You are on page 1of 17

1

BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Reaksi kimia biasanya antara dua campuran zat, bukannya antar dua zat

murni. Di alam sebagian besar reaksi berlangsung dalam larutan air. Adapun

contoh di kehidupan kita sehari-hari yang menggunakan reaksi kimia seperti,

makanan yang kita konsumsi setiap saat setelah dicerna diubah menjadi tenaga

tubuh. Nitrogen dan hydrogen bergabung membentuk ammonia yang digunakan

sebagai pupuk. Pelajaran yang berkaitan dengan reaksi kimia lazim dikenal

sebagi stoikiometri.

Stoikiometri adalah ilmu yang mempelajari kuantitas produk dan reaktan

dalam reaksi kimia. Perhitungan stoikiometri yang paling baik dikerjakan dengan

menyatakan kuantitas yang diketahui dan yang tidak diketahui dalam mol dan

kemudian bila perlu dikonversi dengan satuan lain. Pereaksi pembatas adalah

reaktan yang ada dalam jumlah stoikiometri terkecil. Pengetahuan antara

kesetaraan massa antar zat yang bereaksi merupakan dasar penyelesaian hitungan

yang melibatkan reaksi kimia. Konsep Mol diperlukan untuk mengkonversi

kesetaraan massa antar zat dari skala molekular kedalam skala eksperimental

dalam laboratorium. Sebagai contoh dapat dikemukakan, dengan mengetahui

stokiometri reaksi dalam proses analisa volumetri, data hasil reaksi dapat

digunakan untuk menghitung konsentrasi senyawa yang terlibat dalam proses

tersebut. Seperti contoh stokiometri reaksi antara logam tembaga dengan larutan
2

garam besi (III) dalam suasana asam dengan menganalisa hasil reaksi secara

volumetri.

Ion tembaga monovalen, Cu+ dan ion tembaga bivalen Cu2+ merupakan

dua spesies yang dapat dihasilkan dari logam tembaga dalam reaksi ini. Dengan

memanfaatkan harga potensial elektroda standar untuk setiap spesies, dapat

diperkirakan spesies yang mana yang secara termodinamika memiliki

kemungkinan lebih tinggi untuk terbentuk dalam reaksi dari dua spesies itu.

Berdasarkan hal-hal tersebut, maka dilakukan percobaan stoikiometri reaksi

logam tembaga dengan garam besi (III) dengan metode titrasi permanganometri.

1.2 Tujuan Praktikum

Tujuan yang akan dicapai pada praktikum ini yaitu untuk mempelajari

stoikiometri reaksi antara logam tembaga dengan larutan besi (III) dan

meramalkan komposisi ion tembaga yang dihasilkan.

1.3 Prinsip Percobaan

Prinsip percobaan berdasarkan pada konsep stoikiometri suatu reaksi

dalam proses analisa volumetri dalam hal ini reaksi antara logam tembaga dengan

larutan garam besi (III) dengan metode titrasi permanganometri.


3

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Stoikiometri

Stoikiometri adalah ilmu yang mempelajari dan menghitungan hubungan

kuntitatif dari reaktan dan produk dalam reaksi kimia. Stoikiometri berasal dari

bahasa Yunani yaitu stoikheion (elemen) dan metria (ukuran). Stoikiometri reaksi

adalah perbandingan massa unsur-unsur dalam senyawa dalam pembentukan

senyawanya. Perhitungan kimia dengan stoikiometri biasanya mengguanakan

hukum-hukum dasar ilmu kimia. Hukum kimia adalah hukum alam yang relevan

dengan bidang kimia. Konsep yang paling fundamental dalam kimia adalah

hukum konversi massa, yang menyatakan bahwa tidak terjadi perubahan kuantitas

materi sewaktu reaksi kimia biasa (Alfian, 2009).

