You are on page 1of 34

LATAR BELAKANG

Kelompok adalah kumpulan individu yang memiliki hubungan satu dengan


yang lain saling bergantung dan mempunyai norma yang sama (Stuart & Sundeen,
1995). Terapi aktivitas kelompok (TAK) merupakan salah satu terapi modalitas yang
dilakukan perawat pada sekelompok klien yang mempunyai masalah perawatan yang
sama. Aktivitas digunakan sebagai terapi dan kelompok digunakan sebagai target
asuhan.
Terapi Aktivitas Kelompok merupakan tindakan keperawatan oleh karena itu
perlu dimasukkan dalam rencana tindakan keperawatan pada masalah keperawatan
tertentu.
Perilaku kekerasan adalah kemarahan yang diekspresikan secara berlebihan
dan tidak terkendali sehingga menciderai orang lain dan lingkungan.
Berdasarkan data di ruangan Elang didapatkan dari 30 klien, sebagian besar
mengalami halusinasi dan PK, oleh karena persentase halusinasi dan PK lebih tinggi,
maka kami tertarik untuk melakukan Terapi Aktivitas Kelompok pada pasien-pasien
yang mengalami kasus tersebut. Terapi Aktivitas Kelompok Sesi 5 dilakukan pada
pasien halusinasi yaitu stimulasi sensori : mengontrol halusinasi dengan patuh minum
obat.
PROPOSAL TERAPI AKTIVITAS KELOMPOK

 Tim Terapis
Leader : Baihaqi
Co Leader : Siti Rahmawati
Fasilitator : Anton Fatoni

 Kriteria
Pasien yang mengalami perilaku kekerasan

 Topik
Mengenal perilaku kekerasan yang biasa dilakukan

 Tujuan
 Klien dapat menyebutkan stimulasi penyebab kemarahannya
 Klien dapat menyebutkan respon yang dirasakan saat marah (tanda dan
gejala marah)
 Klien dapat menyebutkan reaksi yang dilakukan saat marah (perilaku
kekerasan)
 Klien dapat menyebutkan akibat perilaku kekerasan

 Setting
1. Terapis dan kien duduk bersamaan dalam lingkaran
2. Ruangan nyaman dan tenang
 Tindakan Terapi Aktivitas Kelompok / Metod
1. Dinamika kelompok
2. Diskusi dan tanya jawab
3. Bermain peran / simulasi

 Proses Pelaksanaan
1. Fase Orientasi
a. Salam terapeutik
“Assalamualaikum bapak-bapak.... selamat pagi !
b. Penjelasan tujuan dan aturan main
 Hari ini kita berkumpul disini untuk berdiskusi dan tanya jawab tentang
mengenal perilaku kekerasan yang biasa dilakukan
 Sebelum dimulai kegiatan, bapak-bapak diminta untuk saling
memperkenalkan diri dengan menyebutkan nama, asal dan hobi.
 Selanjutnya saya akan menjelaskan pentingnya mengenal perilaku
kekerasan yang biasa dilakukan.
 Setelah itu saya akan bertanya kembali kepada bapak-bapak yang telah
saya jelaskan tadi.
 Sebelum selesai kegiatan ini semua peserta tidak boleh meninggalkan
ruangan. Apabila ada yang ingin ke kamar mandi diharapkan minta izin
dulu.

c. Kontrak
Topik : Sesuai dengan kesepakatan kita kemarin bahwa hari ini kita
akan melaksanakan TAK dengan materi “Mengenal perilaku
kekerasan yang biasa dilakukan”.
Waktu : Kita akan melaksanakan TAK berapa menit ? bagaimana kalau
45 menit ?
Tempat : Dimana kita melakukan TAK? Bagaimana kalau disini saja? Di
ruang TAK?

2. Fase Kerja
“Baiklah sekarang kita mulai, sudah siap semuanya...?”
“Nah sekarang saya akan mencontohkan cara memperkenalkan diri pada
teman disebelah saya.”
“Nama saya Baihaqi.”
“Asal saya dari Serang.”
“Hobi saya mincing.”
“Sekarang kita lanjutkan lagi ya..”
“Ya, silahkan bapak yang disamping saya berdiri dan memperkenalkan diri
pada teman yang duduk.”
“Bagus, tepuk tangan..”
“Sekarang kita lanjutkan lagi.”
“Saya akan menjelaskan penyebab marah.”
“Apa faktor penyebab sehingga bapak bisa marah ?”
“Saya akan menjelaskan bagaimana cara mencegah marah, misalnya dengan
menepuk bantal, tarik nafas dalam.”
“Sekarang saya mau tanya bapak-bapak sudah bisa belum cara mencegah
marah ?”
“Sudah...?”
“Baik, berarti bapak-bapak mengerti dengan apa yang kami sampaikan.”
3. Fase Terminasi
a. Evaluasi subjektif
“Bagaimana perasaan bapak setelah mengikuti TAK hari ini?”

b. Evaluasi objektif
“Coba sebutkan msnfaat pentingnya mengenal perilaku kekerasan yang
biasa dilaksanakan.”

c. Rencana Tindak Lanjut (RTL)


“Karena waktu kita sudah selesai, saya harap bapak-bapak dapat mengingat
dan menerapkan apa yang sudah saya ajarkan tadi.”

SESI 1 TAK
PERILAKU KEKERASAN
KEMAMPUAN MENGENAL PERILAKU KEKERASAN YANG BIASA
DILAKUKAN

No Nama Mampu Mampu Mampu Mampu Mampu


Klien menyebutkan menyebutkan menyebutkan menyebutkan menyebutkan
penyebab PK tanda dan PK yang akibat K cara
gejala PK dilakukan mengontrol
PK
LAPORAN TERAPI AKTIVITAS KELOMPOK

TOPIK : Mengenal Perilaku kekerasan yang biasa dilakukan

Disusun Oleh :

ISMIYANTI
SOPIYANA DWI RAHAYU

PROGRAM STUDI D III KEPERAWATAN


KEPERAWATAN JIWA
SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN FALETEHAN
SERANG 2017
PROPOSAL
TERAPI AKTIVITAS KELOMPOK
STIMULASI PERSEPSI : PERILAKU KEKERASAN

