You are on page 1of 2

1.

Kasus Rudi Hartono – Indonesia


istri rudi hartono mengalami koma selama 3,5 bulan setelah menjalani operasi di RSUD
Pasar Rebo pada bulan Oktober 2004 dengan diagnosa hamil di luar kandungan. Namun
setelah dioperasi ternyata hanya ada cairan di sekitar rahim. Setelah diangkat, operasi
tersebut mengakibatkan Siti Zulaeha, 23 tahun mengalami koma dengan tingkat
kesadaran di bawah level binatang. Sang suami, Rudi Hartono25 mengajukan
permohonan euthanasia ke Pengadilan Negeri Jakarta Pusat pada tangggal 21 Februari
2005. Permohonan tsb ditandatangani oleh suami, orang tua serta kakak dan adik Siti
Zulaeha.

2. Kasus “Doctor Death”


Dr. Jack Kevorkian dijuluki “Doctor Death”, seperti dilaporkan Lori A. Roscoe . Pada awal
April 1998, di Pusat Medis Adven Glendale, California. Diduga puluhan pasien telah
“ditolong” oleh Kevorkian untuk mengakhiri hidup. Kevorkian berargumen apa yang
dilakukannya semata demi “menolong” pasien-pasiennya. Namun, para penentangnya
menyebut apa yang dilakukannya adalah pembunuhan.

3. Kelekatan sebagai saudara kembar identik membuat Marc dan Eddy yang terlahir tuli
tidak ingin berpisah satu sama lain. Ketika didiagnosa bahwa keduanya akan mengalami
kebutaan, keduanya memutuskan untuk melakukan euthanasia secara legal. Mereka
tidak ingin menderita karena tidak bisa melihat satu sama lain. Keputusannya
kontroversial karena sebenarnya mereka tidak mengalami penyakit berat yang biasanya
diderita oleh orang yang meminta euthanasia. Namun akhirnya permohonan keduanya
disetujui dan pada 14 Desember 2012 keduanya menjalani suntik mati oleh dokter di
Rumah Sakit Universitas Brussel.

4. Penderitaan karena kanker glioblastoma stadium 4 mendorong Brittany Maynard untuk


mengajukan permohonan euthanasia. Brittany yang didiagnosa kanker pada Januari
2014, dan diperkirakan oleh dokter hanya memiliki kesempatan hidup selama 6 bulan,
memutuskan pindah bersama suaminya Dan Diaz dari California ke Oregon, yang telah
mengadopsi ketentuan mengenai euthanasia. Brittany menganggap euthanasia
membuatnya bisa menjalani kematian yang bermartabat. Meski telah melewati masa 6
bulan yang diperkirakan dokter, Brittany memutuskan melakukan euthanasia pada 1
November 2014, sesuai keinginannya bahwa ingin menghadapi kematian dikelilingi
orang-orang yang dicintainya. Kematiannya menimbulkan perdebatan dan akhirnya
berujung pada lahirnya UU mengenai Pilihan Mengakhiri hidup atau End of Life Option
Act yang akan berlaku di akhir 2016 di negara bagian California.
5. Seorang warga Swiss bunuh diri dibantu medis atau euthanasia. Disaksikan keluarganya,
ia menenggak obat mematikan di satu klinik di Swiss. Proses menuju kematian itu,
disiarkan oleh televisi BBC. Kontroversi pun sontak merebak. Nama pria itu adalah Peter
Smedley berusia 71 tahun dan sedang sakit parah yang tak mungkin disembuhkan lagi.
Pria ini pun memutuskan untuk mengakhiri penderitaan itu dengan cara meminum obat
mematikan. Niatnya itu bisa terlaksana karena di negaranya, Swiss, euthanasia tidak
terlarang. Ia pun meminta dokter di satu klik bernama Dignitas memberikan obat
mematikan, barbituates.

jadi di swiss ada beberapa klinik bunuh diri. Salah satu klinik itu adalah Dignitas Clinic
Switzerland, yang menolong orang untuk bunuh diri dengan memanfaatkan hukum di
negara itu. Dignitas beserta para kliennya beranggapan kalau mengakhiri hidup sendiri
merupakan hak setiap orang dan motto org itu “Hidup terhormat, mati pun harus terhormat”
Banyak orang asing yang sakit parah datang ke klinik ini. Biaya proses bunuh diri diyakini
mencapai sekitar £ 5.000 (sekitar Rp 80 juta). Untuk layanan penuh termasuk pemakaman dan biaya
dapat menjadi £ 7.000 (sekitar Rp 112 juta)..
* pasien bisa mengakhiri hidupnya dengan cara minum racun atau menekan tombol gas.
* Kebanyakan orang proses kematian memakan waktu 30 menit dan satu jam.

You might also like