Stoikiometri kimia adalah konsep luas yang diterapkan di banyak bidang

kimia, terutama kimia analitik, dimana hubungan kuantitatif antara jumlah mol

reaktan dan produk ditunjukkan oleh persamaan seimbang. Konsep stoikiometri

terkait ini sangat penting dalam kimia kuantitatif. Sebagai contoh, perhitungan

stoikiometri diperlukan untuk mengevaluasi hasil analisis kuantitatif seperti titrasi

(Hanson, 2016).

2.2 Kalium Permanganat

Permanganat adalah padatan kristalin yang dikenal sebagai zat

pengoksidasi. Mereka tersedia sebagai natrium dan kalium permanganat. Mudah

ditangani, mudah didapat, zat pengoksidasi kuat dan serbaguna dengan kekuatan
4

pengoksidasi relatif 1,24. Fleksibilitasnya dalam bereaksi dengan berbagai

senyawa organik pada berbagai pH disebabkan oleh keadaan oksidasi variabel

mangan dalam reaksi pada pH yang berbeda (Achugasim, 2014).

2.3 Logam Tembaga

Tembaga adalah logam yang relatif lunak, dan sering digunakan segabai

logam paduan, misalnya kuningan dan perunggu. Tembaga murni merupakan

penghantar panas tertinggi diantara semua logam dan konduktor listrik kedua

sstelah perak. Tembaga membentuk senyawa dengan tingkat oksidasi +1 dan +2,

namun hanya tembaga (II) yang stabil dan mendominasi dalam larutannya

(Sugiarto dan Retno, 2008).

Menurut Darmono (1995) bahwa logam berat tembaga (Cu) merupakan

salah satu logam berat yang mencemari lingkungan perairan. Logam berat Cu

dapat menyebabkan pengaruh negatif atau bersifat toksit terhadap organisme air

dan manusia pada batas konsentrasi tertentu. Gejala-gejala yang nampak akibat

toksikasi logam Cu pada manusia adalah hawa mulut berbau, kerongkongan dan

perut kering, rasa ingin muntah dan diare terus menerus selama berhari-hari,

terdapat darah pada kotoran (feces), pusing-pusing dan demam (Solecha dan

Bambang, 2002).

2.4 Sifat Fisis dan Kimia Besi (Fe)

Besi atau ferrum (Fe) adalah salah satu logam yang paling banyak

dijumpai di kerak bumi, metal berwarna putih keperakan, liat dan dapat dibentuk.

Di alam didapat sebagai hematite. Secara kimia besi merupakan logam yang
5

cukup aktif, hal ini karena besi dapat bersenyawa dengan unsur-unsur lain. Salah

satu kegunaan besi adalah sebagai campuran untuk membuat paduan logam,

misalnya untuk membuat baja, besi tempa, besi tuang dan lain-lain yang banyak

digunakan sebagai bahan bangunan, peralatan-peralatan logam, rangka kenderaan

dan lainnya (Apriani, 2011).

Penggunaan industri dari Fe dan senyawanya sangat banyak. Fe berperan

besar pada proses pembuatan baja. Beberapa bentuk oksida Fe digunakan sebagai

pigmen pada cat, senyawa penggosok, tinta magnetik dan pelapis untuk pita

magnetik. Garam terlarutnya dapat digunakan sebagai katalis, pigmen, pupuk,

desinfektan, dan lain-lain. Dalam larutan, besi berupa dalam bentuk ion divalen

atau trivalen. Biasanya, Fe akan lebih mudah membentuk senyawa dalam bentuk

Fe3+dibandingkan Fe2+serta dapat membentuk kompleks yang stabil dengan

senyawa tertentu.Besi (Fe, massa atom 55,85) terdapat dalam larutan dengan

bilangan oksidasi II dan III. Pada umumnya senyawa Fe(III) lebih stabil. Fe(OH)2

diendapkan pada pH diatas 7,5 dan Fe(OH)3 di atas pH 2-3. Kedua hidroksida

tersebut tidak menunjukkan sifat asam (Wang, 2015).