TERAPI AKTIVITAS KELOMPOK

A. Pengertian
Kelompok adalah kumpulan individu yang memilik hubungan satu dengan
yang lain,saling bergantung dan mempunyai norma yang sama(struart & Laraia ,
2001). Anggota kelompok mungkin dating dari berbagai latar belakang yang harus
ditangani sesuai dengan keadaanya, seperti agresif, takut, kebencian, kompetitif,
kesamaan, ketidaksamaan, kesukaan dan menarik (Yalom, 1995 dalam Struart &
Laraia). Semua kondisi ini akan mempengaruhi dinamika kelompok , ketika anggota
kelompok memberi dan menerima umpan balik yang berarti dalam berbagai interaksi
yang terjadi dalam kelompok

a. Jenis terapi kelompok


Beberapa ahli membedakan kegiatan kelompok sebagai tindakan
keperawatan pada kelompok dan terapi kelompok. Stuart dan Laraia (2001)
menguraikan beberapa kelompok yang dapat dipimpin dan digunakan perawat
sebagai tindakan keperawatan bagi klien, misalnya task group, supportive group,
brief therapy groups, intensive problem-solving groups, medication groups, activity
therapy, dan peer support groups. Wilson dan Kneisl (1992) menyampaikan
beberapa terapi kelompok seperti, analytic group psycho therapi, psychodrama, self-
help groups, remotivation, reedukasi dan client government groups. Terapi aktivitas
kelompok Rawlins, Williams, dan Beck (1993) membagi kelompok menjadi tiga, yaitu
terapi kelompok, kelompok terapeutik, dan terapi aktivitas kelompok.

Terapi Kelompok
Terapi kelompok adalah metode pengobatan ketika klien ditemui dalam
rancangan waktu tertentu dengan tenaga yang memenuhi persyaratan tertentu.
Fokus terapi kelompok adalah membuat sadar diri (self-awereness), peningkatan
hubungan interpersonal, membuat perubahan atau ketiganya.
Kelompok Terapeutik
Kelompok terapeutik membantu mengatasi stres emosi, penyakit fisik krisis,
tumbuh-kembang, atau penyesuaian sosial, misalnya, kelompok wanita hamil yang
akan menjadi ibu, individu yang kehilangan, dan penyakit terminal. Banyak kelompok
terapeutik yang dikembangkan menjadi self-help-group. Tujuan dari kelompok ini
adalah sebagai berikut :
 Mencegah masalah kesehatan
 Mendidik dan mengembangkan potensi anggota kelompok
 Meningkatkan kualitas kelompok. Antara anggota kelompok saling membantu dalam
menyelesaikan masalah.

Terapi Aktivitas Kelompok


Kelompok dibagi sesuai kebutuhan yaitu, stimulasi persepsi, stimulasi
sensoris, orientasi realita, dan sosialisasi.

Tabel 1-2 Tujuan, tipe, dan aktivitas dari terapi aktivitas kelompok
(Sumber : Rawlins, Williams, dan Beck, 1993)
Tujuan Tipe Aktivitas
1.Mengembangkan Bibliotherapy Menggunakan artikel,
stimulasi persepsi buku, sajak, puisi, surat
kabar untuk merangsang
atau menstimulasi berpikir
dan mengembangkan
hubungan dengan orang
lain.
Stimulus dapat berbagai
hal yang tujuannya
melatih persepsi.
2.Mengembangkan Musik, seni, menari Menyediakan kegiatan
stimulasi sensoris mengekspresikan
Relaksasi perasaan
Belajar teknik relaksasi
dengan cara nafas dalam,
relaksasi otot, imajinasi
3.Mengembangkan Kelompok orientasi Fokus pada orientasi
orientasi realitas realitas, kelompok validasi waktu, tempat dan orang;
benar dan salah; bantu
memenuhi kebutuhan
4.Mengembangkan Kelompok remotivasi Mengorientasikan diri dan
sosialisasi regresi pada klien menarik
realitas dalam berinteraksi
atau sosialisasi
Kelompok mengingatkan Fokus pada mengingat

Terapi aktivitas kelompok sering dipakai sebagai terapi tambahan. Sejalan


dengan hal tersebut, maka Lancester mengemukakan beberapa aktivitas yang
digunakan pada TAK, yaitu menggambar, membaca puisi, mendengarkan musik,
mempersiapkan meja makan, dan kegiatan sehari-hari yang lain. Wilson dan Kneisl
(1992) menyatakan bahwa TAK adalah manual, rekreasi dan teknik kreatif untuk
memfasilitasi pengalaman seseorang serta meninkatkan respon sosial dan harga
diri. Aktivitas yang digunakan sebagai terapi di dalam kelompok, yaitu membaca
puisi, seni, musik, menari dan literatur.
Dari uraian tentang terapi aktivitas kelompok yang dikemukakan oleh Wilson,
Kneisl, dan Lancester ditemukan kesamaan dengan terapi kelompok tambahan yang
disampaikan oleh Rawlins, Williams, dan Beck. Oleh karena itu, akan diuraikan
kombinasi keduanya menjadi terapi aktivitas kelompok.

b. Terapi aktivitas kelompok


Terapi aktivitas kelompok bibagi empat, yaitu terapi aktivitas kelompok
stimulasi kognitif / persepsi, terapi aktivitas kelompok stimulasi sensori, terapi
aktivitas stimulasi realita, dan terapi aktivitas kelompok sosialisasi.

1. Terapi Aktivitas Kelompok Stimulasi Kognitif / Persepsi


Klien dilatih mempersepsikan stimulus yang disediakan atau stimulus yang
pernah dialami. Kemampuan persepsi klien dievaluasi dan ditingkatkan pada tiap
sesi. Dengan proses ini, diharapkan respon klien terhadap berbagai stimulus dalam
kehidupan menjadi adaptif.
Aktivitas berupa stimulus dan persepsi. Stimulus yang disediakan: baca
artikel / majalah / buku / puisi, menonton acara TV (ini merupakan stimulus yang
disediakan); stimulus dari pengalaman masa lalu yang menghasilkan proses
persepsi klien yang maladaptif atau distruktif, misalnya kemarahan, kebencian, putus
hubungan, pandangan negatif pada orang lain, dan halusinasi. Kemudian dilatih
persepsi klien terhadap stimulus.

2. Terapi Aktivitas Kelompok Stimulasi Sensoris


Aktivitas digunakan sebagai stimulus pada sensoris klien. Kemudian
diobservasi reaksi sensoris klien terhadap stimulus yang disediakan, berupa
ekspresi perasaan ssecara nonverbal (ekspresi wajah, gerakan tubuh). Biasanya
klien yang tidak mau mengungkapkan komunikasi verbal akan terstimulasi emosi
dan perasaannya, serta menampilkan respons. Aktivitas yang digunakan sebagai
stimulus adalah: musik, seni, menyanyi, menari. Jika hobi klien diketahui
sebelumnya, dapat dipakai sebagai stimulus, misalnya lagu kesukaan klien, dapat
digunakan sebagai stimulus.

