You are on page 1of 11

MAKALAH

ILMU SOSIAL BUDAYA DASAR

MANUSIA DAN HUKUM DALAM UPAYA MENDAPATKAN


KEADILAN, KETERTIBAN, DAN KESEJAHTERAAN
MASYARAKAT

DOSEN PENGAMPU MATA KULIAH:

Muhammad Cholid Zamzami, M.Pd

DISUSUN OLEH :

Ratih Hefia R. (13670036)

Mutholiatul Masyrifah (13670037)

JURUSAN FARMASI

FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI

UIN MAULANA MALIK IBRAHIM MALANG

2013

1
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Sebagai integrasi Ilmu Sosial dan Budaya Dasar yang sering disebut ISBD
memberikan dasar-dasar pengetahuan sosial dan konsep-konsep budaya
kepada manusia sehingga mampu mengkaji masalah sosial dan budaya secara
arif. ISBD bukan suatu disiplin ilmu yang berdiri sendiri, melainkan hanyalah
suatu pengetahuan mengenai aspek-aspek yang paling dasar yang ada dalam
kehidupan manusia sebagai makhluk sosial yang berbudaya dan masalah-
masalah yang terwujud dari padanya. Funsi ISBD adalah memberikan
pengetahuan dasar dan pengertian umum tentang konsep-konsep yang
dikembangkan untuk mengkaji gejala-gejala sosial kebudayaan agar daya
tanggap, persepsi dan penalaran mahasiswa dalam menghadapi lingkungan
sosial budaya dapat ditingkatkan sehingga kepekaan mahasiswa kepada
lingkungan lebih besar. Ada banyak kajian Ilmu Sosial Budaya Dasar, salah
satunya adalah Manusia, Nilai, Moral dan Hukum.
Manusia pada hakikatnya adalah makhluk sosial, yaitu makhluk yang
selalu berinteraksi dan membutuhkan bantuan dengan sesamanya.Dalam
konteks hubungan dengan sesama seperti itulah perlu adanya keteraturan
sehingga setiap individu dapat berhubungan secara harmonis dengan individu
lain di sekitarnya, yaitu dalam masyarakat. Dalam menciptakan keteraturan
tersebut maka diperlukannya hukum dalam suatu masyarakat. Hukum tersebut
harus dipatuhi oleh semua orang di dalamnya. Fungsi hukum di dalam
masyarakat adalah sebagai upaya mendapatkan keadilan, ketertiban dan
kesejahteraan. Oleh karena itu kami menyusun makalah yang berjudul
Manusia dan Hukum dalam Upaya Mendapatkan Keadilan, Ketertiban dan
Kesejahteraan Masyarakat.

2
1.2 Rumusan Masalah

a. Bagaimana hakikat, fungsi dan nilai hukum?


b. Bagaimana pengertian keadilan, ketertiban dan kesejahteraan?
c. Bagaimana perwujudan masyarakat taat hukum?
d. Bagaimana problematika nilai, moral, dan hukum?

1.3 Tujuan

a. Untuk Mengetahui hakikat, fungsi dan nilai hukum.


b. Untuk mengetahui pengertian keadilan, ketertiban, dan kesejahteraan.
c. Untuk mengetahui perwujudan masyarakat taat hukum.
d. Untuk mengetahui problematika nilai, moral, dan hukum.
e. Untuk memenuhi tugas mata kuliah ISBD.

3
BAB II
PEMBAHASAN

A. Hakikat, Fungsi, Nilai dan Hukum

1. Nilai

Dalam kehidupan sehari-hari masyarakat selalu berkaitan dengan nilai. Istilah


nilai (value) menurut kamus Poerwodarminto diartikan sebagai berikut:

a. Harga dan arti taksiran misalnya nilai emas.


b. Harga sesuatu misalnya uang.
c. Angka, skor.
d. Kadar, mutu.
e. Sifat-sifat atau hal-hal penting bagi masyarakat.
Selain itu juga ada beberapa pendapat lain tentang pengertian nilai. Menurut
Bambang Daroeso nilai adalah suatu kualitas atau penghargaan terhadap sesuatu
kwalitas atau penghargaan terhadap sesuatu, yang menjadi dasar penentu tingkah
laku masyarakat. Sedangkan menurut Darji Darmodiharjo adalah kwalitas atau
keadaan yang bermanfaat bagi masyarakat baik lahir ataupun batin. Oleh karena
itu penilaian sangat diperlukan di dalam masyarakat, agar setiap orang akan selalu
berusaha lebih baik.

