Professional Documents
Culture Documents
A. Latar Belakang
Kaca merupakan benda yang sering kita jumpai di kehidupan sehari-hari. Kaca banyak sekali di gunakan
dalam sifat-fatnya yang khas, yaitu transparan, tahan terhadap serangan kimia, efektif sebagai isolator listrik, dan
mampu menahan vacum. Tetapi kaca adalah bahan yang rapuh dan secara khas mempunyai kekuatan kompresi
lebih tinggi dari kekuatan tariknya. Salah satu rujukan yang paling tua mengenai bahan ini di buat oleh pliny, yang
menceritakan bagaimana pedagang-pedagang Phonesia purba menemukan kaca tatkala memasak makanan. Periuk
yang digunakan secara tidak sengaja diletakan di atas massa trona di suatu pantai, penyatuan yang terjadi antara
pasir dan alkali menarik perhatian dan orang kemudian berusaha menirunya.
Sejak tahun 6000 atau 5000 sebelum Masehi, orang Mesir telah membuat permata tiruan dari kaca dengan
ketrampilan yang halus dan keindahan yang mengesankan. Kaca jendela sudah mulai disebut-sebut sejak tahun 290.
Ibnu Firnas dikenal sebagai ilmuwan pertama yang memproduksi kaca dari pasir dan batu-batuan. Pada abad ke-8
M, ahli kimia itu secara mengejutkan telah menjelaskan tak kurang dari 58 resep orisinil untuk memproduksi gelas
atau kaca berwarna. Rumus pembuatan kaca berwarna itu dituliskannya dalam dua kitab yang dituliskannya selama
hidup. Dalam Kitab al-Durra al-Maknuna atau The Book of the Hidden Pearl dan 12 resep atau rumus pembuatan
kaca atau gelas lainnya dipaparkan Ibnu Hayyan dalam Kitab Al-Marrakishi.
Silinder kaca jendela tiup ditemukan oleh para pendeta pada abad ke-12. Dalam abad tengah, Venesia
memegang monopoli sebagai pusat industi kaca. Di Jerman dan inggris, kaca baru mulai dibuat pada abad ke-16.
Secara keseluruhan sebelum tahun 1900, industri ini merupakan seni yang dilengkapi oleh rumus-rumus rahasia
yang dijaga ketat.
Pada tahun 1914, di Belgia di kembangkan proses fourcault yang menarik kaca plat secara kontinyu.
Selama 50 tahun berikutnya, para insinyur dan ilmuwan telah berhasil berbagai modifikasi terhadap proses
penarikan kaca dengan tujuan untuk memperkecil distorsi optik kaca lembaran (kaca jendela) dan menurunkan biaya
pembuatan kaca lembaran gosok dan poles.
Dari segi fisika kaca adalah zat cair yang sangat dingin dan tidak mempunyai titik cair tertentu serta
mempunyai viskositas cukup tinggi sehingga tidak megalami kristalisasi. Hal ini terjadi karena struktur partikel-
partikel penyusunnya yang saling berjauhan dan pendinginan (cooling) terjadi sangat cepat, sehingga partikel-
partikel silika tidak “sempat” menyusun diri secara teratur.
Sedangkan dari segi kimia, kaca adalah gabungan berbagai oksida anorganik yang tak mudah menguap,
yang dihasilkan dari dekomposisisi dan peleburan senyawa alkali dan alkali tanah, pasir serta berbagai penyusun
lainnya sehingga menghasilkan produk yang mengahasilkan struktur atom yang acak. Kaca adalah pruduk yang
mengalami vitrifikasi sempurna, atau setidak-tidaknya produk yang mengandung amat sedikit bahan nonvitreo
dalam keadaan suspensi.
Kaca atau gelas merupakan materi bening dan transparan (tembus pandang) yang biasanya di hasilkan dari
campuran silikon atau bahan silikon dioksida (SiO2), yang secara kimia sama dengan kuarsa. Kaca memiliki sifat-
sifat yang khas dibanding dengan golongan keramik lainnya. Kekhasan sifat-sifat kaca ini terutama dipengaruhi oleh
keunikan silika (SiO2) dan proses pembentukannya.
B. Tujuan
BAB II PEMBAHASAN
A. Definisi
Menurut Adams dan Williamson, kaca adalah material amorf yang pada suhu biasa mempunyai bentuk
yang keras, tetapi apabila dipanaskan, lama kelamaan akan menjadi lunak, sesuai dengan suhu yang meningkat dan
akhirnya menjadi kental hingga mencapai keadaan cair. Selama proses pendinginan terjadi proses yang berkebalikan
dengan proses peleburan kaca. Kaca atau gelas merupakan bahan pecah belah, biasanya terbentuk apabila bahan cair
tidak berkristal didinginkan dengan cepat, dengan itu tidak memberikan cukup waktu untuk jaringan kekisi kristal
biasa terbentuk. Kaca atau gelas termasuk kelompok vitroida atau termogel, yang merupakan senyawa kimia dengan
susunan yang kompleks.
Senyawa tersebut diperoleh dengan membekukan lelehan yang lewat dingin. Kaca atau gelas ialah produk
yang amorf dan bening dengan kekerasan dan elastisitas yang cukup, tetapi sangat rapuh. Seperti yang telah
dijelaskan di bab sebelumnya bahwa kaca atau gelas apabila dipandang dari segi fisika merupakan zat cair yang
sangat dingin. Disebut demikian karena struktur partikel-partikel penyusunnya yang saling berjauhan seperti dalam
zat cair namun dia sendiri berwujud padat. Ini terjadi akibat proses pendinginan (cooling) yang sangat cepat,
sehingga partikel-partikel silika tidak “sempat” menyusun diri secara teratur. Dari segi kimia, kaca atau adalah
gabungan dari berbagai oksida anorganik yang tidak mudah menguap, yang dihasilkan dari dekomposisi dan
peleburan senyawa alkali dan alkali tanah, pasir serta berbagai penyusun lainnya.
