Professional Documents
Culture Documents
ABSTRACTS
The problems of urban health should be concerned because of the rapid development of cities, especially in highly
populatedareas as in ports and industry centers. The study aimed to identify people seeking behaviors in the port areas,
the perception on health-sickin the port communities, and the responses to health center'sservices. This was a qualitative
study. Respondents were selected by local Rukun Tetangga (Households Leaders) or Rukun Warga (administrative unitat
the next-to-lowestlevelin city) basedon the income in each areas which categorizedas not enough. Selectedrespondents
were divided in 2 (two) groups, men workers and fertile aged women. The location of the study were at RukunWarga 9 and
6 of Kelurahan Perak Utara (North Perak Kelurahan) and at Rukun Warga 2 of Kelurahan Perak Utara (North Perak
Kelurahan) in Pabean Cantikan Sub-district, Tanjung Perak port areas. Data were collected by focus group discussion
(FGD) in 3 (three) sub-groups of men workers and fertile aged women, respectively. There were 8-10 respondents in each
sub-groups. The data were analyzed by content analysis methods.
Results showed the perception on health-sick in men workers was wider in comparison to fertile aged women because
if they were having influenza but still could work then they considered not sick, meanwhile for the fertile aged women if
they were feeling differences in theirbodies then they consider as sick. But bothgroups had the same perception on health-
sick for their children, there were "healthy children ifthey were not fusser, not weak, moving, actively play. The groups
were also had the same perceptionon dentalsick that was a severe sick. Furthermore, the majoritymentionedthat ifgetting
then if not getting better they visit health workers. But for their children ifgetting sick,
sick, they did self medication f i ~ t l y
they were directly sent to health workers. The responses for health center services varied in both groups. The selection to
health center was merelybecause of cheap although mostlysaid that they were not free enough to express their concerns,
medication was not good and examiners were not doctors. It concludes there was a wider perception on health among
man worker groups and the pattern of health seeking behavior was by self medication at first, then if not better to health
workers. The communitystill used traditional treatments. The health center services were not a good choice because the
people were not sure for the quality and the kind of medication, beside was the open time was limited.
Penelii PUSliiang Sistem dan Kebijakan Kesehatan, Badan Litbangkes. Jalan lndrapura 17. Surabaya
-
Buletin Penelitian Sistem Kesehatan - Vol. 9 No. 2 April 2006: 93-99
22 (84,62%) orang sebagai lbu Rumah Tangga, umumnya peserta menyebutkan bukan hanya
masing-masing 2 (7,69%) orang bekerja swasta dan jasmani, rochani saja yang terjadi gangguan, namun
sebagai guru TK. juga sosialisasi.
-
Persepsi Sehat sakit "Anak sehat itu .... tidak lesu .... tidak rewel .....
Persepsi sakit dari hasil studi ini terbagi menjadi banyakgerak .... tidak minat gendong ...."
2 kategori yaitu sakit untuk diri sendiri dan sakit untuk 'Xnak sehat ifu....ya ....makannya lahap .....yang
anak. Persepsi sakit untuk diri sendiri narnpak dari biasanya bermain dengan temannya ....ya ..... bermain
hasil diskusi menunjukkan beberapa Variasi. Beberapa .... lincah ...."
peserta menyatakan bahwa SEHAT itu jika keadaan "Kalauanakitu .... tiduran fetus .....menangisterus
jasmani dan rokhani tidak mengalami gangguan. tanpa sebab ..... badannya panas ..... itu sakit
Peserta lain menyebutkan bahwa SEHAT itu hanya namanya .....
secara fisik saja tidak terjadi gangguan. Akan tetapi
Sedangkan persepsi mengenai berat-tidaknya
masih belum ada yang menyatakan kriteria sehat
suatu penyakit, banyak peserta menyebutkan bahwa
seperti definisi dari WHO. Dari kedua kelompok
penyakit-penyakit seperti kanker, jantung, hepatitis
diskusi (WUS dan AKL) ternyata ada sedikit perbedaan
dalam persepsi SEHAT, dimana pada kelompok AKL termasuk jenis penyakit yang berat. Namun ada
nilai sehat agak 'melebar' dibandingkan pada beberapa peserta mengilustrasikan berat-tidaknya
penyakit itu dari bisa-tidaknyadia bangunhekerja atau
kelompok WUS. Secara Matrik bisa dilihat di bawah:
dari aDa vano dimakan. Bahkan h a m ~ i seluruhnva
r
(dari kedua kelompok diskusi) menyebutkan b a h i a
Kelornpok -
Persepsi sehat sakit
sakit gigi termasuk yang berat.
masYarakat Pada diri sendin Pada snak
AKL (Angkatan -
Pilek itu belum - Anak sehat itu "Penyakit yang berat itu ..... penyakit yang sulit
Kerja Laki-laki) sakit. tidak lesu. diobati .... seperti kanker, liver,jantung. Aids ....."
