You are on page 1of 17

TUGAS INDIVIDU

Mata Kuliah : K3 Institusi Kesehatan


Dosen : Dr. Adjo Wahyu, SKM, M.Kes

PERENCANAAN PENURUNAN ANGKA INFEKSI PUERPERALIS DI RUMAH


SAKIT DENGAN SIKLUS PDCA

OLEH:

RISMAYANTI YAMIN
P1800216005

PEMINATAN KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA


PROGRAM STUDI ILMU KESEHATAN MASYARAKAT
PROGRAM PASCASARJANA
UNIVERSITAS HASANUDDIN
MAKASSAR
2017

1
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT atas berkat rahmat dan
hidayaNyalah sehingga makalah mata kuliah K3 Institusi Kesehatan yang berjudul
“perencanaan penurunan angka infeksi puerperalis di rumah sakit dengan siklus pdca
Dalam penyusunan makalah ini, begitu banyak hambatan yang di hadapi penulis.
Tapi berkat bimbingan dan bantuan serta dorongan motivasi dari berbagai pihak, semua
kendala-kendala dan hambatan yang dihadapi penulis dapat teratasi.
Penulis menyadari bahwa Makalah ini masih jauh dari sempurna. Oleh karena itu
kritik dan saran dari semua pihak yang bersifat membangun selalu penulis harapkan demi
kesempurnaan Makalah ini.
Semoga makalah ini dapat memberi manfaat dan menjadi sumbangan pemikiran
bagi pihak yang membutuhkan, khususnya bagi penulis sehingga tujuan yang diharapkan
dapat tercapai.
Akhir kata, penulis sampaikan terima kasih kepada semua pihak yang telah berperan
serta dalam penyusunan Makalah ini dari awal sampai akhir. Semoga Allah SWT senantiasa
meridhai segala usaha kita. Amin.

Makassar, Desember 2017

Penulis

i
DAFTAR ISI

Kata pengantar ........................................................................................................................ i


Daftar isi.................................................................................................................................. ii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang ............................................................................................................ 1
B. Rumusan Masalah ....................................................................................................... 3
C. Tujuan ......................................................................................................................... 3
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
A. Pengertian Siklus PDCA ............................................................................................. 4
B. Siklus PDCA ............................................................................................................... 4
BAB III PEMBAHASAN
A. Planning ...................................................................................................................... 8
B. Do............................................................................................................................... 11
C. Check ......................................................................................................................... 11
D. Action ......................................................................................................................... 12
BAB IV PENUTUP
A. Kesimpulan ................................................................................................................ 13
B. Saran .......................................................................................................................... 13
DAFTAR PUSTAKA

ii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Rumah sakit sebagai fasilitas kesehatan yang kompleks, memberikan banyak

pelayanan kesehatan berupa kegiatan pelayanan rawat jalan, pelayanan rawat inap

dan pelayanan rawat darurat yang mencakup pelayanan medik dan penunjang medik.

Masalah di rumah sakit dapat ditinjau dari jumlah dan karakteristik layanan yang

tersedia, luas area yang diperlukan untuk menjalankan layanan, jumlah dan ragam

individu yang terlibat dalam layanan, juga termasuk peralatan dan teknologi yang

digunakan.

National Safety Council (NSC) tahun 1988 dalam Permenkes RI, (2010).

melaporkan kecelakaan di RS, 41% lebih besar daripada kecelakaan di industri. Kasus

kecelakaan tersering adalah tertusuk jarum, terkilir, sakit pinggang,

tergores/terpotong, luka bakar, dan penyakit infeksi lainnya. Amerika Serikat setiap

hari, 9000 petugas kesehatan mengalami cedera saat kerja. Setiap 30 detik petugas

kesehatan tertusuk jarum suntik. Lebih dari 2,5% terinfeksi HIV/AIDS, 40% - 60%

terkena hepatitis B dan C. Sedangkan dalam media K3.com (16:01;2016)

