Professional Documents
Culture Documents
DAFTAR ISI..........................................................................................................................1
BAB I SKENARIO.........................................................................................................3
BAB IV PEMBAHASAN..................................................................................................6
A. Bahasan..................................................................................................................6
Penatalaksanaan.......................................................................................................31
B. Komplikasi……………………………………………………………………...32
1
D. Peran Pasien / Keluarga Untuk Penyembuhan....................................................33
E. Pencegahan Penyakit...........................................................................................33
KESIMPULAN…………………………………………………………………………....34
DAFTAR PUSTAKA………………………………………………………………….….35
2
BAB I
SKENARIO 2
Seorang wanita 56 tahun, datang ke poli Mata Rumah Sakit Umum, dengan keluhan
mata kanan merah dan nyeri, tiba tiba cekot cekot sejak 3 hari yang lalu. Mata kabur perlahan
lahan, tetapi 2 hari ini semakin kabur sehingga hanya mampu melihat cahaya, kalau melihat
cahaya, nampak gambarang seperti pelangi. Keluhan ini di sertai mual mual dan sulit tidur.
Riwayat penyakit sebelumnya, hipertensi sejak 15 tahun yang lalu, kencing manis disangkal.
Riwayat keluarga, Ibu penderita pernah sakit dengan gejala seperti ini kemudian menjadi
buta. Pada pemeriksaan dengan tonometer Schiotz didapatkan TIO OD 1/10, hiperemi
perikomea dan konjungtiva, kornea edema, pupil midriasis. Gonioskopi : sudut tertutup.
Riwayat memakai kacamata dengan ukuran sekitar OD + 4.00 dan OS +3.00, kacamata yang
dipakai untuk jauh dan dekat.
3
BAB II
KATA KUNCI
1. Mata kabur
2. Riwayat Hipertensi
4. TIO
5. Sudut tertutup
4
BAB III
PROBLEM
1. Apa yang menyebabkan mata ibu 56 tahun ini kabur dan merah ?
5. Bagaimana pencegahannya ?
5
BAB IV
PEMBAHASAN
1. Anatomi mata
a. Orbita
Bulbus oculi tersusun atas banyak lapisan, bulbus oculi terdiri dari kornea
transparan melengkung seperti kaca jam dan juga nervus opticus di kutub anterior
dan posteriornya.
Lapisan luar bola mata (Tunica fibrosa bulbi) terdiri dari sclera dan cornea
serta tersusun atas jaringan kolagenosa yang kuat.
Lapisan tengah bola mata (Tunica vasculosa bulbi) terdiri dari Koroid,
corpus siliare, dan iris. Lapisan tersebut kaya akan pembuluh darah dan
berpigmen banyak.
Lapisan dalam bola mata (Tunica interna bulbi) terdiri dari bagian bebas
fotoreseptor (yaitu nonvisual, pars caeca retinae) dan fotoreseptor (yaitu
visual, pars optica retinae)
6
Berperan melindungi bola mata, juga menyebarkan film air mata melewati
permukaan mata sambil berkedip secara konstan.
b. Conjungtiva
c. Kelenjar lakrimal
Terletak pada sudut luar atas orbita, dan banyak kelenjar assesorius terletak
pada kelopak mata dan juga menghasilkan air mata.
7
Gambar 1.1. Anatomi mata
2. Fisiologi mata
Gelombang cahaya dari benda yang diamati memasuki mata melalui lensa mata dan
kemudian jatuh ke retina kemudian disalurkan sampai mencapai otak melalui saaf
otik, sehingga mata secara terus menerus menyesuaikan untuk melihat suatu
benda.Iris bekeja sebagai diafragma, mengatur banyak sedikitnyacahaya yang masuk
ke dalam pupil. Pada keadaan gelap pupil membesar dan padasuasana terang pupil
akan mengecil. Mekanisme tersebut berjalan secara otomatis,jadi di luar kesadaran
kita. Pada saat yang sama ajakan saraf yang lainnya masuk lebih jauh ke dalam otak
dan mencapai korteks sehingga memasuki saraf kesadaran. Sistem yang terdiri dari
mata dan alur saraf yang mempunyai peranan penting dalam melihat disebut alat
visual. Mata mengendalikan lebih dari 90 % dari kegiatan sehari-hari.Dalam hampir
semua jabatan visual ini memainkan peranan yang menentukan. Organvisual ikut
bertanggung jawab atas timbulnya gejala kelelahan umum.
