Professional Documents
Culture Documents
Demam Kejang
Di ruang Instalasi Gawat Darurat (IGD)RSI Ibnu Sina Bukittinggi
Oleh
Vinny Ariesta Pishesa
1503149010043
( ) ( )
A. PENGERTIAN
Mola hidatidosa adalah kehamilan abnormal dimana hampir seluruh vili korialisnya
korion (chorionic villi) yang tumbuh bergandang berupa gelembung-gelembung kecil yang
mengandung banyak cairan sehingga menyerupai buah anggur, atau mata ikan karena itu
disebut juga hamil anggur atau mata ikan. Kelainan ini merupakan neoplasma trofoblas
yang jinak (benigna) (Mochtar, 2000). Mola hidatidosa adalah kehamilan abnormal, dengan
ciri-ciri stroma villi korialis langka vaskularisasi, dan edematus. Janin biasanya meninggal,
akan tetapi villi-villi yang membesar dan edematus itu hidup dan tumbuh terus, gambaran
yang diberikan ialah sebagai segugus buah anggur. Jaringan trofoblas pada villi kadang-
Human Chorionic Gonadotrophin (HCG) dalam jumlah yang lebih besar daripada
Mola hidatidosa adalah suatu kehamilan yang berkembang tidak wajar dimana tidak
ditemukan janin dan hampir seluruh villi korialis memgalami perubahan berupa degenerasi
hidropik. Secara makroskopik, mola hidatidosa mudah dikenal yaitu berupa gelembung-
gelembung putih, tembus pandang, berisi cairan jernih, dengan ukuran bervariasi dari
terlambat dikeluarkan.
3. Kekurangan Vitamin A
4. Kekurangan Protein
C. KLASIFIKASI
1. Mola Komplit
Kehamilan mola komplit yaitu kehamilan mola tanpa adanya janin. Pada
2. Mola Parsialis
abnormal dari plasenta tetapi masih didapati janin. Kehamilan mola parsialis
biasanya disebabkan karena 2 sperma membuahi 1 sel telur. Hal ini menyebabkan
terjadi nya kehamilan triploidi (69 XXX atau 69 XXY), sehingga selain terjadinya
abnormal pula. Janin pada kehamilan mola parsialis biasanya juga meninggal di
dalam rahim karena memiliki kelainan kromosom dan kelainan kongenital seperti
bibir sumbing dan syndactily. Selain itu mola parsialis juga dapat disebabkan
adanya pembuahan sel telur yang haploid oleh sperma diploid 46 XY yang belum
tereduksi.
carotene dan defisiensi vitamin A. Sedangkan mola parsialis lebih sering tejadi
pada wanita dengan tingkat pendidikan tinggi, menstruasi yang tidak teratur dan
wanita perokok.
D. MANIFESTASI KLINIS
Pada stadium awal, tanda dan gejal mola hidatidosa tidak dapat dibedakan dari
kehamilan normal, kemudian perdarahan pervagina terjadi pada hampir setiap kasus.
Pengeluaran pervagina mungkin berwarna coklat tua (menyerupai juice prune) atau
merah terang, jumlahnya sedikit-sedikit atau banyak, itu berlangsung hanya beberapa
hari atau terus-menerus untuk beberapa minggu. Pada awal kehamilan beberapa wanita
mempunyai uterus lebih besar dari pada perkiraan menstruasi berakhir, kira-kira 25%
wanita akan mempunyai uterus lebih kecil dari perkiraan menstruasi terakhir.
1. Terdapat gejala - gejala hamil muda yang kadang - kadang lebih nyata dari
2. Terdapat perdarahan per vaginam yang sedikit atau banyak, tidak teratur,
seharusnya.