-
Masih bisa kerja banyak gerak,
"......sakitgigiiru kelihatansepele .... tapitermasuk
itu belurn sakit tidak rewel,
WUS (Wanita -
Sakit itu tubuh makan lahap. berat ..... apalagi kalau sudah kumat ...."
Usia Subur) ada perubahanl biSa bermain. "Sakit yang berat itu ..... sakit yang sudah tidak
kelainan - Anak sakit itu bisa bangun .... sudah 'KO:.."
Sehat itu tidak badannya ".... seperfipenyakit Tifus itu berat .... karena tidak
nyeri, pikiran panas, tiduran
tenang, makan terus. boleh banyak kerja......"
enak menangis "Penderifa yangmakan buburiiu ....sakitnya berat
terus namanya ......"
"Sakit gig; ituberat namanya .... karena pekerjaan
"Kalau masih bisa bekerja itu ...... ya ......masih
kita terganggu ....dengersuara 'klinthing'saja rasanya
belum sakit .... belum apa-apa (sehat) .... tapiperlu
'cenot-cenut'....."
dijaga kondisinya ........"
"Kalau masih pilek itu ...... belurn fermasuk sakit Kebiasaan Berobat Jlka Sakit
namanya ...." Dari kedua kelompok d~skusi,kebiasaan untuk
(Kelompok AKL) mencoba mengobati sendiri nampaknya lebih banyak
"Sehat itu ....ya..... yang nafsu makannya enak, disukai mereka. Hanya saja setelah tidak kunjung
tidak terasa nyeri/pusing ...." sernbuh baru mereka membawa ke pelayanantenaga
"Orang sehat itu .....yang tidak terasa nyeri .... kesehatan. Pelayanan terdekat umumnya rnenjadi
pikiran fenang ....makan ferasa enak ......" pilihan, baik dokter swasta, puskesmas atau rumah
"Keadaan sakit itu ......jika keadaan tubuh ada sakit. Sakit yang ringan seperti pusing, batuk ringan
kelainan ....biasanya beg& ....sekarang begini.....yang mereka umumnya mengobati sendir~dengan obat-
tadinya enak ...... sekarang tidak enak ....." (Kelp. obat yang seperti di iklan televisi, radio, surat kabar
WUS) dan rnereka beli di warung-warung, toko obat terdekat.
Sedangkan jika persepsi tersebut diarahkan "Karena hanya pusing ..... ya saya obati saja
kepada anak mereka, dari kedua kelompok diskusi dengan Bintang Tujuh .... saya jarang pergi ke dokter
-
Buletin Pt?nelitianSistem ~ebehatan Vol. 9 No. 2 April 20W 93-99
.... karena dengan Bintang Tujuh saja sembuh, barn Sehingga dapat digambarkan bagaimana pola
setelah tidaksembuh .... saya ke Puskesmas ...." pencarian pengobatanjika mereka atau anak mereka
"...... kalausayapusing...ya ... Paramex ..... saya sakit seperti pada bagan di bawah:
beli di warung ..... "
"Sakit Maagsaya ,saya obati dengan obat maag
yang ada .... baru kalau belum sembuh ....
ke
Puskesmas ....kalaubelum sembuhjuga ke ... dokter
swasta ...."
"Saya sering masuk angin .... pertama ya ....
kerokan .... jika tak sembuh .... baru saya minum
Bcdrex ....belidi warung... kalaumasih belum sembuh
.... ke Puskesmas..."
"Saya sering flu dan batuk .....saya beri Decadryl
.
... murah ...jika bandelke .. Puskesmas ...."
Akan tetapi pola ini agak berubah apabila yang
sakit adalah anaknya, mereka menganggap lebih
serius d;an langsiung merr~bawanya I ke tenaIga
Ta I terhadap Pelayanan Kesehatan
kesehatafikendati b~iayanya niahal dan 'diupayaka~ n.'
