Professional Documents
Culture Documents
Tim Terapis
Leader : Baihaqi
Co Leader : Siti Rahmawati
Fasilitator : Anton Fatoni
Kriteria
Pasien yang mengalami perilaku kekerasan
Topik
Mengenal perilaku kekerasan yang biasa dilakukan
Tujuan
Klien dapat menyebutkan stimulasi penyebab kemarahannya
Klien dapat menyebutkan respon yang dirasakan saat marah (tanda dan
gejala marah)
Klien dapat menyebutkan reaksi yang dilakukan saat marah (perilaku
kekerasan)
Klien dapat menyebutkan akibat perilaku kekerasan
Setting
1. Terapis dan kien duduk bersamaan dalam lingkaran
2. Ruangan nyaman dan tenang
Tindakan Terapi Aktivitas Kelompok / Metod
1. Dinamika kelompok
2. Diskusi dan tanya jawab
3. Bermain peran / simulasi
Proses Pelaksanaan
1. Fase Orientasi
a. Salam terapeutik
“Assalamualaikum bapak-bapak.... selamat pagi !
b. Penjelasan tujuan dan aturan main
Hari ini kita berkumpul disini untuk berdiskusi dan tanya jawab tentang
mengenal perilaku kekerasan yang biasa dilakukan
Sebelum dimulai kegiatan, bapak-bapak diminta untuk saling
memperkenalkan diri dengan menyebutkan nama, asal dan hobi.
Selanjutnya saya akan menjelaskan pentingnya mengenal perilaku
kekerasan yang biasa dilakukan.
Setelah itu saya akan bertanya kembali kepada bapak-bapak yang telah
saya jelaskan tadi.
Sebelum selesai kegiatan ini semua peserta tidak boleh meninggalkan
ruangan. Apabila ada yang ingin ke kamar mandi diharapkan minta izin
dulu.
c. Kontrak
Topik : Sesuai dengan kesepakatan kita kemarin bahwa hari ini kita
akan melaksanakan TAK dengan materi “Mengenal perilaku
kekerasan yang biasa dilakukan”.
Waktu : Kita akan melaksanakan TAK berapa menit ? bagaimana kalau
45 menit ?
Tempat : Dimana kita melakukan TAK? Bagaimana kalau disini saja? Di
ruang TAK?
2. Fase Kerja
“Baiklah sekarang kita mulai, sudah siap semuanya...?”
“Nah sekarang saya akan mencontohkan cara memperkenalkan diri pada
teman disebelah saya.”
“Nama saya Baihaqi.”
“Asal saya dari Serang.”
“Hobi saya mincing.”
“Sekarang kita lanjutkan lagi ya..”
“Ya, silahkan bapak yang disamping saya berdiri dan memperkenalkan diri
pada teman yang duduk.”
“Bagus, tepuk tangan..”
“Sekarang kita lanjutkan lagi.”
“Saya akan menjelaskan penyebab marah.”
“Apa faktor penyebab sehingga bapak bisa marah ?”
“Saya akan menjelaskan bagaimana cara mencegah marah, misalnya dengan
menepuk bantal, tarik nafas dalam.”
“Sekarang saya mau tanya bapak-bapak sudah bisa belum cara mencegah
marah ?”
“Sudah...?”
“Baik, berarti bapak-bapak mengerti dengan apa yang kami sampaikan.”
3. Fase Terminasi
a. Evaluasi subjektif
“Bagaimana perasaan bapak setelah mengikuti TAK hari ini?”
b. Evaluasi objektif
“Coba sebutkan msnfaat pentingnya mengenal perilaku kekerasan yang
biasa dilaksanakan.”
SESI 1 TAK
PERILAKU KEKERASAN
KEMAMPUAN MENGENAL PERILAKU KEKERASAN YANG BIASA
DILAKUKAN
Disusun Oleh :
ISMIYANTI
SOPIYANA DWI RAHAYU
A. Pengertian
Kelompok adalah kumpulan individu yang memilik hubungan satu dengan
yang lain,saling bergantung dan mempunyai norma yang sama(struart & Laraia ,
2001). Anggota kelompok mungkin dating dari berbagai latar belakang yang harus
ditangani sesuai dengan keadaanya, seperti agresif, takut, kebencian, kompetitif,
kesamaan, ketidaksamaan, kesukaan dan menarik (Yalom, 1995 dalam Struart &
Laraia). Semua kondisi ini akan mempengaruhi dinamika kelompok , ketika anggota
kelompok memberi dan menerima umpan balik yang berarti dalam berbagai interaksi
yang terjadi dalam kelompok
Terapi Kelompok
Terapi kelompok adalah metode pengobatan ketika klien ditemui dalam
rancangan waktu tertentu dengan tenaga yang memenuhi persyaratan tertentu.
