Professional Documents
Culture Documents
BAB I
PENDAHULUAN
Reaksi kimia biasanya antara dua campuran zat, bukannya antar dua zat
murni. Di alam sebagian besar reaksi berlangsung dalam larutan air. Adapun
makanan yang kita konsumsi setiap saat setelah dicerna diubah menjadi tenaga
sebagai pupuk. Pelajaran yang berkaitan dengan reaksi kimia lazim dikenal
sebagi stoikiometri.
dalam reaksi kimia. Perhitungan stoikiometri yang paling baik dikerjakan dengan
menyatakan kuantitas yang diketahui dan yang tidak diketahui dalam mol dan
kemudian bila perlu dikonversi dengan satuan lain. Pereaksi pembatas adalah
kesetaraan massa antar zat yang bereaksi merupakan dasar penyelesaian hitungan
kesetaraan massa antar zat dari skala molekular kedalam skala eksperimental
stokiometri reaksi dalam proses analisa volumetri, data hasil reaksi dapat
tersebut. Seperti contoh stokiometri reaksi antara logam tembaga dengan larutan
2
garam besi (III) dalam suasana asam dengan menganalisa hasil reaksi secara
volumetri.
Ion tembaga monovalen, Cu+ dan ion tembaga bivalen Cu2+ merupakan
dua spesies yang dapat dihasilkan dari logam tembaga dalam reaksi ini. Dengan
kemungkinan lebih tinggi untuk terbentuk dalam reaksi dari dua spesies itu.
logam tembaga dengan garam besi (III) dengan metode titrasi permanganometri.
Tujuan yang akan dicapai pada praktikum ini yaitu untuk mempelajari
stoikiometri reaksi antara logam tembaga dengan larutan besi (III) dan
dalam proses analisa volumetri dalam hal ini reaksi antara logam tembaga dengan
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Stoikiometri
kuntitatif dari reaktan dan produk dalam reaksi kimia. Stoikiometri berasal dari
bahasa Yunani yaitu stoikheion (elemen) dan metria (ukuran). Stoikiometri reaksi
hukum-hukum dasar ilmu kimia. Hukum kimia adalah hukum alam yang relevan
dengan bidang kimia. Konsep yang paling fundamental dalam kimia adalah
hukum konversi massa, yang menyatakan bahwa tidak terjadi perubahan kuantitas
kimia, terutama kimia analitik, dimana hubungan kuantitatif antara jumlah mol
terkait ini sangat penting dalam kimia kuantitatif. Sebagai contoh, perhitungan
(Hanson, 2016).
ditangani, mudah didapat, zat pengoksidasi kuat dan serbaguna dengan kekuatan
4
Tembaga adalah logam yang relatif lunak, dan sering digunakan segabai
penghantar panas tertinggi diantara semua logam dan konduktor listrik kedua
sstelah perak. Tembaga membentuk senyawa dengan tingkat oksidasi +1 dan +2,
namun hanya tembaga (II) yang stabil dan mendominasi dalam larutannya
salah satu logam berat yang mencemari lingkungan perairan. Logam berat Cu
dapat menyebabkan pengaruh negatif atau bersifat toksit terhadap organisme air
dan manusia pada batas konsentrasi tertentu. Gejala-gejala yang nampak akibat
toksikasi logam Cu pada manusia adalah hawa mulut berbau, kerongkongan dan
perut kering, rasa ingin muntah dan diare terus menerus selama berhari-hari,
terdapat darah pada kotoran (feces), pusing-pusing dan demam (Solecha dan
Bambang, 2002).
Besi atau ferrum (Fe) adalah salah satu logam yang paling banyak
dijumpai di kerak bumi, metal berwarna putih keperakan, liat dan dapat dibentuk.
Di alam didapat sebagai hematite. Secara kimia besi merupakan logam yang
5
cukup aktif, hal ini karena besi dapat bersenyawa dengan unsur-unsur lain. Salah
satu kegunaan besi adalah sebagai campuran untuk membuat paduan logam,
misalnya untuk membuat baja, besi tempa, besi tuang dan lain-lain yang banyak
besar pada proses pembuatan baja. Beberapa bentuk oksida Fe digunakan sebagai
pigmen pada cat, senyawa penggosok, tinta magnetik dan pelapis untuk pita
desinfektan, dan lain-lain. Dalam larutan, besi berupa dalam bentuk ion divalen
atau trivalen. Biasanya, Fe akan lebih mudah membentuk senyawa dalam bentuk
senyawa tertentu.Besi (Fe, massa atom 55,85) terdapat dalam larutan dengan
bilangan oksidasi II dan III. Pada umumnya senyawa Fe(III) lebih stabil. Fe(OH)2
diendapkan pada pH diatas 7,5 dan Fe(OH)3 di atas pH 2-3. Kedua hidroksida
prinsip reaksi reduksi dan oksidasi. Metode ini merupakan suatu metode yang
diperoleh dan terjangkau. Adapun kekurangan dari metode ini adalah larutan ini
6
tidak stabil dalam penyimpanan, jadi harus sering dilakukan pembakuan (Putra,
2016).
Reaksi redoks terjadi hanya bila pasangan redoks ada dan reaktannya
(Saito, 1996).
7
BAB III
METODE PENELITIAN
dilaksanakan pada hari Selasa, 2 November 2017 pukul 13.30 WITA Selesai.
