You are on page 1of 16

TUGAS INDIVIDU

Mata Kuliah : Ergonomi Industri


Dosen : Dr. dr. Syamsiar S. Russeng, MS.

MAKALAH
SIKAP TUBUH YANG ERGONOMIS

OLEH:

RISMAYANTI YAMIN
P1800216005

PEMINATAN KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA


PROGRAM STUDI ILMU KESEHATAN MASYARAKAT
PROGRAM PASCASARJANA
UNIVERSITAS HASANUDDIN
MAKASSAR
2017

1
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT atas berkat rahmat dan
hidayaNyalah sehingga makalah mata kuliah Ergonomi Industri yang berjudul “Sikap tubuh
yang Ergonomis”.
Dalam penyusunan makalah ini, begitu banyak hambatan yang di hadapi penulis. Tapi
berkat bimbingan dan bantuan serta dorongan motivasi dari berbagai pihak, semua kendala-
kendala dan hambatan yang dihadapi penulis dapat teratasi.
Penulis menyadari bahwa Makalah ini masih jauh dari sempurna. Oleh karena itu kritik
dan saran dari semua pihak yang bersifat membangun selalu penulis harapkan demi
kesempurnaan Makalah ini.
Semoga makalah ini dapat memberi manfaat dan menjadi sumbangan pemikiran bagi
pihak yang membutuhkan, khususnya bagi penulis sehingga tujuan yang diharapkan dapat
tercapai.
Akhir kata, penulis sampaikan terima kasih kepada semua pihak yang telah berperan
serta dalam penyusunan Makalah ini dari awal sampai akhir. Semoga Allah SWT senantiasa
meridhai segala usaha kita. Amin.

Makassar, Maret 2017

Penulis

2
DAFTAR ISI

Kata pengantar ........................................................................................................................ i


Daftar isi.................................................................................................................................. ii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang ............................................................................................................ 4
B. Rumusan Masalah ....................................................................................................... 5
C. Tujuan ......................................................................................................................... 5
BAB II PEMBAHASAN
A. Definisi ergonomi ....................................................................................................... 6
B. Sikap tubuh dalam bekerja .......................................................................................... 8
C. Dampak Sikap Kerja Yang Tidak Sesuai Ergonomis ............................................... 13

BAB III PENUTUP


A. Kesimpulan ................................................................................................................ 16
B. Saran .......................................................................................................................... 16
DAFTAR PUSTAKA

3
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Ergonomi merupakan salah satu wahana dalam meningkatkan produktifitas


berupa aturan dalam bekerja yang bermaksud membuat sistem kerja selamat, sehat,
aman dan nyaman. Ergonomi menjamin manusia bekerja sesuai dengan kemampuan,
kebolehan dan keterbatasan yang hasil akhirnya manusia mampu berproduksi lebih
optimal selama umur produktifnya tanpa harus mengorbankan keselamatan dan
kesehatannya (Adiputera, 2004). Ergonomi sikap kerja dalam bekerja sangat perlu
diperhatikan, jika sikap kerja bertentangan dengan sikap alami tubuh akan
menimbulkan kelelahan dan cedera pada otot. Dalam sikap yang tidak alami tersebut
akan banyak terjadi pergerakan otot yang tidak seharusnya terjadi sehingga gerakan
itu akan boros energi yang menimbulkan strain dan cedera otot (Adiputera, 2004).
Sikap kerja saat melakukan setiap pekerjaan dapat menentukan atau berpengaruh
terhadap keberhasilan suatu pekerjaan, untuk menghindari hal itu dibutuhkan sikap
kerja yang efektif untuk menghasilkan produksi yang maksimal. Sikap kerja adalah
posisi kerja secara alamiah dibentuk oleh tubuh pekerja akibat berinteraksi dengan
fasilitas yang digunakan ataupun kebiasaan kerja.
Dengan semakin berkembangnya industri saat ini dimana sebagian besar dari
aktivitas fisik manusia dalam industri terjadi dalam kegiatan manual material
handling, dengan kata lain manusia lebih banyak melakukan pekerjaan secara manual
dalam melakukan pemindahan barang atau objek ditunjang lagi dengan posis kerja
yang tidak sesuai dengan aspek ergonomis maka hal ini dapat menyebabkan
terjadinya cidera tubuh, sakit, dan cacat. Masalah dari kegiatan manual material
handling dikarenakan postur tubuh yang salah, repetitif (berulang-ulang), berat, dan
durasi yang terkait dengan pemindahan beban. Salah satu penyebab cedera atau
keluhan muskuloskeletal tersebut jika terdapat ketidakesuaian antara tuntutan tugas
(task demand) dan kemampuan pekerja (worker capability), sehingga sistem
muskuloskeletal secara fisik overexerted.

