You are on page 1of 19

Laporan Pendahuluan

Demam Kejang
Di ruang Instalasi Gawat Darurat (IGD)RSI Ibnu Sina Bukittinggi

Oleh
Vinny Ariesta Pishesa
1503149010043

Preseptor Akademik Preseptor Klinik

( ) ( )

Program Profesi Ners


STIKes YARSI SUMBAR
BUKITTINGGI
2016

A. PENGERTIAN
Mola hidatidosa adalah kehamilan abnormal dimana hampir seluruh vili korialisnya

mengalami perubahan hirofik (Mansjoer, 1999). Mola Hidatidosa adalah jonjot-jonjot

korion (chorionic villi) yang tumbuh bergandang berupa gelembung-gelembung kecil yang

mengandung banyak cairan sehingga menyerupai buah anggur, atau mata ikan karena itu

disebut juga hamil anggur atau mata ikan. Kelainan ini merupakan neoplasma trofoblas

yang jinak (benigna) (Mochtar, 2000). Mola hidatidosa adalah kehamilan abnormal, dengan

ciri-ciri stroma villi korialis langka vaskularisasi, dan edematus. Janin biasanya meninggal,

akan tetapi villi-villi yang membesar dan edematus itu hidup dan tumbuh terus, gambaran

yang diberikan ialah sebagai segugus buah anggur. Jaringan trofoblas pada villi kadang-

kadang berproliferasi ringan kadang-kadang keras, dan mengeluarkan hormon, yakni

Human Chorionic Gonadotrophin (HCG) dalam jumlah yang lebih besar daripada

kehamilan biasa. (Prawirohardjo, 2007).

Mola hidatidosa adalah suatu kehamilan yang berkembang tidak wajar dimana tidak

ditemukan janin dan hampir seluruh villi korialis memgalami perubahan berupa degenerasi

hidropik. Secara makroskopik, mola hidatidosa mudah dikenal yaitu berupa gelembung-

gelembung putih, tembus pandang, berisi cairan jernih, dengan ukuran bervariasi dari

beberapa milimeter sampai 1 atau 2 cm. (Prawirohardjo, 2008).


B. ETIOLOGI

Penyebab mola hidatidosa tidak diketahui, faktor-faktor yang

menyebabkannya antara lain:

1. Faktor ovum : Ovum memang sudah patologik sehingga mati, tapi

terlambat dikeluarkan.

2. Imunoselektif dari trofoblas

3. Kekurangan Vitamin A

4. Kekurangan Protein

5. Keadaan sosio ekonomi yang rendah.

6. Infeksi virus dan kromosom yang belum jelas.

C. KLASIFIKASI

Sesuai dengan derajatnya, mola hidatidosa klasifikasikan menjadi 2 jenis, yaitu

mola komplit dan mola parsialis.

1. Mola Komplit

Kehamilan mola komplit yaitu kehamilan mola tanpa adanya janin. Pada

pemeriksaan kandungan dijumpai pembesaran rahim tetapi tidak teraba bagian


tubuh janin. Hal ini disebabkan 1 sperma membuahi sel telur dengan gen yang

sudah tidak aktif, kemudian kromosom paternal berkembang menjadi kromosom

46 XX atau 46 XY yang sepenuhnya merupakan kromosom sang ayah, sehingga

didapati perkembangan plasenta tanpa adanya janin.

2. Mola Parsialis

Kehamilan mola parsialis, adalah kehamilan yang terdapat perkembangan

abnormal dari plasenta tetapi masih didapati janin. Kehamilan mola parsialis

biasanya disebabkan karena 2 sperma membuahi 1 sel telur. Hal ini menyebabkan

terjadi nya kehamilan triploidi (69 XXX atau 69 XXY), sehingga selain terjadinya

perkembangan plasenta yang abnormal juga disertai perkembangan janin yang

abnormal pula. Janin pada kehamilan mola parsialis biasanya juga meninggal di

dalam rahim karena memiliki kelainan kromosom dan kelainan kongenital seperti

bibir sumbing dan syndactily. Selain itu mola parsialis juga dapat disebabkan

adanya pembuahan sel telur yang haploid oleh sperma diploid 46 XY yang belum

tereduksi.

