Professional Documents
Culture Documents
DAN
ASUHAN KEPERAWATAN
DENGAN KASUS : “SKABIES”
Kelompok 7 :
Assalamu’alaikumWrWb.
Puji syukur penulis telah panjatkan atas kehadirat Tuhan yang Maha Esa, sang pencipta alam
semesta, manusia, dan kehidupan beserta seperangkat aturan-Nya, karna berkat limpahan rahmat,
taufiq, hadayah serta inayah-Nya, sehingga kami selaku tim penyusun bias menyelesaikan
makalah yang berjudul “ASUHAN KEPERAWATAN SKABIES”. Dan tak lupa pula sholawat
serta salam kita panjatkan kepada nabi kita, nabi Muhammad SAW yang telah membimbing kita
dari zaman jahiliyah menuju zaman modern ini.
Dalam penyusunan makalah ini kami juga mengucapkan terimakasih kepada :
1. Ketua Yayasan Pesantren Zainul Hasan Genggong KH. Moch. Hasan Mutawakil
Alallah, SH. MM.
2. Direktur STIKES Hafshawaty Zainul Hasan Genggong Ns. Titik Suhartini, S.Kep,
M.Kes.
3. Kaprodi S1. Keperawatan STIKES Hafsyawaty Zainul Hasan Genggong Ns. Iin
AiniIsnawati, S.Kep, M.Kes.
4. Dosen pembina mata kuliah Sistem Integumen Ns. Abdillah F.W. S,kep Serta semua
pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu, yang memberikan bantuan dalam
penyusunan makalah ini.
Dengan di susun makalah ini yang berjudul” ASUHAN KEPERAWATAN SKABIES”,
kami selaku tim penyusun mengharapkan semoga makalah ini bisa menjadi salah satu sumber
referensi bagi pembaca.Kritik dan saran yang membangun sangat diharapkan dari pembaca agar
dalam penyusunan makalah selanjutnya bisa lebih baik lagi.
Wassalamu’alaikumWrWb.
Prob,April, 2014
Penyusun
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Skabies adalah penyakit kulit yang mudah menular. Orang jawa sering menyebutnya
gudig. Penyebabnya adalah Sarcoptes scabei. Cara penularan penyakit ini adalah melalui kontak
langsung dengan penderita atau tidak langsung melalui alat-alat yang dipakai penderita, misal :
baju, handuk, dll.Gejala klinis yang sering menyertai penderita adalah : Gatal yang hebat
terutama pada malam hari sebelum tidur, Adanya tanda : papula (bintil), pustula (bintil
bernanah), ekskoriasi (bekas garukan), bekas-bekas lesi yang berwarna hitam, Dengan bantuan
loup (kaca pembesar), bisa dilihat adanya kunikulus atau lorong di atas papula (vesikel atau
plenthing/pustula).
Predileksi atau lokasi tersering adalah pada sela-sela jari tangan, bagian fleksor
pergelangan tangan, siku bagian dalam, lipat ketiak bagian depan, perut bagian bawah, pantat,
paha bagian dalam, daerah mammae/payudara, genital, dan pinggang. Pada pria khas ditemukan
pada penis sedangkan pada wanita di aerola mammae. Pada bayi bisa dijumpai pada daerah
kepala, muka, leher, kaki dan telapaknya. Pemariksaan adanya skabies atau Sarcoptes scabei
dengan cara :Melihat adanya burrow dengan kaca pembesar Papula, vesikel yang dicurigai
diolesi pewarna (tinta) kemudian dicuci dengan pelarutnya sehingga terlihat alur berisi tinta
Melihat adanya sarcoptes dengan cara mikroskopis, yaitu : Atap vesikelnya diambil lalu
diletakkan di atas gelas obyek terus ditetesi KOH 30%, ditutup dengan gelas penutup dan
diamati dengan mikroskop. Papula dikorek dengan skalpel pada ujungnya kemudian diletakkan
pada gelas obyek lalu ditutup dan diamati dengan mikroskop.