4
Berdasarkan latar belakang diatas maka penulis tertarik untuk menulis
makalah dengan judul posisi kerja sesuai ergonomis. Dalam makalah ini juga akan
dibahas tentang dampak posisi kerja yang tidak sesuai ergonomis.

B. Rumusan Masalah
1. Apa Definisi ergonomi?
2. Bagaimana Sikap tubuh dalam bekerja?
3. Apa Dampak Sikap Kerja Yang Tidak Sesuai Ergonomis ?

C. Tujuan
1. Untuk mengetahui Definisi ergonomi.
2. Untuk mengetahui Sikap tubuh dalam bekerja.
3. Untuk mengetahui Dampak Sikap Kerja Yang Tidak Sesuai Ergonomis .

5
BAB II
PEMBAHASAN
A. Definisi Ergonomi
Ergonomi (ergonomics) berasal dari kata Yunani yaitu ergo yang berarti
kerja dan nomos yang berarti hukum, dimana ergonomi sebagai disiplin keilmuan
yang mempelajari manusia dalam kaitannya dengan pekerjaannya. Istilah ergonomi
lebih populer digunakan oleh beberapa negara Eropa Barat, dan di Amerika istilah ini
lebih dikenal sebagai Human Faktors Engineerings atau Human Engineering
(Wignjosoebroto, 2000). Istilah ergonomi didefinisikan sebagai studi tentang aspek-
aspek manusia dalam lingkungan kerjanya yang ditinjau secara anatomi, fisiologi,
engineering, manajemen dan desain peralatan (Nurmianto dalam Santoso, 2004).
Dari survei pendahuluan yang dilakukan pekerja mengalami gangguan
kesehatan yang diakibatkan oleh sikap kerja yang tidak ergonomis. Keluhan yang
dialami antara lain: sakit pada pinggang, lelah seluruh badan, nyeri lutut dan kaki,
keluhan pada lengan dan tangan, dan nyeri bahu dan punggung (Notoadmojo, 1997).
Beberapa prinsip kerja secara ergonomis agar terhindar dari cedera antara
lain:
1. Gunakan tenaga seefisien mungkin, beban yang tidak perlu harus dikurangi atau
dihilangkan, perhitungkan gaya berat yang mengacu pada berat badan dan bila
perlu gunakan pengungkit sebagai alat bantu.
2. Sikap tubuh berdiri, duduk dan jongkok hendaknya disesuaikan dengan prinsip-
prinsip ergonomi.
3. Panca indera dapat dimanfaatkan sebagai alat kontrol, bila susah harus istirahat
(jangan dipaksa) dan bila lapar atau haus harus makan /minum (jangan ditahan).
4. Jantung digunakan sebagai parameter yang diukur lebih dari jumlah maksimum
yang diperbolehkan (Wignjosoebroto, 2000).
Ergonomi juga dapat digunakan dalam menelaah sistem manusia dan poduksi
yang kompleks. Dapat ditentukan tugas-tugas apa yang diberikan kepada tenaga kerja
dan yang mana kepada mesin. Dibawah ini dikemukakan beberapa prinsip ergonomi
sebagai pegangan, antara lain :

