosiasi dengan
molekul MHC kelas II. Jadi respons sel T diawasi secara genetik sehingga
dapat dimengerti bahwa akan terdapat potensi variasi respons imun.
Secara klinis terlihat juga bahwa penyakit tertentu terdapat lebih
sering pada HLA tertentu, seperti spondilitis ankilosing terdapat pada
individu dengan HLA-B27.
2. Gen non MHC
Secara klinis kita melihat adanya defisiensi imun yang berkaitan
dengan gen tertentu, misalnya agamaglobulinemia tipe Bruton yang
terangkai dengan kromosom X yang hanya terdapat pada anak laki-laki.
Demikian pula penyakit alergi yaitu penyakit yang menunjukkan
perbedaan respons imun terhadap antigen tertentu merupakan penyakit
yang diturunkan.
Faktor-faktor ini menyokong adanya peran genetik dalam respons
imun, namun mekanisme yang sebenarnya belum diketahui.
10. Kehamilan
Salah satunya yaitu Infeksibeberapa infeksi yang terjadi secara
kebetulan selama kehamilan dapat menyebabkan cacat sejak lahir. Campak
jerman (rubella) bisa menyebabkan cacat sejak lahir, terutama sekali pada
jantung dan bagian dalam mata. Infeksi cytomegalovirus bisa melewati
plasenta dan merusak hati dan otak janin.
Listeriosis, infeksi bakteri, juga bisa membahayakan janin. Infeksi
bakteri pada vagina (seperti bakteri vaginosis) selama kehamilan bisa
menyebabkan persalinan sebelum waktunya atau membran yang berisi janin
gugur sebelum waktunya. Pengobatan pada infeksi dengan antibiotik bisa
mengurangi kemungkinan masalah-masalah ini.
7. Manifestasi Klinis
Tanda :

1. Sebagian besar bayi yang sehat mengalami infeksi saluran pernafasan sebanyak 6
kali atau lebih dalam 1 tahun, terutama jika terlular oleh anak lain. Sebaliknya,
bayi dengan gangguan sistem imun, biasanya menderita infeksi bakteri berat yang
menetap, berulang atau menyebabkan komplikasi. Misalnya infeksi sinus, infeksi
telinga menahun dan bronkitis kronis yang biasanya terjadi setelah demam dan
sakit tenggorokan. Bronkitis bisa berkembang menjadi pneumonia.
2. Kulit dan selaput lendir yang melapisi mulut, mata dan alat kelamin sangat peka
terhadap infeksi.
3. Thrush merupakan suatu infeksi jamur dimulut disertai luka dimulut dan
peradangan gusi, bisa merupakan pertanda awal dari adanya gangguan sistem
kekebalan.
4. Peradangan mata (konjungtivitis) , rambut rontok, eksim yang berat dan pelebaran
kapiler dibawah kulit merupakan pertanda dari penyakit immunodefisiensi.
5. Infeksi pada saluran pencernaan bisa menyebabkan diare pembentukan gas yang
berlenihan dan penuruna berat badan.

Tanda defisiensi Imun kombinasi yang berat.

1. Terdapat pada minggu atau bulan pertama kehidupan.


1) Sering terjadi infeksi virus atau jamur dibandingkan bakteri.
2) Diare kronik umum terjadi sering disebut gastroenteritis.
3) Infeksi respiratorius dan oral thrush umum terjadi.
4) Tejadi Failure to thrive tanpa adanya infeksi.
5) Limfopenia ditemui pada hampir semua bayi.