Meski sekarang sudah sangat jarang dan sulit ditemukan laporan terbaru tentang kasus
skabies diberbagai media di Indonesia (terlepas dari faktor penyebabnya), namun tak dapat
dipungkiri bahwa penyakit kulit ini masih merupakan salah satu penyakit yang sangat
mengganggu aktivitas hidup dan kerja sehari-hari. Di berbagai belahan dunia, laporan kasus
skabies masih sering ditemukan pada keadaan lingkungan yang padat penduduk, status ekonomi
rendah, tingkat pendidikan yang rendah dan kualitas higienis pribadi yang kurang baik atau
cenderung jelek. Rasa gatal yang ditimbulkannya terutama waktu malam hari, secara tidak
langsung juga ikut mengganggu kelangsungan hidup masyarakat terutama tersitanya waktu untuk
istirahat tidur, sehingga kegiatan yang akan dilakukannya disiang hari juga ikut terganggu. Jika
hal ini dibiarkan berlangsung lama, maka efisiensi dan efektifitas kerja menjadi menurun yang
akhirnya mengakibatkan menurunnya kualitas hidup masyarakat. (Kenneth, F,1995).
Menurut Departemen Kesehatan RI prevalensi skabies di puskesmas seluruh Indonesia
pada tahun 1986 adalah 4,6 % - 12,95 % dan skabies menduduki urutan ketiga dari 12 penyakit
kulit tersering. Di bagian Kulit dan Kelamin FKUI/RSCM pada tahun 1988, dijumpai 704 kasus
skabies yang merupakan 5,77 % dari seluruh kasus baru. Pada tahun 1989 dan 1990 prevalensi
skabies adalah 6 % dan 3,9 % (Sungkar,S, 1995).
B.Rumusan Masalah
- Apakah pengertian skabies
- Apakah etiologi skabies
- Apakah manifestasi klinis skabies
- Apakah komplikasi,pathway, skabies
- Apakah asuhan keperawatan skabies
C.Tujuan
1. Umum
- Untuk mengetahui konsep pengertian dan Askep skabies
2. Khusus
- Agar mahasiswa mengetahui pengertian skabies
- Agar mahasiswa mengetahui etiologi dan manifestasi klinis skabies
- Agar mahasiswa mengetahui komplikasi,pathway skabies
- Agar mahasiswa mengetahui asuhan keperawatan skabies
1.1. DEFINISI
Skabies merupakan infeksi kulit oleh kutu Sarcoptes scabies yang menimbulkan gatal-
gatal.Penyakit ini dapat ditemukan pada orang-orang yang miskin yang hidup ditengah kondisi
hygene yang dibawah standar, meskipun sering juga ditemukan pada orang-orang yang sangat
bersih. Skabies sering dijumpai pada orang-orang yang seksual aktif. Namun demikian, investasi
parasit ini tidak bergantung pada aktivitas seksual karena kutu tersebut sering menjangkiti jari-
jari tangan, dan sentuhan tangan dapat menimbulkan infeksi. Pada anak-anak, tinggal semalaman
dengan teman yang terinfeksi atau saling berganti pakaian dengannya dapat menjadikan sumber
infeksi. Petugas kesehatan yang melakukan kontak fisik yang lama dengan pasien scabies dapat
pula terinfeksi.
Kutu betina yang dewasa akan membuat terowongan pada lapisan superficial kulit dan
berada disana selama sisa hidupnya. Dengan rahang dan pinggir yang tajam dan persendian kaki
depannya, kutu tersebut akan memperluas terowongan dan mengeluarkan telurnya 2 hingga 3
butir sehari selama 2 bulan. Kemudian kutu betina itu mati. Larva ( telur ) menetas dalam waktu
4 hingga 4 hari dan berlanjut lewat stadium larva serta nimfa menjadi bentuk kutu dewasa dlam
tempo sekitar 10 hari.
Scabies merupakan penyakit kulit menular yang disebabkan oleh seekor tungau
(kutu/mite) yang bernama Sarcoptes scabei, filum Arthopoda , kelas Arachnida, ordo Ackarina,
superfamili Sarcoptes. Pada manusia oleh S. scabiei var homonis, pada babi oleh S. scabiei var
suis, pada kambing oleh S. scabiei var caprae, pada biri-biri oleh S. scabiei var ovis.
