You are on page 1of 10

BAB 1

PENDAHULUAN

Epitaksis, dari kata Yunani epistazein, didefinisikan sebgai pendarahan dari


hidung. Kasus ini merupakan kasus yang paling banyak ditangani oleh para
spesialis otolarngologi. Insidensi epistaksis secara menyeluruh sulit detentukan
karena kebanyakan kasus ada kasus yang minor, self-limiting, atau dapat diatasi
dengan first aid. Kurang dari 10 persen dari pasien yang mendapatkan rawatan,
malah kurang 10 persen dari pasien
yan

g dirawat inap memerlukan intervensi pembedahan untuk mengkontrol


pendarahan.1

Hampir 60% dari populasi pada satu waktu sepanjang hidup mereka akan
mengalami suatu derajat epistaksis. Penyebab sering dari trauma atau mekanis,
epistaksis bias progresif ke sesuatu yang sulit dikontrol, pendarahan yang banyak,
durasi pendarahan melebihi 1 jam yang memerlukan bantuan medis untuk
mengkontrol. Etiologi umum epistaksis termasuk olahraga, benda asing, trauma
intubasi, bedah orthognatik, bedah onkologi, malformasi arteriovenous, dan
medikasi. Dalam kasus pendarahan menetap, tatalaksana cepat dan sesuai penting
untuk mengurangkan mrbiditas dan mortilitas,2

1
BAB 2
PEMBAHASAN

1. DEFINISI
Epistaksis (nasal bleeding, nosebleed, dan nasal haemorrhage) adalah
pendarahan dari fossa nasal. Sumbernya dari disrupsi mukosa nasal dan
pembuluh darah. Ia umumnya dibagi ke epistaksis anterior dan epistaksis
posterior, tergantung lokasi sumber pendarahan.3
2. KLASIFIKASI
Epistaksis dapat diklasifikasikan dengan beberapa cara. Jika
mengklasifikasi berdasarkan distribusi umur, episktaksis dibagi ke adult epistaxis
dan childhood epistaxis. Parameter deksriptif dapat digunakan untuk klasifikasi
seperti epistaksis rekuren atau epistaksis akut/kronik. Lokasi anatomis yang
menjadi sumber pendarahan juga dapat digunakan, dan membagikan ke epistaksis
anterior dan epistaksis posterior. Selain itu, klasifikasi menurut etiologi juga
sering dipakai.1,4

3. EPIDEMIOLOGI

Dstribusi umur untuk insidensi epistaksis bersifat bimodal dengan puncak pertama
pada usia anak dan puncak kedua pada usia tua, antara umur 60-80 tahun. Jarang
didapatkan pada bayi dan di awal dewasa. Terdapat kencedurungan sedikit
terhadap laki-laki ( rasio laki:perempuan,55:45).1 Pada anak sering terjadi
epistaksis anterior ringan sementara pada usis tua sering terjadi epistaksis
posterior.5

4. ANATOMI & FISIOLOGI

A. Anatomi

2
Hidung luar dibentuk oleh kerangka tulang dan tulang rawan yang dilapisi
oleh kulit, jaringan ikat dan beberapa otot kecil yang berfungsi untuk melebarkan
atau menyempitkan lubang hidung. Kerangka tulang terdiri dari os nasal, prosesus
frontalis os maksila, dan prosesus nasalis os frontalis. Kerangka tulang rawan
terdiri dari beberapa pasang tulang rawan yaitu sepasang kartilago nasalis lateralis
superior, sepasang kartilago nasalis lateralis inferior, tepi anterior kartilago
septum.1,2,6

Rongga hidung atau kavum nasi berbentuk terowongan dipisahkan oleh


septum nasi di bagian tengahnya menjadi kavum nasi kanan dan kiri.Tiap kavum
nasi mempunyai 4 buah dinding. Dinding medial hidung ialah septum nasi.
Septum dibentuk oleh tulang dan tulang rawan. Septum dilapisi oleh
perikondrium pada bagian tulang rawan dan dan periosteum pada bagian tulang
sedangkan di luarnya dilapisi oleh mukosa hidung.1,3,6

Pada dinding lateral terdapat 4 buah konka yaitu konka inferior, media,
superior,dan suprema yang biasanya rudimenter. Di antara konka-konka dan
dinding lateral hidung terdapat rongga sempit yang disebut meatus.Ada 3 meatus
yaitu meatus inferior, media dan superior. Dinding inferior rongga hidung
dibentuk oleh os maksila dan palatum. Dinding superior atau atap hidung sangat
sempit dan dibentuk oleh lamina kribriformis.1,6

3
Gambar 1 : Gambaran anterior osteocartilago hidung7

Gambar 2. Gambaran lateral osteocartilago hidung7

4
Gambar 3. Gambaran septum nasi7

Vaskularisasi hidung

a. Arteri

5
Gambar 3 : Vaskularisasi hidung7

Suplai darah cavum nasi berasal dari sistem karotis; arteri karotis eksterna
dan karotis interna. Arteri karotis eksterna memberikan suplai darah terbanyak
pada cavum nasi melalui :1,3