Fokus terapi kelompok adalah membuat sadar diri (self-awereness), peningkatan
hubungan interpersonal, membuat perubahan atau ketiganya.
Kelompok Terapeutik
Kelompok terapeutik membantu mengatasi stres emosi, penyakit fisik krisis,
tumbuh-kembang, atau penyesuaian sosial, misalnya, kelompok wanita hamil yang
akan menjadi ibu, individu yang kehilangan, dan penyakit terminal. Banyak kelompok
terapeutik yang dikembangkan menjadi self-help-group. Tujuan dari kelompok ini
adalah sebagai berikut :
Mencegah masalah kesehatan
Mendidik dan mengembangkan potensi anggota kelompok
Meningkatkan kualitas kelompok. Antara anggota kelompok saling membantu dalam
menyelesaikan masalah.
Tabel 1-2 Tujuan, tipe, dan aktivitas dari terapi aktivitas kelompok
(Sumber : Rawlins, Williams, dan Beck, 1993)
Tujuan Tipe Aktivitas
1.Mengembangkan Bibliotherapy Menggunakan artikel,
stimulasi persepsi buku, sajak, puisi, surat
kabar untuk merangsang
atau menstimulasi berpikir
dan mengembangkan
hubungan dengan orang
lain.
Stimulus dapat berbagai
hal yang tujuannya
melatih persepsi.
2.Mengembangkan Musik, seni, menari Menyediakan kegiatan
stimulasi sensoris mengekspresikan
Relaksasi perasaan
Belajar teknik relaksasi
dengan cara nafas dalam,
relaksasi otot, imajinasi
3.Mengembangkan Kelompok orientasi Fokus pada orientasi
orientasi realitas realitas, kelompok validasi waktu, tempat dan orang;
benar dan salah; bantu
memenuhi kebutuhan
4.Mengembangkan Kelompok remotivasi Mengorientasikan diri dan
sosialisasi regresi pada klien menarik
realitas dalam berinteraksi
atau sosialisasi
Kelompok mengingatkan Fokus pada mengingat
Klien dibantu untuk melakukan sosialisasi dengan individu yang ada disekitar
klien. Sosialisasi dapat pula dilakukan secara bertahap dari interpersonal (satu dan
satu), kelompok, dan massa. Aktivitas dapat berupa latihan sosialisasi dalam
kelompok.
C. Kualifikasi Terapis
Rawlins, Williams, dan Beck (1993) mengidentifikasi tiga area yang perlu
dipersiapkan untuk menjadi terapis atau pemimpin terapi kelompok, yaitu persiapan
teoritis melalui pendidikan formal, literatur, bacaan, dan lokakarya; praktik yang
disupervisi pada saat berperan sebagai pemimpin kelompok; pengalaman mengikuti
terapi kelompok.
Perawat diperkenankan memimpin terapi kelompok jira telah dipersiapkan
secara profesional. American Nurses ‘ Association (ANA) menetapkan pada praktik
keperawatan psikiatri dan klinikal spesialis dapat berfungsi sebagai terapis
kelompok. Sertifikat dari ANA sebagai spesialis klinik dalam keperawatan psikiatri-
kesehatan jira menjamin perawat mahir dan competen sebagai terapis
kelompok. The American Group Pshycotherapy Association (AGPA) sebagai badan
akreditasi terapis kelompok menetapkan anggotanya minimal berpendidikan master.
Perawat yang memimpin kelompok terapeutik dan kelompok tambahan
(TAK), persyaratannya harus mempunyai pengetahuan tentang masalah klien dan
mengetahui metode yang dipakai untuk kelompok khusus serta terampil berperan
sebagai pemimpin.