LAPORAN PENDAHULUAN
‘’SKABIES’’
1. Anatomi
2. Fisiologi
Epidermis (Kutilkula) Epidermis merupakan lapisan terluar dari kulit, yang
memiliki struktur tipis dengan ketebalan sekitar 0,07 mm terdiri atas beberapa
lapisan, antara lain seperti berikut :
a. Stratum korneum yang disebut juga lapisan zat tanduk.Letak lapisan ini
berada paling luar dan merupakan kulit mati. Jaringan epidermis ini
disusun oleh 50 lapisan sel-sel mati, dan akan mengalami pengelupasan
secara perlahan-lahan, digantikan dengan sel telur yang baru.
b. Stratum lusidum, yang berfungsi melakukan “pengecatan” terhadap kulit
dan rambut. Semakin banyak melanin yang dihasilkan dari sel-sel ini,
maka warna kulit akan menjadi semakin gelap. Coba Anda perhatikan
kulit orang “suku Dani di Irian dengan suku Dayak di Kalimantan pada
Gambar 7.8. Jika dikaitkan dengan hal ini apa yang terjadi pada kulit dari
kedua suku tersebut? Selain memberikan warna pada kulit, melanin ini
juga berfungsi untuk melindungi sel-sel kulit dari sinar ultraviolet
matahari yang dapat membahayakan kulit. Walaupun sebenarnya dalam
jumlah yang tepat sinar ultraviolet ini bermanfaat untuk mengubah
lemaktertentu di kulit menjadi vitamin D, tetapi dalam jumlah yang
berlebihan sangat berbahaya bagi kulit. Kadang-kadang seseorang
menghindari sinar matahari di siang hari yang terik, karena ingin
menghindari sinar ultraviolet ini. Hal ini disebabkan karena ternyata sinar
ultraviolet ini dapat membuat kulit semakin hitam. Berdasarkan riset, sinar
ultraviolet dapat merangsang pembentukan melanosit menjadi lebih
banyak untuk tujuan perlindungan terhadap kulit. Sedangkan jika kita lihat
seseorang mempunyai kulit kuning langsat, ini disebabkan orang tersebut
memiliki pigmen karoten. c) Stratum granulosum, yang menghasilkan
pigmen warna kulit, yang disebut melamin. Lapisan ini terdiri atas sel-sel
hidup dan terletak pada bagian paling bawah dari jaringan epidermis. d)
Stratum germinativum, sering dikatakan sebagai sel hidup karena lapisan
ini merupakan lapisan yang aktif membelah. Sel-selnya membelah ke arah
luar untuk membentuk sel-sel kulit teluar. Sel-sel yang baru terbentuk
akan mendorong sel-sel yang ada di atasnya selanjutnya sel ini juga akan
didorong dari bawah oleh sel yang lebih baru lagi. Pada saat yang sama
sel-sel lapisan paling luar mengelupas dan gugur.
Jaringan dermis memiliki struktur yang lebih rumit daripada epidermis, yang
terdiri atas banyak lapisan. Jaringan ini lebih tebal daripada epidermis yaitu
sekitar 2,5 mm. Dermis dibentuk oleh serabut-serabut khusus yang membuatnya
lentur, yang terdiri atas kolagen, yaitu suatu jenis protein yang membentuk sekitar
30% dari protein tubuh. Kolagen akan berangsur-angsur berkurang seiring dengan
bertambahnya usia. Itulah sebabnya seorang yang sudah tua tekstur kulitnya kasar
dan keriput. Lapisan dermis terletak di bawah lapisan epidermis. Lapisan dermis
terdiri atas bagian-bagian berikut. Folikel rambut dan struktur sekitarnya
Akar Rambut
Di sekitar akar rambut terdapat otot polos penegak rambut (Musculus
arektor pili), dan ujung saraf indera perasa nyeri. Udara dingin akan membuat
otot-otot ini berkontraksi dan mengakibatkan rambut akan berdiri. Adanya saraf-
saraf perasa mengakibatkan rasa nyeri apabila rambut dicabut.
Pembuluh Darah
Pembuluh darah banyak terdapat di sekitar akar rambut. Melalui pembuluh
darah ini akar-akar rambut mendapatkan makanan, sehingga rambut dapat
tumbuh.