Walupun terdapat ribuan macam formulasi kaca yang di kembangkan dalam 30 tahun terakhir namum perlu
di catat bahwa pasir kaca, gamping, silika, dan soda masih merupakan bahan baku dari 90 persen dari seluruh kaca
yang di produksi di dunia. Kaca dibuat dari campuran 75% silikon dioksida (SiO2), Na2O, CaO, dan beberapa zat
tambahan. Suhu lelehnya adalah 2.000 derajat Celsius. Bahan-bahan pembuat kaca di antaranya adalah:
1. Pasir (SiO2)
Pasir yang di gunakan haruslah kuarsa yang hampir murni (99.1 – 99.7 %). Silikon (IV) oksida ialah molekul
kovalen raksasa. Oleh karena itu, silicon (IV) oksida memerlukan banyak tenaga haba untuk mengatasi setiap ikatan
kovalen antara atom dalam struktur raksasa. Maka, silicon (IV) oksida mempunyai titik lebur yang sangat tinggi,
yaitu 1710oC. Dalam silicon (IV) oksida, setiap atom silikon diikat secara kovalen kepada 4 atom oksigen dalam
bentuk tetrahedron dengan sudut antara ikatan 109.5 . Unit itu diulangi secara tidak terhingga dengan setiap atom
oksigen terikat kepada 2 atom silikon untuk membentuk molekul kovalen raksasa seperti struktur berlian.
Sifat pasir ini adalah dapat tembus cahaya, sehingga lebih banyak digunakan untuk pembuatan alat-alat optik.
Oleh karena itu lokasi pabrik kaca biasanya ditentukan oleh lokasi endapan pasir kaca, kandungan besinya tidak
boleh melebihi 0,45 % untuk barang gelas pecah belah atau 0,015 % untuk kaca optik, sebab kandungan besi ini
bersifat merusak warna kaca pada umumnya. Ukuran partikel silika sand sangat berpengaruh pada temperatur di
furnace. Jika ukuran partikel besar makamembutuhkan banyak waktu untuk melebur silika sand maka
sebelumdiolah silika sand harus diayak sehingga didapat butiran partikel yang lebih halus.
Pasir ini berguna untuk membentuk cairan gelas yang sangat kental yang memiliki ketahanan terhadap
perubahan temperatur yang mendadak. Pasir kuarsa ini terdapat di beberapa tempat di Indonesia, di antaranya: Aceh,
Sumatera Utara, Bengkulu, pulau Bangka dan Belitung, pulau Jawa, Kalimantan Timur, Kalimantan Selatan, dan
Papua.
2. Dolomite ( CaO.MgO.H2O)
Dolomite merupakan variasi batu gamping yang mengandung <50% karbonat. Dolomite mempunyai struktur
kristal rhombohedral yang mempunyai komposisi kimia CaMg(CaCO 3)2 atau manganodolomit dan berkomposisi
MgFe(CaCO3)2 atau ferrodolomit.
Dolomite ini biasanya berupa mineral tambang berwarna putih keabu-abuan atau kebiru-biruan. kekerasan 3,5 –
4, berifat pejal, berat jenis 2,8 – 2,9, berbutir halus-kasar, mudah menyerap air, mudah dihancurkan. Penggunaan
dolomite sangat penting karena dapat mempermudah peleburan (menurunkan temperatur peleburan) serta
mempercepat proses pendinginan kaca. Pemanasan dolomite menghasilkan CaO dan MgO. Fungsi dari MgO adalah
untuk menurunkan viskositas kaca padatemperatur tinggi
CaCO3 CaO + CO2
MgCO3 MgO + CO2
Selain bahan utama, terdapat pula bahan penunjang lainnya, yaitu bahan stabilizer, refining agent (penghilang
gelembung), penghilang warna, pewarna, dan opacifiers. Bahan stabilizer merupakan bahan yang mampu
menurunkan kelarutan di dalam air, tahan terhadap serangan bahan kimia lain termasuk materi-materi lain yang
terdapat di atmosfer. Contoh bahan stabiliser yang biasa dipakai di industri gelas adalah:
1. Kalsium Karbonat atau Limestone, membuat produk akhir menjadi tidak larut di dalam air.
2. Barium Karbonat, meningkatkan berat spesifik dan indeks bias.
3. Timbal Oksida, membuat produk menjadi transparan, mengkilat, dan memiliki indeks bias yang tinggi.
4. Seng Oksida, membuat gelas tahan terhadap panas yang mendadak, memperbaiki sifat-sifat fisik dan mekanik, dan
meningkatkan indeks bias
5. Aluminium oksida adalah sebuah senyawa kimia dari aluminium dan oksigen, dengan rumus kimia Al 2O3 dan
nama mineralnya adalah alumina. Disini alumunium oksida berfungsi untuk meningkatkan viskositas gelas,
kekuatan fisik dan ketahanan terhadp bahan kimia.
6. Salt cake yang mengandung 99% Na2SO4 berfungsi sebagai fining agent, bahan pemurni kaca dari bubble. Salt
cake berbentuk serbuk halus danmerupakan sumber Na2O dan SO2. Sulfat ini harus dipakai bersama karbon agar
tereduksi menjadi sulfite.
