Professional Documents
Culture Documents
Di Susun Oleh:
2017
i
KATA PENGANTAR
Puji syukur penyusun panjatkan khadirat Allah SWT karena atas rahmat
dan hidayahnya makalah ini dapat terselesaikan tepat pada waktunya,yang
merupakan salah satu tugas dari mata kuliah BIOTEKNOLOGI maka penyusun
mempersembahkan satu makalah yang berjudul “BIOETIKA DAN DAMPAK
BIOTEKNOLOGI”.
Pada kesempatan ini penyusun mengucapkan terima kasih atas kerja sama
dan bantuan selama proses pembuatan makalah ini. Penyusun juga mengucapkan
terima kasih kepada dosen pembimbing mata kuliah BIOTEKNOLOGI yang telah
memberikan petunjuknya dalam penyusunan makalah ini.
Akhir kata, penyusun menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari
kesempurnaan sebagai mana yang kita harapkan. Oleh karena itu penyusun mohon
maaf yang sebesar-besarnya jika terdapat kesalahan, kekurangan dan kekeliruan
baik dalam penyusunan maupun penyampaian materi.
Penyusun
ii
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN
A. Kesimpulan ................................................................................................... 19
B. Saran ............................................................................................................. 19
DAFTAR PUSTAKA ......................................................................................... 20
iii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimanakah pengertian etika dalam bioteknologi ?
2. Bagaimanakah pendekatan-pendekatan terhadap pembuatan keputusan
etis pada bioteknologi?
3. Bagaimanakah aturan pemerintah mengenai etika bioteknologi?
4. Bagaimanakah bioteknologi dalam bidang rekayasa genetika pada
tanaman transgenik ditinjau dari segi etika?
5. Bagaimanakah bioteknologi dalam bidang penggunaan stem cell
ditinjau dari segi etika?
6. Bagaimanakah bioteknologi dalam bidang kloning ditinjau dari segi
etika?
7. Apa saja dampak positif dan negatif dalam bioteknologi ?
C. Tujuan
1. Untuk mengetahui pengertian etika dalam bioteknologi.
2. Untuk mengetahui pendekatan-pendekatan terhadap pembuatan
keputusan etis pada bioteknologi.
3. Untuk mengetahui aturan pemerintah mengenai etika bioteknologi.
4. Untuk mengetahui bagaimana etika bioteknologi dalam bidang
rekayasa genetika pada tanaman transgenik.
2
5. Untuk mengetahui bagaimana etika bioteknologi dalam bidang
pemanfaatan stem cell.
6. Untuk mengetahui bagaimana etika bioteknologi dalam bidang
kloning.
7. Untuk mengetahui apa saja dampak positif dan dampak negatif dalam
bioteknologi.
D. Manfaat
1. Mengetahui pengertian etika dalam bioteknologi.
2. Mengetahui pendekatan-pendekatan terhadap pembuatan keputusan
etis pada bioteknologi.
3. Mengetahui aturan pemerintah mengenai etika bioteknologi.
4. Mengetahui bagaimana etika bioteknologi dalam bidang rekayasa
genetika pada tanaman transgenik.
5. Mengetahui bagaimana etika bioteknologi dalam bidang pemanfaatan
stem cell.
6. Mengetahui bagaimana etika bioteknologi dalam bidang kloning.
7. Mengetahui apa saja dampak positif dan dampak negatif dalam
bioteknologi.
3
BAB II
KAJIAN TEORI
A. Pengertian Etika
Etika mengidentifikasikan sekumpulan nilsai untuk tindakan kita,
khususnya terhadap orang lain. Secara sederhana, etika dapat dianggap
sebagai petunjuk untuk memisahkan yang salah dan yang benar, yang baik dan
yang buruk. Bidang etika terutama yang berikaitan dengan implikas-implikasi
penelitian biologis dan bioteknologi, khususnya berkaitan dengan pengobatan,
disebut bioetika. Beberapa pertanyaan penting untuk setiap orang untuk
dipetimbangkan, khususnya di bidang bioteknologi dimana penemuan-
penemuan dan aplikasinya dapat memiliki dampak yang luas pada kesehatan
manusia dan lingkungan.