6
1. Sikap tubuh dalam pekerjaan sangat dipengaruhi oleh bentuk, susunan, ukuran dan
penempatan mesin-mesin, penempatan alat-alat penunjuk, cara-cara harus melayani
mesin (macam, gerak, arah dan kekuatan).
2. Dari sudut otot sikap duduk yang paling baik adalah sedikit membungkuk.
Sedangkan dari sudut tulang duduk yang baik adalah duduk tegak agar punggung
tidak bungkuk dan otot perut tidak lemas. Maka dianjurkan memilih sikap duduk
yang tegak yang diselingi istirahat dan sedikit membungkuk.
3. Pekerjaan berdiri sedapat mungkin dirubah menjadi pekerjaan duduk. Dalam hal
tidak mungkin kepada pekerja diberi tempat dan kesempatan untuk duduk.
4. Arah penglihatan untuk pekerjaan berdiri adalah 23-37o kebawah. Arah
penglihatan ini sesuai dengan sikap kepala yang istirahat (relaxed).
5. Ruang gerak lengan ditentukan oleh punggung lengan seluruhnya dan lengan
bawah. Pegangan-pegangan harus diletakkan, lebih-lebih bila sikap tubuh tidak
berubah.
6. Macam gerakan yang kontinu dan berirama lebih diutamakan, sedangkan gerakan
yang sekonyong-konyong pada permulaan dan berhenti dengan paksa sangat
melelahkan. Gerakan ke atas harus dihindarkan, berilah papan penyokong pada
sikap lengan yang melelahkan. Hindarkan getaran-getaran kuat pada kaki dan
lengan.
7. Pembebanan sebaiknya dipilih yang optimum, yaitu beban yang dapat dikerjakan
dengan pengerahan tenaga paling efisien. Beban fisik maksimum telah ditentukan
oleh ILO sebesar 50kg.Cara mengangkat dan menolak hendaknya memperhatikan
hukum-hukum ilmu gaya dan dihindarkan penggunaan tenaga yang tidak perlu.
Beban hendaknya menekan langsung pada pinggul yang mendukungnya.
8. Kemampuan seseorang bekerja seharinya adalah 8-10 jam, lebih dari itu efisien
dan kualitas kerja sangat menurun (Suma’mur, 1996).
Dalam ergonomi akan dipelajari cara-cara penyesuaian pekerjaan, alat kerja
dan lingkungan kerja dengan manusia, dengan memperhatikan kemampuan dan
keterbatasan manusia itu sehingga tercapai suatu keserasian antara manusia dan
pekerjaannya yang akan meningkatkan kenyamanan kerja dan produktifitas kerja. Di
dalam ergonomi terbagi dalam 3 aspek, yaitu antropometri, sikap kerja dan
lingkungan kerja. Dan disini akan dibahas mengenai sikap kerja (Adeyani, 2010).

7
B. Sikap Tubuh dalam Bekerja
Sikap tubuh adalah suatu posisi bagi tubuh seseorang dalam melakukan
kegiatan. Dimana, dalam melakukan kegiatan diperlukan rasa yang nyaman sehingga
efisiesi kerja dan produktivitas kerja dapat optimal. Agar mendapatkan sikap tubuh
yang ergonomi dalam bekerja, perlu diperhatikan sikap duduk dan berdiri secara
bergantian. sikap tubuh yang bekerja secara tidak alamiah harus dihindari agar
tercipta rasa nyaman pada saat bekerja.
Sikap kerja merupakan penilaian kesesuaian antara alat kerja yang digunakan
oleh pekerja dalam bekerja dengan ukuran antropometri pekerja dengan ukuran-
ukuran yang telah ditentukan (Budiono dalam Rahayu, 2005). Sikap kerja adalah
tindakan yang akan diambil pekerja dan segala sesuatu yang harus dilakukan pekerja
tersebut yang hasilnya sebanding dengan usaha yang dilakukan (Sada dalam
Purwanto, 2008)
Sikap kerja juga diartikan sebagai kecenderungan pikiran dan perasaan puas
atau tidak puas terhadap pekerjaannya (Aniek dalam Purwanto, 2008). Kemudian
pada saat bekerja perlu diperhatikan postur tubuh dalam keadaan seimbang agar dapat
bekerja dengan nyaman dan tahan lama (Merulalia, 2010). Berdasarkan beberapa
definisi di atas dapat dikatakan sikap kerja adalah proses kerja yang sesuai ditentukan
oleh anatomi tubuh dan ukuran peralatan yang digunakan pada saat bekerja.
Sikap tubuh merupakan faktor resiko ditempat kerja. Manusia di muka bumi
ini untuk dapat makan harus bekerja, sikap tubuh saat melakukan setiap pekerjaan
dapat berpengaruh terhadap keberhasilan suatu pekerjaan, mari kita mempelajari
bagaimana sikap kerja yang efektif untuk menghasilkan produk yang maksimal
(Anonim, 2010).
Sikap tubuh dalam bekerja berhubungan dengan tempat duduk, meja kerja dan
luas pandangan. Untuk merencanakan tempat kerja dan perlengkapannya diperlukan
ukuran-ukuran tubuh yang menjamin sikap tubuh paling alamiah dan memungkinkan
dilakukannya gerakan-gerakan yang dibutuhkan. Pada posisi berdiri dengan pekerjaan
ringan, tinggi optimum area kerja adalah 5-10 cm dibawah siku. Agar tinggi optimum
ini dapat diterapkan, maka perlu diukur tinggi siku yaitu jarak vertikal dari lantai ke
siku dengan keadaan lengan bawah mendatar dan lengan atas vertikal. Tinggi siku
pada laki-laki misalnya 100 cm dan pada wanita misalnya 95 cm, maka tinggi meja
kerja bagi laki-laki adalah antara 90-95 cm dan bagi wanita adalah antara 85-90 cm.