2.5 Titrasi Permanganometri

Permanganometri merupakan salah satu metode titrasi yang menggunakan

prinsip reaksi reduksi dan oksidasi. Metode ini merupakan suatu metode yang

sering digunakan karena permanganometri memiliki kelebihan antara lain

Permanganometri merupakan oksidator kuat, tidak memerlukan indikator, mudah

diperoleh dan terjangkau. Adapun kekurangan dari metode ini adalah larutan ini
6

tidak stabil dalam penyimpanan, jadi harus sering dilakukan pembakuan (Putra,

2016).

2.6 Potensial Reduksi Standar

Reaksi redoks terjadi hanya bila pasangan redoks ada dan reaktannya

dapat berupa oksidator atau reduktor bergantung pasangan reaksinya.

Kemampuan relatif redoksnya dapat diungkapkan secara numerik dengan

memberikan potensial reduksi setengah reaksinya, E0 (Tabel 3.1).

Tabel 3.1 Potensial reduksi standar pada 25 .

(Saito, 1996).
7

BAB III
METODE PENELITIAN

3.1 Waktu dan Tempat Praktikum

Praktikum Kimia Anorganik dengan judul Stoikiometri Reaksi Logam

Tembaga dengan Garam Fe dengan Metode Titrasi Permanganometri ini

dilaksanakan pada hari Selasa, 2 November 2017 pukul 13.30 WITA Selesai.

Bertempat di Laboratorium Jurusan Pendidikan Kimia, Fakultas keguruan dan

Ilmu Pendidikan, Universitas Halu Oleo, Kendari.

3.2 Alat dan Bahan

3.2.1 Alat

Alat yang digunakan dalam percobaan ini adalah buret 50 mL, erlenmeyer

250 mL, labu takar 100 mL, gelas piala 50 mL, dan 250 mL, batang pengaduk,

statif dan klem, kaca arloji, pipet volume 25 mL, filler, spatula, botol timbang,

dan botol semprot.

3.2.2 Bahan

Bahan yang digunakan dalam percobaan ini adalah larutan standar KMnO4

0,02 M, larutan H2SO4 2,5 M, larutan FeCl3 0,2 M, serbuk tembaga 0,3 gram,

asam oksalat 0,63 gram, larutan Fe(NH4)(SO4)2 dan aquadest.


8

3.3 Prosedur kerja

3.3.1 Standarisasi Larutan 0,02 M KMnO4

Ditimbang sebanyak 0,63 gram asam oksalat (H2C2O4.2H2O) dan dilarutkan

kedalam gelas kimia100 mL, kemudian dalam labu takar sampai tanda tera.

Diambil 5 mL larutan H2C2O4, dan ditempatkan dalam erlenmeyer 100 mL,

ditambahkan 20 mL H2SO4 2,5 M, kemudian dititrasi dengan larutan standar

KMnO4 yang distandarisasi dari buret. Dilakukan triplo dan dihitung molaritas

larutan standar KMnO4. Molaritas larutan standar KMnO4 sebesar 0,167 M.

3.3.2 Stoikiometri Reaksi Logam Cu dengan Garam Besi (III)

Ditimbang 0,2 gram serbuk logam Cu dengan gelas piala kecil dan kering,

disiapkan gelas piala 250 mL dan diisi dengan 30 mL larutan besi (III) 0,2 M dan

15 mL larutan H2SO4. Dimasukkan gelas piala kecil beserta isinya kedalam gelas

piala yang telah berisi larutan besi (III) dan H2SO4 tersebut. Kemudian ditutup

gelas piala dengan kaca arloji, lalu dipanaskan hingga semua tembaga larut

sempurna. Setelah reaksi berhenti, diambil gelas piala kecil dengan menggunakan

gegep, lalu didinginkan larutan tersebut dan dimasukkan kedalam labu takar 100

mL dan dencerkan sampai tanda tera. Diambil sebanyak 25 mL larutan dengan

pipet volum, dimasukkan kedalam erlenmeyer 100 mL, kemudian logam besi (II)

yang ada dalam larutan di titrasi dengan larutan standar KMnO4 0,02 M,

dilakukan triplo. Dihitung konsentrasi Fe2+ yang dihasilkan dalam reaksi,

kemudian dtentukan reaksi mana yang banyak terjadi reaksi (1) atau (2). Dihitung

pula perbandingan [Cu+]/[Cu2+]. Konsentrasi Fe2+ adalah 0,0053 M.