7. Arsen trioksida dapat pula ditambahkan untuk menghilangkan gelombang-gelombang dalam kaca.
8. Nitrat, baik dari natrium maupun kalium digunakan untuk mengoksidasi besi sehingga tidak terlalu kelihatan pada
kaca produk. Kalium nitrat atau karbonat digunakan pada berbagai jenis kaca meja, kaca dekorasi, dan kaca optik.
Sodium Nitrate adalah sumber Na2 dan mencegah terbentuknya NiS padakaca. Adanya NiS pada kaca akan
menyebabkan kaca pecah secara tiba-tiba
9. Blok refraktori untuk industri kaca dikembangkan khusus berhubung dengan kondisi yang hebat yang harus
dialami dalam penggunaannya. Zirkon, alumina, mulit (mullite), mulit aluminasinter dan zirkonia alumina-silika,
alumina, krom-alumina elektrokast banyak digunakan sebagai refraktor pada tangki kaca.
10. Mangan dioksida (MnO2), logam Selenium (Se), atau nikel oksida (NiO) merupakan bahan penghilang warna
(decolorant) yang dapat menghilangkan warna karena kehadiran senyawa besi oksida yang masuk bersama bahan
baku.
11. Bahan pewarna dalam kaca / gelas adalah oksida dari unsur transisi, terutama golongan pertama Tc, V, Ca, Mn, Fe,
Co, Ni, dan Cu. Warnanya dihasilkan dari absorbsi cahaya frekuensi tertentu. Contoh NiO akan memberikan warna
coklat pada larutan natrium-timb,al, dan menghasilkan heliotrope dalam kaca potas. Krom oksida akan memberikan
warna yang berkisar dari hijau sampai jingga.
B. Sifat-sifat Kaca
C. Jenis-jenis Kaca
1. Kaca Forming. Jenis kaca yang dilebur atau dipanaskan kemudian dicetak sesuai model yang diinginkan.
2. Kaca Es. Jenis kaca ini agak buram dan tidak terlalu tembus pandang,dengan warna umumnya netral atau putih,
tetapi ada juga yang warna-warni.
3. Kaca Melton. Permukaan kaca jenis ini menghadirkan aneka ragam tekstur, hingga berbentuk dan agak timbul,
atau tampak seperti diukir.
4. Kaca Sandblasting. Jenis kaca ini agak buram dengan tekstur permukaan halus dan warna agak ke abu-abuan.
5. Kaca Patri. Kaca ini dirakit dengan timah atau kuningan yang membentuk sebuah desain dengan sistem patrian.
Kaca Patri atau Stained Glass banyak menghiasi rumah ibadah seperti masjid dan gereja, juga rumah pribadi.
Permukaan kaca ini tampak seperti dilukis warna-warni, hingga membiaskan warna ke dalam ruangan bila diterpa
sinar mentari keindahannya juga akan tampak pada malam hari dengan pantulan sinar lampu dari dalam bangunan
atau rumah.
6. Kaca Raindown. Populer untuk menghiasi interior properti komersial, jenis kaca ini seperti dialiri air pada
permukaannya, seolah menghadirkanekosistem air di dalam ruangan, Bersifat tidak tembus pandang, kaca inibisa
menjadi partisi atau penghias di ruangan
E. Proses Pembuatan
4. Pengangkutan, penimbangan, dan pencampuran bahn baku, dan pemuatannya ke tanur kaca
Proses mixing berlangsung selama 4 menit yang dibagi menjadi 2 tahap, mixing basah dan mixing kering.
Proses mixing kering terjadi pada 1 menit pertama kemudian dilanjutkan mixing basah dengan penambahan
air untuk memperoleh moisture sesuai dengan yang diharapkan yaitu 4,5-5,5%. Sebagian besar alat transportassi
material adalah belt conveyer dan bucket elevator
b. Pencampuran antara mixed batch dengan cullet
Setelah campuran batch keluar dari mixer, batch tersebut diangkut dengan belt conveyer dan dibawa oleh
bucket elevator masuk ke mixed batch tank. Bersamaan dengan itu cullet yang berasal dari circulating cullet dan
foreign cullet juga ditimbang dalam hopper scale. Setelah itu batch dan cullet diangkut dengan belt conveyer dan
bucket elevator masuk ke dalam batch dan cullet tank. Selanjutnya dibawa ke blanket feeder sebelum
masuk kedalam melter. Namun apabila terjadi kesalahan proses batch yang dapat disebabkan oleh kesalahan scale
atau kesalahan operasi maka mixed batch tank harus dikuras dan hasilnya disebut miss batch. Miss batch ini
disimpan kemudian diidentifikasi komposisinya melalui laboratorium. Pemakaian miss batch dilakukan secara
bertahap dengan berdasarkan kesamaan jenis produk dan kualitasnya.
