You are on page 1of 8

EVOLUSI TEKTONIK CEKUNGAN JAWA TIMUR

Disusun Oleh:
Djati Wicaksono Sadewo
21100113130084

DEPARTEMEN TEKNIK GEOLOGI


UNIVERSITAS DIPONEGORO

SEMARANG
DESEMBER 2017
EVOLUSI TEKTONIK

Pengantar : Tulisan di bawah ini seluruhnya merupakan sintesis dari pemikiran penulis-
penulis sebelumnya, tanpa adanya tambahan pemikiran dari saya sendiri, sehingga seluruh
kredit, sitasi, dan referensi ditujukan untuk penulis yang tercantum dalam daftar pustaka.

Konsep Regional : Cekungan Jawa Timur merupakan cekungan back-arc basin yang terbentuk
sebagai hasil dari mekanisme subduksi. Satyana (2003) membagi evolusi Cekungan Jawa
Timur dalam dua fase dalam yaitu [1] fase rifting dari hasil back-arc spreading mekanisme
subduksi, dan [2] fase kompresi dari hasil transpressional tectonics mekanisme kolisi.

1. Main Event : Subduksi kerak samudera Ceno Tethys ke bagian timur dari Sulawesi Barat
 Sub Event 1 : Pembukaan Selat Makasar sebagai mekanisme rifting belakang busur,
termasuk Cekungan Jawa Bagian Timur (Eosen Tengah). (Gambar 1)

Gambar 1. Subduksi kerak samudera Ceno Tethys yang berimplikasi pada mekanisme mekanisme
rifting belakang busur (kotak merah) berupa pembukaan Selat Makasar dan juga Cekungan Jawa
Timur ( Satyana, 2003)
Deskripsi : Mekanisme rifting menghasilkan sistem half graben yang berarah NE –
SW dengan produk berupa Arch Karimunjawa, Trough Muriah, Arch Bawean, Trough
Pati/Tuban/Bawean, Tinggian Masalembo, Dalaman Masalembo, Paparan Madura
dan Paparan Sibaru dalam kompleks Cekungan Jawa Timur. (Gambar 2)

Gambar 2. Sistem half graben pada Cekungan Jawa Timur yang menghasilkan daerah tinggian dan
rendahan (Satyana 2016, dalam Devi 2017)

2. Main Event : Tumbukan (docking) Sulawesi Barat dengan Sulawesi Timur (Miosen Awal)
karena menutupnya kerak samudera Ceno Tethys.
Deskripsi : Fase ekstensi dari Cekungan Jawa Timur selesai

3. Main Event : Kolisi mikrokontinen Tukang Besi (Awal – Tengah Miosen) dan Banggai
Sula ke Sulawesi Timur (Akhir Miosen).
(Sebenarnya diinterpretasikan ada 3 mekanisme yang menyebabkan Cekungan Jawa Timur
mengalami fase kompresi, yaitu kolisi mikrokontinen Banggai Sula & Tukang Besi, dan/atau
kolisi Australia ke Timor, dan/atau Subduksi Indo Australia dari selatan Pulau Jawa, baca
Satyana dkk (2004) untuk penjelasan detail)
 Sub Event 1: Menghasilkan mekanisme trasnpersi terhadap Cekungan Jawa Timur,
sehingga masuk fase kompresi dan terbentuk struktur-struktur inversi (Miosen Tengah
– Plistosen menurut Satyana, 2003) (fase kompresi masih berlangsung sampai
sekarang menurut Matthews & Bransden, 1994)
 Sub Event 2: Terbentuk sesar mengiri RMKS (Rembang Madura Kangean Sakala)
(Gambar 3)
Deskripsi : Terbentuk di zona lemah batas antara dua basement yaitu kontinen di utara
dan prisma akresi di selatan. Sistem sesar dari RMKS membentuk elemen struktur
kompresi barat-timur RMKS seperti Zona Rembang, Zona Depresi Randublatung, dan
Zona Kendeng Fold & Thrust Belt. (Gambar 4).

Gambar 3. Lokasi Sesar mengiri RMKS di batas lemah basement kontinen dan prisma akresi sebagai hasil dari
mekanisme transpresi tumbukan mikrokontinen Tukang Besi (Awal – Tengah Miosen) dan Banggai Sula ke
Sulawesi Timur (Akhir Miosen) (Satyana dkk, 2004)

Gambar 4. Elemen struktur fase kompresi barat – timur Sesar RMKS (Satyana dkk, 2004)
SEDIMENTASI CEKUNGAN JAWA TIMUR

Penyederhanaan sedimentasi Cekungan Jawa Timur menggunakan referensi dari dua penulis
sebagai acuan utama yaitu Pringgoprawiro (1983) dalam Sribudiyani (2003), serta Matthews
& Bransden (1994). Pembagian megasikuen mengikuti kejadian evolusi tektonik Cekungan
Jawa Timur yaitu sedimentasi pre rift, syn rift, dan inversi.