9

BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Data Pengamatan

4.1.1 Standarisasi Larutan KMnO4 0,02 M

Tabel 4.1 Hasil pengamatan standarisasi larutan KMnO4 0,02 M


No. Perlakuan Hasil pengamatan
1. Ditimbang sebanyak 0,63 gram asam Serbuk berwarna putih
oksalat H2C2O4. 2H2O
2. Dilarutkan dalam labu takar 100 mL, Larut dan homogeny
diencerkan dengan aquades sampai batas
tera
3. Disiapkan 3 buah erlenmeyer masing- larutan bening
masing dimasukkan 5 mL larutan asam
oksalat
4. Ditambahkan 20 mL H2SO4 2,5 M Tetap bening
5. Dititrasi dengan larutan standar KmnO4 larutan menjadi pink
bening
V = 6 mL

4.1.2 Stoikiometri Reaksi Logam Cu dengan Garam Besi (III)

Tabel 4.2 stoikiometri reaksi logam Cu dengan garam besi (III)


No. Perlakuan Hasil pengamatan
1. Ditimbang 0,2 gram Cu ditimbang Serbuk berwarna merah bata
dalam botol timbang
2. 250 mL gelas beker diisi dengan 30 mL Larutan berwarna kuning
larutan besi (III) 0,2 M + 15 mL asam kehijauan
sulfat 2,5 M
3. Botol timbang diletakkan kedalam gelas
kimia 250 mL yang berisi larutan Fe
(III)
4. Gelas kimia 250 mL dtutup dengan Mendidih dan tembaga larut
gelas arloji dan dididihkan
5. Botol timbang kecil yang berisi larutan Tembaga larut
Cu didihkan lagi selama 10 menit
6. Didinginkan pada air dingin dalam
gelas kimia 250 mL
7. Larutan tembaga diencerkan dengan Larutan bening
aquades dalam labu takar 100 mL
10

sampai tanda tera


8. Disiapkan 3 buah erlenmeyer dan larutan menjadi warna merah
dimasukkan larutan tembaga masing- bata
masing 25 mL V = 0,8 mL

4.2 Reaksi kimia

4.2.1 Standarisasi Larutan 0,02 M KMnO4

KMnO4 K+ + MnO4-
H2C2O4.2H2O H2C2O4 + 2H2O
2H+ + C2O42-
MnO4- + 5e- + 8H+ Mn2+ + 4H2O ........ x2
C2O42- 2CO2 + 2e- ......................... x5

2MnO4- + 16H+ 5C2O42- 2Mn2+ + 8H2O + 10CO2

4.2.2 Stoikiometri Reaksi Logam Tembaga Dengan Garam Besi (III)

Cu + Fe3+ Cu+ + Fe2+


Cu + Fe3+ Cu2+ + 2Fe2+
MnO4- + 8H+ + 5e- Mn2+ + 4H2O ..... x1
Fe2+ Fe3+ + 3e- ................................... x5
5Fe2+ + MnO4- + 8H+ Mn2+ + 4H2O + 5Fe3+

4.3 Pembahasan

Rekasi kimia dapat terjadi karena adanya perubahan struktur, komposisi,

dan energi dari suatu zat yang bercampur atau bereaksi antara satu sama lain.