Secara epidemiologi mola komplit dapat meningkat bila wanita kekurangan

carotene dan defisiensi vitamin A. Sedangkan mola parsialis lebih sering tejadi

pada wanita dengan tingkat pendidikan tinggi, menstruasi yang tidak teratur dan

wanita perokok.
D. MANIFESTASI KLINIS

Pada stadium awal, tanda dan gejal mola hidatidosa tidak dapat dibedakan dari

kehamilan normal, kemudian perdarahan pervagina terjadi pada hampir setiap kasus.

Pengeluaran pervagina mungkin berwarna coklat tua (menyerupai juice prune) atau

merah terang, jumlahnya sedikit-sedikit atau banyak, itu berlangsung hanya beberapa

hari atau terus-menerus untuk beberapa minggu. Pada awal kehamilan beberapa wanita

mempunyai uterus lebih besar dari pada perkiraan menstruasi berakhir, kira-kira 25%

wanita akan mempunyai uterus lebih kecil dari perkiraan menstruasi terakhir.

Pada penderita mola dapat ditemukan beberapa gejala-gejala sebagai berikut:

1. Terdapat gejala - gejala hamil muda yang kadang - kadang lebih nyata dari

kehamilan biasa dan amenore

2. Terdapat perdarahan per vaginam yang sedikit atau banyak, tidak teratur,

warna tungguli tua atau kecoklatan seperti bumbu rujak.

3. Pembesaran uterus tidak sesuai (lebih besar) dengan tua kehamilan

seharusnya.

4. Tidak teraba bagian - bagian janin dan balotemen, juga gerakan janin serta

tidak terdengar bunyi denyut jantung janin.

E. KOMPLIKASI

Pada penderita mola yang lanjut dapat terjadi beberapa komplikasi sebagai berikut:

1. Anemia

2. Syok

3. Preeklampsi atau Eklampsia


4. Tirotoksikosis

5. Infeksi sekunder.

6. Perforasi karena keganasan dan karena tindakan.

7. Menjadi ganas ( PTG ) pada kira - kira 18-20% kasus, akan menjadi mola

destruens atau koriokarsinoma.

F. PATOFISIOLOGI

Jonjot-jonjot korion tumbuh berganda dan mengandung cairan merupakan kista-kista

kecil seperti anggur. Biasanya di dalamnya tidak berisi embrio. Secara histo patologic

kadang-kadang ditemukan jaringan mola pada plasenta dengan bayi normal. Bisa juga

terjadi kehamilan ganda, yang dimaksud dengan mola kehamilan ganda adalah : satu janin

tumbuh dan yang satu menjadi mola hidatidosa. Gelembung mola besarnya bervariasi,

mulai dari yang kecil sampai berdiameter lebih dari 1 cm. mola parsialis adalah bila

dijumpai janin dan gelembung - gelembung mola.

Secara mikroskopik terlihat trias :

1. Proliferasi dari trofoblas.

2. Degenerasi hidropik dari stroma villi.

3. Terlambat atau hilangnya pembuluh darah dan stroma.

Sel - sel Langhans tampak seperti sel polidral dengan inti terang dengan adanya sel

sinsisial giantik ( Syncytial Giant Cells). Pada kasus mola banyak kita jumpai ovarium

dengan kista lutein ganda berdiameter 10 cm atau lebih ( 25-60%). Kista lutein akan

berangsur - angsur mengecil dan kemudian hilang setelah mola hidatidosa sembuh.
PATHWAY MOLAHIDATIDOSA