Kelenjar Minyak (glandula sebasea)
Kelenjar minyak terdapat di sekitar akar rambut. Adanya kelenjar minyak
ini dapat menjaga agar rambut tidak kering.
Kelenjar Keringat (glandula sudorifera)
Kelenjar keringat dapat menghasilkan keringat. Kelenjar keringat
berbentuk botol dan bermuara di dalam folikel rambut. Bagian tubuh yang banyak
terdapat kelenjar keringat adalah bagian kepala, muka, sekitar hidung, dan lain-
lain. Kelenjar keringat tidak terdapat dalam kulit tapak tangan dan telapak kaki.
Serabut Saraf
Pada lapisan dermis terdapat puting peraba yang merupakan ujung akhir
saraf sensoris. Ujung-ujung saraf tersebut merupakan indera perasa panas, dingin,
nyeri, dan sebagainya.Jaringan dermis juga dapat menghasilkan zat feromon,
yaitu suatu zat yang memiliki bau khas pada seorang wanita maupun laki-laki.
Feromon ini dapat memikat lawan jenisDermis (Kulit Jangat)
3. Etiologi
Scabies dapat disebabkan oleh kutu atau kuman sercoptes scabei varian hominis.
Sarcoptes scabieiini termasuk filum Arthopoda, kelas Arachnida, ordo Ackarina,
superfamili Sarcoptes. Pada manusia disebut Sarcoptes scabiei var. hominis. Kecuali itu
terdapat S. scabiei yang lainnya pada kambing dan babi. Secara morfologik merupakan
tungau kecil, berbentuk oval, punggungnya cembung dan bagian perutnya rata. Tungau
ini transient, berwarna putih kotor, dan tidak bermata.
4. Manifestasi klinis.
5. Patofis
Scabies suatu penyakit yang di sebabkan oleh tangau sarkoptes scubei yang
menyebabkan kontak kulit yang kuat dan timbul reaksi alergi pada kulit sehingga
mengakibatkan reaksi infeksi dan pelepasan meditor
kimia(histamine,kinin,prostaglandin) yang kemudian terjadi vasodilatasi pada pembuluh
darah sehingga mnyebabkan permebilitas kapiler meninggkatdan aliran darah di
pembuluh darah meninggkat dan terjadi plak kemerahan kalau sudah terjadi plak
kemerahan,gangguan citra tubuh.
Dan pelepasan mediator kimia(histamine,kinin,prostaglandin) juga menyebabkan
permebilitas kapiler meningkatdan kemudian masuk ke jaringan dan terjadi papula dan
papula tersebut pecah sehingga mengakibatkan gangguan citra tubuh. Dari permebilitas
kapiler meningkat sehingga vesikel timbul erosi,ekskrosiasi,krusta, yang kemudian
memaksa untuk menggaruknya sehingga papula pecah dan terjadi resiko infeksi.
Permebilitas kapiler meningkat juga dapat terjadi edema. Dan pelepasan mediator
kimia(histamine,kinin,prostaglandin)menyebabkan prostaglandin mengiritasi ujung saraf
, jika sudah terjadi iritasi pada ujung sarafnya akan mengkibatkan nyeri jika sudah terjadi
nyeri otomatis mengganggu pola tidur yang kemudian nyeri menyebabkan gatal
kemudian jika sudah gatal dan memaksa untuk menggaruknya dan papula pecah dan
terjadi gangguan integritas kulit.
6. Komlikasi
Bila skabies tidak di obati selama beberapa minggu atau bulan, dapat timbul
Dermatitis akibat garukan.
Erupsi dapat berbentuk impetigo, ektima, selulitis, limfangitis, folikulitis, dan
furunkel.
Infeksi bakteri pada bayi dan anak kecil yang diserang skabies dapat menimbul
komplikasi pada ginjal, yaitu glomerulonefritis.
Dermatitis iritan dapat timbul karena penggunaan preparat antiskabies yang
berlebihan, baik pada terapi awal atau dari pemakaian yang terlalu sering.