"Katau anak sakit ..... langsung saya bawa ke
. .. --
Sebagian besar dzari kelompok diskusi AKL lebih
-..- .-
conaong untuk berobat a1 ns rnti (rort Health
dokter (swasta) ... lebih sreg ..." Centre) jika mereka sakit dibandingkan ke
".....pernah anaksaya kena demam berdarah .... puskesmas, karena jaraknya lebih dekat meskipun
langsung saya bawa ke Rumah Sakif PHC ....." agak mahal, di samping jam kerjanya bisa sampai
"Kalau anak saya panas .... saya bawa ke malam hari. Akan tetapi pada kelompok diskusi WUS
dokter .... takuf.... tidak saya bawa ke Puskesmas ... nampaknya lebih memilih ke puskesmas dulu karena
sebab 'menteraja' ......." .
ongkosnya murah kendati ada beberapa ibu yang
merasa kurang bebas mengelua~rkanuneg-unegnya
"Kalau anak sakit ..... langsung saya bawa ke
dokter swasta ... meskipun mahal khan bisa jika datang ke puskesnlas atau k~
.. . . Jrang puas jika tidak
diusahakanjika pas tanggal tua .... pinjam....". diperiksa doktemya senaln arau obat puskesmas tidak
manjur. Secara matrik dapat dilihat di bawah:
Mesklpun demikian merekapun juga masih
memanfaatkan pengobatan tradisional di antaranya
shinshe, pijat urat dan jamu-jamu tradisional. Namun Kelompok Tanggapan terhadep Yankes
~ ~
masyarakal (PuskesmasiRS)
pemanfaatan pengobatan tradisionaldilakukan setelah
AKL (Angkatan - Pilih RS karena jarak dekat, walau mahal
pengobatan modern dirasa kurang membawa hasil K e j a Laki-laki) . Pilih RS karena iam buka bisa sampai
atau hanya untuk pencegahanyang dilakukan denqan malam
jamu-jamu tradisional. WUS (Wanlta - Di puskesmas tidak bebas keluarkan
"..... dulu saya pemah kencingmani.s dan hemria , Usia Subur)
-
uneg-uneg
Di puskesmas ongkos murah dan meriah
dariobat dokter .... karena nggaksembu..-,,.h.r-rnh,,h
..,,.I .... - Dl puskesmas obal tidak maniur
saya m b iI kepengobatan tradisional .... dengan darah - Di puskesmas yang periksa sering Mantri
ular mbriI dan empedunya ....." - Dl puskesmas menunggu giliran lama
.. Keiuarga
-..... ,, . sava serino minum air rebusan
...
temulawak . untuh tik)
...
: KalauIclksembuh-sehsayaseringke RS
..... PHC .....
enak ....
Jaraknya dekat ya lebih mahal ....
memang ...."
sembuh, s a y ke tabib sinshe dan enaknya obatnya
"..... saya bawa ke RS PHC .... Dekat .... dan jam
bisa 1 bulan, kalau ke dokter .... 1 minggu obatnya
buka RS bisa sampai malam ....."(Kelp. AKL)
sudahhabis ...."
Persepsi Sehat-sakit (Didik Budijanto, Betty Roosihermiatie)
seseorang. Nampaknya mereka lebih berhati-hati mutakhir lebih cepat diterima dibandingkan di
-
dalam menentukan batasan sehat sakit pada anak perdesaan sehingga akan membentuk persepsi,
mereka dibandingkan pada diri sendiri. Menurut penafsiran dan pemahaman yang berbeda terhadap
Notoatmojo dan Sarwono (1996) dituliskan bahwa pencarian pengobatan dengan mereka yang tinggai di
penilaian tentang kondisi kesehatan individu dapat perdesaan (yaitu: ke pengobatan modern dahulu baru
dibedakan dalam 8 golongan, yaitu: kemudian ke alternatif tradisional jika tak sembuh-
sembuh).
Status Kesehatan lndividu Selanjutnya dalam ha1 yang sama menurut
Demensi Sehat Notoatrnojo (2003) bahwa respons seseorang apabila
Tingkat sakit adalah melalui 5 tahapan yaitu: tidak bertindak
Psikologik Medis Sosial
Nomativ Well Baik Baik Baik (no action), tindakan mengobati sendiri (self
Pessimistic Sakit Baik Baik treatment), mencari pengobatan tradisional (traditional
Socially ill Baik Baik Sakit remedy) khususnya untuk masyarakat perdesaan.