8
3. Histologi Mata
A. SKLERA
5/6 posterior lapisan luar mata yang berwarna putih . Pada manusia garis
tengah lebih kurang 22mm. Struktur terdiri atas jaringan ikat padat yang liat terutama
jaringan kolagen gepeng berselang - seling tetap paralel dengan permukaan mata ,
substansi dasar & beberapa fibroblas . Relative avaskular, mendapat metabolit melalui
difusi dari pembuluh berdekatan dan dari cairankamera okuli anterior.
B. KORNEA
1/6 bagian anterior , kornea tidak berwarna dan transparan , irisan melintang ,
dan telihat lima lapisan.
1. Epitel kornea berlapis squamous tanpa tanduk terdiri 5-6 lapisan sel .
9
,banyak mengandung kondroitin sulfat , dan stroma avaskular , tapi terdapat
limfoid migrating .
5. Endotel adalah epitel selapis squamos , sel ini memiliki organel yang aktif
mentranspor dan membuat protein untuk sekresi.Endotel & epitelkornea
berfungsi mempertahankan kejernihan kornea.
Merupakan peralihan dari berkas kolagen bening dari kornea menjadi serat-
serat sklera yang berwarna opak keputihan . Sangat vaskular, yang sangat berparan
pada radang kornea.
D. KANAL Schlemm
A. KOROID
B. KORPUS SILIARIS
10
Adalah sebuah perluasan koroid keanterior setinggi lensa .Merupakan cincin
tebal yang utuh pada permukaan dalam bagian anterior sklera pada potongan
melintang berbentuk segi tiga .Satu permukaan berkontak dengan korpus vitreus , satu
dengan sklera, ketiga ,dengan lensa dan kamera okuli posterior
C. PROSESUS SILARIS
Merupakan juluran mirip rabung dari korpus siliaris pusatnya jaringan ikat
longgar & banyak kapiler bertingkap ditutupi 2 lapisan epitel. Zonula ( serat -serat
oksitalan ) , dari prosesus siliaris , berinsersi dalam capsula lentis dan tertanam disini ,
berorigo dimembrana basal sel-sel dalam membrana basal sel-sel berpigmen luar ,
bersebelahan dengan massa utama korpus siliaris._ sel tanpa pigmen dari lapisan
dalam memiliki lipatan basal & interdigitasi luas . ( khas untuk sel pertransport ion )
sel ini secara aktif mentransport unsur plasma kedalam bilik posterior dengan
demikian membentuk " humor akueus" , cairan yang komposisi serupa plasma kadar
protein kurang dari 0,1 % (plasma 7%).
D. IRIS
11
Retina adalah selember tipis jaringan saraf yang semitransparan, dan
multilapis yang melapisi bagian dalam 2/3 posterior dinding bola mata yang
mengandung reseptor yang menerima rangsang cahaya. Retina berbatas dengan koroid
dengan sel pigmen epitel retina. Retina membentang ke depan hampir sama jauhnya
dengan korpus siliaris dan berakhir ditepi ora serata. Permukaan luar retina sensorik
bertumpuk dengan lapisan epitel berpigmen retina sehingga juga bertumbuh dengan
membrane bruch, koroid, dan sclera. Di sebagian besar tempat, retina dan epithelium
pigmen retina mudah terpisah sehingga membentuk suatu ruang subretina.
5. Lapisan inti dalam, merupakan badan sel bipolar, amakrin dan sel
horizontal. Lapisan ini mendapat metabolisme dari arteri retina sentral.