PERILAKU KEKERASAN
A. Latar Belakang
Umumnya klien dengan Perilaku Kekerasan dibawa dengan paksa ke Rumah
sakit Jiwa. Sering tampak klien diikat secara tidak manusiawi disertai bentakan dan
pengawalan oleh sejumlah anggota keluarga bahkan polisi. Perilaku Kekerasan
seperti memukul anggota keluarga/orang lain, merusak alat rumah tangga dan
marah-marah merupakan alasan utama yang paling banyak dikemukakan oleh
keluarga. Penanganan oleh keluarga belum memadai, keluarga seharusnya
mendapat pendidikan kesehatan tentang cara merawat klien (manajemen perilaku
kekerasan).
B. Pengertian
Perilaku kekerasan adalah suatu keadaan dimana seseorang melakukan
tindakan yang dapat membahayakan secara fisik baik terhadap diri sendiri, orang
lain maupun lingkungan. Hal tersebut dilakukan untuk mengungkapkan perasaan
kesal atau marah yang tidak konstruktif. (Stuart dan Sundeen, 1995).
Sedangkan menurut Depkes RI, Asuhan keperawatan pada pasien dengan
gangguan penyakit jiwa, Jilid III Edisi I, hlm 52 tahun 1996 : “Marah adalah
pengalaman emosi yang kuat dari individu dimana hasil/tujuan yang harus dicapai
terhambat”. Kemarahan yang ditekan atau pura-pura tidak marah akan mempersulit
sendiri dan mengganggu hubungan interpersonal. Pengungkapan kemarahan
dengan langsung dan konstruktif pada waktu terjadi akan melegakan individu dan
membantu orang lain untuk mengerti perasaan yang sebenarnya. Untuk itu perawat
harus pula mengetahui tentang respons kemarahan sesorang dan fungsi positif
marah.
C. Metode TAK
1. TAK Stimulasi Kognitif / Persepsi
Klien dilatih mempersepsikan stimulus, yang disediakan atau yang pernah
dialami. Kemampuan persepsi klien dievaluasi dan ditingkatkan pada tiap sesi.
Dengan proses ini diharapkan respon klien terhadap berbagai stimulus dalam
kehidupan menjadi adaptif.
2. Stimulasi Sensoris
Aktivitas digunakan sebagai stimulus pada sensori klien, kemudian
diobservasi reaksi sensori klien terhadap stimulus yang disediakan berupa ekspresi
perasaan secar non-verbal.
3. TAK Orientasi Realitas
Klien diorientasikan kepada kenyataan yang ada disekitarnya (diri sendiri,
orang lain disekelilingnya, orang yang dekat dengan klien, dan lingkunan yang
mempunyai hubungan dengan klien).
Demikian pula dengan orientasi waktu saat ini, waktu yang lalu dan rencana
kedepan, aktivitas dapat berupa orientasi orang, waktu, tempat, benda yang ada
disekitar dan semua kondisi nyata.
4. TAK Sosialisasi
Merupakan suatu upaya untuk memfasilitasi kemampuan sosialisasi sejumlah
klien dengan masalah hubungan sosial. Tujuan umum dari terapi ini ialah klien dapat
meningkatkan hubungan sosial dalam kelompok secara bertahap. Sosialisasi dapat
juga dilakukan secara bertahap dari interpersonal, kelompok dan massa. Aktifitas
dapat berupa latihan sosialisasi dalam kelompok
D. Proses Terjadinya Perilaku Kekerasan
Perilaku kekerasan bisa disebabkan adanya gangguan harga diri: harga diri
rendah. Harga diri adalah penilaian individu tentang pencapaian diri dengan
menganalisa seberapa jauh perilaku sesuai dengan ideal diri. Dimana gangguan
harga diri dapat digambarkan sebagai perasaan negatif terhadap diri sendiri, hilang
kepercayaan diri, merasa gagal mencapai keinginan.
E. Penyebab Perilaku Kekerasan
Menurut Stearen kemarahan adalah kombinasi dari segala sesuatu yang tidak
enak, cemas, tegang, dendam, sakit hati, dan frustasi. Beberapa faktor yang
mempengaruhi terjadinya kemarahan yaitu frustasi, hilangnya harga diri, kebutuhan
akan status dan prestise yang tidak terpenuhi.
1. Frustasi, sesorang yang mengalami hambatan dalam mencapai
tujuan/ keinginan yang diharapkannya menyebabkan ia menjadi frustasi. Ia
merasa terancam dan cemas. Jika ia tidak mampu menghadapi rasa frustasi
itu dengan cara lain tanpa mengendalikan orang lain dan keadaan sekitarnya
misalnya dengan kekerasan.