Hypochondriacal Sakit Baik Sakit membeli obat ke warung (chemist shop), ke
Medically ill Baik Sakit Baik
Martyr Sakit Sakit Baik pengobatan modern (puskesmas. US) dan dokter
Optimistic Baik Sakit Sakit praktik.
Seriously ill Sakit Sakit Sakit Beberapapendapat para ahli yang dikutip Sudibyo
Sumber: Notoatmojo dan Sarwono, 1986. (1999) yang berkaitan dengan konsep ini
menyebutkan: "lndividu melakukan tindakan
Di dalam pencarian pengobatan apabila mereka berdasarkanatas pengalaman, persepsi pemahaman
sakit, mereka umumnya mencoba untuk dan penafsiran atas suatu obyek stimulus atau situasi
mengobatinya terlebih dahulu (terutama untuk tertentu" (teori Aksi dari Max Weber). Selanjutnya
penyakit yang ringan) dengan membeli obat-obat bahwa "adanya pengetahuan tentang manfaatsesuatu
seperti yang diiklankan TV, Radio dan koran, kemudian ha1akan menyebabkanorang mempunyaisikap positif
setelah tidak sembuh baru berobat ke tenaga terhadap ha1tersebut, seianjutnya sikap positif ini akan
kesehatan. Pola yang demikian ini sesuaidengan apa mempengaruhi niat untuk ikut serta dalam kegiatan
yang dinyatakan oleh beberapa ahli seperti Patel yang berkaitan dengan ha1 tersebut. Niat untuk ikut
(1987), Sudarti (1998),Schepers dan Nievaard (1990) serta dalam suatu kegiatan akan menjadi tindakan
yang ditulis oleh Solita (1999) bahwa di negara apabila mendapat dukungan sosial dan tersedianya
berkembang dan negara maju tindakan pertarna yang fasilitas" (Teori Feishbein dan Ajzen).
dilakukan untuk mengatasi penyakit ialah mengobati Terhadap pelayanan kesehatan puskesmas
sendiri atau self medication. Selanjutnya juga responden umumnya cenderung kurang tertarik.
dituliskan bahwa di negara seperti lndonesia masih meskipun ada beberapa yang memanfaatkan hanya
ada satu tahap lagi yang dilewati banyak penderita karena murah saja. Keengganan mereka
sebelum datang ke tenaga kesehatan yaitu berobat ke memanfaatkan pelayanan puskesmas oieh karena
dukun atau pengobatan tradisional lainnya. Akan tetapi berbagai kendala klasik yang pernah diungkap oleh
untukpernyataanterakhir ini di dalam studi kami justru beberapa penelitian sebelumnya. Faktor-faktor yang
kejadiannya terbalik di rnana penderita yang berpengaruhterhadap ha1tersebut adalah kualitas dan
penyakitnya tidak kunjung sembuh dengan jenis layanan atau obat yang digunakan meragukan,
pengobatan tenaga kesehatan mereka kemudian tidak diperiksa oleh dokter, kurang bisa berkomunikasi.
mencari alternatif pengobatan tradisional seperti menemui dokter sulit, jam buka yang terbatas.
sinshe dan lain-lain. Untuk keadaan ini penulis (1995) Keadaan di atas tersebut sesuai dengan hasil analisis
pernah melakukan kajian terhadap 950 orang Budijanto dan Suharmiati (2005) atas data Surkesnas
penderitayang datang berobat ke akupunktur, di mana 2004 (Survei Kesehatan Nasional) yang menjelaskan
55,7% di antaranya sudah pernah berobat medis bahwa pada rawat jalan di lndonesia tenaga yang
modern untuk penyakit yang sama. Hal ini memeriksa lebih banyak PerawatlBidan (68,1%)
kemungkinan karena pengaruh daerah pemukiman dibandingkan tenaga dokter (66,9%). Selanjutnya
(perkotaan atau pedesaan) di mana di perkotaan pada rawat jalan puskesmas dijumpai faktor lama
dengan segala kemajuan teknologi, segala informasi menunggu, keramahan petugas, kebebasan memilih
Persepsi Sehat-sakit (Didik Budijanto. Beny Roosiheniatie)