7. Patway
(histamine,kinin,prostaglandin)
meningkat
papule pecah
9. Pemeriksaan penunjang
Pemeriksaan kerokan kulit secara mikroskopis positif adanya kutu, telur,
nimfaatau skibala (butiran feses) scabies
Cara menemukan tungau :
Carilah mula-mula terowongan, kemudian pada ujung dapat terlihat papul atau
vesiel. Congkel dengan jarum dan letakkan diatas kaca obyek, lalu tutup
dengan aca penutup dan lhat dengan mikroskop cahaya.
Dengan cara menyikat dengan siat dan ditampung diatas selembar kertas putih
dan dilihat dengan kaca pembesar.
Dengan membuat bipsi irisan, caranya ; jepit lesidengan 2 jari kemudian buat
irisa tipis dengan pisau dan periksa dengan miroskop cahaya.
Dengan biopsy eksisional dan diperiska dengan pewarnaan HE.
10. Penatalaksanaan
A. Farmakologis
Pengobatan penyakit ini menggunakan obat-obatan berbentuk krim atau salepyang
dioleskan pada bagian kulit yang terinfeksi.Banyak sekali obat-obatan yangtersedia di
pasaran. Namun, ada beberapa syarat yang harus dipenuhi antara lain :tidak berbau,
efektif terhadap semua stadium kutu (telur, larva maupun kutudewasa), tidak
menimbulkan iritasi kulit, juga mudah diperoleh dan murah harganya.
Sistemik
Antihistamin klasik sedatif ringan untuk mengurangi gatal,
misalnyaklorfeniramin maleat 0.34 mg/kg BB 3 x sehari.
Antibiotik bila ditemukan infeksi sekunder misalnya ampisilin,
amoksisilin,eritromisin.
Topikal
Obatan-obatan yang dapat digunakan antara lain:
a) Salep, biasanya dalam bentuk salep atau krim.Kekurangannya, obat ini
menimbulkan bau tak sedap (belerang), mengotoripakaian, tidak efektif
membunuh stadium telur, dan penggunaannya haruslebih dari 3 hari berturut-
turut.
b) Emulsi benzil-benzoas 20 ? 25%, efektif terhadap semua stadium, diberikansetiap
malam selama 3 hari berturut-turut. Kekurangannya, dapatmenimbulkan iritasi
kulit.
c) Gamexan 1%, termasuk obat pilihan karena efektif terhadap semuastadium kutu,
mudah digunakan, serta jarang menimbulkan iritasi kulit.Namun obat ini tidak
dianjurkan bagi wanita hamil, maupun anakdibawah usia 6 tahun, karena bersifat
toksik terhadap susunan sarafpusat. Pemakaiannya cukup satu kali dioleskan
seluruh tubuh. Dapatdiulang satu minggu kemudian bila belum sembuh.
d) Krotamiton 10%, termasuk obat pilihan karena selain memiliki efek
antiskabies,juga bersifat anti gatal.
e) Permetrin HCl 5%, efektifitasnya seperti Gamexan, namun tidak terlalutoksik.
Penggunaannya cukup sekali, namun harganya relatif mahal.
f) Setelah pengobatan skabies benar-benar tuntas, rasa gatal masih dapat
berlangsung sampai sekitar 4 minggu lamanya.Pasien dapat diberikan steroid
topikal/ sistemik atau pun antihistamin untuk mengatasinya.
B. Non-farmakologis (+Pencegahan)
Selain menggunakan obat-obatan, yang tidak kalah penting untuk
diperhatikanadalah upaya peningkatan kebersihan diri dan lingkungan. Hal ini
dapatdilakukan dengan cara:
1. Mencuci bersih atau merebusdengan air panas handuk, seprai maupun baju
penderita skabies (yg dipakai dalam 5 hari terakhir), kemudian menjemurnya
hingga kering.Menghilangkan faktor predisposisi, antara lain dengan
penyluhanmengenai higiene perorangan dan lingkungan.
2. Menghindari pemakaian baju, handuk, seprai secara bersama-sama.
3. Mengobati seluruh anggota keluarga, atau masyarakat yang terinfeksiuntuk
memutuskan rantai penularan. Hewan peliharaan tidak perlu diobati karena kutu
skabies tidak hidup disana.