7. Lapisan inti luar, yang merupakan susunan lapis nukleus sel kerucut dan
batang. Ketiga lapis diatas avaskuler dan mendapat metabolisme dari
kapiler
12
9. Lapisan fotoreseptor, merupakan lapis terluar retina terdiri atas sel
batang yang mempunyai bentuk ramping dan sel kerucut.
I. Definisi
Glaukoma berasal dari kata Yunani "glaukos" yang berarti hijau kebirauan, yang memberikan
kesan warna tersebut pada pupil penderita glaukoma. Kelainan mata glaukoma ditandai
dengan meningkatnya tekanan bola mata, atrofi saraf optikus, dan menciutnya lapang
pandang.1 Glaukoma adalah suatu penyakit dimana tekanan di dalam bola mata meningkat,
sehingga terjadi kerusakan pada saraf optikus dan menyebabkan penurunan fungsi
penglihatan.
Glaukoma sudut tertutup akut terjadi bila terbentuk iris bombe yang menyebabkan oklusi
sudut bilik mata depan iris perifer. Hal ini menghambat aliran keluar aqueous tekanan
intraocular meningkat dengan cepat, meninbulkan nyeri hebat, kemerahan, dan penglihtan
kabur. Penutupan sudut pada mata hiperopria yang sudah mengalami penyempitan anatomic
bilik mata depan biasanya dieksaserbasi oleh pembesaran lensa kristalina yang berkaitan
dengan penuaan. Serangan akut tersebut sering dipresipitasi oleh dilatasi pupil, yang terjadi
spontan di malam hari, saat pencahyaan berkurang. Dapat juga disebabkan oleh obatobtan
dengan efek antikolinergik atau asimpatometik (atropine sebagai obat pra operasi,
antidepresan, bronkodilator inhalasi, dekongestan hidung ,atau tokolitik) serangan dapat juga
terjadi pada dilatasi pupil sewaktu oftalmoskopi, tetapi jarang terjadi
Glaukoma akut merupakan suatu keadaan darurat, di mana penglihatan tidak akan
kembali bila tekanan tidak clapat diatasi di dalam beberapa jam.Tekanan dapat diturunkan
dengan miotika dan obat (asetazolamid) yang mengurangi produksi cairan mata.
Bila tekanan bola mata telah turun maka pengobatan yang terbaik adalah tindakan
pembedahan seperti iridektomi dengan laser atau pembedahan membuang sebagian iris.
Iridektomi membuka aliran dari bilik mata belakang ke bilik mata depan. Iridektomi juga
13
dilakukan pada mata yang belum mengalami serangan akut. Serangan glaukoma akut tidak
selamanya berat, dapat ringan yang berulang-ulang. Pasien akan merasakan penglihatan
kaburdengan halo (pelangi, cincin) berwarna di sekitar lampu. Tidak ada rasa sakit ataupun
merah. Keluhan ini hilang bila pasien masuk ruang terang atau tidur karena akan terjadi
miosis yang mengakibatkan sudut bilik mata terbuka.
Humor akuos di produksi oleh badan siliaris dan mengalir kedalam Camera Oculi
Posterior (COP), yang mengalir di antara permukaan iris posterior dan lensa, di sekitar tepi
pupil, dan selanjutnya masuk ke Camera Oculi Anterior (COA). Humor akuos keluar dari
COA pada sudut COA yang dibentuk oleh dasar iris dan kornea perifer, selanjutnya mengalir
melalui trabekulum dan masuk ke kanal Schlemm. Melalui collector channels, humor akuos
masuk ke dalam vena episklera dan bercampur dengan darah.
Humor akuos di produksi oleh badan siliaris dan mengalir kedalam Camera Oculi
Posterior (COP), yang mengalir di antara permukaan iris posterior dan lensa, di sekitar tepi
pupil, dan selanjutnya masuk ke Camera Oculi Anterior (COA). Humor akuos keluar dari
COA pada sudut COA yang dibentuk oleh dasar iris dan kornea perifer, selanjutnya mengalir
melalui trabekulum dan masuk ke kanal Schlemm. Melalui collector channels, humor akuos
masuk ke dalam vena episklera dan bercampur dengan darah.