3. Terapi Aktivitas Kelompok Orientasi Realitas


Klien diorientasikan pada kenyataan yang ada disekitar klien, yaitu diri
sendiri, orang lain yang ada disekeliling klien atau orang yang dekat dengan klien
dan lingkungan yang pernah mempunyai hubungan dengan klien. Demikian pula
dengan orientasi waktu saat ini, waktu yang lalu, dan rencana kedepan. Aktivitas
dapat berupa: orientasi orang, waktu, tempat, benda yang ada disekitar, dan semua
kondisi nyata.

B. Terapi Aktivitas Kelompok Sosialisasi

Klien dibantu untuk melakukan sosialisasi dengan individu yang ada disekitar
klien. Sosialisasi dapat pula dilakukan secara bertahap dari interpersonal (satu dan
satu), kelompok, dan massa. Aktivitas dapat berupa latihan sosialisasi dalam
kelompok.

C. Kualifikasi Terapis
Rawlins, Williams, dan Beck (1993) mengidentifikasi tiga area yang perlu
dipersiapkan untuk menjadi terapis atau pemimpin terapi kelompok, yaitu persiapan
teoritis melalui pendidikan formal, literatur, bacaan, dan lokakarya; praktik yang
disupervisi pada saat berperan sebagai pemimpin kelompok; pengalaman mengikuti
terapi kelompok.
Perawat diperkenankan memimpin terapi kelompok jira telah dipersiapkan
secara profesional. American Nurses ‘ Association (ANA) menetapkan pada praktik
keperawatan psikiatri dan klinikal spesialis dapat berfungsi sebagai terapis
kelompok. Sertifikat dari ANA sebagai spesialis klinik dalam keperawatan psikiatri-
kesehatan jira menjamin perawat mahir dan competen sebagai terapis
kelompok. The American Group Pshycotherapy Association (AGPA) sebagai badan
akreditasi terapis kelompok menetapkan anggotanya minimal berpendidikan master.
Perawat yang memimpin kelompok terapeutik dan kelompok tambahan
(TAK), persyaratannya harus mempunyai pengetahuan tentang masalah klien dan
mengetahui metode yang dipakai untuk kelompok khusus serta terampil berperan
sebagai pemimpin.

PERILAKU KEKERASAN
A. Latar Belakang
Umumnya klien dengan Perilaku Kekerasan dibawa dengan paksa ke Rumah
sakit Jiwa. Sering tampak klien diikat secara tidak manusiawi disertai bentakan dan
pengawalan oleh sejumlah anggota keluarga bahkan polisi. Perilaku Kekerasan
seperti memukul anggota keluarga/orang lain, merusak alat rumah tangga dan
marah-marah merupakan alasan utama yang paling banyak dikemukakan oleh
keluarga. Penanganan oleh keluarga belum memadai, keluarga seharusnya
mendapat pendidikan kesehatan tentang cara merawat klien (manajemen perilaku
kekerasan).
B. Pengertian
Perilaku kekerasan adalah suatu keadaan dimana seseorang melakukan
tindakan yang dapat membahayakan secara fisik baik terhadap diri sendiri, orang
lain maupun lingkungan. Hal tersebut dilakukan untuk mengungkapkan perasaan
kesal atau marah yang tidak konstruktif. (Stuart dan Sundeen, 1995).
Sedangkan menurut Depkes RI, Asuhan keperawatan pada pasien dengan
gangguan penyakit jiwa, Jilid III Edisi I, hlm 52 tahun 1996 : “Marah adalah
pengalaman emosi yang kuat dari individu dimana hasil/tujuan yang harus dicapai
terhambat”. Kemarahan yang ditekan atau pura-pura tidak marah akan mempersulit
sendiri dan mengganggu hubungan interpersonal. Pengungkapan kemarahan
dengan langsung dan konstruktif pada waktu terjadi akan melegakan individu dan
membantu orang lain untuk mengerti perasaan yang sebenarnya. Untuk itu perawat
harus pula mengetahui tentang respons kemarahan sesorang dan fungsi positif
marah.
C. Metode TAK
1. TAK Stimulasi Kognitif / Persepsi
Klien dilatih mempersepsikan stimulus, yang disediakan atau yang pernah
dialami. Kemampuan persepsi klien dievaluasi dan ditingkatkan pada tiap sesi.
Dengan proses ini diharapkan respon klien terhadap berbagai stimulus dalam
kehidupan menjadi adaptif.
2. Stimulasi Sensoris
Aktivitas digunakan sebagai stimulus pada sensori klien, kemudian
diobservasi reaksi sensori klien terhadap stimulus yang disediakan berupa ekspresi
perasaan secar non-verbal.
3. TAK Orientasi Realitas
Klien diorientasikan kepada kenyataan yang ada disekitarnya (diri sendiri,
orang lain disekelilingnya, orang yang dekat dengan klien, dan lingkunan yang
mempunyai hubungan dengan klien).
Demikian pula dengan orientasi waktu saat ini, waktu yang lalu dan rencana
kedepan, aktivitas dapat berupa orientasi orang, waktu, tempat, benda yang ada
disekitar dan semua kondisi nyata.
4. TAK Sosialisasi
Merupakan suatu upaya untuk memfasilitasi kemampuan sosialisasi sejumlah
klien dengan masalah hubungan sosial. Tujuan umum dari terapi ini ialah klien dapat
meningkatkan hubungan sosial dalam kelompok secara bertahap. Sosialisasi dapat
juga dilakukan secara bertahap dari interpersonal, kelompok dan massa. Aktifitas
dapat berupa latihan sosialisasi dalam kelompok
D. Proses Terjadinya Perilaku Kekerasan
Perilaku kekerasan bisa disebabkan adanya gangguan harga diri: harga diri
rendah. Harga diri adalah penilaian individu tentang pencapaian diri dengan
menganalisa seberapa jauh perilaku sesuai dengan ideal diri. Dimana gangguan
harga diri dapat digambarkan sebagai perasaan negatif terhadap diri sendiri, hilang
kepercayaan diri, merasa gagal mencapai keinginan.
E. Penyebab Perilaku Kekerasan
Menurut Stearen kemarahan adalah kombinasi dari segala sesuatu yang tidak
enak, cemas, tegang, dendam, sakit hati, dan frustasi. Beberapa faktor yang
mempengaruhi terjadinya kemarahan yaitu frustasi, hilangnya harga diri, kebutuhan
akan status dan prestise yang tidak terpenuhi.
1. Frustasi, sesorang yang mengalami hambatan dalam mencapai
tujuan/ keinginan yang diharapkannya menyebabkan ia menjadi frustasi. Ia
merasa terancam dan cemas. Jika ia tidak mampu menghadapi rasa frustasi
itu dengan cara lain tanpa mengendalikan orang lain dan keadaan sekitarnya
misalnya dengan kekerasan.
2. Hilangnya harga diri ; pada dasarnya manusia itu mempunyai
kebutuhan yang sama untuk dihargai. Jika kebutuhan ini tidak terpenuhi
akibatnya individu tersebut mungkin akan merasa rendah diri, tidak berani
bertindak, lekas tersinggung, lekas marah, dan sebagainya.
3. Kebutuhan akan status dan prestise ; Manusia pada umumnya
mempunyai keinginan untuk mengaktualisasikan dirinya, ingin dihargai dan
diakui statusnya.
F. Tanda dan Gejala Orang yang Menarik Diri
1. Muka merah
2. Pandangan tajam
3. Otot tegang
4. Nada suara tinggi
5. Berdebat dan sering pula tampak klien memaksakan kehendak
6. Memukul jika tidak senang
G. Tindakan keperawatan pada klien perilaku kekerasan
Keliat dkk. (2002) mengemukakan cara khusus yang dapat dilakukan keluarga
dalam mengatasi marah klien yaitu :
1. Tindakan Keperawatan
a. Berteriak, menjerit, dan memukul.
Terima marah klien, diam sebentar, arahkan klien untuk memukul barang yang
tidak mudah rusak seperti bantal, kasur
b.Cari gara-gara.
Bantu klien latihan relaksasi misalnya latihan fisik maupun olahraga, Latihan
pernafasan 2X/ hari, tiap kali 10 kali tarikan dan hembusan nafas.
c. Bantu melalui humor.
Jaga humor tidak menyakiti orang, observasi ekspresi muka orang yangmenjadi
sasaran dan diskusi cara umum yang sesuai.
2. Terapi Medis
Psikofarmaka adalah terapi menggunakan obat dengan tujuan
untukmengurangi atau menghilangkan gejala gangguan jiwa.