menyebutkan tahun 2011, Rumah sakit Amerika Serikat mencatat terjadi 253.700

kecelakaan dan penyakit yang berhubungan dengan pekerjaan. Ini hampir dua kali

lebih besar daripada jumlah kecelakaan kerja yang terjadi di industri swasta secara

keseluruhan. Luka yang diakibatkan oleh pekerjaan di rumah sakit tercatat 93%,

sedangkan sisanya 7% berupa penyakit yang berhubungan dengan pekerjaan. Masalah

yang sering dialami oleh pekerja rumah sakit adalah keseleo yaitu sekitar 54%,

sedangkan yang lainnya berupa lecet, rasa sakit, patah atau retak, multiple trauma,

tergores/terpotong atau tertusuk dan jenis luka lainnya.

1
Hasil survei ILO menyatakan bahwa berdasarkan tingkat daya saing karena

faktor K3, prestasi K3 Indonesia berada pada urutan ke 98 dari 100 negara yang

disurvei. Data KAK dan PAK di rumah sakit belum tercatat dengan baik. Data dari

Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS) Ketenagakerjaan, hingga akhir 2015

telah terjadi kecelakaan kerja secara umum sebanyak 105.182 kasus. Sementara itu,

untuk kasus kecelakaan berat yang mengakibatkan kematian tercatat sebanyak 2.375

kasus dari total jumlah kecelakaan kerja. Angka kecelakaan kerja dan PAK di

Indonesia masih tinggi. Hal tersebut menunjukkan bahwa capaian K3 di Indonesia

masih perlu ditingkatkan (Dewi,2013).

Kesehatan dan Keselamatan Kerja di Rumah Sakit (K3RS) merupakan suatu

upaya dalam menciptakan tempat kerja yang aman, sehat, bebas dari bahaya serta

pencemaran lingkungan, sehingga dapat mengurangi dan atau bebas dari Penyakit

Akibat Kerja (PAK), dan Kecelakaan Kerja (KK) yang kemudian dapat meningkatkan

efektifitas, efesiensi kerja dan produktivitas kerja. Berdasarkan Keputusan Menteri

Kesehatan Nomor : 1087/MENKES/SK/ VIII/2010 bahwa untuk meningkat fasilitas

pelayanan kesehatan, Rumah sakit dituntut untuk melaksanakan upaya K3 yang

dilaksanakan secara terintegrasi dan menyeluruh sehingga risiko terjadinya penyakit

akibat kerja (PAK) dan kecelakaan akibat kerja (KAK) di rumah sakit dapat dihindari.

Sejalan dengan undang-undang nomor 36 tahun 2009 tentang kesehatan tercantum

dalam pasal 165 disebutkan bahwa pengelolaan tempat kerja wajib melakukan segala

bentuk upaya kesehatan melalui upaya pencegahan, peningkatan, pengobatan dan

pemulihan bagi tenaga kerja (Dewi,2013).

Masa nifas (puerperium) dimulai setelah kelahiran plasenta dan berakhir ketika

alat-alat kandungan kembali seperti keadaan sebelum hamil. Masa nifas berlangsung

selama kira-kira enam minggu. Infeksi nifas adalah infeksi pada dan melalui traktus

2
genetalis setelah persalinan. Suhu 38oC atau lebih yang terjadi antara hari ke 2-10

postpartum. Infeksi nifas mencakup semua peradangan yang disebabkan oleh

masuknya kuman-kuman kedalam alat-alat genetalia pada waktu persalinan dan nifas.

