You are on page 1of 62

ASUHAN KEPERAWATAN PADA NY.

A DENGAN

DIABETES MELLITUS

DI RUANG CEMPAKA RSU RA KARTINI JEPARA

DISUSUN UNTUK MEMENUHI TUGAS SEMINAR

PRAKTIK KLINIK KEBUTUHAN DASAR MANUSIA II

DISUSUN OLEH KELOMPOK IV

1. AVIS WIBOWO 201001984


2. DWI RIZKI AMALIA 201001989
3. DYAH SULISTYANINGRUM 201001990
4. SAIFUL AMRI 2010011016
5. SULISTYANINGRUM 2010011022

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN


STIKES CENDEKIA UTAMA KUDUS
TAHUN 2012/ 2013

1
LEMBAR PENGESAHAN

Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas seminar dalam Praktik Klinik
Kebutuhan Dasar Manusia II di RSU RA KARTINI Kab. JEPARA dengan Judul ASUHAN
KEPERAWATAN PADA NY.A DENGAN DIABETES MELLITUS DI RUANG
CEMPAKA RSU RA KARTINI JEPARA telah diterima, disetujui, dan disahkan pada:

Hari :

Tanggal :

Pembimbing Akademik Kepala Ruang Cempaka Pembimbing Klinik

Sholihul Huda, S.Kep, Ns H. A. Susanto, S.Kep Sumarni, S.Kep, Ns

Mengetahui
Koordinator Bimbingan dan Evaluasi
Diklat RSU RA KARTINI JEPARA

Sri Wahyuni, S.Kep

2
KATA PENGANTAR

Alhamdulillah, puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah
melimpahkan rahmat dan hidayahNya sehingga kami dapat menyelesaikan makalah sebagai
bahan untuk seminar dalam praktik Klinik Kebutuhan Dasar Manusia ini dengan baik.

Makalah yang berjudul Asuhan Keperawatan Pada Ny. A di ruang Cempaka RSU
RA Kartini Jepara kami susun untuk memenuhi Tugas Praktik Klinik Kebutuhan Dasar
Manusia II.

Penyusunan makalah ini tidak akan terlaksana tanpa bantuan dari berbagai pihak
untuk itu, pada kesempatan ini kami menyampaikan ucapan terima kasih kepada berbagai
pihak yang ikut terlibat dalam pembuatan makalah ini.

Kami menyadari banyak kekurangan dalam penyusunan makalah ini. Untuk


penyempurnaan, kami mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari pembaca.

Jepara, Desember 2012

Penyusun

3
DAFTAR ISI

Halaman Judul ........................................................................................................ i


Halaman Pengesahan .............................................................................................. ii
Kata Pengantar ........................................................................................................ iii
Daftar Isi ................................................................................................................. iv
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang ............................................................................................ 1
B. Tujuan Penulisan ......................................................................................... 1
BAB II TINJAUAN TEORI
A. Pengertian ................................................................................................... 2
B. Klasifikasi DM ............................................................................................ 2
C. Etiologi ........................................................................................................ 3
D. Patofisiologi ................................................................................................ 5
E. Manifestasi Klinis ....................................................................................... 5
F. Komplikasi .................................................................................................. 6
G. Test Diagnostik ........................................................................................... 6
H. Penatalaksanaan Medik ............................................................................... 7
I. Pathway ....................................................................................................... 9
BAB III ASUHAN KEPERAWATAN PADA NY.A DENGAN ULKUS
DIABETIKUM
A. Pengkajian ................................................................................................... 10
B. Analisa Data ................................................................................................ 20
C. Prioritas Diagnosa Keperawatan ................................................................. 22
D. Rencana Keperawatan ................................................................................. 23
E. Implementasi ............................................................................................... 25
F. Progress Report ........................................................................................... 30
BAB IV PENUTUP
A. Kesimpulan ................................................................................................. 36
B. Saran ........................................................................................................... 36
DAFTAR PUSTAKA

4
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah


Diabetes melitus merupakan salah satu masalah kesehatan global dimana ada 14
juta penduduk indonesia 246 juta di dunia menderita diabetes melitus. Penyakit ini
mengancam hidup dan memperburuk kualitas hidup penderitanya. Insulin adalah obat
utama untuk pasien diabetes melitus yang bergantung insulin atau diabetes melitus tipe 1.
Penyakit ini disebabkan karena pengrusakan sel beta pankreas oleh sistem imun tubuh.
Diabetes melitus yang tidak bergantung insulin atau diabetes melitus tipe 2 disebabkan
karena kurang sensitifnya sel terhadap insulin. Banyak percobaan dibuat untuk
memperbaiki pengobatan diabetes melitus.
Banyak dari masyarakat kita yang tidak memperdulikan penyakit dibetes melitus
dengan tidak mengontrol kadar gula darahnya, sampai akhirnya terjadi ulkus. Di RSU
RA Kartini ini kita banyak menjumpai pasien dengan menderita ulkus diabetikum. Oleh
sebab itu kelompok kami tertarik untuk mengangkat tema ulkus diabetikum sebagai tema
makalah untuk seminar.

B. Tujuan Penulisan

1. Tujuan Umum

Mengaplikasikan ilmu dan keterampilan keperawatan pada pemenuhan kebutuhan


dasar manusia.

2. Tujuan Khusus

Setelah dilakukan pembahasan dan seminar terkait asuhan dalam pemenuhan


kebutuhan dasar manusia pada kasus pasien dengan ulkus diabetikum, diharapkan
mahasiswa dapat:

a. Menjelaskan konsep dasar terkait asuhan keperawatan pada pasien dengan


diabetes melitus.

b. Memberi asuhan keperawatan pada pasien dengan gangguan sistem endokrin,


ulkus diabetikum.

5
BAB II
TINJAUAN TEORI

A. Pengertian
Diabetes melitus merupakan kelompok kelainan heterogen yang ditandai oleh
kenaikan kadar glukosa dalam darah atau hiperglikemia (Brunner dan suddarth, 2002)
Diabete smelitus adalah gangguan metabolisme yang secara genetis dan klinis
termasuk heterogen dengan manifestasi berupa hilangnya toleransi karbohidrat. (Price
dan wilson)
Diabetes melitus adalah keadaan hiperglikemia kronik ditandai berbagai kelainan
metabolik akibat gangguan hormonal, yang menimbulkan berbagai komplikasi kronik
pada mata, ginjal, saraf, dan pembuluh darah disertai lesi pada membran basalis dalam
pemeriksaan dengan mikroskop elektron. (Arif Masjoer,2001)
Sehingga dapat disimpulkan diabetes mellitus merupakan gangguan metabolisme
yang disebabkan peningkatan kadar glukosa dalam darah (hiperglikemia) akibat
kekurangan insulin dan atau resistensi insulin.

B. Klasifikasi DM
Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) mengakui tiga bentuk Diabetes mellitus yaitu:
1. Diabetes mellitus tipe 1
Diabetes mellitus tipe 1 (Insulin Dependent Diabetes mellitus, IDDM) adalah
diabetes yang terjadi karena berkurangnya rasio insulin dalam sirkulasi darah akibat
rusaknya sel beta penghasil insulin pada pulau-pulau Lagerhans pankreas. IDDM
dapat diderita oleh anak-anak maupun orang dewasa.
Sampai saat ini diabetes tipe 1 tidak dapat dicegah. Diet dan olah raga tidak
bisa menyembuhkan ataupun mencegah diabetes tipe 1. Kebanyakan penderita
diabetes tipe 1 memiliki kesehatan dan berat badan yang baik saat penyakit ini mulai
dideritanya. Selain itu, sensitivitas maupun respons tubuh terhadap insulin umumnya
normal pada penderita diabetes tipe ini, terutama pada tahap awal. Penyebab
terbanyak dari kehilangan sel beta pada diabetes tipe 1adalah kesalahan reaksi
autoimunitas yang menghancurkan sel beta pankreas. Reaksi autoimunitas tersebut
dapat dipicu oleh adanya infeksi pada tubuh.
Saat ini, diabetes tipe 1 hanya dapat diobati dengan menggunakan insulin,
dengan pengawasan yang teliti terhadap tingkat glukosa darah melalui alat monitor

6
pengujian darah. Pengobatan dasar diabetes tipe 1, bahkan untuk tahap paling awal
sekalipun, adalah penggantian insulin. Tanpa insulin, ketosis dan diabetic ketoacidosis
bisa menyebabkan koma bahkan bisa mengakibatkan kematian. Penekanan juga
diberikan pada penyesuaian gaya hidup (diet dan olahraga). Terlepas dari pemberian
injeksi pada umumnya, juga dimungkinkan pemberian insulin melalui pompa, yang
memungkinkan untuk pemberian masukan insulin 24 jam sehari pada tingkat dosis
yang telah ditentukan, juga dimungkinkan pemberian dosis dari insulin yang
dibutuhkan pada saat makan. Serta dimungkinkan juga untuk pemberian masukan
insulin melalui "inhaled powder" (Anonima, 2009).
2. Diabetes mellitus tipe 2
Diabetes mellitus tipe 2 (Non-Insulin-Dependent Diabetes mellitus, NIDDM)
merupakan tipe diabetes mellitus yang terjadi bukan disebabkan oleh rasio insulin di
dalam sirkulasi darah, melainkan merupakan kelainan metabolisme yang disebabkan
oleh mutasi pada banyak gen, termasuk yang mengekspresikan disfungsi sel β,
gangguan sekresi hormon insulin, resistansi sel terhadap insulin terutama pada hati
menjadi kurang peka terhadap insulin serta yang menekan penyerapan glukosa oleh
otot lurik namun meningkatkan sekresi gula darah oleh hati. Mutasi gen tersebut
sering terjadi pada kromosom 19 yang merupakan kromosom terpadat yang
ditemukan pada manusia.
Pada tahap awal kelainan yang muncul adalah berkurangnya sensitifitas
terhadap insulin, yang ditandai dengan meningkatnya kadar insulin di dalam darah.
Hiperglisemia dapat diatasi dengan obat anti diabetes yang dapat meningkatkan
sensitifitas terhadap insulin atau mengurangi produksi glukosa dari hepar, namun
semakin parah penyakit, sekresi insulin pun semakin berkurang, dan terapi dengan
insulin kadang dibutuhkan. Ada beberapa teori yang menyebutkan penyebab pasti dan
mekanisme terjadinya resistensi ini, namun obesitas sentral diketahui sebagai faktor
predisposisi terjadinya resistensi terhadap insulin. Obesitas ditemukan di kira-kira
90% dari pasien dunia dikembangkan diagnosis dengan jenis 2 kencing manis. Faktor
lain meliputi sejarah keluarga, walaupun di dekade yang terakhir telah terus
meningkat mulai untuk mempengaruhi anak remaja dan anak-anak.