Hal-hal yang harus diperhatikan dalam operasi batch house antara lain:
a. Berat material
Berat target harus sesuai dengan berat material di lapangan, dari batch calculation dapat diketahui berat target
material dalam keadaan dry, sedangkan untuk bahan-bahan yang berasal dari tambang pasti memiliki kadar moisture
tertentu. Untuk memperoleh berat material aktual dapat dihitung dengan rumus sebagai berikut:
a. Tanur periuk (port furnace), dengan kapasitas sekitar 2 t atau kurang dapat digunakan secara untuk membuat kaca
khusus dalam jumlah kecil di mana kaca cair itu harus dilindungi terhadap hasil pembakaran. Tanur ini digunakan
terutama dalam pembuatan kaca optik dan kaca seni melalui proses cetak. Periuknya sebetulnya ialah suatu cawan
yang terbuat dari lempung pilihan atau platina.
b. Tanur tangki (tank furnance), bahan kaca dimuat ke satu ujung tangki besar yang terbuat dari blok-blok refraktor,
di antaranya ada yang ukutan 38 x 9 x 1.5 m dengan kapasitas kaca cair sebesar 1350 t. Kaca itu membentuk kolam
di dasar tanur. Sama seperti tanur periuk, dindingnya mengalami korosi karena kaca panas. Kualitas kaca dan umur
tangki berganting pada kualitas blok konstruksi
Yang digunakan oleh PT Asahimas Flat Glass Tbk. (AMFG) pembakaran terjadi di furnace yang disebut port
side furnace, yaitu pembakaran dari samping yang mempunyai 12 port yang terdiri dari 6 port sisi kiri. Tiap port
terdapat dua buah burner kecuali port 6, sistem pembakaran dilakukan secara bergantian kiri dan kanan setiap 20
menit. Setiap sisi furnace dilengkapi dengan regenerator untuk memanfaatkan panas hasil pembakaran kemudian
digunakan untuk memanaskan udara.
Dalam proses melting, molten glass mengalir dan mengalami sirkulas ikarena adanya perbedaan temperatur
dan juga karena aksesoris-aksesoris yang ada pada proses melting, yaitu bubler, neck skimbar dan stirrer. Ada empat
stage pada proses melting, akan dijelaskan sebagai berikut:
a. Primary Melting Stage
Pada tahap ini, material mulai dipanasi dan melebur. Sumber panas pada tahap ini adalah burner port 1-2-3
dan molten glass itu sendiri. Pada tahap ini konsumsi energi di melting furnace sangat tinggi, karena untuk
erubah bentuk raw material menjadi molten butuh energi yang besar. Di fase inireaksi inti dan penguraian
komposisi material menjadi oksida terjadi. Dari semua oksida melebur menjadi satu dan komponen gas yang terjadi
akan terlepas dan ada yang larut.
Batch-cullet yang masuk ke dalam furnace melalui dog house, membetuk batch pile yang kemudian akan
melebur. Primary melting dibatasi oleh bubler yang membentuk gelombang permukaan (tsunami) ke segala
arah.Karena susunan bubler melintang sepanjang melter, maka arah gelombang secara global ke arah upstream dan
downstream. Sehingga ada arus balik ke upstream pada primary melting.
b. Fining Stage
Tahap yang kedua ini adalah tahap dimana gas-gas hasil reaksi melting utama (primary melting) yang
terkadung di dalam molten glass dilepaskan. Pada tahap ini temperatur molten glass dinaikkan agar kaca menjadi
makin encer dan mudah untuk melepaskan gas-gas tersebut. Gas-gas hasil reaksi primer membentuk benih-benih
buble atau seed bubble, dimana diameter dari bubble ini sangat kecil, namun banyak sekali. Gas-gas ini banyak
mengandung CO2. CO2 ini dapat dilepaskan dengan membuat bubble yang lebih besar dari ukuran CO 2, yaitu
dengan menambahkan gas SO2 dan O2
Mekanisme fining yang terjadi adalah, bubble yang berdiameter kecil akan menyatu dengan bubble
yang berdiameter besar, sehingga bubble ini akan semakin volatile atau kemampuan ambangnya bertambah. Gas
yang berdiameter besar diperoleh dari yang berasal dari salt cake. Untuk menambah efektifitas proses fining ini,
maka temperatur molten pada stage ini dinaikkan sampai mencapai >1450ºC. Proses terjadinya fining ini ada di area
port 4-5-6 dan stagnan. Pada areaini akan terlihat banyak foam pada permukaan molten. Foam ini merupakan foam
bubble yang naik ke atas permukaan. Agar foam ini dapat tersapu bersih, maka pada pembakaran port 4 dan 5
ditambahkan material Titanium yang dibakar bersama dengan api pembakaran, yangtujuannya untuk menyapu foam
ini dengan flame yang berat. Titanium memberi efek flame akan jatuh ke bawah dan menyapu foam yang ada di
permukaan sehingga gasnya benar-benar terlepas. Fasilitas penyapu foam ini dinamakan Thinering Foam Layer
(TFL). Materialnya merupakan campuran larutan Tetra Butil Titanate dengan Light Oil, dengan ratio 1:7.3.
Diharapkan dalam sirkulasi ini, molten glass yang keluar dari melting menujumetal bath akan homogeny,
dengan cara selelu memperhatikan temperatur pada dog house bottom temperatur, crown stagnan, crown front dan
canal bottom. Temperatur berhubungan dengan massa jenis dimana jika masa jenis berubah maka tidak homogen. Di
dalam furnace terjadi reaksi antar material, berdasarkan temperatur terjadinya dibagi menjadi empat kategori sebagai
berikut:
a. Solid state reaction (300-800ºC)
Pada temperatur 300-800ºC reaksi solid terjadi diantara permukaan partikel batch. Reaksi-reaksi ini utamanya terjadi
antara karbonat dan pasir quartz. Tipe-tipe silika yang berbedadan kombinasi karbonat (double karbonat) terbentuk.