MOLAHIDATIDOSA

Ovum yang sudah atrofi, social ekonomi yang rendah (kekurangan gizi), infeksi virus,

parietas yang tinggi, immunoselektif dari trifoblast

Hasil pembuahan dimana embrionya mati pada umur 3-5 minggu

Pembuluh darah villi tidak berfungsi

Penimbunan jaringan di dalam jaringan chorialis

Perdarahan yang terus menerus

Pre curettage Curettage

Kehilangan cairan psikologis Fisik


darah yang banyak

Kekurangan volume < pengetahuan perlukaan jalan lahir


darah atau cairan

Resti syok hipovolemik Cemas nyeri resiko infeksi perdarahan


Kehilangan darah

Perubahan volume cairan


Lemah
Resti Syok Hipofolemik
Kurang perawatan diri

G. PEMERIKSAAN PENUNJANG

Untuk mengetahui secara pasti adanya mola hidatidosa, maka pemeriksaan penunjang

yang dapat dilakukan yaitu :

1. Reaksi kehamilan : karena kadar HCG yang tinggi maka uji biologik dan

uji imunologik (galli mainini dan planotest ) akan positif setelah

pengenceran (titrasi):

a) Galli mainini 1/300 (+), maka suspek mola hidatidosa.

b) Galli mainini 1/200 (+), maka kemungkinan mola hidatidosa atau

hamil kembar. Bahkan pada mola hidatidosa, uji biologik atau imunologik cairan

serebrospinal dapat menjadi positif.

2. Pemeriksaan dalam

Pastikan besarnya uterus, uterus terasa lembek, tidak ada bagian-bagian janin,

terdapat perdarahan dan jaringan dalam kanalis servikalis dan vagina, serta

evaluasi keadaan servik.

3. Uji sonde : Sonde ( penduga rahim ) dimasukkan pelan - pelan dan hati -

hati ke dalam kanalis servikalis dan kavum uteri. Bila tidak ada tahanan,
sonde diputar setelah ditarik sedikit, bila tetap tidak ada tahanan

kemungkinan mola ( cara Acosta- Sison).

4. Foto rongent abdomen : tidak terlihat tulang - tulang janin (pada

kehamilan 3-4 bulan).

5. Arteriogram khusus pelvis

6. Ultrasonografi : pada mola akan kelihatan bayangan badai salju dan tidak

terlihat janin.

H. PENATALAKSANAAN

1. Terapi

a) Kalau perdarahan banyak dan keluar jaringan mola, atasi syok dan

perbaiki keadaan umum penderita dengan pemberian cairan dan

transfusi darah. Tindakan pertama adalah melakukan manual digital

untuk pengeluaran sebanyak mungkin jaringan dan bekuan darah;

barulah dengan tenang dan hati - hati evaluasi sisanya dengan

kuretase.

b) Jika pembukaan kanalis servikalis masih kecil:

1) Pasang beberapa gagang laminaria untuk memperlebar pembukaan selama

12 jam.

2) Setelah pasang infus Dectrosa 5 % yang berisi 50 satuan oksitosin ( pitosin

atau sintosinon ); cabut laminaria, kemudian setelah itu lakukan evakuasi isi

kavum uteri dengan hati - hati. Pakailah cunam ovum yang agak besar atau

kuret besar : ambillah dulu bagian tengah baru bagian - bagian lainnya pada
kavum uteri. Pada kuretase pertama ini keluarkanlah jaringan sebanyak

mungkin, tak usah terlalu bersih.

3) Kalau perdarahan banyak, berikan tranfusi darah dan lakukan tampon utero

- vaginal selama 24 jam.

c) Bahan jaringan dikirim untuk pemeriksaan histo - patologik dalam 2

porsi:

1) Porsi 1 : yang dikeluarkan dengan cunam ovum.

2) Porsi 2 : dikeluarkan dengan kuretase.

d) Berikan obat - obatan, antibiotika, uterustonika dan perbaikan keadaan umum

penderita.

e) 7-10 hari sesudah kerokan pertama, dilakukan kerokan ke 2 untuk

membersihkan sisa-sisa jaringan, dan kirim lagi hasilnya untuk

pemeriksaan laboratorium.

f) Kalau mola terlalu besar dan takut perforasi bila dilakukan kerokan, ada

beberapa institut yang melakukan histerotomia untuk mengeluarkan isi

rahim ( mola).

g) Histerektomi total dilakukan pada mola resiko tinggi ( high risk mola) : usia

lebih dari 30 tahun, paritas 4 atau lebih, dan uterus yang sangat besar (mola

besar) yaitu setinggi pusat atau lebih.