C. Etiologi
1. Diabetes Mellitus tergantung insulin (DMTI)
a. Faktor genetic :

7
Penderita diabetes tidak mewarisi diabetes tipe I itu sendiri tetapi mewarisi suatu
presdisposisi atau kecenderungan genetic kearah terjadinya diabetes tipe I.
Kecenderungan genetic ini ditentukan pada individu yang memililiki tipe antigen
HLA (Human Leucocyte Antigen) tertentu. HLA merupakan kumpulan gen yang
bertanggung jawab atas antigen tranplantasi dan proses imun lainnya.
b. Faktor imunologi :
Pada diabetes tipe I terdapat bukti adanya suatu respon autoimun. Ini merupakan
respon abnormal dimana antibody terarah pada jaringan normal tubuh dengan
cara bereaksi terhadap jaringan tersebut yang dianggapnya seolah-olah sebagai
jaringan asing.
c. Faktor lingkungan
Faktor eksternal yang dapat memicu destruksi sel β pancreas, sebagai contoh
hasil penyelidikan menyatakan bahwa virus atau toksin tertentu dapat memicu
proses autoimun yang dapat menimbulkan destuksi sel β pancreas.
2. Diabetes Mellitus tak tergantung insulin (DMTTI)
Secara pasti penyebab dari DM tipe II ini belum diketahui, factor genetic
diperkirakan memegang peranan dalam proses terjadinya resistensi insulin.
Diabetes Mellitus tak tergantung insulin (DMTTI) penyakitnya mempunyai
pola familiar yang kuat. DMTTI ditandai dengan kelainan dalam sekresi insulin
maupun dalam kerja insulin. Pada awalnya tampak terdapat resistensi dari sel-sel
sasaran terhadap kerja insulin. Insulin mula-mula mengikat dirinya kepada reseptor-
reseptor permukaan sel tertentu, kemudian terjadi reaksi intraselluler yang
meningkatkan transport glukosa menembus membran sel. Pada pasien dengan DMTTI
terdapat kelainan dalam pengikatan insulin dengan reseptor. Hal ini dapat disebabkan
oleh berkurangnya jumlah tempat reseptor yang responsif insulin pada membran sel.
Akibatnya terjadi penggabungan abnormal antara komplek reseptor insulin dengan
system transport glukosa. Kadar glukosa normal dapat dipertahankan dalam waktu
yang cukup lama dan meningkatkan sekresi insulin, tetapi pada akhirnya sekresi
insulin yang beredar tidak lagi memadai untuk mempertahankan euglikemia
(Price,1995). Diabetes Mellitus tipe II disebut juga Diabetes Mellitus tidak tergantung
insulin (DMTTI) atau Non Insulin Dependent Diabetes Mellitus (NIDDM) yang
merupakan suatu kelompok heterogen bentuk-bentuk Diabetes yang lebih ringan,
terutama dijumpai pada orang dewasa, tetapi terkadang dapat timbul pada masa
kanak-kanak.

8
Faktor risiko yang berhubungan dengan proses terjadinya DM tipe II,
diantaranya adalah:
a. Usia ( resistensi insulin cenderung meningkat pada usia di atas 65 tahun)
b. Obesitas
c. Riwayat keluarga
d. Kelompok etnik

D. Patofisiologi
Seperti suara mesin, badan memerlukan bahan untuk mmbentuk sel baru dan
mengganti sel yang rusak. Di samping itu badan juga memerlukan energi supaya sel
badan dapat berfungsi dengan baik. Energi pada mesin berasal dari bahan bakar yaitu
bensin. Pada manusia bahan bakar itu berasal dari bahan makanan yang kita makan
sehari-hari, yang terdiri dari karbohidrat (gula dan tepung-tepungan), protein (asam
amino) dan lemak (asam lemak) (Waspadji, dkk,2002)
Pengolahan bahan makanan dimulai di mulut kemudian ke lambung dan
selanjutnya ke usus. Di dalam saluran pencernaan itu makanan dipecah menjadi bahan
dasar makanan. Karbohidrat menjadi glukosa, protein menjadi asam amino dan lemak
menjadi asam lemak. Ketiga zat makanan itu akan diserap oleh usus kemudian masuk ke
dalam pembuluh darah dan diedarkan ke seluruh tubuh untuk dipergunakan oleh organ-
organ di dalam tubuh sebagai bahan bakar. Agar dapat berfungsi sebagai bahan bakar,
makanan itu harus masuk dulu ke dalam sel supaya dapat diolah. Di dalam sel, zat
makanan terutama glukosa dibakar melalui proses kimia yang rumit, yang hasil akhirnya
adalah timbulnya energi. Proses ini disebut metabolisme. Dalam proses metabolisme itu
insulin meme peran yang sangat penting yaitu bertugas memasukkan glukosa ke dalam
sel untuk selanjutnya dapat digunakan sebagai bahan bakar. Insulin ini adalah suatu zat
atau hormon yang dikeluarkan oleh sel beta di pankreas (Waspadji, dkk, 2002).
Pada keadaan normal kurang lebih 50% glukosa yang dimakan mengalami
metabolisme sempurna menjadi CO2 dan air, 10% menjadi glikogen dan 20% sampai
40% diubah menjadi lemak. Pada Diabetes Mellitus semua proses tersebut terganggu
karena terdapat defisiensi insulin. Penyerapan glukosa kedalam sel macet dan
metabolismenya terganggu. Keadaan ini menyebabkan sebagian besar glukosa tetap
berada dalam sirkulasi darah sehingga terjadi hiperglikemia.
Penyakit Diabetes Mellitus disebabkan oleh karena gagalnya hormon insulin.
Akibat kekurangan insulin maka glukosa tidak dapat diubah menjadi glikogen sehingga

9
kadar gula darah meningkat dan terjadi hiperglikemi. Ginjal tidak dapat menahan
hiperglikemi ini, karena ambang batas untuk gula darah adalah 180 mg% sehingga
apabila terjadi hiperglikemi maka ginjal tidak bisa menyaring dan mengabsorbsi
sejumlah glukosa dalam darah. Sehubungan dengan sifat gula yang menyerap air maka
semua kelebihan dikeluarkan bersama urine yang disebut glukosuria. Bersamaan keadaan
glukosuria maka sejumlah air hilang dalam urine yang disebut poliuria. Poliuria
mengakibatkan dehidrasi intra selluler, hal ini akan merangsang pusat haus sehingga
pasien akan merasakan haus terus menerus sehingga pasien akan minum terus yang
disebut polidipsi.
Produksi insulin yang kurang akan menyebabkan menurunnya transport glukosa
ke sel-sel sehingga sel-sel kekurangan makanan dan simpanan karbohidrat, lemak dan
protein menjadi menipis. Karena digunakan untuk melakukan pembakaran dalam tubuh,
maka klien akan merasa lapar sehingga menyebabkan banyak makan yang disebut
poliphagia. Terlalu banyak lemak yang dibakar maka akan terjadi penumpukan asetat
dalam darah yang menyebabkan keasaman darah meningkat atau asidosis. Zat ini akan
meracuni tubuh bila terlalu banyak hingga tubuh berusaha mengeluarkan melalui urine
dan pernapasan, akibatnya bau urine dan napas penderita berbau aseton atau bau buah-
buahan. Keadaan asidosis ini apabila tidak segera diobati akan terjadi koma yang disebut
koma diabetik (Price,1995).

E. Manifestasi Klinis
Gejala yang lazim terjadi, pada Diabetes Mellitus sebagai berikut :
Pada tahap awal sering ditemukan :
a. Poliuri (banyak kencing)
Hal ini disebabkan oleh karena kadar glukosa darah meningkat sampai melampaui
daya serap ginjal terhadap glukosa sehingga terjadi osmotic diuresis yang mana gula
banyak menarik cairan dan elektrolit sehingga penderita mengeluh banyak kencing.
b. Polidipsi (banyak minum)
Hal ini disebabkan pembakaran terlalu banyak dan kehilangan cairan banyak karena
poliuri, sehingga untuk mengimbangi penderita lebih banyak minum.
c. Polipagi (banyak makan)
Hal ini disebabkan karena glukosa tidak sampai ke sel-sel mengalami starvasi (lapar).

10
d. Berat badan menurun, lemas, lekas lelah, tenaga kurang. Hal ini disebabkan
kehabisan glikogen yang telah dilebur jadi glukosa, maka tubuh berusama mendapat
peleburan zat dari bahagian tubuh yang lain yaitu lemak dan protein.
e. Mata kabur
Hal ini disebabkan oleh gangguan lintas polibi (glukosa – sarbitol fruktasi) yang
disebabkan karena insufisiensi insulin. Akibat terdapat penimbunan sarbitol dari
lensa, sehingga menyebabkan pembentukan katarak.

F. Komplikasi
a. Akut
1.) Hypoglikemia
2.) Ketoasidosis
3.) Diabetik
b. Kronik
1.) Makroangiopati, mengenai pembuluh darah besar, pembuluh darah jantung
pembuluh darah tepi, pembuluh darah otak.
2.) Mikroangiopati mengenai pembuluh darah kecil retinopati diabetik, nefropati
diabetic.
3.) Neuropati diabetic.
c. Ulkus DM
Ulkus diabetik merupakan komplikasi kronik dari diabetes mellitus sebagai
sebab utama morbiditas, mortalitas serta kecacatan penderita diabetes. Kadar LDL
yang tinggi memainkan peranan penting untuk terjadinya ulkus diabetik melalui
pembentukan plak atherosklerosis pada dinding pembuluh darah.
Faktor utama yang berperan pada timbulnya ulkus diabetikum adalah
angipati, neuropati dan infeksi.adanya neuropati perifer akan menyebabkan hilang
atau menurunnya sensai nyeri pada kaki, sehingga akan mengalami trauma tanpa
terasa yang mengakibatkan terjadinya ulkus pada kaki gangguan motorik juga akan
mengakibatkan terjadinya atrofi pada otot kaki sehingga merubah titik tumpu yang
menyebabkan ulsestrasi pada kaki klien. Apabila sumbatan darah terjadi pada
pembuluh darah yang lebih besar maka penderita akan merasa sakit pada tungkainya
sesudah ia berjalan pada jarak tertentu. Adanya angiopati tersebu akan menyebabkan
terjadinya penurunan asupan nutrisi, oksigen serta antibiotika sehingga
menmyebabkan terjadinya luka yang sukar sembuh (Levin, 1993) infeksi sering
11
merupakan komplikasi yang menyertai ulkus diabetikum akibat berkurangnya aliran
darah atau neuropati, sehingga faktor angipati dan infeksi berpengaruh terhadap
penyembuhan ulkus diabetikum