TERAPI AKTIVITAS KELOMPOK


Stimulasi : Perilaku Kekerasan
Topik : Perilaku Kekerasan
Terapis : mahasiswa
Sasaran : klien
Tempat : Ruang
Waktu : 1 X 45 menit
Kriteria Pasien :
 Klien yang tidak terlalu gelisah.
 klien yang bisa kooperatif dan tidak mengganggu berlangsungnya Terapi
Aktifitas Kelompok
 Klien tindak kekerasan yang sudah sampai tahap mampu berinteraksi
dalam kelompok kecil
 Klien tenang dan kooperatif
 Kondisi fisik dalam keadaan baik
 Mau mengikuti kegiatan terapi aktivitas
 Klien yang dapat memegang alat tulis
 Klien yang panca inderanya masih memungkinkan
Leader :
Bertugas :
 Katalisator, yaitu mempermudah komunikasi dan interaksi dengan
jalanmenciptakan situasi dan suasana yang memungkinkan klien termotivasi untuk
mengekspresikan perasaannya
 Auxilery Ego, sebagai penopang bagi anggota yang terlalu lemah atau
mendominasi
 Koordinator, Mengarahkan proses kegiatan kearah pencapaian tujuan
dengan cara memberi motivasi kepada anggota untuk terlibat dalam kegiatan
Co Leader :
Bertugas :
 Mendampingi leader jika terjadi blocking
 Mengkoreksi dan mengingatkan leader jika terjadi kesalahan
 Bersama leader memecahkan penyelesaian masalah
Observer :
Bertugas :
 Mengobservasi persiapan dan pelaksanaan TAK dari awal sampai akhir
 Mencatat semua aktivitas dalam terapi aktivitas kelompok
 Mengobservasi perilaku pasien
Bertugas :
 Membantu klien meluruskan dan menjelaskan tugas yang harus dilakukan
 Mendampingi peserta TAK
 Memotivasi klien untuk aktif dalam kelompok
 Menjadi contoh bagi klien selama kegiatan
Operator :
Bertugas :
 Mengatur sound,music
Pendamping pasien :
Bertugas :
 Mendampingi pasien dalam pelaksanaan TAK
 Mengingatkan pasien tentang aturan permainan
 Mengikuti jalannya TAK
Anggota /Klien :
Bertugas :
 Menjalankan dan mengikuti kegiatan terapi
Uraian Seleksi Kelompok :
a. Hari/Tanggal : Rabu,24 Maret 2010
b. Tempat pertemuan : Ruang
c. Waktu : 09.00 s/d selesai
d. Lamanya : 45 menit
e. Kegiatan : Terapi Aktivitas Kelompok Perilaku kekerasan
f. Jumlah Anggota : ...Orang
g. Jenis TAK : Perilaku kekerasan

Seting Tempat :

Keterangan :
Leader : Operator :
Co Leader : Observator :
Fasilitator : Anggota /Klien :

TAK STIMULASI PERSEPSI : PERILAKU KEKERASAN


Sesi 1 : Mengenal Perilaku Kekerasan yang Biasa Dilakukan
Tujuan
1. Klien dapat menyebutkan stimulus penyebab kemarahan.
2. Klien dapat menyebutkan respon yang dirasakan saat marah (tanda dan gejala
marah )
3. Klien dapat menyebutkan reaksi yang dilakukan saat marah (perilaku kekerasan )
4. Klien dapat menyebutkan akibat perilaku kekerasan.
5. Klien dapat mempraktekkan cara mengontrol perilaku kekerasan dengan cara
fisik(dengan latihan nafas dalam)

Setting
1. Terapis dan klien duduk bersama
2. Ruangan nyaman dan tenang.

Alat
1. Kertas
2. Spidol
3. Buku catatan dan pulpen
4. Jadwal kegiatan klien
5. Bola

Metode
1. Dinamika kelompok
2. Diskusi dan tanya jawab
3. Permainan

Langkah Kegiatan
1. Persiapan
a. Memilih klien perilaku kekerasan yang sudah kooperatif
b. Membuat kontrak dengan klien
c. Mempersiapkan alat dan tempat pertemuan
2. Orientasi
a. Salam terapeutik
1. Salam dari terapis kepada klien.
2. Perkenalkan nama dan panggilan terapis (pakai papan nama )
3. Menanyakan nama dan panggilan semua klien (beri papan nama)
b. Evaluasi validasi
1. Menanyakan perasaan klien saat ini
2. Menanyakan masalah yang dirasakan.
c. Kontrak
1. Menjelaskan tujuan kegiatan, yaitu mengenalkan kelompok, harus minta izin pada
terapis.
2. Menjelaskan aturan main berikut.
 Jika klien ada yang ingin meninggalkan kelompok, harus minta izin pada terapis.
 Lama kegiatan 45 menit.
 Setiap klien mengikuti kegiatan dari awal sampai akhir.