3.2.1 Alat
Alat yang digunakan dalam percobaan ini adalah buret 50 mL, erlenmeyer
250 mL, labu takar 100 mL, gelas piala 50 mL, dan 250 mL, batang pengaduk,
statif dan klem, kaca arloji, pipet volume 25 mL, filler, spatula, botol timbang,
3.2.2 Bahan
Bahan yang digunakan dalam percobaan ini adalah larutan standar KMnO4
0,02 M, larutan H2SO4 2,5 M, larutan FeCl3 0,2 M, serbuk tembaga 0,3 gram,
kedalam gelas kimia100 mL, kemudian dalam labu takar sampai tanda tera.
KMnO4 yang distandarisasi dari buret. Dilakukan triplo dan dihitung molaritas
Ditimbang 0,2 gram serbuk logam Cu dengan gelas piala kecil dan kering,
disiapkan gelas piala 250 mL dan diisi dengan 30 mL larutan besi (III) 0,2 M dan
15 mL larutan H2SO4. Dimasukkan gelas piala kecil beserta isinya kedalam gelas
piala yang telah berisi larutan besi (III) dan H2SO4 tersebut. Kemudian ditutup
gelas piala dengan kaca arloji, lalu dipanaskan hingga semua tembaga larut
sempurna. Setelah reaksi berhenti, diambil gelas piala kecil dengan menggunakan
gegep, lalu didinginkan larutan tersebut dan dimasukkan kedalam labu takar 100
pipet volum, dimasukkan kedalam erlenmeyer 100 mL, kemudian logam besi (II)
yang ada dalam larutan di titrasi dengan larutan standar KMnO4 0,02 M,
kemudian dtentukan reaksi mana yang banyak terjadi reaksi (1) atau (2). Dihitung
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
KMnO4 K+ + MnO4-
H2C2O4.2H2O H2C2O4 + 2H2O
2H+ + C2O42-
MnO4- + 5e- + 8H+ Mn2+ + 4H2O ........ x2
C2O42- 2CO2 + 2e- ......................... x5
4.3 Pembahasan
dan energi dari suatu zat yang bercampur atau bereaksi antara satu sama lain.
Konsep mol dapat meliputi atom, ion, dan satuan rumus molekul. Dengan
11
menggunakan konsep mol, suatu zat atau banyaknya zat dapat diukur dalam
satuan massa atau volume sehingga dapat dihubungkan dengan satu mol zat
logam tembaga dengan garam besi (III) dan meramalkan komposisi ion tembaga
yang dihasilkan yang didasarkan pada pada konsep stoikiometri suatu reaksi
dalam proses analisa volumetri dalam hal ini reaksi antara logam tembaga dengan
larutan garam besi (III) dengan metode titrasi permanganometri. Logam tembaga
merupakan logam yang berwarna werah bata, lunak dan dapat ditempah.
Percobaan ini akan dilakukan dengan dua kali perlakuan. Perlakuan pertama
stoikiometri reaksi logam tembaga dengan garam besi (III) yang bertujuan untuk
perbandingan [Cu+/Cu2+].
larutan standar yang digunakan adalah KMnO4. Larutan asam oksalat adalah
larutan yang berfungsi sebagai analit yang ditambahkan dengan asam sulfat
reaksi. Titik ekuivalen ditandai dengan terjadinya perubahan warna pada larutan
dengan garam besi (III). Metode titrasi yang digunakan adalah titrasi
permanganometri. Garam besi (II) terbentuk dari besi (II) oksida FeO. Garam ini
mengandung kation Fe2+ dan berwarna sedikit hijau. Garam-garam besi (III)
diturunkan dari oksida besi (III) Fe2O3. Garam ini lebih stabil dari pada garam
besi (II). Dalam larutannya mengandung kation Fe3+, warnanya menjadi semakin
kuat. Zat zat pereduksi mengubah ion besi (III) menjadi ion besi (II). Dari hasil
reaksi ini, untuk menentukan konsentrasi Fe2+ yang terjadi dari reaksi di atas dapat
besar jumlah zat yang dapat bereaksi dari hasil pencampuran tersebut. Dari reaksi
yang terjadi dapat ditentukan harga perbandingan jumlah mol antara ion Fe3+ yang
bereaksi dengan logam tembaga yang terpakai atau nilai r sebesar 1,709.
0,41.
13
BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
antara logam tembaga dengan larutan besi (III) dapat diketahui berapa jumlah zat
yang bereaksi melalui perhitungan kesetaraan massa zat yang melibatkan konsep
mol yang merupakan aspek terpenting dari stoikiometri dan Komposisi ion
tembaga yang dihasilkan adalah ion tembaga monovalen (Cu+) dan ion tembaga
0,41.
5.2 Saran
Dik:
Massa H2C2O4.2H2O = 0,63 gram
Vol H2C2O4.2H2O = 25 ml
[H2C2O4.2H2O] = 0,2 M
Vol KMnO4 = 6 mL
[H2C2O4.2H2O] x Vol H2C2O4.2H2O
[KMnO4] =
vol KMnO4
0,2 x 5
[KMnO4] = = 0,167 M
6
Dik:
5 ml larutan oksalat
M0,002
17
Larutan
- Didinginkan
- Dimasukkan dalam labu ukur 100 ml
- Diencerkan hingga tanda tera
- Diambil sebanyak 25 ml
25 ml larutan tembaga
mol
[Cu+]/[Cu2+] = 0,41