G. Test Diagnostik
Kriteria diagnostik menurut WHO(1985) untuk diabetes melitus pada orang
dewasa tidak hamil, pada sedikitnya dua kali pemeriksaan:
1. Glukosa plasma sewaktu > 200 mg/dl (11,1 mmol/L)
2. Glukosa plasma puasa/Nuchter >140 mg/dl ( 7,8 mmol/L)
3. Glukosa plasma dari sampel yang diambil 2 jam kemudian sesudah mengkomsumsi
75 gr Karbohidrat ( 2 jam post prandial (pp) >200 mg/dl (11,1 mmol/L)

Bukan DM Belum Pasti DM DM


Kadar GD Sewaktu:
I. Plasma vena <110 110 –199 > 200
II. Darah kapiler < 90 90 – 199 > 200

Kadar GD Puasa:
IIII. Plasma vena <110 110 –125 > 226
IIV. Darah kapiler < 90 90 – 109 > 110

H. Penatalaksanaan Medik
1. Perencanaan makan
Standar yang dianjurkan adalah makan dengan komposisi seimbangan dalam hal
Karbohidrat (KH), Protein, lemak yang sesuai kecukupan gizi :
a. KH 60 –70 %
b. Protein 10 –15 %
c. Lemak 20 25 %
Beberapa cara menentukan jumalah kelori uantuk pasien DM melalui perhitungan
mennurut Bocca: Berat badan (BB) Ideal: (TB – 100) – 10% kg
1). BB ideal x 30% untuk laki-laki
BB ideal x25% untuk Wanita

12
Kebutuan kalori dapat ditambah lagi dengan kegiatan sehari-hari:
a. Ringan : 100 – 200 Kkal/jam
b. Sedang : 200 – 250 Kkal/jam
c. Berat : 400 – 900 Kkal/jam
2). Kebutuhhan basal dihitung seperti 1), tetapi ditambah kalori berdasarkan
persentase kalori basal:
a. Kerja ringan ditambah 10% dari kalori basal
b. Kerja sedang ditambah 20% dari kalori basal
c. Kerja berat ditambah 40 – 100 % dari kalori basal
d. Pasien kurus, masih tumbuh kumbang, terdapat infeksi, sedang hamil atau
menyesui, ditambah 20 –30-% dari kalori basal
3) Suatu pegangan kasar dapat dibuat sebagai berikut:
a) Pasien kurus : 2300 – 2500 Kkal
b) Pasien nermal : 1700 – 2100 Kkal
c) Pasien gemuk : 1300 – 1500 Kkal
2. Latihan jasmani
Dianjurkan latihian jasmani secara teratur (3 –4 x seminggu) selama kurang lrbih 30
menit yang disesuaikan dengan kemampuan dan kondisi penyakit penyerta. Latihian
yang dapat dijadikan pilihan adalah jalan kaki, jogging, lari, renang, bersepeda dan
mendayung. Sespat muingkain zona sasaran yaitu 75 – 85 % denyut nadi maksimal :
DNM = 220-umur (dalam tahun)
3. Pengelolaan farmakologi
a. Obat hipoglikemik oral (OHO)
1) Golongan sulfonilures bekerja dengan cara:
i. Menstimulasi penglepasan insulin yang tersimpan
ii. Menurunkan ambang sekresi insulin
iii. Meningkatkna sekresi insulin sebagai akibat rangsangan glukosa
2) Biguanid
Menurunkan kadar glukosa darah tapi tidak sampai bawah normal. Preparat
yang ada dan aman adalah metformin. Obat ini dianjurkan untuk pasien
gemuk
3) Inhibitor alfa glukosidase
Secara kompettitf menghambat kerja enzim alfa glukosidase di dalam saluran
cerna sehingga menrunkan hiperglikemia pasca pransial

13
4) Insulin sensitizing agent
Thoazolidinediones adalah golongan obat baru yang mempunyai sfek
farmakologi meningkatkan sensitivitas insulin sehingga bisa mengatasi nasalah
resistensi insulin dan berbagai masalah akibat resistensi insulin tanpa
menyebabkan hipoglikemia.

14
PATHWAY Life style buruk ( kurang
olahraga, obesitas,
Reaksi autoimun genetik Usia tua konsumsi makanan tinggi
DIABETES
gula yang tidak terkontrol)
MELITUS Sel beta pancreas hancur
Penurunan fungsi insulin

Produksi insulin turun


Resistensi insulin
Defisiensi insulin ketidakstabilan glukosa darah

Hiperglikemia

Glukosa intrasel turun Viskositas darah glycosuria


Rangsangan makan meningkat

Glukoneogenesis meningkat Proses pembentukan Aliran darah ke Osmotik diuresis


ATP terganggu polifagia seluruh tubuh

Kurangnya volume
Urine
lemak protein Kelelahan/ Komplikasi vaskuler cairan berlebih
keletihan
ketogenesis BUN mikrovaskular makrovaskular
poliuria
Intoleransi aktivitas
Basa keton Nitrogen aterosklerotik
retinopati nefropati neuropati Dehidrasi intra
urine sellular
Pmblh darah
Pmblh Pmblh
Ketoasidosis GGK arteri koroner
Gangguan penglihatan Parastesia, N. perifer darah Rangsangan
Cadangan lemak darah besar
diabetik semibilitas serebral haus
dan protein ekstremitas
Penyakit jantung
nyeri, suhu Sensasi bawah meningkat
menurun Resiko cidera koroner
Nafas kusmaul menurun nyeri Stroke
pada kaki infark Penyakit polidipsia
BB turun vaskuler
Pola nafas Resiko infeksi perifer
Trauma tidak terasa
inefektif Gangguan nutrisi: kurang 15
dari kebutuhan tubuh Gangguan integritas kulit Ulkus pada kaki
ASUHAN KEPERAWATAN DIABETES MELITUS

1. Pengkajian

a. Riwayat Kesehatan Sekarang


Biasanya klien masuk ke RS dengan keluhan utama gatal-gatal pada kulit yang disertai
bisul/lalu tidak sembuh-sembuh, kesemutan/rasa berat, mata kabur, kelemahan tubuh.
Disamping itu klien juga mengeluh poli urea, polidipsi, anorexia, mual dan muntah, BB
menurun, diare kadang-kadang disertai nyeri perut, kramotot, gangguan tidur/istirahat,
haus-haus, pusing-pusing/sakit kepala, kesulitan orgasme pada wanita dan masalah
impoten pada pria.
b. Riwayat Kesehatan Dahulu
Riwayat hipertensi/infark miocard akut dan diabetes gestasional
Riwayat ISK berulang
Penggunaan obat-obat seperti steroid, dimetik (tiazid), dilantin dan penoborbital.
Riwayat mengkonsumsi glukosa/karbohidrat berlebihan
c. Riwayat Kesehatan Keluarga
Adanya riwayat anggota keluarga yang menderita DM.
d. Pemeriksaan Fisik
Neuro sensori
Disorientasi, mengantuk, stupor/koma, gangguan memori, kekacauan mental, reflek
tendon menurun, aktifitas kejang.
Kardiovaskuler
Takikardia / nadi menurun atau tidak ada, perubahan TD postural, hipertensi dysritmia,
krekel, DVJ (GJK)
Pernafasan
Takipnoe pada keadaan istirahat/dengan aktifitas, sesak nafas, batuk dengan tanpa
sputum purulent dan tergantung ada/tidaknya infeksi, panastesia/paralise otot pernafasan
(jika kadar kalium menurun tajam), RR > 24 x/menit, nafas berbau aseton.
Gastro intestinal
Muntah, penurunan BB, kekakuan/distensi abdomen, aseitas, wajah meringis pada
palpitasi, bising usus lemah/menurun.
Eliminasi
Urine encer, pucat, kuning, poliuria, urine berkabut, bau busuk, diare (bising usus hiper

16
aktif).
Reproduksi/sexualitas
Rabbas vagina (jika terjadi infeksi), keputihan, impotensi pada pria, dan sulit orgasme
pada wanita
Muskulo skeletal
Tonus otot menurun, penurunan kekuatan otot, ulkus pada kaki, reflek tendon menurun
kesemuatan/rasa berat pada tungkai.
Integumen
Kulit panas, kering dan kemerahan, bola mata cekung, turgor jelek, pembesaran tiroid,
demam, diaforesis (keringat banyak), kulit rusak, lesi/ulserasi/ulkus.
e. Aspek psikososial
Stress, anxientas, depresi
Peka rangsangan
Tergantung pada orang lain
f. Pemeriksaan diagnostik
Gula darah meningkat > 200 mg/dl
Aseton plasma (aseton) : positif secara mencolok
Osmolaritas serum : meningkat tapi < 330 m osm/lt
Gas darah arteri pH rendah dan penurunan HCO3 (asidosis metabolik)
Alkalosis respiratorik
Trombosit darah : mungkin meningkat (dehidrasi), leukositosis, hemokonsentrasi,
menunjukkan respon terhadap stress/infeksi.
Ureum/kreatinin : mungkin meningkat/ penurunan fungsi ginjal.
Amilase darah : mungkin meningkat > pankacatitis akut.
Insulin darah : mungkin menurun sampai tidak ada (pada tipe I), normal sampai
meningkat pada tipe II yang mengindikasikan insufisiensi insulin.
Pemeriksaan fungsi tiroid : peningkatan aktivitas hormon tiroid dapat meningkatkan
glukosa darah dan kebutuhan akan insulin.
Urine : gula dan aseton positif, BJ dan osmolaritas mungkin meningkat.
Kultur dan sensitivitas : kemungkinan adanya infeksi pada saluran kemih, infeksi pada
luka.