Derajat dari tejadinya reaksi ini tergantung dari mutu kontak antara komponen-komponen tersebut. Penambahan air
saat batch akan menguntungkan karena dapat meningkatkan kontak antara partikel- partikel. Reaksi yang terjadi
antara lain:
Na2CO3 + MgCO3 Na2Mg(CO3)2 (300 – 500oC)
Na2CO3 + CaCO3 Na2Ca(CO3)2 (550 – 850oC)
Na2Ca(CO3)2+SiO2Na2SiO3 + CaSiO3 +2CO2 (600–800oC)
Na2CO3 + SiO2 Na2SiO3 + CO2 (700 – 850oC)
2CaCO3 + SiO2 Ca2SiO4 + 2CO2 (600 – 900oC)
c. Dissociation Reaction
Karbonat yang mengandung Ca dan Mg berdisosiasi (dekomposisi) sebelum oksidanya bergabung menjadi glass
melt. Selama disosiasi dihasilkan CO2.
CaCO3 CaO + CO2 (910ºC, 1 atm)
Na2Ca(CO3)2 CaO + Na2O + 2CO2 (6ºC, 1 atm)
CaCO3 CaO + CO2 (540ºC, 1 atm)
CaCO3 CaO + CO2(650ºC, 1 atm)
CaCO3 selanjutnya akan bereaksi dengan SiO2 atau Na2CO3 membentuk kalsium silikat atau Na2Ca(CO3)2. Lalu
oksida-oksida hasil reaksi akan menjadi bagian dari fase melt silikat yang ada.
Proses pembentukan kaca disebut proses drawing yaitu proses untuk membentuk molten glass dari melting
menjadi kaca lembaran. Pembentukan kaca ini bisa diatur tebal tipisnya kaca dan lebar kaca yang dibutuhkan.
Secara alamiah, jika molten glass dituangkan ke permukaan yang rata, contoh timah cair. Kaca relatif elastik saat
masih berbentuk molten glass, sehingga kaca bisa ditarik dan ditebalkan sesuai keinginan kita, sehingga
mendapatkan ketebalan dan lebar kaca yang diiginkan. Di proses drawing ini kaca dituang ke dalam kolam timah
sepanjang +/- 48 meter dan selebar 3 sampai dengan 7 meter, lalu ditarik oleh deretan roll, yang disebut lehr roll,
sepanjang +/- 100 meter.
Selama ditarik lehr roll ini, kacadidinginkan sampai siap dipotong. Kaca ini terus menyambung, sehingga
disebut sebagai ribbon. Operasi dalam bath ini secara manual. Pengendalian ribbon hanyadilakukan dengan
periscope atau kamera intip di dalam bath. Pengendalian ribbon bisa dimonitor secara lengkap hanya dari meter
room bath dan meter room bath satu sisi bath saja. Untuk itu koordinasi antara meter room dari bath sebelah kiridan
kanan harus bagus. Ada beberapa macam ascesoris yang dipakai di dalam operasi drawing dimetal bath. Secara
umum, ascesoris ini dibagi berdasarkan peruntukannya, antara lain:
a. Pembentukkan kaca
1) A-roll adalah alat utama di dalam pembentukan kaca pada proses float ini,dimaan fungsinya adalah melebarkan
atau mengecilkan lebar ribbon.A-roll bekerja dengan 3 cara:
a) Sudut
Yaitu mengarahkan arah dayungan kaca keluar (arah bath side) atau ke dalam (arah ke cantre). Jika diarahkan
keluar, maka kacaakan melebar, jika diarahkan ke dalam, maka kaca akan menyempit
b) Speed barel
Pengaruhnya adalah kecepatan dayungan dan ini juga bergantung pada posisi A-roll, yang erat kaitannya dengan
profil ribbon dan posisi sudut yang erat kaitannya dengan arah dayungan. PutaranA-roll searah dengan arah ribbon
di posisi area nip on, sehinggaA-roll L & R putarannya berkebalikan.
c) Nip down A-roll
Nip down adalah kadar menancapnya A-roll di atas ribbon. Nipdown ini dapat diukur dari kedalaman gigi barell
yang terlihat.
2) Penscope & camera monitor adalah alat untuk melihat ribbon secara visual, tepat di atas ribbon, sehingga
pergerakkan ribbon di dalam bath bisa dimonitor secara detail, termasuk terlihat visual A-roll pattern. Prinsip
kerja periscope sama seperti periscope kapal selam, hanya saja periscope ini bekerja pada kondisi panas, sehingga
harus dilindungi oleh cooler house dan diberi purging N2 untuk menahan bath atmosfer panas masuk merusak
periscope.
3) Carbon extention tile (CET) adalah blok carbon yang ditambahkan untuk memajukan restrictor tile. Sehingga
ribbon baru akan melebar lebih ke downstream. Tujuan pemasangan CET ini adalah untuk membantu kerja A-roll di
dalam mendayung ribbon ke tengah, khususnya saat produksi thicker glass, dimana diperlukan pengumpulan massa
kaca di HOT agar lebih tebal dari tebal kesetimbangan.
4) Carbon fender adalah carbon ini dipasang untuk membuat kaca tebal atau thicker glass.Gross keep dan tebal diatur
hanya menggunakan lehr speed dan pull.
5) Carbon fence berfungsi untuk centering ribbon di exit dan menjaga ribbon agar tidak menabrak shoulder, jika
terjadi ribbon swing (pembesaran grossyang over).
1) Carbon barrier dengan adanya setting carbon barrier ini, timah dingin akan masuk kembali ke tengah dan timah
panas dari upstream sebagian akan keluar di upstream barrier dan kembali ke depan.