8
Untuk menerapkan sikap kerja didalam ergonomi maka ada beberapa
persyaratan yang harus dilaksanakan antara lain :
a. Posisi duduk atau bekerja dengan duduk, ada beberapa persyaratan :
1. Terasa nyaman selama melaksanakan pekerjaannya.
2. Tidak menimbulkan gangguan psikologis.
3. Dapat melakukan pekerjaannya dengan baik dan memuaskan.
b. Posisi bekerja dengan berdiri :
Berdiri dengan posisi yang benar dengan tulang punggung yang lurus dan
bobot badan terbagi rata pada kedua tungkai.
Selain itu sikap tubuh dalam pekerjaan sangat dipengaruhi oleh bentuk,
susunan, ukuran dan penempatan mesin-mesin, penempatan alat-alat penunjuk,
cara-cara harus melayani mesin (macam gerak, arah dan kekuatan) (Suma’mur,
1996).
Terdapat 3 macam sikap dalam bekerja, yaitu:
1. Kerja posisi duduk
Ukuran tubuh yang penting adalah tinggi duduk, panjang lengan atas,
panjang lengan bawah dan tangan, jarak lekuk lutut dan garis punggung, serta
jarak lekuk lutut dan telapak kaki. Posisi duduk pada otot rangka
(musculoskletal) dan tulang belakang terutama pada pinggang harus dapat
ditahan oleh sandaran kursi agar terhindar dari nyeri dan cepat lelah (Santoso,
2004).
Pada posisi duduk, tekanan tulang belakang akan meningkat dibanding
berdiri atau berbaring, jika posisi duduk tidak benar. Tekanan posisi tidak
duduk 100%, maka tekanan akan meningkat menjadi 140% bila sikap duduk
tegang dan kaku, dan tekanan akan meningkat menjadi 190% apabila saat
duduk dilakukan membungkuk kedepan. Oleh karena itu perlu sikap duduk
yang benar dapat relaksasi (tidak statis) (Nurmianto dalam Santoso, 2004).
Sikap kerja yang baik dengan duduk yang tidak berpengaruh buruk
terhadap sikap tubuh dan tulang belakang adalah sikap duduk dengan sedikit
lordosa pada pinggang dan sedikit kifosa pada punggung dimana otot-otot
punggung menjadi terasa enak dan tidak menghalangi pernafasan. Pekerjaan
sejauh mungkin dilakukan sambil duduk.
Keuntungan bekerja sambil duduk adalah sebagai berikut: kurangnya
kelelahan pada kaki, terhindarnya sikap-sikap yang tidak alamiah,

9
berkurangnya pemakaian energi, dan kurangnya tingkat keperluan sirkulasi
darah (Suma’mur, 1989).
Duduk memerlukan lebih sedikit energi dari pada berdiri, karena hal itu
dapat mengurangi banyaknya beban otot statis pada kaki. Seorang operator
bekerja yang bekerja sambil duduk memerlukan sedikit istirahat dan secara
potensial lebih produktif dan operator juga lebih kuat bekerja sehingga lebih
cekatan dan mahir. Namun sikap duduk yang keliru akan merupakan penyebab
adanya masalah-masalah punggung.
Operator dengan sikap duduk yang salah akan menderita pada bagian
punggungnya. Tekanan pada bagian tulang belakang akan meningkat pada saat
duduk, dibandingkan dengan saat berdiri atau pun berbaring. Jika diasumsikan
tekanan tersebut sekitar 100%, maka cara duduk yang tegang atau kaku (erect
posture) dapat menyebabkan tekanan tersebut mencapai 140% bdan cara yang
dilakukan dengan membungkuk kedepan menyebabkan tekanan tersebut
sampai 190%.
Sikap duduk yang tegang lebih banyak memerlukan aktivitas otot atau
urat saraf belakang dari pada sikap duduk yang condong kedepan. Kenaikan
tekanan tersebut dapat meningkat dari suatu perubahan dalam suatu lekukan
tulang belakang pada saat duduk. Suatu keletihan pada pinggul sekitar 90o
tidak akan dicapai hanya dengan rotasi dari tulang pada sambungan paha.
Urat-urat lutut dan otot gluteal pada bagian belakang paha dihubungkan
sampai bagian belakang pinggul dan menghasilkan suatu rotasi parsial dari
pinggul (pelvis), termasuk tulang ekor atau (sacrum). Hal tersebut hanya
menghasilkan 60o-90o kelebihan putar pinggul dengan rotasi pada persendian
tulang paha itu sendiri. Oleh sebab itu perolehan 30o dari rotasi pinggul searah
dengan lekukan tulang belakang (lordosis) dan bahkan memperkenalkan suatu
lekukan tulang belakang kearah depan (kyphosis).