Factor-faktor yang secara pasti telah dikenali dan yang dapat meninggikan

resiko infeksi adalah bedah sesar darurat, persalinan darurat, dan ketuban pecah sudah

6 jam atau lebih, dan status sosio ekonomi yang rendah. Factor-faktor lain yang bisa

mempengaruhi risiko infeksi tetapi yang korelasinya terbukti kurang kuat adalah

anemia, anastesia umum, keadaan gizi yang buruk, obesitas, dan banyak kali

mengalami pemeriksaan melalui vagina. Semua factor-faktor lain serupa, pemakaian

monitoring janin secara internal tampaknya tidak mempengaruhi risiko infeksi

rahim. (Rayburn,WF & Carey, JC, 2001).

Pelaksanaan K3RS merupakan upaya yang ditempuh untuk mengendalikan

potensi bahaya, meningkatan produktivitas serta mutu pelayanan kesehatan yang

dilakukan melalui proses yang terus-menerus dan berkesinambungan. Proses

pengendalian kualitas tersebut dapat dilakukan salah satunya dengan melalui

penerapan PDCA (plan-do-check-action) (Dewi, dkk, 2013).

Dari data tersebut maka diperlukan suatu standar minimal rumah sakit untuk

melihat sejauh mana rumah sakit melakukan pengendalian infeksi tersebut dan juga

sebagai acuan pencegahan infeksi guna meningkatkan pelayanan medis.

B. Rumusan Masalah

Melakukan pemecahan masalah dengan metode PDCA pada infeksi puerperalis di

Rumah Sakit

C. Tujuan

Mampu memecahkan permasalahan dengan metode PDCA pada infeksi puerperalis di

rumah sakit

3
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Pengertian Siklus PDCA

PDCA, singkatan bahasa Inggris dari "Plan, Do, Check, Act" adalah suatu

proses pemecahan masalah empat langkah iteratif yang umum digunakan dalam

pengendalian kualitas. Metode ini dipopulerkan oleh W. Edwards Deming, yang

sering dianggap sebagai bapak pengendalian kualitas modern sehingga sering juga

disebut dengan siklus Deming. Deming sendiri selalu merujuk metode ini

sebagaisiklus Shewhart, dari nama Walter A. Shewhart, yang sering dianggap sebagai

bapak pengendalian kualitas statistis. Belakangan, Deming memodifikasi PDCA

menjadiPDSA ("Plan, Do, Study, Act") untuk lebih menggambarkan rekomendasinya.

B. Siklus PDCA

Konsep siklus PDCA pertama kali diperkenalkan oleh Walter Shewhart pada

tahun 1930 yang disebut dengan “Shewhart cycle“.PDCA, singkatan bahasa

Inggris dari ‘Plan, Do, Check, Act‘ (‘Rencanakan, Kerjakan, Cek, Tindak lanjuti’),

adalah suatu proses pemecahan masalah empat langkah interatif yang umum

digunakan dalam pengendalian kualitas. Selanjutnya konsep ini dikembangkan oleh

Dr. Walter Edwards Deming yang kemudian dikenal dengan ” The Deming

Wheel”(Tjitro, 2009)

1. Plan (Perencanaan)

Artinya merencanakan SASARAN (GOAL=TUJUAN) dan PROSES

apa yang dibutuhkan untuk menentukan hasil yang sesuai dengan SPESIFIKASI

tujuan yang ditetapkan. PLAN ini harus diterjemahkan secara detil dan per sub-

sistem

Tahapan yang dilakukan :

4
a. Mengidentifikasi output pelayanan, siapa pengguna jasa pelayanan, dan

harapan pengguna jasa pelayanan tersebut melalui analisis suatu proses

tertentu.

b. Mendeskripsikan proses yang dianalisis saat ini

1) Pelajari proses dari awal hingga akhir, identifikasi siapa saja yang terlibat

dalam prose tersebut.