Gejala klinis penyakit Imunodefisiensi

1. Gejala yang biasanya dijumpai.


Infeksi saluran napas atas berulang infeksi bakteri yang berat.
Penyembuhan inkomplit antar episode infeksi. Atau respons pengobatan in
komplit.
2. Gejala yang sering dijumpai.
1) Gagal tumbuh atau retardasi tumbuh.
2) Jarang ditemukan kelenjar atau tonsil yang membesar.
3) Infeksi oleh mikroorganisme yang tidak lazim.
4) Lesi kulit (Rash, ketombe, pioderma, abses nekrotik/noma, alopesia, eksim,
teleangiektasi, warts yang hebat).
5) Oral thrush yang tidak menyembuh dengan pengobatan.
6) Jati tabuh.
7) Diare dan Mal abrsopsi.
8) Mastoiditis dan otitis persisten.
9) Pneumonia atau bronkitis berulang.
10) Penyakit autoimun.
11) Kelainan helatologis (anemia aplastik, anemia hemolitik, neutropenia,
trombositopenia).
3. Gejala yang jarang dijumpai.
1) Berat Badan Turun.
2) Demam.
3) Peridontitis.
4) Limfadenopati.
5) Hepatosplenomegali.
6) Penyakit virus yang berat.
7) Artritis atau artralgia.
8) Ensefalitis kronik.
9) Meningitis berulang.
10) Pioderma gangrenosa.
11) Kolangitis sklerosa.
12) Hepatitis kronik (virus atau autoimun).
13) Reaksi simpang terhadap vaksinasi.
14) Bronkiektasis.
15) Infeksi saluran kemih.
16) Lepas/ puput tali pusat terlambat.
17) Stomatitis kronik.
18) Granuloma.
19) Keganasan limfoid.
BAB II

ASUHAN KEPERAWATAN

A. PENGKAJIAN :

1. Anamnese :
a. Identitas pasien
b. Keluhan utama
c. Riwayat penyakit sekarang
d. Riwayat penyakit dahulu
e. Riwayat penyakit keluarga

2. Faktor-faktor dan kejadian yang memperngaruhi system imun :


a. Infeksi
b. Alergi
c. Kelainan autoimun
d. Penyakit neoplasma
e. Keadaan sakit kronis
f. Riwayat pembedahan
g. Imunisasi
h. Penggunaan obat-obatan
i. Tranfusi darah
j. Hasil pemeriksaan lab dan dignostik lainnya
k. Riwayat kebiasaan merokok
l. Minum-minuman keras
m. Asupan diet
n. Tingkat stress
o. Polutan
3. Pemeriksaan fisik :
a. General
b. Palpasi Nodul Limfatikus
c. Pemeriksaan kulit,membrane mukosa
4. Alergi :
a. Riwayat alergi
b. Gejala dan variasi cuaca yang menyertai
c. Riwayat pemeriksaan dan pengobatan yang pernah dan sedang di jalani
5. Penyakit kronik dan pembedahan :
a. Penyakit kronik : DM, penyakit ginjal, dan PPOM
b. Terapi yang sedang di jalani
c. Riwayat operasi pengangkatan limfa, nodus limfatikus, timus
d. Riwayat transplantasi organ
6. Obat-obatan dan tranfusi darah :
a. Riwayat penggunaan obat masa lalu dan sekarang (antibiotic,kortikosteroid, preparat
sitotoksik, salisilat, NSID, anastesi dan supresi imun)
b. Riwayat tranfusi darah
7. Laboratorium dan diagnostic :
a. Pemeriksaan darah (igE spesifik)
b. Tes tusuk kulit (Skin Prick Test)
c. Tes elisa
d. Tes bown marrow
B. DIGANOSA KEPERAWATAN DAN INTERVENSI

Diagnosa Keperawatan/ Rencana keperawatan


Masalah Kolaborasi

Tujuan dan Kriteria Hasil Intervensi

Ketidakseimbangan nutrisi NOC: Kaji adanya alergi makanan


kurang dari kebutuhan tubuh a. Nutritional status: Kolaborasi dengan ahli gizi untuk
Berhubungan dengan : Adequacy of nutrient menentukan jumlah kalori dan
Ketidakmampuan untuk b. Nutritional Status : nutrisi yang dibutuhkan pasien
memasukkan atau mencerna food and Fluid Intake Yakinkan diet yang dimakan
nutrisi oleh karena faktor biologis, c. Weight Control mengandung tinggi serat untuk
psikologis atau ekonomi. Setelah dilakukan tindakan mencegah konstipasi
DS: keperawatan selama.nutrisi kurang Ajarkan pasien bagaimana
Nyeri abdomen teratasi dengan indikator: membuat catatan makanan
Muntah Albumin serum harian.
Kejang perut Pre albumin serum Monitor adanya penurunan BB
Rasa penuh tiba-tiba setelah
Hematokrit dan gula darah
makan Hemoglobin Monitor lingkungan selama
DO: Total iron binding capacity makan
Diare Jumlah limfosit Jadwalkan pengobatan dan
Rontok rambut yang berlebih tindakan tidak selama jam makan
Kurang nafsu makan Monitor turgor kulit
Bising usus berlebih Monitor kekeringan, rambut
Konjungtiva pucat kusam, total protein, Hb dan
Denyut nadi lemah kadar Ht
Monitor mual dan muntah
Monitor pucat, kemerahan, dan
kekeringan jaringan konjungtiva
Monitor intake nuntrisi
Informasikan pada klien dan
keluarga tentang manfaat nutrisi
Kolaborasi dengan dokter tentang
kebutuhan suplemen makanan
seperti NGT/ TPN sehingga
intake cairan yang adekuat dapat
dipertahankan.
Atur posisi semi fowler atau
fowler tinggi selama makan
Kelola pemberan anti emetik:.....
Anjurkan banyak minum
Pertahankan terapi IV line
Catat adanya edema, hiperemik,
hipertonik papila lidah dan cavitas
oval
Diagnosa Keperawatan/ Rencana keperawatan
Masalah Kolaborasi