3. Diagnosa keperawatan

17
a. Kekurangan volume cairan berhubungan dengan osmotik, kehilangan gastrik
berlebihan, masukan yang terbatas.
b. Perubahan nutrisi : kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan ketidak
cukupan insulin penurunan masukan oral, status hipermetabolisme.
c. Resti infeksi berhubungan dengan kadar glukosa tinggi, penurunan fungsi leukosit,
perubahan sirkulasi.
d. Resti perubahan sensori perseptual berhubungan dengan perubahan kimia endogen
(ketidak seimbangan glukosa/insulin dan elektrolit.
e. Ketidakberdayaan berhubungan dengan ketergantungan pada orang lain, penyakit
jangka panjang.
f. Kurang pengetahuan mengenai penyakit, prognosis dan kebutuhan pengobatan
berhubungan dengan tidak mengenal sumber informasi. (Doengoes, 2000)
4. Intervensi

1. Kekurangan volume cairan berhubungan dengan diuresis osmotik, kehilangan gastrik


berlebihan, masukan yang terbatas.
Data yang mungkin muncul :
Peningkatan haluaran urin, urine encer, haus, lemah, BB, kulit kering, turgor buruk.
Hasil yang diharapkan :
Tanda vital stabil, turgor kulit baik, haluaran urin normal, kadar elektrolit dalam batas
normal.
Intervensi
Mandiri
1. Pantau tanda vital. R/ Hipovolemia dapat ditandai dengan hipotensi dan takikardi.
2. Kaji suhu, warna kulit dan kelembaban. R/ Demam, kulit kemerahan, kering
sebagai cerminan dari dehidrasi.
3. Pantau masukan dan pengeluaran, catat bj urin. R/ Memberikan perkiraan
kebutuhan akan cairanpengganti, fungsi ginjal dan keefektifan terapi.
4. Ukur BB setiap hari. R/ Memberikan hasil pengkajian yang terbaik dan status
cairan yang sedang berlangsung dan selanjutnya dalam memberikan cairan pengganti.
5. Pertahankan cairan  2500 cc/hari jika pemasukan secara oral sudah dapat
diberikan. R/ Mempertahankan hidrasi/volume sirkulasi
6. Tingkatkan lingkungan yang nyaman selimuti dengan selimut tipis. R/ Menghindari
pemanasan yang berlebihan pada pasien yang akan menimbulkan kehilangan cairan.

18
7. Catat hal-hal yang dilaporkan seperti mual, nyeri abdomen, muntah, distensi
lambung. R/ Kekurangan cairan dan elektrolit mengubah motilitas lambung, yang
sering menimbulkan muntah sehingga terjadi kekurangan cairan atau elektrolit.
Kolaborasi
8. Berikan terapi cairan sesuai indikasi. R/ Tipe dan jumlah cairan tergantung pada
derajat kekurangan cairan dan respons pasien secara individual.
9. Pasang selang NGT dan lakukan penghisapan sesuai dengan indikasi. R/
Mendekompresi lambung dan dapat menghilangkan muntah.

2. Perubahan nutrisi : kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan ketidak


cukupan insulin, penurunan masukan oral, hipermetabolisme
Data : Masukan makanan tidak adekuat, anorexia, BB, kelemahan, kelelahan, tonus
otot buruk, diare.
Kriteria Hasil : Mencerna jumlah nutrien yang tepat, menunjukkan tingkat energi
biasanya, BB stabil/.
Intervensi Rasional
Mandiri
1. Timbang BB setiap hari. R/ Mengkaji pemasukan makananyang adekuat (termasuk
absorpsi).
2. Tentukan program diet dan pola makan pasien dan bandingkan dengan makanan
yang dihabiskan pasien. R/ Mengidentifikasi kekurangan dan penyimpangan dari
kebutuhan.
3. Auskultasi bising usus, catat adanya nyeri, abdomen, mual, muntah. R/
Hiperglikemi dapat menurunkan motilitas/ fungsi lambung (distensi atau ileus
paralitik) yang akan mempengaruhi pilihan intervensi.
4. Identifikasi makanan yang disukai. R/ Jika makanan yang disukai dapat
dimasukkan dalam pencernaan makanan, kerjasama ini dapat diupayakan setelah
pulang.
5. Libatkan keluarga pada perencanaan makan sesuai indikasi. R/ Memberikan
informasi pada keluarga untuk memahami kebutuhan nutrisi pasien.
6. Kolaborasi dengan ahli diet Sangat bermanfaat dalam perhitungan dan
penyesuaian diet untuk memenuhi kebutuhan pasien.

19
3. Resiko tinggi infeksi berhubungan dengan kadar glukosa tinggi, penurunan fungsi
lekosit/perubahan sirkulasi.
Data : -
Kriteria hasil : Infeksi tidak terjadi
Intervensi Rasional
Mandiri
1. Observasi tanda-tanda infeksi dan peradangan. R/ Pasien mungkin masuk dengan
infeksi yang biasanya telah mencetuskan keadaan ketuasidosis atau infeksi
nasokomial.
2. Tingkatkan upaya pencegahan dengan mencuci tangan bagi semua orang yang
berhubungan dengan pasien, meskipun pasien itu sendiri. R/ Mencegah timbulnya
infeksi nasokomial.
3. Pertahankan teknik aseptik prosedur invasif. R/ Kadar glukosa tinggi akan menjadi
media terbaik bagi pertumbuhan kuman.
4. Berikan perawatan kulit dengan teratur dan sungguh-sugguh, massage daerah yang
tertekan. Jaga kulit tetap kering, linen tetap kering dan kencang. R/ Sirkulasi perifer
bisa terganggu yang menempatkan pasien pada peningkatan resiko terjadinya iritasi
kulit dan infeksi.
5. Bantu pasien melakukan oral higiene. R/ Menurunkan resiko terjadinya penyakit
mulut.
6. Anjurkan untuk makan dan minum adekuat. R/ Menurunkan kemungkinan
terjadinya infeksi.
7. Kolaborasi tentang pemberian antibiotik yang sesuai. R/ Penanganan awal dapat
membantu mencegah timbulnya sepsis.

20
BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN NY. A DENGAN ULKUS DIABETIKUM

PENGKAJIAN
Pengkajian dilakukan pada tanggal 12 Desember 2012 pada jam 08.00 WIB di ruang
Cempaka RSU RA Kartini Jepara secara alloanamnesa dan autoanamnesa oleh kelompok IV.
1. Identitas
a. Identitas Klien
Nama : Ny. A P
Umur : 45 tahun
Agama : Islam
Suku : Jawa
Pendidikan : Tamat SD
Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga
Status Perkawinan : Menikah
Alamat : Ds. Petekeyan 5/1, Tahunan, Jepara
Dx Medis : Ulkus Diabetikum
Tanggal Masuk RS : 11 Desember 2012
b. Identitas Penanggung Jawab
Nama : Tn. P L
Umur : 50 tahun
Agama : Islam
Suku : Jawa
Pendidikan : Tamat SLTP
Pekerjaan : Tukang kayu
Hubungan dengan klien : Suami
Alamat : Ds. Petekeyan 5/1, Tahunan, Jepara

B. Riwayat Keperawatan

1. Alasan masuk RS
Pasien datang ke rumah sakit dengan keluhan nyeri kaki kiri
2. Keluhan utama
Luka di kaki tidak sembuh-sembuh, lemas dan panas.
3. Riwayat kesehatan sekarang
21
Pasien datang ke RS pada tanggal 11 desember 2012 dan dirawat di ruang IGD.
Pasien mengatakan sebelumnya sekitar 2 minggu yang lalu kaki pasien ada benjolan
kemudian pecah dan tak kunjung sembuh bahkan semakin parah dan membusuk,
kemudian keluarga pasien membawa pasien ke mantri. Mantri menganjurkan agar
pasien dibawa ke rumah sakit. Saat di IGD vital sign pasien adalah TD= 180/90
mmHg, N= 94 x/menit, RR= 88 x/menit, S= 39oC, Hb= 10,6 dan mendapatkan infus
RL= 20 tpm, injeksi cefotaxime 2x1 gr, injeksi metronidazole 3x500 mg dan injeksi
ranitidin 2x1 ampul. Kemudian pasien dianjurkan untuk rawat inap di ruang cempaka.
Sudah dirawat di ruang cempaka 1 hari dan mendapatkan terapi injeksi cefotaxime
2x1gr, injeksi metronidazole 3x500mg, dan obat oral paracetamol 4x500mg.
4. Riwayat kesehatan masa lalu
Pasien mengatakan sudah mempunyai penyakit DM sejak 5 tahun yang lalu dan
pasien jarang mempriksakan penyakitnya.
5. Riwayat kesehatan keluarga
Pasien mengatakan dalam keluarganya tidak ada yang menderita sakitseperti yang
dialami pasien saat ini.
6. Riwayat alergi
Pasien mengatakan tidak menderita alergi obat maupun makanan

C. Pemeriksaan Fisik

1. Keadaan umum

a. Vital Sign

1) HR (frekuensi, keteraturan, kekuatan): 90 x/menit, reguler, kuat

2) RR (frekwensi, kteraturan): 30 x/menit, teratur

3) BP: 180/90 mmHg

4) Temperatur: 38oC

b. Sakit/Nyeri

1) Paliatif : pasien mengatakan luka di kaki bertambah nyeri saat digunakan


begerak dan berkurang saat digunakan istirahat

2) Kualitas : pasien mengatakan nyeri seperti ditusuk-tusuk jarum

3) Regio : pasien mengatakan nyeri terasa di kaki kiri

22
4) Severity : pasien mengatakan nyeri sedang dengan skala 6

5) Time: pasien mengatakan nyeri kaki kiri bertambah saat digunakan bergerak

c. Antopometri

1) TB : 157 cm= 1,57 m

2) BB : 56 kg
𝐵𝐵 56
3) Indeks masa tubuh : 𝑇𝐵 2 = (1,57) 2 = 22,7

d. Status Personal Hygine

pasien tampak kurang bersih

2. Data Per Sistem

a. Sistem Pernafasan

Gejala (subyektif)

1. Batuk : tidak
2. Tidak nyeri waktu bernafas
3. Tidak mempunyai riwayat penyakit pernafasan
4. Bukan perokok
5. Tidak ada gangguan terkait pernafasan

Tanda
1. Pola nafas
Normal
Irama : regular
2. Menggunakan pernafasan cuping hidung: tidak
3. Tidak sianosis
4. inspeksi dada
Bentuk dada: simetris
Pergerakan dada : simetris
5. palpasi dada:
Tidak ada nyeri tekan
vokal fremitus: sisi kiri dan kanan sama

23
retraksi dada: tidak ada
6. perkusi dada : paru-paru sonor
7. auskultasi dada
Bunyi paru normal
vesikuler pada: semua lapang paru
irama nafas teratur, tidak ada suara nafas tambahan.
8. Tidak menggunakan alat bantu pernafasan

b. Kardiovaskuler
Gejala
1. Tidak ada nyeri dada
2. Tidak ada nyeri dada menjalar
3. tidak ada keluhan terkait kardiovaskuler yang lain
Tanda
1. Tekanan Vena Junggularis (JVP): 2cm di atas angulus sternum.
2. CRT >2 detik
3. Inspeksi dada: bentuk dada simetris, ictus cordis tidak tampak.
4. Palpasi: tidak ada nyeri tekan, letak ictus cordis teraba pada intercosta ke 5 linea
mid clavicula sinistra.
5. Perkusi: pekak pada ic ke 2 parasternum dekstra sampai dengan ic ke 5 linea mid
clavicula sinistra (tidak ada pembesaran jantung).
6. Auskultasi: bunyi jantung (normal S1 dan S2), tidak ada bunyi nafas tambahan.
7. Ada udema pada kaki kiri

c. Persyarafan dan penginderaan (B3: Brain)