III. Gejala
Pada glaukoma akut tertutup, ditemukan mata merah dengan penglihatan turun
mendadak, tekanan intraokuler meningkat mendadak, nyeri yang hebat, melihat halo di
sekitar lampu yang dilihat, terdapat gejala gastrointestinal berupa mual dan muntah. Mata
menunjukkan tanda-tanda peradangan dengan kelopak mata bengkak, kornea suram dan
edem, iris sembab meradang, pupil melembar dengan reaksi terhadap sinar yang lambat, papil
saraf optic hiperemis. Riwayat penyakit yang akurat pada glaukoma dusut tertitup akut terjadi
selama beberapa minggu atau bulan sebelum serangan akut yang berat, yaitu episode nyeri
dan kabur yang sembuh sendiri, berlangsung selama beberapa jam tiap episode serangan,
frekuensi serangan makin meningkat sampai timbulnya serangan akut yang berat
Pemeriksaan Fisik
14
1. Tes kamar gelap : orang sakit duduk ditempat gelap selama 1 jam, tak boleh tertidur.
Ditempat gelap ini terjadi midriasis, yang mengganggu aliran cairan bilik mata
ketrabekulum. Kenaikan tekanan lebih dari 10 mmHg pasti patologis, sedang
kenaikan 8 mmHg mencurigakan.
2. Tes membaca : Penderita disuruh membaca huruf kecil pada jarak dekat selama 45
menit. Kenaikan tensi 10 - 15 mmHg patologis.
3. Tes midriasis : Dengan meneteskan midriatika seperti kokain 2%, homatropin 1%atau
neosynephrine 10%. Tensi diukur setiap 1/4 jam selama 1 jam. Kenaikan 5 mmHg
mencurigakan sedangkan 7 mmHg atau lebih pasti patologis. Karena tes ini
mengandung bahaya timbulnya glaukoma akut, sekarang sudah banyak ditinggalkan.
4. Tes bersujud (prone position test) : Penderita disuruh bersujud selama 1 jam.
Kenaikan tensi 8 - 10 mm Hg menandakan mungkin ada sudut yang tertutup, yang
perlu disusul dengan gonioskopi. Dengan bersujud, lensa letaknya lebih kedepan
mendorong iris kedepan, menyebabkan sudut bilik depan menjadi sempit.
b. Keratitis
I. Definisi
15
Keratitis adalah radang pada kornea atau infiltrasi sel radang padakornea yang akan
mengakibatkan kornea menjadi keruh sehingga tajam penglihatan menurun. Infeksi pada
kornea bisa mengenai lapisan superficial yaitu pada lapisan epitel atau membran bowman dan
lapisan profunda jika sudah mengenai lapisan stroma. Keratitis ini diakibatkan oleh berbagai
organisme bakteri,virus, jamur, atau parasit, abrasi sedikitpun bisa menjadi pintu masuk
bakteri. Kebanyakan infeksi kornea terjdi akibat trauma atau gangguan mekanisme
pertahanan sistemis ataupun lokal. Infeksi ini terjadi bila kornea tidak dilembabkan secara
memadai dan dilindungi oleh kelopak mata. Kekeringan kornea dapat terjadi dan kemudian
dapat diikuti ulserasi dan infeksi sekunder. Pemajanan kornea dapat diebabakan oleh karena
keadaan eksoptalmus, paresis saraf kranial VII tetapi juga dapat terjadi pada pasien koma
atau yang dianastesi.