2. Hilangnya harga diri ; pada dasarnya manusia itu mempunyai
kebutuhan yang sama untuk dihargai. Jika kebutuhan ini tidak terpenuhi
akibatnya individu tersebut mungkin akan merasa rendah diri, tidak berani
bertindak, lekas tersinggung, lekas marah, dan sebagainya.
3. Kebutuhan akan status dan prestise ; Manusia pada umumnya
mempunyai keinginan untuk mengaktualisasikan dirinya, ingin dihargai dan
diakui statusnya.
F. Tanda dan Gejala Orang yang Menarik Diri
1. Muka merah
2. Pandangan tajam
3. Otot tegang
4. Nada suara tinggi
5. Berdebat dan sering pula tampak klien memaksakan kehendak
6. Memukul jika tidak senang
G. Tindakan keperawatan pada klien perilaku kekerasan
Keliat dkk. (2002) mengemukakan cara khusus yang dapat dilakukan keluarga
dalam mengatasi marah klien yaitu :
1. Tindakan Keperawatan
a. Berteriak, menjerit, dan memukul.
Terima marah klien, diam sebentar, arahkan klien untuk memukul barang yang
tidak mudah rusak seperti bantal, kasur
b.Cari gara-gara.
Bantu klien latihan relaksasi misalnya latihan fisik maupun olahraga, Latihan
pernafasan 2X/ hari, tiap kali 10 kali tarikan dan hembusan nafas.
c. Bantu melalui humor.
Jaga humor tidak menyakiti orang, observasi ekspresi muka orang yangmenjadi
sasaran dan diskusi cara umum yang sesuai.
2. Terapi Medis
Psikofarmaka adalah terapi menggunakan obat dengan tujuan
untukmengurangi atau menghilangkan gejala gangguan jiwa.
Seting Tempat :
Keterangan :
Leader : Operator :
Co Leader : Observator :
Fasilitator : Anggota /Klien :
Setting
1. Terapis dan klien duduk bersama
2. Ruangan nyaman dan tenang.
Alat
1. Kertas
2. Spidol
3. Buku catatan dan pulpen
4. Jadwal kegiatan klien
5. Bola
Metode
1. Dinamika kelompok
2. Diskusi dan tanya jawab
3. Permainan
Langkah Kegiatan
1. Persiapan
a. Memilih klien perilaku kekerasan yang sudah kooperatif
b. Membuat kontrak dengan klien
c. Mempersiapkan alat dan tempat pertemuan
2. Orientasi
a. Salam terapeutik
1. Salam dari terapis kepada klien.
2. Perkenalkan nama dan panggilan terapis (pakai papan nama )
3. Menanyakan nama dan panggilan semua klien (beri papan nama)
b. Evaluasi validasi
1. Menanyakan perasaan klien saat ini
2. Menanyakan masalah yang dirasakan.
c. Kontrak
1. Menjelaskan tujuan kegiatan, yaitu mengenalkan kelompok, harus minta izin pada
terapis.
2. Menjelaskan aturan main berikut.
Jika klien ada yang ingin meninggalkan kelompok, harus minta izin pada terapis.
Lama kegiatan 45 menit.
Setiap klien mengikuti kegiatan dari awal sampai akhir.
3. Tahap kerja
Leader membacakan aturan permainan :
Salah satu peserta TAK memegang bola, sambil operator memainkan musik.
Bila musik berhenti, dan ada salah satu peserta TAK yang memegang bola berarti,
ia harus menyebutkan penyebab perilaku kekerasan, tanda gejala yang dirasakan,
perilaku kekerasan yang pernah dilakukan, akibat, serta mempraktekkan cara
mengontrol PK dengan latihan fisik (cara nafas dalam)
a. Permainan dimulai. Sampai ditemukan peserta yang tetap berjoget saat musik
berhenti.
b. Klien dan terapis mendiskusikan penyebab masalah perilaku kekerasan
1. Tanyakan pengalaman tiap klien
2. Tulis di kertas
c. Mendiskusikan tanda dan gejala yang dirasakan klien saat terpapar oleh penyebab
marah sebelum perilaku kekerasan terjadi.
