Professional Documents
Culture Documents
FARMAKOTERAPI TERAPAN
EPILEPSY
Disusunoleh:
Kelompok VIII
Seorang pasien, perempuan, usia 27 tahun, BB 52 Kg, menikah, penderita epilepsy tonik
klonik selama 10 tahun. Pasien telah menggunakan asam valproat 30 mg/KgBB/hari dan
pasien berespon baik dengan obat ini. Saat ini pasien hamil usia 2 minggu dan datang ke
Pertanyaan/Tugas Mahasiswa:
Jawab :
Epilepsi adalah kelainan otak yang ditandai oleh adanya kecenderungan untuk
menimbulkan bangkitan epilepsi secara terus-menerus dengan konsekuensi
neurobiologis, kognitif, sikologis dan sosial (Kristanto, 2017).
Epilepsi tonik-klonik adalah jenis epilepsi yang paling dikenal. Diawali
dengan hilangnya kesadaran dan penderita sering menangis. Jika berdiri penderita akan
terjatuh, tubuh menegang (tonik) dan diikuti sentakan otot (klonik). Bernafas dangkal
dan sewaktu-waktu terputus menyebabkan bibir dan kulit terlihat keabuan/ biru. Air liur
dapat terakumulsi dalam mulut, terkadang bercampur darah jika lidah tergigit. Dapat
terjadi kehilangan kontrol kandung kemih. Kejang biasanya berlangsung sekitar dua
menit atau kurang. Hal ini sering diikuti dengan periode kebingungan, agitasi dan tidur.
Sakit kepala dan nyeri juga bisa terjadi setelahnya (Kristanto, 2017).
Serangan epilepsy terjadi apabila proses eksitasi di dalam otak lebih dominan
daripada proses inhibisi. Diawali dengan beberapa neuron yang tidak normal yang
kemudian daya hantar listrik membran yang normal akan memecah dan menghambat
arus sinaptik, akhirnya rangsangan menyebar secara lokal (focal seizure) atau secara
luas (kejang).
Jawab :
Untuk pengobatan yang aman dan efisien bagi ibu hamil, mengurangi frekuensi dan
tingkat keparahan kejang, mencegah terjadinya resiko teratogenik dan malformasi pada
janin terhadap penggunaan obat antikonvulsan (asam valproat) sehingga pasien dan janin
Jawab :
Kategori kehamilan:
Kategori D: Gunakan dalam keadaan darurat yang mengancam jiwa bila tidak
ada obat yang lebih aman tersedia. bukti positif dari risiko janin manusia.
OAE monoterapi lebih disukai pada kehamilan. Kliren obat fenitoin, carbamazepine,
fenobarbital, ethosuximide, lamotrigin, oxcarbazepine, levetiracetam, topiramate, dan
clorazepate meningkat selama kehamilan. Hasil yang merugikan lainnya pada epilepsi
ibu hamil yaitu penghambatan pertumbuhan, psikomotor, dan mental. Beberapa peristiwa
teratogenik dapat dicegah dengan asupan folat yang memadai, vitamin prenatal dengan
asam folat (~ 0,4-5 mg / hari) harus diberikan kepada ibu hamil yang menggunakan
OAE. Dosis Asam folat yang lebih tinggi harus digunakan pada wanita dengan riwayat
kehamilan sebelumnya dengan cacat tabung saraf atau menggunakan asam valproat.
Vitamin K, 10 mg / hari secara oral, diberikan kepada ibu selama sebulan sebelum
persalinan dapat mencegah gangguan perdarahan neonatal. Atau, parenteral
menggunakan vitamin K dapat diberikan kepada bayi yang baru lahir saat persalinan
Gunakan monoterapi dengan OAE yang dipilih untuk sindrom atau tipe
bangkitan
Gunakan dosis yang paling rendah yang paling diperlukan untuk
mengendalikan bangkitan dengan optimal
Hindari kadar puncak yang tinggi dengan membagi dosis harian total kedalam
dosis multipel yang lebih kecil.
Periksa kadar obat total (JKKI)
Alternatif untuk pasien dengan epilepsy umum lebih terbatas karena valproat lebih
karbamazepin menunjukan angka malformasi yang lebih kecil daripada asam valproat.
Namun, lamotrigin sulit digunakan pada kehamilan karena perubahan farmakokinetik dan
resiko kambuh. Keamanan topiramat, levetiracetam, dan OAE generasi baru lain belum
cukup dinilai sehingga belum digunakan selama kehamilan. Valproat dosis rendah masih
merupakan pilihan jika kejang tidak dapat dikontrol dengan obat lain. Dosis dibawah
800mg/hari mungkin tidak berhubungan dengan resiko fetal yang lebih besar
Jika terapi asam valproat merupakan yang paling optimal, sejumlah cara dapat
dilakukan untuk meminimalkan resiko pada janin, diantaranya menggunakan dosis efektif
Wanita dengan epilepsy agar menghindari obat fenitoin dan fenobarbital untuk
kehamilan tidak boleh mengkonsumsi lebih dari satu OAE karna dapat meningkatkan
resiko cacat kongenital dibandingkan hanya dengan satu obat. Jika seorang wanita bebas
serangan selama sembilan bulan sebelum hamil, dia cenderung tidak mengalami serangan
Jawab :
Ya, yaitu perlu penurunan dosis asam valproat dan penambahan terapi obat asam folat.