Penggunaan bioteknologi sebagaimana ilmu pengetahuan lainnya
kadang bersifat ambigu, yakni di satu sisi dapat bermanfaat untuk
meningkatkan kesejahteraan hidup manusia, tetapi di sisi lain dapat
dimanipulasi untuk tujuan destruktif. Dalam penerapan bioteknologi, kita
harus dapat mengantisipasi dampak bahaya dari teknologi maupun
bioteknologi. Nasution (1999) dalam Nalley (2002) mengatakan bahwa
sebagai manusia yang bertuhan, setiap kali seorang ilmuwan akan
mengadakan penelitian ia harus sadar akan kedudukannya sebagai manusia di
bumi ini. Ia harus sadar bahwa pengetahuan yang dikuasainya hanyalah
sebagian kecil saja dari ilmu yang dikuasai oleh Tuhan yang Maha Kuasa.
Dalam mengembangkan bioteknologi, etika bioteknologi harus
mendapat perhatian yang utama. Bagaimanapun juga, perkembangan dalam
bioteknologi tidak terlepas dari tanggung jawab manusia sebagai perilaku
sekaligus makhluk etis. Maka refleksi etis terhadap apa yang sedang dilakukan
manusia menjadi sangat diperlukan. Manusia hendaknya dapat merefleksikan
prinsip-prinsipnya sendiri dalam aktivitasnya termasuk dalam bidang ilmu
pengetahuan dan teknologi. Bioetika, merupakan tuntutan etis yang berciri
menampung segala pemikiran tentang kehidupan, yang bersumber pada akal,
4
budi, filsafat, agama, tradisi, tanpa harus terikat dengan agama tertentu
(Nalley, 2002).
Menurut Van Potter (1970) dalam Darmanto (2009), bioetika adalah
suatu disiplin yang menggabungkan pengetahuan biologi dengan pengetahuan
mengenai sistem nilai manusia, yang akan menjadi jembatan antara ilmu
pengetahuan dan kemanusiaan, membantu menyelamatkan kemanusiaan, dan
mempertahankan dan memperbaiki dunia beradab. Sedangkan menurut
Hoenderich Oxford (1995), Bioetika adalah kajian mengenai pengaruh moral
dan social dari teknik-teknik yang dihasilkan oleh kemajuan ilmu-ilmu hayati.
Berdasarkan pengertian-pengertian tersebut, Darmanto (2009)
menyimpulkan bahwa bioetika terkait dengan kegiatan yang mencari jawab
dan menawarkan pemecahan masalah dari konflik moral. Konflik moral yang
dimaksud meliputi konflik moral yang timbul dari kemajuan pesat ilmu-ilmu
pengetahuan hayati dan kedokteran, yang diikuti oleh penerapan teknologi
yang terkait di dalamnya.
Telah dikemukakan oleh Mukaromah(2010) bahwa terdapat tiga etika
dalam bioetika, yaitu :
1. Etika sebagai nilai-nilai dan asas-asas moral yang dipakai seseorang atau
suatu kelompok sebagai pegangan bagi tingkah laku
2. Etika sebagai kumpulan asas dan nilai yang berkenaan dengan moralitas
(apa yang dianggap baik atau buruk). Contohnya: kode etik kedokteran,
kode etik rumah sakit.
3. Etika sebagai ilmu yang mempelajari tingkah laku manusia dari sudut
normadan nilai-nilai moral.
5
“jangan membunuh, untuk membantu, atau paling tidak, tidak
membahayakan” di dalam tugas mereka kepada pasien dan profesi mereka.
Pemikiran dan metode teknis untuk mendekati masalah-masalah
bioteknologi dapat dibagi menjadi dua sudut pandang. Pertama pendekatan
utilitarian menurut filosof Skotlandia Jeremy Bentham dan John Stuart Mill
yaitu pendekatan yang menyatakan bawha sesuatu adalah baik jika ia
berguna, dan bahwa suatu tindakan adalah bermoral jika ia memaksimalkan
kesenangan di antara manusia. Pendekatan kedua adalah pendekatan
deontologi menurut filosof Jerman Immanuel Kant. Pendekatan ini
memfokuskan pada perintah tertentu, atau prinsip-prinsip yang absolut, yang
kita harus mengikutinya di luar keharusan. Pendekatan ini sering dikaitkan
dengan keagamaan.
6
menjamin kepentingan masyarakat, bangsa, dan negara serta
keseimbangan tata kehidupan manusia dengan kelestarian fungsi
lingkungan hidup. (2) untuk melaksanakan ketentuan sebagaimana
dimaksud dalam ayat (1) pemerintah mengatur perizinan bagi
pelaksanaan kegiatan penelitian, pengembangan, dan penerapan ilmu
pengetahuan dan teknologi yang berisiko tinggi dan berbahaya dengan
memperhatikan standar nasional dan ketentuan yang berlaku secara
internasional.