II. GEJALA
Hiperemi konjungtiva
Merasa kelilipan
Ulserasi epitel
16
Hipopion (terkumpulnya nanah dalam kamera anterior)
Mata berair
III. PATOFISIOLOGI
Mata yang kaya akan pembuluh darah dapat dipandang sebagai pertahanan
imunologik yang alamiah. Pada proses radang, mula-mula pembuluh darah mengalami
dilatasi, kemudian terjadi kebocoran serum dan elemen darah yang meningkat dan masuk ke
dalam ruang ekstraseluler. Elemen-elemen darah makrofag, leukosit polimorf
nuklear,limfosit, protein C-reaktif imunoglobulin pada permukaan jaringan yang utuh
membentuk garis pertahanan yang pertama. Karena tidak mengandung vaskularisasi,
mekanisme kornea dimodifikasi oleh pengenalan antigen yang lemah. Keadaan ini dapat
berubah, kalau dikornea terjadi vaskularisasi. Rangsangan untuk vaskularisasi timbul oleh
adanya jaringan nekrosis yang dapat dipengaruhi adanya toksin, protease atau
mikroorganisme. Secara normal kornea yang avaskuler tidak mempunyai pembuluh limfe.
Bila terjadi vaskularisasi terjadi juga Pertumbuhan pembuluh limfe dilapisi sel Reaksi
imunologik di kornea dan konjungtiva kadang-kadang disertai dengan kegiatan imunologik
dalam nodus limfe yang masuk limbus (kornea perifer) dan sklera yang letaknya berdekatan
dapat ikut terkait dalam sindrom iskhemik kornea perifer, suatu kelainan yang jarang terjadi,
tetapi merupakan kelainan yang serius. Patofisiologi keadaan ini tidak jelas, Antigen
cenderung ditahan oleh komponen polisakarida dimembrana basalis. Dengan demikian
antigen dilepas dari kornea yang avaskuler, dan dalam waktu lama akan menghasilkan
akumulasi sel-sel yang memiliki kompetensi imunologik di limbus. Sel-sel ini bergerak
kearah sumber antigen di kornea dan dapat menimbulkan reaksi imun di tepi kornea. Sindrom
iskhemik dapat dimulai oleh berbagai stimuli. Bahwa pada proses imunologik secara
histologik terdapat sel plasma, terutama di Konjungtiva yang berdekatan dengan ulkus.
Penemuan sel plasma merupakan petunjuk adanya proses imunologik. Pada keratitis
herpetika yang khronik dan disertai dengan neo-vaskularisasi akan timbul limfosit yang
17
sensitif terhadap jaringan kornea . Kornea juga berfungsi sebagai membran pelindung yang
uniform dan jendela yang dilalui bekas cahaya retina, sifat tembus cahayanya disebabkan
strukturnya yang uniform, afaskuler dan deturgessens. Deturgennes atau keadaan dehidrasi
relatif jaringan kornea, dipertahankan oleh fungsi sawar epitel. Epitel adalah sawar yang
efisien terhadap masuknya mikroorganisme ke dalam kornea dan merupakan satu lapis sel -
sel pelapis permukaan posterior kornea yang tak dapat diganti baru. Sel-sel ini berfungsi
sebagai pompa cairan dan menjaga agar kornea tetap tipis, dengan demikian mempertahankan
kejernihan optiknya, jika sel-sel ini cedera atau hilang, timbul edema dan penebalan kornea
yang pada akhirnya mengganggu penglihatan.