2) Linear motor adalah penggerak timah yang menggunakan gaya elektromagnetik dan bisa berfungsi mendorong
timah atau menarik timah.
d. Ascessoris pendukung.
1) De-drossing pocket (DDP) adalah bagian dari bath yang disetting secara permanen dan memiliki design khusus
dengan bath yang fungsinya untuk menarik dross dari area exit dan dapat dipisahkan dengan mudah.
2) Jaringan SO2. SO2 berfungsi untuk meningkatkan ketahanan kaca saat melalui lehr.SO2 bereaksi dengan kaca dan
akan menghasilkan film Na2SO4 tipis di bawah kaca dari film ini menambah kekuatan kaca. Kaca akan lebih tahan
gores dan tidak mudah pecah.
3) Bath sealing
e. Proses Float
Proses ini adalah proses pengambangan kaca di atas timah cair, untuk memperoleh kerataan kaca yang datar,
sehingga kaca memiliki kemampuan tranmisi optic yang baik (tanpa distorsi). Timah dipilih sebagai
media pengambang karena sifat timah
1) Tidak menempel di kaca
2) Lebih berat daripada kaca, sehingga kaca akan mengambang di atas timah
Ribbon secara alamiah akan mengalami pelebaran saat turun ke tin bath, kemudian akan mengecil seiring dengan
pengaruh tarikan lehr speed. A-rool akan membantu melebarkan ribbon, sehingga kaca akan dapatdisesuaikan
ketebalan dan lebarnya. Hot cooler dan exit cooler digunakan untuk membantu pendinginan temperatur kaca. Bath
heater digunakan untuk memanaskan temperatur kaca agar mudah dibentuk. Dari kondisi ribbon, ada 5region di
dalam metal bath, antara lain:
Region I
Pada region ini, kaca secara alamiah akan membesar, setelah turun dariatas spout lip. Kaca akan mengarah ke
tebal kesetimbangan (+/- 6,7 mm). Gaya yang bekerja pada ribbon ke arah luar dan tengah mengalami
perlambatan.Temperatur kaca masih tinggi (+/- 1050ºC) dan kaca masih dalam bentuk cair,sehingga kaca masih
memiliki kemampuan untuk menstabilkan penyebaran massa kaca ke semua arah.
Region II
Bagian ini dinamakan initial forming area atau fire polishing area. Padaregion II kaca sudah melewati tebal
kesetimbangannya, namun kaca seakan ditahan oleh A-roll no. 1 sehingga kaca akan membesar. Pada region ini,
gaya akibat efek lehr speed mulai terasa dan mulai menarik ribbon ke downstream,dalam hal ini masih ada
pelebaran dari ribbon. Gaya pelebaran kaca semakin mengecil dan sampai pada titik dimana gaya pelebaran tersebut
nol, titik inidinamakan titik kritis, karena ribbon mulai akan mengecil.
Titik kritis ini merupakan batas akhir dari Region II, temperatur kacamasih relative panas dan pada area ini
kaca memiliki kemampuan menstabilkandistribusi massanya. Semakin lama kaca tinggal di region ini, semakin
baik kualitas distorsinya.
Region III
Pada region ini, ribbon mulai mengalami pengecilan yang besar, akibat tarikanlehr speed, sehingga pada area
ini A-roll ditempatkan. A-roll akan menahan ribbon dan membuat ribbon menjadi lebar dan tipis. Pada region ini
ribbon jugaakan dingin akibat kehadiran A-roll yang nip on, sehingga banyak konsumsiheater di daerah ini, untuk
menjaga ribbon dalam kondisi yang cukup elastic saatdibentuk dan A-roll tidak mengalami ribbon slip. Pada region
ini, ribbon juga akan dingin akibat kehadiran A-roll yang nipon, sehingga banyak konsumsi heater di daerah ini
untuk menjaga ribbon dalam kondisi yang cukup elastic saat dibentuk dan A-roll tidak mengalami ribbon slip.
Region IV
Pada daerah ini, A-roll sudah tidak ada lagi dan ribbon mengalami pengecilan alamiah. Pada area ini kaca
sudah mencapi hardening point atau titik temperatir kaku, dimana kaca sudah tidak elastis lagi, sehingga gross dan
tebal sudah tidak dapat dibetuk lagi. Pada area ini rawan terbentuk lipatan-lipatan pada ribbon, karena temperatur
kaca yang masih memungkinkan untuk elastis namun hampir kaku. Di daerah ini, kaca masuk ke area shoulder.
Region V
Diregion ini, kaca sudah kaku dan mulai didinginkanagar temperatur tidak terlalu panas saat memasuki lehr
annealing dan cooling, Diarea ini metal bath berakhir
Artinya, jika temperatur naik, maka massa jenis akan turun, fluida semakin ringan karena massa / volumenya
semakin kecil.Demikian halnya dengan material yang sudah padat. Kita ketahui bahwa batang besi bila dipanaskan
akan bertambah panjangnya, jika didinginkan akan memendek. Hal ini disebabkan karena fenomena yang sama.
Ketika dipanasi,maka molekul akan meregang dan ketika didinginkan molekul akan merapat. Dalam bahasa teknis,
kondisi molekul rapat disebut kompresi, kondisi molekul meregang disebut tensi. Fase ini dinamakan fase annealing.
Seperti halnya materi padat yang lain, ketika didinginkan, material tersebut akan memasuki temperaturkritis, dimana
kondisinya akan berbalik, yang seharusnya dipanaskan molekulnyamengalami peregangan (tensi), malah mengalami
perapatan (kompresi). Fase ini dinamakan fase cooling.