1. Fase Pre Rift (Cretaceous Megasquence) : Sudah ada sebelum cekungan terbentuk,
berisi batuan dasar (basement) dan sedimen yang terakumulasi di atas batuan dasar
(disebut juga Formasi Pre-Ngimbang)

2. Fase Syn Rift (Paleogene to Lower Miocene Megasequence) :


Sedimen yang mengisi saat fase rifting [1] dalam konsep tektonik regional Satyana
(2003), mencirikan karakter transgresi, fining upward, sehingga dapat terlihat
perubahan lingkungan dari darat berupa fluvial hingga ke laut dalam.
 2.1 (Eosen Awal – Eosen Tengah)
Mencirikan lingkungan fluvial hingga coastal plain, dengan litologi fluvial
klastik, batubara, sedimen karbonat dan batulempung karbonatan (Formasi
Ngimbang Bawah).

 2.2 (Eosen Akhir – Oligosen Akhir)


Transgresi berlanjut dengan litologi berupa batugamping terumbu, hemipelagic
shale dan batulempung karbonatan. (Formasi Ngimbang Atas dan CD
Limestone).

 2.3 (Oligosen Akhir – Miosen)


Transgresi tetap lanjut dengan kejadian regresi setempat berupa perselingan
sedimen berukuran kasar dengan lempung laut dalam, batugamping dengan
pelagic foram dan batugamping bioklastik setempat (Formasi Kujung).

3. Fase Inversi (Lower Miocene – Holocene Megasequence):


 3.1 (Miosen Awal – Miosen Tengah)
Terjadi pendangkalan yang menghasilkan sedimentasi berupa batugamping
terumbu (Formasi Tuban) dan batupasir kuarsa sisipan batubara (Formasi
Tawun). Lalu berkembang menjadi batupasir kuarsa, batupasir karbonatan, dan
batugamping glaukonit (Formasi Ngrayong).

 3.2 (Miosen Tengah – Pliosen Akhir)


Kembali terjadi transgresi, dengan litologi berupa batulempung karbonatan,
berkembang reefal carbonated di daerah inversi (Formasi Bulu), dan pelagic
carbonat di daerah dalaman (Formasi Wonocolo)

 3.3 (Pliosen Akhir – Resen)


Penurunan muka air laut secara cepat, menghasilkan endapan sedimen litoral
batupasir sisipan batugamping (Formasi Ledok), napal (Formasi Mundu), lalu
berkembang menjadi batulempung karbonatan (Formasi Lidah)
Gambar 5. Stratigrafi regional Cekungan Jawa Timur (Pringgoprawiro, 1983 dalam Sribudiyani, 2003)
DAFTAR PUSTAKA

Devi, E.A., 2017, Studi Famili Minyak di Lapangan “Edelweiss” dan “Crisan” serta Korelasi
terhadap Kemungkinan Batuan Induk, Cekungan Jawa Timur, Tugas Akhir Universitas
Diponegoro : Semarang.

Matthews, S. J., dan Bransden, P. J. E., 1994, Late Cretaceous and Cenozoic Tectono-
Stratigraphic Development of the East Java Sea Basin, Indonesia: Marine and Petroleum
Geology, v. 12, p. 499-510.

Satyana, A.H., 2003, Accretion and dispersion of Southeast Sundaland : the growing and
slivering of a continent, Proceedings Joint Convention of the Annual Conventions of the
32nd Indonesian Association of Geologists (IAGI) and 28th Indonesian Association of
Geophysicists (HAGI), p. 27-52.

Satyana, A.H., Erwanto, E., Prasetyadi, C., 2004, Rembang-Madura-Kangean-Sakala (Rmks)


Fault Zone, East Java Basin: The Origin and Nature of a Geologic Border, in
Proceedings of the 33rd Annual Convention & Exhibition Indonesian Association of
Geologist.

Sribudiyani, M., N., Ryacudu, R., Kunto, T., Astono, P., Prasetya, I., Sapiie, B., Asikin, S.,
Harsolumakso, A.H., and Yulianto, I., 2003, The Collision of the East Java Microplate
and Its Implications for Hydrocarbon Occurrences in the East Java Basin, Indonesian
Petroleum Association, Proceedings 29th Annual Convention, p. 335-346.

You might also like