Tujuan dan Kriteria Hasil Intervensi

Risiko infeksi NOC : NIC :


Immune Status Pertahankan teknik aseptif
risiko
Faktor-faktor Knowledge
: : Infection control Batasi pengunjung bila perlu
Risk
Prosedur Infasif control Cuci tangan setiap sebelum dan
Kerusakan jaringan dan Setelah dilakukan tindakan sesudah tindakan keperawatan
peningkatan paparan keperawatan selama pasien Gunakan baju, sarung tangan
lingkungan tidak mengalami infeksi dengan sebagai alat pelindung
Malnutrisi kriteria hasil: Ganti letak IV perifer dan dressing
Peningkatan paparan Klien bebas dari tanda dan gejala infeksi sesuai dengan petunjuk umum
lingkungan patogen Menunjukkan kemampuan untuk Gunakan kateter intermiten untuk
Imonusupresi mencegah timbulnya infeksi menurunkan infeksi kandung
Tidak adekuat pertahanan Jumlah leukosit dalam batas normal kencing
sekunder (penurunan Hb, Menunjukkan perilaku hidup sehat Tingkatkan intake nutrisi
Leukopenia, penekanan Status imun, gastrointestinal, Berikan terapi
respon inflamasi) genitourinaria dalam batas normal antibiotik:.................................
Penyakit kronik Monitor tanda dan gejala infeksi
Imunosupresi sistemik dan lokal
Malnutrisi Pertahankan teknik isolasi k/p
Pertahan primer tidak adekuat Inspeksi kulit dan membran mukosa
(kerusakan kulit, trauma terhadap kemerahan, panas,
jaringan, gangguan peristaltik) drainase
Monitor adanya luka
Dorong masukan cairan
Dorong istirahat
Ajarkan pasien dan keluarga tanda
dan gejala infeksi
Kaji suhu badan pada pasien
neutropenia setiap 4 jam
Diagnosa Keperawatan/ Rencana keperawatan
Masalah Kolaborasi

Tujuan dan Kriteria Hasil Intervensi

Intoleransi aktivitas NOC : NIC :