Sebagaimana dinyatakan oleh Darmanto (), Komisi Bioetik
Nasional memiliki tugas sebagaimana diatur dalam Pasal 3 dan Pasal 7
antara lain:
a. memajukan telaah masalah yang terkait dengan prinsip-prinsip
bioetika,
b. memberi pertimbangan kepada Pemerintah mengenai aspek bioetika
dalam penelitian, pengembangan, dan penerapan Iptek yang berbasis
pada ilmu pengetahuan hayati,
c. menyebarluaskan pemahaman umum mengenai bioetika
d. penelaahan prinsip-prinsip bioetika dalam memajukan iptek serta
mengkaji dampaknya pada masyarakat
e. peninjauan etika terhadap arah perkembangan iptek, khususnya ilmu-
ilmu hayati.
7
Banyak hal yang perlu diperhatikan dengan adanya tanaman yang
dimodifikasi secara genetic. Area pertama yang perlu kita perhatikan adalah
dari sisi tanaman itu sendiri, apakah ia akan menjadi tanaman yang lebih baik
atau setidaknya tidak bertambah jelek. Kita yang harus menentukan apakah
integritas spesies tersebut penting atau tidak, atau dengan kata lain
menciptakan tanaman yang “lebih baik” lebih diinginkan dibandingkan
mempertahankan tanaman “lama”. Dalam melaksanakan hal ini, kita harus
menentukan apakah modifikasi genetic pada suatu organisme, dalam kasus ini
tanaman, akan melanggar kode etik atau tidak. Hal lain yang perlu
diperhatikan adalah apakah dengan adanya tanaman transgenic tersebut akan
mempengaruhi ekosistem dan keseluruhan biodiversitas.
Contoh yang dapat kita kemukakan di sini adalah adanya tanaman
transgenik Roundup-ready soybean yang tahan terhadap herbisida. Contoh lain
adalah tanaman jagung Bt yang dimodifikasi untuk memproduksi racun dari
bakteri Bacillus thuringiensis sehingga dengan kemampuan memproduksi
racun itu tanaman tersebut dapat membunuh larva corn borer yang sedianya
sangat merusak bagi tanaman jagung. Tanaman-tanaman transgenic tersebut
berinteraksi dengan ekosistem dan interaksi tersebut harus kita perhatikan.
Dalam kasus jagung Bt tersebut, beberapa penelitian juga
menunjukkan bahwa tanaman jagung Bt juga memproduksi pollen yang
beracun bagi kupu-kupu Monarch. Di samping organisme target yaitu larva
corn borer, racun tanaman ini juga berdampak pada serangga non target yaitu
kupu-kupu Monarch. Efek yang dapat ditimbulkan oleh tanaman transgenic
terhadap lingkungan juga harus diperhatikan, yaitu kemungkinan terjadinya
penyerbukan silang tanaman transgenic dengan tanaman lain, sehingga gen
penghasil racun dimiliki oleh tanaman yang baru dan membunuh lebih banyak
serangga. Terkait dengan sifatnya yang beracun bagi serangga, hal lain yang
harus diperhatikan dengan adanya tanaman transgenic adalah apakah tanaman
tersebut berbahaya bagi hewan dan manusia.
Di samping perhatian pada aspek lingkungan dan kesehatan, juga ada
aspek social dan ekonomi. Adanya kemampuan memodifikasi tumbuhan yang
8
lebih baik dengan biaya yang lebih rendah akan mengubah industri agrikultur
dengan drastis (Thieman, 2004).
9
bagian sel dari embrio, dimana embrio merupakan calon makhluk hidup. Pada
penggunaan sel stem embrionik terdapat beberapa isu moral yaitu pandangan
agama yang menyatakan bahwa embrio dianggap sebagai kehidupan baru
yang harus dihormati. Penggunaan embrio untuk sel stem dapat disamakan
dengan tindakan membunuh atau aborsi. Embrio memiliki status sama dengan
anak atau manusia karena memiliki genom manusia secara lengkap, dan
berpotensi untuk berkembang menjadi manusia (Darmanto, 2009). Menurut
Thieman (2004) sel stem embrio secara teoritis dapat digunakan untuk
membentuk jaringan lain, dengan transplantasi untuk memperbaiki atau
mengganti jaringan yang rusak atau sakit. Hal ini memberi kesan
menggunakan sel stem embrio manusia untuk penelitian, jika dari proses
tersebut memungkinkan untuk melakukan penelitian yang potensial dapat
mengobati penyakit pasien.