1. Keadaan umum.
V. PEMERIKSAAN PENUNJANG
. Pemulasan fluorescein
. Kerokan kornea yang kemudian dipulas dengan pulasan gram maupun giemsa
. Tes schirmer.bila resapan air mata pada kertas schirmer kurang dari 10 mm
dalam 5 menit dianggap abnormal
c. Konjungtivitis
I. Definisi
II. Patofisiologi
19
Konjuntivitis infeksi timbul sebagai akibat penurunan daya imun penjamu dan
kontaminasi eksternal. Patogen yang infeksius dapat menginvasi dari tempat yang berdekatan
atau dari jalur aliran darah dan bereplikasi di dalam sel mukosa konjungtiva. Kedua infeksi
bakterial dan viral memulai reaksi bertingkat dari peradangan leukosit atau limfositik
meyebabkan penarikan sel darah merah atau putih ke area tersebut. Sel darah putih ini
mencapai permukaan konjungtiva dan berakumulasi di sana dengan berpindah secara
mudahnya melewati kapiler yang berdilatasi dan tinggi permeabilitas. Pertahanan tubuh
primer terhadap infeksi adalah lapisan epitel yang menutupi konjungtiva. Rusaknya lapisan
ini memudahkan untuk terjadinya infeksi. Pertahanan sekunder adalah sistem imunologi
(tear-film immunoglobulin dan lisozyme) yang merangsang lakrimasi.
20
Rasa ini disertai dengan rasa pedih dan panas karena pembengkakan dan hipertrofi
papil. Jika rasa sakitnya berat, maka harus dicurigai kemungkinan terjadinya
kerusakan pada kornea.
Informasi ini dapat membentu kita menegakkan diagnosis karena rasa sakit yang
datang pada saat-saat tertentu merupakan symptom bagi infeksi bakteri tertentu,
misalnya Sakitnya lebih parah saat bangun pagi dan berkurang siang hari, rasa
sakitnya (tingkat keparahan) meningkat setiap harinya, dapat menandakan infeksi
stafilokokus. Sakit parah sepanjang hari, berkurang saat bangun tidur, menandakan
keratokonjungtiva sisca (mata kering)
Gatal
Pemeriksaan secara langsung dari kerokan atau getah mata setelah bahan tersebut dibuat
sediaan yang dicat dengan pengecatan gram atau giemsa dapat dijumpai sel-sel radang
polimorfonuklear. Pada konjungtivitis yang disebabkan alergi pada pengecatan dengan
giemsa akan didapatkan sel-sel eosinofil. Pada pemeriksaan klinik didapat adanya hiperemia
konjungtiva, sekret atau getah mata dan edema konjungtiva.
V. Pemeriksaan Penunjang
Kultur
21
Kultur konjungtiva diindikasikan pada semua kasus yang dicurigai merupakan
konjungtivitis infeksi neonatal. Kultur bakteri juga dapat membantu untuk
konjungtivitis purulen berat atau berulang pada semua grup usia dan pada kasus
dimana konjungtivitis tidak berespon terhadap pengobatan. 1.
Kultur virus
Kasus yang dicurigai konjungtivitis klamidial pada dewasa dan neonatus dapat
dipastikan dengan pemeriksaan laboratorium. Tes diagnostik yang berdasarkan
imunologikal telah tersedia, meliputi tes antibodi imunofloresens langsung dan
enzyme-linked imunosorbent assay. Tes ini telah secara luas digantikan oleh PCR
untuk spesimen genital, dan, karena itu, ketersediaannya untuk spesimen konjungtival
lebih terbatas. Ketersedian PCR untuk mengetes sampel okuler beragam. Meskipun
spesimen dari mata telah digunakan dengan performa yang memuaskan,
penggunaannya belum diperjelas oleh FDA.
5.Biopsi
22
saat dicurigai sebagai OMMP. Pada kasus dicurigai karsinoma glandula sebasea,
biopsi palpebra seluruh ketebalan diindikasikan. Saat merencanakan biopsi, konsultasi
preoperatif dengan ahli patologi dianjurkan untuk meyakinkan penanganan dan
pewarnaan spesimen yang tepat.