3. Tahap kerja
Leader membacakan aturan permainan :
 Salah satu peserta TAK memegang bola, sambil operator memainkan musik.
 Bila musik berhenti, dan ada salah satu peserta TAK yang memegang bola berarti,
ia harus menyebutkan penyebab perilaku kekerasan, tanda gejala yang dirasakan,
perilaku kekerasan yang pernah dilakukan, akibat, serta mempraktekkan cara
mengontrol PK dengan latihan fisik (cara nafas dalam)
a. Permainan dimulai. Sampai ditemukan peserta yang tetap berjoget saat musik
berhenti.
b. Klien dan terapis mendiskusikan penyebab masalah perilaku kekerasan
1. Tanyakan pengalaman tiap klien
2. Tulis di kertas
c. Mendiskusikan tanda dan gejala yang dirasakan klien saat terpapar oleh penyebab
marah sebelum perilaku kekerasan terjadi.
1. Tanyakan perasaan tiap klien saat terpapar oleh penyebab (tanda dan gejala)
2. Tulis di kertas
d. Mendiskusikan perilaku kekerasan yang pernah dilakukan klien (verbal, merusak
lingkungan, mencederai, memukul, orang lain, dan memukul diri sendiri)
1. Tanyakan perilaku yang dilakukan saat marah
2. Tulis di kertas
e. Mendiskusiksan dampak/akibat perilaku kekerasan.
1. Tanyakan akibat perilaku kekerasan.
2. Tulis di papan tulis di kertas
f. Meminta pasien mempraktekkan cara mengontrol perilaku kekerasan dengan cara
fisik (latihan nafas dalam)
g. Menanyakan perasaan klien setelah selesai bermain paran/stimulasi.
h. Memberikan reinforcement pada peran serta klien.
i. Dalam menjalankan kegiatan TAK upayakan semua klien terlibat.
j. Observer memberi kesimpulan/evaluasi tentang jalannya TAK, mengenai jawaban
klien tentang penyebab, tanda dan gejala, perilaku kekerasan, dan akibat perilaku
kekerasan. Selanjutnya observer memberikan pujian atas peran serta klien dalam
pelaksanaan TAK serta memberi motivasi pada klien untuk meningkatkan
kemampuannya dalam berlatih cara mengontrol perilaku kemarahan.
k. Menanyakan kesediaan klien untuk mempelajari cara baru yang sehat menghadapi
kemarahan.
4. Tahap Terminasi
a. Evaluasi
1. Terapis menanyakan perasaan klien setelah mengikuti TAK.
2. Memberikan reinformennt positif terhadap perilaku klien positif.
b. Tindak Lanjut
1. Menganjurkan klien menilai dan mengevaluasi jika terjadi penyebab marah, yaitu
tanda dan gejala, perilaku kekerasan yang terjadi, serta akibat perilaku kekerasan.
2. Menganjurkan klien mengingat penyebab, tanda dan gejala, perilaku kekerasan dan
akibat yang belum diceritakan.
c. Kontrak yang akan datang
1. Menyepakati belajar cara baru yang sehat untuk mencegah perilaku kekerasan.
2. Menyepakati waktu dan tempat TAK berikutnya.

Evaluasi dan Dokumentasi


Evaluasi
Evaluasi dilakukan saat proses TAK berlangsung khususnya pada tahap
kerja.Aspek yang dievaluasi adalah kemempuan klien dengan tujuan TAK.Untuk
TAK stimulasi persepsi perilaku kekerasan Sesi 1, kemampuan yang diharapkan
adalah mengetahui perilaku, mengenal tanda dan gejala, perilaku kekerasan yang
dilakukan dan akibat perilaku kekerasan.Formulir evaluasi sebagai berikut :

Sesi 1 TAK
Stimilasi perilaku Kekerasan
Kemampuan Psikologi
Memberi Tanggapan Tentang
Nama Penyebab Tanda & Perilaku Akibat Mempraktekkan cara
No.
klien PK gejala PK kekerasan PK mengontrol PK
dengan nafas dalam
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
Petunjuk :
1. Tulis nama panggilan klien yang ikut TAK pada kolom nama klien.
2. Untuk tiap klien, beri penilaian tentang kemampuan mengetahui
penyebab perilaku kekerasan, tanda dan gejala yang dirasakan, perilaku
kekerasan yang dilakukan dan akibat perilaku kekerasan, serta
mempraktekkan cara mengontrol perilaku kekerasan dengan nafas dalam.
Beri tanda + jika mampu dan beri tanda - jika tidak mampu.
Dokumentasi
Dokumentasikan kemempuyan yang dimiliki klien saat TAK pada catatan
proses keperawatan tiap klien.Contoh: Klien mengikuti Sesi 1, TAK stimulus
persepsi perilaku kekerasan.Klien mampu menyebutkan penyebab perilaku
kekerasannya( disalahkan dan tidak diberi uang), mengenal tanda dan gejala yang
dirasakan (”gregeten” dan ”deg-degan”), perilaku kekerasan yang dilakukan
(memukul meja), akibat yang dirasakan (tangan sakit dan dibawa ke rumah sakit
jiwa), dan cara mengontrol perilaku kekerasan dengan latihan tarik nafas dalam.
Anjurkan klien mengingat dan menyampaikan jika semua dirasakan selama di rumah
sakit.