11
4. Bidang Pertanian
Adanya perbaikan sifat tanaman dapat dilakukan dengan
teknik modifikasi genetik dengan bioteknologi melalui rekayasa
genetika untuk memperoleh varietas unggul, produksi tinggi,
tahan hama, patogen, dan herbisida. Perkembangan Biologi
Molekuler memberikan sumbangan yang besar terhadap kemajuan
ilmu pemuliaan ilmu tanaman (plant breeding). Suatu hal yang
tidak dapat dipungkiri bahwa perbaikan genetis melalu pemuliaan
tanaman konvemsional telah memberikan kontribusi yng sangat
besar dalam penyediaan pangan dunia.
Dalam bidang pertanian telah dapat dibentuk tanaman
dengan memanfaatkan mikroorganisme dalam fiksasi nitogen
yang dapat membuat pupuknya sendiri sehingga dapat
menguntungkan pada petani. Demikian pula terciptanya tanaman
yang tahan terhadap tanah gersang. Mikroba yang di rekayasa
secara genetik dapat meningkatkan hasil panen pertanian,
demikian juga dalam cara lain, seperti meningkatkan kapasitas
mengikat nitrogen dari bacteri Rhizobium. Keturunan bacteri
yang telah disempurnakan atau diperbaiki dapat meningkatkan
hasil panen kacang kedelai sampai 50%. Rekayasa genetik lain
sedang mencoba mengembangkan turunan dari bacteri
Azotobacter yang melekat pada akar tumbuh bukan tumbuhan
kacang-kacangan (seperti jagung) dan mengembangbiakan,
membebaskan tumbuhan jagung dari ketergantungan pada
kebutuhan pupuk amonia (pupuk buatan).
Hama tanaman merupakan salah satu kendala besar dalam
budidaya tanaman pertanian. Untuk mengatasinya, selama ini
digunakan pestisida. Namun ternyata pestisida banyak
menimbulkan berbagai dampak negatif, antara lain matinya
organigme nontarget, keracunan bagi hewan dan manusia, serta
pencemaran lingkungan. Oleh karena itu, perlu dicari terobosan
untuk mengatasi masalah, tersebut dengan cara yang lebih aman.
12
Kita mengetahui bahwa mikroorganisme yang terdapat di alam
sangat banyak, dan setiap jenis mikroorganisme tersebut memiliki
sifat yang berbeda-beda. Dari sekian banyak jenis
mikroorganisme, ada suatu kelompok yang bersifat patogenik
(dapat menyebabkan penyakit) pada hama tertentu, namun tidak
menimbulkan penyakit bagi makhluk hidup lain. Contoh
mikroorganisme tersebut adalah bakteri Bacillus thuringiensis.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa Bacillus thuringiensis
mampu menghasilkan suatu protein yang bersifat toksik bagi
serangga, terutama seranggga dari ordo Lepidoptera. Protein ini
bersifat mudah larut dan aktif menjadi menjadi toksik, terutama
setelah masuk ke dalam saluran pencemaan serangga. Bacillus
thuringiensis mudah dikembangbiakkan, dan dapat dimafaatkan
sebagai biopestisida pembasmi hama tanaman. Pemakaian
biopestisida ini diharapkan dapat mengurangi dampak negatif
yang timbul dari pemakaian pestisida kimia.
Dengan berkembangnya bioteknologi, sekarang dapat
diperoleh cara yang lebih efektif lagi untuk membasmi hama.
Pada saat ini sudah dikembangkan tanaman transgenik yang
resisten terhadap hama. Tanaman transgenik diperoleh dengan
cara rekayasa genetika. Gen yang mengkode pembentukan protein
toksin yang dimiliki oleh B. thuringiensis dapat diperbanyak dan
disisipkan ke dalam sel beberapa tanaman budidaya. Dengan cara
ini, diharapkan tanaman tersebut mampu menghasilkan protein
yang bersifat toksis terhadap serangga sehingga pestisida tidak
diperlukan lagi.
5. Bidang Peternakan
Peningkatan produksi ternak ,meningkatkan efisiensi dan
kualitas pakan seperti manipulasi mikroba rumen, menghasilkan
embrio yang banyak dalam satu kali siklus reproduksi,
menciptakan jenis ternak unggul, dan dapat memproduksi asam
amino tetentu.