1. Tanyakan perasaan tiap klien saat terpapar oleh penyebab (tanda dan gejala)
2. Tulis di kertas
d. Mendiskusikan perilaku kekerasan yang pernah dilakukan klien (verbal, merusak
lingkungan, mencederai, memukul, orang lain, dan memukul diri sendiri)
1. Tanyakan perilaku yang dilakukan saat marah
2. Tulis di kertas
e. Mendiskusiksan dampak/akibat perilaku kekerasan.
1. Tanyakan akibat perilaku kekerasan.
2. Tulis di papan tulis di kertas
f. Meminta pasien mempraktekkan cara mengontrol perilaku kekerasan dengan cara
fisik (latihan nafas dalam)
g. Menanyakan perasaan klien setelah selesai bermain paran/stimulasi.
h. Memberikan reinforcement pada peran serta klien.
i. Dalam menjalankan kegiatan TAK upayakan semua klien terlibat.
j. Observer memberi kesimpulan/evaluasi tentang jalannya TAK, mengenai jawaban
klien tentang penyebab, tanda dan gejala, perilaku kekerasan, dan akibat perilaku
kekerasan. Selanjutnya observer memberikan pujian atas peran serta klien dalam
pelaksanaan TAK serta memberi motivasi pada klien untuk meningkatkan
kemampuannya dalam berlatih cara mengontrol perilaku kemarahan.
k. Menanyakan kesediaan klien untuk mempelajari cara baru yang sehat menghadapi
kemarahan.
4. Tahap Terminasi
a. Evaluasi
1. Terapis menanyakan perasaan klien setelah mengikuti TAK.
2. Memberikan reinformennt positif terhadap perilaku klien positif.
b. Tindak Lanjut
1. Menganjurkan klien menilai dan mengevaluasi jika terjadi penyebab marah, yaitu
tanda dan gejala, perilaku kekerasan yang terjadi, serta akibat perilaku kekerasan.
2. Menganjurkan klien mengingat penyebab, tanda dan gejala, perilaku kekerasan dan
akibat yang belum diceritakan.
c. Kontrak yang akan datang
1. Menyepakati belajar cara baru yang sehat untuk mencegah perilaku kekerasan.
2. Menyepakati waktu dan tempat TAK berikutnya.
Sesi 1 TAK
Stimilasi perilaku Kekerasan
Kemampuan Psikologi
Memberi Tanggapan Tentang
Nama Penyebab Tanda & Perilaku Akibat Mempraktekkan cara
No.
klien PK gejala PK kekerasan PK mengontrol PK
dengan nafas dalam
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
Petunjuk :
1. Tulis nama panggilan klien yang ikut TAK pada kolom nama klien.
2. Untuk tiap klien, beri penilaian tentang kemampuan mengetahui
penyebab perilaku kekerasan, tanda dan gejala yang dirasakan, perilaku
kekerasan yang dilakukan dan akibat perilaku kekerasan, serta
mempraktekkan cara mengontrol perilaku kekerasan dengan nafas dalam.
Beri tanda + jika mampu dan beri tanda - jika tidak mampu.
Dokumentasi
Dokumentasikan kemempuyan yang dimiliki klien saat TAK pada catatan
proses keperawatan tiap klien.Contoh: Klien mengikuti Sesi 1, TAK stimulus
persepsi perilaku kekerasan.Klien mampu menyebutkan penyebab perilaku
kekerasannya( disalahkan dan tidak diberi uang), mengenal tanda dan gejala yang
dirasakan (”gregeten” dan ”deg-degan”), perilaku kekerasan yang dilakukan
(memukul meja), akibat yang dirasakan (tangan sakit dan dibawa ke rumah sakit
jiwa), dan cara mengontrol perilaku kekerasan dengan latihan tarik nafas dalam.
Anjurkan klien mengingat dan menyampaikan jika semua dirasakan selama di rumah
sakit.