ASUHAN KEPERAWATAN
‘’TEORI’’
1. Pengkajian
Identitas pasien
nama, alamat,umur,jenis kelemin,status,dll.
a. Riwayat kesehatan.
Keluhan utama
Pada pasien scabies terdapat lesi dikulit bagian punggung dan merasakan gatal
terutama pada malam hari.
Riwayat kesehatan sekarang
Pasien mulai merasakan gatal yang memanas dan kemudian menjadi edema
karena garukan akibat rasa gatal yang sangat hebat.
Riwayat kesehatan dahulu
Pasien pernah masuk RS karena alergi.
Riwayat kesehatan keluarga
Dalam keluarga pasien ada yang menderita penyakit seperti yang klien alami
yaitu kurap, kudis.
b. Pola fungsi kesehatan
Pola persepsi terhadap kesehatan
Apabila sakit, klien biasa membeliobat di tko obat terdeat atauapabila
tidak terjadi perubahan pasien memaksakan diri ke puskesmas atau RS terdekat.
Pola aktivitas latihan
Aktivitas latihan selama sakit :
· Aktivitas 0 1 2 3 4
· Makan
· Mandi
· Berpakaian
· Eliminasi
· Mobilisasi di tempat tidur
Pola istirahat tidur
Pada pasien scabies terjadi gangguan pola tidur akibat gatal yanghebat
pada malam hari.
Pola nutrisi metabolik
Tidak ada gangguan dalam nutrisi metaboliknya.
Pola elimnesi
Klien BAB 1x sehari, dengan konsitensi lembek, wrna kuning bau khas
dan BAK 4-5x sehari, dengan bau khas warna kuning jernih.
Pola kognitif perceptual.
Saat pengkajian kien dalam keadaan sadar, bicara jelas, pendengarandan
penglihatan normal.
Pola peran hubungan.
1.Peran dalam keluarga: Sebagai keluarga membiayai anak dan istrinya.
2.Sistem pendukung sebutkan:
(~) Hub.dengan orang tua
(~) Hub.dengan anak saudara
(~) Hub.dengan pasangan
(~) Hub.dengan anak
Pola konsep diri.
1.Gambaran diri: Klien terlihat gemuk,muka pucat,rambut
kusam,kebingungan
2.Ideal diri: Pasien tidak memikirkan dirinya atau egois
3.Harga diri: Tidak ada gangguan harga diri
4.Peran: Tidak ada perubahan diri
5.Identitas diri: Tidak bias di sebutkan oleh klien
Pola seksual reproduksi.
Pada klien scabies mengalami gangguan pada seksual reproduksinya.
Pola koping
Masalah utama yang terjadi selama klien sakit, klien selalu merasa gatal,
dan pasien menjadi malas untuk bekerja.
Kehilangan atau perubahan yang terjadi
perubahan yang terjadi klien malas untuk melakukan aktivitas
sehari-hari.
Takut terhadap kekerasan.
Pandangan terhadap masa depan.
klien optimis untuk sembuh.
2. Diagnose keperawatan.
1. Nyeri akut berhubungan dengan prostaglandin mengiritasi ujung saraf.
2. Gangguan pola tidur berhubungan dengan nyeri
3. Gangguan citra tubuh berhubungan dengan perubahan body image.
4. resiko infeksi berhubungan dengan papule pecah.
5. Kerusakan integritas kulit berhubungan dengan perubahaan body image.
3. Intervensi dan rasional
Nyeri akut berhubungan dengan prostaglandin mengiritasi ujung saraf
Tujuan: Setelah dilakukan tindakan asuhan keperawatan selama 3 × 24 jam, diharapkan
nyeri klien dapat teratasi .
Kh :-Nyeri-terkontrol
-Gatal-mulai-hilang
-Puss-hilang
- Kulit tidak memerah
Intervensi Rasional
1. kaji intensitas nyeri, 1. Mengetahui dimana letak nyeri
karakteristik dan catat yang dirasakan klien dan seberapa
lokasinya. besar tingkat nyeri yang
dirasakannya.