Gejala
1. Ada keluhan pusing
2. Tidak ada penurunan kemampuan penginderaan
Tanda
1. pemeriksaan fungsi luhur (mood dan tingkah laku terkontrol, intelektual, memori
baik,mempunyai kemampuan berbahasa)
2. tingkat kesadaran (kualitatif: kompos metis dan kuantitatif: E:4, V:5, M:6, jumlah
GCS= 15)
3. Pemeriksaan 12 nervus kranial

24
N I (olfactory) : pasien bisa membedakan bau benda yang di ciumnya.
N11 (optikus) : tidak ada gangguan terkait fungsi aktivitas dan lapang pandang.
N V (trigeminus) : tidak ada gangguan dalam fungsi sensasinya.
N VII (facialis) : kontrol ekspresi muka pasien normal
N VIII ( austicus) : fungsi sensori normal, tidak ada gangguan pendengaran.
N III,IV,VI ( okulomotorius, troclear,abducens) : tidak ada gangguan terkait
fungsi koordinasi gerakan mata,dan kontriksi pupil mata.
N IX,X ( glosopharingeal, dan vagus): tidak ada gangguan dalam refleks
mengecap dan menelan.
N XI (accecorius) : tidak adagangguan dalam melawan tahanan yang diberikan
NXII ( hypoglosus) : tidak aa gangguan gerakan lidah saat bicara dan menelan.
4. Pemeriksaan refleks patologis :
5. Tidak Kejang
6. Penglihatan
Simetris, visus mata kanan (+), dan mata kiri (+), pupil mengecil dengan refleks
cahaya langsung, conjungtiva anemis, sclera tidak ikterik, sekitar mata terlihat
sedikit kotor.
7. penciuman
hidung tampak kotor, tidak ada discharge, tidak ada napas cuping hidung.
8. Pendengaran
Telinga simetris, tidak ada gangguan pendengaran
9. Perasa
Pasien mampu membedakan rasa pahit, asam, manis, pedas
10. Peraba
Pasien masih bisa merasakan rangsangan, sentuhan, nyeri maupun suhu di seluruh
kulit tubuhnya.

d. Perkemihan (Bladder)
Gejala
1. Pola berkemih
Pasien buang air kecil 8 kali sehari
2. Kesulitan BAK
Urine lancar dan tidak mengalami disuria
3. Produksi urine

25
Pasien sekali buang air kecil ± 100 cc
4. Karakteristik urine: warna kuning jernih dengan PH 6,0
5. Keluhan terkait pola berkemih : tidak ada
Tanda
1. Balance Cairan
Input makanan : 100 cc
Minuman : 500 cc
20
Infus 20x60x24 :1440 cc

Injeksi metro 3x100 : 300 cc


Air metabolisme 5x56 : 280 cc
Total : 3620 cc
Output urine : 800 cc
Faeces : 100 cc
IWL 15 x 56 : 855 cc
Muntah : -
Total : 1755 cc
Input – Output = 3620 – 1755 = 1865 cc
2. Masalah kandung kemih : tidak ada
3. Perkusi pada kostovertebralis: tidak nyeri

e. Pencernaan dan masalah eliminasi fekal (Bowel)


Gejala
1. pola BAB : pasien BAB 1 kali sehari
2. karakter feses : padat dan kuning
3. riwayat perdarahan saluran cerna: tidak ada
4. tidak konstipasi/ diare
5. tidak ada keluhan terkait sistem pencernaan dan eliminasi fekal
Tanda
1. mulut dan tenggorokan
mulut, rongga mulut dan lidah terlihat kotor
gigi masih utuh dan tidak ada karies
2. pemeriksaan abdomen
- inspeksi : bentuk simetris, tidak ada pembesaran hepar, tidak asites

26
- auskultasi: bising usus 12 x/menit
- palpasi: tidak ada nyeri tekan, tidak ada pembesaran hepar/ lien
- perkusi : tympani

f. Sistem Musculo skeletal dan Integument (bone)


Sistem Muskulo
a. Kekuatan otot

55555 55555

55555 55550

b. keterbatasan gerak pada kaki sebelah kiri


c. tidak ada fraktur, dislokasi, pada
d. warana kulit : sawo matang, tidak sianosis
e. akral : dingin
f. turgor : kembali lambat > 2 detik
g. tulang belakang: tidak ada kelainan
h. keluhan terkait tulang belakang : tidak ada keluhan

Sistem Integument
1. ada luka pada kaki kiri (1 lokasi yaitu pada jari kelingking kaki kiri terlihat hitam )
2. Pengkajian ulkus
Perfusion : CRT >2 detik, akral hangat
Extend : P= 8 cm, L= 5 cm, D= 3 cm
Depth : otot
Infection : nekrosis, pus
Sensation : pasien mengatakan tidak bisa merasakan sakit saat diganti balut tapi
merasa nyeri saat digunakan bergerak dan beraktivitas

Skor ADL
SKOR
Aktivitas
mandiri dibantu tergantung
Makan √

27
Mandi √
Berpakaian √
Toileting √
Inkontinensia √
Transfering √

g. Sistem Reproduksi

Perempuan
a. Bentuk alat kelamin : normal
b. Kebersihan : kurang bersih
c. Siklus haid : pasien mengatakan haid sudah tidak teratur, kadang 1
tahun sekali
d. Payudara : simetris, tidak ada benjolan

h. Endokrin
1. faktor alergi : pasien mengatakan tidak menderita alergi obat maupun
makanan
2. kelainan endokrin : ada kelainan pada sistem endokrin yaitu pada hormon insulin
3. diabetes melitus : pasien menderita DM

C. Pola Fungsional
1. Aktivitas
Pasien mengatakan sebelum sakit dapat beraktivitas dengan baik sebagai ibu rumah
tangga tetapi selama sakit pasien mengatakan aktivitasnya terganggu karena ada luka
di kaki sebelah kirinya dan apabila digunakan untuk bergerak terasa nyeri.
2. Tidur dan istirahat
Pasien mengatakan sebelum sakit dapat tidur dan istirahat selama 7-8 jam sehari
tetapi selama sakit waktu tidur dan istirahatnya terganggu. Pasien tidur tidak lebih
dari 5 jam. Mata pasien terlihat merah, dan lingkaran hitam di sekeliling mata.

E. PEMERIKSAAN PENUNJANG

28
Tanggal 12 Desember 2012
Hasil Nilai normal
pemeriksaan
nilai satuan perempuan
Kimia darah
Glukometer/ GDS 10.00 497 mg % 80-150
GDS 1 14.00 324 mg % 80-150
GDS 2 18.00 307 mg % 80-150
GDS 3 22.00 332 mg % 80-150
GDS 4 02.00 136 mg % 80-150
GDS 5 06.00 180 mg % 80-150

Tanggal 12 desember 2012

Hasil
pemeriksaan Nilai normal
Nilai satuan
Haematologi
Haemoglobin 10,2 gr% 12 – 16
Leucocyt 21.180 mm3 4000 – 10.000
Thrombocyt 477.000 mm3 150.000 – 400.000
Haemotocryt 37,7 % 37 – 43
LED 1 jam 110
2 jam 180
Diff count
Eusinophile 1 % 1–3
Bashophile 0 % 0-1
Staf 6 % 2–6
Segment 77 % 50 – 70
Lymphocyt 15 % 20 – 40
Monocyt 1 % 2–6

A. TERAPI YANG DIDAPATKAN


Tanggal 12 Desember 2012
Infus : RL 20 tpm

29
Injeksi : Cefotaxime 2x1 gr
metronidazole 3x500 mg
ranitidin 2x1 ampul
Per Oral : PCT 4x500 mg
Cant 3x25 mg
Glisodin 1x1
Program : Sliding per 4 jam
Injeksi actrapid sesuai hasil GDS

30
ANALISA DATA

Nama Klien : Ny. A No. Register : 370490


Umur : 45 tahun Dx. Medis : Ulkus Diabetikum
Ruang : Cempaka Alamat : Patekeyan 5/1, Tahunan
Tanggal Data Fokus Problem Etiologi
12/12/12 Ds: pasien mengatakan sudah menderita DM sejak Kerusakan integritas jaringan Gangguan status metabolik:
08.00 5 tahun yang lalu. Serta pasien mengatakan kulit: ulkus diabetikum hiperglikemia
telapak kaki sebelah kiri terasa sakit
Do: terdapat luka pada telapak kaki kiri
Perfusion : CRT >2 detik, akral hangat
Extend : P= 8 cm, L= 5 cm, D= 3 cm
Depth : otot
Infection : nekrosis, pus
Sensation : pasien mengatakan tidak bisa
merasakan sakit saat diganti balut tapi merasa
nyeri saat digunakan bergerak dan
beraktivitas

Ds : pasien mengatakan kaki kiri terasa sakit Nyeri akut Agen penyebab cidera: ulkus
Do: diabetikum
Paliatif : luka di kaki bertambah nyeri saat

31
digunakan begerak dan berkurang saat
digunakan istirahat
Kualitas: nyeri seperti ditusuk-tusuk jarum
Regio: kaki kiri
Severity: sedang dengan skala 6
Time: continue dan bertambah saat digunakan
bergerak

Ds: pasien mengatakan lemas Ketidakstabilan kadar glukosa Kurang informasi manajemen
Do: darah diabetes melitus
GDS 10.00 = 497
GDS 1 14.00 = 324
GDS 2 18.00 = 307
GDS 3 22.00 = 332
GDS 4 02.00 = 136
GDS 5 06.00 = 180

32
PRIORITAS DIAGNOSA KEPERAWATAN

1. Kerusakan integritas jaringan kulit: ulkus diabetikum berhubungan dengan gangguan


status metabolik: hiperglikemia
2. Nyeri akut berhubungan dengan agen penyebab cidera: ulkus diabetikum
3. Ketidakstabilan kadar glukosa darah berhubungan dengan Kurang informasi manajemen
diabetes melitus