Sesi 2: Mencegah Perilaku Kekerasan Fisik


Tujuan
1. Klien dapat menyebutkan kegiatan fisik yang dilakukan klien.
2. Klien dapat menyebutkan kegiatan fisik yang dapat mencegah
perilaku kekerasan
3. Klien dapat mendemontrasikan dua kegiatan fisik yang dapat
mencegah perilaku kekerasan.
Setting
1. Terapis dan klien duduk bersama membentuk segi empat
2. Ruangan nyaman dan tenang.
Alat
1. Bantal
2. Sound musik
3. Papan tulis
4. Buku catatan dan pulpen
5. Jadwal kegiatan klien

Metode
1. Dinamika kelompok
2. Diskusi dan tanya jawab
3. Permainan

Langkah kegiatan
1. Persiapan
a. Mengingatkan kontrak dengan klien yang telah ikut Sesi 1
b. Mempersiapkan alat dan tempat pertemuan
2. Orientasi
a. Salam terapeutik
1. Salam dari terapis kepada klien.
2. Klien dan terapis pakai papan nama

b. Evaluasi validasi
1. Menanyakan perasaan klien saat ini
2. Menanyakan apakah ada kejadian perilaku kekerasan: penyebab; tanda dan gejala;
perilaku kekerasan serta akibatnya.

c. Kontrak
1. Menjelaskan tujuan kegiatan, yaitu cara fisik untuk mencegah perilaku kekerasan
2. Menjelaskan aturan main berikut.
 Klien Bersedia mengikuti TAK
 Berpakaian rapi dan bersih
 Peserta tidak doperbolehkan makan,minum atau merokok selama pelaksanaan TAK
 Jika ada klien yang ingin meninggalkan kelompok, harus minta izin kepada terapi
 Lama kegiatan 45 menit
 Setiap klien mengikuti kegiatan dari awal sampai akhir

3. Tahap kerja
Melakuakan pemilihan peserta yang akan di lakukan tahap kerja dengan
permainan sederhana yaitu diputarkan musik,kemudian klien memutar bola yang di
pegang,bila musik di hentikan dan ada peserta TAK yang masih memegang bola
berarti dia adalah peserta yang terpilih untuk dilakukan tahap kerja selanjutnya.

a. Mendiskusikan kegiatan fisik yang biasanya dilakukan oleh klien.


1. Tanyakan kegiatan: rumah tangga, harian, dan olah raga yang biasa silakukan oleh
klien.
2. Tulis dipapan tulis/flipchart/whiteboard
b. Menjelaskan kegiatan fisik yang dapat digunakan untuk menyalurkan kemarahan
secara sehat: tarik napas dalam, menjemur/memukul kasur/bantal, menyikat kamar
mandi, main bola,senam, memukul gendang.
c. Membantu klien memilih dua kegiatan yang dapat dilakukan.
d. Bersama klien mempraktekan dua kegiatan yang dipilih.
1. Terapis mempratekkan
2. Klien melakukan redemontrasi.
e. Menanyakan perasaan klien setelah mempraktekan cara penyaluran kemarahan.
f. Upayakan semua klien berperan aktif.
4. Tahap terminasi
a. Evaluasi
1. Terapi menanyakan perasaan klien setelah mengikuti TAK.
2. Menanyakan ulang cara baru yang sehat mencegah perilaku kekerasan.
3. Memberitahukan kemajuan masing – masing klien dalam mencapai hasil tiap sesi
b. Tindak lanjut
1. menganjurkan klien menggunakan cara yang telah dipelajari jika stimulus penyebab
perilaku kekerasan.
2. Menganjurkan klien malatih secara teratur cara yang telah dipelajari.
3. Memasukkan pada jadwal kegiatan harian klien.
c. Kontak yang akan datang
1. Menyepakati untuk belajar cara baru yang lain, yaitu interaksi sosial yang asertif.
2. Menyepakati waktu dan tempat TAK berikutnya.

Evaluasi dan Dokumentasi


Evaluasi
Evaluasi dilakukan saat proses TAK berlangsung, khususnya pada tahap
kerja. Aspek yang dievaluasi adalah kemampuan klien sesuai dengan tujuan TAK.
Untuk TAK stimulasi persepsi perilaku kekerasan sesi 2, kemampuan yang di
harapakan adalah dua kemampuan mencegah perilaku kekerasan secara fisik.
Formulir evaluasi sebagai berikut:
Sesi 2:
Stimulasi Persepsi Perilaku Kekerasan
Kemampuan mencegah perilaku kekerasan fisik
No Nama klien Mempraktekkan cara fisik yang Mempraktekkan
pertama cara fisik yang
kedua
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.

Petunjuk :
1. tulis nama panggilan klien yang ikut TAK pada kolom nama klien.
2. Untuk tiap klien, beri penilaian tentang kemampuan mempraktekkan 2
cara fisik untuk mencegah perilaku kekerasan. Beri tanda
 Jika klien mampu dan tanda
 Jika klien tidak mampu

Dokumentasi
Dokumentasikan kemampuan yang dimiliki klien saat TAK pada catatan
proses keperawatan tiap klien. Contoh : klien mengikuti sesi 2 TAK stimulasi
persepsi perilaku kekerasan, klien mampu mempraktekkan tarik nafas dalam, tetapi
belum mampu mempraktekkan pukul kasur dan bantal. Anjurkan dan bantu klien
mempraktekkan di ruang rawat( buat jadwal)

Sesi 3 : Mencegah perilaku kekerasan Sosial


Tujuan:
1.Klien dapat mengungkapkan keinginan dan permintaan tanpa memaksa
2.Klien dapat mengungkapkan penolakan dan rasa sakit hati tanpa kemarahan
Seting:
1. Terapis dan klien duduk bersama dalam lingkaran
2. Ruangan nyaman dan tenang
Alat ;
1. Papan tulis/flipchart/whiteboard dan alat tulis
2. Buku catatan dan pulpen
3. Jadwal kegiatan klien
Metode :
1. Dinamika kelompok
2. Diskusi dan tanya jawab
3. Bermain peran / simulasi
Langkah kegiatan :
1. Persiapan
a. Mengingatkan kontrak dengan klien yang telah ikut sesi 2
b. Mempersiapkan alat dan tempat pertemuan
2. Orientasi
a.Salam terapiutik
1. Salam dari terapis kepada klien
2.Klien dan terapis pakai papan nama
b.Evaluasi /Validasi
1.Menanyakan perasaan klien saat ini
2.Menanyakan apakah ada penyebab marah,tanda dan gejala marah,serta perilaku
kekerasan
3.Tanyakan apakah kegiatan fisik untuk mencegah perilaku kekerasan sudah
dilakukan
c.Kontrak
1. Menjelaskan tujuan kegiatan yaitu cara sosial untuk mencegah perilaku kekerasan

2. Menjelaskan aturan main berikut:


 Jika ada klien yang akan meninggalkan kelompok, harus meminta izin kepada
terapis.
 Lama kegiatan 45 menit.
 Setiap klien mengikuti kegiatan dari awal sampai selesai.