10
Gambar 1. Rotasi pinggul (pelvis) pada posisi duduk
(Sumber data : Mandall, 1981)

Dua bagian ruas tulang belakang (lumbar) yaitu gambar a dan b adalah
yang paling sering dipengaruhi dan termasuk dalam ”slipped disc syndrome”.
Kliphosis dapat sering terjadi akibat sikap duduk pada saat membaca dimeja
yang terlalu kedepan.
Tekanan antar ruas tulang belakang akan meningkat pada saat duduk
jika dihubungkan oleh rata-rata degenerasi dari bagian-bagian tulang yang
saling bertekanan. Seperti cara duduk di kendaraan dimana ada getaran
(vibrasi), dan dimana seseorang tidak siap untuk mengubah sikap duduknya.
Bangkit dan bergerak-gerak adalah sangat berpengaruh bagi ruas tulang-tulang
karena meningkatkan difusi nutrisi bagi tulang tersebut. Oleh karena itu sikap
duduk yang benar sangat diharapkan. Hal ini dapat dicapai dalam situasi
kantor jika kursi-kursinya disandari oleh seseorang, dan selanjutnya terjadi
perubahan dari kyphosis (lekukan ruas tulang belakang kearah belakang). Dan
yang pasti seseorang tidak dapat melakukan hal ini pada saat mengendarai
kendaraan.
KDC Troup (Applied Ergonomics, 1978, V 9, P.207). memberi suatu
catatan yang sangat baik “nyeri atau sakit di punggung dan pencegahannya
(“Driver’s back pain its prevention”). Beliau menyelesaikan studi yang
menunjukkan bahwa ”seseorang yang menghabiskan lebih banyak waktunya
dalam mengemudi kendaraan adalah tiga kali lebih mudah terjadinya bagian
yang bengkok atau turun dari pada yang tidak mengemudi”.

2. Kerja posisi berdiri


Ukuran tubuh yang penting dalam bekerja dengan posisi berdiri adalah
tinggi badan berdiri, tinggi bahu, tinggi siku, tinggi pinggul, panjang lengan.
Bekerja dengan posisi berdiri terus menerus sangat mungkin akan
mengakibatkan penumpukan darah dan beragai cairan tubuh pada kaki dan ini
akan membuat bertambahnya biola berbagai bentuk dan ukuran sepatu yang
tidak sesuai, seperti pembersih (clerks), dokter gigi, penjaga tiket, tukang
cukur pasti memerlukan sepatu ketika bekerja (Santoso, 2004).

11
Apabila sepatu tidak pas maka sangat mungkin akan sobek dan terjadi bengkak
pada jari kaki, mata kaki, dan bagian sekitar telapak kaki. Sepatu yang baik
adalah yang dapat manahan kaki (tubuh) dan kaki tidak direpotkan untuk
menahan sepatu, desain sepatu harus lebih longgar dari ukuran telapak kaki
dan apabila bagian sepatu dikaki terjadi penahanan yang kuat pada tali sendi
(ligaments) pergelangan kaki, dan itu terjadi dalam waktu yang lama, maka
otot rangka akan mudah mengalami kelelahan (Santoso, 2004).
Beberapa penelitian telah berusaha untuk mengurangi kelelahan pada
tenaga kerja dengan posisi berdiri, contohnya yaitu seperti yang diungkapkan
Granjean (dalam Santoso, 2004) merekomendasikan bahwa untuk jenis
pekerjaan teliti, letak tinggi meja diatur 10 cm di atas siku. Untuk jenis
pekerjaan ringan, letak tinggi meja diatur sejajar dengan tinggi siku, dan untuk
pekerjaan berat, letak tinggi meja diatur 10 cm di bawah tinggi siku (Santoso,
2004).