Berhubungan dengan : Self Care : ADLs Observasi adanya pembatasan klien
Tirah Baring atau imobilisasi
Toleransi aktivitas dalam melakukan aktivitas
Kelemahan menyeluruh Konservasi eneergi Kaji adanya faktor yang
Ketidakseimbangan antara Setelah dilakukan tindakan menyebabkan kelelahan
suplei oksigen dengan keperawatan selama . Pasien Monitor nutrisi dan sumber energi
kebutuhan bertoleransi terhadap aktivitas yang adekuat
Gaya hidup yang dipertahankan. dengan Kriteria Hasil : Monitor pasien akan adanya
DS: Berpartisipasi dalam aktivitas fisik tanpa kelelahan fisik dan emosi secara
Melaporkan secara verbal disertai peningkatan tekanan darah, nadi dan berlebihan
adanya kelelahan atau RR Monitor respon kardivaskuler
kelemahan. Mampu melakukan aktivitas sehari hari (ADLs) terhadap aktivitas (takikardi,
Adanya dyspneu atau secara mandiri disritmia, sesak nafas, diaporesis,
ketidaknyamanan saat
Keseimbangan aktivitas dan istirahat pucat, perubahan hemodinamik)
beraktivitas. Monitor pola tidur dan lamanya
DO : tidur/istirahat pasien
Kolaborasikan dengan Tenaga
Respon abnormal dari Rehabilitasi Medik dalam
tekanan darah atau nadi merencanakan progran terapi yang
terhadap aktifitas tepat.
Perubahan ECG : aritmia, Bantu klien untuk mengidentifikasi
iskemia aktivitas yang mampu dilakukan
Bantu untuk memilih aktivitas
konsisten yang sesuai dengan
kemampuan fisik, psikologi dan sosial
Bantu untuk mengidentifikasi dan
mendapatkan sumber yang
diperlukan untuk aktivitas yang
diinginkan
Bantu untuk mendpatkan alat
bantuan aktivitas seperti kursi roda,
krek
Bantu untuk mengidentifikasi
aktivitas yang disukai
Bantu klien untuk membuat jadwal
latihan diwaktu luang
Bantu pasien/keluarga untuk
mengidentifikasi kekurangan dalam
beraktivitas
Sediakan penguatan positif bagi yang
aktif beraktivitas
Bantu pasien untuk mengembangkan
motivasi diri dan penguatan
Monitor respon fisik, emosi, sosial
dan spiritual
Diagnosa Keperawatan/ Masalah Kolaborasi Rencana keperawatan

Tujuan dan Kriteria Hasil Intervensi

Kerusakan integritas kulit berhubungan dengan : NOC : NIC : Pressure Management

Eksternal : Tissue Integrity : Skin and Mucous Anjurkan pasien untuk


Membranes menggunakan pakaian
yang longgar
Wound Healing : primer dan Hindari kerutan pada
sekunder tempat tidur
Hipertermia atau hipotermia Jaga kebersihan kulit agar
Substansi kimia Setelah dilakukan tindakan
tetap bersih dan kering
keperawatan selama.. kerusakan
Kelembaban Mobilisasi pasien (ubah
integritas kulit pasien teratasi dengan
Faktor mekanik (misalnya : alat yang dapat menimbulkan kriteria hasil: posisi pasien) setiap dua
luka, tekanan, restraint) jam sekali
Immobilitas fisik Integritas kulit yang baik bisa Monitor kulit akan adanya
Radiasi dipertahankan (sensasi, kemerahan
Usia yang ekstrim elastisitas, temperatur, hidrasi, Oleskan lotion atau
Kelembaban kulit pigmentasi) minyak/baby oil pada
Obat-obatan Tidak ada luka/lesi pada kulit derah yang tertekan
Internal : Perfusi jaringan baik Monitor aktivitas dan
Menunjukkan pemahaman mobilisasi pasien
Perubahan status metabolik dalam proses perbaikan kulit Monitor status nutrisi
Tonjolan tulang dan mencegah terjadinya pasien
Defisit imunologi sedera berulang Memandikan pasien
Mampu melindungi kulit dan dengan sabun dan air
Berhubungan dengan dengan perkembangan
hangat
Perubahan sensasi mempertahankan kelembaban
kulit dan perawatan alami Kaji lingkungan dan
Perubahan status nutrisi (obesitas, kekurusan) peralatan yang
Menunjukkan terjadinya
Perubahan status cairan proses penyembuhan luka menyebabkan tekanan
Perubahan pigmentasi Observasi luka : lokasi,
Perubahan sirkulasi dimensi, kedalaman luka,
Perubahan turgor (elastisitas kulit) karakteristik,warna cairan,
granulasi, jaringan
nekrotik, tanda-tanda
infeksi lokal, formasi
DO:
traktus
Gangguan pada bagian tubuh
Ajarkan pada keluarga
tentang luka dan
Kerusakan lapisa kulit (dermis) perawatan luka
Gangguan permukaan kulit (epidermis) Kolaburasi ahli gizi
pemberian diae TKTP,
vitamin
Cegah kontaminasi feses
dan urin
Lakukan tehnik perawatan
luka dengan steril
Berikan posisi yang
mengurangi tekanan pada
luka
Diagnosa Keperawatan/ Rencana keperawatan
Masalah Kolaborasi