33
RENCANA KEPERAWATAN

Nama Klien : Ny. A No. Register : 370490


Umur : 45 tahun Dx. Medis : Ulkus Diabetikum
Ruang : Cempaka Alamat : Patekeyan 5/1, Tahunan
Tanggal/ Intervention
No. Dx NOC TTD
jam NIC Activity
12-12-12 1 Setelah dilakukan tindakan keperawatan Perawatan luka 1. Kaji karakteristik luka serta
08.00 selama 3x24 jam akan tercapai NOC: adanya eksudat, termsuk
penyembuhan luka sekunder dengan KH: kekentalan, warna, dan bau
- Regenerasi sel dan jaringan (lokasi dan kedalaman luka)
- Tidak adanya pus, eksudat 2. Bersihkan dan balut luka
menggunakan prinsip sterilitas
atau tindakan aseptik
3. Lakukan perawatan luka/ kulit
secara rutin
4. Berikan terapi sesuai advis
dokter: Cefotaxime 2x1 gr,
metronidazole 3x500 mg,
ranitidin 2x1 ampul

34
2 Setelah tindakan keperawatan selama Penatalaksanaan nyeri 1. Kaji nyeri meliputi lokasi,
3x24 jam diharapkan akan tercapai NOC: karakteristik, durasi,
perubahan tingkat nyeri dengan KH: fekuensi,kualitas dan intensitas
- Pasien tidak gelisah dan tidak tegang 2. Observasi tanda-tanda vital
- Mempertahankan tingkat nyeri pada 3. Berikan kondisi yang nyaman
skala 0-1 4. Ajarkan penggunaan teknik
- Pasien tidak merasa nyeri lagi relaksasi distraksi
3 Setelah dilakukan tindakan keperawatan Manajemen hiperglikemia 1. Kaji faktor yang dapat
selama 3x24 jam diharapkan akan meningkatkan resiko
tercapai NOC: kadar glukosa darah stabil ketidakseimbangan glukosa
dengan KH: 2. Kolaborasi dengan petugas
- Kadar glukosa normal 80-150 mg/dl laborat untuk cek GDS per 4
jam
3. Beri informasi mengenai
diabetes melitus
4. Berikan injeksi insulin sesuai
hasil GDS

35
IMPLEMENTASI

Nama Klien : Ny. A No. Register : 370490


Umur : 45 tahun Dx. Medis : Ulkus Diabetikum
Ruang : Cempaka Alamat : Patekeyan 5/1, Tahunan
Tanggal Dx Jam Implementasi Respon TTD
12/12/12 1 07.30 Mengkaji karakteristik luka serta adanya S: pasien mengatakan sudah menderita DM sejak 5 tahun yang
eksudat, termsuk kekentalan, warna, dan lalu. Serta pasien mengatakan telapak kaki sebelah kiri
bau (lokasi dan kedalaman luka) terasa sakit
O: terdapat luka pada telapak kaki kiri
Perfusion : CRT >2 detik, akral hangat
Extend : P= 8 cm, L= 5 cm, D= 3 cm
Depth : otot
Infection : nekrosis, pus
Sensation : pasien mengatakan tidak bisa merasakan sakit
saat diganti balut tapi tidak merasa nyeri saat digunakan
bergerak dan beraktivitas
1 07.40 Memberian antibiotika cefotaxime 1 gr, S : klien mengatakaan iya saya mau di suntik
ranitidin 1 ampul dan metronidazole 100 O : injeksi dimasukkan melalui iv cateter
cc
2 07.40 Mengkaji tingkat, frekuensi, dan reaksi S : pasien mengatakan kaki kiri terasa sakit
nyeri yang dialami pasien. O:

36
Paliatif : luka di kaki bertambah nyeri saat digunakan begerak
dan berkurang saat digunakan istirahat
Kualitas: nyeri seperti ditusuk-tusuk jarum
Regio: kaki kiri
Severity: sedang dengan skala 6
Time: continue dan bertambah saat digunakan bergerak

1 08.15 Melakukan perawatan luka S: klien mengatakan tidak merasa sakit


O: melakukan tindakan ganti balut
1 08.20 Membersihkan dan membalut luka S : klien mengatakan tidak merasakan nyeri pada daerah kaki
menggunakan prinsip sterilitas atau kiri
tindakan aseptik O : menyiram area luka dengan NACL dan luka bersih
2 10.45 Mengajarkan tehnik relaksasi nafas dalam S: pasien mengatakan sakit pada lukanya saat digunakan
bergerak
O: pasien mau melakukan nafas dalam.
2 10.55 Memberikan kondisi yang nyaman S: pasien mengatakan nyaman bila kakinya tidak digunakan
bergerak
O: pasien terlihat nyaman
1 11.00 Memberikan injeksi humulin R 12 unit S:pasien mengatakan bersedia disuntik
O: injeksi humulin 12 unit melalui SC
1 14.30 Memberikan injeksi ranitidin 1 amp dan S: pasien bersedia

37
metronidazol 100cc O: injeksi masuk melalui iv cateter
3 14.35 Memberikan informasi mengenai diabetes S: pasien mengatakan mau mendengarkan
melitus O: pasien mendengarkan dengan seksama
Kadar glukosa darah pasien belum stabil
GDS jam 10.00 = 497
GDS jam 14.00 = 324
GDS jam 18.00 = 307
GDS jam 22.00 = 332
2 15.00 Mengukur vital sign S: pasien mengatakan badannya panas
O: TD: 140/90 mmHg
HR: 86 x/menit
RR: 30 x/menit
T : 37,50C

3 16.00 Memberikan terapi sesuai advis dokter: S: pasien bersedia diinjeksi


Cefotaxime 1 gr, metronidazole 100 cc, O: injeksi masuk iv cateter
ranitidin 1 ampul
2 17.45 Mengkaji skala nyeri S: pasien mengatakan nyeri saat bergerak
Paliatif : luka di kaki bertambah nyeri saat digunakan begerak
dan berkurang saat digunakan istirahat
Kualitas : nyeri seperti ditusuk-tusuk jarum
Regio : kaki kiri

38
Severity : sedang dengan skala 6
Time: continue dan bertambah saat digunakan bergerak
O : ekspresi wajah pasien meringis

Mengajarkan penggunaan teknik relaksasi


18.00
2 distraksi S : pasien mengatakan lebih nyaman
O: pasien nampak mengikuti relaksasinya

Memberikan injeksi iv cefotaksin 1 gr,


1 23.00 S : pasien bersedia
ranitidin 1 amp, dan metrodinazol 100cc
O : injeksi di masukkan melalui iv cateter.

13/12/12 1 07.30 Mengkaji karakteristik luka serta adanya S: pasien mengatakan sudah menderita DM sejak 5 tahun yang
eksudat, termsuk kekentalan, warna, dan lalu. Serta pasien mengatakan telapak kaki sebelah kiri
bau (lokasi dan kedalaman luka) terasa sakit
O: terdapat luka pada telapak kaki kiri
Perfusion : CRT >2 detik, akral hangat
Extend : P= 8 cm, L= 5 cm, D= 3 cm
Depth : otot
Infection : nekrosis, pus
Sensation : pasien mengatakan tidak bisa merasakan sakit
saat diganti balut tapi tidak merasa nyeri saat digunakan
bergerak dan beraktivitas
1 08.00 Memberian antibiotika cefotaxime 1 gr, S : klien mengatakaan iya saya mau di untik

39
ranitidin 1 ampul dan metronidazole 100 O : injeksi dimasukkan melalui iv cateter
cc
1 08.30 Melakukan perawatan luka S: klien mengatakan tidak merasa sakit
O: melakukan tindakan ganti balut

1 08.40 Membersihkan dan membalut luka S : klien mengatakan tidak merasakan nyeri pada daerah kaki
menggunakan prinsip sterilitas atau kiri
tindakan aseptik O : menyiram area luka dengan NACL dan luka bersih

3 09.15 Memberikan humulin R 12 unit melalui S: pasien mengatakan mau disuntik


SC dan memberikan obat oral siang pasien O: memasukkan humulin 12 unit melalui SC di lengan atas

2 10.00 Memberikan kondisi yang nyaman S: pasien mengatakan nyaman bila kakinya tidak digunakan
bergerak
O: pasien terlihat nyaman
3 13.00 Memberikan injeksi humulin R 12 unit S : pasien mengatakan bersedia
O: memasukkan humulin 12 unit melalui SC di lengan atas
2 15.00 Mengukur vital sign
S: pasien mengatakan kakinya nyeri
O: TD :150/90 mmHg
HR: 88x/menit
RR:30 x/ menit

40
T:380C
3 16.00 Memberikan terapi sesuai advis dokter: S: pasien bersedia diinjeksi
Cefotaxime 1 gr, metronidazole 100 cc, O: injeksi masuk iv cateter
ranitidin 1 ampul
2 17.45 Mengkaji skala nyeri S: pasien mengatakan kaki kirinya nyeri saat bergerak
Paliatif : luka di kaki bertambah nyeri saat digunakan begerak
dan berkurang saat digunakan istirahat
Kualitas : nyeri seperti ditusuk-tusuk jarum
Regio : kaki kiri
Severity : sedang dengan skala 6
Time: continue dan bertambah saat digunakan bergerak
O : ekspresi wajah pasien meringis
1 23.00 Memberikan injeksi iv cefotaksin 1 gr, S : pasien bersedia
ranitidin 1 amp, dan metrodinazol 100cc O : injeksi di masukkan melalui iv cateter.
14/12/12 1 05.00 Mengukur vital sign S: pasien mengatakan kakinya nyeri
O: TD :120/70 mmHg
HR: 80x/menit
RR: 22 x/ menit
T:370C
1 08.30 Melakukan perawatan luka dan ganti balut S : klien mengatakan tidak merasa sakit
O : keadaan luka terdapat pus

41
2 08.40 Mengkaji tingkat, frekuensi, dan reaksi S: pasien mengatakan nyeri saat bergerak
nyeri yang dialami pasien. Paliatif : luka di kaki bertambah nyeri saat digunakan begerak
dan berkurang saat digunakan istirahat
Kualitas : nyeri seperti ditusuk-tusuk jarum
Regio : kaki kiri
Severity : sedang dengan skala 3
Time: continue dan bertambah saat digunakan bergerak
O : ekspresi wajah pasien meringis
1 09.00 Memberikan humulin R 12 unit melalui S: pasien mengatakan iya
SC dan memberikan obat oral siang pasien O: memasukkan humulin 12 unit melalui SC di lengan atas.
3 12.00 Berkolaborasi dengan petugas laborat S: -
untuk cek GDS per 4 jam O: GDS psien pada jam 10 = 243
3 14.15 Mengkaji faktor yang dapat meningkatkan S:
resiko ketidakseimbangan glukosa O:GDS pasien pada jam 14.00= 366
1 15.00 Mengukur vital sign S: pasien mengatakan kakinya nyeri
O: TD :120/70 mmHg
HR: 80x/menit
RR:22 x/ menit
T:370C
1 16.00 Memberikan terapi sesuai advis dokter: S : pasien bersedia
Cefotaxime 1 gr, metronidazole 100 cc, O : injeksi di masukkan melalui iv cateter.