3. Membungkuk
Berdasarkan penelitian bahwa tenaga kerja bubut yang telah terbiasa
bekerja dengan posisi berdiri tegak dirubah menjadi posisi setengah duduk
tanpa sandaran dan setengah duduk dengan sandaran menunjukkan bahwa
terdapat perbedaan tingkat kelelahan otot biomekanik antar kelompok
(Santoso dalam Romanenko, 2004). Yang mana posisi kerja yang baik adalah
bergantian antara posisi duduk dan posisi berdiri, akan tetapi antara posisi
duduk dan berdiri lebih baik dalam posisi duduk (Romanenko dalam
Suma’mur, 1989).
Hal itu dikarenakan sebagian berat tubuh di sangga oleh tempat duduk
juga konsumsi energi dan kecepatan sirkulasi lebih tinggi dibandingkan
tiduran, tetapi lebih rendah dari pada berdiri. Posisi duduk juga dapat
mengontrol kekuatan kaki dalam pekerjaan, akan tetapi harus memberi ruang
yang cukup untuk kaki karena bila ruang yang tersedia sangat sempit maka
sangatlah tidak nyaman.

12
C. Dampak Sikap Kerja Yang Tidak Sesuai Ergonomis Dan Rekomendasi Yang Sesuai
Agar Dapat Meminimalisir Dampak Yang Ditimbulkan
1. Keluhan Muskuloskeletal :
Definisi Keluhan Muskuloskeletal adalah keluhan pada bagian otot skeletal
yang dirasakan oleh seseorang mulai dari keluhan sangat ringan sampai sangat sakit.
Apabila otot menerima beban statis secara berulang dan dalam waktu yang lama, akan
dapat menyebabkan keluhan berupa kerusakan pada sendi, ligamen dan tendon.
Keluhan hingga kerusakan ini biasanya diistilahkan dengan keluhan musculoskeletal
disorders atau cedera pada sistem muskuloskeletal. Secara garis besar keluhan otot
dapat dikelompokkan menjadi dua (Tarwaka, 2004), yaitu :
 Keluhan sementara (reversible)
Keluhan sementara yaitu keluhan otot yang terjadi pada saat otot
menerima beban statis, namun demikian keluhan tersebut akan segera hilang
apabila pembebanan dihentikan.
 Keluhan menetap (persistent)
Keluhan menetap yaitu keluhan otot yang bersifat menetap. Walaupun
pembebanan kerja telah dihentikan, namun rasa sakit pada otot masih terus
berlanjut. Hasil studi menunjukkan bahwa bagian otot yang sering dikeluhkan
adalah otot rangka (skeletal) yang meliputi otot leher, bahu, lengan, tangan, jari,
punggung, pinggang dan otot – otot bagian bawah. Keluhan otot skeletal pada
umumnya terjadi karena kontraksi otot yang berlebihan akibat pemberian beban
kerja yang terlalu berat dengan durasi pembebanan yang panjang.
Penyebab Keluhan Muskuloskeletal Menurut Peter Vi (2000) yang dikutip
oleh Rizki (2007) menjelaskan bahwa terdapat beberapa faktor yang dapat
menyebabkan terjadinya keluhan otot skeletal, yaitu :
 Peregangan Otot yang Berlebihan
Peregangan otot yang berlebihan pada umumnya sering dikeluhkan oleh pekerja
dimana aktivitas kerjanya menuntut pengerahan tenaga yang besar seperti
aktivitas mengangkat, mendorong, menarik dan menahan beban yang berat.
Peregangan otot yang berlebihan ini terjadi karena pengerahan tenaga yang
diperlukan melampaui kekuatan optimum otot. Apabila hal serupa sering
dilakukan, maka dapat mempertinggi resiko terjadinya keluhan otot, bahkan dapat
menyebabkan terjadinya cedera otot skeleletal.