Tujuan dan Kriteria Hasil Intervensi

Bersihan Jalan Nafas tidak NOC:


efektif berhubungandengan:
Respiratory status : Ventilation Pastikan kebutuhan oral /
Infeksi, disfungsi Respiratory status : Airway patency tracheal suctioning.
neuromuskular, hiperplasia
Aspiration Control Berikan O2 l/mnt,
dinding bronkus, alergi Setelah dilakukan tindakan keperawatan metode
jalan nafas, asma, trauma selama ..pasien menunjukkan Anjurkan pasien untuk
Obstruksi jalan nafas : keefektifan jalan nafas dibuktikan dengan istirahat dan napas dalam
spasme jalan nafas, kriteria hasil : Posisikan pasien untuk
sekresi tertahan, Mendemonstrasikan batuk efektif dan memaksimalkan ventilasi
banyaknya mukus, adanya suara nafas yang bersih, tidak ada Lakukan fisioterapi dada jika
jalan nafas buatan, sekresi sianosis dan dyspneu (mampu perlu
bronkus, adanya eksudat mengeluarkan sputum, bernafas Keluarkan sekret dengan
di alveolus, adanya benda dengan mudah, tidak ada pursed batuk atau suction
asing di jalan nafas. lips) Auskultasi suara nafas, catat
DS: Menunjukkan jalan nafas yang paten adanya suara tambahan
Dispneu (klien tidak merasa tercekik, irama Berikan bronkodilator :
DO: nafas, frekuensi pernafasan dalam
Penurunan suara nafas rentang normal, tidak ada suara .
Orthopneu nafas abnormal)
Cyanosis Mampu mengidentifikasikan dan Monitor status hemodinamik
Kelainan suara nafas mencegah faktor yang penyebab. Berikan pelembab udara
(rales, wheezing) Saturasi O2 dalam batas normal Kassa basah NaCl Lembab
Kesulitan berbicara Foto thorak dalam batas normal Berikan antibiotik :
Batuk, tidak efekotif atau .
tidak ada .
Produksi sputum Atur intake untuk cairan
Gelisah mengoptimalkan
Perubahan frekuensi dan keseimbangan.
irama nafas Monitor respirasi dan status
O2
Pertahankan hidrasi yang
adekuat untuk mengencerkan
sekret
Jelaskan pada pasien dan
keluarga tentang penggunaan
peralatan : O2, Suction,
Inhalasi.
Diagnosa Keperawatan/ Masalah Kolaborasi Rencana keperawatan

Tujuan dan Kriteria Intervensi


Hasil

Kerusakan integritas kulit berhubungan dengan : NOC : NIC : Pressure


Eksternal : Tissue Integrity : Skin and Management
Mucous Membranes Anjurkan pasien
Wound Healing : primer untuk
dan sekunder menggunakan
Hipertermia atau hipotermia Setelah dilakukan pakaian yang
Substansi kimia tindakan keperawatan longgar
Kelembaban selama.. kerusakan Hindari kerutan
Faktor mekanik (misalnya : alat yang dapat menimbulkan integritas kulit pasien pada tempat
luka, tekanan, restraint) teratasi dengan kriteria tidur
Immobilitas fisik hasil: Jaga kebersihan
Radiasi Integritas kulit yang baik bisa kulit agar tetap
Usia yang ekstrim dipertahankan (sensasi, bersih dan
Kelembaban kulit elastisitas, temperatur, hidrasi, kering
Obat-obatan pigmentasi) Mobilisasi pasien
Internal : Tidak ada luka/lesi pada kulit (ubah posisi
Perubahan status metabolik Perfusi jaringan baik pasien) setiap
Tonjolan tulang Menunjukkan pemahaman dua jam sekali
Defisit imunologi dalam proses perbaikan kulit Monitor kulit
Berhubungan dengan dengan perkembangan dan mencegah terjadinya akan adanya
Perubahan sensasi sedera berulang kemerahan
Perubahan status nutrisi (obesitas, kekurusan) Mampu melindungi kulit dan Oleskan lotion
Perubahan status cairan mempertahankan kelembaban atau
Perubahan pigmentasi kulit dan perawatan alami minyak/baby oil
Perubahan sirkulasi Menunjukkan terjadinya pada derah yang
Perubahan turgor (elastisitas kulit) proses penyembuhan luka tertekan
Monitor aktivitas
DO: dan mobilisasi
Gangguan pada bagian tubuh pasien
Kerusakan lapisa kulit (dermis) Monitor status
Gangguan permukaan kulit (epidermis) nutrisi pasien
Memandikan
pasien dengan
sabun dan air
hangat
Kaji lingkungan
dan peralatan
yang
menyebabkan
tekanan
Observasi luka :
lokasi, dimensi,
kedalaman luka,
karakteristik,war
na cairan,
granulasi,
jaringan nekrotik,
tanda-tanda
infeksi lokal,
formasi traktus
Ajarkan pada
keluarga tentang
luka dan
perawatan luka
Kolaburasi ahli
gizi pemberian
diae TKTP,
vitamin
Cegah
kontaminasi
feses dan urin
Lakukan tehnik
perawatan luka
dengan steril
Berikan posisi
yang
mengurangi
tekanan pada
luka
Diagnosa Keperawatan/ Masalah Rencana keperawatan
Kolaborasi