2) Teknik yang dapat digunakan : brainstorming

c. Mengukur dan menganalisis situasi tersebut

1) Menemukan data apa yang dikumpulkan dalam proses tersebut

2) Bagaimana mengolah data tersebut agar membantu memahami kinerja

dan dinamika proses

3) Teknik yang digunakan : observasi

4) Mengunakan alat ukur seperti wawancara

d. Fokus pada peluang peningkatan mutu

1) Pilih salah satu permasalahan yang akan diselesaikan

2) Kriteria masalah : menyatakan efek atas ketidakpuasan,

adanyagap antara kenyataan dengan yang diinginkan, spesifik, dapat

diukur.

e. Mengidentifikasi akar penyebab masalah

1) Menyimpulkan penyebab

2) Teknik yang dapat digunakan : brainstorming

3) Alat yang digunakan : fish bone analysis ishikawa

f. Menemukan dan memilih penyelesaian

1) Mencari berbagai alternatif pemecahan masalah

2) Teknik yang dapat digunakan : brainstorming

5
2. Do (Kerjakan)

Artinya MELAKUKAN perencanaan PROSES yang telah ditetapkan

sebelumnya. Ukuran-ukuran proses ini juga telah ditetapkan dalam tahap PLAN.

Dalam konsep DO ini kita harus benar-benar menghindari penundaan, semakin

kita menunda pekerjaan maka waktu kita semakin terbuang dan yang pasti

kerjaan akan bertambah banyak

Tahapan yang dilakukan :

a. Merencanakan suatu proyek uji coba

1) Merencanakan sumber daya manusia, sumber dana, dan sebagainya.

2) Merencanakan rencana kegiatan (plan of action)

b. Melaksanakan Pilot Project

Pilot Project dilaksanakan dalam skala kecil dengan waktu relatif singkat (±

2 minggu)

3. Check (Evaluasi)

Artinya melakukan evaluasi terhadap SASARAN dan PROSES serta

melaporkan apa saja hasilnya. Kita mengecek kembali apa yang sudah kita

kerjaan, sudahkan sesuai dengan standar yang ada atau masih ada kekurangan.

Tahapan yang dilakukan

a. Evaluasi hasil proyek

Bertujuan untuk efektivitas proyek tersebut

1) Membandingkan target dengan hasil pencapaian proyek (data yang

dikumpulkan dan teknik pengumpulan data harus sama)

2) Target yang ingin dicapai 80%

3) Teknik yang digunakan: observasi dan survey

4) Alat yang digunakan: kamera dan kuisioner

6
b. Membuat kesimpulan proyek

1) Hasil menjanjikan namun perlu perubahan

2) Jika proyek gagal, cari penyelesaian lain

3) Jika proyek berhasil, selanjutnya dibuat rutinitas

4. Action (Tindak lanjut)

Artinya melakukan evaluasi total terhadap hasil SASARAN dan

PROSES dan menindaklanjuti dengan perbaikan-perbaikan. Jika ternyata apa

yang telah kita kerjaan masih ada yang kurang atau belum sempurnya, segera

melakukan action untuk memperbaikinya. Proses ACT ini sangat penting artinya

sebelum kita melangkah lebih jauh ke proses perbaikan selanjutnya.

Tahapan yang dilakukan :

a. Standarisasi perubahan

1) Pertimbangkan area mana saja yang mungkin diterapkan

2) Revisi proses yang sudah diperbaiki

3) Modifikasi standar, prosedur dan kebijakan yang ada

4) Komunikasikan kepada seluruh staf, pelanggan dan suplier atas

perubahan yang dilakukan.

5) Lakukan pelatihan bila perlu

6) Mengembangkan rencana yang jelas

7) Dokumentasikan proyek

b. Memonitor perubahan

1) Melakukan pengukuran dan pengendalian proses secara teratur

2) Alat yang digunakan : …….

7
BAB III

PEMBAHASAN

A. PLANNING

1. Judul rencana : Penurunan angka infeksi puerperalis di Rumah Sakit

2. Rumusan pernyataan dan Uraian masalah :

15% ibu nifas yang dilayani di rumah sakit pada bulan januari 2017

mengalami infeksi puerperalis. Infeksi puerperalis adalah keadaan yang

mencakup semua perdangan alat-alat genetalia dalam masa nifas, ditandai dengan

kenaikan suhu 38 o C atau lebih dalam 10 hari pertama postpartum kecuali pada

hari pertama. Masuknya kuman-kuman dapat terjadi dalam kehamilan, waktu

persalinan dan nifas.