13
 Aktivitas Berulang
Aktivitas berulang adalah pekerjaan yang dilakukan secara terus - menerus seperti
pekerjaan mencangkul, membelah kayu besar, angkat – angkut dan lain – lain.
Keluhan otot terjadi karena otot menerima tekanan akibat beban kerja secara
terus–menerus tanpa memperoleh kesempatan untuk relaksasi.
Keluhan lainnya antara lain :
a. keluhan kepala, leher, bahu, pinggang, bokong, lengan, tangan, lutut, kaki,
dan paha akibat posisi atau sikap kerja yang tidak sesuai ergonomi.
b. Kelelahann fisik akibat kerja terlalu berat(misalnya mengangkat beban
secara berlebihan).
Pada suatu kondisi kerja tertentu menggambarkan kecenderungan untuk menga-
lami beberapa keluhan antara lain :
1. Algias: penyakit pada juru ketik, sekretaris, pekerja yang postur tubuhnya
membungkuk ke depan, vertebral syndrome pada pembawa barang, pengantar barang
& penerjun payung.
2. Osteo articulardeiatins: scoliosis pada pemain violin & operator pekerja bangku,
bungkuk (kifosis) pada buuh pelabuhan dan pembawa/pemikul keranjang, datarnya
telapak kaki pada para penunggu, pembuat roti dan pemangkas rambut.
3. Rasa nyeri pada otot dan tendon: rusaknya tendon achiles bagi para penari, tendon
para ekstensor panjang bagi para drummer, tenosynovitis pada pemoles kaca, pemain
piano dan tukang kayu.
4. Iritasi pada cabang saraf tepi: saraf ulnar bagi para pengemudi kendaraan, tukang
kunci, tukang pande besi, reparasi arloji, enjilidan buku, pemotong kaca, dan
pengendara sepeda.
Dari berbagai keluhan diatas, maka akan muncul CTD (Cummulative Trauma
Disorder), yaitu trauma dari keadaan yang tidak teratur. Gejala ini muncul karena
terkumpulnya kerusakan kecil akibat trauma berulang yang membentuk kerusakan cukup
besar untuk menimbulkan rasa sakit.
o Trauma pada jaringan timbul karena:
 Overexertion: Proses penggunaan yang berlebihan.
 Overstretching: Proses peregangan yang berlebihan.
 Overcompression: Proses penekanan yang berlebihan.

14
o Contoh-contoh dari CTD:
 Tendinitis (tendon yang meradang & nyeri).
 Rotator Cuff Tendinitis (satu atau lebih RCT pd bahu meradang).
 Tenosynovitis (pembengkakan pada tendon & sarung tendon).
 Carpal Tunnel Syndrome
 Epicondylitis (peradangan pada tendon di siku).

15
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
1. Sikap tubuh dalam bekerja atau sikap kerja adalah suatu gambaran tentang posisi
badan, kepala dan anggota tubuh (tangan dan kaki) baik dalam hubungan antar
bagian-bagian tubuh tersebut maupun letak pusat gravitasinya.
2. Sikap tubuh dalam bekerja terdiri dari :
a. Sikap Kerja Duduk.
Sikap kerja duduk merupakan sikap kerja yang kaki tidak terbebani dengan
berat tubuh dan posisi stabil selama bekerja. Duduk memerlukan lebih sedikit
energi daripada berdiri karena hal itu dapat mengurangi banyaknya beban otot
statis pada kaki
b. Sikap kerja berdiri
Sikap kerja berdiri merupakan sikap kerja yang posisi tulang belakang vertikal
dan berat badan tertumpu secara seimbang pada dua kaki
c. Sikap kerja duduk-berdiri
Posisi kerja duduk-berdiri yaitu posisi atau sikap kerja yang dapat dilakukan
dengan berdiri atapun duduk.
3. Dampak sikap tubuh yang tidak ergonomis
a. keluhan kepala, leher, bahu, pinggang, bokong, lengan, tangan, lutut, kaki, dan
paha akibat posisi atau sikap kerja yang tidak sesuai ergonomi.
b. Kelelahann fisik akibat kerja terlalu berat(misalnya mengangkat beban secara
berlebihan).
B. Saran
Bagi pekerja sebaiknya memperhatikan sikap atau posisi kerjanya agar tidak
mengalami dampak neggatif bagi kesehatannya. Sedangkan bagi penyedia lapangan
pekerjaan atau industri harap memperhatikan kelengkapan alat kerja yang sesuai aspek
ergonomi agar tidak menimbulkan dampak negatif bagi pekerjanya. Saran lainnya
dilakukanya penyuluhan mengenai bahaya-bahaya yang ditimbulkan akibat posisi kerja
yang salah kepada para pekerja, agar dapat meminimalisir terjadinya kecelakaan kerja.

16

You might also like