42
2 22.00 Mengkaji skala nyeri S: pasien mengatakan nyeri sudah terasa berkurang selama tidak
gerak berlebihan
Paliatif : luka di kaki bertambah nyeri saat digunakan begerak
dan berkurang saat digunakan istirahat
Kualitas : nyeri seperti ditusuk-tusuk jarum
Regio : kaki kiri
Severity : ringan dengan skala 2
Time: continue dan bertambah saat digunakan bergerak
O : ekspresi wajah pasien tidak lagi meringis
1 23.00 Memberikan terapi sesuai advis dokter: S : pasien bersedia
Cefotaxime 1 gr, metronidazole 100 cc, O : injeksi di masukkan melalui iv cateter.

43
PROGRESS REPORT I

Nama Klien : Ny. A No. Register : 370490


Umur : 45 tahun Dx. Medis : Ulkus Diabetikum
Ruang : Cempaka Alamat : Patekeyan 5/1, Tahunan
Tanggal Jam Diagnosa keperawatan Evaluasi TTD
12/12/12 14.00 Kerusakan integritas jaringan kulit: ulkus S : pasien mengatakan masih terasa nyeri pada lukanya
diabetikum berhubungan dengan gangguan O: terdapat luka pada telapak kaki kiri
status metabolik: hiperglikemia Perfusion : CRT >2 detik, akral hangat
Extend : P= 8 cm, L= 5 cm, D= 3 cm
Depth : otot
Infection : nekrosis, pus
Sensation : pasien mengatakan tidak bisa merasakan sakit saat
diganti balut tapi merasa nyeri saat digunakan bergerak dan
beraktivitas
A: masalah belum teratasi
P: lanjutkan intervensi
Nyeri akut berhubungan dengan agen S : pasien mengatakan kaki kiri terasa sakit
penyebab cidera: ulkus diabetikum O:
Paliatif : luka di kaki bertambah nyeri saat digunakan begerak
dan berkurang saat digunakan istirahat
Kualitas: nyeri seperti ditusuk-tusuk jarum

44
Regio: kaki kiri
Severity: sedang dengan skala 3
Time: continue dan bertambah saat digunakan bergerak
A: Masalah belum teratasi
P: Lanjutkan intervensi
Ketidakstabilan kadar glukosa darah S: -
berhubungan dengan Kurang informasi O: Kadar glukosa darah pasien belum stabil
manajemen diabetes melitus GDS jam 10.00 = 497
A: masalah belum teratasi
P: lanjutkan intervensi
21.00 Kerusakan integritas jaringan kulit: ulkus S : pasien mengatakan masih terasa nyeri pada lukanya
diabetikum berhubungan dengan gangguan O: terdapat luka pada telapak kaki kiri
status metabolik: hiperglikemia Perfusion : CRT >2 detik, akral hangat
Extend : P= 8 cm, L= 5 cm, D= 3 cm
Depth : otot
Infection : nekrosis, pus
Sensation : pasien mengatakan tidak bisa merasakan sakit saat
diganti balut tapi merasa nyeri saat digunakan bergerak dan
beraktivitas
A: masalah belum teratasi
P: lanjutkan intervensi

45
Nyeri akut berhubungan dengan agen S : pasien mengatakan kaki kiri terasa sakit
penyebab cidera: ulkus diabetikum O:
Paliatif : luka di kaki bertambah nyeri saat digunakan begerak
dan berkurang saat digunakan istirahat
Kualitas: nyeri seperti ditusuk-tusuk jarum
Regio: kaki kiri
Severity: sedang dengan skala 3
Time: continue dan bertambah saat digunakan bergerak
TD: 140/90 mmHg
HR: 86 x/menit
RR: 30 x/menit
T : 37,50C
A: Masalah belum teratasi
P: Lanjutkan intervensi
Ketidakstabilan kadar glukosa darah S: -
berhubungan dengan Kurang informasi O: Kadar glukosa darah pasien belum stabil
manajemen diabetes melitus GDS jam 14.00 = 324
GDS jam 18.00 = 307
A: masalah belum teratasi
P: lanjutkan intervensi

46
PROGRESS REPORT II

Nama Klien : Ny. A No. Register : 370490


Umur : 45 tahun Dx. Medis : Ulkus Diabetikum
Ruang : Cempaka Alamat : Patekeyan 5/1, Tahunan
Tanggal Jam Diagnosa keperawatan Evaluasi TTD
13/12/12 07.00 Kerusakan integritas jaringan kulit: ulkus S: pasien mengatakan masih merasa nyeri pada lukanya.
diabetikum berhubungan dengan gangguan O: terdapat luka pada telapak kaki kiri.
status metabolik: hiperglikemia Perfusion :CRT >2 detik, akral hangat
Extend : P= 8 cm, L= 5 cm, D= 3 cm
Depth : otot
Infection : nekrosis, pus
Sensation : pasien mengatakan tidak bisa merasakan sakit saat
diganti balut tapi merasa nyeri saat digunakan bergerak dan
beraktivitas
A: masalah belum teratasi
P: lanjutkan intervensi
Nyeri akut berhubungan dengan agen S: pasien mengatakan kaki kirinya sakit
penyebab cidera: ulkus diabetikum O: Paliatif : luka di kaki bertambah nyeri saat digunakan begerak
dan berkurang saat digunakan istirahat
Kualitas: nyeri seperti ditusuk-tusuk jarum
Regio: kaki kiri

47
Severity: sedang dengan skala 3
Time: continue dan bertambah saat digunakan bergerak
A:masalah belum teratasi
P: lanjutkan intervensi
Ketidakstabilan kadar glukosa darah S:-
berhubungan dengan Kurang informasi O: kadar glokosa darah pasien menurun tapi belum stabil
manajemen diabetes melitus GDS jam 02.00 = 136
GDS jam 06.00 = 180
A:masalah belum teratasi
P: lanjutkan intervensi
14.00 Kerusakan integritas jaringan kulit: ulkus S: pasien mengatakan masih merasa nyeri pada lukanya.
diabetikum berhubungan dengan gangguan O: terdapat luka pada telapak kaki kiri.
status metabolik: hiperglikemia Perfusion :CRT >2 detik, akral hangat
Extend : P= 8 cm, L= 5 cm, D= 3 cm
Depth : otot
Infection : nekrosis, pus
Sensation : pasien mengatakan tidak bisa merasakan sakit saat
diganti balut tapi merasa nyeri saat digunakan bergerak dan
beraktivitas
A: masalah belum teratasi
P: lanjutkan intervensi

48
Nyeri akut berhubungan dengan agen S: pasien mengatakan kaki kirinya sakit
penyebab cidera: ulkus diabetikum O: Paliatif : luka di kaki bertambah nyeri saat digunakan begerak
dan berkurang saat digunakan istirahat
Kualitas: nyeri seperti ditusuk-tusuk jarum
Regio: kaki kiri
Severity: sedang dengan skala 3
Time: continue dan bertambah saat digunakan bergerak
A:masalah belum teratasi
P: lanjutkan intervensi
Ketidakstabilan kadar glukosa darah S:-
berhubungan dengan Kurang informasi O: kadar glokosa darah pasien menurun tapi belum stabil
manajemen diabetes melitus GDS jam 10.00= 243
A:masalah belum teratasi
P: lanjutkan intervensi
21.00 Kerusakan integritas jaringan kulit: ulkus S: pasien mengatakan masih merasa nyeri pada lukanya.
diabetikum berhubungan dengan gangguan O: terdapat luka pada telapak kaki kiri.
status metabolik: hiperglikemia Perfusion :CRT >2 detik, akral hangat
Extend : P= 8 cm, L= 5 cm, D= 3 cm
Depth : otot
Infection : nekrosis, pus
Sensation : pasien mengatakan tidak bisa merasakan sakit saat

49
diganti balut tapi merasa nyeri saat digunakan bergerak dan
beraktivitas
A: masalah belum teratasi
P: lanjutkan intervensi
Nyeri akut berhubungan dengan agen S: pasien mengatakan kaki kirinya sakit
penyebab cidera: ulkus diabetikum O: Paliatif : luka di kaki bertambah nyeri saat digunakan begerak
dan berkurang saat digunakan istirahat
Kualitas: nyeri seperti ditusuk-tusuk jarum
Regio: kaki kiri
Severity: sedang dengan skala 3
Time: continue dan bertambah saat digunakan bergerak
TD :150/90 mmHg
HR: 88x/menit
RR:30 x/ menit, T:380C
A:masalah belum teratasi
P: lanjutkan intervensi
Ketidakstabilan kadar glukosa darah S: -
berhubungan dengan Kurang informasi O: GDS pasien belum stabil
manajemen diabetes melitus GDS pasien jam 14.00= 366
A: masalah belum teratasi
P: lanjutkan intervensi

50
PROGRESS REPORT III

Nama Klien : Ny. A No. Register : 370490


Umur : 45 tahun Dx. Medis : Ulkus Diabetikum
Ruang : Cempaka Alamat : Patekeyan 5/1, Tahunan
Tanggal Jam Diagnosa keperawatan Evaluasi TTD
14/12/12 07.00 Kerusakan integritas jaringan kulit: ulkus S : pasien mengatakan masih terasa nyeri pada lukanya
diabetikum berhubungan dengan gangguan O: terdapat luka pada telapak kaki kiri
status metabolik: hiperglikemia Perfusion : CRT >2 detik, akral hangat
Extend : P= 8 cm, L= 5 cm, D= 3 cm
Depth : otot
Infection : nekrosis, pus
Sensation : pasien mengatakan tidak bisa merasakan sakit saat
diganti balut tapi merasa nyeri saat digunakan bergerak dan
beraktivitas
A: masalah belum teratasi
P: lanjutkan intervensi
Nyeri akut berhubungan dengan agen S: pasien mengatakan kaki kirinya sakit
penyebab cidera: ulkus diabetikum O:
Paliatif : luka di kaki bertambah nyeri saat digunakan begerak
dan berkurang saat digunakan istirahat
Kualitas: nyeri seperti ditusuk-tusuk jarum