3. Tahap kerja
a. Mendiskusikan dengan klien cara bicara jika ingin meminta sesuatu
dari orang lain.
b. Menuliskan cara-cara yang disampaikan klien.
c. Terapis mendemonstrasikan cara meminta sesuatu tanpa paksaan yaitu,” Saya
perlu/ingin/minta...., yang akan saya gunakan untuk....”.
d. Memilih dua orang klien secara bergilir mendemonstrasikan ulang cara pada poin
c.
e. Ulangi d sampai semua klien mencoba.
f. Memberikan pujian pada peran serta klien.
g. Terapis mendemonstrasikan cara menolak dan menyampaikan rasa sakit hati
pada orang lain, yaitu,”Saya tidak dapt melakukan...”atau”Saya tidak menerima
dikatakan .....”atau” Saya kesal dikatakan seperti...”.
h. Memilih dua orang klien secara bergilir mendemonstrasikan ulang cara pada poin
d.
i. Ulangi h sampai semua klien mencoba.
j.Memberikan pujian pada peran serta klien.
4. Tahap terminasi
a. Evaluasi
1. Terapis menanyakan perasaan klien setelah melakukan TAK.
2. Menanyakan jumlah cara pencegahan perilaku kekerasan yang telah dipelajari.
3. Memberikan pujian dan penghargaan atas jawaban yang benar.
b. Tindak lanjut
1. Menganjurkan klien menggunakn kegiatan fisik dan interaksi sosial yang asertif, jika
stimulus penyebab perilaku kekerasan terjadi.
2. Menganjurkan klien melatih kegiatan fisik dan interaksi sosial yang asertif secara
teratur.
3. Memasukkan interaksi sosial yang asertif pada jadwal kegiatan harian pasien.
c. Kontrak yang akan datang
1. Menyepakati untuk belajar cara baru yang lain, yaitu kegiatan ibadah.
2. Menyepakati waktu dan tempat TAK berikutnya.

Evaluasi dan Dokumentasi


Evaluasi
Evaluasi dilakukan saat proses Tak berlangsung, khususnya pada tahap
kerja.Aspek yang dievaluasi adalah kemampuan klien sesuai dengan tujuan TAK.
Untuk TAK stimulasi persepsi perilaku kekerasan sesi 3, kemampuan klien yang
diharapkan adalah mencegah perilaku kekerasan secara sosial. Formulir evaluasi
sebagai berikut :

Sesi 3: TAK
Stimulasi persepsi perilaku kekerasan
Kemampuan mencegah perilaku kekerasan sosial
No Nama Klien Memperagakan Memperagakan Mamperagakan
cara meminta cara menolak cara
tanpa paksa yang baik mengungkapkan
kekerasan yang
baik
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.

Petunjuk :
1. Tulis nama panggilan klien yang ikut TAK pada kolom nama klien.
2. Untuk tiap klien, beri penilaian akan kemampuan mempraktikkan
pencegahan perilaku kekerasan secara sosial: meminta tanpa paksa,
menolak dengan baik, mengungkapkan kekesalan dengan baik. Beri tanda √
jika klien mampu dan tanda х jika klien tidak mampu.

Dokumentasi
Dokumentasikan kemampuan yang dimiliki klien saat TAK pada catatan
proses keperawatan tiap klien. Contoh : klien mengikuti Sesi 3 TAK stimulasi
persepsi perilaku kekerasan. Klien mampu memperagakan cara meminta tanpa
paksa, menolak dengan baik dan mengungkapkan kekerasan. Anjurkan klien
mempraktikkan di ruang rawat (buat jadwal).

Sesi 4 : Mencegah Perilaku Kekerasan spiritual


Tujuan
Klien dapat melakukan kegiatan ibadah secara teratur
Setting
1. Terapis dan klien duduk bersama dalam lingkaran.
2. Ruangan nyaman dan tenang.
Alat
1. Papan tulis/ flipchart/whiteboard dan alat tulis
2. Buku catatan dan pulpen
3. Jadwal kegiatan klien
Metode
1. Dinamika kelompok
2. Diskusi dan tanya jawab
3. Bermain peran/ stimulasi

Langkah kegiatan
1. Persiapan
a. Mengingatkan kontrak dengan klien yang telah ikut sesi.
b. menyiapkan alat dan tempat
2. Orientasi
a. Salam terapiutik
1. Salam dari terapis kepada klien
2. Klien dan terapis pakai papan nama

b. Evaluasi/ validasi
1. Menanyakan perasaan klien saat ini.
2. Menanyakan apakah ada penyebab marah, tanda dan gejala marah, serta perilaku
kekerasan.
3. Tanyakan apakah kegiatan fisik dan interaksi sosial yang asertif untuk mencegah
perilaku kekerasan sudah dilakukan.
c. Kontrak
1. Menjelaskan tujuan kegiatan, yaitu kegiatan ibadah untuk mencegah perilaku
kekerasan
2. Menjelaskan aturan main berikut:
 Jika ada klien yang akan meninggalkan kelompok, harus meminta izin kepada
terapis.
 Lama kegiatan 45 menit.
 Setiap klien mengikuti kegiatan dari awal sampai selesai.
3. Tahap kerja
a. Menanyakan agama dan kepercayaan masing-masing klien.
b. Mendiskusikan kegiatan ibadah yang biasa dilakukan masing-masing klien.
c. Menuliskan kegiatan ibadah masing-masing klien.
d. Meminta klien untuk memilih satu kegiatan ibadah.
e. Meminta klien mendemonstrasikan kegiatan ibadah yang dipilih.
f. Memberikan pujian pada penampilan klien.
4. Tahap terminasi
a. Evaluasi
1. Terapis menanyakan perasaan klien setelah mengikuti TAK.
2. Menanyakan jumlah cara pencegahan perilaku kekerasan yang telah dipelajari.
3. Memberikan pujian dan penghargaan atas jawaban yang benar.
b. Tindak lanjut
1. Menganjurkan klien menggunakan kegiatan fisik, interaksi sosial yang asertif, dan
kegiatan ibadah jika stimulus penyebab perilaku kekerasan terjadi.
2. Menganjurkan klien melatih kegiatan fisik, interaksi sosial yang asertif, dan kegiatan
ibadah secara teratur.
3. Memasukkan kegiatan ibadah pada jadwal kegiatan harian klien.
c. Kontrak yang akan datang
1. Menyepakati untuk balajar cara baru yang lain, yaitu minum obat teratur.
2. Menyepakati waktu dan tempat pertemuan berikutnya.

Evaluasi dan Dokumentasi


Evaluasi
Evaluasi dilakukan saat proses TAK berlangsung, khususnya pada tahap
kerja. Aspek yang dievaluasi adalah kemampuan klien sesuai dengan tujuan TAK.
Untuk TAK stimulasi persepsi perilaku kekerasan Sesi 4, kemampuan klien yang
diharapkan adalah perilaku 2 kegiatan ibadah untuk mencegah kekerasan. Formulir
evaluasi sebagai berikut.