4. Proses Pemotongan dan Pengepakan (Cold Line)
Kesimpulan
Kaca atau gelas ialah produk yang amorf dan bening dengan kekerasan dan elastisitas yang cukup,
tetapi sangat rapuh. Seperti yang telah dijelaskan di bab sebelumnya bahwa kaca atau gelas apabila dipandang
dari segi fisika merupakan zat cair yang sangat dingin. Proses pembuatan kaca adalah pencampuran bahan baku,
peleburan kaca (melting), pembentukan kaca (drawing), pemotongan kaca, dan pengepakkan kaca.
Saran
Dengan adanya perusahaan pembuatan kaca dan semakin majunya alat yang di cipatakan para insinyur
maka sudah pasti akan menciptakan lapangan pekerjaan baru bagi para penganggur yang ada di sekeliling
perusahaan tersebut, dan juga dapat bermanfaat bagi orang-orang sipil atau para arsitek dalam mengembangkan
suatu ide dalam perancangan bangunan. Dan dapat pula berguna bagi perusahaan otomotif karena kaca sekarang
tidak hanya sebagi kaca hiasan tetapi juga sebagai kaca pelindung.
Namun, dengan makin besarnya perusahaan kaca ini maka akan sangat menganggu lingkungan karena
proses pembuatan kaca ini pasti mempunyai limbah yang sangat berbahaya bagi kelangsungan hidup manusia
dan juga hewan yang ada di sekitarnya. Sudah tentu semua ekosistem kana berubah baik dari struktur tanah
ataupun air, tetapi ini tidak langsung terjadi sangat cepat tetapi secara berlahan-lahan. Oleh karena itu, industri
kaca ini juga harus memperhatikan lingkungan sekitar dengan meminimalisir dampak negatif dari limbah yang
dihasilkan.
DAFTAR PUSTAKA
Anonim. (2013, May). All about glass. Dipetik October 21, 2013, dari http://aalfiyahya13.blog.uns.ac.id/all-
about-glass/
Anonim. (2011). Bab III Proses Produksi. Dipetik October 21, 2013, dari
http://id.scribd.com/doc/47027633/BAB-III
Anonim. (2012, September 04). Bahan-bahan Dasar Pembuat Kaca. Dipetik October 21, 2013, dari
http://bisakimia.com/2012/09/04/bahan-bahan-dasar-pembuat-kaca/
Anonim. (2013, May). Langkah cara membuat. Dipetik October 20, 2013, dari http://langkah-cara-
membuat.blogspot.com/2013/05/contoh-makalah-cara-pembuatan-gelas-dan.html
Anonim. (2011, September 26). Pembuatan Kaca. Dipetik October 20, 2013, dari
http://aadhew.wordpress.com/2011/09/26/pembuatan-kaca/
Anonim. (2005). SNI 15-0047-2005. Kaca Lembaran .
Anonim. (2008, January). Thesis Binus. Dipetik October 20, 2013, dari http://thesis.binus.ac.id/doc/Bab2/2008-
1-00455-TISI-Bab%202.pdf
Anonim. (t.thn.). Makalah Kaca. Dipetik October 20, 2013, dari http://id.scribd.com/doc/98539379/makalah-
kaca
Hernorjen, I. (t.thn.). hernorjen. Dipetik October 20, 2013, dari http://hernorjen.blogspot.com/p/makalah-proses-
pembuatan-kaca.html
Keenan, & W, C. (1984). Ilmu Kimia Untuk Universitas. Jakarta: Erlangga.
Komandoko, G. (2010). Ensiklopedia Pelajar dan Umum. Yogyakarta: Pustaka Widyatama.
Schey, J. A. (2009). Pengenalan Kepada Pproses Pembuatan. ITBM.
Virdian. (t.thn.). How Glass Is Made. Dipetik October 22, 2013, dari
http://www.viridianglass.com/Residential/AboutGlass/Pages/HowGlassisMade.aspx
Vogel, & Suehela, G. (1990). Buku Tesks Analisis Anorganik Kualitatif Makro dan Semi Mikro. (L. Setiono, &
A. Pudjaatmaka, Penerj.) Jakarta: Kalman Media Pustaka.
Bunsen Burner
Bunsen burner merupakan alat pembakar yang digunakan untuk memanaskann larutan
dengan api terbuka serta untuk proses destilasi dan refluks yang melibatkan bahan dengan
titik didih tinggi.ditemukan oleh seorang ahli kimia yang berasal dari Jerman, bunsen
ditemukan pada tahun 1885.
Sebuah pembakar Bunsen terdiri dari laras logam berongga yang memiliki satu atau lebih
lubang di dasarnya untuk memungkinkan masuknya udara. Gas disalurkan dalam di dasar,
bercampur dengan udara, dan di bagian atas laras menciptakan api dari berbagai intensitas
(tergantung pada rasio udara-gas). Pembakar Bunsen digunakan untuk bahan kimia dan
peralatan pemanasan .