2. Deskripsi yang akurat tentang
erupsi kulit diperlukan untuk
2. Catat hasil observasi secara diagnosis dan pengobatan.
rinci. 3. Kesejukan mengurangi gatal.
1.
3.
Gangguan citra tubuh berhubungan dengan perubahan body image.
Tujuan: Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 2x24 jam, diharapkan klien tidak
mengalami gangguan dalam cara penerapan cintra diri.
Intervensi Rasional
1. Kaji adanya gangguan citra diri 1. Gangguan citra diri akan menyertai
(menghindari kontak mata,ucapan setiap penyakit/keadaan yang tampak
merendahkan diri sendiri. nyata bagi klien, kesan orang
2. Identifikasi stadium psikososial terhadap dirinya berpengaruh
terhadap perkembangan. terhadap konsep diri.
3. Berikan kesempatan pengungkapan 2. Terdapat hubungan antara stadium
perasaan. perkembangan, citra diri dan reaksi
4. Nilai rasa keprihatinan dan ketakutan serta pemahaman klien terhadap
klien, bantu klien yang cemas kondisi kulitnya.
mengembangkan kemampuan untuk 3. klien membutuhkan pengalaman
menilai diri dan mengenali didengarkan dan dipahami.
masalahnya. 4. Memberikan kesempatan pada
5. Dukung upaya klien untuk petugas untuk menetralkan
memperbaiki citra diri , spt merias, kecemasan yang tidak perlu terjadi
merapikan. dan memulihkan realitas situasi,
ketakutan merusak adaptasi klien .
5. Membantu meningkatkan
penerimaan diri dan sosialisasi.
Kerusakan integritas kulit berhubungan dengan perubahaan body image.
Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3x24 jam Integritas kulit
membaik ditandai dengan tidak tampak terjadinya erosi.
Intervensi Rasional
1. Lindungi kulit yang sehat dari 1. Maserasi pada kulit yang sehat dapat
kemungkinan maserasi (hidrasi menyebabkan pecahnya kulit dan
stratum korneum yg berlebihan) perluasan kelainan primer.
ketika memasang balutan basah. 2. Friksi dan maserasi memainkan
2. Hilangkan kelembaban dari kulit peranan yang penting dalam proses
dengan penutupan dan menghindari terjadinya sebagian penyakit kulit.
friksi. 3. Penderita dermatosis dapat
3. Jaga agar terhindar dari cedera mengalami penurunan sensitivitas
termal akibat penggunaan kompres terhadap panas.
hangat dengan suhu terlalu tinggi & 4. Banyak masalah kosmetik pada
akibat cedera panas yg tidak terasa hakekatnya semua kelainan
(bantalan pemanas, radiator). malignitas kulit dapat dikaitkan
4. Nasihati klien untuk menggunakan dengan kerusakan kulit kronik.
kosmetik dan preparat tabir surya.
ASUHAN KEPERAWATAN
‘’KASUS’’
1.pengkajian
Nama klien :
No.reg :
Prostaglandin mengiritasi
ujung saraf
Nyeri
Garukan
Papule pecah
3.3 Saran
Kepada mahasiswa (khususnya mahasiswa perawat) atau pembaca disarankan agar dapat
mengambil pelajaran dari makalah ini sehingga apabila terdapat tanda dan gejala
penyakit skabies maka kita dapat melakukan tindakan yang tepat agar penyakit tersebut
tidak berlanjut ke arah yang lebih buruk.Dan disarankan kepada orang tua agar
menjaga/menghindarkan anak-anak dari bahan-bahan yang dapat menyebabkan skabies.
1. DAFTAR PUSTAKA
2. Mansjoer, Arif, et all. 2000. Kapita Selekta Kedokteran. Edisi 3. Jilid 2. Jakarta : Media
Aesculapius FKUI.
3. Diagnosis Keperawatan NANDA Defenisi dan Klasifikasi. Jakarta: EGC. 2010.
4. Closkey, Mc, et all. 2007. Diagnosa Keperawatan NOC-NIC. St-Louis
5. Carpenito, Linda Juall. 2001. Diagnosa Keperawatan. Jakarta : EGC.
6. www. Asuhan Keperawatan Skabies . com.