13
Hewan ternak diberi perlakuan dengan produk-produk yang
dihasilkan dari metode DNA rekombinan. Produk ini mencakup
vaksin-vaksin baru atau yang didesain ulang, antibodi dan hormon-
hormon pertumbuhan. Misalnya, beberapa sapi perah disuntik
dengan hormon pertumbuhan sapi (BGH, bovine growth hormone)
yang dibuat oleh E.coli untuk menaikkan produksi susu (vaksin ini
dapat meningkatkan hingga 10%). BGH juga meningkatkan
perolehan bobot dalam daging ternak. Sejauh ini telah lulus dari
semua uji keamanan dan BGH sekarang digunakan secara meluas
dalam kelompok pabrik susu.
Adapun hewan transgenik, organisme yang mengandung
gen dari spesies lain,termasuk ternak penghasil daging dan susu,
serta beberapa spesies ikan yang yang dipelihara secara komersial,
dihasilkan dengan menyuntikkan DNA asing ke dalam nukleus sel
telur atau embrio muda.
6. Bidang Hukum
Dengan teknologi DNA, menawarkan aplikasi bagi
kepentingan forensik. Pada kriminalitas dengan kekerasan, darah
atau jaringan lain dalam jumlah kecil dapat tertinggal di tempat
kejadian perkara. Jika ada perkosaan, air mani dalam jumlah kecil
dapat ditemukan dalam tubuh korban. Melalui pengujian sidik jari
DNA (DNA finngerprint), dapat diidentifikasi pelaku dengan
derajat kepastian yang tinggi karena urutan DNA setiap orang itu
unik (kecuali untuk kembar identik). Sampel darah atau jaringan
lain yang dibutuhkan dalam tes DNA sangat sedikit (kira-kira
1000 sel).
DNA fingerprint merupakan satu langkah lebih maju dalam
proses pengungkapan kejahatan di Indonesia. Keakuaratan hasil
yang hampir mencapai 100% menjadikan metode DNA
fingerprint selangkah lebih maju dibandingkan dengan proses
biometri yang telah lama digunakan kepolisian untuk identifikasi
14
b. Dampak negatif dalam bioteknologi
1. Dampak terhadap kesehatan
Produk-produk hasil rekayasa genetika memiliki resiko
potensial sebagai berikut:
a. Gen sintetik dan produk gen baru yang berevolusi dapat
menjadi racun dan atau imunogenik untuk manusia dan
hewan.
b. Rekayasa genetik tidak terkontrol dan tidak pasti, genom
bermutasi dan bergabung, adanya kelainan bentuk generasi
karena racun atau imunogenik, yang disebabkan tidak
stabilnya DNA rekayasa genetik.
c. Virus di dalam sekumpulan genom yang menyebabkan
penyakit mungkin diaktifkan oleh rekayasa genetik.
d. Penyebaran gen tahan antibiotik pada patogen oleh transfer
gen horizontal, membuat tidak menghilangkan infeksi.
e. Meningkatkan transfer gen horizontal dan rekombinasi, jalur
utama penyebab penyakit.
f. DNA rekayasa genetik dibentuk untuk menyerang genom dan
kekuatan sebagai promoter sintetik yang dapat
mengakibatkan kanker dengan pengaktifan oncogen (materi
dasar sel-sel kanker).
g. Tanaman rekayasa genetik tahan herbisida
mengakumulasikan herbisida dan meningkatkan residu
herbisida sehingga meracuni manusia dan binatang seperti
pada tanaman.
2. Dampak terhadap lingkungan
Saat ini, umat manusia mampu memasukkan gen ke dalam
organisme lain dan membentuk "makhluk hidup baru" yang
belum pernah ada. Pengklonan, transplantasi inti, dan rekombinasi
DNA dapat memunculkan sifat baru yang belum pernah ada
sebelumnya. Pelepasan organisme-organisme transgenik ke alam
telah menimbulkan dampak berupa pencemaran biologis di
15
lingkungan kita. Setelah 30 tahun Organisme Hasil Rekayasa
Genetik (OHRG) atau Genetically Modified Organism (GMO),
lebih dari cukup kerusakan yang ditimbulkannya
terdokumentasikan dalam laporan International Specialty
Products. Di antaranya:
a. Tidak ada perluasan lahan, sebaliknya lahan kedelai rekayasa
genetik menurun sampai 20 persen dibandingkan dengan
kedelai non-rekayasa genetik. Bahkan kapas Bt di India gagal
sampai 100 persen.
b. Tidak ada pengurangan pengunaan pestisida, sebaliknya
penggunaan pestisida tanaman rekayasa genetik meningkat
50 juta pound dari 1996 sampai 2003 di Amerika Serikat.