2. Periksa ulang ( follow-up )


Ibu dianjurkan jangan hamil dulu dan dianjurkan memakai kontrasepsi pil.

Kehamilan, dimana reaksi kehamilan menjadi positif akan menyulitkan observasi. Juga

dinasehatkan untuk mematuhi jadwal periksa ulang selama 2-3 tahun:

a) Setiap minggu pada trimester pertama

b) Setiap 2 minggu pada trimester kedua.

c) Setiap bulan pada 6 bulan berikutnya

d) Setiap 2 bula pada tahun berikutnya, dan selanjutnya setiap 3 bulan.

Setiap perikas ulang penting diperhatikan :

1) Gejala klinis : perdarahan, keadaan umum dll

2) Lakukan pemeriksaan dalam dan pemeriksaan inspekulo : tentang keadaan

servik, uterus cepat bertambah kecil atau tidak, kista lutein bertambah kecil atau tidak dll.

3) Reaksi biologis atau imonologis air seni :

Satu kali seminggu sampai hasil negatif

Satu kali 2 minggu selama triwulan selanjutnya

Satu kali sebulan dalam 6 bulan selanjutnya

Satu kali 3 bulan selama tahun berikutnya

Kalau reaksi titer tetap (+), maka harus dicurigai adanya keganasan. Keganasan

masih dapat timbul setelah 3 tahun pasca terkenanya mola hidatidosa. Menurut Harahap

(1970) tumor timbul 34,5 % dalam 6 minggu, : 62,1% dalam 12 minggu dan 79,4% dalam

24 minggu serta 97,2 % dalam 1 tahun setelah mola keluar

3. Sitostatika profilaksis pada mola hidatidosa


Beberapa institut telah memberikan methotrexate (MTX) pada penderita mola dengan

tujuan sebagai profilaksis terhadap keganasan. Para ahli lain tidak setuju pemberian ini,

karena disatu pihak obat ini tentu mencegah keganasan, dan dipihak lain obat ini tidak luput

dari efek samping dan penyulit yang berat.

ASUHAN KEPERAWATAN MOLA HIDATIDOSA

A. PENGKAJIAN

Pengkajian adalah pendekatan sistematis untuk mengumpulkan data dan

menganalisanya sehingga dapat diketahui masalah dan kebutuhan perawatan bagi klien.

Adapun hal-hal yang perlu dikaji adalah :

1 Biodata, mengkaji identitas klien dan penanggung yang meliputi: nama,

umur, agama, suku bangsa, pendidikan, pekerjaan, status perkawinan,

perkawinan ke- , lamanya perkawinan dan alamat

2 Keluhan utama, Kaji adanya menstruasi tidak lancar dan adanya perdarahan

pervaginam berulang.

3 Riwayat kesehatan, yang terdiri atas :

a) Riwayat kesehatan sekarang yaitu keluhan sampai saat klien pergi ke

Rumah Sakit atau pada saat pengkajian seperti perdarahan pervaginam di

luar siklus haid, pembesaran uterus lebih besar dari usia kehamilan.

b) Riwayat kesehatan masa lalu


4 Riwayat pembedahan, Kaji adanya pembedahan yang pernah dialami oleh

klien, jenis pembedahan , kapan , oleh siapa dan di mana tindakan tersebut

berlangsung.

5 Riwayat penyakit yang pernah dialami, Kaji adanya penyakit yang pernah

dialami oleh klien misalnya, DM , jantung , hipertensi , masalah

ginekologi/urinary , penyakit endokrin , dan penyakit-penyakit lainnya.