6.Tes darah
Tes fungsi tiroid diindikasikan untuk pasien dengan SLK yang tidak
mengetahui menderita penyakit tiroid. Konjungtivitis non-infeksius biasanya dapat
didiagnosa berdasarkan riwayat pasien. Paparan bahan kimiawi langsung terhadapa
mata dapat mengindikasikan konjungtivitis toksik/kimiawi. Pada kasus yang
dicurigai luka percikan bahan kimia, pH okuler harus dites dan irigasi mata terus
dilakukan hingga pH mencapai 7. Konjungtivitis juga dapat disebabkan penggunaan
lensa kontak atau iritasi mekanikal dari kelopak mata
BAB V
HIPOTESIS AWAL
23
1. Glukoma Akut Sudut Tertutup
2. Keratitis
3. Konjungtivitis
BAB VI
24
Indikator Glaukoma sudut Keratitis Konjungtivitis
tertutup akut
TIO meningkat + - -
Mual muntah + - -
Halo + - -
BAB VII
HIPOTESIS AKHIR
25
Dari hasil Differential Diagnosis diatas maka dapat disimpulkan pasien menderita
Glaukoma sudut tertutup akut.
BAB VIII
MEKANISME DIAGNOSIS
Identitas Pasien
26
Nama : Ny. SS
Umur : 56 tahun
Anamnesis
Tidak mblobok
Mual
Diabetes disangkal
Sejak kecil menggunakan kaca mata. Mata kanan S+4.00 mata kiri S+3.00
Riwayat Pengobatan :
Mendapat terapi untuk tekanan darah tinggi tapi tidak rutin minumnya
Riwayat Sosial :
27
Suka membaca
Pemeriksaan Fisik
Vital Sign :
Nadi : 88 x/menit
RR : 26x/menit
Suhu : 37,20C
Pemeriksaan Kepala :
Kedua mata :
konjungtiva +/-
28
Funduskopi (segmen posterior) OD : detail sulit dievaluasi, OS : fundus reflek +, papil N.II
batas tegas, warna normal , retina perdarahan - eksudat - , m.a/ mikroangiopati - , Vaskuler :
vaskulophaty, makula : reflek +
Pemeriksaan Penunjang
BAB IX
A. TATALAKSANA
1. Menurunkan TIO
29
A. Gliserin 1 gr/kg
A. Dorzolamid1% topikal
B. Acetazolamid 500mg PO
C. Brinzolamide 2%
D. Timolol 0,5%
E. Betaxolol 0,5%
BAB X
Prognosis
Prognosis sangat tergantung pada penemuan dan pengobatan dini . Bila tidak mendapat
pengobatan yang tepat dan cepat, maka kebutaan akan terjadi dalam waktu yang pendek
30
sekali. Pengawasn dan pengamatan mata yang tidak mendapat serangan diperlukan karma
dapat memberikan keadaan yang sama seperti mata yang dalam serangan.
Komplikasi
Katarak
Glaukoma absolut
Setelah diberikan pertolongan pertama pada pasien, segera rujuk pada dokter spesialis mata/
pelayanan tingkat sekunder/ tersier
F. Pencegahan Penyakit
Keseimbangan makanan
Rajin berolahraga
31
KESIMPULAN
Glaukoma adalah suatu penyakit mata yang jika tidak ditangani dengan baik dapat
menyebabkan komplikasi yang serius pada penglihatan. Tatalaksana Glaukoma meliputi
menurunkan produksi humour aqueous, menurunkan TIO dan tindakan bedah guna mencegah
komplikasi dari penyakit glaukoma itu sendiri.
32
Prognosis sangat tergantung pada penemuan dan pengobatan dini . Bila tidak mendapat
pengobatan yang tepat dan cepat, maka kebutaan akan terjadi dalam waktu yang pendek
sekali.
DAFTAR PUSTAKA
33
Dwindra, Mayenru. 2009. Glaucoma. Faaculty of Medicine. University of Riau. Pekanbaru
Ilyas Sidarta. 2001. Glaukoma (Tekanan Bola Mata Tinggi). Edisi 2. Jakarta : Fakultas
Kedokteran Universitas Indonesia
Ilyas s. Ilmu Penyakit Mata Edisi Ketiga. Jakarta: Penerbit FKUI, 2008.212
Waschke, J., Paulsen, F., 2012, Sobotta Atlas Anatomi Manusia Edisi 23 Jilid 3, Jakarta :
EGC.
34