Metode
1. Dinamika kelompok
2. Diskusi dan tanya jawab
3. Permainan
Langkah kegiatan
1. Persiapan
a. Mengingatkan kontrak dengan klien yang telah ikut Sesi 1
b. Mempersiapkan alat dan tempat pertemuan
2. Orientasi
a. Salam terapeutik
1. Salam dari terapis kepada klien.
2. Klien dan terapis pakai papan nama
b. Evaluasi validasi
1. Menanyakan perasaan klien saat ini
2. Menanyakan apakah ada kejadian perilaku kekerasan: penyebab; tanda dan gejala;
perilaku kekerasan serta akibatnya.
c. Kontrak
1. Menjelaskan tujuan kegiatan, yaitu cara fisik untuk mencegah perilaku kekerasan
2. Menjelaskan aturan main berikut.
Klien Bersedia mengikuti TAK
Berpakaian rapi dan bersih
Peserta tidak doperbolehkan makan,minum atau merokok selama pelaksanaan TAK
Jika ada klien yang ingin meninggalkan kelompok, harus minta izin kepada terapi
Lama kegiatan 45 menit
Setiap klien mengikuti kegiatan dari awal sampai akhir
3. Tahap kerja
Melakuakan pemilihan peserta yang akan di lakukan tahap kerja dengan
permainan sederhana yaitu diputarkan musik,kemudian klien memutar bola yang di
pegang,bila musik di hentikan dan ada peserta TAK yang masih memegang bola
berarti dia adalah peserta yang terpilih untuk dilakukan tahap kerja selanjutnya.
Petunjuk :
1. tulis nama panggilan klien yang ikut TAK pada kolom nama klien.
2. Untuk tiap klien, beri penilaian tentang kemampuan mempraktekkan 2
cara fisik untuk mencegah perilaku kekerasan. Beri tanda
Jika klien mampu dan tanda
Jika klien tidak mampu
Dokumentasi
Dokumentasikan kemampuan yang dimiliki klien saat TAK pada catatan
proses keperawatan tiap klien. Contoh : klien mengikuti sesi 2 TAK stimulasi
persepsi perilaku kekerasan, klien mampu mempraktekkan tarik nafas dalam, tetapi
belum mampu mempraktekkan pukul kasur dan bantal. Anjurkan dan bantu klien
mempraktekkan di ruang rawat( buat jadwal)
3. Tahap kerja
a. Mendiskusikan dengan klien cara bicara jika ingin meminta sesuatu
dari orang lain.
b. Menuliskan cara-cara yang disampaikan klien.
c. Terapis mendemonstrasikan cara meminta sesuatu tanpa paksaan yaitu,” Saya
perlu/ingin/minta...., yang akan saya gunakan untuk....”.
d. Memilih dua orang klien secara bergilir mendemonstrasikan ulang cara pada poin
c.
e. Ulangi d sampai semua klien mencoba.
f. Memberikan pujian pada peran serta klien.
g. Terapis mendemonstrasikan cara menolak dan menyampaikan rasa sakit hati
pada orang lain, yaitu,”Saya tidak dapt melakukan...”atau”Saya tidak menerima
dikatakan .....”atau” Saya kesal dikatakan seperti...”.
h. Memilih dua orang klien secara bergilir mendemonstrasikan ulang cara pada poin
d.
i. Ulangi h sampai semua klien mencoba.
j.Memberikan pujian pada peran serta klien.
4. Tahap terminasi
a. Evaluasi
1. Terapis menanyakan perasaan klien setelah melakukan TAK.
2. Menanyakan jumlah cara pencegahan perilaku kekerasan yang telah dipelajari.
3. Memberikan pujian dan penghargaan atas jawaban yang benar.
b. Tindak lanjut
1. Menganjurkan klien menggunakn kegiatan fisik dan interaksi sosial yang asertif, jika
stimulus penyebab perilaku kekerasan terjadi.
2. Menganjurkan klien melatih kegiatan fisik dan interaksi sosial yang asertif secara
teratur.
3. Memasukkan interaksi sosial yang asertif pada jadwal kegiatan harian pasien.
c. Kontrak yang akan datang
1. Menyepakati untuk belajar cara baru yang lain, yaitu kegiatan ibadah.
2. Menyepakati waktu dan tempat TAK berikutnya.
Sesi 3: TAK
Stimulasi persepsi perilaku kekerasan
Kemampuan mencegah perilaku kekerasan sosial
No Nama Klien Memperagakan Memperagakan Mamperagakan
cara meminta cara menolak cara
tanpa paksa yang baik mengungkapkan
kekerasan yang
baik
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
Petunjuk :
1. Tulis nama panggilan klien yang ikut TAK pada kolom nama klien.
2. Untuk tiap klien, beri penilaian akan kemampuan mempraktikkan
pencegahan perilaku kekerasan secara sosial: meminta tanpa paksa,
menolak dengan baik, mengungkapkan kekesalan dengan baik. Beri tanda √
jika klien mampu dan tanda х jika klien tidak mampu.