Infeksi pueperalis dapat terjadi dengan 3 cara :

a. Manipulasi penlong yang tidak suci hama, atau pemeriksaan dalam yang

berulang-ulang dapat membawa bakteri yang sudah ada ke dalam rongga

rahim

b. Alat-alat yang tidak suci hama

c. Infeksi droplet, sarung tangan, darah, dan alat-alat yang terkena infeksi

kontaminasi dari hidung, tenggorokan dari penolong dan pembantunya atau

yang lain.

Penolong dan petugas kamar bersalin dan kamar opersi diharuskan

memakai penutup mulut dan hidung (masker)

· Infeksi rumah sakit (hospital infection)

Dalam rumah sakit banyak sekali kuman-kuman patogen berasal dari penderita-
penderita di seluruh rumah sakit.

8
Kuman-kuman ini terbawa oleh udara air, alat-alat, dan benda-benda
rumah sakit yang sering dipakai para penderita (handuk, kain-kain lainnya)

Infeksi puerperalis dapat menyebabkan syok septik dimana penderita


mengalami demam tinggi, mengigil dan syok apabila tidak ditangani secara baik
bisa menyebabkan kematian.

3. Rumusan Tujuan
Menurunkan angka infeksi puerperalis pasca persalinan di Rumah Sakit
dari 15% pada bulan Januari sampai 2% pada bulan Mei 2017.
4. Uraian kegiatan
a. Menyebarkan kuesioner pada tenaga kesehatan yang melakukan pertolongan
persalinan di rumah sakit. Target responden 50 orang tenaga kesehatan
b. Melakukan interview dengan para tenaga kesehatan tentang kendala yang
dirasakan saat melakukan pelayanan
c. Melakukan penilaian kesterilan pada tenaga kesehatan saat menolong
persalinan
d. Mengadakan penyuluhan tentang kesterilan dalam menolong persalinan
e. Mengadakan pelatihan bagi tenaga kesehatan pemberi pelayanan pertolongan
persalinan.

5. Kriteria Penilaian
a. Kuesioner, dikatakan berhasil bila ada 50 orang responden yang mengisi
kuesioner
b. Interview, dikatakan berhasil jika tenaga kesehatan menghadiri interview dan
menjawab pertanyaan interview dengan baik
c. Penilaian dikatakan berhasil jika tenaga kesehatan menyelenggarakan
pertolongan sesuai SOP yang ditentukan.
d. Penyuluhan pada tenaga kesehatan, dikatakan berhasil jika ada 100 orang
tenaga kesehatan yang mengikuti penyuluhan dan mampu mengulang materi
penyuluhan dengan bahasa sendiri
e. Pelatihan petugas kesehatan, dikatakan berhasil jika menghadiri acara
pelatihan dan mampu mengikuti pelatihan sesuai prosedur yang ditetapkan

9
6. Waktu

No. Kegiatan Januari Februari Maret April Mei Juni


1 Menyebarkan kuesioner pada tenaga
kesehatan yang melakukan
pertolongan persalinan di rumah
sakit. Target responden 50 orang
tenaga kesehatan
2 Melakukan interview dengan para
tenaga kesehatan tentang kendala
yang dirasakan saat melakukan
pelayanan
3 Melakukan penilaian kesterilan pada
tenaga kesehatan saat menolong
persalinan
4 Mengadakan penyuluhan tentang
kesterilan dalam menolong
persalinan
5 Mengadakan pelatihan bagi tenaga
kesehatan pemberi pelayanan
pertolongan persalinan.