Dalam hakikatnya, suatu rekasi kimia sering kali melibatkan perhitungan

stoikiometri. Perhitungan stoikiometri dianggap sanagat efisien dalam

memecahakan masalah perhitungan terutama jika digunakan pada konsep mol.

Konsep mol dapat meliputi atom, ion, dan satuan rumus molekul. Dengan
11

menggunakan konsep mol, suatu zat atau banyaknya zat dapat diukur dalam

satuan massa atau volume sehingga dapat dihubungkan dengan satu mol zat

sebagai aspek kuantitatif dari reaksi yang terjadi.

Percobaan ini bertujuan untuk mempelajari stoikiometri reaksi antara

logam tembaga dengan garam besi (III) dan meramalkan komposisi ion tembaga

yang dihasilkan yang didasarkan pada pada konsep stoikiometri suatu reaksi

dalam proses analisa volumetri dalam hal ini reaksi antara logam tembaga dengan

larutan garam besi (III) dengan metode titrasi permanganometri. Logam tembaga

merupakan logam yang berwarna werah bata, lunak dan dapat ditempah.

Percobaan ini akan dilakukan dengan dua kali perlakuan. Perlakuan pertama

standarisasi pada larutan KMnO4 0,02 M dengan tujuan untuk menghitung

molaritas hasil standarisasi larutan KMnO4. Sedangkan perlakuan kedua

stoikiometri reaksi logam tembaga dengan garam besi (III) yang bertujuan untuk

mengetahui konsentrasi Fe2+ yang dihasilkan dalam reaksi dan jumlah

perbandingan [Cu+/Cu2+].

Percobaan pertama yang dilakukan adalah melakukan standarisasi larutan

KMnO4. Metode yang digunakan adalah metode titrasi permanganometri karena

larutan standar yang digunakan adalah KMnO4. Larutan asam oksalat adalah

larutan yang berfungsi sebagai analit yang ditambahkan dengan asam sulfat

(H2SO4). Sedangkan asam sulfat berfungsi sebagai katalis dalam mempercepat

reaksi. Titik ekuivalen ditandai dengan terjadinya perubahan warna pada larutan

yang dititrasi. Hasil percobaan menunjukkan volume KMnO4 yang terpakai 6 mL

sehingga diperoleh konsentrasi baku dari KMnO4 adalah 0,167 M.


12

Percobaan selanjutnya penentuan stoikiometri reaksi logam tembaga

dengan garam besi (III). Metode titrasi yang digunakan adalah titrasi

permanganometri. Garam besi (II) terbentuk dari besi (II) oksida FeO. Garam ini

mengandung kation Fe2+ dan berwarna sedikit hijau. Garam-garam besi (III)

diturunkan dari oksida besi (III) Fe2O3. Garam ini lebih stabil dari pada garam

besi (II). Dalam larutannya mengandung kation Fe3+, warnanya menjadi semakin

kuat. Zat zat pereduksi mengubah ion besi (III) menjadi ion besi (II). Dari hasil

reaksi ini, untuk menentukan konsentrasi Fe2+ yang terjadi dari reaksi di atas dapat

menggunakan konsep mol. Sebagaimana sebelumnya telah dijelaskan bahwa

perhitungan melibatkan konsep mol dapat membantu kita mengetahui seberapa

besar jumlah zat yang dapat bereaksi dari hasil pencampuran tersebut. Dari reaksi

yang terjadi dapat ditentukan harga perbandingan jumlah mol antara ion Fe3+ yang

bereaksi dengan logam tembaga yang terpakai atau nilai r sebesar 1,709.

Sedangkan hasil yang didapatkan dari perbandingan [Cu+]/[Cu2+] adalah sebesar

0,41.
13

BAB V
PENUTUP

5.1 Kesimpulan

Berdasarkan hasil percobaan maka disimpulkan bahwa stoikiometri reaksi

antara logam tembaga dengan larutan besi (III) dapat diketahui berapa jumlah zat

yang bereaksi melalui perhitungan kesetaraan massa zat yang melibatkan konsep

mol yang merupakan aspek terpenting dari stoikiometri dan Komposisi ion

tembaga yang dihasilkan adalah ion tembaga monovalen (Cu+) dan ion tembaga

bivalen (Cu2+). hasil yang didapatkan dari perbandingan [Cu+]/[Cu2+] adalah

0,41.