2. Hukum

Secara etimologis istilah hukum sering kali di sinonimkan dengan recht


(Belanda), law (Inggris), loi atau droit (Perancis), ius (Latin),
derecto (Spanyol) dan dirrito (Italia). Di Indonesia istilah hukum berasal
dari bahasa arab, dalam pengertian jamaknya adalah ahkam yang berarti segala
hukum.

Ada beberapa definisi hukum yang dikemukaan oleh beberapa ahli. E.


Utrecht memberikan definisi hukum dalam bukunya Pengantar dalam Hukum
Indonesia menjelaskan bahwa: Hukum adalah himpunan petunjuk hidup
(perintah-perintah dan larangan-larangan) yang mengatur tata tertib dalam suatu

4
masyarakat dan seharusnya ditaati oleh anggota masyarakat yang bersangkutan
karena pelanggaran petunjuk hidup tersebut dapat menimbulkan tindakan dari
pihak pemerintah. Soedirman Kartohadiprodjo mendefisinikan hukum dalam
bukunya Tata Hukum Indonesia bahwa hukum adalah pikiran atau anggapan
orang adil atau tidak adil mengenai hubunagan manusia. Sedangkan menurut
Mocthar Kusumaatmadja dalam buku Hukum, Masyarakat dan Pembinaan
Hukum Nasional mengatakan bahwa hukum adalah keseluruhan kaedah-kaedah
serta asa-asas yang mengatur pergaulan hidup manusia dalam masyarakat yang
bertujuan memelihara ketertiban yang meliputi lembaga-lembaga dan proses-
proses guna mewujudkan berlakunya kaedah itu sebagai kenyataan dalam
masyarakat.

Adapun ciri-ciri hukum, antara lain:

a. Adanya perintah atau larangan.


b. Perintah atau larangan harus ditaati oleh setiap orang.
c. Apabila setiap orang tidak mengindahkan perintah dan melanggar
larangan akan terkena sanksi.

Hukum diciptakan dengan tujuan yang berbeda-beda, beberapa tujuan hukum


adalah keadilan, kegunaan, kepastian hukum dan lain-lain. Akan tetapi dalam
kaitan dalam masyarakat, tujuan hukum yang utama dapat direduksi untuk
ketertiban, sehingga dapat menciptakan kesejahteraan dalam masyarakat.

Ada empat fungsi hukum dalam masyarakat, yaitu sebagai berikut.

a. Sebagai alat pengatur tertib hubungan masyarakat.


b. Sebagai sarana untuk mewujudkan keadilan sosial.
c. Sebagai penegak pembangunan.
d. Fungsi kritis hukum.

5
B. Keadilan, Ketertiban dan Kesejahteraan

1. Keadilan

Keadilan berasal dari bahasa arab adil yang artinya tengah. Keadilan berarti
menempatkan sesuatu di tengah-tengah, tidak berat sebelah, atau dengan kata lain
keadilan berarti menempatkan sesuatu pada tempatnya. Menurut Kamus Besar
Bahasa Indonesia, keadilan berarti sifat perbuatan atau perlakuan yang adil.
Keadilan berarti perilaku atau perbuatan yang dalam pelaksanaannya memberikan
sesuatu yang semestinya harus diterima oleh pihak lain. Menurut W.J.S.
Poerwodarminto, keadilan berarti tidak berat sebelah, sepatutnya, tidak sewenang-
wenang. Sedangkan menurut Frans Magnis Suseno dalam bukunya Etika
Politikmenyatakan bahwa keadilan sebagai suatu keadaan di mana semua orang
dalam situasi yang sama diperlakukan sama.

Pada sila kelima pancasila, Keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia
mengandung makna adil dalam hal pemenuhan kebutuhan hidup masyarakat.
Sesuai dengan sila kelima tersebut maka keadilan yang harus terwujud dalam
kehidupan bangsa ialah:

a. keadilan distributif, yaitu hubungan yang adil antara negara dengan


warganya. Dalam arti lain, negara wajib memberikan keadilan dalam
bentuk keadilan membagi, kesejahteraan, subsidi, bantuan, serta
kesempatan hidup bersama berdasarkan hak dan kewajiban.
b. Keadilan legal (bertaat), yaitu hubungan yang adil antara negara dan
warganya. Dalam arti lain, warga negara wajib menaati peraturan
perundangan yang berlaku.
c. Keadilan komukatif, yaitu hubungan yang adil dan sama antar warga
negara secara timbal balik.