Sesi 4 : TAK
Stimulasi persepsi perilaku kekerasan
Kemampuan mencegah perilaku kekerasan spiritual
No Nama klien Mempraktikkan kegiatan Mempraktikkan kegiatan
ibadah pertama ibadah kedua
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.

Petunjuk:
1. Tulis nama panggilan klien yang ikut TAK pada kolom nama klien
2. Untuk tiap klien, beri penilaian akan kemampuan mempraktikkan
pencegahan perilaku kekerasan secara sosial: meminta tanpa paksa,
menolak dengan baik, mengungkapkan kekesalan dengan baik. Beri tanda √
jika klien mampu dan tanda х jika klien tidak mampu.

Dokumentasi
Dokumentasikan kemampuan yang dimiliki klien saat TAK pada catatan proses
keperawatan tiap klien. Contoh: klien mengikuti Sesi 4, Tak stimulasi persepsi
perilaku kekerasan. Klien mampu memperagakan dua cara ibadah. Anjurkan klien
melakukannya secara teratur di ruangan (buat jadwal).
Sesi 5: Mencegah Perilaku Kekerasan Dengan Patuh
Mengonsumsi Obat

Tujuan
1. Klien dapat menyebutkan keuntungan patuh minum obat
2. Klien dapat menyebutkan akibat/ kerugian tidak patuh minum obat
3. Klien dapat menyebutkan lima benar cara minum obat
Setting
1. Terapis dan klien duduk bersama dalam lingkaran.
2. Ruangan nyaman dan tenang.
Alat
1. Papan tulis/ flipchart/whiteboard dan alat tulis
2. Buku catatan dan pulpen
3. Jadwal kegiatan klien
4. Beberapa contoh obat
Metode
1. Dinamika kelompok
2. Diskusi dan tanya jawab
Langkah kegiatan
1. Persiapan
a. Mengingatkan kontrak dengan klien yang telah ikut sesi.
b. menyiapkan alat dan tempat
2. Orientasi
a. Salam terapiutik
1. Salam dari terapis kepada klien
2. Klien dan terapis pakai papan nama

b. Evaluasi/ validasi
1. Menanyakan perasaan klien saat ini.
2. Menanyakan apakah ada penyebab marah, tanda dan gejala marah, serta perilaku
kekerasan.
3. Tanyakan apakah kegiatan fisik dan interaksi sosial yang asertif untuk mencegah
perilaku kekerasan sudah dilakukan.
c. Kontrak
1. Menjelaskan tujuan kegiatan, yaitu petuh minum obat untuk mencegah perilaku
kekerasan
2. Menjelaskan aturan main berikut:
 Jika ada klien yang akan meninggalkan kelompok, harus meminta izin kepada
terapis.
 Lama kegiatan 45 menit.
 Setiap klien mengikuti kegiatan dari awal sampai selesai.

3. Tahap kerja
a. Mendiskusikan macam obat yang dimakan klien: nama dan warna
(upayakan tiap klien menyampaikan).
b. Mendiskusikan waktu minum obat yang biasa dilakukan klien.
c. Tuliskan di whiteboard hasil a dan b.
d. Menjelaskan lima benar minum obat, yaitu benar obat, benar waktu minum
obat, benar orang yang minum obat, benar cara minum obat, benar dosis obat.
e. Minta klien menyebutkan lima benar cara minum obat secara bergiliran.
f. Berikan pujian pada klien yang benar.
g. Mendiskusikan perasaan klien sebelum minum obat(catat di whiteboard).
h. Mendiskusikan perasaan klien setelah teratur minum obat (catat di whiteboard).
i. Menjelaskan keuntungan patuh minum obat, yaitu salah satu cara mencegah
perilaku kekerasan/ kambuh.
j. Menjelaskan akibat/ kerugian jika tidak patuh minum obat, yaitu kejadian perilaku
kekerasan/ kambuh.
k. Minta klien menyebutkaa kembali keuntungan patuh minum obat dan kerugian
tidak patuh minum obat.
l. Memberikan pujian setiap kali klien benar.
4. Tahap terminasi
a. Evaluasi
1. Terapis menanyakan perasaan klien setelah mengikuti TAK.
2. Menanyakan jumlah cara pencegahan perilaku kekerasan yang telah dipelajari.
3. Memberikan pujian dan penghargaan atas jawaban yang benar.
b. Tindak lanjut
1. Menganjurkan klien menggunakan kegiatan fisik, interaksi sosial asertif kegiatan
ibadah, dan patuh minum obat untuk mencegah perilaku kekerasan.
2. Memasukkan minum obat pada jadwal kegiatan harian klien.
c. Kontrak yang akan datang
Mengakhiri pertemuan untuk TAK perilaku kekerasan dan disepakati jika klien perlu
TAK yang lain.

Evaluasi dan Dokumentasi


Evaluasi
Evaluasi dilakukan saat proses TAK berlangsung khususnya pada tahap
kerja. Aspek yang dievaluasi adalah kemampuan klien sesuai dengan tujuan TAK.
Untuk TAK stimulasi persepsi perilaku kekerasan sesi 5, kemampuan yang
diharapkan adalah mengetahui lima benar cara minum obat, keuntungan minum
obat, dan akibat tidak patuh minum obat. Formulir evaluasi sebagai berikut.

Sesi 5: TAK
Stimulasi persepsi perilaku kekerasan
Kemampuan mencegah perilaku kekerasan
dengan patuh minum obat

No Nama klien Menyebutkan Menyabutkan Menyebutkan


lima benar keuntungan akibat tidak
minum obat minum obat patuh minum
obat
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
Petunjuk:
1. Tulis nama panggilan klien yang ikut TAK pada kolom nama klien
2. Untuk tiap klien, beri penilaian akan kemampuan mempraktikkan
pencegahan perilaku kekerasan secara sosial: meminta tanpa paksa,
menolak dengan baik, mengungkapkan kekesalan dengan baik. Beri tanda √
jika klien mampu dan tanda х jika klien tidak mampu.

Dokumentasi
Dokumentasi kemampuan yang dimiliki klien pada catatan proses keperawatan tiap
klien. Contoh : klien mengikuti Sesi 5, TAK stimulasi persepsi perilaku kekerasan.
Klien mampu menyebutkan keuntungan minum obat, belum dapat menyebutkan
keuntungan minum obat dan akibat tidak minum obat. Anjurkan klien mempraktikkan
lima benar cara minum obat, bantu klien merasakan keuntungan minum obat, dan
akibat tidak minum obat

You might also like