5.2 Saran

Sebaiknya larutan standar yang digunakan untuk percobaan selanjutnya

diganti dengan larutan standar lain seperti N2S2O3


14

LAMPIRAN ANALISIS DATA

Standarisasi Larutan KMnO4 0,02 M

Dik:
Massa H2C2O4.2H2O = 0,63 gram

Mr H2C2O4.2H2O = 126 gram/mol


gram 0,63
Mol H2C2O4.2H2O = = = 0,005 mol
mr 126

Vol H2C2O4.2H2O = 25 ml
[H2C2O4.2H2O] = 0,2 M
Vol KMnO4 = 6 mL
[H2C2O4.2H2O] x Vol H2C2O4.2H2O
[KMnO4] =
vol KMnO4
0,2 x 5
[KMnO4] = = 0,167 M
6

Stoikiometri Reaksi Antara Logam Tembaga Dengan Garam Fe (III)

Dik:

Berat serbuk Cu = 0,2 gram


Ar Cu = 63, 5
[Cu] = 0,003 M
Volume Fe(II) 0,2 M = 30 mL
Vol H2SO4 = 15 mL
Hasil Titrasi:
Vol Fe3+ = 25 mL
Vol KMnO4 = 0,8 mL
[KMnO4] = 0,167 M
[KMnO4] x vol KMnO4
[Fe(III)] = = 0,0053 M
vol Fe(III)
15

mmol Fe3+ yang bereaksi mmol Fe2+(hasil)


R = = mmol Cu (awal)
mmol Cu yang terpakai
0,0053
= = 1,709
0,0031
Reaksi determinan: Cu + Fe3+ Fe3++ Cu2+
Perbandingan dengan harga t0 standar:
[Cu+ ] 2r 2 1,709 0,291
= = = = 0,41
[Cu2+ ] r1 1,709 1 0,709
16

LAMPIRAN PROSEDUR KERJA

Standarisasi Larutan KMnO4 0,02 M

0,63 gram asam oksalat

- Ditimbang & dilarutkan,lalu


diamsukkan dalam labu ukur 100 ml
- Diencerkan hingga tanda tera
- Diambil sebanyak 5 ml
- Dimasukkan dalam Erlenmeyer 100
ml

5 ml larutan oksalat

- Ditambahkan 20 mL H2SO4 2,5 M


- Dititrasi dengan larutan KMnO4
yang akan distandarisasi
- Dilakukan triplo
- Dihitung molaritas rata-rata larutan
standar KMnO4
Molaritas KMnO4 = 0,167 M

M0,002
17

Stoikiometri Reaksi Logam Cu dengan Garam Besi (III)

0,2 gram serbuk tembaga

- Dimasukkan dalam gelas piala 50 ml

Logam Cu dalam gelas piala 50 ml

- Dimasukkan dalam gelas piala 250


ml berisi 30 mL larutan besi (III) 0,2
M dan 15 mL larutan H2SO4
- Ditutup dengan gelas arloji
- Dipanaskan sampai semua tembaga
larut

Larutan

- Didinginkan
- Dimasukkan dalam labu ukur 100 ml
- Diencerkan hingga tanda tera
- Diambil sebanyak 25 ml

25 ml larutan tembaga

- Dititrasi dengan larutan 0,02 M KMnO4


- Dilakukan triplo
- Dihitung [Fe3+] yang dihasilkan dalam
reaksi dan nilai r
- Dihitung perbandingan [Cu+]/[Cu2+]

[Fe3+] = 0,0053 mol r = 1,709

mol
[Cu+]/[Cu2+] = 0,41

You might also like