6 Riwayat kesehatan keluarga, Yang dapat dikaji melalui genogram dan dari

genogram tersebut dapat diidentifikasi mengenai penyakit turunan dan penyakit

menular yang terdapat dalam keluarga.

7 Riwayat kesehatan reproduksi, Kaji tentang mennorhoe, siklus menstruasi,

lamanya, banyaknya, sifat darah, bau, warna dan adanya dismenorhoe serta kaji

kapan menopause terjadi, gejala serta keluahan yang menyertainya

8 Riwayat kehamilan persalinan dan nifas, Kaji bagaimana keadaan anak klien

mulai dari dalam kandungan hingga saat ini, bagaimana keadaan kesehatan

anaknya.

9 Riwayat seksual, Kaji mengenai aktivitas seksual klien, jenis kontrasepsi yang

digunakan serta keluahn yang menyertainya.

10 Riwayat pemakaian obat, Kaji riwayat pemakaian obat-obatan kontrasepsi

oral, obat digitalis dan jenis obat lainnya.

11 Pola aktivitas sehari-hari, Kaji mengenai nutrisi, cairan dan elektrolit,

eliminasi (BAB dan BAK), istirahat tidur, hygiene, ketergantungan, baik

sebelum dan saat sakit.


B. PEMERIKSAAN FISIK

1. Inspeksi adalah proses observasi yang sistematis yang tidak hanya terbatas pada

penglihatan tetapi juga meliputi indera pendengaran dan penghidung. Hal yang diinspeksi

antara lain : mengobservasi kulit terhadap warna, perubahan warna, laserasi, lesi terhadap

drainase, pola pernafasan terhadap kedalaman dan kesimetrisan, bahasa tubuh, pergerakan

dan postur, penggunaan ekstremitas, adanya keterbatasan fifik, dan seterusnya.

2. Palpasi adalah menyentuh atau menekan permukaan luar tubuh dengan jari.

Sentuhan : merasakan suatu pembengkakan, mencatat suhu, derajat kelembaban dan tekstur

kulit atau menentukan kekuatan kontraksi uterus. Tekanan : menentukan karakter nadi,

mengevaluasi edema, memperhatikan posisi janin atau mencubit kulit untuk mengamati

turgor. Pemeriksaan dalam : menentukan tegangan/tonus otot atau respon nyeri yang

abnormal

3. Perkusi adalah melakukan ketukan langsung atau tidak langsung pada permukaan

tubuh tertentu untuk memastikan informasi tentang organ atau jaringan yang ada

dibawahnya.

Menggunakan jari : ketuk lutut dan dada dan dengarkan bunyi yang menunjukkan ada

tidaknya cairan, massa atau konsolidasi. Menggunakan palu perkusi : ketuk lutut dan amati

ada tidaknya refleks/gerakan pada kaki bawah, memeriksa refleks kulit perut apakah ada

kontraksi dinding perut atau tidak

4 . Auskultasi adalah mendengarkan bunyi dalam tubuh dengan bantuan stetoskop

dengan menggambarkan dan menginterpretasikan bunyi yang terdengar. Mendengar :


mendengarkan di ruang antekubiti untuk tekanan darah, dada untuk bunyi jantung/paru

abdomen untuk bising usus atau denyut jantung janin. (Johnson & Taylor, 2005 : 39)

C. DIAGNOSA KEPERAWATAN YANG MUNCUL

1. Kekurangan volume cairan berhubungan dengan anorexia, mual dan muntah

yang berlebihan.

2. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan anorexia,

mual dan muntah yang berlebihan.

3. Nyeri berhubungan dengan uterus sekunder terhadap pengeluaran maternal

menyerupai buah anggur.

4. Kurang pengetahuan mengenai penyakit, prognosis dan penanganan

berhubungan dengan kurang informasi.

5. Resiko tinggi gangguan harga diri rendah berhubungan dengan komplikasi

dari Mola hidatidosa.