4. Tidak teraba bagian - bagian janin dan balotemen, juga gerakan janin serta
E. KOMPLIKASI
Pada penderita mola yang lanjut dapat terjadi beberapa komplikasi sebagai berikut:
1. Anemia
2. Syok
5. Infeksi sekunder.
7. Menjadi ganas ( PTG ) pada kira - kira 18-20% kasus, akan menjadi mola
F. PATOFISIOLOGI
kecil seperti anggur. Biasanya di dalamnya tidak berisi embrio. Secara histo patologic
kadang-kadang ditemukan jaringan mola pada plasenta dengan bayi normal. Bisa juga
terjadi kehamilan ganda, yang dimaksud dengan mola kehamilan ganda adalah : satu janin
tumbuh dan yang satu menjadi mola hidatidosa. Gelembung mola besarnya bervariasi,
mulai dari yang kecil sampai berdiameter lebih dari 1 cm. mola parsialis adalah bila
Sel - sel Langhans tampak seperti sel polidral dengan inti terang dengan adanya sel
sinsisial giantik ( Syncytial Giant Cells). Pada kasus mola banyak kita jumpai ovarium
dengan kista lutein ganda berdiameter 10 cm atau lebih ( 25-60%). Kista lutein akan
berangsur - angsur mengecil dan kemudian hilang setelah mola hidatidosa sembuh.
PATHWAY MOLAHIDATIDOSA
MOLAHIDATIDOSA
Ovum yang sudah atrofi, social ekonomi yang rendah (kekurangan gizi), infeksi virus,
G. PEMERIKSAAN PENUNJANG
Untuk mengetahui secara pasti adanya mola hidatidosa, maka pemeriksaan penunjang
1. Reaksi kehamilan : karena kadar HCG yang tinggi maka uji biologik dan
pengenceran (titrasi):
hamil kembar. Bahkan pada mola hidatidosa, uji biologik atau imunologik cairan
2. Pemeriksaan dalam
Pastikan besarnya uterus, uterus terasa lembek, tidak ada bagian-bagian janin,
terdapat perdarahan dan jaringan dalam kanalis servikalis dan vagina, serta
3. Uji sonde : Sonde ( penduga rahim ) dimasukkan pelan - pelan dan hati -
hati ke dalam kanalis servikalis dan kavum uteri. Bila tidak ada tahanan,
sonde diputar setelah ditarik sedikit, bila tetap tidak ada tahanan
6. Ultrasonografi : pada mola akan kelihatan bayangan badai salju dan tidak
terlihat janin.
H. PENATALAKSANAAN
1. Terapi
a) Kalau perdarahan banyak dan keluar jaringan mola, atasi syok dan
kuretase.
12 jam.
atau sintosinon ); cabut laminaria, kemudian setelah itu lakukan evakuasi isi
kavum uteri dengan hati - hati. Pakailah cunam ovum yang agak besar atau
kuret besar : ambillah dulu bagian tengah baru bagian - bagian lainnya pada
kavum uteri. Pada kuretase pertama ini keluarkanlah jaringan sebanyak
3) Kalau perdarahan banyak, berikan tranfusi darah dan lakukan tampon utero
porsi:
penderita.
pemeriksaan laboratorium.
f) Kalau mola terlalu besar dan takut perforasi bila dilakukan kerokan, ada
rahim ( mola).
g) Histerektomi total dilakukan pada mola resiko tinggi ( high risk mola) : usia
lebih dari 30 tahun, paritas 4 atau lebih, dan uterus yang sangat besar (mola
Kehamilan, dimana reaksi kehamilan menjadi positif akan menyulitkan observasi. Juga
servik, uterus cepat bertambah kecil atau tidak, kista lutein bertambah kecil atau tidak dll.
Kalau reaksi titer tetap (+), maka harus dicurigai adanya keganasan. Keganasan
masih dapat timbul setelah 3 tahun pasca terkenanya mola hidatidosa. Menurut Harahap
(1970) tumor timbul 34,5 % dalam 6 minggu, : 62,1% dalam 12 minggu dan 79,4% dalam
tujuan sebagai profilaksis terhadap keganasan. Para ahli lain tidak setuju pemberian ini,
karena disatu pihak obat ini tentu mencegah keganasan, dan dipihak lain obat ini tidak luput
A. PENGKAJIAN
menganalisanya sehingga dapat diketahui masalah dan kebutuhan perawatan bagi klien.