Penurunan dosis asam valproat dari 1560 mg/hari menjadi 750 mg/hari diberikan untuk
meminimalkan resiko malformasi dan teratogenik terhadap janin, sedangkan penambahan
asam folat 1 mg/hari diberikan untuk mencegah malformasi dan teratogenik pada janin.
Karena pasien sudah efektif menggunakan pengobatan asam valproat selama 10 tahun,
meskipun asam valproat tergolong obat D pada wanita hamil. Tetapi sangat beresiko jika
mengganti terapi obat epilepsi pada pasien dalam kondisi hamil. Jika pergantian terapinya
tidak efektif maka pasien bisa dimungkinkan akan mengalami kejang, apalagi jika pasien
mengalami alergi terhadap terapi penggantinya. Faktor resiko penggunaan asam valproat
bisa dicegah dengan pemberian asam folat selama masa kehamilan.
Hasil dari studi epidemiologi menyimpulkan bahwa anak-anak yang lahir dari ibu
yang menggunakan obat asam valproat selama kehamilan memiliki peningkatan risiko
kemampuan tes kognitif yang lebih rendah, dibandingkan dengan anak-anak terkena obat
anti kejang lainnya selama kehamilan yang diketahui menyebabkan cacat tabung saraf.
Bukti menunjukkan bahwa suplementasi asam folat sebelum konsepsi dan selama
trimester pertama mengurangi risiko cacat tabung saraf kongenital (JKKI)
5. Tetapkanlah terapi obat selanjutnya untuk pasien (lengkap dengan dosis dan aturan
pakainya)
Jawab :
6. Siapkan dan serahkanlah obat kepada pasien serta lakukan pemberian informasi
obat.
Jawab:
NARASI
pada pasien, Apoteker menyarankan terapi obat asam valproat diteruskan tapi
dengan penurunan dosis menjadi 750 mg/hari dengan aturan pakai 250 mg 3x1
agar mengurangi efek malformasi obat terhadap janin dan menambah asam
Apoteker : Selamat pagi, saya apoteker nama saya kristina, ada yang bisa saya bantu
ibu?
Apoteker : Boleh saya lihat resepnya dulu ibu ( apoteker melakukan kelengkapan resep,
(apoteker bertanya kepada pasien) ini dengan ibu sendiri apa keluarga pasien?
Pasien : Sudah lama mbak, semenjak saya terkena penyakit epilepsy sekitar 10 tahun
yang lalu.
Apoteker : Selama ibu mengkonsumsi obat asam valproat kejangnya pernah kambuh?
Apoteker : Baik kalau begitu saya siapkan obatnya terlebih dahulu ya bu, silahkan
Apoteker : (apoteker memanggil pasien) atas nama ibu Agnes alamat Sampangan.
Apoteker : (apoteker memberikan obat kepada pasien dan melakukan konseling kepada
pasien) ini obatnya bu, ini yang satu obat asam valproat digunakan sebagai
terapi epilepsy, obat ini diminum 3 kali sehari 1 kapsul setelah makan. Ini
Apoteker : Baik ibu itu informasi obatnya, mungkin ada yang mau ditanyakan ibu?
Pasien : Asam valproat diminum 3x1 setelah makan, asam folat diminum 1x1 setelah
makan
Apoteker : iya betul, kalau obatnya sudah habis ibu segera kontrol lagi ya bu kedokter.
Saya sarankan ibu lakukan pola hidup sehat, seperti makan yang teratur,
istirahat yang cukup, perbanyak konsumsi sayur sayuran dan buah buahan,
jangan lakukan aktifitas yang berlebihan bu, supaya pertumbuhan janinya
sehat bu.
Jawab :
Mekanisme kerja dari asam valproat yaitu mengurangi aliran ion kalsium ini
dengan langsung menghambat disaluran Voltage Sensitive Sodium Channels (VSSCs)
dan yang kedua dengan menghambat fosforilasi enzim yang mengatur sensitifitas
kanal ion natrium. Penghambatan pada VSSCs menyebabkan menurunnya influx
natrium ke dalam sel neuron sehingga menyebabkan berkurangnya eksitasi sel neuron
terutama glutamat dan transmisi dari excitatory neurotransmitter juga berkurang
sehingga cara kerja ini mampu memperbaiki hiperaktivasi glutamat yang terjadi pada
penderita epilepsy tonik-klonik dan dapat mengontrol penyakit epilepsi tonik-klonik.
Gambar 1. Mekanisme kerja asam Valproat pada kanal voltase natrium
Dipiro, J. T., Talbert, R. L., Yee, G. C., Matzke, R. G., Wells, B. G., and Posey, L. M. 9
http// www.mims.com
http// www.medscape.com
Indrawati L., 2012, Penggunaan Obat Antiepilepsi Pada Kehamilan, Jakarta, 39 (5).
Katzung, G. B., Masters, S. B., Trevor, A. J., 2012. Basic & Clinical Pharmacology 12th
Taufiqurrahman A., Nuradyo. D., Harsono, Manajemen Epilepsi Pada Kehamilan, Jurnal