D. INTERVENSI (RENCANA TINDAKAN)

1. DX I : Kekurangan volume cairan berhubungan dengan anorexia, mual dan

muntah yang berlebihan.

Intervensi :

a) Pantau TTV. ( TD, N, R, T )

b) Observasi terhadap kehilangan darah yang berlebihan.

c) Catat intake dan output.

d) Ukur suhu setiap 4 jam sesuai indikasi.


e) Kaji turgor kulit, kekeringan kulit dan mukosa mulut.

f) Kolaborasi :

Beri obat Homeostatikum sesuai dengan program dokter.

Pantau Hb dan Ht.

2. DX II : Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan

anorexia, mual dan muntah yang berlebihan.

Intervensi :

a) Kaji penyebab perubahan nutrisi.

b) Kaji status nutrisi klien.

c) Anjurkan untuk makan sedikit demi sedikit tapi sering.

d) Anjurkan klien untuk melakukan oral hygiene.

e) Kolaborasi :

Beri vitamin sesuai program medis.

3. DX III :Nyeri berhubungan dengan uterus sekunder terhadap pengeluaran

maternal menyerupai buah anggur.

Intervensi :

a) Kaji penyebab, frekuensi, durasi, karakteristik, lokasi dan skala nyeri.

b) Kaji TTV.

c) Ajarkan tehnik relaksasi dan distraksi.

d) Atur posisi senyaman mungkin.


e) Kolaborasi :

Beri analgetik sesuai program medis.

4. DX IV : Kurang pengetahuan mengenai penyakit, prognosis dan penanganan

berhubungan dengan kurang informasi.

Intervensi :

a) Tentukan persepsi klien tentang Mola hidatidosa dan penanganannya.

b) Berikan informasi yang jelas dan akurat tentang Mola hidatidosa, penyebab,

tanda dan gejala dan penanganannya.

c) Berikan materi tertulis tentang Mola hidatidosa.

d) Beri tahu kebutuhan perawatan khusus di rumah misalnya kemampuan untuk

hidup sendiri, melakukan pengobatan atau prosedur yang dilakukan.

e) Anjurkan klien meningkatkan masukan cairan serta latihan teratur.

5. DX V : Resiko tinggi gangguan harga diri rendah berhubungan dengan

komplikasi dari Mola hidatidosa.

Intervensi :

a) Diskusikan dengan klien atau orang terdekat bagaimana diagnosis dan

pengobatan yang mempengaruhi kehidupan pribadi di rumah dan aktivitas kejanya.

b) Bantu klien untuk terus melupakan atas kehilangan kehamilannya (janinnya).


c) Beri dukungan emosi untuk klien atau orang terdekat selama tes diagnostik dan

fase pengobatan.

d) Gunakan sentuhan selama interaksi, bila dapat diterima klien dan pertahankan

kontak mata.

E. IMPLEMENTASI

Implementasi keperawatan yang dibuat disesuaikan dengan keadaan pasien dan

respon pasien.
DAFTAR PUSTAKA
Bobak, Lowdermik, Perry, 1999. Maternity Nursing, Fifth Edition. New York: J.B.
Lippincott Company.

Doengoes, Marylin, E. 1993. Rencana Asuhan Keperawatan, Edisi Ke-3. Jakarta:


EGC.

Farrer, Helen, 1999. Perawatan Maternitas, Edisi Ke-2. Jakarta: Buku Kedokteran
EGC.

Himawan, Sutisna, 1973. Patologi. Jakarta: Bagian Patologi Anatomik. FKUI.

Liewllyn, Derek, Jones. 2001. Dasar-Dasar Obstetri Dan Ginekologi, Edisi Ke-6
Jakarta: Hipokrates.

Mochtar, Rustam. 1998. Sinopsis Obstetri, Jilid 1, Edisi Ke-3. Jakarta: Buku
Kedokteran. EGC.

Wikajosastro, Hanifa, dkk. 1999. Ilmu Kebidanan. Jakarta: Yayasan Bina Pustaka
Sarwono Prawirohardjo.

You might also like