2 Keluhan utama, Kaji adanya menstruasi tidak lancar dan adanya perdarahan
pervaginam berulang.
luar siklus haid, pembesaran uterus lebih besar dari usia kehamilan.
klien, jenis pembedahan , kapan , oleh siapa dan di mana tindakan tersebut
berlangsung.
5 Riwayat penyakit yang pernah dialami, Kaji adanya penyakit yang pernah
6 Riwayat kesehatan keluarga, Yang dapat dikaji melalui genogram dan dari
lamanya, banyaknya, sifat darah, bau, warna dan adanya dismenorhoe serta kaji
8 Riwayat kehamilan persalinan dan nifas, Kaji bagaimana keadaan anak klien
mulai dari dalam kandungan hingga saat ini, bagaimana keadaan kesehatan
anaknya.
9 Riwayat seksual, Kaji mengenai aktivitas seksual klien, jenis kontrasepsi yang
1. Inspeksi adalah proses observasi yang sistematis yang tidak hanya terbatas pada
penglihatan tetapi juga meliputi indera pendengaran dan penghidung. Hal yang diinspeksi
antara lain : mengobservasi kulit terhadap warna, perubahan warna, laserasi, lesi terhadap
drainase, pola pernafasan terhadap kedalaman dan kesimetrisan, bahasa tubuh, pergerakan
2. Palpasi adalah menyentuh atau menekan permukaan luar tubuh dengan jari.
Sentuhan : merasakan suatu pembengkakan, mencatat suhu, derajat kelembaban dan tekstur
kulit atau menentukan kekuatan kontraksi uterus. Tekanan : menentukan karakter nadi,
mengevaluasi edema, memperhatikan posisi janin atau mencubit kulit untuk mengamati
turgor. Pemeriksaan dalam : menentukan tegangan/tonus otot atau respon nyeri yang
abnormal
3. Perkusi adalah melakukan ketukan langsung atau tidak langsung pada permukaan
tubuh tertentu untuk memastikan informasi tentang organ atau jaringan yang ada
dibawahnya.
Menggunakan jari : ketuk lutut dan dada dan dengarkan bunyi yang menunjukkan ada
tidaknya cairan, massa atau konsolidasi. Menggunakan palu perkusi : ketuk lutut dan amati
ada tidaknya refleks/gerakan pada kaki bawah, memeriksa refleks kulit perut apakah ada
abdomen untuk bising usus atau denyut jantung janin. (Johnson & Taylor, 2005 : 39)
yang berlebihan.
Intervensi :
f) Kolaborasi :
Intervensi :
e) Kolaborasi :
Intervensi :
b) Kaji TTV.
Intervensi :
b) Berikan informasi yang jelas dan akurat tentang Mola hidatidosa, penyebab,
Intervensi :
fase pengobatan.
d) Gunakan sentuhan selama interaksi, bila dapat diterima klien dan pertahankan
kontak mata.
E. IMPLEMENTASI
respon pasien.
DAFTAR PUSTAKA
Bobak, Lowdermik, Perry, 1999. Maternity Nursing, Fifth Edition. New York: J.B.
Lippincott Company.
Farrer, Helen, 1999. Perawatan Maternitas, Edisi Ke-2. Jakarta: Buku Kedokteran
EGC.
Liewllyn, Derek, Jones. 2001. Dasar-Dasar Obstetri Dan Ginekologi, Edisi Ke-6
Jakarta: Hipokrates.
Mochtar, Rustam. 1998. Sinopsis Obstetri, Jilid 1, Edisi Ke-3. Jakarta: Buku
Kedokteran. EGC.
Wikajosastro, Hanifa, dkk. 1999. Ilmu Kebidanan. Jakarta: Yayasan Bina Pustaka
Sarwono Prawirohardjo.