s
Gambar 1.a Bunsen Burner
Bagian bagian utama bunsen diantaranya :
Pipa pemasukan gas
Lubang pemasukan udara
Pipa pencampur gas dan udara
Cara menggunakan bunsen :
Hubungkan selang pembakar gas dengan lubang pengeluaran gas
Tutup lubang udara
Nyalakan korek api sambil didekatkan ke mulut tabung pencampur gas dan udara
Nyalakan keran gas dengan cara memutar sekrup untuk mengatur banyak sedikitnya
gas yang masuk ke tabung pencampur gas dan udara
Pembakar dimatikan dengan cara menutup keran gas
Cara memanaskan objek menggunakan bunsen
Peralatan yang digunakan dalam prosedur pemanasan diantaranya kaki tiga, kawat kasa,
bunsen burner, dan gelas kimia
Prosedur :
Siapkan bunsen burner
Letakkan kaki tiga diatas bunsen
Tempatkan kawat kasa diatas kaki tiga
Letakkan gelas kimia diatas kawat kasa
Kemudian tambahkan objek ke dalam gelas kimia
Pemeliharaan pembakar bunsen sangat penting untuk keaman dari laboratorium apapun dan
berikut ini harus diperiksa setiap tahun:
1. Periksa kompor untuk kondisi mekanis umum dan kesehata
2. Dengan Bunsen terhubung ke gas tapi dengan suplai dimatikan menerapkan larutan
sabun encer 1% ke daerah sekitar sendi mekanis dan sambungan pipa dengan kuas cat
kecil. Putar pasokan gas kembali untuk menguji Bunsen secara menyeluruh karena
kebocoran gas. Kebocoran apapun akan bukti diri seperti gelembung sekitar sendi
mekanis
3. Uji kompor dengan memvariasikan api di kisaran penuh
4. Selain inspeksi tahunan di atas, yang Bunsen Bunsen dan tubing harus visual diperiksa
untuk cacat yang jelas sebelum mereka dikeluarkan untuk digunakan
5. Jets dan kerah api retensi dapat menjadi tersumbat karena membangun dari berbagai
bahan limbah seperti kotoran, bahan kimia, lilin dan bahan makanan dll Pastikan bahwa
jet dan kerah api retensi bebas dari semua bahan limbah dan jelas menggunakan alat
yang cocok sesuai kebutuhan
6. Mendorong panjang yang sesuai dipilih dan diameter kawat kaku melalui melalui bagian
belakang jet dengan mudah dapat menghapus diblokir atau sebagian diblokir jet. Pastikan
jet yang jelas dari semua bahan limbah
7. Beberapa jenis Bunsen dilengkapi dengan tabung pencampuran, yang kadang-kadang
dapat bekerja longgar di mana tabung pencampuran bergabung ke dasar jet. Pemasangan
mesin cuci baja sesuai ukuran antara tabung dan dasar dapat membantu menghilangkan
masalah ini. Pastikan bahwa tabung pencampuran aman disatukan dengan bagian utama
dari Bunsen
8. Tabung pencampuran dapat menjadi tersumbat karena membangun dari berbagai bahan
limbah seperti kotoran, bahan kimia, lilin dan bahan makanan dll tabung pencampuran
biasanya akan melepaskan dari dasar dengan tangan dan kemudian dapat dibersihkan
menggunakan sikat tabung reaksi, penggosok atau lainnya alat yang cocok sesuai
kebutuhan. Tabung pencampuran, yang buruk mengotori, mungkin kemacetan dan
menggunakan terbuka tepat ukuran kunci pas, kunci pas adjustable kecil atau alat serupa
dapat membantu penghapusan. Pastikan bahwa tabung pencampuran bebas dari semua
bahan limbah
9. Bunsen burner tabung harus secara teratur diperiksa untuk binasa, kerapuhan, keretakan,
luka dll, dan diganti jika ada bukti kerusakan atau miskin sesuai. Kebocoran diduga
Kecil itu tabung pembakar Bunsen dapat dikonfirmasi dengan menerapkan larutan sabun
encer 1% ke area yang dicurigai dengan kuas cat kecil. Kebocoran apapun akan terbukti
dengan sendirinya yaitu produksi gelembung sabun kecil pada titik kebocoran yang
dicurigai
10. Sambungan fleksibel untuk kompor harus berdinding tebal Bunsen tabung panjang
minimum. Panjang keseluruhan yang direkomendasikan tubing harus berkisar 500mm
minimal tidak lebih dari 900mm maksimal. Hindari menggunakan berdinding tebal pipa
neoprene karena terlalu kaku dan dapat menyebabkan ketidakstabilan dalam penggunaan
pembakar Bunsen dan dapat menyebabkan unit untuk jatuh atau akan terguling saat
digunakan
11. Pipa karet tipis berdinding dimaksudkan terutama untuk digunakan dengan air, tidak
boleh digunakan untuk membawa gas. Karena dinding tipis jenis tabung jauh lebih
rentan terhadap pemotongan, cracking dan binasa mengakibatkan kebocoran gas yang
dapat menjadi dinyalakan. Hal ini juga dapat dengan mudah teregang, memadamkan api
dan memungkinkan lolos gas. Jika memungkinkan tabung pembakar Bunsen harus tetap
dengan panjang minimum yang disarankan bekerja (panjang kerja optimal aman adalah
500mm), suara dan tidak rusak. Dianjurkan agar pipa karet harus diperiksa pada dasar
yang lebih sering daripada setiap tahun
12. Sebuah catatan pemeriksaan tahunan diperlukan untuk dipertahankan oleh Teknisi
Pendukung Service dengan menggunakan lembar catatan disediakan
13. Selain Bunsen sendiri, pipa transportasi gas harus diperiksa secara teratur. Hal ini
biasanya diatur oleh sistem manajemen fasilitas
14. Jika terjadi kebocoran yang dicurigai, mengisolasi pasokan gas ke kamar gas dan
menerapkan prosedur keselamatan.