c. Tanaman rekayasa genetik merusak hidupan liar,
sebagaimana hasil evaluasi pertanian Kerajaan Inggris.
d. Bt tahan pestisida dan roundup tahan herbisida yang
merupakan dua tanaman rekayasa genetik terbesar praktis
tidak bermanfaat.
e. Area hutan yang luas hilang menjadi kedelai rekayasa genetik
di Amerika Latin, sekitar 15 hektar di Argentina sendiri,
mungkin memperburuk kondisi karena adanya permintaan
untuk biofuel. Meluasnya kasus bunuh diri di daerah India,
meliputi 100.000 petani antara 1993-2003 dan selanjutnya
16.000 petani telah meninggal dalam waktu setahun.
f. Pangan dan pakan rekayasa genetik berkaitan dengan adanya
kematian dan penyakit di lapangan dan di dalam tes
laboratorium.
g. Herbisida roundup mematikan katak, meracuni plasenta
manusia dan sel embrio. Roundup digunakan lebih dari 80
persen semua tanaman rekayasa genetik yang ditanam di
seluruh dunia.
16
h. Kontaminasi transgen tidak dapat dihindarkan. Ilmuwan
menemukan penyerbukan tanaman rekayasa genetik pada
non-rekayasa genetik sejauh 21 kilometer.
3. Dampak terhadap etika moral
Penyisipan gen makhluk hidup lain yang tidak berkerabat
dianggap telah melanggar hukum alam dan kurang dapat diterima
oleh masyarakat. Pemindahan gen manusia ke dalam tubuh hewan
dan sebaliknya sudah mendapatkan reaksi keras dari berbagai
kalangan. Permasalahan produk-produk transgenik tidak berlabel,
membawa konskuensi bagi kalangan agama tertentu. Terlebih lagi
teknologi kloning yang akan dilakukan pada manusia.
Bioteknologi yang berkaitan dengan reproduksi manusia
sering membawa masalah baru, karena masyarakat belum
menerimanya. berikut ini beberapa contoh mengenai masalah ini:
a. seorang nenek melahirkan cucunya dari embrio cucu yang
dibekukan dalam tabung pembeku karena ibunya tidak
mampu hamil karena penyakit tertentu. Kemudian di
masyarakat timbul sebuah pertanyaan "anak siapa bayi
tersebut?".
b. pasangan suami istri menunda kehamilan. sperma suami
dititipkan di bank sperma. beberapa tahun setelah suami
meninggal, sang janda ingin mengandung anak dari
almarhum suaminya. Dia mengambil sperma yang dititipkan
di bank sperma. bagaimanakah status dari anak tersebut ?,
bolehkah wanita tersebut mengandung anak dari suami yang
telah meninggal ?.
c. meminta sperma oranng lain di bank sperma untuk
difertilisasi di dalam rahim wanita merupakan pelanggaran
atau bukan ?
17
4. Dampak ekonomi
Terdapat suatu kecenderungan bahwa bioteknologi tidak
terlepas dari muatan ekonomi. Muatan ekonomi tersebut terlihat
dari adanya hak paten bagi produk-produk hasil rekayasa genetik,
sehingga penguasaan bioteknologi hanya pada lembaga-lembaga
tertentu saja. Hal ini memaksa petani-petani kecil untuk membeli
bibit kepada perusahaan perusahaan yang memiliki hak paten.
Produk Bioteknologi dapat merugikan peternak-peternak
tradisional seperti pada kasus penggunaan hormon pertubuhan
sapi hingga naik sebesar 20%. hormon tersebut hanya mampu
dibeli oleh perusahaan peternakan yang bermodal besar. Hal
tersebut menimbulkan suatu kesenjangan ekonomi.
18
BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Berdasarkan makalah yang telah disusun, maka dapat diketahui
bahwa etika dalam bioteknologi adalah penerapan ilmu (suatu teknik
dalam biologi) dan harus tidak terlepas dari tanggung jawab manusia.
Serta bioteknologi dapat memaksimalkan usaha untuk mencapai suatu
tujuan dalam memakmurkan dan mensejahterakan kehidupan manusia di
muka bumi dari berbagai bidang seperti: kesehatan, pangan, lingkungan,
pertanian, peternakan, dan lain lain. Dan hal ini harus diimbangi dengan
pemantauan dan pertimbangan dampak yang dihasilkan dari berbagai
aspek kehidupan.
B. SARAN
19
DAFTAR PUSTAKA
20