1) Arteri sphenopalatina, cabang terminal arteri maksilaris yang berjalan


melalui foramen sphenopalatina yang memperdarahi septum tiga perempat
posterior dan dinding lateral hidung.
2) Arteri palatina desenden memberikan cabang arteri palatina mayor, yang
berjalan melalui kanalis incisivus palatum durum dan menyuplai bagian
inferoanterior septum nasi. Sistem karotis interna melalui arteri oftalmika
mempercabangkan arteri ethmoid anterior dan posterior yang mendarahi
septum dan dinding lateral superior.
Pleksus Kiessalbach terletak di bagian inferior anterior dari septum hidung,
tepat di atas vestibulum. Empat arteria yaitu arteri ethmoidalis anterior, cabang
septum dari arteri labial superior, arteri sphenopalatina cabang septal dan arteri
palatina mayor, beranastomosis di sini untuk membentuk pleksus vaskular yang
disebut "pleksus kiesselbach." Daerah ini rentan terjadi perdarahan yang
diakibatkan oleh trauma kuku jari, dan merupakan tempat dimana epistaksis
sering terjadi pada anak-anak dan dewasa muda.1

6
Plexus Woodruff's adalah pleksus yang terletak pada inferior-posterior dari
konka inferior. Ini adalah daerah dimana epistaksis posterior sering terjadi pada
orang dewasa.1,3

b. Vena

Vena ini berjalan secara vertikal ke bawah tepat di belakang columella,


melintasi bagian bawah hidung dan bergabung dengan pleksus vena pada dinding
lateral hidung. Ini merupakan daerah yang sering terjadi perdarahan vena pada
orang muda.1

c. Sistem limfatik

Aliran limfatik hidung berjalan secara paralel dengan aliran vena. Aliran
limfatik yang berjalan di sepanjang vena fasialis anterior berakhir pada limfe
submaksilaris 1,3

B. Fisiologi Hidung

Fungsi Respirasi

Udara yang dihirup akan mengalami humidifikasi oleh palut lendir. Suhu
udara yang melalui hidung diatur sehingga berkisar 370C. Fungsi pengatur suhu
ini dimungkinkan oleh banyaknya pembuluh darah di bawah epitel dan adanya
permukaan konka dan septum yang luas. Partikel debu, virus, bakteri, dan jamur
yang terhirup bersama udara akan disaring di hidung oleh rambut (vibrissae) pada
vestibulum nasi, silia, palut lendir. Debu dan bakteri akan melekat pada palut
lendir dan partikel-partikel yang besar akan dikeluarkan dengan reflex bersin.1,7

7
Gambar 4. Gambaran aliran udara insipirasi (kiri) dan aliran udara ekspirasi
(kanan)8

Fungsi Penghidu

Hidung bekerja sebagai indra penghidu dan pengecap dengan adanya


mukosa olfaktorius pada atap rongga hidung, konka superior dan sepertiga bagian
atas septum. Partikel bau dapat mencapai daerah ini dengan cara difusi dengan
palut lendir atau bila menarik napas dengan kuat. Fungsi hidung untuk membantu
indra pengecap adalah untuk membedakan rasa manis yang berasal dari berbagai
macam bahan.7

8
Gambar 5. Pathway olfaktorius dan bulbus olfaktorius7

Fungsi Fonetik

Resonansi oleh hidung penting untuk kualitas suara ketika berbicara dan
menyanyi. Sumbatan hidung akan menyebabkan resonansi berkurang atau hilang,
sehingga terdengar suara sengau (rhinolalia). Terdapat 2 jenis rhinolalia yaitu
rhinolalia aperta yang terjadi akibat kelumpuhan anatomis atau kerusakan tulang
di hidung dan mulut. Yang paling sering terjadi karena stroke dan rhinolalia
oklusa yang terjadi akibat sumbatan benda cair (ketika pilek) atau padat (polip,
tumor, benda asing) yang menyumbat.1,7

9
DAFTAR PUSTAKA

1. S Musheer Hussain MBBS MSc (Manc) FRCS (Ed & Eng) FRCS (ORL-
HNS) FRCP (Ed). (eds) Logan’s Turner Diseases of Ear, Nose and Throat;
Head and Neck Surgery, 11th Edition,. United States of America, Taylor &
Francis Group, LLC, 2016.
2. Kucik, C. J., & Clennory, T. (2005). Management of Epistaxis. Management
of Epistaxis, 71(2), 305-311. Retrieved December 22, 2017, from
https://www.aafp.org/
3. M. Anniko, M. Bernal-Sprekelsen, V. Bonkowsky, P. Bradley, S. Iurato (eds)
Otorhinolaryngology, Head and Neck Surgery. London, Springer, 2015.
4. Harold Ludman & Patrick J Bradley (eds) ABC of Ear, Nose and Throat, 6th
Edition,. United Kingdom, Wiley-Blackwell, 2013.
5. Mohan Bansal. Diseases of Ear, Nose and Throat; Head and Neck Surgery, 1st
Edition,. New Delhi, Jaypee Brothers Medical Publishers (P) LTD, 2013
6. Mohamad Maqbool & Suhail Maqbool. Textbook of Ear, Nose and Throat;
Head and Neck Surgery,11th Edition,. New Delhi, Jaypee Brothers Medical
Publishers (P) LTD, 2007
7. (Lt Col) BS Tuli, Isha Preet Tuli, Amandeep Singh & Navneet Kaur Tuli.
Textbook of Ear, Nose and Throat; Head and Neck Surgery,2nd Edition,. New
Delhi, Jaypee Brothers Medical Publishers (P) LTD, 2013

10

You might also like