7. Pelaksana

1. Narasumber dari Dinas Provinsi Sulawesi Selatan

2. Dokter SpOg sebagai narasumber penyuluhan

3. Petugas Kesehatan

4. Team Badan Penjamin Mutu Rumah Sakit sebagai panitia pelaksana

8. Biaya

1. Kuesiner

Fc Kuesioner : 50 X Rp. 300 = Rp. 15000

2. Interview

10
Konsumsi : 55 X Rp. 10000 = Rp 550000

3. Penyuluhan

Konsumsi : 55 X Rp.25000 = Rp. 1375000

Fc Materi : 55 X Rp. 1000 = Rp. 55000

Narasumber = Rp. 500000

4. Pelatihan Petugas

Konsumsi : 55 X Rp.25000 = Rp. 1375000

Fc Materi : 55 X Rp. 1000 = Rp. 55000

Narasumber = Rp. 500000

B. Do

Pelaksanaan Jenis Kegiatan

Januari 2017 Penyebaran Kuesioner

Februari 2017 Interview Petugas Kesehatan

Maret 2017 Penilaian Kinerja Petugas kesehatan

April 2017 Penyuluhan

Mei 2017 Pelatihan

C. Check

No. Kegiatan Dilaksanakan Tidak dilaksanakan

1 Menyebarkan kuesioner pada ü


tenaga kesehatan yang
melakukan pertolongan
persalinan di rumah sakit.
Target responden 50 orang

11
tenaga kesehatan
2 Melakukan interview dengan ü
para tenaga kesehatan tentang
kendala yang dirasakan saat
melakukan pelayanan
3 Melakukan penilaian kesterilan ü
pada tenaga kesehatan saat
menolong persalinan
4 Mengadakan penyuluhan ü
tentang kesterilan dalam
menolong persalinan
5 Mengadakan pelatihan bagi ü
tenaga kesehatan pemberi
pelayanan pertolongan
persalinan.

D. Action

1. Dalam pelaksanaan perencanaan kegiatan penurunan angka infeksi peurperalis di

rumah sakit ditemukan jawaban dari responden yang tidak mengetahui

pentingnya penggunaan APD pada saat melakukan tindakan pertolongan

persalinan. Oleh karena pihak rumah sakit memberikan teguran keras oleh tenaga

kesehatan yang tidak mengikuti SOP

2. Melakukan uji kompetensi internal (dalam area rumah sakit sakit saja) pada

petugas kesehatan

3. Menyediakan kotak saran

12
BAB IV

PENUTUP

A. Kesimpulan

Siklus PDCA merupakan metode untuk mengidentifikasi, menganalisa, dan

menemukan solusi tepat dalam mengatasi sampai memperkecil masalah yang timbul

dalam proses berorganisasi. Siklus PDCA memiliki empat tahap yang harus

dilalui untuk mendapatkan `masalah yang dihadapi 'ke` masalah harus

diselesaikan'. Keempat tahap tersebut diantaranya Plan-Do-Check-Act.

B. Saran

Sebaiknya dalam membuat program kegiata di institusi kesehatan, perlu

dengan menggunakan siklus PDCA agar kegiatan tersebut berjalan sesuai dengan

yang diharapkan dan dapat diketahui anggaran biaya yang dibutuhkan serta solusi

yang harus dilakukan untuk memecahkan masalah tersebut.

13
REFERENSI

Dewi A.P., Susanta N., Listyorini S. 2013. Analisa Pengendalian Kualitas Dengan
Pendekatan P.D.C.A. (Plan-Do-Check-Act) Berdasarkan Standar Minimal Pelayanan
Rumah Sakit Pada RSUD Dr. Adhyatma Semarang. Journal Of Social and
Politic.Semarang: Universitas Diponegoro.

Rayburn, W.F., & Carey, J.C. (2001). Obstetri & Ginekologi. Jakarta : Widya
Medika.Tjitro.2009.Teori PDCA’’ The Deming Wheel. Jakarta

14

You might also like