Tujuan dan Kriteria Hasil Intervensi

Kecemasan berhubungan dengan NOC : NIC :


Faktor keturunan, Krisis situasional, Kontrol kecemasan Anxiety Reduction (penurunan
Stress, perubahan status kesehatan, Koping kecemasan)
ancaman kematian, perubahan konsep Setelah dilakukan asuhan selama Gunakan pendekatan yang
diri, kurang pengetahuan dan hospitalisasiklien kecemasan menenangkan
teratasi dgn kriteria hasil: Nyatakan dengan jelas
DO/DS: Klien mampu mengidentifikasi dan harapan terhadap pelaku
Insomnia mengungkapkan gejala cemas pasien
Kontak mata kurang Mengidentifikasi, mengungkapkan dan Jelaskan semua prosedur
Kurang istirahat menunjukkan tehnik untuk mengontol dan apa yang dirasakan
Berfokus pada diri sendiri cemas selama prosedur
Iritabilitas Vital sign dalam batas normal Temani pasien untuk
Takut Postur tubuh, ekspresi wajah, bahasa tubuh memberikan keamanan
Nyeri perut dan tingkat aktivitas menunjukkan dan mengurangi takut
Penurunan TD dan denyut nadi berkurangnya kecemasan Berikan informasi faktual
Diare, mual, kelelahan mengenai diagnosis,
Gangguan tidur tindakan prognosis
Gemetar Libatkan keluarga untuk
Anoreksia, mulut kering mendampingi klien
Peningkatan TD, denyut nadi, RR Instruksikan pada pasien
Kesulitan bernafas untuk menggunakan tehnik
Bingung relaksasi
Bloking dalam pembicaraan Dengarkan dengan penuh
Sulit berkonsentrasi perhatian
Identifikasi tingkat
kecemasan
Bantu pasien mengenal
situasi yang menimbulkan
kecemasan
Dorong pasien untuk
mengungkapkan perasaan,
ketakutan, persepsi
Kelola pemberian obat anti
cemas:........

BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Sistem kekebalan tubuh ( imunitas ) adalah sistem mekanisme pada organisme yang
melindungi tubuh terhadap pengaruh biologis luar dengan mengidentifikasi dan
membunuh patogen. Sistem imun terbagi dua berdasarkan perolehannya atau
asalnya,yaitu:
1. Sistem imun Non Spesifik (Sistem imun alami)
2. Sistem imun Spesifik (Sistem imun yang didapat/hasil adaptasi)

Berdasarkan mekanisme kerjanya, sistem imun terbagi, yaitu:


1. Sistem imun humoral (sistem imun jaringan atau diluar sel, yang berperan adalah
Sel B "antibodi"
2. Sistem imun cellular (sistem imun yang bekerja pada sel yang terinfeksi antigen,
yang berperan adalah sel T (Th, Tc, Ts).
Imunisasi merupakan salah satu usaha manusia untuk menjadikan individu kebal.
terhadap suatu penyakit. Imunisasi terbagi 2,yaitu:
Imunisasi aktif: Diperoleh karena tubuh secara aktif membuat antibody sendiri.
Imunisasi Pasif : kekebalan yang didapat dari pemindahan antibody dari suatu
individu ke individu lainnya.
Beberapa faktor yang mempengaruhi sistem imun tubuh adalah Faktor Keturunan, Faktor
Stres, Faktor Usia, Faktor Hormone, Faktor Nutrisi dan Penyalahgunaan Antibiotik.

You might also like