51
Regio: kaki kiri
Severity: sedang dengan skala 3
Time: continue dan bertambah saat digunakan bergerak
A:masalah belum teratasi
P: lanjutkan intervensi
Ketidakstabilan kadar glukosa darah S:-
berhubungan dengan Kurang informasi O: kadar glokosa darah pasien menurun tapi belum stabil
manajemen diabetes melitus GDS pre meal pagi= 301
A:masalah belum teratasi
P: lanjutkan intervensi
14.00 Kerusakan integritas jaringan kulit: ulkus S : pasien mengatakan masih terasa nyeri pada lukanya
diabetikum berhubungan dengan gangguan O: terdapat luka pada telapak kaki kiri
status metabolik: hiperglikemia Perfusion : CRT >2 detik, akral hangat
Extend : P= 8 cm, L= 5 cm, D= 3 cm
Depth : otot
Infection : nekrosis, pus
Sensation : pasien mengatakan tidak bisa merasakan sakit saat
diganti balut tapi merasa nyeri saat digunakan bergerak dan
beraktivitas
A: masalah belum teratasi
P: lanjutkan intervensi

52
Nyeri akut berhubungan dengan agen S: pasien mengatakan kaki kirinya sakit
penyebab cidera: ulkus diabetikum O: Paliatif : luka di kaki bertambah nyeri saat digunakan begerak
dan berkurang saat digunakan istirahat
Kualitas: nyeri seperti ditusuk-tusuk jarum
Regio: kaki kiri
Severity: sedang dengan skala 3
Time: continue dan bertambah saat digunakan bergerak
A:masalah belum teratasi
P: lanjutkan intervensi
Ketidakstabilan kadar glukosa darah S:-
berhubungan dengan Kurang informasi O: kadar glokosa darah pasien menurun tapi belum stabil
manajemen diabetes melitus GDS pre meal siang= 200
A:masalah belum teratasi
P: lanjutkan intervensi
21.00 Kerusakan integritas jaringan kulit: ulkus S : pasien mengatakan nyeri sudah terasa berkurang selama tidak
diabetikum berhubungan dengan gangguan bergerak
status metabolik: hiperglikemia O: terdapat luka pada telapak kaki kiri
Perfusion : CRT >2 detik, akral hangat
Extend : P= 8 cm, L= 5 cm, D= 3 cm
Depth : otot
Infection : nekrosis, pus

53
Sensation : pasien mengatakan tidak bisa merasakan sakit saat
diganti balut tapi merasa nyeri saat digunakan bergerak dan
beraktivitas
A: masalah belum teratasi
P: lanjutkan intervensi
Nyeri akut berhubungan dengan agen S: pasien mengatakan nyeri sudah terasa berkurang selama tidak
penyebab cidera: ulkus diabetikum gerak berlebihan
Paliatif : luka di kaki bertambah nyeri saat digunakan
begerak dan berkurang saat digunakan istirahat
Kualitas : nyeri seperti ditusuk-tusuk jarum
Regio : kaki kiri
Severity : ringan dengan skala 2
Time: continue dan bertambah saat digunakan bergerak
TD :120/70 mmHg
HR: 80x/menit
RR:22 x/ menit
T:370C
O : ekspresi wajah pasien tidak lagi meringis
A: masalah teratasi sebagian
P: Lanjutkan intervensi

54
Ketidakstabilan kadar glukosa darah S:-
berhubungan dengan Kurang informasi O: GDS pre meal pagi= 301
manajemen diabetes melitus GDS pre meal siang= 200
A:masalah belum teratasi
P: lanjutkan intervensi

55
EVALUASI

Nama Klien : Ny. A No. Register : 370490


Umur : 45 tahun Dx. Medis : Ulkus Diabetikum
Ruang : Cempaka Alamat : Patekeyan 5/1, Tahunan
Tanggal Diagnosa Keperawatan Evaluasi TTD
12/12/12 Kerusakan integritas jaringan S : pasien mengatakan masih terasa nyeri pada lukanya
kulit: ulkus diabetikum O: terdapat luka pada telapak kaki kiri
berhubungan dengan gangguan Perfusion : CRT >2 detik, akral hangat
status metabolik: hiperglikemia Extend : P= 8 cm, L= 5 cm, D= 3 cm
Depth : otot
Infection : nekrosis, pus
Sensation : pasien mengatakan tidak bisa merasakan sakit saat
diganti balut tapi merasa nyeri saat digunakan bergerak dan
beraktivitas
A: masalah belum teratasi
P: lanjutkan intervensi
Nyeri akut berhubungan dengan S : pasien mengatakan kaki kiri terasa sakit
agen penyebab cidera: ulkus O:
diabetikum Paliatif : luka di kaki bertambah nyeri saat digunakan begerak dan
berkurang saat digunakan istirahat

56
Kualitas: nyeri seperti ditusuk-tusuk jarum
Regio: kaki kiri
Severity: sedang dengan skala 6
Time: continue dan bertambah saat digunakan bergerak
TD: 140/90 mmHg
HR: 86 x/menit
RR: 30 x/menit
T : 37,50C
A: Masalah belum teratasi
P: Lanjutkan intervensi
Ketidakstabilan kadar glukosa S: -
darah O: Kadar glukosa darah pasien belum stabil
GDS jam 10.00 = 497
GDS jam 14.00 = 324
GDS jam 18.00 = 307
GDS jam 22.00 = 332
A: masalah belum teratasi
P: lanjutkan intervensi
13/12/12 Kerusakan integritas jaringan S: pasien mengatakan masih merasa nyeri pada lukanya.
kulit: ulkus diabetikum O: terdapat luka pada telapak kaki kiri.
berhubungan dengan gangguan Perfusion :CRT >2 detik, akral hangat

57
status metabolik: hiperglikemia Extend : P= 8 cm, L= 5 cm, D= 3 cm
Depth : otot
Infection : nekrosis, pus
Sensation : pasien mengatakan tidak bisa merasakan sakit saat
diganti balut tapi merasa nyeri saat digunakan bergerak dan
beraktivitas
A: masalah belum teratasi
P: lanjutkan intervensi
Nyeri akut berhubungan dengan S: pasien mengatakan kaki kirinya sakit
agen penyebab cidera: ulkus O:
diabetikum Paliatif : luka di kaki bertambah nyeri saat digunakan begerak dan
berkurang saat digunakan istirahat
Kualitas: nyeri seperti ditusuk-tusuk jarum
Regio: kaki kiri
Severity: sedang dengan skala 3
Time: continue dan bertambah saat digunakan bergerak
TD :150/90 mmHg
HR: 88x/menit
RR:30 x/ menit
T:380C
A:masalah belum teratasi

58
P: lanjutkan intervensi
Ketidakstabilan kadar glukosa S: -
darah O: GDS pasien belum stabil
GDS pasien jam 02.00 = 136
GDS pasien jam 06.00 = 180
GDS pasien jam 14.00= 366
A: masalah belum teratasi
P: Lanjutkan intervensi
14/12/12 Kerusakan integritas jaringan S : pasien mengatakan nyeri sudah terasa berkurang selama tidak
kulit: ulkus diabetikum bergerak
berhubungan dengan gangguan O: terdapat luka pada telapak kaki kiri
status metabolik: hiperglikemia Perfusion : CRT >2 detik, akral hangat
Extend : P= 8 cm, L= 5 cm, D= 3 cm
Depth : otot
Infection : nekrosis, pus
Sensation : pasien mengatakan tidak bisa merasakan sakit saat
diganti balut tapi merasa nyeri saat digunakan bergerak dan
beraktivitas
A: masalah belum teratasi
P: lanjutkan intervensi
Nyeri akut berhubungan dengan S: pasien mengatakan nyeri sudah terasa berkurang selama tidak gerak

59
agen penyebab cidera: ulkus berlebihan
diabetikum Paliatif : luka di kaki bertambah nyeri saat digunakan begerak
dan berkurang saat digunakan istirahat
Kualitas : nyeri seperti ditusuk-tusuk jarum
Regio : kaki kiri
Severity : ringan dengan skala 2
Time: continue dan bertambah saat digunakan bergerak
TD :120/70 mmHg
HR: 80x/menit
RR:22 x/ menit
T:370C
O : ekspresi wajah pasien tidak lagi meringis
A: masalah teratasi sebagian
P: Lanjutkan intervensi
Ketidakstabilan kadar glukosa S:-
darah O: GDS pre meal pagi= 301
GDS pre meal siang= 200
A:masalah belum teratasi
P: lanjutkan intervensi

60
BAB IV

PENUTUP

A. Simpulan
Diabetes melitus adalah keadaan hiperglikemia kronik ditandai berbagai kelainan
metabolik akibat gangguan hormonal, yang menimbulkan berbagai komplikasi kronik
pada mata, ginjal, saraf, dan pembuluh darah disertai lesi pada membran basalis dalam
pemeriksaan dengan mikroskop elektron.

B. Saran
1.Bagi mahasiswa
Diperlukan telaah secara luas tentang faktor yang mempengaruhi proses
terjadinya ulkus diabetikum, baik secara makro maupun mikro sehingga
memudahkan dan membuat lebih mendalam dalam pembahasan.
2. Bagi petugas kesehatan
Memberikan informasi secara lengkap tentang asuhan keperawatan pada
pasien ulkus diabetikum, agar dapat memberikan pelayanan serta hasil dari pelayanan
kesehatan yang baik untuk proses keperawatan kesembuhan pasien.

lxi
DAFTAR PUSTAKA

Carpenito, Lynda Juall. 1998. Buku Saku Diagnosa Keperawatan. Jakarta: EGC
Engram, Barbara. 1999. Rencana Asuhan Keperawatan Medikal Bedah. Jakarta: EGC
Guyton and Hall. 1997. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran. Jakarta: EGC
Long, C. Barbara. 1996. Perawatan Medikal Bedah. Bandung: Ikatan Alumni Pendidikan
Padjajaran.
Masjoer, Arief dkk. 2001. Kapita Selekta Kedokteran Edisi Ketiga Jilid 1. Jakarta: Media
Aesculapius
Purmoharjo, Hotma. 1994. Asuhan Keperawatan Dengan Gangguan Sistem Endokrin,
Jakarta: EGC
Price, A. Sylvia dan Lorraine M. Wilson. 1995. Patofisiologi, Edisi IV. Jakarta: EGC
Tjokronegoro, Arjatmo. 1999. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam, Edisi III. Jakarta: EGC
Wilkinson, Judith M dan Nancy R.Ahern. 2011. Buku Saku Diagnosis Keperawatan:
Diagnosis Nanda, Intervensi NIC, Kriteria hasil NOC Edisi 9. Jakarta: EGC

lxii

You might also like