Dokumentasi
Dokumentasikan kemampuan yang dimiliki klien saat TAK pada catatan
proses keperawatan tiap klien. Contoh : klien mengikuti Sesi 3 TAK stimulasi
persepsi perilaku kekerasan. Klien mampu memperagakan cara meminta tanpa
paksa, menolak dengan baik dan mengungkapkan kekerasan. Anjurkan klien
mempraktikkan di ruang rawat (buat jadwal).
Langkah kegiatan
1. Persiapan
a. Mengingatkan kontrak dengan klien yang telah ikut sesi.
b. menyiapkan alat dan tempat
2. Orientasi
a. Salam terapiutik
1. Salam dari terapis kepada klien
2. Klien dan terapis pakai papan nama
b. Evaluasi/ validasi
1. Menanyakan perasaan klien saat ini.
2. Menanyakan apakah ada penyebab marah, tanda dan gejala marah, serta perilaku
kekerasan.
3. Tanyakan apakah kegiatan fisik dan interaksi sosial yang asertif untuk mencegah
perilaku kekerasan sudah dilakukan.
c. Kontrak
1. Menjelaskan tujuan kegiatan, yaitu kegiatan ibadah untuk mencegah perilaku
kekerasan
2. Menjelaskan aturan main berikut:
Jika ada klien yang akan meninggalkan kelompok, harus meminta izin kepada
terapis.
Lama kegiatan 45 menit.
Setiap klien mengikuti kegiatan dari awal sampai selesai.
3. Tahap kerja
a. Menanyakan agama dan kepercayaan masing-masing klien.
b. Mendiskusikan kegiatan ibadah yang biasa dilakukan masing-masing klien.
c. Menuliskan kegiatan ibadah masing-masing klien.
d. Meminta klien untuk memilih satu kegiatan ibadah.
e. Meminta klien mendemonstrasikan kegiatan ibadah yang dipilih.
f. Memberikan pujian pada penampilan klien.
4. Tahap terminasi
a. Evaluasi
1. Terapis menanyakan perasaan klien setelah mengikuti TAK.
2. Menanyakan jumlah cara pencegahan perilaku kekerasan yang telah dipelajari.
3. Memberikan pujian dan penghargaan atas jawaban yang benar.
b. Tindak lanjut
1. Menganjurkan klien menggunakan kegiatan fisik, interaksi sosial yang asertif, dan
kegiatan ibadah jika stimulus penyebab perilaku kekerasan terjadi.
2. Menganjurkan klien melatih kegiatan fisik, interaksi sosial yang asertif, dan kegiatan
ibadah secara teratur.
3. Memasukkan kegiatan ibadah pada jadwal kegiatan harian klien.
c. Kontrak yang akan datang
1. Menyepakati untuk balajar cara baru yang lain, yaitu minum obat teratur.
2. Menyepakati waktu dan tempat pertemuan berikutnya.
Sesi 4 : TAK
Stimulasi persepsi perilaku kekerasan
Kemampuan mencegah perilaku kekerasan spiritual
No Nama klien Mempraktikkan kegiatan Mempraktikkan kegiatan
ibadah pertama ibadah kedua
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
Petunjuk:
1. Tulis nama panggilan klien yang ikut TAK pada kolom nama klien
2. Untuk tiap klien, beri penilaian akan kemampuan mempraktikkan
pencegahan perilaku kekerasan secara sosial: meminta tanpa paksa,
menolak dengan baik, mengungkapkan kekesalan dengan baik. Beri tanda √
jika klien mampu dan tanda х jika klien tidak mampu.
Dokumentasi
Dokumentasikan kemampuan yang dimiliki klien saat TAK pada catatan proses
keperawatan tiap klien. Contoh: klien mengikuti Sesi 4, Tak stimulasi persepsi
perilaku kekerasan. Klien mampu memperagakan dua cara ibadah. Anjurkan klien
melakukannya secara teratur di ruangan (buat jadwal).