6
2. Ketertiban

Ketertiban berasal dari kata tertib yang artinya teratur. Sedangkan ketertiban
di dalam masyarakat adalah keadaan serba teratur dengan baik. Selain itu
ketertiban adalah salah satu perwujudan dari keteraturan. Untuk mendapatkan
suatu ketertiban didalam masyarakat, diperlukan adanya suatu aturan atau hukum.
Dengan adanya hukum dan norma yang di patuhi oleh seluruh lapisan masyarakat,
maka akan tercipta suatu ketertiban.

3. Kesejahteraan

Kesejahteraan atau sejahtera dalam istilah umum menunjukan keadaan yang


baik, di mana kondisi masyarakatnya dalam keadaan makmur, sehat dan damai.
Kesejahteraan juga bisa disebut sebagai impian tetinggi suatu masyarakat maupun
negara, karena kesejahteraan telah mencangkup segala harapan dan cita-cita setiap
individu dalam suatu masyarakat.

C. Perwujudan Masyarakat Taat Hukum

Ketaatan hukum tidaklah lepas dari kesadaran hukum, dan kesadaran hukum
yang baik adalah ketaatan hukum, sedangkan ketidaksadaran hukum yang baik
adalah ketidaktaatan. Pernyataan ketaatan hukum harus disandingkan sebagai
sebab dan akibat dari kesadaran dan ketaatan hukum. Membangun kesadaran
hukum tidaklah mudah, karena tidak semua orang memiliki kesadaran akan
hukum.

Hukum sebagai Fenomena sosial merupakam institusi dan pengendalian


masyarakat. Di dalam masyarakat dijumpai berbagai institusi yang masing-masing
diperlukan di dalam masyarakat untuk memenuhi kebutuhan-kebutuhannya dan
memperlancar jalannya pemenuhan kebutuhan-kebutuhan tersebut, karena
masyarakat perlu akan kehadiran institusi sebagai pemahaman kesadaran hukum.

Pentingnya kesadaran membangun masyarakat yang sadar akan hukum sangat


diharapkan untuk menunjang dan menjadikan masyarakat dapat menjunjung

7
tinggi institusi atau aturan sebagai pemenuhan kebutuhan untuk mendambakan
ketaatan serta ketertiban hukum.

Di dalam kenyataannya, ketaatan terhadap hukum tidaklah sama dengan


ketaatan sosial lainnya. Ketaatan hukum merupakan kewajiban yang harus
dilaksanakan dan apabila tidak dilaksanakan akan timbul sanksi. Namun tidak
demikian dengan ketaatan sosial, ketaatan sosial manakala tidak dilaksanakan atau
dilakukan maka sanksi-sanksi sosial yang berlaku pada masyarakat inilah yang
menjadi penghakim. Tidaklah berlebihan bila ketaatan di dalam hukum cenderung
dipaksakan.

D. Problematika Nilai, Moral dan Hukum

Moral berkaitan dengan nilai baik buruk perbuatan manusia. Moral


merupakan salah satu bagian dari nilai, yaitu nilai moral. Pada dasarnya manusia
yang bermoral tindakannya senantiasa didasari oleh nilai-nilai moral. Selain
norma moral, ada pula hukum. Pada dasarnya hukum adalah norma yang
merupakan perwujudan dari nilai, termasuk nilai moral.

Hukum dan moral adalah dua hal yang saling berkaitan. Hukum merupakan
perwujudan dari moralitas. Hukum sebagai norma harus berdasarkan pada nilai
moral. Apa artinya undang-undang jika tidak disertai moralitas. Tanpa moralitas,
hukum tampak kosong dan hampa. Norma moral adalah norma yang paling dasar.
Norma moral menentukan bagaimana kita menilai seseorang.

Perilaku atau perbuatan manusia, baik secara pribadi maupun hidup bernegara
terikat pada norma moral dan norma hukum. Secara ideal, seharusnya manusia
taat pada norma moral dan norma hukum yang tumbuh dan tercipta dalam hidup
sebagai upaya mewujudkan kehidupan yang adil, tertib, damai, aman, dan
sejahtera. Namun dalam kenyataannya terjadi pelanggaran, baik terhadap norma
moral maupun norma hukum. Pelanggaran norma moral merupakan suatu
pelanggaran etik, sedangkan pelanggaran terhadap norma hukum merupakan
pelanggaran hukum.