Sesi 5: Mencegah Perilaku Kekerasan Dengan Patuh
Mengonsumsi Obat
Tujuan
1. Klien dapat menyebutkan keuntungan patuh minum obat
2. Klien dapat menyebutkan akibat/ kerugian tidak patuh minum obat
3. Klien dapat menyebutkan lima benar cara minum obat
Setting
1. Terapis dan klien duduk bersama dalam lingkaran.
2. Ruangan nyaman dan tenang.
Alat
1. Papan tulis/ flipchart/whiteboard dan alat tulis
2. Buku catatan dan pulpen
3. Jadwal kegiatan klien
4. Beberapa contoh obat
Metode
1. Dinamika kelompok
2. Diskusi dan tanya jawab
Langkah kegiatan
1. Persiapan
a. Mengingatkan kontrak dengan klien yang telah ikut sesi.
b. menyiapkan alat dan tempat
2. Orientasi
a. Salam terapiutik
1. Salam dari terapis kepada klien
2. Klien dan terapis pakai papan nama
b. Evaluasi/ validasi
1. Menanyakan perasaan klien saat ini.
2. Menanyakan apakah ada penyebab marah, tanda dan gejala marah, serta perilaku
kekerasan.
3. Tanyakan apakah kegiatan fisik dan interaksi sosial yang asertif untuk mencegah
perilaku kekerasan sudah dilakukan.
c. Kontrak
1. Menjelaskan tujuan kegiatan, yaitu petuh minum obat untuk mencegah perilaku
kekerasan
2. Menjelaskan aturan main berikut:
Jika ada klien yang akan meninggalkan kelompok, harus meminta izin kepada
terapis.
Lama kegiatan 45 menit.
Setiap klien mengikuti kegiatan dari awal sampai selesai.
3. Tahap kerja
a. Mendiskusikan macam obat yang dimakan klien: nama dan warna
(upayakan tiap klien menyampaikan).
b. Mendiskusikan waktu minum obat yang biasa dilakukan klien.
c. Tuliskan di whiteboard hasil a dan b.
d. Menjelaskan lima benar minum obat, yaitu benar obat, benar waktu minum
obat, benar orang yang minum obat, benar cara minum obat, benar dosis obat.
e. Minta klien menyebutkan lima benar cara minum obat secara bergiliran.
f. Berikan pujian pada klien yang benar.
g. Mendiskusikan perasaan klien sebelum minum obat(catat di whiteboard).
h. Mendiskusikan perasaan klien setelah teratur minum obat (catat di whiteboard).
i. Menjelaskan keuntungan patuh minum obat, yaitu salah satu cara mencegah
perilaku kekerasan/ kambuh.
j. Menjelaskan akibat/ kerugian jika tidak patuh minum obat, yaitu kejadian perilaku
kekerasan/ kambuh.
k. Minta klien menyebutkaa kembali keuntungan patuh minum obat dan kerugian
tidak patuh minum obat.
l. Memberikan pujian setiap kali klien benar.
4. Tahap terminasi
a. Evaluasi
1. Terapis menanyakan perasaan klien setelah mengikuti TAK.
2. Menanyakan jumlah cara pencegahan perilaku kekerasan yang telah dipelajari.
3. Memberikan pujian dan penghargaan atas jawaban yang benar.
b. Tindak lanjut
1. Menganjurkan klien menggunakan kegiatan fisik, interaksi sosial asertif kegiatan
ibadah, dan patuh minum obat untuk mencegah perilaku kekerasan.
2. Memasukkan minum obat pada jadwal kegiatan harian klien.
c. Kontrak yang akan datang
Mengakhiri pertemuan untuk TAK perilaku kekerasan dan disepakati jika klien perlu
TAK yang lain.
Sesi 5: TAK
Stimulasi persepsi perilaku kekerasan
Kemampuan mencegah perilaku kekerasan
dengan patuh minum obat
Dokumentasi
Dokumentasi kemampuan yang dimiliki klien pada catatan proses keperawatan tiap
klien. Contoh : klien mengikuti Sesi 5, TAK stimulasi persepsi perilaku kekerasan.
Klien mampu menyebutkan keuntungan minum obat, belum dapat menyebutkan
keuntungan minum obat dan akibat tidak minum obat. Anjurkan klien mempraktikkan
lima benar cara minum obat, bantu klien merasakan keuntungan minum obat, dan
akibat tidak minum obat