8
1. Pelanggaran etik

Serangkaian norma etik untuk suatu kegiatan atau profesi. Rangkaian norma
moral yang terhimpun biasa disebut kode etik. Kode etik merupakan bentuk
aturan tertulis yang secara sistematik sengaja dibuat berdasarkan prinsip-prinsip
moral yang ada. Masyarakat profesi secara berkelompok membentuk kode etik
profesi.

Kode etik profesi berisi ketentuan-ketentuan normatif etik yang seharusnya


dilakukan oleh anggota profesi. Kode etik profesi diperlukan untuk menjaga
martabat serta kehormatan profesi, dan di sisi lain melindungi masyarakat dari
segala bentuk penyimpangan maupun penyalahgunaan keahlian. Tanpa etika
profesi, apa yang semula dikenal sebagai sebuah profesi yang terhormat akan
segera jatuh terdegradasi menjadi sebuah pekerjaan pencarian nafkah biasa yang
sedikitpun tak diwarnai dengan nilai-nilai idealisme, dan ujungnya akan berakhir
dengan tidak adanya lagi respek maupun kepercayaan yang pantas diberikan pada
para elit profesional tersebut.

Meskipun telah memiliki kode etik, masih tetap ada seseorang yang
melanggar kode etiknya sendiri. Pelanggaran kode etik tidak akan mendapat
sanksi lahiriah atau yang bersifat memaksa. Pelanggaran etik biasanya mendapat
sanksi etik, seperti menyesal, rasa bersalah, dan malu.

2. Pelanggaran hukum

Hukum berisi perintah dan larangan. Hukum memberitahukan kepada kita


bahwa perbuatan yang bertentangan dengan hukum bila dilakukan akan mendapat
sanksi. Sanksi hanya dijatuhkan pada warga yang benar-benar terbukti melanggar
hukum. Perbuatan yang bertentangan dengan hukum dianggap melanggar hukum
sehingga mendapat ancaman hukuman.

Kesadaran hukum adalah kesadaran diri sendiri tanpa tekanan, paksaan atau
perintah dari luar untuk tunduk pada hukum yang berlaku. Dengan berjalannya
kesadaran hukum di masyarakat maka hukum tidak perlu menjatuhkan sanksi.

9
Problema hukum yang berlaku saat ini adalah masih rendahnya kesadaran hukum
masyarakat. Akibatnya banyak terjadi pelanggaran hukum. Bahkan pada hal-hal
kecil yang sesungguhnya tidak perlu terjadi.

Pelanggaran hukum dalam arti sempit berarti pelanggaran terhadap peraturan


perundang-undangan negara, karena hukum negara dimuatkan dalam peraturan
perundangan. Pelanggaran hukum berbeda dengan pelanggaran etik. Sanksi atas
pelanggaran hukum berupa sanksi pidana dari negara yang bersifat lahiriyah dan
memaksa.

10
BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Nilai adalah suatu kualitas atau penghargaan terhadap sesuatu yang menjadi
dasar penentu tingkah laku masyarakat.
Hukum adalah himpunan petunjuk hidup (perintah-perintah dan larangan-
larangan) yang mengatur tata tertib dalam suatu masyarakat dan seharusnya
ditaati oleh anggota masyarakat yang bersangkutan.
Keadilan berarti menempatkan sesuatu di tengah-tengah, tidak berat sebelah.
Ketertiban di dalam masyarakat adalah keadaan serba teratur dengan baik.
Kesejahteraan atau sejahtera dalam istilah umum menunjukan keadaan yang
baik, kondisi manusia di mana orang-orangnya dalam keadaan makmur, sehat
dan damai.
Ketaatan hukum tidaklah lepas dari kesadaran hukum, dan kesadaran hukum
yang baik adalah ketaatan hukum.
Perilaku atau perbuatan manusia, baik secara pribadi maupun hidup bernegara
terikat pada norma moral dan norma hukum.

3.2 Saran

Untuk mendapatkan keadilan, ketertiban dan kesejahteraan sebagai


masyarakat yang baik, kita wajib mentaati hukum
Masyarakat harus lebih meningkatkan kesadaran akan hukum
Untuk pembuat makalah selanjutnya sebaiknya membahas lebih mendalam
tentang Manusia dan Hukum dalam Upaya Mendapatkan Keadilan,
Ketertiban dan Kesejahteraan Masyarakat

11

You might also like